7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5
http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 1/11
Sekolah Tinggi Teologi Jakarta
Nama : Feybriana Langi, Irene Nainggolan, Misael Napitupulu
Mata Kuliah : Teori Pendidikan Kristen II
Dosen Pengampu : Kadarmanto Hardjowasito, Erich Von Marthin
“Robert Raikes dan Perkembangan Sekolah Minggu”
Sejarah Perkembangan Pikiran dan PraktikPendidikan Agama Kristen,
hal. 375-421 – Robert Boehlke
Pengantar
Revolusi Inggris, selain banyak membawa dampak negatif, ternyata menjadi pemicu bagi
kemunculan sekolah minggu. Letak geografis Inggris yang diberkati dengan bahan mentah
„strategis‟ yang banyak, membawa para pengusaha memikirkan cara yang efisien untuk
mengolah bahan mentah yang ada, agar menghasilkan barang dengan jumlah yang besar. Alhasil,
ditunjang dengan kualitas ilmuan Inggris yang mumpuni, terciptalah mesin-mesin yang dapat
mengolah bahan mentah menjadi barang jadi dalam jumlah yang besar.
Kebutuhan bahan mentah yang meningkat akibat penemuan mesin-mesin industri
mendorong para pemilik kawanan domba untuk menambah lahan padang rumputnya (untuk
bahan wol). Hal ini mengakibatkan jumlah petani semakin berkurang, karena lahan pertanian
semakin berkurang. Keadaan ini membuat petani berduyun-duyun ke kota untuk memperoleh
kesempatan bekerja di pabrik-pabrik. Hasilnya, upah yang diberikan pemilik perusahaan
cenderung kecil. Dampak selanjutnya adalah ketidakseimbangan antara banyaknya para tenaga
kerja dengan lowongan pekerjaan yang kebanyakan telah diambil alih oleh mesin-mesin baru.
Revolusi ini mengakibatkan banyak orang melakukan tindakan kriminal serta minimnya
kesadaran generasi muda untuk bersekolah. Adam Smith, „rasul‟ kapitalisme abad 18 berdalil
bahwa kekayaan negara terdiri atas tenaga kerja dan bukan pada sumber daya alam. Sebaliknya,
kekayaan Negara ada sebagai hasil dari operasi sistem ekonomi bebas dari peraturan pemerintah.
Alhasil, laju kemakmuran semakin bertambah bagi kaum penguasa, sedangkan kaum buruh
semakin melarat.
Realitas di atas, mendorong Robert Raikes untuk mendirikan sekolah minggu. Dengan
sekolah ini, ia menolong ribuan anak di Inggris yang menjadi korban dari peralihan sosial yang
mengubah masyarakat pertanian menjadi masyarakat perindustrian terkemuka di dunia selama
setengah abad lamanya.
Riwayat Hidup
7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5
http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 2/11
Robert Raikes lahir dari keluarga yang cukup mapan. Ayahnya adalah anggota
masyarakat terhormat dari kelas menengah di Gloucester, Inggris. Ayahnya adalah penerbit
Gloucester Journal , sebuah surat kabar yang terkenal di daerah tersebut. Melalui surat kabarnya,
ia selalu siap mendukung usaha tertentu atau sebaliknya menentangnya.
Raikes dilahirkan dari istri ketiga ayahnya, dan dibesarkan dalam keluarga pendeta.
Ketika Raikes berumur 14 tahun, ia meneruskan studinya di sekolah katerdal Gloucester.
Pendidikan akademisnya berakhir di sekolah tersebut, sedangkan pendidikan kejuruan bidang
percetakan diteruskan di bengkel ayahnya sendiri. Raikes kemudian mengambil alih seluruh
urusan mengenai Gloucester Journal , sepeninggalan ayahnya. Ketika Raikes berumur 31 tahun,
ia menikah dengan Anne Trigge. Pernikahan mereka dikaruniai 9 orang anak, namun 2 anaknya
meninggal dunia.
Sebagai penerbit Gloucester Journal , Raikes meneruskan keprihatinan ayahnya terhadap
nasib buruk rakyat jelata dan narapidana. Raikes juga concern terhadap kehidupan narapidana. Ia
mengecam tindakan tidak manusiawi oleh aparat negara terhadap narapidana. Sejak 1768,
Journal nya memuat gambaran tentang keadaan penjara setempat. Raikes juga tidak hanya
beraksi dengan cara memanfaatkan surat kabar untuk dijadikan sarana mendobrak hati pembaca
agar peduli terhadap kehidupan narapidana yang layak, tetapi juga memenuhi pertumbuhan
spiritual narapidana.
Pengalaman Raikes dengan narapidana di penjara, menyadarkannya akan perlunya
mencari jalan lain selain daripada memperbaiki nasib mereka yang sudah ada di penjara.
Kesadaran ini diperkuat ketika Raikes meninjau anak-anak pada hari minggu. Banyak anak yang
bertindak nakal pada hari minggu, karena mereka hanya bekerja selama enam hari. Pada hari
minggu, Raikes selalu mendengar bunyi riuh dan hiruk-piruk dari anak-anak nakal yang
memakai waktu senggang mereka di hari minggu. Keadaan inilah yang membawa Raikes
menggagaskan sekolah minggu, yang akhirnya dapat kita wariskan sampai sekarang.
Berdirinya Sekolah Minggu
Raikes adalah seorang yang memprakarsai suatu rencana untuk mendidik anak miskin
pada hari minggu, yang ia ejawantahkan dalam lembaga Sekolah Minggu. Pada 1780, secara
tidak sengaja Raikes berbincang dengan istri seorang tukang kebun yang memperkerjakan
banyak buruh anak-anak. Dalam perbincangan tersebut, sang istri mengeluhkan kenakalan buruh
7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5
http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 3/11
anak-anak tersebut di hari minggu pada Raikes. Ketika Raikes pulang, ia akhirnya mengambil
keputusan untuk melakukan percobaan dengan sekolah sederhana bagi anak miskin.
Raikes meminta bantuan kepada seorang ibu agar mendidik beberapa anak di rumahnya,
dengan gaji yang dibayarkan oleh Raikes. Sayangnya, setelah beberapa bulan, ibu tersebut tidak
mau menerima anak didik dari Raikes, karena banyaknya kenakalan yang dilakukan oleh anak-
anak tersebut. Pendidik kemudian digantikan oleh Ibu Critchley. Chritchley menjadwalkan
kegiatan anak didiknya dengan teratur, bahkan anak-anak tersebut berkesempatan beribadah
minggu serta sempat untuk menghafalkan katekismus.
Pendirian sekolah minggu pertama, ternyata tidak terlepas dari bantuan pihak lainnya.
Thomas Stock misalnya, seorang pendeta jemaat Saint John the Babtist yang merangkap jabatan
kepala sekolah katedral di Gloucester, menjelaskan bahwa gagasan dan pedirian Sekolah Minggu
pertama itu terjadi di dalam jemaatnya sendiri sebagai usaha kerja sama antara ia dan Raikes. Hal
ini sempat menjadi dilema bagi para pakar sejarah perkembangan pendidikan mengenai siapa
yang mengagaskan ide Sekolah Minggu. Boehlke menuliskan, yang jelas adalah bahwa melalui
surat kabar Raikes-lah gagasan tersebut disampaikan kepada masyarakat pembaca yang jauh di
luar daerah Gloucester.
Para sejarawan setuju untuk memilih Raikes sebagai pendiri Sekolah Minggu, ditengah
banyaknya nama yang memungkinkan untuk dipertimbangkan, termasuk Stock. Terdapat alasan
yang tepat untuk memilih Raikes sebagai pendiri Sekolah Minggu, yaitu tanpa publisitas yang
dilakukan oleh Raikes melalui surat kabarnya, penyebarluasan gagasan Sekolah Minggu tidak
dapat terjadi, dan akibatnya banyak orang lain tidak akan mendirikan Sekolah Minggu di tempat
mereka masing-masing.
Tinjauan Sementara terhadap Prestasi Raikes
Berbagai dasar teologi saat ini dapat dikatakan berasal dari pemikiran teolog besar seperti
Agustinus, Luther dan Calvin. Tokoh lain seperti Comenius, Pestalozzi dan Frobel mungkin
hanya sebagian pendidik besar yang beranggapan bahwa pendidikan merupakan hak semua anak.Pengalaman menjadi acuan utama bagi anak-anak yang kemudian mencoba merefleksikan
melalui teologi-teologi yang sesuai dengan mereka. Sehingga dikatakan bahwa tabiat seorang
anak lebih penting ketimbang pandangan dogmatis tertentu. Namun ada beberapa tokoh lain
yang ternyata memberikan kecaman terhadap dasar pemikiran tersebut misalnya Erasmus dan
Rousseau.
7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5
http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 4/11
Melihat perkembangan tokoh pendidikan pada zamannya, Raikes tidaklah dapat
dimasukkan ke dalam dua golongan tersebut. Ia tidak menjadikan teologi sebagai dasar praktek
pendidikan. Dalam kehidupannya sebagai pendidik, Raikes tidak pernah mengkhususkan suatu
golongan tertentu dalam pendidikan. Baginya setiap golongan manusia sudah memiliki
bagiannya masing-masing. Misalnya bagi kaum miskin, Raikes tidak pernah menuntut
pendidikan bagi mereka walaupun ia berfikiran bahwa kualitas hidup kaum bawah perlu
diperbaki. Untuk itu Raikes hanya mengajarkan hal-hal sederhana kepada anak-anak yang
sebenarnya sudah memberikan dampak yang besar bagi mereka. Seperti mengajar membaca dan
menulis, dengan begitu mereka dapat membaca Alkitab.
Pemikiran tersebutlah yang memicu Raikes untuk membentuk sekolah minggu.
Tujuannya agar ia dapat menolong angkatan muda agar hidup lebih tenang dalam masyarakat
industri yang sedang dibangun. Namun ternyata Raikes tidak berfikiran bahwa sekolah minggu
akan memberikan dampak besar bagi negara itu. Hal tersebut malah dirasakan oleh pengusaha
Inggris yang berfikiran bahwa ketika anak-anak dapat membaca dan menulis mereka akan sadar
bahwa sebenarnya anak-anak itu dapat memperbaiki keadaan mereka. Pengusaha dan beberapa
pihak gereja menjadi sekutu yang berusaha untuk menentang pendirian sekolah minggu.
Beberapa tuduhan mengatakan bahwa Raikes bukanlah orang yang saleh karena ia sudah
melanggar kekudusan hari sabat. Hal tersebut karena Raikes memiliki pekerjaan sebagai seorang
pencatat berita. Ia mencatat beritanya pada hari minggu dan menerbitkannya pada hari senin.
Beberapa kecaman juga ia terima dari pihak gereja. Gereja pada masa itu berfikir bahwa
mendidik anak pada hari sabat berarti tidak menjaga kesucian hari sabat itu sendiri. Namun
alasan sebenarnya kenapa mereka mengecam adalah karena gereja takut kekuasaan mereka akan
diganggu dengan ajaran-ajaran yang tidak diawasi pendeta.
Di dalam menanggapi kecaman-kecaman tersebut Raikes memang tidak memiliki
kutipan-kutipan khusus mengapa ia membentuk sekolah minggu. Terlihat bahwa ia rela dikecamdan ditolak oleh banyak orang asalkan anak-anak ini dapat dididik sehingga mereka memiliki
kelakuan yang jauh lebih baik. Raikes hanyalah orang awam dengan hati nurani yang dibentuk
oleh hubungannya dengan iman. Pada saat itu memang banyak teolog dengan pemikiran mereka
yang luar biasa namun mereka tidak tahu dan tidak mengerti harus berbuat apa untuk melayani
anak-anak tersebut. Dengan dasar teologi, filsafat dan etika yang tidak begitu baik Raikes
7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5
http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 5/11
mencoba untuk menentang sistem yang ada. Setiap hal yang ia lakukan merupakan suatu
pelayanan yang tulus yang ia berikan kepada anak-anak tersebut.
Gambaran tentang Beberapa Sekolah Minggu Pertama
Sekalipun Raikes adalah pendiri sekolah minggu, ia tidak selalu datang mengajar pada
hari tersebut. Ada beberapa guru yang mengajar namun tetap berdasarkan ide-ide darinya. Ketika
mengajar Raikes lebih senang menggunakan sebuah benda nyata sebagai sarana penyampaian
kepada anak-anak. Ia menganggap bahwa sekalipun anak didiknya miskin mereka tetap memiliki
bakat nalari juga. Raikes tidak mendirikan sekolah minggu tanpa aturan yang jelas. Pada tahun
1784 ia mencetak peraturan-peraturan bagi sekolah minggu yang disusun oleh Pdt. W. Ellis
yang akan dipakai oleh Sekolah Minggu di Stroud (Boehlke 394).
Beberapa peraturan tersebut menjelaskan bahwa dalam Sekolah Minggu diperlukan
penyokong baik dalam dana maupun daya. Pengajaran Sekolah Minggu juga harus diambil dari
Alkitab dan pola ibadahnya harus teratur sehingga menjadi kebiasaan baik dalam diri anak.
Menurut Ellis ketika seorang anak Sekolah Minggu masih muda maka pembaruan akhlaknya
akan lebih berhasil. Oleh karena itu ia menganjurkan anak didik Sekolah Minggu baiknya masih
muda. Baginya kebaktian merupakan bagian penting dalam kehidupan seorang anak dan ketika
seorang anak rajin dalam proses belajarnya seorang guru sebaiknya memberika penghargaan
kepada anak tersebut berupa pakaian atau bahan bacaan seperti Alkitab. Ellis berpendapat bahwa
dalam sekolah minggu tugas menghafal adalah tugas belajar yang amat menonjol.
Sekolah Minggu pada masa itu diadakan setiap hari Minggu pada pukul 08.00-10.00 dan
kebaktian pada pukul 14.00-18.00. Buku yang digunakan adalah The Sunday Scholar’s
Companion(Sahabat bagi Anak Sekolah Minggu) yang isinya merupakan teks singkat mengenai
pengenalan akan Allah. Kota tempat Raikes tinggal Sekolah Minggu sudah tersebar menjadi 7
bagian. Keadaan setiap tempat juga berbeda-beda. Seorang teolog bernama John Wesley
mengatakan bahwa ia terkesan dengan lingkungan sekolah minggu.
Keadaan Sekolah Minggu di Inggris dan di Indonesia mungkin tidak jauh berbeda.
Sekolah Minggu di Indonesia mencoba untuk menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-
anak. Memberikan kebutuhan rohani yang mereka butuhkan dengan cara yang menyenangkan.
7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5
http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 6/11
Secara tidak langsung Sekolah Minggu sudah membentuk perasaan anak-anak dengan baik.
Anak-anak merasa lebih dihargai dengan keberadaan mereka yang seperti apapun.
Pertumbuhan Sekolah Minggu
Raikes pasti tidak pernah membanyangkan dan menyangka jika gagasan Sekolah
Minggunya sampai ke seluruh penjuru dunia dan disambut baik oleh hampir seluruh umat atau
warga Kristen di dunia pada masa setelah ia tiada sampai saat ini. Namun, dalam diskusi kali ini
kelompok, tentunya, tidak akan membahas perkembangan Sekolah Minggu yang terjadi di setiap
penjuru dunia. Oleh karena itu, kelompok hanya akan memfokuskan diri pada beberapa negara
saja, yakni Amerika dan Eropa Barat (Jerman, dan Belanda).
Sekolah Minggu di Amerika
Permulaan
Pada tahun 1790 tiga warga kota Philadelphia Benyamin Rush, Matthew Carey, dan
William White mendirikan Perserikatan Hari Pertama, untuk mendidik anak-anak dari keluarga
miskin. Tidak jauh berbeda dengan keadaan anak-anak di Inggris, di Amerika pun anak-anak
cenderung memanfaatkan hari Minggu dengan cara yang kurang baik dan bahkan merusak
kesusilaan dan mutu hidup. Tahun-tahun pertama berdirinya Sekolah Minggu di Amerika,
keseluruhan struktur organisasi, rencana, dan kurikulum yang ada diambil ahli langsung dari
Inggris.
Joanne Bethune adalah salah satu tokoh penting dalam perkembangan Sekolah Minggu di
Amerika. Pada tahun 1816 ia mendirikan Perserikatan Wanita bagi Kemajuan Sekolah Sabar di
New York. Ia berusaha menyakinkan ibu-ibu yang berpengaruh pada masa itu akan pentingnya
Sekolah Minggu bagi anak-anak. Namun, usahanya tersebut seringkali mendapat pertentangan
dari pendeta maupun kaum awam dan bahkan tidak jarang dari mereka yang berpendapat sinis
akan usaha yang dilakukan Bethune.
Permasalahan yang muncul dalam perkembangan Sekolah Minggu di Amerika adalah
struktur organisasi, rencana kerja, dan kurikulum yang diambil langsung dari Inggris. Rupanya,
hal tersebut tidaklah sesuai dengan konteks yang ada di Amerika. Misalnya saja, Sekolah
Minggu yang ada di Inggris didirikan sebagai tanggapan terhadap dampak negatif dari Revolusi
Industri, sedangkan Revolusi Industri belum menjamah ranah Amerika (kebanyakkan warga
masih dekat dan nyaman dengan gaya hidup yang berlaku di daerah pertanian). Bukan hanya itu,
perbedaan mencolok lainnya yang muncul dipermukaan adalah perbedaan sosial anak didik
7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5
http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 7/11
Inggris dengan Amerika. Kebanyakkan anak Sekolah Minggu di Inggris berasal dari kelas
menengah ke bawah, sedangkan anak-anak Sekolah Minggu Amerika berasal dari golongan
sosial ditampung bersama .
Seiring berjalannya waktu, para pemimpin pun mulai menyadari ketidakkontekstualan
yang terdapat dalam organisasi, rencana kerja, maupun kurikulum yang ada dan diterapkan
selama ini. kesadaran tersebut menghantarkan mereka pada suatu usaha untuk mempersiapkan
dan mempergunakan bahan khusus yang sesuai dengan konteks anak didik Amerika.
Sekolah Minggu di Amerika dianggap sebagai lembaga yang berpartisipasi secara aktif
dalam usaha pendemokrasian masyarakat Amerika yang terjadi pada masa itu. Salah satu bentuk
partisipasi tersebut adalah upaya yang dilakukan oleh para pemimpin untuk membujuk para
orang tua menyekolahkan anak-anak mereka di Sekolah Minggu. Usaha pendemokrasian yang
dilakukan Sekolah Minggu rupanya menginspirasi pelbagai pihak untuk membuka sekolah
negeri yang membuka kesempatan belajar bagi seluruh anak. Perkembangan tersebut membawa
angin segar bagi Sekolah Minggu, karena dengan dibukanya sekolah-sekolah negeri secara
otomatis Sekolah Minggu (guru) tidak lagi mempunyai tugas atau tanggung jawab
(sepenuhnya)untuk mengajarkan vak membaca, menulis, dan berhitung. Mereka hanya
memfokuskan diri pada usaha mendidik anak dalam iman Kristen.
Usaha yang sangat baik tersebut, pada awalnya, tidak dirasakan oleh setiap anak.
Pasalnya pengintegrasian semua anak dalam kelas Sekolah Minggu tidak mencangkup anak dari
kaum budak. Terdapat kekuatiran yang melanda para pemilik budak. Mereka kuatir jika para
budak yang dapat membaca dan menulis akan merusak sistem perbudakan yang ada pada saat
itu, dan hal tersebut sangat membahayakan bagi para pemilik modal. Dengan alasan itulah,
awalnya Sekolah Minggu Amerika didirikan secara terpisah bagi keturuna warga Eropa Utara
dan warga Afrika.
Per luasan Sekolah M inggu
Pada tahun 1824 para pemimpin Sekolah Minggu mendirikan American Sunday School
Union (Perserikatan Sekolah Minggu Amerika) di kota Philadelphia. Sidang raya yang
berlangsung tahun 1830 menetapkan tujuan American Sunday School Union, yakni mendirikan
Sekolah Minggu di setiap pelosok daerah yang luasnya meliputi seluruh Lembah Mississipi
(melayani lembah). Usaha perluasaan tersebut didukung oleh sokongan dana dari para dermawan
Kristen, semangat dan pengabdian para pengajar pada misinya, adanya penyokong ternama
7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5
http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 8/11
dalam masyarakat yang di dalamnya termaksud presiden dan senator, ketidakterikatan pada
keanggotaan gereja tertentu (usaha oikumenis dari pihak awam), serta tentu saja semangat dari
anak-anak.
Semangat dan pengabdian para pengajar agaknya adalah kunci dari kesuksesan perluasan
Sekolah Minggu di Amerika. Misalnya saja, semangat John McCullagh (Skotlandia) dan
Stepehen Paxson dalam memberikan pelayaan terhadap anak-anak Sekolah Minggu. Paxson pun
berhasil mendirikan 1.200 Sekolah Minggu selama dua puluh tahun, dan kebanyakan dari
sekolah tersebut bertumbuh menjadi jemaat.
Lagu Sekolah M inggu
Nyanyian adalah salah satu bagian penting di dalam suatu peribadatan. Pasalnya, nyayian
beserta dengan lirik yang terkandung di dalamnya dapat menghanyutkan umat ke dalam suatu
pusaran kekhusyukan yang lebih dalam guna memusatkan diri dan merendahkan hati kepada
Allah dan komunitas iman. Nyanyian pun dapat memupuk semangat umat, khususnya Sekolah
Minggu, dengan lagu dan syair yang digubah atau disusun khusus untuk Sekolah Minggu.
Pada awalnya anak-anak Sekolah Minggu Amerika menyanyikan lagu-lagu yang
bertemakan kematian, dosa, kesaksian, dan keselamatan di dalam Yesus, misalnya lagu “Selamat
di tangan Yesus”, “Yesus Berpesan”, “Ku Berbahagia” dst. Pengalaman mereka dalam Perang
Saudara tahun 1861-1865 mendorong mereka untuk mengubah lagu yang bersemangat dan
membangkitkan hasrat anak-anak untuk bersatu dalam satu barisan demi melaksanakan tugas
mulia, misalnya lagu “Maju Laskar Kristus”.
Teologi Sekolah Minggu tidak membedakan keadaan anak-anak dengan orang dewasa.
Pasalnya mereka menganggap bahwa keduannya sama-sama berdosa dan perlu bertobat serta
mengakui Kristus sebagai Juruselamat. Oleh karena itu, pertobatan adalah salah satu tujuan yang
hendak dicapai oleh guru Sekolah Minggu. Namun, pada abad ke-20 mulai terjadi pergeseran
pengertian mengenai anak-anak, sehingga lagu dan syair pun mulai disesuaikan dengan konteks
anak-anak. Lagu yang dinyanyikan seperti “Yesus, Kawan Anak -anak”, “Yesus Mengasihiku”
dst.
Kelemahan Sekolah M inggu pada Abad Ke-19
Tiga kelemahan yang paling mencolok adalah para pemimpin Sekolah Minggu yang
memupuk moral pribadi pada diri anak namun mereka bersikap acuh terhadap ketidakadilan
yang terjadi, mengembangkan siasat untuk mendidik warga di daerah-daerah pertanian namun
7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5
http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 9/11
melalaikan kebutuhan pendidikan agama Kristen di kota besar, dan mengutamakan teologi
keselamatan pribadi serta gagal mengembangkan teologi dan praktek gereja sebagai persekutuan
komunal bersama Allah untuk melaksanakan maksud-Nya di dunia.
Sekolah Minggu di luar Dunia Anglo-Sakson
Eropa Barat
Gagasan Sekolah Minggu di setiap tempat atau negara pada dasarnya sama. Sekolah
Minggu memfokuskan diri pada keefektifitasan dan potensi remaja (kaum muda) yang
cenderung terabaikan dan tersia-siakan pada masa itu. Satu-satunya cara yang dapat diusahakan
dan dilakukan adalah dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan membaca, menulis,
dan berhitung. Pengetahuan lainnya yang sama pentingnya, terkhusus untuk memperbaiki akhlak
kaum muda yang cenderung buruk pada masa itu, adalah pendidikan Alkitab. Mereka merasa
perlu untuk mengajarkan setiap didikan yang termuat di dalam Alkitab dan mengajak kaum
muda untuk berpatisipasi di dalam setiap kebaktian. Dengan pengetahuan tersebut diharapkan
kaum muda dapat memperoleh citra diri yang lebih baik, yakni bahwa mereka berharga, serta
mengubah gaya hidup mereka menjadi lebih manusiawi.
Jerman
Pendirian Sekolah Minggu di Jerman dimulai pada tahun 1860 oleh Wilhelm
Broeekelmann, seorang pedagang dari kota Bremen, dan Albert Woodruff, seorang
pedagang dari kota New York. Pada awalnya gagasan Sekolah Minggu yang ditawarkan
mendapat penolakan, dengan alasan ketidakcukupan dan ketidakkompetenan guru yang
terlampir mengajar serta tidak memadainya keterampilan yang dimiliki oleh guru untuk
mengajar.
Sekolah Minggu di Jerman pun berfokus pada pendidikan anak-anak miskin,
khususnya dalam bidang membaca, menulis, dan berhitung sambil memberikan
bimbingan mengenai iman Kristen. Dalam perkembangaanya Sekolah Minggu di Jerman
mengalami perubahan nama menjadi Kindergottesdienst dan gagasan merekapun mulai
dijermankan. Pertumbuhan Sekolah Minggu di sana terjadi saat masyarakat menyadari
pentingnya Sekolah Minggu sebagai sarana memperbaiki kehidupan rohani anak-anak
Jerman. Namun pertumbuhannya selalu terhalang oleh sifat injili dan gerakan yang
bersifat awam dengan gaya beribadah yang agak bebas, yang terdapat di dunia Anglo-
Sakson (asal-mula SM di Jerman), yang tentunya berbeda dengan tradisi Lutheran dan
7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5
http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 10/11
Katolik Roma yang mengutamakan pengembalaan, pembinaan anak, dan liturgi yang
tetap.
Belanda
Praktek Sekolah Minggu di Belanda dimulai oleh mereka yang tersentuh oleh
pengalaman kebangunan . Kehidupan baru yang mereka rasakan mendorong mereka
untuk mendirikan Sekolah Minggu demi kehidupan rohani anak dan remaja. Gagasan
Sekolah Minggu dibawa oleh Dr. Abraham Capadose (Swiss), pada bulan Oktober 1836.
Pertumbuhan Sekolah Minggu di Belanda sangatlah baik, dibuktikan dari banyaknya
Sekolah Minggu yang didirikan di kota-kota Belanda seperti Amsterdam (1841) dan
Rotterdam (1847). Namun, pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 1857, saat
pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan mengenai pelarangan penggunaan Alkitab
di sekolah negeri. Hal tersebut semakin mendorong orang tua untuk menghantarkan
anaknya ke Sekolah Minggu guna mendapat pendidikan Alkitab yang memadai.
Pada tanggal 23 Oktober 1865 para pendiri melakukan mufakat dan membentuk
Nederlandse Zondagschool Vereniging (Perkumpulan Sekolah Minggu Belanda).
Persekutuaan ini sebagai bentuk persatuan sekaligus pemersatu sekolah minggu yang
terpisah-pisah di Belanda (menjadi forum diskusi dan pengalaman). Sekolah Minggu di
Belanda mengeluarkan suatu majalah yang dijadikan panduan bagi orang tua untuk
mendidik anak-anak mereka, De Christelijke Familiekring.
Kesimpulan
Raikes menawarkan suatu „produk‟ pendidikan yang, menurut kelompok, tidak jauh
berbeda dengan „produk‟ pendidikan yang telah ditawarkan oleh para tokoh pendidikan
sebelumnya. Fokus pengajaran atau pendidikannya pun pada usaha menikatkan kemampuan
anak dalam hal membaca, menulis, dan berhitung, tanpa melupakan pentingnya pertumbuhan
iman dan akhlak anak melalui ajaran-ajaran yang terdapat di dalam Alkitab.
Alat peraga dan pertanyaan-pertanyaan yang memancing dan memupuk pemikiran atau
nalar anak pun menjadi metode utama yang ia gunakan atau terapkan dalam proses belajar dan
mengajar di Sekolah Minggu.
Menurut kelompok Sekolah Minggu adalah salah satu bentuk pendidikan yang baik
terutama dalam proses pertumbuhan iman anak. Sekolah Minggu pun menjadi wadah yang
sangat efektif untuk menjelaskan setiap hal yang berkaitan dengan ajaran maupun spiritualitas
7/22/2019 Teori PK2 - Robert Raikes - Kelompok 5
http://slidepdf.com/reader/full/teori-pk2-robert-raikes-kelompok-5 11/11
Kristiani dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan anak mengenai iman dan Tuhan yang
mereka percayai, misalnya, pertanyaan mengenai siapakah Yesus, mengapa mereka harus ke
gereja dst.
Setelah membaca dan memahami (agaknya) gagasan yang ditawarkan oleh Raikes ,
kelompok dengan segala keterbatasan yang ada mencoba untuk melihat dan menelaah
perkembangan dan sistem Sekolah Minggu yang ada di Indonesia, khususnya gereja kami
masing-masing. Berdasarkan pengalaman kami sebagai guru atau kakak SM, kami melihat
bahwa Sekolah Minggu yang ada di tempat kami masing-masing agaknya memiliki tujuan dan
gagasan yang sama dengan yang Raikes tawarkan. Namun, Sekolah Minggu saat ini tidak lagi
memiliki tugas untuk mengajar anak membaca, menulis, dan berhitung. Pasalnya, Sekolah
Minggu lebih memfokuskan diri pada peningkatan pengetahuan anak mengenai agama yang
mereka yakini (Tuhan yang mereka percaya), iman mereka, komunitas iman yang ada (bagian
dan keterikatan mereka kepada komunitas iman), dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan
perkembangan spiritualitas mereka kepada Yesus Kristus.
Sekolah Minggu saat ini pun (rata-rata) mulai mengubah dan menerapkan kurikulum dan
metode mengajar yang lebih menarik dan edukatif-kreatif. Misalnya, dengan pengunaan alat-alat
peraga (boneka tangan, gambar), drama yang melibatkan naradidik dengan pendidik, pemutaran
film pendek atau video, kreatifitas anak dst. Hal tersebut dibuktikan dari usaha yang dilakukan
gereja untuk menciptakan guru yang kreatif dan inovatif (melalui pelatihan dan sosialisasi yangdilakukan gereja dan kerja sama dengan pihak-pihak lain yang berkompeten), suasana kelas yang
menarik minat anak (tempat yang memadai, fasilitas yang cukup, dan dekorasi kelas), dan tentu
saja metode yang menarik perhatian orang tua untuk menghantarkan anak mereka ke sana.
Dengan kata lain, Sekolah Minggu saat ini telah mengalami transformasi yang cukup pesat
dibandingkan Sekolah Minggu yang pada masa lalu.
Top Related