Teori Getaran 2

47
1 Analisis Dinamika Struktur Kekuatan struktur hendaknya tidak hanya ditinjau dari sisi kekuatan (strength), tetapi juga pengaruh kenyamanan (serviceability) dan keawetan (durability). Kenyamanan berkaitan dengan masalah dinamika struktur karena simpangan yang berlebihan dapat terjadi oleh adanya resonansi (interaksi dinamik). Sebelum sebuah struktur runtuh pada umumnya diawali oleh simpangan yang berlebihan (resonansi) yang menyebabkan tidak nyaman bagi pemakainya. Pengaruh itu dapat diakibatkan oleh ulah manusia atau alam. Pengaruh ulah manusia biasanya tidak menimbulkan keruntuhan apabila segera dilakukan penanganan, namun tidak demikian halnya bila pengaruh itu berasal dari alam, seperti angin dan gempa bumi tektonik yang tidak memberikan peringatan dini sebelumnya. Namun demikian melalui pengamatan lapangan dan diikuti dengan pemodelan sebuah struktur dapat dinilai (assesment) dan kemdudian diambil langkah-langkah pengamanan. Dasar dari analisis getaraan dapat dipahami melalui model massa-pegas-redaman (mass-spring-damper). Bahkan struktur yang rumit sekalipun seperti gedung atau jembatan dapat dimodelkan sebagai jumlahan dari sistem massa-pegas-redaman. Model massa-pegas-redaman merupakan sebuah contoh dari osilasi harmonik sederhana. A. Getaran Paksa pada Sistem Berderajat Tunggal Tak-rerredam (Forced Vibration on Undamped SDOF) Gb.1. Sistem berderajat tunggal takterredam dengan gaya eksitasi F(t) Persamaan gerak dinamik dari sistem dalam Gb.1 seperti berikut ini: x m . + x k . = F(t). (1) Bila persamaan (1) dibagi dengan massa,m akan didapat : m t F x m k x ) ( . (2) x x k . ) ( t F x m .

description

Mengenai Getaran

Transcript of Teori Getaran 2

  • 1

    Analisis Dinamika Struktur Kekuatan struktur hendaknya tidak hanya ditinjau dari sisi kekuatan (strength), tetapi juga

    pengaruh kenyamanan (serviceability) dan keawetan (durability). Kenyamanan berkaitan dengan

    masalah dinamika struktur karena simpangan yang berlebihan dapat terjadi oleh adanya resonansi

    (interaksi dinamik). Sebelum sebuah struktur runtuh pada umumnya diawali oleh simpangan

    yang berlebihan (resonansi) yang menyebabkan tidak nyaman bagi pemakainya. Pengaruh itu

    dapat diakibatkan oleh ulah manusia atau alam. Pengaruh ulah manusia biasanya tidak

    menimbulkan keruntuhan apabila segera dilakukan penanganan, namun tidak demikian halnya

    bila pengaruh itu berasal dari alam, seperti angin dan gempa bumi tektonik yang tidak

    memberikan peringatan dini sebelumnya. Namun demikian melalui pengamatan lapangan dan

    diikuti dengan pemodelan sebuah struktur dapat dinilai (assesment) dan kemdudian diambil

    langkah-langkah pengamanan. Dasar dari analisis getaraan dapat dipahami melalui model

    massa-pegas-redaman (mass-spring-damper). Bahkan struktur yang rumit sekalipun seperti

    gedung atau jembatan dapat dimodelkan sebagai jumlahan dari sistem massa-pegas-redaman.

    Model massa-pegas-redaman merupakan sebuah contoh dari osilasi harmonik sederhana.

    A. Getaran Paksa pada Sistem Berderajat Tunggal Tak-rerredam (Forced Vibration on Undamped SDOF)

    Gb.1. Sistem berderajat tunggal takterredam dengan gaya eksitasi F(t)

    Persamaan gerak dinamik dari sistem dalam Gb.1 seperti berikut ini:

    xm . + xk. = F(t). (1) Bila persamaan (1) dibagi dengan massa,m akan didapat :

    mtFx

    mkx )(. (2)

    x

    xk.)(tFxm .

  • 2

    Gaya penyebab getaran F(t) dapat bermacam-macam bentuknya seperti berikut ini :

    a) Gaya konstan sepanjang waktu b) Gaya kejut/ impak/ impulse

    c) Gaya sinusoidal (pada pusat massa dan pada tumpuan) a) F(t) berupa gaya konstan sepanjang waktu

    Gb.2. Gaya eksitasi konstaan terhadap waktu

    Hubungan beban dan waktu dapat dilihat dalam Gb.2. F(t) dapat diwujudkan dalam persamaan

    linear xp = a.t + b. Persamaan yang menggambarkan pola gaya luar F(t) disebut persamaan

    particular, sedang respon struktur akibat gaya luar itu disebut persamaan homogeneous dan dapat

    dinyatakan dalam bentuk xh = A sin pt + B cos pt

    Turunan pertama dan kedua dari persamaan particular, btax p . adalah ax p dan 0px . Memasukkan hasil turunan itu ke dalam persamaan (2) didapat :

    mFbta

    mk )0()..(0 ; bila p2 = k/m maka persamaan terakhir menjadi

    mFbtap )0()..(0 2 memasukkan m = k/p2 didapat

    kFpbtap )0()..(0 22

    kFbta )0().(0

    Bila persamaan terakhir dilakukan penyamaan diantara ruas kiri dan ruas kanan akan didapat :

    a.t = 0 a = 0

    dan dengan demikian b = k

    F )0( sehingga xp = a.t + b =k

    F )0(

    Respon dari dari sistem ini merupakan kombinasi antara xh dan xp :

    x = xh + xp = A sin pt + B cos pt + k

    F )0( (3)

    Untuk menyeleaikan persamaan terakhir (3) dapat dilakukan dengan memasukkan kondisi batas

    parameternya yaitu A dan B.

    F(t) = F(0)

    t

    F(t)

  • 3

    Sesaat sebelum dikenakan gaya luar t = maka sistem masih dalam kondisi diam atau x = 0

    demikian pula tidak ada kecepatan yang berarti 0x . Memasukkan kondisi batas x = 0 dan t =

    itu ke dalam persamaan (3) didapat :

    0 = A sin p + B cos p + k

    F )0( (4)

    Turunan pertama dari persamaan (3) adalah x Ap cos pt - Bp sin pt, memasukkan t = dan

    0x didapat :

    0 = Ap cos p - Bp sin p (5)

    ppBA

    cossin

    Substitusi persamaan terakhir ke dalam persamaan (4) diperoleh :

    kpFB cos)0( dan

    kpF

    pkppFA

    sin)0(

    cossincos)0(

    Memasukkan parameter A dan B ke dalam persamaan (3) didapat :

    k

    ptpFx sinsin)0( k

    ptpF coscos)0( k

    F )0(

    1coscossinsin)0( ptpptpk

    Fx = 1)(cos)0( tpk

    F

    )(cos1)0( tpk

    Fx (6)

    Maksimum dari x terjadi bila )(cos tp = 0 dan x akan minimum bila )(cos tp = 1. Jadi :

    kFxmak

    )0( dan 0min x grafik dari persamaan (6) untuk 2

    )0(

    kF seperti dalam Gb.3 di

    bawah.

    Gb.3. Gaya Eksitasi Sinusoidal terhadap Waktu

    b) F(t) berupa gaya kejut/ impak/ impulse

  • 4

    Gaya kejut/ impulse merupakan fungsi Gaya dan Waktu I = F(0).t. Menurut hukum

    kekekalan Momentum impulse memberikan perubahan momentum sehingga momentum

    merupakan fungsi massa dan perubahaan kecepatan mvI .

    Pada kondisi diam yaitu t = impulse dikerjakan sistem dalam keadaan diam x = 0, dan setelah

    itu sistem bergetar bebas F(t) = 0. Demikian pula pada saat t = kecepatan sistem vx

    Gb. 4. Gaya eksitasi berupa impulse/ impak

    Persamaan particular xp = 0 sedang xh = A sin pt + B cos pt, memasukkan kondisi batas t = dan

    x = 0 didapat :

    xh = A sin pt + B cos pt

    0 = A sin p + B cos p

    ppBA

    sincos

    (7)

    Turunan pertama dari persamaan xh :

    hx A.p cos pt B.p sin pt memasukkan t = dan vx

    vx = Ap cos p Bp sin p mIv /

    mI / = Ap cos p Bp sin p pm

    I.

    = A cos p B sin p (8)

    Memasukkan persamaan (7) ke dalam persamaan (8) didapat :

    pBpp

    pB

    pmI

    sin)sin(cos

    sin.22

    pmpIB

    .sin

    (9)

    Gb. 5. Respon sistem terhadap waktu

    t

    F(0)

    t

    F(t)

  • 5

    Persamaan gerak sistem ini x = xp + xh = 0 + A sin pt + B cos pt

    Memasukkan persamaan (7) dan (9) ke dalam persamaan terakhir didapat :

    x =

    ppB

    sincos sin pt + B cos pt =

    pB

    sin

    (cos p sin pt + cos pt sin p)

    x = p

    Bsin sin p (t - )

    Memasukkan persamaan (9) ke dalam persamaan terakhir didapat :

    x = pm

    I.

    sin p (t - ) (10)

    c) F(t) berupa gaya sinusoidal Gaya berbentuk sinusoidal umumnya digunakan karena banyak ahli berpendapat bahwa sinyal

    yang ada di alam ini bersifat tetap atau paling sedikit akan berulang dalam waktu yang tidak

    diketahui (deterministic). Demikian pula ahli matematik Joseph Sebastian Fourier berpendapat

    bahwa setiap sinyal yang ada sebenarnya merupakan penjumlahan dari banyak sinyal sinusoidal

    yang memiliki amplitudo dan frekuensi yang bervariasi.

    Fungsi gaya yang digunakan F(t) = F(0) sin t dan persamaan gerak dari sistem massa-pegas

    berbentuk :

    xm . + xk. = F(0) sin t (11)

    Gb. 6. Gaya eksitasi berupa sinusoidal

    Penyelesaian persamaan diferensial itu dapat dilakukan melalui :

    1) Persamaan particular xp = a sin t 2) Persamaan homogeneous xh = A sin pt + B cos pt

    Turunan pertama dan kedua dari persamaan particular menjadi :

    tax p cos. dan tax p sin.2

    Memasukkan persamaan terakhir ke dalam persamaan (11) diperoleh :

  • 6

    m.( ta sin. 2 ) + k.(a sin t) = F(0) sin t

    Bila persamaan terakhir dibagi dengan m dan memasukkan p2=k/m maka akan didapat :

    ( ta sin. 2 ) + (k/m).(a sin t) = {F(0)/m} sin t

    ( ta sin. 2 ) + p2.(a sin t) = {F(0)/m} sin t

    Menyamakan ruas kiri dan kanan diperoleh :

    2.a + p2.a = {F(0)/m} a.(p2-2)=F(0)/m ).(

    )0(22

    pmFa

    Persamaan particular menjadi : tpmFx p

    sin).(

    )0(22

    Persamaan gerak sistem dengan gaya luar sinusoidal menjadi :

    x = xh + xp = A sin pt + B cos pt + tpmF

    sin).(

    )0(22

    Persamaan di terakhir secara matematika benar tetapi secara fisika tidak benar karena pada saat p

    maka (p2 - 2) = 0 sehingga simpangan x menjadi . Untuk itu menurut hukum LHospital

    persamaan tersebut harus diturunkan sebagai berikut :

    ..2cos.).0(

    )}.({/}.sin).0({/

    22 mttF

    pmtF

    x = xh + xp = A sin pt + B cos pt ttmF

    cos..2)0( (12)

    x = Ap cos pt - Bp sin pt tttm

    F

    sin..cos.1

    .2)0(

    Pada t = 0 x = 0 dan x = 0 0 = 0 + B 0 B = 0

    0 = Ap 0 - .2)0(

    mF A =

    pmF

    ..2)0(

    x = pm

    F..2)0(

    sin pt tt

    mF

    cos..2)0( =

    pmF

    ..2)0(

    (sin pt pt cos t)

    Parameter A dan B dapat diketahui melalui kondisi batas yaitu bahwa pada saat t = 0 sistem tidak

    bergerak yang berarti x = 0, dan juga dengan demikian 0x . Memasukkan kondisi batas ke

    dalam persamaan (12) diperoleh

    0 = 0 + B cos 0 + 0 berarti B = 0

  • 7

    Mengingat persamaan diferensial perkalian 2 fungsi : tuv

    tvuvu

    t

    ..)}.{

    x A.p cos pt B.p sin pt tttm

    F

    cossin..

    .2)0(

    0 = A.p cos 0 0 0cos0.2)0(

    m

    F 0 = A.p .2)0(

    mF A =

    ..2)0(

    pmF

    Persamaan gerak dari sistem menjadi :

    x = ..2

    sin).0(mp

    tpF

    .2cos.).0(

    mttF =

    ..2)0(

    mpF )cos..sin( ttptp (13)

    Bila gaya luar F(t) terletak pada tumpuannya maka persamaan gerak menunjukkan tidak adanya

    gaya luar itu pada persamaan keseimbangan.

    Gb. 7. Sistem berderajat tunggal takterredam dengan gaya eksitasi pada tumpuan

    xm . + ).( xk = 0 xm . + .. kxk = 0 xm . + .. kxk

    Bila persamaan terakhir dibagi dengan m maka : x + ..mkx

    mk

    dan memasukkan persamaan p2

    = k/m maka : x + .. 22 pxp , bila = C.sin t maka : x + 22 . pxp C.sin t (14)

    Penyelesaian dari persamaan itu seperti berikut :

    1) Persamaan particular xp = a sin t 2) Persamaan homogeneous xh = A sin pt + B cos pt

    Turunan pertama dan kedua dari persamaan particular menjadi :

    tax p cos. dan tax p sin.2

    Memasukkan persamaan terakhir ke dalam persamaan (14) diperoleh :

    ( ta sin. 2 ) + p2.(a sin t) = p2 C sin t

    ( 2.a ) + p2.a = p2C a (p2 2) = p2C )( 22

    2

    pCpa

    x

    ).( xk

    )(tF

    xm .

  • 8

    x = xh + xp = A sin pt + B cos pt + tpCp

    sin)( 22

    2

    (15)

    Parameter A dan B dapat diketahui melalui kondisi batas yaitu bahwa pada saat t = 0 sistem tidak

    bergerak yang berarti x = 0, dan juga dengan demikian 0x . Memasukkan kondisi batas ke

    dalam persamaan (15) diperoleh

    0 = 0 + B cos 0 + 0 berarti B = 0

    x A.p cos pt B.p sin pt + tp

    Cp

    cos

    )( 222

    0 = A.p cos 0 0 + 0cos)( 22

    2

    pCp 0 = A.p +

    )( 222

    pCp A =

    )( 22

    p

    Cp

    Memasukkan parameter A dan B ke dalam persamaan (15) diperoleh :

    x = )( 22

    p

    Cp sin pt + tp

    Cp

    sin

    )( 222

    (16)

    Bila frekuensi gaya luar (excitation frequency) mengecil 0 maka simpangan x dari

    persamaan (16) menjadi :

    x tp

    Cp

    sin

    )( 222

    x t

    pCp

    sin22

    C sin t

    Persamaan terakhir menunjukkan bahwa simpangan sistem x akan semakin besar sejalan

    dengan meningkatnya t.

    Disamping itu bila >>> p maka persamaan (16) menunjukkan simpangan x 0. Bila p

    maka (p2 2) 0 dan simpangan x akan menjadi besar tak berhingga

    B. Getaran Bebas pada Sistem Berderajat Tunggal Terredam (Free Vibration on Damped SDOF)

    Semua sistem memiliki kemampuan untuk mendisipasi (meredam) energi yang ada di dalam

    sistem itu, sehingga setiap saat energi kinetik seimbang dengan energi potenisal-nya. Disipasi

    energi dapat dalam berbagai bentuk yaitu :

    1. Tahanan gesek luar (udara, cairan) 2. Tahanan gesek dalam (gerakan molekul yang berubah menjadi panas)

    Redaman pada umumnya sebanding lurus dengan kecepatan, c. x . Redaman demikian disebut

    redaman viskos/ linear. Selain redaman viskos dijumpai redaman lain yang sifatnya non-linear

    seperti :

  • 9

    1. Redaman gesek yang merupakan fungsi dari simpangan c.( x / x )

    2. Redaman polinomial yang merupakan fungsi polinomial dari kecepatan c. nx}{

    Pada kesempatan ini hanya dibahas jenis redaman linear/ viskos. Persamaan gerak sistem

    berderajat tunggal dinyatakan seperti berikut :

    Gb.8. Sistem berderajat tunggal terredam dengan gaya eksitasi F(t) = 0

    xm . + xc . + xk. = 0 x + xmc . + x

    mk . = 0,

    Bila mkp 2 dan

    mcn .2 maka

    x + xn .2 + xp .2 = 0 (17)

    Penyelesaian persamaan gerak itu dapat diselesaikan melalui persamaan particular dan

    homogeneous. Persamaan particular xp = 0 karena tidak ada gaya luar, sedang persamaan

    homogeneous xh = A sin t + B cos t. Secara matematik persamaan homogeneous dapat pula

    ditulis xh = A.er.t karena alasan kemudahan dalam proses diferensiasinya.

    Dengan demikian : trh erAx... dan trh erAx

    .2.. . Memasukkan persamaan diferensial ke dalam

    persamaan (17) didapatkan : trerA .2.. + 2n. trerA ... + p2. treA ... = 0, atau dapat ditulis pula : er.t { r2

    + 2n.r + p2 } = 0. Bila ruas kiri disamakan dengan ruas kanan akan didapatkan bahwa er.t tidak

    mungkin sama dengan nol karena kalau sama dengan nol berarti tidak ada osilasi/ getaran. Jadi {

    r2 + 2n.r + p2 } = 0

    2.4)2(2 22

    2,1pnnr 22

    22

    1 222 pnnpnnr

    2222

    2 222 pnnpnnr

    x = xh + xp = trreA ).( 21. = trtr eBeA ).().( 21 .. = tpnntpnn eBeA ).().(2222

    ..

    x

    xk.0)( tFxm .

    xc .

  • 10

    X =

    tpntpnnt eBeAe ).().(

    2222

    .. (18)

    Persamaan (18) menunjukkan bahwa apabila :

    1. n > p maka akan terjadi redaman berlebih (over damped) karena 22 pn positif.

    X =

    tpntpnnt eBeAe ).().(

    2222

    ..

    2. n = p maka akan terjadi redaman kritik (critical damped 22

    2,1 pnnr untuk n = p maka nr 2,1 x = nteA .

    Gb.9. Sistem dengan (a) redaman lebih (over damped), redaman kritik (critical damped), dan redaman kurang (under damped)

    Dari persamaan 2n = c/m dan memasukkan n = p didapat 2p = m

    ccritic atau

    ccritic = 2.p.m, jadi bila m diketahui maka koefisien redaman kritik dapat dihitung Bila merupakan nilai banding antara koefisien redaman terhadap redaman kritik maka

    mpc

    cc

    critic ..2 mpc ...2

    3. n < p maka akan terjadi redaman kurang karena 22 pn negatif.

    222,1 pnnr bila 1 = i maka

    22 np bila 22 np = p maka

    x = tpitpint eBeAe )..()..( .. bila tp. maka x = .. .. iint eBeAe (19)

    Memasukkan kembali sincos. ie i dan sincos. iei ke dalam persamaan (19)

    didapatkan :

    x = )sin.(cos)sin.(cos iBiAe nt x = )sin)(.())(cos( BAiBAe nt = sin)~.(cos)~( BiAe nt

  • 11

    x = )(cos. Xe nt memasukkan tp maka

    x = )(cos.. tpXe nt (20)

    nte menunjukkan penurunan getaran secara eksponensial dan

    )(cos. tpX menunjukkan osilasi di dalamnya. Bila pfT /2/1 dengan

    22 npp

    Gb.10. Getaran bebas dengan redaman kurang

    (under damped free vibration)

    Pada saat t = t1 maka x1 = )(cos.. 11 tpXe nt

    Pada saat t = t2 maka x2 = )(cos.. 22 tpXe nt

    Bila t2 = t1 +T maka x2 = })({cos.. 1)( 1 TtpXe Ttn . Apabila x1 dan x2 diambil pada

    puncak getaran maka )(cos 1 tp dan })({cos 1 Ttp akan sama dengan 1 (satu).

    Nilai banding antara x1 dan x2 memberikan :

    TnTnntntTtn

    nt

    eeeX

    eXxx

    11

    1

    1

    )(2

    1

    .. ln

    2

    1

    xx = ln Tne

    ln 2

    1

    xx = n.T dengan n =

    mc

    2

    Bila jumlah siklus lebih dari satu maka persamaan terakhir menjadi :

    ln 2

    1

    xx = N.n.T dengan N = jumlah siklus antara x1 dan x2 (21)

    c = 2 n.m tetapi juga bisa ditulis c = 2.p..m, bila kedua persamaan dihubungkan didapat

    x1 x2

    N = 2

  • 12

    n = p..

    T =

    p2

    222

    np =

    22 ).(2

    pp=

    21.2

    p

    Substitusi persamaan terakhir ke dalam persamaan (21) didapat :

    ln 2

    1

    xx =

    21...2

    pNn ln

    2

    1

    xx =

    21....2

    pNp =

    21..2

    N (22)

    C. Getaran Paksa pada Sistem Berderajat Tunggal Terredam (Forced Vibration on Damped SDOF)

    Seperti halnya telah diuraikan dalam bab getaran paksa tak-terredam maka beban paksa dapat

    dalam berbagai bentuk seperti beban konstan yang dikerjakan secara tiba-tiba , beban impulse/

    impak, beban sinusoidal dan gerakan pada tumpuan. Secara umum dapat dituliskan persamaan

    geraknya sebagai berikut :

    Gb.11. Sistem berderajat tunggal terredam dengan gaya eksitasi F(t) = F(0) sin t

    xm . + xc . + xk. = F(t) x + xmc . + x

    mk . = F(0) sin t

    Bila mkp 2 dan

    mcn .2 maka

    x + xn .2 + xp .2 = m

    tF sin)0( (23)

    Penyelesaian persamaan gerak itu dapat diselesaikan melalui persamaan particular dan

    homogeneous. Persamaan particular xp = A sin t + B cos t, sedang persamaan homogeneous

    xh = A sin pt + B cos pt atau xh = C.e-n.t cos (pt-).

    Turunan pertama dan kedua dari persamaan particular menjadi :

    tBtAxp sin.cos. dan tBtAxp cos.sin.22

    x

    xk.)(tFxm .

    xc .

  • 13

    Memasukkan persamaan terakhir ke dalam persamaan (22) diperoleh :

    ( tBtA cos.sin. 22 ) + 2n.( tBtA sin.cos. ) +

    p2. tBtA cos.sin. = m

    tF sin)0(

    tpABnA sin)....2.( 22 + tpBnAB cos)..2..( 22 = m

    tF sin)0(

    Menyamakan ruas kiri dan ruas kanan diperoleh :

    )....2.( 22 pABnA m

    F )0( ).(...2 22 pABnm

    F )0(

    )..2..( 22 pBnAB = 0 ).(.2. 22 pBnA = 0

    Dua persamaan terakhir memberikan : Bn

    pA

    .2)( 22

    . Memasukkan persamaan ini ke dalam

    persamaan sebelumnya didapat : }.4){(

    ..2)0(22222

    2

    nppn

    kFB

    Persamaan particular xp = A sin t + B cos t bisa ditulis juga xp = X sin (t - ) dan hubungan

    diantara keduanya dapat dinyatakan seperti berikut :

    A sin t + B cos t = X sin (t - )

    = X {sin t cos - cos t sin )

    = X sin t cos - X cos t sin

    Menyamakan ruas kiri dan ruas kanan diperoleh :

    A = X cos ; B = X sin A2 + B2 = X 2{cos2 + sin2 } X 2 = A2 + B2

    tan =

    cossin =

    AB =

    ABarc tan

    Memasukkan parameter A dan B ke dalam persamaan X 2 = A2 + B2

    2X =

    222

    .2)( B

    np

    B2 = B2

    1).2(

    )(2

    222

    np

    2X = 222222222

    }.4){()..2()0(

    nppn

    kF

    1).2(

    )(2

    222

    np

    Bila R = 22222 .4)( np

    2X = 222

    2

    2 )..2()0(R

    pnk

    F

    2

    224224

    ).2(.4)..2(

    nnpp

  • 14

    2X =

    2

    2)0(k

    F

    22

    22422424

    ).2.(})2({}2{).2(

    nRnppnp

    2X =

    2

    2)0(k

    F

    222222

    22224

    }.4){()2(}{

    npnpp

    X = 2)0( pk

    F

    22222

    2222

    }).2(){().2()(

    npnp

    =

    kF )0( p2

    }).2(){(1

    2222 np

    Memasukkan n = .p

    X =

    kF )0( p2

    })..2(){(1

    2222 pp bila r

    p

    X =

    kF )0(

    }).2()1{(

    122

    2

    2

    pp

    =

    222 ).2()1(1)0(

    rrkF

    Static Displacement =

    kF )0(

    Dinamic Magnification Factor (DMF) = 222 ).2()1(

    1rr

    (24)

    = ABarc tan =

    2

    1

    1

    .2tan

    p

    p

    =

    2

    1

    1.2tanrr (25)

    Persamaan gerak dari sistem ini xh = C.e-n.t cos (pt - )

    xp = A sin t + B cos t atau X sin (t - )

    x = xh + xp = C.e-n.t cos (pt - ) + X sin (t - )

    = C.e-n.t cos (pt - ) +

    kF )0( . DMF. sin (t - )

  • 15

    Gb.12. Pengaruh redaman pada getaran tetap (steady state)

    Persamaan homogeneous bersifat sementara karena mengandung unsur eksponensial e-n.t

    sehingga persamaan gerak lebih didominan oleh persamaan particular.

    x =

    kF )0( . DMF. sin (t - ) =

    ktF )(sin)0(

    222 ).2()1(1

    rr (26)

    Gb.13. Pengaruh rasio redaman, pada DMF

    Persamaan (26) ini memiliki sifat sebagai berikut . Bila 0 maka r2 0 DMF = 1

    x =

    ktF )(sin)0( .1 simpangan dinamik sama dengan simpangan statik

    Bila >>> p maka r2 DMF = 0

  • 16

    x =

    ktF )(sin)0(

    .0 x 0, sistem hampir-hampir tidak bergerak

    Bila = p maka r2 = 1 DMF = r.2

    1

    x =

    ktF )(sin)0(

    r.21

    simpangan sistem dikendalikan oleh

    rasio redaman , bila 0 maka x akan besar terjadi resonansi.

    Persamaan fase =

    2

    1

    1.2tanrr menunjukkan pula bahwa pada saat :

    0 maka r 0 =

    2

    1

    1.2tanrr = 0tan 1 = 0o

    = p maka r = 1 =

    111.2tan 1 = 1tan = 90o

    >> p maka r =

    1.2tan 1 = 0tan 1 = 180o

    Pada 0 maka tidak ada perbedaan fase antara getaran eksitasi dan getaran respon, tetapi pada

    saat = p maka getaran respon tertinggal = 90o sedang pada >> p maka getaran respon

    tertinggal 180o

    Gb. 14. Pengaruh nilai banding frekuensi (/p) pada beberapa fase ()

    D. Penyaluran Gaya pada Sistem Berderajat Tunggal Terredam (Force Transmissibility on Damped SDOF)

    Gaya yang bekerja pada sistem akan diteruskan ke sistem pendukung/ support melalui pegas dan

    peredam. Seperti sudah diketahui bahwa persamaan simpangan pada sistem berderajat tunggal

    adalah sebagai berikut.

  • 17

    Gb.15. Penyaluran gaya pegas dan peredam

    x =

    kF )0( . DMF. sin (t - ) x = .

    kF )0( . DMF.cos (t - )

    Memasukkan : m = k/p2 ; c = 2p.m. ke dalam persamaan terakhir diperoleh :

    Fd = c. x = (2p.m.) .

    kF )0( DMF.cos (t - ) = 2.p. .

    2pk

    .

    kF )0( DMF.cos (t - )

    Fd = 2.d

    p F(0).DMF.cos (t - )

    Total gaya yang ditransfer :

    Fs + Fd = k.x + c. x = k.

    kF )0( . DMF. sin (t - ) + 2.d

    p F(0).DMF.cos (t - )

    = {F(0). DMF} sin (t - ) + {2.

    p F(0).DMF} cos (t - )

    A sin (t - ) + B cos (t - ) C cos (t - )

    C2 = A2 + B2 C2 = {F(0). DMF}2 + {2.

    p F(0).DMF}2

    Gaya pada tumpuan Fb C Fb = 2

    2 ).0(...2)0(.

    pFDMFFDMF

    Fb = DMF.F(0)2

    .21

    p

    = = DMF.F(0) 2.21 r

    Transmissibility, TR = Fb/F(0) = DMF) 2.21 r dengan DMF = 222 ).2()1(

    1rr

    Sehingga TR = 222

    2

    ).2()1(.21

    rrr

    dengan r =

    p (27)

    xcFd .

    x

    xkFs .)(tFxm .

  • 18

    Bila 0 maka persamaan terakhir menjadi TR = 22 )1(

    1r

    = )1(

    12r

    E. Redaman dan Frekuensi Alami Struktur menggunakan Metode Getaran Paksa Frekuensi Bervariasi (Damping of Structures by Steady State Excitation Method)

    Cara mendapatkan redaman dan frekuensi alami struktur selain melalui metode getaran bebas

    yang kadang sulit dilakukan pada struktur sesungguhnya, maka juga dapat dilakukan melalui cara

    getaran paksa yang frekuensinya divariasikan. Getaran paksa dapat berasal dari massa yang

    berputar pada porosnya (omni direction mechanical vibrator, electrodynamic force generator)

    atau berupa massa yang bergerak translasi yang keduanya oleh karena adanya induksi listrik

    bolak-balik atau berupa gerak hydraulic actuator yang dihasilkan dari kompresi fluida (umumnya

    fluida minyak) di dalam piston.

    Gb.16. Electrodynamic force generator (horizontal and vertical sine, impulse, swept and random waves (Courtesy of APS ELECTRO SIZE)

    (a) (b)

    Gb.17. Mechanical vibrator dan magnetic vibrator (Courtesy of LDS-group)

  • 19

    Penggetar berbasis Eddy Current ada yang memberikan arah putaran / omni direction (Gb.17.a)

    tetapi ada pula yang memberikan arah translasi (Gb.16 dan Gb.17.b). Kelebihan dari tipe

    electrodynamic generator (Gb.16) terletak pada kemampuannya membuat getaran impulse,

    random dan swept. Penggetar yang menggunakan prinsip massa berputar pada porosnya

    (Gb.17.a) memiliki ciri bahwa semakin cepat putaran maka gaya eksitasi yang diakibatkannya

    akan semakin besar pula sesuai dengan persamaan F(t) = m.v2. Oleh karenanya hasil dari respon

    struktur harus dilakukan koreksi (1/v2) untuk mendapatkan amplitudo dan frekuensi resonansi

    yang benar. Semakin rendah frekuensi putarnya akan semakin rendah pula gaya yang

    dihasilkannya dan semakin sulit untuk memutar massa yang relatif besar karena arus AC yang

    rendah memiliki kemampuan torsi rendah pula. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan

    jenis motor gerak berbasis arus DC.

    Penggetar elektrodinamik (Gb.16.a dan Gb.17.b) memiliki kelebihan bahwa gaya yang dihasilkan

    oleh perubahan medan magnet ini masih stabil pada frekuensi rendah. Kelemahannya terletak

    pada ukuran magnet yang besar (berarti massanya besar) bila ingin dihasilkan gaya dinamik yang

    besar. Oleh karena Gaya merupakan fungsi massa dan percepatan, dan percepatan merupakan

    kuadrat fungsi frekuensi (A2) maka untuk mendapatkan gaya yang sama pada frekuensi tinggi

    simpangan yang dihasilkan semakin rendah.

    Penggetar hydraulic beraksi ganda (double acting hydraulic actuator) lebih

    mudah diatur baik pola gaya (harmonik, atau random) maupun

    simpangannya (stroke). Penggetar ini harus dilengkapi dengan kompressor,

    tandon fluida dan alat pembangkit getaran (signal generator dan amplifier).

    Namun demikian akibat dari dari simpangan/ stroke yang besar dalam waktu

    yang lama akan fluida di dalam piston akan menjadi panas, sehingga

    biasanya diperlukan juga alat pendingin. Penggerak tipe ini memerlukan

    tumpuan dengan massa yang juah lebih besar dan lebih kokoh dari pada

    sistem massa yang digetarkan.

    Gb.18. Hydraulic actuator (Courtesy of MTS)

    Bila struktur itu sangat besar sehingga respon struktur oleh alat pembangkit getaran di atas tidak

    dapat direkam oleh transducer pada umumnya maka diperlukan sensor (berbasis kecepatan atau

  • 20

    percepatan) yang lebih peka. Dengan sensor yang lebih peka maka getaran struktur oleh gaya

    gempa kecil atau getaran lingkungan (ambient vibration) dapat direkam dan kemudian dianalisis.

    Fungsi gaya eksitasi F(t) = F(0) sin t saat resonansi yaitu /p = 1 diperoleh hubungan seperti

    berikut

    x =

    kF )0( . DMF. sin (t - ) = dengan DMF =

    222 ).2()1(1

    rr

    DMF = 222 ).2()1(

    1rr

    = .21

    )2(1

    2

    x =

    kF )0(

    .21 (28)

    Bila kekakuan struktur k dan gaya eksitasinya F(0) bisa diukur maka

    kF )0( dapat dihitung.

    Kemudian bila simpangan dinamik bisa diukur di lapangan maka redaman bisa dihitung.

    Kenyataan kekakuan struktur itu tidak mudah diketahui di lapangan sehingga cara ini bisa

    dilakukan pada skala model saja.

    Cara lain dapat pula dilakukan dengan merekam frekuensi eksitasi dan amplitudo secara bertahap

    mulai dari frekuensi rendah kemudian sampai frekuensi tinggi. Cara ini lebih sederhana namun

    juga terbatas pada alat yang dimiliki. Bila struktur itu besar dan kaku maka diperlukan alat yang

    cukup besar untuk menggetarkan struktur itu. Dalam kaitan dengan cara ini ada yang dilakukan

    secara cepat (sweep frequency excitation) dan ada yang dilakukan secara bertahap (steady state

    excitation). Metode ini medasarkan pada prinsip setengah daya (half power method), yang

    artinya redaman dihitung berdasarkan pada saat energi mencapai separuh dari satu siklusnya.

    Pada saat itu amplitudo mencapai 22/1 dari amplitudo saat resonansi (maksimumnya).

    DMF = = .21 xr =

    kF )0(

    .21

    kF )0(

    = 2..xr

    Memasukkan persamaan x = 2)2/1( xr ke dalam persamaan umum

    x =

    kF )0(

    DMF = 2..xr .DMF maka akan diperoleh 2..xr .DMF = [ 2)2/1( ] xr

    = [ 2)4/1( ]/DMF =

    22).2()1( 222 rr

    0)81()()24()( 22222 rr

  • 21

    )221()( 222 r dan )221()( 222 r sehingga = 4

    21

    22 rr (29)

    Bila redaman itu kecil maka redaman dapat ditulis pula = 2

    12 rr

    Contoh -1 :

    Balok dengan berat sendiri diabaikan, diletakkan di atas tumpuan sederhana dengan bentangan

    6m. Ditengah bentangan ada massa sebesar M = 30000 kg, diketahui pula inersia tampang balok

    I = 10-2 m4 dengan modulus elastisitas bahan E = 14.106 kN/m2

    Pertanyaan :

    1. Massa itu dikenai impulse vertikal sebesar 15000 kgm/dt (Newton). Pada saat dikerjakan

    impulse yaitu pada t = 0 balok dalam kondisi diam (x = 0). Berapakah simpangan dan

    kecepatan pada t = 0,45 dt bila frekuensi rotasi sistem p = 32,2 rad/det ? Lihat Gambar A.a.

    2. Bila pada sistem dikerjakan gaya periodik vertikal F(t) = 300 sin 4t kN (lihat Gambar A.b)

    berapakah simpangan dan kecepatan pada t = 0,5 dt bila pada t = 0 simpangan x = 0 ?

    3. Bila gaya periodik F(t) = 200 kN diperkirakan sebagai gaya konstan seperti pada Gambar A.c

    hitunglah simpangan dan kecepatan pada saat t = 0,5 dt (bandingkan hasil hitungan dengan

    jawaban 2)

    Gb.A. Sistem Berderajat Tunggal

    Jawab : 1. px = 0

    hx = A sin t + B cos t dapat pula ditulis

    hx = C cos (pt + ) )(cos ptCxxx hp

    x = -C.p sin (pt + )

    Saat t = 0 maka x = 0, 0 = -C cos

    C 0 = 90o = /2

    Saat t = 0 maka x = I/m I/m = -C.p sin (0 + /2) sin /2 = 1

    C = -I/(m.p) = -15.000/(32,2 .30000) = -0,01552 m

    3m 3m

    M a)

    b)

    c)

    0,25 0,50

    dt

    300 kN

    0 0,45 dt

    15000 N

    t=0,25 0,50

    dt

    200 kN

  • 22

    Simpangan pada saat t = 0,45 dt

    x = C cos (pt + ) = -0,01552 cos (32,2.0,45 + /2) = 0,0145 m

    Kecepatan pada saat t = 0,45 dt

    x = -C.p sin (pt + ) = 0,01552.32,2.sin (32,2.0,45 + /2) = -0,1724 m/dt

    2. x = C cos (pt + ) + )(

    sin)(22

    pm

    ttF

    x = C cos (pt + ) + })4(2,32{30000

    4sin10.30022

    3

    t= C cos (pt + ) + 0,0113.sin 4t

    Pada saat t = 0 maka x = 0

    0 = C cos (0 + ) C 0 = 90o = /2

    Persamaan kecepatan merupakan turunan dari persamaan simpangan :

    x = -C.p sin (pt + /2) + 0,0113.( 4 ).cos 4t

    Pada saat t = 0 maka x = 0

    0 = -C.32,2 sin (/2) + 0,0113.( 4 ).cos 0 = - 32,2.C.1 + 0,142

    C = 0,142/32,2 = 4,41.10-3 m

    Simpangan pada saat t = 0,5 dt

    x = C cos (pt + ) + 0,0113.sin 4t = = 4,41.10-3 cos (32,2.0,5 + /2) + 0,0113.sin (4.0,5)

    x = 4,41.10-3 cos (17,67) + 0,0113.sin (6,283) = 1,681.10-3 m Kecepatan pada saat t = 0,5 dt

    x = -4,41.10-3 .32,2 sin (32,2.0,5 + /2) + 0,0113.( 4 ).cos 4.0,5

    x = 0,13122 + 0,142 = 0,2732 m/dt

    3. k = m.p2 = 30000.(32,2)2 = 31105,2.103

    x = C cos (pt + ) + k

    F )0( = C cos (pt + ) + 33

    31105,2.1010.200

    x = C cos (pt + ) + 6,4297.10-3

    Pada saat t = 0 maka x = 0

    0 = C cos (0 + ) + 6,4297.10-3 C = cos

    10.4297,6 3

    Persamaan kecepatan merupakan turunan dari persamaan simpangan :

    x = - C.p sin (pt + )

    Pada saat t = 0 maka x = 0

    0 = - 32,2.C sin (0 + ) 0 = - 32,2. cos

    10.4297,6 3sin

  • 23

    0 = 0,207 tan = 0 C = cos

    10.4297,6 3 = - 6,4297.10-3

    Persamaan simpangan :

    x = C cos (pt + ) + 6,4297.10-3

    x = - 6,4297.10-3 cos (32,2.t) + 6,4297.10-3

    Pada saat 0,25 dt sistem telah mengalami perubahan gaya. Perubahan gaya eksitasi dari 200

    kN menjadi 200 kN berlangsung sampai 0,5 dt. Jadi gaya eksitasi -200 kN hanya menjalani

    waktu 0,25 dt sampai dengan t = 0,5 dt.(lihat Gambar I.c)

    25,0x = - 6,4297.10-3 cos (32,2.0,25) + 6,4297.10-3 = 7,682.10-3 m

    25,0x = - C.p sin (pt) = - 6,4297.10-3 .32,2.sin (32,2.0,25) = 0,2030 m/dt

    Contoh 2 :

    Mesin berputar pada 2400 r.p.m, gaya tak berimbang pada putaran tersebut sebesar 5 kN. Bila

    massa mesin 10.000 kg, berapakah kekakuan struktur fondasi agar gaya yang ditransfer hanya 0,4

    kN bila redaman dapat dianggap sangat kecil = 0% ?

    Jawab :

    f = 2400/ 60 = 40 c.p.s = 40 Hz = 2f = 2..40 = 80 radian/detik

    TR = 0,4/5 = 0,08 0,08 = )1(

    12r

    r2 = abs (1-12,5) r = 3,39

    Bila frekuensi eksitasi = 80 = 251,2 rad/dt

    p = 3,39 p = 74,4 rad/dt

    P2 =

    mk massa , k = p2 .m = 74,42. 10000 = 54567000 N/m = 54567 kN/m

    Contoh 3 :

    Bila hasil suatu eksperimen dengan getarn bebas (free vibration) mendapati x1 dan x2 berturut

    turut sebesar 1,5 mm dan 0,3 mm pada rentang amplitudo sebanyak 6 siklus (N = 6), berapakah

    rasio redaman ?

    Jawab :

    ln

    2

    1

    xx =

    21..2

    N ln

    3,05,1 = 1,609 1,609 =

    216..2

    Dari persamaan kuadrat diperoleh : = 0,0426 = 4,26 %

  • 24

    Bila redaman bisa dianggap kecil maka persamaan (c) menjadi 1,609 = 12.. sehingga =

    1,609/(12.) = 0,0427 4,27 % (pengabaian 21 tidak memberikan hasil yang berarti)

    Contoh 4 :

    Suatu motor penggetar memberikan gaya imbalance 0,09 kN pada saat resonansi. Simpangan

    dinamik pada saat resonan itu diukur sebesar 0,18 mm. Bila kekakuan struktur 3000 N/m

    berapakah redaman struktur itu ?

    xstatik =

    ktF )( =

    300010.09,0 3 = 0,03 mm xdinamik = xstatik.DMF 0,18 = 0,03.DMF

    DMF = 6 6 = .21 = 1/12 = 0,0833 = 8,33%

    Contoh 5 :

    Lendutan saat resonansi sebesar A = 1,45 mm yaitu pada frekuensi fr = 20 Hz. Pada amplitudo

    A/2 diperoleh frekuensi f2 dan f1 sebesar 20,4 Hz dan 19,5 Hz. Hitunglah redamannya !!

    r1 = f1 / fr = 19,5/20 = 0,975 dan r2 = f2 / fr = 20,4/20 = 1,02

    = 2

    12 rr = 2

    975,002,1 = 0,0224 = 2,24 %

    F. Penyelesaian Persamaan Matriks dengan Menggunakan Metode Pendekatan Kekakuan pada Sistem Berderajat Satu Takterredam (Undamped SDOF by Stiffness Approach)

    Kekakuan dengan mudah dapat dilihat dari nilai banding antara gaya dan lendutan yang terjadi.

    Namun demikian dalam kenyataan tidak semua struktur dapat didorong atau lendutan dapat

    diamati dengan mudah. Problem utama dalam penentuan karakteristik dinamik secara teoritik

    terletak pada penentuan kekakuan struktur secara sistem. Metode pendekatan kekakuan (stiffness

    approach) umumnya digunakan untuk struktur statika tak tentu (indeterminate) namun dapat pula

    digunakan untuk penghitungan statika tertentu (determinate).

    Bila ujung batang disimpangkan tegak lurus sumbunya akan menimbulkan momen sebanding

    lurus dengan simpangannya, inersia dan modulus elastisitasnya, tetapi berbanding terbalik

    P

    Gb.19. Kekakuan dari batang

    kantilever, k = P/

  • 25

    dengan bentangannya. Bila kedua ujung dikekang sempurna dan salah satu ujungnya

    disimpangkan tegak lurus sumbu batang sebesar maka akan menimbulkan momen :

    LEIMM CBBC

    ..6 (30)

    Bila salah satu ujung yang dikekang sempurna diberi simpangan tegak lurus sumbu batangnya

    sebesar tetapi ujung yang lain dibiarkan tertumpu oleh sendi/ roll maka akan menimbulkan

    momen :

    LEIM BC

    ..3 (31)

    Bila salah satu ujung batang diberi momen dan ujung yang lain dibiarkan ditumpu oleh roll atau

    sendi maka hubungan antara sudut dan momen seperti berikut :

    EILM BC

    B .3.

    L

    EIM BBC..3

    (32)

    Bila kedua ujung itu diberi momen maka hubungan sudut dan momen akan seperti berikut :

    EILM

    EILM CBBC

    B .6.

    .3.

    (33)

    EILM

    EILM BCCB

    C .6.

    .3.

    (34)

    Mensubstitusikan persamaan (33) dan (34) akan diperoleh persamaan baru

    MBC

    MBC

    MCB

    MBC

    B

    B

    MBC

    MCB

    C

    Gb.20. Momen oleh sebab simpangan (jepit-jepit)

    Gb.21. Momen oleh sebab simpangan (jepit-sendi)

    Gb.22. Momen oleh sebab puntiran (jepit-sendi)

    Gb.23. Momen oleh sebab puntiran (jepit-jepit)

    L

    L

    L

    L

  • 26

    BCBCCB LEI

    LEI

    LEIM .2.2..2..4 (35)

    CBCBBC LEI

    LEI

    LEIM .2.2..2..4 (36)

    Mensubstitusikan persamaan (30) ke dalam persamaan (35) dan persamaan (31) ke dalam

    persamaan (36) dapat diperoleh persamaan umum seperti berikut ini.

    Untuk ujung terkekang :

    LLEIM CBBC

    .3.2.2 (37)

    Untuk ujung sendi/roll :

    LLEIM BBC

    .3 (38)

    Tanda positif bila oleh gaya lateral itu menyebabkan ujung kanan lebih rendah dari pada ujung

    kiri (sumbu batang itu dilihat secara horisontal), dan sebaliknya. Contoh dalam Gb.30 dan Gb.31

    di atas menunjukkan negatif. Menggunakan persamaan (37) dan (38) dapat dihitung momen

    primer (fixed end moment) dan faktor distribusi. Pendistribusian momen dapat dilakukan dengan

    menggunakan berbagai cara, diantaranya cara Hardy Cross. Setelah momen terdistribusi maka

    keseimbangan gaya pada sekitar gaya W (yang menyebabkan momen primer) dapat dihitung,

    sehingga kekakuan struktur dapat diketahui dari persamaan keseimbangan. Untuk memudahkan

    penghitungan gaya geser perlu disepakati bahwa momen pada ujung batang yang ditinjau selalu

    berarah ke kanan dan gaya geser dibuat sedemikian sehingga perkalian gaya dan lengan

    menghasilkan arah yang berlawanan dengan arah momennya.

    Contoh 6 :

    Hitunglah kekakuan struktur balok struktur statik tak tentu di bawah ini bila arah goyangan massa

    sebesar = m itu vertikal (ke atas dan ke bawah).

    Gb. B. Sistem berderajat tunggal getaran bebas

    L L L

    EI EI EI

    A B

    C D

  • 27

    Momen primer (fixed end moment) :

    2..3

    LEIM FBA

    2..6

    LEIMM FCB

    FBC

    Misal RL

    EI2

    .

    RM FBA 3

    RM FBC 6 Faktor distribusi :

    LEIM BRBA

    ..3 428,0

    433

    BADF

    LEIM BRBC

    ..4 572,0

    434

    BCDF

    LEIM CRCB

    ..4

    21

    CBDF

    LEI

    M CRCD..4

    21

    CDDF

    Tabel B-1. Distribusi momen

    B C D

    BA BC CB CD DC 0.428 0.572 0.5 0.5

    -3.0R 6.0R 6.0R

    -1.284R -1.716R -0.858R

    -1.29R -2.57R -2.57R -1.29R

    0.55R 0.74R

    -3.73R 3.73R 2.57R -2.57R -1.29R

    Gb.B.b. Keseimbangan gaya dalam

    MBA MBC

    MCB

    VBA VBC

    W

    MBA

    MBC

    MCB

    Gb.B.a. Momen primer

  • 28

    MA = 0 0. LVM BABA LMV BABA = -3,73.R/L

    MC = 0 0. LVMM CBCBBC LMMV CBBCCB

    = (3,73+2,57).R/L

    = 6,3.R/L Persamaan keseimbangan gaya di titik B : W + VBA VBC = 0

    0/.3,6/.73,3 LRLRW 0/.03,10 LRW 0..03,10 3 LEIW

    3.03,10/ LEIWk

    G. Penyelesaian Persamaan Matriks dengan Menggunakan Metode Pendekatan Fleksibilitas pada Sistem Berderajat Satu Takterredam (Undamped SDOF by Flexibility Approach)

    Cara ini hanya diperuntukkan bagi struktur statik tertentu (determinate). Flexibility merupakan

    kebalikan dari stiffness jadi persamaan k = P/ F = 1/k = / P F.P = . Lendutan

    merupakan perkalian antara luasan momen oleh gaya 1 satuan pada arah goyangan yang ditinjau

    dan luasan momen oleh massa W pada arah goyangan yang ditinjau.

    sEIMm

    EIM .

    (39)

    dengan :

    m = momen statik oleh beban 1 satuan pada arah yg ditinjau

    M = momen statik oleh beban W pada arah yg ditinjau

    Contoh - 7 :

    Bila EI semua batang sama pada sistem struktur sederhana, hitunglah kekakuan struktur tersebut

    di bawah ini

    xmMEI

    xmMEI

    L

    xx

    L

    xx ..1..1

    2

    00

    xxEIWxx

    EIW LL

    ..9.1.

    .9.4 2

    0

    2

    0

    2 LL

    xEIWx

    EIW 2

    0

    3

    0

    3

    31

    .9

    .131

    .9.4

    EILW

    EILW

    EILW

    .27..12

    .27..8

    .27..4 333

    WF. EILF

    .27.12 3

    3.12.27//1

    LEIWFk

  • 29

    Contoh - 8 :

    Struktur portal sederhana seperti gambar di bawah, EI semua batang dianggap sama, hitunglah

    fleksibilitas strukturnya.

    xmMEI

    xmMEI

    L

    xx

    L

    xx ..1..1

    2

    00

    xxEIWxx

    EIW LL

    ..1..4

    2

    0

    2

    0

    2

    2L L

    W 1

    W 1

    2 2W

    Mx=W.x mx=1.x

    Mx=2W.x mx=2.x

    x x

    x x

    Gb.D. Portal sederhana getaran bebas takterredam

    2L L

    2L L

    W

    2W/3 1W/3

    2L L

    1

    2/3 1/3 mx=2.x/3

    x

    Mx=2W.x/3

    mx=1.x/3 x

    Mx=W.x/3

    Gb.C. Sistem berderajat tunggal getaran bebas

    B

    A

    C

  • 30

    LL

    xEIWx

    EIW 2

    0

    3

    0

    3

    31.1

    31.4

    EI

    LWEI

    LWEI

    LW.3

    ..12.3

    ..8.3

    ..4 333

    3.4./

    LEIWk

    Contoh - 9 :

    Mirip dengan contoh - 8, tetapi batang horisontal dibuat sangat kaku (EI sangat besar)

    xmMEI

    L

    xx ..1 2

    0

    xxEIW L

    ..1 2

    0

    2

    L

    xEIW 2

    0

    3

    31.1

    EILW

    .3..8 3

    3.8..3/

    LEIWk

    Contoh - 10 :

    Mirip dengan contoh - 9, tetapi kolom sisi bawah dijepit. Karena struktur statik tak tentu maka

    penyelesaian menggunakan metode stiffness

    Momen jepit :

    22 .2..3

    )2(..6

    LEI

    LEIMM FAB

    FBA

    Misal RL

    EI2

    . RMM FABFBA 5,1

    Faktor distribusi :

    LEI

    LEIM BBRBA

    ..2).2(

    ..4 4,0

    322

    BADF

    LEIM BRBC

    ..3 6,0

    323

    BCDF

    MA = 0 02. LVMM BAABBA

    W

    B C

    A

    W 1

    W 1

    2 2W

    Mx=W.x mx=1.x

    Mx=2W.x mx=2.x

    x x

    Gb.E. Portal sederhana balok sangat kaku getaran bebas

    Gb.F. Portal sederhana balok fleksibel

  • 31

    LMMV ABBABA 2

    = -1,05.R/L

    A B

    AB BA BC

    0.4 0.6

    -1.50R -1.50R

    0.30R 0.60R 0.90R

    -1.20R -0.90R 0.90R

    Persamaan keseimbangan gaya di titik B : W + VBA = 0

    0/.05,1 LRW LRW /.05,1 3..05,1

    LEIW

    3.05,1/ LEIWk

    H. Sistem Berderajat Banyak Takterredam - Getaran Bebas (Free Vibration of Undamped MDOF)

    Untuk menjabarkan persamaan sistem berderajat banyak di bawah ini akan dilakukan untuk

    sistem berderajat dua karena alasan kemudahan dalam proses perhitungan matriks secara manual.

    Gb. 24. Sistem berderajat dua takterredam oleh getaran bebas

    Keseimbangan pada massa m1 :

    11.xm = ).( 122 xxk - ).( 11 xk

    11.xm = 11222 )(. xkkxk 11.xm + 22112 .)( xkxkk = 0 (40)

    Keseimbangan pada massa m2 :

    x1 X2

    1k 2k

    W

    VBA

    VAB

    VBA

    MBA

    MAB

    m1 m2

    11.xk11.xm 22 .xm ).( 122 xxk

    ).( 122 xxk

  • 32

    22 .xm + ).( 122 xxk = 0

    22 .xm + 1222 .. xkxk = 0 (41)

    Substitusi kedua persamaan (40) dan (41) di atas diperoleh persamaan matriks di bawah ini

    2

    1

    2

    1

    0

    0xx

    m

    m

    +

    2

    1

    22

    221 )(xx

    kkkkk

    = 0 (42)

    xM + xK = 0 M = matriks massa, biasanya matrik diagonal K = matriks kekakuan, biasanya matrik simetri x = vektor percepatan x = vektor simpangan Penyelesaian persamaan diferensial diperoleh dengan memasukkan persamaan particular, xp = 0

    dan persamaan homogeneous, x1h = )(cos.1 ptX dan x2h = )(cos.2 ptX . Karena x = xp +

    xh dan xp = 0, maka selanjutnya x1h ditulis x1 dan x2h ditulis x2

    Turunan pertama dan kedua dari dua persamaan terakhir didapat :

    1x = )(sin.1 ptX hx1 = = )(cos..2

    1 ptpX

    2x = )(sin.2 ptX hx2 = = )(cos..2

    2 ptpX

    Memasukkan persamaan turunan kedua ke dalam persamaan (28) dan (29) didapat :

    11.xm + 22112 .)( XkXkk = 0 2

    11 .. pXm + 22112 .)( xkxkk = 0

    22.xm + 1222 .. xkxk = 0 .. 22 Xm + 1222 .. XkXk = 0

    Bentuk matriks dua persamaan terakhir sebagai berikut

    2

    1

    2

    12

    0

    0xx

    m

    mp +

    2

    1

    22

    221 )(xx

    kkkkk

    = 0

    2

    1

    2

    12

    0

    0xx

    m

    mp +

    2

    1

    2221

    1211

    xx

    KKKK

    = 0

    xMp2 + xK = 0 KMp 2 x = 0 perkalian sama dengan nol berarti KMp 2 = 0 tetapi x 0, persamaan sama dengan nol (=0) maka determinan dari

    persamaan itu juga sama dengan nol (=0)

    MpK 2 = 0

  • 33

    2221

    1211

    KKKK

    2

    12

    0

    0

    m

    mp = 0

    ).().(

    22

    2221

    1212

    11

    mpKKKmpK

    = 0 (43)

    ).( 12

    11 mpK ).( 22

    22 mpK - ))(( 2112 KK = 0

    ))(( 1211 KK - )..( 22

    11 mpK - )..( 12

    22 mpK + )..( 214 mmp - ))(( 2112 KK = 0

    421 )..( pmm -

    2122211 )...( pmKmK - { ))(( 2112 KK - ))(( 1211 KK } = 0

    Contoh 11 :

    Sistem seperti dalam Gb.24, struktur memiliki massa = m1 dan m2 berturut-turut 5000 kg dan

    10000 kg. Bila massa m2 ditarik ke kanan sebesar x2 maka massa di m1 akan tertarik sebesar x1.

    Bila k1 dan k2 berturut-turut 100 kN/m dan 150 kN/m. Hitunglah frekuensi alami ke-1 dan ke-2.

    421 )..( pmm -

    2122211 )...( pmKmK - { ))(( 2112 KK - ))(( 1211 KK } = 0

    4).10000.5000( p - 233 ).5000.10.15010000.10).150100{( p - { 610).150)(150( - 33 10).150.(10).150100( } = 0

    5.107.p4 3,25.109.p2 + 1,5.1010 = 0 5.p4 325.p2 + 1500 = 0

    (p2)12 = 5.2

    1500.5.4325325 2 = 10

    75625325

    (p2)1 = 50/10 = 5 p1 = 5 = 2,236 rad/dt dan

    (p2)2 = 600/10 = 60 p2 = 60 = 7,746 rad/dt

    Penyelesaian nilai frekuensi di atas dinamakan penyelesaian Eigen Value dan jumlah Eigen

    Value bergantung pada derajat kebebasan sistem.

    Untuk mendapatkan pola getaran dari sistem berderajat dua di atas dilakukan substitusi

    persamaan berikut :

    x1 = )(cos.1 ptX diubah menjadi x1 = )(cos. 1111 tpX + )(cos. 2212 tpX

    x2 = )(cos.2 ptX diubah menjadi x2 = )(cos. 1121 tpX + )(cos. 2222 tpX

    2

    1

    xx

    =

    2221

    1211

    XXXX

    )(cos)(cos

    22

    11

    tptp

    Untuk mendapatkan nilai 11X , 12X , 21X , 22X , 1 dan 2 dilakukan penyelesaian persamaan (31) berikut :

  • 34

    2

    1

    2221

    1211

    xx

    KKKK

    2

    1

    2

    12

    0

    0xx

    m

    mp = 0

    ).().(

    22

    2221

    1212

    11

    mpKKKmpK

    2

    1

    xx

    = 0

    222

    22121

    212112

    11

    .)..(...).(xmpKxKxKxmpK

    = 0

    212112

    11 ..).( xKxmpK = 0 112

    12

    112

    ).( xK

    mpKx (44)

    atau

    0)..(. 222

    22121 xmpKxK 12

    222

    212 ).(

    xmpK

    Kx

    (45)

    Persamaaan (44) dan (45) merupakan pola arah dari getaran itu, dan disebut Eigen Vector

    Contoh 12 :

    Gambarlah pola getaran dari contoh 11 (Gb.24) dan juga persamaan gerak yang sesungguhnya

    bila diketahui p1 = 2,236 rad/dt, p2 = 7,746 rad/dt pada saat t = 0 x1 = 0,02 m dan 01 x ,

    demikian pula pada saat t = 0 x2 = 0,01 m dan 02 x ?

    22

    221 )(kkkkk

    =

    2221

    1211

    KKKK

    Untuk p = p1 p2 = p12 = 5

    111 Xx dan 212 Xx

    Bila 1111 CXx persamaan (33) menjadi

    12

    222

    21212 ).(

    CmpK

    KXx

    133

    )10000.510.150(10).150( C

    = 1,5 C1

    2

    1

    xx

    =

    1

    1

    5,1 CC

    Dengan cara serupa dapat pula diturunkan persamaan :

    121 Xx dan 222 Xx Untuk p = p2 p2 = p22 = 60

    Gb.G di bawah ini menunjukkan pola getaran yang disebut mode shape dari sistem berderajat

    dua. Pola pertama (first mode) menunjukkan arah gerakan yang sama untuk kedua massa itu,

    sedang pola kedua (second mode) menunjukkan arah yang berlawanan.

  • 35

    Gb.G. Pola getaran sistem berderajat dua takterredam

    Bila 2221 CXx persamaan (33) menjadi

    22

    222

    21222 ).(

    CmpK

    KXx

    233

    )10000.6010.150(10).150( C

    = - 0,333 C2

    2

    1

    xx

    =

    2

    2

    333,0 CC

    Dari persamaaan (34) dan (35) didapatkan :

    2

    1

    xx

    =

    2221

    1211

    XXXX

    )(cos)(cos

    22

    11

    tptp

    2

    1

    xx

    =

    21

    21

    333,0.5,1 CCCC

    )(cos)(cos

    22

    11

    tptp

    Parameter C1, C2, 1, 2 dapat ditetapkan melalui kondisi batas. Persamaan terakhir sering ditulis

    seperti berikut :

    2

    1

    xx

    = 21 EE

    )(cos)(cos

    22

    11

    tptp

    x2 =1,5C2 x1 =C1

    x2 = -0,333C2 x1 =C1

  • 36

    x1 = )(cos. 1111 tpX + )(cos. 2212 tpX ; x2 = )(cos. 1121 tpX + )(cos. 2222 tpX

    x1 = )(cos. 111 tpC + )(cos. 222 tpC (a)

    x2 = )(cos..5,1 111 tpC )(cos..33,0 222 tpC (b)

    1x = )(sin.. 1111 tppC )(cos. 2222 tppC (c)

    2x = )(sin..5,1 1111 tppC )(sin..33,0 2222 tppC (d)

    Memasukkan kondisi batas ke dalam persamaan (36) ,(37), (38) dan (39)

    0,02 = )(cos. 11 C + )(cos. 22 C (e)

    0,01 = )(cos..5,1 11 C )(cos..33,0 22 C (f)

    0 = )(sin.236,2. 11 C )(cos746,7. 22 C (g)

    0 = )(sin236,2..5,1 11 C )(sin746,7..33,0 22 C (h)

    Bila persamaan (h) dibagi dengan 1,5 dan kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan (g)

    didapat :

    0 = 0 9,465.C2 sin 2 2 = 0

    Memmasukkan 2 = 0 ke dalam persamaan (c) menjadi

    0 = 2,236.C1 sin 1 0 1 = 0 Menstutisusikan 1 = 0 dan 2 = 0 ke dalam persamaan (a) dan (b)

    0,02 = C1 + C2

    0,01 = 1,5 C1 0,333 C2

    Dua persamaan terakhir menghasilkan C1 = 0,00909 dan C2 = 0,01091

    Persamaan gerak dari sistem berderajat dua itu menjadi :

    x1 = ).236,2(cos.00909,0 t + ).746,7(cos.01091,0 t (i)

    x2 = ).236,2(cos.00909,0.5,1 t ).746,7(cos.01091,0.33,0 t (j)

    Menggunakan persamaan terakhir dapat dihitung simpangan sistem pada berbagai waktu (t).

    I. Penyelesaian Persamaan Matriks dengan Menggunakan Metode Pendekatan Kekakuan pada Sistem Berderajat Banyak Takterredam (Free Vibration of Undamped MDOF Stiffmess Approach)

    Cara lain untuk menjelaskan persamaan gerak dinamika

    struktur dapat pula dilakukan dengan metode kekakuan.

    Seperti diketahui bahwa kekakuan merupakan fungsi dari

    gaya dibagi dengan simpangan pada arah gaya itu (K =

    P

    P = K.

  • 37

    P/).

    Prosedur pembentukan persamaan dilakukan dengan menahan semua posisi massa, kemudian

    pada sebuah massa diberikan gaya (P) yang akan menyebabkan simpangan sebesar () pada arah

    yang sama dengan (P). Oleh gaya (P) tersebut pada massa lain terjadi reaksi keseimbangan gaya-

    gaya dalam. Dengan cara serupa gaya luar (P) itu diberikan secara bergantian sehingga hubungan

    gaya dan simpangan pada masing-masing massa diperoleh dan dengan demikian matriks

    hubungan gaya, kekakuan dan simpangan dapat dibentuk. Metode ini sesuai untuk sistem

    berderajat banyak (statika tak tentu/ indeterminate structure). Di bawah ini dijelaskan bagaimana

    persamaan matriks kekakuan dari sistem berderajat dua diturunkan.

    P = K . untuk sistem berderajat banyak diperoleh matriks [P] = [K].{}

    Gb.25. Gaya P11 dikenakan pada m1 sementara m2 ditahan

    Gb.26. Gaya P22 dikenakan pada m2 sementara m1 ditahan

    P11 = gaya pada titik 1 oleh perubahan simpangan sebesar 1 di massa m1

    P21 = gaya pada titik 2 oleh perubahan simpangan sebesar 1 di massa m1

    P22 = gaya pada titik 2 oleh perubahan simpangan sebesar 2 di massa m2 P12 = gaya pada titik 1 oleh perubahan simpangan sebesar 2 di massa m2

    Pada massa-1 dari Gb.21 terdapat persamaan keseimbangan : P11 = k1. 1+ k2. 1 Pada massa-2 dari Gb.21 terdapat persamaan keseimbangan : P21 = - k2. 1

    Pada massa-1 dari Gb.22 terdapat persamaan keseimbangan : P12 = - k2. 2 Pada massa-2 dari Gb.22 terdapat persamaan keseimbangan : P22 = k2. 2

    Dari ke empat persamaan dapat dibentuk matrik seperti berikut di bawah ini :

    P21

    1k 2k1

    P11 11.k 21.k 21.k

    m2 m1

    2k1k

    P12

    2

    P22 22 .k 22 .k

    m2 m1

  • 38

    2221

    1211

    PPPP

    =

    22

    221 )(kkkkk

    2

    1

    Karena matriks kekakuan selalu simetrik pada K12 = K21 maka dalam perhitungan selanjutnya

    maka hitungan kekakuan cukup dihitung K11 , K22 , dan K12 atau K21

    Contoh - 13 :

    Hitunglah kekakuan struktur di atas bila arah goyangan massa mB = 10 ton dan mD = 5 ton itu ke

    atas dan ke bawah saja, EI = 42.000 kN/m2, L = 3m.

    Gb.H. Sistem berderajat dua, getaran bebas.

    Titik D ditahan dan titik B diberi gaya ke bawah PBB Momen jepit :

    RL

    EIM BFBA 2..3 dengan 2

    ..3L

    EIR B

    RLEIMM FCB

    FBC 2

    ..62

    Faktor distribusi :

    LEIM BRBA

    ..3 428,0

    433

    BADF

    LEIM BRBC

    ..4 572,0

    434

    BCDF

    LEI

    M CRCB..4

    572,0CBDF

    LEIM CRCD

    ..3 428,0CDDF

    MA = 0 0. LVM BABA LMV BABA = -0,406.R

    MC = 0 0. LVMM BCCBBC LMMV CBBCBC

    = (1,218+0,740).R/L

    = 0,652.R

    MD = 0 0. LVM CDCD LMV CDCD = -0,264.R

    L L L

    EI EI EI

    A B

    C D

    MBA

    MBC

    MCB

    Gb.H.a. Momen primer

  • 39

    Tabel 2. Distribusi momen ke-1

    B C BA BC CB CD

    0.428 0.572 0.572 0.428

    -1.0R 2.0R 2.0R

    -0.428R -0.572R -0.286R

    -0.490R -0.980R -0.733R

    0.209R 0.280R 0.140R

    -0.080R -0.060R

    -1.218R 1.218R 0.790R -0.793R

    Gb.H.b. Keseimbangan gaya dalam

    Persamaan keseimbangan gaya di titik B :

    PBB + VBA VBC = 0

    0.652,0406,0 RRPBB 0.06,1 RPBB RPBB .06,1 = 14812.B Persamaan keseimbangan gaya di titik D :

    PDB + VDC = 0

    0.264,0 RPDB RPDB .264,0 = 3700.B

    BDB

    BB

    PP

    370014812

    Titik B ditahan dan titik D diberi gaya ke bawah PDD Momen jepit :

    RL

    EIM DFCD 2..3 dengan 2

    ..3L

    EIR D

    0 FCBFBC MM

    Faktor distribusi :

    MBA MBC

    MCB

    VBA VBC

    PBB MCD PDB

    VCD VDC

    MCD

  • 40

    LEIM CRCD

    ..3 428,0

    433

    CDADF

    LEI

    M CRCB..4

    572,043

    4

    CBDF

    LEIM BRBC

    ..4 572,0BCDF

    LEIM BRBA

    ..3 428,0BADF

    Tabel 3. Distribusi momen ke-2

    B C

    BA BC CB CD 0.428 0.572 0.572 0.428

    -1.0R

    +0.286R +0.572R +0.428R

    -0.122R -0.164R -0.082R

    +0.024R +0,047R +0.035R

    -0.010R -0.013R

    -0.132R 0.133R 0.537R -0.537R

    Gb. H.c. Keseimbangan gaya dalam

    MA = 0 0. LVM BABA LMV BABA = -0,044.R

    MC = 0 0. LVMM BCCBBC LMMV CBBCBC

    = (0,133+0,537).R

    = 0,223.R

    MD = 0 0. LVM CDCD LMV CDCD = -0,179.R

    Persamaan keseimbangan gaya di titik B : PBD + VBA VBC = 0

    0.223,0044,0 RRPBD 0.267,0 RPBD RPBD .267,0 = 3738.B

    MBA MBC

    MCB

    VBA VBC

    PBD MCD PDD

    VCD VDC

  • 41

    Persamaan keseimbangan gaya di titik D : PDB + VDC = 0

    0.179,0 RPDD RPDD .179,0 = 3700.B

    BDD

    BD

    PP

    25063700

    Dari hasil tersebut dapat diperoleh matrik kekakuan [P]=[K].{}

    D

    B

    DDDB

    BDBB

    PPPP

    25063700370014812

    [K]-p2[M]=0

    050000010000

    25063700370014812

    10 23

    p

    0).500010.2506(10.3700

    10.3700).1000010.14812(233

    323

    pp

    Determinan dari matrik 2 x 2 :

    010.3700).500010.2506)(.1000010.14812( 622323 pp

    06.1708}{ 2,12 p dtradp /32,4106.17082 f2= p2=/(2.) = 6,58 Hz

    33,274}{ 2,12 p dtradp /56,1633,2741 f1= p1=/(2.) = 2,64 Hz

    J. Penyelesaian Persamaan Matriks dengan Menggunakan Metode Pendekatan Fleksibilitas - Sistem Berderajat Banyak Takterredam (Undamped MDOF by Flexibility Approach)

    [ K p2.M]{ x } = 0 xMpxK ... 2 = 0 bila F = K-1 0...]..[ 211 xMpKxKK

    0..].1[ 12 xMKx

    p bila 2

    2 1p

    0...2 xMFx 0}].{.[ 2 xMF

    = F.P

    2

    1

    2221

    1211

    2

    1

    PP

    FFFF

    = . E = ( /L). E (P/A) = ( /L). E

  • 42

    Gb. 27. Penyelesaian matriks MDOF dengan metode fleksibilitas

    PAE

    LAELP .

    ...

    dengan ..AELF

    1211

    12

    11221221 ...

    ...

    ....... PFP

    AELpp

    AELPpp

    AELPpp

    2222

    22

    22222222 ...

    ...

    ....... PFP

    AELpp

    AELPpp

    AELPpp

    1111

    11

    11111111 ...

    ...

    ....... PFP

    AELpp

    AELPpp

    AELPpp

    AELpp

    AELpp

    AELpp

    AELpp

    FFFF

    ...

    ...

    ....

    ...

    22

    12

    21

    11

    2221

    1211 (46)

    Metode pendekatan fleksibilitas ini cocok untuk penyelesaian struktur rangka batang (truss)

    Contoh 15 :

    Bila dalam Gb.27 diketahui L/EA batang AB = 0,0100 sedang L/EA batang BC = 0,0067,

    hitunglah matriks fleksibilitas sistem itu !

    1 sat di

    m1 p1

    1 sat di

    m2 p2 L/EA p1.p1.L/EA p1.p2.L/EA p2.p2.L/EA

    AB 1 1 0,0100 0,0100 0,0100 0,0100

    BC 0 1 0,0067 0 0 0,0067

    Jumlah 0,0100 0,0100 0,0167

    F11 F12=F21 F22

    A B C

    1 1 p2

    1 1

    1 1 p1

    1

    1

    m1 m2

  • 43

    0167,00001,00100,00001,0

    2221

    1211

    FFFF

    Contoh - 16 :

    Sistem seperti dalam contoh - 11, massa m1 dan m2 berturut-turut 5000 kg dan 10000 kg. Bila

    massa m2 ditarik ke kanan sebesar x2 maka massa di m1 akan tertarik sebesar x1. Bila k1 dan k2

    berturut-turut 100 kN/m dan 150 kN/m. Hitunglah frekuensi alami ke-1 dan ke-2.

    2221

    1211

    KKKK

    K =

    22

    221

    kkkkk

    =

    150150150250

    103

    F = K-1=

    66,11

    1110 5

    F.M 2 = 0

    66,11

    1110 5

    10000005000

    -

    2

    2

    00

    = 0

    1660005000100005000

    10 5 -

    2

    2

    00

    = 0

    66,1050,010,0050,0

    -

    2

    2

    00

    = 0

    (0,05 - 2)(1,66 - 2) 0,1.0,05 = 0 (2)2 0,216.2 + 0,0033 = 0

    (2)1 = 0,2 (p2)1 = 1/(2)1 = 5 rad/dt

    (2)2 = 0,0166 (p2)2 = 1/(2)2 = 60 rad/dt

    Hasil ini sama dengan perhitungan sebelumnya dalam contoh 11.

    Persamaan Eigen Vector dapat dibentuk seperti berikut :

    2

    1

    66,1050,010,0050,0

    xx

    -

    2

    2

    00

    2

    1

    xx

    = 0

    2

    12

    2

    66,1050,010,0050,0

    xx

    = 0

    0,05. 1x + (0,166 2). 2x = 0

    2x = 12 .166,005,0 x

    Untuk = 1 12 = 0,2 dan 1x = C1 2x = 1.2,0166,005,0 C

    = 1,5. C1

    Untuk = 2 22 = 0,0166 dan 1x = C2 2x = 2.0166,0166,005,0 C

    = -0,333. C2

    Persamaan Eigen Vector :

  • 44

    2

    1

    xx

    = 21 EE

    )(cos)(cos

    22

    11

    tptp

    =

    21

    21

    333,0.5,1 CCCC

    )(cos)(cos

    22

    11

    tptp

    Latihan :

    1. Sebuah kantilever dengan massa terpusat (M) pada ujungnya

    dan sebuah gaya F tiba-tiba dikenakan padanya pada arah

    seperti gambar dan melekat pada struktur selama getaran itu.

    Hitunglah frekuensi alami pada arah aksial dan lentur.

    Jawab :

    Aksial : k = AE/L, p = LMEA.. , f = (1/2)

    LMEA..

    Bending : k = 3EI/L3, p = 3.3

    LMEI , f = (1/2 ) 3.

    3LM

    EI

    2. Balok dengan dua bentangan, massa balok

    dianggap terpusat di tengah-tengah masing-

    masing bentangnya. Hitunglah frekuensi

    alami dari sistem bebasnya. Hitung lendutan

    dan kecepatan dari masing2 massa setelah 0,8 detik bila kondisi awal diam dan kecepatan

    awal 0,4 m/detik untuk massa di sebelah kiri. I = 0,003 m4, E = 14x106 kN/m2

    3. Balok kantilever ABC seperti tergambar di atas

    memiliki batang BC yang dianggap kaku

    sempurna, batang AB dan BC dianggap tidak

    punya massa. Bila massa di C sebesar 9.000 kg

    diberi simpangan horisontal sebesar 1,5 x 10-2

    m dan kemudian dilepas. Hitunglah frekuensi alami dari getaran lenturnya. Hitunglah

    lendutan dan kecepatan setelah 1 detik. AB memiliki Inersia, I = 0,003 m4, E = 14x106 kN/m2

    Jawab :

    92,938,238,2762,0

    F 10-7

    9000009000

    M

    F

    M

    45o

    A,E, I, L

    0,8m

    5m

    0,015m

    A B

    C

    3m 6m

    M=10.000 kg M=5.000 kg

    3m 1,5m

  • 45

    p1 = 10,24 rad/dt, f1 = 1,63 Hz >>>> p2 = 78,5 rad/dt, f2 = 12,5 Hz

    21

    21

    .244,0.092,4 cccc

    E , X1,0 = -0,0147 m, 0,1X -0,0378 m/dt

    Y1,0 = 0,00122 m, 0,1Y 0,0379 m/dt

    4. Grafik hubungan lendutan dan

    waktu dari sebuah struktur seperti

    dalam gambar di atas berupa

    sinusoidal yang menghilang secara

    eksponensial. Amplitudo

    berkurang sebesar 20% (X2 =

    0,8.X1) pada siklus ke 50.

    Perkirakan nilai dari penurunan logaritma dan persen redaman kritik.

    Jawab :

    X1 = c. e-n.t , X2 = c. e-n.(t+N.T) 25,18,0

    1

    2

    1 XX

    en.50.T = 1,25

    Ln (1,25) = n.50.T 0,223 = n.50.T n.T = 0,004463

    2.n = c/m 2.n = 2.p.m./m n = p.

    T = (2./ p ); T = 22

    .2np

    21

    .2

    p n.T =

    21..2

    pn =

    21...2

    pp =

    21..2

    0,004463 = 21

    ..2

    bila 21 dapat dianggap = 1 untuk d kecil

    0,00446 = 2.. = 0,00071 = 0,071%

    5. Struktur beton bertulang seperti terlihat dalam ambar di bawah terdiri dari

    kolom tampang lingkaran yang menopang plat berbentuk lingkaran.

    Diameter tampang kolom 240 mm dan tinggi 3m, sedang diameter

    lingkaran plat 2000 mm tebal 80mm. Hitunglah frekuensi alami struktur

    bila bergetar bebas pada arah a) aksial b) lentur b) torsi, massa kolom

    boleh diabaikan, Bj beton 24 kN/m3, E = 14x106 kN/m2 dan G = 6x106

    kN/m2

    N=50

    X1 X2

    3m

  • 46

    Jawab :

    a) k = 2,1.105 kN/m p = 590 rad/dt f = 94 Hz

    b) k = 253,6 kN/m p = 20,5 rad/dt f = 3,26 Hz

    c) k = 652 kN/m p = 46,5 rad/dt f = 7,4 Hz

    6. Portal dengan tiga bentangan memiliki massa

    balok 300 kg/m sedang massa kolom diabaikan.

    Hitunglah :

    a. frekuensi alami horisontal, bila struktur bila

    balok dianggap kaku sekali terhadap lentur.

    b. frekuensi alami horisontal, bila inersia balok

    = 2 x inersia kolom

    c. pada kondisi balok dianggap kaku sempurna, hitunglah lendutan dan kecepatan setelah 3

    detik bila kondisi awal t = 0 detik lendutan Xo = 0 dan kecepatan, oX 3m/detik. Inersia

    kolom = 4x10-4 m4 dan E = 20x107 kN/m2

    Jawab :

    a. k = 2,58.105 kN/m p = 378,6 rad/dt f = 60,3 Hz

    b. k = 1,984.105 kN/m p = 332,0 rad/dt f = 52,8 Hz

    c. X = C cos (pt+), C = -0,0079, = /2, X1,0 =-0,0078 m, 0,1X 0,342 m/detik

    7. Hitunglah frekuensi alami dari balok kantilever dengan asumsi massa balok separuh dari

    panjangnya terpusat di tengah bentangan. Nyatakan jawaban saudara dalam bentuk m =

    massa per meter panjang, L = bentang dan EI = kekakuan lentur

    Jawab :

    k = 107,3 EI/L3, M = mL/2 , p = mEI

    L265,14 , T =

    mEI

    L2.429,0

    8. Balok diatas tumpuan sederhana dengan massa 1600 kg akan mendukung beban tambahan

    10.000 kg di tengah bentangnya. Asumsikan separuh dari massa balok ditumpukan terpusat di

    tengah bentang.

    Hitunglah lendutan dan kecepatan di tengah bentang setelah 10 detik

    a. bila beban tambahan 10.000 kg itu menempel di tengah bentang tetapi jatuh secara tiba-

    tiba setelah 2 detik.

  • 47

    b. bila beban tambahan 10.000 kg itu sengaja ditimpakan pada tengah-tengah bentang secara

    tiba-tiba setelah 2 detik dan beban itu tetap melekat pada balok.

    Balok sebelum 2 detik dianggap tidak bergerak. Bentang L = 4m, I = 6x10-3 m4 dan E =

    14x106 kN/m2

    Jawab :

    Menggunakan kondisi batas lendutan awal :

    a. X = C cos (pt+), C = 1,56.10-3 m, =-561,25, untuk t= 2 dt

    p = 76,4 rad/dt, X10 =-4,49.10-4 m, 10X -0,419 m/dt

    b. C = -1,56.10-3 m, =-152,76, X10 =3,57.10-4 m, 10X 0,1192 m/dt

    c. Menggunakan beban kejut dan merubah waktu ke 0

    X = C cos (pt+)+Fo/k, = 0, C = 7,44.10-3 m

    X = 7,44.10-3 cos (76,4.t+0) + 1,56.10-3, X0 = 3,57.10-3

    0X 0,1192 m/dt.