PENGARUH OLAHRAGA FREELETIC TERHADAP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Studi...
Transcript of PENGARUH OLAHRAGA FREELETIC TERHADAP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Studi...
-
i
PENGARUH OLAHRAGA FREELETIC TERHADAP
KEKUATAN OTOT TUNGKAI DI KOMUNITAS
FREELETIC MAKASSAR
SKRIPSI
HASTUTI
C 131 14 307
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2018
-
ii
PENGARUH OLAHRAGA FREELETIC TERHADAP
KEKUATAN OTOT TUNGKAI DI KOMUNITAS
FREELETIC MAKASSAR
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana
disusun dan diajukan oleh
HASTUTI
Kepada
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
-
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan judul
“pengaruh olahraga freeletic terhadap kekuatan otot tungkai di komunitas freeletic
Makassar”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu bagian dari syarat guna meraih
gelar sarjana di Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas
Hasanuddin.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak ditemui hambatan. Namun semua itu dapat
terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini sudah selayaknya penyusun menyampaikan rasa terima
kasih kepada pihak yang telah membatu penyelesaikan proposal ini khususnya kepada:
1. Ayahanda Hasan dan Ibunda Hj. Hasnawiah, atas kasih sayang dan
dukungannya sehingga penulis dapat mengenyam pendidikan di universitas ini.
Ucapan terima kasih saja mungkin tidak cukup untuk menyampaikan rasa terima
kasih pada dua orang pahlawan dalam kehidupan saya.
2. Bapak Dr. H. Djohan Aras, S.Ft., Physio., M.Pd., M.Kes., selaku ketua Program
Studi S1 Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar,
serta segenap dosen dan karyawan yang telah memberikan bimbingan dan
bantuan dalam proses perkuliahannya maupun penyelesaian skripsi ini.
3. Irianto, S.Ft., Physio., M.Kes., Selaku sebagai Pembimbing I yang dengan
kesediaan dan keikhlasan meluangkan waktunya, untuk memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi kepada saya untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
-
vii
4. Bustaman Wahab, S.Ft., Physio., PO., M.kes., selaku sebagai pembimbing II
yang tidak henti-hentinya membantu dalam penysunan skripsi ini, memandu
dalam proses penelitian, kritik dan saran yang melimpah demi kesempurnaan
skripsi ini.
5. Andi Besse Ahsaniya, S.Ft., Physio., M.Kes dan Dian Amaliah Nawir, S.Ft.,
Physio., M.Kes selaku sebagai tim dosen penguji dalam meluangkan waktu dan
pikiran yang berharga dalam memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan
dalam penysunan skripsi ini.
6. Saudara saya Muhammad Aimar Saputra dan Hasriani yang tak pernah lelah
memberikan motivasi, bantuan, doa dan kasih sayang.
7. Try Wira Saputra yang senantiasa mendukung dan menjadikan penulis sebagai
sosok yang kuat dalam hal suka maupun duka selama ini.
8. Komunitas Freeletics Makassar, yang menjadi tempat dan berlangsungsnya
peneletian ini, dan telah memberikan bimbingan serta bantuan dalam proses
penelitian.
9. Rekan – rekan yang membantu dalam merampungkan penelitian dan pengerjaan
skripsi ini, terkhusus Hasnah, Mega, Ince, dan Poppy.
10. Sahabat – sahabat (Feby, Rahma, Ros, Finy, Mae, Indar, Lisna, Ilham dan
Takdir) yang selalu memberi motivasi dan dukungan kepada penulis.
11. Warga Kerukunan Mahasiswa Pinrang Unhas terkhusus Soledad (Niar, Ana,
Putri, Cimma, Indah, dan Wahyu) yang tiada hentinya memberikan ide – ide
baru serta menjadi motivasi.
-
viii
12. Rekan – rekan mahasiswa program studi S1 Fisioterapi Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin angkatan 2014, SC14TIC yang menemani suka dan
duka selama mengenyam pendidikan di bangku kuliah, dan menjadi saudara tak
sedarah.
13. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebut satu per satu, semoga diberkati dalam kehidupan sehari – hari.
Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penyusun menerima segala saran dan kritik yang sifatnya membangun
sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk pencapaian hasil yang lebih baik. Akhirnya,
penyusun berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, Mei 2018
Penyusun
-
ix
ABSTRAK
HASTUTI. Pengaruh Olahraga Freeletic Terhadap Kekuatan Otot Tungkai di Komunitas Freeletic Makassar (dibimbing oleh Irianto dan Bustaman Wahab) Setiap aktivitas manusia dalam berolahraga akan selalu melibatkan kondisi fisik didalamnya. Ada 10 macam komponen kondisi fisik yaitu kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan, dan reaksi. Otot tungkai memegang peranan utama keberhasilan dalam berbagai cabang olahraga. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kondisi fisik seorang atlet, dibutuhkan sebuah latihan, latihan yang secara terus – menerus agar menghasilkan gerakan yang maksimal. Pemberian latihan olahraga freeletic merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan otot tungkai pada anggota freeletic Makassar sebelum dan setelah pemberian latihan olahraga freeletic. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Pra Exsperimental dengan rancangan one group pre-post test design. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi selama 6 minggu. Alat ukur yang digunakan adalah Leg Dynamometer dan Squat Test untuk mengetahui nilai kekuatan otot tungkai sampel sebelum dan sesudah 18 kali latihan.. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh olahraga freeletic terhdap peningkatan kekuatan otot tungkai setelah diberikan 18 kali latihan olahraga freeletic dengan nilai p< 0,001. Kata kunci : Kekuatan otot tungkai, komunitas freeletic, olahraga freeletic
-
x
ABSTRACT
HASTUTI. The effect of freeletic exercise on Leg Strength in the Freeletic Community of Makassar (guided by Irianto and Bustaman Wahab) Any human exercise will always involve physical conditions in it. there are 10 kinds of components of physical condition, that is strength, endurance, muscle power, speed, flexibility, agility, coordination, balance, accuracy, and reaction. Limb muscles play a leading role in many sports. To improve and develop the physical condition of an athlete, it takes an exercise, an exercise that someone has to do continuously in order to produce maximum movement. Freeletic exercise is one of the techniques used to increase leg muscle strength. This study aims to determine differences in leg muscle strength in freeletic members Makassar before and after the provision of freeletic exercise. This study is Pre Exsperimental and using one group pre-post test design. The sampling technique is purposive sampling with the number of samples is 20 people based on the inclusion and exclusion criteria for 6 weeks. Measuring tool used is Leg Dynamometer and Squat Test to know the value of muscle strength of limb before and after 18 practice. The results showed there is an effect of freeletic sport to increase legs muscle strength after given 18 times freeletic sport practice with value of P
-
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................ v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................... ix
ABSTRACT ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
1. Tujuan Umum....................................................................... 4
2. Tujuan Khusus...................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
1. Manfaat Akademik................................................................ 4
2. Manfaat Aplikatif.................................................................. 4
-
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6
A. Tinjauan Umum tentang Kekuatan Otot Tungkai ..................... 6
1. Definisi Kekuatan Otot ...................................................... 6
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Otot ......... 8
3. Mekanisme Umum Kontraksi Otot .................................... 11
4. Sistem Metabolisme Otot ................................................... 12
5. Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai .................................. 13
B. Tinjauan Umum tentang Tentang Olahraga Freeletic ............... 14
C. Tinjauan Umum tentang Hubungan Olahraga Freeletic Dengan Kekuatan Otot Tungkai .............................................. 36
D. Kerangka Teori ....................................................................... 39
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ................................. 40
A. Kerangka Konsep .................................................................... 40
B. Hipotesis ................................................................................. 40
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................. 41
A. Rancangan Penelitian .............................................................. 41
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 41
1. Tempat Penelitian .............................................................. 41
2. Waktu Penelitian ............................................................... 41
C. Populasi dan Sampel ................................................................ 42
1. Populasi ............................................................................. 42
2. Sampel .............................................................................. 42
D. Alur Penelitian......................................................................... 44
E. Variabel Penelitian .................................................................. 44
-
xiii
1. Identifikasi Variabel .......................................................... 44
2. Definisi Operasional Variabel ............................................ 45
F. Prosedur Penelitian .................................................................. 46
G. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 57
H. Etika Penelitian ....................................................................... 57
1. Inform Concent .................................................................. 57
2. Confidentiality ................................................................... 57
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 58
A. Hasil Penelitian ....................................................................... 58
1. Karakteristik Sampel ......................................................... 58
2. Distribusi Responden Berdasarkan Kekuatan Otot
Tungkai ............................................................................. 59
3. Analisis Data ..................................................................... 61
B. Pembahasan ............................................................................. 62
1. Karakteristik Sampel ......................................................... 62
2. Distribusi Responden Berdasarkan Kekuatan Otot
Tungkai ............................................................................. 64
3. Pengaruh Pemberian Olahraga Freeletic Tergadap
Kekuatan Otot Tungkai ...................................................... 65
C. Keterbatasan Penelitian............................................................ 70
BAB VI PENUTUP ................................................................................... 71
A. Kesimpulan ............................................................................. 71
B. Saran ....................................................................................... 71
-
xiv
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 72
LAMPIRAN ................................................................................................. 76
-
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Norma penilaian dan Klasifikasi Kekuatan Otot Tungkai ....................... 46
2. Strength Squat Test ................................................................................ 46
3. Karakteristik Sampel Penelitian ............................................................. 58
4. Hasil kategori pre-test dan post-test leg dynamometer ............................ 59
5. Hasil kategori pre-test dan post-test Squat test ....................................... 60
6. Hasil Analisis Data Pre Test dan Post Test Leg dynamometer ................ 61
7. Hasil Analisis Data Pre Test dan Post Test Squat ...................................... 61
-
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Sistem Metabolisme Otot ....................................................................... 13
2. Tes Kekuatan Otot Tungkai (Leg Dynamometer) .................................... 13
3. Tes Kekuatan Otot Tungkai (Squat Test) ................................................ 14
4. Butt Kick ....................................................................................................... 18
5. High Knee ....................................................................................................... 19
6. Flutter Kick .................................................................................................... 20
7. Push Up Shoulder Tap ..................................................................................... 21
8. Toe touch push up ............................................................................................ 22
9. High jump ....................................................................................................... 22
10. Lunges ............................................................................................................ 23
11. Kick squat ...................................................................................................... 24
12. Side Lunges ............................................................................................ 25
13. Jumping Jack ......................................................................................... 26
14. Heel Touch............................................................................................. 26
15. Bycicle Crunches ................................................................................... 27
16. Walkout Pushup ..................................................................................... 28
17. Flying Climber ....................................................................................... 29
18. Burpee ................................................................................................... 30
19. Kick Lunges ........................................................................................... 31
20. Reverse Lunges High Knee ..................................................................... 32
21. Squat Jump ............................................................................................ 33
-
xvii
22. Sprint ..................................................................................................... 34
23. Crunches ................................................................................................ 35
24. Russian Twist ......................................................................................... 35
25. Perkiraan Efek Daya Tahan Yang Optimal ............................................. 38
26. Kerangka Teori ...................................................................................... 39
27. Kerangka Konsep ................................................................................... 40
28. Alur Penelitian .............................................................................................. 44
-
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Inform concent ....................................................................................... 76
2. Wawancara Penelitian ............................................................................ 77
3. Izin penelitian ........................................................................................ 78
4. Keterangan Selesai Meneliti ................................................................... 79
5. Hasil Uji Statistik ................................................................................... 80
6. Dokumentasi .......................................................................................... 86
7. Riwayat Hidup ....................................................................................... 88
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Olahraga dalam perkembangannya dapat dilakukan sebagai kegiatan
yang menghibur, menyenangkan, atau juga dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan prestasi (Putranto, 2013). Setiap aktivitas manusia dalam
berolahraga akan selalu melibatkan kondisi fisik didalamnya. ada 10 macam
komponen kondisi fisik yaitu kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan,
daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan, dan reaksi
(Najmi, 2014). Otot tungkai memegang peranan utama keberhasilan dalam
berbagai cabang olahraga. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kondisi
fisik seorang atlet, dibutuhkan sebuah latihan, latihan yang secara terus-menerus
agar menghasilkan gerakan yang maksimal (Rachman, 2012).
Kekuatan otot ini akan meningkat bila seorang melakukan latihan
beban dengan dosis tertentu atau program latihan tertentu. Latihan untuk
meningkatkan kekuatan otot mempunyai prinsip overload, specifity,
progresive dan keteraturan latihan (Arief, 2011).
Salah satu tempat olahraga yang dapat meningkatkan kekuatan otot
tungkai adalah komunitas Freeletic. Dimana, latihan – latihan dalam
komunitas ini diberi nama olahraga freeletic sesuai dengan nama
komunitasnya. Olahraga freeletic merupakan aktivitas olahraga terbaru yang
sekarang mulai berkembang diseluruh dunia. Freeletic pertama kali
diperkenalkan di Benua Eropa tepatnya Negara Jerman, oleh Andej
Matijezak, Joshua Cornelius, dan Mehmet Yilmaz (Renato, 2016).
-
2
Kemudian Freeleticss mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2013
yang dipelopori oleh Andien Aisyah bersama Ippe, Opaz, dan Kris. Mereka
membentuk Freeleticss Jakarta yang kemudian menginspirasi di berbagai
kota besar di Indonesia seperti di Bandung, Samarinda, Denpasar, Sukabumi,
dan termasuk Makassar. Setelah berkoordinasi dengan Kris dari Freeleticsss
Jakarta, Mas Sarsongko Wacyutomo sepakat untuk membentuk Freeleticsss
Makassar pada tanggal 30 Agustus 2014. Bentuk olahraga dari Freeleticss
adalah gabungan dari body weight training (latihan beban tanpa beban
tambahan dan hanya menggunakan berat badan sendiri) dan high intensity
interval training (kombinasi antara latihan intensitas tinggi dengan intensitas
sedang atau rendah dalam selang waktu tertentu) yang membuat pembakaran
lemak menjadi lebih optimal. Salah satu latihan di Freeleticss adalah latihan
strength untuk meningkatkan muscle strength. Gerakan–gerakan yang
dilakukan pada Freeletic ini tergolong mudah tetapi semakin lama akan
semakin berat dan rutin dilakukan tiga kali seminggu (Utami, 2017).
Menurut Dreger (yang dikutip oleh Suharja 2013: 79) latihan beban
adalah latihan yang sistematis yang menggunakan beban sebagai alat untuk
menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan. Pada dasarnya body weight
training sama dengan weight training, tetapi dibedakan dengan model latihan
dan variasi latihan yang berbeda.
Penelitian terdahulu tentang Rope jump dengan metode interval
training terhadap kekuatan otot tungkai yang dilakukan oleh Kurnia Dwi
Aisyah (2015) mengemukakan bahwa latihan interval adalah yang diselingi
antara pemberian beban latihan dengan waktu istirahat. Dalam latihan
-
3
interval bisa dilakukan dengan intensitas tinggi maupun intensitas rendah
tergantung dari kebutuhan kondisi fisik yang di inginkan. Latihan fisik yang
diulang-ulang dengan diselingi waktu atau periode – periode pemulihan.
Latihan interval intensitas tinggi dapat didefinisikan sebagai bentuk lomba–
lomba atau gerakan pendek pada latihan yang dilakukan secara intense dan
intervals pada latihan intensitas rendah sebagai recovery dari interval
tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bila diterapkan secara teratur,
terprogram, berkesinambungan, serta disiplin yang tinggi terbukti dapat
meningkatkan kekuatan otot tungkai.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di komunitas freeletic
Makassar, mendapatkan hasil bahwa orang–orang yang tergabung di
komunitas ini adalah orang – orang yang memiliki keinginan untuk hidup
lebih sehat dan ingin menjadikan suatu olahraga itu bukan lagi hanya sebatas
keinginan semata, melainkan menjadikan olahraga adalah suatu kebutuhan.
Selain itu, dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada pelatih
freeletic, beliau mengatakan bahwa komunitas freeletic ini dibangun sebagai
sarana untuk masyarakat umum yang ingin menjalani pola hidup sehat
dengan berolahraga. Dan pelatih freeletic mengatakan bahwa olahraga
freeletic ini sudah membawa banyak perubahan pada anggota – anggota yang
telah cukup lama bergabung di komunitas ini. Maka dari itu, peneliti ingin
melihat pengaruh olahraga freeletic terhadap tingkat kekuatan otot tungkai
pada anggota freeleticdi komunitas freeletic Makassar.
-
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas memberikan dasar
bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan – pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh latihan olahraga freeletic terhadap kekuatan
otot tungkai di komunitas freeletic Makassar dengan menggunakan Leg
dynamometer?
2. Apakah terdapat pengaruh latihan olahraga freeletic terhadap kekuatan
otot tungkai di komunitas freeletic makassar dengan menggunakan Squat
test?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penelitian ini yaitu diketahui adanya
peningkatan kekuatan otot tungkai dengan teknik olahraga Freeletics
pada anggota freeletic Makassar.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
1. Diketahui nilai kekuatan otot tungkai pada anggota freeletic Makassar
sebelum diberikan latihan olahraga freeletic.
2. Diketahui nilai kekuatan otot tungkai pada anggota freeletic Makassar
setelah diberikan latihan olahraga freeletic.
3. Diketahui pengaruh sebelum dan sesudah latihan olahraga freeletic
terhadap kekuatan otot tungkai pada anggota freeletic Makassar
dengan menggunakan leg dynamometer.
-
5
4. Diketahui pengaruh sebelum dan sesudah latihan olahraga freeletic
terhadap kekuatan otot tungkai pada anggota freeletic Makassar
dengan menggunakan squat test.
D. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Manfaat Akademik
a. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk membuka
wawasan dan pengetahuan tentang pent ingnya olahraga freeletic.
b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Aplikatif
a. Penelitian ini dapat mendorong seseorang untuk meningkatkan
kekuatan otot tungkai melalui olahraga freeletic di komunitas
Freeletic Makassar.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada anggota
freeletic bahwa latihan olahraga freeletic yang diberikan peneliti
dapat dijadikan sebagai pengaplikasian upaya preventif dalam
bidang fisioterapi.
-
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Kekuatan Otot Tungkai
1. Definisi Kekuatan Otot Tungkai
Otot merupakan suatu jaringan. Sel-sel otot bergabung menjadi
serabut – serabut otot, kemudian kumpulan serabut otot menjadi otot.
Bentuk dan ukuran otot sangat bervariasi, ada yang pnjang, pendek, pipih,
dan berbentuk lingkaran. Ukurannya mulai dari yang sangat besar sampai
yang sangat kecil (Arqom, 2016).
Otot membentuk Jaringan terbesar di tubuh dan menghasilkan
separuh dari berat tubuh. Otot rangka membentuk sekitar 40% berat tubuh
pada pria, dan 32% pada wanita, dengan otot polos dan otot jantung
membentuk 10% lainnya dari berat total. Unit dasar dari seluruh jenis otot
adalah miofibril yaitu struktur filamen yang berukuran sangat kecil yang
tersusun dari protein kompleks , yaitu filamen aktin dan miosin. Pada saat
berkontraksi, filamen – filamen tersebut saling bertautan yang
mendapatkan energi dari mitokondria di sekitar miofibil. Otot skeletal
berisi serabut otot, connective tissue, pembuluh darah dan saraf otot
skeletal terdiri dari sejumlah serat otot yang terletak sejajar satu sama lain
dan di satukan oleh jaringan ikat. Serat-serat biasanaya terbentang di
keseluruhan panjang otot (Sherwood, 2011).
-
7
Tungkai adalah anggota tubuh bagian bawah (lower body) yang
tersusun oleh tulang paha atau tungkai atas, tulang tempurung lutut, tulang
kering, tulang betis, tulang pangkal kaki, tulang tapak kaki, dan tulang
jari-jari kaki. Fungsinya sebagai penahan beban anggota tubuh bagian atas
(upper body) dan segala bentuk gerakan ambulasi. Adapun fungsi tungkai
menurut Damiri (2004: 5) menyatakan bahwa tungkai sesuai fungsinya
sebagai alat gerak, ia menahan berat badan bagian atas, ia memindahkan
tubuh (bergerak), ia dapat menggerakkan tubuh kearah atas, dan ia dapat
menendang, dan lain sebagainya. Otot tungkai memiliki karakteristik yang
khusus yaitu, exitability adalah otot dapat menerima dan menjawab
rangsang, contractability adalah otot dapat berubah bentuk sebagai hasil
rangsangan memendek dan menebal, extensibility adalah otot dapat
dibentangkan, dan elasticity adalah siap kembali ke ukuran yang normal,
Drs. Santika Rentika Hadi (2012: 15).
Dalam bukunya Muhammad Muhyi F (2011: 12) dijelaskan bahwa
kekuatan secara umum didefinisikan sebagai banyaknya tenaga yang
digunakan oleh otot atau sekelompok otot saat melakukan kontraksi.
Kedua kekuatan dilihat dari sudut pandang fisiologi adalah kemampuan
otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara
maksimal melawan tahanan atau beban. Ketiga kekuatan dilihat dari sudut
pandang biomekanika adalah gaya yang dapat dihasilkan oleh otot atau
sekelompok otot dalam satu kontraksi maksimal.
-
8
Kekuatan (strength) sebagai landasan yang mendasari dalam
pembentukkan komponen biomotor, diperlukan komponen fisik yang penting
agar tercapainya prestasi optimal salah satunya yaitu kekuatan otot tungkai,
karena sebagian besar cabang olahraga memerlukan otot tungkai dalam
gerakannya. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kondisi fisik
seseorang, dibutuhkan sebuah latihan, latihan yang secara terus-menerus agar
menghasilkan gerakan yang maksimal. Jenis latihan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai diantaranya adalah latihan
berbeban (weight training). Program latihan yang menggunakan beban
pemberat di luar tubuh (weight training) akan mempercepat proses terjadinya
hypertrophy pada otot (Sukadiyanto, 2011: 101).
2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Otot
a. Usia dan Jenis Kelamin
Usia dan massa otot memiliki hubungan korelasi negatif sehingga
semakin tua usia, massa otot akan semakin menurun. Dalam faktor usia
ini dapat dibagi menjadi dua yaitu usia remaja dan usia dewasa. Usia
remaja terhitung saat seseorang berusia 15 sampai 20 tahun sedangkan
usia dewasa terhitung saat seseorang berumur 21 sampai 40 tahun. Pada
masa remaja, kebutuhan energi dan protein meningkat untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhan cepat, meningkatnya massa otot pada usia
remaja mengakibatkan pada usia remaja lebih terlihat berotot.
Terpenuhinya kebutuhan energi dan protein ditandai dengan berat
badan dan tinggi badan yang normal (Lesmana, 2012).
-
9
Pada umumnya bahwa pria lebih kuat dibandingkan dengan
wanita. Kekuatan otot pria muda hampir sama dengan wanita muda
sampai menjelang usia puber, setelah itu pria akan mengalami
peningkatan kekuatan otot yang signifikan dibanding wanita, dan
perbedaan terbesar timbul selama usia pertengahan (antara usia 30
sampai 50). Peningkatan kekuatan ini berkaitan dengan peningkatan
massa otot setelah puber, karena setelah puber massa otot pria 50%
lebih besar dibandingkan dengan massa otot wanita (Wasisto, 2016).
b. Ukuran Cross Sectional Otot
Semakin besar diameter otot maka akan semakin kuat. Kekuatan
otot skeletal manusia dapat menghasilkan kekuatan kurang lebih 3-8
kg/cm2 pada cross sectional area tanpa memperhatikan jenis kelamin.
Namun variabilitas cross sectional area pada suatu otot akan berbeda
setiap saat karena pengaruh latihan dan inaktifitas (Wasisto, 2016).
c. Hubungan Antara Panjang dan Tegangan Otot pada Waktu Kontraksi
Otot menghasilkan tegangan yang tinggi pada saat terjadi sedikit
perubahan panjang otot ketika berkontraksi. “tenaga kontraktil otot
yang terbesar adalah ketika otot dalam keadaan ekstensi penuh karena
pada saat full ekstensi, otot dalam keadaan 1/3 kali lebih panjang
daripada saat istirahat”. Tenaga pada otot dapat terus berkurang ketika
otot berkontraksi (memendek) melawan beban (Wasisto, 2016).
-
10
d. Recruitmen Motor Unit
Peningkatan recruitmen motor unit akan meningkatkan kekuatan
otot. Motor unit adalah unit fungsional dari sistem neuromuscular yang
terdiri dari anterior motor neuron (terdiri dari axon, dendrit dan cell
body) dan serabut otot (terdiri dari slow twitch fiber dan fast twitch
fiber). Sejumlah serabut otot dipersarafi oleh susunan motor neuron
tunggal yang dikenal sebagai motor unit. Akson pada setiap motor
neuron akan terbagi menjadi beberapa cabang sehingga setiap serabut
otot disuplai oleh satu motor and plate per serabut. Serabut dari sebuah
motor unit dapat menyebar beberapa sentimeter di atas suatu area dan
diselingi oleh serabut motor unit lainnya. Pengecualian yang jarang
terjadi adalah motor unit terbatas pada suatu otot tunggal dan
terlokalisir di dalam otot tersebut. Sebuah motor unit tunggal pada
mamalia dapat berisi kurang lebih 100 sampai mendekati 2000 serabut,
bergantung pada tipe gerakan yang dihasilkan oleh otot tersebut.
Gerakan-gerakan yang di kontrol dengan tepat, seperti gerakan mata
atau jari-jari dihasilkan oleh motor unit dengan jumlah serabut yang
kecil. Gerakan yang kasar, sangat kuat, seperti gerakan yang dihasilkan
oleh Gastrocnemius yang merupakan hasil dari aktivitas motor unit
yang besar (Sherwood, 2013).
e. Jenis Serabut Otot
Karakteristik tipe serabut otot memiliki peranan pada sifat
kontraktil otot seperti kekuatan, endurance, power, kecepatan dan
ketahanan tehadap kelelahan. Tipe serabut II A dan B (fast twitch fiber)
-
11
memiliki kemampuan untuk menghasilkan sejumlah ketegangan tetapi
sangat cepat mengalami kelelahan. Tipe I (slow twitch fiber)
menghasilkan sedikit tegangan dan dilakukan lebih lambat
dibandingkan dengan tipe serabut II tetapi lebih tahan terhadap
kelelahan (Lesmana, 2012).
f. Makanan
Selain pemakaian karbohidrat dalam jumlah besar selama latihan,
terutama selama tahap awal latihan, otot menggunakan sejumlah besar
lemak sebagai energi dalam bentuk asam lemak dan asam asetoasetat
dan otot lebih sedikit menggunakan protein dalam bentuk asam amino
(Ridjal, 2016).
3. Mekanisme Umum Kontraksi Otot
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan sebagai
berikut:
1. Potensial aksi berjalan sepanjang sebuah saraf motorik sampai ujung
serat saraf.
2. Setiap ujung saraf menyekresi substansi neurotransmitter yaitu
asetilkolin dalam jumlah sedikit.
3. Asetilkolin bekerja untuk area setempat pada membrane serabut otot
untuk membuka saluran asetilkolin melalui molekul-molekul protein
dalam membrane serabut otot.
4. Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion
natrium mengalir kebagian dalam membrane serabut otot pada titik
terminal saraf. Peristiwa ini menimbulkan suatu potensial aksi pada
membran.
-
12
5. Potensial aksi berjalan sepanjang membrane saraf otot dengan cara
yang sama seperti potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf.
6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot,
berjalan dalam serat otot ketika potensial aksi menyebabkan reticulum
sarkolema melepas sejumlah ion kalsium, yang disimpan dalam
reticulum ke dalam myofibril.
7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin
danmiosin, yang menyebabkan bergerak bersama-sama menghasilkan
kontraksi.
8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali kedalam
retikulum sarkoplasma oleh pompa membrane Ca++, dan ion-ion ini
tetap disimpan dalam reticulum sampai potensial aksi yang baru datang
lagi (Guyton, 2014).
4. Sistem Metabolisme Otot
Selama berkontraksi, otot memerlukan energi untuk menjalankan
fungsinya. ATP adalah satu-satunya sumber energi yang dapat secara
langsung digunakan untuk berbagai aktivitas,maka agar aktivitas
kontraktil dapat berlanjut, ATP harus terus-menerus diberikan. Di
jaringan otot persediaan ATP yang dapat segera digunakan berjumlah
terbatas, tetapi terdapattiga jalur yang memberikan tambahan ATP sesuai
kebutuhanselama kontraksi otot: (1) transfer fosfat berenergi tinggi dari
kreatin fosfat ke ADP (2) fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dan
sistem transpor elektron), dan (3)glikolisis (Sherwood, 2011).
-
13
Gambar 1. Sisptem Metabolisme Otot
Sumber: Dougherty, 2017
5. Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai
Kekuatan otot dapat diketahui meningkat atau menurun dengan
melakukan pengukuran. Pada penelitian ini, peniliti akan mengukur
kekuatan otot tungkai deangan menggunakan leg dynamometer dan squat
test.
a. Leg Dynamometer
Gambar 2. Tes Kekuatan Otot Tungkai (Leg Dynamometer) Sumber: Nur Ichsan Halim, 2011
Leg dynamometer merupakan alat ukur yang dilaksanakan
untuk mengetahui kekuatan otot extensor tungkai. Kekuatan otot
ini termasuk dalam komponen kesegaran jasmani, maka sangat
perlu kekuatan otot ini selalu dilatih untuk ditingkatkan
-
14
kekuatannya. Karena akan bermanfaat bagi pengembangan fisik
atau prestasi atlet.
b. Squat Test
Gambar 3. Tes Kekuatan Otot Tungkai (Squat Test) Sumber : Kim Nunley, 2017
Tujuan dari tes ini adalah untuk menentukan kekuatan otot
tubuh bagian bawah, khususnya otot betis superfisial
(gastrocnemuius dan soleus), otot quadriceps, hamstring, dan
gluteus. Tes ini dilakukan tanpa adanya beban tambahan atau
beban dari luar. Keuntungan dari tes ini yaitu peralatan yang
minimal diperlukan, sederhana untuk mengatur dan melakukan
dan dapat dilakukan hampir dimana saja. Sedangkan kekuarang
dari tes ini diperlukan asisten untuk mengelola tes.
B. Tinjauan Umum Tentang Olahraga Freeletics
1. Tentang Olahraga Freeletic
Freeleticss, menurut sejumlah literatur, diperkenalkan oleh tiga
warga Munich, Jerman, yakni Andrej Matijczak, Joshua Cornelius dan
Mehmet Yilmaz pada tahun 2013. Mereka membuat aplikasi berbasis
-
15
telepon pintar dan memasukkan aneka program latihan kebugaran.
Aplikasi itu kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia, yang
menginspirasi banyak orang mempraktekannya. Termasuk di Indonesia.
Pada tahun yang sama, Freeleticss masuk ke Indonesia dan
menginspirasi terbentuknya komunitas di berbagai kota. Dan Agustus
2014 komunitas Freeleticss Makassar berdiri dengan diprakarsa Rosa
Amalia Safitri dan Sarsongko Wacyutomo.
Secara rutin komunitas Freeleticss Makassar melakukan Sweat
camp, yakni ajang latihan bersama para pegiat dengan menu latihan yang
telah ditentukan. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari minggu pagi
atau sore. Tempatnya berpindah-pindah, antara lain di kawasan Car Free
Day Jalan Jenderal Sudirman, lapangan Karebosi, Monumen Mandala,
Anjungan Pantai Losari, dan lainnya. Tempatnya bergantian untuk
memperkenalkan hobi olahraga ini secara meluas kepada masyarakat.
Komunitas ini juga menggelar kegiatan bernama Night Sweat camp.
Berbeda dengan Sweat camp, kegiatan ini digelar pada malam hari, juga
di tempat yang berbeda–beda. Biasanya kegiatan malam dilakukan hari
rabu dan jumat.
2. Bentuk Olahraga Freeletic
Bentuk olahraga dari freeleticss adalah gabungan dari body weight
training (latihan beban tanpa beban tambahan dan hanya menggunakan
berat badan sendiri) dan High Intensity Internal Training (latihan kardio
yang menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dengan
intensitas sedang atau rendah dalam selang waktu tertentu) yang
-
16
membuat pembakaran lemak menjadi lebih optimal (Utami, 2017).
Menurut Dreger (yang dikutip oleh Suharjana 2013: 79) latihan beban
adalah latihan yang sistematis yang menggunakan beban sebagai alat
untuk menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan. Pada dasarnya
body weight training sama dengan weight training, tetapi dibedakan
dengan model latihan dan variasi latihan yang berbeda. Body weight
training adalah metode latihan beban yang lebih menekankan cara latihan
dengan menggunakan beban dalam atau beban dari tubuh sendiri, seperti:
squat, plank, push up, sit up, crunch, lunges. Body weight training akan
melatih kekuatan dengan baik, di bagian otot mana pun yang ingin di
latih. Pemberian program body weihght training dilakukan secara teratur
dalam tiga kali seminggu selama 16 kali latihan dapat meningkatkan
kekuatan otot tungkai.
Ada empat prinsip yang harus menjadi dasar dalam penyusunan
program latihan beban. Keempat prinsip dasar itu adalah:
a. Prinsip overload; Kekuatan otot sangat efektif dibangun ketika kerja
otot dan grup otot pada bebanyang lebih. Latihan denganbeban yang
umum dikerjakan oleh otot hanya menghasilkan kerja otot yang
umum. Penggunan beban yang berlebih akan menyebabkan terjadinya
proses adap-tasi fisiologis yang akan mengarahkan pada peningkatan
kekuatan otot.
b. Prinsip tahanan yang progesif; Sejak otot diberikan beban yang
melebihi kemampuannya maka otot akan mengalami adaptasi
fisiologis dimana akan terjadi perose peningkatan kekuatan otot. Bila
-
17
proses adaptasi ini telah dicapai, maka kerja otot yang tadinya
melebihi beban kemam-puannya akan tidak lagi overload. Dengan
alasan tersbut maka program latihan beban harus juga didasari prinsip
progresifitas beban yang diberikan. Penambahan beban yang
meningkat tersebut dapat diberikan dengan menambah jumlah berat
beban yang diberikan atau menambah jumlah pengulangannya.
c. Prinsip latihan yang teratur; Program latihan beban harus diatur
sedemikian rupa sehingga beban yang diberikan harus kepada otot
otot besar terlbih dahulu baru kepada otot otot kecil. Alasannya sesuai
dengan pola gerak normal manusia, bahwa otot otot kecil lebih cepat
mengalami kelelahan daripada otot otot besar. Sehing-ga pemberian
latihan beban harus dimulai dari otot besar dan diikuti oleh otot otot
kecil. Selain itu pengaturan latihan beban juga harus memperhatikan
pemberian beban terhadap otot. Diupayakan agar tidak memberikan
latihan yang sama secara berurut bagi otot yang sama. Sehingga otot
yang dilatih memiliki kesepatan recoveri sebelum diberikan latihan
latihan lebih lanjut.
d. Prinsip kekhususan; Latihan beban tidak hanya dapat diberikan
kepada kelompok otot. Akan tetapi latihan beban dapat juga diberikan
kepada otot otot yang bekerja secara spesifik. Selain itu pemberian
latihan beban juga harus menperhatikan olahrtaga yang dominan
dilakukan. Sehingga latihan beban yang diberikan dapat disesuaikan
dengan gerakan yang sesuai dengan cabanng olahraga yang
ditekuninya.
-
18
3. Jenis-Jenis Latihan Olahraga Freeletic
Latihan inti merupakan menu latihan yang telah disiapkan dan
direncanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai (Suharjana,
2013). Latihan olahraga freeletic dilakukan sebanyak empat sirkuit.
Tiap sirkuit terdiri dari empat gerakan. Awalnya, anggota melakukan
sirkuit pertama dengan melakukan empat gerakan sekaligus selama
dua kali pengulangan. Dengan durasi tiap gerakan adalah 30 detik.
Kemudian recovery dari pengulangan gerakan yaitu satu menit dan
recovery untuk tiap pergantian sirkuit yaitu selama dua menit,
disesuaikan dengan metode tabata (irama musik). Sehingga latihan inti
olahraga freeletic ini bisa menghabiskan waktu sekitar 20–30 menit.
Adapun jenis–jenis gerakan latihan olahraga freeletic yaitu:
a. Sirkuit I
1) Butt Kick
Butt kick adalah gerakan lari ditempat yang berfungsi
untuk membakar banyak kalori di dalam tubuh, menjaga
denyut jantung, dan menguatkan otot bagian paha.
Gambar 4. Butt Kick Sumber: Fuhr, 2018
-
19
a) Posisi berdiri tegak dengan kedua tangan menggenggam
dan diangkat ke atas.
b) Gerakkan kaki kanan ke belakang hingga tumit hampir
menyentuh bokong.
c) Menurunkan kaki kanan kemudian mengulangi gerakan
yang sama dengan menggunakan kaki kiri.
d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
2) High Knee
High knees adalah suatu gerakan yang meningkatkan
kebugaran aerobik, meningkatkan detak jantung,
meningkatkan metabolisme, dan membantu membakar kalori
lebih banyak.
Gambar 5. High Knees Sumber: Artamon, 2012
a) Mulailah joging di tempat, angkat lutut setinggi mungkin.
b) Cobalah mengangkat lutut sampai tingkat pinggul.
-
20
c) Untuk langkah yang lebih tinggi, kedua tangan lurus ke
tingkat pinggul, dan cobalah menyentuh lutut ke tangan saat
mengangkatnya.
d) Bawa lutut ke tangan Anda alih–alih meraih tangan ke lutut.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
3) Flutter Kicks
Flutter kicks adalah gerakan tubuh yang bertujuan untuk
melatih otot perut atas hingga bawah, dan usahakan kepala
tidak menyentuh permukaan lantai dalam artian kepala ikut
menahan beban, sehingga sekaligus melatih otot leher.
Gambar 6. Flutter Kicks Sumber: Artamon, 2012
a) Berbaringlah di atas tikar dengan tangan di bawah bokong.
b) Kemudian mengangkat kaki sedikit demi sedikit, lutut tetap
lurus, dan pergelangan kaki sama.
c) Usahakan abs tidak terlibat dan lakukan tendangan pendek
dengan cara bolak–balik.
d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
-
21
b. Sirkuit II
1) Push Up Shoulder Tap
Push Up Shoulder Tap adalah gerakan yang sederhana
namun dapat menjadi latihan yang baik untuk otot dada, bahu,
dan tricep.
Gambar 7. Push Up Shoulder Tap Sumber: Fuhr, 2018
a) Posisi awal yaitu posisi plank atau posisi push-up dengan
kedua tangan menapa diatas matras.
b) Kemudian satu tangan diarahkan ke punggung yang
berlawanan begitupun sebaiknya pada tangan yang satunya.
c) Ulangi gerakan sesuai irama musik.
2) Toe Touch Push Up
Toe Touch Push Up adalah gerakan pergeseran ketukan
pergelangan kaki menantang koordinasi dan keseimbangan dan
langkah ini membuat jantung terpompa, memperkuat otot, dan
membantu membakar banyak kalori dalam waktu singkat.
-
22
Gambar 8. Toe Touch Push Up
Sumber: Fuhr, 2018
a) Mulailah dengan posisi push up, dengan kedua tangan di
bawah bahu dan kaki memanjang ke belakang.
b) Kemudian membawa tangan kananmenyentuh
pergelangan kaki kiri.
c) Kembali ke posisi push up dan mengulangi pada sisi
yang berlawanan.
d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
3) High Jump
High jump adalah gerakan tubuh yang bertujuan
meningkatkan detak jantung, membakar kalori dalam waktu
singkat, dan meningkatkan kekuatan tubuh bagian bawah.
Gambar 9. High Jump
Sumber: Norey, 2014
-
23
a) Berdiri dengan lutut sedikit tertekuk.
b) Melompat setinggi mungkin dan mendekatkan lutut ke arah
dada sambil mengangkat kedua lengan.
c) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
c. Sirkuit III
1) Lunges
Lunges adalah gerakan sederhana untuk melatih dan
membangun kekuatan otot terutama tubuh bagian bawah
seperti otot paha depan, glutea, hamstring, dan juga otot inti.
Gambar 10. Lunges Sumber: Fuhr, 2018
a) Posisi awal yaitu berdiri dengan sedikit melebarkan kaki.
b) Kemudian membawa satu kaki ke arah depan sambil
menekuk lutut sehingga membentuk 90º.
c) Kemudian kaki yang satunya ditekuk juga secara perlahan.
-
24
d) Setelah itu, kembali ke posisi awal dan mengulangi seperti
langkah awal dengan posisi kaki yang di depan dan yang di
belakang bertukar.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
2) Kick Squat
Kick Squat suatu gerakan yang bertujuan melatih otot kaki
menjadi lebih kuat dan membentuk tubuh bagian bawah.
Gambar 13. KicGambar 11. Kick Squat
Sumber: Fuhr, 2018
a) Posisi awal yaitu berdiri dengan sedikit melebarkan kaki.
b) Kemudian menekuk lutut dan menekan pinggul seolah–olah
akan duduk.
c) Kemudian perlahan-lahan berdiri dan melakukan tendangan
ke depan.
d) Setelah itu, mengulangi langkah dari awal untuk
menendangkan kaki yang berlawanan dan begitu seterusnya.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
-
25
3) Side Lunges
Side lunges adalah gerakan yang membawa tubuh ke
bagian lateral yang berfungsi untuk memperkuat otot-otot
bagian paha depan, paha belakang, dan glutea.
Gambar 12. Side Lunges
Sumber: Fuhr, 2018
a) Mulailah dengan berdiri tegak.
b) Kemudian membawa salah satu kaki ke bagian lateral
dengan berat badan bertumpu di kaki tersebut.
c) Kemudian, mendorong telapak kaki tersebut untuk kembali
ke posisi awal.
d) Mengulangi gerakan tersebut ke salah satu kaki lainnya.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
d. Sirkuit IV
1) Jumping Jack
Jumping jack adalah salah satu gerakan yang memiliki manfaat
untuk kesehatan kardiovaskular.
-
26
Gambar 13. Jumping Jack
Sumber: Fuhr, 2018
a) Mulailah dengan posisi berdiri tegak.
b) Posisi lengan di sisi tubuh dengan kaki dibuka selebar
bahu.
c) Sambil melompat lengan dibawa di atas kepala diikuti
dengan melebarkan kedua kaki.
d) Kemudian kembali seperti posisi awal.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
2) Heel Touch
Heel touches adalah suatu latihan yang bertujuan melatih
otot perut bagian atas serta kanan kiri pada bagian bawah.
Gambar 14. Heel Touches
Sumber: Artamon, 2012
-
27
a) Baringkan tubuh menghadap langit.
b) Tekuk kedua kaki dengan lutut menghadap ke atas.
c) Angkat sedikit kedua bahu.
d) Sentuh kedua tumit bergantian.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
3) Bicycle Crunches
Bicycle crunches adalah suatu latihan yang bertujuan
melatih semua bagian otot perut dan dengan gerakan secara
terus-menerus dapat meningkatkan detak jantung dan
membakar lebih banyak kalori.
Gambar 15. Bicycle Crunches
Sumber: Fuhr, 2018
a) Posisikan tubuh di lantai menghadap atas langit.
b) Letakkan kedua tangan di samping telinga.
c) Angkat kedua kaki hinggak tak menyentuh lantai.
d) Secara bersamaan, tekuk kaki kiri dan gerakkan siku
kanan hingga bersentuhan, begitupun sebaliknya.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
-
28
e. Sirkuit V
1) Walkout Pushups
Walkout pushups adalah gerakan yang efektif
memperkuat batang tubuh sebab melibatkan seluruh gerakan
tubuh, sperti menggunakan lengan dan kaki.
Gambar 16. Walkout Pushups Sumber: Fuhr, 2018
a) Pertama–tama yang harus anda lakukan adalah melakukan
posisi awal yaitu berdiri dengan kedua tangan diangkat
lurus ke atas.
b) Kemudian menjatuhkan tangan pada matras dengan posisi
membungkuk namun tetap menjaga punggung tetap lurus.
c) Menggerakkan tangaon ke depan sampai terbentuk posisi
plank.
d) Kemudian melakukan push up satu kali.
e) Setelah itu, kembali ke posisi plank dan menggerakkan
tangan ke belakang sampai tercipta posisi membungkuk
pada tahap ke dua.
f) Kemudian kembali ke posisi berdiri sambil mengankat
tangan ke atas. Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
-
29
2) Flying Climber
Flying climber adalah gerakan tubuh yang akan
berdampak pada banyak otot dari lengan, perut, hingga
pergerakan bagian bawah.
Gambar 17. Flying Climber
Sumber: Artamon, 2012
a) Letakkan kedua tangan di atas lantai, selebar bahu.
b) Kaki sepenuhnya di belakang dan hanya telapak kaki yang
menyentuh lantai.
c) Tubuh harus berada dalam garis lurus, dengan berat badan
hanya ditumpuh di tangan dan di kaki.
d) Dimulai dengan membawa satu lutut ke arah bagian tengah
perut dan kemudian dengan cepat bergantian diantara kedua
kaki.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
-
30
3) Burpee
Burpee adalah gerakan tubuh yang bertujuan untuk
meningkatkan detak jantung dan membakar satu ton kalori
dalam waktu singkat.
Gambar 18. Burpee Sumber: Artamon, 2012
a) Pertama – tama yang harus anda lakukan adalah melakukan
posisi awal yaitu berdiri.
b) Kemudian turunlah untuk memulai melakukan gerakan
seperti jongkok, namun usahakan tangan anda menempel
pada tanah.
c) Setelah itu lakukan gerakan menendangkan kaki ke arah
belakang dengan membentuk posisi seperti hendak
mengambil aba – aba gerakan push up.
d) Selanjutnya, segeralah menurunkan badan seperti halnya
melakukan gerakan push up dan tempelkan seluruh
permukaan tubuh bagian depan ke tanah.
-
31
e) Lalu segeralah kembali pada posisi jongkok dan akhiri
dengan melompat kembali pada posisi awal yakni dengan
tangan yang tetap menyentuh bagian belakang kepala.
f) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
f. Sirkuit VI
1) Kick Lunges
Kick lunges adalah gerakan yang melatih kaki dan
memberikan dorongan kardio yang besar.
Gambar 19. Kick Lunges Sumber: Artamon, 2012
a) Mulailah dengan posisi berdiri tegak.
b) Kemudian melakukan gerakan lunge dengan kaki kanan
berada di bagian belakang.
c) Melakukan tendangan menggunakan kaki kanan.
d) Kemballi ke posisi awal dan mengulangi dengan kaki
kiri.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
-
32
2) Reverse Lunges High Knees
Reverse lunges high knees merupakan gerakan
modifikasi dari lunges kemudian diikuti dengan high knees.
Latihan ini juga berfungsi untuk meningkatkan kekuatan otot
quadricep, hamstring, betis, otot perut, dan glutea, serta
meningkatkan denyut jantung. Berikut cara melakukan :
Gambar 20. Reverse Lunges High Knees Sumber: Fuhr, 2018
a) Mulailah dengan posisi berdiri tegak dan kaki rata
dengan lantai, selebar pinggul. Jagalah agar bahu tetap
terangkat untuk membantu agar punggung tetap lurus
dengan melibatkan otot-otot pendukung yang sesuai.
b) Langkahkan kaki kiri dengan lebar ke belakang.
Turunkan tubuh hingga kaki kiri menyentuh lantai,
dengan jari kaki terlebih dahulu.
c) Jagalah agar kedua kaki berada dalam sudut 90 derajat.
d) Cobalah mengangkat lutut sampai tingkat pinggul.
-
33
e) Untuk langkah yang lebih tinggi, kedua tangan lurus ke
tingkat pinggul, dan cobalah menyentuh lutut ke tangan
saat mengangkatnya.
f) Bawa lutut ke tangan Anda alih–alih meraih tangan ke
lutut.
g) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
3) Squat Jump
Squat jump adalah gerakan tubuh yang bertujuan untuk
meningkatkan massa otot dan mempercepat proses penurunan
berat badan. Squat jump juga bagus untuk memompa darah
ke seluruh tubuh serta meningkatkan sirkulasi.
Gambar 21. Squat Jump Sumber: Fuhr, 2018
a) Berdirilah dengan selebar bahu dan jari–jari kaki sedikit
menggeser kearah luar.
b) Kemudian menekuk lutut dan menekan pinggul seolah–olah
akan duduk.
c) Setelah itu, lompat lurus keatas, dan menekuk kembali lutut
serta menekan pinggul seperti posisi akan duduk.
d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
-
34
g. Sirkuit VII
1) Sprint
Sprint adalah gerakan lari cepat yang bertujuan untuk
meningkatkan kinerja paru–paru dan jantung lebih kuat dan
aliran darah lancar.
Gambar 22. Sprint Sumber: Fuhr, 2018
a) Gerakan ini dilakukan dengan cara melompat beberapa
kali secara berturut–turut. Selain skipping, kita juga
dapat melakukan sprint ditempat. Sprint dilakukan
dengan lari ditempat sekencang–kencangnya.
b) Gerakan ini dilakukan sesuai irama musik.
2) Crunches
Crunches adalah gerakan tubuh yang bertujuan melatih
otot perut bagian atas.
-
35
Gambar 23. Crunches Sumber: Fuhr, 2018
a) Baringkan tubuh di lantai menghadap atas.
b) Letakan kedua tangan di belakang kepala.
c) Angkat badan dan bahu dengan menegangkan otot perut
sambil menghembuskan nafas.
d) Pertahankan posisi leher tetap lurus.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
3) Russian Twist
Russian twists adalah gerakan tubuh yang bertujuan
melatih otot obliq dan otot perut bagian samping
Gambar 24. Russian Twists Sumber: Fuhr, 2018
-
36
a) Berbaringlah dengan kaki tertekuk di lutut.
b) Tinggikan tubuh bagian atas sehingga membentuk V
dengan paha.
c) Putar tubuh ke kanan dengan membawa lengan menjulur
kesamping, begitupun sebaliknya ke sebbelah kiri.
d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
C. Tinjauan Hubungan Antara Olahraga Freeleticss dengan Kekuatan
Otot Tungkai
Yosaphat Sumardi menjelaskan bahwa otot – otot tidak dapat berkontraksi
secara terus menerus. Setelah berkontraksi otot perlu beristirahat untuk
mendapatkan kesegaran kembali. Apabila dipaksa berkontraksi terus
menerus, akibatnya otot akan menjadi kejang. Jika otot mendapat latihan
yang teratur dalam waktu yang cukup lama. Otot dapat menjadi lebih besar
dan kuat. Otot yang sehat dan terlatih tidak mudah renggang dan robek.
Sebaliknya, otot yang tidak digunakan akan mengecil dan lemah. Jumlah sel
otot di dalam tubuh tetap sama, tetapi olah raga yang teratur dapat menambah
besar ukuran tiap sel, otot akan menjadi lebih besar dan kuat (Arqom, 2016).
1. Adaptasi Yang Terjadi Setelah Olahraga
Olahraga yang teratur juga membuat tubuh lebih efisien dalam
menyediakan oksigen dan glukosa bagi otot, paru tumbuh lebih besar dan
jantung berdetak lebih kuat. Adaptasi merupakan karakteristik utama
pada otot skeletal. Sebagai respon dari latihan, perubahan akut dapat
terjadi pada sistem, organ atau sel. Sebagai contoh peningkatan denyut
nadi terjadi ketika melompat dari kursi atau saat melakukan jogging.
-
37
Adaptasi selular secara umum dapat meningkatkan atau menurunkan
kemampuan rata – rata sintesis pada komponen selular. Sel otot dapat
mengalami sintesis dan degradasi. Jika rata – rata sintesis melebihi rata –
rata degradasi, maka terjadi peningkatan komponen selular. Perubahan
pada sintesis protein memerlukan signal selular, salah satunya adalah
faktor biologis dan fisiologis yang melanjutkan proses komunikasi pada
otot yang berbeda sehingga menyebabkan perubahan selular.
2. Pengaruh Latihan pada Otot dan Kinerja Otot
Salah satu prinsip utama perkembangan otot selama latihan
adalah sebagai berikut: Otot yang bekerja tanpa beban, walaupun dilatih
berjam – jam, kekuatannya hanya sedikit meningkat. Pada keadaan
ekstrim yang lain, kekuatan otot yang berkontraksi lebih dari 50 persen
gaya kontraksi maksimum akan berkembang dengan cepat bahkan bila
kontraksi dilakukan hanya beberapa kali setiap harinya. Dengan
menggunakan prinsip ini, percobaan memperbesar otot menunjukkan
bahwa enam kontraksi otot yang mendekati maksimal, yang dilakukan
dalam tiga set tiga hari seminggu kira – kira akan memberikan
peningkatan kekuatan otot yang maksimum tanpa mengakibatkan
kelelahan otot yang kronis (Guyton, 2014).
Kurva berikut menunjukkan perkiraan peningkatan persentase
kekuatan yang dapat dicapai oleh seorang dewasa muda yang
sebelumnya tidak terlatih dengan program latihan daya tahan ini,
memperlihatkan bahwa kekuatan otot meningkat kira – kira 30 persen
selama 6 sampai 8 minggu pertama tetapi hampir mencapai pendataran
-
38
setelah waktu tersebut. Bersama dengan peningkatan kekuatan ini,
didapatkan perkiraan peningkatan persentase massa otot yang sebanding,
yang disebut hipertrofi otot. Pada usia tua, banyak orang menjadi sangat
kurang bergerak, sehingga otot ototnya menjadi atrofi. Pada keadaan ini,
latihan otot sering meningkatkan kekuatan otot lebih dari 100 persen
(Guyton, 2014).
Gambar 20. Perkiraan Efek Latihan Daya Tahan yang Optimal untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Selama Masa Latihan 10 Minggu
Sumber: Guyton, 2014
Ukuran rata-rata otot seseorang terutama ditentukan oleh hereditas
ditambah kadar sekresi testosteron, yang pada pria, akan menyebabkan
otot yang lebih besar daripada wanita. Akan tetapi, dengan latihan, otot
dapat mengalami hipertrofi, mungkin bertambah sebanyak 30 sampai 60
persen. Kebanyakan hipertrofi ini lebih disebabkan oleh peningkatan
diameter serabut otot daripada oleh peningkatan jumlah serabut, tapi hal
ini tidak semuanya benar, karena beberapa serabut otot yang sangat
membesar diyakini memisah di tengah, di seluruh panjang otot untuk
membentuk serabut-serabut yang seluruhnya baru, sehingga sedikit
meningkatkan jumlah serabutnya. Akibat semua perubahan ini,
-
39
Adaptasi
neuromuscular
Hipertrofi
kemampuan sistem metabolik aerob dan anaerob meningkat, terutama
meningkatkan kecepatan oksidasi maksimum dan efisiensi sistem
metabolisme oksidatif sebanyak 45 persen. Pada manusia, semua otot
mempunyai persentase yang bervariasi antara serabut otot yang berkedut
cepat (fast twitch) dan serabut otot yang berkedut lambat (slow twitch)
(Guyton, 2014).
D. Kerangka Teori
Gambar 21. Kerangka Teori
Latihan kekuatan
otot
Olahraga
freeleticss
Olahraga
Kontraksi otot
Kekuatan otot
1. Jenis kelamin
2. Makanan
3. Usia
4. Ukuran otot
5. Jenis serabut
otot
6. Recruitmen
motor unit
1. Miofibril
2. Aktin & miosin
3. Sarkoplasma
4. Pembentukan ATP
-
40
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka konsep
B. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep di atas, hipotesis yang dirumuskan sebagai
berikut: “ada pengaruh olahraga freeletic terhadap kekuatan otot tungkai pada
anggota freeletic Makassar”
Variabel Independen Variabel antara Variabel Dependen
Variabel perancu Variabel kontrol
Olahraga freeletics Kekuatan otot
tungkai
1. Gizi
2. Latihan lain
3. IMT
1. Jenis kelamin
2. Umur
Adaptasi neuromuscular
-
41
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian pra
eksperimen dengan rancangan One-group pre-post test design. Peneliti
menggunakan desain ini karena penelitian ini akan mengungkapkan
sebab-akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok
subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi (pre test), kemudian
diobservasi lagi setelah intervensi (post test). Rancangan ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
O1 X1 O 2
Keterangan :
O1 : Pre test tingkat kekuatan otot tungkai
X1 : Pemberian 18 kali latihan olahraga freeletic
O2 : Post test setelah pemberian 18 kali latihan olahraga freeletic
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Komunitas Freeletics Makassar.
2. Waktu Penelitian
Penelitiani ni dilaksanakan mulai 28 Maret – 9 Mei 2018.
-
42
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh anggota freeletics di Komunitas
Freeletics Makassar pada masa penelitian.
2. Sampel
Sampel yang digunakan sebesar 20 orang dari populasi dengan
ketentuan yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang
telah ditetapkan oleh peneliti berdasarkan rumus slovin berikut:
n =N
1 + � (� )�
n =30
1 + 30(0,2)�
n =30
2,2
n = 13,6
n = 14
Keterangan:
n : besar sampel minimal yang diperlukan
N : besar populasi yang diketahui
e : persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan
sampel yang masih dapat ditolelir, e = 0,1
Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut:
Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil.
Koreksi besar sampel untuk antisipasi drop out
-
43
� ′ =14
(1 − � )
� ′ =14
(1 − 0,1)
Dimana n adalah besar sampel minimum dan f adalah perkiraan
proposal drop out yang diperkirakan 10% (f = 0,1), sehingga jumlah
subyek minimum yang harus diteliti adalah:
� � = 15,55
� � = 16
Sehingga didapatkan hasil n = 16. Jumlah sampel yang didapat sebesar
20 menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan
eksklusi yang ditetapkan adalah:
a. Kriteria Inklusi
1) Berjenis kelamin laki – laki.
2) Umur, ditetapkan anggota berumur 20 – 30 tahun.
3) Kooperatif, yaitu anggota yang dapat memahami dan
mampu melaksanakan prosedur penelitian.
4) Anggota bersedia menjadi sampel penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
1) Anggota dalam keadaan post operasi, dan sedang mengalami
cedera pada tungkai.
2) Mengonsumsi obat-obatan (suplemen).
3) Anggota tidak mengikuti prosedur penelitian secara
sempurna.
-
44
D. Alur Penelitian
Gambar 23. Alur Penelitian
E. Variabel Penelitian
1. Identifikasi variabel
a. Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini adalah olahraga freeletics.
b. Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah tingkat kekuatan otot
tungkai.
2. Definisi Operasional Variabel
a. Olahraga Freeletics
1) Definisi Operasional
Olahraga freeletic adalah olahraga yang menggabungkan body
weight training dan HIIT (High Intensity Interval Training)
dengan menggunakan tabata (irama musik). Latihan pada
olahraga freeletic yang berpengaruh pada tungkai seperti:
Proposal
Penelitian
Izin Penelitia
n
Menetapkan Sampel sesuai kriteria inklusi dan eksklusi
Observasi Awal
Mengumpulkan data dengan
kuisioner
Pengolahan Data
Analisis Data
Perubahan tingkat
kekuatan otot tungkai
Pengukuran tingkat kekuatan otot tungkai
dengan Leg Dynamometer
Pemberian olahraga freeletic
Pengukuran tingkat kekuatan otot tungkai
dengan Leg Dynamometer
-
45
walkout pushups, kick squat, lunges, reverse lunge high knee,
straight leg levers. Dosis latihan olahraga freeletic:
Frekuensi : 3x seminggu
Intensitas : 1 set, 1 repetisi/sirkuit
Time : 40-60 menit
Teknik : Body Weight Training dengan High Intensity Interval
Training
b. Kekuatan Otot Tungkai
1) Definisi Operasional
Kekuatan otot tungkai merupakan kemampuan otot atau
sekelompok otot untuk melakukan kontraksi secara maksimal
dalam mengangkat atau menahan beban.
2) Kriteria Objektif
Kekuatan otot tungkai dapat diukur menggunakan Leg
Dynamometer dan Squat Test. Dimana pada pengukuran Leg
Dynamometer terdapat norma nilai penilaian dan klasifikasi
kekuatan otot tungkai seperti berikut:
Tabel 1. Norma penilaian dan Klasifikasi Kekuatan Otot Tungkai
No Klasifikasi Nilai
1
2
3
4
5
Baik sekali : Putra
Baik : Putra
Sedang : Putra
Kurang : Putra
Kurang sekali : Putra
>321.00
241.00 - 320.00
121.00 - 240.50
41.00 - 120.50
-
46
Sedangkan dengan menggunakan Squat Test bisa dilihat penilaian
berikut :
Tabel 2. Strength Squat Test
Sumber : Australian college of sport & fitnes (2013)
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini melalui empat tahapan yaitu :
1. Tahap Persiapan :
a. Mengurus surat izin penelitian
b. Peneliti membuat surat persetujuan dan harus ditandatangani
subyek, yang isinya bahwa subyek bersedia menjadi sampel
penelitian ini sampai selesai.
c. Melakukan sosialisasi tentang apa yang akan dilaksanakan kepada
subyek dan instansi penelitian. Menyediakan instrumen penelitian.
2. Tahap Pre-Test
a. Perlengkapan Tes Leg Dynamometer
1) Lapangan atau permukaan datar
2) Leg Dynamometer
3) Belt atau ikat pinggang
4) Kertas
Age 20-29 30-39 Excellent >34 >32 Good 33 – 34 30 - 32 Above average
30 – 32 27 - 29
Average 27 – 29 24 - 26 Below average
24 – 26 21 - 23
Poor 21 – 23 18 - 20 Very poor
-
47
5) Pulpen
b. Pelaksanaan Tes Leg Dynamometer
1) Peserta tes berdiri pada tumpuan leg dynamometer dengan
kedua lutut ditekuk membentuk sudut 130̊ -140̊ dan tubuh
tegak lurus.
2) Panjang rantai dinamometer diatur sedemikian rupa sehingga
posisi tongkat pegangan melintang di depan kedua paha.
3) Belt atau ikat pinggang dililitkan pada pinggang dan tongkat.
4) Tongkat pegangan digenggam dengan posisi tangan pronasi
(menghadap ke belakang).
5) Tarik torngkat pegangan sekuat mungkin dengan meluruswkan
sendi nlutut perlahan-lahan tanpa bantuan otot lengan dan otot
punggung.
6) Baca penunjukkan jarum skala pada saat nilai maksimum
tercapai. Tes ini dilakukan tiga kali dengan selang walktu
istirahat satu menit.
Penilaian disesuaikan dengan tabel norma penilain dan klasifikasi
kekuatan otot tungkai sebagai berikut:
Baik sekali : >321.00
Baik : 241.00-320.00
Sedang : 121.00-240.50
Kurang : 41.00-120.50
Kurang sekali :
-
48
c. Persiapan Squat Test
1) Stopwatch
d. Pelaksanaan Squat Test
Untuk pemula, mungkin perlu menggunakan kursi atau tali untuk
membantu referensi mereka, pastikan itu ditempatkan di belakang
mereka saja jadi ujungnya bisa disentuh oleh pantat mereka. Untuk
memulai, mintalah klien berdiri dengan kaki selebar bahu. Ingatkan
mereka untuk menjaga berat badan mereka di tumit, lutut sejajar
dengan pergelangan kaki mereka, dan tangan untuk penyeimbang.
Mintalah untuk melakukan squats sebanyak mungkin sampai
mereka lelah.
3. Pemberian Latihan Olahraga Freeletic
Diawali dengan melakukan pemanasan. Pemanasan merupakan
kegiatan meregangkan otot yang wajib dilakukan sebelum memulai
aktivitas yang berat. Tujuan pemanasan adalah untuk mempersiapkan
tubuh untuk melakukan kerja fisik saat latihan inti serta mencegah
terjadinya cedera.
a. Sirkuit I
1) Butt Kick
a) Posisi berdiri tegak dengan kedua tangan menggenggam
dan diangkat ke atas.
b) Gerakkan kaki kanan ke belakang hingga tumit hampir
menyentuh bokong.
-
49
c) Menurunkan kaki kanan kemudian mengulangi gerakan
yang sama dengan menggunakan kaki kiri.
d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
2) High Knee
a) Mulailah joging di tempat, angkat lutut setinggi mungkin.
b) Cobalah mengangkat lutut sampai tingkat pinggul.
c) Untuk langkah yang lebih tinggi, kedua tangan lurus ke
tingkat pinggul, dan cobalah menyentuh lutut ke tangan
saat mengangkatnya.
d) Bawa lutut ke tangan Anda alih–alih meraih tangan ke
lutut. Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
3) Flutter Kicks
a) Berbaringlah di atas tikar dengan tangan di bawah bokong.
b) Kemudian mengangkat kaki sedikit demi sedikit, lutut tetap
lurus, dan pergelangan kaki sama.
c) Usahakan abs tidak terlibat dan lakukan tendangan pendek
dengan cara bolak-balik. Ulangi gerakan sesuai dengan
irama musik.
b. Sirkuit II
1) Push Up Shoulder Tap
a) Posisi awal yaitu posisi plank atau posisi push–up dengan
kedua tangan menapa diatas matras.
-
50
b) Kemudian satu tangan diarahkan ke punggung yang
berlawanan begitupun sebaiknya pada tangan yang
satunya.
c) Ulangi gerakan sesuai irama musik.
2) Toe Touch Push Up
a) Kemudian membawa tangan kanan menyentuh
pergelangan kaki kiri.
b) Kembali ke posisi push up dan mengulangi pada sisi
yang berlawanan.
c) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
3) High Jump
a) Berdiri dengan lutut sedikit tertekuk.
b) Melompat setinggi mungkin dan mendekatkan lutut ke arah
dada sambil mengangkat kedua lengan.
c) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
c. Sirkuit III
1) Lunges
a) Posisi awal yaitu berdiri dengan sedikit melebarkan kaki.
b) Kemudian membawa satu kaki ke arah depan sambil
menekuk lutut sehingga membentuk 90º.
c) Kemudian kaki yang satunya ditekuk juga secara perlahan.
d) Setelah itu, kembali ke posisi awal dan mengulangi seperti
langkah awal dengan posisi kaki yang di depan dan yang di
belakang bertukar.
-
51
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
2) Kick Squat
a)Posisi awal yaitu berdiri dengan sedikit melebarkan kaki.
b) Kemudian menekuk lutut dan menekan pinggul seolah – olah
akan duduk.
c) Kemudian perlahan – lahan berdiri dan melakukan
tendangan ke depan.
d) Setelah itu, mengulangi langkah dari awal untuk
menendangkan kaki yang berlawanan dan begitu seterusnya.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
3) Side Lunges
a) Mulailah dengan berdiri tegak.
b) Kemudian membawa salah satu kaki ke bagian lateral
dengan berat badan bertumpu di kaki tersebut.
c) Kemudian, mendorong telapak kaki tersebut untuk kembali
ke posisi awal.
d) Mengulangi gerakan tersebut ke salah satu kaki lainnya.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
d.Sirkuit IV
1) Jumping Jack
a) Mulailah dengan posisi berdiri tegak.
b) Posisi lengan di sisi tubuh dengan kaki dibuka selebar
bahu.
-
52
c) Sambil melompat lengan dibawa di atas kepala diikuti
dengan melebarkan kedua kaki.
d) Kemudian kembali seperti posisi awal.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
2) Heel Touch
a) Baringkan tubuh menghadap langit.
b) Tekuk kedua kaki dengan lutut menghadap ke atas.
c) Angkat sedikit kedua bahu.
d) Sentuh kedua tumit bergantian.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
3) Bicycle Crunches
a) Posisikan tubuh di lantai menghadap atas langit.
b) Letakkan kedua tangan di samping telinga.
c) Angkat kedua kaki hinggak tak menyentuh lantai.
d) Secara bersamaan, tekuk kaki kiri dan gerakkan siku
kanan hingga bersentuhan, begitupun sebaliknya.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
d. Sirkuit V
1) Walkout Pushups
a) Pertama – tama yang harus anda lakukan adalah melakukan
posisi awal yaitu berdiri dengan kedua tangan diangkat
lurus ke atas.
b) Kemudian menjatuhkan tangan pada matras dengan posisi
membungkuk namun tetap menjaga punggung tetap lurus.
-
53
c) Menggerakkan tangaon ke depan sampai terbentuk posisi
plank.
d) Kemudian melakukan push up satu kali.
e) Setelah itu, kembali ke posisi plank dan menggerakkan
tangan ke belakang sampai tercipta posisi membungkuk
pada tahap ke dua.
f) Kemudian kembali ke posisi berdiri sambil mengankat
tangan ke atas. Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
2) Flying Climber
a) Letakkan kedua tangan di atas lantai, selebar bahu.
b) Kaki sepenuhnya di belakang dan hanya telapak kaki yang
menyentuh lantai.
c) Tubuh harus berada dalam garis lurus, dengan berat badan
hanya ditumpuh di tangan dan di kaki.
d) Dimulai dengan membawa satu lutut ke arah bagian tengah
perut dan kemudian dengan cepat bergantian diantara kedua
kaki. Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
3) Burpee
a) Pertama – tama yang harus anda lakukan adalah melakukan
posisi awal yaitu berdiri.
b) Kemudian turunlah untuk memulai melakukan gerakan
seperti jongkok, namun usahakan tangan anda menempel
pada tanah.
-
54
c) Setelah itu lakukan gerakan menendangkan kaki ke arah
belakang dengan membentuk posisi seperti hendak
mengambil aba – aba gerakan push up.
d) Selanjutnya, segeralah menurunkan badan seperti halnya
melakukan gerakan push up dan tempelkan seluruh
permukaan tubuh bagian depan ke tanah.
e) Lalu segeralah kembali pada posisi jongkok dan akhiri
dengan melompat kembali pada posisi awal yakni dengan
tangan yang tetap menyentuh bagian belakang kepala.
f) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
e. Sirkuit VI
1) Kick Lunges
a) Mulailah dengan posisi berdiri tegak.
b) Kemudian melakukan gerakan lunge dengan kaki kanan
berada di bagian belakang.
c) Melakukan tendangan menggunakan kaki kanan.
d) Kemballi ke posisi awal dan mengulangi dengan kaki
kiri. Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
2) Reverse Lunges High Knees
a) Mulailah dengan posisi berdiri tegak dan kaki rata
dengan lantai, selebar pinggul. Jagalah agar bahu tetap
terangkat untuk membantu agar punggung tetap lurus
dengan melibatkan otot – otot pendukung yang sesuai.
-
55
b) Langkahkan kaki kiri dengan lebar ke belakang.
Turunkan tubuh hingga kaki kiri menyentuh lantai,
dengan jari kaki terlebih dahulu.
c) Jagalah agar kedua kaki berada dalam sudut 90 derajat.
d) Cobalah mengangkat lutut sampai tingkat pinggul.
e) Untuk langkah yang lebih tinggi, kedua tangan lurus ke
tingkat pinggul, dan cobalah menyentuh lutut ke tangan
saat mengangkatnya.
f) Bawa lutut ke tangan Anda alih – alih meraih tangan ke
lutut.
g) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
3) Squat Jump
a) Berdirilah dengan selebar bahu dan jari – jari kaki sedikit
menggeser kearah luar.
b) Kemudian menekuk lutut dan menekan pinggul seolah –
olah akan duduk.
c) Setelah itu, lompat lurus keatas, dan menekuk kembali lutut
serta menekan pinggul seperti posisi akan duduk.
d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
f. Sirkuit VII
1) Sprint
a) Gerakan ini dilakukan dengan cara melompat beberapa kali
secara berturut – turut. Selain skipping, kita juga dapat
-
56
melakukan sprint ditempat. Sprint dilakukan dengan lari
ditempat sekencang – kencangnya.
b) Gerakan ini dilakukan sesuai irama musik.
2) Crunches
a) Baringkan tubuh di lantai menghadap atas.
b) Letakan kedua tangan di belakang kepala.
c) Angkat badan dan bahu dengan menegangkan otot perut
sambil menghembuskan nafas.
d) Pertahankan posisi leher tetap lurus.
e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
3) Russian Twist
a) Berbaringlah dengan kaki tertekuk di lutut.
b) Tinggikan tubuh bagian atas sehingga membentuk V
dengan paha.
c) Putar tubuh ke kanan dengan membawa lengan menjulur
kesamping, begitupun sebaliknya ke sebbelah kiri.
d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.
4. Tahap Post-Test kekuatan otot tungkai
5. Data yang diperoleh diolah kedalam perhitungan statistik untuk
memperoleh hasil penelitian.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu dari
hasil pengukuran kekuatan otot tungkai. Data yang terkumpul dilakukan uji
paired sample test. Namun sebelum dilkaukan uji-t maka dilakukan
-
57
terlebih dahulu uji normalitas untuk memenuhi syarat uji-t yakni data
bersebaran normal menggunakan uji saphiro–wilk. Analisis data
menggunakan paket SPSS 22.0 for windows, serta disajikan dalam bentuk tabel
dan narasi.
H. Masalah Etika
Dalam mengambil data klien, peneliti memiliki beberapa aturan mengenai
masalah etika penelitian yang harus peneliti ikuti, antara lain :
1. Informed Concent
Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang akan
diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Jika pasien bersedia menjadi
responden maka harus menandatangani lembar persetujuan dan pasien
yang menolak tidak akan dipaksa dan peneliti tetap menghormati.
2. Confidentiality
Confidentiality berarti peneliti wajib merahasiakan data-data yang
sudah dikumpulkan. Sering kali subjek penelitian menghendaki agar
dirinya tidak diekspos kepada khalayak ramai. Oleh karena itu, jawaban
tanpa nama dapat dipakai dan sangat di anjurkan identitas subjek tidak
disebutkan.
-
58
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan observasi dan penentuan sempel, sampel yang
memenuhi kriteria inklusi untuk sebanyak 20 orang. Adapun gambaran umum
tentang responden akan disajikan sebagai berikut:
1. Karakteristik Sampel Penelitian
Tabel 3. Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik Sampel N %
Umur
20-25 10 50
26-31 10 50
Total 20 100
IMT
Underweight (
-
59
perlakuan usia 20 – 25 tahun dengan frekuensi sebanyak 10 orang dan
persentase 50%, sedangkan usia 26 – 30 tahun dengan frekuensi sebanyak 10
orang dan persentase 50%.
Berdasarkan hasil IMT (Indeks Massa Tubuh) yaitu rentang ≥ 18,5 - <
24,9 (normal) dengan frekuensi sebanyak 16 orang dan persentase 80% dan
untuk rentang ≥25 -
-
60
Tabel 4 menunjukkan pada saat pre test kekuatan otot tungkai dengan
menggunakan leg dynamometer, sebanyak 12 orang (60%) yang memiliki
kategori sedang dan 8 orang (40%) yang memiliki kategori kurang. Pada post
test sampel secara keseluruhan berada pada kategori sedang sebanyak 20 orang
(100%).
Tabel 5. Hasil kategori pre-test dan post-test Squat test
Kategori Squat test
Pre Test Post Test N % n %
Excellent 0 0 20 100 Good 1 5 0 0 Above Average 5 25 0 0 Average 3 15 0 0 Below Average 4 20 0 0
Poor 3 15 0 0
Very Poor 4 25 0 0
Total 20 100 20 100 Sumber: Data Primer 2018
Tabel 5 menunjukkan tingkat kekuatan otot tungkai sebelum dan sesudah
diberikan latihan olahraga freeletic. Pada saat pre-test kekuatan otot tungkai
dengan menggunakan metode Squat test, yang paling banyak yaitu kategori
Above Average sebanyak 5 orang (25%) dan yang paling sedikit 1 orang (5%)
yang berada pada kategori Good sedangkan yang lain berada pada kategori
Average, Below Average, Poor dan Very Poor. Setelah melakukan post-test
kekuatan otot tungkai secara keselutuhan 20 orang (100%) berada di kategori
Excellent.
-
61
3. Analisis Data
Setelah melakukan analisa deskriptif terhadap data responden,
selanjutnya dilakukan uji normalitas data pre test dan post test. Berdasarkan
output Test Of Normality, diperoleh nilai signifikan untuk hasil pre test dan post
test leg dynamometer sebesar 0.3