TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN...

131
i TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MANAJEMEN KONFLIK KEPALA RUANGAN DI RUMAH SAKIT UMUM BETHESDA TOMOHON RELATIONSHIP BETWEEN LEADERSHIP STYLES AND CONFLICT MANAGEMENT OF ROOM HEADS IN BETHESDA PUBLIC HOSPITAL OF TOMOHON MOUDY LOMBOGIA PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2013

Transcript of TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN...

Page 1: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

i

TESIS

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MANAJEMEN

KONFLIK KEPALA RUANGAN DI RUMAH SAKIT

UMUM BETHESDA TOMOHON

RELATIONSHIP BETWEEN LEADERSHIP STYLES AND

CONFLICT MANAGEMENT OF ROOM HEADS IN

BETHESDA PUBLIC HOSPITAL OF TOMOHON

MOUDY LOMBOGIA

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2013

Page 2: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

ii

TESIS

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MANAJEMEN KONFLIK KEPALA RUANGAN DI RUMAH SAKIT UMUM

BETHESDA TOMOHON

Disusun dan diajukan oleh

MOUDY LOMBOGIA

Nomor Pokok : P4200211033

telah dipertahankan didepan Panitia Ujian Tesis

pada tanggal 13 Agustus 2013

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui,

Komisi Penasihat

Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp, M.Kes Dr.dr. Burhanuddin Bahar,M.Kes

Ketua Sekertaris

Ketua Program Studi Direktur Program Pascasarjana Magister Ilmu Keperawatan, Universitas Hasanuddin,

Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp, M.Kes Prof. Dr.Ir.Muslimin

Page 3: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

iii

PRAKATA

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena hanya dengan Kasih dan KaruniaNya, kegiatan penelitian di Rumah

Sakit Umum Bethesda Tomohon yang dimulai pada tanggal 21 Juni 2013

sampai dengan 17 Juli 201 dapat terlaksana dengan baik.

Penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan serta

kerjasama dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini, dengan

segala kerendahan hati perkenankan penulis menyampaikan rasa hormat

dan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp. M.Kes, Selaku Ketua Program Studi Magister

Ilmu Keperawatan Universitas Hasanuddin Makasar ,sekaligus

pembimbing I dalam penyusunan Tesis yang telah memberikan

bimbingan dan arahan serta motivasi selama penulis melaksanakan dan

menyelesaikan penelitian di Rumah Sakit Umum Bethesda Tomohon

2. Dr. Burhanudin Bahar, MS sebagai pembimbing II dalam penyusunan

Tesis yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi

selama penulis melaksanakan dan menyelesaikan penelitian di Rumah

Sakit Umum Bethesda Tomohon

3. Prof.Dr. Abd. Rahman Kadir M.Si, selaku anggota penguji dalam

memberikan masukan dan arahan selama proses peyelesaian Tesis ini.

4. Dr. Elly L.Sjattar,SKp,M.Kes selaku anggota penguji dalam memberikan

masukan dan arahan selama proses peyelesaian Tesis ini.

5. Dr.Werna Nontji,S.Kp,M.Kep selaku anggota penguji dalam memberikan

masukan dan arahan selama proses peyelesaian Tesis ini.

Page 4: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

iv

6. Dr. Robin Warouw,M.Kes, selaku Direktur RSU Bethesda Tomohon

yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian di RSU Bethesda Tomohon

7. Dr Debby Rumbayan,SpA selaku Wakil Direktur penunjang medik, Dr

Nova Wullur,SPOG selaku Wakil Direktur Administasi dan Keuangan

dan Dr Harry Ulaen,M.kes selaku Wakil Direktur Keperawatan yang

memfasilitasi mahasiswa dalam kegiatan penelitian di RSU Bethesda

Tomohon.

8. Ns. Yetty Mongdong, S.Kep, selaku Kepala Bidang Keperawatan RSU

Bethesda Tomohon yang memberi dukungan dan informasi, selama

pelaksanaan penelitian sehingga kegiatan penelitian di rumah sakit

berjalan dengan lancar.

9. Ns. Estefina Makausi,S.Kep Selaku Kepala Bagian Jaminan Mutu RSU

Bethesda Tomohon banyak informasi selama penulis melakukan

penelitian.

10. Kepala- Kepala Ruangan Paviliun Bethesda(ztr Joice), Paviliun

Debora(Ztr Telly), Paviliun Yohanes(Ztr Sova), Paviliun Markus(

Ztr.Jenny), Paviliun Hanna(Ztr Ritha), Paviliun Maria(Ztr Fenny),

Paviliun Paulus(Ztr.Henny ), Paviliun Lukas(Ztr Debie), Paviliun

Elisabeth(Ztr Meity), Ketua-Ketua Tim dan seluruh perawat RSU

Bethesda Tomohon atas dukungan dan partisipasi serta kerjasamanya

dalam pelaksanaan penelitian.

11. Rekan-rekan Angkatan II Program Pascasarjana Magister Ilmu

Keperawatan atas dukungan motivasi dan semangat, dalam

menyelesaikan penelitian di RSU Bethesda Tomohon.

Page 5: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

v

12. Suami tercinta “ Wiyono” atas dukungan moril, materiil, bahkan Doa

yang memberikan semangat dalam menyelesaikan Tesis,

juga anak-anakku tersayang Theo, Thea, Thio dan Thian yang memberi

waktu dan kesempatan untuk penulis menyelesaikan penelitian dan

penyusunan Tesis ini.

13. Para responden yang sudah meluangkan waktu, untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini, atas jawaban yang sudah diberikan sesuai hati

nurani.

14. Semua pihak yang turut membantu dalam pelaksanaan residensi, yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Harapan penulis semoga kegiatan penelitian ini memberikan

manfaat dan segala saran, kritik dan koreksi terkait penelitian ini sangat

diharapkan.

Makasar, 13 Agustus 2013

Penulis

Page 6: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

vi

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Moudy Lombogia Nomor Mahasiswa : P4200211033 Program studi : Keperawatan Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makasar, 13 Agustus 2013 Yang menyatakan,

Moudy Lombogia

Page 7: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

vii

ABSTRAK MOUDY LOMBOGIA. Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Manajemen Konflik Kepala Ruangan (dibimbing oleh Ariyanti Saleh dan Burhanudin Bahar).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) gaya kepemimpinan (2) manajemen konflik (3) perbedaan gaya kepemimpinan masing-masing ruangan (3) perbedaan manajemen konflik masing-masing ruangan (4) hubungan gaya kepemimpinan dengan manajemen konflik.

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Bethesda Tomohon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain Cross Sectional terhadap 60 orang perawat pelaksana sebagai responden yang diambil secara proportional sampling dan memenuhi kriteria inklusi. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistic melalui tabulasi silang uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan dilakukan oleh kepala ruangan adalah gaya kepemimpinan demokrasi yaitu 75%, dan untuk manajemen konflik yang dilakukan oleh kepala ruangan adalah manajemen konflik kolaborasi yaitu 48,4%. Analisis bivariat dengan menggunakan uji Pearson Chi Square didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara gaya kepemimpinan dengan masing-masing ruangan hasil uji p = 0,000, untuk perbedaan manajemen konflik ada perbedaan antara manajemen konflik dengan masing-masing ruangan perawatan yaitu kolaborasi ruang C(31%), Negosiasi ruang D,E,G (28,6%), Smoothing ruang A (20,8%), setelah dikelompokkan hasilnya adalah ruang rawat inap biasa negosiasi (57,1%), ruang Intensive negosiasi (28,6%) dan ruang VIP,Kelas I, II smoothing (45,8%). Uji Pearson Chi Square didapatkan hasil p=0,000 artinya ada hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan dengan manajemen konflik kepala ruangan di RSU Bethesda Tomohon.

Kata kunci : Gaya kepemimpinan, manajemen konflik,

Page 8: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

viii

ABSTRACT

MOUDY LOMBOGIA, Relationship Between Leadership Styles and Conflict Management of Room Heads (supervised by Ariyanti Saleh and Burhanudin Bahar). The aims of the research are to find (1) leadership style (2) conflict management (3) differences in the leadership styles of each room (3) the management of conflicts of each room (4) relationship

between leadership style and conflict management. The research was conduced in Bethesda Public Hospital of Tomohon., using cross sectional study design. The samples consisted of the 60 nurses as respondents selected using proportional sampling method and fulfilled inclusive criteria. The instrument used to obtain the data was questionnaire. The data were analyzed using statistic analysis through cross-tabulation of Chi Square test. The results of research indicate that leadership style used by room heads is a democratic leadership style, i.e. 75%, and for the conflict management is collaborative conflict management i.e. 48.4%. Based Bivariate analysis using Pearson Chi Square test showed that there are significant differences between the leadership style of each room with the test results of p = 0.000, for differences in conflict management is no difference between the management of conflict with each treatment room is collaboration space C (31 %), Negotiating space D, E, G (28.6%), Smoothing space a (20.8%) after the results are

grouped regular patient room negotiations (57.1%), the Intensive negotiations (28.6 %) and a VIP lounge, Class I, II smoothing (45.8%).. Pearson Chi Square test showed p = 0.000 means that there is a significant relationship between the leadership styles of conflict management of room heads in Bethesda Public Hospital of Tomohon.

Key word: leadership styles, conflict management

Page 9: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. iii

PRAKATA ............................................................................................ iv

ABSTRAK ............................................................................................ vii

DAFTAR ISI ......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................... 6

C. Tujuan Penelitian............................................................ 7

D. Manfaat Penelitian .......................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 10

A. Gaya Kepemimpinan ...................................................... 10

1. Pengertian................................................................ 10

2. Tipe GayaKepemimpinan......................................... 11

3. Model Hubungan antara Pimpinan dan Kelompok ... 15

Page 10: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

x

B. Manajemen Konflik ......................................................... 18

1. Pengertian................................................................ 18

2. Tipe-Tipe Dasar Konflik ........................................... 20

3. Klasifikasi Pencetus Konflik ..................................... 22

4. Tingkatan Konflik ..................................................... 23

5. Strategi Penyelesaian Konflik .................................. 25

C. Penelitian Terkait Gaya Kepemimpinan dan Manajemen

Konflik ............................................................................ 29

D. Kerangka Teori Penelitian .............................................. 30

BAB III KERANGKA KONSEP, HOPOTESIS PENELITIAN

VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL ...................... 31

A. Kerangka Konsep Penelitian .......................................... 31

B. Variabel dan Definisi Operasional ................................. 32

C. Hipotesis Penelitian ........................................................ 36

BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................... 38

A. Desain Penelitian ........................................................... 38

B. Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................... 38

C. Populasi, Sampel dan sampling ..................................... 39

D. Instrumen Penelitian ....................................................... 41

E. Alur Penelitian ................................................................ 45

F. Pengolahan dan Teknik Analisa Data ............................ 46

G. Pertimbangan Etik .......................................................... 48

Page 11: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

xi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 51

A. Hasil Penelitian .............................................................. 51

B. Pembahasan ................................................................. 59

C. Keterbatasan Penelitian ................................................. 87

BAB VI PENUTUP .......................................................................... 89

A. Kesimpulan ................................................................... 89

B. Saran ............................................................................. 90

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 92

LAMPIRAN ................................................................................................... 95

Page 12: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

xii

DAFTAR TABEL

Nomor halaman

Tabel 2.1 Penelitian terkait Gaya Kepemimpinan Dan Manajemen Konflik............................................................................... 29

Tabel 4.1 Pengambilan Sampel Masing-Masing Ruang ................... 40

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden .................. 51

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Gaya Kepemimpinan........................ 52

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Manajemen Konflik........................... 53

Tabel 5.4a Perbedaan Gaya Kepemimpinan tiap ruangan ................. 53

Tabel 5.4b Perbedaan Gaya Kepemimpinan pada kelompok ruangan ............................................................................ 54

Tabel 5.5a Perbedaan Manajemen Konflik tiap ruangan .................... 56

Tabel 5.5b Perbedaan Manajemen Konflik pada Kelompok ruangan 57

Tabel 5.6 Hubungan Gaya kepemimpinan dengan manajemen konflik .............................................................................. 58

Page 13: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 2.1 Bagan Kontinum Konflik ............................................... 28

Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian ........................................... 30

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................ 31

Gambar 4.1 Alur Penelitian ............................................................. 45

Page 14: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

xiv

DAFTAR LAMIPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1 Permohonan ijin penelitian .............................................. 95

Lampiran 2 Rekomendasi Penelitian dari Komisi Etik ........................ 96

Lampiran 3 Surat penelitian dari RSU Bethesda Tomohon ............... 97

Lampiran 4 Permohonan menjadi responden...................................... 98

Lampiran 5 Kesediaan menjadi Responden ........................................ 99

Lampiran 6 Kuesioner penelitian ........................................................ 100

Lampiran 7 Master tabel ...................................................................... 106

Lampiran 8 Output SPSS .................................................................... 110

Page 15: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit yang dahulu merupakan suatu badan sosial saat

ini telah berubah menjadi suatu organisasi bersifat sosioekonomik.

Syarat agar suatu rumah sakit yang sifatnya sosioekonomik tetap

bisa bertahan dan berfungsi adalah rumah sakit itu bisa

menghasilkan surplus keuangan disamping fungsi sosialnya tetap

tidak diabaikan. Rumah sakit sebagai industri jasa yang mempunyai

fungsi sosial dan fungsi ekonomi efisiensi sangatlah bermanfaat

untuk menjaga kelangsungan hidup rumah sakit, oleh karena itu

rumah sakit harus selalu mengadakan penyempurnaan atau jasa

dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem

penyelenggaraan organisasi di Rumah Sakit didukung dengan gaya

kepemimpinan seorang pemimpin dalam menyelesaikan konflik yang

terjadi di Rumah Sakit,

Gaya Kepemimpinan seseorang memiliki pengaruh yang

besar pada iklim dan hasil kerja kelompok, dan pemimpin

mempunyai gaya kepemimpinan yang dominan dan

menggunakannya secara konsisten (Marquis and Huston, 2010)

Page 16: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

2

Seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi yang dipimpinnya

akan menemukan konflik, baik terjadi antar sesama bawahan,

maupun antara pimpinan dan bawahan.

Konflik sebagai situasi dimana terdapat adanya tujuan-tujuan ;

kognisi, atau emosi yang tidak sesuai satu sama lain, pada diri

individu yang kemudian menyebabkan timbulnya pertentangan atau

interaksi yang bersifat antagonis (Marquis and Huston, 2010).

Hubungan kerja diantara perawat dengan tenaga kesehatan lain,

pasien dan keluarga berpotensi menimbulkan konflik (Swanburg,

2000).

Konflik dapat menyebabkan efek-efek negative yang serius, yaitu

kecenderungan konflik menyebabkan terpencarnya upaya untuk

mencapai tujuan. Sumber daya keorganisasian bukan kearah

pencapaian tujuan, tetapi waktu dan uang habis digunakan untuk

menyelesaikan konflik. Selain itu juga konflik menimbulkan beban

psikologis bagi para karyawan. Bukti-bukti menunjukkan bahwa

pendapat berbenturan satu sama lain menyebabkan “perasaan

bermusuhan” timbulnya ketegangan dan kecemasan (Winardi,

2009).Konflik yang terjadi di Rumah Sakit akan berdampak pada

pelayanan keperawatan bagi pasien.

Page 17: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

3

Penelitian yang dilakukan di lima Rumah Sakit Umum di Israel

dengan 60 orang kepala perawat menunjukkan bahwa Kompromi

ditemukan menjadi strategi manajemen konflik yang paling umum

digunakan. Sekitar setengah dari perawat yang disurvei

menggunakan hanya satu mode dalam manajemen konflik.

Kepemimpinan transformasional secara signifikan mempengaruhi

strategi konflik yang dipilih (Hendel,T,Fish,M,Galon,M,2005).

sementara penelitian yang dilakukan di RSUP Adam Malik Medan,

menunjukkan bahwa persepsi perawat pelaksana tentang gaya

kepemimpinan yang digunakan oleh kepala ruangan, adalah dari 72

responden 51 responden(70,8%) gaya kepemimpinan partisipatif, 15

responden (20,8%) gaya kepemimpinan demokratis dan 6

responden (0,4%) gaya kepemimpinan Otoriter.

Hasil penelitian gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh Rodriquis

dan Pedro, (2005) ditemukan bahwa gaya kepemimpinan

mempengaruhi bobot sumbangan efektif sebesar 41,5% terhadap

kinerja karyawan. Penelitian juga dilakukan oleh Meiyanto,A dan

Meliala, (2004) yang mempublikasikan korelasi yang positif antara

gaya kepemimpinan dengan komitmen kerja karyawan terhadap

kepuasan kerja karyawan dan penerapan gaya kepemimpinan

atasan yang sesuai adalah gaya partisipatif. Sumbangan efektif gaya

Page 18: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

4

kepemimpinan 26,9% terhadap kepuasan kerja. Dan berbeda

dengan penelitian Sulaeman, (2006) menyimpulkan gaya

kepemimpinan kepala Puskesmas ditempat perawatan di Kabupaten

Kuningan Provinsi Jawa Barat menggunakan gaya kepemimpinan

kombinasi (multikratik) yang terdiri atas gaya kepemimpinan

Otokratik, Suportif, delegatif dan partisipatif.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada saat

pelaksanaan praktek residensi tanggal 15 Oktober sampai 15

Desember di Rumah Sakit Umum Bethesda Tomohon didapatkan

data: Rumah Sakit Umum Bethesda merupakan rumah sakit milik

swasta yang memiliki kapasitas tempat tidur 224 tempat tidur

dengan indicator pencapaian kinerja akhir 2012 adalah Pemakaian

tempat tidur (Bed Occupancy Rate: BOR) 68,32%, Lama dirawat

(Length off Stay: LOS) 4-5 hari. Frekwensi pemakaian tempat tidur

(Bed Turn Over: BTO) 46,5 kali per tempat tidur. Jumlah hari tempat

tidur tidak dipakai (Turn Over Internal; TOI) 2-3 hari (Profil RSU

Bethesda Tomohon, 2012). Hasil observasi dan wawancara selama

residensi pada 13 November 2012 awal terjadinya konflik di Rumah

Sakit Umum Bethesda, dimana terjadi penggantian pimpinan/ dewan

direksi yang sepihak oleh pihak yayasan yang merasa memiliki

Rumah Sakit tersebut, konflik ini berdampak pada pimpinan level

Page 19: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

5

top, middle dan first line manager keperawatan, bahkan sampai

pada perawat pelaksana diruang rawat inap, dimana terjadi pro dan

kontra pada keputusan tersebut. Pada konflik yang terjadi kepala

ruangan diperhadapkan pada konflik inter kelompok, dan kepala

ruangan secara otomatis akan mengaplikasikan gaya

kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh

pemimpin Rumah Sakit pada saat terjadi konflik bervariasi yaitu

otoriter, demokratis dan laisses faire, sementara manajemen konflik

yang digunakan pada saat itu juga bervariasi, yaitu, negosiasi,

kolaborasi, dan juga kompetisi, menyesuaikan dengan situasi dan

kondisi yang terjadi pada saat itu. Sampai berakhirnya residensi

pada 15 Desember 2012 konflik di RSU Bethesda belum berakhir.

Rumah Sakit Umum Bethesda Tomohon merupakan salah

satu rumah sakit swasta yang menjadi pilihan masyarakat kota

Tomohon dan Minahasa, sehingga dengan adanya konflik yang

terjadi di Rumah Sakit akan membuat ketidaknyaman pasien saat

menerima pelayanan kesehatan. Penyelesaian konflik tersebut

menjadi harapan dari masyarakat, dengan berbagai gaya

kepemimpinan dan pilihan strategi penyelesaian konflik yang

dilakukan, sehingga menghasilkan suatu pelayanan kesehatan

khususnya keperawatan secara optimal. Berdasarkan masalah

Page 20: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

6

tersebut peneliti tertarik mengadakan penelitian tentang “ Hubungan

Gaya kepemimpinan dengan Manajemen Konflik Kepala ruangan di

Rumah Sakit Umum Bethesda Tomohon”.

B.Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam suatu

organisasi di rumah sakit menentukan pelayanan akan diberikan,

gaya kepemimpinan yang dilakukan tergantung pengalaman dan

perilaku seseorang, pilihan gaya kepemimpinan berupa Otoriter,

demokratis, liberalis (laisses faire) dan jika muncul konflik dalam

organisasi yang dipimpinnya, akan membuat seorang pemimpin

mengaplikasikan manajemen konflik yang ada berupa negosiasi,

kompetisi, kolaborasi, akomodasi, smoothing, menghindar.

2. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana persepsi perawat pelaksana tentang gaya

kepemimpinan kepala ruangan di Rumah Sakit Umum

Bethesda Tomohon.

b. Bagaimana persepsi perawat pelaksana tentang manajemen

konflik oleh kepala ruangan yang digunakan di Rumah Sakit

Umum Bethesda Tomohon.

Page 21: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

7

c. Apakah terdapat perbedaan gaya kepemimpinan ruang

perawatan intensive, ruang rawat biasa dan ruang VIP,Kls I,II.

d. Apakah terdapat perbedaan manajemen konflik ruang

perawatan intensive, ruang rawat biasa dan ruang VIP,Kls I,II.

e. Apakah terdapat hubungan yang bermakna antara gaya

kepemimpinan kepala ruangan dengan manajemen konflik

yang digunakan di Rumah Sakit Umum Bethesda Tomohon.

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan gaya kepemimpinan dengan

manajemen konflik yang digunakan di Rumah Sakit Umum

Bethesda Tomohon

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya persepsi perawat pelaksana tentang gaya

kepemimpinan kepala ruangan di Rumah Sakit Umum

Bethesda Tomohon.

b. Diketahuinya persepsi perawat peleksana tentang

manajemen konflik oleh kepala ruangan yang digunakan di

Rumah Sakit Umum Bethesda Tomohon.

Page 22: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

8

c. Diketahuinya perbedaan gaya kepemimpinan ruang

perawatan intensive, ruang rawat biasa dan ruang VIP,

Kls I,II.

d. Diketahuinya perbedaan manajemen konflik ruang

perawatan intensive, ruang rawat biasa dan ruang VIP,

Kls I,II.

e. Diketahuinya hubungan yang bermakna antara gaya

kepemimpinan kepala ruangan dengan manajemen konflik

yang digunakan di Rumah Sakit Umum Bethesda

Tomohon.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pihak Rumah Sakit

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan

bagi pihak manajemen rumah sakit dalam pengelolaan

sumber daya manusia khususnya manajemen terkait

gaya kepemimpinan dan manajemen konlik

b. Menjadi salah satu bahan pertimbangan pihak

manajemen Rumah sakit untuk kriteria kepala ruangan

Page 23: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

9

2. Keilmuan

a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi

pada perkembangan profesi keperawatan khususnya

berkaitan dengan gaya kepemimpinan dalam melakukan

manajemen konflik.

b. Informasi ilmu pengetahuan khusunya bidang ilmu

keperawatan terkait gaya kepemimpinan dan

manajemen konflik.

Page 24: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gaya Kepemimpinan

1. Pengertian

Gaya (style) yang artinya corak atau mode seseorang

yang tidak banyak berubah dalam mengerjakan sesuatu, hal ini

karena gaya merupakan kesanggupan, kekuatan, cara, irama,

ragam, bentuk, lagu, metode yang khas dari seseorang untuk

bergerak serta berbuat sesuatu (Syafiie, I.K,2011). Menurut

Marquis dan Huston, (2010) kepemimpinan adalah proses

memberdayakan kepercayaan dan mengajarkan orang lain untuk

menggunakan seluruh kemampuannya dengan menyingkirkan

kepercayaan yang membatasi mereka. Menurut Gillies, (1989)

gaya kepemimpinan dapat diidentifikasi berdasarkan perilaku

pemimpin itu sendiri, dimana perilaku seseorang dipengaruhi

oleh adanya pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya

seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang

digunakan. Gaya kepemimpinan cenderung sangat berbeda dan

bervariasi. Menurut Silalahi, (2002) gaya kepemimpinan adalah

pola perilaku spesifik yang ditampilkan oleh pemimpin dalam

Page 25: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

11

upaya mempengaruhi orang lain guna mencapai tujuan

organisasi atau kelompoknya.

2. Tipe Gaya Kepemimpinan

Marquis and Huston, (2010), Sitorus dan Panjaitan, (2011) tipe

gaya kepemimpinan terbagi sebagai berikut:

a. Otoriter/ otokratik

Pemimpin sangat mengatur kelompok dan membuat

keputusan pada kelompok, kurang melibatkan kelompok

sehingga kelompok kurang kreatif. Tanggung jawab dan

pengambilan keputusan banyak ditentukan pemimpin.

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri perilaku antara lain:

1) Pengawasan ketat dipertahankan pada kelompok kerja

2) Memotivasi orang lain dengan paksaan

3) Mengarahkan orang lain dengan perintah

4) Alur komunikasi dari atas kebawah

5) Pengambilan keputusan tidak melibatkan orang lain

6) Menekankan pada perbedaan status (“saya” dan “anda”)

7) Menilai bahwa kritik adalah hukuman

Kepemimpinan otoriter menghasilkan efek yang baik bagi

kinerja kelompok, yaitu mudah diprediksi, menurunkan frustasi

dalam kelompok kerja, dan memberikan perasaan aman bagi

Page 26: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

12

anggotanya. Produktivitas tinggi, tetapi kreativitas motivasi diri

rendah dan otonomi berkurang. Kepemimpinan otoritas berguna

dalam situasi krisis, seringkali ditemukan dalam birokrasi yang

sangat besar, seperti pada tentara kesatuan.

b. Demokratis

Pemimpin melibatkan kelompok dalam perencanaan dan

pengambilan keputusan, sehingga dapat meningkatkan

motivasi dan kreatifitas anggota kelompok.

Gaya kepemimpinan demokratis mempunyai cirri-ciri sebagai

berikut:

1) Kurangnya pengawasan

2) Penghargaan ekonomi dan ego digunakan untuk

memotivasi

3) Mengarahkan orang lain melalui dukungan dan

pendampingan

4) Alur komunikasi keatas ke bawah

5) Pengambilan keputusan melibatkan orang lain

6) Menekankan pada “kita” dibanding “saya” dan “anda”

7) Kritik konstruktif

Page 27: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

13

Kepemimpinan demokratis sesuai untuk kelompok yang

bekerja sama untuk periode yang lama, meningkatkan otonomi

dan pertumbuhan dalam individu karyawan. Tipe kepemimpinan

ini khususnya efektif jika ada kooperasi dan koordinasi antar

kelompok. Kepemimpinan demokratis membutuhkan waktu

lebih, sehingga dapat menimbulkan frustasi bagi orang yang

menginginkan pengambilan keputusan dengan cepat (Marquis

and Huston, 2010).

c. Laisses Faire (bebas)

Pemimpin kurang atau tidak mengatur kelompok tetapi diberi

kebebasan sesuai tanggung jawab dan kreatifitas anggota

untuk melakukan tugasnya, namun pada kelompok yang

sudah matur, gaya kepemimpinan ini mendorong pencapaian

tujuan.

Gaya kepemimpinan laisses faire mempunyai cirri-ciri

sebagai berikut:

1) Permisif dengan sedikit atau sama sekali tanpa

pengawasan

2) Memotivasi dengan dukungan jika diminta oleh kelompok

atau individu

3) Sedikit atau tidak memberikan arahan

Page 28: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

14

4) Menggunakan komunikasi keatas dan kebawah antar

anggota kelompok

5) Membagi pengambilan keputusan pada kelompok

6) Menempatkan penekanan pada kelompok

7) Tidak mengkritik

Gaya Kepemimpinan Laisses Faire dapat membuat

frustasi, kelompok dapat membuat frustasi, kelompok dapat

apatis dan menunjukkan ketidaktertarikan. Gaya kepemimpinan

ini menghasilkan kreativitas dan produktivitas. Kepemimpinan ini

dibutuhkan untuk curah pendapat dalam membuat alternative

pemecahan masalah.

Menurut Sulaeman, (2011) gaya kepemimpinan otoriter

digunakan pemimpin untuk memecahkan masalah, mempunyai

waktu pendek dan pegawai termotivasi baik, efektif untuk tingkat

kematangan bawahan rendah, dimana pegawai tidak mampu

dan tidak mau memikul tugas dan tanggung jawab. Sementara

satu gaya kepemimpinan akan kurang efektif jika diterapkan

pada semua situasi, maka dikembangkan gaya kepemimpinan

kombinasi akan menghasilkan gaya kepemimpinan multikratik

Page 29: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

15

(kombinasi dari lebih dari satu gaya kepemimpinan), dimana

gaya kepemimpinan ini untuk menghadapi berbagai situasi.

3. Model Hubungan antara Pemimpin dan kelompok

a. Leadership Continuum

Model ini bertitik tolak dari dua pandangan dasar, yaitu

beroriantasi kepada pimpinan dan orientasi kepada kelompok.

Leadership Continum hanya ada dua gaya kepemimpinan

yaitu:

1) Boss Centered Leadership (Kepemimpinan otokratis).

Kepemimpinan ini seorang pemimpin mempunyai

kecenderungan untuk menentukan kebijakan secara

mandiri, melakukan pengawasan ketat, dan lebih banyak

menentukan apa yang seharusnya dilakukan oleh

pengikutnya.

2) Subordinate centered leadership (Kepemimpinan

Demokratis)

Pemimpin ini mempunyai kecenderungan untuk

memberikan lebih banyak kebebasan kepada pengikutnya,

tidak terlalu ketat melakukan pengawasan, dan selalu

berusaha mendapatkan umpan balik dari pengikutnya.

Page 30: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

16

Model ini dikembangkan oleh Rensis Likert yang dikenal

dengan nama Likert’s Management System.

b. Likert’s Management System

Rensis Likert dan kawan-kawannya dari The Institute for

Social Research, University of Michigan, melakukan riset

mengenai kepemimpinan. Hasil riset tersebut menemukan

ada 4 gaya kepemimpinan, yang disebut system I,II,III,IV.

Modelnya sebagai berikut:

Tabel 2.1 Gaya Kepemimpinan Model Likerts Management

Sistem

Sistem 1 Sistem 2 Sistem 3 Sistem 4

Otokratis Kejam

Otokratis Baik

Demokratis Konsultif

Demokratis Partisipatif

1) Sistem 1 :

Pemimpin kurang percaya kepada bawahannya.

Bawahan tidak atau sedikit terlibat dalam proses pengambilan

keputusan. Pemimpin membuat keputusan dan

menyampaikan kepada bawahan, bila perlu menggunakan

ancaman dan paksaan. Atasan dan bawahan bekerja dalam

suasana saling mencurigai.

Page 31: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

17

2) Sistem 2 :

Pemimpin bertindak cukup baik, bawahan dapat

membuat suatu keputusan . Penghargaan dan hukuman tetap

dilakukan sebagai usaha untuk mendorong bawahan bekerja

dengan baik. Hubungan atasan dan bawahan berjalan dalam

suasana yang baik, tetapi bawahan tetap berhati-hati.

3) Sistem 3 :

Pemimpin sudah mempunyai kepercayaan dan

keyakinan kepada bawahannya (walaupun masih sedikit).

Keputusan penting tetap di tingkat atas, bawahan dapat

membuat keputusan bersifat khusus (dalam bidangnya).

Komunikasi dua arah berjalan dengan baik.

4) Sistem 4 :

Pemimpin mempunyai kepercayaan dan keyakinan

penuh terhadap bawahannya. Pengambilan keputusan

dilakukan secara menyebar, komunikasi bukan hanya dari

atas kebawah atau sebaliknya, tetapi antar sesame aggota

yang setingkat. Hubungan atasan dan bawahan berjalan

dalam suasana persahabatan dan atas dasar saling percaya

(Indrawijaya,A,I,2010).

Page 32: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

18

B Manajemen Konflik

1. Pengertian

Manajemen adalah penyelenggaraan usaha penyusunan dan

pencapai hasil yang diinginkan dengan menggunakan upaya-

upaya kelompok, terdiri atas penggunaan batas-batas dan

sumber daya manusia (Kartono K, 2011).

Konflik adalah Perselisihan internal atau eksternal akibat

adanya perbedaan gagasan, nilai atau perasaan antara dua

orang atau lebih. Manajer memiliki hubungan interpersonal

dengan orang yang memiliki nilai, keyakinan, latar belakang

dan tujuan yang berbeda, konflik merupakan hal yang

diperkirakan akan terjadi. Konflik juga dapat terjadi jika ada

perbedaan ekonomi dan nilai professional serta jika ada

kompetisi profesional (Marquis and Huston,2010).

Konflik merupakan suatu proses yang mulai bila satu pihak

merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara

negative, atau akan segera mempengaruhi secara negative,

sesuatu yang menjadi perhatian pihak pertama (Wahyono, S.I,

2010).

Kata Konflik ini mengandung banyak pengertian, ada

pengertian yang negative, netral, dan positif.

Page 33: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

19

a. Pengertian positif, konflik dihubungkan dengan peristiwa;

petualangan, hal-hal baru, inovasi, pembersihan,

pemurnian, pembaharuan, penerangan batin, kreasi,

pertumbuhan, perkembangan, rasionalitas, mawas diri,

perubahan.

b. Pengertian negative, sifat-sifat animalistic, kebuasan,,

pengrusakan, penghancuran, irrasionalisme, tanpa control,

emosional, huru-hara, pemogokan, perang.

c. Pengertian Netral, konflik yang diartikan sebagai akibat

biasa dari keanekaragaman individu manusia dengan sifat-

sifat yang berbeda, dan tujuan hidup yang tidak sama pula

(Kartono,K,2011).

Pengertian konflik dibagi dalam 3 (tiga), pada dasarnya makna

yang sama hanya aktualisasi saja yang membedakannya,

sebagai berikut;

1) Konflik sebagai Persepsi

Konflik ini muncul karena kebutuhan, kepentingan,

keinginan atau nilai-nilai dari seseorang yang berbeda atau

tidak sama orang lain, konflik persepsi membebani individu

Page 34: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

20

yang bersangkutan(konflik internal), namun tanpa disadari

teraktualisai dalam komunikasi, pengambilan kebijakan.

2) Konflik sebagai Perasaan

Konflik sebagai reaksi emosional terhadap situasi atau

interaksi yang memperlihatkan adanya

ketidaksesuaian/ketidakcocokan. Reaksi emosional ini

diwujudkan dengan rasa takut, sedih. Marah dan

keputusasaan atau campuran perasaan-perasaan tersebut.

3) Konflik sebagai Tindakan

Konflik sebagai tindakan merupakan ekspresi perasaan dan

pengartikulsi dari persepsi kedalam suatu tindakan untuk

mendapatkan suatu kebutuhan(kebutuhan dasar,

kepentingan, dan identitas) yang memasuki wilayah orang

lain (Bastian,I dan Suryono,2011)

2. Tiga Tipe Dasar Konflik

a. Konflik Tujuan (Goal Conflict), yang akan terjadi apabila

keadaan akhir yang diinginkan atau hasil-hasil yang diprefensi,

ternyata tidak sesuai satu sama lainnya.

b. Konflik Kognitif (Cognitive Conflict), yang timbul apabila para

individu menyadari bahwa ide-ide atau pemikiran mereka tidak

konsisten satu sama lain.

Page 35: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

21

c. Konflik afektif (Affective Conflict) yaitu konflik yang timbul

apabila perasaan-perasaan atau emosi tidak sesuai satu sama

lainnya, maksudnya orang-orang “mengamuk” terhadap satu

sama lain.

3. Konflik sebagai kekuatan positif dan sebagai kekuatan

negative (Winardi, 2009)

a. Konflik sebagai kekuatan Positif

Kebutuhan untuk menyelesaikan atau mengatasi konflik

menyebabkan orang mencari jalan untuk mengubah cara-cara

yang berlaku dalam hal melaksanakan tugas-tugas. Jadi proses

penyelesaian konflik dapat merangsang timbulnya perubahan

positif didalam organisasi yang bersangkutan

b. Konflik sebagai kekuatan Negatif

Konflik dapat menyebabkan efek-efek negative yang serius,

yaitu kecenderungan konflik menyebabkan terpencarnya

upaya untuk mencapai tujuan. Sumber daya keorganisasian

bukan kearah pencapaian tujuan, tetapi waktu dan uang

habis digunakan untuk menyelesaikan konflik. Selain itu juga

konflik menimbulkan beban psikologis bagi para karyawan.

Bukti-bukti menunjukkan bahwa pendapat berbenturan satu

Page 36: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

22

sama lain menyebabkan “perasaan bermusuhan” timbulnya

ketegangan dan kecemasan (Winardi, 2009)

4. Klasifikasi Factor Pencetus Konflik

Konflik dapat muncul karena adanya factor pencetus,

yang harus bisa diidentifikasi oleh seorang mediator. Faktor

pencetus dapat diklasifikasi sebagai berikut:

a. Konflik Laten (tidak dapat terlihat dengan jelas)

Konflik laten tidak tampak secara fisik walau kadang secara

tidak disadari muncul dengan sendirinya. Konflik laten terjadi

karena seseorang masih mampu mengendalikan dan

memendam dalam diri individu, atau juga dipengaruhi factor

eksternal misalnya sungkan, takut merusak

hubungan(relationship), atau tekanan karena kekuasaan.

b. Konflik Manifes (terlihat dengan jelas)

Konflik manifest terjadi karena individu sudah tidak kuat lagi

meredam dan menyimpan dalam diri. Hal itu ditandai dengan

kemarahan, pernyataan tidak puas, ungkapan untuk

menantang, ataupun melakukan tindakan pertentangan

melalui jalur formal (misalnya melaporkan kelembaga

peradilan seperti kepolisian), pelayanan kesehatan yang

Page 37: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

23

dilakukan oleh rumah sakit kadang berakhir dengan konflik

manifest (Bastian,I dan Suryono, 2011).

5. Tingkatan Konflik

a. Konflik Antar Pribadi

3) Approach-Approach Conflict, yaitu seseorang

mempunyai dua macam atau lebih alternative, dengan

keduanya menghasilkan hasil-hasil positif. Contoh:

Seseorang pada dua pilihan pekerjaan yang sama

menariknya

4) Avoidance-avoidance Conflict, yaitu seseorang

mempunyai dua macam atau lebih alternative, dengan

keduanya menghasilkan hasil-hasil negative Contoh:

Seorang karyawan mendapat ancaman penurunan

jabatan kecuali mau melaksanakan tugas bepergian

keluar kota secara intensif

5) Approach-avoidance Conflict, apabila seseorang

memutuskan akan melaksanakan sesuatu hal

mengandung dampak positif dan sekaligus dampak

negative. Contoh: seseorang mendapatkan suatu

jabatan tetapi lokasinya daerah terpencil.

Page 38: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

24

b. Konflik Antar Perorangan

Konflik antar perorangan meliputi dua pihak, salah

satu dari sifat konflik antar perorangan adalah perlu

diperhatikannya hasil-hasil bersama kedua belah pihak

maupun hasil-hasil individual masing-masing pihak yang

terlibat dalam konflik yang bersangkutan

c. Konflik Intra Kelompok

Sebuah kelompok dapat dianggap hal yang

melebihi atau ia berbeda dibandingkan dengan jumlah dari

bagian-bagian individualnya. Maka oleh karenanya konflik

intrakelompok dianggap sebagai sesuatu hal yang

melebihi jumlah dari konflik intrapersonal dan

interpersonal. Konflik tersebut dapat melibatkan kelompok

tersebut secara keseluruhan, maupun para anggota

individualnya

d. Konflik Inter Kelompok

Meningkatnya tekanan kearah konformitas

(fenomin pemikiran kelompok) dan ditekannya konflik

antarpribadi, maka kelompok yang bersangkutan terutama

mementingkan tujuan tugas-tugas. Para anggota lebih

cenderung mengikuti pemimpin otokratik. Anggota

Page 39: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

25

kelompok cenderung menganggap kelompok mereka lebih

superior disbanding kelompok-kelompok lainnya

(Winardi,2009).

6. Strategi Penyelesaian Konflik

Kepala ruangan diharapkan dapat memfasilitasi

penyelesaian konflik diantara stafnya sehingga dapat

menciptakan suasana kerja yang kondusif diruangannya

(Sitorus,R dan Panjaitan R, 2011).

Menurut Bowditch dan Buono, (1994), Marquis and Huston

(2010), strategi Penyelesaian Konflik adalah sebagai berikut:

1) Kompromi atau Negosiasi

Suatu strategi penyelesaian konflik dimana semua yang

terlibat saling menyadari dan sepakat pada keinginan

bersama. Penyelesaian strategi ini sering diartikan

sebagai lose-lose situation. Kedua pihak yang terlibat

saling menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat.

Strategi ini dalam manajemen keperawatan sering

digunakan oleh Middle dan top manajer keperawatan.

2) Kompetisi

Suatu pola untuk memuaskan kepentingan sendiri dengan

menggunakan power.

Page 40: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

26

Strategi ini dapat diartikan sebagai win-lose situation.

Penyelesaian ini menekankan hanya ada satu orang atau

kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang

kalah. Akibat negative dari strategi ini adalah kemarahan,

putus asa dan keinginan untuk perbaikan di masa

mendatang.

3) Smoothing

Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara

mengurangi kompromi emosional dalam konflik. Strategi

ini individu yang terlibat dalam konflik berupaya mencapai

kebersamaan daripada perbedaan dengan penuh

kesadaran dan introspeksi diri. Strategi ini bisa diterapkan

pada konflik yang ringan tetapi tidak dapat dipergunakan

pada konflik yang besar.

4) Menghindar

Menghindar dari suatu konflik merupakan cara yang

sering dilakukan untuk mencegah terjadinya konfrontasi.

Strategi ini biasanya dipilih bila ketidaksepakatan

membahayakan kedua pihak, biaya penyelesaian lebih

besar daripada menghindar atau perlu orang ketiga dalam

Page 41: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

27

menyelesaikannya, atau jika masalah dapat terselesaikan

dengan sendirinya.

5) Kolaborasi

Strategi ini strategi win-win solution, dalam kolaborasi

kedua pihak yang terlibat menentukan tujuan bersama dan

bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan bersama.

Keduanya yakin akan tercapainya suatu tujuan yang telah

ditetapkan. Strategi kolaborasi tidak akan dapat berjalan

bila kompetisi insentif sebagai bagian dari situasi tersebut,

kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan

dalam menyelesaikan masalah, dan tidak adanya

kepercayaan dari kedua kelompok/seseorang.

6) Akomodasi (Cooperative situation)

Suatu pola dimana satu pihak menerima kepentingan

pihak lain diatas kepentingan sendiri. Strategi ini

seseorang berusaha mengakomodasi permasalahan, dan

memberi kesempatan pada orang lain untuk menang.

Pada strategi ini masalah yang utama terjadi sebenarnya

tidak terselesaikan.

Page 42: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

28

7. Kontinum Konflik sebagai Tuntunan Manajemen Konflik

(Sumber: Wahjono,2010)

Gambar 2.1 Bagan Kontinum Konflik sebagai Tuntunan Manajemen Konflik

Upaya nyata menghancurkan pihak lain

Serangan fisik yang agresif

Ancaman dan ultimatum

Serangan verbal yang tegas

Pertanyaan atau tantangan nyata

pada pihak lain

Ketidaksepakatan atau salah paham kecil Tiada Konflik

Konflik Pemusnah

Page 43: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

29

C. Penelitian Terkait

Tabel 2.1 Penelitian terkait Gaya kepemimpinan dengan manajemen konflik

No Nama Judul

Penelitian Subjek Metode Hasil

1. Hendel T, Fish M, Galon V (2005)

Gaya kepemimpinan dan pilihan strategi dalam pengelolaan konflik antara manajer perawat Israel di rumah sakit umum

60 kepala perawat

Survey Kompromi ditemukan menjadi strategi manajemen konflik yang paling umum digunakan

2.

Purba,RJ. Fathi A (2012)

Gaya Kepemimpinan dan Manajemen Konflik Kepala Ruangan Di instalasi Rindu A RSUP Adam Malik Medan

72 orang perawat pelaksana

Deskriptif

Sebagian besar dengan gaya kepemimpinan partisipatif (70,8%) dan pada manajemen konflik sebagian besar dengan strategi kompromi (44,4%).

3.

Nurdin R dkk (2010)

Pengaruh gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai di RSUD Maluku

145 orang pegawai

Survey Analitik

Terdapat hubungan gaya kepemimpinan dan kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai RSUD Maluku.

Page 44: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

30

D. Kerangka Teori Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Manajemen Konflik di RSU Bethesda Tomohon Juni 2013.

Gaya Kepemimpinan

(Marquis and Huston,2010):

1. Otoriter 2. Demokratis 3. Laisses Faire

Manajemen Konflik

(Bowditc dan

Buono,1994, Sitorus

dan Panjaitan, 2011):

1. Negosiasi

2. Kolaborasi

3. Kompetisi

4. Akomodasi

5. Smoothing

6. Menghindar

Konflik

(Winardi,

2009):

1.Pribadi

2.Perorangan

3.Intrakelompo

Pencetus Konflik (Bastian dan Suryono, 2011): 1. Konflik Laten 2, Konflik Manifes

Tiga Tipe Dasar Konflik (Winardi,2009) 1.Goal conflict 2.Cognitive conflict 3.Affective Conflict

Karakteristik Perawat:

1. Umur

2. Pendidikan

3. Masa Kerja

4. StatusPernikahan

Page 45: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

31

BAB III

KERANGKA KONSEP, VARIABEL, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan : Diteliti Tidak diteliti Gambar 3.1 Kerangka Konsep penelitian Hubungan Gaya Kepala

Ruangan kepemimpinan dengan Manajemen Konflik di RSU Bethesda Tomohon Juni 2013.

Gaya Kepemimpinan

Kepala Ruangan:

1. Otoriter

2.Demokratis

3.Liberal (laisses Faire)

Karakteristik

Perawat:

1. Umur

2. Pendidikan

3. Masa Kerja

4. Status

Pernikahan

Manajemen

Konflik:

1.Negosiasi

2.Kolaborasi

3.Kompetisi

4.Akomodasi

5.Smoothing

6.Menghindar

Page 46: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

32

B. Variebel dan Definisi Operasional Penelitian

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas (independent variable) variabel ini sering

disebut sebagai variabel stimulus, predictor, entecedent.

Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel bebas.

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2011), dalam

penelitian ini variabel bebas adalah gaya kepemimpinan

kepala ruangan yang meliputi: Gaya Otoriter, gaya

Demokratis, gaya Liberalis (Laisses Faire).

b. Variabel terikat (dependent variable) sering disebut sebagai

variabel output, kriteria,konsekuen. Dalam bahasa Indonesia

sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas(Sugiyono, 2011),

dalam penelitian ini variabel terikat adalah manajemen

konflik yang meliputi; kompromi/negosiasi, smoothing, dan

kolaborasi.

Page 47: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

33

2. Definisi Operasional

Variabel harus didefinisi operasionalkan, juga perlu dijelaskan

cara atau metode pengukuran, hasil ukur atau kategorinya, serta

skala pengukuran yang digunakan, dan untuk memudahkan definisi

operasional disajikan dalam bentuk “matrix” yang terdiri dari kolom-

kolom (Notoadmodjo,S,2010).

a. Variabel Independen Gaya Kepemimipinan adalah pola perilaku

seorang pemimpin dalam mengatur bawahannya untuk

pencapaian tujuan organisasi. untuk mengukur gaya

kepemimpinan instrument yang digunakan yaitu kuesioner, skala

ukurnya nominal dengan kriteria objektifnya sebagai berikut:

1) Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan

yang menerapkan segala keputusan ada ditangan pemimpin,

dimana bawahan wajib mengikuti segala keputusan, kriteria

objektifnya adalah jika jawaban responden memiliki nilai

tertinggi pada Item gaya kepemimpinan otoriter yaitu skor 70-

100.

2) Gaya kepemimpinan demokrasi adalah gaya kepemimpinan

yang memberi kesempatan kepada bawahan dalam

pengambilan keputusan, dan memberi kesempatan untuk

mengemukakan pendapat, kriteria objektifnya adalah jika

Page 48: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

34

jawaban responden memiliki nilai tertinggi pada Item gaya

kepemimpinan demokrasi yaitu skor 70-100.

3) Gaya kepemimpinan Laisses Faire adalah gaya

kepemimpinan dimana pemimpin lebih banyak menyerahkan

keputusan ketangan bawahan, ada komunikasi timbal balik

antara pimpinan dan bawahan untuk perkembangan

organisasi yang dipimpinnya, untuk mengukur gaya

kepemimpinan Laisses faire menggunakan instrumen

kuesioner, kriteria objektifnya jika jawaban responden

memiliki nilai tertinggi pada Item gaya kepemimpinan laisses

faire yaitu skor 70-100.

4) Gaya kepemimpinan multikratik, jika jawaban responden

pada kriteria objektifnya terdapat skor yang sama, pada lebih

dari satu gaya kepemimpinan antara otoriter, demokrasi dan

Laisses Faire, maka gaya kepemimpinan ini dikatakan

multikratik yaitu skor 70-100

b.Variabel dependen yaitu manajemen konflik adalah

penatalaksanaan perbedaan pendapat yang terjadi antara

pimpinan dan bawahan, atau masalah yang terjadi didalam suatu

organisasi, untuk mengukur manajemen konflik menggunakan

Page 49: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

35

instrument kuesioner, skala ukurnya nominal dengan kriteria

objektifnya sebagai berikut:

1) Kompromi/negosiasi adalah penyelesaian konflik dimana

kedua pihak saling menyerah, menyadari dan menyepakati,

kriteria objektifnya jika jawaban responden memiliki nilai

tertinggi pada Item manajemen konflik kompromi yaitu pada

skor 20-30.

2) Kolaborasi adalah Kedua pihak yang terlibat menentukan

tujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu

tujuan, kriteria objektifnya jika jawaban responden memiliki

nilai tertinggi pada Item manajemen konflik kolaborasi yaitu

pada skor 20-30.

3) Kompetisi penyelesaian konflik ini menekankan hanya ada

satu orang atau kelompok yang menang, tanpa

mempertimbangkan yang kalah, kriteria objektifnya jika

jawaban responden memiliki nilai tertinggi pada Item

manajemen konflik kompetisi yaitu pada skor 20-30.

4) Akomodasi penyelesaian konflik ini Seseorang dapat

mengakomodasi permasalahan dan memberi kesempatan

pada orang lain untuk menang, kriteria objektifnya jika

Page 50: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

36

jawaban responden memiliki nilai tertinggi pada Item

manajemen konflik akomodasi yaitu pada skor 20-30.

5) Smoothing penyelesaian konflik dengan “menarik hati “ orang

lain yang terlibat untuk mengurangi komponen emosional

dalam konflik tersebut dan dengan penuh kesadaran

melakukan introspeksi diri , kriteria objektifnya jika jawaban

responden memiliki nilai tertinggi pada Item manajememen

konflik smoothing yaitu pada skor 20-30.

6) Menghindar adalah penyelesaian konflik dimana seseorang

memilih tidak menyelesaikan konflik, bila ketidaksepakatan

membahayakan kedua pihak, biaya besar atau butuh orang

ketiga. kriteria objektifnya jika jawaban responden memiliki

nilai tertinggi pada Item manajemen konflik menghindar yaitu

pada skor 20-30.

3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep pada gambar 3.1 , maka

dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

a. Terdapat gaya kepemimpinan kepala ruangan sering di Rumah

Sakit Umum Bethesda Tomohon.

b. Terdapat manajemen konflik yang sering digunakan kepala

ruangan di Rumah Sakit Umum Bethesda Tomohon.

Page 51: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

37

c. Terdapat perbedaan gaya kepemimpinan antara ruang

perawatan intensive, ruang rawat biasa dan ruang VIP,Kls I,II.

d. Terdapat perbedaan manajemen konflik antara ruang perawatan

intensive, ruang rawat biasa dan ruang VIP,Kls I,II.

e. Terdapat hubungan yang bermakna antara gaya kepemimpinan

kepala ruangan dengan manajemen konflik yang digunakan di

Rumah Sakit Umum Bethesda Tomohon.

.

BAB IV

Page 52: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

38

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Survey

pendekatan Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antar factor-faktor resiko dengan

efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (Poin time approach). Artinya, tiap subjek

penelitian hanya di observasi sekali saja dan pengukuran dilakukan

terhadap status karakter atau variable subjek pada saat

pemeriksaan. Hal ini tidak berarti tiap subjek penelitian diamati pada

waktu yang sama (Notoatmodjo, 2002). Rancangan penelitian ini

dimaksudkan untuk menganalisis hubungan antara gaya

kepemimpinan kepala ruangan dengan manajemen konflik di Rumah

Sakit Umum Bethesda Tomohon

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli

2013, dimana penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum

Bethesda Tomohon pada perawat pelaksana di ruang rawat Inap di

RSU Bethesda Tomohon.

Page 53: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

39

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono,2011). Populasi pada penelitian ini adalah

perawat yang bertugas diruang rawat inap, di RSU Bethesda

Tomohon berjumlah 117 orang.

2. Sampel dan sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi (Sugiyono,2011). Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah sampling berimbang (proportional sampling),

teknik ini digunakan untuk populasi yang tidak homogen, ukuran

jumlah tidak sama, penelitian ini peneliti mengambil wakil-wakil dari

tiap-tiap kelompok yang ada dalam populasi, yang jumlahnya

disesuaikan dengan jumlah anggota subjek yang ada didalam

masing-masing kelompok (Arikunto,2010).

Langkah penentuan sampelnya adalah:

a. Menentukan jumlah populasi berjumlah : 117 orang

b. Menentukan besar sampel 50% = 50/100 x 117 = 58,5 (60 orang)

Page 54: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

40

c. Pengambilan anggota Sampel disesuaikan dengan jumlah

perawat dimasing-masing ruangan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Pengambilan anggota sampel disesuaikan jumlah

perawat dimasing-masing ruangan rawat inap RSU Bethesda Tomohon.

No Ruangan Jumlah Perawat

Prosentasi Subjek (%)

Jumlah Subjek

1. Paviliun Bethesda 10 orang 8,3 5

2. Paviliun Debora 12 orang 10 7

3. Paviliun Yohanes 11 orang 10 6

4. Paviliun Markus 9 orang 8,3 6

5. Paviliun Maria 13 orang 10 7

6. Paviliun Hanna 9 orang 8,3 6

7. Paviliun Lukas 15 orang 13,4 7

8. Paviliun Paulus 10 orang 11,7 6

9. Paviliun Elisabeth 19 orang 20 11

Total 108 orang 100 % 60 orang

3. Kriteria Sampel :

a) Kriteria Inklusi

1) Perawat pelaksana minimal masa kerja 1 (satu) tahun

di RSU Bethesda Tomohon

2) Perawat pelaksana bekerja diruang rawat inap RSU

Bethesda Tomohon

3) Bersedia menjadi responden

b) Kriteria Eksklusi

1) Perawat pelaksana sakit, cuti pada saat pengumpulan

data

Page 55: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

41

2) Perawat pelaksana dipecat atau mengundurkan diri

sebagai tenaga perawat RSU Bethesda Tomohon.

D. Instrumen Penelitian

Melakukan pengumpulan data peneliti membuat instrument

sebagai pedoman pengumpulan data berupa kuisioner.

Pernyataan disusun untuk mengukur Gaya kepemimpinan

kepala ruangan menggunakan skala Gutman, dan Manajemen

Konflik menurut persepsi perawat pelaksana menggunakan skala

Likert, setelah Instrumen diisi Jawaban dari kuisioner yang telah

dihitung secara manual, akan dilakukan uji analisis untuk

mengetahui hubungan antara variabel independent dan variabel

dependent dengan menggunakan uji statistik yang sesuai dengan

skala data yang tersedia.

a. Kuesioner

1) Bagian pertama Kuesioner A : Karakteristik Responden

Karakteristik responden terdiri dari: umur, tingkat

pendidikan, masa kerja, status pernikahan

Page 56: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

42

2) Bagian kedua Kuesioner B,C,D : Gaya Kepemimpinan

Kuesioner ini berisi pilihan jenis gaya kepemimpinan,

yang digunakan kepala ruangan, dengan jumlah 30

pernyataan sebagai berikut:

a) Kuesioner B tentang Gaya kepemimpinan otoriter yang

digunakan oleh kepala ruangan berisi 10 pernyataan.

b) Kuesioner C tentang Gaya kepemimpinan demokrasi yang

digunakan oleh kepala ruangan berisi 10 pernyataan.

c) Kuesioner D tentang gaya kepemimpinan Liberal (Laisses

Faire) yang digunakan oleh kepala ruangan berisi 10

pernyataan

Kuesioner ini menggunakan skala Gutman dengan kriteria

pemberian nilai 1 (satu) untuk jawaban ”Ya”, dan nilai 0 (nol)

untuk jawaban ”Tidak”.

3) Bagian Ketiga Kuesioner E,F,G, H, I, J : Manajemen Konflik

Kuesioner untuk mengukur tentang persepsi perawat

pelaksana pada manajemen konflik, yang digunakan oleh

kepala ruangan, seluruh pernyataan berjumlah 36 pernyataan

yang terdiri dari:

Page 57: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

43

a) Kuesioner E tentang persepsi perawat pelaksana pada

manajemen konflik; Negosiasi yang digunakan oleh kepala

ruangan terdiri dari 6 pernyataan.

b) Kuesioner F tentang persepsi perawat pelaksana pada

manajemen konflik ; Kolaborasi yang digunakan oleh kepala

ruangan berisi 6 pernyataan.

c) Kuesioner G tentang persepsi perawat pelaksana pada

manajemen konflik; Menghindar yang digunakan oleh kepala

ruangan berisi 6 pernyataan.

d) Kuesioner H tentang persepsi perawat pelaksana pada

manajemen konflik; Kompetisi yang digunakan oleh kepala

ruangan berisi 6 pernyataan.

e) Kuesioner I tentang persepsi perawat pelaksana pada

manajemen konflik; Smoothing yang digunakan oleh kepala

ruangan berisi 6 pernyataan.

f) Kuesioner J tentang persepsi perawat pelaksana pada

manajemen konflik; Akomodasi yang digunakan oleh kepala

ruangan berisi 6 pernyataan

Kuesioner pada bagian ketiga ini menggunakan skala Likert

dengan cara penilaian sebagai berikut:

Page 58: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

44

(1) Cara penilaian untuk pernyataan Positif:

4 : Bila pilihan jawaban responden : Sangat Setuju.

3 : Bila pilihan jawaban responden : Setuju

2 : Bila pilihan jawaban responden : Tidak Setuju

1 : Bila pilihan jawaban responden : Sangat Tidak Setuju

0 : Bila pilihan jawaban responden : Sangat Tidak puas

(2) Cara penilaian untuk pernyataan Negatif:

1 : Bila pilihan jawaban responden : Sangat Setuju.

2 : Bila pilihan jawaban responden : Setuju

3 : Bila pilihan jawaban responden : Tidak Setuju

4 : Bila pilihan jawaban responden : Sangat Tidak Setuju

Page 59: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

45

2. Alur Penelitian

Mengurus Ijin Penelitian

Teknik Sampling

Proportional Sampling

Sampel

Perawat Pelaksana diruang rawai inap yang ada diRSU

Bethesda Tomohon berjumlah 60 orang

Variabel Independen: Gaya Kepemimpinan Variabel Dependen: Manajemen Konflik

Analisa data :Univariat, Bivariat

Hasil dan Pembahasan penelitian

Kesimpulan dan saran

Populasi Semua Perawat diruang rawat inap RSU Bethesda

Tomohon berjumlah 117 orang

Infomed Concent

Menjelaskan dan meminta persetujuan responden

Pengumpulan Data:

Ijin Komisi Etik

Page 60: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

46

D. Pengolahan dan Teknik Analisa Data

1. Pengolaha data

a. Editing

Kegiatan editing ini dilakukan setelah selesai tahap

pengumpulan data untuk memeriksa ulang kelengkapan

kuesioner, kejelasan tulisan jawaban dari responden,

relevansi jawaban dengan pertanyaan dan konsistensi

jawaban

b. Coding

Kegiatan ini merubah data dalam bentuk huruf

menjadi data bilangan atau angka. Pembuatan kode untuk

mempermudah proses pemasukan data kedalam computer

dan proses analisa data.

c. Processing

Kegiatan processing adalah setelah kuesioner terisi

penuh dengan benar dan sudah melewati langkah

pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses

data agar dapat dianalisa. Pemrosesan data dilakukan

dengan cara memasukkan data kedalam computer.

Page 61: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

47

d. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali

data yang sudah dientry untuk mengetahui ada kesalahan

atau tidak, karena kesalahan masih dimungkinkan pada saat

peneliti memasukkan data kedalam computer.

2. Analisa data

a) Analisa Univariat

Analisa Univariat adalah menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel (Notoatmodjo,2010), Variabel

dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner

yaitu untuk gaya kepemimpinan jika pilihan responden tertinggi

pada salah satu gaya kepemimpinan yaitu pada skor 70-100,

dan untuk manajemen konflik jika tertinggi pilihan responden

tertinggi pada salah satu manajemen konflik yaitu pada skor

20-30.

b) Analisa Bivariat

Kegunaan analisis bivariat bisa untuk mengetahui apakah ada

hubungan yang signifikan antara dua variabel, atau

mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara dua

atau lebih kelompok (sampel) (Hastono,S.P, 2007). Penelitian

Page 62: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

48

ini untuk menganalisa hubungan gaya kepemimpinan dengan

manajemen konflik.

Analisa Bivariat yang digunakan adalah Uji Chi Square, uji ini

digunakan karena variabel independen (gaya kepemimpinan)

dan variabel dependen (manajemen konflik) . Analisa data ini

juga digunakan untuk mengetahui hubungan gaya

kepemimpinan dengan manajemen konflik, kedua variabel

bersifat data kategorik. Analisa data Fisher Exact Test untuk

mengetahui perbedaan gaya kepemimpinan dengan masing-

masing ruangan, dan untuk mengetahui perbedaan

manajemen konflik dengan masing-masing ruangan dilihat

berdasarkan prosentase pada uji statistic. Tahap analisa data

ini dengan menggunakan perangkat lunak computer program

SPSS (Statistik Program Service Solution) versi 16 for

windows, data dianalisa sesuai skala ukur dan tujuan

penelitian.

E. Pertimbangan Etik

Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan (KNEPK)

berpendapat bahwa penelitian kesehatan yang mengikutsertakan

manusia sebagai subjek penelitian tidak boleh melanggar Standar

Page 63: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

49

Etik Universal yaitu : prinsip menghormati harkat martabat manusia

(respect for persons), prinsip etik berbuat baik (beneficience),prinsip

etik keadilan (justice). Secara universal, ketiga prinsip tersebut telah

disepakati dan diakui sebagai prinsip dasar etik penelitian yang

memiliki kekuatan moral, sehingga suatu penelitian dapat

dipertanggungjawabkan baik menurut pandangan etik maupun

hukum.

Berikut penjelasan ketiga prinsip etik tersebut, sebagai berikut :

1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for

person).

Prinsip ini merupakan bentuk penghormatan terhadap martabat

manusia sebagai pribadi yang memiliki kebebasan berkehendak

atau memilih dan sekaligus bertanggung jawab secara pribadi

terhadap keputusannya sendiri.

a. Menghormati otonomi, yang mempersyaratkan bahwa manusia

yang mampu menalar pilihan pribadinya harus diperlakukan

dengan menghormati kemampuannya untuk mengambil

keputusan mandiri (self determination).

c. Melindungi manusia yang otonominya terganggu atau kurang

mempersyaratkan bahwa manusia yang berketergantungan

(dependent) atau rentan (vulnerable) perlu diberikan

Page 64: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

50

perlindungan terhadap kerugian atau penyalahgunaan (harm

and abuse).

2. Prinsip etik berbuat baik (beneficience)

Prinsip etik ini menyangkut kewajiban membantu orang lain

dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan

kerugian minimal. Prinsip etik berbuat baik, mempersyaratkan

bahwa:

a. Resiko penelitian harus wajar (reasonable) sebanding dengan

manfaat yang diharapkan.

b. Desain penelitian harus memenuhi persyaratan ilmiah

(scientifically sound).

c. Para peneliti mampu melaksanakan penelitian dan sekaligus

mampu menjaga kesejahteraan subjek penelitian.

d. Diikuti oleh do no harm (nonmaleficience atau tidak

merugikan), yang menentang sengaja merugikan subjek

penelitian.

3. Prinsip etik keadilan (justice)

Prinsip etik keadilan mengacu pada kewajiban etik untuk

memperlakukan setiap orang (sebagai pribadi otonom) sama

dengan moral yang benar dan layak dalam memperoleh haknya

(Bastian I dan Suryono, 2011).

Page 65: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

51

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Data Demografi Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karekteristik Responden di RSU Bethesda Tomohon Juni 2013

Karakteristik n %

Umur

20-30 Tahun 22 36,7

31-40 Tahun 18 30

> 40 Tahun 20 33.3

Total 60 100

Pendidikan

SPK 32 53.5

D III Keperawatan 26 43.3

S1 Keperawatan 2 3.3

Total 60 100

Masa Kerja

1-5 Tahun 20 33.3

6-15 Tahun 13 21.7

>15 tahun 27 45

Total 60 100

Status Pernikahan

Menikah 52 13.3

Belum menikah 8 86.7

Total 60 10

Tabel 5,1 menunjukkan bahwa dari 60 responden sebagian besar

responden berumur 20-30 tahun (36,7%), pada tingkat pendidikan

Page 66: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

52

sebagian besar SPK yaitu berjumlah 32 responden (53,3%)

sedangkan pendidikan S1 Keperawatan hanya 2 responden (3.3%),

demikian juga masa kerja diatas 15 tahun berjumlah 27 responden

(45%) dan status pernikahan yang menikah 52 responden (86,7%)

2. Analisa Univariat

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Persepsi Perawat Pelaksana tentang Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan di RSU Bethesda Tomohon Juni 2013

Gaya Kepemimpinan

n %

Demokrasi 45 75

Multikratik 15 25

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 60 responden sebagian besar

persepsi perawat pelaksana tentang gaya kepemimpinan kepala

ruangan rawat inap di RSU Bethesda Tomohon, pada gaya

kepemimpinan demokratik yaitu berjumlah 45 responden (75%)

Page 67: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

53

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Persepsi Perawat Pelaksana tentang Manajemen Konflik Kepala Ruangan di RSU Bethesda Tomohon Juni 2013.

Manajemen Konflik

n %

Kolaborasi

29 48,3

Negosiasi

7 11,7

Smoothing 24 40

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 60 responden persepsi perawat

pelaksana tentang manajemen konflik kepala ruangan di RSU

Bethesda Tomohon sebagian besar responden berpendapat, kepala

ruangan pada manajemen konflik kolaborasi, yaitu berjumlah 29

responden (48,3%).

2. Analisa Bivariat

Tabel 5.4a Perbedaan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan pada masing- masing ruangan perawatan di RSU Bethesda Tomohon Juni 2013.

Gaya Kepemimpinan

Ruangan

Total

A n(%)

B n(%)

C n(%)

D n(%)

E n(%)

F n(%)

G n(%)

H n(%)

I n(%)

Demokrasi 5 11,1

7 15,6

2 4,4

6 13,3

2 4,4

7 15,6

5 11,1

6 13,3

5 11,1

45 100

Multikratik 0 -

0 -

9 60

0 -

5 33,3

0 -

1 6,7

0 -

0 -

15 100

Page 68: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

54

Keterangan:

Ruangan A: Bethesda (VIP), B:Debora (anak), C;Elisabeth (Interna wanita,kls I,II), , D:Hanna (Neonatus), E:Lukas (ICU), F:Maria (kebidanan dan kandungan), G:Markus (Bedah), H: Paulus (kelas I,II, Pria), I:Yohanes (Interna pria).

Tabel 5.4a menunjukkan bahwa dari 9 ruangan perawatan dengan total

60 responden, untuk gaya kepemimpinan demokrasi pada ruangan

pada ruangan B dan F, masing-masing sebanyak 15,6 %, dan ruangan

D,H masing-masing sebanyak 13,3%, juga pada ruangan A,G,I

menggunakan gaya kepemimpinan demokrasi sebanyak 11,1%.

Sementara kepala ruangan yang lain menggunakan gaya

kepemimpinan multikratik (kombinasi demokrasi dan otoriter) pada

ruangan C sebanyak 60 % lebih sering dibandingkan dengan ruangan

E hanya 33,3 % gaya ini digunakan juga pada ruangan G yaitu 6,7%.

Tabel 5.4b Perbedaaan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan pada kelompok ruangan perawatan di RSU Bethesda Tomohon Juni 2013.

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 9 ruangan perawatan, persepsi

perawat pelaksana tentang gaya kepemimpinan, sesuai hasil analisis

Gaya Kepemimpinan

Ruangan

Total p

Intensive Rawat Inap Biasa VIP, Kelas I,II n % n % n %

0,000 Demokrasi 2

4,4 30 66,7 13 28,9 45

Multikratik

5 33,3 1 6,7 9 60 15

Page 69: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

55

Uji Pearson chi square nilai Significancy yang didapatkan perbedaan

antara kedua variabel tersebut adalah p = 0,000, yang menunjukkan

nilai p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa H1 diterima atau

“ada perbedaan yang bermakna antara persepsi perawat pelaksana

tentang gaya kepemimpinan dengan ruangan-ruangan perawatan di

RSU Bethesda Tomohon”. Hasil analisis terlihat pada tabel 5.4 untuk

ruang perawatan Intensive 33 % sering menggunakan gaya

kepemimpinan multikratik, sementara gaya kepemimpinan demokrasi

hanya 4,4 % digunakan pada ruangan intensive. Ruang rawat inap

biasa 66,7 % menggunakan gaya kepemimpinan demokrasi,

sementara gaya kepemimpinan multikratik hanya 6,7 % digunakan

pada ruangan perawatan biasa.

Ruang rawat VIP,kelas I,II 60 % menggunakan gaya kepemimpinan

multikratik, dan gaya kepemimpinan demokrasi hanya 28,9%

digunakan pada ruangan perawatan VIP, kelas I dan II.

Page 70: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

56

Tabel 5.5a Perbedaan Manajemen Konflik yang digunakan pada masing-masing ruangan perawatan di RSU Bethesda Tomohon Juni 2013

Manajemen

Konflik

Ruangan

Total

A

n(%

B

n(%)

C

n(%)

D

n(%)

E

n(%)

F

n(%)

G

n(%)

H

n(%)

I

n(%)

Kolaborasi 0

-

4

13,8

9

31

2

6,9

5

17,2

4

13,8

3

10,3

1

3,4

1

3,4

29

100

Negosiasi 0

-

0

-

0

-

2

28,6

2

28,6

0

-

2

28,6

1

14,3

0

-

7

100

Smoothing 5

20,,8

3

12,5

2

8,3

2

8,3

0

0

3

12,3

1

4,2

4

16,7

4

6,7

24

100

Keterangan:

Ruangan A: Bethesda (VIP), B:Debora (anak), C;Elisabeth (Interna wanita,kls I,II), , D:Hanna (Neonatus), E:Lukas (ICU), F:Maria (kebidanan dan kandungan), G:Markus (Bedah), H: Paulus (kelas I,II, Pria), I:Yohanes (Interna pria).

Tabel 5.4a menunjukkan bahwa dari 9 ruangan perawatan, dengan 60

responden, sebagian besar responden berpendapat untuk manajemen

konflik kolaborasi lebih sering dilakukan oleh kepala ruangan C dalam

mengatasi konflik yang dihadapi sebanyak 31%, berbeda dengan ruangan

A sebanyak 20,8 % menggunakan manajemen konflik smoothing dan

perbedaan terjadi pada ruangan D,E,G masing- masing ruangan sebanyak

28,6% menggunakan manajemen konflik negosiasi dalam mengatasi konflik

yang dihadapi

Page 71: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

57

Tabel 5.5b Perbedaan Manajemen Konflik yang digunakan pada kelompok ruangan perawatan di RSU Bethesda Tomohon Juni 2013

Tabel 5.5b menunjukkan bahwa dari 9 ruangan perawatan, persepsi

perawat pelaksana manajemen konflik untuk ruangan rawat inap biasa,

lebih sering menggunakan manajemen konflik negosiasi sebanyak

57,1 % , walaupun juga kepala ruangan menggunakan manajemen

konflik smoothing 54,2 %, dan manajemen konflik kolaborasi 48,3 %

juga digunakan diruangan-ruangan ini.

Ruang Intensive lebih sering juga menggunakan manajemen konflik

negosiasi sebanyak 28,6 %, walaupun terkadang sebanyak 17,3 %

menggunakan manajemen konflik kolaborasi.

Ruang rawat VIP, kelas I,II lebih sering 45,8 % menggunakan

manajemen konflik smoothing, walaupun juga menggunakan

Manajemen

Konflik

Ruangan Total Intensive Rawat Inap

Biasa VIP, Kelas I, II

n % n % n %

Kolaborasi 5 17,2 14 48,3 10 34,5 29

Negosiasi 2 28,6 4 57,1 1 14,3 7

Smoothing 0 0 13 54,2 11 45,8 24

Page 72: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

58

manajemen konflik kolaborasi sebanyak sebanyak 34,5%, dan hanya

14,3 % menggunakan manajemen konflik negosiasi.

Kesimpulannya antara manajemen konflik ruangan perawatan intensive

dengan ruangan perawatan biasa sama yaitu menggunakan

manajemen konflik negosiasi. Hanya membedakan ruangan intensive

dan rawat inap biasa dengan ruangan VIP, kelas I,II.

Tabel 5.6 Hubungan Persepsi Perawat Pelaksana tentang Gaya Kepemimpinan dengan Manajemen Konflik Kepala Ruangan di Ruang Rawat RSU Bethesda Tomohon Juni 2013

Gaya

Kepemimpinan

Manajemen Konflik Total

p Kolaborasi Negosiasi Smoothing

n % n % n %

Demokrasi

15 33,3 7 15,6 23 51,1 45 (100) 0,000

Multikratik

14 93,3 0 0 1 6,7 15(100)

Total

29 48,3 7 11,7 24 40 60 (100)

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa hubungan persepsi perawat pelaksana

tentang gaya kepemimpinan dengan manajemen konflik, sesuai hasil

analisis Pearson-Chi Square nilai Significancy yang didapatkan

hubungan antara kedua variabel tersebut adalah p = 0,000, yang

menunjukkan nilai p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa

H1 diterima atau “ada hubungan yang bermakna antara persepsi

perawat pelaksana tentang gaya kepemimpinan dengan manajemen

Page 73: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

59

konflik kepala ruangan di RSU Bethesda Tomohon”. Hasil analisis

terlihat pada tabel 5.6 bahwa gaya kepemimpinan demokrasi yang

menggunakan manajemen konflik kolaborasi hanya 33,3 %, berbeda

dengan gaya kepemimpinan multikratik sebagian besar menggunakan

manajemen konflik kolaborasi 93,3 %, demikian juga gaya

kepemimpinan demokrasi lebih banyak menggunakan manajemen

konflik smoothing 51,1 %, sebaliknya gaya kepemimpinan multikratik

hanya 6,7 % menggunakan manajemen konflik smoothing, dan

manajemen konflik negosiasi hanya digunakan oleh kepala ruangan

dengan gaya kepemimpinan demokrasi 15,6 % dan tidak digunakan

pada gaya kepemimpinan multikratik.

B. PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

Hasil penelitian sebagian besar responden berumur 20-30

tahun (36,7%), secara positif memiliki potensi untuk dapat

dikembangkan untuk peningkatan pelayanan keperawatan, menurut

Robins (2008) kelompok usia ini adalah usia yang tingkat

produktivitasnya tinggi. Sedangkan umur diatas 40 tahun berjumlah

33,3 %. Penelitian ini juga dilakukan wawancara dengan kepala

ruangan dan didapatkan 88,9 % umur kepala ruangan pada umur

Page 74: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

60

diatas 40 tahun. Menurut Marquis dan Huston semakin dewasa dan

semakin tinggi jam terbang seseorang semakin banyak alternative

yang dapat diidentifikasi

Persepsi tantang gaya kepemimpinan dan manajemen konflik

usia ini berdampak positif, karena perawat dalam memberikan

tanggapan sesuai kenyataan, bagaimana seorang kepala ruangan

mampu mengatasi masalah yang terjadi diruangan. Penelitian ini juga

menemukan bahwa memang kepala ruangan sudah sangat dewasa

dalam menentukan gaya kepemimpinan maupun manajemen konflik.

Pada tingkat pendidikan sebagian besar SPK yaitu berjumlah

32 responden (53,3%), sedangkan pendidikan S1 Keperawatan hanya

2 responden (3.3%) menurut Siagian (2011) pendidikan yang tinggi

akan memiliki kemampuan dan analisa yang baik terhadap masalah

dan menurut Marquis & Huston (2010), seseorang dalam pengambilan

keputusan dipengaruhi latar belakang pendidikan.

Penelitian ini sesuai hasil wawancara 100% kepala ruangan

dengan pendidikan D III Keperawatan, dapat dilihat bahwa pendidikan

responden belum pada tingkatan yang tinggi walaupun pada

kenyataannya beberapa responden (10%) sementara mengikuti

pendidikan baik D III maupun S1 keperawatan, hal ini membuat

responden mampu memberikan persepsi yang positif bagi

Page 75: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

61

kepemimpinan kepala ruangan, demikian juga pendidikan kepala

ruangan belum pada tingkatan pendidikan S1 keperawatan, tetapi

kepala ruangan di RSU Bethesda sering mengikuti pelatihan, seminar,

maupun workshop keperawatan, baik dengan biaya dari rumah sakit ,

biaya sponsor dari dokter di ruangan maupun biaya yang dikeluarkan

oleh kepala ruangan maupun perawat itu sendiri, dan pihak

manajemen rumah sakit selalu memberi kesempatan bagi perawat

yang mau mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut dengan pengaturan

waktu yang tepat. Hal tersebut nampak bahwa kepala ruangan maupun

perawat pelaksana, secara non formal selalu memperbaharui keilmuan

yang diterima walaupun tingkat pendidikan formal masih tergolong

belum tinggi.

Masa kerja responden diatas 15 tahun berjumlah 27

responden (45%) Menurut Gillies (1989) gaya kepemimpinan dapat

diidentifikasi berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri, dimana

perilaku seseorang dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-

tahun dalam kehidupannya seseorang akan mempengaruhi gaya

kepemimpinan yang digunakan. Gaya kepemimpinan cenderung

sangat berbeda dan bervariasi.

Penelitian ini juga dilakukan wawancara dengan kepala

ruangan dimana masa kerja kepala ruangan 100% diatas 15 tahun.

Page 76: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

62

Kepala ruangan dengan masa kerja lebih lama banyak pengalaman

terutama hal-hal yang menyangkut ketepatan dalam pengambilan

keputusan dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Kepala ruangan

di RSU Bethesda yang bekerja diatas 15 tahun tidak ada

kecenderungan untuk pindah ke rumah sakit lain, karena sudah

merasa nyaman dan terbiasa dengan iklim organisasi RSU Bethesda

Tomohon, dan perawat pelaksana yang melebihi 15 tahun bekerja di

RSU Bethesda Tomohon, lebih banyak pengalaman dengan berbagai

kepala ruangan dari masing-masing gaya kepemimpinan maupun

memecahkan konflik yang ada.

Status pernikahan yang menikah 52 responden (86,7%) dan

untuk kepala ruangan 100% sudah menikah. Hal ini dapat dijelaskan

bahwa seorang yang sudah menikah mempunyai pengalaman yang

lebih, dimana dengan status dirumah sebagai orangtua, diperhadapkan

menghadapi anak dan suami/istri dengan berbagai karakter dan

masalahnya, hal ini tanpa disadari perawat menjadi seorang pemimpin

“kecil” dirumah, keadaan ini membuat perawat punya pengalaman

dalam memberikan persepsi tentang gaya kepemimpinan dan

manajemen konflik.

Page 77: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

63

2. Gaya Kepemimpinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi perawat

pelaksana tentang gaya kepemimpinan kepala ruangan rawat inap di

RSU Bethesda Tomohon, pada gaya kepemimpinan demokratik yaitu

berjumlah 45 responden (75%). Menurut Kartono,2011 mengatakan

bahwa pemimpin demokratis biasanya dihormati dan dihargai.

Pemimpin demokratis tidak berusaha menjadi majikan. Semua anggota

kelompok selalu ingin bertemu muka dan bertukar pikiran dengan

dirinya yang dianggap sangat simpatik. Semua prestasi kerjanya selalu

dinilai dengan kriteria “ hasil kami bersama-sama” hasil musyawarah

bersama”. Kepemimpinan demokratis mempunyai kemampuan

mengumpulkan banyak informasi dan kebijaksanaan dari semua

anggota kelompok, dan bisa memanipulasi semuanya dengan efektif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang

ada di RSU Bethesda Tomohon ini, kepala ruangan selalu meminta

pendapat dari bawahannya dalam pengambilan keputusan, misalnya

dalam hal rapat bulanan dibeberapa ruangan memutuskan bersama

antara pimpinan dan bawahan, jika hadir dalam rapat bulanan kepala

ruangan memberikan reward berupa diberikan libur satu hari, dengan

pengaturan pengambilan waktu libur diambil bergantian, untuk masing-

Page 78: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

64

masing perawat pelaksananya. Kepala ruangan mengatakan tidak ada

reward dalam bentuk uang (uang rapat) yang dapat saya berikan,

begitu juga pihak rumah sakit tidak menyiapkan dana untuk kegiatan

rapat. Waktu kedatangan dinas/jaga untuk masing-masing ruangan

sudah diatur rumah sakit jam 07.00, dan jika ada yang terlambat,

perawat tersebut akan pulang dinas/jaga lebih terlambat dari perawat

yang lain, sampai menunggu waktu dinas/jaga berikutnya.

Menurut Penelitian Hutahaen (2009) didapatkan 50% perawat

pelaksana menyatakan gaya kepemimpinan yang dilakukan kepala

ruangan di RSUP Adam Malik Medan adalah gaya kepemimpinan

demokrasi.

Manager di RSU Bethesda Tomohon, gaya kepemimpinan

demokrasi lebih banyak diterapkan di rumah sakit ini, mengingat motto

dari rumah sakit ini adalah menabur kasih diberkati untuk melayani,

maka kepala ruangan dirumah sakit ini memikirkan kepemimpinannya

merupakan pelayanan, dan jika pelayanannya tidak menimbulkan

permusuhan akan membuat dia selalu akan diberkati. Kepemimpinan

kepala ruangan di rumah sakit ini tidak mengutamakan perintah

kebawahan, tetapi usulan bawahan dipertimbangkan dan diputuskan

bersama antara kepala ruangan dan perawat pelaksana.

Page 79: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

65

Hasil observasi pada saat residensi, kepala ruangan berusaha

menyatu dengan perawat pelaksana, tidak selalu berada dibelakang

meja kepala ruangan, tetapi selalu bersama-sama perawat pelaksana

keruangan-ruangan pasien, kepala ruangan duduk bersama perawat

pelaksana di ruang perawat. Jika ada perawat pelaksana yang

melakukan tindakan yang patut dipuji, kepala ruangan memberikan

pujian yang selayaknya, tetapi sebaliknya dan jika perawat pelaksana

melakukan tindakan yang kurang tepat, diberikan teguran yang bisa

diterima, dengan mendiskusikan diruang kepala ruangan untuk

memperbaiki kesalahan. Semua prestasi kerja perawat selalu dinilai

atas dasar hasil kami bersama-sama dalam kerputusan rapat bukan

prestasi kepala ruangan secara pribadi.

Menurut Tappen, (1998) dalam Kurniadi (2013) kepemimpinan

demokrasi membantu perawat mencapat tujuan kelompok,

mengekspresikan bakat dan kemampuannya tanpa rasa takut, moral

kelompok tinggi dan belajar memecahkan masalah serta menerapkan

proses kepemimpinan tinggi. Kepemimpinan demokrasi produktivitas

tinggi dan kepuasan perawat tinggi.

Penelitian ini ditemukan perawat sering datang tepat waktu,

kurangnya keluhan pasien dan keluarga di rumah sakit ini, yang

Page 80: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

66

nampak pada hasil residensi 2012, kepuasan pasien pada 88,88%

sangat puas dengan pelayanan keperawatan, demikian juga aktivitas

perawat pada kepuasan kerja 96,77 % puas, walaupun bertolak

belakang dengan tingginya ketidakpuasan perawat yaitu 97,22 %,

pada pemberian kompensasi yang di berikan pihak manajemen rumah

sakit. Gaya kepemimpinan kepala ruangan demokrasi, tetapi pihak

manajemen rumah sakit kurang demokrasi dalam penentuan upah

yang lebih sesuai untuk perawat di rumah sakit ini.

3. Manajemen Konflik

Hasil penelitian ini persepsi perawat pelaksana tentang

manajemen konflik kepala ruangan di RSU Bethesda Tomohon

sebagian besar responden berpendapat, kepala ruangan pada

manajemen konflik kolaborasi, yaitu berjumlah 29 responden (48,3%).

Menurut Sinaga, (2010) manajemen konflik kolaborasi

berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja. Menurut Marquis dan

Huston, 2010, Mananajemen konflik kolaborasi adalah cara

penyelesaian masalah yang asertif dan kooperatif , dalam kolaborasi

semua pihak mengesampingkan tujuan awalnya dan bekerja sama

untuk menentukan tujuan dan prioritas. Walaupun sangat sulit bagi

semua pihak untuk mengesampingkan tujuan awal, kolaborasi tidak

Page 81: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

67

dapat terjadi jika hal itu tidak dilakukan, dan untuk mencapai tujuan

baru harus focus pada menyelesaikan masalah, kolaborasi

membutuhkan rasa saling menghormati, komunikasi terbuka dan jujur

juga kekuasaan pengambilan keputusan sama besarnya, kolaborasi

menjadi alternative terbaik untuk penyelesaian masalah rumit yang.

Menurut penelitian Sportsman dan Hamilton, (2007),

manajemen konflik pada profesi perawat adalah kompromi, dan

perbedaan usia antara kepala ruangan dengan perawat pelaksana

berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen konflik. melibatkan

orang lain. . Hasil penelitian dari Hendel, Fish dan Galon (2005),

manajemen konflik yang paling sering digunakan oleh manager

keperawatan di rumah sakit umum Israel adalah kompromi, dengan

gaya kepemimpinan transformasional.

Jenis konflik yang muncul dirumah sakit ini antara lain konflik

antar pribadi jenis approach-approach conflict, dimana perawat

terkadang timbul perasaan untuk malas datang ketempat bekerja,

karena sudah mendapatkan tawaran bekerja dirumah swasta yang

lebih maju, dengan tawaran gaji lebih tinggi tetapi lokasi rumah sakit

tersebut lebih jauh dari rumah, dibandingkan dengan rumah sakit saat

ini yang gaji lebih rendah, transportasi lebih murah, dekat dengan

Page 82: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

68

rumah. Jenis konflik ini lebih tepat untuk menggunakan manajemen

konflik Smoothing dimana di rumah sakit ini 40 % menggunakan

manajemen konflik ini. Konflik ini peran kepala ruangan pada konflik ini

untuk memberi pandangan kepada perawat, bahwa dengan

perhitungan pemasukan dan pengeluaran, ternyata hampir tidak ada

bedanya bekerja di rumah sakit Bethesda dengan tawaran rumah sakit

tersebut. Kepala ruangan berusaha mengurangi emosi, karena perawat

sudah mulai malas bekerja, karena kepala ruanganpun menyadari

bahwa gaji yang diterima perawat di rumah sakit ini, masih dibawah

rata-rata gaji perawat di rumah sakit swasta yang lain yang ada di

propinsi Sulawesi Utara.

Konflik lain lagi yang muncul di rumah sakit ini adalah konflik

antar perorangan, dimana antara perawat dengan keluarga pasien

kadang terjadi konflik dimana keluarga pasien mengharapkan tindakan

yang segera tanpa harus ditunda, sementara perawat juga

diperhadapkan dengan pasien yang jauh lebih membutuhkan dari

pasien tersebut, dengan kekurangan tenaga perawat yang ada, karena

hasil data residensi 4 ruangan perawatan masih kekurangan tenaga

perawat, masalah tersebut berdampak bagi pelayanan, pasien merasa

tidak diperhatikan dan merasa ditelantarkan. Demikian juga jenis

konflik ini terjadi antara perawat dengan perawat, hasil wawancara ada

Page 83: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

69

perawat yang kurang bertanggung jawab dengan pasien, sering

meninggalkan ruangan pada waktu kerja, sering tidak masuk saat

dinas/jaga, sehingga perawat tersebut jika berpasangan dinas/ jaga

dengan perawat yang lain, banyak menolak.

Penyelesaian konflik tersebut dapat diselesaikan dengan

manajemen konflik smoothing kepala ruangan berusaha memberi

pandangan pada kedua belah pihak yang berkonflik untuk dengan

penuh kesadaran dapat introspeksi diri, pada keluarga disampaikan

mengapa belum dilayani, karena perawat mendahulukan tindakan

yang mengancam jiwa, perawatpun disadarkan bagaimana melakukan

komunikasi terapeutik pada pasien maupun keluarga, bisa saja cara

penyampaian ke pasien yang tidak tepat, sehingga menyinggung

perasaan pasien. Konflik yang lain juga, perlunya kepala ruangan

menyadarkan perawat yang bermasalah, untuk dapat mengikuti tata

tertib kerja yang benar, tetap disiplin dalam bekerja, demikian juga

disadarkan perawat yang lain untuk membantu perawat tersebut

dengan membagi pekerjaan pada waktu berpasangan dinas/jaga, dan

kepala ruangan sebijak mungkin mengatur perawat yang bermasalah,

berpasangan dengan perawat senior dan dipandang disegani oleh

perawat yang bermasalah.

Page 84: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

70

Hal yang sama juga terjadi jika keterlambatan pelayanan atas

tindakan yang harus dilakukan oleh dokter, perawat yang ada

diruangan menjadi pelampiasan pasien untuk masalah tersebut

misalnya keterlambatan dokter visite ke pasien yang sudah kehabisan

obat, keterlambatan dokter melakukan tindakan dan lain lain kebijakan

yang harus dilakukan dokter. Penyelesaian konflik yang dapat

dilakukan adalah kolaborasi, kepala ruangan wajib menyelesaikan

dengan dokter yang bersangkutan, segera menghubungi dokter untuk

segera memberikan tindakan, atau memberi terapi kepada pasien, jika

dokter berhalangan segera meminta dokter tersebut memberi

rekomendasi dengan dokter yang lain untuk menggantikan, atau jika

pada waktu hari raya/libur atau waktu sore dan malam, instruksi yang

dilakukan melalui telepon, dan besoknya dapat ditanda tangani oleh

dokter yang memberi instruksi, pada status pasien.

Konflik yang terjadi juga pada jenis konflik intra kelompok,

konflik ini terjadi didalam ruangan, dimana terbentuknya blok perawat

pro dan kontra kepada pimpinan rumah sakit, yang ‘kontra’ menyebar

isu kejelekan pimpinan yang lama, isu tersebut membuat kelompok

‘pro’ mulai marah dengan yang ‘kontra’, ditambahkan juga ada isu

pihak yayasan akan mengganti perawat-perawat yang tidak

mendukung kebijakannya. Penyelesaian konflik ini adalah smoothing

Page 85: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

71

dimana kepala ruangan menyadarkan pihak ‘pro’ dan ‘kontra’, bahwa

isu yang beredar tidak ada bukti kebenarannya, jadi waktu dan pikiran

terkuras habis hanya untuk memikirkan sesuatu, yang belum pasti.

Kepala ruangan menganjurkan perawat tetap menjalankan tugas

sebagaimana mestinya.

Konflik yang terjadi yang terakhir adalah jenis konflik inter

kelompok, konflik ini terjadi pada tingkat rumah sakit secara

keseluruhan dan pihak yayasan. Pihak yayasan mengeluarkan Surat

Keputusan penggantian direktur dan jajarannya, sementara menurut

pihak pimpinan rumah sakit saat itu yayasan tersebut, tidak berhak lagi

atas kepemilikan rumah sakit tersebut, karena berdasarkan rapat kerja

sudah beralih kepemilikan pada yayasan yang lain. Tetapi

kelemahannya belum disertai surat keputusan. Konflik ini berdampak

pada di blokirnya rekening rumah sakit oleh yayasan yang lama,

mengakibatkan gaji, uang tunjangan hari raya perawat tertunda

pembayarannya, pelayanan keperawatan terganggu di setiap ruangan,

byling system tertutup, kebutuhan ATK (alat tulis kantor) dan alat

kesehatan yang membutuhkan persetujuan direksi yang lama pada

saai itu ditangguhkan.

Page 86: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

72

Penyelesaian konflik ini sebaiknya diselesaikan oleh middle

dan top manager dan bukan oleh kepala ruangan, adalah dengan

melakukan negosiasi pada pihak ketiga untuk menyelesaikan masalah

gaji dan tunjangan hari raya perawat, meminta pihak ketiga adalah

pimpinan yang lebih tinggi yaitu orang yang lebih tinggi jabatannya dari

direktur dan ketua yayasan untuk dapat membuka kembali rekening

yang terblokir. Kebutuhan yang ada saat ini pada masing-masing

ruangan diatur dengan dana yang tersisa di rumah sakit. Karena

pemasukan dari pembayaran pasien yang dirawat masih ada, dan

dana tersebut dapat digunakan untuk kebutuhan pelayanan di rumah

sakit.

4. Perbedaan gaya kepemimpinan dengan ruangan perawatan

Hasil penelitian persepsi perawat pelaksana tentang gaya

kepemimpinan, sesuai hasil analisis Uji Pearson Chi Square nilai

Significancy yang didapatkan perbedaan antara kedua variabel

tersebut adalah p = 0,000, yang menunjukkan nilai p < 0,05 maka

dapat diambil kesimpulan bahwa H1 diterima atau “ada perbedaan

yang bermakna antara persepsi perawat pelaksana tentang gaya

kepemimpinan dengan ruangan-ruangan perawatan di RSU Bethesda

Tomohon”.

Page 87: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

73

Hasil analisis terlihat pada tabel 5.4 untuk ruang perawatan

VIP,kelas I,II 60 % sering menggunakan gaya kepemimpinan

multikratik, dan gaya kepemimpinan demokrasi hanya 28,9%.

Menurut Hubber (2000) dalam Kurniadi (2013), kepemimpinan

otoriter perawat tidak berani mengambil inisiatif dan cenderung

menghindari tanggung jawab. Akibat lain anggota memiliki kepekaan

tinggi, mudah marah, apatis. Produktivitas tinggi bila diawasi terus

menerus, tetapi dapat kendor jika tidak ada pengawasan. Bagi perawat

baru dapat terjadi turn over yang tinggi.

Melihat hasil penelitian ini ruangan yang lebih sering

menggunakan gaya kepemimpinan multikratik (kombinasi otoriter dan

demokrasi), dimana ruangan ini adalah ruangan yang diharapkan lebih

oleh pasien dan keluarga, karena biaya ruang perawatan, visite dokter

dan tindakan yang lebih mahal, sehingga untuk menghasilkan

produktivitas yang tinggi dari perawat pelaksana, dan mengharuskan

kepala ruangan terkadang menerapkan gaya otoriter, tetapi dengan

upah yang rendah, yang ditakutkan turn over perawat pelaksana ke

rumah sakit swasta yang lain, mengingat banyak perawat pelaksana di

rumah sakit ini yang sudah terlatih, trampil, kinerja baik pindah ke

rumah sakit lain, sehingga kepala ruangan secara bergantian

Page 88: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

74

mengkombinasikan gaya kepemimpinan otoriter dengan gaya

kepemimpinan demokrasi.

Menurut Sulaeman, (2011) gaya kepemimpinan otoriter

digunakan pemimpin untuk memecahkan masalah, mempunyai waktu

pendek dan pegawai termotivasi baik, efektif untuk tingkat kematangan

bawahan rendah, dimana pegawai tidak mampu dan tidak mau

memikul tugas dan tanggung jawab. Sementara satu gaya

kepemimpinan akan kurang efektif jika diterapkan pada semua situasi,

maka dikembangkan gaya kepemimpinan kombinasi akan

menghasilkan gaya kepemimpinan multikratik (kombinasi dari lebih dari

satu gaya kepemimpinan), dimana gaya kepemimpinan ini untuk

menghadapi berbagai situasi.

Hasil wawancara dengan kepala ruangan berpendapat

melakukan gaya kepemimpinan demokrasi hal ini terjadi karena apa

yang dilakukan kepala ruangan selayaknya mengikuti aturan rumah

sakit tanpa mengabaikan kebijakannya sebagai kepala ruangan. Salah

saru ruangan pada kelompok ruangan ini adalah merupakan ruangan

percontohan untuk penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional

(MAKP) sejak 10 (sepuluh) tahun terakhir, dimana kepala ruangan

dengan dasar pendidikan D III Keperawatan, dan dengan bekal

Page 89: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

75

berbagai pelatihan MAKP, dan juga ruangan ini merupakan pusat

praktek manajemen bagi mahasiswa S1 Keperawatan swasta dikota

tersebut. Keadaan ini kepala ruangan secara tidak langsung dituntut

harus mampu menerapkan MAKP mulai dari timbang terima yang

menuntut perawat harus datang tepat pada waktunya.

Pembagian Tim keperawatan dengan segala keterbatasan tenaga baik

jumlah maupun tingkat pendidikan, dimana ruangan tersebut masih

kekurangan 5 orang perawat sesuai perhitungan kebutuhan tenaga

pada praktek residensi 2012. Sangatlah tepat kepala ruangan

menerapkan gaya kepemimpinan multikratik atau kombinasi dari gaya

kepemimpinan demokrasi dan otoriter.

Ruang perawatan Intensive 33 % juga menggunakan gaya

kepemimpinan multikratik, sementara gaya kepemimpinan demokrasi

hanya 4,4 % digunakan pada ruangan intensive.

Menurut Sitorus dan Panjaitan (2011) kepemimipinan otoriter mudah

diprediksi, menurunkan frustasi dalam kelompok kerja, memberi

perasaan aman bagi anggotanya. Produktivitas tinggi pada organisasi.

Kepemimpinan otoriter berguna dalam situasi krisis.

Gaya kepemimpinan otoriter jika dikombinasikankan dengan

gaya kepemimpinan demokrasi akan lebih baik dimana gaya

Page 90: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

76

kepemimpinan demokrasi, menurut Kurniadi, (2013) melibatkan setiap

anggota kelompok dalam semua kegiatan, memberi kesempatan dan

mengekspresikan tanpa rasa takut menekankan persetujuan atas

keputusan kelompok.

Menurut Rivai dan Mulyadi, (2012) kepemimpinan demokrasi

adalah menempatkan manusia sebagai factor utama dan terpenting

dalam setiap kelompok/organisasi. Perawat dibawah gaya

kepemimpinan otoriter merasa tertekan selalu membutuhkan

persetujuan pemimpin dan merasa segala tindakan diperhatikan dan

dalam pengawasan, tetapi kepemimpinan ini akan lebih cocok

digabungkan dengan dengan gaya kepemimpinan demokratis

kedisiplinan perawat melakukan tindakan keperawatan ditanamkan

oleh kelompok perawat itu sendiri, sementara pada kepemimpinan

otoriter disipiln dipaksakan oleh kepala ruangan, biasanya perawat

akan diberi sanksi jika melanggar kedisiplinan tersebut. Tetapi jika

gaya kepemimpinan ini dipadukan dengan gaya kepemimpinan

demokrasi akan lebih efektif, karena perawat dalam menjalankan

tugasnya diperhadapkan dengan berbagai masalah mulai dari

hubungan sesama teman perawat, profesi lain seperti dokter, ahli gizi,

fisioterapi bahkan dengan kepala ruangan, juga masalah dengan

pasien, keluarga pasien dengan berbagai tuntutan pekerjaan, mulai

Page 91: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

77

dari pelayanan keperawatan sampai tindakan non keperawatan

(administasi, kebersihan dan kerapihan ruangan dll), dan hal ini tanpa

didukung dengan jasa perawat yang layak.

Hasil penelitian ditemukan juga diruang perawatan ICU =

Intensive Care Unit persepsi perawat pelaksana kepala ruangan

menerapkan gaya kepemimpinan multikratik, dan hasil wawancara

kepala ruangan berpendapat kepala ruangan menerapkan gaya

kepemimpinan kombinasi otoriter dan demokrasi (multikratik). Kepala

ruangan menerapkan gaya kepemimpinan ini karena ruangan ICU

membutuhkan kedisiplinan yang cukup tinggi bagi perawat, begitu juga

tingkat ketelitian dalam tindakan keperawatan.

Teori yang dikemukakan oleh Kartono, (2011) kepemimpinan

demokratis mempunyai disiplin kerja dan ketepatan kerja yang tinggi,

dan jika digabungkan dengan gaya kepemimpinan otoriter tidak pernah

menjelaskan isi sepenuhnya rencana, mengkomandokan setiap

langkah, tidak memperhitungkan iklim emosional kelompok serta

bentuk kerja yang dilakukan adalah kooperatif.

Ruangan ICU memang membutuhkan pemimpin yang tipe multikratik,

dimana dalam penanganan pasien kritis, membutuhkan tindakan yang

cepat, tepat dan segera, demi menyelamatkan nyawa pasien karena

Page 92: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

78

kecerobohan perawat dan tidak didukung gaya kepemimpinan yang

tepat dapat menghilangkan nyawa pasien ataupun dapat menimbulkan

kecacatan.

Ruang rawat inap biasa 66,7 % menggunakan gaya

kepemimpinan demokrasi, sementara gaya kepemimpinan multikratik

hanya 6,7 % digunakan pada ruangan perawatan biasa. Menurut Rivai

dan Mulyadi, (2012) gaya kepemimpinan demokrasi adalah pemimpin

memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya

memiliki kepribadian dengan berbagai aspek, seperti dirinya juga.

Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, kreativitas

dan inisiatif yang berbeda-beda, dihargai disalurkan secara wajar.

Kepemimpinan ini adalah yang aktif, dinamis dan terarah.

Hasil penelitian ini adalah ruangan rawat inap biasa rata- rata

dengan BOR (Bed Occupancy Rate) bervariasi antara 40-70%, dan

semua pasien yang dirawat disertai penjaga yang tetap dan kepala

ruangan selalu bersedia melakukan tindakan keperawatan jika perawat

pelaksana tidak sanggup melakukan tindakan tersebut misalnya

pemasangan infuse pada pasien yang keadaan venanya sulit, perawat

pelaksana dapat meminta tanpa merasa takut kepada kepala ruangan

untuk memasang infuse tersebut, dan secara aktif kepala ruanganpun

meninggalkan tugasnya yang lain untuk menggantikan memasang

Page 93: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

79

infuse. Kepala tidak memandang bahwa tindakan keperawatan adalah

tugas perawat pelaksana, tetapi pelayanan bagi pasien yang

diutamakan dan dilakukan seoptimal mungkin.

5. Perbedaan manajemen konflik dengan ruangan perawatan

Hasil penelitian persepsi perawat pelaksana manajemen

konflik, terlihat pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa untuk ruangan

rawat inap biasa, lebih sering menggunakan manajemen konflik

negosiasi sebanyak 57,1 %, walaupun untuk manajemen konflik

smoothing 54,2 %, dan manajemen

Menurut teori dari Marquis dan Huston, (2010), manajemen

konflik negosiasi/ kompromi adalah setiap pihak melepaskan salah satu

tuntutannya, kompromi/negosiasi sebagai strategi penyelesaian

masalah dimana kedua pihak melepaskan tuntutannya, agar kompromi

tidak menghasilkan situasi keduanya kalah, kedua pihak harus mau

melepaskan sesuatu yang sama berharganya. Penelitian ini sejalan

Penelitian yang dilakukan oleh Hendel, Fish, Galon, (2005)

manajemen konflik yang sering digunakan kepala perawat adalah

manajemen konflik kompromi/ negosiasi. Sejalan teori yang

dikemukakan Fathoni,(2006) perselisihan dalam hubungan kerja harus

diselesaikan dan memerlukan langkah yang tepat dalam pemecahan

masalah.

Page 94: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

80

Hasil penelitian tersebut menunjukkan manajemen konflik ini

diterapkan diruang perawatan biasa, karena ruangan perawatan lebih

tenang, tidak banyak tuntutan pelayanan keperawatan dibandingkan

dengan ruangan yang lain, jadi kepala ruangan pada penatalaksanaan

konflik menerapkan manajemen konflik ini, kedua yang berkonflik

mengalah, dan dapat menyepakati tujuan bersama, yaitu pelayanan

optimal untuk pasien. Ruangan perawatan ini perawat tidak terlalu

diharapkan berlebih dalam pelayanan, perawat memberikan pelayanan

sesuai tingkat ketergantungan pasien, dan rata-rata pasien kebutuhan

aktivitas sehari-hari seperti mandi, buang air kecil, buang air besar,

berjalan, dibantu oleh keluarga, karena ruangan ini mengijinkan

penjaga pasien/keluarga untuk menginap di rumah sakit dan tidak

melebihi satu orang.

Ruang Intensive lebih sering juga menggunakan manajemen

konflik negosiasi sebanyak 28,6 %, walaupun terkadang sebanyak

17,3 % menggunakan manajemen konflik kolaborasi. Ruangan

intensive menggunakan manajemen konflik ini pada keadaan dimana

keluarga dengan kecemasan yang tinggi, dengan keadaan pasien yang

kritis mengharuskan kepala ruangan melakukan negosiasi dengan

keluarga, untuk mentaati peraturan yang ada di rumah sakit, dimana

melarang masuk ruangan perawatan pasien melebihi satu orang,

Page 95: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

81

mengharuskan menggunakan gaun khusus ICU, melarang menjaga

pasien diruang perawatan, keluarga diijinkan menunggu diluar ruangan

ICU, dengan diberi ruangan tersendiri bagi keluarga pasien ICU,

bahkan difasilitasi kamar sewa bagi keluarga pasien ICU, dengan biaya

yang terjangkau dan sangat dekat dengan ruangan ICU. Melarang

mambawa peralatan dan makanan dalam ruangan perawatan. Hal

tersebut dinegosiasikan kepala ruangan ICU dengan keluarga pasien

demi kepentingan perawatan dan kesembuhan pasien. Walaupun

manajemen konflik kolaborasi tetap dilakukan juga dimana kepala

ruangan melakukan kolaborasi yang intensif dengan dokter ruangan,

melaporkan perkembangan pasien-pasien. Jika ada pasien yang

membutuhkan pelayanan segera manajemen konflik kolaborasi sangat

diperlukan. Karena jika manajemen konflik kolaborasi tidak segera

dilakukan maka keselamatan pasien dapat terancam.

Ruang rawat VIP, kelas I,II lebih sering 45,8 % menggunakan

manajemen konflik smoothing, walaupun juga menggunakan

manajemen konflik kolaborasi sebanyak sebanyak 34,5%, dan hanya

14,3 % menggunakan manajemen konflik negosiasi. smoothing

digunakan untuk mengatur situasi konflik. Seseorang “ menarik hati

orang lain yang terlibat dalam konflik untuk mengurangi komponen

emosional dalam konflik. Manajemen konflik Smoothing terjadi ketika

Page 96: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

82

satu pihak dalam konflik berupaya untuk memuji pihak lain atau

berfokus pada hal yang disetujui bersama, bukan pada perbedaan.

Ruangan perawatan VIP, kelas I,II dapat dikatakan ruangan perawatan

khusus, dimana dalam memberikan pelayanan selalu khusus, mulai

dari memberikan makanan, kamar yang privasinya, ketenangannya

dijaga, pemberian tindakan keperawatanpun khusus, mulai dari

persiapan alatnya, thermometer yang disiapkan satu pasien memiliki

thermometer sendiri yang nantinya dapat dibawa pulang oleh pasien,

karena sudah masuk dalam tagihan pembayaran pasien, hal ini kepala

ruangan menjaga supaya pasien merasa nyaman, tidak bergantian

thermometer dengan pasien lain.

Hal ini salah satu untuk menangani konflik negosiasi cocok jenis konflik

intra personal pasien, yang merasa tertular penyakit dengan pasien

lain, mengingat, latar belakang ekonomi mampu dan tingkat pendidikan

pasien dan keluarga yang sudah tinggi.

Manajemen konflik smoothing dilakukan kepala ruangan untuk

perawat dilakukan pada ruangan ini, dimana perawat pelaksana dapat

introspeksi diri jika konflik perawat terjadi dengan pasien atau keluarga,

perawat diharapkan menyadari bahwa pelayanan untuk pasien

memang berbeda. Pasien dengan perawatan ruangan-ruangan ini

mengharapkan tindakan cepat dan tepat, tanpa menunda waktu, visite

Page 97: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

83

dokter setiap hari, ruangan perawatan harus selalu bersih dan lain-lain.

Masalah semua yang terjadi adalah tanggung jawab perawat diruangan

tersebut, dan jika ada masalah dalam pelayanan tersebut, maka konflik

tidak dapat terhindarkan. Smoothing merupakan tindakan yang tepat

dimana kepala ruangan menyadarkan perawat dan keluarga pasien

dan keluarga diredakan kemarahannya.

Manajemen konflik ruangan perawatan intensive dengan

ruangan perawatan biasa dapat disimpulkan sama, yaitu menggunakan

manajemen konflik negosiasi. Hanya membedakan ruangan intensive

dan rawat inap biasa dengan ruangan VIP, kelas I,II.

6. Hubungan gaya kepemimpinan dengan manajemen konflik

Hasil penelitian persepsi perawat pelaksana tentang gaya

kepemimpinan dengan manajemen konflik, sesuai hasil analisis

Pearson-Chi Square nilai Significancy yang didapatkan hubungan

antara kedua variabel tersebut adalah p = 0,000, yang menunjukkan

nilai p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa H1 diterima atau

“ada hubungan yang bermakna antara persepsi perawat pelaksana

tentang gaya kepemimpinan dengan manajemen konflik kepala

ruangan di RSU Bethesda Tomohon”. Hasil analisis terlihat pada tabel

5.6 bahwa gaya kepemimpinan demokrasi yang menggunakan

manajemen konflik kolaborasi hanya 33,3 %. Hasil penelitian ini sesuai

Page 98: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

84

dengan teori yang ada dimana kepemimpinan demokrasi selalu

dihormati dan dihargai oleh bawahannya, sesuai untuk manajemen

konflik yang sering dilakukan oleh kepala ruangan yaitu kolaborasi,

karena untuk mencapai tujuan baru harus focus pada menyelesaikan

masalah, dan kolaborasi membutuhkan rasa saling menghormati,

komunikasi terbuka dan jujur.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan,

(2008), menyatakan bahwa gaya kepemimpinan demokrasi

berpengaruh positif terhadap penyelesaian konflik individu, antar

individu dan antar kelompok.

Oleh karena itu gaya kepemimpinan demokrasi tepat dilakukan di

rumah sakit ini. Gaya kepemimpinan demokrasi dimana pemimpin

mengutamakan kelompoknya, mengikutsertakan kelompoknya dalam

pengambilan keputusan. Kepala ruangan di RSU Bethesda Tomohon

menerapkan gaya kepemimpinan demokrasi, karena dianggap perawat

pelaksana dengan beban pekerjaan, dan upah yang diterimanya belum

sesuai, masih kurangnya jumlah perawat pada 4 ruangan perawatan,

turn over yang tinggi maka kepala ruangan dengan gaya

kepemimpinan demokrasi dapat merangkul para perawat pelaksana

untuk dapat tetap bekerja seoptimal mungkin, bahkan kepala ruangan

pernah melakukan kolaborasi dengan manajemen rumah sakit, untuk

Page 99: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

85

meningkatkan gaji yang diterima perawat, tetapi memang belum

langsung terjadi perubahan gaji perawat, bahkan ada kepala ruangan

berusaha menghubungi lewat telepon kepada perawat yang sudah

berniat pindah, tetapi berhubung gaji yang diterima perawat baru masih

dibawah rata-rata, maka perawat tersebut merasa gajinya di rumah

sakit tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhannya.

Konflik intrapersonal terjadi dengan perawat pelaksana, dia

ingin tetap bekerja dirumah sakit ini, suasana rumah sakit

menyenangkan, udaranya sejuk, kepala ruangannya mendukung

perkembangan ketrampilannya, tetapi gaji yang tidak sesuai membuat

dia harus pindah. Kolaborasi tetap dilakukan oleh kepala ruangan

dengan pihak direksi, bahkan praktek residensi mahasiswapun

dimohonkan oleh kepala-kepala ruangan, dapat menyampaikan

kepada pihak manajemen rumah sakit, secara formal dalam presentasi,

supaya diharapkan dapat memperbaiki gaji perawat karena dengan

data yang riil, karena memang sejak kepemimpinan saat ini belum

pernah diukur kepuasan perawat.

Konflik tentang jasa perawat memang sudah cukup lama dan belum

ada jalan keluar dari pihak manajemen rumah sakit. Situasi ini

sangatlah tepat kepala ruangan dengan manajemen konflik kolaborasi,

baik langsung atau menggunakan orang ketiga. Gaya kepemimpinan

Page 100: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

86

demokrasi jika dikombinasikan dengan gaya kepemimpinan otoriter

pada situasi tertentu, misalnya keadaan kritis, tuntutan pelayanan yang

optimal sangatlah tepat jika dikombinasikan dengan gaya

kepemimpinan otoriter

Gaya kepemimpinan multikratik yaitu kombinasi gaya

kepemimpinan demokrasi dan otoriter lebih dominan menggunakan

manajemen konflik kolaborasi 93,3 %, demikian juga gaya

kepemimpinan demokrasi lebih banyak menggunakan manajemen

konflik smoothing 51,1 %, sebaliknya gaya kepemimpinan multikratik

hanya 6,7 % menggunakan manajemen konflik smoothing, dan

manajemen konflik negosiasi hanya digunakan oleh kepala ruangan

dengan gaya kepemimpinan demokrasi 15,6 % dan tidak digunakan

pada gaya kepemimpinan multikratik.

Hasil penelitian ini di rumah sakit ini gaya kepemimpinan

multikratik melakukan manajemen konflik kolaborasi, karena konflik

yang terjadi di rumah nsakit beberapa waktu yang lalu, dimana

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pimpinan tertinggi

mengalami kemacetan, pada saat itu kepala ruangan tanpa disadari

ditantang untuk tetap memberikan pelayanan keperawatan seoptimal

mungkin, menjadi manager diruangan dengan pengambilan keputusan

yang meminimalkan resiko yang akan mungkin dapat terjadi. pada

Page 101: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

87

situasi seperti ini kepala ruangan sangat tepat menerapkan gaya

kepemimpinan demokrasi, dimana perawat tidak dipaksakan dalam

pelayanan tetapi atas kesepakatan bersama, kepala ruangan mengatur

mulai penjadwalan dinas, waktu libur tanpa terlalu memperhatihan

permasalahan yang terjadi dikalangan direksi, sekalipun sebagian

besar perawat mendukung kepemimpinan yang lama tetap menjadi

pimpinan di RSU Bethesda Tomohon, dan untuk manajemen konflik

yang diambil oleh kepala ruangan sangat tepat, karena situasi konflik

cukup membuat perawat cemas dengan kelanjutan organisasi yang

ada, kebijakan-kebijakan pimpinan ditangguhkan sementara. Misalnya

pembayaran gaji yang tertunda, tunjangan hari raya yang tertunda dan

lain-lain permasalahan yang terjadi di tingkat Rumah Sakit, maupun

setiap ruangan. Manajemen konflik smoothing dilakukan kepala

ruangan adalah untuk membuat perawat tidak terlalu terfokus pada

permasalahan pribadi, tetapi tetap memberi pelayanan sesuai yang

dibutuhkan pasien, dan kepala ruangan memberi kebijakan dalam

aturan yang ada di Rumah Sakit, untuk mengurangi ketegangan yang

terjadi pada perawat. Pada saat konflik terjadi di tingkat pimpinan

tertinggi, perawat tetap melakukan pelayanan seperti biasanya, tanpa

melakukan mogok kerja, memperlihatkan dihadapan pasien seperti

tidak ada konflik dalam rumah sakit tersebut.

Page 102: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

88

Menurut Dreu & Vianen, (2001) penanganan konflik yang baik

adalah agar pihak yang terlibat didalamnya dapat melaksanakan tugas-

tugasnya tanpa terganggu dengan konflik yang dihadapi, akan tetapi

dilain pihak konflik dapat dikelola untuk memacu perkembangan

kehidupan organisasi terutama yang berhubungan dengan penciptaan

inovasi dan ide baru, serta menumbuhkan hubungan interpersonal

yang lebih efektif. Kolaborasi adalah mengelola konflik dengan bekerja

sama dan mencari solusi bersama yang dapat berguna bagi seluruh

pihak yang terlibat dalam konflik tersebut.

Gaya kepemimpinan seseorang pada situasi yang tepat sangat

berhubungan dengan manajemen konflik yang akan diambil dengan

berbagai jenis konflik yang akan muncul.

Hasil penelitian Sulaeman (2006) menyimpulkan gaya

kepemimpinan kepala Puskesmas ditempat perawatan di Kabupaten

Kuningan Provinsi Jawa Barat menggunakan gaya kepemimpinan

kombinasi (multikratik) yang terdiri atas gaya kepemimpinan Otokratik,

Suportif, delegatif dan partisipatif.

Page 103: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

89

C. KETERBATASAN PENELITIAN

1. Sampel hanya terbatas pada perawat RSU Bethesda Tomohon

sehingga hasilnya tidak dapat digeneralisasikan untuk rumah sakit

pada umumnya.

2. Instrumen yang dipakai dalam penelitian adalah kuesioner sehingga

tidak dapat mengkaji lebih banyak materi penelitian, dibandingkan

jika disertai observasi maupun wawancara pada responden.

3. Penelitian hanya terbatas pada perawat pelaksana saja, kepala

ruangan tidak diikut sertakan dalam penelitian, sehingga cross

check data tidak ada.

Page 104: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

90

BAB VI

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Gaya kepemimpinan di Rumah Sakit Umum Bethesda Tomohon

adalah 75% kepala ruangan menggunakan gaya kepemimpinan

demokrasi.

2. Manajemen konflik di Rumah Sakit Bethesda Tomohon adalah

48,3% kepala ruangan menggunakan manajemen konflik

kolaborasi.

3. Hasil Uji Pearson Chi Square nilai significancy yang didapatkan

adalah p=0,000 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

yang bermakna gaya kepemimpinan dengan masing-masing

ruangan perawatan.

4. Hasil penelitian didapatkan untuk perbedaan manajemen konflik

yang digunakan kepala ruangan yaitu, ruangan C manajemen

konflik kolaborasi (31%), ruang D,E,G manajemen konflik

negosiasi (28,6%), ruang A manajemen konflik smoothing

(20,8%), setelah dikelompokkan ruangan–ruangan tersebut,

maka didapatkan hasil ruang rawat inap biasa menggunakan

Page 105: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

91

manajemen konfliknegosiasi (57,1%), ruang Intensive juga

mengguanakan manajemen konflik negosiasi 28,6 %, dan

berbeda dengan ruang rawat VIP, kelas I,II lebih sering 45,8 %

menggunakan manajemen konflik smoothing,

5. Hasil uji Pearson Chi Square nilai significancy yang didapatkan

adalah p = 0,000 menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara gaya kepala ruangan dengan manajemen

konflik di RSU Bethesda Tomohon.

B. SARAN

1. Bagi Pihak Manajemen Rumah Sakit

a. Mengembangkan gaya kepemimpinan demokrasi dan

multikratik yang sudah dilakukan oleh kepala ruangan, dan

mempertahankan manajemen konflik yang dilakukan oleh

kepala ruangan, dengan dukungan penuh dari pihak direksi

b. Sebaiknya menyarankan kepala ruangan yang lain, untuk

dapat menyesuaikan gaya kepemimpinan yang lebih sesuai

untuk berbagai situasi yang ada, karena satu gaya

kepemimpinan kurang tepat dengan berbagai situasi.

Page 106: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

92

2. Bagi Keilmuan

Penerapan gaya kepemimpinan demokrasi oleh kepala

ruangan di rumah sakit di ruangan perawatan dengan keadaan

pasien stabil, sangatlah tepat. Tetapi untuk ruangan perawatan

yang membutuhkan tindakan segera, dengan ketelitian dan

kedisiplinan yang tinggi sangatlah tepat diterapkan gaya

kepemimpinan multikratik. Melakukan manajemen konflik dapat

menyesuaikan sesuai situasi konflik yang ada.

Page 107: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

93

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S .2010. Manajemen Penelitian. PT Rineka Cipta. Jakarta

Aini,Q, Meiyanto, S dan Meliala A. 2004. Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Komitmen Karyawan terhadap Kepuasan Kerja di RSU Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta : Jurnal Manajemen Kesehatan 07:225-9

Bowditch,J.L dan A.F Buono. 1994. A Primary on Organizing

Behavior. New York:Wiley Bastian, I, Suryono. 2011.Penyelesaian Sengketa Kesehatan.

Salemba Medika. Jakarta De Dreu CKW, Van Vianen,AEM. 2001. Managing Relationship

Conflict and Effectiveness of Organizational Teams. Joernal of Organizational Behavior. 22: 309-328

Fathoni, H.A 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya

Manusia. Jakarta. PT Rineka Cipta Hastono, S,P. 2007. Analisis Data Kesehatan. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta Hendel,T, Fish, M, Galon,V. 2005.Leadership style and choice of

Strategy in Conflict Management among Israeli Nurse managers in General Hospital (http: //web.ebscohost.com) diakses 28 Februari 2013)

Hutahaen, F.A. (2009). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala

Ruangan terhadap Semangat Kerja Perawat Pelaksana di Ruang rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik Medan.

(http://repository.usu.ac.id Indrajaya, A,I. 2010. Teori Perilaku dan Budaya Organisasi. PT

Refika Aditama. Bandung

Page 108: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

94

Kartono,K. 2011. Pemimpin dan Kepemimpinan.PT RajaGrafido Persada. Jakarta.

Kurniadi, A. 2013. Manajemen Keperawatan dan Prospektifnya.

Fakultas Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Marquis B.L, Huston, C.J.2010. Kepemimpinan dan Manajemen

Keperawatan teori dan Aplikasi.EGC. Jakarta Nurdin, R,et al.2010. Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan kepuasan

kerja terhadap Kinerja Pegawai diRSUD Namlea Kabupaten Buru PropinsiMaluku. (http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/05f176bbdd853197b5ba9edc52b23001.pdf. diakses 3 Maret 2013.

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka

Cipta. Jakarta. Rodriques dan Pedro, Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap

Kinerja Karyawan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sikka Propinsi Nusa Tenggara Timur. Airlangga University Library Central of the ADLN Airlangga University http://adln.lib.unair.ac.id/

Rivai, V dan Mulyadi, D. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku

Organisasi. Edisi ketiga. PT RajaGrafindo Persada.Jakarta. Setiawan, A. 2008. Pengaruh Kepemimpinan Partisipatif terhadap

Penyelesaian Konflik di PT Tainesia Jaya Wonogiri http://etd.eprints.ums.ac.id/2982/

Sitorus, R dan Panjaitan, R, 2011. Manajemen Keperawatan di

Ruang Rawat.CV Sagung Seto. Jakarta. Dahlan, S,P. 2011. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan

Deskriptif, Bivariat, Multivariat dilengkapi Aplikasi SPSS. Salemba Medika. Jakarta.

Sportsman,S dan Hamilton, P. 2007. Conflic Management Styles in

the Health Professions. Joernal of Professional Nursing, 23(3). 157-166 www.professionalnursing.org

Page 109: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

95

Sulaeman, E.S. 2010. Manajemen Kesehatan Teori dan Praktek di

Puskesmas. Gajah Mada University Press. Yogyakarta Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed

Methods).Penerbit Alfabeta. Bandung. Sinaga, H.H. (2010). Pengaruh Manajemen Konflik Terhadap Kinerja

Karyawan Pada PT BPR Mitradana Medan www.repositoryusu.ac.id

Syafiie,I.K.2011. Manajemen Pemerintahan.Pustaka Reka Cipta.

Bandung. Swanburg, R,C,2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen

Keperawatan. EGC. Jakarta. Purba, R,J, Fathi, A. 2012. Gaya Kepemimpinan dan Manajemen

Konflik Kepala Ruangan di Instalasi Rindu A RSUP H.Adam Malik Medan.

Winardi, J.2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Edisi Revisi

Cetakan ke-3. Kencana Prenada Media Group. Jakarta Wahyono, S.I. 2010. Perilaku Organisasi. Graha Ilmu. Yogyakarta

Page 110: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

96

Lampiran 1

Permohonan Ijin Penelitian

Page 111: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

97

Lampiran 2

Rekomendasi Penelitian dari Komisi Etik

Page 112: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

98

Lampiran 3

Surat Penelitian dari RSU Bethesda Tomohon

Page 113: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

99

Lampiran 4

FORMULIR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MANAJEMEN KONFLIK DI RUMAH SAKIT UMUM BETHESDA TOMOHON

OLEH : MOUDY LOMBOGIA

Nama saya Moudy Lombogia, NIM P4200211033 Mahasiswa Program

Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UNHAS, akan

mengadakan penelitian untuk tugas akhir (tesis) di RSU Bethesda

Tomohon.

Hasil penelitian ini sangat tergantung pada jawaban yang akan

saudara berikan. Semua jawaban adalah benar, sejauh jawaban tersebut

benar-benar menggambarkan apa yang anda lakukan, serta perasaan dan

penghayatan saudara. Kerahasiaan identitas saudara akan dijaga

kerahasiaannya dan tidak akan disebarluaskan.

Saya sangat menghargai kesediaan, perhatian serta perkenaan

saudara, untuk itu saya sampaikan terima kasih. Semoga jerih payah

saudara dapat memberikan dukungan untuk pengembangan Ilmu

Keperawatan dan Kinerja Profesi Keperawatan di masa yang akan

datang.Tomohon, Juni 2013

Peneliti

Page 114: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

100

Lampiran 5

KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MANAJEMEN KONFLIK

DI RSU BETHESDA TOMOHON

OLEH : MOUDY LOMBOGIA

Setelah mendapatkan penjelasan maksud dan tujuan dari penelitian

adalah untuk pengembangan ilmu pengetahuan, maka :

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, atas nama sendiri

menyatakan setuju dan bersedia ikut berpartisipasi sebagai

peserta/responden penelitian yang dilakukan oleh Moudy Lombogia

Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan yang sedang

melakukan penelitian untuk tesis dengan judul Hubungan gaya

Kepemimpinan dengan Manajemen Konflik di RSU Bethesda Tomohon.

Tanda tangan di bawah ini menunjukkan bahwa saya telah diberi

penjelasan dan menyatakan setuju dan bersedia menjadi responden.

Tomohon, Juni 2013.

Responden,

(tanda tangan atau paraf saja, tidak perlu nama)

Page 115: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

101

Lampiran 6

KUESIONER PENELITIAN

Penelitian Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Manajemen Konflik di Rumah sakit Umum Bethesda Tomohon

Oleh: Moudy Lombogia

Kode responden : diisi oleh peneliti Tanggal Pengisian:............

Petujuk Pengisian:

Kuesioner ini terdiri dari 3 bagian yaitu:

1. Kuesioner A : Karakteristik Responden,

2. Kuesioner B,C,D : Gaya Kepemimpinan

3. Kuesioner E,F,G,H,I,J : Manajemen Konflik

Isilah jawaban dibawah ini dengan memberi tanda (√) pada kolom yang

tersedia, atau memberi jawaban sesuai keadaan dan situasi saat ini.

1. Kuesioner A : Karakteristik Responden

a. Umur : ........ Tahun

b. Pendidikan terakhir : SPK D III Keperawatan

S.1 Keperawatan Ners

c. Masa Kerja : .......Tahun........ Bulan

d. Status Pernikahan : Menikah Belum Menikah

Page 116: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

102

2. Kuesioner B,C,D : Gaya Kepemimpinan

Petujuk pengisian

Berilah tanda (√) pada pernyataan yang menurut saudara sesuai dengan

keadaan dan perasaan secara jujur.

No

Pernyataan Ya Tidak Ket.

Gaya Kepemimpinan Otoriter Kepala Ruangan

1. Wewenang mutlak pada kepala ruangan

2. Keputusan selalu dibuat kepala ruangan

3. Kebijaksanaan selalu dibuat kepala ruangan

4. Komunikasi berlangsung satu arah dari kepala ruangan ke perawat diruangan

5. Pengawasan terhadap sikap, perilaku dan kegiatan perawat diruangan dilakukan secara ketat

6. .Kepala ruangan tidak member kesempatan kepada perawat diruangan untuk member saran atau pendapat

7 Tugas-tugas perawat diruangan diberikan sesuai perintah

8. Kepala ruangan lebih banyak melakukan kritik pada perawat diruangan daripada member pujian.

9. Menuntut prestasi sempurna kepada perawat diruangan secara paksaan dan ancaman

10. Menuntut kesetiaan tanpa syarat

Gaya Kepemimpinan Demokratis

1. Kepala Ruangan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada perawat diruangan

2. Keputusan dibuat bersama antara kepala ruangan dengan perawat diruangan

3. Komunikasi antar Kepala ruangan dan perawat pelaksana berlangsung timbal balik

4. Pengawasan kepala ruangan ke perawat diruangan dilakukan secara wajar

5. Perawat pelaksana sering diberi kesempatan dalam menyampaikan ide, saran maupun pertimbangan.

6. Tugas yang diberikan kepada perawat bersifat permintaan daripada perintah, untuk keberhasilan pelayanan secara bersama-sama

7. Kepala ruangan memberikan pujian yang selayaknya dan memberikan kritik yang sesuai.

8. Mendorong perawat diruangan untuk dapat berprestasi sesuai kewenangan masing-masing.

Page 117: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

103

9. Kepala ruangan meminta kesetiaan perawat diruangan secara wajar, saling percaya dan menghormati

10. Kepala ruangan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak kepada perawat diruangan

Gaya Kepemimpinan Liberalis(Laisses faire)

1. Kepala ruangan melimpahkan seluruh wewenang kepada perawat diruangan

2. Keputusan lebih banyak dibuat oleh perawat diruangan

3. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh perawat diruangan

4. Kepala ruangan hanya berkomunikasi jika diperlukan oleh perawat diruangan

5. Kepala ruangan hampir tidak megadakan pengawasan terhadap tingkahlaku perawat diruangan

6. Munculnya ide selalu berasal dari perawat diruangan

7. Kepala ruangan hampir tidak pernah melakukan pengarahan

8. Peranan kepala ruangan sangat sedikit dalam kegiatan diruangan

9. Kepentingan pribadi lebih penting daripada kepentingan organisasi diruangan

10. Keberhasilan pelayanan menjadi tanggung jawab perawat diruangan.

Page 118: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

104

3. Kuesioner E,F,G,H,I,J : Manajemen Konflik

Petujuk Pengisian:

Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia, dengan keterangan

sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) Jika pernyataan tersebut sangat sesuai dengan pendapat atau kondisi yang saudara lakukan

Sangat Setuju (S) Jika pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat atau kondisi yang saudara lakukan

Sangat Tidak Setuju (STS) Jika penyataan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan pendapat atau kondisi yang saudara lakukan

Tidak Setuju (TS) Jika penyataan tersebut tidak sesuai dengan pendapat atau kondisi yang saudara lakukan

No

Pernyataan

Pilihan Jawaban Ket

SS S TS STS

Kompromi/Negosiasi

1. Kepala Ruangan memperlakukan oranglain saat konflik sebagai teman, bukan musuh bersikap tenang dan tidak agresif saat proses negosiasi berlangsung

2. Kepala Ruangan saat negosiasi dalam menghadapi masalah, bukan orangnya

3. Kepala Ruangan tidak mendengarkan apa yang dikatakan dan yang tidak dikatakan dengan memperhatikan gerak tubuhnya.

4. Kepala Ruangan saat negosiasi melakukan pembicaraan berbelit-belit

5. Kepala Ruangan saat negosiasi mengantisipasi penolakan, menunjukkan keterbukaan dan ketaatan jika sudah ada kata sepakat

6. Kepala Ruangan saat negosiasi menunjukkan beberapa alternative penyelesaian konflik menggunakan gerakan tubuh jika menyetujui atau tidak terhadap suatu pendapat

Page 119: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

105

Kolaborasi

1. Kepala ruangan saat kolaborasi memandang konflik sebagai sesuatu yang wajar

2. Kepala ruangan saat kolaborasi memandang konflik memecahkan masalah apabila ditangani secara tepat

3. Kepala ruangan mengorbankan seseorang, dalam penyelesaian konflik demi kebaikan kelompok

4. Kepala ruangan tidak memberikan kepercayaan kepada pihak lain, dan mengakui persoalan perasaan dalam hal mencapai keputusan

5. Kepala ruangan memperhatikan sikap dan posisi setiap orang, dan menganggap setiap orang mempunyai peran yang sama dalam memecahkan konflik yang dihadapi

6. Kepala Ruangan menyadari jika konflik terselesaikan akan memuaskan semua pihak dan membuat komitmen bersama-sama untuk pemecahan konflik yang ada.

Menghindar

1. Kepala ruangan mengupayakan untuk tidak terlibat didalam konflik dan mengakui tidak adanya konflik, saat konflik masih belum terselesaikan dan masih perlu penatalaksanaan.

2. Kepala ruangan tidak mangabaikan pertentangan pendapat dalan bersikap netral

3. Kepala ruangan enggan untuk frustasi dan ada ketegangan saat ada konflik

4. Kepala ruangan tidak mau konflik yang ada membahayakan dirinya

5. Kepala ruangan berpendapat penyelesaian konflik menyita biaya besar, jika dibiarkan akan terselesaikan dengan sendirinya

6. Kepala ruangan berpendapat pihak lain yang ada dalam konflik lebih berkuasa.

Kompetisi

1. Kepala ruangan memaksakan kehendaknya walaupun mengorbankan orang lain, dengan kualifikasi pendidikan

Page 120: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

106

dan masa kerja

2. Kepala ruangan mencari jalan untuk menang dalam konflik tanpa peduli akibatnya pada pihak lain

3. Kepala ruangan tidak memaksakan kepentingannya diatas kepentingan orang lain

4. Kepala ruangan sangat memperdulikan kemarahan pihak lain

5. Kepala ruangan tidak memperdulikan yang kalah putus asa

6. Kepala ruangan berpendapat keputusan yang diambil untuk perbaikan dimasa yang akan datang

Smoothing

1. Kepala Ruangan yang terlibat dalam konflik berupaya mencapai kebersamaan

2. Kepala ruangan membahas perbedaan untuk mendapatkan penyelesaian konflik

3. Kepala ruangan menarik hati pihak lain

4. Kepala ruangan tidak mengurangi emosional dengan pihak lain

5. Kepala ruangan tidak mengupayakan pihak lain dapat bekerjasama

6. Kepala ruangan memuji pihak lain yang ada dalam konflik saat menyepakati tujuan bersama

Akomodasi

1. Kepala ruangan merangsang pihak lain untuk bekerja sama

2. Kepala ruangan dalam menghadapi konflik kurang tenang

3. Kepala ruangan mengutamakan hasil bagi kepentingan sendiri

4. Kepala ruangan berusaha menyesuaikan diri dengan orang lain

5. Kepala ruangan memberi kesempatan kepada pihak lain untuk menang dalam konflik yang ada

6. Kepala ruangan membuat criteria untuk memenangkan salah satu pihak

Page 121: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

107

Lampiran 7

MASTER TABEL GAYA KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KONFLIK

No. Resp

Umur Pendidikan Masa Kerja

Status Pernikahan

Gaya Kepemimpinan

Manajemen Konflik

Ruangan

1. 46 D III 2 2 Demokrasi Smoothing VIP,Kls I,II

2. 30 SPK 2 2 Demokrasi Smoothing VIP,Kls I,II

3. 36 SPK 1 2 Demokrasi Smoothing VIP,Kls I,II

4. 28 SPK 3 2 Demokrasi Smoothing VIP, Kls I,II

5. 40 SPK 1 2 Demokrasi Smoothing VIP Kls I,II

6. 49 SPK 2 2 Multikratik Kolaborasi Rwt Biasa

7. 53 SPK 3 2 Demokrasi Negosiasi Rwt Biasa

8. 26 D III 1 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

9. 50 SPK 3 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

10. 31 D III 1 1 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

11. 35 SPK 3 2 Demokrasi Negosiasi Rwt Biasa

12. 24 D III 1 1 Multikratik Kolaborasi Intensive

13. 25 D III 1 1 Multikratik Kolaborasi Intensive

14. 25 S 1 1 1 Multikratik Kolaborasi Intensive

15. 38 SPK 3 2 Multikratik Kolaborasi Intensive

16. 54 SPK 3 2 Demokrasi Negosiasi Intensive

17. 39 SPK 3 2 Demokrasi Negosiasi Intensive

18. 44 SPK 3 2 Multikratik Kolaborasi Intensive

19. 24 D III 1 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

20. 30 D III 2 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

21. 42 D III 3 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

22. 39 D III 2 1 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

23. 38 D III 3 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

24. 52 D III 3 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

25. 48 SPK 3 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

26. 43 D III 3 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

27. 53 SPK 3 2 Demokrasi Negosiasi Rwt Biasa

28. 42 SPK 2 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

29. 45 S1 1 2 Demokrasi Negosiasi Rwt Biasa

30. 36 SPK 3 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

31. 25 SPK 2 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

32. 47 SPK 3 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

33. 25 D III 1 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

34. 26 D III 1 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

35. 35 SPK 3 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

36. 45 SPK 3 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

37. 27 D III 1 2 Demokrasi Negosiasi VIP,Kls I,II

38. 26 D III 1 2 Demokrasi Smoothing VIP,Kls I,II

Page 122: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

108

39. 37 SPK 3 2 Demokrasi Smoothing VIP,Kls I,II

40. 45 SPK 3 2 Demokrasi Smoothing VIP,Kls I,II

41. 40 D III 3 2 Demokrasi Smoothing VIP,Kls I,II

42. 40 SPK 3 2 Demokrasi Kolaborasi VIP,Kls I,II

43. 42 SPK 3 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

44. 28 D III 2 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

45. 32 D III 2 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

46. 30 SPK 2 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

47. 36 SPK 3 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

48. 23 D III 1 1 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

49. 44 SPK 3 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

50 48 SPK 3 2 Demokrasi Smoothing VIP,Kls I,II

51 25 D III 1 1 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

52 27 DIII 1 1 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

53 47 SPK 3 3 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

54 39 SPK 2 2 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

55 40 SPK 2 2 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

56 29 D III 1 1 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

57 30 D III 1 1 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

58 26 D III 1 1 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

59 39 SPK 2 2 Multikratik Smoothing VIP,Kls I,II

60 24 D III 1 1 Demokrasi Kolaborasi VIP,Kls I,II

Keterangan:

Umur Pendidikan Masa Kerja

Status Pernikahan

Gaya Kepemimpinan

Manajemen Konflik

1.20-30 thn 2.31-40 thn 3.>40 thn

1.SPK 2.D III Kep 3.S1 Kep

1.1-5 thn 2.6-15 thn 3.> 15 tahun

1.Belum Menikah 2. Menikah

1.Demokrasi 2.Multikratik

1.Smoothing 2.Kolaborasi 3.Negosiasi

Page 123: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

109

No. Resp

Umur Pendidikan Masa Kerja

Status Pernikahan

Gaya Kepemimpinan

Manajemen Konflik

Ruangan

1. 3 2 2 2 Demokrasi Smoothing VIP, Kls I,II

2. 1 1 2 2 Demokrasi Smoothing VIP Kls I, II

3. 2 1 1 2 Demokrasi Smoothing VIP, Kls I,II

4. 1 1 3 2 Demokrasi Smoothing VIP,Kls I,II

5. 2 1 1 2 Demokrasi Smoothing VIP,Kls I,II

6. 3 1 2 2 Multikratik Kolaborasi Rwt Biasa

7. 3 1 3 2 Demokrasi Negosiasi Rwt Biasa

8. 1 2 1 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

9. 3 1 3 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

10. 2 2 1 1 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

11. 2 1 3 2 Demokrasi Negosiasi Rwt Biasa

12. 1 2 1 1 Multikratik Kolaborasi Intensive

13. 1 2 1 1 Multikratik Kolaborasi Intensive

14. 1 3 1 1 Multikratik Kolaborasi Intensive

15. 2 1 3 2 Multikratik Kolaborasi Intensive

16. 3 1 3 2 Demokrasi Negosiasi Intensive

17. 2 1 3 2 Demokrasi Negosiasi Intensive

18. 3 1 3 2 Multikratik Kolaborasi Intensive

19. 1 2 1 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

20. 1 2 2 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

21. 3 2 3 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

22. 2 2 2 1 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

23. 2 2 3 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

24. 3 2 3 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

25. 3 1 3 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

26. 3 2 3 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

27. 3 1 3 2 Demokrasi Negosiasi Rwt Biasa

28. 3 1 2 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

29. 3 3 1 2 Demokrasi Negosiasi Rwt Biasa

30. 2 1 3 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

31. 1 1 2 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

32. 3 1 3 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

33. 1 2 1 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

34. 1 2 1 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

35. 2 1 3 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

36. 3 1 3 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

37. 1 2 1 2 Demokrasi Negosiasi VIP, Kls I,II

38. 1 2 1 2 Demokrasi Smoothing VIP,Kls I,II

39. 2 1 3 2 Demokrasi Smoothing VIP,Kls I,II

40. 3 1 3 2 Demokrasi Smoothing VIP,Kls I,II

41. 2 2 3 2 Demokrasi Smoothing VIP,Kls I,II

42. 2 1 3 2 Demokrasi Kolaborasi VIP,Kls I,II

43. 3 1 3 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

44. 1 2 2 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

45. 2 2 2 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

Page 124: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

110

46. 1 1 2 2 Demokrasi Smoothing Rwt Biasa

47. 2 1 3 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

48. 1 2 1 1 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

49. 3 1 3 2 Demokrasi Kolaborasi Rwt Biasa

50 3 1 3 2 Demokrasi Smoothing VIP,Kls I,II

51 1 2 1 1 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

52 1 2 1 1 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

53 3 1 3 3 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

54 2 1 2 2 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

55 2 1 2 2 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

56 1 2 1 1 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

57 1 2 1 1 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

58 1 2 1 1 Multikratik Kolaborasi VIP,Kls I,II

59 2 1 2 2 Multikratik Smoothing VIP,Kls I,II

60 1 2 1 1 Demokrasi Kolaborasi VIP,Kls I,II

Keterangan:

Umur Pendidikan Masa Kerja

Status Pernikahan

Gaya Kepemimpinan

Manajemen Konflik

1.20-30 thn 2.31-40 thn 3.>40 thn

1.SPK 2.D III Kep 3.S1 Kep

1.1-5 thn 2.6-15 thn 3.> 15 tahun

1.Belum Menikah 2. Menikah

1.Demokrasi 2.Multikratik

1.Smoothing 2.Kolaborasi 3.Negosiasi

Page 125: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

111

Lampiran 8

OUTPUT SPSS KARAKTERISTIK RESPONDEN, ANALISA DATA

UNIVARIAT DAN ANALISA DATA BIVARIAT.

1. KARAKTERISTIK RESPONDEN

a. Umur Responden

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 20-30 Tahun 22 36.7 36.7 36.7

31-40 Tahun 18 30.0 30.0 66.7

>40 Tahun 20 33.3 33.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

b. Pendidikan Responden

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SPK 32 53.3 53.3 53.3

D III Keperawatan 26 43.3 43.3 96.7

S1 Keperawatan 2 3.3 3.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Page 126: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

112

c. Masa Kerja

Masa Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1-5 Tahun 20 33.3 33.3 33.3

6-15 Tahun 13 21.7 21.7 55.0

>15 Tahun 27 45.0 45.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

d.Status Pernikahan

Status Pernikahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Belum menikah 8 13.3 13.3 13.3

Menikah 52 86.7 86.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Page 127: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

113

2. ANALISA DATA UNIVARIAT

a. Gaya Kepemimpinan

Statistics

Gaya Kepemimpinan

N Valid 60

Missing 0

e. b. Manajemen Konflik

Statistics

Manajemen Konflik

N Valid 60

Missing 0

Manajemen Konflik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kolaborasi 29 48.3 48.3 48.3

Negosiasi 7 11.7 11.7 60.0

Smoothing 24 40.0 40.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Gaya Kepemimpinan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Demokrasi 45 75.0 75.0 75.0

Multikratik 15 25.0 25.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Page 128: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

114

3.ANALISA DATA BIVARIAT

a. Perbedaan Gaya Kepemimpinan dengan Masing-Masing

Ruangan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Gaya Kepemimpinan *

Ruangan 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Gaya Kepemimpinan * Ruangan Crosstabulation

Ruangan

Total Intensive Rawat Inap VIP Kelas

Gaya

Kepemimpinan

Demokrasi Count 2 30 13 45

Expected Count 5.2 23.2 16.5 45.0

% within Gaya

Kepemimpinan 4.4% 66.7% 28.9% 100.0%

Multikratik Count 5 1 9 15

Expected Count 1.8 7.8 5.5 15.0

% within Gaya

Kepemimpinan 33.3% 6.7% 60.0% 100.0%

Total Count 7 31 22 60

Expected Count 7.0 31.0 22.0 60.0

% within Gaya

Kepemimpinan 11.7% 51.7% 36.7% 100.0%

Page 129: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

115

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 18.856a 2 .000

Likelihood Ratio 20.502 2 .000

N of Valid Cases 60

a. 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1.75.

b. Perbedaan Manajemen Konflik dengan Masing-Masing Ruangan

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Manajemen Konflik *

Ruangan 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Page 130: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

116

Manajemen Konflik * Ruangan Crosstabulation

Ruangan

Total Intensive Rawat Inap VIP Kelas

Manajemen Konflik Kolaborasi Count 5 14 10 29

Expected Count 3.4 15.0 10.6 29.0

% within Manajemen Konflik 17.2% 48.3% 34.5% 100.0%

Negosiasi Count 2 4 1 7

Expected Count .8 3.6 2.6 7.0

% within Manajemen Konflik 28.6% 57.1% 14.3% 100.0%

Smoothing Count 0 13 11 24

Expected Count 2.8 12.4 8.8 24.0

% within Manajemen Konflik .0% 54.2% 45.8% 100.0%

Total Count 7 31 22 60

Expected Count 7.0 31.0 22.0 60.0

% within Manajemen Konflik 11.7% 51.7% 36.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 6.965a 4 .138

Likelihood Ratio 9.418 4 .051

N of Valid Cases 60

a. 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .82.

Page 131: TESIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...dan sistim penyelenggaraan organisasi (Djojodibroto, 1997). Sistem penyelenggaraan

117

c. Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Manajemen Konflik

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Gaya Kepemimpinan *

Manajemen Konflik 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 16.268a 2 .000

Likelihood Ratio 18.998 2 .000

N of Valid Cases 60

Gaya Kepemimpinan * Manajemen Konflik Crosstabulation

Manajemen Konflik

Total Kolaborasi Negosiasi Smoothing

Gaya Kepemimpinan Demokrasi Count 15 7 23 45

Expected Count 21.8 5.2 18.0 45.0

% within Gaya Kepemimpinan

33.3% 15.6% 51.1% 100.0%

Multikratik Count 14 0 1 15

Expected Count 7.2 1.8 6.0 15.0

% within Gaya Kepemimpinan

93.3% .0% 6.7% 100.0%

Total Count 29 7 24 60

Expected Count 29.0 7.0 24.0 60.0

% within Gaya Kepemimpinan

48.3% 11.7% 40.0% 100.0%