SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani...

121
i SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PERUSAHAAN TAMBANG TERHADAP PENCEMARAN SUMBER AIR UNTUK PERTANIAN OLEH: FITRIANI B111 13 364 DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani...

Page 1: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

i

SKRIPSI

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PERUSAHAAN TAMBANG

TERHADAP PENCEMARAN SUMBER AIR UNTUK PERTANIAN

OLEH:

FITRIANI

B111 13 364

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 2: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

ii

HALAMAN JUDUL

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PERUSAHAAN TAMBANG

TERHADAP PENCEMARAN SUMBER AIR UNTUK PERTANIAN

OLEH:

FITRIANI

B111 13 364

SKRIPSI

Sebagai Tugas Akhir dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana

Pada Departemen Hukum Keperdataan Program Studi Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 3: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

iii

Page 4: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Diterangkan bahwa skripsi mahasiswa:

Nama : Fitriani

NIM : B111 13 364

Bagian : Hukum Keperdataan

Judul Skripsi : Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Tambang

Terhadap Pencemaran Sumber Air Untuk Pertanian

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan dalam ujian skripsi pada

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

Makassar, Februari 2018

Disetujui oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H., M.H. Dr. Harustiati A. Moein, S.H., M.H. NIP. 1963 04 19 198903 1 003 NIP. 1954 01 06 198003 2 001

Page 5: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

v

Page 6: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

vi

ABSTRAK

Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber Air Untuk Pertanian, dibimbing oleh Abrar Saleng dan Harustiati A. Moein.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan tanggung jawab lingkungan perusahaan PT Semen Bosowa Maros terhadap sumber air untuk pertanian dan juga untuk mengetahui pertanggungjawaban perusahaan tersebut terhadap masyarakat yang mengalami kerugian akibat pencemaran air untuk pertanian. Lokasi penelitian dilakukan di Desa Baruga Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros, tempat ditemukannya permasalahan tersebut.

Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian Empiris. Teknik penelitian menggunakan teknik penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan yang lebih konkrit dengan melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait serta data sekunder berupa data yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan yang terkait, buku-buku, tulisan atau makalah, dan dokumen atau arsip serta bahan lain yang menunjang dalam penulisan skripsi ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pelaksanaan tanggung jawab lingkungan PT Semen Bosowa Maros (PT SBM) belum maksimal dalam pelaksanaannya. Karena perizinan lingkungan terkait air limbah belum indahkan oleh pihak perusahaan, juga melanggar larangan untuk tidak mendirikan bangunan yang dapat mengganggu fungsi saluran irigasi dengan membangun drainase pembuangan air limbah yang masuk ke saluran irigasi, yang dalam penelitian ini ada kemungkinan air tersebut berasal dari limbah hasil penambangan tanah liat dan juga hasil pengoperasian PLTD seperti yang diperkirakan dalam AMDAL. Adanya kerugian yang dialami masyarakat dapat ditempuh melalui jalur litigasi (pengadilan) dan juga jalur non litigasi. Kerugian akibat pencemaran dan/atau perusakan lingkugan dapat digugat berdasarkan Pasal 87 UUPPLH. Prosedur pengajuan gugatan melalui jalur litigasi (pengadilan) yang dapat diajukan melalui class action, legal standing, dan gugatan instansi pemerintah dan pemerintah daerah yang bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup.

Kata Kunci: Tanggung Jawab Lingkungan,Pertanggungjawaban, Perusahaan, Pertambangan, Pencemaran Lingkungan, Sumber Air, Pertanian.

Page 7: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

vii

ABSTRACT

Fitriani (B111 13 364), Mining Company Liability Towards Agricultural Water Source Pollution, advised by Abrar Saleng and Harustiati A. Moein.

The purpose of this research was to determine the implementation of environmental liability of PT Semen Bosowa Maros towards agricultural water source and the company liability towards the people who suffered losses caused by agricultural water pollution. This research took place in Baruga Village, Bantimurung District, Maros Regency, where the problem occurred.

This research used empirical method with library research and field research by holding direct interviews with related parties and secondary data in the form of regulations, books, articles or papers, and documents or files and other supporting materials for writing this thesis.

The results of this research showed that determine the implementation of environmental liability of PT Semen Bosowa Maros has not been maximized. The environmental permits related to wastewater have not been complied by the company. It also violated the prohibition against buildings which can interfere with irrigation channel function by building drainage of wastewater disposal that entered the irrigation channel, which in this research a possibility of that water came from waste of clay mining and operation of PLTD as predicted in AMDAL was found. The losses suffered by the community can be reached through litigation (court) and also non-litigation paths. Losses caused by pollution and/or environmental damage can be claimed based on Article 87 UUPPLH. The procedure of filing a lawsuit through litigation (court) can be done through class action, legal standing, and claim of government agency and local government responsible for the environment.

Keyword: Environmental Liability, Liability, Company, Mining, Environmental Pollution, Water Source, Agriculture.

Page 8: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji

bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas segala rahmat dan hidayah-

Nya yang senantiasa membimbing langkah penulis agar mampu

menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat tugas akhir pada

jenjang studi Strata Satu (S1) Program Studi Ilmu Hukum di Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin. Salam serta shalawat kepada Rasulullah

Muhammad S.A.W. rahmat bagi seluruh alam, dan menjadi teladan agar

setiap langkah dan perbuatan selalu berada di jalan kebenaran dan

bernilai ibadah di sisi Allah SWT.

Segenap kemampuan telah penulis curahkan dalalm penyusunan

skrispi ini. Namun demikian, penulis sangat menyadari bahwa

kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Sebagai makhluk ciptaan-Nya,

penulis memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala bentuk saran

dan kritik kontruktif penulis harapkan agar kedepannya tulisan ini menjadi

lebih baik.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih tak

terhingga kepada kedua orang tua penulis, kepada Ayahanda tercinta

Almarhum Muhammad Ali Sese yang telah senantiasa membimbing

ananda sedari kecil khususnya dalam akhlak dan ilmu agama. Kepada

Ibunda terkasih Hj. Nurhayati yang telah mengorbankan harta dan

kesehatannya untuk anak-anaknya, wanita kuat yang senantiasa menjadi

Page 9: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

ix

motivasi penulis untuk selalu melakukan yang terbaik. Kepada saudara

penulis. Muhammad Chaidar yang telah memberi ujian kesabaran kepada

penulis terlebih dalam penyusunan skripsi ini. Selain itu, penulis juga

mengucakan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A., selaku Rektor Universitas

Hasanuddin dan segenap jajarannya;

2. Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin dan segenap jajaran Wakil Dekan

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin;

3. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang telah

membimbing dan memberikan ilmu, nasihat, serta motivasi kepada

penulis selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin;

4. Prof. Dr. Ir. Abrar Saleng, S.H.,M.H., selaku Pembimbing I yang

telah membimbing dan memotivasi penulis ditengah kesibikan dan

aktivitasnya dalam penyusunan skripsi ini;

5. Dr. Harustiati A. Moein, S.H.,M.H., selaku Pembimbing II yang

senantiasa menyempatkan waktunya untuk membimbing penulis

untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini;

6. Dewan Penguji, Prof. Dr. Ahmadi Miru, S.H.,M.H., Dr. Kahar Lahae,

S.H, M.H., dan Dr. Sri Susyanti Nur, S.H.,M.H., atas segala saran

dan masukannya yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi

ini;

Page 10: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

x

7. Seluruh pegawai dan karyawan di Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin;

8. Birkah Latief, S.H., LLM., Ahmad Tjolli,S.H.,M.H., dan seluruh

dosen, serta rekan asisten di lingkup Klinik Hukum FH-UH. Terima

kasih atas bantuan, kerjasama, nasihat, dan semangat, serta

kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk bergabung dan

belajar di Klinik Hukum FH-UH;

9. Sri Wahyuni,S.H., atas segala bimbingan dan arahannya dalam

penyusunan skripsi ini;

10. Sahabat-sahabat yang tergabung dalam Becce On Campus, Adzah

Rawaeni,S.H., Fenny Afrianti,S,H., A.Trimayasari Tahir, S,H.,

Rusyaid Abd, S.H., dan teman pejuang skrpsi Ayu Nasriani Saputri,

atas segala bantuan, semangat, dan pelajaran hidup yang

diberikan;

11. Sahabat-Sahabat ZONK, Hasrudin,S.H, Abdul Amin, S.H,

Nurhalisa, S.H., Jemmi, S,H., dan Lisa Yusnita, yang memberi

motivasi, semangat, dan memberikan warna tersendiri dalam

kehidupan di kampus;

12. Teman-teman curahan hati penulis, Melisa,S.H., sepupu sekaligus

sahabat yang senantiasa mendengar keluh kesah dan sebagai

motivator penulis. Kepada Rahmi mutiah, sahabat sedari SMU yang

senantiasa memberikan semangat, motivasi, dan tetap menemani

dikala suka dan duka;

Page 11: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

xi

13. Hj. Marwaty, Sumarlin,S.E., Abdullah, Mantasia dg Jai, Hj. Rukia

Dg. Lunga, serta seluruh keluarga yang senantiasa membantu baik

materil maupun immateril selama penulis menitih pendidikan;

14. Keluarga Besar Asian Law Students’ Association (ALSA), Local

Chapter Unhas. Kepada Zulkurnawan Akbar,S.H., Asaat

Rizkallah,S.H., Rafi Iriansyah S.H., Atira Bunyamin, S.H., Addinul

Haq,S.H., Muhammad Irsyad,S.H., Maya Soraya,S.H., Khaiffah

Khairunnisa,S.H., Afdal Yanuar,S.H., Zulham Arief,S.H., Yanneri

Andreas,S.H., dan seluruh pengurus ALSA LC Unhas Periode

2014-2015 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, serta Alumni

ALSA LC Unhas. Terima kasih atas kepercayaan dan pengetahuan

berorganisasi yang diberikan kepada penulis;

15. Teman-teman MCC Tim 5 SKS, Zara Dwilistya,S.H., Ummu

Nurdawati,S.H., Caecilia Birani,S.H., Nidhaul Khasanah,S.H.,

Taufik Akbar,S.H., Febri Maulana,S.H., Gusti Ngurah Rai, Muliadi

Irwan,S.H., Dirwansyah Tahir,S.H., Eko Satriawan, Muhammad

Mubarak C P, Nulin, Dinul Haq Qayyim,S.H., dan Kanda Maulana

Arif Nur,S.H, yang telah memberikan pelajaran berharga selama

berMCC;

16. Abdul Mufti Radja, S.T., M.T., Ph.D, selaku supervisor Kuliah Kerja

Nyata (KKN) Kecamatan Biringkanaya. Terima kasih kepada Krena

Parannuan, Nurul Damasih, Muhammad Zufar, Raehana, Shindy

Rima Putri, M.Yusuf Anwar, teman seposko penulis yang telah

Page 12: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

xii

membantu menjalankan berbagai proker KKN. Terima kasih

kepada Arief Rahman Adi Nugraha, Korlur yang aktif membantu

menjalan proker kecamatan dan selalu membantu penulis tanpa

diminta sekalipun. Serta seluruh teman-teman KKN yang

membantu penulis dalam pelaksanaan proker KKN;

17. Teman-teman dan adik-adik kampus penulis, kepada Hendri, adik

sekaligus kakak yang selalu ada disaat penulis butuhkan. Abrar,

teman diskusi dan pengingat skripsi. Pimen, Kak Rani, dan teman-

teman lain yang telah membantu dan memberikan semangat

pengerjaan skripsi kepada penulis;

18. Saudara-saudara ASAS 2013, terima kasih atas hari-hari yang

dilalui bersama selama di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan yang telah

diberikan dengan penuh rahmat dan hidayah-Nya. Akhir kata, semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua, terutama dalam perkembangan

hukum di Indonesia. Wassalamu Alaikim Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 20 Februari 2018

Penulis

Page 13: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

xiii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................ i

Halaman Judul ................................................................................... ii

Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................. iii

Lembar Persetujuan Pembimbing .................................................... iv

Lembar Persetujuan Menempuh Ujian Skripsi ................................ v

Abstrak ............................................................................................... vi

Abstrack ............................................................................................. vii

Kata Pengantar ................................................................................... viii

Daftar Isi ............................................................................................. xiii

Daftar Tabel ........................................................................................ xvi

Daftar Gambar .................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian .................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 10

A. Perusahaan ............................................................................... 10

1. Pengertian Perusahaan ....................................................... 10

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan ............................ 15

B. Pertanggungjawaban ............................................................... 18

Page 14: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

xiv

1. Pengertian Pertanggungjawaban ......................................... 18

2. Pertanggungjawaban dalam Perbuatan Melawan Hukum ... 19

C. Hukum Lingkungan Keperdataan .............................................. 24

1. Pengertian Hukum Lingkungan Keperdataan ...................... 24

2. Tanggung Gugat dan Beban Pembuktiannya ...................... 26

D. Pertambangan ........................................................................... 36

1. Hukum Pertambangan ......................................................... 36

2. Penggolongan Bahan Galian ............................................... 40

E. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ................................... 43

F. Pencemaran Lingkungan .......................................................... 48

1. Pencemaran Air ................................................................... 50

2. Pengendalian Pencemaran Air ............................................ 51

3. Izin Pembuangan Air Limbah ............................................... 54

G. Irigasi......................................................................................... 55

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 57

A. Lokasi Penelitian ....................................................................... 57

B. Populasi dan Sampel ................................................................ 57

C. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 57

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 58

E. Analisis Data ............................................................................. 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 60

A. Pelaksanaan Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan

PT Semen Bosowa Maros Terhadap Sumber Air untuk

Page 15: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

xv

Pertanian di Desa Baruga ......................................................... 60

1. Kegiatan PT Semen Bosowa Maros (Tahap Operasional) .. 62

2. Kajian AMDAL Terkait Dampaknya Terhadap Kualitas Air .. 67

3. Pelaksanaan Tanggung Jawab Lingkungan

PT Semen Bosowa Maros Terhadap Kualitas Air ................ 80

B. Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap

Masyarakat yang Mengalami Kerugian Akibat

Pencemaran Air untuk Pertanian .............................................. 88

BAB V PENUTUP ................................................................................ 96

A. Kesimpulan ............................................................................... 96

B. Saran......................................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Dampak Potensial dan Dampak Penting Hipotetik

Terhadap Air .............................................................................. 67

Page 17: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Tabel matriks RKL PT SBM Periode Januari-Juni 2017 ......... 77

Gambar 2: Tabel matriks RPL PT SBM Periode Januari-Juni 2017 ......... 79

Gambar 3: Banjir pada persawahan yang terjadi pada Bulan

Desember 2017 ..................................................................... 81

Gambar 4: Drainase pembuangan air limbah PT SBM yang terhubung

Ke saluran irigasi ................................................................... 82

Gambar 5: Izin yang terkait AMDAL pada Laporan Hasil Pelaksanaan

RKL-RPL Juni 2017 PT SBM ................................................... 83

Page 18: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik yang

dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Potensi alam

yang begitu banyak, seyogyanya masyarakat Indonesia telah sejahtera.

Ditegaskan dalam Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) bahwa “Bumi, air, dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Penggunaan

Pasal 33 Ayat (3) ini dilakukan dengan pendekatan bahwa sumber daya

alam dikuasai oleh negara dan merupakan milik bersama (common

property) bangsa-bangsa (nations) yang ada di Indonesia dan digunakan

untuk kesejahteraan dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dari satu

generasi ke generasi selanjutnya secara berkelanjutan1.

Salah satu potensi sumber daya alam ialah sumber daya mineral

yang dalam bahasa keseharian masyarakat dikenal sebagai bahan

tambang atau bahan galian. Bahan galian merupakan sumber daya alam

yang tidak terbaharukan (unrenewble resource). Mengingat sumber daya

alam bahan galian sifatnya tidak dapat diperbaharui (unrenewable), maka

1 Abrar Saleng, 2013, Kapita Selekta: Hukum Sumberdaya Alam, Membumi Publishing,

Makassar, hlm.31.

Page 19: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

2

pengusahaannya harus dapat memberikan manfaat bagi generasi

sekarang dan generasi yang akan datang.2

Pada awalnya pertambangan dilakukan semata-mata untuk

pembangunan negara dan kesejahteraan rakyat seperti yang tercantum

pada Pasal 33 Ayat (3) UUD NRI 1945, akan tetapi pada kenyataannya

perusahaan pertambangan kebanyakan hanya meraup keuntungan

pribadinya sendiri tanpa memikirkan lingkungan sekitarnya yang masih

jauh dari kesejahteraan.3

Setiap perusahaan pertambangan diwajibkan melakukan upaya

meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positifnya.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang dimulai sejak masa revolusi

industri hingga sekarang, industri seringkali menimbulkan dampak positif

dan negatif sekaligus. Dampak positifnya, terjadi pembangunan ekonomi

yang menghasilkan kemajuan dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Dampak negatifnya antara lain dapat diamati secara ekologis

dengan melihat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh teknologi.

Tidak sebatas itu, secara sosial kerusakan lingkungan telah menimbulkan

konflik dalam masyarakat. Konflik itu mulai dari yang kecil hingga konflik

yang besar. Konflik kecil tersebut seperti keluhan masyarakat yang tinggal

di sekitar kawasan industri karena gangguan kerusakan lingkungan yang

2 Abrar Saleng, 2004, Hukum Pertambangan, UII Press, Yogyakarta, Hlm. 111 3 Dita Natalia Damopoli, “Tanggung Jawab Perusahaan Pertambangan Terhadap

Lingkungan Pascapengelolaannya”, Jurnal Lex et Societatis, Vol.1, No. 5, September 2013, Hlm. 6.

Page 20: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

3

disebabkan oleh limbah kawasan industri dan konflik yang besar seperti

bentrok antara kedua pihak.4

Sebagai kegiatan yang berhubungan dengan bentang alam, tentu

kegiatan pertambangan akan terkait dengan lingkungan hidup.5 Kegiatan

pertambangan dan lingkungan hidup adalah dua hal yang tidak dapat

terpisahkan, bahkan ada ungkapan “Tiada kegiatan pertambangan tanpa

perusakan/pencemaran lingkungan”.6

Dewasa ini, sumber penurunan kualitas lahan pertanian yang

disebabkan oleh kegiatan non pertanian didominasi oleh pengembangan

industri, pertambangan, dan pembakaran hutan baik dalam bentuk

pencemaran maupun perusakan lingkungan. Masih banyaknya kegiatan

industri, dan pertambangan yang tidak berwawasan lingkungan menjadi

faktor penyebab utama timbulnya perusakan dan pencemaran lingkungan.

Hal ini terlihat dari data Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan

(Proper) dalam pengelolaan lingkungan yang diumumkan oleh Menteri

Negara Lingkungan Hidup dari tahun 2002-2015 menunjukan bahwa

persentase ketaatan industri dalam pengelolaan lingkungan berkisar

antara 60%-74%.7

4 Dian Kurnia Anggreta, “Perjuangan Hak Ekologis Komunitas Petani”, Jurnal Ilmu Sosial

Mamangan, STKIP PGRI Padang, Vol. 1, No.1, Tahun 2012, Hlm. 23. 5 Ahmad Redi, 2017, Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan Mineral dan Batu

Bara, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 37. 6 Abrar Saleng, 2004, Loc.cit. 7 Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan, Data

diakses dari http://proper.menlh.go.id/portal/pubpdf/PUBLIKASI%20PROPER%202015.pdf, pada tanggal 13 September 2017.

Page 21: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

4

Petani menjadi salah satu komunitas yang memperoleh dampak

negatif dari adanya aktivitas penambangan. Sebagai petani yang

menggantungkan mata pencahariannya di bidang pertanian,

berkurangnya produksi atau bahkan tidak lagi dapat berproduksinya lahan

pertanian menjadi masalah serius yang dapat menimbulkan dampak bagi

kehidupan ekonomi petani. Kerusakan lahan akibat pertambangan dapat

terjadi selama kegiatan pertambangan maupun pasca pertambangan.

Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pertambangan akan berbeda

pada setiap jenisnya, tergantung pada metode dan teknologi yang

digunakan. Untuk meminimalisir dampak negatif yang dirasakan oleh para

petani, maka sangat diperlukan peran hukum dalam menjalankan

fungsinya untuk memberikan keteraturan terkait dengan hal tersebut.

Penegakan hukum lingkungan hidup adalah satu elemen penting

dalam upaya mencapai tujuan Indonesia. Tujuan negara tertuang dalam

Pembukaan UUD NRI 1945 yaitu,

Melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pada batang tubuh UUD NRI 1945 setelah amandemen,

penegakan hukum lingkungan hidup diletakkan dalam pasal-pasal yang

berkaitan dengan hak asasi manusia, yaitu Pasal 28H angka 1 bahwa

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,

dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

Page 22: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

5

memperoleh pelayanan kesehatan”. Pasal ini menjadi landasan bahwa

lingkungan hidup harus menjadi hal yang penting dalam konteks

perlindungan hak asasi manusia.

Selanjutnya pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) diatur pula

hak-hak dan kewajiban masyarakat maupun orang yang melakukan usaha

dan/atau kegiatan. Pada Pasal 65 undang-undang ini dijelaskan beberapa

hak masyarakat yaitu (1) Hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat

sebagai bagian dari hak asasi manusia; (2) Hak mendapatkan pendidikan

lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan

dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat; (3) Hak

mengajukan usul dan/atau keberatan terhadap rencana usaha dan/atau

kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan dampak terhadap

lingkungan hidup; (4) Hak untuk berperan dalam perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-

undangan; (5) Hak melakukan pengaduan akibat dugaan pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan hidup. Terkait dengan hal tersebut, maka

setiap kegiatan yang berkaitan dengan usaha pertambangan wajib

memperhatikan hak-hak masyarakat. Namun, hingga saat ini masih

terdapat perusahaan yang mengabaikan hak masyarakat tersebut.

Berdasarkan hasil prapenelitian penulis, salah satu hal yang menjadi

masalah terkait dengan lingkungan hidup adalah pencemaran sumber air

Page 23: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

6

bagi lahan pertanian yang menjadi dampak dari kegiatan pertambangan

oleh PT. Semen Bosowa Maros.

PT. Semen Bosowa Maros merupakan anak perusahaan Bosowa

Corporation di bidang usaha semen yang melakukan aktivitas

penambangan. Perusahaan tersebut telah memiliki 2 unit pabrik semen di

Desa Baruga dan Desa Tukamasea Kecamatan Bantimurung Kabupaten

Maros yaitu Pabrik Unit 1 didirikan pada Tahun 1994 dan Pabrik Unit 2

didirikan pada Tahun 2012. Sejak pendirian Pabrik Unit 1 pada Tahun

1994 berbagai permasalahan muncul, mulai dari sengketa pertanahan

hingga permasalahan lingkungan.

Berdasarkan Sosialisasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Hidup (AMDAL) PT Semen Bosowa Unit 2 yang dihadiri oleh pemrakarsa,

panitia penilai AMDAL, dan juga masyarakat yang berkepentingan pada

Tahun 2011 membahas rencana-rencana dan juga dampak dari

pembangunan Pabrik Unit 2. Pembahasan dalam sosialisasi tersebut

menghasilkan beberapa kesimpulan dari tanggapan berbagai pihak.

Beberapa terkait dengan pencemaran air dan penurunan hasil pertanian.8

Berdasarkan penuturan warga Desa Baruga pada saat

prapenelitian penulis, hasil panen padi dirasakan semakin berkurang.

Penurunan hasil panen ini diperkirakan oleh warga karena air yang

tercemar oleh limbah pabrik unit 1 yang digunakan warga untuk mengairi

8 Berdasarkan data KA-ANDAL PT Semen Bosowa Maros untuk pembangunan pabrik unit

2 pada tahun 2011

Page 24: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

7

lahan pertanian mereka.9 Ketika musim hujan, warga kerap mengalami

banjir karena besarnya debit air yang keluar dari pabrik PT Semen

Bosowa Maros. Hal tersebut dalam hal ini, memberikan kegelisahan bagi

warga Desa Baruga yang berada di sekitar pabrik PT Semen Bosowa

Maros, serta memberikan indikasi yang nyata adanya pelanggaran

terhadap hak konstitusional warga negara yakni hak atas lingkungan yang

baik dan sehat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlunya mengkaji dan

meneliti mengenai pelaksanaan tanggung jawab lingkungan PT Semen

Bosow Maros khususnya terkait sumber air untuk pertanian di Desa

Baruga dan juga bagaimana pertanggungjawabannya terhadap

masyarakat yang mengalami kerugian. Hal inilah yang melatarbelakangi

penulis untuk menyusun tugas akhir ini yang berjudul

Pertanggungjawaban Hukum Perusahaan Tambang Terhadap

Pencemaran Sumber Air untuk Pertanian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa

rumusan masalah yang nantinya akan menjadi batasan pada

pembahasan sebagai berikut:

9 Ibid

Page 25: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

8

1. Bagaimana pelaksanaan tanggung jawab lingkungan

perusahaan PT Semen Bosowa Maros terhadap sumber air

untuk pertanian di Desa Baruga?

2. Bagaimana pertanggungjawaban PT Semen Bosowa Maros

terhadap masyarakat yang mengalami kerugian akibat

pencemaran air untuk pertanian?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitiannya

dapat dinyatakan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan tanggung jawab lingkungan

perusahaan PT. Semen Bosowa Maros terhadap sumber air

untuk pertanian di Desa Baruga;

2. Untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban PT Semen

Bosowa Maros terhadap masyarakat yang mengalami kerugian

akibat pencemaran air untuk pertanian.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi berapa hal,

yaitu secara teoritis dan praktis sebagai berikut:

a. Secara teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam

Page 26: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

9

bidang ilmu hukum terutama yang berkaitan dengan

masalah sumber daya alam dan lingkungan.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

penelitian-penelitian sejenis pada masa mendatang.

b. Secara Praktis

1) Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah wawasan pengetahuan dalam bidang ilmu

hukum, utamanya terkait dengan lingkungan.

2) Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapi.

3) Bagi instansi/pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan yang berguna dalam

memberikan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan,

khususnya yang berkaitan dengan lingkungan.

Page 27: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perusahaan

1. Pengertian Perusahaan

Perusahaan adalah istilah ekonomi yang dipakai dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan perundang-undangan di

luar KUHD. Namun, dalam KUHD sendiri tidak dijelaskan pengertian resmi

istilah perusahaan itu. Definisi perusahaan secara resmi dirumuskan

dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib

Daftar Perusahaan. Sebelum undang-undang ini, tidak dijumpai definisi

perusahaan. Oleh karena itu, para penulis hukum berusaha merumuskan

definisi perusahaan berdasarkan pengetahuan yang mereka peroleh

secara empiris. 10

Menurut Molengraaff (1966), perusahaan adalah keseluruhan

perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus, bertindak keluar, untuk

memperoleh penghasilan, dengan cara memperdagangkan atau

menyerahkan barang atau mengadakan perjanjian perdagangan.11

Polak (1935) memandang perusahaan dari sudut komersial, artinya

baru dapat dikatakan perusahaan apabila diperlukan perhitungan laba dan

10 Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti,

Bandung, hlm. 7. 11 Ibid.

Page 28: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

11

rugi yang dapat diperkirakan dan dicatat dalam pembukuan. Di sini Polak

menambahkan unsur “pembukuan” pada unsur lain, seperti yang telah

dikemukakan oleh Molengraaff. Polak mengakui ada unsur-unsur lain, itu

terbukti dari penjelasannya bahwa apakah suatu perusahaan dijalankan

menurut cara yang lazim atau tidak, dapat diketahui dari keteraturan

menjalankan perusahaan itu dan bukan dijalankan secara gelap. Jika

unsur-unsur ini tidak ada, hilanglah sifat perusahaan dari aspek hukum

perusahaan. 12

Pasal 1 huruf b Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang

Wajib Daftar Perusahaan dijelaskan, bahwa:

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus-menerus dan didirikan, bekerja, serta berkedudukan dalam wilayah Negara Indonesia dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, maka dalam definisi

perusahaan terdapat 2 (dua) unsur pokok, yaitu:

1) Bentuk usaha yang berupa organisasi atau badan usaha, yang

didirikan, bekerja, dan berkedudukan dalam wilayah negara

Indonesia. Dalam bahasa Inggris disebut company atau enterprise.

2) Jenis usaha yang berupa kegiatan dalam bidang perekonomian

(perindustrian, perdagangan, perjasaan, dan pembiayaan),

dijalankan oleh badan usaha secara terus-menerus, dalam bahasa

Inggris disebut business.

12 Ibid., hlm. 8.

Page 29: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

12

Apabila definisi ini dibandingkan dengan definisi Molengraaff dan

Polak, ternyata definisi ini lebih sempurna karena dengan adanya bentuk

usaha (badan usaha) yang menjalankan jenis usaha (kegiatan dalam

bidang perekonomian), unsur-unsur lain terpenuhi juga. Berdasarkan

undang-undang yang berlaku, walaupun kegiatan dalam bidang ekonomi

dilakukan terus-menerus dan terang-terangan, terhadap pihak ketiga,

dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba, jika tidak

mempunyai bentuk usaha (badan usaha), itu bukan perusahaan,

melainkan hanya pekerjaan. Setiap orang yang menjalankan perusahaan

disebut pengusaha. Pengusaha ini dapat terdiri atas satu orang

(individual), beberapa orang yang berupa persekutuan (partnership),

ataupun badan hukum (corporate body).13

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1997 tentang Dokumen Perusahaan, bahwa:

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus-menerus dengan memperoleh keuntungan dan atau laba, baik yang diselenggarakan oleh orang perorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

Abdulkadir Muhammad dalam bukunya mengenai Hukum

Perusahaan Indonesia, merumuskan definisi perusahaan, yaitu:

Perusahaan adalah setiap badan usaha yang menjalankan kegiatan dalam bidang perekonomian secara terus menerus, bersifat tetap, dan terang-terangan dengan tujuan memperoleh

13 Ibid., hlm.9.

Page 30: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

13

keuntungan dan atau laba yang dibuktikan dengan catatan (pembukuan).

Perusahaan memiliki macam-macam bentuk, namun dalam

penulisan ini, yang dimaksudkan penulis dengan perusahaan ialah badan

usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Perseroan terbatas

merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian untuk

melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi

dalam saham, serta mematuhi persyaratan yang ditetapkan dalam

undang-undang dan peraturan pelaksananya. Kegiatan usaha dari

perseroan harus sesuai dengan maksud dan tujuan didirikannya

perseroan, serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan.14

Perseroan terbatas merupakan subjek hukum yaitu pemangku hak

dan kewajiban, termasuk menjadi pemilik dari suatu benda atau harta

kekayaan tertentu. Hanya subjek hukum yang merupakan individu orang

perorangan yang dinilai memiliki kecakapan melakukan perbuatan hukum

serta mempertahankan haknya di dalam hukum, juga badan hukum yang

merupakan artificial person, yaitu sesuatu yang diciptakan oleh hukum

untuk memenuhi perkembangan kebutuhan kehidupan masyarakat.

Ketentuan tersebut dapat ditemukan dalam Pasal 519 Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang bahwa “Ada barang yang

14 Frans Satrio Wicaksono, 2009, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan

Komisaris Perseroan Terbatas, Visimedia, Jakarta, hlm. 2.

Page 31: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

14

bukan milik siapa pun, barang lainnya adalah milik negara, milik

persekutuan atau milik perorangan”.15

Sebagai subjek hukum, perseroan adalah artifial person, tidak

mungkin tidak memiliki kehendak dan karenanya tidak dapat melakukan

kehendaknya sendiri. Untuk membantu perseroan dalam melakukan

tugasnya, dibentuklah organ-organ, yang secara teoritis disebut sebagai

organ theory16.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2007, Organ Perseroan adalah rapat umum pemegang saham

(RUPS), direksi, dan dewan komisaris. RUPS adalah organ perseroan

yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang

segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau dewan

komisaris. Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh

atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta

mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai

dengan ketentuan anggaran dasar. Dewan komisaris adalah organ

perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau

khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan

perseroan.17

15 Ibid. 16 Npslawoffice.com, organ perseroan terbatas. 17 Abdulkadir Muhammad, Op.cit., hlm. 115.

Page 32: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

15

2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan

Berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, dijelaskan dalam Pasal 1 butir 3 bahwa:

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan Terbatas sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.

Kemudian dijelaskan dalam Pasal 74 Ayat (1) bahwa “Perseroan

Terbatas yang menjalankan kegiatan di bidang dan/atau kegiatan dengan

sumber daya alam wajib untuk melaksanakan Tanggung Jawab Sosial

dan Lingkungan”.

Landasan pemikiran diaturnya Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, bertujuan

mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan

kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi perseroan

terbatas itu sendiri, komunitas setempat, dan masyarakat pada umumnya.

Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya hubungan

perseroan terbatas yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan

lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat, maka

ditentukan bahwa Perseroan Terbatas yang kegiatan usahanya di bidang

dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Untuk melaksanakan kewajiban

Perseroan Terbatas tersebut, kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan

Page 33: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

16

Lingkungan harus dianggarkan dan diperhitungkan dengan

memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Kegiatan tersebut dimuat dalam

laporan tahunan Perseroan Terbatas. Dalam hal Perseroan Terbatas tidak

melaksanakan Tanggung Jawan Sosial dan Lingkungan maka Perseroan

Terbatas yang bersangkutan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.18

Berdasarkan ketentuan Pasal 74 Ayat (4) Undang-Undang

Perseroan Terbatas bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan diatur lebih lanjut dengan Peraturan

Pemerintah. Terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012

tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas

mulai berlaku sejak tanggal 4 April 2012. Pada Peraturan Pemerintah ini

diatur mengenai:19

1. Tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh

Perseroan Terbatas dalam menjalankan kegiatan usahanya di

bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam

berdasarkan undang-undang.

2. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dilakukan

di dalam dan di luar lingkungan Perseroan Terbatas.

3. Tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan

berdasarkan rencana kerja tahunan yang memuat rencana

kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya.

18 Binoto Nadapdap, 2014, Hukum Perseroan Terbatas, Aksara, Jakarta, Hlm. 137-138 19 Ibid., Hlm. 153.

Page 34: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

17

4. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan disusun

dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

5. Pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan wajib

dimuat dalam laporan tahunan Perseroan Terbatas untuk

dipertanggungjawabkan kepada RUPS.

6. Penegasan pengaturan pengenaan sanksi Perseroan Terbatas

yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dan

lingkungan.

7. Perseroan Terbatas yang telah berperan dan melaksanakan

tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat diberikan

penghargaan oleh instansi yang berwenang.

Alexander Dahlsrud, 2008 (dalam Lingkar Studi CSR, 2013)

merangkum lima dimensi tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu:

ekonomi, sosial, lingkungan, pemangku kepentingan, dan sifat voluntari.20

Menurut ISO 26000:2010 (dalam Lingkar Studi CSR, 2013), tanggung

jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan menekankan pada empat

subjek inti, yaitu:21

1. Pencegahan polusi;

2. Penggunaan sumber daya yang berkelanjutan;

3. Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim;

20 Jacobus Rico Kuntag,”Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”, diakses dari

https://www.academia.edu/10156540/Tanggung_Jawab_Sosial_dan_Lingkungan_TJSL_Perusahaan_di_Indonesia , pada tanggal 25 Juli 2017.

21 Ibid.

Page 35: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

18

4. Proteksi lingkungan dan keragaman hayati dan restorasi habitat.

B. Pertanggungjawaban

1. Pengertian Pertanggungjawaban

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tanggung jawab adalah

keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa

boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya)22. Ada dua

istilah Dalam kamus hukum yang menunjuk pada pertanggungjawaban,

yakni liability dan responsibility. Liability merupakan istilah hukum yang

luas yang menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab,

yang pasti, yang bergantung, atau yang mungkin meliputi semua karakter

hak dan kewajiban secara aktual atau potensial seperti kerugian,

ancaman, kejahatan, biaya, atau kondisi yang menciptakan tugas untuk

melaksanakan undang-undang. Responsibility berarti hal yang dapat

dipertanggungjawabkan atas suatu kewajiban, dan termasuk keputusan,

keterampilan, kemampuan, dan kecakapan meliputi juga kewajiban

bertanggung jawab atas undang-undang yang dilaksanakan. Pengertian

dan penggunaan praktis, istilah liability menunjuk pada

pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat akibat kesalahan yang

dilakukan oleh subjek hukum, sedangkan istilah responsibility menunjuk

pada pertanggungjawaban politik.23

22 www.kbbi.web.id diakses pada tanggal 07 Mei 2017 23 Ridwan H.R., 2006, Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 335

Page 36: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

19

Menurut Purbacaraka, tanggung jawab hukum bersumber atau lahir

atas penggunakaan fasilitas dalam penerapan kemampuan tiap orang

untuk menggunakan hak dan/atau melaksanakan kewajibannya. Lebih

lanjut ditegaskan, setiap pelaksanaan kewajiban dan setiap penggunaan

hak baik yang dilakukan secara tidak memadai maupun yang dilakukan

secara memadai pada dasarnya tetap harus disertai dengan

pertanggungjawaban, demikian pula dengan pelaksanaan

kekuasaannya.24

2. Pertanggungjawaban dalam Perbuatan Melanggar Hukum

Perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad, unlawful action)

diatur dalam buku III Bab III KUHPerdata tentang Perikatan yang

bersumber dari undang-undang. Pasal 1352 KUHPerdata menentukan

bahwa perikatan yang bersumber dari undang-undang terjadi karena

ketentuan undang-undang sendiri dan karena perbuatan orang. Perbuatan

orang, antara lain perbuatan melanggar hukum, yang merugikan orang

lain, dan diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang sama rumusanya

dengan Pasal 1401 Burgerlijk Wetboek (BW) Belanda.25

Menurut ketentuan Pasal 1401 BW Belanda, setiap perbuatan

melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian pada orang lain,

mewajibkan orang yang karena kesalahannya menimbulkan kerugian itu

mengganti kerugian tersebut. Perbuatan melanggar hukum meliputi

24 Purbacaraka, 2010, Perihal Kaedah Hukum, Citra Aditya, Bandung, hlm. 37 25 Abdulkadir Muhammad, Op.cit., 509.

Page 37: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

20

berbuat atau tidak berbuat bertentangan dengan undang-undang, atau

norma kesusilaan dan kepatutan atau sikap hati-hati yang hidup dalam

masyarakat, baik terhadap barang maupun diri orang lain. Kesalahan

meliputi, baik karena sengaja maupun karena lalai. Kerugian merupakan

akibat yang secara nyata timbul dari perbuatan, baik kerugian materiil

maupun immateriil. Pelaku perbuatan melanggar hukum bertanggung

jawab mengganti kerugian kepada pihak yang dirugikan.26

Berdasarkan ketentuan Pasal 1401 BW, seseorang melakukan

perbuatan melanggar hukum yang merugikan orang lain dapat dituntut

pertanggungjawabannya apabila memenuhi empat unsur berikut:27

a. Perbuatan itu harus melanggar hukum (onrechtmatige, unlawful),

artinya berbuat atau tidak berbuat yang bertentangan dengan

undang-undang, atau norma kesusilaan dan kepatutan, atau sikap

hati-hati yang hidup dalam masyarakat.

b. Perbuatan itu harus dilakukan dengan kesalahan (schuld,fault),

artinya baik karena sengaja atau lalai.

c. Perbuatan itu harus menimbulkan kerugian (schade, damage), baik

kerugian materiil atas benda/kekayaan orang lain karena rusak,

hancur, atau lenyap, maupun kerugian immateril atas diri orang lain

(nama baik, kehormatan) karena tercemar.

26 Ibid. 27 Ibid., Hlm. 510.

Page 38: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

21

d. Antara perbuatan dan kerugian yang timbul harus ada hubungan

langsung secara kausalitas (causaliteit, causality). Menurut Von

Kries dalam teorinya adequate veroorzaking, yang dianggap sebab

adalah perbuatan yang menurut pengalaman manusia normal

sepatutnya dapat diharapkan menimbulkan akibat, dalam hal ini

kerugian. Karena perbuatan itu, timbul kerugian.

Perbuatan melanggar hukum secara yuridis mempunyai

konsekuensi terhadap pelaku maupun orang-orang yang mempunyai

hubungan hukum dalam bentuk pekerjaan yang menyebabkan timbulnya

perbuatan melawan hukum. Jadi, akibat yang timbul dari suatu perbuatan

melawan hukum akan diwujudkan dalam bentuk ganti kerugian terhadap

korban yang mengalami. Penggantian kerugian sebagaimana akibat dari

adanya perbuatan melanggar hukum, dapat berupa penggantian kerugian

materiil dan immateriil. Lazimnya dalam praktik penggantian kerugian

dihitung dengan uang, atau disetarakan dengan uang disamping adanya

tuntutan penggantian benda atau barang-barang yang dianggap telah

mengalami kerusakan/perampasan sebagai akibat adanya perbuatan

melanggar hukum pelaku.28

Jika dicermati perumusan ketentuan Pasal 1365 KUHperdata,

secara limitatif menganut asas hukum bahwa penggantian kerugian dalam

hal terjadinya suatu perbuatan melanggar hukum bersifat wajib. Bahkan

28 Lukman Santoso, 2016, Hukum Perikatan: Teori Hukum dan teknis Pembuatan

Kontrak, Kerja Sama, dan Bisnis, Setara Press, Malang, hlm. 81.

Page 39: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

22

dalam berbagai kasus yang mengemuka di Pengadilan, hakim seringkali

secara ex-officio menetapkan penggantian kerugian meskipun pihak

korban tidak menuntut kerugian yang dimaksudkan.29

Secara teoritis, penggantian kerugian sebagai akibat dari suatu

perbuatan melawan hukum diklasifikasikan ke dalam dua bagian, yaitu

kerugian yang bersifat aktual dan kerugian yang akan datang. Dikatakan

kerugian yang bersifat aktual adalah kerugian yang mudah dilihat secara

nyata atau fisik, baik yang bersifat materiil maupun immateriil. Kerugian ini

didasarkan pada hal-hal kongkrit yang timbul sebagai akibat adanya

perbuatan melanggar hukum dari pelaku. Sedangkan kerugian yang

bersifat di masa mendatang adalah kerugian-kerugian yang dapat

diperkirakan akan timbul di masa mendatang akibat adanya perbuatan

melanggar hukum dari pihak pelaku. Ganti kerugian di masa mendatang

ini haruslah didasarkan pula pada kerugian yang sejatinya dapat

dibayangkan di masa mendatang akan terjadi secara nyata.30

Pelaku perbuatan melanggar hukum bukan hanya bertanggung

jawab karena perbuatannya sendiri, melainkan juga bertanggung jawab

karena perbuatan orang lain yang berada di bawah kekuasaannya atau

tanggung jawabnya, serta karena barang yang berada di bawah

29 Ibid. 30 Ibid.

Page 40: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

23

pengawasannya (Pasal 1367 KUHPerdata). Pelaku perbuatan melanggar

hukum itu dapat berupa manusia perseorangan ataupun badan hukum.31

Perbuatan melanggar hukum dari badan hukum adalah ditujukan

pada badan usaha, biasanya berkaitan dengan keteledoran perusahaan

yang melibatkan organ perusahaan, misalnya adalah pengurus (direksi),

komisaris, dan rapat para pemegang saham. Dengan demikian, organ

adalah perwakilan yang mempunyai fungsi esensial dalam struktur badan

hukum dan kedudukannya diatur dalam anggaran dasar atau peraturan-

peraturan. Oleh sebab itu, tidak setiap perbuatan organ dapat

dipertanggungjawabkan pada badan hukum, dalam hal ini harus ada

hubungan antara perbuatan dengan lingkungan kerja dari organ

tersebut.32

Adapun perbuatan melanggar hukum dari organ dapat dianggap

sebagai perbuatan melanggar hukum dari badan hukum, apabila organ

tersebut bertindak untuk memenuhi tugas yang dibebankan kepadanya.

Sebagaimana yang tercantum pada Pasal 1367 KUHPerdata,

Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada di bawah pengawasannya. Orangtua dan wali bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh anak-anak yang belum dewasa, yang tinggal pada mereka dan terhadap siapa mereka melakukan kekuasaan orangtua atau wali. Majikan dan orang yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka, bertanggungjawab atas kerugian yang disebabkan oleh pelayan

31 Abdulkadir Muhammad ,Op.cit., hlm. 515. 32 Neng Yani Nurhayani, 2015, Hukum Perdata, Pustaka Setia, Bandung, hlm. 261.

Page 41: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

24

atau orang-orang itu. Guru sekolah atau kepala tukang bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh murid-muridnya atau tukang-tukangnya selama waktu orang-prang itu berada di bawah pengawasannya. Tanggung jawab yang disebutkan di atas berakhir, jika orangtua, guru sekolah atau kepala tukang itu membuktikan bahwa mereka masing-masing tidak dapat mencegah perbuatan itu atas nama mereka seharusnya bertanggung jawab.

Dengan demikian, perbuatan melanggar hukum yang dilakukan

oleh organ badan hukum, pertanggungjawabannya didasarkan pada Pasal

1365 KUHPerdata. Untuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh

seorang wakil badan hukum yang mempunyai hubungan kerja dengan

badan hukum, dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan Pasal 1367

KUHPerdata. Untuk perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh

organ yang mempunyai hubungan kerja dengan badan hukum,

pertanggungjawabannya dapat dipilih antara Pasal 1365 KUHPerdata dan

Pasal 1367 KUHPerdata.

C. Hukum Lingkungan Keperdataan

1. Pengertian Hukum Lingkungan Keperdataan

Secara umum hukum lingkungan keperdataan menurut Munadjad

Danusaputro mengandung ketentuan-ketentuan yang mengatur tatanan

masyarakat orang-seorang berikut badan-badan hukum perdata dan

hubungan yang melandasi orang-seorang berikut badan-badan hukum

perdata satu sama lain, begitu pula yang melandasi hubungan hukum

orang-seorang berikut badan-badan hukum perdata berhadapan dengan

badan-badan negara, manakala badan-badan negera tersebut bertindak

Page 42: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

25

sebagai badan hukum perdata dalam menyelenggarakan hak dan

kewajibannya.33 Pendapat ini masih bersifat umum, karena hanya

menekankan pada pengaturan tatanan hubungan keperdataan dalam

bidang lingkungan hidup. Hubungan keperdataan dalam bidang

lingkungan akan terkait dengan pemenuhan hak dan kewajiban antar

individu atau kelompok mengenai lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Jika hak salah satu pihak dirugikan, maka ia dapat meminta segera

dihentikannya perbuatan yang menimbulkan kerugian itu dan sekaligus

menuntut ganti kerugian serta pemulihan hak-hak yang dirugikan.

Pendapat lain yang lebih tegas mengenai pengertian hukum

lingkungan keperdataan dikemukakan Siti Sundari Rangkuti, bahwa

hukum lingkungan keperdataan terutama mengatur perlindungan hukum

bagi korban pencemaran dan/atau perusakan lingkungan akibat perbuatan

pencemar yang menimbulkan kerugian bagi korban dan menyebabkan

penderita berhak mengajukan gugatan ganti kerugian terhadap

pencemar.34

Menurut Muhammad Akib dalam bukunya berpendapat, bahwa

hukum lingkungan keperdataan secara substansial memuat ketentuan

yang berkaitan dengan pemenuhan hak-hak keperdataan seseorang,

kelompok orang, dan badan hukum perdata dalam kaitannya dengan

33 Munadjat Danusaputro, 1985, Hukum Lingkungan Buku I: Umum, Binacipta, Bandung,

hlm. 110. 34 Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional,

Universitas Airlangga Press, Surabaya, hlm. 261.

Page 43: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

26

lingkungan hidup yang baik dan sehat. Jika hak-hak keperdataan ini

dirugikan oleh salah satu pihak, misalnya karena terjadi pencemaran atau

perusakan lingkungan, maka dalam upaya perlindungan hukumnya

digunakan sarana hukum lingkungan keperdataan. Perlindungan

lingkungan bagi korban pencermaran dan/atau kerusakan lingkungan

diberikan dengan cara memberikan hak kepada penggugat untuk

mengajukan gugatan ganti kerugian atau tindakan pemulihan lingkungan

terhadap pencemar.35

2. Tanggung gugat dan Beban Pembuktiannya

Tanggung gugat lingkungan mengandung arti bahwa seseorang

atau badan hukum perdata wajib bertanggung gugat untuk membayar

ganti rugi atau melakukan tindakan tertentu akibat perbuatan dan kerugian

yang mereka lakukan, baik secara sendiri-sendiri maupun secara

bersama-sama. Istilah “tanggung gugat” ini cenderung digunakan oleh

para pakar hukum perdata dalam menerjemahkan aansprakerlijkheid atau

liability. Hal ini dimaksudkan untuk membedakannya dari pengertian

verantwoordelijkheid atau responsibility yang dikenal dalam hukum pidana

dengan istilah “tanggung jawab”.

Ada berapa konsep atau doktrin tanggung gugat yang dikenal

dalam hukum perdata, baik dalam sistem hukum Eropa Kontinental (civil

35 Muhammad Akib, 2014, Hukum Lingkungan: Perspektif Global dan Nasional, Rajawali

Pers, Jakarta, hlm. 180.

Page 44: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

27

law system) maupun sistem Anglo-Amerika (common law system). Berikut

ini diuraikan beberapa jenis konsep atau doktrin tanggung gugat

dimaksud36:

a) Tanggung Gugat Berdasarkan Kesalahan

(Schuldaansparakelijkheid, Liability Based on Fault)

Tanggung gugat berdasarkan kesalahan yang dalam sistem

hukum Eropa Kontinental disebut schuld aansprakelijkheid atau

dalam sistem Anglo-Amerika dikenal dengan nama liability based

on fault atau tort liability, merupakan jenis tanggung gugat yang

sudah sangat tua dan dapat dikatakan berasal dari zaman romawi.

Konsep tanggung gugat bersadarkan kesalahan ini mengandung

makna bahwa tergugat bertanggung gugat apabila ia dapat

dibuktikan bersalah. Sebaliknya, jika tergugat tidak berhasil

dibuktikan bersalah maka ia dibebaskan dari pertanggunggugatan

perdata. Dalam hal ini gugatan ganti rugi akibat pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan misalnya, maka tergugat

dinyatakan bertanggung gugat untuk membayar ganti rugi jika ia

terbukti karena kesalahannya melakukan perbuatan pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan dan berakibat menimbulkan

kerugian pada penggugat atau korban.

36 Ibid., hlm. 181

Page 45: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

28

Dalam hukum perdata, konsep tanggung gugat ini tertuang

dalam Pasal 1365 KUHPerdata tentang perbuatan melawan

hukum, yang sebenarnya mengandung persamaan dengan Pasal

1401 BW. Ketentuan ini telah diadopsi baik dalam UUPPLH Tahun

1997 (Pasal 34 Ayat 1) maupun UUPPLH tahun 2009 (Pasal 87

Ayat 1).

Kelemahan gugatan lingkungan adalah sulitnya

membuktikan unsur perbuatan melawan hukum tersebut, terutama

unsur kesalahan dan hubungan kausal antara perbuatan dengan

kerugian yang ditimbulkan, apalagi beban pembuktian ada pada

pihak korban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1865

KUHperdata bahwa:

Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membentuk sesuatu hak orang lain, menunjuk pada peristiwa diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut.

Konsep tanggung gugat yang dikaitkan dengan pembuktian

unsur-unsur perbuatan melawan hukum sebagaimana ditentukan

dalam Pasal 1865 KUHPerdata tersebut sangat menyulitkan

penggugat yang umumnya awam tentang hukum dan secara sosial

ekonomi berada pada posisi yang lemah dibandingkan dengan

pengusaha sebagai pencemar dan/atau perusak lingkungan. Oleh

karena itu, gugatan ganti rugi dengan dasar perbuatan melawan

Page 46: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

29

hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

sebagaimana diatur dalam Pasal 87 Ayat (1) UUPPLH jo. Pasal

1365 KUHPerdata cenderung gagal di Pengadilan.

Berbagai kesulitan inilah timbul pemikiran tentang konsep

tanggung gugat berdasarkan kesalahan dengan beban pembuktian

terbalik.

b) Tanggung Gugat Berdasarkan Kesalahan dengan Beban

Pembuktian Terbalik (Schukdaansprakelijkheid met Omkering

van de Bewijslats, Shifting the Burden of Proof)

Konsep tanggung gugat ini termasuk jenis tanggung gugat

yang dipertajam, yaitu dengan membalik kewajiban beban

pembuktian. Pengguggat tidak perlu membuktikan kesalahan

tergugat, tetapi sebaliknya tergugat yang harus membuktikan

bahwa dia cukup berupaya untuk berhati-hati, sehingga dia tidak

dapat dipersalahkan. Tanggung gugat ini menekankan kepada

beban pembuktian terbalik bagi tergugat (defendant).

Konsep tanggung gugat ini tertuang dalam Pasal 1367 Ayat

(2) jo. Ayat (5) KUHPerdata tentang tanggung gugat orang tua dan

wali, dan Pasal 1368 KUHperdata tentang tanggung gugat pemilik

binatang. Konsep tanggung gugat ini tidak diatur dalam perundang-

perundangan lingkungan. Pasal 87 Ayat (1) UUPPLH Tahun 2009

dan Pasal 1365 KUHPerdata jo. Pasal 1865 KUHPerdata tidak

Page 47: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

30

menganut beban pembuktian terbalik. Oleh karena itu,

penggugatlah yang harus membuktikan kesalahan tergugat, yang

tentunya bukan sesuatu yang mudah, bahkan sangat sulit sehingga

peluang keberhasilan gugatan sangat kecil. Atas dasar kesulitan

inilah maka dikembangkan konsep tanggung gugat mutlak atau

yang dalam sistem hukum Anglo-Amerika dikenal sebagai asas

atau doktrin “strict liability”.

c) Tanggung Gugat Mutlak (Risico Aansprakelijkheid,Strict

Liability)

Tanggung gugat mutlak mengandung makna bahwa

tanggung gugat timbul seketika pada saat terjadinya perbuatan,

tanpa mempersoalkan kesalahan tergugat. Namun demikian, tidak

semua kegiatan dapat diterapkan asas strict liability, melainkan

diperuntukkan bagi kasus-kasus tertentu yang besar dan

membahayakan lingkungan. Sejak pertengahan abad ke-19 strict

liability ini mulai diperkenalkan diberbagai negara sebagaimana

dikatakan Lummert “Since the middle of the nineteenth century,

stict liability has been intriduced in all countries, at least for

particular types of cases, a large number of which are connected to

enviromental hazards.37

37 Suparto Wijoyo, Penyelesaian Sengketa Lingkungan (Environmental Disputes

Resolution),Airlangga University Press, Surabaya, hlm. 28

Page 48: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

31

Di Prancis, strict liability diterapkan untuk instalasi yang

berbahaya. Demikian halnya di Belanda, Jerman, Switzerland, dan

Swedia, konsep strict liability sudah dianut dalam perudang-

undangan sebagai prinsip umum untuk kegiatan yang sifatnya

berbahaya. Di negara-negara yang menganut sistem common law,

perkembangan strict liability dimulai dari Inggris melalui kasus

Ryland vs Fletcher 1868.

Konsep atau doktrin strict liability diterapkan untuk kasus-

kasus yang sifatnya “abnormally dangerous activites”, dapat

membantu dalam menangani kasus-kasus yang berbahaya bagi

lingkungan dan biasanya doktrin ini didampingi dengan doktrin

pembuktian terbalik, sehingga tanggung gugat timbul tanpa

mempersoalkan kesalahan tergugat, sebagaimana ditegaskan

James E. Krier: 38

Finally, the doctrine of strict liability for abnormally dangerous activities can be of assistance in many cases of environmental damege, strict liability is, of course, more than a burden-shifting doctrine, since is nor only relieves the palintiff of the obligation to prove fault but forecloses the defendant from proving the absence of fault.

Penerapan doktrin strict liability ini biasanya didampingi

dengan ketentuan tentang beban pembuktian terbalik, kewajiban

asuransi dan penetapan “plafond”, yaitu batas maksimum ganti

kerugian. Indonesia pertama kali menerapkan strict liability melalui

38 Siti Sundari Rangkuti, Op.cit., hlm. 281

Page 49: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

32

Kepres No. 18 Tahun 1978 tentang Pengesahan International

Convention on Civil Liability for Oil Damage (CLC) 1969. Article III

CLC menentukan:

Except as provided in paragraphs 2 and 3 of this article, the owner of a ship at the time of an incident or where the incident concist of a series of occurrences at the time of the first such occurrence shall be liable for any pollution damage caused y oil which has escaped or been discharged from the ship as a result of the incident.

Pengaturan strict liability dalam undang-undang lingkungan

sudah ada sejak UULH 1982 dalam Pasal 21. Ketentuan ini diatur

kembali dalam Pasal 35 UUPLH 1997, dan terakhir diatur dalam

Pasal 88 UUPPLH 2009 yang menentukan:

Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung hawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan.

d) Tanggung Gugat Bersama (Hoofdelijk Aansprakelijkheid, Jointly

and Severally Liability)

Konsep ini diterapkan dalam hal gugatan terdiri dari

beberapa orang atau badan hukum dan penggugat tidak dapat

secara spesifik menunjuk pelaku pencemaran-perusakan

lingkungan. Dalam UUPPLH Tahun 2009 konsep tanggung gugat

bersama tidak ditemukan pengaturannya.

Page 50: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

33

Dalam hal pencemaran minyak di laut wilayah, tanggung

gugat diatur dalam Article IV CLC. Tanggung gugat bersama juga

dianut dalam Pasal 30 Ayat (1) UU No. 10 Tahun 1997 tentang

Ketenaganukliran.

e) Tanggung Gugat Berdasarkan Andilnya dalam Pencemaran

(Vervuilersaandeel Aansprakelijkheid, Pollution Share Liability)

Dalam kasus-kasus yang sulit mengungkapkan hubungan

kausal prinsip-prinsip “kausalitas” dan “tanggung gugat” tradisional

dari perbuatan melanggar hukum mulai ditinggalkan dan timbullah

teori atau konsep “market share liability” atau tanggung gugat

berdasarkan andil di pasaran. Beberapa pakar di Amerika dan

Nederland berpendapat bahwa market share liability dapat

diterapkan pada perkara-perkara kerugian lingkungan yang

disebabkan oleh sejumlah besar pencemar. Konsep ini

meringankan beban pembuktian bagi korban yang tidak mungkin

mampu menunjukkan hubungan kausal antara kerugiannya dengan

si pembuat kerugian tertentu. 39

Konsep atau teori ini pada awalnya diperkenalkan oleh

seorang mahasiswa fakultas hukum dalam tulisannya di Fordham

Law Review (1978), yang kemudian diadopsi oleh pengadilan

negara bagian California Tahun 1980 dalam kasus product liability

39 Siti sundari rangkungti, Op.cit., hlm. 15

Page 51: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

34

Sindell v. Abott Laboratories. Putusan Supreme Court of California

dalam kasus ini antara lain menetapkan:

Each defendant will be held liable for the proportion of the judgment repsented by its share of that market, unless it demonstrates that it could not have made the product which caused plaintiff’s injuries.

Dari putusan ini timbul “maket share liability” yang

didampingi oleh beban pembuktian terbalik. Dalam hal pencemaran

lingkungan, konsep ini pun dipergunakan dengan menetapkan

bahwa setiap tergugat bertanggung gugat terhadap bagian

kerugian yang timbul sesuai dengan andilnya dalam pencemaran

itu. Pandangan ini juga dikenal dengan “pollution share liability”.

Tergugat yang mampu membuktikan bahwa mereka tidak mungkin

bertanggung gugat, karena mereka bukan yang menimbulkan

kerugian itu, dibebaskan dari tanggung gugatnya. Pencemar

selebihnya wajib bertanggung gugat terhadap bagian yang

seimbang atas kerugian yang diwujudkan oleh “share of

pollutionnya”-nya.40

Hukum lingkungan keperdataan bertujuan untuk memberikan

perlindungan hukum bagi korban pencemaran lingkungan dengan cara

mengajukan gugatan sengketa lingkungan di peradilan umum untuk

mengganti kerugian. Penyelesaian sengketa lingkungan diartikan sebagai

40 Ibid.

Page 52: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

35

gugatan ganti kerugian atas dasar perbuatan melawan hukum di bidang

lingkungan keperdataan oleh korban pencemaran lingkungan.41

Terjadi sengketa (termasuk didalamnya sengketa lingkungan)

merupakan suatu yang tidak dikehendaki namun apabila terjadi maka

harus diselesaikan dengan cara yang memadai. Para pihak yang

bersengketa dapat memilih berbagai mekanisme penyelesaian sengketa

lingkungan yang menguntungkan, yaitu memilih cara penyelesaian

sengketa lingkungan yang tepat, praktis, efektif, efisien, pragmatis,

kooperatif, serta prospektif.42

Terdapat beberapa alternatif cara penyelesaian sengketa

lingkungan. Pertama, melalui lembaga peradilan negara, kedua diluar

lembaga peradilan. Pada cara yang pertama lembaga peradilan sebagai

institusi negara, berwenang menjalankan kekuasaan kehakiman dalam

menerima, memeriksa, serta memutus perkara atau sengketa hukum

yang diajukan kepadanya. Sedangkan cara yang kedua, penyelesaian

sengketa lingkungan di luar pengadilan berdasarkan pilihan dan

kesepakatan para pihak sebagai wujud aktualisasi peran serta masyarakat

untuk menyelesaikan sengketa secara kooperatif.43

41 Gebriella Jacqueline Pondaag,” Pertanggungjawaban Secara Perdata Dari

Badan Usaha Pertambangan Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup”. Lex Privatum.Vol.1 No.2, 2013, Hlm. 124-125.

42 A’an Efendi, 2012, Penyelesaian Sengketa Lingkungan,Mandar Maju, Bandung, Hlml.16.

43 Ibid.

Page 53: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

36

D. Pertambangan

1. Hukum Pertambangan

a) Sejarah

Sebelum Indonesia merdeka, kolonial Belanda menyadari akan

melimpahnya sumber daya alam yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, baik

yang berada di atas bumi terlebih lagi yang berada pada perut bumi yaitu

bahan galian atau tambang. Maka pada Tahun 1989 dengan staatblad

1989 Nomor 214 diundangkan Indische Mijn Wet (IMW) berupa

Mijnordonantie yang diberlakukan mulai Tanggal 1 Mei 1907 yang

mengatur tentang keselamatan kerja pertambangan (tercabtum dalam

Pasal 365 sampai dengan Pasal 612). Kemudian Mijnordonantie dicabut

dan diperbarui menjadi Mijnordonantie 1930 dan berlaku mulai 1 Juli

1930, yang mana tidak lagi mengatur tentang pengawasan keselamatan

kerja pertambangan tetapi diatur sendiri dalam Mijn Polite Reglemen

dengan Staablad 1930 Nomor 314.44

Setelah Indonesia merdeka, ditetapkan peraturan pengelolaan

bidang pertambangan dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang (Perpu) Nomor 37 Tahun 1960 tentang Pertambangan

yang mengakhiri berlakunya Indische Mijn Wet (IMW) 1989. Masih dalam

kurun waktu yang sama yaitu pada tahun 1960, juga diterbitkan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 44 Tahun 1960

tentang Minyak dan Gas Bumi.

44 Abrar Saleng, 2004, hlm.64.

Page 54: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

37

Selain itu, dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Secara tersirat juga

menyatakan tentang bahan galian atau tambang, yang dalam Pasal 1

Ayat (2) bahwa “seluruh bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia,

sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air, dan ruang

angkasa Bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional”.

Guna mempercepat terlaksananya pembangunan ekonomi nasional

dengan tetap berpegangan pada Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 dipandang perlu mencabut Peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 37 Tahun 1960 tentang

Pertambangan dan kemudian diganti dengan Undang-Undang Pokok

Pertambangan yang baru yang sesuai dengan kenyataan saat itu yaitu

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Pertambangan yang terdiri atas 12 Bab dan 37 Pasal ini mulai

berlaku pada Tanggal 2 Desember 1967.

Selanjutnya pada Tanggal 23 November 2001 ditetapkan Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2001 yang khusus mengatur tentang minyak

dan gas bumi. Berselang 42 tahun barulah pada Tanggal 12 Januari 2009

disahkan undang-undang terbaru yang dianggap lebih sesuai dengan

kebutuhan dan kondisi kekinian di bidang pertambangan khususnya

tentang pertambangan umum yang terdiri atas 26 bab dan 175 pasal yaitu

Page 55: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

38

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batu Bara.

b) Pengertian Hukum Pertambangan

Istilah hukum pertambangan merupakan terjemahan dari bahasa

Inggris, yaitu mining law. Hukum pertambangan adalah “hukum yang

mengatur tentang penggalian atau pertambangan bijih-bijih dan mineral-

mineral dalam tanah”. Defini lain dalam Blacklaw Dictionary. Mining law

adalah: “the act of appropriating a mining claim (paercel of land containg

precious metal in its soil or rock) according to certain established rule”.

Salim HS dalam bukunya Hukum Pertambangan Indonesia

mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan hukum pertambangan

adalah:

Keseluruhan kaidah hukum yang mengatur kewenangan negara dalam pengelolaan bahan galian (tambang) dan mengatur hubungan hukum antara negara dengan orang dan atau badan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaat bahan galian (tambangan).

c) Asas-Asas Hukum Pertambangan

Adapun asas-asas hukum pertambangan sebagaimana tercantum

dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Yaitu:45

45 Gatot Supramono, 2012, Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara di Indonesia,

Jakarta, hlm. 7

Page 56: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

39

1. Asas Manfaat, Keadilan dan Keseimbangan

Asas manfaat adalah asas yang menunjukkan bahwa dalam

melakukan penambangan harus mampu memberikan keuntungan dan

manfaat sebesar-besarnya bagi peningkatan kemakmuran dan

kesejahteraan rakyat.

Asas Keadilan bermaksud bahwa dalam melakukan penambangan

harus memberikan peluang dan kesempatan yang sama secara

proporsional bagi seluruh warga negara tanpa ada yang dikecualikan.

Asas Keseimbangan bermaksud bahwa dalam melakukan kegiatan

penambangan wajib memerhatikan bidang-bidang lain terutama yang

berkaitan langsung dengan dampaknya.

2. Asas Keberpihakan kepada Kepentingan Bangsa

Asas ini bermaksud bahwa dalam melakukan kegiatan

pertambangan harus berorientasi kepada kepentingan bangsa bukan

kepada kepentingan individu atau golongan.

3. Asas Partisipatif, Transparansi, dan Akuntabilitas

Asas Partisipatif adalah asas yang menghendaki bahwa dalam

melakukan kegiatan pertambangan dibutuhkan peran serta

masyarakat dalam penyusunan kebijakan, pengelolaan, pemantauan

dan pengawasan terhadap pelaksanaannya.

Page 57: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

40

Asas tranparansi adalah asas yang mengamanatkan adanya

keterbukaan informasi yang benar, jelas, dan jujur dalam

penyelenggaraan kegiatan pertambangan.

Asas akuntabilitas adalah asas yang mana dalam kegiatan

pertambangan dilakukan dengan cara-cara yang benar sehingga dapat

dipertanggungjawabkan.

4. Asas Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan

Asas berkelanjutan dan berwawasan lingkungan adalah asas yang

secara terencana mengintegrasikan dimensi ekonomi, lingkungan dan

sosial budaya dalam keseluruhan usaha pertambangan mineral dan

batu bara untuk mewujudkan kesejahteraan masa kini dan masa

mendatang.

2. Penggolongan Bahan Galian

Penggolongan bagan galian menurut Undang-Undang No. 11

Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan, dibagi

menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:

a. Bahan galian golongan A, yaitu bahan galian golongan

strategis. Yang dimaksud strategis adalah trategis bagi

pertahanan/keamanan negara atau bagi perekonomian

negara;

Page 58: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

41

b. Bahan galian golongan B, yaitu bahan galian vital, adalah

bahan galian yang dapat menjamin hajat hidup orang

banyak;

c. Bahan galian galian C, yaitu bahan galian yang tidak

termasuk golongan A dan B.

Bahan galian apa saja yang termasuk ke dalam masing-masing

golongan tersebut diatur berdasarkan kerentuan pengelompokan lebih

rinci, dalam Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1980, yaitu:

1. Bahan galian golongan A atau bahan galian strategis, yang

terdiri dari:

1) Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, dan gas alami;

2) Bitumen padat, aspal;

3) Antrasit, batu bara, batu bara muda;

4) Uranium, radium, thorium, dan bahan-bahan radio aktif

lainnya;

5) Nikel, kobalt;

6) Timah.

2. Bahan galian golongan B atau bahan galian vital, terdiri dari:

1) Besi, mangan, molibdenum, khrom, walfran, vanadium.

Titanium;

2) Bauksit, tembaga, timbal, seng;

3) Emas, platina, perak, air raksa, intan;

4) Arsen, antinom, bismut;

Page 59: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

42

5) Yttrium, rhutenium, crium, dan logam-logam langka

lainnya;

6) Berrilium, korudum, zirkon, kristal kwarsa;

7) Kriolit, flouspar, barit;

8) Yodium, brom, khlor, belerang.

3. Bahan galian golongan C atau bahan galian industri, terdiri

dari:

1) Niktrat, phosphate, garam batu;

2) Asbes, talk, mika, grafit, magnesit;

3) Yorosit, leusit, tawas (alam), oker;

4) Batu permata, batu setengah permata;

5) Pasir kwarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonite;

6) Batu apung, teras, obsidian, perlit, tanah diamote;

7) Marmer, batu tulis;

8) Batu kapor, dolomit, kalsit;

9) Granit, andesit, basal, trakkit, tanah liat, dan pasir.

Sedangkan penggolongan bahan galian berdasarkan UU No. 4

Tahun 2009 lebih menitikberatkan pada aspek teknis, yaitu berdasarkan

pada kelompok atau jenis bahan galian yang penggolongannya terbagi

dalam 4 (empat) golongan. Penggolongan bahan galian diatur

berdasarkan pada kelompok usaha pertambangan, sesuai Pasal 4, yaitu:

1. Usaha pertambangan dikelompokkan atas:

Page 60: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

43

a. Pertambangan mineral;

b. Pertambangan batu bara.

2. Pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)

huruf a digolongkan atas:

a. Pertambangan mineral radio aktif;

b. Pertambangan mineral logam;

c. Pertambangan mineral bukan logam;

d. Pertambangan batuan.

E. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), yang dalam

bahasa Inggris diistilahkan dengan Environmental Impact Analysis, telah

secara luas digunakan oleh banyak negara sebagai suatu instrumen

hukum lingkungan untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan

dari suatu fasilitas. Misalnya, Amerika Serikat melalui National

Environmental Impact Statement Sebagai salah satu instrumen hukum

lingkungan untuk penaatan.46

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah suatu

studi yang mendalam tentang dampak negatif dari suatu kegiatan. AMDAL

mempelajari dampak pembangunan terhadap lingkungan hidup dan

dampak lingkungan terhadap pembangunan terhadap lingkungan hidup

46 Sukanda Husin, 2009, Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakrta,

Hlm. 96.

Page 61: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

44

dan dampak lingkungan terhadap pembangunan yang didasarkan pada

konsep ekologi, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara

manusia dengan lingkungan hidup. Oleh karena itu, konsep AMDAL dapat

dikatakan sebagai konsep ekologi pembangunan dengan lingkungan

hidup. 47

Kebijakan AMDAL secara yuridis lahir sejak diundangkannya

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 (UULH-1982), yang kemudian

diatur lebih lanjut dengan PP No.29 Tahun 1986 tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan. UULH-1982 telah dicabut dan diganti

dengan UUPLH-1997 dan terakhir diganti lagi dengan UUPPLH-2009.

Sementara PP No.29 Tahun 1986 telah dicabut dan diganti dengan PP

No.51 Tahun 1993, kemudian diganti lagi dengan PP No. 27 Tahun 1999

dan terakhir diganti dengan PP No. 27 Tahun 2012 tentang Izin

Lingkungan. 48

Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, menjelaskan bahwa yang dimaksud

dengan AMDAL adalah:

Analisis mengenai dampak lingkungan hidup, yang selanjutnya disebut AMDAL, adalah kajian mengenai dampak suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

47 Otto Sumarwoto, 1988, Analisis Dampak Lingkungan, Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta, Hlm. 43. 48 Muhammad Akib, 2014, Op.Cit, hlm. 118.

Page 62: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

45

Dengan demikian, tidak semua rencana kegiatan wajib Amdal,

kecuali yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan. Hal ini

selaras dengan ketentuan Pasal 22 Ayat (1) UUPPLH-2009, bahwa

“Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap

lingkungan hidup wajib memiliki Amdal”. Kriteria dampak penting

ditentukan dalam Pasal 22 Ayat (2) UUPPLH yang meliputi:

a. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana

usaha dan/atau kegiatan;

b. Luas wilayah penyebaran dampak;

c. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;

d. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena

dampak;

e. Sifat kumulatif dampak;

f. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau

g. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.49

Penyusunan dokumen AMDAL menurut PP No. 27 Tahun 2012

dituangkan dalam tiga dokumen, yaitu: Kerangka Acuan, Analisis Dampak

Lingkungan (Andal), dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana

Pemantauan Lingkungan (RKL-RPL). Kerangka Acuan menjadi dasar

penyusunan Andal dan RKL-RPL.50

49 Ibid., hlm. 119 50 Ibid., hlm. 121.

Page 63: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

46

Sejak Tahun 1982 pada Konferensi Bumi di Rio de Jeneiro,

pembangunan berkelanjutan menjadi tema umum pembangunan di

seluruh negara di dunia. Pembangunan berkelanjutan memadukan tiga

pilar pembangunan yaitu bidang ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan

hidup secara proporsional. Salah satu kegiatan yang berkaitan dengan

pilar lingkungan hidup adalah melaksanakan kegiatan Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) atau Environmental Impact

Assessment (EIA).

Kegiatan AMDAL merupakan kegiatan untuk menilai suatu kegiatan

yang akan dilaksanakan tidak berdampak merugikan lingkungan (flora,

fauna, tanah, air, tataguna lahan, ekonomi, sosial, budaya, kesehatan

masyarakat dan komponen lingkungan lainnya. Kegiatan AMDAL ini

merupakan kegiatan yang sangat penting dan strategis dalam

pengelolaan sumber daya dan lingkungan dan merupakan bagian penting

dalam pembangunan berwasasan lingkungan.

Kegunaan AMDAL khususnya dalam usaha menjaga kualitas

lingkungan adalah:

a. Mencegah agar potensi sumber daya alam yang dikelola tidak

rusak, terutama sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui;

b. Menghindari efek samping dari pengolahan sumber daya terhadap

sumber daya alam lainnya, proyek-proyek lain dalam masyarakat

agar tidak timbul pertentangan-pertentangan;

Page 64: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

47

c. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran,

misalnya timbulnya pencemaran air, udara, tanah, kebisingan dan

sebagainya. Sehingga tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan

dan keselamatan masyarakat;

d. Agar dapat diketahui manfaat yang berdaya guna dan berhasil

guna bagi masyarakat, bangsa dan negara.

Proses penyusunan AMDAL, melibatkan beberapa pihak dalam

pelaksanaannya. Pihak-pihak yang terlibat adalah Komisi Penilai AMDAL,

pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan. Komisi Penilai

AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat

pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi

berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi,

dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi

pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya

yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak

diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi

keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai

AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan

Bupati/Walikota.

Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang

bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang

akan dilaksanakan. Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat

Page 65: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

48

yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL

berdasarkan alasan-alasan seperti kedekatan jarak tinggal dengan

rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor

pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor

pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat

berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi

masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.

F. Pencemaran Lingkungan

Bahaya yang senantiasa mengancam kelestarian lingkungan dari

waktu ke waktu ialah pencemaran dan perusakan lingkungan.51

Menurut RTM. Sutamihardja, 52 pencemaran adalah penambahan

bermacam-macam bahan sebagai hasil dari aktivitas manusia ke

lingkungan dan biasanya memberikan pengaruh yang berbahaya

terhadap lingkungan itu.

Stephanus Munadjat Danusaputro53 merumuskan pencemaran

lingkungan sebagai berikut:

Pencemaran adalah suatu keadaan, dalam mana suatu zat dan atau energi diintroduksikan ke dalam suatu lingkungan oleh kegiatan menusia atau oleh proses alam sendiri dalam konsentrasi sedemikian rupa, hingga menyebabkan terjadinya perubahan dalam keadaan termaksud yang mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi seperti semula dalam arti kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan hayati.

51 Muhammad Erwin, 2009, Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan

Pembangunan Lingkungan Hidup, Refika Aditama, Bandung, hlm. 35 52 Ibid., hlm. 36. 53 Ibid., hlm. 36.

Page 66: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

49

Pencemaran lingkungan menimbulkan kerugian dan kerugian itu

dapat terjadi dalam bentuk:54

a. Kerugian ekonomi dan sosial (economic and social injury);

b. Gangguan sanitair (sanitary hazard).

Sementara menurut golongannya pencemaran itu dapat dibagi

atas:55

a. Kronis, dimana kerusakan terjadi secara progresif tetapi

lambat;

b. Kejutan atau akut, kerusakan mendadak dan berat, biasanya

timbul dari kecelakaan;

c. Berbahaya, dengan kerugian biologis berat dan dalam hal

ada radioaktivitas terjadi kerusakan genetis;

d. Katastrofis, di sini kematian organisme hidup banyak dan

mungkin organisme hidup itu menjadi punah.

1. Pencemaran Air

Air adalah sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi hidup

dan kehidupan manusia. Sumberdaya (resources) merujuk kepada

apakah sesuatu (sumber-sumber alam) itu dapat diberdayakan dan

memiliki nilai ekonomi serta dapat memenuhi kebutuhan manusia.56

54 Ibid. 55 Ibid. 56 Abrar Saleng, 2013, Op.Cit, hlm. 165.

Page 67: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

50

Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang

Pengairan ada rumusan pengertian tentang air, sumber-sumber air, dan

pengairan yakni:

a) Air adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau

berasal dari sumber-sumber air, baik yang terdapat di atas

maupun di bawah permukaan tanah, tidak termasuk dalam

pengertian ini air yang terdapat di laut;

b) Sumber-sumber Air adalah tempat-tempat dan wadah-

wadah air, baik yang terdapat di atas, maupun di bawah

permukaan tanah;

c) Pengairan adalah suatu bidang pembinaan atas air,

sumber-sumber air, termasuk kekayaan alam bukan hewani

yang terkandung di dalamnya baik yang alamiah maupun

yang telah diusahakan oleh manusia.

Pasal 1 butir 11 PP No. 82 Tahun 2001 merumuskan pengertian

pencemaran air, yaitu” Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,

zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia,

sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

air tidak berfungsi sesuai dengan peruntukannya”.

Pada Tahun 2002, Komite Hak Ekonomi Sosial dan Ekonomi Sosial

dan Budaya PBB dalam komentar umum nomor 15 memberikan

penafsiran yang lebih tegas terhadap Pasal 11 dan 12 Konvensi Hak

Ekonomi, Sosial dan Budaya dimana hak atas air tidak bisa dipisahkan

Page 68: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

51

dari hak-hak asasi manusia lainnya, dengan air sebagai hak asasi

manusia, menjadikan penyediaan layanan air dikategorikan sebagai

essentials services atau pusat dari kontrak sosial antara pemerintah dan

masyarakat. Dengan kata lain, jaminan atas air bagi masyarakat

merupakan tanggung jawab pemerintah.57

2. Pengendalian Pencemaran Air

Upaya pengendalian pencemaran air di Indonesia mula-mula diatur

dalam PP No. 20 Tahun 1990. Pada Tanggal 14 Desember 2001

Pemerintah telah mengundangkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang

mencabut berlakunya PP No. 20 Tahun 1990.58 Pada Peraturan

Pemerintah tersebut memuat pengertian-pengertian tentang beberapa

konsep yang berhubungan dengan pengendalian pencemaran air, yaitu:

air, pengelolaan kualitas air, pengendalian pencemaran air, kriteria mutu

air, baku mutu air, beban pencemaran, daya tampung beban

pencemaran.59

Pasal 1 Ayat (3) PP No. 82 Tahun 2001 merumuskan pengertian

pengelolaan kualitas air adalah “Upaya pemeliharaan air sehingga

tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk

menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi alamiahnya. Pasal 1 Ayat

57 Redaksi Informan, Hak Rakyat atas Air, diakses pada sitrus Informan.co.id, pada tanggal 3 Agustus 2017.

58 Takdir Rahmadi, 2012, Hukum Lingkungan di Indonesia, Rajagrafindo Persada, Jakarta, hlm. 136.

59 Ibid.

Page 69: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

52

(4) merumuskan pengertian pengendalian pencemaran air yaitu “Upaya

pencegahan dan penanggulanagan pencemaran air serta pemulihan

kualitas air agar menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air”.

Sedangkan baku mutu air dijelaskan dalam pasal yang sama bahwa

“Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat,

energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur

pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air”.

Klasifikasi dan kriteria mutu air sangat penting untuk menentukan

peruntukannya. Pasal 8 PP No. 82 Tahun 2001 menetapkan klasifikasi

mutu air dalam empat kelas, yaitu:

a. Kelas satu adalah air yang peruntukannya dapat digunakan

untuk air baku air minum dan/atau peruntukan lain yang

mensyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

b. Kelas dua adalah air yang peruntukannya dapat digunakan

untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air

tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama

dengan kegunaan tersebut;

c. Kelas tiga adalah air yang peruntukannya dapat digunakan

untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk

mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut;

Page 70: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

53

d. Kelas empat adalah air yang peruntukannya dapat digunakan

untuk mengairi pertanaman dan/atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

PP No. 82 Tahun 2001 memuat ketentuan-ketentuan yang

mengikat badan-badan usaha atau penanggungjawab usaha. Kewajiban-

kewajiban itu adalah memberikan informasi yang benar dan akurat

tentang pelaksanaan pengelolaan kualitas air, dan pengendalian

pencemaran air, meyampaikan laporan tentang penataan persyaratan izin

aplikasi air limbah ke tanah, menyampaikan laporan tentang penaatan

persyaratan izin pembuangan air limbah ke sumber air dan

menyampaikan laporan-laporan sekurang-kurangnya sekali dalam tiga

bulan.60

Mengenai ganti kerugian juga dibahas dalam PP No. 82 Tahun

2001 Pasal 50, Ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap perbuatan melanggar

hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang

menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup,

mewajibkan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk membayar

ganti kerugian dan/atau melakukan tindakan tertentu”. Pasal (2) “Selain

pembebanan untuk melakukan tindakan tertentu sebagaimana dimaksud

dalam Ayat (1), hakim dapat menetapkan pembayaran uang paksa atas

setiap hari keterlambatan penyelesaian tindakan tertentu tersebut”.

60 Ibid., hlm.141.

Page 71: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

54

3. Izin Pembuangan Air Limbah

Izin pembuangan air limbah didasarkan pada Peraturan

Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

Pengendalian Pencemaran Air Pasal 40 Ayat (1), bahwa “Setiap usaha

atau kegiatan yang akan membuang air limbah ke air atau sumber air

wajib mendapat izin tertulis dari Bupati/Walikota.” Ketentuan Pasal 40 Ayat

(2) selanjutnya ditegaskan, bahwa permohonan izin pembuangan air

limbah didasarkan pada hasil kajian Amdal bagi industri yang wajib Amdal

atau kajial UKL-UPL bagi kegiatan yang tidak wajib Amdal. 61

Menurut PP No. 82 Tahun 2001, izin pembuangan air limbah

memuat persyaratan berikut:

a. Kewajiban untuk mengolah limbah;

b. Persyaratan mutu dan kuantitas air limbah yang boleh dibuang

ke media lingkungan;

c. Persyaratan cara pembuangan air limbah;

d. Persyaratan untuk mengadakan sarana dan prosedur

penanggulangan keadaan darurat;

e. Persyaratan untuk melakukan pemantauan mutu dan debit air

limbah;

f. Persyaratan lain yang ditentukan oleh hasil proses Amdal;

61 Ibid, hlm. 133.

Page 72: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

55

g. Larangan pembuangan secara sekaligus dalam satu saat atau

pelepasan dadakan;

h. Larangan untuk melakukan pengencaran;

i. Kewajiban melakukan swapantau dan melaporkan hasil

swapantau kepada pejabat yang berwenang.

G. Irigasi

Sawah merupakan suatu usaha pertanian yang dilakukan pada

tanah basah dan membutuhkan air untuk irigasi. Jenis tanaman yang

ditanam pada sawah adalah padi.62 Air merupakan salah satu faktor

penentu dalam proses produksi pertanian. Oleh karena itu investasi irigasi

menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka penyediaan air untuk

pertanian. Dalam memenuhi kebutuhan air untuk berbagai keperluan

usaha tani, maka air irigasi harus diberikan dalam jumlah, waktu, dan

mutu yang tepat, jika tidak maka tanaman akan terganggu

pertumbuhannya yang pada gilirannya akan memengaruhi produksi

pertanian.63

Peraturan tentang irigasi diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi. Pengertian Irigasi dalam Pasal 1

butir 3 yaitu “irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk

menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi

air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak.” Irigasi

62 Argoteknologi.web.id, Jenis-Jenis Sawah Berdasarkan Sumber Air yang

Didapatkannya. 63 Sahriruddin, “Analisis Kebutuhan Air irigasu Untuk Daerah Irigasu Cimanuk Kabupaten

Garut”, Jurnal Irigasi, Vol.13 No.1 2014. Hal. 1-2.

Page 73: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

56

diselenggarakan dengan tujuan mewujudkan kemafaatan air yang

menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan, serta untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani.64

Dalam pengamanan jaringan irigasi, salah satu pasalnya tercantum

larangan mendirikan, mengubah ataupun membongkar bangunan-

bangunan lain yang berada di dalam, di atas, maupun yang melintasi

saluran irigasi, kecuali dengan izin Pemerintah Daerah yang

bersangkutan. Jenis bangunan yang diizinkan adalah bangunan-

bangunan yang menurut pertimbangan teknis tidak mengganggu fungsi

jaringan irigasi.65

64 Pasal 2 UU No. 77 Tahun 2001 65 Pasal 34 Ayat (3) UU No. 77 2001 beserta penjelasannya.

Page 74: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

57

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Baruga Kecamatan Bantimurung

Kabupaten Maros, PT. Semen Bosowa Maros, Balai Pengamanan dan

Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPPHLHK)

Sulawesi di Makassar, dan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sulawesi

Selatan.

B. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah warga yang

mengalami kerugian atas pencemaran air yang berdampak pada lahan

pertanian di Desa Baruga Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros.

Dari populasi tersebut, selanjutnya ditarik sampel dengan

menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu pemilihan sampel

berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu. Jumlah responden bukan hal

utama melainkan kedalaman informasi yang diberikan oleh setiap

responden.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Data Primer

Page 75: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

58

Data Primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan penulisan

skripsi ini. Pihak-pihak yang terkait yang dimaksud ialah masyarakat Desa

Baruga Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros, narasumber dari PT.

Semen Bosowa Maros, narasumber dari Balai Pengamanan dan

Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPPHLHK)

Sulawesi di Makassar, dan narasumber dari Wahana Lingkungan Hidup

(WALHI) Sulawesi Selatan.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperolah melalui studi

kepustakaan, internet, surat kabar, aturan perundang-undangan, dan

dokumen yang diperoleh dari instansi tempat penelitian penulis.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah teknik pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :

a. Interview (wawancara) yaitu suatu teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan tanya jawab langsung maupun tidak

langsung pada pihak-pihak terkait yakni:

1) Masyarakat di sekitar Pabrik PT. Semen Bosowa Maros

Page 76: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

59

2) Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan

Hidup dan Kehutanan (BPPHLHK)

3) Wahana Lingkungan Hidup (WALHI)

4) PT. Semen Bosowa Maros

b. Observasi, yaitu berupa pengamatan yang dilakukan pada

lokasi ditemukannya masalah.

c. Studi Dokumen (documentary studies), yaitu mencari data yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya.

E. Analisis Data

Analisis data adalah sebuah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikan ke dalam pola, kategori, dan kesatuan uraian dasar.

Data yang diperoleh melalui wawancara dan studi dokumen akan

dianalisis secara kualitatif kemudian disajikan secara deskriptif yaitu

dengan menguraikan, menjelaskan dan menggambarkan permasalahan

yang erat kaitannya dengan penelitian ini.

Page 77: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan PT.

Semen Bosowa Maros Terhadap Sumber Air untuk Pertanian di

Desa Baruga

Tanggung jawab sosial dan lingkungan yang lebih dikenal dengan

istilah Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebuah kewajiban

yang dapat mengubah pandangan maupun perilaku usaha, sehingga CSR

dimaknai bukan sekedar tuntutan moral, tetapi sebagai suatu kewajiban

perusahaan yang harus dilaksanakan. Sebagaimana diatur dalam Pasal

74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

(UUPT) bahwa “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di

bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”. Jika tidak dilakukan, maka

perseroan tersebut dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Dimensi lingkungan untuk perusahaan yang bertanggungjawab

sosial, didefinisikan sebagai kewajiban perusahaan terhadap dampak

lingkungan yang dihasilkan dari operasi dan produk, menghilangkan emisi

dan limbah, mencapai efisiensi maksimum dan produktivitas tergantung

pada sumber daya yang tersedia, dan penurunan praktik yang dapat

Page 78: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

61

berdampak negatif terhadap negara dan ketersediaan sumber daya

generasi berikutnya. Perusahaan harus menyadari semua aspek

lingkungan langsung dan tidak langsung yang berhubungan dengan

kinerja usahanya, penyerahan jasa, dan manufaktur produk. Hal ini juga

harus menggunakan standar tertentu untuk belajar tentang aspek

lingkungan yang mengakibatkan dampak untuk dapat secara efektif

meningkatkan kinerja lingkungannya. Standar tertentu seperti yang

ditetapkan oleh perusahaan itu sendiri harus komprehensif dan tetap.

Kesemuanya juga harus didokumentasikan melalui laporan tertulis untuk

meningkatkan kinerja fungsional lingkungan.66

Unsur-unsur utama dari tanggung jawab lingkungan meliputi:67

1) Mengadopsi kinerja lingkungan spesifik, aturan dan standar

pengkuran untuk operasi dan manajemen, yang dikenakan derajat

perlindungan lingkungan maksimal;

2) Memfasilitasi lingkungan teknologi pengembangan, konversi dan

alat angkut;

3) Mempromosikan kesadaran lingkungan;

4) Membuka saluran negosiasi dengan pihak terkait, dan

berkomunikasi dengan pihak-pihak tersebut tentang masalah

lingkungan.

66 Totok Mardikanto, 2014, CSR (Corporate Social Responsibility) (Tanggung Jawab Sosial

Korporasi), Alfabeta, Bandung, hlm. 149-150. 67 Ibid., hlm. 150.

Page 79: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

62

PT Semen Bosowa Maros (PT SBM) merupakan perusahaan

industri semen yang menggunakan batu gamping dan tanah liat sebagai

bahan bakunya. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di

bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib

melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan sehingga PT SBM

dalam hal ini sebagai perusahaan yang wajib melaksanakan tanggung

jawab sosial dan lingkungan.

1. Kegiatan PT Semen Bosowa Maros (Tahap Operasional)

Perusahaan PT Semen Bosowa Maros (SBM) tergolong

perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang industri semen jenis

Portland Composit Cement (PCC) dan Ordinary Portland Cement (OPC)

dengan kapasitas produksi terpasang 4,3 juta ton pertahun.

Areal konsesi penambangan secara administratif masuk dalam

wilayah Desa Baruga dan Desa Tukamasea, areal ini seluas 1.100 ha

yang terdiri dari wilayah pengambilan bahan baku batu kapur dan tanah

liat seluas 1.000 ha. Lokasi pabrik seluas 60 ha dan perumahan karyawan

seluas 40 ha.

Pusat kegiatan industri dan penambangan dihubungkan oleh jalan

industri dalam lokasi pabrik, sedangkan pusat produksi semen dengan

Pelabuhan Makassar dihubungkan oleh jalan industi serta jalan poros

Provinsi Makassar – Pare-pare.

Page 80: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

63

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap operasional secara

umum adalah:

1. Kegiatan Penambangan

a. Penambangan Batu Kapur

Kegiatan penambangan batu kapur rata-rata mencapai

10.339 ton per hari dengan target mencapai 3.686.529 ton per

tahun. Target produksi ini untuk memenuhi kebutuhan bahan

baku semen dengan produksi semen portland 4,3 juta ton per

tahun. Lokasi penambangan dipilih mulai dari lokasi terdekat

dengan lokasi pabrik semen. Sistem penambangan dilakukan

dengan tambang terbuka yang melalui tahapan sebagai berikut:

1) Stripping (pengkulitan)

Menghilangkan tanah dan pepohonan serta rerumputan

yang terdapat pada permukaan batu.

2) Drilling (pengeboran)

Membuat lubang dengan menggunakan mesin bor.

3) Blasting (peledakan)

Meledakkan batu kapur dengan bahan peledak ANFO

(Amonium Nitrat Fuel Oil), dinamit, dan peledak listrik

(electric detonator).

Sistem pengangkutan material tambang dilakukan dengan

menggunakan Dump Truck ke bagian penghancuran (crushing

plant) sampai pada ukuran lebih kecil, kemudian diangkut ke

Page 81: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

64

lokasi penyimpanan limestone. Dengan bantuan Belt Conveyor,

bahan baku limestone diangkut ke penampungan (mix storage)

selanjutnya ke Raw Mill.

b. Penambangan Tanah Liat (Clay)

Penambangan tanah liat dilakukan dengan penambangan

terbuka di luar kawasan lindung takni Desa Tukamasea.

Diproyeksikan penambangan tanah liat setiap tahunnya

mencapai 494.656 ton. Produksi tersebut diharapkan mampu

memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik semen portland 2,3

juta ton per tahun. Kegiatan penambangan lempung dimulai

dengan pembersihan tegakan penutup tanah, peralatan dan

pemindahan bongkahan tanah.

Kegiatan penambangan yang diawali dengan kegiatan

pembersihan lokasi sekitar areal yang akan ditambang akan

berpengaruh terhadap keberadaan jenis flora dan fauna,

terjadinya erosi dan sedimentasi akibat aliran permukaan serta

berkurangnya sumber mata air.

2. Pengoperasian Pabrik Semen

Proses pembuatan semen meliputi pengadaan bahan baku

dalam jumlah besar, pemecahan, penghalusan, dan pengeringan

bahan baku, serta pembakaran material pada temperatur tinggi

sampai mencapai 1.500 oC dan kemudian penghalusan klinker

untuk menghasilkan semen.

Page 82: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

65

a. Penampungan Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan adalah batu kapur, clay,

pasir besi, gypsum, dan batu bara. Batu kapur dan clay

diperoleh dengan cara menambang pada area konsesi PT SBM

yang berjarak sekitar 1 (satu) km dari pabrik, sedangkan pasir

besi, gypsum dan batu bara didatangkan dari luar. Semua

bahan baku tersebut ditampung di lokasi sekitar pabrik yang

mudah diambil pada saat akan digunakan.

b. Proses Preblending

Batu kapur ditimbun dengan cara close circular stockpile.

Penimbunan dilakukan dengan Stacker. Dengan reclaimer

bahan baku dipindahkan memakai sistem belt conveyor ke bak

penampungan untuk dimasukkan ke dalam mesin raw mill.

Proses yang sama dilakukan terhadap clay dan pasir besi.

c. Proses Penggilingan Bahan Baku

Bahan baku hasil penambangan biasanya masih

mengandung kadar air yang cukup tinggi. Hal ini tidak

menguntungkan terutama untuk proses pengeringan.

Pengeringan ini biasanya memanfaatkan panas dari gas buang

yang berasal dari Suspension Preheater (SP). Bahan baku yang

sudah dikeringkan kemudian digiling untuk memperkecil ukuran.

Sesudah mendapatkan bahan yang halus, kemudian

Page 83: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

66

dipompakan ke homogenizing silo untuk mendapatkan

homogenisasi pencampuran pada blending silo.

d. Proses Pembuatan Klinker

Proses pembuatan klinker menggunakan rotary kiln terdiri dari

proses penguapan air, pemanasan awal, kalsinasi, sintering,

pendinginan klinker. Gas panas yang keluar dari sistem

preheater masih dapat digunakan pada proses di raw mill dan

coal mill. Setelah melalui preheater, material yang berupa bubuk

halus dimasukkan ke dalam rotary klin untuk proses

pembakaran sampai temperatur 1.350oC – 1.500oC hingga

berbentuk klinker. Bahan bakar yang digunakan adalah IDO

(solar) sebagai bahan pembakar pertama kemudian IDO diganti

dengan bahan bakar batu bara. Klinker didinginkan melalui kisi-

kisi pendingin dan selanjutnya disimpan di silo klinker dengan

menggunakan Pan Conveyor.

e. Proses Penggilingan Akhir

Dengan pan conveyor. Klinker dibawa dari clinker silo dan

gypsum dari stock pile melalui suatu timbangan untuk mengatur

proporsi klinker dan gypsum, perbandingan klinker dan gypsum

adalah 96:4. Gypsum berfungsi sebagai retarder. Untuk

menjaga agar air hidratnya tidak hilang, yaitu dengan cara

mempertahankan suhu dalam mill tidak lebih dari 120oC. Oleh

sebab itu cement mill harus dilengkapi dengan water spray

Page 84: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

67

yang dipasang pada kedua ujung mill. Pada proses

penggilingan akhir ini kedua bahan tersebut termasuk klinker

dan gypsum digiling menjadi semen. Selanjutnya disalurkan ke

cement silo dengan bantuan pneumatic pump.

2. Kajian AMDAL Terkait Dampaknya Terhadap Kualitas Air

Berdasarkan KA-ANDAL PT SBM Tahun 2011, adapun beberapa

hal yang diperkirakan dapat timbul atau berdampak pada lingkungan

khususnya dalam pembahasan ini terkait kualitas maupun kuantitas air

akibat dari kegiatan tersebut. Agar lebih mudah dalam menganalisanya,

dibuatkan tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Dampak Potensial dan Dampak Penting Hipotetik Terhadap

Air

No. Kegiatan Dampak Potensial Dampak Penting Hipotetik

1 penambangan batu kapur

- meningkatnya aliran permukaan akibat kegiatan pembersihan permukaan lahan pada areal penambangan batu kapur dilaksanakan

- meningkatnya aliran permukaan akibat kegiatan pembersihan permukaan lahan pada areal penambangan batu kapur dilaksanakan. Namun karena intensitas dampaknya akan rendah dan luas persebaran dampaknya akan sempit maka dampak ini bersifat negatif dan tergolong

Page 85: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

68

- meningkatnya laju

erosi dan sedimentasi akibat hilangnya penutup tanah pada saat penambangan dilaksanakan

- menurunnya kualitas

air akibat masuknya sedimen hasil erosi ke dalam badan air

- perubahan pola

aliran akibat kegiatan penambangan batu kapur yang akan menutup alur-alur anak sungai kecil dalam areal penambangan

dampak tidak penting (-TP)

- meningkatnya laju

erosi dan sedimentasi akibat hilangnya penutup tanah pada saat penambangan dilaksanakan. Intensitas dampaknya akan rendah karena aliran air akan lebih banyak mengalir ke bawah permukaan kars sehingga dampak ini bersifat negatif dan tergolong dampak tidak penting (-TP)

- menurunnya kualitas

air akibat masuknya sedimen hasil erosi ke dalam badan air. Intensitas dampaknya akan rendah dan jumlah penduduk yang akan terkena dampak adalah sedikit sehingga ini bersifat negatif dan tergolong dampak tidak penting (-TP)

- perubahan pola

aliran akibat kegiatan penambangan batu kapur yang akan menutup alur-alur anak sungai kecil dalam areal penambangan. Oleh karena aliran

Page 86: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

69

permukaan akan mengalir ke arah bawah permukaan lahan kars maka perubahan pola aliran tidak akan signifikan. Dapak ini bersifat negatif dan tergolong dampak tidak penting (-TP)

2 penambangan tanah liat

- meningkatnya aliran permukaan akibat kegiatan pembersihan permukaan lahan pada areal penambangan tanah liat

- meningkatnya laju

erosi dan sedimentasi akibat kegiatan pembersihan permukan lahan dan penambangan pada areal penambangan tanah liat

- menurunnya kualitas

air akibat masuknya sedimen ke dalam badan air

- tidak ada penjelasan - tidak ada penjelasan - menurunnya kualitas

air akibat masuknya sedimen ke dalam badan air. Intensitas dampaknya akan tinggi dan akan berlangsung lama sehingga dampak ini bersifat negatif dan tergolong dampak penting hipotetik (-P)

3 pengoperasial PLTD

- penurunan kualitas air pada saat

- penurunan kualitas air akan terjadi akibat

Page 87: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

70

pengoperasian PLTD

- limbah cair yang keluar dapat mengalir dan menurunkan kualitas air permukaan dan badan air

dicemari oleh limbah cair PLTD yang mengalir ke lingkungan dan menurunkan kualitas air badan air disekitarnya. Parameter kualitas air yang diduga akan terpengaruh adalah kendungan minyak, TDS, BOD, COD, kekeruhan dan kandungan logam. Dampak ini bersifat negatif dan tergolong dampak penting hipotetik (-P)

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat 3

(tiga) kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap air.

Kegiatan tersebut yaitu penambangan batu kapur, penambangan tanah

liat, dan pengoperasian PLTD. Namun, dari beberapa yang berpotensi

menimbulkan dampak, 2 (dua) diantaranya berdampak penting hipotetik,

yaitu penambangan tanah liat dan pengoperasian PLTD.

Hasil evaluasi dampak penting tersebut digunakan sebagai dasar

pertimbangan dalam menyusun Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)

dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).

Page 88: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

71

• Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Rencana Industri Semen,

Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan68

1. Kegiatan penambangan tanah liat

a. Jenis Dampak dan Sumber Dampak Penting

Dampaknya terhadap kualitas air. Sumber dampak adalah

penambangan bahan baku tanah liat.

b. Tolak Ukur Dampak

Baku mutu parameter kualitas air menurut SK Gubernur Prov.

SulSel No. 14 Tahun 2003.

c. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan

Meminimalkan penurunan kualitas air pada badan air dan

sungai.

d. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pendekatan Teknologi

- Membatasi pembukaan vegetasi penutup lahan pada areal

yang sesuai dengan izin konsesi penambangan

- Menempatkan material tanah liat hasil penambangan pada

tempat yang aman dan reatif jauh dari badan air atau

sungai

- Menutup tumpukan tanah liat hasil penambangan dengan

plastik atu terpal untuk mencegah pencucian dan mengalir

bersama aliran permukaan

68 Ringkasan Eksekutif AMDAL PT. Semen Bosowa Maros, Tahun 2011.

Page 89: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

72

- Mengalirkan dan menampung sehingga langsung masuk ke

badan air atau sungai.

e. Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Pada lokasi penambangan tanah liat dan sekitarnya.

f. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Selama kegiatan penambangan tanah liat pada tahap

operasional dilaksanakan.

2. Pengoperasian PLTD

g. Jenis Dampak dan Sumber Dampak Penting

Dampaknya terhadap kualitas air. Sumber dampak adalah

pengoperasian PLTD dalam areal industri Semen Bosowa.

h. Tolak Ukur Dampak

Baku mutu parameter kualitas air menurut SK Gubernur Prov.

SulSel No. 14 Tahun 2003.

i. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan

Meminimalkan penurunan kualitas air pada badan air dan

sungai oleh limbah padat dan cair akibat pengoperasian PLTD.

j. Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pendekatan Teknologi

- Pembuatan bak kontrol jebakan minyak (oil catcher) yang

berfungsi sebagai penampung ceceran bahan bakar oli

yang tumpah.

Page 90: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

73

- Limbah cair berupa oli yang tercampur dengan air dialirkan

ke oil catcher, kemudian ditampung di drum-drum yang

telah disiapkan untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai

campuran bahan bakar minyak untuk pemanas awal

pembakaran klinker, sedangkan yang tidak tertampung

dialirkan ke oil trape.

- Menampung limbah padat pada tempat penyimpanan

sementara untuk selanjutnya dibakar atau dibuang ke

tempat pembuangan sampah akhir.

- Menampung limbah cair sisa air cucian pembersihan dan

pemeliharaan pada kolam pengendapan untuk memisahkan

minyaknya.

- Menampung limbah cair berupa oli bekas, sisa gemuk dan

sisa solar pada suatu tempat penampungan untuk

selanjutnya diproses untuk dapat digunakan kembali.

Pendekatan Sosial

- Melaksanakan pemeliharaan sarana dan prasarana PLTD

secara kontinyu termasuk fasilitas jebakan minyak.

Pendekatan Institusional

- Koordinasi Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten

Maros.

k. Lokasi Pengelolaan Lingkungan

Page 91: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

74

Pada lokasi PLTD dalam areal Industri Semen Bosowa.

l. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Selama kegiatan pengoperasian PLTD dalam areal Industri

Semen Bosowa.

• Rencana Pemantuan Lingkungan (RPL) Rencana Industri Semen,

Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan69

1. Kegiatan Penambangan Tanah Liat

a. Jenis Dampak Penting yang Dipantau

Penurunan kualitas air badan air atau sungai

b. Parameter Lingkungan yang Dipantau

Parameter kualitas air menurut SK Gubernur Prov. SulSel No.

14 Tahun 2003.

c. Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengetahui nilai parameter kualitas air pada badan air/sungai.

d. Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode pemantauan adalah pengukuran dan pengambilan air

untuk dianalisis dilaboratorium. Analisis dilakukan secara

deskriptif kuantitatif.

e. Lokasi Pemantauan

Pada badan air atau sungai yang terkena hanyutan sedimen

dari lokasi penambangan tanah liat.

69 Ringkasan Eksekutif AMDAL PT. Semen Bosowa Maros, Tahun 2011.

Page 92: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

75

f. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

1 kali 6 bulan selama kegiatan penambangan tanah liat

dilaksanakan.

2. Kegiatan Pengoperasian PLTD

a. Jenis Dampak Penting yang Dipantau

Penurunan kualitas air permukaan.

b. Parameter Lingkungan yang Dipantau

Parameter kualitas air menurut SK Gubernur Prov. SulSel No.

14 Tahun 2003.

c. Tujuan Pemantauan Lingkungan

Mengetahui nilai parameter kualitas air pada badan air dan

sungai oleh limbah padat dan cair akibat pengoperasian PLTD.

d. Pemantauan Lingkungan Hidup

Metode pemantauan adalah pengukuran dan pengambilan

sampel air untuk dianalisis di laboratorium. Analisis dilakukan

secara deskriptif kuantitatif.

e. Lokasi Pemantauan

Pada lokasi badan air atau sungai yang terkena limbah cair dan

padat PLTD.

f. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan

1 kali 6 bulan selama kegiatan pengoperasian PLTD

dilaksanakan.

Page 93: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

76

Laporan atas RKL-RPL dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali.

Berikut Laporan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana

Pemantaun Lingkungan (RPL) bulan Januari-Juni 2017 terhadap jenis

dampak kualitas air perairan:

- Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)

a. Jenis Dampak

Salah satu jenis dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan

operasional pabrik dan sarana penunjangnya adalah penurunan

kualitas air, badan air sebagai penerima air limbah dan

terganggunya kehidupan biota pada badan air sebagai penerima air

limbah.

b. Sumber Dampak

Sebagai sumber dampak adalah:

• Kegiatan penambangan

• Air limbah dari lingkungan kerja pabrik

c. Tolak Ukur Pengelolaan

Peraturan Gubernur Sulsel No. 69 Tahun 2010 tentang Baku Mutu

dan Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup.

d. Metode Pengelolaan

Pengelolaan dampak penting kualitas air perairan dilakukan

dengan beberapa cara antara lain:

• Pembuatan kolam pengendapan

Page 94: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

77

• Mempertahankan zona hijau untuk mengurangi erosi dan

sedimentasi.

• Air dari lingkungan kerja pabrik dialirkan ke instalasi

pengelolaan air limbah (IPAL).

e. Lokasi Pengelolaan

Lokasi pengelolaan air perairan adalah outlet saluran air limbah

dan drainase dalam lokasi pabrik.

f. Waktu Pengelolaan

Waktu pengelolaan dilakukan setiap saat dan 6 (enam) bulan sekali

untuk analisis laboratorium.

Gambar 1: Tabel matriks RKL PT. SBM Periode Januari-Juni 2017

Page 95: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

78

• Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

a. Jenis Dampak

Salah satu jenis dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pabrik

semen adalah penurunan kualitas air pada badan air penerima air

limbah.

b. Sumber Dampak

Sebagai sumber dampak adalah:

• Kegiatan penambangan

• Air limbah dari lingkungan kerja pabrik

c. Parameter pemantauan

Parameter pemantauan mengacu pada Baku Mutu Limbah Cair

berdasarkan Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69

Tahun 2010 tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan

Hidup.

d. Metode Pemantauan

Dilakukan dengan pengambilan sampel air limbah untuk dianalisis

di laboratorium, selanjutnya dibandingkan dengan baku mutu

limbah cair yang dibolehkan untuk kegiatan industri. Parameter

limbah cair tersebut dianalisa oleh pihak eksternal Balai Besar

Industri dan Hasil Perkebunan Makassar, tabel hasil pengukuran

terlampir.

Page 96: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

79

e. Lokasi Pemantauan

Lokasi pemantauan adalah outlet saluran air limbah yang

berasal dari lingkungan kerja pabrik semen.

f. Waktu Pemantauan

Waktu pemantauan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali.

Gambar 2: Tabel matriks RPL PT. SBM Periode Januari-Juni 2017

Dari hasil analisa penulis, bahwa terdapat perbedaan antara RKL-

RPL Tahun 2011 dengan RKL-RPL Tahun 2017 yang terdapat pada

sumber dampaknya. Pada RKL-RPL 2011, adanya penurunan kualitas air

selain bersumber dari penambangan tanah liat, juga bersumber dari

pengoperasian PLTD seperti yang terdapat dalam KA-ANDAL Tahun

2011.

Page 97: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

80

3. Pelaksanaan Tanggung Jawab Lingkungan PT Semen Bosowa

Maros Terhadap Kualitas Air

Penulis telah melakukan penelitan terhadap beberapa masyarakat

Desa Baruga dengan menggunakan metode wawancara. Berdasarkan

hasil wawancara tersebut, menyatakan bahwa warga yang berprofesi

sebagai petani kerap mengalami gagal panen ketika musim hujan karena

air membanjiri persawahan mereka. Kerugian-kerugian yang dialami

petani berupa kurangnya hasil pertanian dan juga bertambahnya biaya

perawatan sawah. Sedangkan beberapa warga juga menyatakan bahwa

kerap mengalami banjir di rumah mereka.

Menurut informasi yang diperoleh penulis, bahwa drainase PT SBM

terhubung ke saluran irigasi pertanian warga sehingga pada musim hujan,

air pada saluran drainase dan irigasi meluap baik ke sawah pertanian

maupun juga permukiman warga. Terkadang juga air meluap ke

persawahan warga dari drainase PT SBM yang terjadi karena

pendangkalan sedimen. Warga meyakini bahwa air tersebut tercemar,

karena warna airnya berbeda, lebih keruh. Warga pun tidak mengetahui

kandungan apa yang terdapat dalam air limbah tersebut. Karena tidak

adanya informasi dari PT SBM mengenai kandungan yang terdapat dalam

limbah tersebut, sehingga persepsi-persepsi warga muncul. Mulai dari

warna gelap pada air limbah tersebut yang perkirakan warga sebagai

bekas batu bara hingga kandungan minyak yang diyakini sebagai ceceran

oli.

Page 98: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

81

Dalam pernyataan salah satu warga, bahwa pernah dilakukan

tuntutan ke PT SBM, dari beberapa tuntutan, salah satunya adalah ganti

rugi atas rusaknya lahan persawahan. Dari beberapa tuntutan tersebut,

yang terlaksana hanya tuntutan atas pembuatan jalan paving blok.

Tuntutan tersebut berdasar bahwa di desa tersebut memiliki perusahaan

besar namun masih ada jalanan yang tidak bagus. Hingga terjadi

kesepakatan yaitu uang ganti rugi dialihkan sebagian ke pembuatan jalan

paving blok selebihnya dibagikan ke warga yang terkena rugi. Namun,

pembuatan jalan paving blok ini pun tidak sampai selesai, hanya pada

tahap 3 (tiga) dan masih ada 1 (satu) tahap yang tidak terlaksana. Berikut

gambar yang diperoleh penulis ketika melakukan observasi lapangan:

Gambar 3: Banjir pada persawahan yang terjadi pada bulan Desember 2017

Berdasarkan Pasal 34 Ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 77

Tahun 2001 tentang Irigasi bahwa “Dilarang mendirikan, mengubah

Page 99: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

82

ataupun membongkar bangunan-bangunan lain yang berada di dalam, di

atas, maupun yang melintasi saluran irigasi, kecuali dengan izin

Pemerintah Daerah yang bersangkutan”. Dalam penjelasannya, jenis

bangunan yang diizinkan adalah bangunan-bangunan yang menurut

pertimbangan teknis tidak mengganggu fungsi jaringan irigasi. Menurut

penulis, pembangunan drainase PT SBM mengganggu fungsi jaringan

irigasi tersebut yang artinya melanggar peraturan tersebut.

Gambar 4: Drainase pembuangan air limbah PT SBM yang

terhubung ke saluran irigasi

Selain itu juga, penulis menemukan fakta bahwa PT SBM tidak memiliki

Izin Pembuangan Air Limbah. Hal ini dapat dilihat pada Laporan Hasil

Pelaksanaan RKL-RPL Januari-Juni 2017 seperti yang telah di

dokumentasikan oleh penulis di bawah ini:

Page 100: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

83

Gambar 5: Izin yang terkait AMDAL pada Laporan Hasil Pelaksanaan RKL-

RPL Juni 2017 PT SBM

Berdasarkan Pasal 20 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa:

Setiap orang diperbolehkan membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan persyaratan: a. Memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan b. Mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota

sesuai dengan wewenangnya.

Page 101: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

84

Upaya yang telah dilakukan masyarakat perihal saluran drainase

yang menumpang pada saluran irigasi tersebut pun pernah disampaikan

warga pada saat sosialisasi AMDAL untuk pabrik line 2 PT SBM, agar

kiranya membuat saluran pembuangan tersendiri dan tidak lagi

menumpang di saluran irigasi warga. Ini pun telah disampaikan kepada

aparat desa, dan aparat desa pun juga membenarkan bahwa pernah

mendapat keluhan masyarakat terkait hal tersebut. Pemerintah desa

menindak lanjuti dengan melakukan koordinasi dengan pihak PT SBM

terkait hal tersebut. Keluhan tersebut diterima oleh pihak PT SBM dengan

tindak lanjut melakukan pengangkatan sedimen dan pembersihan pada

drainase PT SBM. Menurut pemerintah setempat, kondisi air yang keluar

dari pabrik berminyak, kondisi ini biasa terjadi ketika pabrik melakukan

pembersihan.

Untuk memverifikasi pernyataan-pernyataan warga, penulis telah

berupaya untuk melakukan penelitian di PT SBM, tapi tidak ada respon

balik atas surat penelitian penulis. Namun penulis sempat terlibat

percakapan dengan karyawan bagian Community Development

(Comdev). Menurut karyawan tersebut, air yang keluar melalui drainase

tersebut bukan cuma air yang berasal dari pabrik namun juga dari jalanan.

Industri ini tidak menghasilkan limbah cair, jadi tidak membutuhkan Izin

Pembuangan Limbah Cair (IPLC). Adapun limbah yang dihasilkan

hanyalah limbah domestik hasil MCK, dapur, dan sebagainya. Adapun

Page 102: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

85

dari aktifitas pabrik disalurkan lagi ke danau yang berada dalam wilayah

pabrik PT SBM, begitu pun dengan air limbah penambangan, langsung

menuju danau. 70

Terkait kejadian pada Tahun 2013 (banjir dan juga terdapat

ceceran oli), adalah kondisi yang tidak disengaja. Adapun ceceran oli

bukanlah berasal dari pabrik melainkan berasal dari lantai bengkel luar

yang terdapat sisi-sisa oli, hingga tidak adal limbah pabrik PT SBM yang

mengarah ke penduduk. Adanya komplain, karena pemikiran masyarakat

bahwa airnya berasal dari pabrik PT SBM padahal bukan. Namun agar

prosesnya cepat terselesaikan, maka diberikanlah kompensasi. Setelah

ada komplain pada tahun 2013 tersebut, PT SBM menambah tinggi lagi

drainase hingga lebih tinggi dari rumah penduduk hingga banjir lagi di

rumah penduduk, tapi itu karena ada pendangkalan drainase. Jadi tanah

(sedimen) pada drainase diangkat. Hingga pada musim hujan baru-baru

ini tidak ada lagi komplain. Namun ketika pendangkalan dan meluap lagi

airnya dilakukan pengangkatan sedimen. Perawatan drainase tersebut

tetap kami yang bertanggung jawab. Adapun pernyataan karyawan

tersebut, bahwa sebenarnya drainase tersebut pernah mau ditutup, tapi

warga tidak mau karena pada musim kemarau lahan pertanian kering

70 Wawancara dengan karyawan bagian Comdev PT SBM Pada Tanggal 14 November

2017.

Page 103: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

86

sehingga air yang keluar pada drainase tersebut dapat digunakan warga

untuk mengairi lahannya. 71

Penulis pun melakukan penelitian pada Wahana Lingkungan Hidup

(WALHI) sebagai salah satu organisasi lingkungan non profit di Indonesia.

Salah satu kegiatan WALHI yaitu melakukan advokasi. Menurut sejarah

pengadvokasian WALHI di Desa Baruga, pada tahun 1991 warga

melakukan diskusi dengan WALHI terkait rencana pembangunan Pabrik

PT SBM terkait dampak pada lingkungan yang berpotensi mengganggu

kehidupan masyarakat. Adapun dampak penambangan batu gamping

pada lingkungan yaitu sumber air akan hilang dan juga udara yang tidak

sehat dari hasil pembakaran semen. Tahun 2007, warga kembali

melakukan pengaduan pada WALHI mengenai hilangnya mata air

(sumber air) dan tidak produktifnya lahan pertanian masyarakat. Tindakan

selanjutnya WALHI yaitu melakukan penguatan pada masyarakat dengan

mengajak melakukan penelitan/riset mengenai jumlah mata air yang

hilang dan jumlah lahan yang tidak dialiri air serta jumlah warga yang

merasa kerugian atas hilangnya sumber air. Sejak berdirinya perusahaan

tambang tersebut, sebagian besar lahan pertanian tidak produktif lagi dan

pada akhirnya berakhir ke pekerjaan lain seperti berdagang dan lain-lain.

Adapun sumber air dari pertanian warga yaitu dari air irigasi yang

bersumber dari mata air kars dan juga air hujan. Dari wawancara tersebut

71 Ibid.

Page 104: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

87

disimpulkan mengenai masalah pencemaran irigasi dan banjir belum

melibatkan WALHI.72

Selanjutnya penulis juga melakukan penelitian di Balai

Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan

(BPPHLHK) Sulawesi, yang merupakan unit pelaksanaan teknis di bidang

pengamanan dan penegakan hukum lingkungan hidup dan kehutanan

yang berada di bawah dan bertanggungjawab Direktur Jenderal

Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tugasnya

melaksanakan kegiatan penurunan gangguan, ancaman dan pelanggaran

hukum lingkungan hidup dan kehutanan. Berdasarkan keterangan yang

diperoleh dari narasumber, bahwa masyarakat Desa Baruga sendiri belum

pernah melaporkan terjadinya pencemaran maupun perusakan lingkungan

yang terjadi di sekitar pabrik PT SBM khususnya yang terkait dengan

drainase pembuangan air limbah PT SBM. Pihak BPPHLHK sendiri

memberi fasilitas/wadah yang tentunya melalui prosedur-prosedur yang

telah ditetapkan jika masyarakat mengetahui terjadinya suatu pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan. Terkait drainase pembuangan air limbah

yang menumpang pada saluran irigasi, tentunya setiap perusahan

diharuskan mengelola limbahnya sendiri. Jika limbah tersebut melebihi

baku mutu itu pun dikenakan hukuman/sanksi.

72 Hasil wawancara dengan pihak WALHI pada tanggal 7 November 2017.

Page 105: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

88

B. Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Masyarakat

yang Mengalami Kerugian Akibat Pencemaran Air untuk

Pertanian

Pertanggungjawaban dalam hukum perdata terbagi atas dua, yaitu

pertanggungjawaban kontraktual dan pertanggungjawaban perbuatan

melawan hukum. Perbedaan antara tanggung jawab kontraktual dengan

tanggung jawab perbuatan melawan hukum adalah dalam hubungan

hukum tersebut terdapat perjanjian atau tidak. Apabila terdapat perjanjian,

tanggung jawabnya adalah tanggung jawab kontraktual. Sementara

apabila tidak ada perjanjian namun terdapat suatu pihak merugikan pihak

lain, pihak yang dirugikan dapat menggugat pihak yang merugikan

bertanggungjawab dengan dasar perbuatan melawan hukum.

Dalam UUPPLH, proses penegakan hukum lingkungan melalui

prosedur perdata diatur dalam Bab XIII Pasal 84 sampai dengan Pasal 93.

Aspek-aspek keperdataan yang tercantum dalam pasal-pasal tersebut

berisikan tentang penyelesaian sengkata lingkungan hidup yang dapat

ditempuh melalui jalur litigasi maupun jalur non litigasi berdasarkan pilihan

para pihak yang bersengketa baik berdasarkan kesepakatan para pihak

maupun menggunakan jasa mediator dan/atau arbiter. Gugatan melalui

jalur litigasi (gugatan pengadilan) baru dapat ditempuh jika upaya

penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berhasil dilakukan.

Page 106: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

89

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air sendiri telah mengatur

mengenai penegakan hukum perdata terhadap pencemaran air yang

senada dengan Pasal 87 Ayat (1) UUPPLH yang mengatur, bahwa:

Setiap penanggungjawab usaha dan/atau kegitan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti tugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.

Dalam ketentuan pasal tersebut, maka terdapat beberapa unsur, yakni:

a. Adanya perbuatan melawan hukum;

b. Adanya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;

c. Adanya kerugian pada orang lain atau lingkungan;

d. Adanya penanggung jawab kegiatan membayar ganti rugi dan/atau

melakukan tindakan tertentu.

Berdasarkan unsur-unsur di atas, dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbuatan yang bersifat melawan hukum berdasarkan kesalahan

dan akibatnya menimbulkan kerugian bagi pihak lain, dan perbuatan ini

bersifat khusus, yakni di bidang lingkungan hidup, yang pada prinsipnya

sama dengan perbuatan melawan hukum berdasarkan kesalahan yang

termaktub dalam dalam Pasal 1365 KUHPerdata.

Pasal 1365 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “Tiap perbuatan

melanggar hukum, yang membawa kerugian bagi orang lain, mewajibkan

orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian, mengganti kerugian

Page 107: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

90

tersebut”. Untuk dapat dituntut pertanggungjawabannya berdasarkan

Pasal 1365 KUHPerdata, suatu perbuatan harus memenuhi unsur-unsur

sebagai berikut:

1. Adanya perbuatan melawan hukum

2. Adanya unsur kesalahan

3. Adanya kerugian

4. Adanya hubungan sebab akibat yang menunjukkan bahwa adanya

kerugian disebabkan oleh kesalahan seseorang

Dapat dikatakannya perbuatan tersebut suatu perbuatan melawan

hukum jika terdapat unsur-unsur berikut:

a. Bertentangan dengan hak orang lain

b. Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri

c. Bertentangan dengan kesusilaan

d. Bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam

pergaulan masyarakat mengenai orang lain atau benda.

Unsur-unsur tersebut pada dasarnya bersifat alternatif, artinya

untuk memenuhi suatu perbuatan melawan hukum, tidak harus dipenuhi

semua unsur tersebut. jika suatu perbuatan dapat memenuhi satu unsur

saja, maka perbuatan tersebut dapat dikatakannya sebagai perbuatan

melawan hukum.

Bertolak dari yang telah dikemukakan di atas, penulis berpendapat

bahwa perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh PT SBM adalah

Page 108: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

91

yang bertentangan dengan hak orang lain dan bertentangan dengan

kewajiban hukumnya sendiri.

Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh PT SBM menurut

penulis adalah perbuatan yang bertentangan dengan Pasal 34 Ayat (3)

Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi bahwa

“Dilarang mendirikan, mengubah ataupun membongkar bangunan-

bangunan lain yang berada di dalam, di atas, maupun yang melintasi

saluran irigasi, kecuali dengan izin Pemerintah Daerah yang

bersangkutan”. Hal mana larangan tersebut dilanggar oleh PT SBM

dengan membangun saluran drainase air limbah yang masuk ke saluran

irigasi dan dapat mengganggu fungsi saluran irigasi.

Selain itu, pada faktanya juga PT SBM tidak memiliki Izin

Pembuangan Air Limbah yang menurut penulis telah bertentangan

dengan peraturan-peraturan berikut:

1) Pasal 20 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa:

Setiap orang diperbolehkan membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan persyaratan:

c. Memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan d. Mendapat izin dari Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota

sesuai dengan wewenangnya.

2) Pasal 40 Ayat (1) bahwa “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang

membuang air limbah ke air atau sumber air wajib mendapat izin

tertulis dari Bupat/Walikota”.

Page 109: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

92

Tercemar atau rusaknya lingkungan secara kasat mata dapat

dilihat dari adanya perubahan warna air, bau air, matinya makhluk yang

hidup di air atau biota air, berakibat bahaya bagi manusia seperti gatal-

gatal, kulit melepuh keracunan dan sebagainya. Tentunya akurasi tentang

telah tercemar atau rusaknya lingkungan perlu melalui laboratorium yang

telah ditetapkan oleh masing-masing gubernur.73

Jika seperti yang diyakini warga, bahwa terdapat pencemaran air

yang dapat dilihat secara kasat mata seperti perubahan warna air dan

sebagainya, maka dapat juga dikenai pasal-pasal terkait pencemaran

dan/atau perusakan lingkungan.

Seperti dalam Pasal 1365 KUHPerdata, Pasal 87 UUPPLH juga

menganut beban pembuktian sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1865

KUHperdata bahwa:

Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membentuk sesuatu hak orang lain, menunjuk pada peristiwa diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut.

Konsep tanggung gugat yang dikaitkan dengan pembuktian unsur-

unsur perbuatan melawan hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal

1865 KUHPerdata tersebut sangat menyulitkan penggugat yang

umumnya awan tentang hukum dan secara sosial ekonomi berada pada

posisi yang lemah dibandingkan dengan pengusaha sebagai pencemar

73 Andi Hamzah, 2008, Penegakan Hukum Lingkugan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.227.

Page 110: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

93

dan/atau perusak lingkungan. Walaupun dalam UUPPLH juga menganut

konsep strict liability yang mengandung makna bahwa tanggung gugat

timbul seketika pada saat terjadinya perbuatan, tanpa mempersoalkan

kesalahan tergugat. Namun demikian, tidak semua kegiatan dapat

diterapkan asas strict liability, melainkan diperuntukkan bagi kasus-kasus

tertentu yang besar dan membahayakan lingkungan.74 Ketentuan

tersebut diatur dalam Pasal 88 UUPPLH, bahwa:

Setiap orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap lingkungan hidup bertanggung hawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan.

Salah satu unsur yang harus terpenuhi agar dapat dimintakan

pertanggungjawaban adalah adanya pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan. Pencemaran dan/atau perusakan lingkungan sendiri baru

dapat dikatakan demikian jika telah melampaui ambang batas baku mutu

lingkungan yang diperbolehkan dilepaskan ke media lingkungan.

Dalam mempertahankan hak-hak keperdataan di bidang

lingkungan, UUPPLH telah mengatur tata cara atau prosedur pengajuan

gugatan melalui jalur litigasi (pengadilan) yang dapat diajukan melalui

class action, legal standing, dan gugatan instansi pemerintah dan

pemerintah daerah yang bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup.

74 Suparto Wijoyo, Penyelesaian Sengketa Lingkungan (Environmental Disputes

Resolution),Airlangga University Press, Surabaya, hlm. 28

Page 111: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

94

Class action (gugatan perwakilan kelompok) atau dalam UUPPLH

disebutkan sebagai hak gugat masyarakat. Dasar hukum class action

diatur dalam Pasal 91 UUPPLH, yang mengatur bahwa:

(1) Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atu untuk kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan.

(2) Gugatan dapat diajukan apabila terdapat kesamaan fakta atua peristiwa, dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya.

(3) Ketentuan mengenai hak gugat masyarakat dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Legal standing, yang diatur dalam UUPPLH mengenai hak gugat

organisasi lingkungan hidup dalam Pasal 92, mengatur:

(1) Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk kepnetingan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

(2) Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil.

(3) Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan apabila memenuhi persyaratan: a. Berbentuk badan hukum; b. Menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa

organisasi tersebut didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan

c. Telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran dasarnya paling singkat 2 (dua) tahun.

Hak gugat pemerintah dan pemerintah daerah. Hak gugat tersebut

diatur dalam pasal 90 UUPPLH, yang mengatur bahwa:

(1) Instansi pemerintah dan pemerintah daerah yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup berwenang mengajukan gugatan ganti rugi dan tindakan tertentu terhadap usaha dan/atau kegiatan yang menyebabkan

Page 112: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

95

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian lingkungan hidup.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kerugian lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Page 113: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

96

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian penulis, maka penulis

dapat menyimpulkannya bahwa pelaksanaan tanggung jawab

lingkungan PT Semen Bosowa Maros (PT SBM) belum maksimal

dalam pelaksanaannya. Karena perizinan lingkungan terkait air

limbah belum indahkan oleh pihak perusahaan, juga melanggar

larangan untuk tidak mendirikan bangunan yang dapat

mengganggu fungsi saluran irigasi dengan membangun drainase

pembuangan air limbah yang masuk ke saluran irigasi, yang dalam

penelitian ini air tersebut berasal dari limbah hasil penambangan

tanah liat dan juga hasil pengoperasian PLTD seperti yang

diperkirakan dalam AMDAL. Pada musim hujan, masyarakat kerap

mengalami banjir akibat peluapan di drainase PT SBM dan saluran

irigasi yang diyakini warga karena besarnya debit air yang keluar

dari pabrik PT SBM. Masyarakat juga meyakini bahwa air yang

keluar dari drainase tersebut tercemar. Kerugian materil yang

dialami masyarakat berupa berkurangnya hasil panen hingga gagal

panen. Upaya yang telah dilakukan masyarakat berupa komplain

langung ke PT SBM dan juga ke Pemerintah Desa.

Page 114: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

97

2. Adanya kerugian yang dialami masyarakat dapat ditempuh melalui

jalur litigasi (pengadilan) dan juga jalur non litigasi. Kerugian akibat

pencemaran dan/atau perusakan lingkugan dapat digugat

berdasarkan Pasal 87 UUPPLH, yang pada prinsipnya sama

dengan yang termaktub dalam Pasal 1365 KUHPerdata.

B. Saran

1. Pemerintah sebagai pelaksana sekaligus pengawas pelaksanaan

aturan kiranya lebih jeli dalam pengawasan. Misalnya laporan RKL-

RPL tidak hanya sebagai formalitas pelaporan tiap semesternya,

tetapi juga sebagai acuan dalam mengambil tindakan. Agar kiranya

juga diharapkan pemerintah melakukan sosialisai mengenai

prosedur jika terjadinya pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan di daerah-daerah yang rentan terjadinya hal tersebut.

2. Sekiranya masyarakat yang mengalami kerugian baik materil dan

immateril, melakukan upaya-upaya non litigasi dulu dengan pihak

yang bersangkutan sebelum menempuh jalur litigasi. Agar pihak

yang bersangkutan dapat melakukan tindakan tertentu terkait

masalah yang dihadapi.

Page 115: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

DAFTAR PUSTAKA

Abrar Saleng. 2013. Kapita Selekta: Hukum Sumberdaya Alam. Membumi Publishing. Makassar.

---------------2004. Hukum Pertambangan. UII Press. Yogyakarta.

Ahmad Redi. 2017. Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Sinar Grafika. Jakarta.

A’an Efendi. 2012. Penyelesaian Sengketa Lingkungan. Mandar Maju. Bandung.

Binoto Nadapdap. 2014. Hukum Perseroan Terbatas. Aksara. Jakarta.

Daud Silalahi. 2003. Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Pengelolaan Sumber Daya yang Berwawasan Lingkungan di Bidang Pertambangan. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan HAM RI. Jakarta.

Frans Satrio Wicaksono. 2009. Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris Perseroan Terbatas. Visimedia. Jakarta.

Gatot Supramono. 2012. Hukum Pertambangan Mineral dan Batu Bara di Indonesia. Jakarta.

Kurniatmanto. 2007. Analisis dan Evaluasi Hukum tentang Kerusakan Tanah Pertanian Akibat Penggunaan Teknologi. Badan Pembinaan Hukum Nasioanal Departemen Hukum dan HAM RI. Jakarta.

Lukman Santoso. 2016. Hukum Perikatan: Teori Hukum dan teknis Pembuatan Kontrak, Kerja Sama, dan Bisnis. Setara Press. Malang.

Muhammad Akib. 2014. Hukum Lingkungan: Perspektif Global dan Nasional. Rajawali Pers. Jakarta.

Muhammad Erwin. 2009. Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup, Refika Aditama. Bandung.

Page 116: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

Munadjat Danusaputro. 1985. Hukum Lingkungan Buku I: Umum. Binacipta. Bandung.

Purbacaraka. 2010. Perihal Kaedah Hukum. Citra Aditya. Bandung.

Nandang Sutrajat. 2010. Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum. Pustaka Yustisia. Yogyakarta.

Neng Yani Nurhayani. 2015. Hukum Perdata. Pustaka Setia. Bandung.

Otto Sumarwoto. 1988. Analisis Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Ridwan H.R.. 2006. Hukum Administrasi Negara. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Siti Sundari Rangkuti. Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional. Universitas Airlangga Press. Surabaya.

Sukanda Husin. 2009. Penegakan Hukum Lingkungan Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta.

Suparto Wijoyo. Penyelesaian Sengketa Lingkungan (Environmental Disputes Resolution). Airlangga University Press. Surabaya.

Takdir Rahmadi. 2012. Hukum Lingkungan di Indonesia. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Dita Natalia Damopoli. 2013. Tanggung Jawab Perusahaan Pertambangan Terhadap Lingkungan Pascapengelolaannya. Jurnal Lex et Societatis. Vol. 1 No. 5.

Dian Kurnia Anggreta. 2012. Perjuangan Hak Ekologis Komunitas Petani. Jurnal Ilmu Sosial Mamanga STKIP PGRI Padang. Vol. 1 No.1.

Gebriella Jacqueline Pondaag. 2013. Pertanggungjawaban Secara Perdata Dari Badan Usaha Pertambangan Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup. Jurnal Lex Privatum .Vol.1 No.2.

Page 117: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

NPS Law Office. 2016. Organ Perseroan Terbatas. Diakses dari http://www.npslawoffice.com/organ-perseroan-terbatas-2 (pada tanggal 25 Juli 2017)

Jacobus Rico Kuntag. 2014. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Diakses dari https://www.academia.edu/10156540/ Tanggung_Jawab_Sosial_dan_Lingkungan_TJSL_Perusahaan_di_Indonesia (pada tanggal 25 Juli 2017)

Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan. Diakses dari http://proper.menlh.go.id/portal/pubpdf/PUBLIKASI %20PROPER%202015.pdf, pada tanggal 13 September 2017.

Page 118: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

Redaksi Informan. 2016. Hak Rakyat atas Air. Diakses dari http://www.Informan.co.id/2016/12/18/hak-rakyat-atas-air (pada tanggal 3 Agustus 2017).

www.kbbi.web.id

Page 119: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber

LAMPIRAN

Page 120: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber
Page 121: SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...Fitriani (B111 13 364), Pertanggungjawaban Perusahaan Tambang Terhadap Pencemaran Sumber