Tgs Khusus Otk Korosi

download Tgs Khusus Otk Korosi

of 4

description

sadsd

Transcript of Tgs Khusus Otk Korosi

Pemetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, SidoarjoNAMA: MahdiNIM: 03121003085KELOMPOK: 3SHIFT: Jumat Pagi

Stasiun pemurnian pada pabrik gula Watoe Toelis di krian, Sidoarjo ini merupakan unit yang bertujuan menghasilkan nira jernih dengan cara mengendapkan atau memisahkan kotoran yang terdapat dalam nira mentah. Dalam stasiun pemurnian ini sifat korosif dari nira semakin meningkat karena adanya pengaruh dari proses sulfitasi yang mengakibatkan turunnya pH serta bertambahnya unsur sulfur didalam komposisi nira. Untuk mendapatkan data agar pemetaan korosi menjadi lebih akurat maka dilakukan pengujian laju korosi pada pipe dan shell di Stasiun Pemurnian. Setelah dilakukan uji potensiostat didapatkan laju korosi pada pipa untuk medium carbon dengan pengaruh nira memiliki nilai terbesar 6,0656 mm/year dan untuk shell menggunakan cast iron dengan pengaruh nira jernih memiliki laju korosi 0,7705 mm/year. Pada pemetaan korosi tingkat resiko di kategorikan menjadi tiga jenis,yaitu low severity corrosion,medium severity corrosion dan high severity corrosion. Karat (rust), tentu saja adalah sebutan yang belakangan ini hanya dikhususkan bagi korosi pada besi, sedangkan korosi sendiri adalah perusakan suatu material karena bereaksi dengan lingkungannya atau bisa disebut sebagai gejala destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam. Terutama karena pabrik-pabrik di bidang industri menggunakan logam seperti besi, baja, dan banyak jenis logam dan paduan lainnya pada setiap komponen-komponennya. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa permasalahan korosi selalu ada disetiap industri tersebut,serta kurang disadarinya bahwa permasalahan korosi ini mampu memunculkan dampak yang merugikan baik dari segi biaya,sumber daya alam dan juga sumber daya manusia. Hal ini jugalah yang terjadi pada industri perkebunan yang ada di Indonesia. Salah satunya adalah industri gula yang berada di Pabrik Gula Watoe Toelis Pabrik gula yang terletak di Krian, Sidoarjo ini masih belum mempelajari dan membahas lebih dalam mengenai proses korosi yang ada di pabrik tersebut. Sedangkan dalam proses pembuatan dari gula itu sendiri banyak menggunakan peralatan-peralatan yang terbuat dari logam dan juga banyak menggunakan unsur yang bersifat korosif seperti Sulfur. Dan juga masih belum diketahuinya apakah nira yang merupakan bahan utama dari pembuatan gula bisa mengakibatkan terjadinya proses korosi atau tidak.Selain itu terdapat beberapa senyawa yang terkandung di dalam nira yang memiliki pengaruh besar terhadap korosi yaitu Sulfur dan Asam Asetat. Sulfur memiliki pengaruh yang besar terhadap proses terjadinya korosi karena ion Sulfur sendiri bersifat reduktif. Hal ini menyebabkan Sulfur mudah sekali mengikat Oksigen (O2) sehingga mudah sekali membentuk senyawa SO2.Dimana SO2 termasuk dari bahan pengotor yang bersifat mempercepat laju korosi karena menurunkan pH (menaikkan derajat ke asaman) media korosif.(Sulistijono 1999) Sedangkan Asam Asetat merupakan asam organik yang terbentuk secara alami dari hasil proses fermentasi atau proses perusakan gula yang tereduksi menjadi asam yang dikenal dengan nama Asam Asetat atau Asam Cuka. Asam Asetat juga mempengaruhi proses korosi karena senyawa ini bersifat asam sehingga memiliki efek sebagai katalisator dalam proses korosi yang terjadi pada logam.Dan setelah diuji komposisinya maka berdasarkan data bahwa dari nira mentah yang diproses menjadi nira jernih di unit pemurnian dan kemudian diuapkan di badan penguapan menjadi nira kental terjadi peningkatan kandungan sulfur serta asam asetat. Jadi sifat korosif dari nira semakin meningkat melalui proses pemurnian.Pada stasiun pemurnian ini dibagi menjadi 2 bagian,yang pertama shell dari setiap peralatan yang terkena nira.disini shell masih dalam kategori aman seperti yang dapat dapat dilihat dari hasil uji laju korosi yang mana corrosion rate yang terjadi bernilai kecil yaitu 0,7705 mm/year. Hal ini disebabkan karena jenis material shell ini adalah cast iron yang cukup memiliki ketahanan korosi dibandingkan medium carbon Steel. Di Stasiun ini yang perlu lebih diperhatikan adalah pada sistem perpipaannya. Hal ini dikarenakan pipa disini menggunakan jenis medium carbon Steel sehingga lebih rentan terhadap korosi.Dari hasil uji potensiostat didapatkan laju korosi akibat fluida yang bekerja semakin meningkat mulai dari pengaruh medium carbon Steel terhadap nira mentah yaitu 5,1207 mm/year,nira jernih yaitu 5,5525 mm/year dan nira kental bernilai 6,0656 mm/year.Ini bisa terjadi karena pada nira di unit pemurnian ini bersifat lebih korosif karena adanya penambahan sulfur akibat dari proses sulfitasi serta terdapat lebih banyak asam asetat.Dari hasil pembuatan corrosion mapping yang telah dilakukan berdasarkan laju korosi dari pengaruh nira yang bekerja terhadap jenis materialnya maka dapat diambil kesimpulan ,yaitu Potensi korosi pada stasiun pemurnian terdapat dua jenis yaitu, pada shell adalah Low Severity Corrosion dengan laju korosi 0,7705 mm/year dan pada pipa dikategorikan High Severity Corrosion dengan laju korosi 5,1207 mm/year, 5,5525 mm/year, dan 6,0656 mm/year. Untuk cairan nira pada pabrik gula ini berpengaruh terhadap laju korosi pada peralatan-peralatan di Stasiun Pemurnian karena memiliki pH yang asam serta adanya proses pemurnian juga meningkatkan sifat korosif pada nira

DAFTAR PUSTAKA

Alifanto,Adam. 2011.P emetaan Korosi pada Stasiun Pemurnian di Pabrik Gula Watoe Toelis Krian, Sidoarjo. (Online). http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-17358-2707100021-Paper.pdf.(Diakses Pada 2 Maret 2015)