test DNA

36
BAB I PENDAHULUAN Dioxyribo Nucleat Acid (DNA) adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi mengatur perkembangan biologis seluruh kehidupan manusia. Dalam bidang forensik, DNA memiliki peranan penting sebagai penyampai informasi genetik dan dapat menunjang dalam kasus forensik seperti mencocokkan bukti dengan orang yang dicurigai, dalam tes paternitas untuk identifikasi orangtua, investigasi orang hilang, dalam kasus bencana massal, DNA militer dan pembentukan database DNA. 1 Tes paternitas adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah seorang pria adalah ayah biologis dari seorang anak. Pemeriksaan forensik serologis yang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan kasus paternitas adalah sistem ABO yang pertama kali ditemukan di Jerman pada tahun 1910. Setelah itu ditemukan sistem MNS dan rhesus pada tahun 1940. Pemeriksaan serologi dengan menggunakan sistem- sistem ini terutama digunakan untuk mengeksklusi seseorang yang dituduh sebagai ayah biologis seorang anak atau dapat memastikan bahwa seorang pria pasti bukan ayah biologis anak tersebut. 1,2,3 Pengelompokan sistem yang digunakan dalam tes paternitas dibagi menjadi empat yaitu: 1

description

see it

Transcript of test DNA

Page 1: test DNA

BAB I

PENDAHULUAN

Dioxyribo Nucleat Acid (DNA) adalah asam nukleat yang mengandung materi

genetik dan berfungsi mengatur perkembangan biologis seluruh kehidupan

manusia. Dalam bidang forensik, DNA memiliki peranan penting sebagai

penyampai informasi genetik dan dapat menunjang dalam kasus forensik seperti

mencocokkan bukti dengan orang yang dicurigai, dalam tes paternitas untuk

identifikasi orangtua, investigasi orang hilang, dalam kasus bencana massal, DNA

militer dan pembentukan database DNA.1

Tes paternitas adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

apakah seorang pria adalah ayah biologis dari seorang anak. Pemeriksaan forensik

serologis yang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan kasus paternitas

adalah sistem ABO yang pertama kali ditemukan di Jerman pada tahun 1910.

Setelah itu ditemukan sistem MNS dan rhesus pada tahun 1940. Pemeriksaan

serologi dengan menggunakan sistem-sistem ini terutama digunakan untuk

mengeksklusi seseorang yang dituduh sebagai ayah biologis seorang anak atau

dapat memastikan bahwa seorang pria pasti bukan ayah biologis anak tersebut.1,2,3

Pengelompokan sistem yang digunakan dalam tes paternitas dibagi

menjadi empat yaitu:

1. Sistem sel darah merah terdiri dari: sistem ABO, Rhesus (Rh), MNS, Kell

(K), Duffy (Fy), Kidd (Jk), Lutheran.

2. Sistem biokimia meliputi pemeriksaan plasma protein dan enzim sel darah

merah terdiri dari: haptoglobin (Hp), phosphoglucomutase (PGM),

esterase D (EsD), erythrocyte acid phosphatase (EAP), glyoxalase (GLO),

adenosine deaminase (ADA), adenylate kinase (AK), group specific

component (GC), Gm dan KM.

3. Human Leucocyte Antigen (HLA) yang mengidentifikasi antigen pada

leukosit.

4. DNA profiling.

1

Page 2: test DNA

Pada prinsipnya dalam penyelesaian kasus disputed paternity (ragu ayah)

semakin banyak sistem yang diperiksa, maka peluang untuk memastikan bukan

ayah akan semakin besar. Dengan pemeriksaan semua serologi forensik yaitu

pemeriksaan sel darah merah, biokimia, dan HLA maka peluang eksklusi yang

memastikan bukan ayah sebesar 99,7% dengan pemeriksaan HLA yang

memberikan peluang eksklusi tertinggi yaitu sebesar 94%. Pemeriksaan dengan

serologi forensik kurang kuat jika dibandingkan dengan pemeriksaan DNA yang

memiliki peluang memastikan status keayahan sebesar 99,9%. Berikut ini tabel

peluang eksklusi bukan ayah dari masing-masing sistem pemeriksaan serologis

pada tes paternitas. 3

Tabel 1. Peluang Eksklusi Bukan Ayah3

Sistem Peluang (%)

Antigen sel darah merah

MNS

Rhesus

Kidd

Duffy

ABO

Kell

Lutheran

Protein Serum

GC

Hp

Glm

Km

32.1

28.0

19.0

18.0

17.6

3.3

3.3

24,7

17,5

6.5

2

Page 3: test DNA

Enzim sel darah merah

PGM

EAP

GPT

Glyoxalase

Esterase

AK

ADA

Human Leukocyte Antigen (HLA)

6.0

25.3

21.0

19.0

18.4

9.0

4.5

4.5

94.0

Total kombinasi semua sistem 99.7

Tes paternitas yang sering digunakan untuk untuk menyelesaikan kasus

ragu ayah yaitu metode konvensional dengan analisis fenotip berupa tes golongan

darah sistem ABO, Rhesus, MNS dan tes Human Leukocyte Antigen (HLA) serta

tes paternitas yang menggunakan metode forensik molekular yaitu tes DNA.

Analisis fenotip hanya dapat memberikan jawaban pasti jika si X bukan ayah si

anak, sedangkan tes DNA didasarkan pada analisis informasi genetik yang sangat

spesifik dalam membedakan ciri setiap individu sehingga dapat menentukan

identitas seseorang hampir 100 % pasti sebagai ayah biologis si anak. Pada tugas

paper ini akan lebih banyak membahas mengenai tes DNA sebagai tes paternitas

untuk menyelesaikan kasus disputed paternity (ragu ayah).3

3

Page 4: test DNA

BAB II

ISI

II.1 Karakteristik DNA

DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi

mengatur perkembangan biologis seluruh kehidupan secara biologis. DNA

memiliki struktur pilinan utas ganda yang terdiri dari komponen gula pentosa

(deoksiribosa), gugus fosfat dan pasangan basa. Pasangan basa pada DNA terdiri

dari dua macam yaitu basa pirin dan pirimidin. Basa pirin terdiri atas adenin (A)

dan guanin (G) yang memiliki struktur cincin ganda sedangkan basa pirimidin

terdiri atas sitosin dan timin yang mempunyai struktur cincin tunggal. Adenin

selalu berpasangan dengan timin dan sitosin selalu berpasangan dengan

berpasangan dengan guanin, kedua basa pada masing-masing pasangan

dihubungkan dengan ikatan hidrogen. Kedua rantai berjalan memilin satu sama

lain dalam rantai helix ganda. DNA sebagai pembawa keterangan genetik dalam

sel mempunyai unit esensial berupa kodon yaitu yang merupakan triplet urutan

basa dan masing-masing triplet mengkodekan sebuah asam amino tertentu. Kode

genetik hanya menentukan struktur protein primer. Protein ini dapat merupakan

komponen struktural makromolekul atau enzim yang mengendalikan sintesis non

protein.4

Di dalam setiap sel berinti terdapat dua jenis DNA yaitu core DNA (c-DNA)

yang terdapat di dalam inti sel dan mitokondria DNA (mt-DNA) yang terdapat

dalam organel mitokondria. c-DNA merupakan materi genetik yang membawa

sifat individu dan diturunkan dari ayah dan ibu menurut hukum Mendel.

Berdasarkan pola pewarisan ini maka pemeriksaan c-DNA dapat digunakan untuk

mencari hubungan anak-ibu maupun anak-bapak.

DNA mitokondria (mt-DNA) merupakan materi genetik yang membawa kode

genetik dari berbagai enzim dan protein yang berkaitan dengan proses

pembentukan dan penuaan. Berbeda dengan c-DNA, mt-DNA berbentuk

lingkaran ganda yang hanya diturunkan dari ibu kepada anak, sehingga

pemeriksaan mt-DNA hanya dapat digunakan untuk mencari hubungan anak-ibu.

4

Page 5: test DNA

Dalam forensik yang dimaksud dengan pemeriksaan DNA umumnya merujuk

pada pemeriksaan c-DNA yang penggunannya lebih luas.4

II.2 Kromosom

Setiap sel dalam tubuh seseorang memiliki rangkaian DNA identik. Rangkaian

DNA setiap sel disebut kromosom. Setiap kromosom dibagi menjadi lokus-lokus

yang menandai posisi gen dalam kromosom. Setiap sel dalam tubuh manusia

memiliki 23 pasang kromosom yang terdiri atas 22 pasang kromosom autosomal

dan satu pasang kromosom seks (XX pada wanita, dan XY pada laki-laki).

Rangkaian DNA pada setiap orang didapatkan dari kontribusi sel ovum ibunya

dan sel sperma ayahnya.

Kromosom Y menempati posisi yang unik dalam hal kriminologi dan

genealogi. Kromosom Y merupakan salah satu kromosom terkecil dari 23 pasang

kromosom manusia, namun memiliki sejumlah gen aktif dan memiliki nilai

penting dalam DNA-typing.5

Kromosom Y mengandung SRY (Sex Determining Region Y) yang berperan

menentukan kelelakian seseorang dengan peranannya mengatur terbentuknya

hormon testosterone. Kromosom Y bersifat unik karena setiap kromosom Y pada

seorang pria akan diturunkannya secara langsung hanya kepada anak laki-lakinya

dan kemudian diteruskan oleh anak laki-lakinya kepada cucunya hingga keturunan

laki-laki selanjutnya.

Peran penting kromosom Y dalam DNA typing antara lain untuk kriminologi

dan analisis forensik, analisis orang hilang, kasus warisan yang melibatkan

keterkaitan genetik antara anggota keluarga laki-laki, kasus imigrasi untuk

menentukan kekerabatan genetik, dan kepentingan antropologi.5

II.3 Proses Analisis DNA untuk Tes Paternitas

Tes paternitas dengan menggunakan analisis DNA adalah analisis

informasi genetik yang sangat spesifik dalam membedakan ciri setiap individu

sehingga dapat menentukan identitas seseorang hampir 100 % pasti sebagai ayah

biologis si anak, sedangkan metode konvensional dengan analisis fenotip berupa

5

Page 6: test DNA

tes golongan darah sistem ABO, Rhesus, MNS dan tes Human Leukocyte Antigen

(HLA) hanya dapat mengeksklusi pria yang diduga sebagai ayah biologis. Selain

pada kasus paternitas tes DNA juga sangat berguna pada kasus-kasus yang

membutuhkan pembuktian forensik. Beberapa kelebihan pemeriksaan DNA

dibandingkan dengan pemeriksaan konvensional lainnya adalah sebagai berikut:3,6

1. Ketepatan yang lebih tinggi

Sebagai contoh dalam pemeriksaan suatu bercak darah sebelum

ditemukannya pemeriksaan DNA dilakukan pemeriksaan golongan

darah. Hasil pemeriksaan golongan darah yang tidak cocok akan

menyebabkan orang yang dicurigai tersingkir sebagai sumber darah

tersebut, namun jika cocok maka merupakan suatu kemungkinan saja.

Sedangkan hasil pemeriksaan DNA terhadap bercak darah tersebut

akan nyaris sempurna dalam menentukan siapa sumber bercak darah

tersebut.

2. Kestabilan yang tinggi

Pada kasus-kasus dimana bukti sebagai sampel sudah membusuk,

maka hanya tes DNA yang masih dapat dilakukan, karena DNA

bersifat tahan pembusukan dibandingkan protein.

3. Pilihan sampel yang luas

Penyebaran DNA hampir pada seluruh bagian tubuh membuat sampel

untuk tes DNA dapat diambil dari berbagai bagian tubuh kecuali sel

darah merah.

4. Dapat mengungkap kasus sulit

Hanya tes DNA yang dapat dilakukan untuk pemecahan kasus-kasus

sulit yang tidak dapat dipecahkan oleh metode konvensional antara

lain seperti: penentuan keayahan, kasus incest, kasus paternitas dengan

bayi dalam kandungan, kasus paternitas dengan bayi yang sudah

meninggal dan kasus paternity tanpa kehadiran sang “ayah”.

6

Page 7: test DNA

5. Dapat mengungkap kasus perkosaan dengan banyak pelaku,

pemeriksaan DNA dapat memastikan berapa orang pelaku dan siapa

saja pelakunya.

6. Sensitifitas yang amat tinggi

Sensitifitas tes DNA dapat mencapai 99,9 %. Tes DNA juga dapat

dilakukan pada sampel dengan jumlah kecil dengan metode PCR.

II.4 Sampel pada tes DNA

Bahan sampel DNA dapat dipilih dari jaringan apa saja, karena DNA

dapat diperoleh dari semua sel berinti. Sel yang tidak memiliki DNA hanyalah sel

darah merah karena sel darah merah tidak memiliki inti. Untuk tes diperlukan

spesimen yang diambil dari ibu, anak dan pria yang diduga sebagai ayah

biologisnya. Tes tidak dapat dilakukan jika spesimen tidak lengkap, misalnya

tanpa spesimen yang diambil dari ibu. Kalaupun dilakukan, kesimpulan tes yang

akan diperoleh sangat rendah yaitu kurang dari 50 %. 6

Hal yang paling penting pada tahap pengambilan bahan atau spesimen

adalah jangan sampai terjadi kontaminasi. Artinya spesimen yang akan diperiksa

tercampur dengan spesimen individu lain sehingga mengakibatkan kesalahan

pengambilan kesimpulan dalam menentukan siapa ayah biologis anak tersebut.

Bahan sampel setelah dikumpulkan harus diberi perlakuan tertentu agar tidak

rusak. Secara umum DNA dapat rusak akibat pengaruh lingkungan seperti

paparan sinar matahari, terkena panas, bahan kimia, air dan akibat kerja enzim

DNAase yang terdapat dalam jaringan sendiri. Untuk itu terhadap berbagai bahan

sampel tersebut harus diberi perlakuan sebagai berikut:6

1. Jaringan

Untuk bahan sampel yang segar, sampel terbaik adalah jaringan

limpa, kelenjar getah bening dan hati. Sedangkan untuk bahan yang

telah busuk, otak yang terbaik meskipun kondisinya telah mencair.

Bahan sampel diambil, dibungkus kertas alumunium dan dibekukan

pada suhu dibawah 20°C.

7

Page 8: test DNA

2. Darah

Darah cair diberikan pengawet EDTA, dan disimpan dalam termos

es atau lemari es. Alternatif lain, bahan diserap dengan kain kasa lalu

dikeringkan. Bercak kering dapat dikerok dengan scalpel, dibawa

dengan bendanya atau diusap dengan kain kasa basah lalu

dikeringkan.

3. Cairan mani

Diserap dengan kain kasa kemudian dikeringkan

4. Tulang, Gigi dan Rambut

Dibungkus dengan kertas alumunium dan disimpan pada suhu di

bawah 20°C. Bahan yang telah dikeringkan dapat disimpan pada

suhu kamar. Sampel rambut diambil 10 – 15 helai beserta akarnya.

Sampel gigi dipilih paling sedikit empat, molar jika mungkin.

Sampel gigi sebaiknya tidak rusak oleh endodontia. Sampel tulang

sebaiknya dari femur.

II.5 Teknik Analisis DNA

Adapun jenis-jenis teknik analisa DNA adalah sebagai berikut:2,

Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)

Teknik pertama yang digunakan analisa DNA dalam bidang forensiik

adalah RFLP. Polimorfisme yang dinamakan Restriction Fragment

Leght Polymorphism (RFLP) adalah suatu polimorfisme DNA yang

terjadi akibat variasi panjang fragmen DNA setelah dipotong dengan

enzim retriksi tertentu menjadi fragmen Variable Number Of Tandem

Repeat (VNTR). Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan enzim

retriksi yang berfungsi memotong DNA pada tempat-tempat tertentu

dengan cara mengenali urutan basa tertentu seperti AATT. Urutan basa

tersebut disebut sebagai recognition sequence. Enzim yang berbeda

memiliki recognition sequence yang berbeda. Enzim ini lalu memotong

DNA menjadi segmen-segmen yang berbeda. Panjang segmen tersebut

8

Page 9: test DNA

bervariasi pada tiap orang, hal ini disebabkan karena titik potong enzim

yang berbeda dan panjang segmen antara titik potong juga berbeda.6,7

Analisa yang dihasilkan adalah variasi pada panjang fragmen

DNA yang telah ditentukan. Setelah selesai, pola RFLP tampak seperti

kode batang (bar code). Saat membandingkan hasil analisa dua sampel,

pola batang pada autoradiograf dibandingkan untuk menentukan apakah

kedua sampel tersebut berasal dari sumber yang sama.6,7

Proses pada teknik Restriction Fragment Leght Polymorphism

(RFLP) diawali dengan proses pemotongan dengan menggunakan enzim

retriksi tertentu. Kemudian dengan menggunakan gel yang dialiri arus

listrik, potongan DNA diurutkan berdasarkan panjangnya. Proses ini

dinamakan electrophoresis, prinsip pada proses in adalah potongan DNA

yang lebih pendek bergerak lebih cepat daripada yang lebih panjang.

Untuk mendeteksi adanya segmen yang bersifat polimorfik maka

dilakukan suatu prosedur yang disebut sebagai Southern Blooting.

Dalam prosedur ini pada gel ditambahkan suatu zat kimia yang berfungsi

untuk memisahkan rantai ganda menjadi rantai tunggal, kemudian

membran nilon diletakkan diatas gel dan bahan penyerap diatas

membran nilon. Cairan akan bergerak ke dalam bahan penyerap bersama

potongan DNA rantai tunggal. Kemudian dengan menggunakan fragmen

pendek DNA (DNA probe) yang mengandung petanda radioaktif maka

akan dideteksi DNA yang berasal dari lokasi pada genome yang

memiliki ciri yang jelas dan sangat polimorfik. Pada proses ini DNA

probe akan berikatan dengan potongan DNA rantai tunggal dan

membentuk DNA rantai ganda pada bahan nilon. DNA probe yang tidak

berikatan akan dicuci. Membran nilon yang berisi potongan DNA yang

telah ditandai dengan DNA probe selanjutnya ditransfer pada selembar

film X-ray. Pada proses ini akan tampak hasil berupa kode batang yang

disebut autorad. Pola inilah yang dibandingkan untuk mengetahui

apakah kedua sampel bersal dari sumber yang sama. Pada teknik RFLP

9

Page 10: test DNA

tidak hanya digunakan satu DNA probe, diamana DNA probe yang

berbeda menandai lokus yang berbeda.6,7

Walaupun penggunaanya telah mulai digeser oleh teknologi baru

RFLP tetap adalah teknik terbaik untuk diskriminasi masing-masing

lokus. Hal ini disebabkan oleh karena lokus-lokus yang dipergunakan

untuk RFLP dapat menunjukkan ratusan variasi untuk tiap lokus.

Dengan demikian jika dua sampel berasal dari sumber yang berbeda,

RFLP dapat membedakannya menggunakan jumlah lokus yang lebih

sedikit. RFLP dapat menentukan apabila sebuah sampel berasal dari

lebih satu sumber dan dapat membedakan sumbernya dengan baik.

Tingginya daya diskriminasi teknik ini disebabkan oleh hipervariabilitas

pada tiap lokus dan kemampuan untuk memeriksa lebih dari satu lokus.

Kelemahan teknik ini adalah memerlukan sampel DNA dalam jumlah

lebih besar dan harus dalam kondisi baik jika dibandingkan dengan

teknik menggunakan PCR. Teknik ini juga membutuhkan lebih banyak

tenaga.

Polymerase Chain Reaction (PCR)

Metode analisa DNA yang selanjutnya adalah Polymerase Chain

Reaction (PCR) yaitu suatu metode untuk memperbanyak fragmen DNA

tertentu secara in vitro dengan enzim polymerase DNA. Teknik ini

didesain agar yang diperbanyak hanya segmen tertentu dari sampel

dengan tingkat akurasi yang tinggi, sehingga dapat diperoleh informasi

dari sampel yang jumlahnya sedikit atau bahkan pada sampel DNA yang

sudah mulai terdegradasi.2,6,7

Sampel DNA yang disiapkan dengan metode PCR dapat

diananlisis menggunakan beberapa cara. Secara umum variasi per lokus

sampel DNA yang disiapkan melalui PCR lebih rendah daripada variasi

pada RFLP. Dengan demikian hasil dapat diperoleh dari sampel yang

kurang secara kualitas maupun kuantitas namun kekuatan

deskriminasinya lebih rendah dengan jumlah lokus yang sama. Kekuatan

10

Page 11: test DNA

metode analisis PCR adalah kemampuan untuk menganalisa beberapa

lokus secara bersamaan dengan proses yang otomatis.2,6,7

Proses yang terjadi pada teknik ini serupa dengan cara DNA

memperbanyak jumlahnya dalam sel. Ada tiga tahap yang dilakukan di

laboratorium. Pertama, proses yang dinamakan denaturation yaitu

segmen atau urutan DNA rantai ganda dipisahkan menjadi dua rantai

tunggal dengan cara memanaskan. Kedua proses Annealing atau

Hybridization, pada proses ini setiap rantai tunggal tersebut dipersiapkan

dengan cara mengikatkannya dengan DNA primer. DNA primer adalah

DNA pendek yang dibuat secara sintetis yang menunjukkan urutan DNA

yang akan diperbanyak. Proses ketiga disebut Extension yaitu enzim

DNA polymerase ditambahkan bersama dengan sejumlah basa bebas

dari keempat jenis basa DNA dilanjutkan dengan proses replikasi.

Keunggulan PCR dibandingkan RFLP adalah:2

1) Simpel dan mudah dilaksanakan di laboraturium

2) Hasil diperoleh dalam waktu singkat (dalam beberapa hari)

3) Oleh karena kapasitas produksi segmen DNA yang tidak terbatas

maka metode yang berdasarkan PCR memungkinkan untuk

menganalisa DNA dalam jumlah sangat sedikit.

Kekurangan metode PCR adalah:2,8

1) Mudah terkontaminasi

Kontaminasi merupakan masalah yang besar pada PCR karena

sistem ini memperbanyak DNA yang ada dengan tingkat akurasi

yang tinggi. Sebuah molekul DNA dapat menjadi jutaan bahkan

milyaran DNA dalam waktu tiga jam, jika ada sebuah molekul

DNA bakteri atau kontaminan lain tercampur maka molekul

tersebut juga akan diperbanyak dalam laju yang sama sehingga

akan terjadi salah kesimpulan.

2) Kebanyakan lokus dalam PCR memiliki alel lebih sedikit

dibandingkan VNTR pada metode RFLP.

11

Page 12: test DNA

3) Tidak seperti VNTR yang menggunakan area yang tidak

berfungsi, beberapa lokus dari PCR adalah gen yang fungsional,

ini berarti telah terjadi seleksi alam yang menyebabkan perbedaan

yang lebih besar dari subgroup populasi.

STRs (Short Tandem Repeats)

Metode STRs (Short Tandem Repeats) adalah salah satu metode analisis

yang berdasar pada metode Polymerase Chain Reaction (PCR). STRs

(Short Tandem Repeat) adalah suatu istilah genetik yang digunakan

untuk menggambarkan urutan DNA pendek (2 – 5 pasangan basa) yang

diulang. Genome setiap manusia mengandung ratusan STRs. Metode ini

paling banyak dikembangkan karena metode ini cepat, otomatis dan

memiliki kekuatan diskriminasi yang tinggi. Dengan metode STRs dapat

memeriksa sampel DNA yang rusak atau dibawah standar karena ukuran

fragmen DNA yang diperbanyak oleh PCR hanya berkisar antara 200 –

500 pasangan basa. Selain itu pada metode ini dapat dilakukan

pemeriksaan pada setiap lokus yang memiliki tingkat polimorfisme

sedang dengan memeriksa banyak lokus dalam waktu bersamaan.

Teknik yang digunakan adalah multiplexing yaitu dengan memeriksa

banyak lokus dan berbeda pada satu tabung. Dengan cara ini dapat

menghemat waktu dan menghemat sampel. Analisis pada teknik ini

didasarkan pada perbedaan urutan basa STRs dan perbedaan panjang

atau pengulangan basa STRs.2,6

Y- STRs (Y-Short Tandem Repeats)

Y- STRs adalah STRs yang ditemukan pada kromosom Y. Y- STRs

dapat diperiksa menggunakan jumlah sampel kecil dan rusak dengan

metode dan alat yang sama dengan pemeriksaan STRs pada kromosom

autosomal. Karena kromosom Y hanya terdapat pada pria maka Y- STRs

dapat berguna untuk menyaring informasi genetik yang spesifik dari pria

yang yang menjadi sampel. Pemeriksaan Y- STRs dapat digunakan

untuk memeriksa sampel tanpa sperma yang bercampur antara sampel

laki-laki dan perempuan, seperti sampel darah atau air liur yang diambil

12

Page 13: test DNA

dari korban kasus perkosaan. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi

profil pria ketika hanya profil wanita yang tampak jelas saat

menggunakan STRs. Karena kromosom Y tidak mempunyai homolog

pada genom manusia, maka disebut hemizygous. Kromosom Y tidak

mempunyai partner yang sama seperti pada kromosom autosomal.

Walaupun ia berpasangan selama pembelahan sel, rekombinasi genetik

yang terjadi hanya sedikit atau yidak ada sama sekali, hal ini diwariskan

kepada keturunannya. Y- STRs sangat berguna untuk menyelesaikan

kasus disputed paternity pada anak laki-laki, karena kromosom Y

diturunkan oleh ayah kepada anak laki-laki.2,6

mtDNA (Mitochondrial DNA)

Aplikasi penggunaan mitokondria DNA (mtDNA) dalam identifikasi

forensik dimulai pada tahun 1990. Mitokondria adalah partikel

intraselular yang terdapat di luar nukleus dalam sitoplasma sel.

Mitokondria mengandung DNA kecil berupa molekul berbentuk sirkular

yang terdiri dari 16569 pasangan basa yang dapat diidentifikasi. Setiap

sel mengandung 100 – 1000 mitokondria.

Ciri khas dari mtDNA adalah pola penurunannya. Tidak seperti

DNA inti yang tersusun dari kombinasi separuh DNA orang tua,

mitokondria DNA hanya mengandung DNA ibu. Mitokondria

diturunkan melalui sel telur tidak melalui sperma walaupun sperma

secara struktural juga mengandung mitokondria dalam jumlah kecil, hal

ini disebabkan karena bagian mitokondria sperma tidak masuk ke dalam

sel telur sehingga hanya mitokondria ibu yang secara normal diturunkan

pada anaknya.2,6

Mitokondria DNA bersifat seperti kromosom Y yang tidak

mempunyai homolog pada genom manusia, maka disebut hemizygous

hal ini menyebabkan Mitokondria DNA dan Kromosom Y diturunkan

secara spesifik. Jika dari pemeriksaan Mitokondria DNA dapat

mengetahui garis ibu, maka dari pemeriksaan Kromosom Y dapat

mengetahui garis ayah pada anak laki-laki. Perbedaan yang terlihat

13

Page 14: test DNA

bahwa Mitokondria DNA adalah marker sitoplasmik yang diturunkan

ibu kepada semua anaknya sedangkan Kromosom Y adalah marker

nuklear yang hanya diturunkan seorang ayah pada anak laki-lakinya.6

CODIS (Combined DNA Index System)

CODIS merupakan analisis DNA yang baru dikembangkan FBI. FBI

memilih 13 STR yang digunakan sebagai deretan lokus utama standar

dan meningkatkan pengembangan kemampuan laboraturium untuk

melakukan pemeriksaan pada lokus tersebut. Laboratorium di seluruh

dunia menggunakan lokus yang sama. Pengumpulan 13 lokus utama

meningkatkan kemampuan diskriminasi. Kemungkinan ditemukan

kecocokan antara dua orang yang tidak berhubungan berdasarkan

random di Caucasian Amerika adalah satu diantara 575 trilyun. Angka

kemungkinan ini lebih kecil dibandingkan UK system. FBI secara aktif

dilibatkan dalam pengumpulan data frekuensi populasi pada grup dan

subgrup populasi yang berbeda. Populasi ini kemudian dibagi lagi,

misalnya data dari Jepang, Cina, Korea dan Vietnam. Pada dunia bagian

barat terdapat data untuk Bahamian, Jamaica dan Trinidadian.2,7,8,9

FBI menyediakan software sebagai fasilitas pada penggunaan

CODIS, termasuk pelatihan penggunaan sistem serta menyediakan

dukungan bagi laboraturium untuk melakukan analisis DNA. CODIS

menggunakan dua indeks atau putunjuk untuk melakukan pemeriksaan

pada kasus kriminal dengan analisis dna. Convicted Offender Index

mengandung profil narapidana yang melakukan tindakan criminal. The

Forensik Index mengandung profil DNA dari fakta yang didapatkan

pada kasus criminal misalnya darah atau semen. Kedua indeks ini

didapatkan dengan komputer.2

14

Page 15: test DNA

II.6 Analisis Hasil Tes DNA

Analisis DNA untuk tes paternitas meliputi beberapa tahap yaitu tahap

pengambilan spesimen, tahap proses laboraturium, tahap perhitungan statistik dan

pengambilan kesimpulan. Untuk metode tes DNA di Indonesia, masih

memanfaatkan metode elektroforesis DNA. Intreprestasi hasilnya adalah dengan

cara menganalisa pola DNA menggunakan marka STR (short tandem repeats).

STR adalah lokus DNA yang tersusun atas pengulangan 2-6 basa. Dalam genom

manusia dapat ditemukan pengulangan basa yang bervariasi jumlah dan jenisnya.

Dengan menganalisa STR ini, maka DNA tersebut dapat diprofilkan dan

dibandingkan dengan sampel DNA terduga lainnya.

Beberapa tahapan tes DNA yaitu:9

1. Tahapan preparasi sampel yang meliputi pengambilan sampel DNA (isolasi)

dan pemurnian DNA. Dalam tahap ini diperlukan kesterilan alat-alat yang

digunakan. Untuk sampel darah, dalam isolasinya dapat digunakan bahan kimia

phenolchloroform sedangkan untuk sampel rambut dapat digunakan bahan kimia

Chilex. Selanjutnya DNA dimurnikan dari kotoran-kotoran seperti protein, sel

debris, dan lain lain. Untuk metode pemurnian biasanya digunakan tehnik

sentrifugasi dan metode filtrasi vakum. Tetapi berbagai ilmuwan telah banyak

meninggalkan cara tersebut dan beralih ke produk-produk pemurnian yang telah

dipasarkan seperti produk butir magnet yang memanfaatkan silica-coated

paramagnetic resin yang memungkinkan metode pemisahan DNA yang lebih

sederhana dan cepat.

2. Tahapan selanjutnya adalah memasukan sampel DNA yang telah dimurnikan

kedalam mesin PCR (polymerase chain reaction) sebagai tahapan amplifikasi.

Hasil akhir dari tahap amplifikasi ini adalah berupa kopi urutan DNA lengkap dari

DNA sampel. Selanjutnya kopi urutan DNA ini akan dikarakterisasi dengan

elektroforesis untuk melihat pola pitanya. Karena urutan DNA setiap orang

berbeda maka jumlah dan lokasi pita DNA (pola elektroforesis) setiap individu

juga berbeda. Pola pita inilah yang disebut DNA sidik jari (DNA finger print)

yang akan dianalisa pola STR nya. Tahap terakhir adalah DNA berada dalam

15

Page 16: test DNA

tahapan typing, proses ini dimaksudkan untuk memperoleh tipe DNA. Mesin PCR

akan membaca data-data DNA dan menampilkannya dalam bentuk angka-angka

dan gambar-gambar identfikasi DNA. Finishing dari tes DNA ini adalah

mencocokan tipe-tipe DNA.

3. Hasil analisis laboratorium atau profil DNA akan terlihat berupa pita-pita DNA

yang terdapat pada gel poliakrilamid. Pita DNA anak kemudian dibandingkan

dengan pita DNA ayah dan ibunya. Dapat dilihat bahwa masing-masing orang

memiliki dua pita sebagai representasi dua alel yang menggambarkan DNA pada

satu pasang kromosom. Salah satu pita pada kolom DNA anak sama tinggi dengan

salah satu pita ibu yang menunjukkan alel tersebut berasal dari ibu, artinya pita

anak yang kedua berasal dari pihak ayah terlihat bahwa salah satu pita ayah sama

tinggi dengan pita kedua anak. Kemudian dilakukan perhitungan statistik sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa pria tersebut kemungkinan besar adalah ayah

dengan kemungkinan sekian persen dibandingkan dengan orang lain dalam ras

yang sama.

16

Page 17: test DNA

BAB III

LAPORAN KASUS

Mr. A adalah seorang laki-laki usia 65 tahun berkebangsaan Australia, memiliki

anak laki-laki ”MDA” dari Istri pertamanya di Australia. Pada tahun 2008,

diketahui Mr. A telah memilki istri kedua di Bali ”Nyonya S” dan dari hubungan

mereka lahir seorang bayi laki-laki ”RJ” yang pada saat pemeriksaan telah berusia

satu bulan. Karena keluarga besar Mr. A yang berada di Australia ingin

mengetahui pasti apakah bayi tersebut benar-benar anak dari Mr. A, maka mereka

meminta dilakukannya ”uji keayahan” atau tes paternitas dengan menggunakan

tes DNA. Permasalahannya, Mr. A telah meninggal sejak tahun 2009, sehingga

sampel dari ayah tidak mungkin di peroleh. Sehingga, sampel yang dipakai

sebagai pembanding adalah sampel dari anak pertama Mr. A (MDA). Dari tes

tersebut dapat diperoleh hasil, apakah ”MDA” berasal dari satu garis keturunan

yang sama dengan ”RJ” atau tidak.

Pada kasus ini keluarga pasien meminta pengujian DNA kepada bagian

forensik melalui Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Selanjutnya,

setelah dilakukannya informed concent, sampel diambil dari ”MDA” sebagai

pembanding dan ”RJ” sebagai individu yang ingin di uji. Sampel yang digunakan

untuk ”MDA” adalah darah, sedangkan sampel untuk ”RJ” diambil dari swab

pipi. Kemudian sampel dikirim ke bagian/ unit Biologi Molekuler Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana untuk dilakukannya pengujian DNA.

Pengujian DNA yang di pakai pada kasus ini adalah menggunakan DNA

kromosom Y. Tes Y-STR penurunan paternal digunakan untuk menentukan

apakah dua atau lebih laki-laki mempunyai hubungan keluarga melalui ayah

mereka (secara paternal/garis ayah). Tes ini sering digunakan untuk memberikan

bukti tambahan pada kasus paternitas yang sulit dimana terduga ayah tidak dapat

di tes (dalam kasus ini, ayah telah meninggal). Hasil tes ini juga dapat digunakan

untuk konfirmasi hubungan biologis dari anak laki-laki angkat. Dimana hasil dari

pengujian tersebut dapat dilihat pada lampiran dibawah ini :

17

Page 18: test DNA

SURAT KETERANGAN MEDISNO : KF 296/SKM/III/2010

Sehubungan dengan permintaan saudara MBA, kami yang bertanda tangan

di bawah ini, dokter I MADE MARKER Sp.F, dokter pemerintah pada Instalasi

Kedokteran Forensik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, telah

melakukan pemeriksaan DNA dari sampel darah dan swab pipi, bekerja sama

dengan Unit Biomol Fakultas Kedokteran Universitas Udayana terhadap :

Nama : MDAJenis kelamin : Laki-lakiKewarganegaraan : AustralianUmur : 37 tahunTanggal Lahir : 9 Mei 1973

Nama : RJJenis kelamin : Laki-lakiKewarganegaraan : -Umur : 1 bulanTanggal Lahir : 9 Februari 2010

Hasil pemeriksaan :

1. Dari hasil pemeriksaan DNA kromosom Y dengan metode standar menunjukkan MBA dan RJ adalah saudara se ayah.----------------------------------------

2. Hasil pemeriksaan secara lengkap terlampir.------------------------------------------------

18

BAGIAN / SMF / INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA / RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

Jl. Diponegoro, Denpasar 80114

Telp. (0361) 227911 – 15. Fax. (0361) 224206

Email : [email protected] Website : www.sanglahbalihospital.com

Page 19: test DNA

Kesimpulan :

Dari pemeriksaan DNA, MBA dan RJ adalah berasal dari individu dengan garis keturunan ayah (Paternal) yang sama.-------------------------------------------------

Demikian surat keterangan ini di buat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, 25 Maret 2010

Yang membuat keterangan

dr. MADE MARKER, Sp.F

NIP. 194506301976021001

19

Page 20: test DNA

UNIT BIOLOGI MOLEKULER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIFERSITAS UDAYANA

PELAYANAN IDENTIFIKASI DNA

Hasil Pemeriksaan Hubungan Saudara Laki-laki

Terduga kakak Adik Ibu kandung

Nama MBA RJ SRH

Nomor BF0004 BF0005 -

Jenis sampel Darah Swab mucosa -

Tanggal lahir 9-5-1973 9-2-2010 -

Tgl terima sp 7-3-2010 7-3-2010 -

Tgl Laporan : 25-03-2010

Variasi alel dilaporkan sebagai angka dari pasangan alel dalam base pair

STR Loci MBA RJ Keterangan

DYS 395 128 bp 128 bp cocok

DYS 393 136 bp 136 bp Cocok

DYS 390 0 (nol) 0 (nol) Cocok

DYS 19 200 bp 200 bp cocok

Probabilitas Paternity : 100%

20

Page 21: test DNA

Conclusion :

DNA Profiling was performed by standart methods and has been completed on

blood sample in the name of MBA as allege brother and RJ as brother.

Based on the observed scintific evidence, it is concluded, in reference to the

samples from 4 STR Loci that have been analyzed, the alleged brother MBA was

match in the brother RJ as brother. There is 100% probability that MBA was

brother RJ. Therefore, MBA as brother of RJ.

21

Page 22: test DNA

BAB IV

PEMBAHASAN

Permintaan uji keayahan pada laporan kasus ini awalnya di sampaikan oleh

keluarga Mr. A (ayah) yang ingin mengetahui pasti apakah bayi RJ benar-benar

anak dari Mr. A. Pihak keluarga Mr.A meminta dilakukannya ”uji keayahan” atau

tes paternitastas dengan menggunakan tes DNA kepada bagian Forensik melalui

Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

Ada beberapa surat-surat yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan tes

DNA, seperti informed consent, surat keterangan lahir, Kartu Tanda Penduduk

(KTP), atau tanda pengenal lain, serta foto-foto dari korban dan terduga untuk

mengetahui identitas yang benar dari mereka. Pada kasus ini semua berkas-berkas

tersebut telah dipersiapkan dengan baik. Namun keluarga Mr. A selaku orang

yang meminta pengujian tes DNA tidak menyertakan surat dari polisi atau jaksa,

sehingga hasil tes ini diterbitkan sebagai surat keterangan medis yang nantinya

tidak memiliki kekuatan hukum di pengadilan.

Sampel yang dipilih pada kasus ini adalah dari darah dan swab mukosa

pipi bagian dalam. Hampir semua bagian tubuh dapat digunakan untuk sampel tes

DNA, tetapi yang sering digunakan adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi

bagian dalam dan kuku. Sampel DNA yang digunakan bisa dari inti sel maupun

mitokondrianya. Namun yang paling akurat adalah inti sel karena inti sel tidak

bisa berubah. Sampel pemeriksaan DNA inti yang digunakan adalah sampel sel

darah putih karena lebih mudah dalam pengambilannya. Hal yang penting adalah

bagaimana bahan sampel setelah dikumpulkan harus diberi perlakuan tertentu agar

tidak rusak. Dalam kasus ini darah telah diberikan bahan pengawet, yaitu EDTA

dan disimpan dalam lemari es.

Ada beberapa tes yang dapat digunakan utnuk menguji keayahan

seseorang, seperti: Sistem sel darah merah, Sistem biokimia, tes Human

Leukocyte Antigen (HLA), dan tes DNA sendiri. Dalam kasus ini Mr. A selaku

ayah RJ sudah meninggal, sehingga tes paternitas yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah ini hanyalah tes DNA. Tes DNA itu sendiri memiliki

22

Page 23: test DNA

berbagai cara, namun yang dapat digunakan dalam kasus ini adalah tes Y-Short

Tandem Repeats (Y-STR) dengan memeriksa kromosom Y. Y-STR merupakan

DNA inti (c-DNA) yang diturunkan secara total dari seorang pria kepada semua

anak laki-lakinya. Pada kasus ini, Y-STR diturunkan oleh ayah (Mr. A) kepada

anak dari istri pertamanya (MDA) dan anak dari istri keduanya (RJ). Jadi jika

benar RJ adalah anak kandung dari Mr. A maka profil Y-STR RJ akan sama

persis dengan profil Y-STR MDA.

Untuk metode tes DNA di Indonesia, masih memanfaatkan metode

elektroforesis DNA. Dengan intreprestasi hasil dengan cara menganalisa pola

DNA menggunakan marka STR (short tandem repeats) seperti tes DNA yang

diterapkan Unit Biologi Molekuler Universitas Udayana pada kasus ini. Karena

urutan DNA setiap orang berbeda maka jumlah dan lokasi pita DNA (pola

elektroforesis) setiap individu juga berbeda. Pola pita inilah yang disebut DNA

sidik jari (DNA finger print) yang akan dianalisa pola STR nya. Tahapan terakhir

dari tes DNA ini adalah tahapan typing, proses ini dimaksudkan untuk

memperoleh tipe DNA. Mesin PCR akan membaca data-data DNA dan

menampilkannya dalam bentuk angka-angka dan gambar-gambar identfikasi

DNA. Finishing dari tes DNA ini adalah mencocokan tipe-tipe DNA.

Dari hasil tes Y-STR pada kasus ini (table II.2) ternyata Profil Y-STR dari

sampel RJ cocok dengan profil Y-STR dari anak pertama dari istri pertama Mr. A

MDA. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa MDA dan RJ adalah berasal

dari individu dengan garis keturunan ayah/ Paternal (Mr. A) yang sama.

23

Page 24: test DNA

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. Brief History of Forensik DNA Typing. Available at:

www.cstl.nist.gov/strbase/ppt/intro.pdf. Accessed on: August 20, 2010

2. Samuels Julie E., Asplen Christopher The Future of Forensik DNA Testing,

Prediction of the Research and Development Working Group. Available: http:/

/www. denverda.org /DNA/Forensik _DNA_ Articles. htm. Accessed on: August

20, 2010.

3. Anonim. Pusdokkes Polri The Indonesian police centre for medical and Health

Service. Available at: http://www. pusdokkes. polri.go .id/ naskah /dokpol/ ladok

poli html. Accessed on: August 10, 2009.

4. Cantor Charles, Spengler Sylvia.Primer on Molecular Genetiks Available at:

www.ornl.gov/hgmis/publicat/ primer /toc . Accessed on: August 10, 2009.

5. Kolbinsky L, Levine, Margolis-Nuno H. 2007. Analysis DNA Forensik. Chelsea House

of Publishing Infobase, New York.

6. Modul Bahan Ajar, Proyek Pengembangan Kewirausahaan Melalui Integratif Bahan

Ajar Kriminalistik. Buku II. Jakarta: Universitas Indonesia, 2000.

7. Norah Rudin & Keith Inman. Introduction to Forensik DNA Analysis. 2nd ed. London

New York Washington DC: CRC Press LLC, 2002

8. Curran Thomas. Forensik DNA Analisys : Technology and Aplication. Available at:

http ://www. denverda. org/DNA/Forensik_ DNA_ Articles.htm. Accessed on:

August 10, 2009.

9. anonym. DNA Genetik Testing-Paternity and Forensik Use. Available at:

http://www.genetiks.edu.au. Accessed on: August 20, 2010.

24