teori-komunikasi_modul1

301
Modul TEORI KOMUNIKASI FIRMAN TAQUR ButirKOPI

description

Ilmu Komunikasi

Transcript of teori-komunikasi_modul1

Materi Kuliah

ModulTEORI KOMUNIKASI

FIRMAN TAQUR

ButirKOPIPublisher

Kata Pengantar

PUJI dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Robbul Alamin atas segala kemurahan dan kebaikan-Nya yang telah dicurahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan modul kuliah Teori Komunikasi. Alhamdulillah, meskipun banyak mengalami rintangan, halangan serta hambatan selama proses penyusunannya, namun penulis akhirnya dapat menyelesaikan dengan segala kemampuan dan keterbatasan yang ada.Penulis menyadari betul bahwasannya modul kuliah ini sangatlah jauh dari nilai kesempurnaan, baik dari aspek substansi maupun sistematisasi. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya sumbangsih saran, masukan dan kritik yang membangun terhadap isi dari modul kuliah ini.Akhir kata terlepas dari segala kekurangan yang ada semoga modul kuliah ini dapat bermanfaat adanya, khususnya bagi mahasiswa/mahasiswi peserta mata kuliah Teori Komunikasi, semoga.

Wassalam.

Cianjur, Pebruari 2010

Penulis,

Daftar Isi

Kata PengantarDaftar Isi

Prolog[1] Ilmu Pengetahuan1.1 Tentang Ilmu1. Pengertian Ilmu1. Dasar Ilmu1. Prosedur Pencarian Ilmu1. Dimensi Ilmu1.2Tentang Pengetahuan0. Jenis Pengetahuan1.3Tentang Ilmu Pengetahuan1. Pengertian Ilmu Pengetahuan1. Objek Ilmu Pengetahuan1. Sumber Ilmu Komunikasi1. Syarat Ilmu Pengetahuan1. Cara Memeroleh Ilmu Pengetahuan1. Perbedaan Ilmu dan Pengetahuan1. Komunikasi Sebagai Ilmu Pengetahuan[2] Ilmu Komunikasi2.1Pengertian Ilmu Komunikasi2.2Perkembangan Ilmu Komunikasi1. Studi Komunikasi Awal1. Retorika dan Pidato 1. Jurnalisme1. Pidato Dan Jurnalisme (Tahun 1900 s.d 1930)1. Pertumbuhan Interdisiplin (Tahun 1940 s.d 1950)1. Integrasi (Tahun 1960)1. Pertumbuhan dan Spesialisasi (1970 s.d awal 1980)1. Abad Informasi (Akhir Tahun 1980 s.d 1990)2.3Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi1. Bentuk Komunikasi1. Komponen Komunikasi1. Tujuan Komunikasi 1. Fungsi Komunikasi 1. Media Komunikasi 1. Proses Komunikasi 1. Hakekat Komunikasi [3] Teori Komunikasi3.1Tentang Teori1. Pengertian Teori1. Sifat-Sifat Teori 1. Fungsi Teori1. Prinsip Teori1. Pengembangan Teori0. Tentang Teori Komunikasi1. Sosiopsikologi (Sociopsychological)1. Sibernetika (Cybernetic)1. Retorika (Rhetorical)1. Semiotika (Semiotic)1. Sosiokultural (Sociocultural)1. Kritis (Critical)1. Fenomenologi (Phenomenology)0. Teoritisi Komunikasi1. John Dewey1. Charles Horton Cooley1. Robert E. Park1. George Herbert Mead0. Teori Komunikasi0. Teori-Teori Umum0. Teori-Teori Kontektual0. Teori Komunikasi Tahap Awal1. Lasswells Model (Model Lasswell)1. S O - R Theory (Teori S O - R)1. S M C - R Model (Model S M C - R)1. The Mathematical Theory of Communication1. The Osgood and Schramm Circular Model1. DanceHelical Model (Model Helical Dance)1. NewcombABX Model (Model ABX Newcomb)1. The Theory of Cognitive Dissonance 1. Innoculation Theory (Teori Inokulasi)1. The Bullet Theory of Communication 0. Teori Komunikasi Tahap Lanjutan1. Four Theories of The Press (Empat Teori Pers) 1. Individual Differences Theory 1. Social Categories Theory (Teori Kategori Sosial)1. Social Relationships Theory 1. Cultural Norms Theory (Teori Norma Budaya)1. Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial)1. Diffusion of Innovations Model 1. Agenda Setting Model1. Uses and Gratifications Model1. Clozentropy Theory (Teori Clozentropy) 0. Referensi

Prolog

KENDATI komunikasi terbilang baru dari segi disiplin ilmu, namun secara hakikat, Ilmu Komunikasi merupakan ilmu purba, karena keberadaannya sudah ada sejak manusia tercipta. Komunikasi merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia untuk menjaga eksistensinya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus melakukan interaksi dan komunikasi dengan orang lain. Karenanya komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Watzlawick, Beavin dan Jackson bahkan pernah menegaskan, we cant not communicate -kita tidak bisa tidak berkomunikasi-- Kalimat cant not merupakan sebuah penegasan dan penekanan bahwa manusia benar-benar tidak bisa hidup tanpa berkomunikasi, karena pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup secara soliter selama-lamanya, ia dalam sesi perjalanan hidupnya membutuhkan intreraksi untuk melakukan proses komunikasi, kendati ia mentasbihkan dirinya sebagai sosok yang soliter dan anti sosial. Sebagai sesuatu yang esensial dalam kehidupan. Komunikasi dapat dilakukan mulai dengan cara yang paling sederhana, seperti komunikasi langsung antar personal, sampai cara yang kompleks, propaganda, retorika maupun komunikasi massa. Kehidupan seseorang akan memiliki nilai jika ia mampu berkomunikasi secara efektif sehingga menghasilkan efek atau feedback yang diharapkan. Dengan penguasaan komunikasi yang baik manusia tentunya akan memiliki nilai tambah, baik sebagai individu maupun saat ia memainkan peranannya di tengah kehidupan masyarakat sekitar. Sebagai komunikator atau pelaku komunikasi ia akan tampil sebagai pribadi yang produktif. Lantas, yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa kita dituntut harus mempelajari studi Ilmu dan teori Komunikasi? Ruben & Steward, (2005) dalam salah satu bukunya pernah mengatakan bahwa mempelajari studi Komunikasi setidaknya memiliki beberapa urgensitas utama, antara lain :1. Komunikasi Adalah FundamentalDalam kehidupan manusia, komunikasi memegang peranan penting. Setiap aktivitas manusia tidak bisa dilepaskan dari unsur komunikasi. Manusia dapat membuat beberapa perbedaan yang esensial manakala berkomunikasi dengan pihak lain, baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Komunikasi adalah cara berhubungan satu dengan lainnya, bagimana suatu hubungan terbentuk, bagaimana cara seseorang memberikan kontribusi sebagai anggota keluarga, kelompok, komunitas, organisasi dan masyarakat secara luas membutuhkan suatu komunikasi. Dengan demikian, komunikasi menjadi hal yang sangat fundamental dalam kehidupan manusia.

2. Komunikasi Adalah KompleksitasKomunikasi adalah suatu aktifitas yang komplek. Hal Ini menunjukkan, kendati setiap orang mampu melakukannya, namun ternyata aktifitas komunikasi bukanlah suatu aktifitas yang mudah dan bisa dilakukan oleh semua orang secara baik dan efektif. Untuk mencapai kompetensi komunikasi, seseorang memerlukan understanding dan suatu keterampilan sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi efektif. Ellen langer dalam Ruben & Stewart (2005:3) menyebut konsep mindfulness akan terjadi ketika seseorang memberikan perhatian pada situasi dan konteks, ia terbuka dengan informasi baru dan menyadari bahwa ada banyak perspektif di kehidupan ini.

3. Komunikasi Adalah Vitalitas Setiap individu memerlukan kemampuan dalam memahami situasi komunikasi, mengembangkan strategi komunikasi efektif, memerlukan kerjasama antara satu dengan yang lain, dan dapat menerima kehadiran ide-ide yang efektif melalui saluran komunikasi. Untuk mencapai kesuksesan dari suatu peran tertentu dalam mencapai kompetensi komunikasi antara lain melalui kemampuan secara personal dan sikap, kemampuan interpersonal, kemampuan dalam melakukan komunikasi oral dan tulisan dan lain sebagainya.

4. Komunikasi Adalah KompetensiAnggapan bahwa komunikasi hanyalah sesuatu yang bersifat common sense dimana setiap orang pasti mampu melakukannya adalah keliru. Sesungguhnya banyak yang tidak memilki ketrampilan berkomunikasi yang baik karena ternyata banyak pesan-pesan dalam komunikasi manusia itu yang disampaikan tidak hanya dalam bentuk verbal tetapi juga secara nonverbal. Karenanya, ada keterampilan komunikasi dalam bentuk tulisan dan oral, ada ketrampilan berkomunikasi secara interpersonal, ataupun secara kelompok sehingga dapat berkolaborasi sebagai anggota dengan baik, dan lain-lain. Kadang-kadang seseorang mengalami kegagalan dalam berkomunikasi. Banyak yang berpendidikan tinggi tetapi tidak memilki ketrampilan berkomunikasi secara baik dan memadai sehingga mengakibatkan kegagalan dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Dengan demikian, maka komunikasi adalah sesuatu yang membutuhkan kompetensi dan perlu dipelajari.

5.Komunikasi Adalah Populis Komunikasi adalah suatu bidang popular. Banyak bidang-bidang komunikasi modern sekarang ini yang memfokuskan pada studi tentang pesan, ada juga tentang hubungan antara komunikasi dengan bidang profesional lainnya, seperti bidang hukum, bisnis, informasi, pendidikan, maupun ilmu komputer, dan lainnya. Sebagai suatu disiplin ilmu sosial/perileku dan suatu seni, komunikasi bersifat multidisiplin, karena dapat diaplikasi dan berkaitan dengan ilmu-ilmu lainnya, seperti Psikologi, Sosiologi, Antroplogi, Ilmu Politik, dan disiplin ilmu lainnya

[1]Ilmu Pengetahuan

1.1 Tentang IlmuPada prinsipnya ilmu merupakan usaha untuk mengorganisir dan mensitematisasikan sesuatu. Sesuatu tersebut dapat diperoleh dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari. Namun sesuatu itu dilanjutkan dengan pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode.Ilmu dapat merupakan suatu metode berfikir secara objektif (objective thinking) yang bertujuan untuk menggambarkan atau memberi makna terhadap dunia faktual. Hal ini diperoleh melalui proses observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Sementara analisisnya merupakan hal yang objektif dengan menyampingkan unsur pribadi, mengedepankan pemikiran logika, dan bersikap netral (tidak dipengaruhi oleh kedirian atau subjektif). Pada hakekatnya, ilmu merupakan milik manusia secara komprehensif sebagai lukisan atau keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika serta yang dapat diamati langsung oleh panca indera manusia. Perlu dipahami bahwa ilmu adalah kumpulan pengetahuan, namun bukan sebaliknya, kumpulan ilmu adalah pengetahuan. Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material dan objek formal. Setiap bidang ilmu, baik itu khusus maupun filsafat harus memenuhi kedua objek itu.Ilmu merupakan suatu bentuk aktiva yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh sesuatu yang lebih lengkap dan lebih cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan kemudian, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya dengan kehidupan. Pengertian IlmuDalam upaya memperoleh pemahaman mengenai ilmu dan teori komunikasi, maka di awal pembahasan yang perlu dipahami bersama adalah pemahaman mengenai apa itu ilmu secara umum. Pasalnya, banyak sekali pengertian yang bisa dikemukakan mengenai ilmu. Menurut Mulyadhi Kartanegara, ilmu merupakan any organized knowledge atau sekumpulan pengetahuan. Ilmu dan sains menurutnya tidak berbeda, terutama sebelum abad ke-19. Namun, setelah itu sains lebih terbatas pada bidang-bidang fisik atau inderawi, sedangkan ilmu melampauinya pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika. Adapun arti atau definisi ilmu yang terdapat dalam kamus Bahasa Indonesia adalah : Suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu, (Admojo, 1998).Sementara itu, untuk lebih jelasnya tentang pengertian dan definisi dari ilmu tersebut, berikut ini sejumlah definisi ilmu menurut para ahli di antaranya :

Ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji,

Ashley Montagu, Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam,

Mohammad Hatta,

Ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana,

Karl Pearson,

Ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis,

Afanasyef,

Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia,

Harsojo,

Ilmu adalah sesuatu yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak,

Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag,

Dari sejumlah pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu pada dasarnya, pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam atau sosial yang diperoleh manusia melalui proses berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahun tentang sesuatu yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait. Selain itu, pengertian ilmu juga identik dengan dunia ilmiah, karenanya ilmu mengindikasikan tiga ciri, di antaranya :1. Ilmu harus merupakan suatu pengetahuan yang didasarkan pada logika.2. Ilmu harus terorganisasikan secara sistematis.3. Ilmu harus berlaku umum.

Dasar Ilmu Rasa ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitarnya dapat bersifat sederhana dan juga dapat bersifat kompleks. Rasa ingin tahu yang bersifat sederhana didasari dengan rasa ingin tahu tentang apa (ontologi), sedangkan rasa ingin tahu yang bersifat kompleks meliputi bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi dan mengapa peristiwa itu terjadi (epistemologi), serta untuk apa peristiwa tersebut dipelajari (aksiologi). Ke tiga landasan tadi yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi merupakan ciri spesifik dalam penyusunan suatu ilmu. Ketiga landasan ini saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya. Berbagai usaha untuk dapat mencapai atau memecahkan peristiwa yang terjadi di alam atau lingkungan sekitarnya.Adapun dasar ontologi ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji oleh panca indera manusia. Jadi, masih dalam jangkauan pengalaman manusia atau bersifat empiris. Adapun objek empiris dapat berupa objek material seperti ide-ide, nilai-nilai, tumbuhan, binatang, batu-batuan dan manusia itu sendiri. Ontologi merupakan salah satu objek lapangan penelitian kefilsafatan yang paling kuno. Untuk memberi arti tentang suatu objek ilmu, Supriyanto (2003) mengemukakan ada 2 (dua) asumsi yang perlu diperhatikan, yakni : Asumsi pertama, adalah suatu objek bisa dikelompokkan berdasarkan kesamaan bentuk, sifat (substansi), struktur atau komparasi dan kuantitatif asumsi. Asumsi kedua, adalah kelestarian relatif artinya ilmu tidak mengalami perubahan dalam periode tertentu (dalam waktu singkat). Asumsi ketiga yaitu determinasi artinya ilmu menganut pola tertentu atau tidak terjadi secara kebetulan. Sementara epistemologi atau teori pengetahuan merupakan cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan ruang lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas sejumlah besar pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sebagian ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologi perkembangan ilmu pada masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik terhadap pandangan Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak boleh mencari untung, namun harus bersikap kontemplatif, diganti dengan pandangan bahwa ilmu pengetahuan justru harus mencari untung, artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi ini (Bakhtiar, 2005).Sedangkan dasar aksiologi berarti sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh, seberapa besar sumbangan ilmu bagi kebutuhan umat manusia. Dasar aksiologi ini merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia karena dengan ilmu segala keperluan dan kebutuhan manusia menjadi terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Berdasarkan aksiologi, ilmu terlihat jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.Teori tentang nilai ini dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Etika mengandung dua arti yaitu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan merupakan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan atau manusia-manusia lainnya. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya.

Prosedur Pencarian IlmuSalah satu ciri khas ilmu pengetahuan adalah sebagai suatu aktivitas, yaitu sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia. Ilmu menganut pola tertentu dan tidak terjadi secara kebetulan. Ilmu tidak saja melibatkan aktivitas tunggal, melainkan suatu rangkaian aktivitas, sehingga dengan demikian merupakan suatu proses. Proses dalam rangkaian aktivitas ini bersifat intelektual, dan mengarah pada tujuan-tujuan tertentu. Disamping ilmu sebagai aktivitas, juga sebagai suatu produk. Dalam hal ini ilmu dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang merupakan hasil berpikir manusia. Kedua ciri dasar ilmu yaitu wujud aktivitas manusia dan hasil aktivitas tersebut, merupakan sisi yang tidak terpisahkan dari ciri ketiga yang dimiliki ilmu yaitu sebagai suatu metode. Metode ilmiah merupakan suatu prosedur yang mencakup berbagai tindakan pikiran, pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah ada. Perkembangan ilmu sekarang ini dilakukan dalam wujud eksperimen. Menurut Tjahyadi (2005) eksperimentasi ilmu kealaman mampu menjangkau objek potensi-potensi alam yang semula sulit diamati. Pada umumnya metodologi yang digunakan dalam ilmu kealaman disebut siklus-empirik. Hal ini menunjukkan pada dua hal yang pokok, yaitu siklus yang mengandaikan adanya suatu kegiatan yang dilaksanakan berulang-ulang, dan empirik menunjukkan pada sifat bahan yang diselidiki, yaitu hal-hal yang dalam tingkatan pertama dapat diregistrasi secara indrawi. Dikemukakan Soeprapto (2003) metode siklus-empirik mencakup 5 (lima) tahapan yang disebut observasi, induksi, deduksi, eksperimen, dan evaluasi. Sifat ilmiahnya terletak pada kelangsungan proses yang runut dari segenap tahapan prosedur ilmiah tersebut, meskipun pada prakteknya tahap-tahap kerja tersebut sering kali dilakukan secara bersamaan. Dimensi IlmuIlmu dalam usahanya untuk menyingkap rahasia-rahasia alam haruslah mengetahui anggapan-anggapan kefilsafatan mengenai alam tersebut. Penegasan ilmu diletakkan pada tolok ukur dari sisi atau dimensi fenomenal dan dimensi struktural.

Dimensi FenomenalDalam dimensi fenomenal, ilmu menampakkan diri pada hal-hal berikut :1.Masyarakat yaitu suatu masyarakat yang elit yang dalam hidup kesehariannya sangat konsern pada kaidah-kaidah universaI, komunalisme, disinterestedness, dan skeptisme yang terarah dan teratur.2.Proses yaitu olah krida aktivitas masyarakat elit yang dilakukan melalui refleksi, kontemplasi, imajinasi, observasi, eksperimentasi, komparasi, dan sebagainya tidak pernah mengenal titik henti untuk mencari dan menemukan kebenaran ilmiah.3.Produk yaitu hasil dari aktivitas tadi berupa dalil-dalil, teori, dan paradigma-paradigma beserta hasil penerapannya, baik yang bersifat fisik, maupun non fisik. Dimensi StrukturalDalam dimensi struktural, ilmu tersusun atas komponen-komponen sebagai berikut :2. Objek sasaran yang ingin diketahui.3. Objek sasaran terus menerus dipertanyakan tanpa mengenal titik henti.4. Ada alasan dan dengan sarana dan cara tertentu objek sasaran tadi terus menerus dipertanyakan.5. Temuan-temuan yang diperoleh selangkah demi selangkah disusun kembali dalam satu kesatuan sistem.Sementara itu, ilmu dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu Ilmu Pengetahuan Abstrak, Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Humanis. Secara rinci seperti skema di bawah ini :

Berdasarkan skema di atas terlihat bahwa ilmu melingkupi tiga bidang pokok yaitu ilmu pengetahuan abstrak, ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan humanis. Ilmu pengetahuan abstrak meliputi metafisika, logika, dan matematika. Ilmu pengetahuan alam meliputi Fisika, kimia, biologi, kedokteran, geografi, dan lain sebagainya. Ilmu pengetahuan humanis meliputi psikologi, sosiologi, antropologi, hukum dan lain sebagainya.

1.2Tentang PengetahuanSecara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa difinisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Sedangkan secara terminologi, pengetahuan terdiri atas sejumlah definisi, di antaranya :1.Pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. 2.Pengetahuan adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam hal ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.3.Pengetahuan adalah segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya ilmu, seni dan agama. Pengetahuan ini merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung dan tak langsung memperkaya kehidupan manusia. Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang, baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami berbentuk ideal, atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik, juga merupakan informasi berupa common sense, tanpa metode dan mekanisme tertentu, namun berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan serta dilakukan secara pengulangan-pengulangan. Dengan demikian, maka landasan dari pengetahuan tersebut menjadi kurang kuat sehingga cenderung kabur dan samar-samar. Menurut Supriyanto (2003) pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka. Adapun ruang Lingkup pengetahuan secara ontologi, epistomologi dan aksiologi tersebut ada 3 (tiga) jenis, yaitu Ilmu, Agama dan Seni, seperti yang tergambar pada skema di bawah ini :

Jenis PengetahuanMenurut Crose (dalam Paryati Sudarman, 2008) pengetahuan setidaknya dapat dibagi ke dalam dua jenis utama, yaitu, 1) Pengetahuan logis; dan 2) Pengetahuan intuitif. 1.Pengetahuan LogisMerupakan pengetahuan yang berhubungan dengan sesuatu hal yang secara logis dapat diulang (scientific object). Contohnya, secara logis bola itu bulat, maka dimana pun bola itu dibuat, akan tetap diulang-ulang dalam bentuk bulat. Asumsinya, jika tidak bulat, maka itu bukan bola.2. Pengetahuan intuitif Merupakan pengetahuan yang berkaitan dengan sesuatu hal yang unik dan bersifat individual (aesthetic object). Pada bidang-bidang seni termasuk menulis, pengetahuan intuitif sangat berperan. Pengetahuan intuitif sulit untuk dijelaskan secara logika, karena memang sifatnya yang personal. Sebagai akibat dari pengetahuan intuitif terutama dalam bidang seni, berkaitan erat dengan keindahan (estetis) yang tidak bisa dikonseptualkan, melainkan bersifat segera dan langsung dapat dirasakan. Pengetahuan yang berkaitan dengan intuitif, biasanya berkaitan dengan pengalaman dan refleksi diri. Sedangkan estetis biasanya berkaitan dengan pengalaman. Dengan demikian, masing-masing dari individu memiliki pengetahuan intuitif yang berbeda-beda, sehingga akan menghasilkan karya yang berbeda-beda pula.

1.3Tentang Ilmu PengetahuanPada awalnya yang pertama muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus merupakan bagian dari filsafat. Sehingga dikatakan bahwa filsafat merupakan induk atau ibu dari semua ilmu (mater scientiarum). Karena objek material filsafat bersifat umum yaitu seluruh kenyataan, sementara ilmu-ilmu membutuhkan objek khusus, maka hal ini menyebabkan berpisahnya ilmu dari filsafat. Meskipun pada perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, ini tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu khusus menjadi terputus. Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas di antara masing-masing ilmu. Dengan kata lain, tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Di sinilah filsafat berusaha untuk menyatu padukan masing-masing ilmu. Dengan demikian, maka filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusian yang luas. Lagipula, terdapat hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat. Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah (Siswomihardjo, 2003).Dalam perkembangan selanjutnya, filsafat tidak saja dipandang sebagai induk atau sumber dari segala sumber ilmu, tetapi sudah merupakan bagian dari ilmu itu sendiri, yang juga mengalami proses spesialisasi. Dalam taraf peralihan inilah maka filsafat tidak mencakup keseluruhan, tetapi sudah menjadi sektoral. Contohnya filsafat agama, filsafat hukum, dan filsafat ilmu, merupakan bagian dari perkembangan filsafat yang sudah menjadi sektoral dan terkotak dalam satu bidang tertentu. Dalam konteks inilah maka kemudian ilmu sebagai kajian filsafat sangat relevan untuk dikaji dan didalami secara lebih komprehensif (Bakhtiar, 2005). Pengertian Ilmu PengetahuanMembicarakan masalah ilmu pengetahuan beserta definisinya ternyata tidak semudah dengan yang diperkirakan. Adanya berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan ternyata belum dapat menolong untuk memahami hakikat ilmu pengetahuan itu. Sekarang orang lebih berkepentingan dengan mengadakan penggolongan (klasifikasi) sehingga garis demarkasi antara (cabang) ilmu yang satu dengan yang lainnya menjadi lebih diperhatikan. Berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Seperti yang dikemukakan sebelumnya, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai matafisik maupun fisik. Adapun pembuktian kebenarannya berdasarkan penalaran akal atau rasional atau menggunakan logika deduktif. Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan logika deduktif ini sering pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta. Jika dianalogikan, ilmu seperti sapu lidi, yakni sebagian lidi yang sudah diraut dan dipotong ujung dan pangkalnya kemudian diikat, sehingga menjadi sapu lidi. Sedangkan pengetahuan adalah lidi-lidi yang masih berserakan di pohon kelapa, di pasar, dan tempat lainnya yang belum tersusun dengan baik. Objek Ilmu Pengetahuan Kumpulan pengetahuan agar dapat dikatakan ilmu harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan adalah objek material dan formal. Setiap bidang ilmu, baik itu khusus maupun filsafat harus memenuhi kedua objek itu.Objek material adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), sesuatu hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari. Objek material mencakup hal konkrit misalnya manusia,tumbuhan, batu ataupun hal-hal yang abstrak seperti ide-ide, nilai-nilai, dan kerohanian. Objek formal adalah cara memandang, meninjau yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip yang digunakannya. Objek formal dari suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang yang lain. Satu objek material bisa ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda (Mudhofir, 2005).

Sumber Ilmu PengetahuanDikemukakan Paryati Sudarman (2008) dalam bukunya Menulis di Media Massa, dalam ajaran Islam, ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, di antaranya :1.lnsting (Gharizah)Ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia sejak lahir. Ilmu pengetahuan ini merupakan bekal kehidupan yang diberikan langsung dari Allah. Menurut Prof. Haidar Putra, pengetahuan jenis ini tidak perlu diajarkan, setiap orang secara instinktif telah memilikinya (Haidar Putra, 2007:187). Seperti menyukai lawan jenis/cinta kasih, rasa haus, dan lain-lain.2.IndraIlmu pengetahuan yang kita peroleh dari panca indra kita. Seperti dari penglihatan, penciuman, perabaan, dan indra lainnya, merupakan bagian dari sumber pengetahuan. AI-Qur'an menyuruh manusia untuk mempergunakan indranya.3.AkalBagian terpenting dalam proses berpikir. Para inovator menemukan berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia karena berpikir, menggunakan akalnya. Menurut Haidar Putra, para filosof menggunakan akal, setinggi-tingginya, sehingga sampai ke tingkat akal mustafad. Akal mustafad adalah tingkatan akal yang tertinggi yang dimiliki oleh manusia setelah tingkatan akal potensial dan aktual.4.PengalamanSetiap orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda, dan setiap orang memiliki pengalaman yang unik dan menarik. Semua itu bisa diungkapkan dan ditulis untuk memenuhi kebutuhan media massa.5.IntuitifPengetahuan yang kita peroleh tanpa penalaran. Jujun Suriasumantri menggambarkan seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja menemukanjawaban atas permasalahan tersebut tanpa melalui proses berpikir yang berliku-liku, tiba-tiba saja dia sampai di situ (Suriasumantri, 1982:53).6.QalbuPangkal dari segala rasa. Para pemikir Islam dan para Sufi, banyak mempergunakan qolbunya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, sehingga mendapatkan ilmu. Metodenya biasanya dengan membersihkan hati dari berbagai macam rasa yang tercela, sehingga hati peka, dan mudah memahami serta memecahkan berbagai persoalan.7.WahyuMerupakan ajaran nabi yang bersumber dari Al-Qur'an dan Al-Hadits. Dalam Wahyu tersebut, tersimpan berbagai informasi, baik berupa perintah, larangan/ tamsil, dan lain lain, yang berguna bagi kehidupan umat manusia.8.Mimpi Sebagian rasul mendapatkan wahyu dari mimpi. Seperti Nabi Ibrahim ketika menerima perintah untuk mengorbankan anaknya. Para Rasul dan orang sadiqin, memiliki mimpi yang benar (Ar-Rii'ya Ash-Shadiqah), yang bisa dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Syarat Ilmu PengetahuanPada umumnya ilmu pengetahuan memiliki 4 (empat) syarat mutlak, yakni, 1) objektif; 2) sistematis; 3) universal; dan 4) metodologis. 1.ObjektifSyarat yang pertama ini mengandung arti bahwa ilmu pengetahuan memiliki objek tertentu. Misalnya objek ilmu komunikasi, secara formal objek ilmu komunikasi adalah pernyataan antarmanusia, sedangkan objek materialnya adalah manusia serta kehidupannya.2. SistematisArtinya bahwa pengetahuan merupakan sesuatu yang dapat kita sistemkan sehingga menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Misalnya pengetahuan tentang manusia, manusia terdiri atas jiwa dan raga. Raga manusia terdiri atas tulang, daging, otot, darah dan organ-organ lainnya, yang mana masing-masing organ tersebut satu sama lain tak bisa terpisahkan. Jika salah satu terpisahkan dari sistem yang dimaksud maka pengetahuan kita pun berubah. Misalnya jika seseorang sudah tak bernyawa lagi atau mati, maka pengetahuan menyebutnya bukan lagi sebagai manusia tetapi berubah menjadi mayat.3.UniversalArtinya bahwa ilmu pengetahuan bersifat umum, diterima secara umum atau universal. Misalnya semua orang sepakat bahwa garam rasanya asin, gula rasanya manis, matahari terbit dari arah timur dan tenggelam di arah barat. Jika garam rasanya manis, gula rasanya asin, tentu secara umum hal ini ditolak dan ini bukanlah suatu pengetahuan yang benar, melainkan kesalahan berpikir karena bertentangan dengan kesepakatan umum.4.MetodologisArtinya bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dengan menggunakan metode atau cara-cara tertentu. Misalnya untuk memperoleh pengetahuan tentang komunikasi, secara bahasa, komunikasi berasal dari bahasa Inggris, communication, yang bersumber dari bahasa Latin "communis", yang artinya sama. Sama di sini adalah sama makna. Jadi, sesuatu dapat dikatakan komunikasi jika di antara pelaku komunikasi (baik penyampai pesan maupun penerima pesan) terjadi persamaan makna tentang sesuatu hal yang disampaikannya.

Cara Memeroleh Ilmu PengetahuanUntuk memperoleh ilmu pengetahuan biasanya ada beberapa cara yang bisa kita lakukan. Pada umumnya ilmu pengetahuan kita peroleh melalui pendidikan. Baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Pendidikan formal yaitu pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan secara formal. Seperti pendidikan yang pernah kita lalui dari bangku taman kanak-kanak, sekolah dasar bahkan hingga perguruan tinggi. Pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang kita peroleh di luar pendidikan formal. Seperti pendidikan yang kita peroleh dari keluarga, dari pergaulan di masyarakat, dan yang penting adalah dari membaca atau iqra. Kata Iqra' (bacalah) tidak akan diletakkan pada awal kalimat perintah-Nya jika makna yang dikandungnya tidak sedemikian penting. Ada dua jenis membaca dalam hal ini, yakni membaca secara tekstual dan membaca secara kontekstual. Membaca tekstual adalah membaca dari buku-buku atau referensi-referensi lain yang telah ditulis oleh orang lain. Leo Fay (1980), seorang peneliti dan pakar pendidikan yang juga mantan Presiden Internasional Reading Association, mengatakan "read is prossess a power for transcending whatever physical power human can master". Sedangkan membaca kontekstual adalah membaca yang berkaitan dengan membaca situasi, kondisi atau fenomena-fenomena apa saja yang terjadi di sekitar lingkungan atau kehidupan. Perbedaan Ilmu dan PengetahuanPerbedaan yang paling signifikan antara ilmu dengan pengetahuan adalah pengetahuan diartikan hanyalah sekadar tahu, yaitu hasil tahu dari usaha manusia untuk menjawab pertanyaan what, misalnya apa tanah, apa laut, apa air, dan sebagainya. Sedangkan ilmu bukan hanya sekadar dapat menjawab apa tetapi akan dapat menjawab mengapa dan bagaimana (why dan how). Misalnya mengapa laut lebih luas dari daratan, atau mengapa gunung dapat meletus, dan sebagainya.Berdasarkan keterangan di atas terlihat jelas ada hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan pengetahuan. Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Pengetahuan juga dapat dikatakan, informasi yang berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu. Pengetahuan berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan pengulangan-pengulangan. Hal ini menunjukkan, landasan pengetahuan kurang kuat cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulan ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian pengetahuan lebih cendrung trial and error dan berdasarkan pengalaman belaka (Supriyanto, 2003). Pembuktian kebenaran pengetahuan berdasarkan penalaran akal atau rasional atau menggunakan logika deduktif. Premis dan proposisi sebelumnya menjadi acuan berpikir rasionalisme. Kelemahan logika deduktif ini di antaranya, sering sekali pengetahuan yang diperoleh tidak sesuai dengan fakta. Komunikasi Sebagai Ilmu Pengetahuan Dalam kaitannya dengan pemahaman ilmu pengetahuan di atas, ilmu komunikasi sering mendapatkan keraguan dalam keberadaan dan keeksistensiannya sebagai ilmu di tengah kemajuan teknologi informasi saat ini. Hal ini mungkin salah satunya disebabkan perkembangan historis komunikasi menjadi sebuah ilmu melalui tahapan dimensi waktu yang terlalu jauh jika merujuk pada pemahaman catatan sejarah perkembangan ilmu komunikasi di daratan Amerika. Perkembangan komunikasi sebagai ilmu selalu dikaitkan dengan aktifitas retorika yang terjadi di zaman Yunani kuno, sehingga menimbulkan pemahaman bagi pemikir-pemikir barat bahwa perkembangan komunikasi pada zaman itu mengalami masa kegelapan (dark ages) karena tidak berkembang di zaman Romawi kuno. Dan baru mulai dicatat perkembangannya pada masa ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg (1457). Sehingga masalah yang muncul adalah, rentang waktu antara perkembangan ilmu komunikasi yang awalnya dikenal retorika pada masa Yunani kuno, sampai pada pencatatan sejarah komunikasi pada masa pemikiran tokoh-tokoh pada abad 19, sangat jauh. Sehingga mengakibatkan sejarah perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri terputus kira-kira 1400 tahun. Padahal menurut catatan lain, sebenarnya aktifitas retorika yang dilakukan pada jaman Yunani kuno juga dilanjutkan perkembangan aktifitasnya pada jaman pertengahan (masa persebaran agama). Sehingga menimbulkan asumsi bahwa perkembangan komunikasi itu menjadi sebuah ilmu tidak pernah terputus, artinya tidak ada mata rantai sejarah yang hilang pada perkembangan komunikasi. Dengan demikian, jaman persebaran agama yang berlangsung antara rentang waktu tersebut (zaman pertengahan) menjadi bagian dari perkembangan ilmu komunikasi. Sehingga jaman pertengahan menjadi jembatan alur perkembangan komunikasi dari zaman yunani kuno ke zaman renaissance, modern, dan kontemporer.Pada awalnya, perkembangan komunikasi yang terjadi di jaman Romawi (sebagai perkembangan dari Yunani kuno sekitar tahun 500 SM-5 M) mengalami kendala, karena pada masa itu Romawi mengalami masa kegelapan (dark ages). Padahal, masa kegelapan yang terjadi di Eropa tersebut merupakan sisi lain dari masa keemasan peradaban Islam, dimana pada masa itu perkembangan ilmu pengetahuan (termasuk aktifitas komunikasi) cukup signifikan. Selain itu, perkembangan komunikasi juga sangat maju pesat di Cina yang telah dimulai pada tahun 550 SM. Memang, aktifitas komunkasi dalam bentuk retorika yang berlangsung di Cina dan Islam ini lebih menekankan pada penyebaran ajaran dan keyakinan. Berbeda di Yunani dan Romawi yang lebih bersifat politis. Salah satu ajaran yang berkembang yaitu ajaran konfusiunisme di Cina. Kong hu Cu (bagian dari konfusianisme) lahir pada sekitar 550 SM yang ajarannya telah berusia 2000 tahun. Konfusius mulai mengajarkan filsafat hidupnya ketika Cina masih terpecah-pecah. Dalam penyebarannya, komunikasi yang dilakukan sudah sangat maju setelah ditemukannya kertas oleh Tsai Lun (105 M). Namun, ketika dinasti Qin (215 SM-206 SM), kaisar Qin Shi Hung melarang ajaran Konfusianisme, sehingga banyak buku-buku yang dibakar. Namun, ketika masa dinasti Han (206 SM-220 M), konfusianisme mulai mencapai masa emasnya kembali. Misalnya dengan didirikannya semacam Imperial University yang meninggalkan sejumlah kitab ajaran konfusianisme, seperti kitab Shi Ching (kumpulan lagu-lagu), Shu Ching (dokumen-dokumen), I Ching (buku ahli ramalan), Chun Chiu (peristiwa penting), dan Li Chi (upacara-upacara).Konfusianisme ini berlangsung cukup lama sampai pada masa jatuhnya dinasti Ching (1644-1911). Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya proses perkembangan komunikasi yang lebih condong pada penyebaran ajaran-ajaran konfusianisme di Cina.Aktifitas komunikasi dalam bentuk propaganda juga telah ada pada jaman Isa Al-Masih. Isa yang pada waktu itu ingin mengajarkan ajaran Allah Swt, mendapat tantangan dari kaum Yahudi. Ia dianggap figur yang sangat berbahaya dan membahayakan eksistensi bangsa Yahudi, sehingga orang-orang Yahudi tersebut berusaha memancing kemarahan pihak penguasa Romawi yang ketika itu menguasai Palestina.Akhirnya, usaha tersebut berhasil memengaruhi sikap politik penguasa Romawi yang pada awalnya tidak ikut campur dalam keagamaan, kini berubah haluan dengan memerintahkan tentaranya untuk menangkap Isa As dan menghukumnya. Namun, catatan sejarah menunjukkan bahwa sebenarnya Isa As tidak mati terkutuk di tiang salib, ia berhasil diselamatkan oleh Pilatus yang telah bekerjasama dengan yusuf Aritmatea (Injil Yahya, 19:38). Setelah memperlihatkan bukti-bukti kepada muridnya bahwa beliau tidak mati di kayu salib (Injil Markus, 16:19-20), maka Al Masih memutuskan atas perintah Allah untuk meninggalkan Palestina dan menjelajahi berbagai negeri dimana berdiam suku-suku Israil yang hilang untuk melanjutkan menyampaikan risalah-Nya (berdakwah) (kitab Ester 3:6, 1:1, 2:6, dan II Raja-raja 15:29). Negeri terakhir dimana tempat peristirahatan beliau adalah Srinagar, India. Komunikasi dalam bentuk ajaran dakwah yang dilakukan di jaman Isa ini terbukti dengan adanya penjelasan Dalai Lama (pendeta Budhah Tibet) bahwa Isa adalah salah satu orang suci yang dihormati dalam ajaran Budha. Hal ini berkaitan erat dengan kepercayaan Budha yang mengatakan bahwa Baghawa Metteya (pengembara kulit putih; Isa Al Masih) pernah datang mengajarkan ajarannya di India. Selain itu, juga dengan diketemukannya scroll (gulungan yang jumlahnya 84.000 gulungan) yang isinya menceritakan aktifitas penyebaran ajaran Isa di India. Bukti lain juga dengan ditemukannya kuburan Yus Asaf di Srinagar, Kashmir oleh tim Jerman Barat yang merupakan kuburan nabi Isa yang meninggal pada usia 120 tahun (Thre Tribune, Chandigarh, 11 Mei 1984).Komunikasi di dunia Islam pun sebenarnya telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sama seperti fenomena komunikasi yang terjadi di jaman Isa Al Masih, komunikasi Islam pun lebih berorientasi pada sistem dakwah yang berusaha mengubah atau mempengaruhi alam pikiran seseorang untuk mengikuti syariat Islam.Peradaban umat Islam dalam kaitannya dengan perkembangan komunikasi telah mencatatkan sejarah yang cukup menakjubkan. Pada masa bani Umayah misalnya, telah ditemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad 7 M, tepatnya 8 abad sebelum Galileo Galilei dan Copernicus menekuni ilmu tentang perbintangan tersebut. Korelasi antara Timur dan Barat selama perang Salib (1100-1300 M) sangat penting bagi perkembangan komunikasi ilmu pengetahuan di daratan eropa, karena pada waktu ekspansi, jazirah Arab di bawah kendali Islam telah mengambil alih kebudayaan Byzantium, Persia, dan Spanyol, sehingga tingkat kebudayaan Islam jauh lebih tinggi daripada kebudayaan Eropa (Brower, 1982). Universitas Bagdad, Damsyik, Beirut, dan Kairo misalnya menyimpan dan memberikan warisan ilmiah dari India, Persia, Yunani, dan Byzantium, sehingga eropa menerima warisan filsafat Yunani melalui orang Arab yang terlebih dahulu mempelajarinya, karena bangsa Arab telah menterjemahkan karya-karya fisuf termasyur seperti Plato, Hipokrates dan Aristoteles. Bahkan sekitar abad ke-14 pada zaman dinasti Yuan (1260-1368), pengaruh Islam ditandai dengan lahirnya seorang peneliti di bidang astronomi pertama yang mendirikan observatorium, yaitu Jamal Al-Din.Perkembangan komunikasi dalam Islam yang lebih bersifat dakwah tadi tidak lepas dari kaitannya sebagai bagian dari bentuk komunikasi, karena dalam bahasa arab, dakwah berarti seruan, panggilan, atau ajakan. Dikemukakan Salahuddin Sanusi, yang didefinisikan oleh Al Ustadz Bahiyul Khuli dalam bukunya yang berjudul Tadzkiratud Duat dakwah ialah suatu komunikasi yang ditimbulkan dari interaksi antar individu maupun kelompok manusia yang bertujuan memindahkan umat dari suatu situasi yang negatif (zaman jahiliyah) ke situasi yang positif. Pada jaman Nabi Muhammad Saw (570 M-632 M), penyebaran Islam berlangsung dalam waktu yang relatif singkat (8-9 M). Muhammad melakukan dakwahnya ke Mekah pada tahun 610 M. Hanya dalam tempo 25 tahun, Nabi Muhammad Saw beserta pengikutnya dapat mengambil alih kekuasaan di kawasan Arab dari tangan kaum Quraisy, dan Islam pun kemudian berkembang dengan sangat pesatnya. Sekitar tahun 650 M, jazirah Arab, seluruh daerah timur tengah, serta Mesir dikendalikan oleh orang-orang Islam, sehingga pada tahun 700 M, Islam pun akhirnya mendominasi area besar mulai dari daratan China dan India di timur sampai Afrika Utara dan Spanyol di barat. Cepatnya perkembangan Islam bisa jadi merupakan dampak dari penggunaan dakwah-dakwah yang berisi tentang ajaran-ajaran Islam, seperti dakwah yang berisi tentang jihad fisabilillah, yaitu jaminan untuk masuk surga bagi mereka yang mati dalam usahanya untuk memperjuangkan Islam. Dalam berdakwah, Rasulullah selalu melakukan komunikasi sebagai dakwah dengan metode yang tepat dan apabila dicermati akan sangat relevan dengan metode diskusi saat ini. Dalam dakwahnya, diskusi yang dilakukan pasti didasari hal-hal berikut, yakni alasannya kuat (hujjah), tutur kata yang arif dan bijak (uslub), dan adab sopan santun yang baik. Artinya, terdapat bentuk komunikasi yang efektif sehingga dapat mempengaruhi keyakinan jutaan umat dalam waktu yang sangat singkat. Komunikasi diawali dengan adanya perintah dari Allah kepada Nabi Muhammad Saw untuk memberikan peringatan kepada ummat manusia untuk percaya kepada Allah. Awalnya komunikasi itu dilakukan secara diam-diam lalu dilanjutkan secara terbuka seiring dari wahyu berikutnya yang memerintahkan Nabi untuk berdakwah secara terang-terangan (Q.S Al-Hijr;94-95).Begitupun halnya komunikasi dalam media tulisan, sebenarnya telah dirintis oleh Rasulullah, yaitu ketika beliau mengirimkan surat yang isinya ajakan untuk memeluk Islam kepada para raja di Eropa. Sebagai contoh, nabi pernah mengirimkan surat dakwah kepada raja Hiraqla (raja di Roma Timur) yang bernama Hiraclius atau yang lebih dikenal dengan sebutan Hercules, raja Habsyi yang bernama Najsyi, dan lain-lain. Dalam setiap suratnya, nabi selalu membubuhi stempel yang terbuat dari perak yang berukirkan tulisan Muhammadurrasulullah. Kembali hubungannya dengan pers sebagai bagian dari komunikasi, Islam telah merintis perkembangan komunikasi itu sendiri, sekali lagi dalam bentuk dakwah. Misalnya turun temurunnya hadits-hadits nabi dan sunnah Rasul. Sejarah telah mengungkapkan bahwa perkembangan dan kecemerlangan ajaran Islam telah menerobos cakrawala abad dan jaman serta melewati negara-negara dan benua.Hal ini tentu saja berkat para jurnalis-jurnalis Islam seperti Syafii, Malik Ahmad Hambali, Hanafi, Abu Dawud, dan sebagainya yang tulisannya dalam bidang hukum fiqih. Sementara di bidang filsafat ada Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Imam Ghazali, Jamaludin Al afgani, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridla, dan lain-lain. Di bidang kedokteran, Ibnu Sina telah menulis buku yang berisi aturan-aturan dalam ilmu kedokteran yang banyak diadaptasi oleh ilmuwan-ilmuwan dalam bidang kedokteran dewasa ini. Dari uraian tersebut, dapatlah dikatakan bahwa sebenarnya peradaban Islam (dalam kaitannya sebagai jembatan penghubung sejarah komunikasi) telah melanjutkan atau mewariskan komunikasi dari ajaran-ajaran Yunani yang telah disinggung di atas, untuk kemudian baru diadaptasi oleh bangsa Eropa dan seterusnya Amerika (sebagai dampak dari intellectual migration dari daratan Eropa ke utara benua Amerika pada masa kekuasaan Adolf Hitler di daratan eropa).Melihat uraian sejarah perkembangan komunikasi di jaman pertengahan di atas, timbullah satu pertanyaan, mengapa aktifitas retorika dalam kaitannya dakwah yang terjadi di jaman pertengahan tidak dijadikan bagian dari mata rantai sejarah perkembangan komunikasi oleh para pemikir-pemikir barat? Untuk menjawab pertanyaan ini, dapat melihat fase-fase perkembangan ilmu itu sendiri dari jaman ke jaman. Ilmu berkembang pertama kali pada masa Yunani kuno. Lalu dilanjutkan pada jaman pertengahan (yang sebenarnya adalah masa-masa persebaran agama). Telah disinggung di atas, contoh persebaran agama yang diambil adalah Islam yang memang berlangsung pada zaman pertengahan. Setelah itu, ilmu berkembang lagi pada jaman renaissance (14-17 M), dimana kebanyakan pemikiran tokoh-tokoh pada abad ini sudah bebas dan tidak terikat lagi oleh dogma-dogma agama, sebut saja seperti Isaac Newton dan Charles Darwin. Jaman tersebut merupakan jaman peralihan dari jaman pertengahan menuju jaman modernitas. Ketika di jaman modern, ilmu-ilmu yang berkembang itu lebih didasari oleh pemikiran-pemikiran yang ilmiah dan empiris. Seperti Darwin yang sangat fanatik dengan teori evolusinya. Inilah mungkin yang menyebabkan banyak teori-teori komunikasi yang tidak pernah mencantumkan nama-nama besar dari cendikiawan-cendikiawan Islam (seperti Al Kindi, Al Farabi, dll) sebagai tokoh yang berjasa dalam mengembangkan komunikasi itu sendiri pada jaman pertengahan. Hal ini mungkin ini ada korelasinya dengan masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di Eropa yang kala itu merupakan jaman keemasan peradaban Islam. Contoh peristiwa penting yaitu perang Salib yang terulang sebanyak enam kali. Hal ini tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, tetapi juga menyadarkan serdadu-serdadu eropa akan kemajuan negara-negara Islam yang sedemikian pesatnya. Sehingga mereka menyebarkan pengalaman-pengalaman mereka itu sekembalinya di negara masing-masing. Pada tahun 1453 M, Istambul jatuh ke tangan Turki, sehingga para pendeta atau sarjana mengungsi ke Italia atau negara-negara lain. Mereka inilah yang menjadi pionir-pionir perkembangan ilmu di Eropa. Padahal sebenarnya mereka ini mendapatkan pengetahuannya dari peradaban Islam yang telah maju lebih dulu. Mengenai perkembangan komunikasi yang lebih cenderung diklaim sebagai bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan di Amerika dan Eropa, sebenarnya kembali pada pola pemikiran dari manfaat ilmu pengetahuan yang ditemukan. Pada dasarnya, orang Amerika dan Eropa cenderung untuk mematenkan suatu ciptaan, sedangkan pemikir-pemikir di Asia dan peradaban Timur tengah lebih cenderung kepada manfaat dari hasil temuannya itu. Padahal jelas, sejarah menceritakan secara gamblang bahwa peradaban yang sangat maju telah berlangsung lebih dulu di Cina dan Timur Tengah.Penjelasan sejarah di atas sudah cukup membuktikan bahwa sebenarnya sejarah perkembangan komunikasi sebenarnya tidak pernah terputus. Karena pada dasarnya hubungan antara komunikasi sebagai bagian dari perkembangan peradaban manusia begitu erat. Hal ini semata dikarenakan aktifitas retorika sudah ada di jaman pertengahan, tetapi memang belum berbentuk ilmu. Fenomena yang lebih banyak bersifat dakwah (persebaran agama) ini baru berupa gejala-gejala sosial, dan pada masa itu belum ada suatu ilmu yang mengkhususkan fokus dan lokus kajiannya tentang komunikasi. Tetapi setidaknya hal di atas cukup memberikan argumen bahwa komunikasi merupakan fenomena yang sudah sangat lama terjadi dan baru dikaji secara utuh sebagai suatu ilmu pada abad ke-19 di daratan Amerika melalui kelompok Chicago dan terutama nanti dengan kemunculan apa yang disebut sebagai administrative research. Melalui kelompok yang berpusat di Universitas Colombia ini terdapat beberapa figur atau tokoh penting yang memiliki kontrobusi besar dalam pengembangan ilmu komunikasi, terutama dengan figur sentral, Paul F. Lazarfeld. Sekalipun penting pula untuk dipahami bahwa kemunculan kajian ilmu komunikasi pada periode ini tidak dapat dilepaskan pada era dominannya era propaganda, sehingga figur Wilbur Schramm menjadi penting dalam proses pelembagaan ilmu komunikasi. Komunikasi selain sebagai ketrampilan atau seni juga merupakan fenomena ilmu pengetahuan. Karena ilmu komunikasi memiliki metode seperti content analysis, uses & gratification, agenda setting, cultivation analysist, experiments, dan sebagainya.Pendekatan eksperimen telah dilakukan oleh Carl Hovland yang meneliti mengenai komunikasi persuasif. Penelitian content analysist telah dilakukan Harold D. Lasswell dan Bernard Berelson untuk mengkaji propaganda pada dekade 40-an di Amerika.Sementara penelitian survey oleh Paul F. Lazarfeld, Elihu Katz, telah membuahkan temuan two steps flow of communication. Bahkan dalam perkembangan lain, jika merujuk pada mashab interpretatif, maka akan banyak dijumpai ragam penelitian yang memakai pendekatan semiotic, ethnografi, dan sebagainya dari paradigma interpretatif. Dalam tradisi Amerika, retorika atau yang dikenal sebagai speech, telah menjadi kajian yang penting sebelum dikenal tradisi kajian komunikasi massa atau ilmu komunikasi sebagaimana dewasa ini. Dengan karyanya yang terkenal Watching Dallas". Sedangkan James Lull dengan pendekatan etnografi komunikasi dikalangan penonton televisi. Robert E. Park, dari generasi Chicago School juga menggunakan penelitian lapangan (field research).Berdasarkan gambaran di atas dapatlah dikenali ciri-ciri komunikasi sebagai ilmu pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan metode penelitiannya. Dari situ tampak bahwa komunikasi sebagai fenomena ilmu pengetahuan dapat diterima sebagaimana dapat dibuktikan dengan munculnya jurnal komunikasi, hasil penelitian komunikasi, dan buku-buku komunikasi

[2]Ilmu Komunikasi

2.1Pengertian Ilmu KomunikasiPengertian mengenai Ilmu Komunikasi pada dasarnya mempunyai ciri yang sama dengan pengertian ilmu secara umum. Namun, yang membedakan adalah objek kajiannya, dimana perhatian dan telaah difokuskan pada peristiwa-peristiwa komunikasi antar manusia. Berger & Chafee (1987) menyatakan, Ilmu Komunikasi adalah, Suatu pengamatan terhadap produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang, Pengertian di atas memberikan tiga pokok pikiran, di antaranya sebagai berikut :1. Objek pengamatan yang jadi fokus perhatian dalam ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia.2. Ilmu komunikasi bersifat ilmiah empiris (scientific) dalam arti pokok-pokok pikiran dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk teori-teori) harus berlaku umum.3. Ilmu komunikasi bertujuan menjelaskan fenomena sosial yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem tanda dan lambang.Sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa Ilmu Komunikasi adalah, Pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui suatu penelitian tentang sistem, proses, dan pengaruhnya yang dapat dilakukan secara rasional dan sistematis, serta kebenarannya dapat diuji dan digeneralisasikan,2.2Perkembangan Ilmu KomunikasiPada awal kehidupan di dunia, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan.Pada binatang, selain untuk seks, komunikasi juga dilakukan untuk menunjukkan keunggulan, biasanya dengan sikap menyerang. Munurut sejarah evolusi sekitar 250 juta tahun yang lalu munculnya "otak reptil" menjadi penting karena otak memungkinkan reaksi-reaksi fisiologis terhadap kejadian di dunia luar yang kita kenal sebagai emosi. Pada manusia modern, otak reptil ini masih terdapat pada sistem limbik otak manusia, dan hanya dilapisi oleh otak lain "tingkat tinggi".Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, bertujuan, atau tak bertujuan. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut.Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk barang antik, topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai penemuan yang revolusioner, hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio. Televisi, telepon, satelit dan jaringan komuter seiring dengan industiralisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri. Mencari teori komunikasi yang terbaik pun tidak akan berguna karena komunikasi adalah kegiatan yang lebih dari satu aktifitas. Masing-masing teori dipandang dari proses dan sudut pandang yang berbeda dimana secara terpisah mereka mengacu dari sudut pandang mereka sendiri.Komunikasi merupakan satu dari disiplin-disiplin yang paling tua tetapi yang paling baru. Orang Yunani kuno melihat teori dan praktek komunikasi sebagai sesuatu yang kritis. Popularitas komunikasi merupakan suatu berkah (a mixed blessing). Teori-teori resistant untuk berubah bahkan dalam berhadapan dengan temuan-temuan yang kontradiktif. Komunikasi merupakan sebuah aktifitas, sebuah ilmu sosial, sebuah seni liberal dan sebuah profesi. Menurut Ruben & Steward (1998:18-37) perkembangan ilmu komunikasi tersebut terbagi atas beberapa fase, antara lain :

Studi Komunikasi AwalSebenarnya sangat sulit untuk mendeteksi kapan dan bagaimana komunikasi pertama kali dipandang sebagai faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Berdasarkan sejarah, komunikasi diekspresikan dan berperan dalam kehidupan manusia yaitu pada abad 5 SM dalam tulisan klasik bangsa Mesir dan Babilonia serta tulisan essay dari Hommer yang berjudul Iliad pada abad 3000 SM. Selanjutnya, perkembangan komunikasi mulai tampak pada awal tahun 2675 SM melalui kehadiran The Precepts yang berisi tentang panduan berkomunikasi secara efektif. Selain itu, juga tampak pada literatur-literatur dalam kitab perjanjian lama (Bible) ketika Tuhan bersabda kepada umatNya : Let there be light:and there was light. Proses (studi) komunikasi juga beberapa tahun kemudian muncul pada masayarakat Yunani yang melakukan kehidupan demokratis dengan melakukan proses komunikasi oral. Retorika dan PidatoSecara harfiah Retorika merupakan seni berkata-kata atau berbicara. Bukan hanya untuk sekedar berbicara, Retorika juga merupakan teknik mempengaruhi. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pidato berarti pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada orang banyak (khalayak). Karenanya, sasaran pidato atau komunikan lebih luas dan banyak dibandingkan komunikasi antar persona. Dengan demikian, proses penyampaian pesan melalui pidato memerlukan persiapan dan penyusunan agar pesan yang disampaikan nanti menjadi efektif dan efisien. Karenanya, dalam praktek pidato memerlukan teknik retorika.Ada beberapa tokoh dalam perkembangan ilmu komunikasi studi retorika dan pidato ini, antara lain :1. Corax dan TisiasTeori komunikasi pertama yang dikembangkan di greece adalah oleh Corax dan kemudian disusun kembali oleh muridnya Tisias. Teori ini berkaitan dengan berbicara di ruang pengadilan sebagai ketrampilan persuasi. Tisias meyakini bahwa persuasi adalah suatu seni yang kemudian disebut retorika. Corax dan Tisias mengembangkan konsep organisasi pesan, yaitu terdiri dari introduction, body, dan kesimpulan.2. ProtagorasDia mengembangkan tentang debat. Dia juga mengajarkan bagaimana seharusnya menjadi pembicara yang baik. 3. Gorgias dan LeontiniIa mengajarkan tentang penggunaan emosional dalam pidato persuasif, penggunaan gaya dan figur-figur yang tepat untuk suatu pidato. 4. SocratesIa mengajarkan bagaimana seorang orator seharusnya dilatih dengan seni liberal dan bagaimana menjadi seorang pembicara yang baik.5. PlatoDalam tulisannya, plato menggarisbawahi pentingnya mempelajari retorika yang memberikan kontribusi untuk dapat menjelaskan perilaku manusia. Bidang ini mempelajari sifat kata-kata, sifat manusia, cara mereka hidup, dan segala yang dapat mempengaruhi manusia dalam kehidupannya. 6. AristotelesAristoteles adalah tokoh sentral dalam studi komunikasi awal ini. Keduanya yang mengibarkan bahwa komunikasi adalah sebuah seni untuk dipraktekkan dan sebagai area studi. Ia mendeskripsikan komunikasi menjadi suatu orator atau speaker yang memberikan suatu argumen untuk dipresentasikan dalam suatu pidato untuk pendengar atau audience. Karya klasiknya adalah the rhetoric yang memfokuskan pada persuasi mengenai ethos, pathos dan logos. 7. AugustineIa mengaplikasikan komunikasi dalam melakukan interpretasi dari bible dan tulisan religius lainnya. Ia juga yang menyatukan aspek praktis dan teoritis dari studi komunikasi.8. Sir Francis BaconIa mengenalkan pembuatan pidato dan penulisannya yang di susun untuk tujuan praktis. 9. CiceroIa mengembangkan teori retorika dan melihat komunikasi sebagai persoalan akademik dan praktis. Pandangannya bahwa komunikasi adalah komprehensif yang melibatkan seluruh domain ilmu sosial. 10. QuintilianIa mengajarkan bagaimana cara menjadi seorang komunikator yang baik itu perlu dididik.

JurnalismeJurnalisme adalah kegiatan mengumpulkan, menulis, mengedit, menerbitkan berita melalui koran dan majalah atau memancarkan berita melalui radio dan televisi. Jurnalisme merupakan bagian dari komunikasi massa secara luas. Kendati pengertian jurnalisme kini mencakup medium yang sangat luas (termasuk juga radio, televisi bahkan bioskop), medium dasar dari jurnalisme adalah koran atau suratkabar. Wartawan radio dan televisi umumnya mengadopsi metode dan prinsip jurnalisme tradisional pada koran dan majalah.Prototip awal dari koran masa kini adalah pengumuman-pengumuman resmi yang dikenal pada Zaman Romawi sebagai Acta Diurna atau Gazzetta. Medium perkabaran serupa juga dikenal di Cina sebagai Tching-pao atau "Kabar dari Istana" yang muncul setiap hari sekitar Abad ke-8 M. Di Romawi maupun Cina itu, pengumuman biasanya disebarkan dengan medium tulisan tangan antara pribadi atau dengan mulut.Revolusi persuratkabaran dipicu penemuan mesin cetak oleh Johan Guttenberg pada 1450. Koran cetakan yang berbentuk seperti sekarang ini muncul pertama kalinya pada 1457 di Nurenberg, Jerman. Salah satu peristiwa besar yang pertama kali diberitakan secara luas di suratkabar adalah pengumuman hasil ekspedisi Christoper Columbus ke Benua Amerika pada 1493. Pada Abad ke-17, di Inggris kaum bangsawan umumnya memiliki penulis-penulis yang membuat berita untuk kepentingan sang bangsawan. Para penulis itu membutuhkan suplai berita. Organisasi pemasok berita (sindikat wartawan atau penulis) bermunculan bersamaan dengan maraknya jumlah koran yang diterbitkan. Pada saat yang sama koran-koran eksperimental, yang bukan berasal dari kaum bangsawan mulai pula diterbitkan pada Abad ke-17 itu, terutama di Prancis.Pada Abad ke-18, jurnalisme lebih merupakan bisnis dan alat politik ketimbang sebuah profesi. Komentar-komentar tentang politik, misalnya, sudah bermunculan pada masa ini. Demikian pula ketrampilan desain/perwajahan mulai berkembang dengan kian majunya teknik percetakan.Perkembangan awal jurnalisme ini juga mulai diwarnai dengan perjuangan panjang kebebasan pers pergulatan abadi hingga kini antara wartawan dan penguasa. Pers Amerika dan Eropa berhasil menyingkirkan batu-batu sandungan sensorsip pada akhir Abad ke-18, dan memasuki era jurnalisme modern seperti yang kita kenal sekarang.Sementara perkembangan lebih lanjut dalam percetakan ditandai dengan penemuan pulp (bubur kertas), mesin-mesin percetakan baru dan teknologi lain (seperti telpon) membuat proses produksi koran kian cepat kian cepat, murah dan massal.Sampai dengan awal Abad ke-19, koran tak lebih dari sekadar perpanjangan tangan dari pemerintah atau partai politik. Perceraian antara jurnalisme dan politik terjadi pada sekitar 1825-an, sehingga wajah jurnalisme sendiri menjadi lebih jelas dan berkarakter, yakni independen dan berwibawa. Sejumlah jurnalis yang muncul pada abad itu bahkan lebih berpengaruh ketimbang tokoh-tokoh politik atau pemerintahan. Maka jadilah jurnalisme sebagai bentuk profesi yang mandiri dan profesional. Lebih jauh, jurnalisme juga muncul sebagai cabang bisnis baru yang makmur dan menjanjikan profit yang menguntungkan. Pemodal-pemodal basar meramalkan bisnis ini dalam bentuk investasi, pencaplokan dan merger. Pidato dan Jurnalisme (Tahun 1900 s.d 1930)Awal abad 19 pidato muncul sebagai sebuah disiplin tersendiri di AS yang ditandai oleh sejumlah peritiwa, di antaranya :1. Tahun 1909 dibentuk (Eastern States Speech Association).Tahun 1910 mengadakan konferensi tahunan pertama.2. Tahun 1914 terbentuk The National Association of Teachers of Public Speaking(sekarang Speech Communication Association)3. Tahun 1915 terbit jurnal Quaterly Journal of Public Speaking diikuti journal Quaterly Journal of Speech.

Pertumbuhan Interdisiplin (Tahun 1940 s.d 1950)Sejumlah sarjana dari variasi disiplin ilmu sosial mulai mengembangkan teori-teori komunikasi yang merupakan perluasan bidang-bidang komunikasi. Contohnya bidang antropologi yang mengkaji dan gesture-gesture pada budaya-budaya tertentu berdasarkan pada kajian komunikasi non verbal yang lebih luas. Peneliti mulai memberikan perhatian pada persuasi, termasuk bagaimana propaganda dilakukan, bagaimana opini publik dibentuk dan bagaimana perkembangan media yang memberi kontribusi pada usaha persuasif. Kurt Lewin dan koleganya memimpin penelitian pada kelompok dinamik. Carl Hovland dan Paul Lazarfeld melakukan riset awal pada komunikasi massa.Ilmuwan sosiologi dan politik mempelajari sifat media massa dalam berbagai aktifitas sosial dan politik misalnya voting behaviour. Dalam bidang zoology mengkaji mengenai komunikasi diantara binatang-binatang. Demikian juga bidang linguistic , sematik umum, dan semiotic yang memfokuskan pada sifat bahasa dan perannya dalam kehidupan manusia yang mendorong studi ilmu komunikasi. Dalam retorika dan pidato pada akhir tahun 1940-an dan 1950-an mengkaji mengenai interpretasi oral, suara, dan diksi, debat, theater, fisiologi pidato, dan patologi pidato. Jurnalisme dan studi media massa memberi perhatian pada sifat dan efek media massa.Sampai akhir tahun 1950 an mulai terbentuk The National Society for the Study of Communication (sekarang The International Communication Association) dengan tujuan membuat satu kesatuan hubungan antara pidato, bahasa, dan media. Perkembangan-perkembangan ini mempercepat pertumbuhan komunikasi sebagai sebuah disiplin ilmu. Pada masa ini banyak muncul tokoh-tokoh antara lain Harold D Lasswell yang mengkaji tentang propaganda politik pada tahun 1948. Setahun kemudian, Claude Shannon mempublikasikan hasil penelitiannya di Bell Telepon tentang soal mesin dari pengiriman/transmisi signal. Hasilnya adalah menjadi dasar utama model Shannon dan Weaver. Wirburr Schramm juga mengkaji bahwa komunikasi merupakan upaya bertujuan untuk menciptakan suatu kesamaan makna diantara sumber dan penerima.Pada tahun 1955 ilmuwan politik Elihu Katz dan Paul Lazarfeld memperkenalkan two step flow model. Mereka mengenalkan konsep opinion leader (pemuka pendapat). Dan Bruce Westley dan Malcom S. Maclean,Jr. menyatakan bahwa proses komunikasi adalah dimulai dari penerimaaan pesan bukan dari pengiriman pesan. Hal ini merupakan gabungan antara komunikasi interpersonal dan komunikasi dalam media massa.

Integrasi (Tahun 1960)Pada tahun 1960 an para ilmuwan melakukan sintesa dari retorika dan pidato, jurnalisme dan media massa, dan disiplin ilmu sosial lainnya. Kontribusi pada integrasi ini ditandai dengan berbagai buku antara lain The Process of Communication (1960), The Effect s of Mass Communication, (Diffusion of Innovations (1962), The Science of Human Commnunication (1963), and Theories of Mass Communication (1966).Komunikasi menarik minat beberapa displin lain selama decade 1960an. Para ahli sosiologis memfokuskan pada dinamika kelompok, relasi social, asal pengetahuan sosial. Para ilmuwan politik menulis tentang peran komunikasi dalam pemerintahan, opini publik, propaganda dan pembentukan citra politik merupakan bidang komunikasi politik. Pada bidang administrasi memperlajari tentang organisasi, managemen, kepemimpinan, dan jaringan informasi yang menjadi dasar pertumbuhan komunikasi organisasi yang muncul pada tahun 1970an. Bidang antropologi dan linguistic bersama-sama sehingga memunculkan are studi komunikasi antar budaya dan selama tahun 1960an para ahli zoology mengkaji komunikasi binatang.

Pertumbuhan dan Spesialisasi (Tahun 1970 s.d awal 1980)Dalam periode ini beberapa bidang kajian mulai popular. Perluasan dan spesialisasi bidang mencapai tingkatan tinggi pada periode ini. Komunikasi interpersonal menjadi bidang yang populer seperti mempelajari interaksi nonverbal, ilmu informasi, teori informasi dam sistem informasi komunikasi merupakan topik lainnya yang menarik. Di samping itu, di tahun yang sama komunikasi kelompok, organisasi, politik, dan intercultural hadir sebagai area studi. Abad Informasi (Akhir Tahun 1980 s.d 1990)Sebuah masa dimana komunikasi dan tehnologi informasi secara meningkat telah memainkan peran penting di masyarakat, informasi sebagai komoditas, media baru dan media penyatu, pengaruh ekonomi dan pasar serta komunikasi sebagai proses, memperkuat hubungan-hubungan antar disiplin, di antaranya : Psikologi kognitif (persepsi, interpretasi, penyimpanan dan penggunaan informasi). Kajian kritis dan budaya (pengaruh sejarah, sosial, budaya, transmisi, interpretasi, akibat dan penggunaan pesan) Ekonomi (produksi dan konsumsi informasi sebagai sumberdaya ekonomi) Ilmu komputer dan rekaya elektrik (penyimpanan, mendapatkan kembali, manipulasi dan transmisi informasi Ilmu informasi (klasifikasi, dan penyimpanan informasi) Jurnalisme (sumber informasi, isi, komsi publik dan media) Sastra (penciptaan, interpretasi pembaca pada materi teks) Pemasaran (kebutuhan dan pilihan pengguna untuk adopsi dan penggunaan pesan, produk dan layanan) Filsafat (dimensi dari proses komunikasi individual dan media massa)2.3 Ruang Lingkup Ilmu Komunikasi Onong Uchjana Effendy (1998) dalam bukunya Dimensi Komunikasi menyatakan, ruang lingkup atau cakupan komunikasi terbagi atas :

Bentuk Komunikasi Komunikasi Personal Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara individu-individu (Littlejohn, 1999). Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal, seperti suami-isteri, ibu dan anak, dua sejawat, dua sahabat dekat, seorang guru dengan seorang muridnya, dan sebagainya. Sementara komunikasi personal itu sendiri terdiri atas :a) Komunikasi IntrapersonalMerupakan proses komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang, atau berkomunikasi dengan diri sendiri, contohnya, merenung, dan berdoa. b) Komunikasi Interpersonal Merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara individu satu dengan individu lain. Contohnya percakapan antara suami-istri di meja makan.

Komunikasi KelompokMerupakan proses komunikasi yang terjadi dalam sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Komunikasi kelompok terbagi atas :a) Komunikasi Kelompok KecilMerupakan proses komunikasi yang berlangsung dan dimungkinkan terjadi secara dialogis, contohnya ceramah, diskusi panel, simposium, forum, seminar, kuliah, dan lainnya.b) Komunikasi Kelompok Besar/Public SpeakingMerupakan proses komunikasi yang berlangsung dan tidak dimungkinkan terjadinya suatu proses dialogis, contohnya kegiatan kampanye atau rapat akbar. Komunikasi MassaKomunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris, mass communication, sebagai kependekan dari mass media communication. Artinya, komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus berada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi, yang dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. (Wiryanto, 2005)

Komponen Komunikasi Onong Uchjana Effendi (2000) membagi komunikasi ke dalam beberapa komponen, di antaranya :a. Komunikator/Penyampai pesan/Sumber/Source Semua proses komunikasi berasal dari sumber, yang dapat berupa perorangan , jika dalam komunikasi individual atau antar perorangan, atau seorang dengan beberapa orang suatu lembaga atau organisasi, atau orang yang dilembagakan (komunikasi dengan media massa) b. Pesan/Message Unsur pesan meliputi semua materi atau isi yang dikomunikasikan antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi, baik yang disampaikan secara verbal maupun non verbal., baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui media massa misalnya). Pesan dapat berupa : Pesan verbal, misalnya: bahasa/kata-kata lisan atau tertulis Pesan non verbal, misalnya: isyarat, gambar, warna Pesan paralinguistik, misalnya : kualitas suara, tekanan suara (tinggi rendah nada bicara), kecepatan suara, vokalisasi. c. Saluran/Media/Channel Unsur saluran merupakan sarana tempat pesan yang disampaikan sehingga bisa diterima dan dimaknai oleh komunikan. Misalnya: media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio dll.) telepon, surat.d. Komunikan/Penerima pesan/Receiver Unsur penerima merupakan sasaran dari komunikasi, bisa terdiri dari seseorang atau beberapa orang atau suatu lembaga/organisasi. e. Tujuan/Destination/Efect Efek merupakan hasil dari suatu kegiatan komunikasi, merupakan tujuan dari peserta-peserta di dalam proses komunikasi. f. Umpan Balik/Feedback Feedback atau umpan balik ini merupakan tanggapan atas pesan dari komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator. g. Gangguan/Noise Merupakan gangguan tak terencana yang terjadi saat proses komunikasi berlangsung yang mengakibatkan pesan yang diterima oleh komunikan menjadi berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan tersebut. Misalnya, kegiatan perkuliahan yang terganggu akibat ada pesawat terbang yang melintas rendah di atas kelas, atau pembicaraan yang tidak jelas di telepon akibat gangguan sinyal selular. Tujuan KomunikasiTujuan utama dari komunikasi adalah untuk membangun atau menciptakan pemahamam atau pengertian bersama. Saling memahami atau mengerti bukan berarti harus menyetujui tetapi mungkin dengan komunikasi terjadi suatu perubahan sikap, pendapat, perilaku maupun perubahan secara sosial. Berikut tujuan komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi : A. Perubahan sikap (attitude change) Seseorang komunikan setelah menerima pesan kemudian sikapnya berubah, baik postif maupun negatif. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita. b. Perubahan pendapat (opinion change) Komunikasi adalah untuk menciptakan pemahaman, yakni kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan komunikator. Setelah memahami apa yang dimaksud komunikator maka akan tercipta pendapat yang berbeda-beda bagi komunikan, contohnya, berita di surat kabar. Informasi dapat diterima oleh semua khalayak, namun pendapat yang muncul tiap individu berbeda-beda. c. Perubahan perilaku (behavior change) Komunikasi bertujuan untuk mengubah perilaku maupun tindakan seseorang, contohnya kampanye kesehatan mengenai HIV/AIDS. Setelah mengikuti kampanye tersebut seorang remaja misalnya kemudian berusaha menjaga pergaulannya dari pengaruh seks bebas.d.Perubahan sosial (social change) Membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan orang lain sehingga menjadi hubungan yang makin baik. Dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal, contohnya di perkantoran, seringkali terjadi komunikasi dilakukan bukan untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi sikap semata, tetapi kadang-kadang terdapat maksud implisit di sebaliknya, yakni untuk membina hubungan baik.

Fungsi Komunikasi Onong uchjana Effendi dalam bukunya Dimensi-Dimensi Komunikasi mengatakan bahwa sebuah proses komunikasi yang dilakukan setidaknya mempunyai sejumlah fungsi sebagaimana berikut ini, antara lain :a.Menyampaikan informasi (to inform) Memberitahukan/menerangkan informasi atau hal-hal yang belum diketahui seseorang maupun publik terhadap apa yang terjadi kepada seseorang ataupun publik, sehingga informasi-informasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Misalnya, media massa melaporkan hal-hal luar biasa ataupun berita-berita aktual kepada publik/audiens sehingga publik menjadi mengetahui dan mengerti akan berita tersebut. b.Mendidik (to educate) Memberikan pendidikan dan pengetahuan yang bermanfaat baik secara formal, non formal maupun informal sehingga mendorong pembentukan watak dan pendidikan keterampilan serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. Misalnya, seorang guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya.c.Membujuk (to persuade) Membujuk, mempengaruhi atau membentuk suatu opini seseorang maupun publik, meyakinkan tentang informasiinformasi yang diberikannya sehingga benar-benar mengetahui situasi yang terjadi di lingkungannnya. Misalnya, Iklan TV yang mengiklankan produk, dengan gaya persuasinya membujuk atau mempengaruhi pemirsanya untuk menggunakan produk tersebut.d.Menghibur (to entertaint) Memberikan hiburan atau kesenangan, sehingga seseorang maupun publik memperoleh selingan dari kejenuhan yang dialaminya karena takanan-tekanan baik dalam pekerjaan, pergaulan dan lainlain yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya: Musik, Komedi, Tari, Olah Raga.

Sementara menurut Harol D. Lasswell, fungsi dari komunikasi adalah sebagai berikut :1. The surveillance of the environment; fungsi komunikasi adalah untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai kejadian dalam suatu lingkungan (kalau dalam media massa hal ini sebagai penggarapan berita).2. The correlation of correlation of the parts of society in responding to the environment; dalam hal ini fungsi komunikasi mencakup interpretasi terhadap informasi mengenai lingkungan (disini dapat diidentifikasi sebagai tajuk rencana atau propaganda).3. The transmission of the social heritage from one generation to the next; dalam hal ini transmission of culture difocuskan kepada kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain.

Media KomunikasiMedia komunikasi terbagi ke dalam 2 (dua) jenis, yakni, media umum (nirmassa) dan media massa. 1.Media UmumTerdapat beberapa jenis media komunikasi yang bersifat umum atau nirmassa untuk melakukan suatu komunikasi, di antaranya sebagai berikut : Tatap muka langsung. Pengirim melakukan komunikasi secara langsung kepada penerima dengan tatap muka. Rapat, pertemuan, obrolan antara dua orang atau lebih secara langsung merupakan contoh-contoh dari jenis media komunikasi tatap muka langsung. Komunikasi melalui media elektronik. Pengirim, sumber atau komunikator menggunakan fasilitas media elektronik, seperti fax, voice mail, video, telepon, komputer untuk melakukan komunikasinya. Komunikasi tertulis pribadi. Bentuk umum komunikasi tertulis pribadi adalah surat pribadi, atau bisa juga berupa pesan tertulis lainnya. Komunikasi tertulis bukan pribadi. Untuk komunikasi non-personal atau komunikasi resmi yang digunakan organisasi, komunikasi tertulis dapat berupa surat, memo, laporan, proposal dan bentuk-bentuk komunikasi tertulis lainnya.

2.Media MassaMedia massa biasanya digunakan pada bentuk komunikasi massa. Media massa terbagi atas, medai cetak dan elektronik. Seiring perkembangan teknologi informasi, media komunikasi pun bertambah satu, yakni media massa internet. Contohnya media cetak (majalah, tabloid, surat kabar), dan media elektronik (radio, televisi dan internet).

Proses KomunikasiDalam proses komunikasi yang dilakukan sedikitnya terbagi atas dua (2) jenis, yakni :A. Proses Komunikasi PrimerProses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang [symbol] sebagai media. Media terdiri atas, bahasa, kial [gesture], isyarat, gambar, warna, dsb. Media yang paling banyak digunakan dalam sebuah interaksi atau proses komunikasi adalah bahasa. Pasalnya, bahasa mampu menerjemahkan pikiran sesorang kepada orang lain, berupa idea, gagasan, informasi atau opini.Dalam bahasa terkandung sejumlah kata-kata. Kata-kata itu sendiri terdiri atas dua jenis pengertian, yakni : Denotatif, arti sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary meaning) Konotatif, arti emosional atau mengandung penilaian tertentu/ kiasan (emotional or evaluate meaning)

B.Proses Komunikasi SekunderProses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang (bahasa) sebagai media pertama. Pemakaian sarana dikarenakan prose komunikasi yang dilakukan relatif jauh atau dengan jumlah yang banyak. Beberapa sarana atau medium yang dapat digunakan untuk melakukan proses komunikasi sekunder di antaranya, surat, telepon, faxsimili, majalah, surat kabar, radio, TV, film, e-mail, serta internet. Hakekat KomunikasiPada hakekatnya, suatu proses atau kegiatan komunikasi merupakan :1. Komunikasi Sebagai Proses SosialArtinya, tindakan komunikasi antar individu atau kelompok yang melibatkan intensitas, motivasi dan kemampuan yang berlangsung terus menerus tanpa akhir.Hal tersebut menjadikan komunikasi merupakan hal yang bersifat kompleks, dinamis serta berubah secara kontinyu. Komunikasi sebagai proses membuat sifat komunikasi menjadi suatu hal tidak dapat diulang (irreversible).Proses dan Simbol disatukan oleh adanya makna. Makna juga merupakan suatu persepsi seseorang terhadap pesan. Bahasa menunjukkan suatu tingkat kemajuan kemajuan teknologi pada masyarakat. Hal tersebut diakibatkan karena bahasa sebagai salah satu simbol dari komunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan (faktor di luar individu yang melakukan komunikasi), adapun yang termasuk faktor lingkungan adalah :a. Faktor fisikc. Faktor Sosialb. Faktor psikologisd. Faktor waktu2.Komunikasi Sebagai Peristiwa SosialArtinya, saat terjadi proses sosial maka terjadi juga peristiwa komunikasi. Peristiwa Komunikasi disebut juga kejadian interaksi dari sejumlah orang dengan perantaraan lambang-lambang komunikasi. interaksi dari sejumlah orang tersebut menjadikan peristiwa komunikasi sama dengan peristiwa sosial.Adapun hal-hal yang terjadi dalam peristiwa sosial tersebut adalah :a. Proses produksib. Proses seleksic. Pengaruh dari sistem lambang-lambang yang digunakan.

3. Komunikasi Sebagai IlmuDalam hal ini komunikasi dipandang sebagai ilmu yang bersifat multi disipliner, dalam artian bahwa ilmu komunikasi berkembang melalui disiplin dari sejumlah ilmu lain, seperti :a. Politikb. Psikologic. Matematikad. Antropoligie. DllHal tersebut terbukti dengan adanya sejumlah model dasar ilmu komunikasi dari beberapa ahli di luar bidang komunikasi, di antaranya :a. Harold Dwight Lasswell (Politik) --> The Founding Fathersb. Lewin (Psikologi) --> The Founding Fathersc. Paul Felix Lazarsfeld (Sosiologi) --> The Founding Fathersd. Carl Iver Hovland ((Psikologi) --> The Founding Fatherse. Claudio Shanon (Matematik)f. Newcombg. Dll4.Komunikasi Sebagai KetrampilanAntar komunikasi dan bidang profesional terdapat kaitan yang sangat signifikan. Sebagai penunjang suatu profesi yang menuntut pemahaman pada sifat dasar komunikasi, maka cara dalam melakukan teknik berkomunikasi yang kompeten dan efektif sangatlah menentukan.Karena komunikasi dipandang sebagai skill/ketrampilan khusus yang berlaku pada banyak bidang, maka munculah bidang karir untuk para profesional komunikasi, seperti :a. Komunikasi massab. Komunikasi organisasic. Komunikasi politikd. Periklanane. Public relationf. Riset komunikasi

[3]Teori Komunikasi

3.1 Tentang TeoriTeori merupakan abstraksi dari realitas. Oleh karena itu, posisi teori sangat penting karena ia memang menjelaskan tentang realitas atau kenyataan tersebut. Meskipun demikian, teori tidaklah bersifat abstrak dalam arti yang sesungguhnya, karena pengalaman selalu mempengaruhi dan merupakan dasar dari pembentukan teori tersebut, sehingga pada gilirannya teori akan mempengaruhi konsepsi seseorang tentang pengalamannya. Pengertian TeoriMenurut Bates (2005), teori dapat dilihat sebagai keseluruhan generalisasi dan prinsip yang dikembangkan untuk satu bidang tertentu. Selain itu, teori juga adalah sebuah sistem asumsi, prinsip, dan antarhubungan yang dibuat untuk menjelaskan serangkaian fenomena tertentu. Secara implisit, teori seringkali mengandung metateori dan metodologi. Namun, pada umumnya, inti dari teori adalah ide pokok yang menjelaskan makna dari sebuah fenomena tertentu. Metateori itu sendiri merupakan landasan filsafat dari sebuah teori, yakni merupakan serangkaian ide mendasar tentang bagaimana seharusnya sebuah fenomena tertentu dipikirkan dan dipelajari.Dikemukakan M.J. Bates (2005) dalam bukunya yang diberi judul An introduction to metatheories, theories, and models, untuk mendefinisikan teori, setidaknya dapat dilihat dari 2 (dua) sudut pandang, yakni, sudut pandang sains atau eksakta dan sudut pandang sosial. 1. Teori dalam Ilmu SainsSecara klasik, perkembangan teori dalam ilmu-ilmu alam atau sains mengikuti proses description, prediction, explanation. Pada tahap pertama, sebuah fenomena alam mendapat penjelasan atau deskripsi. Tentu saja sulit menyelidiki sesuatu tanpa menjelaskannya lebih dahulu. Lalu, ketika sudah ada beberapa pengetahuan tentang sebuah fenomena tertentu, ilmuwan mulai membuat dugaan atau prediksi tentang keterkaitan, proses, atau urutan kejadan (sequences) tentang fenomena tersebut. Lantas, berdasarkan pengujian tentang dugaan-dugaan tersebut itulah maka dikembangkan penjelasan atau eksplanasi yang biasa disebut teori.Dalam bidang sains pula lah pengertian teori dikaitkan dengan metode ilmiah yang biasa disebut metode sederhana untuk melakukan induksi-deduksi (nave inductive-deductive method). Ben-Ari (2005), menguraikan bahwa kegiatan seorang ilmuwan dimulai dari pengamatan terhadap jagat raya (universe) dan merekam hasil pengamatannya itu sebagai fakta ilmiah. Setelah itu, ia (ilmuwan) melakukan proses induksi dengan memeriksa berbagai hasil pengamatannya tersebut untuk kemudian membuat generalisasi yang dapat disebut sebagai sebuah teori tentang fakta yang bersangkutan. Selanjutnya dilakukan deduksi dengan memakai logika untuk memperkirakan benar-tidaknya teori dengan melakukan berbagai eksperimen. Jika eksperimennya berhasil, maka teorinya mendapatkan pembenarannya. Jika tidak, maka teori tersebut dapat dianggap salah.2. Teori dalam Ilmu SosialDalam ilmu-ilmu sosial, Sarantakos (1998) menyatakan bahwa pengertian teori pada umumnya adalah pengertian yang dipakai oleh ilmu pasti (alam) dan yang kemudian diimpor oleh aliran positivis ke dalam sosiologi. Perlu diingat bahwa sosiologi dan ilmu-ilmu lain pada awalnya cenderung menggunakan metode penelitian ilmu pasti (alam) yang sudah terlebih dahulu terbangun dalam tradisi ilmiah. Belakangan, terjadi penolakan terhadap penggunaan prinsip-prinsip ilmu pasti tersebut, sehingga para pemikir sosiologi dan kebudayaan mulai menggunakan prinsip-prinsip yang berbeda. Kendati begitu, pengertian teori yang digunakan oleh ilmu pasti (alam) tetap mendominasi pengertian umum. Pengertian teori seperti ini di dalam ilmu sosial-budaya sebagian besarnya didasari pada pandangan yang percaya bahwa ada persamaan antara ilmu sosial dan ilmu alam, dan bahwa seorang ilmuwan harus menghindari subjektivitas dan spekulasi.Di dalam pengertian ini, maka teori secara umum dapat diartikan sebagai serangkaian proposisi (atau pernyataan tentang kebenaran) yang sudah diuji secara sistematis dan dikaitkan secara logis, dibangun melalui serangkaian penelitian untuk menjelaskan suatu fenomena sosial. Pembuatan teori dalam pengertian ini didasarkan pada cara-cara sistematis yang mengandung prosedur yang jelas, eksplisit dan formal di setiap langkah penelitian. Pengertian teori sebagaimana diungkapkan di atas tidak sepenuhnya diterima oleh para penganut paham yang menolak positivism, terutama dalam hal hubungan sebab-akibat. Adapun kaum yang menolak positivisme di bidang ilmu sosial menolak penyederhanaan fenomena masyarakat sebagai hubungan sebab-akibat yang digambarkan dalam rumus-rumus statistik. Pembahasan tentang aliran pandangan yang menerima dan menolak positivisme ini memerlukan ruang yang lebih luas, dan tidak akan diulas lebih jauh di sini. Pada umumnya, kita lebih mudah memakai istilah kuantitatif dan kualitatif untuk membahas perbedaan antara keduanya. Pengertian teori yang berpuncak pada penjelasan sebab-akibat sebagaimana diulas di atas adalah pengertian yang pada umumnya dipakai oleh penelitian kuantitatif. Menurut Schwandt (2001), penelitian kualitatif memakai pengertian yang sedikit berbeda. Dengan demikian, terdapat 4 (empat) pengertian teori dalam penelitian kualitatif, yaitu : Sebagai generalisasi yang diperoleh melalui penelitian empiris. Sebagai penjelasan sebab-akibat yang padu dan sistematis tentang berbagai fenomena sosial. Sebagai orientasi atau perspektif untuk melihat masalah, memecahkan masalah, dan memahami serta menjelaskan realitas sosial. Sebagai teori kritis (critical theory), yang merupakan cara membuat teori dan produk dari cara membuat te