Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5

11
Sekolah Tinggi Teologi Jakarta  Nama : Feybriana Langi, Irene Nainggolan, Misael Napitupulu Mata Kuliah : Teori Pendidikan Kristen II Dosen Pengampu : Kadarmanto Hardjowasito, Erich Von Marthin “Robert Raikes dan Perkembangan Sekolah Minggu”  Sejarah Perkembangan Pikiran dan PraktikPendidikan Agama Kristen, hal. 375-421  Robert Boehlke Pengantar Revolusi Inggris, selain banyak membawa dampak negatif, ternyata menjadi pemicu bagi kemunculan sekolah minggu. Letak geografis Inggris yang diberkati dengan bahan mentah strategisyang banyak, membawa para pengusaha memikirkan cara yang efisien untuk mengolah bahan mentah yang ada, agar menghasilkan barang dengan jumlah yang besar. Alhasil, ditunjang dengan kualitas ilmuan Inggris yang mumpuni, terciptalah mesin-mesin yang dapat mengolah bahan mentah menjadi barang jadi dalam jumlah yang besar. Kebutuhan bahan mentah yang meningkat akibat penemuan mesin-mesin industri mendorong para pemilik kawanan domba untuk menambah lahan padang rumputnya (untuk  bahan wol). Hal ini mengakibatkan jumlah petani semakin berkurang, karena lahan pertanian semakin berkurang. Keadaan ini membuat petani berduyun-duyun ke kota untuk memperoleh kesempatan bekerja di pabrik-pabrik. Hasilnya, upah yang diberikan pemilik perusahaan cenderung kecil. Dampak selanjutnya adalah ketidakseimbangan antara banyaknya para tenaga kerja dengan lowongan pekerjaan yang kebanyakan telah diambil alih oleh mesin-mesin baru. Revolusi ini mengakibatkan banyak orang melakukan tindakan kriminal serta minimnya kesadaran generasi muda untuk bersekolah. Adam Smith, „rasulkapitalisme abad 18 berdalil  bahwa kekayaan negara terdiri atas tenaga kerja dan bukan pada sumber daya alam. Sebaliknya, kekayaan Negara ada seb agai hasil dari operasi sistem ekonomi bebas dari peraturan pemerintah. Alhasil, laju kemakmuran semakin bertambah bagi kaum penguasa, sedangkan kaum buruh semakin melarat. Realitas di atas, mendorong Robert Raikes untuk mendirikan sekolah minggu. Dengan sekolah ini, ia menolong ribuan anak di Inggris yang menjadi korban dari peralihan sosial yang mengubah masyarakat pertanian menjadi masyarakat perindustrian terkemuka di dunia selama setengah abad lamanya. Riwayat Hidup

Transcript of Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5

7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5

http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 1/11

Sekolah Tinggi Teologi Jakarta

 Nama : Feybriana Langi, Irene Nainggolan, Misael Napitupulu

Mata Kuliah : Teori Pendidikan Kristen II

Dosen Pengampu : Kadarmanto Hardjowasito, Erich Von Marthin

“Robert Raikes dan Perkembangan Sekolah Minggu” 

Sejarah Perkembangan Pikiran dan PraktikPendidikan Agama Kristen,

hal. 375-421 – Robert Boehlke

Pengantar

Revolusi Inggris, selain banyak membawa dampak negatif, ternyata menjadi pemicu bagi

kemunculan sekolah minggu. Letak geografis Inggris yang diberkati dengan bahan mentah

„strategis‟ yang banyak, membawa para pengusaha memikirkan cara yang efisien untuk 

mengolah bahan mentah yang ada, agar menghasilkan barang dengan jumlah yang besar. Alhasil,

ditunjang dengan kualitas ilmuan Inggris yang mumpuni, terciptalah mesin-mesin yang dapat

mengolah bahan mentah menjadi barang jadi dalam jumlah yang besar.

Kebutuhan bahan mentah yang meningkat akibat penemuan mesin-mesin industri

mendorong para pemilik kawanan domba untuk menambah lahan padang rumputnya (untuk 

 bahan wol). Hal ini mengakibatkan jumlah petani semakin berkurang, karena lahan pertanian

semakin berkurang. Keadaan ini membuat petani berduyun-duyun ke kota untuk memperoleh

kesempatan bekerja di pabrik-pabrik. Hasilnya, upah yang diberikan pemilik perusahaan

cenderung kecil. Dampak selanjutnya adalah ketidakseimbangan antara banyaknya para tenaga

kerja dengan lowongan pekerjaan yang kebanyakan telah diambil alih oleh mesin-mesin baru.

Revolusi ini mengakibatkan banyak orang melakukan tindakan kriminal serta minimnya

kesadaran generasi muda untuk bersekolah. Adam Smith, „rasul‟ kapitalisme abad 18 berdalil

 bahwa kekayaan negara terdiri atas tenaga kerja dan bukan pada sumber daya alam. Sebaliknya,

kekayaan Negara ada sebagai hasil dari operasi sistem ekonomi bebas dari peraturan pemerintah.

Alhasil, laju kemakmuran semakin bertambah bagi kaum penguasa, sedangkan kaum buruh

semakin melarat.

Realitas di atas, mendorong Robert Raikes untuk mendirikan sekolah minggu. Dengan

sekolah ini, ia menolong ribuan anak di Inggris yang menjadi korban dari peralihan sosial yang

mengubah masyarakat pertanian menjadi masyarakat perindustrian terkemuka di dunia selama

setengah abad lamanya.

Riwayat Hidup

7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5

http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 2/11

  Robert Raikes lahir dari keluarga yang cukup mapan. Ayahnya adalah anggota

masyarakat terhormat dari kelas menengah di Gloucester, Inggris. Ayahnya adalah penerbit

Gloucester Journal , sebuah surat kabar yang terkenal di daerah tersebut. Melalui surat kabarnya,

ia selalu siap mendukung usaha tertentu atau sebaliknya menentangnya.

Raikes dilahirkan dari istri ketiga ayahnya, dan dibesarkan dalam keluarga pendeta.

Ketika Raikes berumur 14 tahun, ia meneruskan studinya di sekolah katerdal Gloucester.

Pendidikan akademisnya berakhir di sekolah tersebut, sedangkan pendidikan kejuruan bidang

 percetakan diteruskan di bengkel ayahnya sendiri. Raikes kemudian mengambil alih seluruh

urusan mengenai Gloucester Journal , sepeninggalan ayahnya. Ketika Raikes berumur 31 tahun,

ia menikah dengan Anne Trigge. Pernikahan mereka dikaruniai 9 orang anak, namun 2 anaknya

meninggal dunia.

Sebagai penerbit Gloucester Journal , Raikes meneruskan keprihatinan ayahnya terhadap

nasib buruk rakyat jelata dan narapidana. Raikes juga concern terhadap kehidupan narapidana. Ia

mengecam tindakan tidak manusiawi oleh aparat negara terhadap narapidana. Sejak 1768,

 Journal nya memuat gambaran tentang keadaan penjara setempat. Raikes juga tidak hanya

 beraksi dengan cara memanfaatkan surat kabar untuk dijadikan sarana mendobrak hati pembaca

agar peduli terhadap kehidupan narapidana yang layak, tetapi juga memenuhi pertumbuhan

spiritual narapidana.

Pengalaman Raikes dengan narapidana di penjara, menyadarkannya akan perlunya

mencari jalan lain selain daripada memperbaiki nasib mereka yang sudah ada di penjara.

Kesadaran ini diperkuat ketika Raikes meninjau anak-anak pada hari minggu. Banyak anak yang

 bertindak nakal pada hari minggu, karena mereka hanya bekerja selama enam hari. Pada hari

minggu, Raikes selalu mendengar bunyi riuh dan hiruk-piruk dari anak-anak nakal yang

memakai waktu senggang mereka di hari minggu. Keadaan inilah yang membawa Raikes

menggagaskan sekolah minggu, yang akhirnya dapat kita wariskan sampai sekarang.

Berdirinya Sekolah Minggu

Raikes adalah seorang yang memprakarsai suatu rencana untuk mendidik anak miskin

 pada hari minggu, yang ia ejawantahkan dalam lembaga Sekolah Minggu. Pada 1780, secara

tidak sengaja Raikes berbincang dengan istri seorang tukang kebun yang memperkerjakan

 banyak buruh anak-anak. Dalam perbincangan tersebut, sang istri mengeluhkan kenakalan buruh

7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5

http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 3/11

anak-anak tersebut di hari minggu pada Raikes. Ketika Raikes pulang, ia akhirnya mengambil

keputusan untuk melakukan percobaan dengan sekolah sederhana bagi anak miskin.

Raikes meminta bantuan kepada seorang ibu agar mendidik beberapa anak di rumahnya,

dengan gaji yang dibayarkan oleh Raikes. Sayangnya, setelah beberapa bulan, ibu tersebut tidak 

mau menerima anak didik dari Raikes, karena banyaknya kenakalan yang dilakukan oleh anak-

anak tersebut. Pendidik kemudian digantikan oleh Ibu Critchley. Chritchley menjadwalkan

kegiatan anak didiknya dengan teratur, bahkan anak-anak tersebut berkesempatan beribadah

minggu serta sempat untuk menghafalkan katekismus.

Pendirian sekolah minggu pertama, ternyata tidak terlepas dari bantuan pihak lainnya.

Thomas Stock misalnya, seorang pendeta jemaat Saint John the Babtist yang merangkap jabatan

kepala sekolah katedral di Gloucester, menjelaskan bahwa gagasan dan pedirian Sekolah Minggu

 pertama itu terjadi di dalam jemaatnya sendiri sebagai usaha kerja sama antara ia dan Raikes. Hal

ini sempat menjadi dilema bagi para pakar sejarah perkembangan pendidikan mengenai siapa

yang mengagaskan ide Sekolah Minggu. Boehlke menuliskan, yang jelas adalah bahwa melalui

surat kabar Raikes-lah gagasan tersebut disampaikan kepada masyarakat pembaca yang jauh di

luar daerah Gloucester.

Para sejarawan setuju untuk memilih Raikes sebagai pendiri Sekolah Minggu, ditengah

 banyaknya nama yang memungkinkan untuk dipertimbangkan, termasuk Stock. Terdapat alasan

yang tepat untuk memilih Raikes sebagai pendiri Sekolah Minggu, yaitu tanpa publisitas yang

dilakukan oleh Raikes melalui surat kabarnya, penyebarluasan gagasan Sekolah Minggu tidak 

dapat terjadi, dan akibatnya banyak orang lain tidak akan mendirikan Sekolah Minggu di tempat

mereka masing-masing.

Tinjauan Sementara terhadap Prestasi Raikes

Berbagai dasar teologi saat ini dapat dikatakan berasal dari pemikiran teolog besar seperti

Agustinus, Luther dan Calvin. Tokoh lain seperti Comenius, Pestalozzi dan Frobel mungkin

hanya sebagian pendidik besar yang beranggapan bahwa pendidikan merupakan hak semua anak.Pengalaman menjadi acuan utama bagi anak-anak yang kemudian mencoba merefleksikan

melalui teologi-teologi yang sesuai dengan mereka. Sehingga dikatakan bahwa tabiat seorang

anak lebih penting ketimbang pandangan dogmatis tertentu. Namun ada beberapa tokoh lain

yang ternyata memberikan kecaman terhadap dasar pemikiran tersebut misalnya Erasmus dan

Rousseau.

7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5

http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 4/11

Melihat perkembangan tokoh pendidikan pada zamannya, Raikes tidaklah dapat

dimasukkan ke dalam dua golongan tersebut. Ia tidak menjadikan teologi sebagai dasar praktek 

 pendidikan. Dalam kehidupannya sebagai pendidik, Raikes tidak pernah mengkhususkan suatu

golongan tertentu dalam pendidikan. Baginya setiap golongan manusia sudah memiliki

 bagiannya masing-masing. Misalnya bagi kaum miskin, Raikes tidak pernah menuntut

 pendidikan bagi mereka walaupun ia berfikiran bahwa kualitas hidup kaum bawah perlu

diperbaki. Untuk itu Raikes hanya mengajarkan hal-hal sederhana kepada anak-anak yang

sebenarnya sudah memberikan dampak yang besar bagi mereka. Seperti mengajar membaca dan

menulis, dengan begitu mereka dapat membaca Alkitab.

Pemikiran tersebutlah yang memicu Raikes untuk membentuk sekolah minggu.

Tujuannya agar ia dapat menolong angkatan muda agar hidup lebih tenang dalam masyarakat

industri yang sedang dibangun. Namun ternyata Raikes tidak berfikiran bahwa sekolah minggu

akan memberikan dampak besar bagi negara itu. Hal tersebut malah dirasakan oleh pengusaha

Inggris yang berfikiran bahwa ketika anak-anak dapat membaca dan menulis mereka akan sadar 

 bahwa sebenarnya anak-anak itu dapat memperbaiki keadaan mereka. Pengusaha dan beberapa

 pihak gereja menjadi sekutu yang berusaha untuk menentang pendirian sekolah minggu.

Beberapa tuduhan mengatakan bahwa Raikes bukanlah orang yang saleh karena ia sudah

melanggar kekudusan hari sabat. Hal tersebut karena Raikes memiliki pekerjaan sebagai seorang

 pencatat berita. Ia mencatat beritanya pada hari minggu dan menerbitkannya pada hari senin.

Beberapa kecaman juga ia terima dari pihak gereja. Gereja pada masa itu berfikir bahwa

mendidik anak pada hari sabat berarti tidak menjaga kesucian hari sabat itu sendiri. Namun

alasan sebenarnya kenapa mereka mengecam adalah karena gereja takut kekuasaan mereka akan

diganggu dengan ajaran-ajaran yang tidak diawasi pendeta.

Di dalam menanggapi kecaman-kecaman tersebut Raikes memang tidak memiliki

kutipan-kutipan khusus mengapa ia membentuk sekolah minggu. Terlihat bahwa ia rela dikecamdan ditolak oleh banyak orang asalkan anak-anak ini dapat dididik sehingga mereka memiliki

kelakuan yang jauh lebih baik. Raikes hanyalah orang awam dengan hati nurani yang dibentuk 

oleh hubungannya dengan iman. Pada saat itu memang banyak teolog dengan pemikiran mereka

yang luar biasa namun mereka tidak tahu dan tidak mengerti harus berbuat apa untuk melayani

anak-anak tersebut. Dengan dasar teologi, filsafat dan etika yang tidak begitu baik Raikes

7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5

http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 5/11

mencoba untuk menentang sistem yang ada. Setiap hal yang ia lakukan merupakan suatu

 pelayanan yang tulus yang ia berikan kepada anak-anak tersebut.

Gambaran tentang Beberapa Sekolah Minggu Pertama

Sekalipun Raikes adalah pendiri sekolah minggu, ia tidak selalu datang mengajar pada

hari tersebut. Ada beberapa guru yang mengajar namun tetap berdasarkan ide-ide darinya. Ketika

mengajar Raikes lebih senang menggunakan sebuah benda nyata sebagai sarana penyampaian

kepada anak-anak. Ia menganggap bahwa sekalipun anak didiknya miskin mereka tetap memiliki

 bakat nalari juga. Raikes tidak mendirikan sekolah minggu tanpa aturan yang jelas. Pada tahun

1784 ia mencetak peraturan-peraturan bagi sekolah minggu yang disusun oleh Pdt. W. Ellis

yang akan dipakai oleh Sekolah Minggu di Stroud (Boehlke 394).

Beberapa peraturan tersebut menjelaskan bahwa dalam Sekolah Minggu diperlukan

 penyokong baik dalam dana maupun daya. Pengajaran Sekolah Minggu juga harus diambil dari

Alkitab dan pola ibadahnya harus teratur sehingga menjadi kebiasaan baik dalam diri anak.

Menurut Ellis ketika seorang anak Sekolah Minggu masih muda maka pembaruan akhlaknya

akan lebih berhasil. Oleh karena itu ia menganjurkan anak didik Sekolah Minggu baiknya masih

muda. Baginya kebaktian merupakan bagian penting dalam kehidupan seorang anak dan ketika

seorang anak rajin dalam proses belajarnya seorang guru sebaiknya memberika penghargaan

kepada anak tersebut berupa pakaian atau bahan bacaan seperti Alkitab. Ellis berpendapat bahwa

dalam sekolah minggu tugas menghafal adalah tugas belajar yang amat menonjol.

Sekolah Minggu pada masa itu diadakan setiap hari Minggu pada pukul 08.00-10.00 dan

kebaktian pada pukul 14.00-18.00. Buku yang digunakan adalah The Sunday Scholar’s

Companion(Sahabat bagi Anak Sekolah Minggu) yang isinya merupakan teks singkat mengenai

 pengenalan akan Allah. Kota tempat Raikes tinggal Sekolah Minggu sudah tersebar menjadi 7

 bagian. Keadaan setiap tempat juga berbeda-beda. Seorang teolog bernama John Wesley

mengatakan bahwa ia terkesan dengan lingkungan sekolah minggu.

Keadaan Sekolah Minggu di Inggris dan di Indonesia mungkin tidak jauh berbeda.

Sekolah Minggu di Indonesia mencoba untuk menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-

anak. Memberikan kebutuhan rohani yang mereka butuhkan dengan cara yang menyenangkan.

7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5

http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 6/11

Secara tidak langsung Sekolah Minggu sudah membentuk perasaan anak-anak dengan baik.

Anak-anak merasa lebih dihargai dengan keberadaan mereka yang seperti apapun.

Pertumbuhan Sekolah Minggu

Raikes pasti tidak pernah membanyangkan dan menyangka jika gagasan Sekolah

Minggunya sampai ke seluruh penjuru dunia dan disambut baik oleh hampir seluruh umat atau

warga Kristen di dunia pada masa setelah ia tiada sampai saat ini. Namun, dalam diskusi kali ini

kelompok, tentunya, tidak akan membahas perkembangan Sekolah Minggu yang terjadi di setiap

 penjuru dunia. Oleh karena itu, kelompok hanya akan memfokuskan diri pada beberapa negara

saja, yakni Amerika dan Eropa Barat (Jerman, dan Belanda).

Sekolah Minggu di Amerika

Permulaan 

Pada tahun 1790 tiga warga kota Philadelphia  Benyamin Rush, Matthew Carey, dan

William White  mendirikan Perserikatan Hari Pertama, untuk mendidik anak-anak dari keluarga

miskin. Tidak jauh berbeda dengan keadaan anak-anak di Inggris, di Amerika pun anak-anak 

cenderung memanfaatkan hari Minggu dengan cara yang kurang baik dan bahkan merusak 

kesusilaan dan mutu hidup. Tahun-tahun pertama berdirinya Sekolah Minggu di Amerika,

keseluruhan struktur organisasi, rencana, dan kurikulum yang ada diambil ahli langsung dari

Inggris.

Joanne Bethune adalah salah satu tokoh penting dalam perkembangan Sekolah Minggu di

Amerika. Pada tahun 1816 ia mendirikan Perserikatan Wanita bagi Kemajuan Sekolah Sabar di

 New York. Ia berusaha menyakinkan ibu-ibu yang berpengaruh pada masa itu akan pentingnya

Sekolah Minggu bagi anak-anak. Namun, usahanya tersebut seringkali mendapat pertentangan

dari pendeta maupun kaum awam dan bahkan tidak jarang dari mereka yang berpendapat sinis

akan usaha yang dilakukan Bethune.

Permasalahan yang muncul dalam perkembangan Sekolah Minggu di Amerika adalah

struktur organisasi, rencana kerja, dan kurikulum yang diambil langsung dari Inggris. Rupanya,

hal tersebut tidaklah sesuai dengan konteks yang ada di Amerika. Misalnya saja, Sekolah

Minggu yang ada di Inggris didirikan sebagai tanggapan terhadap dampak negatif dari Revolusi

Industri, sedangkan Revolusi Industri belum menjamah ranah Amerika (kebanyakkan warga

masih dekat dan nyaman dengan gaya hidup yang berlaku di daerah pertanian). Bukan hanya itu,

 perbedaan mencolok lainnya yang muncul dipermukaan adalah perbedaan sosial anak didik 

7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5

http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 7/11

Inggris dengan Amerika. Kebanyakkan anak Sekolah Minggu di Inggris berasal dari kelas

menengah ke bawah, sedangkan anak-anak Sekolah Minggu Amerika berasal dari golongan

sosial ditampung bersama .

Seiring berjalannya waktu, para pemimpin pun mulai menyadari ketidakkontekstualan

yang terdapat dalam organisasi, rencana kerja, maupun kurikulum yang ada dan diterapkan

selama ini. kesadaran tersebut menghantarkan mereka pada suatu usaha untuk mempersiapkan

dan mempergunakan bahan khusus yang sesuai dengan konteks anak didik Amerika.

Sekolah Minggu di Amerika dianggap sebagai lembaga yang berpartisipasi secara aktif 

dalam usaha pendemokrasian masyarakat Amerika yang terjadi pada masa itu. Salah satu bentuk 

 partisipasi tersebut adalah upaya yang dilakukan oleh para pemimpin untuk membujuk para

orang tua menyekolahkan anak-anak mereka di Sekolah Minggu. Usaha pendemokrasian yang

dilakukan Sekolah Minggu rupanya menginspirasi pelbagai pihak untuk membuka sekolah

negeri yang membuka kesempatan belajar bagi seluruh anak. Perkembangan tersebut membawa

angin segar bagi Sekolah Minggu, karena dengan dibukanya sekolah-sekolah negeri secara

otomatis Sekolah Minggu (guru) tidak lagi mempunyai tugas atau tanggung jawab

(sepenuhnya)untuk mengajarkan vak membaca, menulis, dan berhitung. Mereka hanya

memfokuskan diri pada usaha mendidik anak dalam iman Kristen.

Usaha yang sangat baik tersebut, pada awalnya, tidak dirasakan oleh setiap anak.

Pasalnya pengintegrasian semua anak dalam kelas Sekolah Minggu tidak mencangkup anak dari

kaum budak. Terdapat kekuatiran yang melanda para pemilik budak. Mereka kuatir jika para

 budak yang dapat membaca dan menulis akan merusak sistem perbudakan yang ada pada saat

itu, dan hal tersebut sangat membahayakan bagi para pemilik modal. Dengan alasan itulah,

awalnya Sekolah Minggu Amerika didirikan secara terpisah bagi keturuna warga Eropa Utara

dan warga Afrika.

Per luasan Sekolah M inggu 

Pada tahun 1824 para pemimpin Sekolah Minggu mendirikan American Sunday School

Union (Perserikatan Sekolah Minggu Amerika) di kota Philadelphia. Sidang raya yang

 berlangsung tahun 1830 menetapkan tujuan American Sunday School Union, yakni mendirikan

Sekolah Minggu di setiap pelosok daerah yang luasnya meliputi seluruh Lembah Mississipi

(melayani lembah). Usaha perluasaan tersebut didukung oleh sokongan dana dari para dermawan

Kristen, semangat dan pengabdian para pengajar pada misinya, adanya penyokong ternama

7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5

http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 8/11

dalam masyarakat yang di dalamnya termaksud presiden dan senator, ketidakterikatan pada

keanggotaan gereja tertentu (usaha oikumenis dari pihak awam), serta tentu saja semangat dari

anak-anak.

Semangat dan pengabdian para pengajar agaknya adalah kunci dari kesuksesan perluasan

Sekolah Minggu di Amerika. Misalnya saja, semangat John McCullagh (Skotlandia) dan

Stepehen Paxson dalam memberikan pelayaan terhadap anak-anak Sekolah Minggu. Paxson pun

 berhasil mendirikan 1.200 Sekolah Minggu selama dua puluh tahun, dan kebanyakan dari

sekolah tersebut bertumbuh menjadi jemaat.

Lagu Sekolah M inggu 

 Nyanyian adalah salah satu bagian penting di dalam suatu peribadatan. Pasalnya, nyayian

 beserta dengan lirik yang terkandung di dalamnya dapat menghanyutkan umat ke dalam suatu

 pusaran kekhusyukan yang lebih dalam guna memusatkan diri dan merendahkan hati kepada

Allah dan komunitas iman. Nyanyian pun dapat memupuk semangat umat, khususnya Sekolah

Minggu, dengan lagu dan syair yang digubah atau disusun khusus untuk Sekolah Minggu.

Pada awalnya anak-anak Sekolah Minggu Amerika menyanyikan lagu-lagu yang

 bertemakan kematian, dosa, kesaksian, dan keselamatan di dalam Yesus, misalnya lagu “Selamat

di tangan Yesus”, “Yesus Berpesan”, “Ku Berbahagia” dst. Pengalaman mereka dalam Perang

Saudara tahun 1861-1865 mendorong mereka untuk mengubah lagu yang bersemangat dan

membangkitkan hasrat anak-anak untuk bersatu dalam satu barisan demi melaksanakan tugas

mulia, misalnya lagu “Maju Laskar Kristus”.

Teologi Sekolah Minggu tidak membedakan keadaan anak-anak dengan orang dewasa.

Pasalnya mereka menganggap bahwa keduannya sama-sama berdosa dan perlu bertobat serta

mengakui Kristus sebagai Juruselamat. Oleh karena itu, pertobatan adalah salah satu tujuan yang

hendak dicapai oleh guru Sekolah Minggu. Namun, pada abad ke-20 mulai terjadi pergeseran

 pengertian mengenai anak-anak, sehingga lagu dan syair pun mulai disesuaikan dengan konteks

anak-anak. Lagu yang dinyanyikan seperti “Yesus, Kawan Anak -anak”, “Yesus Mengasihiku”

dst.

Kelemahan Sekolah M inggu pada Abad Ke-19 

Tiga kelemahan yang paling mencolok adalah para pemimpin Sekolah Minggu yang

memupuk moral pribadi pada diri anak namun mereka bersikap acuh terhadap ketidakadilan

yang terjadi, mengembangkan siasat untuk mendidik warga di daerah-daerah pertanian namun

7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5

http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 9/11

melalaikan kebutuhan pendidikan agama Kristen di kota besar, dan mengutamakan teologi

keselamatan pribadi serta gagal mengembangkan teologi dan praktek gereja sebagai persekutuan

komunal bersama Allah untuk melaksanakan maksud-Nya di dunia.

Sekolah Minggu di luar Dunia Anglo-Sakson

Eropa Barat 

Gagasan Sekolah Minggu di setiap tempat atau negara pada dasarnya sama. Sekolah

Minggu memfokuskan diri pada keefektifitasan dan potensi remaja (kaum muda) yang

cenderung terabaikan dan tersia-siakan pada masa itu. Satu-satunya cara yang dapat diusahakan

dan dilakukan adalah dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan membaca, menulis,

dan berhitung. Pengetahuan lainnya yang sama pentingnya, terkhusus untuk memperbaiki akhlak 

kaum muda yang cenderung buruk pada masa itu, adalah pendidikan Alkitab. Mereka merasa

 perlu untuk mengajarkan setiap didikan yang termuat di dalam Alkitab dan mengajak kaum

muda untuk berpatisipasi di dalam setiap kebaktian. Dengan pengetahuan tersebut diharapkan

kaum muda dapat memperoleh citra diri yang lebih baik, yakni bahwa mereka berharga, serta

mengubah gaya hidup mereka menjadi lebih manusiawi.

 Jerman

Pendirian Sekolah Minggu di Jerman dimulai pada tahun 1860 oleh Wilhelm

Broeekelmann, seorang pedagang dari kota Bremen, dan Albert Woodruff, seorang

 pedagang dari kota New York. Pada awalnya gagasan Sekolah Minggu yang ditawarkan

mendapat penolakan, dengan alasan ketidakcukupan dan ketidakkompetenan guru yang

terlampir mengajar serta tidak memadainya keterampilan yang dimiliki oleh guru untuk 

mengajar. 

Sekolah Minggu di Jerman pun berfokus pada pendidikan anak-anak miskin,

khususnya dalam bidang membaca, menulis, dan berhitung sambil memberikan

 bimbingan mengenai iman Kristen. Dalam perkembangaanya Sekolah Minggu di Jerman

mengalami perubahan nama menjadi Kindergottesdienst dan gagasan merekapun mulai

dijermankan. Pertumbuhan Sekolah Minggu di sana terjadi saat masyarakat menyadari

 pentingnya Sekolah Minggu sebagai sarana memperbaiki kehidupan rohani anak-anak 

Jerman. Namun pertumbuhannya selalu terhalang oleh sifat injili dan gerakan yang

 bersifat awam dengan gaya beribadah yang agak bebas, yang terdapat di dunia Anglo-

Sakson (asal-mula SM di Jerman), yang tentunya berbeda dengan tradisi Lutheran dan

7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5

http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 10/11

Katolik Roma yang mengutamakan pengembalaan, pembinaan anak, dan liturgi yang

tetap. 

 Belanda

Praktek Sekolah Minggu di Belanda dimulai oleh mereka yang tersentuh oleh

 pengalaman kebangunan . Kehidupan baru yang mereka rasakan mendorong mereka

untuk mendirikan Sekolah Minggu demi kehidupan rohani anak dan remaja. Gagasan

Sekolah Minggu dibawa oleh Dr. Abraham Capadose (Swiss), pada bulan Oktober 1836.

Pertumbuhan Sekolah Minggu di Belanda sangatlah baik, dibuktikan dari banyaknya

Sekolah Minggu yang didirikan di kota-kota Belanda seperti Amsterdam (1841) dan

Rotterdam (1847). Namun, pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 1857, saat

 pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan mengenai pelarangan penggunaan Alkitab

di sekolah negeri. Hal tersebut semakin mendorong orang tua untuk menghantarkan

anaknya ke Sekolah Minggu guna mendapat pendidikan Alkitab yang memadai.

Pada tanggal 23 Oktober 1865 para pendiri melakukan mufakat dan membentuk 

 Nederlandse Zondagschool Vereniging (Perkumpulan Sekolah Minggu Belanda).

Persekutuaan ini sebagai bentuk persatuan sekaligus pemersatu sekolah minggu yang

terpisah-pisah di Belanda (menjadi forum diskusi dan pengalaman). Sekolah Minggu di

Belanda mengeluarkan suatu majalah yang dijadikan panduan bagi orang tua untuk 

mendidik anak-anak mereka, De Christelijke Familiekring.

Kesimpulan

Raikes menawarkan suatu „produk‟ pendidikan yang, menurut kelompok, tidak jauh

 berbeda dengan „produk‟ pendidikan yang telah ditawarkan oleh para tokoh pendidikan

sebelumnya. Fokus pengajaran atau pendidikannya pun pada usaha menikatkan kemampuan

anak dalam hal membaca, menulis, dan berhitung, tanpa melupakan pentingnya pertumbuhan

iman dan akhlak anak melalui ajaran-ajaran yang terdapat di dalam Alkitab.

Alat peraga dan pertanyaan-pertanyaan yang memancing dan memupuk pemikiran atau

nalar anak pun menjadi metode utama yang ia gunakan atau terapkan dalam proses belajar dan

mengajar di Sekolah Minggu.

Menurut kelompok Sekolah Minggu adalah salah satu bentuk pendidikan yang baik 

terutama dalam proses pertumbuhan iman anak. Sekolah Minggu pun menjadi wadah yang

sangat efektif untuk menjelaskan setiap hal yang berkaitan dengan ajaran maupun spiritualitas

7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5

http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 11/11

Kristiani dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan anak mengenai iman dan Tuhan yang

mereka percayai, misalnya, pertanyaan mengenai siapakah Yesus, mengapa mereka harus ke

gereja dst.

Setelah membaca dan memahami (agaknya) gagasan yang ditawarkan oleh Raikes ,

kelompok   dengan segala keterbatasan yang ada  mencoba untuk melihat dan menelaah

 perkembangan dan sistem Sekolah Minggu yang ada di Indonesia, khususnya gereja kami

masing-masing. Berdasarkan pengalaman kami sebagai guru atau kakak SM, kami melihat

 bahwa Sekolah Minggu yang ada di tempat kami masing-masing agaknya memiliki tujuan dan

gagasan yang sama dengan yang Raikes tawarkan. Namun, Sekolah Minggu saat ini tidak lagi

memiliki tugas untuk mengajar anak membaca, menulis, dan berhitung. Pasalnya, Sekolah

Minggu lebih memfokuskan diri pada peningkatan pengetahuan anak mengenai agama yang

mereka yakini (Tuhan yang mereka percaya), iman mereka, komunitas iman yang ada (bagian

dan keterikatan mereka kepada komunitas iman), dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan

 perkembangan spiritualitas mereka kepada Yesus Kristus.

Sekolah Minggu saat ini pun (rata-rata) mulai mengubah dan menerapkan kurikulum dan

metode mengajar yang lebih menarik dan edukatif-kreatif. Misalnya, dengan pengunaan alat-alat

 peraga (boneka tangan, gambar), drama yang melibatkan naradidik dengan pendidik, pemutaran

film pendek atau video, kreatifitas anak dst. Hal tersebut dibuktikan dari usaha yang dilakukan

gereja untuk menciptakan guru yang kreatif dan inovatif (melalui pelatihan dan sosialisasi yangdilakukan gereja dan kerja sama dengan pihak-pihak lain yang berkompeten), suasana kelas yang

menarik minat anak (tempat yang memadai, fasilitas yang cukup, dan dekorasi kelas), dan tentu

saja metode yang menarik perhatian orang tua untuk menghantarkan anak mereka ke sana.

Dengan kata lain, Sekolah Minggu saat ini telah mengalami transformasi yang cukup pesat

dibandingkan Sekolah Minggu yang pada masa lalu.