TESIS - skripsi.narotama.ac.idskripsi.narotama.ac.id/files/12103131 - MOENASIR.pdfpengalaman dalam...

17
TESIS KEWENANGAN PANITERA DALAM PENYELESAIAN ADMINISTRASI PERKARA PUTUSAN HAKIM PADA PENGADILAN NEGERI OLEH : MOENASIR N.P.M. 121.03.131 PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA 2006

Transcript of TESIS - skripsi.narotama.ac.idskripsi.narotama.ac.id/files/12103131 - MOENASIR.pdfpengalaman dalam...

TESIS

KEWENANGAN PANITERA DALAMPENYELESAIAN ADMINISTRASI PERKARA PUTUSAN

HAKIM PADA PENGADILAN NEGERI

OLEH :

MOENASIR

N.P.M. 121.03.131

PROGRAM PASCASARJANAFAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA2006

RINGKASAN

Panitera adalah Pejabat Kepaniteraan dan sebagai pejabat Kepaniteraan maka Panitera pemimpin Kepaniteraan (Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 2004). Untuk mempelajari tugasnya maka Panitera Pengadilan dibantu oleh seorang wakil Panitera, beberapa Panitera Muda, Panitera Pengganti, dan Jurusita dalam bidang tugasnya masing-masing (Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 2004). Faktor dedikasi dan pengalaman kerja seorang panitera sangat menentukan lancar atau tidaknya fungsi kepaniteraan Pengadilan yang dipimpinnya. Panitera diangkat dan diberhentikan dari jabatannya oleh Ketua Mahkamah Agung, dan sebelumnya memangku jabatannya Panitera diambil sumpah atau janjinya menurut agama atau kepercayaannya oleh Ketua Pengadilan yang bersangkutan, (Pasal 37 dan 38 Undang-Undang No. 8 Tahun 2004). Tugas pokok Kepaniteraan ini tidak dipisahkan dari tugas pokok pengadilan untuk menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara. Rangkaian keseluruhan tugas pokok tersebut dapat berjalan efektif dengan memfungsikan tugas-tugas kepaniteraan. Mulai proses pendaftaran, proses persidangan, memutus perkara sampai dengan pelaksanaan eksekusi membutuhkan kerja-kerja administrasi yang tidak lain tugas kepaniteraan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kewenangan Panitera dalam penyelesaian perkara, menganalisis penyebab Panitera tidak dilibatkan dalam musyawarah pembuatan putusan Hakim, dan untuk mengetahui serta menganalisis pertanggungjawaban Panitera dalam putusan Hakim.Adapun hasil penelitian ini penulis dapat mengetahui bahwa kewenangan Panitera dalam penyelesaian perkara yaitu tugas Panitera dalam memberikan pelayanan teknis di bidang administrasi perkara dan administrasi lainnya Undang-Undang yang berlaku tugas pokok tersebut tidak bisa dipisahkan dengan tugas pokok pengadilan untuk menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan dengan memfungsikan tugas-tugas kepaniteraan, mulai proses pendaftaran, proses persidangan, memutus perkara sampai dengan pelaksanaan eksekusi. Sedangkan penyebab keterlibatan Panitera dalam pembuatan putusan Hakim karena berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Buku Pedoman Pelaksanaan Administrasi Pengadilan bahwa tugas Panitera adalah membantu Hakim dalam persidangan sehingga panitera tidak ada kewajiban untuk ikut serta dalam musyawarah pembuatan putusan Hakim tetapi Panitera wajib memberikan data-data yang lengkap dalam persidangan yang semuanya termuat dalam berita acara persidangan.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

ABSTRAK ....................................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 6

D. Manfaat Penulisan .................................................................... 6

E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6

F. Metode Penelitian ..................................................................... 8

1. Pendekatan Masalah ............................................................. 8

2. Sumber Bahan Hukum ......................................................... 8

3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Hukum ...... 8

4. Analisis Bahan Hukum ........................................................ 8

G. Sistematika Penulisan .............................................................. 10

iii

BAB II KEWENANGAN PANITERA DALAM ADMINISTRASI

PERKARA DI PENGADILAN NEGERI ..................................... 11

A. Kedudukan dan Fungsi Panitera Pengadilan ............................ 11

B. Susunan Organisasi Kepaniteraan dan Pertanggung

Jawaban Tugas ......................................................................... 24

C. Fungsi Pengawasan Administrasi Peradilan ............................ 27

BAB III KETERLIBATAN PANITERA DALAM PEMBUATAN

PUTUSAN HAKIM ....................................................................... 40

A. Tugas Pokok Panitera Sebagai Pembantu Hakim .................... 40

B. Tanggung Jawab Panitera Dalam Pembuatan Administrasi

Putusan Hakim ......................................................................... 46

C. Bentuk Putusan Hakim Yang Melibatkan Panitera .................. 50

BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 63

A. Kesimpulan .............................................................................. 63

B. Saran ......................................................................................... 64

DAFTAR BACAAN

v

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu unsur dalam tujuan pembangunan nasional yang diamanatkan

oleh Garis-Garis Besar Haluan Negara adalah masyarakat adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang

merdeka, berdaulat dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan

bangsa yang sejahtera, aman, tentram dan tertib. Suasana perikehidupan bangsa

Indonesia yang dicita-citakan perwujudannya melalui rangkaian upaya dan

kegiatan pembangunan yang berlanjut dan berkesinambungan. Namun demikian,

pengalaman dalam kehidupan bernegara sejak kemerdekaan menunjukkan bahwa

usaha untuk mewujudkan perikehidupan seperti itu sangat dipengaruhi oleh

berbagai hal yang saling terkait satu dengan lainnya.1

Citra tentang keadilan, kebenaran, kepastian hukum dan ketertiban sistem

serta penyelenggaraan hukum merupakan hal yang mempengaruhi tumbuhnya

suasana perikehidupan sebagaimana dimaksudkan di atas. Masalahnya adalah,

bahwa hal tersebut secara bersamaan merupakan pula tujuan kegiatan

pembangunan di bidang hukum dalam kerangka pelaksanaan pembangunan.

1 Oemarseno Adji, Pengadilan Bebas Negara Hukum, Erlangga, Jakarta, 1985, h. 35-40.

Jika mengacu pada Teori Trias Politica Mantesqueu, kekuasaan

kehakiman merupakan salah satu cabang kekuasaan negara yang berdiri terpisah

dari kekuasaan yang lain. Sebagaimana kita ketahui Trias Politica membagi

kekuasaan menjadi tiga yaitu, eksekutif, legeslatif dan yudikatif (Kekuasaan

Kehakiman). Hal ini mengandung pengertian bahwa kekuasaan kehakiman

tersebut dalam menjalankan tugasnya harus bebas dari pengaruh dari intervensi

pemerintahan sebagai pemegang kekuasaan eksekutif.

Pemahaman kekuasaan kehakiman sebagaimana kekuasaan yang merdeka

ditegaskan dalam penjelasan pasal 24 Undang-Undang Dasar 45 yang

menyebutkan bahwa, kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan pemerintah.

Berhubungan dengan itu harus diadakan jaminan dalam Undang-Undang tentang

kedudukannya para Hakim.

Sebagaimana implementasi dari pelaksanaan Undang-Undang Dasar 45

tersebut telah diwujudkan melalui Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1964 dan

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 dan Undang-Undang Nomor 4 Tahun

2004 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Menurut pasal

1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 yang dimaksud dengan Kekuasaan

Kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelesaikan

peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila demi

terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia, kekuasaan kehakiman

sebagaimana disebutkan dalam pasal 1 tersebut adalah badan-badan peradilan

yang ditetapkan dengan Undang-Undang dengan tugas pokok untuk menerima,

1

memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan

kepadanya. Lebih jauh dalam penjelasan pasal 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun

2004 menyebutkan bahwa Kekuasaan Kehakiman yang merdeka adalah

kekuasaan kehakiman yang bebas dari paksaaan, direktiva, atau rekomendasi

yang datang dari pihak extra juduciil, kecuali dalam hal-hal yang diijinkan oleh

Undang-Undang.

Peradilan adalah merupakan pilar kekuasaan Kehakiman, sebagai aparat

pendukung peradilan adalah Hakim, Panitera dan Jurusita. Hakim adalah pejabat

yang melaksanakan kekuasaan kehakiman, dimana proses pengangkatan dan

pemberhentiannya dilakukan oleh Presiden selaku kepala Negara atas usul Ketua

Mahkamah Agung (pasal 16 Undang-Undang No. 8 Tahun 2004). Panitera adalah

Pejabat Kepaniteraan dan sebagai pejabat Kepaniteraan maka Panitera pemimpin

Kepaniteraan (Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 2004). Untuk

mempelajari tugasnya maka Panitera Pengadilan dibantu oleh seorang Wakil

Panitera, beberapa Panitera Muda, Panitera Pengganti, dan Jurusita dalam bidang

tugasnya masing-masing (pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004).

Faktor dedikasi dan pengalaman kerja seorang panitera sangat menentukan lancar

atau tidaknya fungsi kepaniteraan Pengadilan yang dipimpinnya. Panitera

diangkat dan diberhentikan dari jabatannya oleh Ketua Mahkamah Agung, dan

sebelumnya memangku jabatannya Panitera diambil sumpah atau janjinya

menurut agama atau kepercayaannya oleh Ketua Pengadilan yang bersangkutan,

(pasal 37 dan 38 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004).

Panitera Pengganti membantu Panitera Pengadilan dalam menjalankan

tugasnya. Kedudukan Panitera Pengganti menjadi sangat vital dan sangat

diperlukan untuk membantu Hakim dalam mengikuti dan mencatat jalannya

persidangan (pasal 59 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004). Terlebih lagi

Panitera Pengadilan tidak mungkin harus selalu atau sesering mungkin mengikuti

sidang pengadilan, mengingat seorang Panitera Pengadilan sebagai pimpinan

Kepaniteraan sudah cukup banyak tugasnya. Dengan demikian kebutuhan akan

tenaga Panitera Pengganti sangat dirasakan di Pengadilan, apalagi jumlah perkara/

pidana semakin meningkat jumlahnya seiring dengan makin meningkatnya

kesadaran hukum masyarakat dan semakin banyaknya para pencari keadilan

dalam memperjuangkan hak-haknya. Dalam menjalankan tugasnya, kecermatan

seorang panitera pengganti dalam mengikuti jalannya persidangan serta ketelitian

dan kerapian dalam membuat berita acara dan pengetikan konsep putusan Hakim

dan membuat putusan baik perkara perdata/pidana untuk waktu yang tidak terlalu

lama. Jurusita sebagaimana pejabat kepaniteraan yang lain diangkat dan

diberhentikan oleh Ketua Mahkamah Agung, setelah diambil sumpahnya oleh

Ketua pengadilan yang bersangkutan sebelum menjalankan tugasnya menurut

agama dan kepercayaannya. Keberadaan jurusita untuk melaksanakan tugas luar

atau lapangan seperti dalam hal menyampaikan relas panggilan hari-hari sidang,

melakukan penyitaan adalah sangat diperlukan karena Panitera Pengadilan tidak

mungkin untuk melaksanakan tugas luar atau lapangan tersebut.

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Keputusan Ketua Mahkamah Agung

No. KMA/004/SK/II/1999 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan

Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi. Tugas pokok kepaniteraan adalah

memberikan pelayanan tehnis dibidang administrasi perkara dan administrasi

peradilan lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tugas pokok kepaniteraan ini tidak dipisahkan dari tugas pokok

pengadilan untuk menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara.

Rangkaian keseluruhan tugas pokok tersebut dapat berjalan efektif dengan

memfungsikan tugas-tugas kepaniteraan. Mulai proses pendaftaran, proses

persidangan, memutus perkara sampai dengan pelaksanaan eksekusi

membutuhkan kerja-kerja administrasi yang tidak lain menjadi tugas

kepaniteraan. Tugas pokok kepaniteraan untuk memberikan pelayanan tehnis

dibidang administrasi perkara atau administrasi lainnya secara lebih luas pada

prinsipnya dapat dipilah menjadi tiga bagian tugas panitera Pengadilan, baik

menyangkut bidang perdata/pidana. Ketiga bidang tugas panitera tersebut

meliputi :

1. Tugas panitera di bidang administrasi.

2. Tugas panitera di bidang persidangan.

3. Tugas panitera bidang pelaksanaan/eksekusi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kewenangan panitera dalam administrasi di Pengadilan Negeri ?

2. Bagaimana keterlibatan panitera dalam pemuatan terhadap putusan hakim ?

3. Bagaimana tanggung jawab panitera terhadap putusan hakim ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan menganalisis kewenangan panitera dalam penyelesaian

perkara.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis penyebab panitera tidak dilibatkan dalam

musyawarah pembuatan putusan hakim.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pertanggungjawaban panitera dalam

putusan hakim.

D. Manfaat Penulisan

1. Agar hakim dapat mengetahui lebih jelas tentang tugas pokok dan

tanggungjawab sebagai seorang hakim, sehingga dapat memberikan putusan

yang memenuhi rasa keadilan masyarakat.

2. Agar panitera dapat mengetahui lebih jelas tentang tugas; pokok dan

tanggungjawab sebagai seorang panitera, sehingga dapat melayani masyarakat

pencari keadilan dengan baik.

3. Agar hakim dan panitera dapat bekerja sama dengan baik tentang tugas dan

tanggungjawabnya, sehingga dapat memenuhi harapan masyarakat pencari

keadilan yaitu tercapainya peradilan yang sederhana cepat dan biaya ringan.

E. Tinjauan Pustaka

Berkaitan dengan kepaniteraan diatur dalam pasal 27 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2004. Kepaniteraan Pengadilan dipimpin oleh seorang

Panitera yang dibantu oleh seorang wakil Panitera. Dengan kedudukan seperti

itu maka hubungan antara panitera dengan Ketua Pengadilan berada dalam

hubungan garis lurus (linier) atau garis komando dimana segala perintah

ketetapan Ketua Pengadilan harus dilaksanakan Panitera.

Berdasarkan keputusan Ketua Mahkamah Agung Nomor KMA /

004/SK/II/1999 tentang organisasi dan tata kerja kepaniteraan pengadilan negeri

dan pengadilan tinggi. Tugas pokok kepaniteraan adalah memberikan pelayanan

teknis di bidang administrasi perkara dan administrasi perkara dan administrasi

peradilan.

Di dalam pelaksanaan tugas-tugas bidang administrasi bagi Panitera yang

perlu diperhatikan antara lain : ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

terutama dalam hal teknis penerimaan perkara (meja pertama). Sesuai dengan

surat Mahkamah Agung Nomor MA/Kumdil/012/I/K1994 tentang Tata cara

penerimaan perkara.

Pasal 59 Undang-Undang No. 8 Tahun 2004 “Panitera, Wapan, Panitera

Muda dan Panitera Pengganti bertugas membantu Hakim dengan menghadiri dan

mencatat jalannya sidang Pengadilan”. Dalam hal ini Panitera bertanggung jawab

kepada Ketua Pengadilan. Tugas Panitera dalam bidang eksekusi diatur dalam

Pasal 60 Undang-Undang No. 8 Tahun 2004 yang berisi : “Dalam perkara

perdata, Panitera Pengadilan Negeri bertugas melaksanakan putusan pengadilan”.

Mengingat luas lingkup dan berat dalam pekerjaan yang harus

dilaksanakan oleh pengadilan, maka perlu adanya perhatian yang besar terhadap

tata cara dan pelaksanaan pengelolaan administrasi pengadilan. Menurut

penjelasan umum angka 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004.

penyelenggaraan administrasi pengadilan dibedakan menurut jenisnya dan

dipisahkan penanganannya. Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman telah disebutkan bahwa Hakim adalah

Pejabat yang melakukan kekuasaan Kehakiman yang diatur dalam Undang-

Undang yang bertugas menerima, memeriksa dan mengadili setiap perkara yang

telah diterimanya. Berdasarkan pasal 29 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004

tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan

Umum disebutkan bahwa Panitera, Wakil Panitera, Panitera Muda dan Panitera

Pengganti bertugas membantu Hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya

sidang pengadilan.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan Masalah

Untuk mengontrol segala isi dan pokok bahasan dari penulisan ini, maka

metode penulisan yuridis normatif yang dipergunakan dalam mendapatkan

segala informasi, data dan fakta hukum terhadap permasalahan yang sedang

diteliti.2

Dalam karya ini, dilakukan studi pustaka terhadap peraturan perundang-undangan sebagai data primer dengan cara menginventarisasi, melengkapi serta menyeleksi segala aturan perundang-undangan yang relevan dengan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini.

2. Sumber Bahan Hukum

Penulisan ini mengunakan bahan hukum sekunder, yaitu :

a. Bahan Hukum Primer, yaitu berupa perundang-undangan yang berkaitan

dengan tugas pokok panitera diantaranya : Undang-Undang No. 4 Tahun

2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-Undang No. 5 Tahun 2004

tentang perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung, Undang-Undang No. 8 Tahun 2004 tentang perubahan

atas Undang-Undang No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum,

Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika.

b. Bahan Hukum Sekunder, berupa Pedoman Pelaksanaan Tugas dan

Administrasi Pengadilan Putusan Hakim Pengadilan Negara Surabaya No.

2 Soerjono Seokanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, h. 10

375/pid.B.2004/PN.sby., dokumen-dokumen atau arsip-arsip Pengadilan

Negeri serta kepustakaan lainnya.3

3. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Bahan Hukum

Dalam metode pengumpulan data, penulis mencari berbagai peraturan

perundang-undangan dan dokumen-dokumen yang mendukung kebenaran

secara ilmiah pada penelitian, yaitu memilah-milah dan mengklarifikasi sesuai

dengan Pertanggungjawaban Panitera dalam penyelesaian Perkara.

4. Analisis Bahan Hukum

Bahan kajian yang digunakan dalam proses pembahasan permasalahan yang

akan dibahas dalam tesis ini akan dilakukan analisis kualitatif yaitu tata cara

penelitian yang menghasilkan data deskriptif.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan, sangat perlu kiranya dibuat konsep berpikir,

agar dapat dipahami secara berurutan dan jelas mengenai peribahasanya

dalam bentuk sistimatika. Untuk itu penulisan karya ilmiah ini dirancang

meliputi 5 (lima) bab dengan substansi pokok sebagai berikut :

Bab I berisikan latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, metode penelitian yang terdiri dari penelitian, sumber data,

tehnik pengumpulan dan pengolahan data, teknik analisis data serta sistematika

penulisan.

3 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985,

Bab II berisikan tentang kewenangan Panitera dalam Administrasi Perkara

di Pengadilan Negeri, dimana dalam bab ini diuraikan kedudukan dan fungsi

panitera, susunan organisasi kepaniteraan dan pertanggungjawaban tugas, fungsi

pengawasan administrasi peradilan.

Bab III berisikan keterlibatan Panitera dalam pembuatan putusan Hakim,

Tugas Panitera hanya membantu Hakim dalam persidangan dan tidak diatur

dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas Administrasi Pengadilan, tanggung jawab

panitera dalam pembuatan administrasi putusan hakim seperti putusan terdakwa

Oey Cindy Larosa, yang terdiri dari Duduknya perkara, Dasar Pertimbangan

Majelis Hakim dan Analisa Hukum.

Bab IV penutup, berisikan beberapa kesimpulan serta saran-saran

berdasarkan uraian-uraian, pembahasan-pembahasan pada bab sebelumnya.

Daftar bacaan, terdiri dari literatur dan perundang-undangan.

DAFTAR BACAAN

A. Literatur

Bagur Manan dan Kuntono Maguar, Beberapa Masalah Hukum Tata Negara Indonesia, Alumni, Bandung, 1993.

Baharuddin Lopa, Permasalahan Pembinaan dan Penegakkan Hukum di Indonesia,Cet I, Bulan Bintang, Jakarta, 1987.

Nanda Agung Dewantoro, Masalah Kebebasan Hakim Dalam Menangani Suatu Perkara Pidana, Aksara Persada, Indonesia, Jakarta, 1987.

Oermarseno Adji, Pengadilan Bebas Negara Hukum, Jakarta, Erlangga, 1985.

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985.

S.F. Marbun, Pengadilan Administrasi dan Upaya Administrasi di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1987.

Satjipto Rahardjo, Aneka Persoalan Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, 1998.

___________, Hukum dan Masyarakat, Angkasa Bandung, 1998.

___________, Sosiologi Pengadilan, Pengadilan Dalam Masyarakat, Pertemuan Pengajar Sosiologi Hukum Jawa Tengah, Kudu, 1995.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1986.

Soetandyo Wigyosoebrot, Kepastian Hukum dan Kekuasaan Pengadilan, Makalah dalam Pertemuan Pengajar Sosiologi Hukum Sejawa Tengah, Nopember 1995.

Sri Soemantri, Kemandirian Kekuasaan Kehakiman Sebagai Persyaratan Negara Hukum di Indonesia, Dalam Makalah Seminar 50 Tahun Kemerdekaan Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, Yogyakarta, Agustus Tahun 1995.

65

Sudikno Mertokusumo, Sejarah Pengadilan dan Perundang-undangan di Indonesia Sejak Tahun 1992, PT. Gunung Agung, Jakarta, 1973.

B. Undang-Undang

- UUD 1945 Bab IX Tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 24 dan 25

- Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman

- Undang-Undang No. 5 Tahun 2005 Tentang Perubahan atas Undang-Undang

No. 14 Tahun tentang Mahkamah Agung

- Undang-Undang No. 8 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No.

2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum.

- Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika

- Keputusan Presiden RI Nomor 21 tahun 2004 tentang Pengalihan Organisasi

Administrasi dan Finansial dilingkungan Peradilan Umum dan Peradilan Tata

Usaha Negara, dan Peradilan Agama ke Mahkamah Agung.