KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL...

37
iii KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH BUGIS DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGHUNI (Studi Kasus di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng Sulawesi selatan) TRADITIONAL ARCITECTURE CONCEPT OF HOUSE BUGIS OF WITH THE ACCOMPLISHMENT OF DWELLER REQUIREMENT SITTI ROSYIDAH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2009

Transcript of KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL...

Page 1: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

iii

KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH BUGIS DENGAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN PENGHUNI (Studi Kasus di Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng Sulawesi selatan)

TRADITIONAL ARCITECTURE CONCEPT OF HOUSE BUGIS OF WITH THE ACCOMPLISHMENT OF DWELLER REQUIREMENT

SITTI ROSYIDAH

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2009

Page 2: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

iii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa

atas terselesaikannya tesis ini.

Gagasan yang melatari tajuk permasalahan ini timbul dari hasil

pengamatan penulis terhadap kondisi rumah di kecamatan Lili rilau

kabupaten Soppeng yang mengaplikasikan arsitektur rumah tradisional

Bugis, tampaknya belum bisa sepenuhnya memenuhi seluruh kebutuhan

penghuninya secara memuaskan khususnya kebutuhan penghargaan dan

aktualisasi diri. Penulis bermaksud menyumbangkan pembahasan konsep

arsitektur tradisional rumah Bugis dengan pemenuhan kebutuhan

penghuni.

Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka

penyususnan tesis ini, yang hanya berkat bantuan berbagai pihak, maka

tesis ini selesai pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis dengan

tulus menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Ananto Yudono,

M.Eng. sebagai Ketua Komisi Penasihat dan Prof. Dr. Ir. H.Ramli Rahim,

M.Eng. sebagai Anggota Komisi Penasihat atas bantuan dan

bimbingannya mulai dari pengembangan minat terhadap permasalahan

penelitian ini, pelaksanaan penelitiannya sampai dengan penulisan tesis

ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Ir. Bambang

Heriyanto, MSc, PhD., Prof. Dr. Ir. Slamer Trisutomo, Ms.,dan Dr. Ir. Ria

Wikantari, M.Arch selaku tim penilai atas kesediaanya meluangkan waktu,

memberikan saran dan kritik dalam penyusunan tesis ini. Penulis

Page 3: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

iv

berterima kasih kepada Dr. Ir. Victor Sampebulu, M.Eng. selaku ketua

program studi atas segala bantuannya.

Penulis berterima kasih kepada pimpinan dan staf pengelola PPs

Unhas atas pelayanan administratif yang telah diberikan. Penulis

berterima kasih kepada pengelola perpustakan PPs Unhas, dan pengelola

perpustakaan Pusat Unhas atas segala bantuannya. Penulis sangat

berterima kasih kepada seluruh responden yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan informasi. Penulis berterima kasih

kepada ayahanda, ibunda, suami, dan anak yang telah memberikan

bantuan dan dorongan semangat. Terakhir ucapan terima kasih juga

disampaikan kepada mereka yang namanya tidak tercantum tetapi telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Makassar, Maret 2009

Sitti Rosyidah

Page 4: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

v

ABSTRAK ST.ROSYIDAH. Keterkaitan Konsep Arsitektur Tradisional Rumah Bugis

dengan Pemenuhan Kebutuhan Penghuni di Kabupaten Soppeng

(dibimbing Ananto Yudono dan Ramli Rahim).

Penelitian ini bertujuan mengetahui keterkaitan konsep arsitektur

tradisional rumah Bugis dengan pemenuhan kebutuhan penghuni.

Penelitian ini dibatasi pada rumah yang mengaplikasikan konsep

arsitektur tradisional rumah Bugis sebagai tempat hunian dan usaha yang

dibangun tahun 1990. Sampel penelitian sebanyak 25 sampel yang dipilih

melalui metode purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keterkaitan konsep

arsitektur tradisional rumah Bugis dengan pemenuhan kebutuhan

penghuni dari aspek fisiologis sangat memenuhi. Sementara aspek

keamanan, affiliasi, penghargaan, dan aktualisasi diri tidak memenuhi.

Page 5: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

vi

ABSTRACT

ST.ROSYIDAH. The Connection between Buginese traditional house architectural Concept and Fulfillment of Resident’s Need (Supervised by Ananto Yudono and Ramli Rahim). The aim of the study was to discover the connection between Buginese traditional house architectural concept and fulfillment of resident’s need. The study was limited to the house used traditional architectural concept as a place to live and carry out business before 1990. The number of samples was 25 houses selected by purposive sampling. The results of the study indicate that the connection between the Buginese traditional house architectural concept and fulfillment of resident’s need viewed from physiological aspect, security, affiliation, respect, and selfactualization does not meet the condition of good housing.

Page 6: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

vii

DAFTAR ISI

PRAKATA iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I : PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah

1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan dan Kegunaan 6

1. Tujuan 6

2. Kegunaan 6

D. Lingkup dan Batasan Masalah

6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 7

A. Kebutuhan Dasar Manusia 7

B. Budaya dan Arsitektur 8

C. Kebudayaan dan Arsitektur Bugis 9

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan 24

E. Skema Kerangka Pikir 26

BAB III : METODE PENELITIAN 27

Page 7: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

viii

A. Jenis Penelitian 27

B. Waktu dan LokasiPenelitian 27

C. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel 28

D. Variabel Penelitian 29

E. Jenis dan Sumber Data 29

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 29

G. Definisi Operasional 30

H. Teknik Analisis Data 32

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33

A. Kecamatan Lilirilau dan Tata Letak Kota WatanSoppeng 33

B. Deskripsi kedudukan pemukiman Kecamatan Lilirilau

Kabupaten Soppeng dan gambaran Kehidupannya 36

C. Tipologi Rumah 37

D. Analisis Sampel Penelitian 61

E. Hasil Analisis Sampel Penelitian 66

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 68

A. Kesimpulan 68

B. Saran 68

DAFTAR PUSTAKA 70

LAMPIRAN 71

Page 8: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

ix

DAFTAR GAMBAR

nomor halaman

1. Denah berbentuk persegi empat panjang 11

2. Analogi rumah 12

3. Rumah tradisional Bugis, ketinggian atap rumah ditentukan

dengan mengambil ukuran ½ dari lebar rumah ditambah dua

jari istri pemilik rumah 15

4. Tipe timpa,laja golongan bangsawan, merdeka dan ata 17

5. Ragam hias 19

6. Tipe tiang 20

7. Tinggi kolong dan tinggi badan rumah 21

8. Tipe tangga golongan bangsawan 22

9. Tipe tangga golongan merdeka dan ata 23

10. Peta kabupaten Soppeng 27

11. Letak administrasi Cabenge kecamatan Lilirilau dalam

kabupaten Soppeng 33

12. Letak kecamatan Lilirilau dalam kabupaten Soppeng 34

13. Peta permukiman kecamatan Lilirilau 36

14. Denah sampel 1 40

15. Denah sampel 2 41

16. Denah sampel 3 42

17. Denah sampel 4 43

18. Denah sampel 5 44

Page 9: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

x

19. Denah sampel 6 44

20. Denah sampel 7 45

21. Denah sampel 8 46

22. Denah sampel 9 47

23. Denah sampel 10 48

24. Denah sampel 11 49

25. Denah sampel 12 50

26. Denah sampel 13 51

27. Denah sampel 14 52

28. Denah sampel 15 53

29. Denah sampel 16 54

30. Denah sampel 17 54

31. Denah sampel 18 55

32. Denah sampel 19 56

33. Denah sampel 20 57

34. Denah sampel 21 58

35. Denah sampel 22 69

36. Denah sampel 23 60

37. Denah sampel 24 61

38. Denah sampel 25 62

39.

Page 10: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Pengelompokan rumah berdasarkan status penghuni 38

2. Pengelompokan rumah berdasarkan periode bangunan 38

3. Pengelompokan rumah berdasarkan fungsi bangunan 39

4. Fungsi kolong 62

5. Jenis pintu utama responden 62

6. Jenis jendela responden 63

7. Bentuk atap 63

8. Susunan timpalaja 64

9. Kesesuaian konsep arsitektur tradisional rumah Bugis dengan

pemenuhan kebutuhan penghuni 65

10. Keterkaitan konsep arsitektur tradisional rumah Bugis dengan

pemenuhan kebutuhan penghuni 66

Page 11: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor halaman

1. Kondisi rumah 71

2. Harapan pemilik rumah akan desain rumah 72

3. Arah hadap rumah 73

4. Keterkaitan konsep arsitektur dengan pemenuhan kebutuhan

penghuni 74

5. Kalkulasi keterkaitan konsep arsitektur dengan pemenuhan

kebutuhan penghuni 78

Page 12: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Abraham Maslow mengungkap bahwa kebutuhan dasar manusia

tersusun seperti sebuah tangga.Menurut Maslow, sebelum menfokuskan

pada taraf kebutuhan yang lebih tinggi, manusia harus memenuhi

kebutuhan yang lebih rendah. Pemenuhan kebutuhan tidak terikat dengan

periode kronologis maupun tingkat perkembangan sebab manusia bisa

mengalami kemajuan dan kemunduran dalam hidupnya pada waktu

berbeda. Kebutuhan juga tidak selalu harus terpenuhi total sebelum

manusia fokus ke pemenuhan kebutuhan lainnya, ia bisa overlap, dan

manusia bisa saja belum sepenuhnya puas sebelum ia

mempertimbangkan kebutuhan yang lebih tinggi (Lang, 1994, dalam Yuti

2006).

Kriteria desain rumah berdasarkan teori kebutuhan dasar manusia

Maslow adalah sebagai berikut:

1. Desain rumah untuk memenuhi kebutuhan fisiologis

a. Kelangsungan hidup (air, oksigen, makanan, pakaian, seks, dan

hunian)

1) Rumah memiliki akses untuk memperoleh air bersih

a) Memiliki akses ke sumber air bersih (PDAM), dan ditunjang

oleh sumber air tanah, dan memiliki reservoir.

Page 13: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

2

b) Sistem plambing yang mudah pemeliharaannya (mudah

dideteksi kebocorannya, mudah diperbaiki, dan tahan

reaksi kimia dan cuaca).

2) Rumah memiliki penghawaan yang baik dengan

mengupayakan agar ruang yang memiliki ventilasi ke open

space.

3) Rumah memiliki ruang yang bisa menfasilitasi pemiliknya

untuk tujuan tertentu.

a) Rumah memiliki ruang yang jenis dan besarannya sesuai

dengan kebutuhan.

b) Jendela pajangan menggunakan tirai penahan sinar

matahari untuk menghindari kerusakan barang.

c) Rumah memiliki desain yang menarik.

4) Rumah memiliki desain yang layak.

a) Rumah memiliki jenis dan besaran ruang hunian yang

sesuai dengan jumlah pengguna ruang dan aktivitasnya.

b) Rumah memiliki organisasi ruang berdasarkan sifat

kegiatan dan hubungan antar kegiatan. Adanya

pemisahan ruang (publik, semi public, dan private).

b. Kesehatan

a. Rumah memiliki sanitasi yang baik. Upayanya yaitu dengan

desain saluran pembuangan air kotor diperhitungkan

kelancaran alirannya dan kemudahan pemeliharaannya,

Page 14: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

3

penempatan septic tank tidak mengkontaminasi sumber air,

dan penyediaan wadah sampah.

b. Ruang hunian memperoleh sinar matahari, penghawan yang

baik, memiliki akses ke ruang terbuka yang hijau, dan memiliki

ruang bermain dan berolah raga.

c. Kenyamanan

1) Rumah memberikan kenyamanan fisiologis

a) Kenyamanan penglihatan yaitu pengkondisian ruang

dengan tingkat pencahayaan yang sesuai jenis kegiatan.

b) Kenyamanan akustik yaitu dengan mereduksi bising

(penyekatan ruang dan penggunaan material penyerap

bunyi) dan pengaturan posisi ruang yang bising.

c) Kenyamanan penghawaan yaitu dengan penghawaan

alami yang baik dengan mempertimbangkan kondisi

cuaca, aktifitas, dan kenyamanan penghuni.

d) Kenyaman indera penciuman yaitu dengan

mengupayakan agar kamar mandi dan dapur memiliki

sirkulasi udara yang baik, pengaturan ventilasinya

disesuaikan dengan arah angin.

2) Rumah memberikan kenyamanan psikologis

a) Rumah memiliki ruang yang dapat menfasilitasi aktifitas

spiritual dan budaya (tradisi).

b) Rumah memiliki desain yang aman dan memiliki raung

yang dapat digunakan penghuninya untuk berkomunikasi

Page 15: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

4

dengan keluarga, konsumen,supplier barang, dan

masyarakat.

2. Desain rumah memenuhi kebutuhan keamanan dan keterlindungan,

terdiri atas keamanan dan keterlindungan fisiologis dan psikologis.

Keamanan dan keterlindungan fisiologis mengacu kepada syarat-

syarat berikut ini:

a. Rumah aman dari tindakan perampokan, kerusuhan, dan

pencurian. Upayanya yaitu dengan memberikan pencahayaan

yang baik pada area sekitar bangunan sehingga memudahkan

pengawasan, desain pintu dengan jendela yang kokoh dan bisa

ditutup dengan cepat, serta pengawasan yang optimal terhadap

ruangan di dalamnya.

b. Rumah aman dari kebakaran, banjir, gempa, dan angin topan,

petir, dan kecelakaan yang mungkin terjadi di dalam rumah.

Desain rumah diupayakan agar memiliki sistem pencegahan dan

pemadam kebakaran, saluran pembuangan air yang memadai dan

lancar alirannya, sistem mekanikal eletrikalnya sesuai dengan

persyaratan, konstruksi kokoh dan material rumah tidak mudah

terbakar, memiliki penangkal petir (khusus rumah yang lebih tinggi

dari bangunan di sekitarnya), dan memiliki desain tangga dan

kamar mandi yang mempertimbangkan kondisi penghuninya.

c. Rumah aman dari penyakit dan polusi. Desain rumah diupayakan

memiliki sanitasi yang baik dan dilengkapi dengan penghijauan.

Page 16: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

5

3. Desain rumah untuk memenuhi kebutuhan affiliasi

1. Rumah memiliki desain yang menarik dan memberikan perasaan

aman.

2. Rumah memberikan ruang yang memungkinkan untuk

berkomunikasi dengan keluarga.

3. Desain rumah (konfigurasi, material, warna, dekorasi) memiliki

kemiripan dengan bangunan dan lingkungan disekitarnya.

4. Desain rumah memenuhi kebutuhan penghargaan, diupayakan

dengan memiliki ruang belajar dan perkembangan kepribadian

penghuninya, dan memiliki nilai prestise yang diinginkan penghuninya.

5. Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan

dengan pemenuhan kebutuhan affiliasi, penghargaan, dan keindahan.

Desain rumah yang mengaplikasikan konsep arsitektur tradisional

Bugis seharusnya bisa memenuhi kebutuhan dasar penghuninya. Namun

berdasarkan pengamatan awal, mayoritas desain rumah yang ada di

kecamatan Lilirilau kabupaten Soppeng yang mengaplikasikan arsitektur

rumah tradisional Bugis, tampaknya belum bisa sepenuhnya memenuhi

seluruh kebutuhan dasar penghuninya secara memuaskan khususnya

kebutuhan penghargaan dan aktualisasi diri. Hal ini menimbulkan

keraguan tentang keterkaitan konsep arsitektur rumah tradisional Bugis

dengan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar penghuninya

Berdasarkan kesenjangan yang ada antara kondisi nyata dan teori

yang ada tersebut, penulis menganggap perlu melakukan penelitian

Page 17: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

6

tentang keterkaitan konsep arsitektur tradisional rumah Bugis dengan

pemenuhan kebutuhan dasar penghuni di kabupaten Soppeng.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah

bagaimana keterkaitan konsep arsitektur tradisional Bugis dalam arsitektur

rumah sehubungan dengan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar

penghuni.

C.Tujuan dan Kegunaan

a. Tujuan

Mengidentifikasi keterkaitan konsep arsitektur tradisional Bugis

dalam arsitektur rumah terhadap pemenuhan kebutuhan penghuni.

b. Kegunaan

Sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan ,khususnya arsitektur

menyangkut keterkaitan konsep arsitektur tradisional Bugis dengan

pemenuhan kebutuhan penghuni rumah.

D. Lingkup dan Batasan Penelitian

Lingkup dan batasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kasusnya dibatasi pada rumah yang mengaplikasikan konsep

arsitektur rumah tradisional Bugis sebagai tempat hunian dan usaha.

2. Setting waktu dibatasi sebelum tahun 1990 (rumah yang diteliti adalah

rumah yang dibangun sebelum tahun 1990) sebab rumah yang

mengaplikasikan konsep arsitektur tradisional Bugis umumnya diakui

pemiliknya dibangun sebelum tahun 1990.

Page 18: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebutuhan Dasar Manusia

Maslow mengkategorisasikan kebutuhan dasar manusia menjadi

lima kebutuhan, yaitu Lang, 1994 dalam Yuti, 2006: 9-10:

1. Kebutuhan fisiologis. Kebutuhan ini tergolong kebutuhan defisiensi.

hirark,i kebutuhan fisiologis adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan untuk keberlangsungan hidup, yaitu air, oksigen,

makanan, pakaian, hunian, dan seks.

b. Kebutuhan kesehatan. Pedoman perancangan site memastikan

ruang hunian memperoleh sinar matahari, penghawaan yang baik,

bebas polusi udara, dilengkapi fasilitas air bersih , drainase yang

baik, dan memiliki akses ke ruang terbuka yang hijau, sarana olah

raga, rekreasi dan sarana bermain.

c. Kenyamanan. Kenyamanan fisiologis berkaitan dengan kondisi

pencahayaan, akustik, penciuman, dan penghawaan. Kenyaman

psikologis berkaitan dengan rasa aman.

2. Kebutuhan keamanan dan keterlindungan. Kebutuhan defisiensi ini

berupa keamanan, perlindungan, stabilitas, struktur hukum, dan tata

tertib, serta bebas dari rasa takut. Kebutuhan ini dapat ditinjau dari

aspek fisiologis (luka fisik) dan psikologis (pemahaman tempat,

georafis, dan kemampuan bersosialisasi dalam masyarakat).

Page 19: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

8

3. Kebutuhan affiliasi. Kebutuhan defisiensi ini berupa keinginan untuk

diterima dan dihargai (kontak antara individu, kedekatan,

kebersamaan dan menjadi bagian keluarga atau kelompok). Proses

affiliasi memerlukan fasilitas untuk bertemu dan berinteraksi serta

affiliasi antar bangunan. Affiliasi antara bangunan dapat terjadi jika

ada kesamaan fasade bangunan dari segi model, massa dan

langgam.

4. Kebutuhan penghargaan. Kebutuhan defisiensi yang berupa keinginan

individual untuk dapat menyesuaikan diri, kompeten, berkeahlian

komprehensif, berhasil, percaya diri, bebas, merdeka, dan

memperoleh rasa hormat, perhatian, identifikasi, apresiasi, status,

gengsi pamor, dominasi, serta martabat.

5. Aktualisasi diri. Kebutuhan perkembangan ini merupakan

pendefinisian diri yang sangat individual.

B. Budaya dan Arsitektur

Dalam membangun rumah atau bangunan lain, ada dua masalah yang

perlu diperhatikan, yaitu masalah guna dan citra. Masalah guna yang

menunjuk pada manfaat yang diperoleh berkat tata ruangnya, pengaturan

fisik yang tepat, efisiensi, kenyamanan yang kita rasakan, dan

sebagainya. Masalah citra menunjukkan suatu gambaran (image) arti bagi

seseorang. Guna lebih mengarah pada segi keterampilan/kemampuan,

sedangkan citra menunjuk pada tingkat kebudayaan (Mangunwijaya,

1995).

Page 20: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

9

Kebudayaan datang dari manusia, ungkapan dirinya, baik dalam hal

cara berfikir, cita rasa serta seleranya, yang tentulah fana dan relatif

sifatnya. Setiap kebudayaan akan mentunaskan arsitektur sakral yang

sesuai dengan cita rasa kebudayaan yang bersangkutan. Bentuk-bentuk

arsitektural merupakan simbol kosmologis sebab pada tahap primer,

orang berfikir dan bercita rasa dalam penghayatan hidup secara kosmis

dan mistis, atau agama, tidak estetis. Bangunan dapat menjadi ciri

kemanusiaan penghuninya dari aspek kebudayaan dan spiritualitas

(Mangunwijaya, 1995)

C. Kebudayaan dan Arsitektur Bugis

Kebudayaan Bugis seringkali digabungkan dengan kebudayaan

Makassar, lalu disebut kebudayaan Bugis-Makassar (Mattulada dalam

Koentjaraningrat, 1999).

Berdasarkan hasil penelitian etnologi, suku Bugis merupakan

keturunan Melayu Muda merupakan nenek moyang suku Bugis, Mandar,

dan Makassar.

Orang Bugis mengucapkan bahasa Ugi dan telah memiliki

kesusastraan tertulis sejak berabad-abad lamanya yaitu lontara, yang

berasal dari Sangsekerta.

Lingkungan perkampungan suku Bugis berbentuk mengelompok dan

berbanjar merupakan bagian dari strategi pemilihan lokasi. Alasan ekologi

itu untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan untuk komunikasi yang

lancar.

Page 21: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

10

Kampung kuno orang Bugis umumnya terdiri dari sejumlah keluarga,

antara 10 sampai 200 rumah. Rumah-rumah tersebut biasanya berderet,

menghadap Selatan atau Barat. Jika ada sungai, maka diusahakan agar

rumah-rumah tersebut membelakangi sungai. Pusat dari kampung lama

merupakan suatu tempat keramat (possi tama), dengan suatu pohon

beringin besar, dan kadang-kadang dengan satu rumah pemujaan

(saukang). Selain tempat keramat, suatu kampung umumnya memiliki

langgar atau mesjid.

Pola perkampungan orang Bugis umumnya mengelompok padat dan

menyebar. Pola mengelompok banyak terdapat di dataran rendah, dekat

persawahan, pinggir laut dan danau. Sedangkan pola menyebar, banyak

terdapat di pegunungan atau perkebunan. Selain itu perkampungan orang

Bugis dapat dibedakan berdasarkan tempat pekerjaan, yaitu:

1. Pallaon ruma (kampung petani)

2. Pakkaja (kampung nelayan)

3. Matowa (kepala kampung)

Selain pembagian berdasarkan tempat pekerjaan di atas, pada

kampung Bugis juga terdapat pasar kampung, kuburan, dan

mesjid/mushallah. Filosofi bentuk rumah tradisional yang bersegi empat

senantiasa dibangun menghadap pada empat penjuru angin , yaitu timur,

barat, utara dan selatan.

Orientasi arah rumah senantiasa menghadap utara dan timur. Arah

utara mengandung makna sumber kehidupan positif dan arah timur

merupakan sumber cahaya.

Page 22: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

11

Bentuk rumah masyarakat Bugis dibangun atas dasar sebuah pandangan

yang berasal dari model keseimbangan kosmos. Ini berdasarkan pada

falsafah yang diyakini oleh sebagian besar masyarakat suku Bugis yang

memandang bahwa jagad raya berbentuk segi empat (sulapa eppa) yang

terdiri dari langit, bumi dan pertiwi.

Bentuk denah persegi empat didasari pada pandangan bentuk

sulapa eppa dimana secara horizontal dianggap sebagai diri manusia

yaitu ada kepala, badan dan kaki. Pandangan ini diaplikasikan kedalam

bentuk ruangan yaitu ruang depan, tengah dan belakang. Pandangan ini

tercermin pula pada bentuk, dinding dan areal tanah yang ditempati

semuanya bersegi empat yang berorientasi pada empat unsur yaitu

tanah, api,air dan angin. Mengandung makna semakin tinggi derajat

seseorang semakin kuat unsur tersebut menyatu.

Gambar 1 Denah berbentuk persegi empat panjang. X adalah lebar rumah, Y adalah panjang rumah &

Z adalah tinggi rumah Sumber: Syarif Beddu

Manusia, sebagai hasil pengukuran dimensi secara antropometrik,

berdasarkan ukuran tubuh dan elemen tubuh manusia yaitu penghuni.

Bentuk rumah tradisional suku Bugis yang berbentuk rumah panggung

dimana secara vertikal yang tersusun dari tiga tingkatan yaitu ruang atas,

Page 23: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

12

ruang tengah dan bawah. Ini berdasarkan pandangan bahwa alam raya ini

(makrokosmos) tersusun atas tiga tingkatan yaitu alam atas (langit), alam

tengah (bumi) dan alam bawah (pertiwi). Dengan demikian rumah

merupakan kosmos lebih kecil (mikrocosmos).

Bentuk rumah masyarakat Bugis dibangun atas dasar sebuah

pandangan yang berasal dari model kosmos struktur rumah tersusun dari

tiga tingkatan yaitu alam atas atau benua atas (oberWelt), benua tengah

(indekwelt) dan benua bawah (underWelt) yang dianggap berada di

bawah air (urwasser).

Gambar 2 Analogi Rumah Sumber: Syarif Beddu Arsitektur rumah Bugis umumnya tidak bersekat-sekat. Bentuk

denah yang umum adalah rumah yang tertutup, tanpa serambi yang

terbuka. Tangga depan biasanya di pinggir. Di depan tangga tersedia

tempat air untuk mencuci kaki. Tangga rumah tersebut berada di bawah

atap (Sumatardja,1981) dalam Umar (2002). Selain itu rumah Bugis

umumnya memiliki suatu ruang pengantar yang berupa lantai panggung di

depan pintu masuk, yang dinamakan tamping. Tamping ini biasanya

disebut juga sebagai tapping, merupakan bangunan tambahan pada

setiap bangunan rumah adat suku Bugis sesudah badan rumah.

Page 24: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

13

bangunan tambahan itu terletak di samping badan rumah dan memanjang

sepanjang badan rumah.

Untuk Sao-raja, ada tambahan dua ruangan lagi:

1. Lego-lego

Lego-lego (teras) adalah suatu bangunan di depan bangunan induk

yang merupakan bangunan tambahan yang mempunyai bentuk atap

yang tidak ubahnya sebuah rumah dengan ukuran yang lebih kecil,

didempetkan sejajar dengan bangunan induk.

2. Dapureng

Biasanya diletakkan di belakang atau di samping, Dapur adalah

bangunan tambahan yang dibuat di belakang bangunan induk sebagai

tempat penyelenggaraan kegiatan untuk menyiapkan keperluan

sehari-hari bagi penghuni rumah disebut dapureng (dapur).

Rumah Bugis juga dapat digolongkan menurut fungsinya

(Mattulada dalam Koentjaraningrat, 1999). Secara spatial vertikal, dapat

dikelompokkan dalam tiga bagian berikut:

1. Rakeang, bagian atas rumah di bawah atap terdiri dari loteng dan atap

rumah yang dipakai untuk menyimpan padi dan lain persediaan

pangan serta benda-benda pusaka. Selain itu karena letaknya agak

tertutup sering pula digunakan untuk menenun dan berdandan.

2. Ale-bola (alle bola), terletak antara lantai dan loteng ruang dimana

orang tinggal dan dibagi-bagi menjadi ruang-ruang khusus, untuk

menerima tamu, tidur, dan makan.

Page 25: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

14

3. Awa-bola kolong rumah yang terletak di bagian bawah antara lantai

dengan tanah atau bagaian bawah lantai panggung yang dipakai

untuk menyimpan alat-alat pertanian dan ternak.

Sedangkan penataan spatial secara horisontal, pembagian ruang

yang dalam istilah Bugis disebut lontang (latte), dapat dikelompokkan

dalam tiga bagian sebagai berikut:

1. Lontang ri saliweng (ruang depan), sifat ruang semi private, berfungsi

sebagai tempat menerima tamu, tempat tidur tamu, tempat

bermusyawarah, tempat menyimpan benih dan tempat membaringkan

mayat sebelum dikebumikan. Ruang ini adalah ruang tempat

berkomunikasi dengan orang luar yang sudah diizinkan untuk masuk.

Sebelum memasuki ruang ini orang luar diterima lebih dahulu di ruang

transisi (tamping).

2. Lontang ritengngah (latte retengngah) atau ruang tengah, sifat ruang

private, berfungsi untuk tempat tidur kepala keluarga dan anak-anak

yang belum dewasa, tempat makan, melahirkan. Pada ruang ini sifat

kekeluargaan dan kegiatan informal dalam keluarga amat menonjol.

3. Lontang rilaleng (latte rilaleng), sifat sangat private, fungsi ruang ini

untuk tempat tidur anak gadis atau nenek/kakek. Anggota keluarga ini

dianggap sebagai orang yang perlu perlindungan dari seluruh

keluarga.

Penampakan bangunan tersusun dari tiga bagian sesuai dengan

fungsinya. Bagian atas (rakeang) baik untuk bangsawan (sao raja)

maupun rumah rakyat biasa (bola), terdiri dari loteng dan atap. Atap

Page 26: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

15

berbentuk prisma, memakai tutup bubungan yang disebut timpak laja.

Timpak laja memiliki bentuk yang berbeda antara “sao raja dan bola.”

Bentuk segitiga pada timpak laja secara vertikal bermakna langit, secara

horisontal bermakna bumi. Jadi totalitas dari makna tersebut adalah

perpaduan dua unsur kosmos yaitu langit dan bumi. Sedangkan makna

dari bentuk atap kerucut semakin ke atas semakin kecil. Ini mengandung

arti semakin tinggi tingkatan sosial seseorang maka makin kecil mereka di

hadapan Tuhan.

Gambar 3. Rumah tradisional Bugis, ketinggian atap/puncak rumah

ditentukan dengan mengambil ukuran ½ dari lebar rumah ditambah dua jari

isteri pemilik rumah. Rumah tradisional Bugis memiliki kemiringan 45˚.

Sumber: Shirly Wunas

Untuk jelasnya berikut ini dipaparkan bentuk-bentuk timpak laja

yang dikenal dengan suku Bugis pada zaman dulu:

1. Timpak laja lima’susun (lima susun), khusus bagi istana raja. Raja

adalah pemimpin tertinggi dalam bidang pemeritahan dan pertahanan.

Karena raja adalah penguasa tertinggi, maka istananya dibuat lebih

besar dari rumah-rumah lainnya dalam wilayah kerajaan Bugis

sehingga istana tersebut diberi nama saoraja (rumah yang besar).

Bukan saja besar badan rumah serta tinggi tiangnya melainkan

Page 27: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

16

perangkat-perangkatnya harus berbeda dengan rumah penduduk di

sekitar kerajaan, utamanya timpak laja.

2. Timpak laja pata’susun (empat tingkat). Rumah yang mempunyai

timpak laja empat tingkat hanya boleh dihuni/dimiliki oleh golongan

bangsawan yang memegang jabatan tinggi di kerajaan Bugis. Selain

itu seorang bangsawan yang telah turun dari kedudukannya sebagai

raja berhak menempati rumah dengan timpak laja empat’susun.

3. Timpak laja tellu’susun (tiga tingkatan). Rumah yang mepunyai

timpa’laja tiga tingkat adalah warga keturunan arung (bangsawan),

baik yang berasal dari keturunan To manurung maupun keturunan raja

lokal yang tidak mempunyai jabatan formal atau yang menduduki

jabatan dan pejabat lain yang sederajat dari keturunan bangsawan.

Orang yang berasal dari golongan ini apabila terangkat menjadi raja,

maka akan menduduki istana raja yang bertimpak laja lima susun dan

apabila raja tersebut turun tahta maka yang bersangkutan tidak

kembali menduduki rumah yang bertimpak laja susun tiga tapi

menempati rumah yang bertimpak laja bersusun empat.

4. Timpak laja dua’susun (dua tingkat) adalah peranginan atap yang

digunakan oleh golongan to mardeka (to sama). Golongan inilah yang

biasanya membuat timpak laja dua’susun.

5. Timpak laja sisusun (satu tingkat) adalah bentuk timpak laja yang

diperuntukkan bagi golongan masyarakat yang berstatus to’barani

dan suro. Pemasangan timpak laja satu tingkat ini tidak dibuat miring

seperti yang dilakukan pada timpak laja lima’susun, dua’susun,

Page 28: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

17

melainkan rata dari atas kebawah dan pada bidang petak tidak boleh

ada tanda-tanda lain yang mencampurinya (tidak terukir).

6. Timpak laja rata (tidak bertingkat) artinya rata dan hanya jeruji yang

terbuat dari bilah-bilah bambu yang dipasang bersilangan. Bentuk

yang demikian diharuskan pada golongan ata.

Timpak laja lima susun Timpak laja empat susun

Timpak laja tiga susun Timpak laja dua susun

Timpak laja satu susun

Gambar 4 Tipe Timpa,laja Golongan Bangsawan, Timpa’laja Golongan Merdeka dan Ata

Sumber: Shirly Wunas

Page 29: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

18

Dinding yang terbuat dari kayu disusun secara horisontal. Salah

satu bukaan yang terdapat pada dinding depan ialah pintu

(babang/tange). Fungsinya adalah untuk jalan keluar/masuk rumah.

Tempat pintu biasanya di letakkan pada bilangan ukuran genap, misalnya

ukuran rumah 7 (tujuh depa) maka pintu harus di letakkan pada depa

yang ke-6 (enam) atau ke-4 (empat) diukur dari kanan rumah. Bila

penempatan pintu ini tidak tepat pada bilangan genap, menurut

kepercayaan dapat menyebabkan rumah mudah untuk dimasuki pencuri

atau penjahat.

Bukaan lain adalah jendela (tellongeng). Fungsinya adalah bukaan

pada dinding yang sengaja dibuat untuk melihat keluar rumah dan juga

berfungsi sebagai ventilasi udara ke dalam ruangan. Perletakannya

biasanya pada dinding diantara dua tiang. Pada bagian bawahnya

biasanya diberi tali atau penghalang (Sumintardja, 1981). Untuk

memperindah biasanya ditambahkan hiasan berupa ukiran sebagai hiasan

atau terali dari kayu dengan jumlah bilangan ganjil. Jumlah terali dapat

menunjukkan status penghuninya. Jika jumlah terali jumlahnya 3-5

menunjukkan rakyat biasa dan jika 7-9 menunjukkan rumah bangsawan.

Menurut masyarakat Bugis angka sembilan merupakan angka

penjumlahan tertinggi, mengandung makna bahwa ada sembilan benda-

benda yang ada di jagad raya ini yang sangat mempengaruhi kehidupan

manusia, diantaranya bumi, bulan, matahari, bintang, langit, gunung, air,

udara dan api. Daun jendela yang berjumlah satu pasang, mengandung

makna bahwa di dalam kehidupan harus ada keseimbangan yaitu ada

Page 30: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

19

malam ada siang, ada kematian ada kelahiran, ada kasar dan ada yang

halus dan sebagainya.

Ragam hias dari bangunan arsitektur Bugis umumnya bersumber

dari alam sekitar biasanya berupa flora, fauna dan tulisan huruf Arab dan

kaligrafi. Ragam hias flora biasanya berupa bunga parengreng yang

berarti bunga yang menarik. Bunga ini hidupnya menjalar berupa sulur-

sulur yang tidak ada putus-putusnya. Biasanya ditempatkan pada papan

jendela, induk tangga dan tutup bubungan. Maka bunga perengreng ini

diibaratkan sebagai rejeki yang tidak terputus seperti menjalarnya bunga

parengreng.

Ragam hias fauna biasanya berupa ayam jantan, kepala kerbau

dan bentuk ular naga sebagai simbol keberanian. Biasanya ditempatkan di

puncak bubungan rumah bagian depan atau belakang.

Ragam hias berupa kaligrafi atau bulan sabit biasanya di tempatkan pada

bangunan peribadatan atau mesjid.

Ragam Flora Ragam Kaligrafi Ragam Fauna Gambar 5. Ragam Hias Sumber: Syarif

Bahan bangunan utama yang banyak digunakan umumnya kayu.

Bahan bangunan yang yang biasanya digunakan: kayu bitti, Ipi, amar,

cendana, tippulu, durian, nangka, besi, lontar, kelapa, batang enau,

pinang, ilalang, dan ijuk.

Page 31: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

20

Dinding dari anyaman bambu atau papan. Atap dari daun nipah,

sirap atau seng. Sistem struktur menggunakan rumah panggung dengan

menggunakan tiang penyangga dan tidak menggunakan pondasi.. Tahap

yang paling penting dalam sistem struktur bangunan adalah:

1. Tiang (aliri). Tiang-tiang rumah ditanam dengan kuat sebagian

kedalam tanah. Dalamnya lubang penanaman adalah setinggi pusar

(diukur dari tapak kaki sampai ke pusar) pemilik rumah yang

bersangkutan. Rumah tradisional Bugis yang paling tua, tiang

penyangganya langsung ditanam dalam tanah. Perkembangan

selanjutnya muncul tiang rumah dalam masyarakat Bugis . Alas tiang

tersebut dikenal dengan bahasa Bugis sebagai pappatettong aliri. Alas

tiang itu pada mulanya hanya terdapat pada golongan rumah

bangsawan. Pembuatan tiang dimulai dengan membuat posi bola

(tiang pusat rumah).

Rumah yang terdiri dari dua petak maka letak tiang pusat pada baris

kedua dari depan dan baris kedua dari samping kanan. Rumah yang

tiga petak atau lebih maka letak tiang pusat adalah baris ketiga dari

depan dan baris kedua dari samping kanan.

Bentuk tiang adalah bulat untuk bangsawan, segi empat atau

segidelapan untuk orang biasa.

Gambar 6 Tipe tiang: A. Penampang tiang golongan bangsawan, B. Penampang tiang golongan merdeka, C. Penampang tiang holongan ata. Sumber: Umar

A B C

Page 32: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

21

Untuk golongan ata, tiang rumahnya terbuat dari bambu yang disebut

awo. Apabila memakai kayu maka jenisnya tidak boleh sama dengan

jenis kayu yang dipakai oleh golongan bangsawan.

Arateng (pengikat arah lebar rumah)

Sumber: Shirly Wunas

Tinggi kolong rumah

Tinggi kolong Merupakan jarak antara lubang arateng dengan permukaan tanah. Penentuan mengambil ukuran suami dalam posisi berdiri dari kaki ke telinga ditambah ukuran dari lantai ke mata dalam posisi duduk. Ukuran ini 210-225 cm. Tinggi badan rumah Dilakukan dengan metode yang sama dengan ukuran tinggi kolong. Yang dijadilkan alat ukur adalah istri pemilik rumah. Ukuran berkisar 200-210 cm. Gambar 7. Sistem Struktur Konstruksi

Rumah adat suku Bugis yang digolongkan sebagai rumah panggung

terdiri atas tiga ruang lantai yang pertama adalah ruang bawah

(kolong) dalam bahasa Bugis passiring, berfungsi sebagai tempat

binatang ternak dan sebagai tempat penyimpanan alat-alat

pengolahan sawah dan kebun. Kedua dalam bahasa Bugis adalah

watampola berfungsi sebagai tempat perencanaan dan

penyelenggaraan hidup dan kehidupan sehari-hari bagi seisi rumah,

tempat berkembangnya keturunan dan tempat tumbuh dan

berkembangnya nilai-nilai adat kebiasaan leluhur secara turun-

temurun. Lantai tengah terbagi menjadi dua bahagian yaitu bahagian

Page 33: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

22

luar yang disebut saliwengpola dan bahagian dalam disebut

lalengpola. Kedua bahagian ini pisahkan oleh Pallawatenga (dinding

pemisah). Ketiga adalah ruang atas (loteng) dalam bahasa Bugis

rakkiang. Fungsinya tidak hanya sebagai tempat penyimpanan hasil

sawah dan kebun tetapi sebagai tempat penyimpanan peralatan lain

seperti tikar, alat tenun dan benda-benda pusaka yang dianggap

keramat oleh pemiliknya.

2. Anak Tangga. Anak tangga dipasang pada setiap tangga selalu

jumlah ganjil. Makin tinggi rumah makin banyak anak tangganya,

namun selalu hitungan ganjil. Suku Bugis menggunakan jenis tangga

yang berlainan satu sama lain. Bentuk tangga tersebut terbuat dari

bambu kemudian bentuk tangga yang menggunakan kayu. Dalam hal

pemasangan anak tangga pada setiap rumah tidak boleh sesuka hati

pemiliknya:

1. Untuk golongan bangsawan (arung) pemasangan tangga harus ke

depan searah dengan badan rumah dan diberi atap dan

pegangan.

Gambar 8. Tipe tangga bangsawan suku Bugis Sumber: Umar

2. Bagi golongan to mardeka (to sama) pemasangan harus dari

samping badan rumah dan tidak diberi atap dan pegangan.

Page 34: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

23

3. Untuk golongan ata terletak di depan rumah dan disandarkan

langsung ke badan rumah serta tidak boleh memakai sandaran

tiang dan atap.

Gambar 9. Tipe tangga golongan mardeka dan ata

Sumber: Umar

Page 35: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

24

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Yuti (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Aplikasi Feng Shui

pada Arsitektur Ruko Lama di Kawasan Pecinan Makassar yang betujuan

mengidentifikasi tingkat aplikasi konsep Feng Shui dalam arsitektur ruko,

mengidentifikasi tingkat pemenuhan kebutuhan dasar pemilik ruko, dan

dan mengidentifikasi harapan pemilik ruko terhadap arsitektur ruko.

Kesimpulan penelitian adalah tingkat aplikasi konsep feng Shui

dalam arsitektur ruko lama di kawasan Pecinan Makassar tergolong

sesuai baik setiap aspek maupun keseluruhan aspek, sedangkan tingkat

pemenuhan kebutuhan dasarnya penghuninya tergolong kurang sesuai

baik setiap aspek maupun keseluruhan aspek.

Raziq Hasan 2002 (http://www.yahoo.com/arsitektur tradisional

Bugis) dalam penelitiannya yang berjudul perubahan bentuk dan fungsi

arsitektur tradisional Bugis di kawasan pesisir Kamal Muara, Jakarta Utara

merupakan suatu upaya penelitian dalam konteks arsitektur tradisional

sebagai eksplorasi konsep bangunan yang pernah dikembangkan pada

masa lalu untuk dilihat bagaimana perkembangannya pada masa kini

dalam lingkungan baru yang jauh dari asal tradisinya.

Kesimpulan penelitian adalah pada umumnya masyarakat memiliki

keinginan yang kuat untuk tetap menggunakan pola penataan fungsi dan

bentuk rumahnya sesuai dengan pakem yang ditentukan oleh adat istiadat

Bugis yang telah dikenalnya secara turun temurun, hal ini sulit

dilaksanakan karena beberapa pertimbangan karena pertautan budaya

dengan lingkungan sekitar yang kurang meiliki ikatan emosional yang kuat

Page 36: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

25

dengan budaya asalnya, interaksi sosial yang menuntuk perubahan

bentuk secara fungsional dan kesejamanan, hilangnya makna simbolik

terhadap elemen-elemen bentuk, rancangan bangunan lebih dipandang

dari sudut fungsional semata, kurangnya pengetahuan masyarakat Bugis

terhadap dasar-dasar filosofi bentuk disamping tidak adanya lembaga dan

aturan yang mengikat nilai-nilai ini, bahan bangunan utama kayu sulit

didapat di wilayah pemukiman dan harganya mahal, dan adanya

anggapan bahwa rumah dengan bahan dari bata lebih baik dalam hal

perawatan dan daya tahan, dan bahan bata dianggap menunjukkan

tingkat kemampuan ekonomi penghuni yang lebih baik.

Dari beberapa penelitian di atas sangatlah berkaitan dengan

penelitian ini, dengan fokus dan isi pembahasan yang lebih spesifik yaitu

mengenai keterkaitan konsep arsitektur tradisional Bugis dengan

pemenuhan kebutuhan penghuni. Tinjauan dalam penelitian ini difokuskan

pada usaha mengidentifikasi keterkaitan konsep arsitektur tradisional

Bugis dalam arsitektur rumah terhadap pemenuhan kebutuhan penghuni

dengan menggunakan metode deskriptif.

Page 37: KETERKAITAN KONSEP ARSITEKTUR TRADISIONAL ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Desain rumah memenuhi kebutuhan aktualisasi diri, diupayakan dengan pemenuhan kebutuhan

26

B. Kerangka Pikir

Tinjauan Literatur

- Teori kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow (lang,1994 dalam Yuti, 2006.

- Budaya dan arsitektur - Teori arsitektur tradisional

rumah Bugis

Masalah yang Urgen 1. Berdasarkan konsep umum arsitektur, desain bangunan seharusnya

bisa memenuhi kebutuhan penghuni rumah. Namun ternyata berdasarkan pengamatan awal, mayoritas desain rumah tradisional Bugis yang ada di kecamatan Lilirilau kabupaten Soppeng yang mengaplikasikan konsep arsitektur tradisional rumah Bugis, tampaknya belum bisa memenuhi kebutuhan dasar penghuni rumah secara memuaskan.

2. Acuan arsitektur rumah yang membahas konsep arsitektur tradisional rumah Bugis yang dikaitkan dengan kebutuhan dasar penghuni rumah belum ada.Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kurangnya pengetahuan terhadap dasar-dasar filosofi bentuk dan tidak ada lembaga dan aturan yang mengikat nilai-nilai ini.

Variabel Riset

1. Pengelompokan rumah berdasarkan status pemilik bangunan

2. Pengelompokan rumah berdasarkan periode dan umur bangunan

3. Pengelompokan rumah berdasarkan fungsi rumah

4. Pemenuhan kebutuhan pemilik rumah hunian dan usaha • Kebutuhan fisiologis • Kebutuhan keamanan dan

keterlindungan • Kebutuhan affiliasi • Kebutuhan peghargaan • Kebutuhan aktualisasi diri

Keterkaitan konsep arsitektur tradisional rumah Bugis dengan pemenuhan kebutuhan dasar penghuni

Teknik Analisis Data akan dianalisis dengan cara pembobotan untuk mempermudah dilakukan penilaian kemudian ditafsirkan dengan kalimat kualitatif yang deskriptif dan interpretative sifatnya, untuk mempersentasikan status hal yang diteliti.