Teori-Teori Sosiologi Pendidikan
-
Upload
ani-mahisarani -
Category
Education
-
view
540 -
download
1
Transcript of Teori-Teori Sosiologi Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan bab yang dijadikan bahan laporan penulis berjudul Teori-Teori
Sosiologi Pendidikan. Alasan penulis memilih judul buku ini karena buku ini
merupakan buku yang telah ditentukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Sosiologi Antopologi Pendidikan berupa laporan buku. Buku ini dijadikan
materi untuk pembelajaran.
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena sosial yang
terjadi dalam masyarakat. Fenomena sosial dalam masyarakat banyak ragamnya
kadangkala fenomena sosial berkembang menjadi suatu masalah sosial akibat
perbedaan cara pandang mengenai fenomena tersebut. Dalam menyelesaikan
masalah sosial dibutuhkan suatu teori untuk menyelesaikannya. Teori- teori
tersebut lahir dari pengalaman- pengalaman yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Karena setiap individu mengalami pengalaman yang berbeda maka teori
yang muncul juga akan berbeda pula antara satu individu dengan individu lainnya.
Perspektif teori digunakan ilmuwan mendasari penjelasan logika tentang
suatu hal atau objek kajian, disamping menjadi guide dalam alur kerja secara
sistematik dalam mebahasa gejala yang terdapat dalam objek kajian tersebut.
Terdapatnya keanekaragaman intrepretasi terhadap suatu gejala menunjukkan
keanekaragaman teori yang digunakan dalam membahas objek kajian, karena
1
setiap teori memiliki implikasi yang berbeda dalam penekanan kajian dan
penjabarannya.
1.2 Ruang Lingkup
Laporan ini membahas mengenai teori-teori sosiologi pendidikan. Dengan
sub bahasan sebagai berikut: Teori Fungsionalisme, Teori Konflik, dan Teori
Interaksi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Fungsionalisme
Parelius (1978) mengemukakan dua teori terhadap penggunaan perspektif
konflik dalam mengkaji pendidikan, yaitu teori konsensus dan teori konflik.
Sedangkan Ballentine mengemukakan tiga teori diantaranya teori fungsionalisme,
konflik dan interaksi.
Teori fungsionalisme yang merujuk teori struktural-fungsionalisme,
konsensus, atau teori equilibrium. Didasari oleh asumsi bahwa lembaga-lembaga
sosial yang ada di masyarakat merupakan bagian dari masyarakat dan memiliki
ketergantungan satu sama lain, masing-masing memberikan konstribusinya
kepada yang lainnya dalam mengoperasikan kegiatan sesuai dengan fungsi yang
dimiliki dalam masyarakat.
Teori konsensus meyakini bahwa masyarakat terdiri dari berbagai macam
aspek yang memiliki jenis, dan fungsi yang berlainan, akan tetapi setiap aspek
mempunyai ketergantungan dan saling memberikan sumbangan atau dukungan
menjaga keseimbangan dan ketangguhan sistem sosial secara menyeluruh.
Manakala ditemukan gangguan satu aspek/bagian dari sistem sosial tersebut, atau
bahkan mengancam untuk menghancurkannya, maka aspek lainnya memberikan
reaksi yang membawa sistem kembali kepada keseimbngan semula.
3
Teori fungsional memfokuskan studinya pada pertanyaan pokok tentang
struktur dan fungsi organisasi. Sebagai contoh, ahli sosiologi menggunakan
pendekatan teori ini mengkaji sistem pendidikan yang memusatkan perhatian pada
struktur organisasi, seperti; sub-sistem dan tujuan pokok pendidikan. Ahli
sosiologi mengkaji kejadian tersebut dari persepektif teori dan mengandung hal
tersebut sebagai fungsi pendidikan pada masyarakat. Sejak anak belajar menjadi
anggota masyarakat dan mengembangkan nilai sosial untuk berhubungan dengan
yang lainnya, sekolah merupakan tempat latihan bagi anak. Mengikuti pendapat
Durkheim, ahli sosiologi memandang sekolah merupakan lembaga transmisi
moral, pendidikan persiapan kerja, disiplin, serta nilai-nilai penting untuk menjaga
kelangsungan hidup masyarakat.
Ann Parker Parelius dan Robert J Parelius (1978) mengungkapkan bahwa
terdapat kunci pokok secara formal dari teori ini, yaitu berkaitan dengan: Sruktur
dan Fungsi, Integrasi, Stabilitas, dan Konsensus. Cakupan maksud dari hal-hal
tersebut dapat diikuti dalam pembahasan berikut.
a. Sruktur dan Fungsi
Teori konsensus melihat bahwa masyarakat memiliki bagian-bagian yang
terwujudkan adanya struktur sosial dalam kehidupan masyarakat, walaupun
terdapat ketidaksetujuan dalam memandang bagian ini. Teori ini berbeda dari
teori lainnya dalam penekanannya terhadapkontribusi masing-masing bagian
pada masyarakat untuk membuat ajeg secara keseluruhan. Kontribusi-
kontribusi tersebut sebagai fungsi, dan teori ini pula memusatkan
perhatiannya tentang bagaimana mengembalikan kontribusi positif seperti
4
keanekaragaman bagian pada masyarakat dalam membuat berfungsinya
keseluruhan dan mengabaikannya akibat merusak bagian lain.
b. Integrasi
Teori Konsensus menekankan bahwa keanekaragaman bagian pada
masyarakat saling mengintegrasikan satu sama lainnya. Perubahan yang
terjadi dalam satu bagian masyarakat akan berpengaruh kepada keseluruh
bagian lainnya. Bahkan bagian-bagian ini tidak hanya saling
berketergantungan, tetapi mereka saling berkoordinasi dan melengkapi.
Mereka jarang berada dalam kondisi oposisi atau konflik satu sama lain.
Setiap bagian memberikan dukungan dalam penyelesaian pekerjaannya
masing-masing pada keseluruhan fungsi yang dimilikinya dalam masyarakat.
Teori ini mengakui pula bahwa integrasi tak pernah lengkap, beberapa bagian
mungkin saling tumpang tindih atau saling bertautan secara menyeluruh. Pada
umumnya, teori ini menekankan cara keanekaragaman elemen pada sruktur
sosial dalam bekerja sama untuk memelihara keseluruhan sistemsosial.
c. Stabilitas
Tidak ada sekelompok masyarakat yang statis secara keseluruhan, dan teori
konsensus tidak dapat dielakan. Walaupun, teori konsensus menekankan
perlu adanya kekuatan yang memelihara masyarakat dalam kondisi yang
relatif stabil daripada terjadinya perubahan radikal dan kasar.
Teori konsensus mengakui pula bahwa sekuat-kuatnya fondasi lembaga dasar,
seperti: keluarga dan kesepakatan nilai dan tingkah laku yang
beranekaragaman tetapi tetap memiliki pertumbuhan dan perkembangan dari
5
satu masa ke masa lainnya. Hal ini merupakan bukti bahwa masyarakat yang
lamban pun mengalami perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi diharapkan
tidak merubah sruktur secara cepat dan menyeluruh sehingga perubahan
tersebut tidak menimbulkan resiko yang fatal bagi kelangsungan sistemsosial.
d. Konsensus
Masyarakat mengalami perubahan, dan itu menunjukan hal yang bersifat
alami, tetapi selalu disesuaikan dengan kepentingannya dan dipertimbangkan
resikonya. Konsensus mudah dilakukan dalam kelompok masyarakat kecil
dibanding dalam masyarakat industri modern yang luas.
Teori konsensus menyatakan bahwa dalam setiap masyakat modern atau
rakyat biasa, luas terdapat seperangkat sumbangan pemikiran secara abstrak
dan kompleks tentang dunia kehidupan bermasyarakat. Konsensus ini
diperoleh dari keseluruhan proses sosialisasi, dan di dalam masyarakat
modern fungsi sosialisasi ini pada dasarnya dibentuk oleh keluarga dan
sekolah. Kritikan yang dilontarkan untuk hal ini adalah menyangkut
penekanan teori ini pada kesamaan di antara masyarakat dan mengabaikan
perbedaan kepentingan, nilai, dan kepercayaan yang terdapat dalam
masyarakat pluralistik yang kompleks.
2.2 Teori Konflik
Teori konflik didasari asumsi bahwa ketegangan yang terdapat di dalam
masyarakat diciptakan oleh adanya kompetisi kepentingan individu dan
kelompok.(Ballantine). Memusatkan perhatian pada paksaan yang terjadi pada
6
masyarakat dan berpengaruh pada perubahan sosial. Pada teori konflik, kekuatan
perjuangan merupakan dinamik pokok dalam kehidupan sosial. Pada satu sisi,
masyarakat disatukan oleh kelompok sosial yang menuntut kerjasama dari pihak
yang memiliki kekuatan, pada sisi lain masyarakat tak henti-hentinya berubah
dalam situasi yang membahayakan kemudian diintegrasikan.
Melalui usaha integrasi lahirlah kelompok elit baru untuk menggantikan
kelompok lama. Teori konflik memandang sistem sosial terbagi kedalam
kelompok dominan dan kelompok bawahan. Kelompok bawah dieksploitasi oleh
kelompok dominan dalam menentukan keseluruhan atau kebanyakan nilai-nilai
kehidupan bermasyarakat.
Para teoritis konflik memandang konflik dan pertentangan kepentingan dan
perhatian dari berbagai individu dan kelompok yang saling bertentangan, sebagai
penentu utama dalam pengorganisasian kehidupan sosial.
Weber mengungkapkan dua tipe dari konflik, yaitu: pertama, konflik di arena
politik yang sangat fundamental. Hal ini dilandasi oleh keinginan memperoleh
kekuasaan dan dominasi oleh sebagian individu terhadap yang lainnya, dan ini
terjadi pada lingkungan penyelenggara pendidikan. Kedua, konflik dalam hal
gagasan dan cita-cita.
Kunci pokok teori konflik terdiri dari;
a. Konflik
Teori konflik memiliki ciri bahwa setiap lembaga sosial dan kelompok
biasanya bekerja sama menurut tujuan yang berlawanan satu sama lainnya.
Tujuan dan program pada suatu kelompok sering mendapat tujuan tambahan
7
dari tujuan dan program yang lain. Kepentingan kelompok yang memegang
kekuatan memperuncing pertentangan dengan minat kelompok bawah.
Konflik kemudian mempengaruhi usaha kelompok kuat untuk menguasai,
walaupun kadangkala konflik ini relatif secara diam-diam tetapi sering pula
muncul secara terbuka dan kasar.
b. Perubahan
Kelanjutan perjuangan kekuatan diantara kelompok menghasilkan keadaan
yang terus menerus berubah secara konstan. Waktu yang relatif tenang dan
stabil dengan jelasterjadi, tetapi selalu diselingi masa perubahan cepat dan
terjadi pergolakan.Masa tenang mungkin terwujud dalam kondisi
tergabungnya keseluruhan kekuatan perlawanan dengan kekuatan pertahanan.
Apabila terjadi perubahan dalam kekuatan maka dapat menimbulkan
kerusuhan, pemberontakan dan revolusi.
c. Paksaan
Pada kelompok yang memiliki kekuatan yang cukup maka selalu
menggunakan kekuatannya untuk memobilisasi kelompok yang lemah,
bahkan sering dilakukan melalui paksaan-paksaan untuk memenuhi
kepentingan dan menjaga kestabilan kelompoknya. Paksaan ini dilakukan dari
dominasi cita-cita, gagasan dan ide sampai kepada paksaan secara fisik.
Bahkan kelompok dominan akan propaganda dan menindoktrinasikan
tekanan dalam usaha untuk meyakinkan eksistensi dari kelompoknya.
8
Paksaan ini mungkin dilakukan secara positif ataupun negatif, tetapi
kelompok yang dominan menggunakan cara-cara tesebut sebagai alat untuk
menguasai atau mempengaruhi kelompok bawah.
2.3 Teori Interaksi
Padapendekatanteoriketigainimemandangbahwasosiologimempunyaiperhatianpad
ainteraksi yang
terjadidiantaraindividudenganindividulainnya.Setiapindividumemberikansumbang
anbudayadalamusahamenjabarkandanmenetapkanlembaga-
lembagasosialdalamcara-cara yang
samaakibatdarikesamaansosialisasipengalamandanharapan. Olehkarenaitu,
kesepakatannormamenjadidasarbagisetiapindividuuntukmengembangkandanmem
bimbingpelahirantingkahlaku, meskipadakenyataansehari-
harikitadapatmemungkiriadanyaperbedaan individual mendasaripadapengalaman,
kelassosial, dan status.
Pendekatanteoriinteraksitelahberkembangsejak PD II,
danmenekankanpadaperkawinanpendekatansosialpsikologi. Para
ahlisosiologipendidikanmenggunakanpendekataninidalammemperhatikaninteraksi
individudalamkelompok; kelompokberteman, guru siswa, guru dankepalasekolah,
yang memilikidampakterhadapsikapdankemampuansiswa, padanilaisiswa,
padakonsepdirisiswadanpengaruhnyaterhadapaspirasi; danpada status
sosialekonomi yang berkaitandengankemampuansiswa.
9
Pemahamansosiologipendidikan yang baruinitelahmenjadiperhatianahli-
ahlisosiologi di Inggrissejakawaltahun 1970,
dantumbuhsertamendapatdukungandariahli-ahlisosiologi di Amerikaserta di
tempatlainnya.Padatanggapannyaterhadappendekatan "makrokosmik" yang
hanyamempunyaiperhatiansedikitpadainteraksi.Teoriinimemandangbahwapendek
atanmakromempelajarimasyarakatberdasarkankarakteristiksecarakeseluruhannya,
padahal di dalamnyaterdapatkeanekaragaman individual,
baikdarisegidoronganmaupunharapan.
Teoriinteraksimenekankanperlunyadilakukananalisis di tingkatmikro,
karenasegalamacamkeputusandalammenetapkanpandangandipengaruhiolehberbag
aimacamaspekatau unit-unit
dalaminteraksisosial.Asumsidasarteoriinidilandasiolehpemikiranbahwakehidupan
social hanyabermaknapadatingkatindividuatauinteraksisosial.Padakenyataansosial,
tidakmungkinadanyarealitassosial yang obyektifterhadapsuatueksistensi yang
subyektif, setiapindividuakanmemilikipandangan yang
berbedaterhadapsesuatuobyek yang dihadapinya.
Lebihjauh lagi,
teoriinimenekankanpadapemahamanpandanganpikiransehatterhadaprealitas,
pandangan kitaterhadap peristiwadansituasi di
sekitarkitadanmereaksinyasebagaimanakitaperbuat.Aplikasinyapadapendidikandi
wujudkandalambentukkajian proses interaksi di dalamkelas,
pengelolaandanpenggunaanpengetahuan, pertanyaantentangapakahhalitudiajarkan,
materikurikulum, danhallainnya.
10
Teoriinididasariolehpemikirantentanginteraksisimbolik, ethnomethodology,
dan phenomenology, danberpendapatbahwa alternative secararadikaldalam
sociology of education dibutuhkanapabilakitamengharapkanpemahaman system
pendidikansesuaidenganrealitas .
Interaksisimbolistelahdiperhalusuntukdijadikansalahsatupendekatansosiologis
oleh Herbert Blumerdan George Herbert
Mead.Pandanganbahwamanusiasebagaiindividu yang bepikir, berperasaan,
memberikanpengertiankepadasetiapkeadaan,
danmelahirkanreaksidanintrepetasiterhadapsetiaprangsangan yang dihadapinya.
Kejadian-kejadiantersebutdilakukanmelaluiintrepretasisimbol-
simbolataukomunikasi yang dilakukanmelaluibahasa, gerak, rasa simpati, empati,
danpelahirantingkahlakulainnya yang
menunjukkanreaksiatauresponterhadaprangsangan-rangsangan yang dating
kepadadirinya. Bentuk symbol
inimenunjukkanpenolakanataupersetujuanterhadappihak di luardirinya.
Kadangkalarespon yang diberikandipengaruhiolehberbagaikarakteristik yang
dimilikiindividu, seperti status sosial, situasirelasi, danmotivasi.
Fenomenologi memiliki kesamaan dengan interaksionalisme simbolis.
Murphy mengungkapkan pandangan para fenomenologi bahwa kita tak akan
pernah mengenal realita secara langsung akan tetapi mengenalnya melalui
penafsiran dari kesadaran kita. penafsiran ini banyak diwarnai oleh pengetahuan
yang dimiliki oleh individu itu sendiri. Fenomenologi mempelajari perolehan,
11
makna dan interpretasi pengetahuan atas kesadaran, serta interaksi individu yang
diakibatkan oleh hal-hal tersebut.
Syamsir (2006, hal 11), Alfred de eschutz berpendapat bahwa teori
fenomenologi adalah tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila
manusia memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakan tertentu dan
manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti.
Pemahaman secara subjektif terhadap suatu tindakan sangat menentukan
kelangsungan interaksi sosial.
Etnometodologi merupakan kajian yang berkaitan dengan metode-metode
yang dipakai individu dalam melahirkan interaksi dengan individu lainnya. Oleh
karena itu, setiap individu selalu memikirkan tentang bagaimana interaksi itu bisa
terjadi sesuai dengan motivasi dan harapannya. Untuk kepentingan ini lahirlah
berbagai macam cara atau pendekatan dalam mewujudkan interaksi individu
dengan individu lainnya.
Etnometodologi adalah cabang dari fenomenologi yang mempelajari dan
berusaha menangkap arti dan makna kehidupan sosial suatu masyarakat
berdasarkan ungkapan-ungkapan atau perkataan-perkataan yang mereka ucapkan
atau ungkapkan secara eksplisit maupun implisit. Pendidikan tidak hanya akan
mengubah kehidupan seseorang melalui ilmu yang diberikan tetapi juga cara
pemikiran seseorang melalui semua hal yang ia dapat baik dari manusia itu sendiri
(guru) tetapi juga alam.
BAB III
12
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam membahas pendidikan melalui sosiologi digunakan beberapa teori
diantaranya, teori fungsionalisme, teori konflik, dan teori
interaksi.TeoriFungsionalisme didasari oleh asumsi bahwa lembaga-lembaga
sosial yang ada di masyarakat merupakan bagian dari masyarakat dan memiliki
ketergantungan satu sama lain, masing-masing memberikan konstribusinya
kepada yang lainnya dalam mengoperasikan kegiatan sesuai dengan fungsi yang
dimiliki dalam masyarakat.Teori konflik didasari asumsi bahwa ketegangan yang
terdapat di dalam masyarakat diciptakan oleh adanya kompetisi kepentingan
individu dan
kelompok
.Sedangkanteoriinteraksididasariolehasumsibahwasosiologimempunyaiperhatianp
adainteraksi yang terjadidiantaraindividudenganindividulainnya.
3.2 Kelebihan dan Kekurangan Isi Buku
Secara keseluruhan buku ini baik digunakan untuk materi pembelajaran mata
kuliah terkait. Namun masihmemiliki banyak kekurangan, diantaranya bahasa
yang digunakan sulit dipahami, materi yang disajikan terlalu singkat dan kurang
jelas.
13