Terapi Aktifitas Kelompok Pk
-
Upload
darmiatiyesi -
Category
Documents
-
view
13 -
download
1
description
Transcript of Terapi Aktifitas Kelompok Pk
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
KLIEN DENGAN PRILAKU KEKERASAN
Oleh : A’ang Fajar Rizki
NIM. 2011.001
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN
2014
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
1. Pengertian
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilik hubungan satu dengan
yang lain,saling bergantung dan mempunyai norma yang sama(struart & Laraia ,
2001). Anggota kelompok mungkin dating dari berbagai latar belakang yang
harus ditangani sesuai dengan keadaanya, seperti agresif, takut, kebencian,
kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Yalom, 1995
dalam Struart & Laraia). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika
kelompok , ketika anggota kelompok memberi dan menerima umpan balik yang
berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok
2. Jenis terapi kelompok
Beberapa ahli membedakan kegiatan kelompok sebagai tindakan keperawatan
pada kelompok dan terapi kelompok. Stuart dan Laraia (2001) menguraikan
beberapa kelompok yang dapat dipimpin dan digunakan perawat sebagai
tindakan keperawatan bagi klien, misalnya task group, supportive group, brief
therapy groups, intensive problem-solving groups, medication groups, activity
therapy, dan peer support groups. Wilson dan Kneisl (1992) menyampaikan
beberapa terapi kelompok seperti, analytic group psycho therapi, psychodrama,
self-help groups, remotivation, reedukasi dan client government groups. Terapi
aktivitas kelompok Rawlins, Williams, dan Beck (1993) membagi kelompok
menjadi tiga, yaitu terapi kelompok, kelompok terapeutik, dan terapi aktivitas
kelompok.
1.1 Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.
Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar diri (self-awereness), peningkatan
hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya.
2.2 Kelompok Terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stres emosi, penyakit fisik
krisis, tumbuh-kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok wanita
hamil yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit
terminal. Banyak kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-
group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut :
1. Mencegah masalah kesehatan
2. Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
3. Meningkatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling
membantu dalam menyelesaikan masalah.
2.3 Terapi Aktivitas Kelompok
Kelompok dibagi sesuai kebutuhan yaitu, stimulasi persepsi, stimulasi
sensoris, orientasi realita, dan sosialisasi.
Tabel 1-2 Tujuan, tipe, dan aktivitas dari terapi aktivitas kelompok
(Sumber : Rawlins, Williams, dan Beck, 1993)
Tujuan Tipe Aktivitas
1.Mengembangkan
stimulasi persepsi
Bibliotherapy Menggunakan artikel,
buku, sajak, puisi, surat
kabar untuk merangsang
atau menstimulasi berpikir
dan mengembangkan
hubungan dengan orang
lain.
Stimulus dapat berbagai
hal yang tujuannya melatih
persepsi.
2.Mengembangkan
stimulasi sensoris
Musik, seni, menari
Relaksasi
Menyediakan kegiatan
mengekspresikan perasaan
Belajar teknik relaksasi
dengan cara nafas dalam,
relaksasi otot, imajinasi
3.Mengembangkan
orientasi realitas
Kelompok orientasi
realitas, kelompok validasi
Fokus pada orientasi
waktu, tempat dan orang;
benar dan salah; bantu
memenuhi kebutuhan
4.Mengembangkan
sosialisasi
Kelompok remotivasi Mengorientasikan diri dan
regresi pada klien menarik
realitas dalam berinteraksi
atau sosialisasi
Kelompok mengingatkan
Fokus pada mengingat
Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Sejalan
dengan hal tersebut, maka Lancester mengemukakan beberapa aktivitas yang
digunakan pada TAK, yaitu menggambar, membaca puisi, mendengarkan musik,
mempersiapkan meja makan, dan kegiatan sehari-hari yang lain. Wilson dan Kneisl
(1992) menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk
memfasilitasi pengalaman seseorang serta meninkatkan respon sosial dan harga diri.
Aktivitas yang digunakan sebagai terapi di dalam kelompok, yaitu membaca puisi,
seni, musik, menari dan literatur.
Dari uraian tentang terapi aktivitas kelompok yang dikemukakan oleh Wilson,
Kneisl, dan Lancester ditemukan kesamaan dengan terapi kelompok tambahan yang
disampaikan oleh Rawlins, Williams, dan Beck. Oleh karena itu, akan diuraikan
kombinasi keduanya menjadi terapi aktivitas kelompok.
Terapi aktivitas kelompok bibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif / persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi.
2.3.1 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Kognitif / Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus
yang pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan
pada tiap sesi. Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Aktivitas berupa stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan:
baca artikel / majalah / buku / puisi, menonton acara TV (ini merupakan
stimulus yang disediakan); stimulus dari pengalaman masa lalu yang
menghasilkan proses persepsi klien yang maladaptif atau distruktif, misalnya
kemarahan, kebencian, putus hubungan, pandangan negatif pada orang lain,
dan halusinasi. Kemudian dilatih persepsi klien terhadap stimulus.
2.3.2 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensoris
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensoris klien. Kemudian
diobservasi reaksi sensoris klien terhadap stimulus yang disediakan, berupa
ekspresi perasaan ssecara nonverbal (ekspresi wajah, gerakan tubuh).
Biasanya klien yang tidak mau mengungkapkan komunikasi verbal akan
terstimulasi emosi dan perasaannya, serta menampilkan respons. Aktivitas
yang digunakan sebagai stimulus adalah: musik, seni, menyanyi, menari. Jika
hobi klien diketahui sebelumnya, dapat dipakai sebagai stimulus, misalnya
lagu kesukaan klien, dapat digunakan sebagai stimulus.
2.3.3 Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu
diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat
dengan klien dan lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan
klien. Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan
rencana kedepan. Aktivitas dapat berupa: orientasi orang, waktu, tempat,
benda yang ada disekitar, dan semua kondisi nyata.
2.3.4 Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari
interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa
latihan sosialisasi dalam kelompok.
3. Kualifikasi Terapis
Rawlins, Williams, dan Beck (1993) mengidentifikasi tiga area yang perlu
dipersiapkan untuk menjadi terapis atau pemimpin terapi kelompok, yaitu
persiapan teoritis melalui pendidikan formal, literatur, bacaan, dan lokakarya;
praktik yang disupervisi pada saat berperan sebagai pemimpin kelompok;
pengalaman mengikuti terapi kelompok.
Perawat diperkenankan memimpin terapi kelompok jira telah dipersiapkan
secara profesional. American Nurses ‘ Association (ANA) menetapkan pada
praktik keperawatan psikiatri dan klinikal spesialis dapat berfungsi sebagai terapis
kelompok. Sertifikat dari ANA sebagai spesialis klinik dalam keperawatan
psikiatri-kesehatan jira menjamin perawat mahir dan competen sebagai terapis
kelompok. The American Group Pshycotherapy Association (AGPA) sebagai
badan akreditasi terapis kelompok menetapkan anggotanya minimal
berpendidikan master.
Perawat yang memimpin kelompok terapeutik dan kelompok tambahan
(TAK), persyaratannya harus mempunyai pengetahuan tentang masalah klien dan
mengetahui metode yang dipakai untuk kelompok khusus serta terampil berperan
sebagai pemimpin.
PERILAKU KEKERASAN
A. Latar Belakang
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah
sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan
dan pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku
Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah
tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak
dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga
seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien
(manajemen perilaku kekerasan).
B. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah
pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai
terhambat”. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan
mempersulit sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan
kemarahan dengan langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan
individu dan membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya.
Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan
fungsi positif marah.
C. Metode TAK
1. TAK Stimulasi Kognitif / Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus, yang disediakan atau yang
pernah dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada
tiap sesi. Dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus
dalam kehidupan menjadi adaptif.
2. Stimulasi Sensoris
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien, kemudian
diobservasi reaksi sensori klien terhadap stimulus yang disediakan berupa
ekspresi perasaan secar non-verbal.
3. TAK Orientasi Realitas
Klien diorientasikan kepada kenyataan yang ada disekitarnya (diri
sendiri, orang lain disekelilingnya, orang yang dekat dengan klien, dan
lingkunan yang mempunyai hubungan dengan klien).
Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan
rencana kedepan, aktivitas dapat berupa orientasi orang, waktu, tempat, benda
yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.
4. TAK Sosialisasi
Merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi
sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Tujuan umum dari terapi ini
ialah klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara
bertahap. Sosialisasi dapat juga dilakukan secara bertahap dari interpersonal,
kelompok dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok
D. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan
harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
E. Penyebab Perilaku Kekerasan
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak
enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri,
kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
1. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/
keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa
terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan
cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya
dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang
sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas
tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
3. Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui
statusnya.
F. Tanda dan Gejala Orang yang Menarik Diri
1. Muka merah
2. Pandangan tajam
3. Otot tegang
4. Nada suara tinggi
5. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
6. Memukul jika tidak senang
G. Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan
Keliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga
dalam mengatasi marah klien yaitu :
1. Tindakan Keperawatan
1.1 Berteriak, menjerit, dan memukul.
Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang
yang tidak mudah rusak seperti bantal, kasur
1.2 Cari gara-gara.
Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga, Latihan
pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan nafas.
1.3 Bantu melalui humor.
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang
menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.
2. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
Stimulasi : Perilaku Kekerasan
Topik : Perilaku Kekerasan
Terapis : Mahasiswa
Sasaran : klien
Tempat : Ruang
Waktu : 1 X 45 menit
Kriteria Pasien :
Klien yang tidak terlalu gelisah.
klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi
Aktifitas Kelompok
Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil
Klien tenang dan kooperatif
Kondisi fisik dalam keadaan baik
Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas
Klien yang dapat memegang alat tulis
Klien yang panca inderanya masih memungkinkan
Leader :
Bertugas :
Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk
mengekspresikan perasaannya
Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
Koordinator, Mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan
cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
Co Leader :
Bertugas :
Mendampingi leader jika terjadi blocking
Mengkoreksi dan mengingatkan leader jika terjadi kesalahan
Bersama leader memecahkan penyelesaian masalah
Observer :
Bertugas :
Mengobservasi persiapan dan pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir
Mencatat semua aktivitas dalam terapi aktivitas kelompok
Mengobservasi perilaku pasien
Bertugas :
Membantu klien meluruskan dan menjelaskan tugas yang harus dilakukan
Mendampingi peserta TAK
Memotivasi klien untuk aktif dalam kelompok
Menjadi contoh bagi klien selama kegiatan
Operator :
Bertugas :
· Mengatur sound,music
Pendamping pasien :
Bertugas :
· Mendampingi pasien dalam pelaksanaan TAK
· Mengingatkan pasien tentang aturan permainan
· Mengikuti jalannya TAK
Anggota /Klien :
Bertugas :
· Menjalankan dan mengikuti kegiatan terapi
Uraian Seleksi Kelompok :
a. Hari/Tanggal : Rabu,24 Maret 2010
b. Tempat pertemuan : Ruang
c. Waktu : 09.00 s/d selesai
d. Lamanya : 45 menit
e. Kegiatan : Terapi Aktivitas Kelompok Perilaku kekerasan
f. Jumlah Anggota : ...Orang
g. Jenis TAK : Perilaku kekerasan
Seting Tempat :
Keterangan :
Leader : Operator :
Co Leader : Observator :
Fasilitator : Anggota /Klien :
TAK STIMULASI PERSEPSI : PERILAKU KEKERASAN
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan stimulus penyebab kemarahan.
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala
marah )
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan )
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
5. Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
fisik(dengan latihan nafas dalam)
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Kertas
2. Spidol
3. Buku catatan dan pulpen
4. Jadwal kegiatan klien
5. Bola
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Permainan
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
1.1 Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
1.2 Membuat kontrak dengan klien
1.3 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
2.1 Salam terapeutik
2.1.1 Salam dari terapis kepada klien.
2.1.2 Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama )
2.1.3 Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan
nama)
2.2 Evaluasi validasi
2.2.1 Menanyakan perasaan klien saat ini
2.2.2 Menanyakan masalah yang dirasakan.
2.3 Kontrak
2.3.1 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenalkan kelompok,
harus minta izin pada terapis.
2.3.2 Menjelaskan aturan main berikut.
1. Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus
minta izin pada terapis.
2. Lama kegiatan 45 menit.
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap kerja
Leader membacakan aturan permainan :
3.1 Permainan dimulai. Sampai ditemukan peserta yang tetap berjoget saat
musik berhenti.
3.2 Klien dan terapis mendiskusikan penyebab masalah perilaku kekerasan
3.2.1 Tanyakan pengalaman tiap klien
3.2.2 Tulis di kertas
3.3 Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh
penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
3.3.1 Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab
(tanda dan gejala)
3.3.2 Tulis di kertas
3.4 Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal,
merusak lingkungan, mencederai, memukul, orang lain, dan memukul diri
sendiri)
3.4.1 Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
3.4.2 Tulis di kertas
3.5 Mendiskusiksan dampak/akibat perilaku kekerasan.
3.5.1 Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
3.5.2 Tulis di papan tulis di kertas
3.6 Meminta pasien mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik (latihan nafas dalam)
3.7 Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain paran/stimulasi.
3.8 Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
3.9 Dalam menjalankan kegiatan TAK upayakan semua klien terlibat.
3.10Observer memberi kesimpulan/evaluasi tentang jalannya TAK, mengenai
jawaban klien tentang penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan,
dan akibat perilaku kekerasan. Selanjutnya observer memberikan pujian
atas peran serta klien dalam pelaksanaan TAK serta memberi motivasi
pada klien untuk meningkatkan kemampuannya dalam berlatih cara
mengontrol perilaku kemarahan.
3.11Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
menghadapi kemarahan.
4. Tahap Terminasi
4.1 Evaluasi
4.1.1 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
4.1.2 Memberikan reinformennt positif terhadap perilaku klien positif.
4.2 Tindak Lanjut
4.2.1 Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi
penyebab marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.
4.2.2 Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala,
perilaku kekerasan dan akibat yang belum diceritakan.
4.3 Kontrak yang akan datang
4.3.1 Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
4.3.2 Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap
kerja.Aspek yang dievaluasi adalah kemempuan klien dengan tujuan TAK.Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 1, kemampuan yang diharapkan
adalah mengetahui perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan.Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 1
TAK : Stimilasi perilaku Kekerasan
Kemampuan Psikologi
No. Nama
klien
Penyebab
PK
Memberi Tanggapan Tentang
Tanda &
gejala PK
Perilaku
kekerasan
Akibat
PK
Mempraktekkan cara
mengontrol PK
dengan nafas dalam
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab
perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan dan akibat perilaku kekerasan, serta mempraktekkan cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas dalam. Beri tanda + jika mampu
dan beri tanda - jika tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemempuyan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien.Contoh: Klien mengikuti Sesi 1, TAK stimulus
persepsi perilaku kekerasan.Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku
kekerasannya( disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang
dirasakan (”gregeten” dan ”deg-degan”), perilaku kekerasan yang dilakukan
(memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit
jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam.
Anjurkan klien mengingat dan menyampaikan jika semua dirasakan selama di rumah
sakit.
Sesi 2: Mencegah Perilaku Kekerasan Fisik
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dilakukan klien.
2. Klien dapat menyebutkan kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku kekerasan
3. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah perilaku
kekerasan.
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama membentuk segi empat
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1. Bantal
2. Sound musik
3. Papan tulis
4. Buku catatan dan pulpen
5. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Permainan
Langkah kegiatan
1. Persiapan
1.1 Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 1
1.2 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
2.1 Salam terapeutik
2.1.1 Salam dari terapis kepada klien.
2.1.2 Klien dan terapis pakai papan nama
2.2 Evaluasi validasi
2.2.1 Menanyakan perasaan klien saat ini
2.2.2 Menanyakan apakah ada kejadian perilaku kekerasan: penyebab; tanda
dan gejala; perilaku kekerasan serta akibatnya
2.3 Kontrak
2.3.1 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara fisik untuk mencegah perilaku
kekerasan
2.3.2 Menjelaskan aturan main berikut.
1. Klien Bersedia mengikuti TAK
2. Berpakaian rapi dan bersih
3. Peserta tidak doperbolehkan makan,minum atau merokok selama
pelaksanaan TAK
4. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin
kepada terapi
5. Lama kegiatan 45 menit
6. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
Melakuakan pemilihan peserta yang akan di lakukan tahap kerja dengan
permainan sederhana yaitu diputarkan musik,kemudian klien memutar bola yang
di pegang,bila musik di hentikan dan ada peserta TAK yang masih memegang bola
berarti dia adalah peserta yang terpilih untuk dilakukan tahap kerja selanjutnya.
3.1 Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasanya dilakukan oleh klien.
3.1.1 Tanyakan kegiatan: rumah tangga, harian, dan olah raga yang biasa
silakukan oleh klien.
3.1.2 Tulis dipapan tulis/flipchart/whiteboard
3.2 Menjelaskan kegiatan fisik yang dapat digunakan untuk menyalurkan
kemarahan secara sehat: tarik napas dalam, menjemur/memukul kasur/bantal,
menyikat kamar mandi, main bola,senam, memukul gendang.
3.3 Membantu klien memilih dua kegiatan yang dapat dilakukan.
3.4 Bersama klien mempraktekan dua kegiatan yang dipilih.
3.4.1 Terapis mempratekkan
3.4.2 Klien melakukan redemontrasi.
3.5 Menanyakan perasaan klien setelah mempraktekan cara penyaluran
kemarahan.
3.6 Upayakan semua klien berperan aktif.
4. Tahap terminasi
4.1 Evaluasi
4.1.1 Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
4.1.2 Menanyakan ulang cara baru yang sehat mencegah perilaku kekerasan.
4.1.3 Memberitahukan kemajuan masing – masing klien dalam mencapai
hasil tiap sesi
4.2 Tindak lanjut
4.2.1 Menganjurkan klien menggunakan cara yang telah dipelajari jika
stimulus penyebab perilaku kekerasan.
4.2.2 Menganjurkan klien malatih secara teratur cara yang telah dipelajari.
4.2.3 Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien.
4.3 Kontak yang akan datang
4.3.1 Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu interaksi sosial
yang asertif.
4.3.2 Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 2, kemampuan yang di harapakan
adalah dua kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Formulir evaluasi
sebagai berikut:
Sesi 2
TAK : Stimulasi Persepsi Perilaku Kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik
No Nama klien Mempraktekkan cara fisik yang
pertama
Mempraktekkan
cara fisik yang
kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk :
1. tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktekkan 2 cara
fisik untuk mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda
R Jika klien mampu dan tanda
R Jika klien tidak mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan, klien mampu mempraktekkan tarik nafas dalam, tetapi
belum mampu mempraktekkan pukul kasur dan bantal. Anjurkan dan bantu klien
mempraktekkan di ruang rawat( buat jadwal)
Sesi 3 : Mencegah perilaku kekerasan Sosial
Tujuan:
1. Klien dapat mengungkapkan keinginan dan permintaan tanpa memaksa
2. Klien dapat mengungkapkan penolakan dan rasa sakit hati tanpa kemarahan
Seting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
Alat :
1. Papan tulis/flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
Metode :
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran / simulasi
Langkah kegiatan :
1. Persiapan
1.1 Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi 2
1.2 Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
2.1 Salam terapiutik
2.1.1 Salam dari terapis kepada klien
2.1.2 Klien dan terapis pakai papan nama
2.2 Evaluasi /Validasi
2.2.1 Menanyakan perasaan klien saat ini
2.2.2 Menanyakan apakah ada penyebab marah,tanda dan gejala marah,serta
perilaku kekerasan
2.2.3 Tanyakan apakah kegiatan fisik untuk mencegah perilaku kekerasan
sudah dilakukan
2.3 Kontrak
2.3.1 Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku
kekerasan
2.3.2 Menjelaskan aturan main berikut:
1. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
2. Lama kegiatan 45 menit.
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
3.1 Mendiskusikan dengan klien cara bicara jika ingin meminta sesuatu dari
orang lain.
3.2 Menuliskan cara-cara yang disampaikan klien.
3.3 Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu tanpa paksaan yaitu,”
Saya perlu/ingin/minta...., yang akan saya gunakan untuk....”.
3.4 Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada
poin 3.3
3.5 Ulangi 3.4 sampai semua klien mencoba.
3.6 Memberikan pujian pada peran serta klien.
3.7 Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan menyampaikan rasa sakit hati
pada orang lain, yaitu,”Saya tidak dapt melakukan...”atau”Saya tidak
menerima dikatakan .....”atau” Saya kesal dikatakan seperti...”.
3.8 Memilih dua orang klien secara bergilir mendemonstrasikan ulang cara pada
poin 3.4
3.9 Ulangi 3.8 sampai semua klien mencoba.
3.10Memberikan pujian pada peran serta klien.
4. Tahap terminasi
4.1 Evaluasi
4.1.1 Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK.
4.1.2 Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
4.1.3 Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
4.2 Tindak lanjut
4.2.1 Menganjurkan klien menggunakn kegiatan fisik dan interaksi sosial
yang asertif, jika stimulus penyebab perilaku kekerasan terjadi.
4.2.2 Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik dan interaksi sosial yang
asertif secara teratur.
4.2.3 Memasukkan interaksi sosial yang asertif pada jadwal kegiatan harian
pasien.
4.3 Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain, yaitu kegiatan ibadah.
2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses Tak berlangsung, khususnya pada tahap
kerja.Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 3, kemampuan klien yang
diharapkan adalah mencegah perilaku kekerasan secara sosial. Formulir evaluasi
sebagai berikut :
Sesi 3
TAK : Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan sosial
No Nama Klien Memperagakan
cara meminta tanpa
paksa
Memperagakan
cara menolak
yang baik
Mamperagakan
cara
mengungkapkan
kekerasan yang
baik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan
perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √ jika klien mampu dan
tanda х jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 3 TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan cara meminta tanpa paksa,
menolak dengan baik dan mengungkapkan kekerasan. Anjurkan klien mempraktikkan
di ruang rawat (buat jadwal).
Sesi 4 : Mencegah Perilaku Kekerasan spiritual
Tujuan
Klien dapat melakukan kegiatan ibadah secara teratur
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3. Bermain peran/ stimulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
1.1 Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
1.2 menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
2.1 Salam terapiutik
2.1.1 Salam dari terapis kepada klien
2.1.2 Klien dan terapis pakai papan nama
2.2 Evaluasi/ validasi
2.2.1 Menanyakan perasaan klien saat ini.
2.2.2 Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan.
2.2.3 Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
2.3 Kontrak
2.3.1 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu kegiatan ibadah untuk mencegah
perilaku kekerasan
2.3.2 Menjelaskan aturan main berikut:
1. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
2. Lama kegiatan 45 menit.
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
3.1 Menanyakan agama dan kepercayaan masing-masing klien.
3.2 Mendiskusikan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan masing-masing klien.
3.3 Menuliskan kegiatan ibadah masing-masing klien.
3.4 Meminta klien untuk memilih satu kegiatan ibadah.
3.5 Meminta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.
3.6 Memberikan pujian pada penampilan klien.
4. Tahap terminasi
4.1 Evaluasi
4.1.1 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
4.1.2 Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
4.1.3 Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
4.2 Tindak lanjut
4.2.1 Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial yang
asertif, dan kegiatan ibadah jika stimulus penyebab perilaku kekerasan
terjadi.
4.2.2 Menganjurkan klien melatih kegiatan fisik, interaksi sosial yang
asertif, dan kegiatan ibadah secara teratur.
4.2.3 Memasukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan harian klien.
4.3 Kontrak yang akan datang
4.3.1 Menyepakati untuk balajar cara baru yang lain, yaitu minum obat
teratur.
4.3.2 Menyepakati waktu dan tempat pertemuan berikutnya.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 4, kemampuan klien yang diharapkan
adalah perilaku 2 kegiatan ibadah untuk mencegah kekerasan. Formulir evaluasi
sebagai berikut.
Sesi 4
TAK : Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan spiritual
No Nama klien Mempraktikkan kegiatan
ibadah pertama
Mempraktikkan kegiatan
ibadah kedua
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan
perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √ jika klien mampu dan
tanda х jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 4, Tak stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu memperagakan dua cara ibadah. Anjurkan klien
melakukannya secara teratur di ruangan (buat jadwal).
Sesi 5: Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Patuh Mengonsumsi Obat
Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat
2. Klien dapat menyebutkan akibat/ kerugian tidak patuh minum obat
3. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
Setting
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1. Papan tulis/ flipchart/whiteboard dan alat tulis
2. Buku catatan dan pulpen
3. Jadwal kegiatan klien
4. Beberapa contoh obat
Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
Langkah kegiatan
1. Persiapan
1.1 Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut sesi.
1.2 Menyiapkan alat dan tempat
2. Orientasi
2.1 Salam terapiutik
2.1.1 Salam dari terapis kepada klien
2.1.2 Klien dan terapis pakai papan nama
2.2 Evaluasi/ validasi
2.2.1 Menanyakan perasaan klien saat ini.
2.2.2 Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah,
serta perilaku kekerasan.
2.2.3 Tanyakan apakah kegiatan fisik dan interaksi sosial yang asertif untuk
mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
2.3 Kontrak
2.3.1 Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu petuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan
2.3.2 Menjelaskan aturan main berikut:
1. Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta
izin kepada terapis.
2. Lama kegiatan 45 menit.
3. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
3.1 Mendiskusikan macam obat yang dimakan klien: nama dan warna (upayakan
tiap klien menyampaikan).
3.2 Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
3.3 Tuliskan di whiteboard hasil 3.1 dan 3.2
3.4 Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
3.5 Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran.
3.6 Berikan pujian pada klien yang benar.
3.7 Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat(catat di whiteboard).
3.8 Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di
whiteboard).
3.9 Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
perilaku kekerasan/ kambuh.
3.10Menjelaskan akibat/ kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
perilaku kekerasan/ kambuh.
3.11Minta klien menyebutkaa kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat.
3.12Memberikan pujian setiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi
4.1 Evaluasi
4.1.1 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
4.1.2 Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
4.1.3 Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
4.2 Tindak lanjut
4.2.1 Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif
kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
4.2.2 Memasukkan minum obat pada jadwal kegiatan harian klien.
4.3 Kontrak yang akan datang
4.3.1 Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan dan disepakati
jika klien perlu TAK yang lain.
Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.
Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang diharapkan
adalah mengetahui lima benar cara minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat
tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi sebagai berikut.
Sesi 5
TAK : Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan
dengan patuh minum obat
No Nama klien Menyebutkan
lima benar minum
obat
Menyabutkan
keuntungan minum
obat
Menyebutkan
akibat tidak patuh
minum obat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikkan pencegahan
perilaku kekerasan secara sosial: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik,
mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √ jika klien mampu dan
tanda х jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada catatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh : klien mengikuti Sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan.
Klien mampu menyebutkan keuntungan minum obat, belum dapat menyebutkan
keuntungan minum obat dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien
mempraktikkan lima benar cara minum obat, bantu klien merasakan keuntungan
minum obat, dan akibat tidak minum obat.
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
KLIEN DENGAN PRILAKU KEKERASAN
Topik : Mengembangkan Sosialisasi Melalui Kegiatan Menggambar
Terapis : Enam orang mahasiswa
Sasaran : Enam orang klien
Tempat : Aula Cadika
Waktu : 1 X 45 menit
I. LATAR BELAKANG
Umumnya klien dengan Perilaku Kekerasan dibawa dengan paksa ke Rumah
sakit Jiwa. Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
pengawalan oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.
Perilaku Kekerasan seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak
alat rumah tangga dan marah-marah merupakan alasan utama yang paling banyak
dikemukakan oleh keluarga. Penanganan oleh keluarga belum memadai, keluarga
seharusnya mendapat pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien (manajemen
perilaku kekerasan).
II. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal
atau marah yang tidak konstruktif. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Sedangkan menurut Depkes RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, hlm 52 tahun 1996 : “Marah adalah
pengalaman emosi yang kuat dari individu dimana hasil/tujuan yang harus dicapai
terhambat”. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit
sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan
langsung dan konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu
orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula
mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.
III. METODE TAK
A. TAK Stimulasi Kognitif / Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus, yang disediakan atau yang pernah dialami.
Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses
ini diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi
adaptif.
a. Stimulasi Sensoris
Aktivitas digunakan sebagai stimulus pada sensori klien, kemudian diobservasi reaksi
sensori klien terhadap stimulus yang disediakan berupa ekspresi perasaan secar non-
verbal.
b. TAK Orientasi Realitas
Klien diorientasikan kepada kenyataan yang ada disekitarnya (diri sendiri, orang lain
disekelilingnya, orang yang dekat dengan klien, dan lingkunan yang mempunyai
hubungan dengan klien).
Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu dan rencana kedepan,
aktivitas dapat berupa orientasi orang, waktu, tempat, benda yang ada disekitar dan
semua kondisi nyata.
c. TAK Sosialisasi
Merupakan suatu upaya untuk memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien
dengan masalah hubungan sosial. Tujuan umum dari terapi ini ialah klien dapat
meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap. Sosialisasi dapat
juga dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa. Aktifitas
dapat berupa latihan sosialisasi dalam kelompok
B. METODE : Diskusi
Dalam menggambar terdapat aspek-aspek antara lain :
1. Keterampilan motorik halus, ( menggunakan alat tulis ).
2. Kemampuan koordinasi.
3. Konsentrasi, termasuk kemampuan mengekspresikan perasaan, pikiran dan
menceritakan arti dari suatu gambar.
Ini sangat baik untuk terapi dengan klien yang memerlukan fasilitas dalam
mengembangkan kemampuan mengingat, meningkatkan ketenangan dan mengontrol
emosi.
Kegiatan ini dinamakan shering perasaan dimana anggota akan belajar untuk
saling berkomunikasi yang memiliki tujuan mengutarakan perasaan dan persepsi
dalam memperjelas sesuatu masalah yang diungkapkan, sehingga secara bertahap
klien akan melakukan hubungan sosial dengan orang lain.
1. Setiap anggota kelompok diberi kesempatan memperkenalkan diri dan yang
lain mendengarkan
2. Anggota kelompok bebas menentukan gambarnya
3. Setiap anggota kelompok diberi kesempatan untuk mengekspresikan
perasaannya dan pikirannya melalui gambar
4. Setiap anggota kelompok diminta memberikan tanggapan terhadap gambar
yang dibuatnya, maupun yang dibuat orang lain.
IV. TUJUAN
Terapi Aktifitas Kelompok :
Diharapkan dapat membantu klien dengan kasus tindak kekerasan untuk mempunyai
suatu respon yang lebih adaptif dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.
A. Tujuan Umum
1. Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungannya
2. Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan pada saat berhubungan dengan
orang lain.
B. Tujuan khusus :
1. Klien mampu memperkenalkan diri
2. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
3. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang positif yang
dimiliki.
4. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
5. Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai kemampuan yang
dimiliki.
6. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
7. Indikasi klien adalah klien dengan hubungan social : Tindak kekerasan
8. Klien tindak kekerasan yang telah mulai melakukan interaksi interpersonal
C. Tujuan hari ini
Klien mampu menyebutkan jati dirinya antara lain :
1. Menyebutkan nama lengkap
2. Membina hubungan saling percaya.
3. Dapat mewarnai gambar
4. Dapat menyebutkan apa yang digambarkan
5. Dapat memberi pendapat terhadap gambar klien yang lain
6. Dapat memberi umpan balik terhadap kegiatan tersebut
V. KRITERIA PESRTA
Persyaratan Umum
1. Klien yang tidak terlalu gelisah.
2. Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi
Aktifitas Kelompok
3. Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu berinteraksi dalam
kelompok kecil
4. Klien tenang dan kooperatif
5. Kondisi fisik dalam keadaan baik
6. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas
7. Klien yang dapat memegang alat tulis
8. Klien yang panca inderanya masih memungkinkan
Persyaratan Khusus
-
VI. WAKTU PELAKSANAAN
1. Hari / Tanggal : Rabu/13 Mei 2009
2. Waktu : Pukul 08.30 s/d 09.30
3. Perkenalan : 5 menit
4. Menggambar : 15 menit
5. Diskusi : 15 menit
6. Observer : 10 menit
VII. NAMA PESERTA DAN RUANGAN
Jumlah dan Nama Pasien
1. Tn. A
2. Tn. B
3. Tn. C
4. Tn. D
5. Tn. E
Cadangan :
1. Tn. F
2. Tn.G
Ruangan : Aula Cadika
VIII. MEDIA DAN ALAT
1. Lembaran kertas bergambar
2. Krayon / pensil untuk mewarnai
IX. SUSUNAN PELAKSANAAN
1. Kegiatan berlangsung satu season : 60 menit
2. Pembukaan dan perkenalan
3. Diawali dengan do’a
4. Penjelasan aturan kegiatan
5. Proses kegiatan
6. Shering perasaan
X. URAIAN TUGAS PELAKSANA
Peran Leader : Hasanuddin
· Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk
mengekspresikan perasaannya
· Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
· Koordinator, Mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan
cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
Peran Observer : Dewi Ratih
· Mengidentifikasi isue penting dalam proses
· Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
· Mengamati dan mencatat :
1. Jumlah anggota yang hadir
2. Siapa yang terlambat
3. Daftar hadir
4. Siapa yang memberi pendapat atau ide
5. Topik diskusi
· Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang
akan datang
· Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
Peran Fasilitator :
1. Zulkifi W.J
2. Azwar Cheiruddin
3. Fatimasam,
4. Hadawiah
· Mempertahankan kehadiran peserta
· Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
· Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun
dari dalam kelompok
XI. MEKANISME KEGIATAN
Proses Evaluasi Anggota dan Kelompok
Pelasanaan pada hari Selasa tanggal 13 Mei 2009 pukul 08.30 – 09.30
Anggota kelompok maksimal 6 orang klien
1. Anggota kelompok yang terlambat maksimal 30 % dari keseluruhan jumlah
pasien
2. Anggota kelompok yang memberikan pendapat minimal 5 orang atau 50 %
dari yang hadir
3. Anggota kelompok yang dapat mengekspresikan perasaan atau pendapat dan
tingkah laku minimal 50 %
4. Anggota kelompok yang dapat mengungkapkan perasaannya terhadap
kegiatan yanbg dilakukan diakhir kegiatan minimal 50 % dari yang hadir
XII. Pengaturan Tempat
Klien Fasilitator klien fasilitator klien
Leader
Observer
Klien Fasilitator klien fasilitator klien
Keterangan : Posisi Klien saling berhadapan
XIII. Tata Tertib dan Antisipasi
1. Tata Tertib :
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK
b. Berpakaian rapi dan bersih
c. Peserta tidak diperkenankan makan, minum dan merokok selama
kegiatan TAK
d. Peserta boleh meninggalkan ruangan sebelum tata tertib dibacakan
selama 5 menit, dan bila peserta tidak kembali ke ruangan maka
peserta tersebut diganti peserta cadangan
e. Peserta tidak diperkenankan meninggalkan ruangan setelah tata tertib
dibacakan. Bila peserta meninggalkan ruangan dan tidak bisa
mengikuti kegiatan lain setelah dibujuk oleh fasilitator, maka peserta
tersebut tidak dapat diganti oleh peserta cadangan.
f. Peserta hadir 5 menit sebelum kegiatan dimulai
g. Peserta yang ingin mengajukan pertanyaan, mengangkat tangan
terlebih dulu dan berbicara setelah dipersilahkan.
h. TAK berlangsung selama 45 menit dari pukul 08.30 sampai 09.15.
2. Program Antisipasi
a. Usahakan dalam keadaan terapeutik
b. Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota
kelompok, menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung
c. Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh
cadangan yang telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu
kepada peserta.
d. Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika
tidak bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan
penawaran.
e. Bila ada anggota yang ingin keluar, dibicarakan dan diminta
persetujuan dari peserta TAK yang lain
f. Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan tidak sesuai dengan
tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila tidak
bisa, dikeluarkan dari kelompok
g. Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator
ISI MATERI
Perilaku Kekerasan
1. Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
2. Penyebab Perilaku Kekerasan
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak
enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri,
kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
a. Frustasi, sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/
keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa
terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan
cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya
dengan kekerasan.
b. Hilangnya harga diri ; pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang
sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas
tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
c. Kebutuhan akan status dan prestise ; Manusia pada umumnya mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui
statusnya.
3. Tanda dan Gejala Orang yang Menarik Diri
a. Muka merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak
f. Memukul jika tidak senang
4. Tindakan keperawatan pada klien perilaku kekerasan
Keliat dkk. (2002) mengemukakan cara khusus yang dapat dilakukan keluarga
dalam mengatasi marah klien yaitu :
1. Tindakan Keperawatan
a. Berteriak, menjerit, dan memukul.
Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul
barang yang tidak mudah rusak seperti bantal, kasur
b. Cari gara-gara.
Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga,
Latihan pernafasan 2X/ hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembusan
nafas.
c. Bantu melalui humor.
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang
yang menjadi sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai.
2. Terapi Medis
Psikofarmaka adalah terapi menggunakan obat dengan tujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Yosep, Iyus (2007). Keperawatan Jiwa, Bandung. Refika Aditama
Stuar, Gail W, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta,EGC, Edisi 5
Keliat anna budi, (2005) Keperawatan Jiwa TAK, Jakarta:EGC
http://www.harnawatiaj.wordpress.com/ASKEP-PERILAKU-KEKERASAN«
..WELCOME TO HARNA’S WORLD.html
http://www.panji.wordpress.com/askep-perilaku-kekerasan.html
http://www.zawani.wordpress.com/askep-perilaku-kekerasan.html