Teori Case Fandi Syasya

17
PNEUMONIA 1. DEFINISI Pneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia komuniti adalah pneumonia yang didapat di masyarakat (1,2) . Berdasarkan asal penyakit, pneumonia dibagi menjadi dua jenis, yaitu Pneumonia yang berkembang di luar rumah sakit disebut dengan Community Acquired Pneumonia (CAP atau Pneumonia Komunitas), dan pneumonia yang terjadi 72 jam atau lebih setelah perawatan di rumah sakit adalah nosokomial, atau Hospital Acquired Pneumonia (HAP atau Pneumonia Nosokomial) (2) . 2. EPIDEMIOLOGI Pneumonia adalah penyakit yang sering terjadi di masyarakat. Jumlah serangan rata-rata 12 kasus dari 1000 orang per tahun. Pada orang dewasa, rata-rata yang membutuhkan perawatan di rumah sakit usianya berkisar 17-55 tahun, kebanyakan menyerang usia lanjut. Pneumonia menempati urutan ke 6 sebagai penyebab kematian di Amerika Serikat. Dalam penelitian di Seattle, peneliti menemukan jumlah penderita CAP

description

case

Transcript of Teori Case Fandi Syasya

PNEUMONIA

1. DEFINISIPneumonia adalah suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia komuniti adalah pneumonia yang didapat di masyarakat (1,2).Berdasarkan asal penyakit, pneumonia dibagi menjadi dua jenis, yaitu Pneumonia yang berkembang di luar rumah sakit disebut dengan Community Acquired Pneumonia (CAP atau Pneumonia Komunitas), dan pneumonia yang terjadi 72 jam atau lebih setelah perawatan di rumah sakit adalah nosokomial, atau Hospital Acquired Pneumonia (HAP atau Pneumonia Nosokomial) (2).

2. EPIDEMIOLOGIPneumonia adalah penyakit yang sering terjadi di masyarakat. Jumlah serangan rata-rata 12 kasus dari 1000 orang per tahun. Pada orang dewasa, rata-rata yang membutuhkan perawatan di rumah sakit usianya berkisar 17-55 tahun, kebanyakan menyerang usia lanjut. Pneumonia menempati urutan ke 6 sebagai penyebab kematian di Amerika Serikat. Dalam penelitian di Seattle, peneliti menemukan jumlah penderita CAP berusia 65-69 tahun sebanyak 18,2 kasus per 1000 orang per tahun dibandingkan 52,3 kasus per 1000 orang per tahun yang mengenai usia 85 tahun. Hasil dari survey rumah sakit nasional di Amerika Serikat mengindikasikan bahwa dari tahun 1990 hingga 2002 ada 21,4 juta kasus pasien rumah sakit usianya diatas 65 tahun (6). Tingginya angka kematian pada pneumonia sudah dikenal sejak lama, Osler W menyebutkan pneumonia sebagai "teman pada usia lanjut" (2).Epidemiologi pneumonia berubah tiap tahunnya. Hal ini berkaitan dengan perubahan jumlah populasi dan penyebaran bakteri-bakteri baru yang menyebabkan pneumonia dan perubahan antibiotik guna memberantas bakteri-bakteri lama, seperti S. pneumonia, H. influenzae, dan Staphylococcus Aureus. Perubahan populasi termasuk pertumbuhan jumlah dari pasien yang berusia 65 tahun atau lebih (2).Ven Katesen dkk mendapatkan 38 orang pneumonia usia lanjut yang didapat di masyarakat, 43% diantaranya disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae dan virus influenza B; tidak ditemukan bakteri gram negatif. Lima puluh tujuh persen lainnya tidak dapat diidentifikasi karena kesulitan pengumpulan spesimen dan sebelumnya telah diberikan antibiotik (3).

3. ETIOLOGI DAN PATOGENESISPada orang yang sehat tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme yang bersifat patogen di paru. Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan saluran napas. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, akan menimbulkan penyakit (4).Terjadinya pneumonia berhubungan dengan banyaknya jumlah bakteri yang teraspirasi, penurunan daya tahan tubuh dan virulensi koloni bakteri di orofaring. Mekanisme organisme mencapai saluran napas melalui : inokulasi langsung, penyebaran melalui pembuluh darah, inhalasi, dan kolonisasi di permukaan mukosa (4).Turunnya daya tahan tubuh juga dihubungkan dengan imunitas humoral dan imunitas seluler, malnutrisi, perokok berat dan penyakit sistemik. Faktor predisposisi pneumonia adalah penggunaan pipa endotrakeal, pemakaian nebuhaler, adanya super infeksi dan malnutrisi (5,6).Mikroorganisme menyerang sel untuk bereproduksi. Biasanya, mikroorganisme akan mencapai paru ketika udara yang dihirup melalui mulut dan hidung. Setelah di paru, mikroorganisme ini menyerang sel-sel yang melapisi saluran udara dan alveoli. Hal ini sering menyebabkan kematian sel, baik ketika mikroorganisme langsung membunuh sel, atau melalui jenis apoptosis sel yang disebut penghancuran diri. Ketika sistem kekebalan tubuh merespon infeksi, kerusakan paru bahkan lebih meluas. Sel darah putih, terutama limfosit, mengaktifkan sitokin kimia tertentu yang memungkinkan cairan bocor ke dalam alveoli. Hal ini menyebabkan demam, menggigil, dan kelelahan. Kombinasi dari kerusakan sel dan alveoli berisi cairan mengganggu transportasi normal oksigen ke dalam aliran darah (4,6). Proses peradangan pneumonia dapat dibagi atas 4 stadium yaitu Stadium kongesti dimana kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa netrofil dan makrofag. Stadium hepatisasi merah: lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, serta warna menjadi merah. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit, netrofil, eksudat dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium hepatisasi kelabu: lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura tampak kabur karena diliputi fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit. Kapiler tidak lagi kongestif. Stadium resolusi: Eksudat berkurang, dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak, fibrin diresorpsi dan menghilang (7).

4. MANIFESTASI KLINISGejala pada masing-masing individu berbeda-beda, diantaranya demam, sesak napas, nyeri dada, dan batuk. Batuk dapat bersifat tidak produktif (kering) atau terdapat sputum yang mukoid atau purulen (produktif) (2,7). Pada pemeriksaan fisik, tanda-tanda pada tipe pneumonia klasik bisa didapatkan konsolidasi paru seperti perkusi yang redup, suara napas bronkial, dan ronki basah (5,7). Tidak didapatkan demam pada 20% pneumonia dan dapat tanpa disertai batuk produktif dan perasaan dingin (8). Gejala diluar sistem pernapasan seperti sakit kepala, mual, muntah, nyeri perut, diare, nyeri otot, dan nyeri sendi juga gejala yang sering didapat pada pneumoni. Perlu diingat bahwa pada pasien yang tua keluhan lebih sedikit dibandingkan pada pasien yang lebih muda (2,7).Pada sebagian besar penderita didapatkan leukosit yang normal atau sedikit meninggi, kadang-kadang didapatkan leukositosis. Dapat terjadi peningkatan ureum, kreatinin dan glukosa, terdapat juga hiponatremi atau hipernatremi, hipofosfatemi; dapat terjadi hipoksemi yang disebabkan infeksi akut (2,6,7).

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG5.1RadiologiPada pneumonia diagnosis radiologik ditegakkan bila didapatkan gambaran infiltrat sampai konsolidasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik, dan intersisial. Tidak khas untuk menenttukan etiologi pneumonia. Sering kali infiltrat belum terlihat pada 24-48 jam setelah perawatan. Gambaran radiologi kadang-kadang masih tampak normal pada pneumonia dini, pneumonia oleh bakteri gram negatif dan tuberkulosis endobronkial (9).

5.2LaboratoriumPeningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukan leukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left, dan LED meningkat (7,9).

5.3 MikrobiologiPemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen polisakarida pneumokokkus (7,9).

5.4Analisa Gas DarahDitemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis respiratorik (9).6. DIAGNOSISDiagnosis pneumonia komunitas didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang yaitu pada foto toraks terdapat infiltrat baru, atau infiltrat progresif ditambah dengan dua atau lebih gejala seperti batuk, perubahan karakteristik dahak atau purulen, suhu tubuh lebih dari 38oC (aksila) atau riwayat demam, pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara napas bronkhial, ronkhi, dan leukosit >10.000 atau