Penuntun Praktikumffar.usu.ac.id/images/Buku_Penuntun_Laboratorium/TA_2019-2020/Penuntun... ·...
Transcript of Penuntun Praktikumffar.usu.ac.id/images/Buku_Penuntun_Laboratorium/TA_2019-2020/Penuntun... ·...
i
Penuntun Praktikum
Farmasi Komunitas
Editor:
Wiryanto
Kontributor:
Azizah Nasution Poppy Anjelisa Z. Hasibuan
Khairunnisa Aminah Dalimunthe
Yuandani Hari Ronaldo Tanjung
Marianne Dadang Irfan Husori
Embun Suci Nasution Lia Laila
Asisten:
Olomarina Batubara Ramadhani Siregar
Putri Yulianti Nasution Halima Tussadiyah
Almananda Sylviningtyas Zia Devira Pratiwi
Jihan Hafsah Lubis Brina Novia
Nabila Deli S. Lubis Yuni Yusmaini Pjt
Janur Malasari
LABORATORIUM FARMASI KOMUNITAS
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
ii
Pas foto
3x4
3x4
LEMBAR IDENTITAS MAHASISWA
Nama :
NIM :
Kelas :
Kelompok Hari :
Tanda tangan :
iii
KATA PENGANTAR
Tanpa terasa 10 tahun sudah Laboratorium Farmasi Komunitas ini didirikan, yang
awalnya bertujuan agar calon apoteker mengenal lebih dini sediaan farmasi sebagai obyek
profesi. Sejalan dengan berjalannya waktu, materi praktikum berkembang mengikuti
perubahan fokus pelayanan dari orientasi produk ke orientasi pasien. Staf pengajar yang
terlibat tidak lagi cukup mengandalkan dosen pengampu mata kuliah Farmasi Komunitas,
harus dibantu dosen-dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kefarmasian, Farmakoterapi,
Komunikasi & Konseling, serta Spesialite & Informasi Obat agar praktikum menjadi
lebih komprehensif.
Penuntun Praktikum Farmasi komunitas telah beberapa kali mengalami revisi
mengacu pada Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek sebagai pedoman, yang telah
mengalami perubahan tidak kurang dari lima kali sejak pertamakali diterbitkan tahun
2004. Penuntun praktikum yang akan digunakan sebagai pedomaan mahasiswa Fakultas
Farmasi semester VII Tahun Ajaran 2019/2020 ini, kembali mengalami revisi untuk
menyesuaikan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek terbaru dan peraturan-peraturan
lain terkait distribusi perbekalan farmasi. Penuntun Praktikum ini dilengkapi dengan
blangko-blangko terbaru terkait pengadaan, penyimpanan, dan administrasi pembukuan
yang akan menjadi bagian dari materi praktikum. Di samping itu Penuntun Praktikum ini
juga dilengkapi dengan daftar istilah yang dikutip dari berbagai peraturan perundang-
undangan yang berlaku agar praktikan mempunyai persepsi yang benar mengenai obyek
profesi yang akan menjadi bagian dari pekerjaan profesional mereka kelak.
Penuntun Praktikum ini berisi Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP),
Deskripsi Singkat dan Tujuan Praktikum, Ketentuan dan Tata Cara Praktikum, serta
Perincian dan Prosedur Praktikum. Melalui Penuntun Praktikum ini diharapkan
mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan praktikum dengan sebaik-baiknya, untuk
tercapainya hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Medan, 17 Agustus 2019
Editor
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
LEMBAR IDENTITAS MAHASISWA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN . . . . . . . . . . . . . . . v
LEMBAR KENDALI PRAKTIKUM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii
BAB I Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
BAB II Pengadaan Dan Penerimaan Perbekalan Farmasi . . . . . . . . . . 2
1 Pengadaan Perbekalan Farmasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
2 Penerimaan Perbekalan Farmasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
3 Penyimpanan dan Penataan Perbekalan Farmasi . . . . . . . . . . . . 4
BAB III Pelayanan Resep . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
1 Pengkajian Resep . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
2 Compounding dan Dispensing . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
BAB IV Pelayanan Swamedikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
BAB V Konseling Pasien . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
BAB VI Evaluasi Praktikum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28
DAFTAR ISTILAH . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
v
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
I. Deskripsi singkat:
Praktikum Farmasi Komunitas atau Farmasi Perapotekan membimbing
mahasiswa melakukan Praktik Pelayanan kefarmasian sesuai Permenkes
No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
meliputi Pengelolaan Perbekalan Farmasi dan Pelayanan Farmasi Klinis.
II. Tujuan:
Setelah mengikuti praktikum di Laboratorium Farmasi Komunitas
Fakultas Farmasi USU, mahasiswa Program Sarjana Farmasi Semester
VII mampu melakukan Pengelolaan Sedian Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai meliputi Perencanaan, Pengadaan, Penerimaan,
Penyimpanan, Pemusnahan, Pengendalian, Pencatatan dan Pelaporan,
serta mampu melakukan Pelayanan Farmasi Klinis meliputi Pelayanan
Resep dan Pelayanan Swamedikasi.
No.
Tujuan
Intruksional
Khusus
Pokok
Bahasan
Sub Pokok
Bahasan Waktu
1. Mampu melakukan
pengelolaan
perbekalan farmasi
- Perencanaan
dan Pengadaan
- Penyimpanan
- Kondisi
Pembelian
- Pencatatan dan
Pelaporan
- Harga obat
- Titik Pesan
- Kartu stock
- Golongan obat
- Surat Pesanan,
Surat Permintaan
- FIFO, FEFO
- Distributor
- HNA, HJA
- Margin keuntungan
3 jam
2. Mampu melakukan
pelayanan resep
- Pengkajian
Resep,
- Compounding
& Dispensing,
- Pelayanan
KIE/Konseling
- Seni Membaca
Resep
- Administration
error,
Pharmaceutical
error, Clinical
error
- Masalah terkait
obat
- Perhitungan dosis
- KIE/Konseling
- Surat Permintaan
Obat
27 jam
vi
3. Mampu
melaksanakan
pelayanan
swamedikasi
- KIE/Koseling
- Gejala/keluhan
penyakit
- Kebutuhan
obat pasien
- Pengetahuan
tentang obat dan
produk obat,
- Komunikasi verbal,
- Kebutuhan pasien
6 jam
III. Perincian kegiatan praktikum:
Praktikum Farmasi Komunitas mempunyai beban 1 sks terdiri dari 10 x 3
jam = 30 jam yang terbagi dalam kegiatan pengelolaan perbekalan
farmasi, pelayanan resep dan pelayanan swamedikasi dengan berbagai
kasus penyakit, dengan perincian sebagai berikut:
1. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
- Pengadaan dan Penerimaan
- Penyimpanan dan Pelaporan
2. Pelayanan Resep dokter umum dan dokter spesialis
- Pengkajian Resep
- Compounding & Dispensing
- KIE/Konseling
3. Pelayanan Swamedikasi dengan berbagai keluhan pasien
Tiap mahasiswa dinyatakan telah menyelesaikan praktikum apabila telah
melaksanakan keseluruhan beban SKS dan lulus evaluasi praktikum.
IV. Persyaratan Mengikuti Praktikum
1. Mahasiswa peserta praktikum adalah mahasiswa Program Sarjana Farmasi
Semester VII.
2. Praktikan wajib membawa lap/serbet bersih dan kalkulator, buku pustaka yang
diperlukan (ISO, MIMS, buku farmakologi-farmakoterapi berkaitan, dll).
V. Tata Tertib Praktikum
1. Tiap praktikan wajib menyelesaikan minimal 25 R/ Obat Jadi, 4 R/ campuran
dan 5 swamedikasi
2. Praktikan hadir 15 menit sebelum praktikum berlangsung, dengan memakai jas
praktikum.
3. Setiap praktikan harus dapat menjawab kuis terkait materi yang dipraktikumkan,
sebagai tiket masuk ke ruangan praktikum.
4. Praktikan wajib menjaga ketenangan selama praktikum berlangsung.
5. Sesi praktikum dinyatakan selesai dan praktikan dibolehkan keluar ruangan
praktikum jika semua alat, ruang dan lemari pajang apotek telah dibersihkan dan
dirapikan kembali
vii
LEMBAR KENDALI PRAKTIKUM
No. Nama Obat Jadi/Campuran Paraf Dosen/Asisten
viii
No. Nama Obat Tunggal dan Campuran Paraf Dosen/Asisten
ix
No. Nama Obat Tunggal dan Campuran Paraf Dosen/Asisten
x
No. Nama Obat Tunggal dan Campuran Paraf Dosen/Asisten
xi
No. Nama Obat Tunggal dan Campuran Paraf Dosen/Asisten
1
BAB 1
Pendahuluan
Pelayanan kefarmasian telah mengalami pergeseran fokus pelayanan, dari
pelayanan berorientasi produk ke pelayanan berorientasi pasien. Tradisi pelayanan yang
semula hanya melakukan pengelolaan obat sebagai komuditas, menjadi pelayanan yang
komprehensif dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup pasien.
Farmasi Komunitas atau Farmasi Perapotekan sebagai salah satu model sarana
pelayanan kefarmasian di samping Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi
Puskesmas dan Instalasi Farmasi Klinik, harus menyesuaikan terhadap situasi dan kondisi
pergeseran fokus pelayanan tersebut. Berbeda dengan tiga model pelayanan kefarmasian
lain yang dikelola secara institusional dan merupakan bagian dari sarana kesehatan
umum, Farmasi Komunitas dikelola oleh seorang apoteker secara mandiri dengan
berbagai perbedaan penampilan dan pengelolaan yang diatur pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan.
Sesuai Standar Pelayanan Kefarmasian yang berlaku bagi masing-masing sarana
pelayanan kefarmasian, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Puskesmas dan
Instalasi Farmasi Klinik hanya boleh melayani resep dari dokter yang praktik di
lingkungan Rumah Sakit, Puskesmas atau klinik dimana Instalasi Farmasi itu berada.
Instalasi farmasi juga tidak boleh melayani pasien untuk keperluan swamedikasi. Berbeda
dengan tiga Instalasi Farmasi di atas, Farmasi Komunitas boleh melayani resep dari
manapun sepanjang ditulis oleh dokter yang berpraktik di daerah yang sama. Farmasi
Komunitas juga boleh melayani pasien untuk keperluan swamedikasi, dan justru
pelayanan swamedikasi yang saat ini lebih memberi kehidupan bagi apotek di era
pelayanan kesehatan dicover oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Menyikapi situasi dan kondisi di atas, Apoteker Komunitas dituntut untuk secara
berkelanjutan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku guna melaksanakan
interaksi langsung terhadap pasien. Bentuk interaksi tersebut meliputi pelaksaan KIE
dan/atau konseling, monitoring penggunaan obat, memastikan tujuan akhir sesuai harapan
dan menyelenggarakan administrasi/pendokumentasian dengan baik. Apoteker komunitas
harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error), serta mengantisipasi kemungkinan terjadinya masalah terkait obat
(drug related problems) baik aktual maupun potensial dalam proses pengobatan. Di
tengah munculnya peran baru sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker
harus tetap menjalankan peran tradisionalnya sebagai pengelola produk, yang merupakan
bagian dari penjaminan mutu pelayanan kefarmasian.
2
BAB 2
Pengadaan dan Penerimaan
Perbekalan Farmasi
I. PENGADAAN PERBEKALAN FARMASI
A. Tinjauan Umum
Pengadaan perbekalan farmasi adalah suatu proses kegiatan yang bertujuan
agar semua bahan dan peralatan yang diperlukan sesuai kebutuhan pelayanan
tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup. Untuk sektor pelayanan termasuk
farmasi komunitas atau farmasi perapotekan, semua bahan dan peralatan tersebut
dikenal dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Pengadaan perbekalan farmasi akan efektif bila proses dilakukan dengan cara dan
kebijakan sesuai jumlah kebutuhan, kondisi pembelian dan pilihan pemasok.
Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan perbekalan farmasi adalah:
1. Perbekalan farmasi yang diadakan memiliki izin edar atau nomor registrasi.
2. Mutu, keamanan dan kemanfaatan perbekalan farmasi dapat dipertanggung-
jawabkan.
3. Pengadaan perbekalan farmasi berasal dari jalur resmi.
4. Dilengkapi dengan persyaratan administrasi.
Aktifitas pengadaan meliputi aspek-aspek:
1. Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan untuk menentukan jumlah dan waktu pengadaan
perbekalan farmasi sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan, agar terpenuhinya
kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu serta efisien khususnya untuk sediaan
farmasi.
Ada 3 (tiga) metode perencanaan sediaan farmasi:
a. Pola penyakit
b. Pola konsumsi
c. Kombinasi antara pola konsumsi dan pola penyakit
3
2. Teknis Pengadaan
Teknis Pengadaan adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
hasil perencanaan. Teknik pengadaan yang efektif harus menjamin tersedianya
perbekalan farmasi dalam jenis dan jumlah yang tepat dengan harga yang ekonomis
dan memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan.
Teknis pengadaan merupakan kegiatan berkesinambungan mulai dari
pengkajian seleksi, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara
kebutuhan dan dana, pemilihan metode teknis pengadaan, pemilihan waktu
pengadaan, pemilihan pemasok, pemantauan proses pengadaan dan pembayaran.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk latihan pelaksanaan dan pengawasan pengadaan
perbekalan farmasi sehingga mendapatkan jumlah dan jenis sesuai kebutuhan dan
dana yang tersedia
C. Prosedur
1. Mencatat sisa perbekalan farmasi yang sudah sampai jumlah persediaan pada
TITIK PESAN.
2. Dalam menetapkan jenis dan jumlah pengadaan perbekalan farmasi selalu
mempertimbangkan kebutuhan, harga dan ketersediaan anggaran atau dengan
menggunakan analisa Pareto-ABC atau analisa EOQ-ABC.
3. Membuat Surat Pesanan (SP) ditanda tangan oleh Apoteker Penanggungjawab
Apotek rangkap 2 (dua), menggunakan SP sesuai jenis perbekalan farmasi yang
dipesan (Nakotika, Psikotropika, Reguler, Prekursor), asli untuk distributor/
pemasok dan tembusan untuk arsip.
4. Dibuat Buku Pesanan/Penerimaan barang (sebagai kendali pengadaan) berisi
data pemesanan yang disepakati (nama, spesifikasi, jumlah, dan kondisi
pembelian) serta catatan untuk kondisi barang, tanggal kadaluwarsa dan nomor
bats ketika barang datang
Catatan:
1. Surat pesanan Narkotika hanya dapat digunakan untuk 1 (satu) item
Narkotika
2. Surat pesanan Psikotropika atau Prekursor Farmasi dapat digunakan untuk 1
(satu) atau beberapa item Psikotropika atau Prekursor Farmasi
3. Surat pesanan sebagaimana dimaksud 1 dan 2 di atas harus terpisah dari
pesanan barang lain
4
II. PENERIMAAN SEDIAAN FARMASI
A. Tinjauan Umum
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
dipesan. Kegiatan ini harus dapat menjamin kesesuaian data yang ada di Buku
Pesanan/Penerimaan barang (nama, spesifikasi, jumlah, harga, dan kondisi
pembelian) serta mencatat kondisi barang, tanggal kadaluwarsa dan nomor batch
(nomor batch harus sesuai antara yang tertera di barang dan di faktur pembelian).
Penenerimaan merupakan kegiatan verifikasi penerimaan/penolakan,
dokumentasi dan penyerahan yang dilakukan dengan menggunakan "checklist" pada
Buku Pesanan/Penerimaan barang yang sudah disiapkan.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk pelaksanaan dan pengawasan penerimaan
perbekalan farmasi.
C. Prosedur
1. Memeriksa legalitas faktur pembelian dan/atau surat pengantar barang.
mencakup: identitas apotek pemesan dan identitas distributor.
2. Mencocokkan faktur dengan buku pesanan berkaitan dengan perbekalan farmasi
yang diterima. Mencakup: kesesuaian barang, spesifikasi, jumlah, harga, dan
kondisi pembelian, serta mencatat kondisi barang, tanggal kadaluwarsa dan
nomor bats (nomor bats harus sesuai antara yang tertera di barang dan di faktur
pembelian). Apabila sudah sesuai, baru diterima dan disimpan.
3. Memberi paraf dan stempel pada faktur penerimaan perbekalan farmasi.
4. Menginformasikan kepada distributor apabila terjadi ketidaksesuaian agar
dilakukan perbaikan.
5. Mencatatkan data jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa perbekalan
farmasi ke dalam kartu stok.
III. PENYIMPANAN DAN PENATAAN PERBEKALAN FARMASI
A. Tinjauan Umum
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menata dan memelihara dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima, pada tempat yang dinilai aman dari
pencurian dan gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Metode penyimpanan dilakukan berdasarkan aspek farmakoterapi, bentuk
sediaan dan alfabetis. Dengan menerapkan prinsip FIFO (First In First Out =
pertama masuk-pertama keluar) dan FEFO (First Expired First Out = pertama
kadaluwarsa-pertama keluar). Tenaga kefarmasian harus rnemperhatikan obat-obat
5
yang harus disimpan secara khusus seperti: narkotika, psikotropika, obat-obat
tertentu, obat yang memerlukan suhu tertentu, dan obat yang mudah terbakar.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk latihan pelaksanaan dan pengawasan
penyimpanan perbekalan farmasi.
C. Prosedur
1. Mencatat jumlah, nomor bats dan tanggal kadaluwarsa serta mencatat harga
beli dan kondisi pembelian perbekalan farmasi ke dalam kartu stok.
2. Menyimpan perbekalan farmasi yang diterima pada rak yang sesuai
berdasarkan aspek farmakoterapi, bentuk sediaan, secara alfabetis atau,
penyimpanan khusus, dll.
3. Setiap penyimpanan perbekalan farmasi harus mengikuti prinsip FIFO (First
In First Out = pertama masuk-pertama keluar) dan FEFO (First Expired First
Out = pertama kadaluwarsa-pertama keluar).
4. Memasukkan bahan baku obat ke dalam wadah yang sesuai, memberi etiket
yang memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa.
5. Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengurangan perbekalan farmasi.
6. Menghindari menyimpan perbekalan farmasi dengan kekuatan yang berbeda
dalam satu wadah.
7. Menyalin Faktur Pembelian pada Buku Pembelian Barang
8. Menghitung Harga Jual Apotik (mengambil margin 25% untuk pelayanan
menggunakan resep dan 10% untuk pelayanan tanpa resep dari HNA + PPN)
6
CONTOH FAKTUR PEMBELIAN BARANG
7
8
CONTOH KARTU STOCK
Nama Barang : Codipront Cum Exp kapsul
No. Regester : DNL 7812415701 A1
Satuan : kapsul
HNA+PPN : Rp.4.500,-
Tanggal Masuk/ Keluar Kondisi
Pembelian
Jumlah
Masuk
Jumlah
Keluar
Sisa
Stock
17/08/19 PT Kimia Farma - 50 - 50
22/08/19 Resep No.0822003 10 40
Nama Barang : Xanax 0,25 tablet
No. Regester : DPL 9026502204 A1
Satuan : tablet
HNA+PPN : Rp.3.500,-
Tanggal Masuk/ Keluar Kondisi
Pembelian
Jumlah
Masuk
Jumlah
Keluar
Sisa
Stock
17/08/19 PT Anugrah Argon M - 100 - 100
22/08/19 Resep No.0822008 10 90
Nama Barang : Amoxicilin 500 kaplet
No. Regester : GKL 9020910804 A1
Satuan : kaplet
HNA+PPN : Rp.1.200,-
Tanggal Masuk/ Keluar Kondisi
Pembelian
Jumlah
Masuk
Jumlah
Keluar
Sisa
Stock
17/08/19 PT Indofarma GM Disc 5% 100 - 100
22/08/19 Resep No.0822012 12 88
Nama Barang : Decolgen sirup
No. Regester : DTL 9014704337 A1
Satuan : botol 60 ml HNA+PPN : Rp.6.200,-
Tanggal Masuk/ Keluar Kondisi
Pembelian
Jumlah
Masuk
Jumlah
Keluar
Sisa
Stock
17/08/19 TO Giat Sentosa Disc 2% 6 - 6
22/08/19 Bebas 1 7
9
SURAT PESANAN (SP)
10
11
12
13
CONTOH BUKU PESANAN/PENERIMAAN BARANG
Tanggal: 22/8/2019 PBF: PT Enseval Putra Mega
No. Nama Jumlah Kondisi
Pembelian No.Batch ED
1. Metformin 500 tab 1 Box/100 Disc 5%
2. Bioplacenton Jelly 5 tube Bonus 5+1
3 Tarivit Otic Sol 2 btl Disc 3%
CONTOH BUKU PEMBELIAN BARANG
No. Tgl No.
Faktur
Nama
PBF
Nama
Barang Satuan Jml
Harga
Satuan
Kondisi Jml
harga
Ketera-
ngan
14
BAB 3
Pelayanan Resep
Pada akhir praktikum minggu pertama (materi pengelolaan perbekalan
farmasi), setiap praktikan akan menerima masing-masing 1 lembar resep. Resep
tersebut dibawa pulang untuk dikerjakan di rumah. Setelah selesai mengerjakan resep
pertama, masing-masing praktikan saling bertukar lembar resep pertama tersebut
untuk dikerjakan, demikian seterusnya. Resep-resep yang sudah dikerjakan dirumah,
selanjutnya dibawa di hari praktikum berikutnya untuk dilaporkan kepada
dosen/asisten pada setiap jam praktikum hingga terkumpul sejumlah 25 R/, yang
semuanya dicatatkan ke dalam lembar kendali praktikum dan diparaf oleh
dosen/asisten penerima laporan.
Disamping mengerjakan dan melaporkan lembar resep yang dibagikan pada
praktikum minggu sebelumnya, pada setiap awal praktikum akan dilakukan latihan
mengerjakan soal ujian yang kecuali berisi resep juga berisi skenario resep, dengan alokasi waktu pengerjaan resep yang semakin singkat dari minggu pertama
hingga minggu keempat, yaitu 30, 25, 20, dan 15 menit. Urutan pengerjaan resep
meliputi Pengkajian/skrining resep, Compounding dan Dispensing, Pengisian Catatan
Pengobatan Pasien (PMR), dan pelayanan KIE/Konseling. Sisa waktu berikutnya
untuk setiap praktikum, digunakan untuk melaporkan resep-resep yang sudah
dikerjakan di rumah, disertai pelayanan KIE/Konseling.
1. PENGKAJIAN RESEP
A. Tinjauan Umum
Peran Apoteker dalam pelayanan resep adalah bagaimana asuhan kefarmasian
(Pharmaceutical Care) menjadi filosofi dalam praktik pengerjaan resep. Asuhan
kefarmasian adalah tanggung-jawab apoteker dalam penyediaan terapi obat secara
langsung dengan tujuan mencapai manfaat optimal bagi peningkatan kualitas hidup
pasien. Secara praktis yang dilakukan Apoteker adalah bagaimana mencegah
terjadinya dan mengatasi adanya masalah-masalah terkait obat (Drug Related
Problems/DRPs) yang dapat mengganggu keberhasilan terapi. Manfaat terapi sangat
tergantung pada kesesuaian indikasi, besar-kecilnya risiko, efektivitas obat, dan
terpenuhi-tidaknya kebutuhan obat. Manfaat optimal meliputi sembuh dari sakit,
berhentinya atau terhambatnya proses sakit, hilangnya atau berkurangnya gejala
sakit, dan terhindar dari sakit.
Kegiatan pengkajian Resep merupakan langkah awal penerapan filosofi dalam
praktik pengerjaan resep tersebut, meliputi kajian administrasi, kesesuaian farmasetik
dan pertimbangan klinis.
15
Kajian administrasi meliputi:
1. Nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
2. Nama dokter, nomor surat izin praktik (SIP), alamat, nomor telepon, paraf
dan tanggal penulisan resep.
3. Kejelasan tulisan dokter
Kesesuaian farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan;
2. Stabilitas; dan
3. Kompatibilitas (ketercampuran obat).
Pertimbangan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi dan dosis Obat;
2. Aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
3. Duplikasi dan/atau polifarmasi;
4. Reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi
klinis lain);
5. Kontra indikasi; dan
6. Interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker
harus menghubungi dokter penulis Resep. Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan,
pengkajian, pemeriksaan ketersediaan, penyiapan sediaan farmasi, peracikan obat
bila perlu, pemeriksaan ulang, penyerahan disertai KIE/Konseling.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk latihan melakukan pengkajian Resep
C. Prosedur
1. Setelah praktikan dapat menjawab kuis terkait materi yang akan
dipraktikumkan, praktikan diperbolehkan masuk ke ruang praktikum.
2. Kepada setiap praktikan dibagikan soal ujian berisi skenario pasen dan resep
sebagai latihan yang harus diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
3. Urutan Setetelah praktikan menerima resep, praktikan melakukan kajian resep
menggunakan daftar tilik kajian resep. Ada tidaknya masalah pada kolom
masalah diisikan pada kolom keterangan dan pengatasannya diisikan pada
kolom tindakan pengatasan
16
Daftar Tilik Kajian Resep
Kategori Masalah: Administratif
No. Masalah Keterangan Tindakan Pengatasan
1 Tanggal resep
2 Nama dokter
3 SIP
4 Alamat praktik dokter
5 No. Telp. dokter
6 Paraf/Tanda tangan
dokter
7 Kejelasan tulisan
dokter
8 Nama pasien
9 Alamat pasien
10 No. Telp. pasien
11 Umur pasien
12 Berat badan pasien
Kategori Masalah: Farmasetik
No. Masalah Keterangan Tindakan
1 bentuk sediaan
2 kekuatan sediaan
3 stabilitas
4 ketercampuran Obat
Kategori Masalah: Klinis
No. Masalah Keterangan Tindakan
1 ketepatan indikasi
2 dosis Obat
3 duplikasi
4 polifarmasi
5 alergi
6 efek samping
7 manifestasi klinis lain
8 kontra indikasi
9 interaksi
17
2. COMPOUNDING DAN DISPENSING
A. Tinjauan Umum
Compounding atau meracik merupakan proses yang melibatkan pembuatan
(preparation), pemasangan/pengkombinasian antara obat satu dengan yang lain
(assembling), pencampuran (mixing), pengemasan (packaging), dan pemberian etiket
(labelling) dari obat sesuai dengan resep dokter. Compounding dilakukan apabila ada
permintaan resep dokter berupa pencampuran obat dengan tujuan penyesuaian dosis
atau pencampuran dengan maksud mengkombinasi beberapa kasiat obat yang tidak
terdapat pada satu sediaan obat jadi.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam meracik obat adalah ketidak
tercampurkannya obat baik secara farmasetik misalnya mencampur anatara sediaan
dalam bentuk salep dan krim, ataupun antara 2 obat yang mempunyai sifat kerja yang
berbeda misalnya antara obat yang bersifat kausatif (antibiotika) dengan obat yang
bersifat simtomatis (analgetik/antipiretik). Lalu mencampukan obat dengan jumlah
melebihi batas waktu penggunaan (beyond use date) harus dihindarkan.
Dispensing atau penyerahan obat harus disertai dengan pemberian KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi), dengan tujuan agar pasien mengerti untuk apa
dan bagaimana menggunakan obat dengan benar, baik cara maupun waktunya.
Karena pada akhirnya penanggung jawab penuh dalam penggunaan obat adalah
pasien itu sendiri, agar tujuan pengobatan dapat dicapai.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk latihan melakukan Compounding dan Dispensing
terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian KIE.
C. Prosedur
Setelah pengkajian Resep, langkah selanjutnya dilakukan sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep:
a. Menghitung kebutuhan jumlah Obat sesuai Resep;
b. Mengambil Obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik Obat.
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. Warna putih untuk Obat dalam/oral;
b. Warna biru untuk Obat luar dan suntik;
c. Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk cair, suspensi atau
emulsi.
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat.
Setelah penyiapan Obat, langkah selanjutnya dilakukan hal sebagai berikut:
18
1. Sebelum Obat diserahkan kepada pasien, dilakukan pemeriksaan kembali
kesesuaian antara penulisan etiket dengan Resep;
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien serta dokter penulis resep;
4. Menyerahkan Obat, disertai pemberian KIE;
5. Memberikan informasi cara penggunaan Obat dan hal-hal yang terkait dengan
Obat antara lain manfaat Obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan Obat dan lain-lain;
6. Memastikan bahwa yang menerima Obat adalah pasien atau keluarganya;
7. Membuat salinan Resep sesuai dengan Resep asli dan diparaf oleh Apoteker);
8. Apoteker membuat catatan pengobatan pasien.
BLANGKO PENILAIAN PELAYANAN RESEP
Masalah dan tindakan apoteker pada Daftar Tilik Kajian Resep dituliskan secara
rinci pada Blangko Pengkajian Resep di bawah ini:
1. Blangko Pengkajian Resep (Nilai Maksimal 30)
Kategori Masalah Rincian Masalah Tindakan Apoteker
Administratif
Farmasetik
19
APOTIK FARMASI USU
Jalan Tri Dharma No.5 Kampus USU Medan
Apoteker: Dr. Wiryanto, MS.
SIPA No.445/45653/XI/2016
No. .............................Tgl. ................................
Nama: ...............................................................
.......... x sehari ............. tablet / kapsul / bungkus
Sendok Teh//Makan
Kocok Dulu
Sebelum / Sesudah Makan
APOTIK FARMASI USU
Jalan Tri Dharma No.5 Kampus USU Medan
Apoteker: Dr. Wiryanto, MS.
SIPA No.445/45653/XI/2016
No. .............................Tgl. ................................
Nama: ...............................................................
.......... x sehari ............. tablet / kapsul / bungkus
Sendok Teh//Makan
Kocok Dulu
Sebelum / Sesudah Makan
Klinis
2. Compounding & Dispensing (Nilai Maksimal 30)
Tuliskan Nama Obat yang diambil, satuan dan jumlahnya
No. Nama Obat Satuan Jumlah
3. Etiket (Maksimal 5)
Tuliskan etiket sesuai resep
20
APOTIK FARMASI USU
Jalan Tri Dharma No.5 Kampus USU Medan
Apoteker: Dr. Wiryanto, MS.
SIPA No.445/45653/XI/2016
No. .............................Tgl. ................................
Nama: ...............................................................
.......... x sehari ............. tablet / kapsul / bungkus
Sendok Teh//Makan
Kocok Dulu
Sebelum / Sesudah Makan
APOTIK FARMASI USU
Jalan Tri Dharma No.5 Kampus USU Medan
Apoteker: Dr. Wiryanto, MS.
SIPA No.445/45653/XI/2016
No. .............................Tgl. ................................
Nama: ...............................................................
.......... x sehari ............. tablet / kapsul / bungkus
Sendok Teh//Makan
Kocok Dulu
Sebelum / Sesudah Makan
4. Catatan Pengobatan Pasien (Nilai Maksimal 10)
Isi data pasien dan Riwayat pengobatan pasien
Data Pasien
Nama Riwayat Alergi
Jenis Kelamin Riwayat Penyakit
Usia Kebiasaan
BB/TB
Alamat Nama Dokter
No.Telp/HP
Hasil
Laboratorium Pekerjaan
Peserta Asuransi
Bagian yang diblok tidak perlu diisi
Riwayat Pengobatan
Tanggal Dokter Nama Obat
Aturan
Pakai Indikasi
Mulai Berakhir
21
5. Salinan Resep (Maksimal 10)
Buat salinan resep
APOTEK FARMASI USU
Jl. Tri Dharma No.05 Kampus USU
Medan
Nama Dokter : Tgl. Resep:
Pcc
Pro:
Pcc
Pro
22
6. Lembar KIE/Konseling (Nilai Maksimal 15)
A ETIKA KOMUNIKASI Nilai
0 Tidak memberi salam (selamat pagi/siang/sore) dan tidak
memperkenalkan diri sebagai Apoteker
0,5 Hanya melakukan salah satu: memberi salam atau memperkenalkan
diri saja
1 Memberi salam dan memperkenalkan diri sebagai Apoteker
B TEKNIK KOMUNIKASI
Kejelasan Suara
0 Bergumam/suara tidak jelas/berbisik-bisik
1 Suara jelas terdengar
Kecepatan Komunikasi/Bicara
0 Bicara terlalu cepat/terlalu lambat
0,5 Terlalu banyak jeda (“mm…”) ketika bicara
1 Bicara dalam tempo cukup
Penggunaan Alat Peraga
0 Mengggunakan alat peraga tanpa menyesuaikan dengan kebutuhan
1 Mengggunakan alat peraga sesuai dengan kebutuhan
Body Language
0 Menunjukkan sikap tidak antusias/tidak empati dan memasang jarak
terlalu jauh dengan pasien
1 Bersikap antusias/empati dan menjaga jarak yang cukup dengan pasien
Eye Contact
0 Tidak menatap mata pasien selama berkomunikasi
1 Banyak menatap mata pasien selama berkomunikasi dan menjaga
kesejajaran pandangan mata
23
Bahasa
0 Menggunakan banyak istilah medis tanpa menjelaskan maknanya
0,5 Menggunakan beberapa istilah medis dan menjelaskan maknanya
1 Menggunakan Bahasa yang mudah difahami pasien
C MATERI KONSULTASI
Menjelaskan Indikasi dan Aturan Pakai Obat
0 Tidak menjelaskan indikasi dan aturan pakai obat
1 Hanya menjelaskan salah satu: indikasi saja atau aturan pakai saja
2 Menjelaskan indikasi dan aturan pakai obat
Menjelaskan Cara Penyimpanan
0 Tidak menjelaskan cara penyimpanan Obat
1 Menjelaskan cara penyimpanan Obat
Menjelaskan Ciri-ciri Efek Samping dan Cara Mengatasinya
0 Tidak menjelaskan ciri-ciri efek samping dan cara mengatasinya
1 Hanya menjelaskan salah satu: efek samping saja tanpa cara
mengatasinya
2 Menjelaskan ciri-ciri efek samping yang penting dan cara
mengatasinya
Menjelaskan Kepatuhan Pemakaian Obat Sesuai Petunjuk
0 Tidak menjelaskan pentingnya kepatuhan minum obat sesuai petunjuk
1 Menjelaskan pentingnya kepatuhan minum obat sesuai petunjuk tanpa
menjelaskan alasannya
2 Menjelaskan pentingnya kepatuhan minum obat sesuai petunjuk
beserta alasannya
Menjelaskan Saran Aktivitas yang Perlu dilakukan dan/atau dihindari
0 Tidak menyebutkan saran aktivitas yang perlu dilakukan dan/atau
dihindari
1 Menyebutkan saran aktivitas yang perlu dilakukan dan/atau dihindari
24
Bab 4
PELAYANAN SWAMEDIKASI
A. Tinjauan Umum
Sesuai dengan Visi Kementerian Kesehatan yaitu “Terwujudnya Indonesia yang
Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong” maka
diselenggarakan Upaya Kesehatan yaitu setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk
pencegahan penyakit (preventif), peningkatan kesehatan (promotif), pengobatan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) oleh pemerintah dan/atau
masyarakat. Oleh karena itu masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam
mengupayakan kesehatannya sendiri.
Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah
swamedikasi. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan
dan penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti: demam, nyeri, pusing,
batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain.
Apoteker Penanggungjawab Apotek diharapkan dapat mengawal pelayanan
swamedikasi ini dengan memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), dan
memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai atau obat yang termasuk
dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA). Sehingga masyarakat dapat melakukan
swamedikasi dengan benar, terhindar dari penyalahgunaan obat (drug abuse) dan
kesalahan penggunaan obat (drug misuse).
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk latihan pelaksanaan swamedikasi
C. Prosedur
1. Setelah praktikan dapat menjawab kuis terkait materi yang akan
dipraktikumkan, praktikan diperbolehkan masuk ke ruang praktikum.
2. Praktikan diberikan kasus swamedikasi (1 kasus/orang) dan menyelesaikan
kasus tersebut dalam waktu 15 menit, yang meliputi: rekomendasi obat yang
sesuai, penjelasan cara penggunaan obat, dan saran terapi non farmakologi.
3. Setelah menyelesaikan kasus tersebut, praktikan melakukan swamedikasi
kepada pasien, disertai KIE.
25
Bab 5
Konseling pasien
Konseling dapat didefinisikan sebagai interaksi orang per orang antara
apoteker dengan pasien. Proses ini merupakan suatu proses yang interaktif secara
alami. Dalam proses konseling ini harus dipastikan bahwa informasi yang diberikan
dapat dimengerti oleh pasien dan pasien dapat melaksanakan apa yang disarankan
sehingga meningkatkan keberhasilan terapi.
1. Materi Konseling
Apoteker harus dapat memberikan konseling secara rutin, efektif dan tepat
kepada pasien meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Nama zat aktif dan golongannya (antibiotic, pereda nyeri, dan lain-lain).
b. Petunjuk penggunaan termasuk edukasi cara pemakaian alat bantu seperti alat
takaran obat dan lain-lain.
c. Saran penyimpanan yang sesuai.
d. Interkasi obat-obat atau obat-makanan yang penting
e. Respon terapeutik yang diharapkan dari obat
f. Efek samping yang umum terjadi atau penting
g. Hal yang harus dilakukan pasien untuk memantau respon terapi mereka atau
mendeteksi adanya efek samping
h. Hal yang harus dilakukan pasien jika respon terapi yang diharapkan tidak
tercapai atau terjadi efek samping
2. TIPS KONSELING: DAFTAR CHECKLIST MATERI KONSELING
a. Bina komunikasi dengan baik: tunjukkan perhatian kepada pasien baik secara
verbal maupun non verbal
b. Klarifikasi nama pasien dan nama dokter pemberi resep
c. Mengapa pasien harus menerima terapi atau tujuan pengobatan, respon terapi
yang diharapkan
d. Buka kemasan obat dan tunjukkan pada pasien bagaimana bentuk obat atau
demonstrasikan cara penggunaannya.
e. Jelaskan cara penggunaan
f. Jelaskan kapan obat harus diminum dan berapa lama
g. Jelaskan yang harus dilakukan jika dosis terlewat
h. Jelaskan perhatian yang harus diikuti
i. Jelaskan berbagai jenis makanan, minuman atau obat jenis OTC yang harus
dihindari
26
j. Jelaskan bagaimana pasien dapat mengetahui bahwa respon terapi yang
diharapkan tercapai
k. Jelaskan cara penyimpanan obat
l. Jelaskan apabila obat dapat ditebus kembali/diulang
m. Verifikasi apakah pasien memahami informasi yang diberikan
n. Tanyakan jika pasien ada pertanyaan
o. Dokumentasikan komunikasi anda dengan pasien dalam Catatan Pengobatan
Pasien (PMR)
3. Sasaran dan Waktu Konseling
Kuantitas maupun jenis informasi yang diberikan bervariasi tergantung pada
kebutuhan pasien dan situasi di lapangan. Secara ideal apoteker memberikan
konseling pada semua resep baru maupun resep ulangan. Jika tidak, konseling dapat
diberikan pada pasien tertentu atau pasien yang mendapatkan obat jenis tertentu
sesuai kebijakan di masing-masing apotek. Pertimbangan tersebut dapat berdasarkan
pada:
a. Pasien yang mendapatkan obat lebih dari yang ditentukan (polifarmasi)
b. Pasien yang potensial mengalami gangguan pandangan, pendengaran ataupun
keseimbangan
c. Pasien anak-anak
d. Pasien yang mendapat antikoagulan
4. Daftar Pasien Yang Harus Selalu Mendapat Konseling
a. Pasien yang mengalami kebingungan dan pendampingan
b. Pasien yang mengalami gangguan pendengaran dan pandangan
c. Pasien buta huruf
d. Pasien yang memiliki profil perubahan pengobatan atau dosis
e. Pasien baru atau yang mendapatkan resep obat baru
f. Pasien anak-anak dan orang tuanya.
g. Pasien yang menerima oabat dengan penyimpanan khusus, aturan pakai yang
rumit, serta potensial mengalami efek samping
5. Daftar Pasien Yang Harus Mendapatkan Konseling Selang Waktu
Tertentu:
a. Pasien asma
b. Pasien diabetes
c. Pasien yang memperoleh 4 atau lebih obat
d. Pasien yang secara mental kurang baik
e. Pasien yang menggunakan alat bantu gangguan kulit
f. Pasien penyalahgunaan obat
g. Pasien yang sakit parah
27
6. Format Konseling
Konseling seharusnya dilakukan secara verbal dan dibantu dengan materi
tertulis untuk dapat dibaca oleh pasien di rumah. Kadang kondisi pasien tidak
memungkinkan berkonsentrasi terhadap apa yang dikatakan apoteker. Suatu
pictogram akan sangat membantu pasien, yaitu berupa gambar yang
mendemonstrasikan cara menggunakan sediaan tetes mata misalnya.
7. Area Konseling
Konseling sebaiknya dilakukan di tempat yang semi-private atau privat
dimana tidak banyak lalu lalang orang dan pengganggu konsentrasi. Pastikan tempat
konseling membuat nyaman pasien terutama untuk bertanya.
8. Dokumentasi
Sesi konseling harus didokumentasikan. Dokumentasi dapat dilakukan
dengan mengisi daftar checklist di atas dan menuliskan catatan yang perlu ditambah
dengan tindakan lanjut yang diperlukan dan juga bila pasien tidak ingin diberi
konseling.
28
Bab 6
Evaluasi Praktikum Tiap mahasiswa dinyatakan telah menyelesaikan praktikum apabila telah
melaksanakan keseluruhan beban SKS dan lulus evaluasi praktikum. Evaluasi
praktikum berupa ujian pengelolaan perbekalan farmasi, menyiapkan resep
dan/atau permintaan swamedikasi dalam batas waktu yang ditentukan, ditambah
KIE/konseling saat penyerahan.
Secara rinci evaluasi terdiri dari rangkaian 4 station sebagai berikut:
Station 1:
Setiap praktikan mendapatkan resep yang harus di selesaikan dalam waktu 10 menit,
meliputi langkah-langkah:
a. Skrinning/Pengkajian resep
b. Compounding & Dispensing
c. Pembuatan Etiket
d. Pembuatan Copy resep
Station 2:
Setiap praktikan mengisi kartu stok dan menghitung HJA dengan margin 25% dari
HNA+PPN sesuai Faktur Pembelian yang disediakan, dalam waktu 5 menit
Station 3:
Setiap praktikan membuat beberapa surat pesanan sesuai kartu stock yang disediakan
dalam waktu 5 menit
Station 4:
Setiap praktikan yang dinyatakan dapat menyelesaikan station 1 dengan nilai di atas
nilai minimal, diperbolehkan melanjutkan penyerahan obat resep yang telah
diselesaikan pada station 1, kepada dosen penguji yang bertindak sebagai
pasien/orang tua pasien disertai KIE/Konseling dalam waktu 5 menit
29
DAFTAR ISTILAH
Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian
oleh Apoteker.
Bahan Medis Habis Pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk penggunaan
sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang
digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku
farmasi termasuk baku pembanding.
Kosmetika adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan membran mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-
golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang tentang Narkotika.
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan yang selanjutnya disebut Obat-Obat
Tertentu adalah obat yang bekerja di sistem susunan syaraf pusat selain
Narkotika dan Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis terapi dapat
menyebabkan ketergantungan dan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan
tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Pedagang Besar Farmasi yang selanjutnya disingkat PBF adalah perusahaan
berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
30
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
Prekursor Farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi
industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang
mengandung ephedrine, pseudoephedrine, norephedrine/phenylpropanolamine,
ergotamin, ergometrine, atau Potasium Permanganat.
Psikotropika adalah obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada
Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan bagi pasien.
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
Surat Izin Apotek yang selanjutnya disingkat SIA adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai izin
untuk menyelenggarakan Apotek.
Surat Izin Praktik Apoteker yang selanjutnya disingkat SIPA adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada Apoteker sebagai
pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik kefarmasian.
Surat Izin Praktik Tenaga Teknis Kefarmasian yang selanjutnya disingkat SIPTTK
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
kepada tenaga teknis kefarmasian sebagai pemberian kewenangan untuk
menjalankan praktik kefarmasian.
Surat Tanda Registrasi Apoteker yang selanjutnya disingkat STRA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh konsil tenaga kefarmasian kepada apoteker yang
telah diregistrasi
Toko Obat/Pedagang Eceran Obat yang selanjutnya disebut Toko Obat adalah sarana
yang memiliki izin untuk menyimpan obat bebas dan obat bebas terbatas untuk
dijual secara eceran.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan
oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
31
DAFTAR PUSTAKA
Beardsley, RS. 2005. Guidelines on Counseling. PEIPB. Diadaptasi dari Review of
literature: oral patient counseling by pharmacists. Proceedings of the national
symposium on oral counseling by pharmacists about prescription
medicines. Virginia
Muchid, A. (2007). Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas.
Jakarta: Depkes RI
Peraturan Badan POM Nomor 28. 2018. Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-
Obat Tertentu Yang Sering Disalahgunakan. Jakarta: Badan Pengawasan
Obat dan Makanan.
Peraturan Badan POM Nomor 4. 2018. Tentang Pengawasan Pengelolaan Obat,
Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Permenkes No.917. 1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Permenkes Nomor 1175. 2010. Tentang Izin Produksi Kosmetika. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Permenkes Nomor 3 Tahun 2015 Tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan
dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Permenkes Nomor 73. 2016. Tenatng Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Permenkes Nomor 9. 2017. Tenatng Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
PP Nomor 51. 2009. Tentang Pekerjaan kefarmasian. Jakarta: Pemerintah RI.
Tan, H.T dan Rahardja, K. 2010. Obat-Obat Sederhana Untuk Gangguan Sehari-
Hari. Jakarta: Elex Media Komputindo.
UU Nomor 36. 2009. Tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah RI.