Terapi O2, Dr Rupii

download Terapi O2, Dr Rupii

of 10

Transcript of Terapi O2, Dr Rupii

Oleh : Dr. Rupii, SpAn Bagian/SMF Anastesi FK UNDIP RS Dr. Kariadi Semarang

PENDAHULUAN Oksigen (zat asam) adalah gas yang mutlak diperlukan dalam kehidupan manusia untuk berlangsungnya metabolisme di dalam tubuh manusia tersebut. Selain itu oksigen juga dapat dipergunakan untuk mengatasi beberapa keadaan yang patologis dalam tubuh. Sehingga dalam hal ini oksigen bertindak sebagai obat. Oleh karena itu pengetahuan tentang fisiologis oksigen dalam tubuh, cara pemberian oksigen sebagai obat dan efek samping dari oksigen sebagai obat harus diketahui.

Fisiologi oksigen dalam tubuh.Dalam udara bebas terdapat beberapa macam gas, antara lain oksigen (O2), gas asam arang (CO2), gas nitrogen (N2) dan uap air (H2O). Kadar gas oksigen di dalam udara kamar dimana manusia menghirup/bernafas setiap hari adalah 21% dengan tekanan parsial sekitar 159 mmHg (159torr). Gas oksigen yang dihirup tersebut akan sampai di alveoli dan mempunyai tekanan parsiel sebesar 104 mmHg. Selanjutnya gas oksigen dalam alveoli tersebut akan berdifusi ke kapiler darah yang menempel di dinding alveoli dan seterusnya ikut aliran darah ke seluruh tubuh untuk dibagikan pada sel-sel. Dalam keadaan normal oksigen yang ada di dalam darah ini mempunyai tekanan parsiel (PaO2 = tekanan parsiel oksigen dalam darah arteri) sebesar 100 mmHg.

Oksigen yang ada di dalam darah terdiri dari dua bentuk, yaitu :

1. Larut dalam plasma darah.Banyaknya oksigen yang terlarut dalam plasma darah tergantung dengan tekanan parsial oksigen. Dalam 100 cc darah maka yang terlarut adalah sebesar 0,003 ml per 1 mmHg tekanan parsial oksigen.

2. Terikat dengan hemoglobin (Hb)Hemoglobin yang mengikat oksigen disebut oksihemoglobin (HbO2). Kemampuan Hb mengikat O2 ditunjukkan sebagai derajat kejenuhan (saturasi = SaO2). Saturasi yang paling tinggi (jenuh) adalah 100%, artinya seluruh tangan Hb mengikat 02.Sebaliknya saturasi yang paling rendah adalah 0%, artinya tidak ada oksigen sedikitpun yang terikat oleh Hb. Dan Hb yang tidak berikatan dengan 02 disebut reduced Hb. Bila kadar reduced Hb 5 gr% akan terlihat sebagai sianosis. Bila saturasi Hb adalah jenuh, maka dalam 100 cc darah tiap gram Hb dapat mengikat 1,34 ml 02.

Kurve disosiasi oksihemoglobin Bila hubungan antara saturasi Hb (S02) dan tekanan parsiel 02 dalam darah arteri (Pa02) kita buat grafik dimana SO2 sebagai ordinat dan Pa02 sebagai absis maka akan terbentuklah suatu grafik seperti huruf S yang disebut sebagai kurve disosiasi koksihemoglobin (lihat gb.1 ).

Kurve Disosiasi Oksihemoglobin

Dalam kurve disosiasi oksihemoglobin yang normal akan terlihat bahwa : pada PaO2 100 torr maka SO2 adalah 97% pada PaO2 27 torr maka SO2 adalah 50%. PaO2 dimana SaO2 sebesar 50% disebut P50 artinya tekanan parsiel oksigen dalam darah sehingga saturasi Hb sebesar 50 %. Dalam keadaan normal maka P50 adalah 27 torr. Bila P50 lebih besar dari 27 torr, kurve disosiasi oksihemoglobin disebut bergeser ke kanan. Berarti agar Hb dapat mengikat 02 lebih banyak perlu Pa02 yang lebih tinggi dari biasanya. Dengan perkataan lain pada keadaan dimana kurve bergeser ke kanan maka Hb lebih sulit mengikat 02. Bila P50 lebih kecil dari 27 torr maka kurve disosiasi oksihemoglobin disebut bergeser ke kiri. Berarti Hb lebih mudah mengikat 02 tetapi agak sukar melepaskan ke jaringan/sel.

Hal-hal yang mempengaruhi kurve disosiasi oksishemoglobin.

1. Yang menyebabkan kurve bergeser ke kanana. Asidosis (yaitu pH tubuh < 7,4) b. Hipertemia c. Kadar 2,3 DPG (2,3 diphosphoglycerate) yang tinggi

2. Yang menyebabkan kurve bergeser ke kiri.a. Alkalosis (yaitu pH tubuh > 7,4) b. Hipotermia c. Kadar 2,3 DPG yang rendah

HIPOKSIA Yaitu suatu keadaan dimana sel/jaringan tubuh kekurangan oksigen. Penyebab dari hipoksia

1. Berkurangnya 02 yang dilepaskan ke jaringan.a. Hipoksia yang menyeluruh (global hipoxia) 1. Hipoksia arterial Kadar 02 dalam udara yang rendah Terganggunya oksigenasi dalam paru Shunting darah vena ke arteri

2. Hipoksia anemia Kadar Hb yang rendah Gangguan pada Hb 3. Hipoksia sirkulasi b. Hipoksia pada organ/daerah tertentu (regional hipoxia)

2. Kebutuhan 02 yang meningkata. Tiroktoksikosis b. Latihan yang berlebihan

3. Gangguan pada penggunaan 02 oleh jaringan/sel

Secara

praktis

hipoksia

dengan

berbagai

penyebab

tersebut

dapat

digolongkan menjadi 4 macam yaitu :

a)

Hipoksia hipoksemia.Pada keadaan ini hipoksia yang terjadi pada jaringan adalah akibat dari berkurangnya kandungan 02 dalam darah (hipoksemia) sehingga tidak cukup 02 yang dapat dilepaskan ke jaringan/sel/organ. Berkurangnya kandungan 02 dalam darah adalah sebagai akibat dari kurang cukupnya oksigenasi darah oleh paru.

b)

Hipoksia anemiaPada keadaan ini oksigenasi darah cukup baik tetapi zat pembawa 02 dalam darah (yaitu Hb) kurang jumlahnya.

c)

Hipoksia stagnasiPada keadaan ini oksigenasi dan pembawa 02 tidak banyak terganggu, tetapi aliran darah dimana Hb berada di dalamnya mengalami kelambatan.

d)

Hipoksia histotoksikPada keadaan ini gangguan terletak di jaringan/sel itu sendiri, dimana jaringan/sel mengalami kerusakan sehingga tidak dapat mengambil 02 yang disediakan oleh Hb/darah.

Berdasarkan gradasinya hipoksia terbagi menjadi : 1. Derajat ringan Mungkin terbatas setempat saja sehingga gejala sistemik tidak nampak jelas. Kalau disebabkan hippoksemia maka Pa02 biasanya kurang dari 80 torr. 2. Derajat sedang. Pada keadaan ini sudah terjadi kompensasi dari sistem aliran darah dan jantung (nadi cepat) dan sistem pernafasan (nafas yang cepat dan terengah-engah) dan gejala sistemik (cepat capai dan lemah, kurang konsentrasi, kurang koordinasi dalam gerakan, lamban). Dan bila akibat hipoksemia maka Pa02 kurang dari 60 torr. 3. Derajat berat Gejala yang timbul lebih jelas dan yang mencolok adalah

terganggunya kesadaran akibat berkurangnya 02 dalam susunan saraf. Dan bila terjadi hipoksemia maka Pa02 kurang dari 40 torr.

TUJUAN TERAPI OKSIGEN Mengatasi hipoksia atau mencegah agar tidak terjadi hipoksia dengan jalan mencukupi kandungan 02 dalam darah dengan harapan agar 02 yang dilepaskan ke sel/jaringan cukup.

PERHATIKAN ! TIDAK SEMUA HIPOKSIA DAPAT DIATASI ATAU DICEGAH HANYA DENGAN MEMBERIKAN 02, SEBAB TIDAK SEMUA HIPOKSIA SELALU HIPOKSEMIA. PEMBERIAN 02 AKAN

MENCAPAI SASARAN KALAU DISERTAI DENGAN MENANGANI PENYEBAB HIPOKSIA.

INGAT !! Syarat agar sel/jaringan mendapatkan 02 dengan cukup ialah : 1. Kadar 02 yang dihirup (Fi02 = fraksi inspirasi 02) cukup. 2. Fungsi respirasi adekuat Jalan nafas lancar/bebas. Volume tidal cukup. Frekuensi nafas cukup (sesuai dengan umur)

Irama nafas teratur Alveoli yang baik 3. Pengangkut 02 yang baik Kadar Hb cukup Bentuk dan sifat Hb yang baik Suasana dimana Hb berfungsi baik 4. Fungsi sirkulasi adekuat Volume cairan intra vaskuler cukup (preload). Kontraktilitas otot jantung baik Keadaan pembuluh darah baik (afterload) Frekuensi dan irama denyut jantung baik. 5. Sel/jaringan masih baik

INDIKASI TERAPI OKSIGEN 1. 2. Untuk mengatasi hipoksia pada beberapa keadaan. Untuk mencegah agar tidak terjadi hipoksia

TEKNIK DAN CARA PEMBERIAN OKSIGEN 1. Nasal kanula Biasanya tidak memerlukan humidifikasi pada gas 02 yang dialirkan, sebab humidifikasi dari nasopharing masih cukup baik (tidak terganggu). Kejelekannya adalah apabila aliran gas lebih dari 3 L/mnt akan mengakibatkan iritasi selaput lendir daerah hidung. 2. Nasal kateter Yaitu dengan menggunakan kateter hidung yang dipasang sampai daerah pharing. Biasanya digunakan untuk penderita yang gelisah sehingga tidak bisa dipasang nasal kanula atau masker. Perlu disertai dengan humidifikasi dan juga sering menyebabkan iritasi selaput lendir pharing. 3. Masker sederhana Konsentrasi 02 yang terhirup tergantung dengan pola pernafasan dan aliran gas 02

4.

Masker dengan kantong simpan Seperti masker sederhana hanya ditambahkan kantong yang bisa menampung aliran gas baik dari sumber gas atau yang dari udara kamar dan udara nafas. Ada dua macam yaitu : a. Yang tanpa disertai katup ekspirasi, jadi terjadi rebreathing b. Yang disertai katup ekspirasi sehingga tidak terjadi

rebreathing 5. Masker venturi Dengan alat ini maka konsentrasi gas 02 yang dihirup dapat diatur sesuai dengan kehendak kita dan sesuai dengan kebutuhan penderita. 6. Tenda oksigen Semacam tenda kecil yang melingkup bagian wajah penderita sehingga penderita dapat bernafas dari udara yang berada dalam tenda tersebut. 7. Alat bantu nafas. Selain memberikan 02, dengan alat ini sekaligus mengatasi persoalan yang mengganggu ventilasi paru.

Apapun teknik dan cara yang kita gunakan yang mutlak harus diperhatikan adalah kita harus mengetahui dan mengerti berapa persen konsentrasi 02 yang terhirup pasien dengan cara tersebut (Fi02). Jadi bukan secara otomatis biasanya begitu. Oleh karena itu untuk menentukan berapa Fi02 yang harus diberikan adalah dengan memantau apakah target/sasaran terapi 02 tercapai atau belum yaitu dengan oksimeter (Sa02) atau dengan menganalisa gas darah secara terus menerus.

Untuk itu dapat dipergunakan tabel seperti di bawah ini :

Cara Nasal kateter

Aliran 02 (L/mnt) 12 34 5-6 56 67 7-8 6 7 8 9 - 10 Aliran tetap 8 - 10 Sesuai dengan aturan alat

Konsentrasi (Fi02)% 24 28 30 35 38 44 40 50 60 60 70 80 90 99 24 35 40 0 - 100

Masker sederhana

Masker dengan kantong simpan Masker venturi Tenda oksigen Alat bantu nafas (ventilator)

BAHAYA DAN EFEK SAMPING TERAPI OKSIGEN 1. Kebakaran Walaupun 02 sendiri tidak terbakar tetapi dengan adanya 02 yang berlebihan dalam udara kamar akan mempercepat proses kebakaran bila ada sumber api. 2. Hipoksia Hal ini dapat terjadi bila pemberian 02 secara mendadak dengan tekanan yang tinggi. Dapat dihindari dengan jalan memberikan secara bertahap 3. Hipoventilasi Hal ini sering terjadi pada penderita dengan kelainan paru yaitu penyakit paru obstruksi menahun (PPOM). Pada penderita demikian pengendalian pusat nafas disebabkan oleh kadar 02 dalam darah yang rendah (hipoksemia). Sehingga apabila keadaan hipoksemia dihilangkan maka pusat nafas tidak ada yang merangsang yang akan berakibat hipoventilasi bahkan sampai

henti nafas (apneu). Oleh karena itu pemberian 02 pada penderita demikian harus hati-hati yaitu dengan memberikan secara bertahap. Mulai dari konsentrasi rendah yang dinaikkan secara pelan dan bertahap sambil memantau keadaan penderita dengan pegangan bahwa keadaan umum penderita membaik tetapi masih tetap bernafas seperti biasanya. 4. Atelektasis paru Hal ini terjadi apabila konsentrasi 02 yang diberikan sangat tinggi (hampir 100%) dalam jangka waktu yang lama. Akibatnya gas N2 akan terusir dari alveoli sehingga dinding alveoli tidak dapat teregang lagi dan akhirnya kolap. Pencegahannya ialah jangan memberikan 02 dengan konsentrasi 100% lebih dari 24 jam. 5. Keracunan oksigen Ada dua macam yaitu : a. Keracunan yang menyeluruh Yaitu disebabkan karena Pa02 yang lebih dari 100 torr dalam jangka waktu yang lama (bervariasi uantuk tiap individu). Pada yang akut bisa terjadi kejang-kejang. Pada yang kronis gejalanya berupa nyeri dibelakang tulang dada, nyeri sendi, kesemutan, mual muntah, nafsu makan menurun. Pada bayi prematur dapat terjadi kebutaan yang disebut retrolental fibroplasia, yaitu terjadi penyempitan pembuluh darah di retina mata sehingga retina mengalami fibrosis. b. Keracunan setempat Sel epitel kapiler paru akan mengalami kerusakan yang mengakibatkan gangguan difusi gas.

PENCEGAHAN 1. Jangan memberikan 02 dengan konsentrasi > 50% lebih dari 48 jam. 2. Setiap pemberian 02 dengan konsentrasi tinggi harus disertai pemantauan Pa02.

KESIMPULAN 1. Oksigen harus dipandang sebagai obat. Maka dosis yang tepat, carak pemberian yang tepat dan indikasi yang tepat harus diketahui. 2. Untuk mengatasi hipoksia tidak cukup hanya dengan memberikan 02 saja, tetapi harus disertai dengan langkah-langkah mengatasi penyebab hipoksia. 3. Sebelum memulai memberikan 02, kondisi jalan nafas dan ventilasi paru harus dalam keadaan baik. 4. Pada setiap pemberian 02, harus selalu disertai pemantauan terhadap keadaan penderita. Ingat efek samping dari oksigen dan apa target pemberian 02.