Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

17
 TEORI KONSUMSI KONVENSIONAL VS ISLAM Oleh :  Fatikul Himami da n Ahma d Luthfi (disampaikan dalam seminar Ekonomi Makro Islam Program Pasca Sarjana IAIN STS  Jambi Ja nuari 2 008) Teori Konsumsi Konvensional Te or i konsumsi yang di bahas pa da tulisan ini adalah seluruh pe ng eluaran rumah ta ngga keluar ga (ma sya rakat) . Pada umumny a pengeluaran konsumsi ini lebih besar dari atau sama dengan 50% (> 50%) dari pendapatan nasional. Pendapat beberapa ahli tentang teori konsumsi antara lain : 1. J.M. Keynes Terkenal den gan Abs olu t Income The ory (Te ori pendapatan absolut). Keynes menyatakan tentan g hub unh gan pen gel uar an kon sumsi den gan pen dap atan nas ional yan g diukur berdas arkan harga konstan. Jadi : C = f ( Y d ) C = Konsumsi F = Fungsi Yd = Disposisi income (pendapata n yang benar-benar dapat dinikmati oleh rumah tangga). Tx = Pajak ; Tr = Transper Payment (seperti Subsidi) Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa besarnya konsumsi sangat tergantung pada besarnya pendapatan (Yd). Semakin besar pendapatan, maka semakin tinggi pula konsusi (Yd ) dan sebaliknya. Yd = Y – Tx + Tr 

Transcript of Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

Page 1: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 1/17

 

TEORI KONSUMSI KONVENSIONAL VS ISLAM

Oleh :

 Fatikul Himami dan Ahmad Luthfi

(disampaikan dalam seminar Ekonomi Makro Islam Program Pasca Sarjana IAIN STS 

 Jambi Januari 2008)

Teori Konsumsi Konvensional

Teori konsumsi yang dibahas pada tulisan ini adalah seluruh

pengeluaran rumah tangga keluarga (masyarakat). Pada umumnya

pengeluaran konsumsi ini lebih besar dari atau sama dengan 50% (>

50%) dari pendapatan nasional.

Pendapat beberapa ahli tentang teori konsumsi antara lain :

1. J.M. Keynes

Terkenal dengan Absolut Income Theory (Teori pendapatan

absolut). Keynes menyatakan tentang hubunhgan pengeluaran

konsumsi dengan pendapatan nasional yang diukur berdasarkan

harga konstan.

Jadi :

C = f ( Y d )

C = Konsumsi

F = Fungsi

Yd = Disposisi income (pendapatan yang benar-benar dapat

dinikmati oleh rumah tangga).

Tx = Pajak ; Tr = Transper Payment (seperti Subsidi)

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa besarnya konsumsi

sangat tergantung pada besarnya pendapatan (Yd). Semakin besar 

pendapatan, maka semakin tinggi pula konsusi (Yd ) dan sebaliknya.

Yd = Y – Tx + Tr 

Page 2: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 2/17

 

Keynes mengatakan: Apabila pendapatan makin

tinggi/meningkat MPC tetap sedangkan APC akan menurun. Jadi

makin tinggi income, makin kecil APC.

Besarnya konsumsi adalah :

C = a + bYd atau

C = a + bYd atau

C = Co + bYd

a atau a atau Co : adalah alpa atau dengan kata lain konsumsi

terendah. Jadi meskipun pendapatannya nol, konsumsi sebesar 

a/a/Co.

b/B = Beta = MPC = Marginal Propensity to Consume

Yd = Disposible Income

Catatan :

  CMPC =

  Y

 APC = (Avarage Profensity to Consume) =c/y

MPC + APC = 1

Besarnya MPC = 0 sampai 1 atau 0 < MPC < 1

Secara singkat berikut ini disajikan beberapa catatan mengenai fungsi

consumsi Keyness yang banyak disebut dalam literatur:

a Variabel nyata ;

Yang dimaksud adalah bahwa fungsi konsumsi Keyness

menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional denganpengeluaran konsumsi yang kedua-duanya dinyatakan dengan

menggunakan tingkat harga konstan. jadi besarnya hubungan

antara pendapatan nasional nominal dengan pengeluaran

konsumsi nominal.

b Pendapatan yang terjadi

Dalam literatur banyak disebut bahwa pendapatan nasional

yang menentukan besar kecilnya pengeluaran nasional yang terjadi

2

Page 3: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 3/17

 

(Current National Income). Penemuan ini sekedar untuk

menunjukkan bahwa yang dimaksud Keyness bukannya

pendapatan yang terjadi sebelumnya, bukan pula pendapatan yang

diramalkan akan terjadi dimasa yang akan datang.

c Pendapatan Absolut;

Dalam lliteratur banyak pula disebut-sebut bahwa fungsi

konsumsi Keyness; variabel pendapatan nasional yang perlu di

interprestasikan sebagai pendapatan nasional absolut, yang dapat

dilawankan pula misalnya dengan pendapatan relatif, pendapatan

permanen dan sebagainya.

C ( harga Konstan )

 

Y= C

C

 

Co

0 Y ( harga Konstan )

Fungsi konsumsi menurut Keyness.

Kritik Keuzen terhadap teor J.M. Keyness

Penemuan empiris Keuzen, mengenai fungsi consumsi jangka

panjang nilai APC trennya tidak menurun akan tetapi konstant. Ini

berarti berbeda dengan yang diasumsikan Keynes yang kedua adalahbahwa untuk fungsi konsumsi jangka pendek sekalipun berlaku MPC <

 APC, seperti yang diasumsikan Keyness, Inter lep fungsi konsumsi

yaitu CO, mengalami perubahan dari waktu kewaktu. Bergesernya

inter lep keatas ini tidak tertampung oleh hipotesis, pendapatan absolut

Keyness. Atau secara rinci penemuan kenzen tersebut adalah :

1. Perlu dibedakan antara fungsi konsumsi jangka

(Long run Consumtion Fungtion) dan fungsi konsumsi jangka

3

Page 4: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 4/17

 

pendek (Short run Consumtion Fungtion) karena kedua macam

fungsi konsumsi tersebut dari hasil struktur empirisnya mempunyai

bentuk yang berbeda.

2. Fungsi konsumsi jangka pendek ternyata

mengalami pergeseran keatas, kesimpulan ini apabila diungkapkan

dengan menggunakan bentuk standar persamaan fungsi

konsumsi : C = CO + by, dapat dikatakan bahwa nilai Co

tendensinya meningkat dari waktu kewaktu.

Dari penemuan inilah maka Kuezen, menyatakan bahwa

yang dibahas oleh Keyness adalah konsumsi jangka pendek.

Konsumsi jangka panjang dimulai dari nol dan konsumsi

masyarakat jangka pendek berubah setiap masa/setiap saat.

Perubahan asset ini akan menambah CO jadi dalam jangka

panjang MPC = APC.

Jadi dari uraian diatas dapat dilihat bahwa baik keynes maupun

Keuzen melihat dari agregat, berbeda dengan pendapat Irving 

Fisher  yang mengamati dan melihat dari individu-individu (single

consumtion).

2. A. Ando, R. Bruimberg dan F. Modigliani. S( Life Cycle Hipotesis )

 Asumsi yang digunakan: panjang hidupnya masyarakat

mempengaruhi konsumsinya.

Katanya : Dissaving bisa ditutup oleh saving tahun sebelumnya

C,Y

C

t p

b Y

Co

4

Page 5: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 5/17

 

0 Y B T P Mt = Waktu

Dari gambar di atas terlihat bahwa begitu seseorang lahir, ia

sudah mempunyai kebutuhan-kebutuhan hidup yang menuntut untuk

dipenuhi, meskipun jelas usia tersebut ia sama sekali belum dapat

berpartisipasi dalam pembentukan produk nasional. Ini berarti

pendapatan sebesar nol dan jumlah penmgeluaran konsumsinya

positif, memaksa orang tersebut melaksanakan dissaving. Baru

setelah dia dewasa dan memasuki angkatan kerja ia dapat

memperoleh pendapatan dan pada usia B baru lagi terjadi dissaving

kemudian pendapatan tersebut meningkat sehingga terjadi saving

sampai dengan umur F. bila umurnya masih panjang, maka kembali

terjadi dissaving.

Mengenai sumber pendapatan,  Ando–Brumberg Modigliani 

membedakan dua sumber pendapatan yaitu tenaga kerja sebagai

sumber labour income dan kekayaan sebagai sumbere property

income.

Jadi Y = YL + YP

3. Milton Fridman (Permanent Income Hipotesis)

Dengan menggunakan asumsi bahwa: konsumen bersikap

rasional dalam mengalokasikan pendapatan yang diperoleh selama

hayatnya diantara kurun waktu yang dihadapinya serta menghendaki

pola-pola konsumsi yang kurang lebihnya merata dari waktu kewaktu.

Milton Fridman menarik kesimpulan bahwa konsumsi permanen

seseorang konsumen atau suatu masyarakat mempunyai hubungan

yang positif dan proporsional dengan pendapatannya/pendapatan

mereka yang bersangkutan.

Dalam bentuk matematis dapat diungkapkan :

Cp = K Yp

Cp = Consumsi permanen

5

Page 6: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 6/17

 

K = Angka konstan yang menunjukkan bagian pendapatan permanen

yang dikonsumsi. Ini berarti 0 < k < 1

Yp = Pendapatan permanen ;

Dari uraian di atas jelaslah sekarang bahwa seperti halnya

 Ando- Brimburg – Modigliani, Milton Fridman dan begitu juga nantinya

Desenbery berhasil memberikan dasar teoritik untuk kedua fungsi

konsumsi yang ditemukan secara empirik oleh Simon Keuze.

4. James Desenbery.

James Desenbery mengemukakan pendapatnya bahwa

pengeluaran konsumsi suatu masyarakat di tentukan terutama oleh

tingginya pendapatan tertinggi yang pernah dicapainya. Ia

berpendapat bahwa apabila pendapatan berkurang, konsumen tidak 

akan banyak mengurangi pengeluarannya untuk konsumsi.  Untuk 

mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi ini, mereka terpaksa

mengurangi saving.

Selanjutnya Desenbery juga sependapat dengan penemuan

kuznets bahwa untuk setiap income yang dicapai mempunyai fungsi

konsumsi jangka pendek sendiri– endiri.

Catatan ;

Faktor–faktor yang berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi :

a. Distribusi pendapatan nasional.

b. Banyaknya kekayaan masyarakat dalam bentuk alat- alat liquit.

c. Banyaknya barang–barang konsumsi tahan lama dalam

masyarakat

6

Page 7: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 7/17

 

7

Page 8: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 8/17

 

KONSUMSI MENURUT ISLAM

Islam adalah agama yang ajarannya mengatur segenap prilaku

manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Demikian pula dalam

masalah konsumsi, Islam mengatur bagaimana manusia dapat melakukan

kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia berguna bagi

kemashlahatan hidupnya. Seluruh aturan Islam mengenai aktivitas

konsumsi terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Prilaku konsumsi

yang sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan as-Sunnah ini akan

membawa pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan hidupnya.

Dasar Hukum Prilaku Konsumen

Islam memandang bahwa bumi dengan segala isinya merupakan

amanah Allah SWT kepada sang Khalifah agar dipergunakan sebaik-

baiknya bagi kesejahteraan bersama. Dalam satu pemanfaatan yang telah

diberikan kepada sang Khalifah adalah kegiatan ekonomi (umum) dan

lebih sempit lagi kegiatan konsumsi (khusus). Islam mengajarkan kepada

sang khalifah untuk memakai dasar yang benar agar mendapatkan

keridhaan dari Allah Sang Pencipta.1 

a. Sumber yang Berasal dari al-Qur’an dan Sunnah Rasul 

1. Sumber yang ada dalam al-Qur’an

 ن  ر في  س  م ا ل  ب  ح    ه  إ ا و ف  ر   س  ت   ا و  ر   ش  ا ا و  ك   

 Artinya : Makan dan minumlah, namun janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah itu tidak menyukai orang-orang 

yang berlebih-lebihan.

 

2. Sumber yang berasal dari Sunnah Rasul3, yang artinya : AbuSaid Al-Chodry r.a berkata :

Ketika kami dalam bepergian berasama Nabi SAW, mendadak datang seseorang berkendaraan, sambil menoleh ke kanan-ke kiri seolah-olah mengharapkan bantuan makanan, maka bersabdaNabi SAW : “Siapa yang mempunyai kelebihan kendaraan harus

1 Drs. Muhammad. Ekonomi Mikro (  Dalam Persfektif Islam). Yogyakarta : BPFE. 2005 :162

2

 Q.S. 7. ayat; 31.3 Op.Cit.hlm.163.

8

Page 9: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 9/17

 

dibantukan pada yang tidak memmpunyai kendaraan. Dan siapayang mempunyai kelebihan bekal harus dibantukan pada orang 

yang tidak berbekal.” kemudian Rasulullah menyebut berbagai macam jenis kekayaan hingga kita merasa seseorang tidak berhak memiliki sesuatu yang lebih dari kebutuhan hajatnya. (H.R.Muslim).

b. Ijtihad Para Ahli Fiqh

Ijitihad  berarti meneruskan setiap usaha untuk menentukan

sedikit banyaknya kemungkinan suatu persoalan syari’at. Mannan

menyatakan bahwa sumber hukum ekonomi islam (termasuk di

dalamnya terdapat dasar hukum tentang prilaku konsumen) yaitu; al-

Qur’an, as-Sunnah, ijma’, serta qiyas dan ijtihad.

Menurut Mannan, yang ditulis oleh Muhammad dalam bukunya

”Ekonomi Mikro Islam”  (2005: 165); konsumsi adalah permintaan

sedangkan produksi adalah penyediaan/penawaran. Kebutuhan

konsumen, yang kini dan yang telah diperhitungkan sebelumya,

menrupakan insentif pokok bagi kegiatan-kegiatan ekonominya sendiri.

Mereka mungkin tidak hanya menyerap pendapatannya, tetapi juga

memberi insentif untuk meningkatkannya.

Hal ini berarti bahwa pembicaraan mengenai konsumsi adalah

penting. dan hanya para ahli ekonomi yang mempertunjukkan

kemampuannya untuk memahami dan menjelaskan prinsip produksi

maupun konsumsi, mereka dapat dianggap kompeten untuk

mengembangkan hukum-hukum nilai dan distribusi atau hampir setiap

cabang lain dari subyek tersebut.

Menurut Muhammad perbedaan antara ilmu ekonomi modren

dan ekonomi Islam dalam hal konsumsi terletak pada cara

pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Islam tidak

mengakui kegemaran materialistis semata-mata dari pola konsumsi

modren.4

4

Mannan, M.A. Teori dan Prakrtek Ekonomi Islam (Edisi Terjemahan). Yogyakarta:Dana Bhakti Wakaf. 1997 : 44 

9

Page 10: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 10/17

 

Lebih lanjut Mannan mengatakan semakin tinggi kita menaiki

 jenjang peradaban, semakin kita terkalahkan oleh kebutuhan fisiologik

karena faktor-faktor psikologis. Cita rasa seni, keangkuhan, dorongan-

dorongan untuk pamer semua faktor ini memainkan peran yang semakin

dominan dalam menentukan bentuk lahiriah konkret dari kebutuhan-

kebutuhan fisiologik kita. Dalam suatu masyarakat primitif, konsomsi

sangat sederhana, karena kebutuhannya sangat sederhana. Tetapi

peradaban modren telah menghancurkan kesederhanaan manis akan

kebutuhan-kabutuhan ini.5

Prinsip Konsumsi Dalam Islam

Menurut Islam, anugerah-anugerah Allah adalah milik semua

manusia. Suasana yang menyebabkan sebagian diantara anugerah-

anugerah itu berada ditangan orang-orang tertentu tidak berarti bahwa

mereka dapat memanfaatkan anugerah-anugerah itu untuk mereka

sendiri. Orang lain masih berhak atas anugerah-anugerah tersebut

walaupun mereka tidak memperolehnya. Dalam Al-Qur’an Allah SWT

mengutuk dan membatalkan argumen yang dikemukakan oleh orang kaya

yang kikir karena ketidaksediaan mereka memberikan bagian atau

miliknya ini.6 

Selain itu, perbuatan untuk memanfaatkan atau mengkonsumsi

barang-barang yang baik itu sendiri dianggap sebagai kebaikan dalam

Islam. Sebab kenikmatan yang dicipta Allah untuk manusia adalah

ketaatan kepada-Nya yang berfirman kepada nenek moyang manusia,

yaitu Adam dan Hawa, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an

 ن  بي  و  م  د  ع  ك  ه  ل  إ    طا  ي  ش ل ت      ط  خ    ب     با  و    ي    ض  ح  ر ف  ا   م    س   اأ  ا ل ا

 Artinya : Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamumengikuti langkah-langkah syaitan; karena

5  Ibid 6

Monzer Kahf, Ph. D.  Ekonomi Islam ( Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam), Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1995 : 27. 

10

Page 11: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 11/17

 

sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyatabagimu.7 

Etika ilmu ekonomi Islam berusaha untuk mngurangi kebutuhan

material yang luar biasa sekarang ini, untuk mngurangi energi manusia

dalam mengejar cita-cita spiritualnya. Perkembangan bathiniah yang

bukan perluasan lahiriah, telah dijadikan cita-cita tertinggi manusia dalam

hidup. Tetapi semangat modren dunia barat, sekalipun tidak merendahkan

nilai kebutuhan akan kesempurnaan batin, namun rupanya telah

mengalihkan tekanan kearah perbaikan kondisi-kondisi kehidupanmaterial. Dalam ekonomi Islam konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip

dasar 8.

1. Prinsip Keadilan

Syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari

rezeki secara halal dan tidak dilarang hukum. Dalam soal makanan

dan minuman, yang terlarang adalah darh, daging binatang yang

telah mati sendiri, daging babi, daging binatang yang ketikadisembelih diserukan nama selain Allah, (Q.S 2. 173),

 ن  م ل  ف  ر ا  ي  غ   ه     ب  آأ  ر  و ز  خ     ا  ح  و     د ا و   ة   ي ت  م  ا    ك  ي  ع    ر   م   إ

   ي       ل  ا  ه إ  ي  ع    ث  إ    ف ع   و ب  ر   ي ر   ط  ض ا

2. Prinsip Kebersihan

Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an maupun

Sunnah tentang makanan. Harus baik atau cocok untuk dimakan,

tidak kotor ataupun menjijikkan sehingga merusak selera. Karena

itu, tidak semua yang diperkenankan boleh dimakan dan diminum

dalam semua keadaan. Dari semua yang diperbolehkan makan dan

minumlah yang bersih dan bermanfaat.

3. Prinsip Kesederhanaan

7

Q.S. : 2 : 1688 Mannan, M.A. Op. Cit. 45-48

11

Page 12: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 12/17

 

Prinsip ini mengatur prilaku manusia mengenai makanan dan

minuman adalah sikap tidak berlebih-lebihan, yang berarti janganlah

makan secara berlebih.

ل  ا  دوا إ ت        و ك    ل  ا      آأ  ي   ا    ر  ح   ا     ن ءا ذ   ا    أ 

 ن د    ت  م  ا    ح  

 Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkanapa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu,dan janganlah kamu melampaui batas 9.................” 

 Arti penting ayat ini adalah kenyataan bahwa kurang makandapat mempengaruhi pembangunan jiwa dan tubuh, demikian pula

bila perut diisi secara berlebih-lebihan tentu akan ada pengaruhnya

pada perut. Praktik memantangkan jenis makanan tertentu dengan

tegas tidak dibolehkan dalam Islam.

4. Prinsip Kemurahan Hati

Dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa

ketika kita memakan dan meminum makanan halal yang disediakanTuhan karena kemurahan hati-Nya. Selama maksudnya adalah untuk

kelangsungan hidup dan kesehatan yang lebih baik dengan tujuan

menunaikan perintah Tuhan dengan keimanan yang kuat dalam

tuntutan-Nya, dan perbuatan adil sesuai dengan itu, yang menjamin

persesuaian bagi semua perintah-Nya.

 ر    ا د     ص ي  ك  ي  ع    ر     و   ي س   و     ك   ع ت   ه         ر  و  ح    ا د     ص ي  ك       أ   رو  ش  ح   ه   ي  إ ذ   ا ل ا ا ق   او     ر       ت    

 Artinya : Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu danbagi orang-orang dalam perjalanan, dan diharamkanatasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamudalam ihram. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya-lah kamu akan dikumpulkan.10 

5. Prinsip Moralitas.

9

Q.S. : 5 : 8710 Q.S. : 5 : 96

12

Page 13: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 13/17

 

Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi

dengan tujuan terakhirnya, yakni untuk peningkatan atau kemajuan

nilai-nilai moral dan spiritual. Seseorang muslim diajarkan untuk

menyebut nama Allah sebelum makan dan menyatakan terima kasih

kepada-Nya setelah makan. Dengan demikian ia akan merasakan

kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi keinginan-keinginan fisiknya.

Hal ini penting artinya karena Islam menghendaki perpaduan nilai-

nilai hidup material dan spiritual yang berbahagia.

م          ن  ر      مآ أ    م  ث    وإ       ف     ر  و     ي

 ث  مآإ      في   ر   س  ي  م  او  ر   م  خ  ا ن   ع   ئ س   

 Artinya : Mereka bertanya kepadamu (Nabi) tentang khamar dan judi.

Katakanlah, ”pada keduanya itu terdapat dosa besar danbeberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanyalebih besar dari manfaatnya11.........

Teori Konsumsi Dalam Ekonomi Islam

Barang-barang kebutuhan dasar (termasuk untuk keperluan

hidup dan kenyamanan) dapat didefenisikan sebagai barang dan jasa

yang mampu memenuhi suatu kebutuhan atau mengurangi kesulitan

hidup sehingga memberikan perbedaan yang riil  dalam kehidupan

konsumen. Barang-barang mewah sendiri dapat didefenisikan sebagai

semua barang dan jasa yang diinginkan baik untuk kebanggaan diri

maupun untuk sesuatu yang sebenarnya tidak memberikan perubahan

berarti bagi kehidupan konsumen12.

Lebih lanjut Chapra (2002 : 309) mengatakan bahwa konsumsi

agregat yang sama mungkin memiliki proporsi barang kebutuhan dasar dan barang mewah yang berbeda (C = Cn + C1), dan tercapai tidaknya

pemenuhan suatu kebutuhan tidak tergantung kepada proporsi sumber 

daya yang dialokasikan kepada masing-masing konsumsi ini. Semakin

banyak sumber daya masyarakat yang digunakan untuk konsumsi dan

produksi barang dan jasa mewah (C1), semakin sedikit sumber daya yang

11 Q.S. : 2 : 21912

Eko Suprayitno, Ekonomi islam (Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensiona,Yogyakarta. : Graha Ilmu . 2005 : 95 

13

Page 14: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 14/17

 

tersedia untuk pemenuhan kebutuhan dasar (Cn). Dengan demikian,

meski terjadi penigkatan pada konsumsi agregat, ada kemungkinan

bahwa kehidupan masyarakat tidak menjadi lebih baik dilihat dari tingkat

pemenuhan kebutuhan dasar penduduk miskin (Cn), jika semua

peningkatan yang terjadi pada konsumsi tersebut lari ke penduduk kaya

untuk pemenuhan kebutuhan barang-barang mewah (C1).

Fungsi konsumsi di dalam ilmu makroekonomi konvensional

tidak memperhitungkan komponen-komponen konsumsi agregat ini (Cn

dan C1). Yang lebih banyak dibicarakan dalam ilmu makroekonomi

konvensional terutama mengenai pengaruh dari tingkat harga dan

pendapatan terhadap konsumsi. Hal ini dapat memperburuk analisis,

karena saat tingkat harga dan pendapatan benar-benar memainkan peran

yang substansi dalam menentukan konsumsi agregat (C), ada sejumlah

faktor moral, sosial, politik, ekonomi, dan sejarah yang mempengaruhi

pengalokasiaannya pada masing-masing komponen konsumsi (Cn dan

C1). Dengan demikian, faktor-faktor nilai dan kelembagaan serta

preferensi, distribusi pendapatan dan kekayaan, perkembangan sejarah,

serta kebijakan-kebijakan pemerintah tentunya tak dapat diabaikan dalam

analisis ekonomi.

Sejumlah ekonom Muslim diantaranya adalah Zarqa (1980 dan

1982 ), Monzer Kahf (1978 dan 1980 ), M.M. Metwally ( 1981 ), Fahim

Khan ( 1988 ), M.A. Manan ( 1986 ), M.A Choudhury ( 1986 ), Munawar 

Iqbal ( 1986 ), Bnedjilali dan Al-Zamil ( 1993 ) dan Ausaf Ahmad ( 1992 )

telah berusaha memformulasikan fungsi konsumsi yang mencerminkan

faktor-faktor tambahan ini meski tidak seluruhnya, mereka beranggapan

bahwa tingkat harga saja tidaklah cukup untuk mengurangi tingkat

konsumsi barang mewah (C1) yang dilakukan oleh orang-orang kaya.

Diperlukan cara untuk mengubah sikap, selera dan preferensi,

memberikan motivasi yang tepat, serta menciptakan lingkungan sosial

yang memandang buruk konsumsi seperti itu (C1). Disamping itu perlu

pula untuk menyediakan sumber daya bagi penduduk miskin guna

14

Page 15: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 15/17

 

meningkatkan daya beli atas barang-barang dan jasa-jasa yang terkait

dengan kebutuhan dasar (Cn). Hal inilah yang coba dipenuhi oleh

paradigma relegius, khususnya Islam, dengan menekankan perubahan

individu dan sosial melalui reformasi moral dan kelembagaan (dalam

Chapra, 2002 ; 310 ).

Norma konsumsi Islami mungkin dapat membantu memberikan

orientasi preferensi individual yang menentang konsumsi barang-barang

mewah (C1) dan bersama dengan jaring pengaman sosial, zakat, serta

pengeluaran-pengeluaran untuk amal mempengaruhi alokasi dari sumber 

daya yang dapat meningkatkan tingkat konsumsi pada komponen barang

kebutuhan dasar (Cn). Produsen kemudian mungkin akan merespon

permintaan ini sehingga volume investasi yang lebih besar dialihkan

kepada produksi barang-barang yang terkait dengan kebutuhan dasar 

(Cn).

15

Page 16: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 16/17

 

Kesimpulan

Konsumsi adalah satu kegiatan ekonomi yang penting, bahkan

terkadang dianggap paling penting. Dalam ekonomi konvensional prilaku

konsumsi dituntun oleh dua nilai dasar, yaitu rasionalisme dan

utilitarianisme. Kedua nilai dasar ini kemudian membentuk suatu prilaku

konsumsi yang hedenostik – materialistik, individualistik, serta boros

(wastefull). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa prinsip dasar bagi

konsumsi adalah ”saya akan mengkonsumsi apa saja dan dalam jumlah

berapapun sepanjang : anggaran saya memenuhi dan saya memperoleh

kepuasan maksimum.

Teori prilaku konsumen yang islami dibangun atas dasar syariah

Islam. Dalam ekonomi Islam konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip

dasar, yaitu :

o Prinsip Keadilan

o Prinsip Kebersihan

o Prinsip Kesederhanaan

o Prinsip Kemurahan Hati

o Prinsip Moralitas

16

Page 17: Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2

5/17/2018 Teori Konsumsi Konvensiona vs Islam-2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/teori-konsumsi-konvensiona-vs-islam-2-55ab5940b280b 17/17

 

Daftar pustaka

Muhammad, Drs.. Ekonomi Mikro (Dalam Persfektif Islam). Yogyakarta : BPFE.2005

Mannan, M.A. Teori dan Prakrtek Ekonomi Islam (Edisi Terjemahan). Jakarta :Erlangga. 2000.

Kahf, Monzer, Ph. D.  Ekonomi Islam (Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem

 Ekonomi Islam) , Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1995 ogyakarta: Dana

Bhakti Wakaf. 1997

Suprayitno, Eko  Ekonomi islam (Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan

 Konvensional  ,Yogyakarta. : Graha Ilmu . 2005

Chapra. DR. M. Umer  Islam dan Tantangan Ekonomi. Jakarta : Gema InsaniPress : 2000

17