The Classroom Is Flat

download The Classroom Is Flat

If you can't read please download the document

Transcript of The Classroom Is Flat

Menarik membaca keluhan salah seorang teman di Pasuruan yang miris dengan kebijakan sebuah SMK jurusan TI yang mewajibkan calon siswa untuk membawa laptop dalam proses pembelajaran karena amanat kurikulumnya

The Classroom is Flatoleh Rendra Prihandono, Kepala SMP YPPI 2 Surabayae-mail: [email protected] atau [email protected]: http://smpyppi2sby.wordpress.comalamat sekolah: Dharmahusada Indah Barat VI no. 1 Surabayaalamat rumah: Kutisari Utara 2D no. 4 SurabayaTelepon sekolah: 031-5934151 (sekaligus fax)HP: 0819.380.26857Fleksi rumah: 031-70785547

Menarik membaca keluhan salah seorang teman di Pasuruan yang miris dengan kebijakan sebuah SMK jurusan TI yang mewajibkan calon siswa untuk membawa laptop dalam proses pembelajaran karena amanat kurikulumnya. Sangat wajar bila teman ini miris dengan pewajiban tersebut karena harga laptop walau sekarang sudah jauh lebih terjangkau oleh masyarakat daripada lima tahun yang lalu. Yang menjadi masalah adalah betapapun terjangkaunya harga laptop tersebut, namun orang tua calon siswa sudah dibebani pula dengan biaya pra-pendidikan yang umumnya sekarang ini makin melangit. Pendek kata, memasukkan anak ke sekolah di era ini sangat menguras dana dan memberi beban sangat berat bagi orang tua.Maka muncullah pertanyaan tentang kegunaan laptop dikaitkan dengan kurikulum berbasis IT tersebut. Apakah sedemikian perlunya menggunakan laptop dalam pembelajaran berbasis IT? Apakah sejumlah komputer berjaringan di laboratorium komputer tidak cukup? Apakah bukan cuma sekedar gengsi, agar terlihat di masyarakat bahwa sekolah tersebut berkualitas?Menurut hemat kami, sebelum menjawab berbagai tudingan di atas maka korelasi penggunaan laptop dan pembelajaran berbasis IT perlu diluruskan lebih dulu. Inti dari sebuah konsep e-learning adalah adanya sebuah e-interaction (interaksi berbasis maya) dan e-transaction (transaksi berbasis maya). Berarti, hambatan-hambatan yang terjadi dalam interaksi dan transaksi antar individu atau komunitas yang terjadi di dunia fisik bisa diminimalisasi dengan adanya alternatif hubungan di dunia maya. Jarak sudah bukan lagi masalah dengan adanya konektivitas internet. Personalisasi komunikasi juga makin bisa diefektifkan dengan berbagai media maya, e-mail pribadi, chatting services semisal Yahoo Messenger. Biaya komunikasi bisa ditekan dengan telepon berbasis VoIP. Atau massalisasi komunikasi yang lebih efisien dengan mailing list. Penggunaan kertas dan biaya penyimpanan serta pengiriman dokumen yang makin tidak murah bisa diminimalisasi karena dengan adanya konektivitas internet yang menjadikan konsep pengiriman dan penyimpanan menjadi paperless.Dalam pembelajaran, konektivitas internet dan maksimalisasi software pendukung yang ada meminimalisasi hambatan-hambatan dalam pencarian dan pengoalahan informasi. Buku teks bukan lagi satu-satunya sumber belajar. Internet sudah bisa menjadi alternatif selain media informasi berbasis kertas, semisal koran, majalah, tabloid, atau periodicals macam National Geographic. Pembelajaran juga semakin interaktif karena adanya media-media semisal YouTube, Flickr. Pengemukaan gagasan pribadi semakin terjamin publisitasnya karena anda bisa habis-habisan menuliskannya di weblog atau Blog. Untuk gambaran lebih detail tentang bagaimana internet merevolusi gaya belajar dan berkomunikasi kita di dunia, silakan membaca The World is Flat karya Thomas L. Friedman (2006) yang saat ini sudah diterjemahkan dan dijual bebas di toko buku Metropolis.Lalu, apakah tanpa laptop semua di atas itu tidak bisa dilakukan? Jawabannya, bisa. Internet bisa dilakukan asal ada jaringan di lokasi Anda. Yang perlu dicatat, kecanggihan penyediaan akses sudah sampai pada taraf outdoor, dengan adanya WiFi (wireless fidelity). Sehingga Anda tidak perlu terpaku di satu titik lokasi hanya untuk mengakses internet. Karena itu, alat pendukungnya juga tidak harus terpaku di satu titik lokasi semisal komputer PC di laboratorium komputer. Dalam hal inilah laptop itu kemudian menjadi penting. Mobilitas individu tidak menghalanginya untuk berinteraksi dan bertransaksi di dunia maya dengan adanya laptop.Kesimpulannya, untuk menjawab urgensi penggunaan laptop di sekolah perlu dikembalikan kepada pertanyaan mendasar, seperti apakah kurikulum dan filosofi belajar di sekolah yang bersangkutan. Bila masih menggunakan pendekatan kelas fisik secara total dan berpusat pada guru (teacher-centered) dengan kegiatan belajar outdoor sangat minim dan tidak terintegrasi, kami rasa penggunaan laptop hanyalah upaya mengangkat gengsi dengan memanfaatkan ketidaktahuan orang tua siswa dan masyarakat saja. Namun, bila kurikulum dan filosofi belajarnya berbasis riset, inquiry, mengutamakan pengembangan berpikir kritis siswa serta berpijak pada kemandirian siswa dalam belajar, maka penggunaan laptop adalah alternatif yang sangat baik. Mobilitas siswa dalam belajar mandiri akan terakomodasi. Interaksi dan transaksi antar siswa, guru dan pihak-pihak lain yang terkait dalam siklus belajar siswa tidak lagi terkendala batasan fisik bahkan jarak dan waktu! The classroom is flat (kelas adalah datar, bukan lagi ruang berdinding empat sisi yang membatasi siswa untuk belajar di dalamnya). Kami berharap ini bisa memberikan sedikit pelurusan paradigma bagi semua pihak. Selamat mencoba!