Teori Konsumsi Dlm Islam

16
BAB I PENDAHULUAN Para penulis yang menggunakan kerangka acuan islami tidak menerima formulasi kontemporer mengenai teori perilaku konsumen dengan alasan bahwa ia diselewengkan oleh nilai-nilai ideology dan social masyarakat bukan muslim dimana ia dikembangkan. Namun demikian mereka biasanya tidak memberikan penggantinya. Keberatan mereka tampaknya ditujukan pada nilai-nilai konsumen bukan pada alat-alat analisis, bahkan meskipun kita dapat mengatakan bahwa seperangkat nilai yang berbeda bisa memerlukan alat-alat yang berbeda. Sudah sangat umum dikalangan para penulis semacam itu untuk memandang teori konsumsi dalam pengertian keabsahan hukum barang-barang konsumen dan jasa-jasa. Hanya sedikit pencetus teori yang berani mengulangi isu- isu pokok mengenai teori perilaku konsumen tersebut, seperti rasionalisme konsumen dan konsep barang-barang konsumen. Bab ini mengikuti ancangan yang disebut belakangan. Karena itu bagian pertamanya akan membahas rasionalisme perilaku konsumen, bagian kedua akan membahas konsep barang-barang, dan bagian ketiga akan menjelaskan norma-norma etika mengenai konsumen muslim, 1

Transcript of Teori Konsumsi Dlm Islam

Page 1: Teori Konsumsi Dlm Islam

BAB I

PENDAHULUAN

Para penulis yang menggunakan kerangka acuan islami tidak menerima

formulasi kontemporer mengenai teori perilaku konsumen dengan alasan bahwa ia

diselewengkan oleh nilai-nilai ideology dan social masyarakat bukan muslim dimana

ia dikembangkan. Namun demikian mereka biasanya tidak memberikan

penggantinya. Keberatan mereka tampaknya ditujukan pada nilai-nilai konsumen

bukan pada alat-alat analisis, bahkan meskipun kita dapat mengatakan bahwa

seperangkat nilai yang berbeda bisa memerlukan alat-alat yang berbeda.

Sudah sangat umum dikalangan para penulis semacam itu untuk memandang

teori konsumsi dalam pengertian keabsahan hukum barang-barang konsumen dan

jasa-jasa. Hanya sedikit pencetus teori yang berani mengulangi isu-isu pokok

mengenai teori perilaku konsumen tersebut, seperti rasionalisme konsumen dan

konsep barang-barang konsumen. Bab ini mengikuti ancangan yang disebut

belakangan. Karena itu bagian pertamanya akan membahas rasionalisme perilaku

konsumen, bagian kedua akan membahas konsep barang-barang, dan bagian ketiga

akan menjelaskan norma-norma etika mengenai konsumen muslim, konsumsi

intertemporal, konsumsi intertemporal dalam islam, hubungan terbalik riba dengan

sedekah, serta hubungan terbalik rasio tabungan dengan konsumsi akhir.

1

Page 2: Teori Konsumsi Dlm Islam

BAB II

TEORI KONSUMSI DALAM ISLAM

A. Rasionalisme Islam

Rasionalisme adalah salah satu istilah yang peling bebas digunakan dalam

ekonomi, karena segala sesuatu dapat dirasionalisasikan sekali kita mengacunya

kepada beberapa perangkat aksioma yang relevan. Proses maksimisasi itu menjadi

latihan teknis semata-mata setelah mengetahui peta pemanfaatannya. Masalah

yang menentukan itu terkait dengan bentuk dan berbagai dimensi peta itu sendiri,

yang secara etik dan kultur ditentukan dan berbeda dalam berbagai bidang

kehidupan.

Teori perilaku konsumen yang dikembangkan dibarat setelah timbulnya

kapitalisme merupakan sumber dualitas, yakni “rasionalisme ekonomik” dan

“utilitarianisme”. Rasionalisme ekonomik menafsirkan perilaku manusia sebagai

suatu yang dilandasi dengan ”perhitungan cermat, yang diarahkan dengan

pandangan ke depan dan persiapan terhadap keberhasilan ekonomik.”

keberhasilan ekonomik secara ketat didefinisikan sebagai ”membuat uang dari

manusia” . Memperoleh harta, baik dalam pengertian uang atau berbagai

komoditas, adalah tujuan hidup yang terakhir dan, pada saat yang sama,

merupakan tongkat pengukur keberhasilan ekonomik.

Etika dari filsafat ini dikaitkan dan dipungut dari ”keberhasilan ekonomik”.

Keberhasilan dalam membuat uang adalah hasil dan ekspresi kebaikan dan

keahlian. Utilitarianisme adalah sumber nilai-nilai dan sikap-sikap moral.

”kejujuran berguna karena ia menjamin kepercayaan;demikian juga ketepatan

waktu,ketekunan bekerja dan sikap hemat.”

Dari sumber yang dua inilah timbul teori perilaku konsumen. Teori ini

mempertimbangkan maksimisasi pemanfaatan sebagai tujuan konsumer yang

dipostulasikan. Pemanfaatan yang dimaksimisasikan adalah pemanfaatan ”homo-

2

Page 3: Teori Konsumsi Dlm Islam

economicus” yang tujuan tunggalnya adalah mendapatkan kepuasan ekonomik

pada tingkatan tertinggi dan dorongan satu-satunya adalah ”kesadaran akan

uang”.

Teori perilaku konsumen dalam sistem kapitalis sudah melampaui dua tahap.

Tahap pertama berkaitan dengan teori marginalis, yang berdasarkan teori tersebut

pemanfaatan konsumen secara tegas dapat diukur dalam satuan-satuan pokok.

Konsumen mencapai keseimbangannya ketika ia memaksimisasikan

pemanfaatannya sesuai dengan keterbatasan penghasilan, yakni, ketika rasio-rasio

pemanfaatan –pemanfaatan marginal dari berbagai komuditas sama dengan rasio-

rasio harga-harga uangnya masing-masing. Tahap kedua yang lebih modern

mengatur kemungkinan diukurnya dan kardinalitas pemanfaatan itu.

Namun,berbagai kondisi yang sekarang menjadi kesamaan antara tarip marginal

substitusinya, yakni garis miring dari kurva tetap, dan rasio-rasio harga uang,

yakni garis miring dari keterbatasan penghasilan itu.

Para penulis muslim memandang perkembangan rasionalisasi dan teori

konsumen yang ada selama ini dengan penuh kecurigaan dan menuduhnya

sebagai aspek perilaku manusia yang terbatas dan berdiensi tunggal. Mereka

menyatakan bahwa ia didasarkan atas ”perhitungan-perhitungan cermat yang

diarahkan untuk melihat ke depan dan pengawasan terhadap keberhasilan

ekonomi,” sebagaimana dikemukakan oleh Max Weber. Tetapi mereka tidak

setuju dengan Max Weber bahwa alternatif menuju kepada ”rasionalisme

ekonomi” adalah ”keberadaan petani yang sangat menderita” atau tradisionalisme

kalangan pedagang yang memiliki hak-hak istimewa”. Dengan mengikuti

pandangan Max Weber yang menyatakan bahwa rasionalisme merupakan konsep

kultural,rasionalisme islam dinyatakan sebagai alternatif yang konsisten dengan

nilai-nilai islam. Unsur-unsur pokok dari rasionalisme ini adalah sebagai berikut.

1. Konsep Keberhasilan

Konsep keberhasilan dalam islam senantiasa dikaitkan dengan nilai-nilai

moral. M.N. Siddiqi mengatakan :

3

Page 4: Teori Konsumsi Dlm Islam

Keberhasilan terletak dalam kebaikan. Dengan perilaku manusia

yang semakin sesuai dengan pembakuan-pembakuan moral dan

semakin tinggi kebaikannya, maka dia semakin

berhasil ....selama hidupnya, pada setiap fase keberadaan, pada

setiap langkah, individu muslim berusaha berbuat selaras dengan

nilai-nilai moral.

Kebaikan, dalam peristilahan islam, berarti sikap positif terhadap

kehidupan dan orang lain. Hal yang paling buruk yang bisa dilakukan orang

adalah meninggalkan kehidupan dan masyarakat tau melaksanakan

negativisme terhadapnya. Hal itu merupakan konsep halus yang ditampilkan

secara tidak benar baik oleh tradisi-tradisi sufi yang ada dalam masyarakat

muslim selama enam abad yang lampau maupun oleh orang-orang bukan -

muslim dari kalangan kresten yang melihat islam dari lensa prakonsepsi-

prakonsepsi Kristen sepanjang hidupnya. Dr.Siddiqi sudah mengembangkan

konsep ini lebih jauh.

Dari konsep yang dikembangkannya dapat disimpulkan bahwa upaya

untuk mendapatkan kemajuan ekonomik bukan kejahatan menurut pandangan

islam. Bahkan, sebenarnya ia menjadi salah satu kebaikan bila ia bisa

diseimbangkan dan diniatkan untuk mendapatkan kebaikan.

2. Skala Waktu Perilaku Konsumen

Keberhasilan yang sebenarnya bagi setiap muslim adalah keberhasilan

yang mencakup cakrawala waktu secara utuh, karena usaha yang sama untuk

melakukan kebaikanlah yang akan menghasilkan keberhasilan baik dalam

kehidupan dunia dengan segala aspeknya,maupun dalam kehidupan akhirat

kelak.

3. Konsep Harta

Islam menganggap harta sebagai anugerah dari Allah. As-Sibai

berpendapat bahwa islam tidak membenarkan adanya kemiskinan, dengan

4

Page 5: Teori Konsumsi Dlm Islam

mengacu pada sabda Nabi Muhammad SAW “ Kemiskinan hampir-hampir

mendekatkan orang kepada pengingkaran terhadap islam (kekufuran).“

Inilah komponen-komponen dalam keberadaan perilaku mu’min. Kajian

terhadap ekonomi menunjukkan bahwa asumsi terhadap motivasi yang sekedar

materialistik jelas tidak realistik. Namun demikian, faktor-faktor non materialistik

tersebut dengan serta merta dapat disisihkan dari analisis ekonomik dengan

maksud memisahkan gejala-gejala ekonomiknya. Namun demikian meskipun hal

ini bisa menyederhanakan persoalannya demi mencapai tujuan kajian, faktor-

faktor non material itu harus diintegrasikan kembali dalam tahap analisis yang

lebih tinggi.

Dengan demikian faktor-faktor ini, maksimisasi perencanaan itu tidak lagi

menimbulkan perdebatan dari sudut pandang pemikiran Islam.

B. Konsep Islam Tentang ”Barang”

Dalam konsep Islam, barang-barang konsumen adalah bahan-bahan konsumsi

yang berguna dan baik manfaatnya menimbulkan perbaikan secara material,moral

maupun spiritual pada konsumennya. Barang-barang yang tidak memiliki

kebaikan dan tidak membantu meningkatkan manusia, menuntut konsep

Islam,bukan barang dan juga tidak dapat dianggap sebagai milik atau aset umat

muslim. Karena itu, barang-barang yang terlarang tidak dianggap sebagai barang

dalam islam

Marilah kita bandingkan konsep Islam mengenai barang-barang konsumsi ini

dengan konsep bukan-ilahi mengenai pemanfaatan yang ada dalam ekonomi

modern. Meskipun dalam ekonomi modern segala sesuatu memiliki manfaat

ekonomik bila ia dapatdipertukarkan kepasar, dalam islam merupakan salah satu

syarat yang perlu tetapi tidak memadai untuk mendefinisikan barang-barang.

Barang-barang seharusnya bermanfaat secara moral dan juga dapat dipertukarkan

dipasar sehingga memiliki manfaat ekonomik.

5

Page 6: Teori Konsumsi Dlm Islam

C. Etika Konsumsi Dalam Islam

Konsumsi berlebih-lebihan, yang merupakan ciri khas manusia tidak

mengenal Tuhan, dikutuk dalam islam dan disebut dengan istilah israf

(pemborosan) atau Tabzir (menghambur-hamburkan harta tanpa guna). Tabzir

berarti menggunakan harta dengan cara yang salah, yakni untuk menuju tujuan-

tujuan yang terlarangseperti penyuapan,hal-hal yang melanggar hukum atau

dengan cara yang tanpa aturan. Setiap kategori ini mencakup beberapa jenis

penggunaan harta yang hampir-hampir sudah menggejala Pada masyarakat yang

berorientasi konsumer. Pemborosan berarti penggunaan harta secara berlebih-

lebihan untuk hal-hal yang melanggar hukum dalam hal ini seperti makanan,

pakaian, tempat tinggal atau bahkan sedekah. Ajaran-ajaran islam menganjurkan

pola konsumsi dan penggunaan harta secara wajar dan berimbang, yakni pola

yang terletak diantara kekikiran dan pemborosan. Konsumsi diatas dan

melampaui tingkat modern (wajar) dianggap Israf dan tidak disenangi Islam.

Salah satu ciri penting dalam islam adalah bahwa ia tidak hanya mengubah

nilai-niai dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat tetapi juga menyajikan kerangka

legislatif yang perlu untuk mendukung dan memperkuat tujuan-tujuan ini dan

menghindari penyalahgunaannya. Ciri khas Islam ini juga memilki daya

aplikatifnya terhadap kasus orang yang terlibat dalam pemborosan atau Tabzir.

Dalam hukum (fiqih) Islam, oran semacam ini dikenai pembatasan-pembatasan

dan bila dianggap perlu, dilepaskan dan dibebaskan dari tugas mengurus harta

miiknya sendiri. Dalam pandangan Syari’ah dia seharusnya diperlakukan sebagai

orang tidak mampu dan orang lain seharusnya ditugaskan untuk mengurus

hartanya selaku wakilnya.

D. Konsumsi Intertemporal Konvensional

Konsumsi intertemporal (dua periode) adalah konsumsi yang dilakukan

dengan dua waktu yaitu masa sekarang(periode pertama) dan masa yang akan

datang (periode kedua) dalam ekonomi konvensional, pendapatan adalah jumlah

konsumsi dan tabungan yang secara matematis dinotasikan ;

6

Page 7: Teori Konsumsi Dlm Islam

Y = Pendapatan

C = Konsumsi

S = Tabungan

E. Konsumsi Intertemporal Dalam Islam

Monzer kahf (1981) berusaha mengembangkan pemikiran konsumsi

intertemporal islami, dengan memulai membuat asumsi sebagai berikut ;

1. Islam dilaksanakan oleh masyarakat

2. Zakat hukumnya wajib

3. Tidak ada riba dalam perekonomian

4. Mudarabah merupakan wujud perekonomian

5. Perilaku ekonomi mempunyai perilaku memaksimalkan

Dalam konsep Islam konsumsi intertemporal dijelaskan oleh hadis Rasulullah

s.a.w. yang maknanya adalah ”Yang kamu miliki adalah apa yang kamu makan

dan apa yang telah kamu infaqkan” oleh karena itu persamaan pendapatan

menjadi ;

Secara grafis hal ini seharusnya digambarkan oleh tiga dimensi, namun untuk

kemudahan penyajian grafis digambarkan dengan dua dimensi sehingga

persamaan ini disederhanakan manjadi

Y = Fs + S dengan Fs = C + Infaq

Fs adalah final spendinger (konsumsi akhir) dijalan Allah, penyederhanaan ini

memungkinkan kita untuk menggunakan alat analisis grafis yang biasa digunakan

dalam teori konsumsi yaitu memaksimalkan utility function (fungsi utilitas)

dengan budget line (garis anggaran) tertentu atau meminimalkan garis anggaran

dengan fungsi tertentu.

7

Y = C + S

Y= ( C + INFAQ ) + S

Page 8: Teori Konsumsi Dlm Islam

Misalkan pendapatan, konsumsi, dan tabungan pada periode pertama adalah

Y1, C1, S1 dan pendapatan, konsumsi dan tabungan pada periode kedua adalah Y2,

C2, S2, maka persamaan diatas dapat dinotasikan sebagai berikut ;

Pendapatan pada periode pertama adalah

Y1 = C1 +S1

Pendapatan pada periode kedua adalah

Y2 = C2 + S2

Apabila konsumsi diperiode pertama lebih kecil dari pada pendapatan tabungan

dan konsumsi diperiode kedua semakin besar ;

Y1 = C1 + S1 dan C1<Y1

Y2 = C2 + S2

= ( C2 + S1) + S2

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa semakin besar konsumsi pada

periode pertama, akan semakin kecil tabungan dan konsumsi diperiode kedua

C2

C1

Semakin besar konsumsi pada periode pertama, maka tabungan periode

pertama dan konsumsi pada periode kedua semakin kecil.

Hubungan konsumsi masa sekarang dengan konsumsi masa depan (konsumsi

intertemporal konvensional). Dalam keadaan selisih antara pendapatan dan

jumlah uang yang digunakan untuk konsumsi, perilaku konsumen dapat dibagi

menjadi tiga ;

8

Page 9: Teori Konsumsi Dlm Islam

1. lender ketika jumlah konsumsi lebih kecil dari pada pendapatan

2. borrower ketika jumlah konsumsi lebih besar dari pada pendapatan

3. polonius point ketika jumlah konsumsi sama dengan jumlah pendapatan

F. Hubungan berbalik Riba dengan Sedekah

Kasus I

Garis anggaran YY menunjukkan keadaan berikut

1. Orang tidak mau memakan riba, berarti tambahan pendapatannya nihil secara

matematis dinotasikan

Yt = Yt + 1 Riba dengan riba = 0, sehingga Yt0 + 1 = Yt

2. Orang tidak mengeluarkan zakat atas hartanya, bila ia mengeluarkan zakatnya

ketika menerima pendapatan , ia tidak mengeluarkan zakat lagi pada periode

pertama atau dengan kata lain Yt adalah pendapatan setelah zakat.

Tidak optimal terjadi pada persinggungan garis anggaran dengan kurva

indeverensi yaitu pada titik R yang menunjukkan tingkat kunsumsi dan infaqnya

adalah sebesar Fs

G. Hubungan terbalik ratio tabungan dengan konsumsi akhir

Untuk melihat hubungan antara tabungan dan konsumsi akhir, kita lihat pada

konsumsi akhir periode pertama dan periode kedua. Total konsumsi akhir pada

dua periode tersebut adalah konsumsi akhir periode pertama ditambah konsumsi

akhir periode kedua.

9

Page 10: Teori Konsumsi Dlm Islam

BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulakan bahwa terdapat tiga unsur pokok

dalam rasionalisme yaitu ;

1. Konsep keberhasilan, untuk mendapatkan kemajuan ekonomik bukanlah

kejahatan menurut pandangan islam, tetapi merupakan kebaikan jika

diseimbangkan dan diniatkan untuk mendapatkan kebaikan.

2. Skala waktu perilaku konsumen, setiap muslim wajib menggunakan waktunya

dengan sebaik-baiknya, dengan engingat allah dan memanfaatkannya untuk

menyiarkan agama allah

3. Konsep harta, Harta merupana anugerah dari allah swt yang harus kita jaga,

dan kita harus menggunakannya dijalan allah.

Barang-barang konsumen adalah barang-barang yang seharusnya

bermanfaaat secara moral dan juga dapat ditukarkan dipasar dan emilki manfaat

secara ekonomik.

Etika konsumsi dalam islam adalah tidak boleh berlebih-lebihan seperti

pemborosan dan mnghamburkan harta tanpa ada gunanya

Konsumsi intertemporal adalah konsumsi yang dilakukan dalam dua waktu

yaitu masa sekarang ( periode pertama) dan masa yang akan datang (periode

kedua).

10

Page 11: Teori Konsumsi Dlm Islam

DAFTAR PUSTAKA

- Sukirno, Sudono.1994. Pengantar teori Mikro EkonomiI. Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada

- Kahf, Monzer. 1994. Ekonomi Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

- Adiwarman, Azwar karim.2004.Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta :

PT. Raja Grafindo Persada

11