The Color Code, - Website Staff...
Transcript of The Color Code, - Website Staff...
BAB III
ANALISIS ANAK-ANAK INDIGO
Dalam bukunya The Color Code, Hartman mengelompokkan berbagai
aspek kepribadian dan perilaku ke dalam empat kategori warna yaitu merah,
biru, putih dan kuning. Hartman menggunakan kode warna untuk kepribadian,
karena warna sudah menjadi metafora yang dikenal untuk emosi dan perilaku.
Warna merah dikaitkan dengan emosi marah karena pada saat marah, muka
akan terlihat merah padam. Sedangkan ketika sedih akan terasa "biru". Dengan
menggunakan warna sebagai penuntun, orang akan mampu membaca perilaku
mereka sendiri dan orang lain. Namun kecil kemungkinannya bahwa manusia
memiliki hanya satu warna penuh, 100% merah, biru, putih atau kuning saja.
Pada manusia yang terbanyak dijumpai adalah memiliki satu warna namun
tercampur dengan jeja-jejak warna lain. Menurut Hartman setiap warna
mewakili satu motif kuat tertentu. Warna merah untuk kekuasaan, Biru untuk
keintiman, Putih untuk kedamaian dan Kuning untuk kesenangan.
Nancy Ann Tappe adalah penulis buku Understanding Your Life Through
Color yang ditulis pada tahun 1982. Nancy menggolongkan jenis tertentu
perilaku manusia ke dalam kelompok-kelompok warna dan secara intuitif
menciptakan sebuah sistem yang akurat dan membuka pikiran. Buku yang
ditulis oleh Nancy sebenarnya bersifat metafisik melalui "penglihatannnya",
Nancy melihat adanya warna-warna baru diluar warna merah, biru, putih dan
kuning, yaitu warna "biru-gelap" atau Indigo yang menjadi warna kehidupan
baru pada diri seorang anak. Warna Indigo cocok disandang oleh seorang anak
yang memikiki perilaku unik. Warna Indigo (biru-gelap) adalah juga merupakan
warna yang tidak lazim.
Klasifikasi empat warna yang dikaitkan dengan kepribadian dan perilaku
manusia yang dikemukan oleh Hartman tidak satupun yang sesuai untuk anak-
anak Indigo. Para Indigo memiliki kepribadian dan perilaku yang berbeda dan
unik. Model Hartman lebih cocok bila dihubungkan dengan model Hipocrates
pada abad pertengahan yang menggolong-golongkan kepribadian menjadi tipe
Sanguinis, Melankolis, Plegmatis dan Koleris serta memberi mereka dengan
identitas warna yang sesuai yaitu merah, biru, putih dan kuning. Sedangkan
Nancy secara intuitif melihat adanya warna baru pada diri anak Indigo yaitu
warna "biru-gelap". Deskripsi Hartman tentang kepribadian dan perilaku
manusia berdasarkan warna kehidupan memang tidak berhubungan dengan
deskripsi warna Indigo yang disandang oleh anak-anal Indigo. Dari buku yang
disusun oleh Lee Carroll dan Jan Taber secara umum dapat dilihat keunikan
dari kepribadian dan perilaku anak-anak Indigo. Karena warna kehidupan
mereka berbeda dengan anak-anak lainnya, maka sangat bijaksana bilamana
mereka memperoleh perhatian dan perlakuan khusus. Oleh karena anak-anak
Indigo juga terbagi atas beberapa tipe (Humanis, Konseptual, Seniman dan
Interdimensional), perlakuan terhadap masing-masing anak Indigo juga tidak
dapat dipukul rata oleh karena masing-masing anak memiliki warna kehidupan
yang berbeda pula.
Anak-anak Indigo seringkali mengalami perlakuan salah karena
dianggap sebagai anak hiperaktif atau bahkan tergolong anak ADD (Attention
Deficit Disorder). Pola kepribadian dan perilaku anak Indigo memang unik,
sehingga tidak banyak orang dapat memahami keunikan perilaku anak Indigo.
Sebagian orang menganggap anak-anak Indigo yang hiperaktif termasuk anak
ADHD (Attention Deficit Hiperactive Disorder).
Alabiso dan Hansen dalam bukunya berjudul The Hyperactive Child in
The Classroom menjelaskan pengertian hiperaktivitas pada anak-anak.
Seorang anak tergolong hiperaktif bila memiliki kegiatan bermain dengan
aktivitas yang sangat berlebihan (overactivity). Hiperaktivitas terutama terjadi
pada anak-anak prasekolah di Sekolah Dasar. Anak laki-Iaki lebih banyak dari
anak perempuan. Gejala hiperaktif biasanya belum terlihat jelas pada anak-
anak prasekolah dan baru tampak setelah anak masuk Sekolah Dasar.
Menurut pedoman diagnostik Asosiasi Psikiatri Amerika, sebuah
diagnosis ADD atau ADHD membutuhkan sembilan gejala kurang perhatian
pada ADD dan juga sembilan gejala hiperaktivitas pada ADHD. Gejala-gejala ini
muncul pada usia sebelum 7 tahun dan sudah bertahan minimal 6 bulan. Pada
ADD (kurang perhatian), gejalanya adalah:
1. Kurang memperhatikan detail.
2. Mengalami kesulitan dalam memperhatikan.
3. Tidak mendengarkan ketika diajak bicara.
4. Gagal menyelesaikan/melakukan tugas.
5. Mengalami kesulitan untuk menjadi teratur.
6. Mengindari tugas yang membutuhkan usaha mental.
7. Sering mengalami kehilangan barang.
8. Mudah beralih perhatiannya.
9. Sering lupa dalam kegiatan sehari-hari.
Sedangkan gejala spesifik anak hiperaktif (ADHD) adalah :
1. Sering gelisah dan menggeliat
2. Sering meninggalkan tempat duduk.
3. Sering berjalan kemana-mana.
4. Mengalami kesulitan bila duduk diam.
5. Terus menerus sibuk.
6. Berbicara berlebihan.
7. Menjawab sebelum waktunya.
8. Mengalami kesulitan menunggu giliran.
9. Sering menggangu orang lain.
Dari kesembilan gejala baik pada ADD maupun ADHD, ternyata anak-
anak Indigo tidak selalu memperlihatkan gejala yang sesuai dengan anak ADD
ataupun ADHD. Pada pemeriksaan test IQ anak Indigo memperlihatkan adanya
faktor superior pada salah satu segi. Keadaan ini tidak terlihat pada anak ADD
atau ADHD. Hiperaktivitas anak Indigo lebih banyak karena mereka merasa
frustasi dengan sistem yang berorientasi pada ritual dan tidak bersifat kreatif.
Mereka lebih banyak bersikap antisosial terhadap lingkungannya yang tidak
sesuai. Mereka akan menjadi gelisah bilamana harus dipaksa berbaris
mengantri. Perilaku yang demikian seringkali ditafsirkan salah sebagai gejala
hiperaktif anak-anak Indigo, termasuk masalah kurangnya perhatian anak-anak
Indigo terhadap lingkungannya sehingga dianggap memiliki sifat antisosial.
3. Pendidikan dan bimbingan anak-anak Indigo
Baik bimbingan maupun pendidikan anak-anak Indigo membutuhkan
perhatian khusus. Perlakuan yang diberikan kepada anak-anak Indigo harus
secara individualistik karena mereka memiliki perilaku yang berbeda-beda dan
sangat unik. Pendidikan yang harus diberikan kepada para Indigo sangat
berbeda dengan strategi pendidikan yang harus diberikan kepada anak ADD
atau ADHD. Pada anak-anak ADD atau ADHD perlu diberikan pendidikan untuk
meningkatkan kemampuan intelektual, kemampuan mengingat dan
kemampuan taktik (Alabiso dan Hansen, 1977). Pada para Indigo beberapa
aspek kemampuan ini sudah sangat berkembang namun dalam bentuk yang
sangat unik.
Drydin dan Vos dalam bukunya berjudul The Learning Revolution,
menyarankan agara bimbingan dan kegiatan pendidikan diberikan dalam
suasana yang menyenangkan dan gembira. Anak-anak Indigo membutuhkan
suasana yang cocok bagi mereka. Mereka membutuhkan disiplin tapi bukan
hukuman. Pikiran mereka bukanlah ibarat saluran atau sungai yang harus
dipenuhi oleh berbagai aliran, namun pikiran mereka ibarat api yang harus terus
dibakar atau dinyalakan. Potensi alamiah para Indigo merupakan anugrah
Tuhan yang perlu terus dikembangkan.
Dewey (1964) dalam bukunya Democracy and Education menjelaskan
betapa besar peran pendidikan yang demokratis. Pendidikan merupakan
perhatian dan tanggung jawab bersama, dengan demikian akan dapat dijadikan
kontrol sosial. Berarti bahwa bimbingan dan pendidikan para Indigo juga
merupakan tanggung jawab bersama dari seluruh lapisan masyarakat, bukan
hanya tanggung jawab keluarga.
Bagi para Indigo bermasalah atau sangat berbakat seringkali memang
dibutuhkan bimbingan dari sekolah khusus, diantaranya yang dikenal adalah
Sekolah alternatif Montessory dan Sekolah Waldorf. Sekolah semacam ini
--rancang kurikulum yang cocok untuk setiap perkembangan anak Indigo dan
tidak memaksa anak Indigo belajar sesuai kurikulum. Prinsip dasar pendidikan
semacam ini memang cocok untuk para Indigo yang memiliki kepribadian dan
perilaku yang unik. Sejak lama Plato sudah menekankan betapa pentingnya
hubungan murid dengan guru dalam upaya memperoleh pengetahuan
(Brumbaugh, 1963). Plato sudah meletakkan dasar-dasar pendidikan yang
kuat. Salah satu pandangan Plato adalah mengenai upaya pencarian bagi
kepentingan pengetahuan dan realisasi diri sendiri. Para Indigo memang
sewajarnya diberikan kebebasan untuk mengembangkan pengetahuan yang
ingin dikuasainya sesuai dengan bakat dan potensi yang dimilikinya. Para
Indigo memiliki potensi yang sangat besar yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Mereka merupakan energi baru yang patut dikelola oleh para pendidik yang
kompeten dan dapat memahami perilaku anak-anak Indigo.