TESIS · (Studi Kasus Pembelajaran Kimia pada Siswa Kelas XI SMK Bhinneka Karya Simo pada Materi...
-
Upload
trankhuong -
Category
Documents
-
view
243 -
download
0
Transcript of TESIS · (Studi Kasus Pembelajaran Kimia pada Siswa Kelas XI SMK Bhinneka Karya Simo pada Materi...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN CTL (CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING) MELALUI LABORATORIUM
REAL DAN LABORATORIUM VIRTUAL DITINJAU DARI
MOTIVASI BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Siswa Kelas XI SMK Bhinneka Karya Simo Pada Materi Polimer
Tahun Pelajaran 2010/2011)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama: Kimia
Oleh:
Ike Linawati
S 831008028
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN CTL (CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING) MELALUI LABORATORIUM
REAL DAN LABORATORIUM VIRTUAL DITINJAU DARI
MOTIVASI BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Siswa Kelas XI SMK Bhinneka Karya Simo Pada Materi Polimer
Tahun Pelajaran 2010/2011)
Oleh :
IKE LINAWATI
NIM : S 831008028
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. Dr. H. Ashadi ……………… ………..
NIP: 195101021975011001
Pembimbing II Drs. Haryono, M.Pd ……………… …..……..
NIP: 195204231976031002
Mengetahui :
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Dr. Mohammad Masykuri, M.Si
NIP. 19681124 199403 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN CTL (CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING) MELALUI LABORATORIUM
REAL DAN LABORATORIUM VIRTUAL DITINJAU DARI
MOTIVASI BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA
(Studi Kasus Siswa Kelas XI SMK Bhinneka Karya Simo Pada Materi Polimer
Tahun Pelajaran 2010/2011)
Oleh :
IKE LINAWATI
NIM : S 831008028
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji:
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Dr. Mohammad Masykuri, M.Si …………… …………
NIP: 19681124 199403 1 001
Sekretaris Dra. Suparmi, M.A, Ph.D …………… …………
NIP: 19520915 197603 2 001
Anggota Penguji:
1. Prof. Dr. H. Ashadi ...………… ………....
NIP: 19510102 19750 1 1001
2. Drs. Haryono, M.Pd …………… …………
NIP: 19520423 197603 1 002
Surakarta, Februari 2012
Mengetahui :
Direktur PPs.UNS Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof.Dr. Ir. Ahmad Yunus, M. Dr. Mohammad Masykuri, M.Si
NIP: 19610717 198601 1 001 NIP: 19681124 199403 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Disaat kita menyerah bukan kita lemah dan mengalah.
(penulis)
Ambilah waktu untuk berfikir itu adalah sumber kekuatan, ambilah waktu
untuk berdoa itu adalah sumber ketenangan, dan ambilah waktu untuk belajar
itu adalah sumber kebijaksanaan.
(penulis)
Jadikanlah semangat hidup rumput sebagai pedoman hidup, bukan cara
hidup rumput
(penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini aku persembahkan kepada:
Anakku Rahadi Krisna Probo Tamtomo semoga kelak engkau
mampu memperoleh ilmu yang bermanfaat dan dapat mengamalkannya
serta senantiasa berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Assunnah.
Suamiku sayang yang telah banyak memberi dukungan dan semangat
serta doanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : IKE LINAWATI
NIM : S 831008028
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul PEMBELAJARAN
KIMIA MENGGUNAKAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
MELALUI LABORATORIUM REAL DAN LABORATORIUM VIRTUAL
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA (Studi
Kasus Siswa Kelas XI SMK Bhinneka Karya Simo Pada Materi Polimer Tahun
Pelajaran 2010/2011) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya
dalam tesis ini diberi sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Februari 2012.
Yang membuat pernyataan
IKE LINAWATI
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Hanya rasa syukur dan ucapan kata alhamdulillah yang pantas kami haturkan,
karena hidayah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Tesis dengan judul penelitian ”PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN CTL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MELALUI LABORATORIUM
REAL DAN LABORATORIUM VIRTUAL DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA”. (Studi Kasus Pembelajaran Kimia
pada Siswa Kelas XI SMK Bhinneka Karya Simo pada Materi Polimer Tahun
Pelajaran 2010/2011)”. Tesis ini disusun dalam rangka persyaratan mencapai derajat
magister Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Untuk menyelesaikan penyusunan Tesis ini tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberi fasilitas dalam
menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana.
2. Dr. Mohammad Masykuri, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi
ijin penelitian ini.
3. Dr. Sarwanto, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Sains Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
4. Prof. Dr. H. Ashadi, selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberi
bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan penelitian ini.
5. Drs. Haryono, M.Pd, selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberi
bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan penelitian ini.
6. Dosen Program Studi Pendidikan Sains Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan bekal ilmu dan Pengetahuan kepada penulis.
7. Sukiman, S.Pd SMK Bhinneka Karya Simo yang telah memberikan ijin
penelitian.
8. Rekan-rekan kuliah Program Pascasarjana Pendidikan Sains Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberi masukan dan dukungannya.
Dengan kata yang tulus penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini belum
sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
yang sifatnya membangun. Akhirnya penulis berharap semoga hasil karya ini
bermanfaat dan dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.
Surakarta, Februari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
MOTTO ................................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................. v
SURAT PERNYATAAN...................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
ABSTRAK ............................................................................................................ xvii
ABSTRACT .......................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 18
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 19
D. Perumusan Masalah ................................................................................ 20
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 21
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 23
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 23
1. Pembelajaran Kimia ........................................................................... 23
2. CTL (Contextual Teaching And Learning) ........................................ 24
3. Laboratorium Real.............................................................................. 29
4. Laboratorium Virtual.......................................................................... 30
5. Motivasi Belajar ................................................................................. 33
6. Gaya Belajar Siswa ............................................................................ 35
7. Prestasi Belajar ................................................................................... 39
8. Polimer ............................................................................................... 50
B. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 56
C. Kerangka Berfikir ................................................................................... 58
D. Hipotesis ................................................................................................. 65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 67
A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 67
B. Metode Penelitian ................................................................................... 68
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ............................................. 70
D. Variabel Penelitian .................................................................................. 72
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 75
F. Instrumen Penelitian ............................................................................... 75
G. Uji Coba Instrumen ................................................................................. 76
H. Teknik Analisis Data............................................................................... 86
BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA ........................................................... 93
A. Deskripsi Data ......................................................................................... 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
B. Uji Prasyarat Analisis ............................................................................. 100
C. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 101
D. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 109
E. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 113
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 115
A. Kesimpulan ............................................................................................. 115
B. Implikasi ................................................................................................. 118
C. Saran ....................................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 121
LAMPIRAN .......................................................................................................... 123
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Data Nilai Murni Pelajaran Kimia Kelas XI semester 2
SMK Bhinneka Karya Simo 2009/2010 ............................................ 6
Tabel 2.1. Beberapa Contoh Polimer Alam ......................................................... 51
Tabel 2.2. Beberapa Contoh Polimer Sintetis ...................................................... 51
Tabel 2.3. Kegunaan Polimer ............................................................................... 55
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian................................................................................. 68
Tabel 3.2. Rancangan Desain Anava Tiga Jalur 2 x 2 x 2 ................................... 69
Tabel 3.3. Data uji t (equal variance assumed) ................................................... 72
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen ............................................................. 83
Tabel 3.5. Hasil Reliabilitas Instrumen ................................................................ 84
Tabel 3.6. Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Kognitif ....................... 85
Tabel 3.7. Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Kognitif................................. 85
Tabel 3.8. Desain anava 2x2x2 ............................................................................ 90
Tabel 4.1. Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Model Pendekatan
Pembelajaran CTL dengan Laboratorium Real dan Pembelajaran
CTL dengan Laboratorium Virtual yang mempunyai Gaya
Belajar Kinestetik dan Visual.............................................................. 94
Tabel 4.2. Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Model Pendekatan
Pembelajaran CTL dengan Laboratorium Real dan
Pembelajaran CTL dengan Laboratorium Virtual yang
mempunyai motivasi belajar tinggi dan rendah .................................. 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Halaman
Tabel 4.3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif .................................. 96
Tabel 4.4. Deskripsi data frekuensi prestasi belajar aspek kognitif ...................... 97
Tabel 4.5. Uji Normalitas data prestasi belajar ..................................................... 100
Tabel 4.6. Nilai Uji Homogenitas ......................................................................... 101
Tabel 4.7. Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Kognitif ............................. 102
Tabel 4.8. Between-Subjects Factors .................................................................... 103
Tabel 4.9. Tests of Between-Subjects Effects ....................................................... 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 15.4. Histogram prestasi belajar aspek kognitif .................................... 95
Gambar 15.5. Histogram Model Belajar Laboratorium Real Terhadap Prestasi . 107
Gambar 15.6. Histogram Motivasi Belajar Terhadap Prestasi ............................. 107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus ............................................................................................ 118
Lampiran 2. RPP Kelas Laboratorium Real ........................................................ 129
Lampiran 3. RPP Kelas Laboratorium Virtual .................................................... 135
Lampiran 4. Kisi-kisi Gaya Belajar .................................................................... 141
Lampiran 5. Angket Gaya Belajar Siswa ............................................................ 144
Lampiran 6. Kisi-kis Kognitif ............................................................................. 150
Lampiran 7. Kisi-kisi Motivasi ........................................................................... 162
Lampiran 8. LKS Laboratorium Real 1 .............................................................. 172
Lampiran 9. LKS Laboratorium Real 2 .............................................................. 175
Lampiran 10. LKS Laboratorium Real 3 .............................................................. 177
Lampiran 11. LKS Laboratorium Real 4 .............................................................. 179
Lampiran 12. LKS Laboratorium Virtual 1 .......................................................... 181
Lampiran 13. LKS Laboratorium Virtual 2 .......................................................... 183
Lampiran 14. LKS Laboratorium Virtual 3 .......................................................... 185
Lampiran 15. LKS Laboratorium Virtual 4 .......................................................... 187
Lampiran 16. Tes Prestasi Belajar Kognitif .......................................................... 190
Lampiran 17. Lembar Jawab ................................................................................. 200
Lampiran 18. Analisis validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran dan
Reliabilitas Tes Kognitif ................................................................. 201
Lampiran 19. Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Afektif ........................ 205
Lampiran 20. Analisis Validitas dan Reliabilitas Motivasi Belajar ...................... 207
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran 21. Analisis validitas dan reliabilitas Angket Gaya Belajar ................. 209
Lampiran 22. Analisis Uji Statistik dengan SPSS 17.0 ........................................ 211
Lampiran 23. Perijinan .......................................................................................... 218
Lampiran 24. Foto-foto Penelitian ....................................................................... 224
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRAK
Ike Linawati, S. 831008028, 2012, ”PEMBELAJARAN KIMIA
MENGGUNAKAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
MELALUI LABORATORIUM REAL DAN LABORATORIUM VIRTUAL
DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DAN GAYA BELAJAR SISWA” (Studi Kasus Siswa Kelas XI SMK Bhinneka Karya Simo Pada Materi Polimer
Tahun Pelajaran 2010/2011). Pembimbing I : Prof. Dr. H. Ashadi, Pembimbing II :
Drs. Haryono, M.Pd. Tesis Surakarta: Program Studi Pendidikan Sains Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Pebruari 2012.
Pembelajaran kimia menuntut adanya peran aktif siswa secara individu dan
kooperatif. Untuk itu dalam pembelajaran kimia perlu penerapan model pembelajaran
kooperatif dengan mempertimbangkan motivasi belajar dan gaya belajar siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pengaruh penggunaan metode CTL
(Contextual Teaching and Learning) laboratorium real, laboratorium Virtual,
motivasi belajar, gaya belajar dan interaksinya terhadap prestasi belajar siswa.
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2011 sampai dengan Desember
2011. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, populasi adalah siswa kelas
XI SMK Bhinneka Karya Simo, sampel diambil dengan sistem cluster random
sampling, kelas XI OA dan XI KA menggunakan laboratoriumvirtual, kelas XI MB
dan XI OE menggunakan laboratoriumreal. Data motivasi belajar dan gaya belajar
dikumpulkan dengan metode angket, prestasi kognitif dikumpulkan dengan metode
test. Data prestasi afektif dikumpulkan dengan observasi. Prestasi belajar meliputi
aspek kognitif. Data dianalisis dengan Anova dengan desain faktorial 2X2X2 dengan
menggunakan bantuan SPSS 17.
Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) terdapat pengaruh metode
pembelajaran kimia dengan model CTL melalui laboratoriumreal dan
laboratoriumvirtual terhadap prestasi belajar kimia, (2) terdapat pengaruh motivasi
belajar terhadap prestasi, (3) terdapat pengaruh gaya belajar terhadap prestasi, (4)
tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar terhadap
prestasi (5) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan gaya belajar
terhadap prestasi, (6) tidak terdapat interaksi motivasi belajar siswa dengan gaya
belajar terhadap prestasi, (7) terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan
motivasi belajar dan gaya belajar terhadap prestasi.
Kata kunci: CTL, Laboratorium Real, Laboratorium Virtual, Motivasi belajar, Gaya
belajar, Polimer, dan Prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
ABSTRACT
Ike Linawati, S. 831008028, 2012, "Chemistry Learning Using CTL
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) TROUGH REAL
LABORATORY AND VIRTUAL LABORATORY METHOD OVERVIEWED
FROM LEARNING MOTIVATION AND STUDENT LEARNING STYLES " (A case study on about the Polimer material for students grade 10 The Senior High
School Bhinneka Karya Simo, Academic Year 2010/2011). 1st advisor : Prof. Dr. H.
Ashadi, 2nd
: Drs. Haryono, M.Pd. Thesis: Science education Program, Post graduate
program, Surakarta Sebelas Maret University, February 2012.
Learning of chemistry requires the active participation of students
individually and cooperatively. Therefore, in learning chemistry is necessary to
implement cooperative learning model by considering student prior know ledges and
student activities. The aims of this study was to determine the effect of using CTL
(Contextual Teaching and Learning), Real laboratory media, Virtual laboratory,
Learning Motivation, Learning Styles and their interaction toward student
achievement.
This research was carried out from May 2011 to December 2011, used
experimental method. The population was the entire student in grade 10 of The
Senior High School Bhinneka Karya Simo, The sample was taken using cluster
random sampling, consisted of four classes. Class XI OA and XI KA were treated
using CTL with Virtual laboratoriumand class XI MB and XI OE were treated using
CTL Real media. The data was collected using test for student cognitive achievement,
questioner for student learning style, learning motivation, and affective student’s
achievement. The data was analyzed were tested using Anova with 2X2X2 factorial
design and calculated using computer software SPSS 17 program.
From the data analysis could be concluded that: (1) there was an effect of
CTL learning method using real laboratory and virtual laboratory student’s
achievement in chemistry, (2) there was an effect of learning motivation toward
student achievement, (3) there was an effect of learning styles toward student
achievement, (4) there was no interaction learning methods with learning motivation
toward cognitive, (5) there was no interaction between learning methods with
learning styles toward student achievement, (6) there was no interaction between
student achievement motivation with learning styles toward student achievement, (7)
there was an any interaction between learning methods with achievement motivation,
and learning styles toward student achievement in learning chemistry.
keyword: CTL, Real laboratory, Virtual laboratory, Learning Motivation, Learning
Styles, Polimer Material, Student achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pendidikan di Indonesia dewasa ini demikian pesatnya,
sejalan dengan laju teknologi dan ilmu pengetahuan. Perkembangan pendidikan
yang cukup pesat ini juga ditopang oleh usaha pemerintah, dalam hal ini
Departemen Pendidikan Nasional yang senantiasa melakukan pembenahan sistem
pendidikan kita. Dengan harapan agar dapat dicapai hasil tamatan yang cukup
baik, tidak hanya dalam segi kuantitas tetapi juga kualitas, termasuk pembenahan
sistem pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah
Kejuruan merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menyiapkan
anak didik menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang profesional sesuai dengan
keahliannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan kejuruan dalam hal ini
Departemen Pendidikan Nasional berusaha memperbaiki bidang pendidikan yang
meliputi kurikulum, guru dan proses pengajaran. Ketiga hal tersebut merupakan
variabel utama yang saling berkaitan dalam strategi pelaksanaan di sekolah (Nana
Sudjana, 1993:1).
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25
Tahun 2000 tentang otonomi daerah telah mengatur pembagian kewenangan
antara pemerintah pusat dan daerah dalam penyelenggaran pemerintah, termasuk
di dalamnya bidang pendidikan. Berdasar UU tersebut maka pemerintah
menetapkan suatu kurikulum baru bagi pendidikan nasional kita yaitu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum KTSP adalah kurikulum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
operasional yang dikembangkan di sekolah yang dijadikan sebagai pedoman
pelaksanaan warga sekolah berdasarkan karakteristik dan potensi sekolah dan
lingkungan serta kebutuhan peserta didik di sekolah tersebut (Sosialisasi KTSP,
2007:6).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, bahwa dalam kurikulum terbaru ini dikelompokkan 5 mata
pelajaran : (a). Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, (b). Kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, (c). Kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknologi, (d). Kelompok mata pelajaran estetika, (e).
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Peningkatan mutu pendidikan berdasarkan kurikulum KTSP diarahkan
untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui : olah hati,
olah pikir, olah rasa dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi
tantangan global. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pemerataan
kesempatan belajar bagi masyarakat dan meningkatkan mutu pendidikan pada
semua jenjang, jalur dan jenis pendidikan. Upaya-upaya tersebut dilakukan karena
disadari bahwa pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan seluruh
potensi peserta didik agar mampu menguasai pesatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk ilmu
kimia, telah menciptakan pemilihan materi, metode dan media pembelajaran, serta
sistem pengajaran yang tepat. Guru selalu dituntut berinovasi dan memperbaiki
proses belajar dan pembelajaran kelas yang selama ini telah dilakukan. Proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
belajar mengajar harus dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan
pembelajaran yang bermakna (meaningfull learning), dan bukan sekedar
pembelajaran yang hafalan saja (rote learning). Untuk mencapai suatu
pembelajaran yang bermakna (meaning learning), salah satu pendekatan
kontruktivisme memulai pelajaran dari ”apa yang diketahui siswa”.
Keberhasilan proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan di suatu
sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain guru, siswa, kurikulum,
lingkungan belajar dan lainnya. Guru dan siswa merupakan dua faktor terpenting
dalam proses pembelajaran. Pentingnya faktor guru dan siswa dapat dirunut
melalui pemahaman hakekat pembelajaran, yakni sebagai usaha sadar guru untuk
membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Untuk
meningkatkan kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran, guru perlu
memahami hal-hal yang mempengaruhi proses belajar siswa, baik yang
menghambat maupun yang mendukung. Selain itu, guru harus memahami tentang
model atau strategi pembelajaran yang efektif yang dapat membantu siswa agar
dapat belajar secara optimal dan mampu meningkatkan gaya belajar siswa dalam
proses belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah
laku. Jadi di dalam proses belajar dibutuhkan suatu gaya belajar karena dapat
menyebabkan terjadinya suatu kegiatan yang membawa perubahan ke arah yang
lebih baik bagi diri siswa. Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
adalah penggunaan metode pembelajaran yang diberikan oleh guru. Penggunaan
metode yang tepat dan bervariasi dapat dijadikan alat motivasi ekstrinsik dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Metode pembelajaran juga berfungsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
sebagai perangsang dari luar yang dapat membangkitkan gaya belajar seseorang.
Salah satu metode pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara optimal
adalah metode pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning). Metode
pembelajaran ini merupakan model percepatan belajar (accelerated learning)
yang merupakan metode belajar untuk mempercepat perolehan hasil belajar.
Model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) menekankan
kegiatannya pada pengembangan potensi manusia secara optimal melalui cara-
cara yang sangat manusiawi, yaitu mudah, menyenangkan, dan memberdayakan
siswa karena siswa tidak hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru tetapi
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Gaya belajar siswa dalam metode
pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu
faktor yang sangat dominan, selain itu metode ini juga menekankan kerja sama
antara siswa dan guru untuk mencapai tujuan bersama.
Model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
dikembangkan untuk membuat pelajaran menjadi suatu proses yang aktif bukan
pasif. Model pembelajaran ini diberikan agar siswa mampu melakukan observasi
sendiri, mampu menganalisis sendiri, dan mampu berfikir sendiri. Siswa bukan
hanya mampu menghafal dan meniru pendapat orang lain, juga untuk merangsang
agar berani dan mampu menyatakan dirinya secara aktif, bukan hanya pendengar
yang pasif terhadap segala suatu yang dikatakan guru. Belajar kooperatif ditandai
dengan adanya tugas bersama bagi siswa, yang kemudian diterjemahkan menjadi
tujuan yang harus dicapai. Kelompok yang efektif ditandai dengan suasana yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
hangat dan produktivitas yang tinggi dalam pemenuhan tugas-tugas, tanpa adanya
kelompok yang dikorbankan dan ditonjolkan (Joni, 1993).
Dalam pembelajaran kimia di SMK banyak pokok bahasan yang menuntut
siswa melaksanakan eksperimen, salah satunya Polimer. Pembelajaran materi
Polimer berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harus sesuai
dengan karakteristik konsep kimia yang menekankan pada ketrampilan proses.
Dalam kurikulum ini disebutkan bahwa standar kompetensi yang harus dicapai
oleh siswa adalah :”Menjelaskan sistem klasifikasi dan kegunaan polimer”.
Standar kompetensi ini dituangkan dalam kompetensi dasar yaitu
Mengklasifikasikan polimer dan menjelaskan kegunaan polimer. Pencapaian
kompetensi dasar tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan metode
pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk menguasai
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Untuk itu dalam pembelajarannya perlu
digunakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembentukan konsep CTL (Contextual
Teaching and Learning) sehingga dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar
Metode CTL (Contextual Teaching and Learning) sebagai contoh metode
pembelajaran kooperatif terbukti efektif jika digunakan pada polimer. Dengan
metode CTL (Contextual Teaching and Learning) ini, siswa dapat saling bantu
membantu dalam kelompoknya dalam menguasai konsep pada materi tersebut.
Disisi lain, metode pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) ini
merupakan metode pembelajaran kooperatif yang kegiatan kelompoknya lebih
mudah dikendalikan dan diawasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Dari hasil pengamatan dan pendataan yang kami lakukan bahwa prestasi
pelajaran kimia peserta didik kelas XI di SMK Bhinneka Karya Simo pada tahun
2009/2010 ditunjukkan pada Tabel 1.1 :
Tabel 1.1 : Data Nilai Murni Pelajaran Kimia Kelas XI semester 2 SMK
Bhinneka Karya Simo 2009/2010
Kelas
KD
KKM
Jumlah
Siswa
Kelas
XI
Siswa
yang
mendapat
nilai ≤
KKM
Siswa
yang
mendapat
nilai ≥
KKM
% Siswa
yang
mendapat
nilai ≤
KKM
% Siswa
yang
mendapat
nilai ≥
KKM
XI 1.1
1.2
65
65
164
164
137
141
17
23
93
86
8
13
Rata-rata 65 164 174 20 89.5 10,5
Materi kimia merupakan materi yang dianggap sulit bagi siswa, terutama
materi polimer. Hal tersebut terbukti dari prestasi belajar siswa yang masih
rendah, salah satunya terjadi di. Prestasi belajar siswa pada materi polimer tahun
pelajaran 2009-2010 masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditetapkan oleh sekolah yaitu siswa mencapai nilai ≥ 65, yang ditunjukkan
pada Tabel. 1.1.
Salah satu penyebab belum tercapainya ketuntasan belajar pada materi
polimer, dikarenakan kegiatan pembelajaran kimia yang berlangsung di kelas
masih menitikberatkan kepada guru sebagai pemeran utama dalam pembelajaran.
Guru lebih banyak menjelaskan dan memberi informasi, sedangkan peserta didik
hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan dari guru saja.
Metode yang seperti ini, dapat mengakibatkan siswa cenderung malas dan
tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran, mereka lebih terbiasa menerima
informasi tanpa berusaha untuk mengembangkan potensi diri yang mereka miliki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Sementara, orientasi pembelajaran kimia perlu lebih ditujukan kepada peran aktif
siswa untuk belajar dan guru hanya sebagai fasilitator pembelajaran. Hal ini
berarti harus ada perubahan dalam proses pembelajaran kimia, yakni dari yang
semula guru menetapkan apa yang akan dipelajari (teacher centered) menjadi
bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman siswa (student centered).
Keberhasilan proses belajar mengajar selain dipengaruhi oleh metode
mengajar, dipengaruhi pula oleh motivasi belajar dan gaya belajar siswa. Pada
kegiatan itu siswa diarahkan pada latihan menyelesaikan masalah, sehingga akan
mampu mengambil keputusan karena telah memiliki ketrampilan di dalam
mengumpulkan informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil
belajar yang diperolehnya. Motivasi belajar dan gaya belajar siswa merupakan
salah satu faktor penting dalam kegiatan belajar. Hal ini mengingat bahwa
kegiatan belajar mengajar diadakan dalam rangka memberikan pengalaman
belajar kepada siswa. Jika siswa termotivasi dalam kegiatan tersebut kemungkinan
besar akan dapat mengambil manfaat dari pengalaman tersebut dan memilikinya.
Mengingat pentingnya motivasi belajar dan gaya belajar siswa dalam kegiatan
belajar mengajar, guru diharapkan dapat menciptakan situasi belajar mengajar
yang lebih banyak melibatkan motivasi belajar siswa, sedangkan siswa itu sendiri
hendaknya dapat memotivasi dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan adanya motivasi belajar ini kemungkinan besar prestasi belajar yang
dicapai siswa akan memuaskan.
Selain motivasi belajar, tingkatan daya serap siswa dalam menerima
pembelajaran sudah pasti berbeda-beda, ada siswa yang menerima pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
dengan cepat, sedang dan ada yang lambat. Sebagian siswa dapat menerima
pelajaran dengan mudah ketika guru menulis dipapan tulis dengan demikian siswa
dapat membaca dan memahaminya, tetapi ada siswa yang lebih suka guru mereka
dengan lisan, karena mereka dapat mendengarkan untuk bisa memahaminya,
tetapi ada pula siswa yang cenderung melakukan gerakan pada saat guru
memberikan pelajaran. Dengan kata lain, setiap siswa memiliki gaya belajar
tertentu dalam menerima dan menyerap informasi pelajaran hingga menghasilkan
suatu bentuk pengetahuan. Gaya belajar tersebut berupa gaya belajar visual, gaya
belajar audio dan gaya belajar kinestetik, dan selama ini guru kurang
memperhatikan gaya belajar siswa yang berbeda-beda.
Di Sekolah Menengah Kejuruan Bhinneka Karya Simo pokok Polimer
diajarkan dengan menggunakan metode ceramah, sedangkan pada kurikulum
KTSP menekankan pada pencapaian kompetensi dasar. Pencapaian kompetensi
dasar dapat dikembangkan melalui pemilihan metode. Metode yang dipilih dalam
penelitian ini adalah metode kooperatif. Salah satu metode kooperatif adalah
metode CTL (Contextual Teaching and Learning). Pemilihan metode ini dirasa
sangat kondusif bagi siswa SMK Bhinneka Karya Simo. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa-siswanya masih individual, kerjasama antar siswa dalam belajar
masih kurang sehingga perlu ditumbuhkan sikap kerjasama antar kelompok siswa
karena dalam belajar kelompok jika ada seorang siswa yang belum memahami
materi, maka teman sekelompoknya bertanggungjawab untuk menjelaskannya.
Dengan penggunaan metode kooperatif tipe CTL (Contextual Teaching and
Learning) ini diharapkan dapat menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Dalam penelitian ini kelas yang digunakan adalah kelas XI. Kondisi siswa
XI yang terdapat di SMK Bhinneka Karya Simo adalah siswa yang memiliki
motivasi dengan gaya belajar yang beraneka ragam, khususnya dalam mengikuti
mata pelajaran kimia. Salah satu cara yang tepat untuk mengajak siswa agar lebih
termotimasi adalah dengan siswa menerapkan pengetahuannya, belajar
memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dengan teman-temannya,
mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan, dan mempunyai
tanggung jawab terhadap tugasnya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan
tersebut, maka perlu diberikan suatu pendekatan pembelajaran yang alternatif
untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut, salah satunya adalah Pembelajaran
CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan proses pembelajaran yang
holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar
dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks
pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan
yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif
pemahamannya. CTL (Contextual Teaching and Learning) disebut pendekatan
kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Dalam CTL (Contextual Teaching and Learning) diperlukan sebuah
pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu
mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat
pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan
tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut
pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Dengan laboratorium riil dan laboratorium virtual merupakan suatu cara
penyajian bahan pelajaran yang dilakukan dengan memberikan tugas-tugas
kepada siswa di dalam maupun di luar jam-jam pelajaran sekolah sehingga siswa
mempunyai kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah. Tugas merupakan
bahan untuk memperbaiki pemahaman siswa setelah materi pelajaran diberikan
oleh guru di sekolah. Tugas harus memberikan hasil yang baik, sehingga perlu
memperhatikan ketentuan antara lain: tugas yang dikerjakan siswa harus jelas dan
tegas pembatasannya. Selain itu juga harus disesuaikan dengan taraf
perkembangan kemampuan siswa serta berhubungan erat dengan materi yang
akan dibahas atau telah dibahas. Ada berbagai tugas yang diberikan kepada siswa,
dalam proses belajar mengajar antara lain tugas membuat rangkuman dari sebuah
topik, menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal-soal pekerjaan tertentu.
Bentuk-bentuk pelaksanaan tugas tersebut dapat dilaksanakan secara bergantian,
tergantung kepada tujuan yang akan dicapai. Namun demikian, menggunakan
media laboratorium juga memiliki kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah
guru sulit mengontrol apakah tugas yang diberikan tersebut dikerjakan sendiri
oleh siswa ataukah hasil pekerjaan orang lain. Dengan adanya kelemahan ini
seorang guru harus dapat memilih media yang cocok untuk situasi dan kondisi apa
dan bagaimana. Untuk mengantisipasi hal ini guru sedapat mungkin menjelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
langkah-langkah memecahkan masalah dan memberikan penegasan tentang lama
penyelesaian tugas secara jelas dan disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Sehingga pada tahap penilaian, siswa dapat mempertanggungjawabkan tugas yang
diberikan.
Sedangkan media laboratorium merupakan salah satu cara pemberian
pengalaman belajar dengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari
yang harus dipecahkan secara berkelompok. Media laboratorium berasal dari
gagasan John Dewey tentang konsep “learning by doing” yakni proses peralihan
hasil belajar dengan mengerjakan tindakan-tindakan tertentu sesuai dengan
tujuannya, terutama penguasaan anak tentang bagimana melakukan sesuatu
pekerjaan yang terdiri atas serangkaian tingkah laku untuk mencapai tujuan.
Selain itu metode CTL (Contextual Teaching and Learning) juga memungkinkan
siswa memperluas wawasan pengetahuan dari suatu mata pelajaran tertentu.
Pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi lebih berarti dan Kegiatan Belajar
Mengajar (PBM) lebih menarik, Karena pengetahuan itu lebih bermanfaat baginya
untuk lebih mengapresiasi lingkungannya, memahami, serta memecahkan masalah
yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan prinsip dari media
laboratorium adalah membahas suatu tema ditinjau dari berbagai mata pelajaran
sehingga terbentuk suatu kaitan yang serasi dan logis antara pokok bahasan mata
pelajaran. Media laboratorium itu sendiri mempunyai 4 aspek dalam
pelaksanaanya, yaitu menentukan tujuan, merencanakan, melaksanakan, dan
menilai. Keempat aspek itu terdapat dalam kegiatan untuk mencapai tujuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Di samping itu juga bersikap peka, tanggap dan berperan aktif dalam
menggunakan kimia untuk memecahkan masalah lingkungannya. Melalui
penguasaan mata pelajaran kimia baik proses, produk, maupun sikap yang baik,
siswa diharapkan mampu mengembangkan ilmunya, bertenggang rasa, mampu
membina kerjasama yang sinergis demi tercapainya efisiensi dan efektivitas,
kualitas serta kesuksesan nyata bagi siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam upaya pencapaian tujuan belajar,
tugas dan fungsi guru sangat penting. Guru harus dapat menciptakan kondisi
lingkungan belajar yang aman dan nyaman sehingga siswa dapat aktif dan tertarik
terhadap sekolah khususnya terhadap materi yang diajarkan. Hal ini menyangkut
kepada bagaimana teknik atau metode menyampaikan materi. Merupakan salah
satu kompetensi guru dalam memilih metode yang paling cocok untuk kondisi
siswa, kelas dan lingkungan tempat belajar, di samping juga sesuai dengan tujuan
pengajaran. Pemilihan metode mengajar yang dipilih guru tidak bisa lepas dari
teori-teori belajar yang digunakan murid. Hal-hal yang mempengaruhi gairah
belajar pun harus diketahui guru dalam menentukan metode atau teknik belajar
karena salah satu tugas mengajar sendiri adalah untuk membantu murid dalam
belajar. Motivasi belajar siswa tidak saja tumbuh dengan sendirinya, tetapi selalu
dipengaruhi pula oleh metode mengajar yang digunakan guru. Seorang siswa akan
merasa malas belajar karena terus menerus mendapat ceramah dari gurunya atau
siswa tidak bisa memanfaatkan waktu untuk belajar. Kesiapan dalam menerima
materi merupakan pertimbangan bagi guru demi lancarnya proses belajar
mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Pembelajaran merupakan suatu proses yang rumit karena tidak hanya
proses transfer informasi guru kepada siswa, tetapi juga melibatkan berbagai
tindakan dan kegiatan yang harus dilakukan terutama jika menginginkan hasil
belajarnya menjadi lebih baik. Salah satu proses pembelajaran yang menekankan
berbagai tindakan dan kegiatan adalah dengan menggunakan pendekatan tertentu.
Pendekatan dalam pembelajaran pada hakekatnya merupakan sarana untuk
mencapai tujuan pembelajaran serta dapat mengembangkan dan meningkatkan
motivasi belajar yang dilakukan guru dan siswa.
Disamping itu, guru harus bisa memberikan motivasi kepada siswa,
bagaimana agar siswa tersebut tertarik dengan bidang studi tersebut. Tanpa
adanya motivasi pada diri siswa tentunya mempelajari kimia akan sulit. Hal ini
akan menyebabkan siswa malas belajar sehingga menyebabkan prestasi belajar
kimia menurun. Guru diharapkan dapat memberikan pengalaman-pengalaman
yang baik dalam proses pendidikan sehingga pada anak didik akan tumbuh minat
dan termotivasi, jangan sampai anak didik beranggapan kimia itu menjemukan,
padahal yang lebih mereka tidak sukai adalah pengalaman mereka ketika
mengikuti pelajaran kimia itu disekolah daripada kimia itu sendiri.
Metode mengajar dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa
mencapai tujuan pendidikan melalui pengajaran. Untuk meningkatkan mutu
pendidikan perlu adanya pembaharuan dibidang pendidikan antara lain adalah
pembaharuan metode atau peningkatan relevansi pendekatan dalam mengajar.
Adapun tujuan pengajaran adalah supaya siswa dapat berfikir dan bertindak secara
hierarki dan kreatif. Maka itu metode penyampaian guru dalam mengajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
efektif adalah apabila dampak dari pembelajaran itu dapat menumbuhkan dan
menciptakan gairah serta dorongan siswa untuk aktif. Dalam penyampaian materi
kimia harus sudah dikembangkan oleh guru, sedemikian sehingga materi tersebut
menjadi menarik, sebab secara riilistis seorang siswa yang belajar itu pada
dasarnya adalah mencari hubungan antara hal yang dipelajari dengan yang telah
dimiliki, dikuasai siswa, dialami atau diketahui siswa.
Unsur yang paling penting dalam proses belajar mengajar disamping guru
dan materi ajar adalah siswa-siswa atau anak didik ialah salah satu komponen
manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Karena
dalam proses belajar mengajar siswa sebagi pihak yang ingin meraih cita-cita,
memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Dalam
mencapai tujuan tersebut siswa tidak luput dari adanya motivasi dari dalam diri
siswa tersebut. Motivasi merupakan faktor interen yang ada pada diri siswa.
Dengan adanya motivasi yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan prestasi
belajar kimia, karena pada dasarnya motivasi sangat berperan dalam memperoleh
prestasi belajar pada diri siswa.
Penggunaan metode pembelajaran yang monoton dimungkinkan siswa
akan mengantuk dan perhatiannya kurang karena membosankan. Model
pembelajaran harus bisa mengubah gaya belajar siswa dari siswa yang belajar
pasif menjadi aktif dalam mengkonstruksikan konsep. Model pembelajaran yang
tepat membuat kimia lebih berarti, masuk akal, menantang, menyenangkan dan
cocok untuk siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Gambaran permasalahan-permasalahan diatas perlu diperbaiki guna
meningkatkan motivasi, perhatian, pemahaman dan prestasi belajar siswa. Oleh
karena itu guru mampu menawarkan metode dalam mengajar yang lebih efektif
yang dapat membangkitkan perhatian siswa sehingga siswa menjadi aktif dan
termotivasi untuk belajar, serta harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam
menguasai metode tersebut. Salah satunya adalah melalui metode pembelajaraan
CTL (Contextual Teaching and Learning).
Dengan metode pembelajaraan CTL (Contextual Teaching and Learning)
ini diharapkan siswa akan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran dan
mampu memahami materi polimer serta hal-hal yang terkait dengan itu. Dalam
metode pembelajaraan CTL (Contextual Teaching and Learning) ini siswa
dituntut untuk aktif termotivasi dalam kegiatan bermain sambil belajar.
Selain metode pembelajaran, hal lain yang memiliki peranan dalam
keberhasilan proses pembelajaran adalah penggunaan media. Penggunaan media
yang tepat akan memberikan hasil belajar yang lebih baik. Media komputer
sebagai salah satu media audio visual dan kinestetik yang dapat digunakan sebagai
alternatif media pembelajaran, dapat membantu siswa untuk lebih mudah
memahami materi yang diberikan karena adanya visualisasi materi. Selain itu,
penggunaan media komputer diharapkan dapat menarik perhatian siswa sehingga
perhatian siswa terpusat pada kegiatan pembelajaran dan tidak cepat bosan dalam
mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Dalam penelitian ini digunakan metode pembelajaraan CTL (Contextual
Teaching and Learning) dan media pembelajaran komputer yang diterapkan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
materi polimer, karena selain materi ini adalah materi yang bersifat abstrak yang
membutuhkan media untuk dapat mempermudah siswa memahaminya,
diharapkan dengan penggunaan media komputer dan metode pembelajaraan CTL
(Contextual Teaching and Learning) ini siswa termotivasi untuk terlibat aktif dan
tidak cepat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya pada materi
polimer sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka agar belajar mengajar lebih
hidup dan bergairah diusahakan terjadi komunikasi dua arah. Murid dengan segala
kesiapannya akan bertanya atau bahkan mengkritisi terhadap apa yang telah
dipelajarinya dan pada kesempatan itu pula guru dapat memperbaiki kekurangan-
kekurangan dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan ketika menyampaikan
materi. Banyak alternatif untuk mengatasi persoalan di atas, salah satunya adalah
melalui media laboratorium terhadap materi yang diajarkan. Untuk meningkatkan
kualitas penyelenggaraan proses pembelajaran, guru perlu memahami hal-hal
yang mempengaruhi proses belajar siswa, baik yang menghambat maupun yang
mendukung. Selain itu, guru harus memahami tentang model atau strategi
pembelajaran yang efektif yang dapat membantu siswa agar dapat belajar secara
optimal dan mampu meningkatkan gaya belajar siswa dalam proses belajar.
Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah penggunaan
metode pembelajaran yang diberikan oleh guru. Penggunaan metode yang tepat
dan bervariasi dapat dijadikan alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Metode pembelajaran juga berfungsi sebagai perangsang
dari luar yang dapat membangkitkan gaya belajar seseorang. Pada prinsipnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku. Jadi di dalam proses belajar
dibutuhkan suatu gaya belajar dan motivasi belajar karena dapat menyebabkan
terjadinya suatu kegiatan yang membawa perubahan ke arah yang lebih baik bagi
diri siswa.
Mata pelajaran kimia di Sekolah ditujukan untuk mendidik siswa agar
mampu mengembangkan observasi dan eksperimentasi serta berpikir taat asas.
Hal ini didasari oleh tujuan kimia, yakni mengamati, memahami, dan
memanfaatkan gejala-gejala alam yang melibatkan zat (materi) dan energi.
Kemampuan observasi dan eksperimentasi ini lebih ditekankan pada melatih
kemampuan berpikir eksperimental yang mencakup tata laksana percobaan
dengan mengenal peralatan yang digunakan dalam pengukuran baik di dalam
laboratorium maupun di alam sekitar kehidupan siswa. Kemampuan berpikir
dilatihkan melalui pengelolaan data untuk selanjutnya dengan menggunakan
perangkat matematis dibangun konsep, prinsip, hukum dan teori (Depdiknas,
2003).
Bertolak dari uraian diatas maka penulis ingin mengadakan penelitian
tentang pengaruh pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan
menggunakan laboratorium riil dan virtual terhadap prestasi belajar kimia siswa
baik aspek kognitif, maupun aspek afektif bagi siswa yang mempunyai motivasi
belajar dan gaya belajar yang berbeda-beda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Ada banyak pilihan metode pembelajaran kimia inovatif untuk membelajarkan
konsep kimia namun belum banyak dipraktikkan oleh para guru di kelas,
antara lain: metode eksperimen, demonstrasi, Problem Based Learning (PBL)
Inkuiri, CTL, peer tutoring (tutor sebaya), jigsaw, STAD, TGT, dan lain-lain..
2. Banyak siswa yang masih sulit memahami materi pembelajaran, salah satunya
pada materi pembelajaran Polimer, sehingga berakibat rendahnya prestasi
belajar kimia pada materi pembelajaran kimia.
3. Guru masih menggunakan metode konvensional dalam menyampaikan materi
pelajaran kimia, khususnya pada materi pembelajaran Polimer, yaitu dengan
konvensional.
4. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran elektronik di ruang multi media
yang telah tersedia di sekolah tersebut, khususnya untuk mata pelajaran kimia.
5. Dalam pembelajaran materi kimia kelas XI, dimana materi satu dengan materi
yang lain saling terkait tetapi guru belum menunjukkan keterkaitan konsep-
konsep tersebut.
6. Selain motivasi belajar, Guru belum memperhatikan gaya belajar siswa yang
berbeda-beda. .
7. Guru belum merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori
yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa
dan lingkungan hidup mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
8. Masih banyak guru yang belum menggunakan media pembelajaran yang
bervariasi.
9. Ada beberapa faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar misalnya
motivasi belajar dan gaya belajar tetapi guru banyak yang belum
memperhatikan faktor internal tersebut.
10. Materi ajar yang cenderung kompleks dan terlalu abstrak, membuat siswa
mengalami kesulitan dalam memahami konsep materi yang diajarkan.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini mempunyai arah dan ruang lingkup yang jelas, maka
perlu adanya pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan
identifikasi masalah yang ada maka penelitian ini dibatasi pada :
1. Obyek yang diteliti adalah siswa kelas XI pada semester Genap tahun ajaran
2010/2011 pada SMK Bhinneka Karya Kabupaten Boyolali.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah CTL (Contextual Teaching
Learning).
3. Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada materi
Polimer.
4. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada
laboratorium real dan laboratorium virtual.
5. Prestasi belajar adalah nilai atau hasil belajar yang dicapai siswa sesudah
mengikuti proses belajar mengajar dan dibatasi aspek kognitif dan afektif.
6. Motivasi berprestasi pada materi polimer dibatasi tinggi dan rendah
7. Gaya Belajar siswa pada pembelajaran polimer dibatasi secara visual dan
kinestetik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah di atas, maka dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe
CTL (Contextual Teaching and Learning) menggunakan laboratorium real
dan laboratorium virtual materi belajar Polimer terhadap prestasi belajar
siswa?
2. Apakah terdapat pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe CTL
(Contextual Teaching and Learning) terhadap prestasi belajar siswa yang
memiliki motivasi tinggi dan motivasi rendah?
3. Apakah terdapat pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe CTL
(Contextual Teaching and Learning) terhadap prestasi belajar siswa yang
memiliki gaya belajar visual dan kinestetik?
4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran menggunakan laboratorium
real dan laboratorium virtual dengan motivasi?
5. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran menggunakan laboratorium
real dan laboratorium virtual dengan gaya belajar siswa?
6. Apakah terdapat interaksi antara motivasi dan gaya belajar siswa?
7. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran menggunakan laboratorium
real dan laboratorium virtual, motivasi dan gaya belajar siswa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
E. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui:
1. Pengaruh pembelajaran CTL dengan laboratorium real dan laboratorium
virtual terhadap prestasi belajar Polimer.
2. Pengauh tingkat motivasi berprestasi tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar Polimer
3. Pengaruh gaya belajar visual dan kinestetik terhadap prestasi belajar Polimer
4. Interaksi antara pembelajaran polimer menggunakan laboratorium real dan
laboratorium virtual dengan motivasi berpretasi tinggi dan rendah.
5. Interaksi antara pembelajaran menggunakan laboratorium real dan
laboratorium virtual dengan gaya belajar.
6. Interaksi antara motivasi berprestasi tinggi dan rendah dengan gaya belajar
visual dan kinestetik.
7. Interaksi antara pembelajaran menggunakan laboratorium real dan
laboratorium virtual, motivasi berprestasi tinggi dan rendah dengan gaya
belajar visual dan kinestetik.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1. Manfaat secara teoritis :
a. Memberikan masukan kepada guru dan calon guru terhadap kemampuan
kognitif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
b. Sebagai masukan bagi sekolah dalam mengembangkan pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning) dengan menggunakan laboratorium
real dan laboratorium virtual untuk pembelajaran-pembelajaran pada mata
pelajaran eksak yang lain.
2. Manfaat secara praktis
a. Dapat digunakan sebagai referensi bagi studi kasus yang sejenis yang
melibatkan pembelajaran kimia dengan Model pembelajaran CTL
(Contextual Teaching and Learning) dengan menggunakan
laboratorium riil dan laboratorium virtual.
b. Masukan bagi penelitian yang lain yang bermaksud melakukan penelitian
lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Kimia
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa para siswa cenderung
mengalami kesulitan dalam mempelajari kimia. Hal ini diindikasikan oleh
kesalahan konsep yang dipahami siswa dan rendahnya pencapaian hasil belajar.
Masalah ini dapat diatasi jika para siswa mampu mengoptimalkan cara pemikiran
mereka dalam memahami konsep selama proses pembelajaran menggunakan
laboratorium real dan laboratorium virtual berdasarkan metode CTL (Contextual
Teaching and Learning). Laboratorium real dan laboratorium virtual ini
dikembangkan berdasarkan KTSP dan disusun dengan menggunakan beberapa
pertanyaan yang dapat membantu siswa untuk menguasai konsep itu sepenuhnya.
Objek penelitian ini adalah: (1) untuk mengembangkan laboratorium real dan
laboratorium virtual berdasarkan KTSP dan pendekatan CTL (Contextual
Teaching and Learning) terhadap siswa kelas XI; (2) untuk menemukan
keefektifan laboratorium real dan laboratorium virtual yang dikembangkan.
Penilaian di dalam laboratorium real dan laboratorium virtual tersebut
dikembangkan berdasarkan standar evaluasi materi pembelajaran yang ditetapkan
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Penilaian itu meliputi dua
aspek utama, yaitu aspek isi dan aspek penyajian modul. Penilaian terhadap isi
modul berkaitan dengan kesesuaiannya terhadap Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD), keakuratan, keterkaitan, kekinian dan aspek tematik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
materi. Penilaian terhadap penyajian modul berhubungan dengan teknik
penyajian, penyajian pembelajaran, dan kelengkapan penyajian. Penilaian
terhadap isi dan penyajian modul serta materi pendukungnya divalidasi oleh tiga
guru ahli kimia sebagai ahli isi, dua guru kimia sebagai ahli pembelajaran, dan
beberapa siswa SMK kelas XI sebagai pengguna. Keefektifan laboratorium real
dan laboratorium virtual ini didasarkan pada pencapaian siswa kelas XI SMK
Bhinneka Karya Simo setelah dilibatkan dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan CTL (Contextual Teaching and Learning) yang dikembangkan.
2. CTL (Contextual Teaching and Learning)
Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia masih didominasi oleh kelas yang
berfokus pada guru sebagai utama pengetahuan, sehingga ceramah akan menjadi
pilihan utama dalam menentukan strategi belajar. Sehingga sering mengabaikan
pengetahuan awal siswa. Untuk itu diperlukan suatau pendekatan belajar yang
memberdayakan siswa. Salah satu pendekatan yang memberdayakan siswa adalah
metode kontekstual (CTL).
CTL dikembangkan oleh The Washington State Concortium for
Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20
sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika
Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada
guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar metode kontekstual di
Amerika Serikat, melalui Direktorat SLTP Depdiknas.
Metode kontekstual atau CTL ( Contextual Teaching and Learning )
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of
Education, 2001). Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar,
manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini
siswa akan menghadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai
hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri
sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan
siswa akan berusaha untuk menanggapinya.
Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah membantu siswa
dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi
daripada memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim
yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar
mengajar lebih diwarnai Student centered dari pada Teacher centered. Menurut
Depdiknas guru harus melaksanakan beberapa hal sebagai berikut: 1) Mengkaji
konsep atau teori yang akan dipelajari oleh siswa. 2) Memahami latar belakang
dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. 3)
Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya
memilih dan mengkaitkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam
pembelajaran kontekstual. 4) Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep
atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki
siswa dan lingkungan hidup mereka. 5) Melaksanakan penilaian terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refeksi terhadap
rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk
belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing),
menerapkan (applying), bekerjasama (cooperating) dan mentransfer
(transferring).
a. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep
baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian,
mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
b. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui
sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi
peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
c. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan
pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam
latihan yang realistis dan relevan.
d. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok
sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.
Pengalaman kerjasama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan ajar,
tetapi konsisten dengan dunia nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
e. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar
dengan fokus pada pemahaman bukan hapalan.
Menurut Blanchard, ciri-ciri kontekstual: 1) Menekankan pada pentingnya
pemecahan masalah. 2) Kegiatan belajar dilakukan dalam berbagai konteks 3)
Kegiatan belajar dipantau dan diarahkan agar siswa dapat belajar mandiri. 4)
Mendorong siswa untuk belajar dengan temannya dalam kelompok atau secara
mandiri. 5) Pelajaran menekankan pada konteks kehidupan siswa yang berbeda-
beda. 6) Menggunakan penilaian otentik.
Menurut Depdiknas untuk penerapannya, metode kontektual (CTL)
memiliki tujuah komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism),
menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-belajar (Learning
Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang
sebenarnya (Authentic). Adapun tujuh komponen tersebut sebagai berikut:
1) Konstruktivisme (constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL (Contextual Teaching
and Learning), yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal,
mengingat pengetahuan tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana
siswa sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya, yang dilandasi
oleh struktur pengetahuan yang dimilikinya.
2) Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual Karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus
yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan
dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan
(conclusion).
3) Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya.
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis kontekstual. Kegiatan
bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2) menggali pemahaman siswa,
3) membangkitkan respon kepada siswa, 4) mengetahui sejauh mana
keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, 6)
memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan
lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan
siswa.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran diperoleh dari
hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari „sharing‟ antar teman,
antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar
tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat
dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
5) Pemodelan (Modeling)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,
mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan siswanya untuk belajar dan
melakukan apa yang guru inginkan agar siswanya melakukan. Dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang
dengan melibatkan siswa dan juga mendatangkan dari luar.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang apa yang baru
dipelajari aau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
Realisasinya dalam pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh
hari itu.
7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberi
gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran berbasis
CTL, gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar. Fokus penilaian
adalah pada penyelesaian tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian
dilakukan terhadap proses maupun hasil.
(http://ipotes.wordpress.com/author/ipotes/).
3. Laboratorium Real
Menurut Mujiono (2005:11), Dalam kegiatan praktikum siswa akan
mengalami diantaranya:
1). Pengenalan Alat
Laboratorium dengan pengenalannya dapat ditunjukkan langsung atau
siswa untuk melihat atau memegang secara langsung. Diberi pengertian bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dalam memegang alat siswa harus hati-hati agar tidak jatuh sehingga rusak atau
pecah, sehingga tidak mengakibatkan kerusakan. Cara merangkai alat siswa
banyak tergantung kepada pentunjuk guru, dimungkinkan siswa ada rasa takut
menggunakan alat secara bebas, semaunya sendiri dalam merangkai dapat
mengakibatkan kesalahaan dan menyebabkan kerusakan pada alat.
2) Pengukuran
Kompetensi yang dikembangkan pada pembelajaran dengan laboratorium
real, antara lain : (1) melakukan Pengamatan, (2) melakukan proses eksperimen,
(3) memecahkan masalah, (4) bernalar, (5) bersikap ilmiah.
3) Pengamatan
Dengan penerapan laboratorium real kegiatan siswa memusatkan
perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan alat indera terhadap alat
real yang dihadapinya melalui penglihatan.
4) Percobaan
Siswa dalam melakukan percobaan dituntun dengan petunjuk praktikum
yang sudah disiapkan sebelumnya sehingga setelah mendapatkan data, siswa
mencatat data tersebut pada data pengamatan.
4. Laboratorium Virtual
Laboratorium virtual atau sering disebut simulasi komputer untuk
menyajikan fenomena alam memegang peranan penting di dalam proses
pembelajaran sains. Apalagi jika proses pembelajaran menggunakan laboratorium
komputer untuk membantu mencapai suatu pemahaman lebih dalam pada pokok
bahasan yang sedang disajikan. Tidak bisa dipungkiri bahwa simulasi komputer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
belum banyak digunakan oleh kebanyakan dari para guru dan instruktur di
Indonesia. Hal ini terkait dengan fakta bahwa para guru masih enggan untuk
menggunakan suatu teknologi yang mereka tidak secara penuh memahaminya.
Untuk itu diperlukan software yang dapat membantu para guru sains dalam
mengembangkan simulasi komputer sebagai laboratoriumpembelajaran sesuai
dengan pokok bahasan yang mereka sampaikan. Software ini adalah suatu solusi
yang baik untuk membantu para guru untuk menciptakan simulasi komputer.
Beberapa kajian sudah menemukan bahwa dengan mencitakan suatu simulasi,
banyak guru dan siswa mendapatkan suatu perpektif yang baru menyangkut
peristiwa alam yang mereka berusaha untuk menjelaskan/memahaminya, yang
mana hampir selalu meningkatkan gairah mereka tentang penggunaan teknologi
ini bersama-sama dengan para siswa mereka.
Laboratorium virtual adalah alat-alat laboratoriumyang dapat dilihat secara
maya berupa program (software) komputer, dioperasikan dengan komputer.
Laboratoriumkomputer adalah suatu mesin yang dirancang secara khusus guna
memproses suatu informasi. Mesin elektronik ini dapat melakukan pekerjaan
perhitungan dan operasional mulai dari yang sederhana hingga yang paling
kompleks, dapat dikerjakan lebih cepat dan lebih teliti. Dalam perkembangannya
komputer dewasa ini memiliki kemampuan menggabungkan berbagai peralatan,
seperti CD player, video tape juga audio tape.
Dalam menggunakan laboratorium komputer sebagai laboratorium
pembelajaran untuk direncanakan secara sistematik, agar pembelajaran berjalan
efektif dan penggunaan komputer sebagai pembelajaran berjalan secara efektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pula. Pembelajaran menggunakan komputer perlu direncanakan dengan baik agar:
(1) menumbuhkan minat peserta didik, (2) menyampaikan materi baru, (3)
melibatkan peserta didik secara aktif, (4) mengevaluasi tingkat pemahaman siswa,
(5) menetapkan tindak lanjut.
Siswa yang menggunakan laboratorium virtual dengan cara melihat
gambar, animasi, suara, video maupun kejadian-kejadian lain seperti timbulnya
bunyi, perbedaan warna dan sebagainya. Dengan siswa berbekal ketrampilan
komputer sebelumnya, diharapkan siswa dapat melakukan perobaan dengan
lancar, cukup dengan tekan tombol pada komputer siswa berlatih melakukan
percobaan dengan leluasa.
Menurut Robeck dalam Arba‟at (2008:122), pembelajaran virtual
memberikan faedah : (a) mengaplikasikan kemahiran dalam proses sains (the use
of science process skills), (b) inquiri sains (science inquiry), (c) pemikiran kritikal
(critical thingking), (d) pemahaman konseptual (conceptual undertanding) dan (e)
pemahaman kepada sains alam (undertanding the nature of science).
Dan Carnivale (2003:30), menyatakan “Learning on the computer
simulations can also be fun, in the virtual lab you caan try anything you want, and
it’s OK.” Belajar pada simulasi komputer juga dapat menyenangkan dan di
laboratorium virtual anda dapaat mencoba apapun yang anda inginkan dan tidak
apa-apa.
Menurut Habraken dalam Mickell (2004:98), menyatakan “The virtual lab
experience combines visual and auditory modalities and requires student to be
actively involved. It is essential that we study these experiences to determine if
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
evidence exists to support the use of virtual labs to increase levels of actuve,
engaged learning and overall achievement in science”. Laboratorium virtual
menggabungkan pengalaman modalitas visual and auditory dan memerlukan
siswa untuk secara aktif terlibat. Penelitiannya untuk membuktikan bahwa
pengalaman laboratorium kimia virtual dapat meningkatkan aktivitas belajar dan
pencapaian belajar secara keseluruhan.
5. Motivasi Belajar
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah
laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk
melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu,
perbuatan seseorang yang didasari atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai
dengan motivasi yang mendasarinya. Motivasi terjadi apabila seseorang
mempunyai keinginan dan kemauan untuk melakukan suatu kegiatan atau
tindakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu Motivasi merupakan konsep
hipotesis untuk suatu kegiatan yang dipengaruhi oleh persepsi atau tingkah laku
seseorang untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan atau tidak
menyenangkan.
Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin
kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan
dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab
seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
melakukan aktivitas belajar. Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan
motivasi ektrinsik.
Motivasi Intrinsik, jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu
sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
Motivasi Ekstrinsik, jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Berdasarkan teori-teori motivasi yang telah dikemukakan diatas dapat
disimpulkan, motivasi adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri
seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator
sebagai berikut : (1) Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, (2)
adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, (3) Adanya harapan dan
cita-cita, (4) Penghargaan dan penghormatan atas diri sendiri, (5) Adanya
lingkungan yang baik, dan (5) Adanya kegiatan yang menarik.
Siswa dan motivasi mempunyai suatu hubungan kompleks dan dinamis
sehingga memerlukan pemecahan masalah dalam pembelajaran. Untuk pelajar
harus termotivasi dalam memperhatikan tugas dan terlibat dalam pemikiran. Para
siswa masuk kelas dengan suatu jangkauan luas motivasi. Student‟S motivasi
mempunyai potensi untuk meningkatkan atau berkurang dari waktu ke waktu
yang dilibatkan oleh banyak faktor mencakup pelajaran pengalaman di dalam
kelas. Menurut Nathan Mentzer dalam Bransford, Brown, & Cocking, 2000; 280
menyatakan bahwa:
“ Motivation and student learning have a dynamic and complex
relationship. “The challenges of learning for today’s world require
disciplined study and problem solving from the earliest grades. To meet
the challenges, learners must be motivated to pay attention, complete
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
assignments, and engage in thinking”. Students enter classrooms with a
broad range of motivation. Student’s motivation has the potential to
increase or decrease over time impacted by many factors including the
learning experiences in class”.
6. Gaya Belajar
“Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi” (Bobbi DePorter, 2008 : 112-113).
Ada dua kategori utama tentang bagaimana seseorang belajar. Pertama,
bagaimana ia menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan kedua,
bagaimana ia mengatur dan mengolah informasi tersebut (dominan otak). Jika
seseorang sudah akrab dengangaya belajarnya maka ia dapat mengambil langkah-
langkah penting untuk membantu dirinya belajar lebih mudah dan cepat.
Pada awal pengalaman belajar, salah satu langkah permulaan yang bisa
dilakukan adalah mengenali modalitas siswa sebagai modalitas visual, auditorial
atau kinestetik (V-A-K). Siswa visual belajar melalui apa yang mereka lihat, siswa
auditorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar, dan siswa kinestetik
belajar melalui gerak dan sentuhan. Meskipun kebanyakan diantara sekian banyak
siswa belajar dengan menggunakan ketiga modalitas ini pada tahapan tertentu,
namun kebanyakan orang lebih cenderung pada salah satu diantara ketiganya.
Michael Grinder dalam (Bobby DePorte, 2008 : 112) telah mengajarkan
gaya-gaya belajar kepada banyak instruktur. Ia mencatat bahwa dalam setiap
kelompok yang terdiri dari tiga puluh orang, sekitar dua puluh dua orang mampu
belajar cukup efektif dengan cara visual, auditorial dan kinestetik sehingga
meraka tidak membutuhkan perhatian khusus. Delapan orang sisanya, sekitar
enam orang memilih satu modalitas belajar dengan sangat menonjol melebihi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
modalitas lainnya. Sehingga setiap saat mereka harus selalu berusaha keras untuk
memahami perintah, kecuali jika perhatian khusus diberikan kepada mereka
dengan menghadirkan cara yang mereka pilih.
Bagi orang-orang seperti mini, mengetahuai cara belajar terbaik mereka
bisa berati perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan. Dua orang lainnya
mengalami kesulitan belajar karena sebab-sebab eksternal.
a. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual ditandai dengan melihat dulu buktinya untuk
kemudian biasa mempercayainya. Ada bebarapa karakteristik yang khas bagi
orang-orang yang menyukai gaya belajar visual. Pertama, kebutuhan melihat
sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau
memahaminya; kedua, memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna;
ketiga, memiliki pemahaman yang cukup terhadap artistik; keempat, memiliki
kesulitan berdialog secara langsung; kelima, terlalu reaktif terhadap suara;
keenam, sulit mengikuti anjuran secara lisan; ketujuh, sering salah
menginterpretasikan kata atau ucapan.
Untuk mengatasi ragam masalah diatas, ada beberapa “pendekatan yang
bisa digunakan sehingga belajar tetap bisa dilakukan dengan memberikan hasil
yang menggembirakan” (Hamzah B.Uno, 2007:181). Salah satunya adalah
menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi
pelajaran. Perangkat grafis itu bisa berupa film, slide, gambar ilustrasi, coretan-
coretan, kartu bergambar atau sejenisnya yang semuanya dapat digunakan untuk
menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b. Gaya Belajar Auditorial
Gaya belajar Auditorial adalah gaya belajar yang mengandalkan pada
pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Orang yang menyukai
gaya belajar seperti ini harus mendengar dulu baru kemudian bisa mengingat dan
memahami informasi itu. Karakteristik pertama gaya belajar ini adalah semua
informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran; kedua, memiliki kesulitan
untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung; ketiga, memiliki
kesulitan menulis ataupun membaca.
Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk belajar apabila
termasuk orang yang memiliki kesulitan-kesulitan belajar seperti diatas.
Pertama, menggunakan tape perekam sebagai alat bantu. Alat ini digunakan untuk
merekam bacaan, catatan ataupun ceramah pengajar didepan kelas untuk
kemudian didengarkan kembali. Kedua, wawancara atau terlibat dalam kelompok
diskusi. Ketiga, mencoba mambaca informasi kemudian diringkas dalam bentuk
lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami. Keempat,
melakukan review secara verbal dengan teman atau guru.
c. Gaya Belajar Kinestetik
Siswa dengan gaya belajar kinestetik harus menyentuh sesuatu yang
memberikan informasi tertentu agar ia biasa mengingatnya. Ada beberapa
karakteristik model belajar seperti ini diantaranya: Pertama, menempatkan tangan
sebagai alat penerima informasi utama untuk kemudian bisa terus mengingatnya.
Kedua, hanya dengan memegang, siswa yang bersangkutan sudah bisa menyerap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
informansinya tanpa membaca penjelasannya. Ketiga, tidak tahan duduk terlalu
lama mendengarkan pelajaran. Keempat, bisa belajar lebih baik apabila disertai
dengan kegiatan fisik. Kelima, memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah
tim dan kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability).
Siswa-siswa yang memiliki karakteristik seperti di atas membutuhkan
pendekatan belajar yang melalui pengalaman dengan menggunakan berbagai
model dan peraga, bekerja di laboratorium atau bermain sambil belajar. Cara lain
yang juga bisa digunakan secara tetap membuat jeda di tengah waktu belajar. Tak
jarang, siswa yang cenderung memiliki karakter kinestetic learners juga akan
lebih mudah menyerap dan memahami informasi dengan cara menjiplak gambar
atau kata untuk belajar mengucapkannya atau memahami fakta.
Penggunaan komputer bagi siswa kinestetik akan sangat membantu.
Karena, dengan komputer ia bisa terlibat aktif dalam melakukan touch (sentuhan),
sekaligus menyerap informasi dalam bentuk gambar dan tulisan. Selain itu,
agar belajar menjadi lebih efektif dan berarti, siswa dengan karakter kinestetik
disarankan untuk menguji memori ingatan dengan cara melihat langsung fakta
di lapangan. (Uno, 2007 : 182). Berdasarkan uraian jenis dan karakteristik gaya
belajar di atas, dalam konteks penelitian ini yang digunakan sebagai variabel
moderator adalah gaya belajar visual dan kinestetik dengan berdasarkan pada
kebiasaan dan kesukaan seseorang dalam menggunakan alat inderanya. Dalam
proses pembelajaran penelitian ini juga digunakan demonstrasi dalam presentasi
materi yang dilakukan oleh guru dalam kerangka metode CTL (Contextual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Teaching and Learning) yang digunakan sehingga yang lebih dapat terukur
secara optimal adalah gaya belajar visual dan kinestetik.
7. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang akan
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu
(Tirtonegoro, 2001:43).
Menurut taksonomi Bloom dkk. (1956), hasil belajar terdiri dari tiga
domain (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 26-32), yaitu:
a. Domain kognitif, berhubungan dengan kemampuan intelektual
Ada enam tingkatan domain kognitif dari yang sederhana sampai yang
lebih kompleks, yaitu: (1). Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan
mengingat materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya; (2). Pemahaman
(comprehention, understanding), seperti menafsirkan, menjelaskan, atau
meringkas; (3). Penerapan (application), yaitu kemampuan menafsirkan atau
menggunakan materi pelajaran yang telah dipelajari ke dalam situasi baru atau
konkret; (4). Analisis (analysis), yaitu kemampuan menguraikan atau
menjabarkan sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bagian-bagian sehingga
susunannya dapat dimengerti; (5). sintesis (synthesis), yaitu kemampuan
menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan; (6). evaluasi
(evaluation), yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan untuk membuat
penilaian terhadap sesuatu berdasarkan kriteria tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b. Domain afektif, berhubungan dengan perhatian, sikap, dan nilai
Domain ini mempunyai lima tingkatan dari yang sederhana sampai kepada
yang lebih kompleks, yaitu: (1). Penerimaan (receiving), merupakan kepekaan
menerima rangsangan (stimulus) baik berupa situasi maupun gejala; (2).
Penanggapan (responding), berkaitan dengan reaksi yang diberikan seseorang
terhadap stimulus yang datang; (3). Penilaian (valuing), berkaitan dengan nilai
dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang datang; (4). Organisasi
(organization), yaitu penerimaan terhadap berbagai nilai yang berbeda
berdasarkan suatu sistem nilai tertentu yang lebih tinggi; (5). Karakteristik nilai
(characterization by a value complex), merupakan keterpaduan semua sistem nilai
yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya.
c. Domain psikomotor, meliputi keterampilan motorik dan gerak fisik
Domain psikomotor mempunyai enam tingkatan dari yang sederhana
hingga yang lebih kompleks, meliputi: (1). Persepsi (perception), berkaitan
dengan penggunaan indera dalam melakukan kegiatan; (2). Kesiapan melakukan
pekerjaan (set), berkaitan dengan kesiapan melakukan suatu kegiatan, baik secara
mental, fisik, maupun emosional; (3). Mekanisme (mechanism), berkaitan dengan
penampilan respons yang sudah dipelajari; (4). Respons terbimbing (guided
respons), yaitu mengikuti atau mengulang perbuatan yang diperintahkan oleh
orang lain; (5). Kemahiran (complex overt respons), berkaitan dengan
keterampilan yang sudah berkembang di dalam diri individu sehingga yang
bersangkutan mampu memodifikasi pola gerakannya; (6). Keaslian (origination),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
merupakan kemampuan menciptakan pola gerakan baru sesuai dengan situasi
yang dihadapi.
Dari beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah belajar dan mengikuti proses
pembelajaran, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses
pembelajaran dikatakan berhasil baik apabila dapat menghasilkan prestasi belajar
yang baik pula. Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:
(1). Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai siswa; (2). Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin
tahu siswa; (3). Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan; (4). Prestasi belajar sebagai indikator produktivitas suatu institusi
pendidikan; (5). Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap atau
kecerdasan siswa.
Jadi, prestasi belajar tidak hanya berfungsi sebagai indikator keberhasilan
dalam belajar bidang tertentu saja tetapi juga berfungsi sebagai indikator kualitas
institusi pendidikan. Dalam penelitian ini, prestasi belajar kimia ditunjukkan
dengan penilaian formatif, yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran pada
pokok bahasan polimer. Alat penilaian yang dalam bentuk tes maupun non-tes.
Penilaian non-tes digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam aspek
afektif, sedangkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam aspek
kognitif umumnya dilakukan dengan tes. Alat penilaian dikatakan mempunyai
kualitas yang baik apabila alat tersebut memenuhi dua hal, yakni ketepatannya
atau validitasnya dan keajegannya atau reliabilitasnya (Nana Sudjana, 1996: 12).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui prestasi belajar
dilakukan evaluasi atau penilaian. Bentuk penilian berupa tes maupun non tes.
Tes yang baik harus memenuhi kriteria tertentu dan juga harus sesuai dengan
tujuan peruntukannya. Konsep belajar telah banyak dideskripsikan oleh pakar
psikologi, antara lain:
1. Teori Belajar
Teori belajar yang relevan dengan penelitian ada beberapa teori belajar,antara
lain :
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori konstruktivisme sangat berpengaruh dalam pembelajaran kimia.
Teori belajar menurut pandangan Konstruktivisme menyatakan bahwa anak tidak
menerima begitu saja pengetahuan dari orang lain, tetapi anak secara aktif
membangun pengetahuannya. Menurut Slavin dalam Trianto (2007:13) Teori
belajar konstruktivis ini menyatakan bahwa “siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-
aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai”. Jadi,
dalam proses belajar seorang siswa harus berusaha mendapatkan pengetahuan
sendiri.
Menurut teori kontruktivis untuk membangun suatu pengetahuan baru,
peserta didik akan menyesuaikan informasi baru atau pengalaman yang
dimilikinya melalui interaksi dengan peserta didik lain atau dengan gurunya.
Melalui metode eksperimen siswa bisa dibagi menjadi kelompok kecil, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
siswa dapat berdiskusi dan menyampaikan pendapatnya dalam proses penemuan
konsep.
b. Teori belajar kognitif menurut Piaget
Jean Piaget adalah seorang psikologis Swiss (1896-1980) yang dikenal
sebagai pelopor aliran kontruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang
digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu
yaitu teori tentang perkembangan individu. Menurut Piget dalam Ratna Wilis
(1989:152) menemukakan bahwa perkembangan individu meliputi empat tahap,
yaitu (1). sensory motor (0-2 tahun) yaitu anak mengenal lingkungan dengan
kemampuan sensorik dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan ;
(2). pre operational (2-7 tahun), pada tahap ini anak belum mampu
melakukan operasi matematika seperti menambah mengurangi dan lain
sebagainya. (3). concrete operational (7-11 tahun) tahap ini merupakan
permulaan anak mulai berfikir secara rasional, akan tetapi belum dapat
berurusan dengan materi-materi abstrak seperti hipotesis. Pada periode ini
sifat egosentris berubah menjadi sensioenris; dan (4). formal operational (11
tahun keatas) anak pada periode ini dapat menggunakan operasi-operasi
konkretnya, untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan
utama pada anak selama periode ini ialah ia tidak perlu berfikir dengan
pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang konkret, ia mempunyai
kemampuan untuk berfikir abstrak.
Pemikiran lain dari Jean Piaget dalam Syaiful Sagala (2008: 24) terdapat
dua proses yang terjadi dalam perkembangan dan pertumbuhan kognitif anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
yaitu: (1). proses assimilation dimana dalam proses ini menyesuaikan atau
mencocokkan informasi yang baru dengan apa yang telah ia ketahui dengan
mengubahnya bila perlu; (2). proses accomodation yaitu anak menyusun dan
membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui sebelumnya
sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan dengan lebih baik.
c. Teori Belajar Menurut Gagne
Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang telah
mengembangkan suatu pendekatan perilaku yang elektik mengenai psikologi
belajar. Menurut Gagne dalam Syaiful Sagala (1998:17) “belajar merupakan
kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas disebabkan : (1).
Stimulus yang berasal dari lingkungan; (2). Proses kognitif yang dilakukan oleh
pelajar”. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan
nilai. Dengan demikian belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulasi lingkungan yang telah melewati proses informasi dan
menghasilkan sesuatu yang baru.
Menurut Gagne terdapat tahapan proses pembelajaran meliputi delapan
fase yaitu: (1). motivasi; (2). pengenalan ; (3). pemerolehan; (4). penyimpanan;
(5). ingatan kembali; (6). generalisasi; (7). perlakuan dan (8). umpan balik (Ratna
Wilis,1989:134) . Pembelajaran kimia materi polimer dalam penelitian ini
dimulai dengan menganalisa tujuan instruksional pembelajaran, pada setiap
pembelajaran siswa harus aktif. Metode pembelajaran yang digunakan adalah
eksperimen dengan harapan siswa dapat mengerti tentang konsep polimer
yang dipelajari secara langsung melalui langkah demi langkah proses
pembelajaran dengan bimbingan lembar kegiatan siswa, sehingga siswa dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
menghubungkan materi polimer yang dipelajari sebagai hasil belajar pada
kemampuan kognitif siswa.
d. Teori Belajar David Ausubel
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Teori belajar
Ausubel memberi penekanan pada belajar bermakna. Ausubel mengatakan bahwa:
Belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama
berhubungan dengan cara informasi atau penyajian materi pelajaran pada
siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut
bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif
yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
(Ratna Wilis Dahar, 1989:110).
Pada tingkat pertama, informasi dapat dikomunikasikan kepada siswa baik
dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk
final, maupun dalam bentuk belajar penemuan (discovery learning) yang
mengharuskan siswa menemukan sendiri sebagian atau seluruhnya materi yang
akan diajarkan pada kegiatan pembelajaran tersebut. Dengan demikian seorang
siswa dituntut untuk belajar secara mandiri dan aktif.
Pada tingkat kedua dalam belajar, para siswa menghubungkan atau
mengaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya, sehingga hal
ini disebut dengan pembelajaran bermakna. Siswa dapat mencoba-coba saja
menghafal informasi baru itu tanpa menghubungkan dengan konsep-konsep yang
telah ada dalam struktur kognitifnya, sehingga dalam hal ini terjadi belajar
hafalan. Hal ini digambarkan dalam bentuk-bentuk belajar menurut Ausubel dan
Robinson seperti berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Lebih lanjut dikatakan belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan
informasi pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif
seseorang. Aspek psikologis tentang belajar bermakna menyangkut tentang
asimilasi informasi baru pada pengetahuan yang telah ada dalam struktur kognitif
seseorang. Sehingga dalam belajar bermakna informasi baru diasimilasikan pada
sumber-sumber relevan yang telah ada pada struktur kognitif. Ausubel dan Novak
mengemukakan tentang tiga hal kebaikan dari belajar bermakna, yaitu : (1).
Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingatan siswa; (2).
Informasi yang tersubsumsi berakibat peningkatan deferensiasi dari subsumber-
subsumber, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip;(3). Informasi
yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek residual pada
subsumer, walaupun telah terjadi pada keadaan “lupa”.
Belajar dapat
Hafalan Bermakna
1.Materi disajikan 1. Materi disajikan
Dalam bentuk final dalam bentuk final
2.Siswa menghafal 2.Siswa memasukkan
materi yang disajikan materi kedalam
struktur kognitif
1. Materi ditemukan 1. Siswa menemukan
Siswa Materi
2.Siswa menghafal 2. Siswa memasukkan
Materi materi kedalam
struktur kognitif
Siswa dapat
mengasimilasi
materi
pelajaran
Secara
penemuan
Secara
penerimaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Salah satu penerapan teori Ausubel dalam mengajar adalah pengaturan
awal (advance organizer). Pengaturan awal mengarahkan para siswa kepada
materi yang akan mereka pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat
kembali informasi yang berhubungan, yang dapat digunakan dalam membantu
menanamkan pengetahuan baru. Pengaturan awal dapat dikatakan sebagai
pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru.
Berkaitan dengan uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran
menekankan pada belajar bermakna. Pembelajaran kimia dengan menggunakan
metode CTL (Contextual Teaching and Learning) / pembelajaran berbasis
masalah mengajak para siswa untuk menemukan sendiri konsep “ Polimer”
melalui bimbingan guru dengan menggunakan laboratoriumlaboratoriumreal dan
laboratoriumvirtual, menggunakan laboratoriumreal dan virtual siswa dapat lebih
mengingat konsep dengan baik dan belajar siswa menjadi lebih bermakna.
e. Teori Belajar Sosial
Teori Belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku, Teori
ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Teori ini menerima sebagian
besar prinsip-prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak
penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada proses-
proses mental internal. Jadi dalam teori belajar sosial kita dapat memahami
bagaimana kita dapat belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar sosial “
manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam, tetapi juga tidak
“dipukul” oleh stimulus-stimulus lingkungan. Tetapi fungsi psikologi diterangkan
sebagai interaksi yang continue dan timbal balik dari determinan-determinan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pribadi dan determinan-determinan lingkungan” (Bandura dalam Ratna Wilis
(1989:27). Sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang
tertuang dalam Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI)
dan Peraturan Mendiknas No. 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), sekolah diwajibkan menyusun kurikulumnya sendiri. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) itu memungkinkan sekolah menitikberatkan pada mata
pelajaran tertentu yang dianggap paling dibutuhkan siswanya.
Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar merupakan hasil yang
dicapai dari suatu usaha dalam mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang
hasilnya dapat ditentukan dengan memberikan test pada akhir pendidikan.
Kedudukan siswa dalam kelas dapat diketahui melalui prestasi belajar yaitu siswa
tersebut termasuk pandai, sedang atau kurang. Dengan demikian prestasi belajar
mempunyai fungsi yang penting disamping sebagai indikator keberhasilan belajar
dalam mata pelajaran tertentu, juga dapat berguna sebagai evaluasi dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar.
Prestasi belajar siswa dapat diketahui dengan adanya evaluasi belajar atau
penilaian hasil belajar. Penilaian merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan
berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses
belajar dan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar
mengajar. Evaluasi hasil belajar mengajar siswa bermakna bagi semua komponen
dalam proses pengajaran terutama siswa, guru dan orang tua.
Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan melalui ulangan harian dan ulangan
umum. Ulangan harian merupakan ulangan yang mencakup satu atau beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
pokok bahasan. Melalui ulangan harian dapat diketahui penguasaan siswa
terhadap tujuan pembelajaran setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Ulangan
umum merupakan ulangan yang mencakup seluruh konsep dalam satu semester.
Selain untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa terhadap materi yang telah
dipelajari, dapat juga untuk menentukan kemajuan atau hasil pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil
yang diperoleh dari serangkaian usaha individu dalam rangka untuk memperoleh
perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil dari aktivitas belajar dan
interaksi dengan lingkungan.
Prestasi belajar sebagai hasil belajar dapat diketahui saat dilakukan
penilaian. Penilaian digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa
dan berbagai hal yang pernah diajarkan sehingga dapat diperoleh gambaran
tentang pencapaian program pendidikan. Jadi fungsi prestasi belajar sangat
penting bagi anak didik baik sebagai indikator kualitas pendidikan dan berfungsi
sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dimaksudkan sebagai
kurikulum untuk mengembangkan kualitas siswa, yang meliputi pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta minat belajar, pada setiap mata pelajaran yang
tercantum di dalam kurikulum itu. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar dalam
pelaksanaan KTSP perlu dilakukan berdasarkan informasi yang selengkap
mungkin mengenai siswa yang bersangkutan agar maksud tersebut terlaksana
(Depdiknas, 2004:1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan siswa dalam usaha belajar
yang dilakukannya. Prestasi ini biasanya diwujudkan dalam nilai tes. Nilai tes
tersebut adalah angka yang menunjukkan jumlah hasil prestasi setelah siswa
mendapat pelajaran. Dalam kurikulum KTSP ini penilaian yang diterapkan
meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor.
Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk dalam
kemampuan menghafal, memahami, menganalisis dan kemampuan mengevaluasi.
Aspek afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap dan nilai.
Sedang aspek psikomotor adalah aspek yang berhubungan dengan aktifitas fisik.
Menurut So, H.-J. & Kim, B. (2009):
“As new advanced technologies have come to our classrooms, there is
increased interest in the essential roles and qualities of teacher knowledge
bases necessary for successful technology integration”.
8. POLIMER
1. Definisi Polimer
Kata polimer berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly dan meros. Poly
berarti banyak dan meros berarti unit atau bagian. Jadi polimer adalah
makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari monomer yang merupakan
molekul yang kecil dan sederhana.
2. Penggolongan Polimer
a) Berdasarkan Asalnya
1) Polimer alam adalah polimer yang terbentuk secara alami di dalam tubuh
makhluk hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 2.2. Beberapa Contoh Polimer Alam
No. Polimer Monomer Polimerisasi Terdapat pada
1. Amilum Glukosa Kondensasi Biji-bijian,akar umbi
2. Selulosa Glukosa Kondensasi Sayur, kayu, kapas
3. Protein Asam amino Kondensasi Susu,daging,telur, wol, sutera
4. Asam nukleat Nukleotida Kondensasi Molekul DNA, RNA
5. Karet alam Isoprene Adisi Getah karet alam
2) Polimer semi sintetis adalah polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi
polimer alam dan bahan kimia.
Contoh : selulosa nitrat yangsering dipasarkan dengan nama celluloid dan
guncotton.
3) Polimer sintetis adalah polimer yang tidak terdapat di alam, tetapi disintesis
dari monomer-monomernya dalam reaktor.
Tabel 2.3 Beberapa Contoh Polimer Sintetis
No. Polimer Monomer Polimerisasi Terdapat pada
1. Polietena Etena Adisi Kantung,kabel plastik
2. Polipropena Propena Adisi Tali,karung,botol plastik
3. PVC Vinil klorida Adisi Pipa pralon,pelapis lantai, kabel listrik
4. Polivinil alkohol Vinil alkohol Adisi Bak air
5. Teflon Tetrafluoro etena Adisi Wajan,panci anti lengket
6. Dakron Metal tereftalat
dan etilen glikol
Kondensasi Pita rekam magnetik, kain,tekstil,wol
sintetis
7. Nilon Asam adipat dan
heksametilen
diamin
Kondensasi Tekstil
8. Polibutadiena Butadiena Adisi Ban motor, mobil
b) Berdasarkan Jenis Monomernya
1) Homopolimer adalah polimer yang tersusun dari monomer-monomer yang
sama atau sejenis.
Contoh : PVC, protein, karet alam, polivinil asetat (PVA), polistirena, amilum,
selulosa, dan teflon.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2) Kopolimer adalah polimer yang tersusun dari monomer-monomer yang
berlainan jenis. Berdasarkan susunan monomernya, terdapat empat jenis
kopolimer sebagai berikut:
a) Kopolimer bergantian
b) Kopolimer blok
c) Kopolimer bercabang
d) Kopolimer tidak beraturan
e) Berdasarkan Sifat terhadap Pemanasan atau Sifat Kekenyalannya
1) Termoplastik
adalah polimer yang bersifat kenyal atau liat jika dipanaskan dan dapat
dibentuk menurut pola yang diinginkan. Setelah dingin, polimer menjadi keras
dan kehilangan sifat kekenyalannya. Contoh : polietilena, PVC, seluloid,
polistirena, polipropilena, asetal, vinil, nilon dan Perspex.
2) Termosetting
adalah polimer yang bersifat kenyal saat dipanaskan, tetapi setelah dingin
tidak dapat dilunakkan kembali. Jika pecah, polimer tersebut tidak dapat
disambungkan kembali dengan pemanasan. Contoh : bakelit, uretana, epoksi,
polyester, dan formika.
c) Berdasarkan Bentuk Susunan Rantainya
1) Polimer linear adalah polimer yang tersusun dengan unit ulang berikatan satu
sama lainnya membentuk rantai polimer yang panjang.
2) Polimer bercabang adalah polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang
membentuk cabang pada rantai utama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3) Polimer berikatan silang (Cross-linking) adalah polimer yang terbentuk karena
beberapa rantai polimer saling berikataan satu sama lain pada rantai
utamanya. Sambungan silang dapat terjadi ke berbagai arah sehingga
terbentuk sambung silang tiga dimensi yang disebut polimer jaringan.
d) Berdasarkan Apilkasinya
1) Polimer komersial adalah polimer yang disintesis dengan harga murah dan
diproduksi secara besar-besaran. Contoh : polietilena, polipropilena, pilivinil
klorida dan polistirena.
2) Polimer teknik adalah polimer yang mempunyai sifat unggul tetapi harganya
mahal. Contoh : poliamida, polikarbonat, asetal, dan polyester.
3) Polimer dengan tujuan khususadalah polimer yang mempunyai sifat spesifik
yang unggul dan dibuat untuk keperluan khusus. Contoh : alat-alat kesehatan
seperti thermometer atau timbangan.
3. Sifat-sifat Polimer
Beberapa faktor yang mempengaruhi sifat fisik polimer sebagai berikut.
a) Panjang rata-rata rantai polimer
Kekuatan dan titik leleh naik dengan bertambah panjangnya rantai polimer.
b) Gaya antarmolekul
Jika gaya antar molekul pada rantai polimer besar maka polimer akan
menjadi kuat dan sukar meleleh.
c) Percabangan
Rantai polimer yang bercabang banyak memiliki daya tegang rendah dan
mudah meleleh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
d) Ikatan silang antar rantai polimer
Ikatan silang antar rantai polimer menyebabkan terjadinya jaringan yang
kaku dan membentuk bahan yang keras. Jika ikatan silang semakin banyak
maka polimer semakin kaku dan mudah patah.
e) Sifat kristalinitas rantai polimer
Polimer berstruktur tidak teratur memil;iki kristanilitas rendah dan bersifat
amorf (tidak keras). Sedangkan polimer dengan struktur teratur mempunyai
kristanilita tinggi sehingga lebih kuat dan lebih tahan terhadap bahaan-bahan
kimia dan enzim.
4. Reaksi-reaksi Polimer
Reaksi polimerisasi yaitu reaksi penggabungan sejumlah monomer menjadi
polimer. Polimerisasi dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.
a) Polimerisasi adisi adalah reaksi pembentukan polimer dari monomer-
monomer yang berikatan rangkap menjadi ikatan tunggal.
Polimerisasi adisi dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
1) Polimerisasi adisi alami
Polimerisasi adisi alami misalnya pembentukan karet alam atau
poliisoprena. Monomernya berupa isoprene atau senyawa 2-metil-1,3-
butadiena.
2) Polimerisasi adisi sintesis
Contoh : pembentukan PVC, polipropena, Teflon, polifenil etena atau
polistirena, dan polietilena.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b) Polimerisasi kondensasi
yaitu reaksi yang terjadi jika dua atau lebih monomer sejenis atau berbeda
jenis bergabung membentuk molekul besar sambil melepaskan molekul-
molekul kecil seperti H2O, NH3, dan HCl.
Polimerisasi kondensasi dibagi menjadi dua sebagai berikut.
1) Polimerisasi kondensasi alami
Contoh : pembentukan selulosa, amilum dan protein.
2) Polimerisasi kondensasi sintesis
Contoh : pembentukan nilon, tetoron, bakelit, dan urea-metanal.
5. Kegunaan Polimer
Tabel 5.1 Kegunaan Polimer
No. Polimer Monomer Sifat Kegunaan
1. Polietena Etena Lentur
Botol semprot, tas plastik, kabel,
ember, tempat sampah dan film plastik
(pembungkus makanan)
2. Polipropilena Propena Keras dan titik
leleh tinggi
Karpet, tali, wadah plastik, dan mainan
anak-anak
3. Polivinil klorida Vinil klorida Kaku dan keras Pipa air dan pipa kabel listrik (paralon)
4. Polistirena
Polifenil etena Fenil etena
Tahan terhadap
tekanan tinggi
Plastik pada kendaraan dan pesawat
terbang, genting, cangkir, mangkuk,
dan mainan
5. Poliamida
(nilon)
Asam adipat dan
heksametilen
diamina
Kuat (tidak cepat
rusak) dan halus
Pakaian, peralatan camping,
laboratorium, rumah tangga, dapur,
parasut, layar perahu
6. Politetrafluoro
Etena (Teflon) Tetrafluoro etena
Keras, kaku, tahan
panas
Pelapis anti lengket dan wajan anti
lengket
7. Bakelit Formaldehid dan
fenol Termoset
Peralatan listrik (saklar), perlengkapan
radio, telepon, kamera, piring, dan
gelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Dampak Negatif Penggunaan Polimer dan Penganggulanginya
Disamping memiliki manfaat yang sangat besar dalam semua bidang
kehidupan, polimer juga mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan. Polimer yang dibuang ke lingkungan sulit diuraikan olek
mikroorganisme tanah. Hal ini menyebabkan pencemaran lingkungan. Sementara
itu, gugus atom pada polimer yang terlarut di dalam makanan lalu masuk ke
dalam tubuh akan menyebabkan kanker (karsinogenik). Dampak negatif tersebut
dapat ditanggulangi jika kita mengurangi pemakaian polimer plastik, tidak
membuang sampah di sembarang tempat, memilih alat-alat yang lebih mudah
diuraikan dan mengumpulkan sampah plastik untuk didaur ulang. Daur ulang
plastik melalui proses pirolisis. Pirolisis adalah proses pemecahan senyawa
menjadi satu atau lebih senyawa hasil dengan bantuan panas dalam reaktor.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Arni Astuti (2009) tentang pengaruh model
pembelajaran CTL terhadap prestasi belajar dengan metode proyek dan
eksperimen ditinjau dari sikap ilmiah dan kemampuan berkomunikasi siswa.
Penelitian ini mempunyai kesamaan dalam hal pembelajaran CTL sedangkan
perbedaannya adalah peneliti menggunakan laboratorium real dan
laboratorium virtual.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Riolita Butsia Anggraini (2007) tentang
pengaruh model CTL terhadap prestasi belajar ditinjau dari kemampuan
tingkat berpikir siswa yang bertujuan: a) mengetahui perbedaan pengaruh
pembelajaran CTL laboratorium massa dan CTL laboratorium terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
prestasi belajar, b) mengetahui perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa
yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah, c) mengetahui
perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir
konkrit tinggi dan rendah, d) mengetahui interaksi pengaruh model
pembelajaran dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar fisika,
3. Penelitian yang dilakukan oleh Mawan Akhir Riwanto, 2010 dengan judul :
Pembelajaran Kimia melalui Metode TAI dan GI ditinjau dari Gaya belajar
dan Kemampuan Matematik Siswa. Peneliti menunjukkan bahwa : (1).
Terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran TAI dan GI terhadap
prestasi belajar kimia; (2). Terdapat pengaruh gaya belajar tinggi dan gaya
belajar rendah terhadap prestasi kognitif siswa; (3). Terdapat pengaruh
kemampuan matematik tinggi dan kemampuan matematik rendah terhadap
prestasi belajar siswa, berarti dari analisa data dalam penelitian tersebut
diperoleh hasil bahwa pengaruh pembelajaran dengan metode TAI dan GI
yang disertai gaya belajar dan kemampuan matematik siswa tinggi memiliki
prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki gaya belajar dan
kemampuan matematik yang rendah. Kesamaan antara penelitian yang akan
dilakukan penulis dengan penelitian ini adalah sama-sama mengukur gaya
belajar siswa.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Inggri Ani Liem, dengan judul Pemodelan
Laboratorium Virtual Sains. Penelitian ini membahas tentang pemodelan
komponen (sub sistem) laboratorium (lab) virtual sains dan memaparkan dari
segi substansial maupun segi pedagogis. Komponen lab virtual telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
diimplementasi sebagai modul program yang “generik” pada dua buah
platform yaitu PHP dengan basisdata MySQL dan Microsoft/VB 6.0 dengan
basisdata MS Access, serta dibuktikan keterpakaiannya untuk membangun
prototype lab kimia.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Nathan Mentzer dari Purdue University dan
Kurt Becker dari Utah State University, dengan judul Motivation while
Designing in Engineering and Technology Education Impacted by Academic
Preparation. Tujuan studi ini adalah untuk menentukan jika sekolah menengah
para siswa melakukan persiapan akademis dihubungkan dengan perubahan
motivasi selama suatu disain dirancang untuk menghadapi tantangan. Riset
diselenggarakan di suatu sekolah menengah kelas di mana unsur-unsur disain
dirancang untuk diajarkan dalam suatu konteks pendidikan teknologi ke
eleventh-grade siswa dari latar belakang akademis berbeda (yang diukur oleh
nilai kelas rata-rata [GPA]). Peserta motivasi ditaksir oleh California Ukuran
Mental Motivasi (CM3). CM3 mengukur motivasi siswa untuk menerapkan
pemikiran dan ketrampilan pemikiran kritis untuk memecahkan permasalahan
dalam lima subscales: mental memusatkan, belajar orientasi, pemecahan
persoalan, integritas teori, dan kekakuan ilmiah.
C. Kerangka Berfikir
Prestasi belajar merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan suatu proses
belajar mengajar. Untuk melihat tercapai tidaknya suatu tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam proses belajar mengajar, guru berperan sebagai fasilitator
keberhasilan suatu proses belajar mengajar dalam mencapai tujuannya yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
tercapainya hasil belajar yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang telah
ditentukan. Polimer merupakan salah satu materi pembelajaran yang diajarkan di
SMK sesuai dengan karakteristik konsep kimia yang sesuai dengan materi. Dalam
kurikulum tersebut disebutkan bahwa standar kompetensi yang harus dicapai oleh
siswa adalah ” Menjelaskan sistem klasifikasi dan kegunaan polimer”. Standar
kompetensi ini dituangkan dalam kompetensi dasar, yaitu Mengklasifikasikan
polimer dan menjelaskan kegunaan polimer. Pencapaian kompetensi dasar
tersebut dapat dikembangkan melalui pemilihan metode pembelajaran yang
memberikan pengalaman belajar bagi siswa untuk menguasai kompetensi dasar
yang telah ditentukan. Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat disusun
kerangka berfikir sebagai berikut :
1. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CTL (Contextual Teaching and
Learning) dengan laboratoriumlaboratorium real dan virtual pada materi
belajar Polimer terhadap prestasi belajar siswa.
Kegiatan pembelajaran yang menggunakan bantuan laboratorium berarti
memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk melakukan percobaan
dan meningkatkan kemampuannya sehingga dapat meningkatkan prestasinya,
karena dengan kegiatan laboratorium siswa dapat melakukan peragaan, simulasi,
pengukuran, dan pengamatan secara langsung untuk menggali potensi sesuai
dengan tuntutan dari standar kompetensi maupun kompetensi dasar yang
ditentukan dalam kurikulum. Guru dapat memfokuskan peranannya untuk
memfasilitasi, membimbing, mengarahkan, dan memotivasi siswanya untuk
menemukan jawaban dari permasalahan yang dituangkan pada lembar kerja siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Penggunaan laboratorium real dalam pembelajaran kimia memiliki
keunggulan obyek yang diamati merupakan obyek yang nyata berada dalam
lingkungan sehari-hari, dengan demikian siswa dapat lebih mengenal obyek dan
mendapatkan konsep yang bermakna. Kelemahan penggunaan laboratorium real
dalam penelitian ini adalah ketersediaan peralatan laboratorium yang terbatas
jumlahnya dan perlu persiapan yang lama untuk melakukan pengamatan baik
persiapan alat dan bahan, selain itu siswa masih banyak mengalami kesulitan
dalam menggunakan alat dan bahan percobaan serta siswa hanya dapat
menggunakan alat-alat tersebut dilaboratorium sekolah dan tidak bisa diulang
sendiri di rumah.
Siswa yang pembelajarannya melalui CTL (Contextual Teaching and
Learning) menggunakan laboratorium real lebih dapat menekuni materi yang
disajikan, karena siswa dapat dengan cepat mendapatkan materi yang diinginkan.
Siswa dihadapkan dengan situasi nyata yang lebih banyak menjadikan siswa lebih
berkonsentrasi dalam melakukan proses pembelajaran di kelas. Laboratoriumreal
yang dikemas secara interaktif ini lebih mempercepat kerja laboratorium. Siswa
dapat mengingat kembali apa yang ia pelajari, dengan demikian diduga bahwa
siswa yang pembelajarannya melalui CTL (Contextual Teaching and Learning)
menggunakan laboratorium real memperoleh prestasi belajar kimia yang lebih
baik daripada siswa yang menggunakan laboratorium virtual.
2. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CTL (Contextual Teaching and
Learning) terhadap prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi tinggi dan
motivasi rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Student Active Learning merupakan konsep dalam proses pembelajaran yang
menitikberatkan pentingnya siswa lebih aktif belajar dibanding dengan motivasi
guru sebagai pengajar. Menurut Silberman (2006:29) “Siswa sekolah menengah
lebih suka kegiatan belajar yang benar-benar aktif daripada kegiatan yang reflektif
abstrak”. Cara belajar dan mengajar yang aktif sangat sesuai dengan siswa masa
kini. Agar pembelajaran dapat efektif guru harus menggunakan hal berikut:
diskusi dan praktikum, presentasi dan debat dalam kelas, latihan melalui
pengalaman dilapangan, dan studi kasus. Pembelajaran dengan model CTL
(Contextual Teaching and Learning) lebih menuntut keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran sehingga diduga dalam hal ini diduga siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
3. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe CTL (Contextual Teaching
and Learning) terhadap prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar
visual dan kinestetik.
Gaya belajar adalah suatu pilihan tindakan seseorang yang berhubungan
dengan sains. Gaya belajar terbentuk dan berubah sejalan dengan perkembangan
individu. Gaya belajar siswa mempunyai tiga komponen yaitu kognitif
(berhubungan dengan pengetahuan), afektif (berhubungan dengan perasaan), dan
psikomotoris (berhubungan dengan kecenderungan untuk bertindak). Struktur
kognitif merupakan pangkal terbentuknya sikap seseorang. Struktur kognitif ini
sangat ditentukan oleh pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan
sikap yang diterima seseorang. Dalam gaya belajar siswa banyak terkandung nilai
paedagogis, diantaranya: sikap mencintai kebenaran, sikap ingin tahu, sikap tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
putus asa, sikap teliti dan hati-hati, sikap optimis serta sikap menghargai orang
lain. Sehingga diduga terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada pokok
bahasan kimia polimer antara siswa yang memiliki gaya belajar visual dan
kinestetik.
4. Interaksi pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual dengan motivasi
belajar terhadap prestasi belajar siswa.
Dengan laboratorium real siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
maupun rendah tetap dapat melakukan pengamatan dengan bantuan alat-alat yang
ada pada laboratorium real. Mereka sama-sama dapat membangun konsep
dengan metode yang digunakan. Demikian juga pada laboratorium virtual, siswa
yang memiliki moivasi belajar tinggi maupun yang rendah mereka tetap dapat
mengoperasikan komputer untuk mendapatkan konsep polimer, dengan demikian
diduga bahwa ada interaksi antara metode CTL (Contextual Teaching and
Learning) menggunakan laboratorium real dan virtual dengan motivasi belajar
siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi polimer.
5. Interaksi pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual dengan gaya
belajar siswa.
Dari pengaruh interaksi tersebut antara laboratorium real, laboratorium
virtual dan gaya belajar memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Karena modalitas gaya belajar yang dimiliki siswa dapat menyesuaikan dengan
metode pembelajaran yang digunakan. Siswa dengan gaya belajar kinestetik dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
visual masing-masing dapat terakomodasi dengan baik, pada kelas yang
menggunakan laboratorium real maupun virtual. Dengan demikian diduga bahwa
ada interaksi antara metode CTL (Contextual Teaching and Learning)
menggunakan laboratorium real dan virtual dengan gaya belajar siswa terhadap
prestasi belajar kimia pada materi polimer.
6. Interaksi antara motivasi dan gaya belajar siswa.
Motivasi dan gaya belajar siswa mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan individu. Tanpa adanya motivasi dan gaya belajar siswa terhadap
materi pelajaran, maka individu tidak akan belajar sungguh-sungguh dan
akibatnya prestasi belajar siswa menurun. Dengan adanya motivasi dan gaya
belajar yang baik diharapkan siswa dapat memperhatikan dan mengenang
pelajaran yang disajikan oleh guru. Karena pemusatan perhatian yang intensif
maka siswa yang mempunyai motivasi dan gaya belajar siswa tinggi diharapkan
ada korelasi positif sehingga dari pengaruh interaksi tersebut kemungkinan ada
pengaruh interaksi antara motivasi dan ke siswa karena motivasi dan gaya belajar
siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa selain itu, dapat membentuk
konsep yang sama pada diri siswa. Sehingga pada akhirnya motivasi dan gaya
belajar yang dimiliki siswa dapat saling mendukung dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa.
7. Interaksi antara pembelajaran menggunakan laboratorium real dan
laboratorium virtual, motivasi dan gaya belajar siswa.
Pada proses pembelajaran model CTL menggunakan laboratorium virtual dan
laboratoriu real sama-sama dibutuhkan motivasi dan gaya belajar. Siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
mempunyai motivasi dan gaya belajar tinggi diharapkan ada korelasi positif,
sehingga pengaruh interaksi tersebut kemungkinan ada interaksi antara
pembelajaran menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual, motivasi
dan gaya belajar siswa karena membentuk interaksi yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa pada pokok bahasan kimia polimer.
Untuk itu dalam pembelajarannya perlu digunakan metode pembelajaran
yang memberikan kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Metode
pembelajaran yang bisa digunakan pada pokok bahasan Polimer antara lain
dengan metode CTL (Contextual Teaching and Learning) melalui laboratorium
real dan laboratorium virtual.
Pada pembelajaran dengan metode CTL (Contextual Teaching and
Learning) melalui laboratorium real dan laboratorium virtual siswa diarahkan
untuk lebih aktif, inovatif dan kreatif dengan melakukan eksperimen sesuai
dengan sarana yang telah tersedia. Guru hanya memberi proses nyata dan siswa
diharap dapat belajar mengamati secara langsung, berpartisipasi aktif dan
memperoleh pengalaman langsung serta dapat memberi gambaran yang jelas
mengenai materi yang dipercobakan.
Media laboratorium merupakan salah satu cara mengajar dimana guru
melakukan percobaan dan siswanya mengamati. Tetapi dalam penelitian
laboratorium laboratorium divariasikan dengan menggunakan konflik kognitif.
Konflik kognitif yang dimaksud adalah guru memberikan pertanyaan yang berisi
permasalahan yang berhubungan dengan materi dimana pertanyaan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
memungkinkan beberapa jawaban yang bermacam-macam dari siswa sesuai
dengan pemikiran dan pengetahuan masing-masing siswa yang akan
menimbulkan konflik dan untuk membuktikan kebenaran jawaban tersebut
dilakukan demonstrasi oleh guru sehingga siswa benar-benar tahu jawaban yang
sebenarnya. Dalam metode ini siswa ikut serta aktif dalam proses pembelajaran.
Gaya belajar siswa ini ditunjukkan dengan munculnya bermacam-macam dugaan
jawaban yang tentunya saling bertentangan dan siswa diajak oleh guru untuk
membuktikan kebenaran jawaban melalui percobaan.
Dengan partisipasi siswa melalui kegiatan demonstrasi dapat dilaksanakan
dengan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) melalui media
laboratorium real dan virtual maka ada harapan kualitas pembelajaran meningkat
dan pada akhirnya prestasi belajar akan meningkat.
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berfikir dikemukakan di atas, maka dalam
penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Penggunaan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dengan
laboratorium real prestasi belajarnya lebih baik daripada labratorium virtual.
2. Penggunaan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap
prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar siswa tinggi lebih baik
daripada motivasi belajar siswa rendah.
3. Penggunaan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) terhadap
prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih baik daripada
gaya belajar kinestetik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
4. Ada interaksi penggunaan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual dengan
motivasi.
5. Ada interaksi antara pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual dengan gaya belajar.
6. Ada interaksi antara motivasi dan gaya belajar terhadap prestasi belajar siswa
pada materi polimer.
7. Ada interaksi antara pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual, motivasi dan gaya
belajar terhadap prestasi belajar siswa pada materi polimer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Bhinneka Karya
Simo Kabupaten Boyolali. Alasan mengambil tempat penelitian ini adalah
sekolahan ini mempunyai prestasi cukup baik dan letaknya yang strategis.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada semester dua (II) Tahun Pelajaran
2010/2011 di SMK Bhinneka Karya Simo secara bertahap:
a. Tahap persiapan, meliputi, pengajuan judul, proposal/pembimbingan,
seminar, permohonan perijinan.
b. Tahap pelaksanaan yaitu kegiatan yang berlangsung di lapangan meliputi:
penyusunan instrumen, uji coba instrumen, pelaksanaan pengajaran, dan
pengambilan data.
c. Tahap penyelesaian, yaitu tahap pengelolaan data, penyusunan laporan, dan
konsultasi bimbingan.
Adapun jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 3.1. Jadwal Penelitian
Waktu
Kegiatan
Bulan / Tahun 2010-2011
11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Penyusunan
Proposal
Pembimbingan
Proposal
Penyusunan
Instrumen
Seminar
Proposal
Penyempurnaan
Proposal
Uji coba
Instrumen
Analisis Uji
coba Instrumen
Pelaksanaan
Penelitian
Pembimbingan
Pengolahan
Data
Penulisan BAB
IV dan V
Ujian Tesis
Revisi
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
eksperimen dengan membandingkan dua kelas eksperimen, yaitu kelompok
eksperimen pertama menggunakan pedekatan pembelajaran CTL (Contextual
Teaching and Learning) dengan laboratorium real dan kelompok eksperimen
kedua menggunakan pendekatan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning) dengan laboratorium virtual.
Kedua kelompok eksperimen ini diuji keseimbangannya (uji matching).
Uji ini dilakukan sebelum kedua kelompok, baik kelas CTL(Contextual Teaching
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
and Learning) dengan laboratorium real maupun kelas CTL(Contextual Teaching
and Learning) dengan laboratorium virtual diberikan perlakuan yang berbeda. Uji
ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keseimbangan kedua kelompok tersebut.
Statistik uji yang digunakan adalah uji t, dengan keputusan Ho ditolak jika t
hitung > t tabel atau Ho diterima jika t hitung < t tabel. Daerah kritiknya Dk= {tt
> tα/2 atau t >-tα/2}, dan tingkat signifikansi (α) 0,05.
Kedua kelompok tersebut diatas, sebelum proses belajar mengajar dimulai
diberikan angket motivasi berprestasi dan angket gaya belajar siswa. Dari data
motivasi berprestasi dibagi menjadi dua kategori, yaitu motivasi berprestasi tinggi
dan motivasi berprestasi rendah. Begitu juga dengan hasil angket gaya belajar
dibagi menjadi dua kategori, yaitu visual dan kinestetik. Penelitian ini juga
meninjau motivasi berprestasi siswa dan gaya belajar siswa. Materi yang
digunakan adalah materi polimer. Hasil dari kedua kelompok tersebut dikaji,
dianalisis kemudian dibandingkan hingga didapatkan model pendekatan
pembelajaran CTL(Contextual Teaching and Learning) yang berpengaruh
terhadap prestasi belajar kimia. Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2 x 2
x 2 seperti diperlihatkan oleh tabel 2.2.
Tabel 3.2 Rancangan Desain Anava Tiga Jalur 2 x 2 x 2
Pembelajaran Model CTL (A)
Laboratorium
Real(A1)
Laboratorium
Virtual(A2)
Motivasi belajar
Tinggi (B1)
Gaya Belajar visual
(C1) A1B1C1 A2B1C1
Gaya belajar kinestetik
(C2) A1B1C2 A2B1C2
Motivasi belajar
Rendah (B2)
Gaya Belajar visual
(C1) A1B2C1 A2B1C1
Gaya belajar kinestetik
(C2) A1B2C2 A2B2C2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Keterangan :
A : Pembelajaran Model CTL
A1 : Laboratorium Real
A2 : Laboratorium Virtual
B : Motivasi Berprestasi (B1 : Tinggi, B2 : Rendah)
C : Gaya Belajar (C1: Visual,C2 : Kinestetik)
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006: 130).
Populasi adalah wilayah yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kuantitas dan mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2006: 55).
Populasi dalam Menengah Kejuruan Bhinneka Karya Simo Kabupaten
Boyolali tahun 2011/2012.
2. Sampel dan Teknik Sampling
Langkah-langkah pengambilan sampel dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Penentuan kelas eksperimen
Memilih kelas secara acak (purposive random sampling) yaitu teknik
memilih sampel dari kelompok-kelompok unit kecil dari populasi secara
acak dengan cara undian. Undian tersebut ddilaksanakan satu tahap dengan
dua kali pengambilan. Nomor undian yang pertama keluar ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
sebagai kelas eksperimen I. Nomor undian yang keluar berikutnya sebagai
kelas eksperimen II.
b. Penentuan penerapan metode pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning)
Memilih kelas secara acak (purposive random sampling) yaitu teknik
memilih sampel dari kelompok-kelompok unit kecil dari populasi secara
acak dengan cara undian. Undian tersebut ddilaksanakan satu tahap dengan
dua kali pengambilan. Nomor undian yang pertama keluar ditetapkan
sebagai kelas eksperimen I yang diajar menggunakan metode pembelajaran
CTL denagan laboratorium Real. Nomor undian yang keluar berikutnya
sebagai kelas eksperimen II yang diajar menggunakan metode
pembelajaran CTL dengan laboratorium Virtual.
c. Hasil penentuan kelas
Berdasarkan teknik penentuan kelas eksperimen yang telah dilakukan,
diperoleh dua kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan metode
pembelajaran CTL dengan laboratorium Real maupun laboratorium Virtual.
Kelas XI KA akan diberi pembelajaran model CTL dengan laboratorium
Real, sedangkan kelas XI MB akan diberi pembelajaran CTL dengan
laboratorium Virtual. Akan tetapi sebelum diberi perlakuan, masing-masing
sampel diuji terlebih dahulu kesamaan rata-ratanya. Adapun hasil
komputasi uji kesamaan rata-rata menggunakan SPSS 17 dapat dilihat pada
Lampiran 22.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Dari perhitungan uji t independent samples test (equal variance assumed)
didapatkan nilai signifikansi 0,005. Hal ini dapat diartikan bahwa Ho
diterima.
Tabel 3.3 Data uji t (equal variance assumed)
No. Sig. Keputusan Ho Kesimpulan
1. 0,005 Diterima Tidak ada perbedaan
Berdasarkan data diatas, dapat dinyatakan bahwa pada kelas XI KA dan XI
MB mempunyai keadaan awal yang sama. Sehingga dapat digunakan
sebagai kelas sampel dalam penelitian untuk mengetahui apakah
penggunaan metode yang berbeda mampu memberikan hasil yang berbeda
pula.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi perhatian dalam
suatu penelitian (Arikunto, 2002 : 104). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah metode pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning).
a. Devinisi operasional:
Metode pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (US
Departement of Education, 2001). Pembelajaran dengan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
laboratorium real adalah metode pembelajaran menggunakan laboratorium
tempat khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan bahan-bahan real
untuk melakukan percobaan/praktikum baik fisika, kimia atau biologi.
Alat laboratorium untuk menguatkan atau memberi kepastian informasi,
menentukan hubungan sebab akibat, mempraktekkan sesuatu yang
dikehendaki, mengembangkan ketrampilan, mendorong gairah belajar
kepada siswa.
Sedangkan pembelajaran dengan metode laboratorium virtual
merupakan metode pembelajaran menggunakan laboratorium komputer
untuk membantu mencapai suatu pemahaman lebih dalam pada pokok
bahasan yang sedang disajikan. Siswa yang menggunakan laboratorium
virtual dengan cara melihat gambar, animasi, suara, video maupun
kejadian-kejadian lain seperti timbulnya bunyi, perbedaan warna dan
sebagainya. Dengan siswa berbekal ketrampilan komputer sebelumnya,
diharapkan siswa dapat melakukan perobaan dengan lancar, cukup dengan
tekan tombol pada komputer siswa berlatih melakukan percobaan dengan
leluasa.
b. Skala pengukuran : Nominal
c. Indikator :
1) Laboratorium real : proses pembelajaran menggunakan
laboratorium tempat khusus yang dilengkapi dengan alat-alat dan
bahan-bahan real untuk melakukan percobaan/praktikum baik
fisika, kimia atau biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
2) Laboratorium virtual : proses pembelajaran menggunakan
laboratorium komputer untuk membantu mencapai suatu
pemahaman lebih dalam pada pokok bahasan yang sedang
disajikan.
2. Variabel Moderator
Variabel moderator dalam penelitian ini ada dua yaitu motivasi berprestasi
dan gaya belajar siswa.
a. Motivasi berprestasi siswa
1) Definisi operasional :
Motivasi berprestasi siswa merupakan dorongan atau sikap yang
membangun siswa untuk berbuat, menentukan arah dan menerima
semangat dalam meraih prestasi belajar yang lebih baik dari
sebelumnya.
2) Skala pengukuran : ordinal, yang terdiri dari tinggi dan rendah
3) Indikator : skor angket motivasi berprestasi siswa.
b. Gaya belajar siswa
1) Definisi operasional :
Gaya belajar merupakan kombinasi dari seseorang menyerap, dan
mengatur serta mengolah informasi. Gaya belajar siswa dibedakan
menjadi dua yaitu : visual dan kinestetik.
2) Skala pengukuran :nominal, yang terdiri dari visual dan kinestetik.
3) Indikator :skor angket gaya belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
3. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar.
a. Definisi operasional :
b. Skala pengukuran : interval
c. Indikator : nilai prestasi belajar Kimia siswa kelas XI laboratorium real dan
kelas XI laboratorium virtual.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik pengambilan datanya dengan menggunakan dua
metode yaitu tes dan angket. Pengumpulan data dengan metode tes untuk
pengumpulan data prestasi belajar siswa, sedangkan metode angket untuk
pengumpulan data motivasi berprestasi dan data gaya belajar siswa.
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen pelaksanaan pembelajaran
Instrumen ini digunakan untuk proses pembelajaran, yang berupa silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus adalah rencana
pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
indikator pembelajaran, alokasi waktu dan sumber belajar yang dikembangkan
oleh setiap satuan pendidikan. Silabus yang digunakan pada standar
kompetensi 9. Memahami senyawa organik dan makromolekul, menentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
hasil reaksi dan mensintesis senyawa makromolekul serta kegunaannya,
dengan kompetensi dasar 9.1. Mengklasifikasikan polimer.
RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen
pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan
dalam standar isi yang dijabarkan dalam silabus.
2. Instrumen pengambilan data
Instrumen ini digunakan untuk pengambilan data prestasi belajar siswa
yang berupa instrumen tes prestasi belajar Kimia pada materi pokok polimer. Tes
prestasi belajar berisi 35 soal pilihan ganda. Pengambilan data motivasi
berprestasi dan gaya belajar siswa melalui angket. Pengumpulan data angket yang
digunakan untuk mendapatkan informasi motivasi berprestasi dan gaya belajar
siswa sebelum mengikuti pembelajaran. Angket motivasi berprestasi berisi 40 soal
sedangkan angket gaya belajar berisi 48 soal yang terdiri dari 24 soal untuk visual
dan 24 soal untuk kinestetik.
G. Uji Coba Instrumen Pengambilan Data
1. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian yang telah
dianalisis reliabilitasnya. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data
berupa tes kognitif dengan soal bentuk terstruktur sebanyak 35 soal.
a. Instrumen Tes Prestasi Belajar (kognitif)
Uji coba Instrumen ini dilakukan terlebih dahulu sebelum penelitian
dilakukan agar dapat menghasilkan data yang baik. Pelaksanaan uji coba
Instrumen harus dilaksanakan pada sekolah yang mempunyai level yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
sama dengan sekolah sebagai tempat penelitian yaitu siswa kelas XI SMK
Bhinneka Karya Simo tahun pelajaran 2010/2011.
1) Uji Validitas Soal
Sebuah Instrumen tes disebut valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan, dapat mengungkap data variabel yang diteliti dan tepat
sehingga diperoleh validitas tinggi. Rumus yang dipakai adalah rumus
korelasi product moment dan dirumuskan sebagai berikut:
rxy =
Keterangan:
Rxy = koefisien korelasi
X = skor item
Y = skor total
N = banyaknya subyek
(Suharsimi, 1999)
Dasar pengambilan keputusan: jika r hitung > r tabel, maka
instrumen atau item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan valid). Jika r hitung < r tabel, maka instrumen atau item
pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan
tidak valid).
2) Reliabilitas
Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut diujikan berkali-
kali hasilnya relatif sama. Dengan kata lain, jika pada siswa yang sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan maka setiap siswa
akan tetap berada dalam urutan (rangking) yang sama dalam
kelompoknya. Analisis uji reliabilitas tes prestasi belajar (kognitif) ini
menggunakan rumus Kuder Richardson 20 (KR-20) dan Cronbach alpha
untuk angket motivasi belajar belajar siswa. Adapun rumusan persamaan
KR-20 adalah sebagai berikut:
KR-20 = [k/(k-1)] [(Vt-∑pq)/Vt]
Dimana:
KR-20 : Koefisien reliabilitas
k : Jumlah butir soal yang dianalisa
Vt : Varians total
p : Proporsi siswa yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi
siswa yang mendapat skor 1)
p : Banyaknya siswa yang mendapat skor 1 dibagi jumlah siswa (N)
q : Proporsi siswa yang mendapat skor 0, yaitu (q = 1-p)
Dasar pengambilan keputusan: jika KR-20 > KR-20 tabel maka
instrumen dinyatakan reliabel. Jika KR-20 < KR-20 tabel maka
instrumen dinyatakan tidak reliabel.
Hasil analisis uji reliabilitas angket motivasi belajar diperoleh =
0,93. Angket prestasi afektif = 0,90. Tes prestasi belajar = 0,91.
Instrumen secara keseluruhan memiliki reliabilitas tinggi.
3) Daya Pembeda (DP)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Daya Pembeda (DP) soal tes adalah kemampuan butir soal yang
dapat membedakan antara kelompok siswa yang telah menguasai materi
yang ditanyakan dan kelompok siswa yang tidak/kurang/belum
menguasai materi yang ditanyakan. Indeks daya pembeda setiap butir
soal dinyatakan dalam angka -1,00 sampai +1,00. Semakin tinggi daya
pembeda (DP) suatu soal, maka soal tersebut semakin baik. Jika
indeksnya negatif maka soal tidak baik berarti siswa banyak yang belum
menguasai.
Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu
kelompok pandai atau kelompok unggul dan kelompok tidak pandai atau
kelompok asor. Jika seluruh kelompok unggul dapat menjawab soal
tersebut dengan benar, sedang seluruh kelompok asor menjawab salah,
maka soal tersebut mempunyai D paling besar yaitu 1,00. Sebaliknya jika
semua kelompok unggul menjawab salah, tetapi semua kelompok asor
menjawab benar, maka nilai D = -1,00. Tetapi jika siswa kelompok
unggul dan siswa kelompok asor sama-sama menjawab benar atau sama-
sama menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai nilai D = 0,00,
karena tidak mempunyai pembeda sama sekali.
Rumus mencari D atau rumus untuk menentukan indeks
diskriminasi adalah:
D
Dimana:
J = jumlah peserta tes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
JA = Banyaknya peserta kelompok unggul
JB = Banyaknya peserta kelompok asor
BA = Banyaknya peserta kelompok unggul yang menjawab dengan
benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA =
PA =
Klasifikasi daya pembeda:
D = 0,00 – 0,20 = jelek (poor)
D = 0,21 – 0,40 = cukup (satisfactory)
D = 0,41 – 0,70 = baik (good)
D = 0,71 – 1,00 = baik sekali (exellent)
b. Instrumen motivasi belajar belajar terhadap prestasi belajar siswa
1) Penyusunan kisi-kisi angket
Setelah aspek dan indikator kemudian disusun kisi-kisi angket
yang memuat tentang ruang lingkup variabel bebas sesuai dasar teori.
Kisi-kisi angket tersebut dijadikan pedoman pembuatan pertanyaan dan
persyaratan.
a) Penyusunan item angket
Meliputi pembuatan pertanyaan, alternatif jawaban, dan
petunjuk pengisian angket. Soal-soal disesuaikan dengan indikator
yang telah dirumuskan. Kriteria penilaian tiap soal pernyataan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
sebagai berikut: Skor 4 untuk jawaban paling baik, skor 3 untuk
jawaban baik, skor 2 untuk jawaban kurang, dan skor 1 untuk jawaban
sangat kurang.
Soal yang mengarah pada jawaban negatif, pemberian skornya
sebagai berikut: skor 1 untuk jawaban paling baik, skor 2 untuk
jawaban baik, skor 3 untuk jawaban kurang, dan skor 4 untuk jawaban
paling kurang. Sebelum digunakan untuk mengambil data penilaian,
instrumen penilaian motivasi belajar belajar siswa di uji cobakan
terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas item angket, dengan
menguji validitas dan reliabilitas.
(1) Uji Validitas
Untuk menghitung validitas butir soal angket dicari dengan
menghitung indeks korelasi X dan Y yang dapat dirumuskan
korelasi product moment dengan angka kasar dengan rumus
sebagai berikut:
rxy =
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan
X : Skor butir soal nomor tertentu
Y : Skor total
N : Jumlah Subyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah
0,05. Kriteria validitas suatu tes (rxy) selanjutnya disebut rhitung.
Kemudian hasil perhitungan dapat dibandingkan dengan tabel r
product moment. Soal dikatakan valid bila harga rhitung ≥ rtabel.
(2) Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus alpha
(digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0)
yaitu sebagai berikut:
dimana:
r11 = reliabilitas yang dicari
= jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians total
Berdasarkan hasil analisis uji reliabilitas, angket motivasi
belajar diperoleh = 0,93. Angket prestasi afektif = 0,90.
2. Hasil Uji Coba Instrumen
Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang dilaksanakan, maka
dapat diperoleh hasil validitas, reliabilitas untuk instrumen dalam bentuk angket
(motivasi berprestasi, gaya belajar, dan prestasi belajar afektif) kemudian
dilanjutkan dengan validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal
untuk instrumen dalam bentuk tes. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 3.4 dibawah
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Tabel 3.4. Hasil Uji Validitas Instrumen
Valid Invalid
Total Nomor Soal Total Nomor
Soal
Motivasi
Berprestasi
38 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,16,17,
18,19,20,21,22,23,2425,26,27,28,29,30,
32,33,34,35,36,37,38,39,40
2 15,31
Gaya
Belajar
Visual
22 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,
17,18,20,21,22,24
2 19,23
Gaya
Belajar
Kinestetik
20 26,27,29,30,32,33,34,35,36,37,38,39,
40,41,42,43,44,45,46,48
4 25,28,31,47
Prestasi
kognitif
30 1,2,3,4,6,9,10,11,13,14,15,16,17,18,20,
21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31,32,33,
34,35
5 5,7,8,12,19
Prestasi
Afektif
36 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,13,14,15,16,17,
18,19,20,21,22,23,25,26,27,28,29,30,
31,32,33,34,35,37,38,39
4 12,24,36,40
Dari hasil analisis tersebut untuk instrumen motivasi berprestasi diperoleh
38 soal yang valid dan 2 soal yang invalid. Dari 38 soal tersebut diambil 30 soal
yang mewakili tiap indikator dengan ketentuan 15 soal positif dan 15 soal negatif.
Pertimbangan waktu menjadi alasan utama diambilnya 30 soal. Tindakan yang
dilakukan adalah mengedrop 8 soal dari soal yang valid, yaitu soal nomor 7, 24,
32, 33, 35, 37,38,40.
Untuk instrumen gaya belajar visual diperoleh 22 soal yang valid dan 2
soal yang invalid, untuk instrumen gaya belajar kinestetik diperoleh 20 soal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
valid dan 4 soal yang invalid. Seluruh soal gaya belajar baik visual maupun
kinesteti akan dipakai baik yang valid maupun tidak valid. Tindakan yang
dilakukan untuk soal yang tidak valid adalah revisi soal. Revisi dilakukan pada
pernyataan angket tanpa merubah substansi yang terkandung didalam soal. Hal
tersebut dilakukan agar soal pasca revisi tidak melenceng jauh dari indikator soal
sebelumnya.
Untuk instrumen prestasi kognitif diperoleh 30 soal yang valid dan 5 soal
yang invalid. 30 soal yang valid tersebut dipakai seluruhnya untuk soal prestasi
kognitf, sedangkan 5 soal yang tidak valid akan didrop. Untuk instrumen prestasi
afektif diperoleh 36 soal yang valid dan 4 soal yang tidak valid. Dari 36 soal
tersebut akan diambil 30 soal yang mewakili tiap indikator dengan ketentuan 15
soal positif dan 15 soal negatif. Pertimbangan waktu menjadi alasan utama
diambilnya 30 soal. Tindakan yang dilakukan adalah mengedrop 6 soal dari soal
yang valid, yaitu soal nomor 33,34,35,37,38, dan 39.
Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas Instrumen
Hasil Reliabilitas
Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Motivasi Berprestasi 40 0,9083 Tinggi
Gaya Belajar Visual 24 0,8782 Tinggi
Gaya Belajar
Kinestetik
24 0,8782 Tinggi
Prestasi Kognitif 35 0,9503 Tinggi
Prestasi Afektif 40 0,8570 Tinggi
Dari analisis tersebut untuk instrumen motivasi dengan jumlah soal 40
dengan nilai relabilitas 0,908356 kriteria tinggi. Untuk instrumen gaya belajar
visual dengan jumlah soal 24 dengan nilai reliabilitas 0,8782447 tinggi. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
instrumen gaya belajar kinestetik dengan jumlah soal 24 dengan nilai reliabilitas
0,8782447 tinggi. Untuk instrumen prestasi belajar kognitif dengan jumlah soal 35
dengan nilai reliabilitas 0,950363 kriteria tinggi. Untuk instrumen prestasi belajar
afektif dengan jumlah soal 40 dengan nilai reliabilitas 0,857 kriteria tinggi. Dapat
disimpulkan bahwa soal-soal tersebut akan memberikan hasil yang relatif sama
jika dilakukan pengukuran kembali pada subyek yang berbeda pada waktu yang
berlainan.
Tabel 3.6 Hasil Uji Taraf Kesukaran Soal Tes Prestasi Kognitif
Jumlah
Soal
Kriteria Nomor Soal Jumlah
Prestasi
Kognitif
Mudah 1,2,3,7,17,23,24,29,33,35 10
Sedang 4,5,6,8,9,12,13,14,15,16,18,19,20,21,22,25,26,
27,28,30,31,32,34
23
Sukar 10,11 2
Tabel 3.6 menyatakan hasil uji taraf kesukaran soal dihitung dengan
persamaan uji taraf kesukaran yang diperoleh untuk soal tes prestasi kognitif
dengan kriteria mudah 10 soal, sedang 23 soal, dan sukar 2 soal. Berdasarkan uji
tersebut, maka diambil keputusan bahwa soal-soal yang tidak vald akan didrop
yaitu nomor 5,7,8,12,19.
Tabel 3.7 Hasil Uji Daya Beda Soal Tes Prestasi Kognitif
Jumlah
Soal
Kriteria Nomor Soal Jumlah
Prestasi
Kognitif
Lebih Membedakan
(LM)
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,
18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30,31
,32,33,34,35
35
Cukup Membedakan
(CM)
- -
Kurang
Membedakan (KM)
- -
Berdasarkan hasil validitas maka soal yang diuji taraf kesukarannya adalah
soal yang valid. Tabel 3.7 menyatakan hasil uji daya beda soal tes prestasi kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
yang telah dihitung dengan persamaan daya pembeda soal, diperoleh semua soal
memiliki kreteria lebih membedakan. Berdasarkan uji tersebut, maka hanya akan
diambil 30 soal saja sisa 5 soal akan didrop. Soal yang akan didrop yaitu nomor
5,7,8,12,19.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk menyelidiki normal atau tidaknya
populasi yang menjadi subyek penelitian. Uji normalitas dalam SPSS 17 yang
digunakan pada penelitian ini yaitu metode Ryan-Joiner dengan prosedur
sebagai berikut:
1) Menetapkan Hipotesis
Ho = Sampel yang berasal dari populasi yang terdistribusi normal
Hi = Sampel yang tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal
2) Menentukan Statistik Uji
Statistik ujinya adalah
R =
Yi : Data observasi
bi : Skor normal data observasi
s : Variansi sampel
3) Daerah Kritik
DK = {R/R > R α,n} dari tabel koefisien korelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
4) Menetapkan Statisik Uji
Ho ditolak jika L DK
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang digunakan adalah metode Barlett dengan prosedur
sebagai berikut:
1) Hipotesis
2) Taraf signifikansi α = 5%
3) Kriteria pengujian Ho ditolak apabila p < α
4) Statistik uji Barlett
c. Uji Hipotesis
1) Anava
Pengujian hipotesis untuk mengolah data yang berupa angka sehingga
dapat ditarik suatu keputusan logis dengan analisis Varians atau ANAVA
SPSS 17.
2) Tujuan
Tujuan analisis variansi tiga jalan pada penelitian ini adalah untuk
menguji signifikansi efek tiga variabel bebas A (pengaruh laboratorium
dengan pembelajaran model CTL ), B (motivasi belajar), dan C (gaya
belajar) terhadap variabel terikat yaitu prestasi belajar siswa.
3) Model
Xjkl = µ + αi + βj + αβij + ijk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Xijkl = Observasi pada subyek ke-k dibawah faktor l kategori ke 1 dan
faktor II kategori ke-j
I = 1,2,3,4,5,..........p
J = 1,2,3,4,5,..........q
k = 1,2,3,4,5,..........n
µ = Grand mean (konstan)
αi = Efek faktor I kategori i terhadap Xijk
βj = Efek faktor II kategori j terhadap Xijk
αβij = Kombinasi efek faktor I dan II terhadap Xijk
ijk = Kesalahan pada Xijk
4) Hipotesis
a) Pengaruh penggunaan pembelajaran model CTL dengan menggunakan
laboratorium real dan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar yang
dicapai siswa pada kompetensi dasar materi pokok kimia polimer.
HOA : Tidak ada pengaruh pembelajaran model CTL dengan
menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual terhadap
prestasi belajar yang dicapai siswa
HIA : Ada pengaruh pembelajaran pembelajaran model CTL dengan
meng-gunakan laboratorium real dan laboratorium virtual
terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa
b) Pengaruh motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa pada materi pokok kimia polimer
dalam kehidupan sehari-hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
HOB : Tidak ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar
rendah terhadap peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa
HIB : Ada pengaruh motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah
terhadap peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa
c) Pengaruh gaya belajar siswa terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
pada kompetensi dasar materi pokok kimia polimer dalam kehidupan
sehari-hari
HOC : Tidak ada pengaruh tinggi dan rendahnya gaya belajar siswa
terhadap peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa.
HIC : Ada pengaruh tinggi dan rendahnya gaya belajar siswa terhadap
peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa.
d) Interaksi laboratorium pembelajaran dan motivasi belajar terhadap
peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa
HOAB : Tidak ada interaksi pembelajaran model CTL dengan
laboratorium real, laboratorium virtual dan motivasi belajar
terhadap peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa
HIAB : Ada interaksi pembelajaran model CTL dengan laboratorium real,
laboratorium virtual dan motivasi belajar terhadap peningkatan
prestasi belajar yang dicapai siswa
e) Interaksi laboratorium pembelajaran dan gaya belajar siswa terhadap
peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
HOAC : Tidak ada interaksi pembelajaran model CTL dengan
laboratorium real, laboratorium virtual dan gaya belajar siswa
terhadap peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa
HIAC : Ada interaksi pembelajaran model CTL dengan laboratorium
real, laboratorium virtual dan gaya belajar siswa terhadap
peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa
f) Interaksi motivasi belajar dan gaya belajar siswa terhadap peningkatan
prestasi belajar yang dicapai siswa
HOBC : Tidak ada interaksi motivasi belajar dan gaya belajar siswa
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
HIBC : Ada interaksi motivasi belajar dan gaya belajar siswa terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa
g) Interaksi laboratorium pembelajaran, motivasi belajar dan gaya belajar
siswa terhadap peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa
HOABC : Tidak ada interaksi pembelajaran model laboratorium real,
laboratorium virtual dan gaya belajar siswa terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa
HIABC : Ada interaksi pembelajaran model CTL dengan laboratorium
pem-belajaran, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa
d. Komputasi
1) Data Sel
Tabel 3.8. Desain anava 2x2x2
Pembelajaran Model CTL (A)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Laboratorium
Real(A1)
Laboratorium
Virtual(A2)
Motivasi belajar
Tinggi (B1)
Gaya Belajar visual
(C1) A1B1C1 A2B1C1
Gaya belajar
kinestetik (C2) A1B1C2 A2B1C2
Motivasi belajar
Rendah (B2)
Gaya Belajar visual
(C1) A1B2C1 A2B1C1
Gaya belajar
kinestetik (C2) A1B2C2 A2B2C2
2. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis varian, apabila hasil
dari analisis varian menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Tujuan dari uji
lanjut anava ini adalah untuk melakukan pengecekan terhadap rerata setiap
pasangan kolom, baris dan pasangan sel sehingga diketahui pada bagian mana
sajakah terhadap rerata yang berbeda.
Dalam penelitian ini digunakan uji lanjut anava metode komparasi ganda
dengan uji Scheffe, langkahnya sebagai berikut:
a. Mengidentifikasikan semua pasangan komparasi rataan yang ada. Jika
terdapat k perlakuan, maka ada pasangan rataan.
b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
HOA : µA1 = µA2 Tidak ada perbedaan pembelajaran model CTL dengan
menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual
terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa.
HIA : µA1 ≠ µA2 Ada perbedaan pembelajaran model CTL dengan
menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual
terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
HOB : µB1 = µB2 Tidak ada perbedaan tinggi dan rendahnya motivasi
belajar siswa terhadap prestasi belajar yang dicapai
siswa.
HIB : µB1 ≠ µB2 Tidak ada perbedaan tinggi dan rendahnya sikap
motivasi belajar terhadap prestasi belajar yang dicapai
siswa.
HOC : µC1 = µC2 Tidak ada perbedaan tinggi dan rendahnya gaya belajar
siswa terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa.
HIC : µC1 ≠ µC2 Ada perbedaan tinggi dan rendahnya gaya belajar siswa
terhadap prestasi belajar yang dicapai siswa.
c. Menentukan tingkat signifikansi α (taraf signifikansi yang dipilih sama
dengan uji analisis variansinya)
d. Mencari statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
e. Menentukan daerah kritis dengan rumus sebagai berikut:
Komparasi rataan antar baris
DKi-j = Fi-j ≥ (p – 1) F α; p-1; N-pq
Komparasi rataan antar kolom
DKi-j = Fi-j ≥ (q – 1) F α; q-1; N-pq
Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama (sel ij dan sel kj)
DKij-kj = Fij-kj ≥ (pq – 1) F α; (pq-1); N-pq
Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama (sel ij dan sel ik)
DKij-ik = Fij-ik ≥ (pq – 1) F α; (p-1)(q-1); N-pq
f. Menentukan keputusan uji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Pada bab ini akan disajikan data yang diperoleh dari penelitian yang telah
dilakukan di SMK Bhinneka Karya Simo. Disajikan juga uji prasyarat analisis
yang terdiri atas uji normalitas dan uji homogenitas serta deskripsi data penelitian
dan keputusan uji hasil penelitian. Hasil data yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut : (1) Data nilai prestasi hasil belajar, dan (2) data nilai
gaya belajar siswa, dari tiga data tersebut diambil dua kelompok kelas yang
menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual. Kelompok kelas yang
pertama disebut kelompok eksperimen 1 yang menggunakan pembelajaran CTL
dengan laboratorium real dan kelompok kelas yang kedua disebut kelompok
eksperimen 2 yang menggunakan pembelajaran CTL dengan laboratorium virtual.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini 4 kelas yaitu kelas XI KA, XI OA,
XI MB, XI OE dengan jumlah siswa masing-masing 41. Kelas XI MB dan XI OE
diajar dengan pembelajaran CTL menggunakan laboratorium real, sedangkan
kelas XI KA dan XI OA diajar dengan pembelajaran CTL menggunakan
laboratorium virtual.
1. Data Gaya belajar Siswa
Data ini diperoleh melalui angket tentang gaya belajar siswa. Data gaya
belajar siswa diperoleh dari angket gaya belajar siswa. Berdasarkan data yang
diperoleh, kemudian dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu gaya belajar
kinestetik bagi siswa yang mempunyai skor gaya belajar kinestetik > skor gaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
belajar visual dan gaya belajar visual bagi siswa yang mempunyai skor gaya
belajar visual > skor gaya belajar knestetik. Dengan menggunakan kriteriatersebut
diperoleh data prestasi belajar siswa dengan model pendekatan pembelajaran CTL
dengan laboratorium real dan model pendekatan pembelajaran CTL dengan
laboratorium Virtual. Secara rinci dapat disajikan dalam tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1. Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Model Pendekatan Pembelajaran
CTL dengan Laboratorium Real dan Pembelajaran CTL dengan
Laboratorium Virtual yang mempunyai Gaya Belajar Kinestetik dan
Visual.
Metode Gaya
Belajar
N Rerata SD Minimum Maksimum
Laboratorium
Real
Kinestetik 23 71,70 15,90 67 76
Visual 11 70,92 8,87 64 76
Laboratorium
Virtual
Kinestetik 22 76,01 14,20 69 82
Visual 18 64,70 19,98 59 69
Tabel 4.1 menunjukkan penguasaan konsep untuk kemampuan kognitif,
pada metode pembelajaran CTL dengan Laboratorium Real dan pembelajaran
CTL dengan laboratorium Virtual berdasarkan gaya belajar kinestetik dan visual.
Pada metode pembelajaran CTL dengan Laboratorium Real gaya belajar
kinestetik dengan jumlah siswa 23 mempunyai rerata 71,70; standar deviasi 15,90;
nilai minimum 67; dan nilai maksimum 76. Pada metode pembelajaran CTL
dengan laboratorium Real gaya belajar visual dengan jumlah siswa 11 mempunyai
rerata70,92; standar deviasi 8,87; nilai minimum 64; dan nilai maksimum 76.
Pada metode pembelajaran CTL dengan laboratorium Virtual gaya belajar
kinestetik dengan jumlah siswa 22 mempunyai rerata76,01; standar deviasi 14,20;
nilai minimum 69; dan nilai maksimum 82. Pada metode pembelajaran CTL
dengan laboratorium Virtual gaya belajar visual dengan jumlah siswa 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
mempunyai rerata 64,70,; standar deviasi 19,98; nilai minimum 59; dan nilai
maksimum 69.
2. Data Motivasi
Data ini diperoleh melalui angket tentang motivasi berprestasi. Data
motivasi berprestasi dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu motivasi berprestasi
tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai motivasi berprestasi ≥ rerata nilai
motivasi berprestasi seluruh kelas dan kategori motivasi berprestasi rendah bagi
siswa yang mempunyai nilai motivasi berprestasi ≤ rerata nilai motivasi
berprestasi belajar menurut motivasi berprestasi seluruh kelas. Dengan
menggunakan krteria tersebut diperoleh data prestasi belajar menurut motivasi
berprestasi siswa dengan metode pembelajaran CTL dengan laboratorium Real
dan metode pembelajaran CTL dengan laboratorium Virtual. Secara rinci dapat
disajikan dalam tabel 4.2. sebagai berikut:
Tabel 4.2. Prestasi Belajar dari Aspek Kognitif Model Pendekatan Pembelajaran
CTL dengan Laboratorium Real dan Pembelajaran CTL dengan
Laboratorium Virtual yang mempunyai Motivasi BelajarTinggi dan
rendah.
Metode Motivasi
Berprestasi
N Rerata SD Minimum Maksimum
Laboratorium
Real
Tinggi 11 75,80 8,87 69 81
Rendah 21 66,81 15,32 62 71
Laboratorium
Virtual
Tinggi 16 77,08 14,20 71 82
Rendah 13 63,63 14,56 58 68
Tabel 4.1 menunjukkan penguasaan konsep untuk kemampuan kognitif,
pada metode pembelajaran CTL dengan laboratorium Real dan pembelajaran CTL
dengan laboratorium Virtual berdasarkan motivasi belajar tinggi dan rendah. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
metode pembelajaran CTL dengan Laboratorium Real motivasi belajar tinggi
dengan jumlah siswa11 mempunyai rerata 75,80; standar deviasi 8,87; nilai
minimum 69; dan nilai maksimum 81. Pada metode pembelajaran CTL dengan
laboratorium Reall motivasi belajar rendah dengan jumlah siswa 21 mempunyai
rerata 66,81; standar deviasi 15,32; nilai minimum 62; dan nilai maksimum 71.
Pada metode pembelajaran CTL dengan laboratorium Virtual motivasi belajar
tinggi dengan jumlah siswa 16 mempunyai rerata77,08; standar deviasi 14,20;
nilai minimum 71; dan nilai maksimum 82. Pada metode pembelajaran CTL
dengan laboratorium Virtual motivasi belajar rendah dengan jumlah siswa 13
mempunyai rerata 63,63,; standar deviasi 14,56; nilai minimum 58; dan nilai
maksimum 68.
3. Data Prestasi Belajar
Dalam penelitian ini data prestasi belajar siswa diambil ketika pembelajaran
telah selesai. Data prestasi belajar yang dideskripsikan dalam tabel maupun
histogram adalah data prestasi belajar siswa aspek kognitif. Ringkasan deskripsi
data prestasi belajar dapat dilihat pada tabel 4.3. sebagai berikut :
Tabel 4.3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Aspek Kognitif
Metode N Rerata SD Minimum Maksimum
Laboratorium
Real
41 71,31 15,44 67 75
Laboratorium
Virtual
41 70,36 19,61 60 74
Tabel 4.3. menunjukkan penguasaan konsep untuk kemampuan kognitif,
pada laboratorium real dengan jumlah siswa 41 diperoleh nilai minimum 67,00
nilai maksimum 75,00 dengan rerata 71,31 dan standar deviasi 15,44 sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
pada laboratorium virtual dengan jumlah siswa 41 diperoleh nilai minimum 60,00
nilai maksimum 74,00 dengan rerata 70,36 dan standar deviasi 19,61. Distribusi
frekuensi nilai prestasi belajar aspek kognitif metode pembelajaran CTL dengan
laboratorium real dan laboratorium virtual disajikan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Deskripsi data frekuensi prestasi belajar aspek kognitif
Interval FREKUENSI
Mutlak Relatif (%)
13-17 39 23,78 %
18-22 97 59,14 %
23-27 28 17,07 %
Jumlah 164 100 %
Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif tersebut
disajikan histogram pada gambar 4.4.1 berikut :
Gambar 15.4. Histogram prestasi belajar aspek kognitif
4. Deskripsi Prestasi Belajar Siswa Aspek Kogitif untuk Tiap-tiap Sel
Data prestasi kognitif yang dipengaruhi oleh metode pembelajaran,
motivasi belajar dan gaya belajar dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Tabel 4.5. Sebaran Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa untuk tiap-tiap Sel
Variabel Sebaran
Data
Metode Pembelajaran
Laboratorium
Real
Laboratorium
Virtual
Motivasi
berprestasi
tinggi
Gaya
Belajar
Kinestetik
MEAN 74,43 83,50
SD 15,42 14,20
N 23 16
Gaya
Belajar
Visual
MEAN 77,18 70,66
SD 8,87 19,98
N 11 18
Motivasi
berprestasi
rendah
Gaya
Belajar
Kinestetik
MEAN 68,96 68,53
SD 16,35 14,56
N 28 13
Gaya
Belajar
Visual
MEAN 64,66 58,73
SD 15,32 18,68
N 21 34
Tabel 4.5 menunjukkan penguasaan konsep masing-masing kelompok eksperimen
yang dipengaruhi oeh metode pembelajaran. Motivasi berprestasi dan gaya belajar
dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Kelompok siswa dengan metode pembelajaran CTL laboratorium Real
dengan Motivasi berprestasi tinggi dan gaya belajar kinestetik diperoleh
nilai prestasi belajar kognitif sebagai berikut :
N =23 SD = 15,42 Mean =74,43
b. Kelompok siswa dengan metode pembelajaran CTL laboratorium Real
dengan Motivasi berprestasi tinggi dan gaya belajar visual diperoleh nilai
prestasi belajar kognitif sebagai berikut :
N =11 SD = 8,87 Mean = 77,18
c. Kelompok siswa dengan metode pembelajaran CTL laboratorium Real
dengan Motivasi berprestasi rendah dan gaya belajar kinestetik diperoleh
nilai prestasi belajar kognitif sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
N = 28 SD = 16,35 Mean = 68,96
d. Kelompok siswa dengan metode pembelajaran CTL laboratorium Real
dengan Motivasi berprestasi rendah dan gaya belajar visual diperoleh nilai
prestasi belajar kognitif sebagai berikut :
N = 21 SD = 15,32 Mean =64,66
e. Kelompok siswa dengan metode pembelajaran CTL laboratorium Virtual
dengan Motivasi berprestasi tinggi dan gaya belajar kinestetik diperoleh
nilai prestasi belajar kognitif sebagai berikut :
N = 16 SD = 14,20 Mean = 83,50
f. Kelompok siswa dengan metode pembelajaran CTL laboratorium Virtual
dengan Motivasi berprestasi tinggi dan gaya belajar Visual diperoleh nilai
prestasi belajar kognitif sebagai berikut :
N = 18 SD = 19,98 Mean = 70,66
g. Kelompok siswa dengan metode pembelajaran CTL laboratorium Virtual
dengan Motivasi berprestasi rendah dan gaya belajar kinestetik diperoleh
nilai prestasi belajar kognitif sebagai berikut :
N = 13 SD = 14,56 Mean = 68,53
h. Kelompok siswa dengan metode pembelajaran CTL laboratorium Visual
dengan Motivasi berprestasi rendah dan gaya belajar Visual diperoleh nilai
prestasi belajar kognitif sebagai berikut :
N = 34 SD = 18,68 Mean = 58,73
Dari hasil di atas terlihat bahwa rerata prestasi belajar kognitif tertinggi
dengan nilai 83,50 dicapai oleh siswa yang diberi metode CTL Laboratorium
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Virtual dengan motivasi berprestasi tinggi dan gaya belajar kinestetik sedangkan
rerata prestasi kognitif terendah dengan nilai 58,73 dicapai oleh siswa yang diberi
metode CTL Laboratorium Virtual dengan motivasi berprestasi rendah dan gaya
belajar visual. Rerata prestasi afektif tertinggi dengan nilai 78,61 dicapai oleh
siswa yang diberi metode CTL Laboratorium Virtual dengan motivasi berprestasi
tinggi dan gaya belajar visual sedangkan rerata prestasi afektif terendah dengan
nilai terendah dengan nilai 71,04 dicapai oleh Siswa yang diberi metode CTL
Laboratorium Virtual dengan motivasi berprestasi rendah dan gaya belajar
kinestetik. Nilai rerata di atas adalah nilai rerata dalam skala 0-100 sehingga jika
diamati secara keseuruhan nilai kognitif dan afektif pada kelompok siswa yang
diberi metode CTL laboratorium virtual dengan motivasi breprestasi tinggi dan
gaya belajar kinestetik merupakan kondisi yang lebih optimal dibanding
kelompok siswa yang lain.
B. Pengujian Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi
yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan perhitungan dengan SPSS 17. Komputasinya dapat dilihat pada
lampiran 20, hasilnya disajikan pada tabel 4.7 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Tabel 4.7. Uji Normalitas data prestasi belajar
Tests of Normality
model
belajar
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
prestasi lab real .124 82 .003 .944 82 .001
lab virtual .118 82 .006 .940 82 .001
a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji diperoleh p-value > 0,05
sehingga diperoleh kesimpulan Ho ditolak. Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari
sejumlah populasi sama atau tidak. Uji yang dipakai menggunakan perhitungan
SPSS 17. Komputasi dari uji ini dapat dilihat pada lampiran 21 , rangkuman
hasilnya disajikan pada tabel 4.8 sebagai berikut:
Tabel 4.8. Nilai Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
prestasi Based on Mean .051 1 162 .822
Based on Laboratoriumn .064 1 162 .801
Based on Laboratoriumn and
with adjusted df
.064 1 161.990 .801
Based on trimmed mean .061 1 162 .805
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Berdasarkan hasil di atas, untuk setiap uji perbandingan dua varian
diperoleh p-Value > 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan Ho ditolak. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel mempunyai varians yang sama.
C. Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan menggunakan anava tiga
jalan. Sebagai variabel bebas yaitu laboratorium real, laboratorium virtual, gaya
belajar siswa dan motivasi siswa. Sebagai variabel terikat adalah prestasi belajar
siswa. Uji lanjut dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas
dan variabel terikat.
1. Analisis Variansi
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji anova menggunakan program
SPSS versi 17. Hasil uji anova yang diperoleh adalah sebagai berikut :
Uji yang dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel
tak sama dan komputasinya dapat dilihat pada lampiran. Adapun rangkuman hasil
analisis variansi tiga jalan prestasi aspek kognitif disajikan pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Kognitif
No Terhadap Prestasi Kognitif p- Value
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Laboratorium
Gaya belajar siswa
Motivasi
Laboratorium * Gaya belajar Siswa
Laboratorium * Motivasi
Gaya belajar Siswa * Motivasi
Laboratorium * Gaya belajar Siswa* Motivasi
0,000
0,000
0,000
0,155
0,105
0,143
0,000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Kesimpulan:
a. p- Value laboratorium = 0.000 < 0.05, maka Ho (laboratorium tidak
berpengaruh terhadap prestasi kognitif) ditolak, (p- Value < 0.05 Ho ditolak),
berarti laboratorium berpengaruh terhadap prestasi kognitif.
b. p- Value gaya belajar siswa = 0.000 < 0.05, maka Ho (gaya belajar siswa
tidak berpengaruh terhadap prestasi kognitif) ditolak, (p- Value < 0.05 Ho
ditolak), berarti gaya belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi kognitif.
c. p- Value motivasi = 0.002 < 0.05, maka Ho (motivasi tidak berpengaruh
terhadap prestasi kognitif) ditolak, (p- Value < 0.05 Ho ditolak), berarti
motivasi berpengaruh terhadap prestasi kognitif.
d. p- Value interaksi laboratorium dan gaya belajar siswa = 0.155 > 0.05, maka
Ho (tidak terdapat interaksi laboratorium dan gaya belajar siswa terhadap
prestasi kognitif ) tidak ditolak, ( p- Value < 0.05 Ho ditolak ), berarti
tidak terdapat interaksi laboratorium dan gaya belajar siswa terhadap
prestasi kognitif.
e. p- Value interaksi laboratorium dan motivasi = 0.105 > 0.05, maka Ho (tidak
terdapat interaksi laboratorium dan motivasi terhadap prestasi kognitif) tidak
ditolak, (p- Value < 0.05 Ho ditolak), berarti tidak terdapat interaksi
laboratorium dan motivasi terhadap prestasi kognitif.
f. p- Value interaksi gaya belajar siswa dan motivasi = 0.143 > 0.05, maka Ho
(tidak terdapat interaksi gaya belajar siswa dan motivasi terhadap prestasi
kognitif) tidak ditolak, (p- Value < 0.05 Ho ditolak), berarti tidak terdapat
interaksi gaya belajar siswa dan motivasi terhadap prestasi kognitif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
g. p- Value interaksi laboratorium, gaya belajar siswa serta motivasi = 0.000 <
0.05, maka Ho ( terdapat interaksi laboratorium, gaya belajar siswa serta
motivasi terhadap prestasi kognitif) ditolak, (p- Value < 0.05 Ho ditolak),
berarti terdapat interaksi laboratorium, gaya belajar siswa serta motivasi
terhadap prestasi kognitif.
Hasil Uji Hipotesis adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10 Between-Subjects Factors
Value Label N
Model Pembelajaran 1.00 Virtual 82
2.00 Real 82
Motivasi 1.00 Rendah 96
2.00 Tinggi 68
Gaya belajar 1.00 Rendah 82
2.00 Tinggi 82
Tabel 4.11 Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:PRESTASI
Source
Type III Sum
of Squares df
Mean
Square F Sig.
Corrected Model 9269.551a 18 514.975 2.504 .008
Intercept 34947.363 1 34947.363 169.902 .000
MOTIVASI 122.954 1 122.954 .598 .444
METODE 316.835 1 316.835 1.540 .222
G.BELAJAR 904.088 1 904.088 4.395 .043
interaksi_1 336.790 2 168.395 .819 .448
interaksi_2 7.353 2 3.677 .018 .982
interaksi_3 7.591 3 2.530 .012 .998
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
interaksi_4 279.282 6 46.547 .226 .966
Error 8021.966 39 205.691
Total 260784.000 58
Corrected Total 17291.517 57
a. R Squared = ,536 (Adjusted R Squared = ,322)
b. Computed using alpha = ,05
1). Hipotesis Pertama
Dari hasil uji anova diperoleh harga F = 722,311, dan nilai signifikansinya
(P) = 0.000. Karena nilai P < 0,05, maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh
pembelajaran
CTL dengan laboratorium real dan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar
siswa.
2). Hipotesis Kedua
Dari hasil uji anova diperoleh harga F = 116,583, dan nilai
signifikansinya (P) = 0.000. Karena nilai P < 0,05, maka Ho ditolak, artinya ada
pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
3). Hipotesis Ketiga
Dari hasil uji anova diperoleh harga F = 82,888, dan nilai
signifikansinya (P) = 0.000. Karena nilai P < 0,05, maka Ho ditolak, artinya ada
pengaruh motivasi siswa terhadap prestasi belajar siswa.
4). Hipotesis Keempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Dari hasil uji anova diperoleh harga F = 2,047, dan nilai signifikansinya (P)
= 0.155. Karena nilai P > 0,05, maka Ho diterima, artinya tidak ada interaksi
pembelajaran CTL menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual
dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
5). Hipotesis Kelima
Dari hasil uji anova diperoleh harga F = 2,653, dan nilai signifikansinya (P)
= 0.105 Karena nilai P > 0,05, maka Ho diterima, artinya tidak ada interaksi
pembelajaran CTL menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual
dengan motivasi siswa terhadap prestasi belajar siswa.
6). Hipotesis Keenam
Dari hasil uji anova diperoleh harga F = 2,164, dan nilai signifikansinya
(P) = 0.143 Karena nilai P > 0,05, maka Ho diterima, artinya tidak ada interaksi
antara gaya belajar siswa dan motivasi siswa terhadap prestasi belajar siswa.
7). Hipotesis Ketujuh
Dari hasil uji anova diperoleh harga F = 25,064, dan nilai signifikansinya
(P) = 0.000. Karena nilai P < 0,05, maka Ho ditolak, artinya ada interaksi
pembelajaran CTL menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual, gaya
belajar siswa dan motivasi siswa terhadap prestasi belajar siswa.
2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Tiga Jalan
Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui
karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji
komparasi ganda untuk prestasi kognitif dilakukan pada hipotesis pertama, kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
dan ketiga. Pada hipotesis keempat, kelima, dan keenam tidak diperlukan uji
komparasi ganda, karena keputusan H0 tidak ditolak.
Gambar 4.4.2 Histogram Model Belajar Laboratorium Real Terhadap Prestasi
Pada gambar histogram diatas, terdapat puncak signifikan, berarti model belajar
berpengaruh terhadap prestasi.
Gambar 4.4.3 Histogram Motivasi Belajar Terhadap Prestasi
Pada gambar histogram diatas, terdapat puncak signifikan, berarti motivasi
berpengaruh terhadap prestasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Dari uji lanjut diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Hipotesis Pertama
Dari hasil uji lanjut dengan metode uji mean (analysis of means) yang
terdapat pada lampiran aspek kognitif mean laboratorium real 83,662 sedangkan
mean laboratorium virtual 58,589, maka diperoleh hasil bahwa pengaruh
pembelajaran CTL dengan laboratorium real terhadap prestasi belajar siswa
adalah memberikan pengaruh yang paling besar. Sedangkan pembelajaran CTL
dengan laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa memiliki pengaruh
yang rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran CTL dengan
laboratorium real memberikan prestasi belajar siswa yang lebih tinggi
dibandingkan pembelajaran CTL dengan laboratorium virtual.
b. Hipotesis Kedua
Dari hasil uji lanjut dengan metode uji mean (analysis of means) yang
terdapat pada lampiran mean gaya belajar siswa tinggi 75,372 sedangkan mean
gaya belajar siswa rendah 66,879, diperoleh hasil bahwa pengaruh gaya belajar
siswa tinggi terhadap prestasi belajar siswa adalah memberikan pengaruh yang
paling besar. Sedangkan gaya belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar siswa
memiliki pengaruh yang rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa gaya belajar
siswa tinggi memberikan prestasi belajar siswa yang lebih tinggi dibandingkan
gaya belajar siswa rendah.
c. Hipotesis Ketiga
Dari hasil uji lanjut dengan metode uji mean (analysis of means) yang
terdapat pada lampiran mean motivasi tinggi 76,162 sedangkan mean motivasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
rendah 66,089, diperoleh hasil bahwa pengaruh motivasi tinggi terhadap prestasi
belajar siswa siswa adalah memberikan pengaruh yang paling besar. Sedangkan
motivasi rendah terhadap prestasi belajar siswa memiliki pengaruh yang rendah.
Maka dapat disimpulkan bahwa motivasi tinggi memberikan prestasi belajar siswa
yang lebih tinggi dibandingkan motivasi rendah.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hipotesis Satu
“Ada pengaruh penggunaan pendekatan CTL melalui laboratorium real dan
laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa.”
Prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran CTL dengan
laboratorium real dibandingkan dengan laboratorium virtual nilai rata-ratanya
adalah mean laboratorium real 83,662 sedangkan mean laboratorium virtual
58,589. Dari hasil pengujian hipotesis, diperoleh hasil bahwa pendekatan CTL
menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual mempunyai pengaruh
terhadap prestasi belajar siswa pada materi polimer. Hasil uji lanjut didapatkan
bahwa pembelajaran CTL dengan laboratorium real memberikan prestasi belajar
siswa yang lebih tinggi dibandingkan pembelajaran CTL dengan laboratorium
virtual.
Selama ini dalam pembelajaran pada materi polimer dengan metode
ceramah. Dalam penelitian ini menggunakan pembelajaran CTL dengan
laboratorium real dengan menunjukkan bahan-bahan yang terbuat dari bahan
polimer dengan tujuan agar siswa lebih tertarik , termotivasi, lebih aktif , lebih
interaktif untuk belajar materi polimer. Dan kenyataannya siswa yang diajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
dengan pendekatan CTL menggunakan laboratorium real , siswa lebih tertarik ,
termotivasi, lebih aktif , lebih interaktif untuk belajar materi polimer bila
dibandingkan dengan pendekatan CTL menggunakan laboratorium virtual,
sehingga prestasi belajar siswa pada materi polimer dengan pendekatan CTL
menggunakan laboratorium real lebih tinggi dibandingkan prestasi belajar siswa
dengan pendekatan CTL menggunakan laboratorium virtual.
2. Hipotesis kedua
“Ada pengaruh kemampuan awal siswa yang tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar siswa.”
Prestasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar siswa tinggi dan gaya
belajar siswa rendah nilai rata-ratanya adalah mean gaya belajar siswa tinggi
75,372 sedangkan mean gaya belajar siswa rendah 66,879. Dari hasil pengujian
hipotesis, diperoleh hasil bahwa gaya belajar siswa mempunyai pengaruh terhadap
prestasi belajar siswa pada materi polimer. Hasil uji lanjut didapatkan bahwa
mempunyai gaya belajar siswa tinggi memberikan prestasi belajar siswa yang
lebih tinggi dibandingkan prestasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar
siswa rendah.
Gaya belajar siswa adalah kemampuan pemecahan masalah tanpa objek
permasalahan secara nyata. Siswa yang mempunyai kemampuan berpikir awal
akan mudah memahami konsep-konsep abstrak dengan baik. Pada materi polimer
siswa dihadapkan pada konsep yang bersifat abstrak sehingga gaya belajar siswa
berpengaruh pada pemahaman materi polimer. Pada penelitian ini prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
pada materi polimer, siswa yang mempunyai gaya belajar siswa tinggi lebih
tinggi di bandingkan siswa yang mempunyai gaya belajar siswa rendah.
3. Hipotesis ketiga
“Ada pengaruh motivasi yang tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar
siswa.”
Prestasi belajar siswa yang mempunyai motivasi tinggi motivasi rendah nilai
rata-ratanya adalah mean motivasi tinggi 76,162 sedangkan mean motivasi rendah
66,089. Dari hasil pengujian hipotesis, diperoleh hasil bahwa motivasi
mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi polimer.
Kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai
sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah dan dibangun dengan bekal
pengetahuan dan kompetensi yang telah dimiliki yang disebut dengan belajar
mandiri. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa prestasi belajar siswa pada
materi polimer, siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih tinggi dibandingkan
siswa yang mempunyai motivasi rendah.
4. Hipotesis keempat
“Ada interaksi antara pendekatan CTL menggunakan laboratorium real dan
laboratorium virtual dengan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar
siswa.”
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata diperoleh hasil bahwa siswa yang
mengikuti pembelajaran CTL menggunakan laboratorium real dan mempunyai
gaya belajar siswa tinggi prestasi belajarnya pada materi polimer tidak
mempunyai perbedaan yang signifikan dengan siswa yang mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dan mempunyai gaya
belajar siswa tinggi. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara
pendekatan CTL menggunakan laboratorium real dan laboratorium virtual dengan
gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
5. Hipotesis kelima
“Ada interaksi antara pendekatan CTL menggunakan laboratorium real dan
laboratorium virtual dengan motivasi terhadap prestasi belajar siswa.”
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata diperoleh hasil bahwa siswa yang
mengikuti pembelajaran CTL menggunakan laboratorium real dan mempunyai
motivasi tinggi prestasi belajarnya pada materi polimer tidak mempunyai
perbedaan yang signifikan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran CTL
menggunakan laboratorium virtual dan mempunyai motivasi tinggi. Dapat
disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara pendekatan CTL menggunakan
laboratorium real dan laboratorium virtual dengan motivasi terhadap prestasi
belajar siswa.
6. Hipotesis keenam
“Ada interaksi antara gaya belajar siswa dan motivasi terhadap prestasi
belajar siswa.”
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata diperoleh hasil bahwa siswa yang
mempunyai gaya belajar siswa tinggi prestasi belajarnya pada materi polimer
tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan siswa yang mempunyai
motivasi tinggi. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara gaya belajar
siswa dengan motivasi siswa terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
7. Hipotesis ketujuh
“Ada interaksi antara pendekatan CTL, gaya belajar siswa dan motivasi
terhadap prestasi belajar siswa.”
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata diperoleh hasil bahwa siswa yang
mengikuti pembelajaran CTL menggunakan laboratorium real dan mempunyai
gaya belajar siswa tinggi dan motivasi tinggi prestasi belajarnya pada materi
polimer tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran CTL menggunakan laboratorium virtual dan mempunyai
gaya belajar siswa tinggi dan mempunyai motivasi tinggi. Dapat disimpulkan
bahwa tidak ada interaksi antara pendekatan CTL menggunakan laboratorium real
dan laboratorium virtual dengan gaya belajar siswa dan motivasi siswa terhadap
prestasi belajar siswa.
E. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini sudah dilakukan sesuai dengan rancangan
penelitian yang dibuat, namun dalam pelaksanaannya ada hal- hal yang menjadi
keterbatasan .
Keterbatasan pada penelitian ini adalah :
1. Laboratorium virtual memerlukan komputer atau laptop untuk masing-masing
siswa tetapi pada penelitian ini menggunakan komputer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
2. Variabel motivasi belajar siswa pada penelitian ini hanya terdiri atas dua
kategori yaitu tinggi dan rendah. Pada penelitian ini kategori sedang tidak
digunakan, padahal ada kategori sedang.
3. Variabel gaya belajar siswa pada penelitian ini hanya terdiri atas dua kategori
yaitu visual dan kinestetik. Pada penelitian ini kategori sedang tidak
digunakan, padahal ada kategori auditori.
4. Soal tes kognitif yang digunakan masih kurang mewakili kelima tingkat
kesukaran yaitu mudah sekali, mudah, sedang, sukar dan sukar sekali.
5. Pendataan atau pengambilan nilai afektif yang masih manual dengan
pengamatan langsung yang tidak dapat diulang seperti halnya penggunaan
kamera CCTV, sehingga kami merasa masih kurang maksimal.
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Dengan media laboratorium real, siswa lebih aktif dan mandiri dibandingkan
dengan media laboratorium virtual. Prestasi belajar siswa dengan
pembelajaran CTL menggunakan media laboratorium real dan media
laboratorium virtual rata-rata adalah aspek kognitif mean media real 80.556
sedangkan mean media laboratorium virtual 77.444, aspek afektif mean
media laboratorium real 77.764 sedangkan mean media laboratorium virtual
77.750. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan ada pengaruh
pembelajaran CTL menggunakan media laboratorium real dan media
laboratorium virtual terhadap prestasi belajar siswa pada materi polimer di
SMK Bhinneka Karya Simo. Siswa yang mengikuti pembelajaran CTL
menggunakan media laboratorium real prestasi belajarnya lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran CTL menggunakan
media laboratorium virtual.
2. Gaya belajar siswa merupakan faktor internal siswa yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa pada materi polimer. Prestasi belajar
siswa yang mempunyai gaya belajar siswa visual dan gaya belajar siswa
kinestetik rata-ratanya adalah aspek kognitif mean gaya belajar siswa visual
82.258 sedangkan mean gaya belajar siswa kinestetik 76.53. Siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
mempunyai gaya belajar siswa visual prestasi belajarnya lebih tinggi
dibandingkan siswa yang mempunyai gaya belajar siswa kinestetik. Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan ada pengaruh antara gaya belajar siswa
visual terhadap prestasi belajar siswa pada materi polimer di SMK Bhinneka
Karya Simo.
3. Motivasi siswa merupakan faktor internal siswa yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa pada materi polimer. Prestasi belajar siswa baik aspek
kognitif maupun afektif yang mempunyai motivasi siswa tinggi dan siswa
yang mempunyai motivasi siswa rendah rata-ratanya adalah aspek kognitif
mean motivasi tinggi 81.825 sedangkan mean motivasi rendah 77.149, aspek
afektif mean motivasi tinggi 78.526 sedangkan mean motivasi rendah 77.253.
Siswa yang mempunyai motivasi siswa tinggi prestasi belajarnya lebih tinggi
dibandingkan siswa yang mempunyai motivasi siswa rendah. Dari hasil
penelitian ini dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan motivasi siswa
terhadap prestasi belajar siswa baik aspek kognitif maupun afektif pada
materi polimer di SMK Bhinneka Karya Simo.
4. Siswa yang mengikuti pembelajaran CTL media laboratorium real dan media
laboratorium virtual prestasi belajarnya baik aspek kognitif dan afektif pada
materi polimer tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran CTL menggunakan media laboratorium virtual
dan mempunyai gaya belajar siswa siswa tinggi. Dapat disimpulkan bahwa
tidak ada interaksi antara pendekatan CTL menggunakan media laboratorium
real dan media laboratorium virtual dengan gaya belajar siswa siswa terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
prestasi belajar siswa baik aspek kognitif maupun afektif pada materi polimer
di SMK Bhinneka Karya Simo.
5. Siswa yang mengikuti pembelajaran CTL menggunakan media laboratorium
real dan mempunyai motivasi tinggi prestasi belajarnya baik aspek kognitif
maupun afektif pada materi polimer tidak mempunyai perbedaan yang
signifikan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran CTL menggunakan
media laboratorium virtual dan mempunyai motivasi tinggi. Dapat
disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara pendekatan CTL menggunakan
media laboratorium real dan media laboratorium virtual dengan motivasi
terhadap prestasi belajar siswa baik aspek kognitif maupun afektif pada
materi polimer di SMK Bhinneka Karya Simo.
6. Siswa yang mempunyai gaya belajar siswa tinggi prestasi belajarnya baik
aspek kognitif maupun afektif pada materi polimer tidak mempunyai
perbedaan yang signifikan dengan siswa yang mempunyai gaya belajar siswa
motivasi tinggi. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara gaya
belajar siswa dengan motivasi siswa terhadap prestasi belajar siswa baik
aspek kognitif maupun afektif pada materi polimer .
7. Siswa yang mengikuti pembelajaran CTL menggunakan media laboratorium
real dan mempunyai gaya belajar siswa tinggi dan motivasi tinggi prestasi
belajarnya pada materi polimer tidak mempunyai perbedaan yang signifikan
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran CTL menggunakan media virtual
dan mempunyai gaya belajar siswa siswa tinggi dan mempunyai motivasi
tinggi. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara metode CTL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
menggunakan media laboratorium real dan media laboratorium virtual dengan
gaya belajar siswa dan motivasi siswa terhadap prestasi belajar siswa.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Implikasi teoritis dari hasil penelitian ini adalah menambah
pengetahuan dalam mempelajari materi polimer menggunakan pembelajaran
CTL melalui media laboratorium real dengan memperhatikan gaya belajar
siswa dan motivasi siswa. Siswa yang mempunyai gaya belajar siswa tinggi
dan motivasi tinggi mempunyai pengaruh besar terhadap prestasi belajar
siswa, sebab siswa yang mempunyai gaya belajar siswa tinggi dan motivasi
tinggi siswa memiliki prestasi belajar pada materi polimer yang lebih baik,
maka dalam mempelajari materi polimer dapat menggunakan metode CTL
melalui media laboratorium real dan perlu memperhatikan gaya belajar siswa
siswa dan motivasi siswa .
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, implikasi praktis
yang dapat dikemukakan adalah :
a. Pembelajaran CTL dengan menggunakan media laboratorium real
memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap prestasi belajar
dibandingkan Pembelajaran CTL dengan menggunakan media
laboratorium virtual. Maka guru seharusnya dalam pembelajaran materi
polimer menggunakan pendekatan CTL melalui media laboratorium real
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi polimer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
b. Gaya belajar siswa siswa dan motivasi siswa sebagai faktor internal
berpengaruh terhadap prestasi belajar pada materi polimer. Oleh karena
itu guru perlu mempertimbangkan gaya belajar siswa siswa dan motivasi
siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi
polimer.
C. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian untuk membantu
pemikiran yang berhubungan dengan peningkatan prestasi belajar siswa, maka ada
beberapa saran yaitu :
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Memperhatikan sarana dan prasarana praktikum sebagai pelengkap media
kimia guna meningkatkan prestasi belajar siswa baik kognitif dan
psikomotorik dalam melakukan metode eksperimen.
b. Melengkapi media pembelajaran yang diperlukan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran yaitu media audio visual, media pembelajaran
berbasis IT.
2. Bagi Guru
a. Dalam memilih pendekatan yang tepat guru hendaknya lebih
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga guru
tidak hanya sebagai fasilisator dan motivator saja.
b. Dalam proses pembelajaran kimia perlu memperhatikan motivasi belajar
dan gaya belajar siswa. Motivasi belajar peserta didik yang dimiliki, guru
dapat menumbuhkan, mengarahkan, dan membimbing peserta didik pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
pembelajaran kimia. Salah satu metode yang memanfaatkan dan
mengarahkan motivasi belajar dan gaya belajar siswa adalah dengan
metode CTL.
c. Guru berupaya meningkatkan kemampuan dalam membuat media real dan
guru harus memperhatikan dalam pembuatan media real supaya jangan
salah konsep sehingga media laboratorium real yang dibuat sesuai dengan
karakteristik materi yang akan diajarkan dan dapat meningkatkan
penggunaan media laboratorium .
d. Guru hendaknya memperhatikan faktor internal siswa yaitu gaya belajar
siswa siswa. Untuk meningkatkan gaya belajar siswa siswa dapat
diupayakan agar media yang digunakan dapat mengembangkan penalaran
abstrak siswa yaitu media laboratorium real.
e. Guru hendaknya memperhatikan faktor internal siswa yang lain yaitu
motivasi, karena motivasi juga berpengaruh pada prestasi belajar siswa .
3. Bagi Peneliti
a. Menggunakan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk penelitian yang
sejenis yaitu pendekatan, metode, dan media.
b. Penelitian lain sebaiknya meneliti penelitian dengan melibatkan variabel
yang lebih banyak yang berperan dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa.