TERAPI OKSIGEN

41
MAKALAH TERAPI OKSIGEN (BLOK GAWAT DARURAT DAN TRAUMATOLOGI) YANA GUSTINA 61109009 SEMESTER VII TERAPI OKSIGEN 1

Transcript of TERAPI OKSIGEN

Page 1: TERAPI OKSIGEN

MAKALAH TERAPI OKSIGEN

(BLOK GAWAT DARURAT DAN TRAUMATOLOGI)

YANA GUSTINA61109009

SEMESTER VII

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BATAM

TERAPI OKSIGEN 1

Page 2: TERAPI OKSIGEN

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:

“TERAPI OKSIGEN”Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan

Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

BATAM, 04 DECEMBER 2012

TERAPI OKSIGEN 2

Page 3: TERAPI OKSIGEN

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... 1KATA PENGANTAR.................................................................................................. 2DAFTAR ISI................................................................................................................. 3BAB 1

1.1 Pemdahuluan...................................................................................................... 41.2 Rumusan masalah............................................................................................... 41.3 Tujuan ................................................................................................................ 4

BAB IIPembahasan.............................................................................................................. 5

BAB III2.1 Kesimpulan....................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 27

TERAPI OKSIGEN 3

Page 4: TERAPI OKSIGEN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peranan oksigen dan nutrient dalam metabolisme memproduksi energi utama untuk berlangsungnya kehidupan sangat bergantung pada fungsi paru yang menghantarkan oksigen sampai berdifusi lewat alveoli kekapiler dan fungsi sirkulasi sebagai transporter oksigen kejaringan.Disamping sebagai bahan bakar pembentukan energi oksigen dapat juga dipakai sebagai terapi berbagai kondisi tertentu.Peran oksigen sebagai obat maka pemberian oksigen juga punya indikasi, dosis, cara pemberian dan efek samping yang berbahaya.Untuk aman dan efektifnya terapi oksigen perlu dikuasai fisiologi respirasi dan sirkulasi dan sifat sifat oksigen itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu Terapi oksigen ?

2. Apa fungsi Terapi Oksigen ?

3. Bagaimana proses Terapi Oksigen ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pengertian,fungsi,serta bagaimana penatalaksanaan untuk Terapi Oksigen agar dapat berguna untuk pengetahuan diri sendiri maupun orang lain sehingga dapat diterapkan untuk menunjang keselamatan terutama dalam hal kegawatdaruratan.

TERAPI OKSIGEN 4

Page 5: TERAPI OKSIGEN

BAB II

PEMBAHASAN

Terapi Oksigen

11.1. Definisi

Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru

melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan.

(Standar Pelayanan Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005)

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih

tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air

laut konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah 21 %, (Brunner &

Suddarth,2001)

Sejalan dengan hal tersebut diatas menurut Titin, 2007, Terapi oksigen

adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada

inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara:

a. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 (Orthobarik )

b. Meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik)

II.2. Tujuan/ kegunaan

a. Meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk ke

jaringan untuk memfasilitasi metabolisme aerob

b. Mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 % untuk :

- Mencegah dan mengatasi hipoksemia / hipoksia serta

mmempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat.

- Menurunkan kerja nafas dan miokard.

- Menilai fungsi pertukaran gas

Alat Aliran (L/menit)Fi O2 (fraksi oksigen

inspirasi)

Kanula

nasal

1

2

0,24

0,28

TERAPI OKSIGEN 5

Page 6: TERAPI OKSIGEN

3

4

5

6

0,32

0,36

0,40

0,44

Masker

oksigen

5-6

6-7

7-8

0,40

0,50

0,60

Masker

dengan

kantong

reservoir

6

7

8

9

10

0,60

0,70

0,80

≥0,80

≥0,80

II.3. Indikasi

a. Pasien hipoksia

Hipoksia hipoksik merupakan masalah pada individu normal pada daerah

ketinggian serta merupakan penyulit pada pneumonia dan berbagai

penyakit sistim pernafasan lainnya.

Gejala dan tanda hipoksia hipoksik:

1. Pengaruh penurunan tekanan barometer

Penurunan PCO2 darah arteri yang terjadi akan menimbulkan

alkalosis respiratorik.

2. Gejala hipoksia saat bernafas oksigen

Di ketinggian 19.200 m, tekanan barometer adalah 47 mmHg, dan

pada atau lebih rendah dari tekanan ini cairan tubuh akan mendidih

pada suhu tubuh. Setiap orang yang terpajan pada tekanan yang

rendah akan lebih dahulu meninggal saat hipoksia, sebelum

gelembung uap air panas dari dalam tubuh menimbulkankematian.

3. Gejala hipoksia saat bernafas udara biasa

Gejala mental seperti irritabilitas, muncul pada ketinggian sekitar

3700 m. Pada ketinggian 5500 m, gejala hipoksia berat, dan diatas

6100 m, umumnya seseorang hilang kesadaran.

4. Efek lambat akibat ketinggian

TERAPI OKSIGEN 6

Page 7: TERAPI OKSIGEN

Keadaan ini ditandai dengan sakit kepala, iritabilias, insomnia, sesak

nafas, serta mual dan muntah.

5. Aklimatisasi

Respon awal pernafasan terhadap ketinggian relatif ringan, karena

alkalosis cenderung melawanefek perangsangan oleh hipoksia.

Timbulnya asidosis laktat dalam otak akan menyebabkan penurunan

pH LCSdan meningkatkan respon terhadap hipoksia.

Penyakit yang menyebabkan Hipoksia Hipoksik

Penyakit penyebabnya secara kasar dibagi atas penyakit dengan

kegagalan organ pertukaran gas, penyakit seperti kelainan jantung

kongenital dengan sebagian besar darah dipindah dari sirkulasi vena

kesisi arterial, serta penyakit dengan kegagalan pompa pernafasan.

Kegagalan paru terjadi bilakeadan seperti fibrosis pulmonal

menyebabkan blok alveoli – kapiler atau terjadi ketidak seimbangan

ventilasi – perfusi. Kegagalan pompa dapat disebabkan oleh kelelahan

otot-otot pernafasan pada keadaan dengan peningkatan beban kerja

pernafasan atau oleh berbagai gangguan mekanik seperti

pneumothoraks atau obstruksi bronkhialyang membatasi ventilasi.

Kegagalan dapat pula disebabkan oleh abnormalitas pada mekanisme

persarafan yang mengendalikan ventilasi, seperti depresi neuron

respirasi di medula oblongata oleh morfin dan obat-obat lain.

Hipoksia Anemik

Sewaktu istirahat,hipoksia akibat anemia tidaklah berat, karena

terdapat peningkatan kadar 2,3-DPG didalam sel darah merah,kecuali

apabila defisiensi hemoglobin sangat besar. Meskipun demikian,

penderita anemia mungkin mengalami kesulitan cukup besar sewaktu

melakukan latihan fisik karena adanya keterbatasan kemampuan

meningkatkan pengangkutan O2 kejaringan aktif.

Hipoksia Stagnan

Hipoksia akibat sirkulasi lambat merupakan masalah bagi organ seperti

ginjal dan jantung saat terjadi syok. Hati dan mungkin jaringan otak

mengalami kerusakan akibat hipoksia stagnan pada gagal jantung

kongestif. Pada keadaan normal, aliran darah ke paru-paru sangat besar,

TERAPI OKSIGEN 7

Page 8: TERAPI OKSIGEN

dan dibutuhkan hipotensi jangka waktu lama untuk menimbulkan

kerusakan yang berarti. Namun, syok paru dapat terjadi pada kolaps

sirkulasi berkepanjangan,terutama didaerah paru yang letaknya lebih

tinggi dari jantung.

Hipoksia Histotoksik

Hipoksia yang disebabkan oleh hambatan proses oksidasi jaringan

paling sering diakibatkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat

sitokrom oksidasi serta mungkin beberapa enzim lainnya. Biru metilen

atau nitrit digunakan untuk mengobati keracunan sianida. Zat-zat

tersebut bekerja dengan sianida, menghasilkan sianmethemoglobin,

suatu senyawa non toksik. Kemampuan pengobatan

menggunakansenyawa ini tentu saja terbatas pada jumlah

methemoglobin yang dapat dibentuk dengan aman. Pemberian terapi

oksigen hiperbarik mungkin juga bermanfaat.

b. Oksigenasi kurang sedangkan paru normal

c. Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal

d. Oksigenasi cukup, paru normal, sedangkan sirkulasi tidak normal.

e. Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi.

f. Pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah.

Contoh :

- Pasien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil AGD

- Pasien dengan peningkatan kerja napas dimana tubuh terjadi

hipoksemia ditandai dengan PaO2 dan SpO2 menurun. Pasien yang

teridentifikasi hipoksemia contohnya syok dan keracunan CO

Hipoksemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi

oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah

nilai normal (nilai normal PaO285-100 mmHg), SaO2 95%. Hipoksemia

dibedakan menjadiringan sedang dan berat berdasarkan nilai PaO2 dan

SaO2. hipoksemia ringan dinyatakan pada keadaan PaO2 60-79 mmHg

dan SaO2 90-94%, hipoksemia sedang PaO2 40-60 mmHg, SaO2 75%-

89% dan hipoksemia berat bila PaO2kurang dari 40 mmHg dan

SaO2kurang dari 75%. Umur juga mempengaruhi nilai PaO2 dimana

setiap penambahan umur satu tahun usia diatas 60 tahun dan PaO2 80

mmHg maka terjadi penurunan PaO2 sebesar 1 mmHg. Hipoksemia

TERAPI OKSIGEN 8

Page 9: TERAPI OKSIGEN

dapat disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi, hipoventilasi, pirau,

gangguan difusi dan berada ditempat yang tinggi.

Keadaan hipoksemia menyebabkan beberapa perubahan fisiologi yan

gbertujuan untuk mempertahankan supaya oksigenasi ke jaringan

memadai. Bila tekanan oksigen arteriol (PaO2) dibawah 55

mmHg.kendali nafas akan meningkat, sehingga tekanan oksigen arteriol

(PaO2) yang meningkat dan sebaliknyatekanan karbondioksida arteri

(PaCO2) menurun.jaringan Vaskuler yang mensuplai darah di jaringan

hipoksia mengalami vasodilatasi, juga terjadi takikardi kompensasi

yang akan meningkatkan volume sekuncup jantung sehingga oksigenasi

jaringan dapat diperbaiki. Hipoksia alveolar menyebabkan kontraksi

pembuluh pulmoner sebagai respon untuk memperbaiki rasio ventilasi

perfusi di area paru terganggu, kemudian akan terjadi peningkatan

sekresi eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan eritrositosis dan

terjadi peningkatan sekresi eritropoitin ginjal sehingga mengakibatkan

eritrositosis danterjadi peningkatan kapasiti transfer oksigen. Kontraksi

pembuluh darah pulmoner, eritrositosis dan peningkatan volume

sekuncup jantung akan menyebabkan hipertensi pulmoner. Gagal jan

tung kanan bahkan dapat menyebabkan kematian.

- Pasien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha

untuk mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung

yang adekuat.

- Beberapa trauma

Terapi ini diberikan dengan orang yang mempunyai gejala :

- Sianosis - Keracunan

- Hipovolemi - Asidosis

- Perdarahan - Selama dan sesudah pembedahan

- Anemia berat - Klien dengan keadaan tidak sadar

Kriteria pemberian terapi oksigen tersebut dapat dilakukan dengan beberapa

cara dibawah ini.

1. Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus),

Diberikan apabila hasil analisis gas darah pada saat istirahat, didapat

nilai:

PaO2 kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%.

TERAPI OKSIGEN 9

Page 10: TERAPI OKSIGEN

PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor

pulmonale, polisitemia (hematokrit >56%).

2. Pemberian secara berselang

Diberikan apabila hasil analisis gas darah saat latihan didapat nilai:

Pada saat latihan PaO2 55 mmHg atau saturasi 88%

Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88% disertai

komplikasi seperti hipertensi pulmoner.somnolen dan aritmia.

Pasien dengan keadaan klinik tidak stabil yang mendapat terapi oksigen

perlu dievaluasi gas darah (AGD) serta terapi untuk menentukan perlu

tidaknya terapi oksigen jangka panjang.

II.4. Kontra indikasi

Tidak ada kontra indikasi absolut :

a. Kanul nasal / Kateter binasal / nasal prong : jika ada obstruksi nasal.

b. Kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar tengkorak

kepala, trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal.

c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan

PaCO2 tinggi, akan lebih meningkatkan kadar PaCO2 nya lagi.

II.5. Alat – alat yang diperlukan

a. Kateter nasal.

b. Kanul nasal/binasal/nasal prong

c. Sungkup muka sederhana.

d. Sungkup muka rebreathing dengan kantong oksigen.

e. Sungkup muka non rebreathing dengan kantong oksigen.

f. Sungkup muka Venturi

g. Jelly.

h. Plester.

i. Gunting.

j. Sumber oksigen.

k. Humidifier.

l. Flow meter.

m. Aqua steril.

n. Selang oksigen.

o. Tanda dilarang merokok

TERAPI OKSIGEN 10

Page 11: TERAPI OKSIGEN

II.6. Syarat-syarat Pemberian Oksigen Meliputi :

1. Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara inspirasi,

2. Tahanan jalan nafas yang rendah,

3. Tidak terjadi penumpukan CO2,

4. Efisien,

5. Nyaman untuk pasien.

II.7. Protokol prosedur

Dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :

1. Sistem Aliran Rendah

Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara

ruangan, bekerja dengan memberikan oksigen pada frekuensi aliran

kurang dari volume inspirasi pasien, sisa volume ditarik dari udara

ruangan. Karena oksigen ini bercampur dengan udara ruangan, maka

FiO2 aktual yang diberikan pada pasien tidak diketahui, menghasilkan

FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan

volume tidal klien. Alat oksigen aliran rendah cocok untuk pasien

stabil dengan pola nafas, frekuensi dan volume ventilasi normal,

misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan

pernafasan 16 – 20 kali permenit.

Contoh sistem aliran rendah adalah :

Low flow low concentration :

a. Kateter nasal

b. Kanul nasal / kanul binasal / nasal prong.

Low flow high concentration

a. Sungkup muka sederhana.

b. Sungkup muka dengan kantong rebreathing

c. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing.

a. Kateter Nasal

TERAPI OKSIGEN 11

Page 12: TERAPI OKSIGEN

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara

kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.

Prosedur pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke dalam

hidung sampai naso faring. Persentase oksigen yang mencapai paru-paru

beragam sesuai kedalaman dan frekuensi pernafasan, terutama jika mukosa

nasal membengkak.

a. Keuntungan Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan

berbicara, dan membersihkan mulut, murah dan nyaman serta dapat juga

dipakai sebagai kateter penghisap. Dapat digunakan dalam jangka waktu

yang lama.

b. Kerugian Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari

44%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal,

nyeri saat kateter melewati nasofaring, dan mukosa nasal akan

mengalami trauma, fiksasi kateter akan memberi tekanan pada nostril,

maka kateter harus diganti tiap 8 jam dan diinsersi kedalam nostril lain,

dapat terjadi distensi lambung, terjadi iritasi selaput lendir nasofaring,

aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan

mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat dan

tertekuk.

Tahap kerja:

a. Atur posisi pasien senyaman mungkin ( memudahkan dalam

melakukan tindakan

b. Jaga privacy pasien (menjaga kesopanan perawat dan kepercayaan

pasien).

c. Dekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau memudahkan dan

melancarkan pelaksanaan tindakan).

d. Membebaskan jalan napas dengan mengisap sekresi (syarat utama

pemasangan nasal kateter adalah jalan nafas harus bebas untuk

memudahkan memasukkan kateter).

e. Atur posisi pasien dengan kepala ekstensi (jalan nafas lebih terbuka ,

pasien lebih nyaman, kateter lebih mudah dimasukkan).

f. Untuk memperkirakan dalam kateter, ukur antara lubang hidung

sampai keujung telinga (untuk memastikan ketepatan kedalaman

kateter).

TERAPI OKSIGEN 12

Page 13: TERAPI OKSIGEN

g. Bila ujung kateter terlihat di belakang ovula, tarik kateter sehingga

ujung kateter tidak terlihat lagi.( untuk memastikan ketepatan

kedalaman kateter).

h. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai

kebutuhan (Mencegah kekeringan pada membran mukosa nasal dan

membran mukosa oral serta sekresi jalan nafas).

i. Mengatur volume oksigen sesuai kebutuhan (menjamin ketepatan dosis

dan mencegah terjadinya efek samping).

j. Beri pelicin atau jelly pada ujung nasal kateter (memudahkan dan

mencegah iritasi dalam pemasangan kateter).

k. Gunakan plester untuk fiksasi kateter antara bibir atas dan lubang

hidung (mencegah kateter terlepas dan menjamin ketepatan posisi

kateter).

l. Observasi tanda iritasi lubang, pengeringan mukosa hidung, epistaksis,

dan kemungkinan distensi lambung. (terapi oksigen menyebabkan

mukosa nasal mengering, epistaksis dan distensi lambung. Deteksi

dini mengurangi risiko efek samping).

m. Kateter diganti tiap 8 jam dan dimasukkan ke lubang hidung yang lain

jika mungkin (mengurangi iritasi mukosa hidung,menjamin

kepatenan kateter).

b. Kanul Nasal/ Binasa/ Nasal Prong

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu

dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan

kateter nasal yaitu 24 % - 44 %. Persentase O2 pasti tergantung ventilasi per

menit pasien. Pada pemberian oksigen dengan nasal kanula jalan nafas harus

paten, dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut.

FiO2 estimation :

Flows FiO2

• 1 Liter /min : 24 %

• 2 Liter /min : 28 %

• 3 Liter /min : 32 %

• 4 Liter /min : 36 %

• 5 Liter /min : 40 %

• 6 Liter /min : 44 %

TERAPI OKSIGEN 13

Page 14: TERAPI OKSIGEN

Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %

a. Keuntungan

Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan

teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, murah,

disposibel, klien bebas makan, minum, bergerak, berbicara, lebih mudah

ditolerir klien dan terasa nyaman. Dapat digunakan pada pasien dengan

pernafasan mulut, bila pasien bernapas melalui mulut, menyebabkan

udara masuk pada waktu inhalasi dan akan mempunyai efek venturi pada

bagian belakang faring sehingga menyebabkan oksigen yang diberikan

melalui kanula hidung terhirup melalui hidung.

b. Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai

oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena

kedalaman kanul hanya 1/1.5 cm, tidak dapat diberikan pada pasien

dengan obstruksi nasal. Kecepatan aliran lebih dari 4 liter/menit jarang

digunakan, sebab pemberian flow rate yang lebih dari 4 liter tidak akan

menambah FiO2, bahkan hanya pemborosan oksigen dan menyebabkan

mukosa kering dan mengiritasi selaput lendir. Dapat menyebabkan

kerusakan kulit diatas telinga dan di hidung akibat pemasangan yang

terlalu ketat. Cara pemasangan :

a. Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan atur lubang kanul

yang elastis sampai kanul benar-benar pas menempati hidung dan

nyaman bagi klien.(Membuat aliran oksigen langsung masuk ke

dalam saluran nafas bagian atas. Klien akan tetap menjaga kanul

pada tempatnya apabila kanul tersebut pas kenyamanannya).

b. Hubungkan kanul ke sumber oksigen dan atur kecepatan aliran

sesuai yang diprogramkan (1–6 L/mnt.) (Mencegah kekeringan pada

membran mukosa nasal dan membran mukosa oral serta sekresi jalan

nafas).

c. Pertahankan selang oksigen cukup kendur dan sambungkan ke

pakaian pasien (Memungkinkan pasien untuk menengokkan kepala

tanpa kanul tercabut dan mengurangi tekanan ujung kanul pada

hidung).

TERAPI OKSIGEN 14

Page 15: TERAPI OKSIGEN

d. Periksa letak ujung kanul tiap 8 jam dan pertahankan humidifier

terisi aqua steril setiap waktu. (Memastikan kepatenan kanul dan

aliran oksigen, mencegah inhalasi oksigen tanpa dilembabkan).

e. Observasi hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri

sinus,epistaksis dan permukaan superior kedua telinga klien untuk

melihat adanya kerusakan kulit. (terapi oksigen menyebabkan

mukosa nasal mengering, nyeri sinus dan epistaksis. Tekanan pada

telinga akibat selang kanul atau selang elastis menyebabkan iritasi

kulit).

f. Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan

dengan hipoksia telah hilang (Mengindikasikan telah ditangani atau

telah berkurangnya hipoksia)

c. Sungkup Muka Sederhana

Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang. Merupakan

alat pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling. Aliran 5

– 8 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%. Masker ini kontra

indikasi pada pasien dengan retensi karbondioksida karena akan

memperburuk retensi. Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5 liter/menit untuk

mendorong CO2 keluar dari masker.

FiO2 estimation :

Flows FiO2

• 5-6 Liter/min : 40 %

• 6-7 Liter/min : 50 %

• 7-8 Liter/min : 60 %

a. Keuntungan

Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula

nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup

berlubang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.

b. Kerugian

Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat

menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah. Menyekap, tidak

memungkinkan untuk makan dan batuk.Bisa terjadi aspirasi bila pasien

mntah. Perlu pengikat wajah, dan apabila terlalu ketat menekan kulit

TERAPI OKSIGEN 15

Page 16: TERAPI OKSIGEN

dapat menyebabkan rasa pobia ruang tertutup, pita elastik yang dapat

disesuaikan tersedia untuk menjamin keamanan dan kenyamanan.

a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi bila perlu

(syarat terapi oksigen adalah jalan nafas harus bebas, jalan nafas

yang bebas menjamin aliran oksigen lancar).

b. Atur posisi pasien (meningkatkan kenyamanan dan memudahkan

pemasangan).

c. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai

dengan kebutuhan 5-8 liter/menit (Mencegah kekeringan pada

membran mukosa nasal dan membran mukosa oral serta sekresi

jalan nafas, menjamin ketepatan dosis, dan mencegah penumpukan

CO2 ).

d. Atur tali pengikat sungkup menutup rapat dan nyaman jika perlu

dengan kain kasa pada daerah yang tertekan ( mencegah kebocoran

sungkup, mencegah iritasi kulit akibat tekanan).

e. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali

pengikat untuk mencegah iritasi kulit.

d. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing

Rebreathing mask

Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 35 –

60% dengan aliran 6 – 15 liter/mnt , serta dapat meningkatkan nilai

PaCO2. Udara ekspirasi sebagian tercampur dengan udara inspirasi, sesuai

dengan aliran O2, kantong akan terisi saat ekspirasi dan hampir

menguncup waktu inspirasi. Sebelum dipasang ke pasien isi O2 ke dalam

kantong dengan cara menutup lubang antara kantong dengan sungkup

minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Memasang kapas kering pada

daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah iritasi

kulit.

FiO2 estimation :

Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )

TERAPI OKSIGEN 16

Page 17: TERAPI OKSIGEN

• 6 : 35 %

• 8 : 40 – 50 %

• 10 – 15 : 60 %

a. Keuntungan

Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak

mengeringkan selaput lendir.

b. Kerugian

Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, kantong oksigen

bisa terlipat atau terputar atau mengempes, apabila ini terjadi dan aliran

yang rendah dapat menyebabkan pasien akan menghirup sejumlah besar

karbondioksida. Pasien tidak memungkinkan makan minum atau batuk

dan menyekap, bisa terjadi aspirasi bila pasien muntah, serta perlu segel

pengikat.

Caranya :

a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi

b. Atur posisi pasien

c. Menghubungkan selang oksigen pada humidifier

d. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai

dengan kebutuhan.

e. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan.

f. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara

kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir.

Sesuai dengan aliran O2 kantong akan terisi waktu ekspirasi dan

hampir kuncup waktu inspirasi (mencegah kantong terlipat,

menjaga kepatenan sungkup, mencegah penumpukan CO2 yang

terlalu banyak).

g. Mengikat tali masker O2 dibelakang kepala melewati bagian atas

telinga.(menjaga kepatenan sungkup, mencegah iritasi mata)

h. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan

tali pengikat (untuk mencegah iritasi kulit).

TERAPI OKSIGEN 17

Page 18: TERAPI OKSIGEN

i. Muka pasien dibersihkan tiap 2 jam.(observasi terhadap

iritasi,muntah,aspirasi akibat terapi, dan menjaga kenyamanan

pasien).

j. Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam (menjaga kepatenan alat,

mencegah infeksi, meningkatkan kenyamanan).

e. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing

Non rebreathing mask

Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen yang tinggi

mencapai 90 % dengan aliran 6 – 15 liter/mnt. Pada prinsipnya udara

inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi, udara ekspirasi

dikeluarkan langsung ke atmosfer melalui satu atau lebih katup, sehingga

dalam kantong konsentrasi oksigen menjadi tinggi. Sebelum dipasang ke

pasien isi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara

kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir.

Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali

pengikat untuk mencegah iritasi kulit. Kantong tidak akan pernah kempes

dengan total. Perawat harus menjaga agar semua diafragma karet harus

pada tempatnya dan tanpa tongkat.

FiO2 estimation :

Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )

• 6 : 55 – 60

• 8 : 60 – 80

• 10 : 80 – 90

• 12 – 15 : 90

a. Keuntungan :

Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 90%, tidak

mengeringkan selaput lendir.

b. Kerugian :

Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah. Kantong oksigen

bisa terlipat atau terputar, menyekap, perlu segel pengikat, dan tidak

memungkinkan makan, minum atau batuk, bisa terjadi aspirasi bila

pasien muntah terutama pada pasien tidak sadar dan anak-anak. Cara

memasang :

a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi (k/p).

TERAPI OKSIGEN 18

Page 19: TERAPI OKSIGEN

b. Atur posisi pasien

c. Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai

dengan kebutuhan.(menjaga kelembaban udara, mencegah iritasi

mukosa jalan nafas dan mulut).

d. Mengatur aliran oksigen sesuai kebutuhan , terapi oksigen dengan

sungkup non rebreathing mempunyai efektifitas aliran 6-7

liter/menit dengan konsentrasi O2 (FiO2) 55-90 % (menjaga

kepatenan sungkup, menjamin ketepatan dosis).

e. Isi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara

kantong dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir.

(mencegah kantong terlipat, terputar).

f. Mengikat tali non rebreathing mask dibelakang kepala melewati

bagian atas telinga. (mencegah kebocoran sungkup).

g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan

tali pengikat (untuk mencegah iritasi kulit).

h. Muka pasien dibersihkan tiap 2 jam. (observasi terhadap

iritasi,muntah,aspirasi akibat terapi, dan menjaga kenyamanan

pasien).

i. Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam (menjaga kepatenan alat,

mencegah infeksi, meningkatkan kenyamanan).

2. Sistem Aliran Tinggi

Memberikan aliran dengan frekuensi cukup tinggi untuk

memberikan 2 atau 3 kali volume inspirasi pasien. Alat ini cocok

untuk pasien dengan pola nafas pendek dan pasien dengan PPOK yang

mengalami hipoksia karena ventilator. Suatu teknik pemberian

oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe

pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan

konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur.

TERAPI OKSIGEN 19

Page 20: TERAPI OKSIGEN

Contoh sistem aliran tinggi :

a. Sungkup muka dengan venturi / Masker Venturi (High flow

low concentration).

Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan

untuk konsentrasi yang tepat melalui cara non invasif. Masker

dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan aliran udara

ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang telah ditetapkan.

Masker venturi menerapkan prinsip entrainmen udara (menjebak

udara seperti vakum), yang memberikan aliran udara yang tinggi

dengan pengayaan oksigen terkontrol. Kelebihan gas keluar

masker melalui cuff perforasi, membawa gas tersebut bersama

karbondioksida yang dihembuskan. Metode ini memungkinkan

konsentrasi oksigen yang konstan untuk dihirup yang tidak

tergantung pada kedalaman dan kecepatan pernafasan.Diberikan

pada pasien hyperkarbia kronik ( CO2 yang tinggi ) seperti PPOK

yang terutama tergantung pada kendali hipoksia untuk bernafas,

dan pada pasien hypoksemia sedang sampai berat.

FiO2 estimation

Menurut Standar Keperawatan ICU Dep.Kes RI. tahun 2005,

estimasi FiO2 venturi mask merk Hudson

Warna dan flows ( liter/menit ) FiO2 ( % )

• Biru : 2 : 24

• Putih : 4 : 28

• Orange : 6 : 31

• Kuning : 8 : 35

• Merah : 10 : 40

• Hijau : 15 : 60

a. Keuntungan

• Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan / tepat sesuai

dengan petunjuk pada alat.

• FiO2 tidak dipengaruhi oleh pola ventilasi, serta dapat diukur

dengan O2 analiser.

• Temperatur dan kelembaban gas dapat dikontrol.

TERAPI OKSIGEN 20

Page 21: TERAPI OKSIGEN

• Tidak terjadi penumpukan CO2.

b. Kerugian

• Harus diikat dengan kencang untuk mencegah oksigen

mengalir kedalam mata.

• Tidak memungkinkan makan atau batuk, masker harus

dilepaskan bila pasien makan, minum, atau minum obat.

• Bila humidifikasi ditambahkan gunakan udara tekan sehingga

tidak mengganggu konsentrasi O2.

Caranya :

a. Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi.

b. Atur posisi pasien

c. Membuka aliran regulator untuk menentukan tekanan oksigen

sesuai dengan kebutuhan.

d. Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan, terapi O2

dengan masker venturi mempunyai efektifitas aliran 2-15

liter/menit dengan konsentrasi O2 24- 60 % (Metode ini

memungkinkan konsentrasi oksigen yang konstan untuk dihirup

yang tidak tergantung pada kedalaman dan kecepatan

pernafasan).

e. Memasang venturi mask pada daerah lubang hidung dan mulut.

f. Mengikat tali venturi mask dibelakang kepala melewati bagian

atas telinga.

g. Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan

tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit.

b. Bag and Mask / resuscitator manual

Digunakan pada pasien :

• Cardiac arrest

• Respiratory failure

• Sebelum, selama dan sesudah suction Gas flows 12 – 15 liter,

selama resusitasi buatan, hiperinflasi / bagging, kantong

resusitasi dengan reservoir harus digunakan untuk memberikan

konsentrasi oksigen 74 % - 100 %. Dianjurkan selang yang

bengkok tidak digunakan sebagai reservoir untuk kantong

ventilasi. Kantong 2.5 liter dengan kecepatan 15 liter/menit

TERAPI OKSIGEN 21

Page 22: TERAPI OKSIGEN

telah ditunjukkan untuk pemberian oksigen yang konsisten

dengan konsentrasi 95 % - 100 %. Penggunaan kantong

reservoar 2.5 liter juga memberikan jaminan visual bahwa

aliran oksigen utuh dan kantong menerima oksigen tambahan.

Pengetahuan tentang kantong dan keterampilan penggunaan

adalah vital :

• Kekuatan pemijatan menentukan volume tidal ( VT ).

• Jumlah pijatan permenit menentukan frekuensi

• Kekuatan dan frekuensi menentukan aliran puncak.

Hal – hal yang harus diperhatikan :

• Observasi dada pasien untuk menentukan kantong bekerja

dengan baik dan apakah terjadi distensi abdomen.

• Kemudahan / tahanan saat pemompaan mengindikasikan

komplain paru.

• Risiko terjadinya peningkatan sekresi, pneumothorak,

hemothorak, atau spasme bronkus yang memburuk.

Syarat – syarat Resusitator manual :

• Kemampuan kantong untuk memberikan oksigen 100 %

pada kondisi akut.

• Masker bila dibutuhkan harus transparan untuk

memudahkan observasi terhadap muntah / darah yang

dapat mengakibatkan aspirasi.

• Sistem katup yang berfungsi tanpa gangguan pada kondisi

akut.

• Pembersihan dan pendauran ketahanan kantong.

Large Volume Aerosol Sistem.

a. Selang T / T piece / Briggs adaptor

Oksigen dialirkan ke humidifier, aliran harus cukup tinggi untuk

menutup ventilasi pasien per menit. Dengan Oksigen T- piece

memungkinkan pelembaban untuk selang ETT ( Endo Trakeal

Tube ) atau trakeostomi.Tidak akan menimbulkan kondensasi

dalam selang. Pada pemakaiannya, kabut harus terlihat pada

ekshalasi akhir. Flow rate yang direkomendasikan adalah 10

TERAPI OKSIGEN 22

Page 23: TERAPI OKSIGEN

liter/menit dengan nebuliser set untuk menjaga inspired oxygen

concentration (FiO2)

b. Sungkup terbuka / Face tent

Sama dengan selang T, digunakan untuk memberikan

pelembaban pada pasien di ruang pemulihan atau setelah

ekstubasi. Bila pasien merasakan masker terlalu menyekap,

maka masker wajah harus ditambahkan. Konsentrasi 40%

dengan aliran 10-15 L/mnt (Hudak & Gallo,1997), 8-12

liter/menit : 28%-100%.

a. Keuntungan

Lebih nyaman untuk anak, dapat digunakan sebagai

alternatif pemberian aerosol, dapat memberikan

kelembaban yang tinggi.

b. Kerugian

Posisi face tent sulit dipertahankan, FiO2 sulit dikontrol.

c. Collar trakeostomi

a. Keuntungan :

• Sama dengan selang T, Memberikan pelembaban untuk

pasien dengan trakeostomi.

• Gelang – gelang adaptor mencegah bunyi gemuruh selang

trakeostomi.

• Bagian depan memungkinkan penghisapan tanpa melepas

masker.

• Kondensasi dalam collar dapat dialirkan ke dalam selang

pasien.

b. Kerugian :

• Sekresi dan lapisan kulit sekitar stoma dapat menyebabkan

iritasi dan infeksi.

TERAPI OKSIGEN 23

Page 24: TERAPI OKSIGEN

II.8. Keamanan

Untuk pasien :

- Memastikan bahwa selangnya benar-benar masuk ke dalam saluran

pernapasan.

- Selang atau kateter yang masuk ke dalam saluran napas harus steril.

- Tabung oksigennya dijauhkan dari jangkauan api.

II.9. Hal yang harus dilaporkan dan didokumentasikan

a. Observasi dan catat terhadap penurunan kecemasan, peningkatan

pengetahuan, penurunan kelemahan, penurunan frekuensi nafas,

perubahan warna kulit, peningkatan saturasi oksigen.

b. Monitor dan dokumentasikan hasil analisa gas darah dan pulse oksimetri

untuk menilai keefektifan terapi oksigen. Therapy Oksigen berhasil jika :

Nilai PaO2 dan PaCO2 yang diharapkan tercapai : PaO2 = ( 4 – 5 ) x

FiO2.

c. Monitor dan dokumentasikan kulit disekitar telinga, hidung , mukosa

hidung terhadap iritasi.

d. Monitor dan dokumentasikan terjadinya efek samping / bahaya terapi

oksigen yang lain.

e. Observasi dan catat posisi alat (kanula/masker, dll) yang tepat pada

pasien .

f. Catat metode yang digunakan, berapa liter/ menit alirannya atau berapa

FiO2 yang diberikan.

II.10. Resiko Terapi Oksigen

Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan oksigen. Hal ini dapat

terjadi bila oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus-menerus

selama 1-2 hari. Kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya

metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim

proteolotikdan enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko

yang lain seperti retensi gas karbondioksida dan atelektasis.

Oksigen 100% menimbulkan efek toksik, tidak saja pada hewan, namun

juga pada bakteri, jamur, biakan sel hewam dan tanaman. Apabila O2 80-

100% diberikan kepada manusia selama 8 jam atau lebih, saluran pernafasan

TERAPI OKSIGEN 24

Page 25: TERAPI OKSIGEN

akan teriritasi, menimbulkan distres substernal, kongesti hidung, nyeri

tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan

kerusakan jaringan paru.

Sejumlah bayi dengan sindroma gawat nafas yang diterapi dengan O2,

selanjutnya mengalami gangguan menahun yang ditandai dengan kista dan

pemadatan jaringan paru (displasia bronkopulmonal). Komplikasi lain pada

bayi-bayi ini adalah retinopti prematuritas (fibroplkasia retrolental), yaitu

pembentukan jaringan vaskuler opak pada matayang dapat mengakibatkan

kelainan penglihatan berat. Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih

tinggi berakibat tidak hanya iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot,

bunyi berdering dalam telinga, rasa pening, kejang dan koma. Pajanan

terhadap O2 tekanan tinggi (oksigenasi hiperbarik) dapat menghasilkan

peningkatan jumlah O2 terlarut dalam darah. Oksigen bukan zat pembakar

tetapi dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh karena itu klein

dengan terapi pemberian oksigen harus menghindari : Merokok, membuka

alat listrik dalam area sumber oksigen, menghindari penggunaan listrik

tanpa “Ground”.

TERAPI OKSIGEN 25

Page 26: TERAPI OKSIGEN

BAB III

Kesimpulan

Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui

saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. Tujuan terapi oksigen ini

adalah untuk meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk ke jaringan

untuk memfasilitasi metabolisme aerob, mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90

%. Indikasi terapi oksigen ini adalah untuk pasien hipoksia, oksigenasi kurang sedangkan

paru normal, oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal, oksigenasi cukup, paru normal,

sedangkan sirkulasi tidak normal, pasien yang membutuhkan pemberian oksigen konsentrasi

tinggi, pasien dengan tekanan partial karbondioksida ( PaCO2 ) rendah. Kontra indikasi

pemakaian terapi oksigen ini adalah pemakaian kanul nasal/kateter binasal/nasal prong : jika

ada obstruksi nasal, pemakaian kateter nasofaringeal / kateter nasal : jika ada fraktur dasar

tengkorak kepala, trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal, pemakaian sungkup muka

dengan kantong rebreathing : pada pasien dengan PaCO2 tinggi, akan lebih meningkatkan

kadar PaCO2 nya lagi. Komplikasi pemakaian terapi oksigen yang terlalu lama dapat

mengakibatkan keracunan oksigen, kerusakan jaringan paru terjadi akibat terbentuknya

metabolik oksigen yang merangsang sel PMN dan H2O2 melepaskan enzim proteolotikdan

enzim lisosom yang dapat merusak alveoli. Sedangkan resiko yang lain seperti retensi gas

karbondioksida dan atelektasis. Apabila O2 80-100% diberikan kepada manusia selama 8 jam

atau lebih, saluran pernafasan akan teriritasi, menimbulkan distres substernal, kongesti

hidung, nyeri tenggorokan dan batuk. Pemajanan selama 24-48 jam mengakibatkan kerusakan

jaringan paru. Pemberian O2 100% pada tekanan yang lebih tinggi berakibat tidak hanya

iritasi trakeobronkial, tetapi juga kedutan otot, bunyi berdering dalam telinga, rasa pening,

kejang dan koma.

TERAPI OKSIGEN 26

Page 27: TERAPI OKSIGEN

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Meditasi Dzikir. 2005. Stress and Health Solution. Web .12

Desember 2005. www.MedDzik.org

2. Astowo. Pudjo. 2005. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Bagian Pulmonologi

dan Kedokteran Respirasi. FKUI. Jakarta.

3. Blogspot. 2009. The Human Respiratory System. Blog Spot.Com. (http://anatomi-

tubuh-manusiadanhewan.blogspot.com/2009/05/sistem-pernapasan-pada-

manusia.html).

4. Ikawati, Z. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pernapasan. PDF. Rohsiswatmo,

R. 2010. Terapi Oksigen Pada Neonatus. Divisi Perinatologi Ilmu Kesehatan Anak

FKUI - RSCMk FKUI – RSCM. Jakarta.

TERAPI OKSIGEN 27