Pengaruh O2 Fix

24
1. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui beberapa macam kelompok mikroorganisme, mengetahui cara membedakannya, mengetahui cara mengujinya, mengetahui media yang tepat dalam pengujian suatu mikroorganisme, dan mengetahui contoh mikroorganisme menurut masing-masing kelompok. 2. TINJAUAN PUSTAKA Diklasifikasikan dari kebutuhannya terhadap sumber oksigen, mikroba dapat di bedakan menjadi 2 kelompok besar yaitu : a. Golongan aerobik, yaitu mikroba yang menjadi pengguna oksigen bebas sebagai aseptor tunggal hidrogen terakhir didalam proses respirasi b. Golongan anaerobik, yaitu mikroba yang tidak dapat menggunakan oksigen bebas sebagai aseptor hidrogen terakhir di dalam proses respirasi, tetapi harus dalam bentuk senyawa kimia, misalnya asam nitrat. (Suriawiria, 2005, 55:172) Beberapa v ariasi kehidupan mikroba berdasar kebutuhan oksigen tersebut antara lain : a. Golongan mikroaerofilik, yaitu golongan mikroba yang membutuhkan oksigen dalam jumlah yang sangat kecil. 1

description

laporan mikrobiologi pangan

Transcript of Pengaruh O2 Fix

Page 1: Pengaruh O2 Fix

1. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui beberapa macam

kelompok mikroorganisme, mengetahui cara membedakannya, mengetahui cara

mengujinya, mengetahui media yang tepat dalam pengujian suatu mikroorganisme, dan

mengetahui contoh mikroorganisme menurut masing-masing kelompok.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Diklasifikasikan dari kebutuhannya terhadap sumber oksigen, mikroba dapat di bedakan

menjadi 2 kelompok besar yaitu :

a. Golongan aerobik, yaitu mikroba yang menjadi pengguna oksigen bebas sebagai

aseptor tunggal hidrogen terakhir didalam proses respirasi

b. Golongan anaerobik, yaitu mikroba yang tidak dapat menggunakan oksigen bebas

sebagai aseptor hidrogen terakhir di dalam proses respirasi, tetapi harus dalam

bentuk senyawa kimia, misalnya asam nitrat. (Suriawiria, 2005, 55:172)

Beberapa variasi kehidupan mikroba berdasar kebutuhan oksigen tersebut antara lain :

a. Golongan mikroaerofilik, yaitu golongan mikroba yang membutuhkan oksigen dalam

jumlah yang sangat kecil.

b. Golongan fakultatif anaerobik, yaitu mikroba yang secara terbatas dapat hidup dalam

keadaan aerobik ataupun anerobik.

c. Golongan kapnofilik, yaitu mikroba yang memerlukan oksigen dengan kadar rendah

dan membutuhkan karbondioksida dengan kadar tinggi. (Suriawiria, 2005, 55:172)

Pertumbuhan mikroorganisme sesuai dengan kebutuhan O2 yang ditumbuhkan di dalam

agar tegak dapat menunjukkan tipe mikroorganisme tersebut :

1. Apabila mikroorganisme tumbuh di atas agar saja maka mikroorganisme

tersebut termasuk golongan aerobik.

2. Apabila mikroorganisme tumbuh di tengah agar saja maka mikroorganisme

tersebut termasuk golongan mikroaerofilik.

1

Page 2: Pengaruh O2 Fix

2

3. Apabila mikroorganisme tersebut tumbuh dikeseluruhan agar maka

mikroorganisme tersebut termasuk golongan fakultatif anaerobik.

4. Apabila mikroorganisme tersebut tumbuh di bawah agar saja maka

mikroorganisme tersebut termasuk golongan anaerobik.

(Suriawiria, 2005, 56:172)

Garam anorganik ditambahkan pada pangan dilakukan dengan tujuan untuk

mempengaruhi jumlah oksigen yang tersedia, karena mereka bertindak sebagai agen

pengoksidasi atau pereduksi. Hal ini mampu meningkatkan jumlah oksigen yang

tersedia, karena salah satu peran garam anorganik tersebut adalah sebagai agen

pengoksidasi. (P. M. Gaman & K. B. Sehrrington, 1994, 249 : 317)

Mikroorganisme termasuk golongan aerobik apabila hanya dapat tumbuh dengan

adanya oksigen bebas dan disebut anaerobik fakultatif bila dapat tumbuh dengan atau

tanpa adanya oksigen bebas. Karena oksigen senditi bersifat racun terhadap

mikroorganisme anaerobik maka untuk menumbuhkannya diperlukan teknik khusus.

Karena derajat toleransi tehadap oksigen bagi mikroorganisme anaerobik berbeda-beda

maka metode yang digunakan untuk setiap mikroorganisme anaerobik juga berbeda-

beda pula. (Hadioetomo, 1993, 122 : 163)

Berbagai teknik telah diciptakan untuk memelihara bakteri anaerob. Salah satu metode

yang biasa digunakan untuk memelihara bakteri anaerob adalah dengan cara

menambahkan agen pereduksi yang akan mengurangi oksigen yang ada seperti natrium

tioglikolat dengan cara bereaksi dengan oksigen bebas yang ada di dalam medium. Di

keadaan lain, digunakan peralatan khusus untuk memisahkan oksigen secara mekanik

dengan mengganti atmosfer dengan hidrogen (H2O) atau karbondioksida (CO2). (Volk

& Wheeler, 1993, 38 : 396)

Cara menumbuhkan kultur anaerobik ada 2 pendekatan yang biasa dipakai, yakni:

1. Menghilangkan oksigen dari medium atau lingkungan tempat hidup dari

mikroorganisme tersebut

Page 3: Pengaruh O2 Fix

3

2. Membuat agar tegangan oksidasi-reduksi (O-R) didalam sistem pembiakannya

terjaga rendah sehingga biakan terlindungi dari pengaruh toksik O2 .

(Hadioetomo, 1993, 122 : 163).

Pendekatan pertama yaitu dengan cara meniadakan oksigen dari medium dapat

dilakukan dengan menggunakan pirogallol dan natrium hidroksida (NaOH). Pirogallol

digunakan sebagai agen pereduksi yang akan mengikat oksigen bebas yang ada, bila

diaktivasikan dengan natrium hidroksida, sehingga oksigen di dalam tabung dapat

ditiadakan. Dan pendekatan yang kedua yang bertujuan untuk menurunkan tegangan O-

R (Eh) medium dapat dilakukan dengan mencampurkanya zat pereduksi sodium

tioglikolat didalam medium biakan bakteri. Prinsip ini juga hampir sama dengan

pendekatan pertama yaitu dengan adanya zat pereduksi maka oksigen bebas yang ada

akan diikat. (Hadioetomo, 1993, 122 : 163).

Pembuatan lingkungan anaerob juga dapat dilakukan dengan menggunakan sistem

anaerobik Gaspak. Sisem anaerobik gaspak menggunakan amplop berisi pembangkit

hidrogen + karbon dioksida dan katalis palladium suhu kamar. Langkah pertama yang

harus dilakukan jika kita menggunakan sistem anaerobik Gaspak adalah dengan cara

menambahkan air kedalam amplop gaspak dan hidrogen akan membentuk air dan

kemudian menghasilkan keadaan anaerobik. Amplop gaspak menciptakan

karbondioksida dalam volume yang cukup untuk menunjang pertumbuhan

mikroorganisme anaerobik. Pita indikator anaerobik (secarik pita yang diberi larutan

biru metilen sampai jenuh) akan berubah warna dari biru menjadi tak berwarna bila

tidak terdapat oksigen yang menandakan bahwa lingkungan tersebut bersifat anaerobik.

(Pelczar, 1986, 143 : 443).

Escherichia coli merupakan bakteri yang menjadi penghuni lokal dalam saluran

pencernaan manusia an hewan, maka digunakan secara luas sebagai indikator

pencemaran. Bakteri ini mengakibatkan banyak infeksi pada saluran pencernaan manisa

dan hewan serta menjadi penyebab penyakit pada beberapa tanaman. (Pelczar, 1986,

169 : 443)

Page 4: Pengaruh O2 Fix

4

Escherichia coli merupakan bakteri yang memiliki flagella pertirikus. Dan apabila

flagella dari Escherichia coli tersebut berputar berlawanan dengan arah jarum jam,

maka flagella berkumpul dan bergerak searah. Sedangkan jika flagella berputar searah

dengan jarum jam, maka flagella terlepas dan Escherichia coli tersebut akan bergerak

secara acak. (Purwoko, 2007, 247 : 285)

Streptococcus merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri morfologi berbentuk bulat dan

hidup berpasang-pasangan. Streptococcus hidup berpasangan dengan membentuk rantai

panjang maupun rantai pendek tergantung dari spesies dan kondisi tempat Streptococcus

tersebut tumbuh. Bakteri ini juga dapat menghasilkan asam laktat secara cepat pada

kondisi anaerobik karena bersifat homofermentatif. (Fardiaz, 1992, 163-164 : 320).

Plate count agar (PCA) adalah media pertumbuhan mikroorganisme yang umum

digunakan untuk menilai dan memantau "total" atau pertumbuhan bakteri dari suatu

sampel. PCA bukan merupakan media selektif. Komposisi dari PCA biasanya berisi

0,5% pepton, Ekstrak ragi 0,25%, 0,1% glukosa, dan 1,5% agar-agar. Pertumbuhan

mikroorganisme pada media PCA disesuaikan dengan pH netral pada suhu 25o-300C

(Faircloth, 2008).

Nutrient Agar (NA) adalah media yang paling baik jika digunakan untuk media

pertumbuhan khamir dan bakteri. NA memiliki kemampuan untuk menghambat

bergerombolnya koloni dari mikroba yang diinokulasi ke dalamnya sehingga

memungkinkan untuk mengisolasi koloni individu dari bahan yang mengandung spesies

Proteus. NA juga dapat digunakan untuk mengisolasi bakteri koliform. Komposisi

penyusun NA antara lain: pepton dari daging sebesar 10 g/ liter, ekstrak daging dengan

komposisi 3 g/ liter, natrium klorida sebesar 5 g/ liter, pril sebesar 1 g/ liter dan juga

tersusun atas agar sebesar 15 g/ liter. (Merck, et al., 1998, 73: 133).

De Man, Rogosa and Shape (MRS) adalah salah satu media yang biasanya digunakan

untuk penanaman atau pengayaan dan isolasi dari semua lactobacillus yang berupa

bakteri dari semua jenis spesimen. Komposisi penyusun MRS agar antara lain: pepton

10 g/ liter, ekstrak daging 5 g/ liter, ekstrak yeast 5 g/ liter, d (+) glukosa 20 g/ liter, di-

Page 5: Pengaruh O2 Fix

5

kalium hydrogen 2 g/liter, fosfat sorbitan polioksietilena 1 g/ liter, monooleat di-

amonium hidrogen sitrat 2 g/ liter, natrium asetat 5 g/liter, magnesium sulfat 0,1 g/liter,

mangan sulfat 0,05 g/liter, agar-agar 12 g/liter. Sedangkan komposisi penyusun MRS

broth yaitu, pepton 10 g/ liter, ekstrak daging 5 g/ liter, ekstrak yeast 5 g/ liter, d (+)

glukosa 20 g/ liter, di-kalium hydrogen 2 g/liter, fosfat sorbitan polioksietilena 1 g/ liter,

monooleat di-amonium hidrogen sitrat 2 g/ liter, natrium asetat 5 g/liter, magnesium

sulfat 0,1 g/liter, mangan sulfat 0,05 g/liter. Perbedaan MRS agar dan MRS broth

terletak pada kandungan agar di dalam kedua media tersebut. MRS agar memiliki

kandungan agar, sedangkan MRS broth tidak memiliki kandungan agar (Merck, et al.,

1998, 90-91: 133).

Teknik aspetik adalah teknik yang dilakukan dengan cara menggunakan alat-alat yang

steril dan aturan-aturan laboratorium tertentu yang bertujuan untuk mencegah adanya

kontaminasi medium oleh mikroorganisme lain yang tidak diinginkan secara maksimal

dan mempertahankan perkembangan mikroorganisme yang diinginkan secara maksimal

pula. (Dwidjoseputro, 1994, 36:214)

Pemindahan kultur dalam praktikum mikrobiologi harus dilakukan dengan metode

aseptik. Hal ini dilakukan dengan cara menggunakan alat-alat yang steril. Hal ini harus

dilakukan dengan tujuan untuk mencegah adanya kontaminasi dari mikroorganisme lain

yang tidak diinginkan tumbuh di medium sehingga mengganggu pengamatan maupun

percobaan yang dilakukan. Selain itu hal ini juga membuat pertumbuhan

mikroorganisme yang ingin ditumbuhkan dapat dipertahankan pertumbuhannya secara

maksimal juga. (Dwidjoseputro, 1994, 36:214)

Page 6: Pengaruh O2 Fix

3. MATERI DAN METODE

3.1. Materi

3.1.1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah jarum ose, bunsen, korek api, tabung

reaksi, rak tabung reaksi, sumbat kapas, mikropipet, cuvet, masker, dan sarung tangan.

3.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Escherichia coli, Streptococcus

thermophilus, media NA, media MRS, dan alkohol.

3.2. Metode

3.2.1. Penumbuhan Escherichia coli

Mula-mula tabung reaksi berisi kultur Escherichia coli (kelompok A1, A2, dan A3)

diberi aquades steril sebanyak 5 ml. Setelah itu jarum ose dipijarkan menggunakan

nyala api bunsen hingga berwarna merah terang lalu didinginkan selama beberapa detik.

Kultur Escherichia coli dipanen dengan cara digores dengan jarum. Pada saat

penggoresan kultur dilakukan, tabung diletakkan di dekat api bunsen. Ketika kultur

digores, kapas sumbat tabung dipegang menggunakan jari yang sebelumnya sudah

disemprot dengan alkohol. Kapas sumbat tabung tidak boleh ditaruh di meja.

Selanjutnya hasil goresan kultur yang telah bercampur dengan aquades tersebut diambil

1 ml dengan mikropipet. Hasil goresan tersebut dimasukkan pada media NA secara

aseptis. Setelah itu ujung tabung dipanaskan selama beberapa detik lalu disumbat kapas.

Jarum ose juga dipijarkan kembali untuk mematikan mikroba yang masih tersiksa.

Selanjutnya media berisi kultur tersebut diinkubasi selama 3 hari kemudian diamati

letak penumbuhannya.

3.2.2. Penumbuhan Streptococcus thermopilus

Mula-mula tabung reaksi berisi kultur Streptococcus thermopilus (kelompok A4, A5,

dan A6) diberi aquades steril sebanyak 5 ml. Setelah itu jarum ose dipijarkan

menggunakan nyala api bunsen hingga berwarna merah terang lalu didinginkan selama

beberapa detik. Kultur Streptococcus thermopilus dipanen dengan cara digores dengan

jarum. Pada saat penggoresan kultur dilakukan, tabung diletakkan di dekat api bunsen.

6

Page 7: Pengaruh O2 Fix

7

Ketika kultur digores, kapas sumbat tabung dipegang menggunakan jari yang

sebelumnya sudah disemprot dengan alkohol. Kapas sumbat tabung tidak boleh ditaruh

di meja. Selanjutnya hasil goresan kultur yang telah bercampur dengan aquades tersebut

diambil 1 ml dengan mikropipet. Hasil goresan tersebut dimasukkan pada media MRS

secara aseptis. Setelah itu ujung tabung dipanaskan selama beberapa detik lalu disumbat

kapas. Jarum ose juga dipijarkan kembali untuk mematikan mikroba yang masih

tersiksa. Selanjutnya media berisi kultur tersebut diinkubasi selama 3 hari kemudian

diamati letak penumbuhannya.

Page 8: Pengaruh O2 Fix

4. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan pengaruh O2 terhadap pertumbuhan Escherichia coli dan

Streptococcus thermophilus dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengaruh O2

Kelompok

Kultur Media Gambar Bentuk Pertumbuhan

A1 Escherichia coli NA Anaerob fakultatif

A2 Escherichia coli NA Anaerob fakultatif

A3 Escherichia coli NA Anaerob fakultatif

A4 Streptococcus thermophilus

MRS aerob

A5 Streptococcus thermophilus

MRS aerob

A6 Streptococcus thermophilus

MRS aerob

8

Page 9: Pengaruh O2 Fix

9

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok A1-A3 yang menumbuhkan Escherichia

coli dengan medium NA didapatkan bahwa Escherichia coli memiliki bentuk

pertumbuhan yang berupa anaerob fakultatif. Sedangkan kelompok A4-A6 yang

menumbuhkan Streptococcus thermophilus di dalam medium MRS mendapatkan bahwa

Streptococcus thermophilus memiliki bentuk pertumbuhan yang berupa aerob.

Page 10: Pengaruh O2 Fix

5. PEMBAHASAN

Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen bakteri digolongkan menjadi berbagai

kelompok. Secara garis besar bakteri dibedakan dalam golongan aerob dan anaerob

(Suriawiria, 2005, 55:172). Golongan aerob adalah bakteri yang menjadi pengguna

oksigen bebas sebagai aseptor tunggal hidrogen terakhir didalam proses respirasi.

Karena oksigen bebas merupakan salah satu bagian dari atmosfer bumi ini tidak jadi

masalah untuk mengembangbiakan bakteri aerob. Sedangkan golongan yang kedua

adalah golongan anaerobik. Golongan anaerobic adalah bakteri yang tidak dapat

menggunakan oksigen bebas sebagai aseptor hidrogen terakhir di dalam proses

respirasi, tetapi harus dalam bentuk senyawa kimia, misalnya asam nitrat. Sehingga

bakteri ini tidak dapat tumbuh di atmosfer ini tanpa adanya perlakuan khusus untuk

mengembangbiakannya. Berbagai variasi dari 2 golongan besar klasifikasi bakteri

berdasarkan kebutuhannya akan oksigen seperti misalnya golongan mikroaerofilik yang

merupakan golongan bakteri atau mikroba yang membutuhkan oksigen dalam jumlah

yang sangat sedikit. Selain itu juga ada bakteri yang termasuk golongan fakultatif

anaeorbik yang merupakan bakteri yang secara terbatas dapat hidup dalam keadaan

aerobik maupun anaerobik. Ada juga bakteri yang termasuk golongan kapnofilik yakni

bakteri yang memerlukan oksigen dengan kadar rendah dan membutuhkan

karbondioksida dengan kadar yang tinggi (Suriawiria, 2005, 55:172).

Maka dari itu NA dan MRS yang baik digunakan dalam pertumbuhan bakteri digunakan

disini karena dua mikroorganisme yang ingin ditumbuhkan adalah jenis bakteri yaitu

Escherichia coli dan Streptococcus thermophilus (Merck, et al., 1998, 73 & 90-91:

133). Penumbuhan bakteri di dalam medium dapat digunakan untuk mengklasifikasikan

bakteri menurut kebutuhannya akan oksigen karena banyaknya oksigen dalam tabung

reaksi yang berisi kultur tersebut berbeda-beda menurut dekat tidaknya kultur tersebut

dengan mulut tabung reaksi. Semakin dekat dengan mulut tabung reaksi maka oksigen

yang ada disana juga semakin tinggi. Oleh karena itu, dilihat dari letak pertumbuhannya

dapat kita ketahui apakah Escherichia coli dan Streptococcus thremophilus termasuk

dalam golongan bakteri apa berdasarkan kebutuhannya akan oksigen. Apabila bakteri

tersebut tumbuh di atas agar saja maka bakteri tersebut merupakan golongan aerobik,

10

Page 11: Pengaruh O2 Fix

11

sedangkan jika bakteri tersebut tumbuh ditengah agar saja maka bakteri tersebut

termasuk golongan mikroaerofilik. Jika bakteri tersebut tumbuh dikeseluruhan agar

maka bakteri tersebut merupakan golongan fakultatif anaerobik, sedangkan jika bakteri

tersebut tumbuh di bawah agar saja maka bakteri tersebut termasuk golongan anaerobik

(Suriawiria, 2005, 56:172).

Percobaan ini dimulai dengan pengambilan kultur Escherichia coli untuk kelompok A1

sampai A3 dan Streptococcus thermophilus untuk kelompok A4 sampai A6 dan diberi

aquades steril sebanyak 5 ml. Penambahan aquades ini dilakukan dengan tujuan untuk

memudahkan dilakukannya penggoresan terhadap kultur. Kemudian jarum ose

dipijarkan dengan menggunakan nyala api bunsen hingga berpijar sebelum digunakan.

Hal ini dilakukan agar jarum ose yang akan digunakan menjadi steril dari

mikroorganisme-mikroorganisme lain sehingga mikroorganisme lain yang tidak

diinginkan tersebut tidak mengganggu pengamatan maupun percobaan yang akan

dilakukan. Kemudian kultur dipanen dengan cara digores dengan jarum ose yang telah

dipijarkan sebelumya tadi. Saat penggoresan kultur, kapas penutup tabung dari kultur

tersebut tetap dipegang oleh tangan yang sudah disemprot dengan alkohol sebelum

percobaan dimulai dan mulut tabung tetap berada di dekat nyala api bunsen agar

semuanya tetap dalam keadaan steril dan tidak terkontaminasi oleh mikroorganisme lain

yang tidak diinginkan pertumbuhannya. Kemudian hasil dari penggoresan kultur yang

telah bercampur dengan aquades tersebut diambil 1 ml dengan mikropipet untuk

kemudian dimasukkan ke dalam media NA bagi Escherichia coli dan dimasukkan ke

dalam MRS bagi Streptococcus thermophilus yang suhunya telah menurun tetapi belum

benar-benar memadat dengan teknik aspetis. Setelah itu ujung tabung dipanaskan

selama beberapa detik diatas nyala api bunsen lalu ditutup dengan kapas. Jarum ose

yang sudah digunakan dipijarkan kembali diatas nyala api bunsen dengan tujuan untuk

membunuh sisa-sisa mikroba dari hasil penggoresan tadi. Kemudian kultur tersebut

diinkubasi selama 3 hari dan letak pertumbuhan dari bakteri tersebut diamati untuk

menentukan masuk dalam golongan apakah bakteri-bakteri yang ditumbuhkan tadi.

Semua langkah harus dilakukan secara aseptis untuk mencegah adanya kontaminasi dari

mikroorganisme lain yang tidak diinginkan pertumbuhannya dan mempertahankan

pertumbuhan bakteri yang diinginkan secara maksimal (Dwidjoseputro, 1994, 36:214).

Page 12: Pengaruh O2 Fix

12

5.1. Penumbuhan Eschericia coli

Setelah 3 hari masa inkubasi, bakteri Escherichia coli diamati letak perumbuhannya.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhan dari bakteri Escherichia coli

terdapat pada tengah tabung reaksi. Maka dapat disimpulkan bahwa bakteri Escherichia

coli merupakan bakteri golongan anaerob fakultatif. Sesuai dengan (Suriawiria, 2005,

56:172) yang mengatakan bahwa bakteri yang tumbuh di tengah tabung dimana adanya

perbedaan oksigen di tabung reaksi merupakan bakteri golongan anaerob fakultatif

karena tumbuh di tengah tabung dapat diindikasikan bahwa bakteri ini dapat hidup baik

ada dikondisi berlimpah oksigen maupun kekurangan bahkan tanpa oksigen sama sekali

(Suriawiria, 2005, 55:172).

Pada praktikum ini, bakteri Escherichia coli ditumbuhkan pada media NA karena

Escherichia coli merupakan mikroorganisme jenis bakteri yang sangat cocok

ditumbuhkan di media Nutrient Agar (NA). Karena NA memiliki kemampuan untuk

menghambat bergerombolnya koloni dari mikroba yang diinokulasi ke dalamnya

sehingga memungkinkan untuk mengisolasi koloni individu dari bahan yang

mengandung spesies Proteus. NA juga dapat digunakan untuk mengisolasi bakteri

koliform. Komposisi penyusun NA antara lain: pepton dari daging sebesar 10 g/ liter,

ekstrak daging dengan komposisi 3 g/ liter, natrium klorida sebesar 5 g/ liter, pril

sebesar 1 g/ liter dan juga tersusun atas agar sebesar 15 g/ liter. Maka dari itu sangat

cocok jika Escherichia coli yang merupakan jenis dari bakteri ini ditumbuhkan di

media Nutrient Agar (NA) (Merck, et al., 1998, 73: 133).

5.2. Penumbuhan Streptococcus thermopilus

Setelah 3 hari masa inkubasi, bakteri Streptococcus thermopilus diamati letak

pertumbuhannya. Hasil pengamatan menunjukkan jika pertumbuhan bakteri

Streptococcus thermopilus terdapat pada bagian atas agar yang terletak di dalam tabung

reaksi. Karena pertumbuhannya yang terletak dibagian atas agar maka baketeri

Streptococcus thermopilus merupakan bakteri golongan aerobik. Seperti yang dikatakan

oleh (Suriawiria, 2005, 56:172) bahwa bakteri yang ditumbuh di atas adalah bakteri

aerobik. Hal ini dikarenakan jumlah oksigen dalam tabung reaksi berbeda-beda

Page 13: Pengaruh O2 Fix

13

tergantung dari dekat tidaknya media tempat pertumbuhan tersebut dengan mulut

tabung. Semakin dekat dengan mulut tabung, maka oksigen yang ada disana juga

semakin tinggi. Bakteri Streptococcus thermopilus tumbuh di atas tabung, maka dari itu

dapat disimpulkan bahwa bakteri Streptococcus thermopilus hanya dapat tumbuh di

dalam keadaan yang berlimpah akan oksigen yang ada sehingga bakteri Streptococcus

thermopilus merupakan bakteri yang termasuk dalam golongan aerobik (Suriawiria,

2005, 55:172).

Pada praktikum ini, Streptococcus thermopilus ditumbuhkan pada media MRS karena

media MRS cocok jika digunakan untuk menumbuhkan Streptococcus thermopilus yang

merupakan mikroorganisme jenis bakteri. Komposisi penyusun MRS agar sendiri antara

lain adalah: pepton 10 g/ liter, ekstrak daging 5 g/ liter, ekstrak yeast 5 g/ liter, d (+)

glukosa 20 g/ liter, di-kalium hydrogen 2 g/liter, fosfat sorbitan polioksietilena 1 g/ liter,

monooleat di-amonium hidrogen sitrat 2 g/ liter, natrium asetat 5 g/liter, magnesium

sulfat 0,1 g/liter, mangan sulfat 0,05 g/liter, agar-agar 12 g/liter. Sedangkan komposisi

penyusun MRS broth yaitu, pepton 10 g/ liter, ekstrak daging 5 g/ liter, ekstrak yeast 5

g/ liter, d (+) glukosa 20 g/ liter, di-kalium hydrogen 2 g/liter, fosfat sorbitan

polioksietilena 1 g/ liter, monooleat di-amonium hidrogen sitrat 2 g/ liter, natrium asetat

5 g/liter, magnesium sulfat 0,1 g/liter, mangan sulfat 0,05 g/liter sehingga sangat cocok

digunakan untuk mengisolasi semua jenis bakteri termasuk di dalamnya adalah

Streptococcus thermopilus (Merck, et al., 1998, 90-91: 133).

Page 14: Pengaruh O2 Fix

6. KESIMPULAN

Mikroorganisme dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar berdasar

kebutuhannya terhadap oksigen yakni aerobik dan anaerobik.

Mikroorganisme aerobik adalah mikroorganisme yang membutuhkan oksigen untuk

pertumbuhannya.

Mikroorgansime anaerobik adalah mikroorganisme yang tidak dapat tumbuh bila

terdapat oksigen.

Mikroorganisme anaerobik fakultatif adalah mikroorganisme yang mampu hidup

pada lingkungan dengan atau tanpa oksigen.

Mikroorganisme aerofilik adalah mikroorganisme yang membutuhkan oksigen

dengan kadar yang cukup sedikit.

Mikroorganisme aerobik adalah mikroorganisme yang tumbuh pada bagian atas agar

tabung reaksi karena adanya oksigen yang berlimpah.

Mikroorganisme anaerobik adalah mikroorganisme yang tumbuh pada bagian bawah

dari agar tabung reaksi karena tidak dapat hidup di tempat dengan kondisi

lingkungan beroksigen.

Mikroorganisme fakultatif adalah mikroorganisme yang tumbuh pada bagian tengah

dari agar tabung rekasi karena dapat tumbuh baik adanya oksigen (dekat atas

tabung) dan dengan minimalnya oksigen (dekat bawah tabung).

Escherichia coli merupakan bakteri fakultatif karena tumbuh pada bagian tengan

dari agar tabung reaksi.

Streptococcus thermopilus merupakan bakteri aerob karena tumbuh pada bagian atas

dari agar tabung reaksi.

Media NA cocok digunakan untuk menumbuhkan Escherichia coli

Media MRS cocok digunakan untuk menumbuhkan Streptococcus thermopilus

Semarang, 5 Juni 2011 Asisten Dosen :

- Emanuel Jeffry Senjaya

Alvin Arienata H.

10.70.0090

14

Page 15: Pengaruh O2 Fix

7. DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. (1994). Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Faircloth, J. M. 2008. Preparation of Plate Count Agar (PCA). http: //ftp . dep. State . fl .us/ pub / labs/lds/sops/4342.pdf. Diakses tanggal 30 Mei 2011.

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gaman, P. M. & K. B. Sherrington. ( 1994 ). Ilmu Pangan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hadioetomo, R. S., 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia Pustaka.

Jakarta.

Merck, E. & Darmstadt. (1998).Handbook of microbiology 1st supplement. Federal Republic Germany. Germany.

Pelczar , Michael J. Jr. (1986). Dasar–Dasar Mikrobiologi 1. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Purwoko, Tjahjadi. (2007). Fisiologi Mikoba. PT. Bumi Aksara.

Suriawiria, H.U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.

Volk, W.A. & M.F. Wheeler. (1993). Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.

15

Page 16: Pengaruh O2 Fix

8. LAMPIRAN

8.1. Lampiran Gambar

Pertumbuhan Eschericia coli pada media NA Pertumbuhan Streptococcus

thermopilus pada media MRS

8.2. Laporan Sementara

16