kimia material O2

download kimia material O2

of 27

description

pemucatan minyak sawit yangg telah diaktifasi

Transcript of kimia material O2

PEMUCATAN MINYAK DENGAN CLAY YANG DIAKTIVASI

I. TUJUAN Mempelajari kemampuan mineral clay dalam proses pemucatan minyak sawit dan analisis dari minyak yang telah dipucatkan.

II. TEORIMenurut ahli mineralogi, mineral clay adalah mineral silikat berlapis (pilosilikat) atau mineral lain yang bersifat liat (plasticity) dan mengalami pengerasan saat dipanaskan atau dalam keadaan kering. Mineral clay pada dasarnya tersusun dari alumina silikat dengan logam lain berupa SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO dan MgO. Struktur dari mineral clay terdiri dari oktahedral dari alumunium dan magnesium yang berkombinasi dengan silika tetrahedral yang tersusun secara renik.Kemampuan clay sebagai adsorban sangat ditentukan oleh jenisnya terutama kandungan SiO2 dan Al2O3. Mineral clay berbentuk padatan berpori dengan rongga berukuran molekuler mempunyai struktur yang sedemikian rupa dapat digunakan sebagai adsorban.Hoffman menyatakan bahwa mineral clay bila dikontakkan dengan asam organik akan terjadi penghilangkan macam-macam mineral dan memperbesar pori. Bile mineral clay dididihkan dengan asam sulfat atau asam klorida, maka akan terbentuk permukaan clay yang aktif dimana pada mulanya tertutup oleh garam-garam mineral.Minyak sawit terdiri dari persenyawaan trigliserida dan nontrigliserida. Komponen utama trigliserida terdiri dari gliserol yang berikatan dengan asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh dengan C lebih kecil dari C pada asam laurat C11H23COOH bersifat mudah larut dalam air meskipun pada suhu 100oC. Asam lemak dengan C4, C6, C8 dan C10 mudah menguap dengan adanya uap air sedangkan laurat (C12) dan miristat (C14) sedikit mudah menguap. Asam berbobot molekul rendah (asam lemak tak jenuh) lebih mudah terlarut dalam etil alkohol dibandingkan asam lemak berbobot molekul tinggi (asam lemak jenuh). Berikut ini adalah tabel karakteristik dan komposisi minyak sawit :Keterangan Range nilai

Karakteristik Angka iod 49,2-58,9

Angka penyabunan 200-205

Asam lemak jenuh (% berat) Miristat 0,5-6

Palmitat 32-45

Stearat 2-7

Asam lemak tak jenuh (% berat) Hexadecenoat 0,8-1,8

Oleat 38-52

Linoleat 5-11

Senyawa non trigliserida antara lain: monogliserida, digliserida, fosfatida, karbohidrat, turunan karbohidrat, protein dan bahan-bahan berlendir atau getah serta zat-zat berwarna yang memberikan warna serta rasa dan bau yang tidak diinginkan. Dalam proses pemurnian dengan penambahan alkali (proses penyabunan) beberapa senyawa nontrigliserida ini dapat dihilangkan, kecuali beberapa senyawa seperti karoten, xantofil, tokoferol, sterol dan fosfatida. Minyak sawit terdiri dari 0,2-1% berat bahan tak tersabunkan, termasuk zat warna karoten 0,05-0.2%, tokoferol 0,003-0,11% dan sisanya sterol, fosfolipid dan alkohol.Zat warna dalam minyak dibagi menjadi dua golongan : 1. Zat warna alamiah Zat warna ini antara lain adalah karoten, xantofil, klorofil dan antosianin. Karoten merupakan hidrokarbon tidak jenuh yang menyebabkan warna merah jingga, oranye atau kuning dan bersifat larut pada minyak. Karoten bersifat tidak stabil pada suhu tinggi dan suasana asam, jika minyak dialiri uap panas maka warnanya akan hilang. Karoten dapat dipucatkan dengan proses oksidasi.2. Zat warna hasil oksidasi dan degradasia. Warna gelapBeberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya warna gelap antara lain : Tekanan dan suhu pemanasan yang terlalu tinggi pada waktu pengepresan dengan cara hidrolik, sehingga sebagian minyak teroksidasi. Bahan pelarut untuk ekstraksi. Misal : campuran pelarut petroleum-benzen menghasilkan warna lebih cerah dibandingkan dengan pelarut benzol, heksan dan lain-lain. Logam Fe, Cu dan Mn menimbulkan warna gelap. Oksidasi terhadap fraksi tidak tersabunkan, terutama oksidasi tokoferol (antioksidan) menghasilkan warna kecoklatan. b. Warna coklat Warna ini biasanya terdapat pada minyak yang berasal dari bahan busuk atau memar. Selain itu dapat terjadi karena reaksi molekul karbohidrat dengan gugus pereduksi seperti aldehid serta gugus amin dari molekul protein akibat aktivitas enzim. Pemucatan minyak adalah proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Proses ini dapat dilakukan dengan cara : 1. Adsorpsi Adsorben yang digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari bleaching earth dan karbon aktif. Zat warna, suspensi koloid dan hasil degradasi minyak seperti peroksida akan diserap pada permukaan adsorben. 2. Pemanasan Pemucatan dilakukan dalam ruangan vakum pada suhu tinggi. Sebelum pemanasan, sebaiknya minyak dibebaskan dari ion logam besi, sabun dan hasil oksidasi seperti peroksida. Namun cara ini kurang efektif terhadap minyak yang mengandung pigmen klorofil. 3. Reduksi Bahan kimia yang dapat mereduksi warna terdiri dari garam bisulfit atau natrium hidrosulfit. Pemucatan minyak dengan cara ini tidak efektif karena jika minyak terkena udara maka warna akan timbul kembali. 4. Oksidasi Oksidasi terhadap zat warna mengakibatkan asam lemak tak jenuh memiliki kecenderungan untuk membentuk peroksida karena proses ini. Bahan yang dapat digunakan sebagai pemucat adalah persenyawaan peroksida dikromat, ozon, klorin, klorin oksida dan udara. Berbagai jenis minyak akan mengalami perubahan bau dan rasa sebelum terjadi proses ketengikan seiring dengan berjalannya waktu. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketengikan adalah : 1. Ketonik Ketengikan ini timbul akibat jamur dengan adanya sedikit oksigen dan air yang membebaskan asam lemak jenuh rantai pendek, yang kemudian akan teroksidasi membentuk karbon non metil keton dan alkohol alifatik. 2. Hidrolisa Ketengikan ini disebabkan hidrolisa trigliserida dengan adanya uap air dan enzim sehingga membebaskan FFA (free fatty acids). FFA ini (kaprat, laurat, mistirat) menyebabkan bau tidak enak. Berikut merupakan reaksi minyak laurat dengan menjadi asam laurat dengan enzim lipase : Minyak laurat + H2O digliserida + asam laurat 3. Oksidasi Oksidasi lemak dimulai dengan pembentukan produk intermediet termasuk peroksida dan hidroperoksida. Setiap satu ikatan asam lemak tak jenuh dapat mengabsorpsi dua atom oksigen sehingga terbentuk senyawa peroksida yang labil.Salah satu cara untuk mengetahui karakteristik dari minyak melalui tes angka penyabunan. Angka penyabunan adalah jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 gr minyak. Jika trigliserida mengandung asam lemak berberat molekul rendah maka angka penyabunan akan semakin tinggi demikian pula sebaliknya.

III. PROSEDUR PERCOBAAN3.1 Alat dan Bahan3.1.1 Alat dan FungsiNo.AlatFungsi

1.Lempung Wadah untuk menghaluskan clay

2.Beker gelasWadah zat

3.Pendingin tegakUntuk mengalirkan uap panas

4.Kolom Untuk proses absorpsi

5.Buret Wadah titran

6.Pengayak Untuk menghaluskan clay

7.Erlenmeyer Wadah titrat

8.Pipet Untuk mengambil larutan

9.Gelas ukurUntuk mengukur zat pada volume tertentu

10.Neraca analisisUntuk menimbang zat

3.1.2 Bahan dan FungsiNo.BahanFungsi

1.Mineral claySebagai adsorban

2.Minyak sawitSebagai sampel

3.KOHSebagai zat pentiter

4.H2SO4 Untuk mengaktivasi clay

5.HClSebagai zat pentiter

6.Na2SO3Sebagai zat pentiter

3.2 Cara Kerja Mineral yang telah diaktifasi diukur angka DOBI nya angka asam lemak bebas, angka penyabunan, dan angka peroksida asam.A. Penentuan Angka Asam Lemak Bebas10 g minyak ditambahkan 50 mL alkohol netral 95%. Dipanaskan 10 menit dalam penangas air sambil diaduk dan ditutup dengan pendingin tegak. Setelah didinginkan dititrasi dengan KOH 0,1 N. Ditambahkan indikator pp sampai timbul warna merah jambu yang tidak hilang dengan pengocokan.B. Penentuan Angka Penyabunan2 g minyak ditambahkan 25 mL KOH 0,5 N alkoholik dimasukkan dalam erlenmeyer. Ditutup dengan pendingin balik dan dididihkan sampai minyak tersabunkan secara sempurna ditandai dengan tidak adanya butir-butir minyak dalam larutan. Setelah didinginkan kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N dengan menggunakan indikator pp. Titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna merah jambu. Dilakukan titrasi untuk blanko.C. Penentuan Angka Peroksidasi Minyak5 g minyak ditambahkan dengan 30 mL campuran (20 mL asam asetat + 55 mL kloroform + 25 mL alkohol). Ditambahkan 1 g KI dan ditutup dengan plastik hitam dan dishaker selama 30 menit. Setelah itu ditambahkan 50 mL akuades yang telah dididihkan. Dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,002 N sampai larutan berwarna kuning pucat. Ditambahkan indikator kanji dan dilanjutkan titrasi sampai hilang warna biru. Dilakukan hal yang sama untuk blanko.

3.3 Skema KerjaA. Perlakuan Terhadap Minyak Clay yang DiaktivasiClay yang sudah diaktivasi

ditimbang 2,5 g. dimasukkan ke dalam kolom.

Minyak sampel

dimasukkan ke dalam kolom. ditampung.

Minyak pucat

ditentukan angka DOBI, angka asam dan bilangan penyabunan.

Data

B. Penentuan Angka Asam Lemak Bebas10 g minyak

ditambahkan 50 mL alkohol netral 95%. dipanaskan 10 menit sambil diaduk dengan pendingin tegak. didinginkan.

Minyak + alkohol

ditambahkan indikator pp. dititrasi dengan KOH 0,1 N.

Data

C. Penentuan Angka Penyabunan2 g minyak

ditambahkan 25 mL KOH 0,5 N alkoholik dalam erlenmeyer. ditutup dengan pendingin balik dan didihkan. didinginkan. ditambahkan indikator pp. dititrasi dengan HCl 0,5 N. dilakukan titrasi untuk blanko.

Data

3.4 Skema Alat1. Proses pemucatanKeterangan:1. Standar2. Klem3. Kolom4. Minyak5. Tanah liat6. Kapas7. Erlenmeyer

2174653

2. Proses PendidihanKeterangan:1. Pendingin tegak2. Erlenmeyer 3. Wadah berisi air panas4. Pemanas

1

2

3

4

3. Proses Titrasi

Keterangan:1. Standar 2. Klem 3. Buret 4. Erlenmeyer

2143

IV. DATA DAN PERHITUNGAN4.1 Dataa. Penentuan Angka Asam Lemak BebasMassa minyak = 10 gVolume alkohol 95%= 50 mLVolume KOH 0,1N = 1,5 mLb. Penentuan Angka PenyabunanMassa minyak = 2 gVolume KOH 0,5N = 25 mLVolume HCl= 10,4 mLVolume blanko = 19,8 mL4.2 Perhitungana. Penentuan Angka Asam Lemak bebas

= 0,308 %b. Penentuan Angka penyabunan

= 131,6Praktikum Kimia MaterialTahun Ajaran 2013/2014

V. Pemucatan Minyak dengan Clay yang Diaktivasi

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN6.1 Pengamatan Setiap Langkah KerjaNo.Langkah Kerja dan ReaksiFotoPengamatanAnalisis

1.Clay dihaluskan dalam lumpang dan ditambahkan dengan H2SO4 : HCl (1 : 1)

Permukaan clay lebih halus.Clay dihaluskan agar permukaannya menjadi lebih luas. Penambahan asam kuat bertujuan agar pori-pori clay yang tertutup akan terbuka sehingga adsorbannya semakin aktif.

2.Minyak dilewatkan pada kolom berisi clay yang telah diaktivasi.

Terjadi pemucatan warna.Pemucatan warna terjadi karena senyawa -karoten yang diserap oleh clay harus dihilangkan karena akan teroksidasi sehingga menghasilkan radikal bebas yang bersifat karsinogenik apabila senyawa ini dipanaskan.

a. Penentuan angka asam lemak bebas

1.10 g minyak ditambahkan dengan 50 ml alkohol netral 95 %.

Timbul butiran-butiran minyak pada larutan.Penambahan alkohol bertujuan agar terjadi reaksi hidrolisis yang akan mengubah ester menjadi asam lemak bebas.

2.Campuran dipanaskan dalam penangas air sambil diaduk dengan pendingin tegak selama 10 menit.

Hilangnya butiran-butiran minyak pada larutan. Pemanasan dilakukan agar asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak terlepas.

3.Campuran ditambahkan dengan indikator pp dan dititrasi dengan KOH 0,1 N.

Titrasi dihentikan sampai campuran berwarna pink seulas.Perubahan warna yang terjadi menandakan pH mendekati netral.

b. Penentuan angka penyabunan

1.2 g minyak ditambahkan dengan 25 ml KOH 0,5 N alkoholik.

Timbul butiran-butiran minyak pada larutan.KOH alkoholik digunakan sebagai pelarut karena minyak dapat larut dalam alkohol.

2.Campuran dipanaskan dalam penangas air sambil diaduk dengan pendingin tegak.

Butiran-butiran minyak pada larutan hilang.Pemanasan dilakukan untuk mempercepat terjadinya reaksi.

3.Campuran ditambahkan dengan indikator pp dan dititrasi dengan HCl 0,5 N.

Titrasi dihentikan sampai warna pink pada campuran hilangPerubahan warna yang terjadi menandakan pH mendekati netral.

5.2 Pengamatan Sifat Fisik dan Hasil AkhirNo.Langkah Kerja dan ReaksiFotoPengamatanAnalisis

1.Penentuan angka asam lemak bebas.ROH+Trigliserida

+ gliserol

KOH+

Larutan berwarna pink muda.Asam lemak bebas yang dihasilkan 0,266%. Nilainya lebih kecil dari nilai standar ( 0,3 % mengandung lemak jenuh dan < 0,3% mengandung lemak tidak jenuh. Semakin kecil angka asam lemak bebas dalam minyak, maka minyak tersebut semakin baik kualitasnya. Pada penentuan angka penyabunan, KOH alkoholik digunakan sebagai pelarut karena minyak dapat larut dalam alkohol tetapi tidak dapat larut dalam air. Penentuan angka penyabunan digunakan untuk melihat kandungan ester yang terdapat dalam minyak. Kandungan ester tersebut akan menentukan kualitas mutu minyak. Standart mutu angka penyabunan yang baik berdasarkan SNI adalah sebesar 196-206. Dari hasil percobaan diperleh angka penyabunan sebesar 131,6.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN6.1 KesimpulanDari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :a. Proses aktivasi clay bertujuan untuk membuka pori clay sehingga daya serapnya tinggi.b. Prinsip dari percobaan ini yaitu adsorpsi, pertukaran ion dan titrasi.c. Angka asam lemak bebas yang diperoleh yaitu sebesar 0,308 %.d. Angka penyabunan yang diperoleh yaitu sebesar 131,6.

6.2 Saran Untuk praktikan selanjutnya disarankan agar :a. Memahami prinsip dan prosedur percobaan.b. Hati-hati dan teliti dalam melakukan langkah percobaan.c. Menggunakan alat pelindung diri.

Lampiran 1.1 TUGAS PRAKTIKUM1. Yang terjadi jika mineral clay diaktifkan:Jika mineral clay diaktifkan maka akan terjadi penghilangan logam-logam mineral dan membuka pori-pori. Logam-logam tersebut akan larut karena adanya asam-asam kuat yang melarutkannya. Ion H+ akan mengaktifkan kedudukan ion K+, Na+, Ca2+, Al3+ pada posisi octahedral dan bertukar lalu masuk ke dalam pori. Dengan penggantian tempat ini mineral clay akan memiliki daya serap lebih tinggi karena luas permukaannya lebih besar dan pori-porinya lebih kecil sehingga molekul-molekul yang ukurannya lebih besar daripada ukuran pori akan lebih banyak tertahan.2. Rumus umum clay:Komponen dasar penyusun clay adalah silica tetrahedral (SiO44-)dan alumina tetrahedral (AlO45-) dengan rumus umum:Mx/n [(AlO2)x (SiO2)y]. mH2O.Dimana:M: Ikatan bervalensi nAlO2)x (SiO2)y: Kerangka zeolit yang bermuatan negatif.H2O: Molekul air yang terhidrat dalam kerangka zeolit.3. Alasan clay dapat digunakan sebagai adsorben:Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain, dalam hal ini digunakan clay. Clay dapat digunakan sebagai adsorben (bahan penyerap) dikarenakan struktur permukaan clay yang berpori akibat terhidrasi sehingga memungkinkan untuk menyerap molekul-molekul yang ukurannya lebih kecil daripada pori-pori clay tersebut. Banyak atau sedikitnya zat yang teradsorpsi tergantung pada luas permukaan zat pengadsorbsi (clay), di mana semakin luas permukaan maka semakin banyak zat yang diserap.4. Proses yang terjadi ketika clay + H2SO4 +HCl adalah clay yang pada awalnya kering menjadi basah dan timbul asap serta gelembung halus dikarenakan terjadinya reaksi eksoterm. Penambahan asam yang berkonsentrasi tinggi akan melarutkan bahan-bahan anorganik maupun organik yang terdapat pada clay sehingga clay menjadi lebih aktif (teraktivasi). Proses aktivasi pada clay menyebabkan terjadinya perubahan perbandingan Si/Al, luas permukaan meningkat dan terjadi peningatan porositas pada clay. Akibatnya, kemampuan adsorbsi clay akan meningkat dan lebih efisien dalam pemurnian minyak.5. a. Reaksi yang terjadi pada penentuan angka asam lemak bebas:Banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu lemak atau minyak dinyatakan dengan bilangan asam. Bilangan asam merupakan jumlah milligram KOH yang diperlukan agar dapat menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram lemak atau minyak.Proses dan reaksi: Mula-mula dilarutkan minyak dengan alkohol netral panas. Alkohol netral digunakan sebagai pelarut netral agar tidak mempengaruhi pH karena titrasi yang dilakukan adalah titrasi asam-basa. Pemanasan bertujuan untuk meningkatkan kelarutan asam lemak bebas, asam lemak bebas merupakan hasil degradasi atau hidrolisis minyak. Reaksi:Trigliserida + 3 H2O Asam lemak + Gliserol Selanjutnya ditambahkan fenolftalein (PP) sebagai indikator kemudian dititrasi dengan KOH. Reaksi yang terjadi adalah reaksi asam dengan basa menghasilkan garam, yaitu:C17H29COOH + KOH C17H29COOK + H2Ob. Reaksi yang terjaid pada penentuan angka penyabunan:bilangan penyabunan adalah bilangan yang menyatakan jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Angka penyabunan menunjukkan berat molekul lemak atau minyak berdasarkan panjang atau pendeknya rantai karbon asam lemak. Semakin panjang rantai (molekul besar) maka bilangan penyabunan semakin kecil dan sebaliknya jika rantai pendek maka bilangan penyabunan besar.Proses dan reaksi:Minyak ditambah KOH alkoholik dan dipanasakan kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N. KOH alkoholik merupakan KOH dengan pelarutnya alkohol sehingga dapat mudah melarutkan asam lemak yang terbentuk.6. Jenis adsorben yang lainnya selain clay:a. Adsroben berdasarkan penggunaannya secara komersial: Adsorben polar, contoh: silica gel, alumina aktif dan zeolite. Adsroben nonpolar, contoh: polimer adsorben dan karbon aktif.b. Adsorben flyash (abu terbang). Kandungan utama flyash adalah SiO2 dan CaO.c. Abu sekam padi.7. Alasan digunakan KOH dan HCl sebagai pentiter:a. Pada penentuan asam lemak bebas dilakukan titrasi dengan KOH. KOH akan menetralkan asam lemak bebas sehingga volume KOH yang terpakai dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi asam lemak bebas dalam minyak.b. Pada penentuan angka penyabunan dilakukan titrasi dengan HCl. HCl digunakan untuk menetralkan kelebihan OH-. Volume HCl yang terpakai untuk menetralkan kelebihan OH- digunakan untuk menentukan besarnya angka penyabunan.

Lampiran 1.2 JURNALJudul JurnalPemanfaatan abu sekam padi sebagai pemucat minyak kelapa, minyak wijen dan minyak kelapa sawit.Skema Kerjaa. Pemucatan optimumMinyak kelapa, minyak wijen dan minyak kelapa sawit

diencerkan dengan heksana pada konsentrasi 100 % - 75 % dengan interval 5 %.

Minyak kelapa sawit dari berbagai tingkat pengenceranMinyak kelapa dan minyak wijen dari berbagai tingkat pengenceran

dialirkan melalui kolom pemisah. dicampur dengan abu sekam padi yang telah diabukan. diaktifkan dengan asam sulfat.

absorbansi

abu asam/absorbansi filtrat dikonversi dengan kurva standar. diukur pada = 445 nm.

diukur pada = 278 nm (minyak kelapa) diukur pada = 280 nm (minyak wijen)

data

data

b. Pengukuran asam lemak bebas dengan kromatografi gassampel

disaponifikasi dengan KOH alkoholik. dibebaskan asam lemaknya dengan petroleum eter. dimetilasi dengan BF.

standar dan contoh

disuntikkan sebanyak 5 l dengan suhu injektor 210 oC, suhu awal 120 oC dan volume ekstrak awal 10 ml. dinaikkan suhu sebesar 8 oC permenit selama 75 menit.

data

Analisis metoda yang dipakaiPemucatan minyak kelapa sawit dilakukan dengan modifikasi metode pemucatan yang dikembangkan oleh Gopala Krishna (1992) dengan meniadakan pengaruh panas. Pengukuran asam lemak bebas dilakukan dengan metode kromatografi gas. Analisis hasil yang didapatMineral yang paling berperan dalam proses pemucatan oleh abu sekam padi adalah alumunium. Minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan minyak wijen yang telah dipucatkan dengan abu sekam padi tidak mengalami perubahan komposisi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Abu sekam padi tidak menyebabkan perubahan bilangan asam yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa proses hidrolisis minyak akibat pemucatan dengan abu sekam padi dapat diimbangi oleh kemampuan abu sekam padi untuk mengadsorpsi asam lemak bebas.Kelebihan jurnal dibandingkan praktikumPada penelitian ini digunakan tiga jenis minyak yang berbeda sehingga dapat dilakukan perbandingan terhadap efek pemucatan dan angka asam lemak bebas yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Budhikarjono, Kusno. PERBAIKAN KUALITAS MINYAK SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU SABUN MELALUI PROSES PEMUCATAN DENGAN OKSIDASI. Jurnal Teknik Kimia Vol.1, No.2, April 2007.

[2] Ketaren, S. 1986. PENGANTAR TEKNOLOGI MINYAK DAN LEMAK PANGAN. Jakarta : UI Press.

[3] Manullang, Monang dan Sacra, Fiametta. PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI PEMUCAT MINYAK KELAPA, MINYAK WIJEN DAN MINYAK KELAPA SAWIT. Bul. Tek. Dan Industri Pangan Vol.VI No.1 Tahun 1995.

[4] Pasaribu, Nurhida. 2004. MINYAK BUAH KELAPA SAWIT. Available at www.library.usu.ac. id.

[5] Tan, K.H. 1998. DASAR-DASAR KIMIA TANAH. Yogyakarta : UGM.