PENGARUH OLAHRAGA FREELETIC TERHADAP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Studi...

105
i PENGARUH OLAHRAGA FREELETIC TERHADAP KEKUATAN OTOT TUNGKAI DI KOMUNITAS FREELETIC MAKASSAR SKRIPSI HASTUTI C 131 14 307 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of PENGARUH OLAHRAGA FREELETIC TERHADAP ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Studi...

  • i

    PENGARUH OLAHRAGA FREELETIC TERHADAP

    KEKUATAN OTOT TUNGKAI DI KOMUNITAS

    FREELETIC MAKASSAR

    SKRIPSI

    HASTUTI

    C 131 14 307

    PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

    FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR 2018

  • ii

    PENGARUH OLAHRAGA FREELETIC TERHADAP

    KEKUATAN OTOT TUNGKAI DI KOMUNITAS

    FREELETIC MAKASSAR

    Skripsi

    Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana

    disusun dan diajukan oleh

    HASTUTI

    Kepada

    PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

    FAKULTAS KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2018

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

    hidayah-Nya sehingga penyusun skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan dengan judul

    “pengaruh olahraga freeletic terhadap kekuatan otot tungkai di komunitas freeletic

    Makassar”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu bagian dari syarat guna meraih

    gelar sarjana di Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas

    Hasanuddin.

    Dalam penyusunan skripsi ini, banyak ditemui hambatan. Namun semua itu dapat

    terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh

    karena itu, pada kesempatan ini sudah selayaknya penyusun menyampaikan rasa terima

    kasih kepada pihak yang telah membatu penyelesaikan proposal ini khususnya kepada:

    1. Ayahanda Hasan dan Ibunda Hj. Hasnawiah, atas kasih sayang dan

    dukungannya sehingga penulis dapat mengenyam pendidikan di universitas ini.

    Ucapan terima kasih saja mungkin tidak cukup untuk menyampaikan rasa terima

    kasih pada dua orang pahlawan dalam kehidupan saya.

    2. Bapak Dr. H. Djohan Aras, S.Ft., Physio., M.Pd., M.Kes., selaku ketua Program

    Studi S1 Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar,

    serta segenap dosen dan karyawan yang telah memberikan bimbingan dan

    bantuan dalam proses perkuliahannya maupun penyelesaian skripsi ini.

    3. Irianto, S.Ft., Physio., M.Kes., Selaku sebagai Pembimbing I yang dengan

    kesediaan dan keikhlasan meluangkan waktunya, untuk memberikan bimbingan,

    arahan, dan motivasi kepada saya untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  • vii

    4. Bustaman Wahab, S.Ft., Physio., PO., M.kes., selaku sebagai pembimbing II

    yang tidak henti-hentinya membantu dalam penysunan skripsi ini, memandu

    dalam proses penelitian, kritik dan saran yang melimpah demi kesempurnaan

    skripsi ini.

    5. Andi Besse Ahsaniya, S.Ft., Physio., M.Kes dan Dian Amaliah Nawir, S.Ft.,

    Physio., M.Kes selaku sebagai tim dosen penguji dalam meluangkan waktu dan

    pikiran yang berharga dalam memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan

    dalam penysunan skripsi ini.

    6. Saudara saya Muhammad Aimar Saputra dan Hasriani yang tak pernah lelah

    memberikan motivasi, bantuan, doa dan kasih sayang.

    7. Try Wira Saputra yang senantiasa mendukung dan menjadikan penulis sebagai

    sosok yang kuat dalam hal suka maupun duka selama ini.

    8. Komunitas Freeletics Makassar, yang menjadi tempat dan berlangsungsnya

    peneletian ini, dan telah memberikan bimbingan serta bantuan dalam proses

    penelitian.

    9. Rekan – rekan yang membantu dalam merampungkan penelitian dan pengerjaan

    skripsi ini, terkhusus Hasnah, Mega, Ince, dan Poppy.

    10. Sahabat – sahabat (Feby, Rahma, Ros, Finy, Mae, Indar, Lisna, Ilham dan

    Takdir) yang selalu memberi motivasi dan dukungan kepada penulis.

    11. Warga Kerukunan Mahasiswa Pinrang Unhas terkhusus Soledad (Niar, Ana,

    Putri, Cimma, Indah, dan Wahyu) yang tiada hentinya memberikan ide – ide

    baru serta menjadi motivasi.

  • viii

    12. Rekan – rekan mahasiswa program studi S1 Fisioterapi Fakultas Kedokteran

    Universitas Hasanuddin angkatan 2014, SC14TIC yang menemani suka dan

    duka selama mengenyam pendidikan di bangku kuliah, dan menjadi saudara tak

    sedarah.

    13. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

    penulis sebut satu per satu, semoga diberkati dalam kehidupan sehari – hari.

    Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

    karena itu, penyusun menerima segala saran dan kritik yang sifatnya membangun

    sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk pencapaian hasil yang lebih baik. Akhirnya,

    penyusun berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

    Makassar, Mei 2018

    Penyusun

  • ix

    ABSTRAK

    HASTUTI. Pengaruh Olahraga Freeletic Terhadap Kekuatan Otot Tungkai di Komunitas Freeletic Makassar (dibimbing oleh Irianto dan Bustaman Wahab) Setiap aktivitas manusia dalam berolahraga akan selalu melibatkan kondisi fisik didalamnya. Ada 10 macam komponen kondisi fisik yaitu kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan, dan reaksi. Otot tungkai memegang peranan utama keberhasilan dalam berbagai cabang olahraga. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kondisi fisik seorang atlet, dibutuhkan sebuah latihan, latihan yang secara terus – menerus agar menghasilkan gerakan yang maksimal. Pemberian latihan olahraga freeletic merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan otot tungkai pada anggota freeletic Makassar sebelum dan setelah pemberian latihan olahraga freeletic. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Pra Exsperimental dengan rancangan one group pre-post test design. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi selama 6 minggu. Alat ukur yang digunakan adalah Leg Dynamometer dan Squat Test untuk mengetahui nilai kekuatan otot tungkai sampel sebelum dan sesudah 18 kali latihan.. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh olahraga freeletic terhdap peningkatan kekuatan otot tungkai setelah diberikan 18 kali latihan olahraga freeletic dengan nilai p< 0,001. Kata kunci : Kekuatan otot tungkai, komunitas freeletic, olahraga freeletic

  • x

    ABSTRACT

    HASTUTI. The effect of freeletic exercise on Leg Strength in the Freeletic Community of Makassar (guided by Irianto and Bustaman Wahab) Any human exercise will always involve physical conditions in it. there are 10 kinds of components of physical condition, that is strength, endurance, muscle power, speed, flexibility, agility, coordination, balance, accuracy, and reaction. Limb muscles play a leading role in many sports. To improve and develop the physical condition of an athlete, it takes an exercise, an exercise that someone has to do continuously in order to produce maximum movement. Freeletic exercise is one of the techniques used to increase leg muscle strength. This study aims to determine differences in leg muscle strength in freeletic members Makassar before and after the provision of freeletic exercise. This study is Pre Exsperimental and using one group pre-post test design. The sampling technique is purposive sampling with the number of samples is 20 people based on the inclusion and exclusion criteria for 6 weeks. Measuring tool used is Leg Dynamometer and Squat Test to know the value of muscle strength of limb before and after 18 practice. The results showed there is an effect of freeletic sport to increase legs muscle strength after given 18 times freeletic sport practice with value of P

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

    HALAMAN PENGAJUAN............................................................................. ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii

    HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

    PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................................ v

    KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

    ABSTRAK ................................................................................................... ix

    ABSTRACT ................................................................................................... x

    DAFTAR ISI ................................................................................................ xi

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................... 5

    C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 6

    1. Tujuan Umum....................................................................... 4

    2. Tujuan Khusus...................................................................... 4

    D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5

    1. Manfaat Akademik................................................................ 4

    2. Manfaat Aplikatif.................................................................. 4

  • xii

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6

    A. Tinjauan Umum tentang Kekuatan Otot Tungkai ..................... 6

    1. Definisi Kekuatan Otot ...................................................... 6

    2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Otot ......... 8

    3. Mekanisme Umum Kontraksi Otot .................................... 11

    4. Sistem Metabolisme Otot ................................................... 12

    5. Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai .................................. 13

    B. Tinjauan Umum tentang Tentang Olahraga Freeletic ............... 14

    C. Tinjauan Umum tentang Hubungan Olahraga Freeletic Dengan Kekuatan Otot Tungkai .............................................. 36

    D. Kerangka Teori ....................................................................... 39

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ................................. 40

    A. Kerangka Konsep .................................................................... 40

    B. Hipotesis ................................................................................. 40

    BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................. 41

    A. Rancangan Penelitian .............................................................. 41

    B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 41

    1. Tempat Penelitian .............................................................. 41

    2. Waktu Penelitian ............................................................... 41

    C. Populasi dan Sampel ................................................................ 42

    1. Populasi ............................................................................. 42

    2. Sampel .............................................................................. 42

    D. Alur Penelitian......................................................................... 44

    E. Variabel Penelitian .................................................................. 44

  • xiii

    1. Identifikasi Variabel .......................................................... 44

    2. Definisi Operasional Variabel ............................................ 45

    F. Prosedur Penelitian .................................................................. 46

    G. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 57

    H. Etika Penelitian ....................................................................... 57

    1. Inform Concent .................................................................. 57

    2. Confidentiality ................................................................... 57

    BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 58

    A. Hasil Penelitian ....................................................................... 58

    1. Karakteristik Sampel ......................................................... 58

    2. Distribusi Responden Berdasarkan Kekuatan Otot

    Tungkai ............................................................................. 59

    3. Analisis Data ..................................................................... 61

    B. Pembahasan ............................................................................. 62

    1. Karakteristik Sampel ......................................................... 62

    2. Distribusi Responden Berdasarkan Kekuatan Otot

    Tungkai ............................................................................. 64

    3. Pengaruh Pemberian Olahraga Freeletic Tergadap

    Kekuatan Otot Tungkai ...................................................... 65

    C. Keterbatasan Penelitian............................................................ 70

    BAB VI PENUTUP ................................................................................... 71

    A. Kesimpulan ............................................................................. 71

    B. Saran ....................................................................................... 71

  • xiv

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 72

    LAMPIRAN ................................................................................................. 76

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    1. Norma penilaian dan Klasifikasi Kekuatan Otot Tungkai ....................... 46

    2. Strength Squat Test ................................................................................ 46

    3. Karakteristik Sampel Penelitian ............................................................. 58

    4. Hasil kategori pre-test dan post-test leg dynamometer ............................ 59

    5. Hasil kategori pre-test dan post-test Squat test ....................................... 60

    6. Hasil Analisis Data Pre Test dan Post Test Leg dynamometer ................ 61

    7. Hasil Analisis Data Pre Test dan Post Test Squat ...................................... 61

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    1. Sistem Metabolisme Otot ....................................................................... 13

    2. Tes Kekuatan Otot Tungkai (Leg Dynamometer) .................................... 13

    3. Tes Kekuatan Otot Tungkai (Squat Test) ................................................ 14

    4. Butt Kick ....................................................................................................... 18

    5. High Knee ....................................................................................................... 19

    6. Flutter Kick .................................................................................................... 20

    7. Push Up Shoulder Tap ..................................................................................... 21

    8. Toe touch push up ............................................................................................ 22

    9. High jump ....................................................................................................... 22

    10. Lunges ............................................................................................................ 23

    11. Kick squat ...................................................................................................... 24

    12. Side Lunges ............................................................................................ 25

    13. Jumping Jack ......................................................................................... 26

    14. Heel Touch............................................................................................. 26

    15. Bycicle Crunches ................................................................................... 27

    16. Walkout Pushup ..................................................................................... 28

    17. Flying Climber ....................................................................................... 29

    18. Burpee ................................................................................................... 30

    19. Kick Lunges ........................................................................................... 31

    20. Reverse Lunges High Knee ..................................................................... 32

    21. Squat Jump ............................................................................................ 33

  • xvii

    22. Sprint ..................................................................................................... 34

    23. Crunches ................................................................................................ 35

    24. Russian Twist ......................................................................................... 35

    25. Perkiraan Efek Daya Tahan Yang Optimal ............................................. 38

    26. Kerangka Teori ...................................................................................... 39

    27. Kerangka Konsep ................................................................................... 40

    28. Alur Penelitian .............................................................................................. 44

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1. Inform concent ....................................................................................... 76

    2. Wawancara Penelitian ............................................................................ 77

    3. Izin penelitian ........................................................................................ 78

    4. Keterangan Selesai Meneliti ................................................................... 79

    5. Hasil Uji Statistik ................................................................................... 80

    6. Dokumentasi .......................................................................................... 86

    7. Riwayat Hidup ....................................................................................... 88

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Olahraga dalam perkembangannya dapat dilakukan sebagai kegiatan

    yang menghibur, menyenangkan, atau juga dilakukan dengan tujuan untuk

    meningkatkan prestasi (Putranto, 2013). Setiap aktivitas manusia dalam

    berolahraga akan selalu melibatkan kondisi fisik didalamnya. ada 10 macam

    komponen kondisi fisik yaitu kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan,

    daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan, dan reaksi

    (Najmi, 2014). Otot tungkai memegang peranan utama keberhasilan dalam

    berbagai cabang olahraga. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kondisi

    fisik seorang atlet, dibutuhkan sebuah latihan, latihan yang secara terus-menerus

    agar menghasilkan gerakan yang maksimal (Rachman, 2012).

    Kekuatan otot ini akan meningkat bila seorang melakukan latihan

    beban dengan dosis tertentu atau program latihan tertentu. Latihan untuk

    meningkatkan kekuatan otot mempunyai prinsip overload, specifity,

    progresive dan keteraturan latihan (Arief, 2011).

    Salah satu tempat olahraga yang dapat meningkatkan kekuatan otot

    tungkai adalah komunitas Freeletic. Dimana, latihan – latihan dalam

    komunitas ini diberi nama olahraga freeletic sesuai dengan nama

    komunitasnya. Olahraga freeletic merupakan aktivitas olahraga terbaru yang

    sekarang mulai berkembang diseluruh dunia. Freeletic pertama kali

    diperkenalkan di Benua Eropa tepatnya Negara Jerman, oleh Andej

    Matijezak, Joshua Cornelius, dan Mehmet Yilmaz (Renato, 2016).

  • 2

    Kemudian Freeleticss mulai masuk ke Indonesia pada tahun 2013

    yang dipelopori oleh Andien Aisyah bersama Ippe, Opaz, dan Kris. Mereka

    membentuk Freeleticss Jakarta yang kemudian menginspirasi di berbagai

    kota besar di Indonesia seperti di Bandung, Samarinda, Denpasar, Sukabumi,

    dan termasuk Makassar. Setelah berkoordinasi dengan Kris dari Freeleticsss

    Jakarta, Mas Sarsongko Wacyutomo sepakat untuk membentuk Freeleticsss

    Makassar pada tanggal 30 Agustus 2014. Bentuk olahraga dari Freeleticss

    adalah gabungan dari body weight training (latihan beban tanpa beban

    tambahan dan hanya menggunakan berat badan sendiri) dan high intensity

    interval training (kombinasi antara latihan intensitas tinggi dengan intensitas

    sedang atau rendah dalam selang waktu tertentu) yang membuat pembakaran

    lemak menjadi lebih optimal. Salah satu latihan di Freeleticss adalah latihan

    strength untuk meningkatkan muscle strength. Gerakan–gerakan yang

    dilakukan pada Freeletic ini tergolong mudah tetapi semakin lama akan

    semakin berat dan rutin dilakukan tiga kali seminggu (Utami, 2017).

    Menurut Dreger (yang dikutip oleh Suharja 2013: 79) latihan beban

    adalah latihan yang sistematis yang menggunakan beban sebagai alat untuk

    menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan. Pada dasarnya body weight

    training sama dengan weight training, tetapi dibedakan dengan model latihan

    dan variasi latihan yang berbeda.

    Penelitian terdahulu tentang Rope jump dengan metode interval

    training terhadap kekuatan otot tungkai yang dilakukan oleh Kurnia Dwi

    Aisyah (2015) mengemukakan bahwa latihan interval adalah yang diselingi

    antara pemberian beban latihan dengan waktu istirahat. Dalam latihan

  • 3

    interval bisa dilakukan dengan intensitas tinggi maupun intensitas rendah

    tergantung dari kebutuhan kondisi fisik yang di inginkan. Latihan fisik yang

    diulang-ulang dengan diselingi waktu atau periode – periode pemulihan.

    Latihan interval intensitas tinggi dapat didefinisikan sebagai bentuk lomba–

    lomba atau gerakan pendek pada latihan yang dilakukan secara intense dan

    intervals pada latihan intensitas rendah sebagai recovery dari interval

    tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, bila diterapkan secara teratur,

    terprogram, berkesinambungan, serta disiplin yang tinggi terbukti dapat

    meningkatkan kekuatan otot tungkai.

    Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di komunitas freeletic

    Makassar, mendapatkan hasil bahwa orang–orang yang tergabung di

    komunitas ini adalah orang – orang yang memiliki keinginan untuk hidup

    lebih sehat dan ingin menjadikan suatu olahraga itu bukan lagi hanya sebatas

    keinginan semata, melainkan menjadikan olahraga adalah suatu kebutuhan.

    Selain itu, dari hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada pelatih

    freeletic, beliau mengatakan bahwa komunitas freeletic ini dibangun sebagai

    sarana untuk masyarakat umum yang ingin menjalani pola hidup sehat

    dengan berolahraga. Dan pelatih freeletic mengatakan bahwa olahraga

    freeletic ini sudah membawa banyak perubahan pada anggota – anggota yang

    telah cukup lama bergabung di komunitas ini. Maka dari itu, peneliti ingin

    melihat pengaruh olahraga freeletic terhadap tingkat kekuatan otot tungkai

    pada anggota freeleticdi komunitas freeletic Makassar.

  • 4

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas memberikan dasar

    bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan – pertanyaan penelitian

    sebagai berikut :

    1. Apakah terdapat pengaruh latihan olahraga freeletic terhadap kekuatan

    otot tungkai di komunitas freeletic Makassar dengan menggunakan Leg

    dynamometer?

    2. Apakah terdapat pengaruh latihan olahraga freeletic terhadap kekuatan

    otot tungkai di komunitas freeletic makassar dengan menggunakan Squat

    test?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Adapun tujuan umum penelitian ini yaitu diketahui adanya

    peningkatan kekuatan otot tungkai dengan teknik olahraga Freeletics

    pada anggota freeletic Makassar.

    2. Tujuan Khusus

    Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :

    1. Diketahui nilai kekuatan otot tungkai pada anggota freeletic Makassar

    sebelum diberikan latihan olahraga freeletic.

    2. Diketahui nilai kekuatan otot tungkai pada anggota freeletic Makassar

    setelah diberikan latihan olahraga freeletic.

    3. Diketahui pengaruh sebelum dan sesudah latihan olahraga freeletic

    terhadap kekuatan otot tungkai pada anggota freeletic Makassar

    dengan menggunakan leg dynamometer.

  • 5

    4. Diketahui pengaruh sebelum dan sesudah latihan olahraga freeletic

    terhadap kekuatan otot tungkai pada anggota freeletic Makassar

    dengan menggunakan squat test.

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

    1. Manfaat Akademik

    a. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan untuk membuka

    wawasan dan pengetahuan tentang pent ingnya olahraga freeletic.

    b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk

    penelitian selanjutnya.

    2. Manfaat Aplikatif

    a. Penelitian ini dapat mendorong seseorang untuk meningkatkan

    kekuatan otot tungkai melalui olahraga freeletic di komunitas

    Freeletic Makassar.

    b. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada anggota

    freeletic bahwa latihan olahraga freeletic yang diberikan peneliti

    dapat dijadikan sebagai pengaplikasian upaya preventif dalam

    bidang fisioterapi.

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum Tentang Kekuatan Otot Tungkai

    1. Definisi Kekuatan Otot Tungkai

    Otot merupakan suatu jaringan. Sel-sel otot bergabung menjadi

    serabut – serabut otot, kemudian kumpulan serabut otot menjadi otot.

    Bentuk dan ukuran otot sangat bervariasi, ada yang pnjang, pendek, pipih,

    dan berbentuk lingkaran. Ukurannya mulai dari yang sangat besar sampai

    yang sangat kecil (Arqom, 2016).

    Otot membentuk Jaringan terbesar di tubuh dan menghasilkan

    separuh dari berat tubuh. Otot rangka membentuk sekitar 40% berat tubuh

    pada pria, dan 32% pada wanita, dengan otot polos dan otot jantung

    membentuk 10% lainnya dari berat total. Unit dasar dari seluruh jenis otot

    adalah miofibril yaitu struktur filamen yang berukuran sangat kecil yang

    tersusun dari protein kompleks , yaitu filamen aktin dan miosin. Pada saat

    berkontraksi, filamen – filamen tersebut saling bertautan yang

    mendapatkan energi dari mitokondria di sekitar miofibil. Otot skeletal

    berisi serabut otot, connective tissue, pembuluh darah dan saraf otot

    skeletal terdiri dari sejumlah serat otot yang terletak sejajar satu sama lain

    dan di satukan oleh jaringan ikat. Serat-serat biasanaya terbentang di

    keseluruhan panjang otot (Sherwood, 2011).

  • 7

    Tungkai adalah anggota tubuh bagian bawah (lower body) yang

    tersusun oleh tulang paha atau tungkai atas, tulang tempurung lutut, tulang

    kering, tulang betis, tulang pangkal kaki, tulang tapak kaki, dan tulang

    jari-jari kaki. Fungsinya sebagai penahan beban anggota tubuh bagian atas

    (upper body) dan segala bentuk gerakan ambulasi. Adapun fungsi tungkai

    menurut Damiri (2004: 5) menyatakan bahwa tungkai sesuai fungsinya

    sebagai alat gerak, ia menahan berat badan bagian atas, ia memindahkan

    tubuh (bergerak), ia dapat menggerakkan tubuh kearah atas, dan ia dapat

    menendang, dan lain sebagainya. Otot tungkai memiliki karakteristik yang

    khusus yaitu, exitability adalah otot dapat menerima dan menjawab

    rangsang, contractability adalah otot dapat berubah bentuk sebagai hasil

    rangsangan memendek dan menebal, extensibility adalah otot dapat

    dibentangkan, dan elasticity adalah siap kembali ke ukuran yang normal,

    Drs. Santika Rentika Hadi (2012: 15).

    Dalam bukunya Muhammad Muhyi F (2011: 12) dijelaskan bahwa

    kekuatan secara umum didefinisikan sebagai banyaknya tenaga yang

    digunakan oleh otot atau sekelompok otot saat melakukan kontraksi.

    Kedua kekuatan dilihat dari sudut pandang fisiologi adalah kemampuan

    otot atau sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara

    maksimal melawan tahanan atau beban. Ketiga kekuatan dilihat dari sudut

    pandang biomekanika adalah gaya yang dapat dihasilkan oleh otot atau

    sekelompok otot dalam satu kontraksi maksimal.

  • 8

    Kekuatan (strength) sebagai landasan yang mendasari dalam

    pembentukkan komponen biomotor, diperlukan komponen fisik yang penting

    agar tercapainya prestasi optimal salah satunya yaitu kekuatan otot tungkai,

    karena sebagian besar cabang olahraga memerlukan otot tungkai dalam

    gerakannya. Untuk meningkatkan dan mengembangkan kondisi fisik

    seseorang, dibutuhkan sebuah latihan, latihan yang secara terus-menerus agar

    menghasilkan gerakan yang maksimal. Jenis latihan yang dapat digunakan

    untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai diantaranya adalah latihan

    berbeban (weight training). Program latihan yang menggunakan beban

    pemberat di luar tubuh (weight training) akan mempercepat proses terjadinya

    hypertrophy pada otot (Sukadiyanto, 2011: 101).

    2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Otot

    a. Usia dan Jenis Kelamin

    Usia dan massa otot memiliki hubungan korelasi negatif sehingga

    semakin tua usia, massa otot akan semakin menurun. Dalam faktor usia

    ini dapat dibagi menjadi dua yaitu usia remaja dan usia dewasa. Usia

    remaja terhitung saat seseorang berusia 15 sampai 20 tahun sedangkan

    usia dewasa terhitung saat seseorang berumur 21 sampai 40 tahun. Pada

    masa remaja, kebutuhan energi dan protein meningkat untuk memenuhi

    kebutuhan pertumbuhan cepat, meningkatnya massa otot pada usia

    remaja mengakibatkan pada usia remaja lebih terlihat berotot.

    Terpenuhinya kebutuhan energi dan protein ditandai dengan berat

    badan dan tinggi badan yang normal (Lesmana, 2012).

  • 9

    Pada umumnya bahwa pria lebih kuat dibandingkan dengan

    wanita. Kekuatan otot pria muda hampir sama dengan wanita muda

    sampai menjelang usia puber, setelah itu pria akan mengalami

    peningkatan kekuatan otot yang signifikan dibanding wanita, dan

    perbedaan terbesar timbul selama usia pertengahan (antara usia 30

    sampai 50). Peningkatan kekuatan ini berkaitan dengan peningkatan

    massa otot setelah puber, karena setelah puber massa otot pria 50%

    lebih besar dibandingkan dengan massa otot wanita (Wasisto, 2016).

    b. Ukuran Cross Sectional Otot

    Semakin besar diameter otot maka akan semakin kuat. Kekuatan

    otot skeletal manusia dapat menghasilkan kekuatan kurang lebih 3-8

    kg/cm2 pada cross sectional area tanpa memperhatikan jenis kelamin.

    Namun variabilitas cross sectional area pada suatu otot akan berbeda

    setiap saat karena pengaruh latihan dan inaktifitas (Wasisto, 2016).

    c. Hubungan Antara Panjang dan Tegangan Otot pada Waktu Kontraksi

    Otot menghasilkan tegangan yang tinggi pada saat terjadi sedikit

    perubahan panjang otot ketika berkontraksi. “tenaga kontraktil otot

    yang terbesar adalah ketika otot dalam keadaan ekstensi penuh karena

    pada saat full ekstensi, otot dalam keadaan 1/3 kali lebih panjang

    daripada saat istirahat”. Tenaga pada otot dapat terus berkurang ketika

    otot berkontraksi (memendek) melawan beban (Wasisto, 2016).

  • 10

    d. Recruitmen Motor Unit

    Peningkatan recruitmen motor unit akan meningkatkan kekuatan

    otot. Motor unit adalah unit fungsional dari sistem neuromuscular yang

    terdiri dari anterior motor neuron (terdiri dari axon, dendrit dan cell

    body) dan serabut otot (terdiri dari slow twitch fiber dan fast twitch

    fiber). Sejumlah serabut otot dipersarafi oleh susunan motor neuron

    tunggal yang dikenal sebagai motor unit. Akson pada setiap motor

    neuron akan terbagi menjadi beberapa cabang sehingga setiap serabut

    otot disuplai oleh satu motor and plate per serabut. Serabut dari sebuah

    motor unit dapat menyebar beberapa sentimeter di atas suatu area dan

    diselingi oleh serabut motor unit lainnya. Pengecualian yang jarang

    terjadi adalah motor unit terbatas pada suatu otot tunggal dan

    terlokalisir di dalam otot tersebut. Sebuah motor unit tunggal pada

    mamalia dapat berisi kurang lebih 100 sampai mendekati 2000 serabut,

    bergantung pada tipe gerakan yang dihasilkan oleh otot tersebut.

    Gerakan-gerakan yang di kontrol dengan tepat, seperti gerakan mata

    atau jari-jari dihasilkan oleh motor unit dengan jumlah serabut yang

    kecil. Gerakan yang kasar, sangat kuat, seperti gerakan yang dihasilkan

    oleh Gastrocnemius yang merupakan hasil dari aktivitas motor unit

    yang besar (Sherwood, 2013).

    e. Jenis Serabut Otot

    Karakteristik tipe serabut otot memiliki peranan pada sifat

    kontraktil otot seperti kekuatan, endurance, power, kecepatan dan

    ketahanan tehadap kelelahan. Tipe serabut II A dan B (fast twitch fiber)

  • 11

    memiliki kemampuan untuk menghasilkan sejumlah ketegangan tetapi

    sangat cepat mengalami kelelahan. Tipe I (slow twitch fiber)

    menghasilkan sedikit tegangan dan dilakukan lebih lambat

    dibandingkan dengan tipe serabut II tetapi lebih tahan terhadap

    kelelahan (Lesmana, 2012).

    f. Makanan

    Selain pemakaian karbohidrat dalam jumlah besar selama latihan,

    terutama selama tahap awal latihan, otot menggunakan sejumlah besar

    lemak sebagai energi dalam bentuk asam lemak dan asam asetoasetat

    dan otot lebih sedikit menggunakan protein dalam bentuk asam amino

    (Ridjal, 2016).

    3. Mekanisme Umum Kontraksi Otot

    Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan sebagai

    berikut:

    1. Potensial aksi berjalan sepanjang sebuah saraf motorik sampai ujung

    serat saraf.

    2. Setiap ujung saraf menyekresi substansi neurotransmitter yaitu

    asetilkolin dalam jumlah sedikit.

    3. Asetilkolin bekerja untuk area setempat pada membrane serabut otot

    untuk membuka saluran asetilkolin melalui molekul-molekul protein

    dalam membrane serabut otot.

    4. Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion

    natrium mengalir kebagian dalam membrane serabut otot pada titik

    terminal saraf. Peristiwa ini menimbulkan suatu potensial aksi pada

    membran.

  • 12

    5. Potensial aksi berjalan sepanjang membrane saraf otot dengan cara

    yang sama seperti potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf.

    6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot,

    berjalan dalam serat otot ketika potensial aksi menyebabkan reticulum

    sarkolema melepas sejumlah ion kalsium, yang disimpan dalam

    reticulum ke dalam myofibril.

    7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin

    danmiosin, yang menyebabkan bergerak bersama-sama menghasilkan

    kontraksi.

    8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali kedalam

    retikulum sarkoplasma oleh pompa membrane Ca++, dan ion-ion ini

    tetap disimpan dalam reticulum sampai potensial aksi yang baru datang

    lagi (Guyton, 2014).

    4. Sistem Metabolisme Otot

    Selama berkontraksi, otot memerlukan energi untuk menjalankan

    fungsinya. ATP adalah satu-satunya sumber energi yang dapat secara

    langsung digunakan untuk berbagai aktivitas,maka agar aktivitas

    kontraktil dapat berlanjut, ATP harus terus-menerus diberikan. Di

    jaringan otot persediaan ATP yang dapat segera digunakan berjumlah

    terbatas, tetapi terdapattiga jalur yang memberikan tambahan ATP sesuai

    kebutuhanselama kontraksi otot: (1) transfer fosfat berenergi tinggi dari

    kreatin fosfat ke ADP (2) fosforilasi oksidatif (siklus asam sitrat dan

    sistem transpor elektron), dan (3)glikolisis (Sherwood, 2011).

  • 13

    Gambar 1. Sisptem Metabolisme Otot

    Sumber: Dougherty, 2017

    5. Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai

    Kekuatan otot dapat diketahui meningkat atau menurun dengan

    melakukan pengukuran. Pada penelitian ini, peniliti akan mengukur

    kekuatan otot tungkai deangan menggunakan leg dynamometer dan squat

    test.

    a. Leg Dynamometer

    Gambar 2. Tes Kekuatan Otot Tungkai (Leg Dynamometer) Sumber: Nur Ichsan Halim, 2011

    Leg dynamometer merupakan alat ukur yang dilaksanakan

    untuk mengetahui kekuatan otot extensor tungkai. Kekuatan otot

    ini termasuk dalam komponen kesegaran jasmani, maka sangat

    perlu kekuatan otot ini selalu dilatih untuk ditingkatkan

  • 14

    kekuatannya. Karena akan bermanfaat bagi pengembangan fisik

    atau prestasi atlet.

    b. Squat Test

    Gambar 3. Tes Kekuatan Otot Tungkai (Squat Test) Sumber : Kim Nunley, 2017

    Tujuan dari tes ini adalah untuk menentukan kekuatan otot

    tubuh bagian bawah, khususnya otot betis superfisial

    (gastrocnemuius dan soleus), otot quadriceps, hamstring, dan

    gluteus. Tes ini dilakukan tanpa adanya beban tambahan atau

    beban dari luar. Keuntungan dari tes ini yaitu peralatan yang

    minimal diperlukan, sederhana untuk mengatur dan melakukan

    dan dapat dilakukan hampir dimana saja. Sedangkan kekuarang

    dari tes ini diperlukan asisten untuk mengelola tes.

    B. Tinjauan Umum Tentang Olahraga Freeletics

    1. Tentang Olahraga Freeletic

    Freeleticss, menurut sejumlah literatur, diperkenalkan oleh tiga

    warga Munich, Jerman, yakni Andrej Matijczak, Joshua Cornelius dan

    Mehmet Yilmaz pada tahun 2013. Mereka membuat aplikasi berbasis

  • 15

    telepon pintar dan memasukkan aneka program latihan kebugaran.

    Aplikasi itu kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia, yang

    menginspirasi banyak orang mempraktekannya. Termasuk di Indonesia.

    Pada tahun yang sama, Freeleticss masuk ke Indonesia dan

    menginspirasi terbentuknya komunitas di berbagai kota. Dan Agustus

    2014 komunitas Freeleticss Makassar berdiri dengan diprakarsa Rosa

    Amalia Safitri dan Sarsongko Wacyutomo.

    Secara rutin komunitas Freeleticss Makassar melakukan Sweat

    camp, yakni ajang latihan bersama para pegiat dengan menu latihan yang

    telah ditentukan. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari minggu pagi

    atau sore. Tempatnya berpindah-pindah, antara lain di kawasan Car Free

    Day Jalan Jenderal Sudirman, lapangan Karebosi, Monumen Mandala,

    Anjungan Pantai Losari, dan lainnya. Tempatnya bergantian untuk

    memperkenalkan hobi olahraga ini secara meluas kepada masyarakat.

    Komunitas ini juga menggelar kegiatan bernama Night Sweat camp.

    Berbeda dengan Sweat camp, kegiatan ini digelar pada malam hari, juga

    di tempat yang berbeda–beda. Biasanya kegiatan malam dilakukan hari

    rabu dan jumat.

    2. Bentuk Olahraga Freeletic

    Bentuk olahraga dari freeleticss adalah gabungan dari body weight

    training (latihan beban tanpa beban tambahan dan hanya menggunakan

    berat badan sendiri) dan High Intensity Internal Training (latihan kardio

    yang menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dengan

    intensitas sedang atau rendah dalam selang waktu tertentu) yang

  • 16

    membuat pembakaran lemak menjadi lebih optimal (Utami, 2017).

    Menurut Dreger (yang dikutip oleh Suharjana 2013: 79) latihan beban

    adalah latihan yang sistematis yang menggunakan beban sebagai alat

    untuk menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan. Pada dasarnya

    body weight training sama dengan weight training, tetapi dibedakan

    dengan model latihan dan variasi latihan yang berbeda. Body weight

    training adalah metode latihan beban yang lebih menekankan cara latihan

    dengan menggunakan beban dalam atau beban dari tubuh sendiri, seperti:

    squat, plank, push up, sit up, crunch, lunges. Body weight training akan

    melatih kekuatan dengan baik, di bagian otot mana pun yang ingin di

    latih. Pemberian program body weihght training dilakukan secara teratur

    dalam tiga kali seminggu selama 16 kali latihan dapat meningkatkan

    kekuatan otot tungkai.

    Ada empat prinsip yang harus menjadi dasar dalam penyusunan

    program latihan beban. Keempat prinsip dasar itu adalah:

    a. Prinsip overload; Kekuatan otot sangat efektif dibangun ketika kerja

    otot dan grup otot pada bebanyang lebih. Latihan denganbeban yang

    umum dikerjakan oleh otot hanya menghasilkan kerja otot yang

    umum. Penggunan beban yang berlebih akan menyebabkan terjadinya

    proses adap-tasi fisiologis yang akan mengarahkan pada peningkatan

    kekuatan otot.

    b. Prinsip tahanan yang progesif; Sejak otot diberikan beban yang

    melebihi kemampuannya maka otot akan mengalami adaptasi

    fisiologis dimana akan terjadi perose peningkatan kekuatan otot. Bila

  • 17

    proses adaptasi ini telah dicapai, maka kerja otot yang tadinya

    melebihi beban kemam-puannya akan tidak lagi overload. Dengan

    alasan tersbut maka program latihan beban harus juga didasari prinsip

    progresifitas beban yang diberikan. Penambahan beban yang

    meningkat tersebut dapat diberikan dengan menambah jumlah berat

    beban yang diberikan atau menambah jumlah pengulangannya.

    c. Prinsip latihan yang teratur; Program latihan beban harus diatur

    sedemikian rupa sehingga beban yang diberikan harus kepada otot

    otot besar terlbih dahulu baru kepada otot otot kecil. Alasannya sesuai

    dengan pola gerak normal manusia, bahwa otot otot kecil lebih cepat

    mengalami kelelahan daripada otot otot besar. Sehing-ga pemberian

    latihan beban harus dimulai dari otot besar dan diikuti oleh otot otot

    kecil. Selain itu pengaturan latihan beban juga harus memperhatikan

    pemberian beban terhadap otot. Diupayakan agar tidak memberikan

    latihan yang sama secara berurut bagi otot yang sama. Sehingga otot

    yang dilatih memiliki kesepatan recoveri sebelum diberikan latihan

    latihan lebih lanjut.

    d. Prinsip kekhususan; Latihan beban tidak hanya dapat diberikan

    kepada kelompok otot. Akan tetapi latihan beban dapat juga diberikan

    kepada otot otot yang bekerja secara spesifik. Selain itu pemberian

    latihan beban juga harus menperhatikan olahrtaga yang dominan

    dilakukan. Sehingga latihan beban yang diberikan dapat disesuaikan

    dengan gerakan yang sesuai dengan cabanng olahraga yang

    ditekuninya.

  • 18

    3. Jenis-Jenis Latihan Olahraga Freeletic

    Latihan inti merupakan menu latihan yang telah disiapkan dan

    direncanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai (Suharjana,

    2013). Latihan olahraga freeletic dilakukan sebanyak empat sirkuit.

    Tiap sirkuit terdiri dari empat gerakan. Awalnya, anggota melakukan

    sirkuit pertama dengan melakukan empat gerakan sekaligus selama

    dua kali pengulangan. Dengan durasi tiap gerakan adalah 30 detik.

    Kemudian recovery dari pengulangan gerakan yaitu satu menit dan

    recovery untuk tiap pergantian sirkuit yaitu selama dua menit,

    disesuaikan dengan metode tabata (irama musik). Sehingga latihan inti

    olahraga freeletic ini bisa menghabiskan waktu sekitar 20–30 menit.

    Adapun jenis–jenis gerakan latihan olahraga freeletic yaitu:

    a. Sirkuit I

    1) Butt Kick

    Butt kick adalah gerakan lari ditempat yang berfungsi

    untuk membakar banyak kalori di dalam tubuh, menjaga

    denyut jantung, dan menguatkan otot bagian paha.

    Gambar 4. Butt Kick Sumber: Fuhr, 2018

  • 19

    a) Posisi berdiri tegak dengan kedua tangan menggenggam

    dan diangkat ke atas.

    b) Gerakkan kaki kanan ke belakang hingga tumit hampir

    menyentuh bokong.

    c) Menurunkan kaki kanan kemudian mengulangi gerakan

    yang sama dengan menggunakan kaki kiri.

    d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    2) High Knee

    High knees adalah suatu gerakan yang meningkatkan

    kebugaran aerobik, meningkatkan detak jantung,

    meningkatkan metabolisme, dan membantu membakar kalori

    lebih banyak.

    Gambar 5. High Knees Sumber: Artamon, 2012

    a) Mulailah joging di tempat, angkat lutut setinggi mungkin.

    b) Cobalah mengangkat lutut sampai tingkat pinggul.

  • 20

    c) Untuk langkah yang lebih tinggi, kedua tangan lurus ke

    tingkat pinggul, dan cobalah menyentuh lutut ke tangan saat

    mengangkatnya.

    d) Bawa lutut ke tangan Anda alih–alih meraih tangan ke lutut.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    3) Flutter Kicks

    Flutter kicks adalah gerakan tubuh yang bertujuan untuk

    melatih otot perut atas hingga bawah, dan usahakan kepala

    tidak menyentuh permukaan lantai dalam artian kepala ikut

    menahan beban, sehingga sekaligus melatih otot leher.

    Gambar 6. Flutter Kicks Sumber: Artamon, 2012

    a) Berbaringlah di atas tikar dengan tangan di bawah bokong.

    b) Kemudian mengangkat kaki sedikit demi sedikit, lutut tetap

    lurus, dan pergelangan kaki sama.

    c) Usahakan abs tidak terlibat dan lakukan tendangan pendek

    dengan cara bolak–balik.

    d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

  • 21

    b. Sirkuit II

    1) Push Up Shoulder Tap

    Push Up Shoulder Tap adalah gerakan yang sederhana

    namun dapat menjadi latihan yang baik untuk otot dada, bahu,

    dan tricep.

    Gambar 7. Push Up Shoulder Tap Sumber: Fuhr, 2018

    a) Posisi awal yaitu posisi plank atau posisi push-up dengan

    kedua tangan menapa diatas matras.

    b) Kemudian satu tangan diarahkan ke punggung yang

    berlawanan begitupun sebaiknya pada tangan yang satunya.

    c) Ulangi gerakan sesuai irama musik.

    2) Toe Touch Push Up

    Toe Touch Push Up adalah gerakan pergeseran ketukan

    pergelangan kaki menantang koordinasi dan keseimbangan dan

    langkah ini membuat jantung terpompa, memperkuat otot, dan

    membantu membakar banyak kalori dalam waktu singkat.

  • 22

    Gambar 8. Toe Touch Push Up

    Sumber: Fuhr, 2018

    a) Mulailah dengan posisi push up, dengan kedua tangan di

    bawah bahu dan kaki memanjang ke belakang.

    b) Kemudian membawa tangan kananmenyentuh

    pergelangan kaki kiri.

    c) Kembali ke posisi push up dan mengulangi pada sisi

    yang berlawanan.

    d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    3) High Jump

    High jump adalah gerakan tubuh yang bertujuan

    meningkatkan detak jantung, membakar kalori dalam waktu

    singkat, dan meningkatkan kekuatan tubuh bagian bawah.

    Gambar 9. High Jump

    Sumber: Norey, 2014

  • 23

    a) Berdiri dengan lutut sedikit tertekuk.

    b) Melompat setinggi mungkin dan mendekatkan lutut ke arah

    dada sambil mengangkat kedua lengan.

    c) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    c. Sirkuit III

    1) Lunges

    Lunges adalah gerakan sederhana untuk melatih dan

    membangun kekuatan otot terutama tubuh bagian bawah

    seperti otot paha depan, glutea, hamstring, dan juga otot inti.

    Gambar 10. Lunges Sumber: Fuhr, 2018

    a) Posisi awal yaitu berdiri dengan sedikit melebarkan kaki.

    b) Kemudian membawa satu kaki ke arah depan sambil

    menekuk lutut sehingga membentuk 90º.

    c) Kemudian kaki yang satunya ditekuk juga secara perlahan.

  • 24

    d) Setelah itu, kembali ke posisi awal dan mengulangi seperti

    langkah awal dengan posisi kaki yang di depan dan yang di

    belakang bertukar.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    2) Kick Squat

    Kick Squat suatu gerakan yang bertujuan melatih otot kaki

    menjadi lebih kuat dan membentuk tubuh bagian bawah.

    Gambar 13. KicGambar 11. Kick Squat

    Sumber: Fuhr, 2018

    a) Posisi awal yaitu berdiri dengan sedikit melebarkan kaki.

    b) Kemudian menekuk lutut dan menekan pinggul seolah–olah

    akan duduk.

    c) Kemudian perlahan-lahan berdiri dan melakukan tendangan

    ke depan.

    d) Setelah itu, mengulangi langkah dari awal untuk

    menendangkan kaki yang berlawanan dan begitu seterusnya.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

  • 25

    3) Side Lunges

    Side lunges adalah gerakan yang membawa tubuh ke

    bagian lateral yang berfungsi untuk memperkuat otot-otot

    bagian paha depan, paha belakang, dan glutea.

    Gambar 12. Side Lunges

    Sumber: Fuhr, 2018

    a) Mulailah dengan berdiri tegak.

    b) Kemudian membawa salah satu kaki ke bagian lateral

    dengan berat badan bertumpu di kaki tersebut.

    c) Kemudian, mendorong telapak kaki tersebut untuk kembali

    ke posisi awal.

    d) Mengulangi gerakan tersebut ke salah satu kaki lainnya.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    d. Sirkuit IV

    1) Jumping Jack

    Jumping jack adalah salah satu gerakan yang memiliki manfaat

    untuk kesehatan kardiovaskular.

  • 26

    Gambar 13. Jumping Jack

    Sumber: Fuhr, 2018

    a) Mulailah dengan posisi berdiri tegak.

    b) Posisi lengan di sisi tubuh dengan kaki dibuka selebar

    bahu.

    c) Sambil melompat lengan dibawa di atas kepala diikuti

    dengan melebarkan kedua kaki.

    d) Kemudian kembali seperti posisi awal.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    2) Heel Touch

    Heel touches adalah suatu latihan yang bertujuan melatih

    otot perut bagian atas serta kanan kiri pada bagian bawah.

    Gambar 14. Heel Touches

    Sumber: Artamon, 2012

  • 27

    a) Baringkan tubuh menghadap langit.

    b) Tekuk kedua kaki dengan lutut menghadap ke atas.

    c) Angkat sedikit kedua bahu.

    d) Sentuh kedua tumit bergantian.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    3) Bicycle Crunches

    Bicycle crunches adalah suatu latihan yang bertujuan

    melatih semua bagian otot perut dan dengan gerakan secara

    terus-menerus dapat meningkatkan detak jantung dan

    membakar lebih banyak kalori.

    Gambar 15. Bicycle Crunches

    Sumber: Fuhr, 2018

    a) Posisikan tubuh di lantai menghadap atas langit.

    b) Letakkan kedua tangan di samping telinga.

    c) Angkat kedua kaki hinggak tak menyentuh lantai.

    d) Secara bersamaan, tekuk kaki kiri dan gerakkan siku

    kanan hingga bersentuhan, begitupun sebaliknya.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

  • 28

    e. Sirkuit V

    1) Walkout Pushups

    Walkout pushups adalah gerakan yang efektif

    memperkuat batang tubuh sebab melibatkan seluruh gerakan

    tubuh, sperti menggunakan lengan dan kaki.

    Gambar 16. Walkout Pushups Sumber: Fuhr, 2018

    a) Pertama–tama yang harus anda lakukan adalah melakukan

    posisi awal yaitu berdiri dengan kedua tangan diangkat

    lurus ke atas.

    b) Kemudian menjatuhkan tangan pada matras dengan posisi

    membungkuk namun tetap menjaga punggung tetap lurus.

    c) Menggerakkan tangaon ke depan sampai terbentuk posisi

    plank.

    d) Kemudian melakukan push up satu kali.

    e) Setelah itu, kembali ke posisi plank dan menggerakkan

    tangan ke belakang sampai tercipta posisi membungkuk

    pada tahap ke dua.

    f) Kemudian kembali ke posisi berdiri sambil mengankat

    tangan ke atas. Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

  • 29

    2) Flying Climber

    Flying climber adalah gerakan tubuh yang akan

    berdampak pada banyak otot dari lengan, perut, hingga

    pergerakan bagian bawah.

    Gambar 17. Flying Climber

    Sumber: Artamon, 2012

    a) Letakkan kedua tangan di atas lantai, selebar bahu.

    b) Kaki sepenuhnya di belakang dan hanya telapak kaki yang

    menyentuh lantai.

    c) Tubuh harus berada dalam garis lurus, dengan berat badan

    hanya ditumpuh di tangan dan di kaki.

    d) Dimulai dengan membawa satu lutut ke arah bagian tengah

    perut dan kemudian dengan cepat bergantian diantara kedua

    kaki.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

  • 30

    3) Burpee

    Burpee adalah gerakan tubuh yang bertujuan untuk

    meningkatkan detak jantung dan membakar satu ton kalori

    dalam waktu singkat.

    Gambar 18. Burpee Sumber: Artamon, 2012

    a) Pertama – tama yang harus anda lakukan adalah melakukan

    posisi awal yaitu berdiri.

    b) Kemudian turunlah untuk memulai melakukan gerakan

    seperti jongkok, namun usahakan tangan anda menempel

    pada tanah.

    c) Setelah itu lakukan gerakan menendangkan kaki ke arah

    belakang dengan membentuk posisi seperti hendak

    mengambil aba – aba gerakan push up.

    d) Selanjutnya, segeralah menurunkan badan seperti halnya

    melakukan gerakan push up dan tempelkan seluruh

    permukaan tubuh bagian depan ke tanah.

  • 31

    e) Lalu segeralah kembali pada posisi jongkok dan akhiri

    dengan melompat kembali pada posisi awal yakni dengan

    tangan yang tetap menyentuh bagian belakang kepala.

    f) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    f. Sirkuit VI

    1) Kick Lunges

    Kick lunges adalah gerakan yang melatih kaki dan

    memberikan dorongan kardio yang besar.

    Gambar 19. Kick Lunges Sumber: Artamon, 2012

    a) Mulailah dengan posisi berdiri tegak.

    b) Kemudian melakukan gerakan lunge dengan kaki kanan

    berada di bagian belakang.

    c) Melakukan tendangan menggunakan kaki kanan.

    d) Kemballi ke posisi awal dan mengulangi dengan kaki

    kiri.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

  • 32

    2) Reverse Lunges High Knees

    Reverse lunges high knees merupakan gerakan

    modifikasi dari lunges kemudian diikuti dengan high knees.

    Latihan ini juga berfungsi untuk meningkatkan kekuatan otot

    quadricep, hamstring, betis, otot perut, dan glutea, serta

    meningkatkan denyut jantung. Berikut cara melakukan :

    Gambar 20. Reverse Lunges High Knees Sumber: Fuhr, 2018

    a) Mulailah dengan posisi berdiri tegak dan kaki rata

    dengan lantai, selebar pinggul. Jagalah agar bahu tetap

    terangkat untuk membantu agar punggung tetap lurus

    dengan melibatkan otot-otot pendukung yang sesuai.

    b) Langkahkan kaki kiri dengan lebar ke belakang.

    Turunkan tubuh hingga kaki kiri menyentuh lantai,

    dengan jari kaki terlebih dahulu.

    c) Jagalah agar kedua kaki berada dalam sudut 90 derajat.

    d) Cobalah mengangkat lutut sampai tingkat pinggul.

  • 33

    e) Untuk langkah yang lebih tinggi, kedua tangan lurus ke

    tingkat pinggul, dan cobalah menyentuh lutut ke tangan

    saat mengangkatnya.

    f) Bawa lutut ke tangan Anda alih–alih meraih tangan ke

    lutut.

    g) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    3) Squat Jump

    Squat jump adalah gerakan tubuh yang bertujuan untuk

    meningkatkan massa otot dan mempercepat proses penurunan

    berat badan. Squat jump juga bagus untuk memompa darah

    ke seluruh tubuh serta meningkatkan sirkulasi.

    Gambar 21. Squat Jump Sumber: Fuhr, 2018

    a) Berdirilah dengan selebar bahu dan jari–jari kaki sedikit

    menggeser kearah luar.

    b) Kemudian menekuk lutut dan menekan pinggul seolah–olah

    akan duduk.

    c) Setelah itu, lompat lurus keatas, dan menekuk kembali lutut

    serta menekan pinggul seperti posisi akan duduk.

    d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

  • 34

    g. Sirkuit VII

    1) Sprint

    Sprint adalah gerakan lari cepat yang bertujuan untuk

    meningkatkan kinerja paru–paru dan jantung lebih kuat dan

    aliran darah lancar.

    Gambar 22. Sprint Sumber: Fuhr, 2018

    a) Gerakan ini dilakukan dengan cara melompat beberapa

    kali secara berturut–turut. Selain skipping, kita juga

    dapat melakukan sprint ditempat. Sprint dilakukan

    dengan lari ditempat sekencang–kencangnya.

    b) Gerakan ini dilakukan sesuai irama musik.

    2) Crunches

    Crunches adalah gerakan tubuh yang bertujuan melatih

    otot perut bagian atas.

  • 35

    Gambar 23. Crunches Sumber: Fuhr, 2018

    a) Baringkan tubuh di lantai menghadap atas.

    b) Letakan kedua tangan di belakang kepala.

    c) Angkat badan dan bahu dengan menegangkan otot perut

    sambil menghembuskan nafas.

    d) Pertahankan posisi leher tetap lurus.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    3) Russian Twist

    Russian twists adalah gerakan tubuh yang bertujuan

    melatih otot obliq dan otot perut bagian samping

    Gambar 24. Russian Twists Sumber: Fuhr, 2018

  • 36

    a) Berbaringlah dengan kaki tertekuk di lutut.

    b) Tinggikan tubuh bagian atas sehingga membentuk V

    dengan paha.

    c) Putar tubuh ke kanan dengan membawa lengan menjulur

    kesamping, begitupun sebaliknya ke sebbelah kiri.

    d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    C. Tinjauan Hubungan Antara Olahraga Freeleticss dengan Kekuatan

    Otot Tungkai

    Yosaphat Sumardi menjelaskan bahwa otot – otot tidak dapat berkontraksi

    secara terus menerus. Setelah berkontraksi otot perlu beristirahat untuk

    mendapatkan kesegaran kembali. Apabila dipaksa berkontraksi terus

    menerus, akibatnya otot akan menjadi kejang. Jika otot mendapat latihan

    yang teratur dalam waktu yang cukup lama. Otot dapat menjadi lebih besar

    dan kuat. Otot yang sehat dan terlatih tidak mudah renggang dan robek.

    Sebaliknya, otot yang tidak digunakan akan mengecil dan lemah. Jumlah sel

    otot di dalam tubuh tetap sama, tetapi olah raga yang teratur dapat menambah

    besar ukuran tiap sel, otot akan menjadi lebih besar dan kuat (Arqom, 2016).

    1. Adaptasi Yang Terjadi Setelah Olahraga

    Olahraga yang teratur juga membuat tubuh lebih efisien dalam

    menyediakan oksigen dan glukosa bagi otot, paru tumbuh lebih besar dan

    jantung berdetak lebih kuat. Adaptasi merupakan karakteristik utama

    pada otot skeletal. Sebagai respon dari latihan, perubahan akut dapat

    terjadi pada sistem, organ atau sel. Sebagai contoh peningkatan denyut

    nadi terjadi ketika melompat dari kursi atau saat melakukan jogging.

  • 37

    Adaptasi selular secara umum dapat meningkatkan atau menurunkan

    kemampuan rata – rata sintesis pada komponen selular. Sel otot dapat

    mengalami sintesis dan degradasi. Jika rata – rata sintesis melebihi rata –

    rata degradasi, maka terjadi peningkatan komponen selular. Perubahan

    pada sintesis protein memerlukan signal selular, salah satunya adalah

    faktor biologis dan fisiologis yang melanjutkan proses komunikasi pada

    otot yang berbeda sehingga menyebabkan perubahan selular.

    2. Pengaruh Latihan pada Otot dan Kinerja Otot

    Salah satu prinsip utama perkembangan otot selama latihan

    adalah sebagai berikut: Otot yang bekerja tanpa beban, walaupun dilatih

    berjam – jam, kekuatannya hanya sedikit meningkat. Pada keadaan

    ekstrim yang lain, kekuatan otot yang berkontraksi lebih dari 50 persen

    gaya kontraksi maksimum akan berkembang dengan cepat bahkan bila

    kontraksi dilakukan hanya beberapa kali setiap harinya. Dengan

    menggunakan prinsip ini, percobaan memperbesar otot menunjukkan

    bahwa enam kontraksi otot yang mendekati maksimal, yang dilakukan

    dalam tiga set tiga hari seminggu kira – kira akan memberikan

    peningkatan kekuatan otot yang maksimum tanpa mengakibatkan

    kelelahan otot yang kronis (Guyton, 2014).

    Kurva berikut menunjukkan perkiraan peningkatan persentase

    kekuatan yang dapat dicapai oleh seorang dewasa muda yang

    sebelumnya tidak terlatih dengan program latihan daya tahan ini,

    memperlihatkan bahwa kekuatan otot meningkat kira – kira 30 persen

    selama 6 sampai 8 minggu pertama tetapi hampir mencapai pendataran

  • 38

    setelah waktu tersebut. Bersama dengan peningkatan kekuatan ini,

    didapatkan perkiraan peningkatan persentase massa otot yang sebanding,

    yang disebut hipertrofi otot. Pada usia tua, banyak orang menjadi sangat

    kurang bergerak, sehingga otot ototnya menjadi atrofi. Pada keadaan ini,

    latihan otot sering meningkatkan kekuatan otot lebih dari 100 persen

    (Guyton, 2014).

    Gambar 20. Perkiraan Efek Latihan Daya Tahan yang Optimal untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Selama Masa Latihan 10 Minggu

    Sumber: Guyton, 2014

    Ukuran rata-rata otot seseorang terutama ditentukan oleh hereditas

    ditambah kadar sekresi testosteron, yang pada pria, akan menyebabkan

    otot yang lebih besar daripada wanita. Akan tetapi, dengan latihan, otot

    dapat mengalami hipertrofi, mungkin bertambah sebanyak 30 sampai 60

    persen. Kebanyakan hipertrofi ini lebih disebabkan oleh peningkatan

    diameter serabut otot daripada oleh peningkatan jumlah serabut, tapi hal

    ini tidak semuanya benar, karena beberapa serabut otot yang sangat

    membesar diyakini memisah di tengah, di seluruh panjang otot untuk

    membentuk serabut-serabut yang seluruhnya baru, sehingga sedikit

    meningkatkan jumlah serabutnya. Akibat semua perubahan ini,

  • 39

    Adaptasi

    neuromuscular

    Hipertrofi

    kemampuan sistem metabolik aerob dan anaerob meningkat, terutama

    meningkatkan kecepatan oksidasi maksimum dan efisiensi sistem

    metabolisme oksidatif sebanyak 45 persen. Pada manusia, semua otot

    mempunyai persentase yang bervariasi antara serabut otot yang berkedut

    cepat (fast twitch) dan serabut otot yang berkedut lambat (slow twitch)

    (Guyton, 2014).

    D. Kerangka Teori

    Gambar 21. Kerangka Teori

    Latihan kekuatan

    otot

    Olahraga

    freeleticss

    Olahraga

    Kontraksi otot

    Kekuatan otot

    1. Jenis kelamin

    2. Makanan

    3. Usia

    4. Ukuran otot

    5. Jenis serabut

    otot

    6. Recruitmen

    motor unit

    1. Miofibril

    2. Aktin & miosin

    3. Sarkoplasma

    4. Pembentukan ATP

  • 40

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

    A. Kerangka konsep

    B. Hipotesis

    Berdasarkan kerangka konsep di atas, hipotesis yang dirumuskan sebagai

    berikut: “ada pengaruh olahraga freeletic terhadap kekuatan otot tungkai pada

    anggota freeletic Makassar”

    Variabel Independen Variabel antara Variabel Dependen

    Variabel perancu Variabel kontrol

    Olahraga freeletics Kekuatan otot

    tungkai

    1. Gizi

    2. Latihan lain

    3. IMT

    1. Jenis kelamin

    2. Umur

    Adaptasi neuromuscular

  • 41

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    A. Metode Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian pra

    eksperimen dengan rancangan One-group pre-post test design. Peneliti

    menggunakan desain ini karena penelitian ini akan mengungkapkan

    sebab-akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok

    subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi (pre test), kemudian

    diobservasi lagi setelah intervensi (post test). Rancangan ini dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    O1 X1 O 2

    Keterangan :

    O1 : Pre test tingkat kekuatan otot tungkai

    X1 : Pemberian 18 kali latihan olahraga freeletic

    O2 : Post test setelah pemberian 18 kali latihan olahraga freeletic

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Komunitas Freeletics Makassar.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitiani ni dilaksanakan mulai 28 Maret – 9 Mei 2018.

  • 42

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi penelitian adalah seluruh anggota freeletics di Komunitas

    Freeletics Makassar pada masa penelitian.

    2. Sampel

    Sampel yang digunakan sebesar 20 orang dari populasi dengan

    ketentuan yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang

    telah ditetapkan oleh peneliti berdasarkan rumus slovin berikut:

    n =N

    1 + � (� )�

    n =30

    1 + 30(0,2)�

    n =30

    2,2

    n = 13,6

    n = 14

    Keterangan:

    n : besar sampel minimal yang diperlukan

    N : besar populasi yang diketahui

    e : persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan

    sampel yang masih dapat ditolelir, e = 0,1

    Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut:

    Nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar

    Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil.

    Koreksi besar sampel untuk antisipasi drop out

  • 43

    � ′ =14

    (1 − � )

    � ′ =14

    (1 − 0,1)

    Dimana n adalah besar sampel minimum dan f adalah perkiraan

    proposal drop out yang diperkirakan 10% (f = 0,1), sehingga jumlah

    subyek minimum yang harus diteliti adalah:

    � � = 15,55

    � � = 16

    Sehingga didapatkan hasil n = 16. Jumlah sampel yang didapat sebesar

    20 menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan

    eksklusi yang ditetapkan adalah:

    a. Kriteria Inklusi

    1) Berjenis kelamin laki – laki.

    2) Umur, ditetapkan anggota berumur 20 – 30 tahun.

    3) Kooperatif, yaitu anggota yang dapat memahami dan

    mampu melaksanakan prosedur penelitian.

    4) Anggota bersedia menjadi sampel penelitian.

    b. Kriteria Eksklusi

    1) Anggota dalam keadaan post operasi, dan sedang mengalami

    cedera pada tungkai.

    2) Mengonsumsi obat-obatan (suplemen).

    3) Anggota tidak mengikuti prosedur penelitian secara

    sempurna.

  • 44

    D. Alur Penelitian

    Gambar 23. Alur Penelitian

    E. Variabel Penelitian

    1. Identifikasi variabel

    a. Variabel Independen

    Variabel independen pada penelitian ini adalah olahraga freeletics.

    b. Variabel Dependen

    Variabel dependen pada penelitian ini adalah tingkat kekuatan otot

    tungkai.

    2. Definisi Operasional Variabel

    a. Olahraga Freeletics

    1) Definisi Operasional

    Olahraga freeletic adalah olahraga yang menggabungkan body

    weight training dan HIIT (High Intensity Interval Training)

    dengan menggunakan tabata (irama musik). Latihan pada

    olahraga freeletic yang berpengaruh pada tungkai seperti:

    Proposal

    Penelitian

    Izin Penelitia

    n

    Menetapkan Sampel sesuai kriteria inklusi dan eksklusi

    Observasi Awal

    Mengumpulkan data dengan

    kuisioner

    Pengolahan Data

    Analisis Data

    Perubahan tingkat

    kekuatan otot tungkai

    Pengukuran tingkat kekuatan otot tungkai

    dengan Leg Dynamometer

    Pemberian olahraga freeletic

    Pengukuran tingkat kekuatan otot tungkai

    dengan Leg Dynamometer

  • 45

    walkout pushups, kick squat, lunges, reverse lunge high knee,

    straight leg levers. Dosis latihan olahraga freeletic:

    Frekuensi : 3x seminggu

    Intensitas : 1 set, 1 repetisi/sirkuit

    Time : 40-60 menit

    Teknik : Body Weight Training dengan High Intensity Interval

    Training

    b. Kekuatan Otot Tungkai

    1) Definisi Operasional

    Kekuatan otot tungkai merupakan kemampuan otot atau

    sekelompok otot untuk melakukan kontraksi secara maksimal

    dalam mengangkat atau menahan beban.

    2) Kriteria Objektif

    Kekuatan otot tungkai dapat diukur menggunakan Leg

    Dynamometer dan Squat Test. Dimana pada pengukuran Leg

    Dynamometer terdapat norma nilai penilaian dan klasifikasi

    kekuatan otot tungkai seperti berikut:

    Tabel 1. Norma penilaian dan Klasifikasi Kekuatan Otot Tungkai

    No Klasifikasi Nilai

    1

    2

    3

    4

    5

    Baik sekali : Putra

    Baik : Putra

    Sedang : Putra

    Kurang : Putra

    Kurang sekali : Putra

    >321.00

    241.00 - 320.00

    121.00 - 240.50

    41.00 - 120.50

  • 46

    Sedangkan dengan menggunakan Squat Test bisa dilihat penilaian

    berikut :

    Tabel 2. Strength Squat Test

    Sumber : Australian college of sport & fitnes (2013)

    F. Prosedur Penelitian

    Penelitian ini melalui empat tahapan yaitu :

    1. Tahap Persiapan :

    a. Mengurus surat izin penelitian

    b. Peneliti membuat surat persetujuan dan harus ditandatangani

    subyek, yang isinya bahwa subyek bersedia menjadi sampel

    penelitian ini sampai selesai.

    c. Melakukan sosialisasi tentang apa yang akan dilaksanakan kepada

    subyek dan instansi penelitian. Menyediakan instrumen penelitian.

    2. Tahap Pre-Test

    a. Perlengkapan Tes Leg Dynamometer

    1) Lapangan atau permukaan datar

    2) Leg Dynamometer

    3) Belt atau ikat pinggang

    4) Kertas

    Age 20-29 30-39 Excellent >34 >32 Good 33 – 34 30 - 32 Above average

    30 – 32 27 - 29

    Average 27 – 29 24 - 26 Below average

    24 – 26 21 - 23

    Poor 21 – 23 18 - 20 Very poor

  • 47

    5) Pulpen

    b. Pelaksanaan Tes Leg Dynamometer

    1) Peserta tes berdiri pada tumpuan leg dynamometer dengan

    kedua lutut ditekuk membentuk sudut 130̊ -140̊ dan tubuh

    tegak lurus.

    2) Panjang rantai dinamometer diatur sedemikian rupa sehingga

    posisi tongkat pegangan melintang di depan kedua paha.

    3) Belt atau ikat pinggang dililitkan pada pinggang dan tongkat.

    4) Tongkat pegangan digenggam dengan posisi tangan pronasi

    (menghadap ke belakang).

    5) Tarik torngkat pegangan sekuat mungkin dengan meluruswkan

    sendi nlutut perlahan-lahan tanpa bantuan otot lengan dan otot

    punggung.

    6) Baca penunjukkan jarum skala pada saat nilai maksimum

    tercapai. Tes ini dilakukan tiga kali dengan selang walktu

    istirahat satu menit.

    Penilaian disesuaikan dengan tabel norma penilain dan klasifikasi

    kekuatan otot tungkai sebagai berikut:

    Baik sekali : >321.00

    Baik : 241.00-320.00

    Sedang : 121.00-240.50

    Kurang : 41.00-120.50

    Kurang sekali :

  • 48

    c. Persiapan Squat Test

    1) Stopwatch

    d. Pelaksanaan Squat Test

    Untuk pemula, mungkin perlu menggunakan kursi atau tali untuk

    membantu referensi mereka, pastikan itu ditempatkan di belakang

    mereka saja jadi ujungnya bisa disentuh oleh pantat mereka. Untuk

    memulai, mintalah klien berdiri dengan kaki selebar bahu. Ingatkan

    mereka untuk menjaga berat badan mereka di tumit, lutut sejajar

    dengan pergelangan kaki mereka, dan tangan untuk penyeimbang.

    Mintalah untuk melakukan squats sebanyak mungkin sampai

    mereka lelah.

    3. Pemberian Latihan Olahraga Freeletic

    Diawali dengan melakukan pemanasan. Pemanasan merupakan

    kegiatan meregangkan otot yang wajib dilakukan sebelum memulai

    aktivitas yang berat. Tujuan pemanasan adalah untuk mempersiapkan

    tubuh untuk melakukan kerja fisik saat latihan inti serta mencegah

    terjadinya cedera.

    a. Sirkuit I

    1) Butt Kick

    a) Posisi berdiri tegak dengan kedua tangan menggenggam

    dan diangkat ke atas.

    b) Gerakkan kaki kanan ke belakang hingga tumit hampir

    menyentuh bokong.

  • 49

    c) Menurunkan kaki kanan kemudian mengulangi gerakan

    yang sama dengan menggunakan kaki kiri.

    d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    2) High Knee

    a) Mulailah joging di tempat, angkat lutut setinggi mungkin.

    b) Cobalah mengangkat lutut sampai tingkat pinggul.

    c) Untuk langkah yang lebih tinggi, kedua tangan lurus ke

    tingkat pinggul, dan cobalah menyentuh lutut ke tangan

    saat mengangkatnya.

    d) Bawa lutut ke tangan Anda alih–alih meraih tangan ke

    lutut. Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    3) Flutter Kicks

    a) Berbaringlah di atas tikar dengan tangan di bawah bokong.

    b) Kemudian mengangkat kaki sedikit demi sedikit, lutut tetap

    lurus, dan pergelangan kaki sama.

    c) Usahakan abs tidak terlibat dan lakukan tendangan pendek

    dengan cara bolak-balik. Ulangi gerakan sesuai dengan

    irama musik.

    b. Sirkuit II

    1) Push Up Shoulder Tap

    a) Posisi awal yaitu posisi plank atau posisi push–up dengan

    kedua tangan menapa diatas matras.

  • 50

    b) Kemudian satu tangan diarahkan ke punggung yang

    berlawanan begitupun sebaiknya pada tangan yang

    satunya.

    c) Ulangi gerakan sesuai irama musik.

    2) Toe Touch Push Up

    a) Kemudian membawa tangan kanan menyentuh

    pergelangan kaki kiri.

    b) Kembali ke posisi push up dan mengulangi pada sisi

    yang berlawanan.

    c) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    3) High Jump

    a) Berdiri dengan lutut sedikit tertekuk.

    b) Melompat setinggi mungkin dan mendekatkan lutut ke arah

    dada sambil mengangkat kedua lengan.

    c) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    c. Sirkuit III

    1) Lunges

    a) Posisi awal yaitu berdiri dengan sedikit melebarkan kaki.

    b) Kemudian membawa satu kaki ke arah depan sambil

    menekuk lutut sehingga membentuk 90º.

    c) Kemudian kaki yang satunya ditekuk juga secara perlahan.

    d) Setelah itu, kembali ke posisi awal dan mengulangi seperti

    langkah awal dengan posisi kaki yang di depan dan yang di

    belakang bertukar.

  • 51

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    2) Kick Squat

    a)Posisi awal yaitu berdiri dengan sedikit melebarkan kaki.

    b) Kemudian menekuk lutut dan menekan pinggul seolah – olah

    akan duduk.

    c) Kemudian perlahan – lahan berdiri dan melakukan

    tendangan ke depan.

    d) Setelah itu, mengulangi langkah dari awal untuk

    menendangkan kaki yang berlawanan dan begitu seterusnya.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    3) Side Lunges

    a) Mulailah dengan berdiri tegak.

    b) Kemudian membawa salah satu kaki ke bagian lateral

    dengan berat badan bertumpu di kaki tersebut.

    c) Kemudian, mendorong telapak kaki tersebut untuk kembali

    ke posisi awal.

    d) Mengulangi gerakan tersebut ke salah satu kaki lainnya.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    d.Sirkuit IV

    1) Jumping Jack

    a) Mulailah dengan posisi berdiri tegak.

    b) Posisi lengan di sisi tubuh dengan kaki dibuka selebar

    bahu.

  • 52

    c) Sambil melompat lengan dibawa di atas kepala diikuti

    dengan melebarkan kedua kaki.

    d) Kemudian kembali seperti posisi awal.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    2) Heel Touch

    a) Baringkan tubuh menghadap langit.

    b) Tekuk kedua kaki dengan lutut menghadap ke atas.

    c) Angkat sedikit kedua bahu.

    d) Sentuh kedua tumit bergantian.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    3) Bicycle Crunches

    a) Posisikan tubuh di lantai menghadap atas langit.

    b) Letakkan kedua tangan di samping telinga.

    c) Angkat kedua kaki hinggak tak menyentuh lantai.

    d) Secara bersamaan, tekuk kaki kiri dan gerakkan siku

    kanan hingga bersentuhan, begitupun sebaliknya.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    d. Sirkuit V

    1) Walkout Pushups

    a) Pertama – tama yang harus anda lakukan adalah melakukan

    posisi awal yaitu berdiri dengan kedua tangan diangkat

    lurus ke atas.

    b) Kemudian menjatuhkan tangan pada matras dengan posisi

    membungkuk namun tetap menjaga punggung tetap lurus.

  • 53

    c) Menggerakkan tangaon ke depan sampai terbentuk posisi

    plank.

    d) Kemudian melakukan push up satu kali.

    e) Setelah itu, kembali ke posisi plank dan menggerakkan

    tangan ke belakang sampai tercipta posisi membungkuk

    pada tahap ke dua.

    f) Kemudian kembali ke posisi berdiri sambil mengankat

    tangan ke atas. Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    2) Flying Climber

    a) Letakkan kedua tangan di atas lantai, selebar bahu.

    b) Kaki sepenuhnya di belakang dan hanya telapak kaki yang

    menyentuh lantai.

    c) Tubuh harus berada dalam garis lurus, dengan berat badan

    hanya ditumpuh di tangan dan di kaki.

    d) Dimulai dengan membawa satu lutut ke arah bagian tengah

    perut dan kemudian dengan cepat bergantian diantara kedua

    kaki. Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    3) Burpee

    a) Pertama – tama yang harus anda lakukan adalah melakukan

    posisi awal yaitu berdiri.

    b) Kemudian turunlah untuk memulai melakukan gerakan

    seperti jongkok, namun usahakan tangan anda menempel

    pada tanah.

  • 54

    c) Setelah itu lakukan gerakan menendangkan kaki ke arah

    belakang dengan membentuk posisi seperti hendak

    mengambil aba – aba gerakan push up.

    d) Selanjutnya, segeralah menurunkan badan seperti halnya

    melakukan gerakan push up dan tempelkan seluruh

    permukaan tubuh bagian depan ke tanah.

    e) Lalu segeralah kembali pada posisi jongkok dan akhiri

    dengan melompat kembali pada posisi awal yakni dengan

    tangan yang tetap menyentuh bagian belakang kepala.

    f) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    e. Sirkuit VI

    1) Kick Lunges

    a) Mulailah dengan posisi berdiri tegak.

    b) Kemudian melakukan gerakan lunge dengan kaki kanan

    berada di bagian belakang.

    c) Melakukan tendangan menggunakan kaki kanan.

    d) Kemballi ke posisi awal dan mengulangi dengan kaki

    kiri. Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    2) Reverse Lunges High Knees

    a) Mulailah dengan posisi berdiri tegak dan kaki rata

    dengan lantai, selebar pinggul. Jagalah agar bahu tetap

    terangkat untuk membantu agar punggung tetap lurus

    dengan melibatkan otot – otot pendukung yang sesuai.

  • 55

    b) Langkahkan kaki kiri dengan lebar ke belakang.

    Turunkan tubuh hingga kaki kiri menyentuh lantai,

    dengan jari kaki terlebih dahulu.

    c) Jagalah agar kedua kaki berada dalam sudut 90 derajat.

    d) Cobalah mengangkat lutut sampai tingkat pinggul.

    e) Untuk langkah yang lebih tinggi, kedua tangan lurus ke

    tingkat pinggul, dan cobalah menyentuh lutut ke tangan

    saat mengangkatnya.

    f) Bawa lutut ke tangan Anda alih – alih meraih tangan ke

    lutut.

    g) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    3) Squat Jump

    a) Berdirilah dengan selebar bahu dan jari – jari kaki sedikit

    menggeser kearah luar.

    b) Kemudian menekuk lutut dan menekan pinggul seolah –

    olah akan duduk.

    c) Setelah itu, lompat lurus keatas, dan menekuk kembali lutut

    serta menekan pinggul seperti posisi akan duduk.

    d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    f. Sirkuit VII

    1) Sprint

    a) Gerakan ini dilakukan dengan cara melompat beberapa kali

    secara berturut – turut. Selain skipping, kita juga dapat

  • 56

    melakukan sprint ditempat. Sprint dilakukan dengan lari

    ditempat sekencang – kencangnya.

    b) Gerakan ini dilakukan sesuai irama musik.

    2) Crunches

    a) Baringkan tubuh di lantai menghadap atas.

    b) Letakan kedua tangan di belakang kepala.

    c) Angkat badan dan bahu dengan menegangkan otot perut

    sambil menghembuskan nafas.

    d) Pertahankan posisi leher tetap lurus.

    e) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    3) Russian Twist

    a) Berbaringlah dengan kaki tertekuk di lutut.

    b) Tinggikan tubuh bagian atas sehingga membentuk V

    dengan paha.

    c) Putar tubuh ke kanan dengan membawa lengan menjulur

    kesamping, begitupun sebaliknya ke sebbelah kiri.

    d) Ulangi gerakan sesuai dengan irama musik.

    4. Tahap Post-Test kekuatan otot tungkai

    5. Data yang diperoleh diolah kedalam perhitungan statistik untuk

    memperoleh hasil penelitian.

    G. Pengolahan dan Analisis Data

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu dari

    hasil pengukuran kekuatan otot tungkai. Data yang terkumpul dilakukan uji

    paired sample test. Namun sebelum dilkaukan uji-t maka dilakukan

  • 57

    terlebih dahulu uji normalitas untuk memenuhi syarat uji-t yakni data

    bersebaran normal menggunakan uji saphiro–wilk. Analisis data

    menggunakan paket SPSS 22.0 for windows, serta disajikan dalam bentuk tabel

    dan narasi.

    H. Masalah Etika

    Dalam mengambil data klien, peneliti memiliki beberapa aturan mengenai

    masalah etika penelitian yang harus peneliti ikuti, antara lain :

    1. Informed Concent

    Lembar persetujuan akan diberikan kepada responden yang akan

    diteliti yang memenuhi kriteria inklusi. Jika pasien bersedia menjadi

    responden maka harus menandatangani lembar persetujuan dan pasien

    yang menolak tidak akan dipaksa dan peneliti tetap menghormati.

    2. Confidentiality

    Confidentiality berarti peneliti wajib merahasiakan data-data yang

    sudah dikumpulkan. Sering kali subjek penelitian menghendaki agar

    dirinya tidak diekspos kepada khalayak ramai. Oleh karena itu, jawaban

    tanpa nama dapat dipakai dan sangat di anjurkan identitas subjek tidak

    disebutkan.

  • 58

    BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    Penelitian ini dimulai dengan observasi dan penentuan sempel, sampel yang

    memenuhi kriteria inklusi untuk sebanyak 20 orang. Adapun gambaran umum

    tentang responden akan disajikan sebagai berikut:

    1. Karakteristik Sampel Penelitian

    Tabel 3. Karakteristik Sampel Penelitian

    Karakteristik Sampel N %

    Umur

    20-25 10 50

    26-31 10 50

    Total 20 100

    IMT

    Underweight (

  • 59

    perlakuan usia 20 – 25 tahun dengan frekuensi sebanyak 10 orang dan

    persentase 50%, sedangkan usia 26 – 30 tahun dengan frekuensi sebanyak 10

    orang dan persentase 50%.

    Berdasarkan hasil IMT (Indeks Massa Tubuh) yaitu rentang ≥ 18,5 - <

    24,9 (normal) dengan frekuensi sebanyak 16 orang dan persentase 80% dan

    untuk rentang ≥25 -

  • 60

    Tabel 4 menunjukkan pada saat pre test kekuatan otot tungkai dengan

    menggunakan leg dynamometer, sebanyak 12 orang (60%) yang memiliki

    kategori sedang dan 8 orang (40%) yang memiliki kategori kurang. Pada post

    test sampel secara keseluruhan berada pada kategori sedang sebanyak 20 orang

    (100%).

    Tabel 5. Hasil kategori pre-test dan post-test Squat test

    Kategori Squat test

    Pre Test Post Test N % n %

    Excellent 0 0 20 100 Good 1 5 0 0 Above Average 5 25 0 0 Average 3 15 0 0 Below Average 4 20 0 0

    Poor 3 15 0 0

    Very Poor 4 25 0 0

    Total 20 100 20 100 Sumber: Data Primer 2018

    Tabel 5 menunjukkan tingkat kekuatan otot tungkai sebelum dan sesudah

    diberikan latihan olahraga freeletic. Pada saat pre-test kekuatan otot tungkai

    dengan menggunakan metode Squat test, yang paling banyak yaitu kategori

    Above Average sebanyak 5 orang (25%) dan yang paling sedikit 1 orang (5%)

    yang berada pada kategori Good sedangkan yang lain berada pada kategori

    Average, Below Average, Poor dan Very Poor. Setelah melakukan post-test

    kekuatan otot tungkai secara keselutuhan 20 orang (100%) berada di kategori

    Excellent.

  • 61

    3. Analisis Data

    Setelah melakukan analisa deskriptif terhadap data responden,

    selanjutnya dilakukan uji normalitas data pre test dan post test. Berdasarkan

    output Test Of Normality, diperoleh nilai signifikan untuk hasil pre test dan post

    test leg dynamometer sebesar 0.3