PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS...

22
APLIKASI TEORI STRUKTUR DAN STRATIFIKASI SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pembangunan Dosen Pengampu : Drs. Zaini Rochmad, M.Pd Disusun Oleh : KELOMPOK II AKBAR Y. ATMAJA (K8408022) ENDAH DWI RAHMAWATI (K8408036) SITI KARIMAH CHOIRUNISA’ (K8408060) YENI SUSANTI (K8408064) PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS...

Page 1: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

APLIKASI TEORI STRUKTUR DAN

STRATIFIKASI SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sosiologi Pembangunan

Dosen Pengampu : Drs. Zaini Rochmad, M.Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK II

AKBAR Y. ATMAJA (K8408022)

ENDAH DWI RAHMAWATI (K8408036)

SITI KARIMAH CHOIRUNISA’ (K8408060)

YENI SUSANTI (K8408064)

PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

A. PENDAHULUAN

Pembangunan sebagai upaya perbaikan pada seluruh aspek tatanan

masyarakat yang mencakup sistem sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur,

pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander

1994). Pembangunan yang sangat kompleks tersebut membutuhkan sebuah

konsep yang relevan hubungannya dengan lokasi dan masyarakat (objek) yang

akan dijadikan sasaran dari pembangunan tersebut. Maka dalam perencanaan

pembangunan perlu diperhatikan keberadaan struktur masyarakat yang menjadi

sasaran dari pembangunan sebab struktur dan infrasetruktur merupakan jembatan

bagi tercapainya pembangunan yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat. Disisi lain struktur dan infrasetruktur itu sendiri dapat pula menjadi

sasaraan dari pembangunan untuk diperbaiki, karena keberadaan struktur

masyarakat yang buruk juga akan menghambat tercapainya pembangunan-

pembangunan selanjutnya.

Membahas struktur masyarakat maka tidaklah dapat terlepas dari

fenomena negara, masyarakat dan politik. Kompleksitas dan misteri yang

menyelubungi fenomena tersebut dengan jelas dicerminkan dalam pikiran-pikiran

yang terkandung dalam beberapa konstruksi teori dan argumentasi pada abad

kesembilan belas. Beberapa teoritisi klasik seperti Marx, Weber dan Durkheim,

telah berusaha mencari jawaban pada hampir kecenderungan sosial, ekonomi dan

politik yang kuat yang berkembang sejak abad keenambelas di Eropa. Marx

misalnya, mencari jawab pada struktur ekonomi, arah dan lingkungan, latar

belakang feodalisme, keterhubungan dan kebebasannya dengan masyarakat sipil,

birokrasi, pembagian kerja dan evolusi masyarakat secara keseluruhan. Durkheim

mencarinya pada pembagian kerja sosial, sentralisasi, hukum administrasi,

masyarakat dan rasionalitas, kebebasan individu, otoritas dan hirarki dan pada

perkembangan patologis. Sedangkan Weber mencarinya pada kekuasaan,

dominasi dan penaklukan, birokrasi, hukum, rasionalitas, otoritas, penggunaan

kekerasan secara syah dan jenis-jenis perekonomian.

Maka aplikasi dari strukturasi selalu hadir dalam setiap proyek

pembangunan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun lembaga-

lembaga non pemerintahan.

2

Page 3: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

B. PEMBAHASAN

1. Konsep Struktur

Secara harfiah, struktur bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk.

Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, ada pula struktur yang berkaitan

dengan sosial. Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau

susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam

masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau horizontal. Para ahli sosiologi

merumuskan definisi struktur sosial sebagai berikut:

George Simmel: struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola

perilakunya.

Soerjono Soekanto: struktur sosial adalah hubungan timbal balik antara

posisi-posisi dan peranan-peranan sosial.

George C. Homans: struktur sosial merupakan hal yang memiliki

hubungan erat dengan perilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.

William Kornblum: struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi

karena adanya pengulangan pola perilaku undividu.

Douglas (1973): mikrososiologi mempelajari situasi sedangkan

makrososiologi mempelajari struktur.

Gerhard Lenski : menekankan pada struktur masyarakat yang diarahkan

oleh kecenderungan jangka panjang yang menandai sejarah.

Talcott Parsons : struktur sebagai kesalingterkaitan antar manusia dalam

suatu sistem sosial.

Coleman : struktur sebagai pola hubungan antar manusia dan antar

kelompok manusia atau masyarakat.

Kornblum (1988): struktur merupakan pola perilaku berulang yang

menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok dalam

masyarakat. Mengacu pada pengertian struktur sosial menurut Kornblum

yang menekankan pada pola perilaku yang berulang, maka konsep dasar

dalam pembahasan struktur adalah adanya perilaku individu atau

kelompok. Perilaku sendiri merupakan hasil interaksi individu dengan

3

Page 4: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

lingkungannya yang didalamnya terdapat proses komunikasi ide dan

negosiasi.

Struktur sosial dapat juga diartikan sebagai “jaringan dari pada

unsur-unsur sosial yang pokok dalam kehidupan di masyarakat”. Unsur-unsur

sosial yang pokok tersebut antara lain: (1) interaksi sosial; (2) kelompok

sosial; (3) kebudayaan atau nilai-norma sosial; (4) lembaga-lembaga sosial;

(5) stratifikasi sosial; dan (6) kekuasaan atau wewenang (Soekanto, S., 1984).

Konsep “struktur” yang dipergunakan dalam analisis teori-teori

sosiologi. Dalam hal ini ada dua konsep yang berbeda yaitu: Pertama, konsep

“struktur” menurut pandangan teori fungsional struktural, adalah sesuatu

yang berada di luar (eksternal) aktor dan memaksa (determinis) pada aktor

atau individu dalam melakukan aktifitas sosial di masyarakat. Jadi, struktur

sosial berperan untuk membentuk, mengekang dan menentukan aktifitas sosial

individu dalam masyarakat, dan Kedua, konsep “struktur” menurut

pandangan teori strukturasi Anthony Giddens, yaitu: Struktur dimaknai

sebagai “properti-properti” yang berstruktur, atau seperangkat atau

sekumpulan aturan dan sumber daya yang berulangkali terorganisasi

(recursively organized sets of rules and resources).

Struktur hanya ada di dalam dan melalui aktivitas agen manusia.

Struktur bukan bersifat mengekang, mewarnai, membentuk dan memaksa

tindakan sosial individu di masayarakat, sebab ada faktor agen (kemampuan

jiwa, pikiran individu) juga ikut mewarnai, menentukan aktifitas sosial

individu di masyarakat (Giddens, 1984; Faisal, S. 1998). Jadi, dalam

pandangan teori strukturasi, makna struktur sosial bisa menggambarkan

fenomena yang berskala makro dan juga menggambarkan fenomena yang

berskala mikro, keduanya (makro-mikro) saling mengisi.

Menurut Mc. Guire dalam Soekanto, S., (1984), bahwa mengkaji

tentang struktur sosial harus dipahami dimensi-dimensi struktur sosial

masyarakat, sedangkan dimensi-dimensi struktur sosial adalah:

a) Dimensi yang mencakup status atau kedudukan sosial (social status), yang

bisa didasarkan atas: status keluarga atau keturunan, status kekayaan,

4

Page 5: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

status keahlian atau kemampuan, status pengaruh/ kekuasaan, status adat

atau tradisi dan sebagainya. Dari status tersebut tersebut memunculkan

stratifikasi sosial dalam tiga lapisan, yaitu: upper class, middle class, dan

lower class.

b) Dimensi yang mencakup lembaga-lembaga sosial (social institution), yaitu

meliputi: political institution, domestic institution, economc institution,

educational institution, scientific institution, religious institution, somatic

institution, dan sebagainya.

c) Dimensi yang mencakup derajat konformitas terhadap perilaku yang tidak

dikehendaki atau yang dikehendaki oleh masyarakat. Konformitas tersebut

mencakup titik yang paling patut dilakukan sampai pada penyimpangan

(deviant).

d) Dimensi yang mencakup kelompok-kelompok sosial, misalnya: calor

caste, ethnic group, varian orientation, varian by society, dan sebagainya.

Keempat, konsep kehidupan sosial sebagai suatu sistem. Kehidupan

sosial disebut sebagai ‘sistem sosial’ adalah karena dalam kehidupan sosial

terdapat unsur-unsur (sebagai sub unsur), yang masing-masing unsur sosial

tersebut bertindak sebagai sub sistem yang saling mempengaruhi atau kait

mengkait dalam proses kehidupan.

Berdasarkan dimensi-dimensi tersebut maka dapat diaplikasikan

dalam mengevaluasi sistem pembangunan khususnya yang telah, sedang dan

akan terjadi di Indonesia. Mulai dari dimensi yang pertama yaitu status sosial,

dimana status sosial seseorang terkadang akan mempengaruhi tingkat

partisipasinya dalam pembangunan. Misalnya individu dengan kedudukan

yang tinggi akan lebih dipercaya untuk menangani proyek-proyek tertentu

dalam suatu upaya pembangunan. Tetapi tidak jarang pula jika akibat status

sosial tersebut memunculkan kelas-kelas dan memicu adanya konflik antar

kelas yang dapat menghambat pembangunan.

Kemudian pada dimensi yang kedua, mencakup lembaga-lembaga

sosial. Lembaga-lembaga local tempat sasaran pembangunan memberikan

peran yang sangat besar terhadap keberhasilan pembangunan. Lembaga local

5

Page 6: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

tersebut meliputi organisasi-organisasi yang didirikan oleh masyarakat

setempat pada lingkup wilayah tertentu. Lembaga local akan memberikan

informasi permasalahan dan kebutuhan masyarakat sehingga upaya

pembangunan yang akan dilaksanakan akan tepat sasaran dan relevan dengan

kebutuhan masyarakat serta mendapat respon yang besar dari warga

masyarakat.

Ketiga, konformitas sebagai memicu munculnya penyimpangan akan

menjadi bahan renungan bagi para penyelenggara pembangunan untuk segera

dikendalikan dan diselesaikan, misalnya saja memberikan pemberdayaan

kepada masyarakat dari segi ekonomi demi mengurangi jumlah pengangguran

sehingga dapat meminimalisir tindakan criminal.

Dimensi terakhir adalah mencakup kelompok sosial. Adanya

kelompok-kelompok sosial ini dapat memberikan gambaran kepada

penyelenggara pembangunan untuk mengadakan pemberdayaan berbasis

komunitas.

Menurut Berry, D., (1981), bahwa sistem sosial pada dasarnya adalah

bagian dari pembahasan tentang masyarakat (society), dalam dialog sehari-hari

sering pengertian “masyarakat” dengan “sistem sosial” hampir sinonim,

terutama dalam mengungkap tentang “sistem masyarakat” dengan “sistem

sosial”, padahal tidak selalu demikian, karena meskipun konsep sistem dapat

dikenakan pada masyarakat yang memiliki kekuatan impersonal terhadap

individu, sistem juga dapat berhubungan dengan aspek-aspek atau karakter

individu, misalnya: sistem di universitas bisa mendorong dosen bertindak

otoriter, sistem dalam kepartaian, bisa mendorong DPR melakukan korupsi,

sistem rumah sakit bisa menyebabkan orang menjadi sakit (hal ini sering

disebut dimensi latensi).

Sedangkan karakteristik suatu sistem sosial adalah: Pertama, ditinjau

dari ruang lingkupnya, maka sistem sosial dapat dikelompokkan menjadi dua,

yaitu bersifat makro, dan mikro. Bersifat makro adalah menunjuk pada sistem

sosial (sistem masyarakat) yang berskala besar atau luas, misalnya: Sistem

pendidikan nasional; Sistem peradilan negara; Sistem perdagangan nasional;

6

Page 7: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

Sistem pertahanan nasional. Jadi unsur-unsur dalam sistem makro atau sub

sistem sosial makro juga sangat luas atau kompleks. Sedangkan sistem sosial

yang bersifat mikro adalah menunjuk pada bentuk sistem sosial yang kecil,

misalnya sistem keluarga. Jadi sub sistem atau unsur-unsur dalam sistem

keluarga juga sempit dan kecil, misalnya dalam keluarga inti, sub unsurnya

adalah ayah, ibu dan anak, Kedua, perubahan atau perkembangan dari salah

satu aspek atau unsur atau sub sistem akan mempengaruhi atau menghasilkan

perubahan pada sub sistem lainnya, misalnya perubahan pada sub sistem

ekonomi nasional akan membawa implikasi perubahan pada aspek politik,

aspek keamanan atau sub sistem lainnya, dan Ketiga, antara sub sistem satu

dengan sub sistem lainnya dalam ’sistem sosial’ bersifat deterministik (saling

mempengaruhi).

Sifat determinasi sub sistem satu pada sub sistem lainnya dalam

sistem sosial tersebut akan memungkinkan menghasilkan dua bentuk, yaitu:

(1) membawa perubahan yang mengarah kepada pulihnya kembali

keseimbangan sistem (equilibrium) dan mempertahankan status quo; dan (2)

membawa perubahan yang mengarah pada kegoncangan sistem karena

munculnya beragam perilaku menyimpang para angggota sistem (Soekanto,

S., 1984; Ritzer, G and Goodman, D.J. 2003).

Dalam kehidupan masyarakat modern, sistem sosial akan berkembang

semakin kompleks, terdiferensiasi, terintegrasi dan banyak ditandai oleh

pertimbangan-pertimbangan instrumental, karena perkembangnya spesialisasi-

spesialisasi bidang kehidupan (Habermas, J., 1986). Suatu kehidupan sosial

dianggap sebagai suatu sistem sosial, mengandung arti bahwa kehidupan

sosial tersebut mempunyai unsur-unsur atau sub unsur sosial yang saling

berinteraksi satu dengan lainnnya, dan unsur-unsur tersebut membentuk

struktur sistem sosial itu sendiri dan mengatur sistem sosial. Unsur-unsur

sistem sosial tersebut antara lain: (a) pengetahuan atau keyakinan; (b)

sentimen atau perasaan (tindakan afektif); (c) tujuan atau sasaran atau cita-

cita; (d) nilai dan norma sosial; (e) kedudukan (status) dan peranan (role)

sosial; (f) stratifikasi sosial (tingkatan sosial seseorang dalam kelompok); (g)

7

Page 8: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

kekuasaan atau pengaruh (power), atau wewenang; (h) sanksi atau

pengendalian atau kontrol sosial; (i) sarana atau fasilitas dalam kehidupan

kelompok; dan (j) tekanan dan ketegangan (Sulaeman, M., 1998).

Contoh keterkaitan antar unsur-unsur sosial tersebut dalam kehidupan sosial

yang menggambarkan suatu sistem adalah: misalnya dalam kehidupan

keluarga, seseorang yang membangun kehidupan keluarga agar berlangsung

secara integratif, maka: (a) harus mendasarkan pada sistem keyakinan atau

pengetahuan yang baik tentang syarat-syarat membangun keluarga bahagia

(integratif); (b) proses sosialisasi dan interaksi antar anggota keluarga (ayah,

ibu dan anak) tersebut harus berdasarkan ikatan batin yang kuat, satu

keyakinan, satu perasaan atau didasarkan pada tindakan afektif; (c) semuan

anggota keluarga dalam menjalin interaksi dan sosialisasi harus berdasarkan

pada tujuan atau sasaran atau cita-cita yang telah disepakati dalam keluarga,

yaitu mencapai keluarga bahagia (keluarga yang integratif); (d) dalam

membangun keyakinan, interaksi dan untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan

keluarga, harus mendasarkan pada nilai dan norma yang telah disepakati

dalam keluarga; (e) dalam upaya mewujudkan peran atau fungsi anggota

keluarga di atas, maka harus diperhatikan keberagaman kedudukan (status)

atau lapisan status dan peranan (role) masing-masing angggota dalam

keluarga; (f) dalam upaya merealisasikan tujuan terwujudkan integrasi

keluarga, maka diperlukan figus orang tua yang melaksanakan wewenang atau

kekuasaan dalam keluarga secara demokrasi; dan (g) agar pelaksanaan

pemberian layanan pendidikan pada anaka dan anggota keluarga secara baik

maka diperlukan sarana dan prasarana dengan baik dan adanya sistem kontrol

yang tegas tetapi mendidik.

2. Ciri-Ciri Struktur Sosial dan Aplikasinya dalam Pembangunan

Struktur sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut ;

a) Muncul pada kelompok masyarakat

b) Erat dengan kebudayaan

c) Dapat berubah dan berkembang

8

Page 9: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

Dalam kaitannya dengan sosiologi pembangunan, ketiga ciri-ciri struktur

sosial tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Muncul pada kelompok masyarakat

Struktur sosial hanya bisa muncul pada individu-individu yang

memiliki status dan peran. Pada setiap sistem sosial terdapat macam-

macam status dan peran indvidu. Status yang berbeda-beda itu merupakan

pencerminan hak dan kewajiban yang berbeda pula. Status dan peranan

masing-masing individu hanya bisa terbaca ketika mereka berada dalam

sebuah kelompok atau masyarakat. Dalam hal ini lebih sering disebut

sebagai komunitas (community), maka dalam pembangunan sering kita

kenal adanya pembangunan berbasis komunitas (community development).

Pembangunan dengan konsep komuitas ini merupakan aplikasi

dari pembanguan berbasis strukturasi karena didalam prosesnya

melibatkan individu-individu, bukan secara universal tetapi sesuai dengan

peran dan statusnya dalam sebuah masyarakat/komunitas. Maka

pembangunan yang melibatkan peran dan status masing-masing individu

secara tidak langsung telah merangsang munculnya partisipasi masyarakat.

b) Erat dengan kebudayaan

Kelompok masyarakat lama kelamaan akan membentuk suatu

kebudayaan. Setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya sendiri.

Indonesia mempunyai banyak daerah dengan kebudayaan yang beraneka

ragam. Hal ini menyebabkan beraneka ragam struktur sosial yang tumbuh

dan berkembang di Indonesia.

Modal budaya juga menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan

pembangunan sebab dengan pendekatan nilai-nilai budaya, diharapkan

kebijakan yang akan diambil dapat melahirkan suatu keputusan yang

benar-benar memperoleh dukungan masyarakat.

Budaya dan struktur yang terdapat didalamnya memiliki peran

yang penting dalam pembangunan, yaitu : (1) dalam konteks

pembangunan, nilai-nilai budaya yang bersemayam dalam keyakinan

hidup manusia merupakan potensi dan kekuatan utama dalam

9

Page 10: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

merencanakan kebijaksanaan pembangunan, khususnya dalam upaya

peningkatan kesejahteraan masyarakat, (2) spesifikasi budaya daerah

merupakan acuan pendekatan strategis dalam menentukan prioritas

pengembangan potensi masyarakat, (3) pemahaman terhadap nilai-nilai

budaya itu sangat penting bagi pembentukan pribadi anggota masyarakat

dalam berhadapan dengan masa depan yang cenderung rasionalis, (4) nilai

budaya penting bagi pembangunan kesejahteraan masyarakat, untuk

menumbuhkan hasrat masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya alam,

(5) dalam upaya pengembangan kebudayaan nasional perlu menggali

potensi budaya daerah yang dapat memberikan kontribusi kepada

kepribadian bangsa yang khas dan positif bagi integrasi dan pembangunan

nasional, (6) oleh karena integritas nasional sangat erat kaitannya kualitas

kebudayaan nasional, maka langkah alternatif pemeliharaan dan

pengembangan yang terbaik adalah dengan melakukan pendekatan

kultural, (7) modal budaya sebagai kekuatan mobilisasi pembangunan

sosial untuk mengintegrasikan kekuatan gerakan civil society

c) Dapat berubah dan berkembang

Masyarakat tidak statis karena terdiri dari kumpulan individu.

Mereka bisa berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.

Karenanya, struktur yang dibentuk oleh mereka pun bisa berubah sesuai

dengan perkembangan zaman. Kedinamisan masyarakat dan struktur

sosial tersebut perlu diperhatikan dalam setiap rencana pembangunan agar

tidak terjadi pembangunan yang salah arah.

Sedangkan hal-hal yang memengaruhi struktur sosial masyarakat

Indonesia adalah :

a) Keadaan geografis

Kondisi geografis terdiri dari pulau-pulau yang terpisah.

Masyarakatnya kemudian mengembangkan bahasa, perilaku, dan ikatan-

ikatan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.

b) Mata pencaharian

10

Page 11: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

Masyarakat Indonesia memiliki mata pencaharian yang beragam,

antara lain sebagai petani, nelayan, ataupun sektor industri.

c) Pembangunan

Pembangunan dapat memengaruhi struktur sosial masyarakat

Indonesia. Misalnya pembangunan yang tidak merata antara daerah dapat

menciptakan kelompok masyarakat kaya dan miskin. Dalam konteks ini

adalah sebaliknya dimana struktur sosial lebih mempengaruhi keberhasilan

pembangunan. Adanya kelas-kelas sosila yang terbentuk dari yang miskin

dan yang kaya juga terkadang menghambat proses pembangunan.

3. Fungsi Struktur Sosial Kaitannya Dengan Pembangunan

a) Fungsi Identitas

Struktur sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimiliki

oleh sebuah kelompok. Kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan

dalam latar belakang ras, sosial, dan budaya akan mengembangkan

struktur sosialnya sendiri sebagai pembeda dari kelompok lainnya.

Fenomena seperti ini dapat dicontohkan melalui identitas

masyarakat pedesaan dengan sifat homogennya. Struktur masyarakat yang

homogen dalam segi mata pencaharian ini merupakan identitas yang

melekat di pedesaan. Petani di Indonesia mayoritas merupakan petani

kecil dengan penguasaan dan pengusahaan lahan yang relatif sempit (<

0,25 ha). Keterbatasan tersebut pada dasarnya bercirikan antara lain: (1)

sangat terbatasnya penguasaan terhadap sumberdaya; (2) sangat

menggantungkan hidupnya pada usahatani; (3) tingkat pendidikan yang

relatif rendah; dan (4) secara ekonomi, mereka tergolong miskin (Singh,

2002). Sebagai masyarakat mayoritas yang hidup di pedesaan, petani

merupakan masyarakat yang tidak primitif, tidak pula modern. Masyarakat

petani berada di pertengahan jalan antara suku-bangsa primitif (tribe) dan

masyarakat industri. Mereka terbentuk sebagai pola-pola dari suatu

infrastuktur masyarakat yang tidak bisa dihapus begitu saja.

11

Page 12: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

Identitas masyarakat pedesaan yang begitu jelas sepanjang sejarah

tersebut dapat memberikan pemahaman kepada para penyelenggara

pembangunan sehingga pembangunan tersebut bisa tepat sasaran.

Masyarakat pedesaan akan lebih partisipatif terhadap pembangunan yang

lebih mengarah pada kebutuhan pertanian.

Catatan perjalanan pembangunan pertanian di Indonesia telah

banyak diulas oleh para peneliti. Salah satunya hasil penelitian Frans

Hüsken yang dilaksanan pada tahun 1974. Penelitian yang mengulas

tentang perubahan sosial di masyarakat pedesaan Jawa sebagai akibat

kebijakan pembangunan pertanian yang diambil oleh pemerintah.

Penelitian ini dilakukan di Desa Gondosari, Kawedanan Tayu, Kabupaten

Pati, Jawa Tengah. Kekhususan dan keunikan dari penelitian ini terletak

pada isinya yang tidak saja merekam pengalaman perubahan sosial

(revolusi) tersebut, namun juga menggali studi dalam perspektif sejarah

yang lebih jauh ke belakang. Penelitian ini berhasil mengungkap fenomena

perubahan politik, sosial dan ekonomi melintasi tiga zaman, yaitu

penjajahan Belanda, Jepang hingga masa pemerintahan orde lama dan orde

baru. Husken menggambarkan terjadinya perubahan di tingkat komunitas

pedesaan Jawa sebagai akibat masuknya teknologi melalui era

imperialisme gula dan berlanjut hingga revolusi hijau.

Pendapat Marx tentang perubahan moda produksi menghasilkan

perubahan pola interaksi dan struktur sosial tergambar jelas dalam tulisan

husken. Masyarakat jawa yang semula berada pada pertanian subsisten

dipaksa untuk berubah menuju pertanian komersialis. Perubahan

komoditas yang diusahakan menjadi salah satu indikator yang dijelaskan

oleh Husken. Imperialisme gula telah merubah komoditas padi menjadi

tebu yang tentu berbeda dalam proses pengusahaannya. Gambaran ini

semakin jelas pada masa orde baru dengan kebijakan revolusi hijaunya.

Gambaran serupa tampak pada tulisan Hefner, Jellinek dan

Summers. Kebijakan pemerintah yang mengacu pada model modernisasi

selalu menekankan pada pembangunan ekonomi yang merubah moda

12

Page 13: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

produksi dari pertanian menuju industri. Pembangunan ekonomi yang

berorientasi pada kapitalisme membawa dampak pada kehidupan di

tingkat komunitas.

b) Fungsi Kontrol

Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan

dalam diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang

berlaku dalam masyarakat. Bila individu tadi mengingat peranan dan

status yang dimilikinya dalam struktur sosial, kemungkinan individu

tersebut akan mengurungkan niatnya melanggar aturan. Pelanggaran

aturan akan berpotensi menibulkan konsekuensi yang pahit.

Pelanggaran yang sering terjadi dalam proyek pembangunan

adalah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), diharapkan dengan dengan

adanya struktur sosial mampu menjadi kontrol dan mencegah praktek-

praktek pelanggaran tersebut.

c) Fungsi Pembelajaran

Individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam

masyarakatnya. Hal ini dimungkinkan mengingat masyarakat merupakan

salah satu tempat berinteraksi. Banyak hal yang bisa dipelajari dari sebuah

struktur sosial masyarakat, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan

kedisplinan. Setruktur sosial yang lebih berpengaruh dalam fungsi

pembelajaran ini adalah melalui pendidikan. Pendidikan formal maupun

non formal merupakan salah satu target pembangunan dewasa ini.

4. Stratifikasi Sosial (pelapisan sosial)

Dalam sebuah struktur masyarakat selalu muncul stratifikasi yang

menggolong-golongkan individu dalam kelompok-kelompok tertentu dan

kenyataan ini juga memberikan pengaruh yang besar terhadap pembangunan.

Stratifikasi sosial merupakan pembedaan anggota masyarakat berdasarkan

status (Susanto, 1993). Definisi yang lebih spesifik mengenai stratifikasi sosial

antara lain dikemukakan oleh Sorokin (1959) dalam Soekanto (1990) bahwa

pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam

13

Page 14: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudannya adalah adanya kelas

tinggi dan kelas rendah. Sedangkan dasar dan inti lapisan masyarakat itu

adalah tidak adanya keseimbangan atau ketidaksamaan dalam pembagian hak,

kewajiban, tanggung jawab, nilai-nilai sosial, dan pengaruhnya di antara

anggota-anggota masyarakat.

a) Max Weber

Pembahasan Max Weber mengenai kelas, status dan partai

merupakan tiga dimensi tingkatan yang terpisah satu sama lainnya serta

pada satu tingkat empiris tertentu, tiap dimensi itu bisa saling

mempengaruhi.

Konsepsi kelas Weber bertolak dari analisisnya tentang liberalisasi

kegiatan-kegiatan ekonomi berdasarkan ekonomi pasar. Yang

dimaksudkan kegiatan ekonomi oleh Weber adalah upaya penguasaan

kebutuhan utama manusia (berupa barang maupun jasa), yang didasarkan

atas keadilan dan kompetisi secara sehat.

Kelas-kelas hanya bisa muncul apabila pasar itu telah ada, dan

pada gilirannya dapat membentuk suatu ekonomi uang dan akan

memainkan suatu peran yang penting dalam struktur ekonomi.

Weber membedakan kelas dan status (standische lage). Status

seseorang, bertalian dengan penilaian yang dibuat orang lain kepada diri

atau posisi sosialnya, sehingga menghubungkan dia dengan sesuatu bentuk

martabat sosial atau penghargaan (positif dan negatif). Kelompok status

adalah sejumlah orang yang mempunyai status yang sama. Kelompok-

kelompok status (tidak seperti kelas-kelas) hampir sepenuhnya menyadari

posisi bersama mereka. Kasta merupakan contoh yang sangat jelas dari

status, perbedaan sifat kelompok status dipegang teguh agar tetap

berpedoman pada faktor-faktor kesukuan, serta biasanya pemberlakuannya

dipaksakan melalui ketentuan-ketentuan agama dan/atau sanksi-sanksi

hukum konvensional.

Keanggotaan kelompok kelas maupun keanggotaan kelompok

status, dapat merupakan landasan bagi kekuasaan sosial; akan tetapi

14

Page 15: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

pembentukan partai-partai politik merupakan suatu pengaruh lanjut dan

secara analisis bebas atas pembagian kekuasaan. Suatu partai yang

mempunyai kaitan dengan suatu yayasan amal sekalipun, dapat saja

mempunyai tujuan agar dapat menerapkan kebijakan-kebijakan tertentu

partai menyangkut yayasan tersebut. Artinya, partai-partai bisa masuk

kedalam bentuk organisasi apa saja misalnya dimulai dari perkumpulan

olahraga sampai ke organisasi pengacara tingkat nasional.Landasan untuk

mendirikan partai-partai sangat beraneka ragam, misalnya kesamaan kelas

atau status bisa saja menjadi dasar satu-satunya bagi penerimaan anggota

suatu partai politik.

b) Karl Mark

Pandangan mengenai stratifikasi yang sangat menonjol dalam

sosiologi ialah pandangan mengenai kelas yang dikemukakan oleh Karl

Marx. Menurut Marx kehancuran feodalisme serta lahir dan

berkembangnya kapitalisme dan industri modern telah mengakibatkan

terpecahnya masyarakat menjadi dua kelas yang saling bermusuhan, yaitu

kelas borjuis (bourgeoisie) yang memiliki alat produksi dan kelas proletar

(proletariat) yang tidak memiliki alat produksi. Dengan makin

berkembangnya industri para pemilik alat produksi, semakin banyak

menerapkan pembagian kerja dan memakai mesin sebagai pengganti buruh

sehingga persaingan mendapat pekerjaan di kalangan buruh semakin

meningkat dan upah buruh makin menurun. Karena kaum proletar semakin

dieksploitasi mereka mulai mempunyai kesadaran kelas (class

consciousness) dan semakin bersatu melawan kaum borjuis. Marx

meramalkan bahwa bahwa pada suatu saat buruh yang semakin bersatu

dan melalui suatu perjuangan kelas (class struggle) akan berhasil merebut

alat produksi dari kaum borjuis dan kemudian mendirikan suatu

masyarakat tanpa kelas (classless society) karena pemilikan pribadi atas

alat produksi telah dihapuskan.

15

Page 16: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

Jadi, konsep kelas sosial berdasarkan teori Karl Marx dikaitkan

dengan pemilikan alat produksi dan terkait pula dengan posisi seseorang

dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi.

Marx berpendapat bahwa stratifikasi timbul karena dalam

masyarakat berkembang pembagian kerja yang memungkinkan perbedaan

kekayaan, kekuasaan dan prestise yang jumlahnya sangat terbatas sehingga

sejumlah besar anggota masyarakat bersaing dan bahkan terlibat dalam

konflik untuk memilikinya. Anggota masyarakat yang tidak memiliki

kekuasaan, kekayaan atau prestise berusaha memperolehnya, sedangkan

anggota masyarakat yang memilikinya berusaha untuk

mempertahankannya bahkan memperluasnya.

Menurut Marx, kelas-kelas akan timbul apabila hubungan-

hubungan produksi melibatkan suatu pembagian tenaga kerja yang

beraneka ragam, yang memungkinkan terjadinya penumpukan surplus

produksi, sehingga merupakan pola hubungan memeras terhadap massa

para pemroduksi.

Persamaan yang bagaimanakah yang dikehendaki masyarakat ?

berdasarkan konsepsi Marx dikatakan bahwa asas pemerataan berarti

pemerataan pendapatan, seseorang diharapkan menyumbangkan tenaganya

pada masyarakat sesuai dengan kemampuannya tetapi akan memperoleh

imbalan sesuai dengan kebutuhannya.

c) Ralph Linton

Pembahasan mengenai struktur sosial oleh Ralph Linton dikenal

adanya dua konsep yaitu status dan peran. Status merupakan suatu

kumpulan hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah aspek dinamis dari

sebuah status. Menurut Linton (1967), seseorang menjalankan peran

ketika ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya.

Tipologi lain yang dikenalkan oleh Linton adalah pembagian status

menjadi status yang diperoleh (ascribed status) dan status yang diraih

(achieved status).

16

Page 17: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

Status yang diperoleh adalah status yang diberikan kepada

individu tanpa memandang kemampuan atau perbedaan antar individu

yang dibawa sejak lahir. Sedangkan status yang diraih didefinisikan

sebagai status yang memerlukan kualitas tertentu. Status seperti ini tidak

diberikan pada individu sejak ia lahir, melainkan harus diraih melalui

persaingan atau usaha pribadi.

Social inequality merupakan konsep dasar yang menyusun

pembagian suatu struktur sosial menjadi beberapa bagian atau lapisan

yang saling berkait. Konsep ini memberikan gambaran bahwa dalam suatu

struktur sosial ada ketidaksamaan posisi sosial antar individu di dalamnya.

Terdapat tiga dimensi dimana suatu masyarakat terbagi dalam suatu

susunan atau stratifikasi, yaitu kelas, status dan kekuasaan.

Berbagai kasus yang disajikan oleh beberapa penulis di atas dapat kita

pahami sebagai bentuk adanya peluang mobilitas sosial dalam masyarakat.

Kemunculan kelas-kelas sosial baru dapat terjadi dengan adanya dukungan

perubahan moda produksi sehingga menimbulkan pembagian dan spesialisasi

kerja serta hadirnya organisasi modern yang bersifat kompleks. Perubahan

tatanan masyarakat dari yang semula tradisional agraris bercirikan feodal

menuju masyarakat industri modern memungkinkan timbulnya kelas-kelas

baru. Kelas merupakan perwujudan sekelompok individu dengan persamaan

status. Status sosial pada masyarakat tradisional seringkali hanya berupa

ascribed status seperti gelar kebangsawanan atau penguasaan tanah secara

turun temurun. Seiring dengan lahirnya industri modern, pembagian kerja dan

organisasi modern turut menyumbangkan adanya achieved status, seperti

pekerjaan, pendapatan hingga pendidikan.

Teori inkonsistensi status telah mencoba menelaah tentang adanya

inkonsistensi dalam individu sebagai akibat berbagai status yang

diperolehnya. Konsep ini memberikan gambaran bagaimana tentang proses

kemunculan kelas-kelas baru dalam masyarakat sehingga menimbulkan

perubahan stratifikasi sosial yang tentu saja mempengaruhi struktur sosial

yang telah ada.

17

Page 18: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

Apabila dilihat lebih jauh, kemunculan kelas baru ini akan

menyebabkan semakin ketatnya kompetisi antar individu dalam masyarakat

baik dalam perebutan kekuasaan atau upaya melanggengkan status yang telah

diraih. Fenomena kompetisi dan konflik yang muncul dapat dipahami sebagai

sebuah mekanisme interaksional yang memunculkan perubahan sosial dalam

masyarakat.

Stratifikasi sosial pada masyarakat pra-industrial belum terlalu terlihat

dengan jelas dibandingkan pada masyarakat modern. Hal ini disebabkan oleh

masih rendahnya derajat perbedaan yang timbul oleh adanya pembagian kerja

dan kompleksitas organisasi. Status sosial masih terbatas pada bentuk

ascribed status, yaitu suatu bentuk status yang diperoleh sejak dia lahir.

Mobilitas sosial sangat terbatas dan cenderung tidak ada. Krisis status mulai

muncul seiring perubahan moda produksi agraris menuju moda produksi

kapitalis yang ditandai dengan pembagian kerja dan kemunculan organisasi

kompleks.

Perubahan moda produksi menimbulkan masalah yang pelik berupa

kemunculan status-status sosial yang baru dengan segala keterbukaan dalam

stratifikasinya. Pembangunan ekonomi seiring perkembangan kapitalis

membuat adanya pembagian status berdasarkan pendidikan, pendapatan,

pekerjaan dan lain sebagainya. Hal inilah yang menimbulkan inkonsistensi

status pada individu.

5. Dampak Stratifikasi Terhadap Pembangunan

a) Dampak Positif

Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk

maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini

mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik

ke strata atas. Contoh: Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat

agar mendapatkan kekayaan dimasa depan. Mobilitas sosial akan lebih

mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik.

18

Page 19: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

Pada umumnya perkembangan sarana transportasi di Indonesia

berjalan sedikit lebih lambat dibandingkan dengan negara-negara lain

seperti Malaysia dan Singapura. Hal ini disebabkan oleh perbedaan

regulasi pemerintah masing-masing negara dalam menangani kinerja

sistem transportasi yang ada. Pembangunan berbagai sarana dan prasarana

transportasi seperti halnya dermaga, pelabuhan, bandara, dan jalan rel

dapat menimbulkan efek ekonomi berganda yang cukup besar, baik dalam

hal penyediaan lapangan kerja, maupun dalam memutar konsumsi dan

investasi dalam perekonomian lokal dan regional. Kurang tanggapnya

pemerintah dalam menanggapi prospek perkembangan ekonomi yang

dapat diraih dari tansportasi merupakan hal yang seharusnya dihindari.

Mereka yang mempunyai kendaraan lebih bagus atau mewah dari pada

yang lain maka akan berkedudukan diatas yang lainnya yang tidak

mempunyai kendaraan yang lebih mewah. Mewah tidaknya kendraan dan

banyaknya kendaraa pribadi yang dimiliki menempatkan pemiliknya pada

status sosial yang lebih tinggi.

b) Dampak negatif

• Konflik Antar Kelas

Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-

ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam

lapisan-lapisan tadi disebut kelas-kelas sosial. Apabila terjadi

perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di

masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik

antarkelas.

Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah,

menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.

Konflik semacam itu apabila dibiarkan berkelanjutan akan

memperburuk citra industrialisasi dan menghambat pembangunan dari

segi industry dan perekonomian.

• Konflik Antar Kelompok Sosial

19

Page 20: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka

ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologo, profesi,

agama, suku,dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk

menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul

konflik.

Contoh: tawuran pelajar, kelompok pelajar sebagai generasi penerus

yang didik menjadi sumber daya manusia yang berkualitas tidaklah

sepantasnya melakukan hal-hal yang merugikan seperti tawuran.

Tawuran akan membentuk pribadi menjadi manusia yang keras dan

tidak disiplin dan itu tida baik terhadap pembangunan khususnya

dibidang pendidikan.

• Konflik antar generasi

Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang

mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin

mengadakan perubahan.

Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda

di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut

generasi tua. Penyakit seperti itulah yang memperosokkan bangsa

kedalam kesengsaraan dan kehancuran sehingga pembangunan pun

tidak akan berjalan karena SDMnya yang semakin kehilangan citra diri

dan kualitas.

20

Page 21: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

C. PENUTUP

Struktur sosial dapat juga diartikan sebagai “jaringan daripada

unsur-unsur sosial yang pokok dalam kehidupan di masyarakat”. Unsur-

unsur sosial yang pokok tersebut antara lain: interaksi sosial, kelompok

sosial, kebudayaan atau nilai-norma sosial, lembaga-lembaga sosial,

stratifikasi sosial dan kekuasaan atau wewenang (Soekanto, S., 1984).

Struktur sosial dicirikan dengan: (1) munculnya kelompok masyarakat

(Community) dan membutuhkan konsep pembangunan yang berbasis

komunitas atau sering disebut Community Development, (2) erat dengan

kebudayaan, modal budaya juga menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan

pembangunan sebab dengan pendekatan nilai-nilai budaya, diharapkan

kebijakan yang akan diambil dapat melahirkan suatu keputusan yang

benar-benar memperoleh dukungan masyarakat, dan (3) dapat berubah

dan berkembang, kedinamisan masyarakat dan struktur sosial tersebut

perlu diperhatikan dalam setiap rencana pembangunan agar tidak terjadi

pembangunan yang salah arah.

Struktur sosial juga berfungsi untuk memberikan identitas

terhadap suatu kelompok masyarakat sehingga mempermudah pemerataan

pembangunan, selain itu dapat pula menjadi kontrol sosial agar tidak

terjadi penlanggaran dalam setiap usaha pembangunan dan juga dapat

berfungsi sebagai pengajaran.

Dalam struktur sosial terbentuklah sistem stratifikasi sosial yang

berarti pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara

bertingkat (hierarkis). Stratifikasi memberikan dampak terhadap

pembangunan baik positif maupun negatif. Positifnya adalah memberikan

kesempatan dan mendorong orang/individu untuk mau bersaing, dan

bekerja keras agar dapat naik ke strata atas dan mencapai kesejahteraan

sedangkan dampak negatifnya adalah memunculkan kesenjangan dan

konflik sosial baik antarkelas, antarkelompok sosial maupun

antargenerasi.

21

Page 22: PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI FAKULTAS …yenipsa08.blog.uns.ac.id/files/2011/04/tgs-kel2_aplikasi-teori... · PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI ... pembangunan perlu diperhatikan

DAFTAR PUSTAKA

Aloysius, Gunadi Brata. 2004. Krisis Dan Underground Economy Di Indonesia. http://www.komunitasdemokrasi.or.id/article/Krisis%20dan%20Underground%20Economy.pdf diakses tanggal 02 Maret 2011 pukul 11.15 WIB

Arief, Budiman. 2000. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Gramedia.

Arisastia. 2010. Apliksai Stratifikasi Sosial: Sebuah Catatan Awal. http://arisastia.blogspot.com/2010/03/stratifikasi-sosial-sebuah-catatan-awal .html. diakses tanggal 02 Maret 2011 pukul 11.17 WIB

Bayu, Eka Yulian. 2007. Stratifikasi dalam Masyarakat Pedesaaan. http://bayuekayulian.blogspot.com_stratifikasi-sosial-dalam-masyarakat-pedesaan[1].mht diakses tanggal 02 Maret 2011 pukul 11.16 WIB

Farchan, Bulkin. 1984. Negara, Masyarakat dan Ekonomi. Prisma No.8.

Ikoh. 2006. Masalah Masalah Sosial dalam Pembangunan. Visioner, Vol 2, No.1.

Rino, A Nugroho. 2006. Teori Struktural.

Rone. 2011. Perubahan Sosial. http://blog.unila.ac.id/rone/mata-kuliah/perubahan-sosial.html diakses tanggal 02 Maret 2011 pukul 11.18 WIB

Roosganda, Elizabeth. 2007. Socio Metamorphosis Phenomenon of Farmers: Towards the Favor of Disadvantage Farmer’s Community in Rural Areas Related to People’s Economy Concept. Bogor : FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI. Volume 25 No. 1.

Samporno, Pohan. 2004. Evaluasi Pembangunan Infrastruktur Kota Berbasis Partisipasi Masyarakat. Tesis : Program Pasca Sarjana UNSU.

Slamet, Widodo. Proses Proses Perubahan Sosial ; Perubahan Stratifikasi dan Struktur Sosial. http://lerning-of.slametwidodo.com/category/perubahan-sosial diakses tanggal 02 Maret 2011 pukul 11.18 WIB

Suhardjo. 1997. Stratifikasi Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan di Wilayah Pedesaan. Majalah Geografi Indonesia Th.11, No. 19.

Triyono, Lukmantoro.1996. Kekuasaan Negara Dan Struktur Ekonomi Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

22