TELUK KILUAN

28
56 #### KESIMPULANNYA: “Kemarin emang kita semua GILAAAAA..... banget pengalamannya (bukan orangnya), dan aku emang benar-benar nekad, spekulasi tinggi.....===============TUTUP CERITA ================ 1 Mengejar Waktu Diantara DOA Tokoh dalam cerita Bunda : Ibu angkatnya Nindya (Tiwi), seorang guru yang saat ini sedang ngabisin duitnya untuk kuliah lagi program pascasarjana MPIPS Unila, dalam cerita ini berperan sebagai sopir Nindya (Tiwi): Mahasiswa Fisip Unila, yang punya impian pengen nginjakin kakinya di Bulan, eh Teluk Kiluan. Tiwi memiliki mata yang indah, hanya banyak orang yang tak memperhatikannya karena tertutup kacamatanya Kristy : Mahasiswa Fisip Unila, teman kuliah Tiwi, cantik tapi memiliki fisik yang lemah. Penakut Iid : Mahasiswa Fisip Unila, teman kuliah sekaligus teman kost Tiwi, Manis dan kreatif. Dan dia paling semangat kalau diajak bicara tentang hal yang dia sukai.

description

Tempat pariwisata di Lampung

Transcript of TELUK KILUAN

  • 56

    #### KESIMPULANNYA: Kemarin emang kita semua

    GILAAAAA..... banget pengalamannya (bukan orangnya), dan

    aku emang benar-benar nekad, spekulasi tinggi.....

    ===============TUTUP CERITA ================

    1

    Mengejar Waktu Diantara DOA

    Tokoh dalam cerita

    Bunda : Ibu angkatnya Nindya (Tiwi), seorang guru yang saat ini sedang ngabisin duitnya untuk kuliah lagi program pascasarjana MPIPS Unila, dalam cerita ini berperan sebagai sopir

    Nindya (Tiwi): Mahasiswa Fisip Unila, yang punya impian

    pengen nginjakin kakinya di Bulan, eh Teluk Kiluan. Tiwi memiliki mata yang indah, hanya banyak orang yang tak memperhatikannya karena tertutup kacamatanya

    Kristy : Mahasiswa Fisip Unila, teman kuliah Tiwi,

    cantik tapi memiliki fisik yang lemah. Penakut

    Iid : Mahasiswa Fisip Unila, teman kuliah sekaligus teman kost Tiwi, Manis dan kreatif. Dan dia paling semangat kalau diajak bicara tentang hal yang dia sukai.

  • 2

    Chiko : Mahasiswa Fisip Unila, Kurus tinggi, memiliki jiwa pemimpin, bisa diandalkan dalam situasi darurat

    Rano : Mahasiswa Fisip Unila, kurus kecil, sederhana, dan terlihat sensitif sifatnya.

    Rendi : Mahasiswa Fisip Unila , manis dan selalu merasa paling ganteng diantara yang cantik , tapi masih sedikit kekanakan, mungkin karena terlalu dijaga oleh orangtuanya.

    Kita dibawah LANGIT yang sama, melihat BINTANG yang sama.

    55

    Selamat malam anak-anak bunda, selamat tidur,

    semoga segala kelelahan dan ketegangan hari ini bisa larut

    dalam tidur yang pulas

    ***********&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&***********

    #Malamnya aku gak bisa tidur, pegal semua badan ditambah

    batuk yang eksis gara-gara kelelahan, air hujan plus mandi air

    dingin malam-malam

    ##Besoknya pas cerita ma teman-teman kuliah, mereka pada

    gak percaya kalau aku kemarin ke Teluk Kiluan pulang pergi,

    untung ada foto-foto sebagai bukti, dan semua langsung

    bilang: GILAAAAAAA........NEKAAAAAD, malam-malam

    pulang dari Kiluan!!! Gilaaaa luuuu.....

    ### Pas cerita ma teman-teman kerja di SMKN 1 Metro,

    commentnya sama dengan teman-teman kuliah, ditambah

    geleng-geleng kepala gak berhenti-henti....untung pada gak

    copot tuh kepala

  • 54

    yang masih lemah seperti itu akibat jalan mendaki diTeluk

    Kiluan tadi. Lagipula toh kami melewati daerah rumahnya, jadi

    sekalian aja pikirku.

    Rendi, Chiko dan Rano masih ikut dalam mobil karena

    motor Rendi dan Chiko dititip di kamar kostnya Tiwi.

    Legaaaaa.......sudah sampai Bandarlampung, kataku.

    Tiwi nyahut, aku baru lega kalau sudah masuk

    gerbang kostku....hahahahahaha......

    Kami sampai dikost sekitar jam 22.00. Rasanya lengket

    semua badan karena air laut membuatku ingin cepat-cepat

    mandi. Mana tadi aku sempat kena hujan juga, dan hujan

    merupakan salah satu musuh bagi fisikku. Sementara itu

    Chiko, Rendi dan Rano langsung pulang.

    Benar-benar seperti mimpi apa yang kami alami

    seharian ini, luarbiasa....Apalagi dengan rute jalan yang

    memacu adrenalin seperti itu, tapi jujur saja....aku gak

    kapok......hahahaha, setidaknya pengalaman sekali akan

    membuat kita lain kali lebih siap dan lebih berhati-hati... (Hm,

    apa akan ada LAIN KALI itu?).

    3

    umat pagi. Aku lagi jengkel banget. Sudah sengaja

    jauh-jauh dari Metro ke Bandarlampung untuk

    kuliah, eh malah sampai jam 9 lewat, batang

    hidung tuh dosen belum kelihatan juga.

    Kalau bayar mahal SPPnya cuma buat ketemu kursi kosong,

    ngapain? Dirumahku juga banyak tuh kursi kosong

    Aku mahasiswa pascasarjana di Magister Pendidikan

    IPS Universitas Lampung, mayoritas teman kuliahku rata-rata

    sudah bekerja semua, guru dan juga telah berumahtangga.

    Kuliah pascasarjana ini bagi sebagian dari kami hanya karena

    tuntutan pekerjaan sebagai salah satu syarat untuk naik

    pangkat atau golongan bagi PNS.

    Kami berasal dari berbagai kabupaten diLampung, ada

    yang dari Pringsewu, Tulangbawang, Kotabumi, Metro,

    Bandarlampung, Waykanan, bahkan ada juga yang dari

    Palembang. Karena itu rasanya menyebalkan banget jika kami

    sudah sengaja berangkat dari rumah eh dosennya gak masuk

    tanpa ada pemberitahuan dahulu.

    J

    I

  • 4

    Akhirnya untuk mengisi waktu jam kuliah yang kosong

    itu, aku mengerjakan pekerjaanku sebagai guru SMK, input

    nilai rapor, karena minggu depan sudah pembagian rapor. Aku

    memang gak terlalu suka menghabiskan waktuku hanya untuk

    ngobrol ngalor ngidul gak jelas, walau bukan berarti aku tipe

    yang serius, hanya jika udah menyangkut tugas kuliah dan

    pekerjaan, aku selalu berusaha melakukan yang terbaik. Aku

    rasa setiap orang juga berpikir yang sama.

    Tiba-tiba handphoneku bergetar, ada sms masuk.

    Hmm....dari nindya atau biasa dipanggil Tiwi, anak angkatku

    yang kebetulan kuliah juga di Fakultas Fisip Unila, aku

    biasanya setiap istirahat atau kalau capek bolak balik Metro-

    Bandarlampung sering milih nginap di tempat kostnya,

    sebenarnya sih buat ngirit bensin juga.....hahahaha.....

    Nda, aku mau izin pergi ya.... Bunda memang

    panggilanku baik oleh murid-muridku, anak-anak angkatku

    baik yang dari dunia Maya ataupun mereka yang kenal dengan

    diriku, bahkan teman kuliahku juga memanggilku dengan

    sebutan itu.

    Wah, berarti istirahat nanti Nda terdampar dikampus

    dong....

    53

    Setelah melewati semua jalan yang super parah dan

    rusak berat disepanjang jalan dari Teluk Kiluan tadi, rasanya

    semua jalan rusak yang sekarang kami lalui menuju

    keBandarlampung gak ada arti apa-apa. Tapi aku sudah mulai

    merasa lelah, nyetir sekitar 9 jam dengan rute yang

    menyeramkan tadi menguras semua tenagaku. Karenanya aku

    memilih lewat Telukbetung saja.

    Chiko sempat menyuruhku istirahat, biar gantian

    dengan dia. Tapi aku bertahan untuk tetap nyetir mobil. Aku

    lebih percaya dengan diriku sendiri. Lagipula pikirku nanggung

    banget, udah mau sampai, dan udah terlanjur capek, sekalian

    aja deh capeknya.

    Begitu memasuki daerah Telukbetung dan jalan-jalan

    yang aku sudah paham, rasanya ketegangan yang dirasakan

    tubuhku semua menjadi hilang. Ini benar-benar pengalaman

    yang gak akan aku lupakan seumur hidupku. Perjalanan

    dengan maut yang setiap waktu mengintai kami. Setidaknya

    aku bersyukur, satu janjiku pada Tiwi telah kutepatin

    Sampai diBandarlampung kota, kami nganterin Kristy

    dulu pulang kerumahnya. Karena hujan masih lumayan deras,

    kasihan kalau dia harus dibonceng naik motor dengan fisik

  • 52

    Begitu memasuki kawasan markas TNI AL menuju

    kepantai Klara, rasanya lega banget. Setidaknya jalan gak

    terlalu buruk seperti dari punduh pidada keTeluk Kiluan.

    Lagipula masih ada 1-2 rumah dijalan yang kami lalui.

    Gak kerasa sudah sekitar jam 21.00 wib, berarti hampir

    3 jam sudah kami dijalan. Kepulangan kami memakan waktu

    yang lebih lama, karena kami jalan dimalam hari, sehingga

    harus lebih hati-hati, belum lagi masalah-masalah yang kami

    hadapi dari Teluk Kiluan sampai Punduh Pidada, yang kalau

    diingat-ingat benar-benar suatu KEAJAIBAN kami bisa selamat

    melewati semua itu.

    Darahku berdesir cepat, setiap ingat bahwa nyawa

    kami semua berada ditanganku saat itu. Jika aku lengah maka

    nyawa kami taruhannya. Kuasa Allah yang memberiku

    kekuatan menghadapi ini.

    Tak terasa pantai Klara dan akhirnya pantai Mutun

    kami lewatin.

    Bun, mau lewat mana pulangnya? Kemiling apa

    Teluk? Kalau kemiling disitu jalannya menanjak banget juga

    sepi, rawan daerahnya.....kata Chiko.

    5

    Ini teman-teman mau ngajakin pergi....

    Kemana?

    Gak tau, belum ada tujuan juga. Lagipula gak ada

    kendaraan....

    Hm, dosen nda juga gak masuk nih....

    Emang pada kemana Nda?

    Gak tau pada kemana. Nih Nda ngerjain isi rapor aja

    daripada bengong, ke Kiluan yo? Entah darimana tuh pikiran

    tiba-tiba aku ngajakin dia ke Kiluan, salah satu tempat wisata

    di Lampung, tepatnya di Kec. Kelumbayan, Kabupaten

    Tanggamus. Sebenarnya aku iseng aja, karena ingat dia

    pengen banget kesana, dan karena sikonnya belum

    mendukung aku belum bisa menepatin janjiku untuk ngajak dia

    kesana.

    Ini ada 6 orang, beneran mau ke Kiluan? Beneran

    Nda? Mauuuuuu...... Gubrak, aku tepuk jidat temanku,

    soalnya kalau tepuk jidatku sendiri kan sakit. Ya ampun, aku

    kan cuma iseng ngomongnya, tapi lihat balasan smsnya yang

    antusias dan senang banget seperti itu rasanya aku jadi gak

    tega kalau sampai membuyarkan rasa bahagia dia. Pyiuuuh,

    mana bawa duit pas-pasan cuma buat kuliah dua hari doang.

  • 6

    Apa bunda bawa mobil? tanya Tiwi.

    Bawa mobil...., balasku. Mobilku sejenis minibus,

    toyota avanza yang bisa menampung sekitar 8 orang.

    Cukuplah untuk kami tanpa harus berdesak-desakan

    duduknya. Sementara itu otakku berpikir keras, bagaimana

    caranya agar aku gak buat dia dan teman-temannya kecewa.

    Kami HARUS PERGI.

    Aku lihat teman-teman kuliahku siapa kira-kira yang

    bisa aku pinjam uangnya, sialan....teman yang biasa tempat

    aku pinjam malah lagi gak masuk pula. Dan rasanya gak enak

    kalau pinjam dengan orang yang aku gak dekat banget.

    Akhirnya aku sms Tiwi, aku bilang yang sebenarnya

    kalau aku lagi gak pegang uang banyak, tapi kira-kira dia ada

    simpanan apa gak, nanti aku ganti. Aku memang biasa jujur

    dengannya, gak ada yang aku tutupin darinya. Alhamdulillah,

    temannya si Rano ada uang simpanan, jadi aku bisa pakai

    dulu uang Rano. Wah, Rano jadi Dewa bagiku hari

    ini...hahahaha......

    Hanya ada yang buat aku galau juga selain masalah

    uang, diantara mereka yang ikut pada gak ada yang bisa

    nyetir, jadi hanya aku yang bisa.

    51

    Perjalanan pulang sudah gak terlalu terdengar lagi

    suara-suara mereka yang becanda seperti waktu berangkat.

    Mungkin mereka kelelahan, dan karena mengalami

    ketegangan demi ketegangan saat keluar dari Teluk Kiluan

    membuat mereka gak bergairah lagi bicara banyak. Hanya

    suara musik mobil yang terdengar dan sekali-kali suara Chiko

    yang memberi arah jalan padaku.

    Kami memasuki daerah Punduh Pidada. Dan tiba-tiba

    aku merasa mobilku agak berat bagian stirnya. Waduh, apalagi

    ini? Kayaknya ban belakang mobilku yang memang sering

    kempes kumat nih, ya maklum aja kepuasan nghantam batu

    dan jalan berlobang sih.... pikirku.

    Hmmm....Kayaknya ban belakang kempes

    nih....kataku pada mereka. Coba kita cari tambal ban

    didaerah ini, tadi pas berangkat bunda lihat ada bengkel

    motor....

    Dan alhamdulillah, masih ada tambal ban yang buka

    dekat kawasan militer TNI AL. Sambil ngisi angin, anak-anak

    kesempatan untuk buang rezeki akibat ketegangan selama

    dijalan tadi......hahahahaha.

  • 50

    Yank, coba kamu turun dulu tanya kerumah itu ini

    benar gak jalan mau keluar.....,kataku pada Chiko.

    Dan ternyata kami memang nyasar jauh, arah yang

    kami ambil bukannya menuju jalan pulang tapi malah menuju

    kegunung. Kata bapak itu, memang sering sekali orang-orang

    yang nyasar lewat situ. Dengan mengikuti petunjuk yang

    diberikan oleh bapak tersebut, kami bisa juga keluar dari desa

    itu.

    Jalan yang kami lalui sekarang sudah tidak terlalu

    parah lagi seperti tadi, hanya tikungan-tikungan tajamnya yang

    membahayakan, ditambah pula hujan yang turun membuat

    jalan menjadi licin.

    Bunda, capek bun? tanya Kristy. Aku cuma senyum-

    senyum aja mendengarnya.

    Tiwi yang menjawab, capeknya kita belum apa-apa

    dibandingkan dengan capeknya bunda.....capeknya bunda itu

    dua kali, tiga kali lipat dari capek kita....

    Entahlah, sejujurnya aku malah gak ngrasain itu

    semua, karena mungkin aku terlalu sibuk konsentrasi

    mengendarai mobil dan melewati jalan-jalan yang rusak itu,

    membuatku jadi lupa dengan rasa badan sendiri.

    7

    Ade ma Rinanda gak ikut yank? Mereka teman-

    teman Tiwi yang bisa nyetir.

    Mereka pada gak bisa Nda, katanya Rinanda mau

    keWates dan Ade juga mau pergi.

    Waduuh, yang bisa nyetir malah gak bisa ikut semua.

    Chiko katanya bisa, tetapi aku gak pernah liat cara dia bawa

    mobil, sedangkan jalan ke Kiluan jelek banget. Aku gak mau

    ambil risiko, lagipula jujur aku gak suka nyawaku ditangan

    orang lain. Ya udah, berarti aku bakal full nyetir pulang

    perginya. Sedangkan jarak tempuhnya kata yang udah pernah

    kesana sekitar 3-4 jam dari Bandarlampung. Tapi Ok deh

    kalau aku sudah niatkan emang sulit buat dipatahkan, bagiku

    ini malah sebuah tantangan sendiri apakah aku sanggup atau

    tidak melakukannya.

    Aku kasih tau ke teman-teman kuliahku kalau aku mau

    bolos kuliah karena mau ke Kiluan, salah satu temanku Ana

    langsung bilang:

    Bun, besok pagi kan ujiannya Pak Edi, Assesment.....

    Aku kaget juga dengarnya.

    Gak salah yank? (aku memang biasa panggil orang-

    orang yang aku kenal dengan panggilan yank dari kata

  • 8

    sayang, awalnya sih karena aku sering kesulitan nghafalin

    nama murid-muridku yang jumlahnya ratusan orang, jadi

    supaya aman aku panggil dengan panggilan seperti itu, jadi

    gak bakal keliru salah panggil.....hahahaha, eh terus jadi

    kebiasaan deh dengan siapa saja aku selalu panggil seperti

    itu, tapi panggilan itu juga bisa menimbulkan rasa kedekatan

    dengan mereka).

    Benar Bun, udah lain kali aja looo....sayang banget

    kalau sampai gak ikut ujian....

    Duh, gimana nih? pikirku dalam hati. Rasanya aku

    gak tega kalau ngebatalinnya, karena aku juga udah pernah

    ngebatalin rencana ke Kiluan ini bulan kemarin, masa mau

    batal lagi sih....bisa dibilangin PHP aku dengan mereka. Dan

    aku gak ingin mengecewakan mereka. Sudahlah tentang

    besok nanti aja mikirinnya sekarang berangkat aja dulu.

    Terlalu banyak mikir malah buat mumet aja.

    Bunda tetap berangkat yank, nanti PP aja atau besok

    subuh pulangnya. Jadi masih bisa ikut ujian, Ana geleng-

    geleng kepala liat aku tetap bersikeras mau pergi ke Kiluan.

    49

    khirnya kami memasuki desa, suasana benar-

    benar sepi seperti tak ada kehidupan sama

    sekali, hanya lampu-lampu disetiap rumah yang

    membuat kami yakin kalau desa-desa yang kami

    lewatin ada penduduknya. Karena cuaca sudah memasuki

    malam hari semua rumah tampak mirip dengan yang kami lalui

    pas berangkat tadi.

    Ini nyasar apa gak ya? tanya mereka.

    Ini benar koq, tadi kita kan ngelewati rumah bertingkat

    yang belum jadi,kataku yakin. Tiwi juga nambahin,Benar ini

    jalan yang kita lewatin tadi... tapi entah kenapa aku agak

    ragu-ragu juga karena jalan yang kami lalui semakin mengecil,

    seingatku tadi kami gak melewati jalan seperti ini. Kemudian

    kami memutuskan untuk bertanya dengan penduduk setempat,

    walau sulit juga karena hujan dan masih suasana magrib gak

    ada orang yang berada diluar. Kemudian kami melewati satu

    rumah dengan kendaraan motor yang masih terparkir diluar.

    A

    VI

  • 48

    Walau aku merasakan aura yang berbeda, aku merasa

    tenang. Karena aku paham apapun yang saat itu ada disekitar

    kami, mereka tidak jahat. Tidak ada aura negatif yang

    kurasakan. Malah sepertinya mereka membantu kami,

    memberi kemudahan jalan yang pada saat berangkat terasa

    sulit sekali kami lalui, padahal waktu itu cuaca terang. Semua

    berada dibawah Kuasa dan PerintahMu.....Ya Allah....

    Sepanjang jalan, Chiko membantuku memberi arah

    jalan, karena memang agak sulit melewati bagian jalan yang

    rusak parah itu dimalam hari, kegelapan membuat jalan tidak

    terlalu terlihat jelas, bahkan jurang-jurang yang ada dipinggiran

    jalanpun tak terlihat batasnya dengan jalan. Walau sempat

    terjadi berapa kali misscomunication antara aku ma Chiko.

    Kadang petunjuknya yang gak jelas, kanan atau kiri.....

    Aku berusaha tetap mengambil jalur sebelah kanan,

    karena setidaknya itu lebih aman, berada jauh dari tepi jurang

    yang berada disebelah kiri jalan. Akhirnya kami dapat keluar

    dari jalan tersebut, aku berbisik pada sekitarku,

    Terimakasih.....

    9

    Bun, Kiluan itu jauh.....mana jalannya rusak

    banget......nekad kalau PP, ditunda aja kenapa toh?

    Aku cuma senyum aja, sambil masukin laptop ke dalam

    tas.

    Tiba-tiba dosen mata kuliah EBK jam kedua masuk.

    Alamak......gimana nih? pikirku. Masalahnya kalau

    aku keluar tanpa bawa tas sih masih bisa kabur, ini aku bawa

    tas ketahuan banget kalau mau perginya.Akhirnya aku nekad

    aja dengan santai aku keluar ngelewatin tuh dosen. Mana dia

    ngelihatin aku pula.

    Masa bodoh aaaaah.....Kiluan, Im coming!!!

    Teman-teman kuliahku pada ngelihatin semua, karena

    bisa dikatakan aku termasuk rajin ikut kuliah, sakit-sakit aja

    aku bela-belain tetap kuliah. Kecuali waktu aku lagi tes ilmu di

    ruang ICU bulan oktober dulu, hahahaha.......

    Woiiii Bun, mau kemana lu? tanya sebagian dari

    mereka. Aku cuma senyum aja sambil melambaikan tangan.

  • 10

    esampainya aku di tempat kost, mereka sebagian

    sudah kumpul. Teman-teman kuliahnya Tiwi:

    Chiko, Rendi, Iid, Rano, sedangkan Kristy lagi

    pulang dulu kerumahnya. Jadi kami menunggu

    Kristy. Aku bolak balik lihat jam tangan, karena aku ingin kami

    segera berangkat biar gak terlalu kesorean sampai disana.

    Kami harus mengejar waktu.

    Mana ada masalah dengan salah satu temannya Tiwi

    yaitu Rendi, ibunya gak ngebolehin dia nginap dan ngejebur di

    laut. Sedangkan dia pengen sekali bisa ikut. Hal ini mau gak

    mau jadi pikiranku juga. Aku gak mau karena dia ikut kami

    terus dia kena marah sama orangtuanya. Walau aku kasihan

    juga kalau dia sampai gak bisa ikut. Tapi aku juga gak tau

    bagaimana situasinya nanti disana, jadi gak pasti bisa pulang

    atau gak nanti malam. Kalau keadaan gak memungkinkan

    untuk pulang yah terpaksa kami harus nginap disana, itu

    berarti dia bakal dapat masalah. Aku juga kepikiran dengan

    ujianku besoknya. Wah, belum apa-apa udah ada macam-

    S

    II

    47

    kursi tolong kalian bacakan, perasaan bunda gak enak....

    Mereka terdiam, aku seperti bisa mendengar detak jantung

    ketakutan yang mereka rasakan, Iya bun....langsung aku

    dengar suara pelan mereka membaca doa.

    Kemudian aku berbisik dengan apapun yang saat itu

    ada mengelilingi kami. Maaf, kami numpang lewat.....kami gak

    bermaksud buruk, kami hanya ingin pulang....sambil aku

    mengucapkan doa-doa dan memohon bantuan Allah. Ya

    Allah, hanya Engkau yang aku takutkan.....Engkaulah yang

    berkuasa atas semuanya, aku mohon perlindunganMu dari

    segala hal yang buruk.....

    Entah kenapa aku lalu melepaskan pijakan kakiku dari

    gas mobil, perseneling mobil aku posisikan netral. Dan seperti

    ada kekuatan yang gak nampak, mobil kami terus melaju

    dengan kencang melewati tiap tikungan dan jalan yang belah

    tersebut.

    Ko, coba kamu lihat sendiri kan kalau bunda sama

    sekali gak nginjak gas, tapi mobil kita tetap jalan terus dengan

    kencang,kataku pada Chiko. Iya, bun...... Ciko menatap

    kakiku yang lepas bebas dari pijakan gas.

  • 46

    Kali ini aku mengerahkan konsentrasi penuh, karena

    kami melewati jalan-jalan tersebut dengan hanya

    mengandalkan lampu mobil saja.

    Akhirnya sampailah kami dibagian jalan yang paling

    hancur, jalan dengan bagian tengahnya terbelah retak parah.

    Cuaca mulai gelap, dengan hutan disebelah kami dan jurang

    dibagian lainnya, suasana benar-benar sepi hanya suara

    binatang malam dan musik dari mobil aja yang terdengar.

    Kami semua lebih banyak diam. Membuat kami seolah-olah

    berada didunia yang lain. Dunia yang penuh dengan mistik

    yang mencekam. Segala sesuatu ada ditempat ini. Bahkan

    hal-hal yang kasat mata, karena waktu sekarang (magrib)

    adalah pergantian waktu dari siang menuju malam, dimana

    segala hal yang halus mulai bergerak. Dalam hati aku

    mengucapkan doa-doa pelindung.

    Pada bagian jalan yang menurun tajam, tiba-tiba aku

    merasakan angin dingin yang tidak sewajarnya mengelilingi

    kami, dadaku mendadak terasa sesak.

    Astaghfirullah....Aku paham sekali dengan tanda-tanda

    tersebut....Dengan tenang aku bilang pada anak-anak,

    Hmmm....coba kalian bantu bunda ya, kalau kalian hafal ayat

    11

    macam masalah, baru juga lagi mau berangkat. Entah apa

    yang akan terjadi nanti.

    Sebenarnya aku agak gak yakin dengan kepergian

    kami yang mendadak ini, karena dari tadi malam perasaanku

    gak enak banget, dan semakin jadi perasaan itu pagi ini waktu

    aku mau berangkat kuliah dari Metro. Bahkan di jalan

    sepanjang mau keBandarlampung, berulang-ulang aku

    berdoa, Ya Allah, entah kenapa perasaanku gak enak banget

    hari ini....mudah-mudahan hanya sekedar perasaan, bukan

    sebuah tanda. Ya Allah....lindungilah keluargaku yang aku

    tinggalkan, dan jagalah aku selama aku jauh dari

    mereka....Lindungilah kami semua dari hal-hal yang buruk,

    Amin.

    Coba hubungi Kristy sih, koq lama amat, kataku pada

    mereka.

    Ini dia sms, udah di jalan katanya....

    Paling dia baru keluar dari pintu rumah Bun, tapi

    bilangnya udah dijalan.... kata Chiko sambil ketawa.

    Akhirnya Kristy sms kalau dia nunggu kami di Halte

    Robinson Unila. Siiiip....Kamipun langsung berangkat.

  • 12

    Setelah menjemput Kristy yang diantar ma pacarnya.

    Kami ambil rute lewat Kemiling, aku nyuruh mereka untuk

    makan siang dulu karena perjalanan kami masih jauh, dan

    informasinya disana jarang ada warung makan sampai di

    Kiluan nanti.

    Tiwi sempat ngasih tau kalau teman-temannya pada

    mau sumbangan untuk uang bensin mobilku, tapi aku bilang

    gak usah karena aku tau mereka hanya anak kuliahan yang

    belum kerja, kasihan kalau mereka harus keluar uang banyak.

    Lagipula aku yang ngajak mereka, jadi biarlah ini

    tanggunganku, yang penting aku bisa membuat mereka

    senang, terutama Tiwi, karena ini impian dia. Melihat wajahnya

    ma teman-temannya bahagia kayak gitu rasanya gak rugi deh

    aku bolos kuliah hari ini, walau sebenarnya dosen-dosen itu

    yang rugi sebab hari ini gak bisa melihat wajah manisku......

    hahahaha.

    45

    Aku lihat semua keliatannya baik-baik aja, hanya nafas

    mereka yang masih senin-kamis, diantara mereka hanya Kristy

    yang tampak paling kepayahan.

    Setelah semua naik mobil kami melanjutkan

    perjalanan, karena kami masih harus melewati sungai batu,

    kami takut sungai itu banjir kalau hujan seperti kata Bu Yon

    tadi.

    Sesampainya disana, aku gak mau ambil resiko. Aku

    menyuruh mereka turun agar beban mobil lebih ringan.

    Pertama aku nyoba naik gagal, karena kali ini tepian

    sungainya posisinya lebih tinggi dan tidak terlalu miring seperti

    tepian disebrangnya. Dan aku terlalu lurus mengambil jalan.

    Aku coba jalan yang disebelahnya, walau aku sempat ragu-

    ragu juga melihat tanah lintasan yang seperti kubangan itu,

    tapi gak ada pilihan lain.....aku harus mencobanya dan

    berhasil. YES!!!

    Tikungan demi tikungan kami lalui, jarang kendaraan

    yang papasan dengan kami, karena memang saat itu masih

    suasana magrib. Dan mereka gak senekad kami jalan malam

    didaerah tersebut. Hmmm.....mungkin aku sopir perempuan

    pertama yang melakukannya, hahahahaha......

  • 44

    Tapi aku mengerti apa yang dia rasakan, tanpa bicara

    aku tahu apa yang dia pikirkankan. Khawatir, takut semua

    menjadi satu. Pengalaman tadi benar-benar terlalu berat untuk

    dirasakan remaja seumurnya. Aku hanya tersenyum aja

    berusaha menenangkannya.

    Satu persatu yang lain menyusul dengan nafas megap-

    megap, dalam hati aku merasa geli dan kasihan juga lihat

    mereka. Tapi mau gimana lagi ini semua demi keselamatan

    kami juga. Yang membuatku khawatir keadaan Kristy. Jalan

    mendaki melewati tanjakan setinggi itu benar-benar menguras

    tenaganya. Tubuhnya memang lemah. Untung dia dibantu

    teman-temannya.

    Yank, gimana? Kuatkan? tanyaku. Iya bun....Kristy

    menjawab lemah. Aku lirik Chiko yang gantiin Tiwi duduk

    didepan sebelahku. Keliatan dia masih sibuk atur nafas.

    Aduh bun....yang gak perokok kayak Chiko aja ngos-

    ngosan gitu, apalagi chiko....tadi aja karena ngejar mobil

    bunda, chiko sampai tepar geletak dijalan.... hahahaha, bisa

    KO juga Chiko

    13

    etelah makan dirumah makan Padang dan

    membeli bekal untuk makan minum disana,

    sekitar jam 12.30 wib kami berangkat. Awalnya

    sepanjang jalan lancar-lancar aja. Kami sempat

    mutar arah balik lagi karena lupa ngisi bensin mobil, karena

    takut disana gak ada pertamina. Kami kearah Padang Cermin

    melewati pantai Mutun, terus kearah pantai Klara. Jalan belum

    banyak yang rusak, hanya tikungan-tikungan biasa yang masih

    bisa aku lewatin. Aku sempat gereget juga, pengen banget

    memacu kendaraan dengan kencang setiap melewati tikungan

    atau jalan yang agak lebar dan mulus, tapi Kristy selalu

    langsung jerit-jerit setiap aku ngebut dikit.....hahahahaha,

    kayak bawa emak gw aja, pikirku dalam hati.

    Sedikit-sedikit amazing.....bunda amazing....

    yaelaaa....untung gak ada lakban dimobil, kalau gak Kristy

    pasti udah aku lakban biar aku bisa ngebut, hahahaha.....Saat

    itu cuaca juga kurang cerah, hujan gerimis, hal itu membuat

    jalan jadi agak licin.

    S

    III

  • 14

    Bun, nanti aku tunjukin tempat biasa kami bilas kalau

    dari pantai Klara, sebenarnya karena mau ngirit aja, gak mau

    keluar duit buat bayar kamar mandi.....hahahaha, kata Tiwi.

    Tapi tempatnya bagus, kata Rendi atau Chiko, aku

    lupa.

    Sempat ada sedikit pertengkaran kecil antara aku

    dengan Tiwi pas dijalan, kebetulan dia duduk disebelahku.

    Setiap ada tikungan atau jalan yang menurun dia selalu bolak

    balik kasih peringatan ke aku, jujur itu malah buatku jadi gak

    konsentrasi, seperti anak kecil aja sedikit-dikit diperingatin. Aku

    juga tau mana yang bahaya atau tidak, apalagi bawa

    rombongan seperti itu tentunya aku akan lebih berhati-hati.

    Mungkin memang sikapku kelihatannya santai dan

    meremehkan, tetapi sebenarnya aku tetap konsentrasi dengan

    apa yang aku hadapi. Seharusnya dia hafal ma gaya

    bundanya, ckckckckck......

    Akhirnya aku ngebentaknya, sambil mengrem mobil,

    Kalau gak kamu aja deh yang bawa nih mobil!!

    Tiwi langsung diam, dan seketika aku langsung

    menyesal karena udah bicara keras seperti itu padanya

    dihadapan teman-temannya. Aku juga tau dia paling gak suka

    43

    Chiko, kalian jalan aja ya.....bunda tunggu

    diatas,kataku. Sebab posisi jalan masih menanjak banget, aku

    khawatir jika aku berhenti menunggu mereka maka mobilku

    akan bergerak mundur lagi, tanjakannya sangat tinggi. Jadi

    aku gak mau ambil resiko untuk kedua kalinya macet ditengah

    jalan.

    Sampai diatas, lewat gapura gerbang Teluk Kiluan, aku

    berhenti dan turun dari mobil. Aku periksa kondisi mobil,

    karena aku khawatir gara-gara kejadian tadi ada kerusakan

    dibawahnya, sedangkan perjalanan kami masih jauh dan

    masih banyak kesulitan yang akan kami hadapi. Semua terlihat

    baik, syukurlah....Lalu aku masuk kembali kedalam mobil,

    menunggu anak-anak sambil mendengarkan musik dimobil.

    Yang pertama sampai diatas Tiwi, aku lihat dia

    berusaha sekuatnya lari menghampiri mobilku. Aku sempat

    bengong juga lihat dia dengan nafas ngos-ngosan berdiri

    disamping jendela mobilku. Sambil mengatur nafasnya yang

    terengah-engah dia terus menatapku.

    Lah, kenapa pula nih anak? bingung aku jadinya.

    Cara dia menatapku seperti aku ini manusia dari luar angkasa

    aja, hahahahaha.....

  • 42

    bismillahhirohmannirohiim....bisikku dalam hati. Aku tetap

    berusaha fokus dan tenang.

    Aku sempat mendengar mereka memanggil-manggilku

    karena mencemaskan keadaanku, Bunda....bunda..... tapi

    aku terus konsentrasi, aku acuhkan semuanya, aku hanya

    fokus dengan jalan yang ada didepan mataku.

    Tiwi, jangan nangis.....tahan wi, jangan nangis....,

    entah suara Kristy atau Iid yang aku dengar meminta Tiwi

    jangan menangis. Bunda.... suara Tiwi.

    Sempat juga aku mikir, Ngapain sih tuh anak pakai

    acara mau nangis segala disituasi kayak gini? Apa gak bisa

    dicancel dulu nangisnya?

    Aku menunggu Chiko dan tiwi selesai membuat jalur

    baru untuk kulalui,Bunda ambil sebelah kanan.....jangan

    kekiri...kata Chiko.

    Aku coba mengikuti jalur baru yang mereka buat

    dengan tekanan penuh pada gas, mereka semua dengan

    tegang melihat mobilku melaju dengan kencang melewati itu

    semua. BERHASIL!! Alhamdulillah.....

    Chiko berlari-lari mengejarku.

    15

    kalau ada orang yang bicara keras atau bentak-bentak dirinya.

    Aku mengerti maksudnya baik agar aku lebih berhati-hati.

    Kemudian aku minta maaf padanya, karena sudah berkata

    keras dengannya. Awalnya dia diam saja, terus aku

    mengulurkan jari kelingkingku tanda damai. Rasanya gak enak

    kalau sampai kami ribut sedangkan perjalanan masih jauh.

    Akhirnya dia mau juga terima jari kelingkingku. DAMAI.....

    Kristy langsung ketawa liat kami kayak gitu,

    hehehe......kayak anak kecil emang pake baikan dengan jari

    kelingking saling berkaitan begitu

    Kalau Kristy lain lagi cara kasih peringatan ma aku,

    setiap aku agak ngebut dia bilang gini: Bunda nih gak bisa

    banget liat jalan agak mulus ma lebar dikit....

    Atau setiap jalan udah mulai menyempit, dia bilang:

    Jalan menyempiiiiiiiiiit...... hahahaha, teguran halus buatku

    untuk ngurangi kecepatan

    Kalau yang cowok-cowoknya malah sibuk provokatorin

    aku supaya ngebut bawa mobilnya,

    Hayoooo Bun.....hayooo....yang kencang bun.... tapi

    Kristy sibuk jerit-jerit sih....lagipula aku ingat mereka kan baru

  • 16

    makan, kalau dibawa ngebut nanti malah jadi mual, bahaya

    kalau sampai muntah dimobil. Sayang mobilnya, hahahaha.....

    Kasihan juga ma Chiko, dia duduk dibelakang dan

    karena badannya tinggi setiap aku ngebut dan lewat jalan

    yang jelek kepalanya selalu benturan ma atap mobil.

    Hadeuuuuh....kenapa gak dilipat aja makanya tuh badan biar

    bisa pendekkan dikit

    Si iid mah dijalan lebih banyak diamnya, mungkin lagi

    sibuk zikiran dalam hati....supaya kami selamat sepanjang

    jalan ke Kiluan, dia udah pernah ikut mobilku jadi dia tau

    banget gimana caraku bawa mobil. Makanya kalau dia diam

    dan sibuk berdoa dalam hati, ya aku bisa maklum....hahaha...

    Sementara Rano juga lebih banyak diam, mungkin lagi

    ngumpulin tenaga buat siap-siap nyebur di Laut nanti

    Yang lucunya, si Kristy karena takut jatuh kedepan (dia

    posisi duduk dideretan kedua dan ditengah), badannya dililitin

    pake sabuk pengaman, yang akhirnya malah buat dia susah

    sendiri kalau yang dari belakang mau keluar dari mobil, ada-

    ada aja.

    Dimobil aku kan setel lagu-lagu Geisha yang mellow

    itu....si Rendi yang suka banget, dia minta dikerasin suara

    41

    jalan membuat suasana semakin runyam. Saking kuatnya gas

    yang aku tekan membuat ban mobil mengepul keluar asap

    beradu dengan jalan. Bau karet terbakar langsung menusuk

    hidungku.

    Turun!!! Kalian semua cepat turun!!! Mobil ini terlalu

    berat.....!!! seruku sambil sekuatnya aku memegang rem

    tangan dan menginjak rem kaki, perseneling tetap aku

    masukkan kegigi 1 agar mobil bisa bertahan gak mundur terus.

    Mereka semua langsung secepatnya melompat turun dari

    mobil.

    Chiko, kita buat jalur baru...!!seru Tiwi disela-sela

    kepanikannya. Dengan gesit Chiko langsung mengambil batu-

    batu yang ada, bersama Tiwi menimbunin bagian jalan yang

    berlobang. Tangan Chiko sampai luka terkena batu yang

    tajam. Jalan yang rusak sebenarnya hanya beberapa meter,

    yang lain mulus. Tetapi karena posisinya pas ditengah-tengah

    tanjakan itu yang berbahaya.

    Sementara itu mobilku perlahan-lahan terus turun

    kearah jurang. Ya Allah, bantu aku, aku pasrahkan diriku

    padaMu Ya Allah, Kau yang memiliki diriku.....hidup matiku

    Kau yang berkuasa... laahaaulaawallaquataillahbillah,

  • 40

    dibagian tengah, ada beberapa lobang yang lebar-lebar,

    dengan pecahan batu berserakan.

    Mana pinggirannya jurang pula. AC sengaja aku

    matikan biar mobilku kuat tarikannya. Tetapi kali ini benar-

    benar aku ketemu MASALAH! Pas ditengah bagian jalan yang

    rusak, mobilku gak kuat menanjak walau gas sudah aku tekan

    sekuatnya sampai dasar. Mobil kami mundur!!!! MUNDUR dan

    terus bergerak mundur!!!!

    Astaghfirullah.....Aku berusaha sekuatnya dengan

    menggunakan kedua rem, baik rem tangan dan rem

    kaki....tanganku yang satunya semampunya mengendalikan

    stir mobil tapi posisi mobil tetap mundur!! Aku mencoba segala

    cara agar bisa maju kedepan, tetapi sekali lagi semua

    percuma. Dengan beban penumpang seperti itu, rem seperti

    tak berfungsi.Mobil kami terus bergerak mundur kebawah

    dengan posisi miring kearah jurang tak tertahankan....

    Anak-anak menjadi panik, ketakutan menguasai

    mereka karena jika aku gak bisa menahan lajunya mobil itu,

    kami semua akan masuk kedalam jurang disamping kami....

    Aku berulang-ulang menekan gas agar mobil maju

    kedepan, bunyi decitan ban mobil yang bergesekan dengan

    17

    musiknya, teman-temannya pada ngeledekin dia, karena ada

    bagian dari lagu-lagu itu yang cocok ma kisah percintaannya

    Rendi.....Cieeee, cieeee....

    Setelah melewati Pantai Klara, kami memasuki

    kawasan pangkalan TNI AL. Kami sempat berhenti sebentar di

    ATM BNI yang ada dipinggir jalan. Kebetulan Rendi dan Rano

    juga udah kebelet, jadi ini kesempatan buat mereka bagi-bagi

    rezeki dimesjid terdekat......hihihihihi....

    Terus ada bapak-bapak yang sempat menanyakan

    kami mau kemana. Setelah tau kami mau ke Kiluan, dia bilang

    sayang kalau Ke Kiluan bawa mobil kayak mobilku itu, karena

    jalan disana rusak banget. Waduuuuh......pikirku.....

    Pangkalan TNI AL

    Saat memasuki persimpangan di Pangkalan TNI AL,

    kami ambil jalur yang sebelah kiri menuju pangkalan AL/ bumi

    marinir atau Punduh Pidada. Sambil berbelok, mataku sempat

    melihat sekilas ada tentara muda disitu yang tampangnya

    manis, sayang amat tuh orang terdampar disini pikirku, cuma

    aku diam aja gak bilang ma Tiwi, karena aku sudah bisa

    bayangin pasti dia ngomong gini:

  • 18

    Ya ampun Bundaaaa.......sempat-sempatnya tuh mata

    liat yang kayak gitu.....uuuuuh....,

    Ya namanya juga manusia normal, wajar atuh bereaksi

    terhadap hal-hal yang menarik mata, itu namanya proses alam

    Kebetulan Kristy pernah ke Kiluan, walau udah lama

    tapi sedikit-sedikit dia masih ingat rutenya. Penunjuk jalan ke

    Kiluan juga hanya berupa papan kecil yang kalau terburu-buru

    bisa terlewatkan oleh mata. Berapa kali Chiko memintaku

    untuk berhenti dulu kalau aku merasa capek. Tapi semua

    masih terasa biasa aja bagiku,

    Bunda tau sampai dimana batas kemampuan bunda,

    kalau bunda gak berhenti berarti bunda masih kuat....kataku

    pada mereka.

    Berulang-ulang Tiwi juga nanya ke Kristy, masih jauh

    gak Kiluan itu. Terus aku bilang setengah meledeknya, yynk

    bisa sabar nahan pengen ke Kiluan berbulan-bulan, masa

    nahan beberapa jam aja gak bisa sih?

    Lepas dari kawasan pangkalan TNI AL atau setelah

    melewati Punduh Pidada mulailah banyak rintangan dijalan.

    Jalan yang kami lalui sebagian besar rusak berat,

    banyak kubangan air yang rata-rata lebar dan cukup dalam

    39

    Aku ngelihat mereka, Ayooo....kalau gitu kita pergi

    sekarang mumpung masih terang dan belum deras

    hujannya...

    Karena mengejar waktu, jangan sampai ketemu gelap

    didaerah yag parah banget jalannya, kami semua langsung

    berangkat.

    Ada diantara mereka yang bertanya,Bunda ngrasa

    yakin gak nih? Hmm....aku selalu yakin dengan diriku, terlalu

    yakin malah . Kalau aku tetap nekad ngajak pulang magrib

    itu juga karena semuanya sudah kupikirkan. Mungkin aku

    memang suka mengambil risiko, tetapi semua pakai

    perhitungan. Saat itu waktu menunjukkan pukul sekitar jam

    18.00 wib.

    ada saat melewati tanjakan jalan yang rusak

    dekat gapura Teluk Kiluan, aku sempat kesulitan

    karena tanjakannya tinggi sekali, dan dengan

    kemiringan yang tajam, belum lagi jalannya rusak

    P

    V

  • 38

    Saat itu jam menunjukkan sekitar pukul 17.00. Aku tau

    mungkin Tiwi agak kecewa karena gak bisa melihat sunset,

    tetapi semua sudah aku pertimbangan baik-baik. Ya

    setidaknya sebagian harapan dia sudah aku penuhin, bisa

    datang keTeluk Kiluan.

    Diatas perahu yang membawa kami kembali keTeluk

    Kiluan, kami melihat awan semakin hitam, gerimispun mulai

    turun. Gimana nih Nda? Gelap banget awannya.... kata Tiwi.

    Aku diam aja, hanya berharap jangan hujan deras sekarang,

    setidaknya sampai kami melewati rute-rute yang sulit dijalan

    nanti.

    Dengan terburu-buru kami dari pantai langsung lari

    ketempat mobil kami diparkir. Aku bilang sama Bu Yon tempat

    kami nitip mobil, bahwa kami mau pulang saat itu juga, dia

    menatapku dengan heran,

    Gak jadi nginap Bu?

    Aku jawab, Gak Bu, kami pulang aja..... Tiwi nanya ke

    ibu itu, Memang kalau jalan malam susah ya Bu? Ibu

    itu sambil senyum,Iya, kalau hujan sungai tempat

    lewat itu sering banjir.....jadi gak bisa lewat.

    19

    karena saat itu mulai masuk musim hujan, jalan grompal

    dimana-mana, belum lagi sebagian besar jalan masih

    menggunakan batu kali yang besarnya sebesar buah kelapa,

    ditambah tikungan-tikungan tajam yang membuatku harus

    ekstra hati-hati dan waspada setiap saat. Selain tikungan yang

    tajam, ditambah lagi alur jalan yang menanjak dan menurun

    karena masuk daerah pegunungan membuatku kesulitan

    melihat ada tidaknya kendaraan dari arah depan.

    Ada beberapa pemandangan yang menurut kami lucu

    juga, kami berapa kali papasan dengan rombongan ibu-ibu,

    tetapi mereka bawahannya pada pake kain atau sarung

    gitu....adat kebiasaannya masih kuat kalau ada acara-acara

    tertentu disitu. Aku bayangin gimana kalau gaya gitu

    diterapkan dikota besar, waaaaah, beribet kayaknya....

    Gimana Bun, jalannya? tanya Kristy berulangkali,

    karena aku selalu menjawab kalau jalan itu rusaknya belum

    apa-apa. Ah, masih biasa aja koq.....ini mah belum parah

    banget..., jawabku sambil tetap fokus melihat jalan didepan.

    Sebab selip sedikit mobil bisa terperosok kedalam lobang

    dijalan. Aku juga pakai insting aja mengira-ngira mana

    kubangan yang gak terlalu dalam untuk aku lewatin.

  • 20

    Genangan air membuat jalan tidak jelas dalam atau dangkal

    lobangnya.

    Dan yang lebih ekstrim serta memacu adrenalin

    adalah, karena sepanjang pinggiran jalan adalah jurang-jurang

    yang tanpa batas pengaman dan hutan besar, sedangkan

    jalan yang ada lebarnya hanya pas untuk dua mobil bersisian,

    itupun sulit dilakukan sebab licin terkena air hujan dan karena

    parahnya jalan.

    Sebalnya, kami merasa sudah berjalan berkilo-

    kilometer, tetapi kenyataannya dari penunjuk jalan bahwa kami

    hanya baru melalui 3-4km saja. Contohnya ada penunjuk jarak

    tertulis 32 km lagi, jadi kami perkirakan sekitar kurang lebih 1

    jam lagi kami sampainya. Terus setelah berjalan jauh yang

    kami perkirakan sekitar 20-25km, ternyata ada plang penunjuk

    jarak tertulis: KILUAN 21km. Jiaaah.....berarti baru berapa

    kilometer aja yang kami tempuh. Gubraaak banget deh.....

    Pokoknya setiap kami lihat penunjuk jalan

    menunjukkan berapa kilometer lagi yang harus kami lewati,

    langsung saja kami ngoceh-ngoceh gemes sendiri, seperti

    dipermainkan. Masyaallah......kapan sampainya kalau begini,

    pikirku dalam hati.

    37

    bawa anak orang, kalau ada apa-apa dengan mereka

    bagaimana?

    Aku melihat mereka satu persatu. Wajah-wajah yang

    sedang bahagia. Saat bermain seperti itu, mereka terlihat

    seperti bocah-bocah yang tanpa beban.

    Akhirnya aku memutuskan untuk balik kepondok, aku

    ajak anak-anak biar mereka makan dulu bekal yang kami

    bawa. Sementara kami makan, Tiwi sibuk mengabadikan

    pemandangan di Kiluan baik dengan foto maupun video.

    Aku memperhatikan Rendi, dia terlihat senang ikut

    kami, tapi aku bisa lihat dan rasakan kalau sebenarnya dia

    kepikiran kalau kami sampai nginap. Walau dia bilang gak apa-

    apa, pasti perasaan khawatir bakal kena marah orangtuanya

    tetap ada. Hanya dia gak enak aja kalau kami semua terpaksa

    pulang gara-gara dia. Sedangkan situasi jalannya seperti itu.

    Akhirnya aku katakan pada mereka bahwa aku

    memutuskan untuk pulang sekarang. Anak-anak hanya

    menurut saja apa kataku, karena bagaimanapun aku yang

    mereka ikutin.Selesai makan kami siap-siap mau pulang,

    tukang perahu sudah dihubungi untuk menjemput kami.

  • 36

    Dan ujian mata kuliah Assement besok benar-benar

    gak bisa pergi dari pikiranku. Karena itu termasuk makul yang

    paling sulit aku pahami, ditambah dosennya kalau pas ngajar

    sering kayak anak autis, asyik dengan dunianya sendiri.....,

    mikirin bakal ngikut ujian susulannya aja udah buat aku pusing

    duluan, lebih pusing daripada ngelewatin jalan yang hancur

    pas ke Kiluan tadi

    Tapi aku juga bisa lihat cuaca gak bagus, mendung

    banget tanda mau hujan. Aku melakukan perhitungan, kira-kira

    kalau pulang dari Kiluan sebelum malam bisa gak ya?

    Bagaimana situasi dijalan kalau malam hari gini? Siang yang

    terang aja udah sulit melewati semua rute itu, apalagi malam

    hari dimana cuaca mulai gelap.

    Aku bertanya-tanya dengan diriku sendiri: Apa kamu

    sanggup melakukannya? Jika terjadi hal yang buruk dijalan

    bagaimana? Hanya kamu yang berpengalaman nyetir, apa

    kondisi fisik kamu kuat bolak balik nyetir selama 9 jam lebih?

    Bagaimana kalau mobil kamu rusak dijalan? Sedangkan ada

    bagian rute yang lokasinya benar-benar terkucil dan terputus

    dari dunia luar, sehingga sulit meminta bantuan. Kamu tuh

    21

    Melewati jalan rusak seperti itu benar-benar menguras

    energiku, 1km jalan yang rusak sama seperti melalui 3-4km

    jalan yang mulus. Kami sempat juga ketemu rombongan

    penduduk disana yang sedang memperbaiki bagian jalan yang

    termasuk rusak berat dengan menggunakan batu kali yang

    ada. Memang parah banget jalan disitu, rasanya ikhlas kami

    memberi mereka sekedar uang rokok asal tuh jalan jadi

    mendingan untuk dilewati. Yang SEMANGAT ya Pakde, Oom,

    Kangmas......cemunguuut, cemunguuut....

    Lagi-lagi Tiwi nanya ke Kristy kapan sampainya di

    Kiluan.

    Pokoknya kalau gunung itu sudah gak kelihatan lagi

    baru kita sampai...., jawab Kristy. Aku lihat kedepan, wah

    gunungnya masih terlihat jelas banget seperti mengejekku,

    berarti masih lama.

    Bunda capek? tanya Kristy. Hahahaha....pertanyaan

    yang aku rasa gak perlu aku jawab. Mereka yang cuma duduk

    aja udah ngerasa capek, apalagi aku yang harus konsentrasi

    nyetir, dimana kaki dan tanganku harus bergerak berulang-

    ulang antara kopling, gas dan rem, belum lagi punggung yang

    harus tegak karena biar bisa lihat jalan dengan jelas. Tetapi

  • 22

    jujur, aku menyukai perjalanan ini, karena ini semacam

    tantangan bagiku. Lagipula aku memang senang menyetir,

    bisa membuatku teralihkan dari hal-hal yang lagi tak ingin

    kupikirkan. Aku suka dengan kegiatan yang memacu

    adrenalin, hahahahaha.....jiwa petualangnya terlalu kuat

    Akhirnya kami sampai dijalan yang membuat kami

    semua benar-benar kaget, karena jalan yang kami hadapi

    bukan lagi parah, tapi rusaknya sangat, amat berat, benar-

    benar super hancur....

    Ada bagian alur jalan yang membuatku harus berjibaku

    dan menuntut konsentrasi tinggi serta doa yang banyak-

    banyak, karena jalan itu bentuknya menanjak, berliku-liku serta

    terbelah dua, retak dan dalam, disebabkan ada aliran air yang

    melewati jalan tersebut dari arah gunung, sedangkan

    pinggirannya sebagian jalan grompal berbatu-batu atau tanah

    yang becek dan licin.

    Sebelah kiri kami hutan dengan sebagian tanah

    tebingnya longsor terkikis terbawa air, karena hujan.

    Sedangkan sebelah kanan kami adalah jurang yang

    membentang dalam dan curam, gak bisa dibayangkan kalau

    mobil kami terjun bebas kebawah, dan aku gak ingin

    35

    Hanya sayang cuaca saat itu mendung, yang membuat

    kami gak bisa menikmati sepenuhnya keindahan disana.

    Ombak disana besar-besar dan termasuk tinggi, sehingga

    walau kami sudah diatas karang yang tinggi tetap aja

    kecipratan airnya. Dan karena posisiku saat itu melindungi

    Tiwi, badanku kena cipratan air, lumayan buat dingin.....yang

    jelas jadi BASAH, hahahaha....

    Berapa kali juga kami peringatin Chiko dan Rano agar

    gak terlalu ketengah karena ombaknya besar gitu, khawatir aja

    mereka terseret. Maklum mereka berdua kan kurus-kurus, jadi

    mudah keseret ombak

    Tapi Chiko keliatan banget penasaran pengen naik

    kekarang yg merupakan salah satu ciri khas diTeluk Kiluan itu.

    Dan horeeee......walau dengan susah payah berapa kali

    keseret ombak balik kepantai Chiko berhasil juga naik

    kekarang tersebut. Siiip.....salah satu pengamalan dari 18 nilai

    karakter bangsa sudah Chiko terapkan: Kerja keras.

    (Hahahaha.......kata-kataku keliatan guru banget sih....).

    Sementara melihat mereka bermain-main dengan air

    laut, aku duduk diam sambil memikirkan bagaimana caranya

    supaya kami gak usah nginap tetapi langsung pulang saja.

  • 34

    duyung tadi, untung dia pake legging, jadi celana luarnya bisa

    diangin-anginin dulu biar gak terlalu basah.

    Sementara itu barang bawaan kami letakkan di

    pondok-pondokan terbuka tempat duduk yang ada disitu,

    tetapi barang berharga aku suruh simpan diranselku biar

    dibawa jangan ditinggal demi keamanan, karena disitu gak ada

    yang jaga.

    Sini bun, biar chiko yang bawain ranselnya...., Chiko

    menawarkan bantuan. Anak baik..... #lirik Rendi dan Rano

    Kemudian kami menyusuri pantai disebelah kanan,

    karena kami gak tau kalau disebelah kiri lebih indah pantainya

    Chiko dan Rano langsung khilaf liat air laut, sementara

    Rendi gak berani nyebur karena udah diwanti-wanti ma

    enyaknya supaya gak jebur kelaut, pokoknya gak boleh basah,

    hahahahaha.......susah jadi anak mami....Akhirnya dia

    menemani Kristy (dan ini emang yang Rendi harapin, bisa

    berdekatan dengan Kristy terus.....hahahaha, dasaaaar.... ).

    Sedangkan aku bertiga Iid dan Tiwi sibuk foto-foto

    dikarang yang ada disitu, walau resikonya kakiku dengan kaki

    Tiwi jadi kegores karang disana, lumayan pedih juga. Kompak

    amat emak ma anak sama-sama luka kena karang -,-

    23

    membayangkannya, bahkan niat membayangkannya pun jauh-

    jauh aku singkirkan -,-

    Jadi aku harus pintar-pintar memilih jalan yang bisa

    dilalui atau mobil kami terpeleset masuk jurang. Anak-anak

    langsung terlihat panik, aku tahu saat itu kami memiliki

    pemikiran yang sama, apa kami bisa melewati semua itu?

    Tiwi yang posisi duduk depan disebelahku tentu saja

    dengan jelas melihat bagaimana rusaknya jalan yang harus

    kami lewati, aku bisa merasakan ketegangannya juga yang

    lainnya. Aku tahu mereka takut, obrolan dan becandaan

    seperti saat berangkat sudah mulai hilang, semua fokus

    dengan jalan yang kami hadapi didepan, karena itu aku

    berusaha tetap tenang sebab mereka semua bergantung dan

    berharap banyak pada diriku.

    Bismillah.....Ya Allah, lindungi kami semua, bisikku

    dalam hati. Sempat juga terbayang keluarga kecilku, anak-

    anakku, Abang dan Kaka. Ya Allah, mereka gak tau kalau

    bundanya sedang menghadapi perjalanan yang berbahaya

    seperti ini, jika sampai terjadi hal buruk pada diriku mereka gak

    tau....(iih, kayak sinetron jadinya...).

  • 24

    Kalau aku amati, posisi kami seperti menyeberang dari

    gunung yang satu kegunung yang lain, makanya jalannya

    berbentuk melingkar, naik turun.

    Mana di daerah pegunungan ini sinyal handphone

    hilang, gak ada rumah penduduk satupun, benar-benar masih l

    alam liar, kendaraan yang lewat hanya 1-2 saja, membuat

    kami terputus komunikasi dengan dunia luar.

    Tapi pada dasarnya aku memang tipe yang selalu

    optimis, sudah sering aku berhadapan dengan nyawa diujung

    tanduk. Aku selalu yakin dengan kebesaran dan kasih sayang

    Allah pada diriku. Jika selama ini Beliau selalu memberiku

    kekuatan dalam menghadapi setiap ujian hidup yang

    kuhadapi, maka aku yakin Beliau juga akan melindungiku saat

    ini.

    Dengan bantuan Tiwi yang menjadi navigator dadakan,

    aku perlahan-lahan mengendarai melewati jalan tersebut.

    Benar-benar semua keahlianku menyetir terujikan disini.

    Tantangan. Dan bagiku ini malah lebih menantang daripada

    saat aku bertahan hidup diruang ICU. Sebab bukan nyawaku

    saja yang harus kuselamatkan, tetapi ada 6 orang yang

    nyawanya tergantung pada keahlianku menyetir (sayang, gak

    33

    aku lihat masih seadanya. Kamar mandi untuk umum malah

    bentuknya sederhana banget. Ada beberapa tempat sampah

    disetiap sudut tapi rupanya masih banyak orang yang belum

    ada kesadaran tentang kebersihan, karena masih banyak

    sampah bekas snack atau makanan yang tercecer dipinggiran

    pantai.Sayang banget.....

    Disitu sudah ada beberapa pengunjung yang bermalam

    termasuk ada sepasang muda mudi yang seperti sedang

    menikmati bulan madu, tapi gak tau juga sih mereka suami istri

    atau bukan -,- ini termasuk jadi bahan guyonan kami, karena

    tuh cewek pake celana pendek yang sexi banget.....trus

    cowoknya seperti masih keturunan arab gitu dengan hiasan

    brewok diwajahnya, yang buat Kristy terpana

    (hayoooo......apakah yang ada dalam pikiran Kristy? Tanda

    tanya BESAAAAR....hahaha).

    Tawaran untuk nyewa cottage belum kami ambil,

    karena kami masih mau lihat sikon dulu, kami belum pasti mau

    nginap atau gak. Chiko dan Rano langsung ganti baju yang

    sudah mereka persiapkan untuk main dilaut, Iid kekamar

    mandi mengganti celananya yang basah karena jadi putri

  • 32

    bawa baju salinan untuk nginap tapi aku tinggal dimobil,

    sedangkan kami kan gak mungkin putar haluan lagi perahunya

    cuma buat ngambil tuh baju), akhirnya kami mulai

    berlayar......jiaah, berlayar bahasanya.

    Yang duduk paling depan si Rendi, trus Rano, Iid, aku,

    Kristy, Tiwi, Chiko, dan Robi situkang perahu (ya dia pasti

    ikutlah.....hahahahaha).

    Perjalanan naik perahu ke pulau Kelapa memakan

    waktu sekitar kurang lebih 15 menit, mana si Robi bawa

    perahunya agak ngebut sehingga air laut muncrat-muncrat

    kearah kami. Ngejar setoran banget tuh orang.... -,-

    Sambil menikmati pemandangan yang ada aku sibuk

    ngambil foto-fotoku diatas perahu, yang buat Tiwi jadi jerit-jerit

    marahin aku karena kuatir aku dan Hpku jatuh (kayaknya dia

    lebih sayang Hpku yang jatuh deh daripada bundanya yang

    jatuh -,-).

    Begitu turun kami disambut bapak-bapak penjaga

    pantai disitu, dia meminta kami membayar tarif masuk

    Rp.5000,-/orang. Dan kalau kami mau nginap, cottage disitu

    ditawarkan Rp.200.000. Cottagenya terbuat dari papan,

    berbentuk kamar-kamar seperti kost-kostan. Kamar mandinya

    25

    sempat didokumentasikan sebagai bukti....hahahaha, di ICU

    aja aku sempat foto-foto, Iiiih...lagipula dengan keadaan

    seperti itu siapa pula yang terpikir mau ambil foto atau video?

    Hadeuuh....buun...buun, pasti mereka pada ngomong gitu ).

    Semua jalan itu gak ada yang baik, jadi aku hanya

    memilih yang kira-kira paling kecil risiko bahayanya. Tanganku

    sudah seperti bermata saja, meliuk-liuk secara otomatis

    mengendalikan stir mobil, mencari jalan yang layak dan bisa

    dilalui.

    Alhamdulillah, kami bisa melewati bagian yang

    mengerikan tersebut. Tetapi bukan berarti kami sudah boleh

    tenang, karena jalan masih lumayan buruk sampai didaerah

    desa Bawang.

    Dan Ya Allah.....masih ada satu ujian lagi untukku

    sebagai sopir, yaitu menyeberangi sungai berbatu. Karena

    jalan yang biasa dilewati sedang diperbaiki, dibuatkan

    jembatan. Jalan dari tanah serta becek penuh kubangan air,

    membuat jalan menjadi licin dan kalau tidak hati-hati

    kendaraan kita bisa nyangkut disana.

    Anak-anak sudah sibuk dengan celotehan mereka

    karena sama kagetnya seperti aku. Posisi sungai itu tepinya

  • 26

    tinggi sekitar 1meter dengan posisi yang gak terlalu miring,

    agak tegak lurus gitu. Jadi aku harus mengendarai mobil terjun

    kedalam sungai tersebut, yang kebetulan ketinggian airnya

    hanya kurang lebih sejengkal, terus menyeberang dengan

    posisi menanjak. Dan aku gak tau gambaran jalan yang ada

    diatas. Aku malas mau turun, malas basah kakinya. Jadi aku

    spekulasi aja deh.....

    Lebih baik kalian turun dulu, takut gak kuat

    nanjaknya, kataku sama mereka. Dengan cepat mereka

    segera menuruti kata-kataku. Dan sekali lagi Tiwi sebagai

    pemberi arah untuk jalan yang harus aku ambil. Bunda, ambil

    sebelah kiri terus kekanan.... sementara yang lain berjaga-

    jaga dibelakang mobilku. Petunjuk dari Tiwi itu aku turutin. Aku

    kira-kirain saja kecepatan gas mobil untuk bisa melewati tepian

    sungai itu. Dan, sekali lagi aku lulus ujian.......

    Anak-anak langsung lega melihat mobil udah

    nyeberang sungai.

    Bunda keren, kereeeeen banget..... kata mereka

    sambil acung jempol. Pyiuuuh.....kalau kerennya karena

    melewati bahaya kayak gini, hadeuuuh.....gak usah deh,

    makasih....

    31

    ada didekatnya untuk pegangan agar gak kejebur dalam laut.

    Kebetulan aku berada diposisi sampingnya, sehingga bahuku

    yang dia pegang. Tetapi karena posisinya udah miring banget

    pegangannya terlepas.Jebur deh Iid..... Otomatis tangan

    kananku memegang tangannya, berusaha menahan agar

    kepala Iid bisa ketahan gak masuk kedalam air. Sementara itu

    Chiko yang sudah naik dan duduk dekat tukang perahu

    dengan sigap langsung loncat turun meraih badan Iid, sambil

    memeluk Iid tangannya juga berusaha mengambil handphone

    iid dari saku celananya agar gak masuk air, untung gak salah

    ambil ma pegang ya Ko?

    Wah, kagum juga aku lihat kesigapan Chiko, karena dia

    bisa cepat mengambil tindakan seperti itu, sementara yang lain

    masih terpana lihat Iid mendadak seperti putri duyung yang

    lagi jebur dalam laut......1 point nilai Chiko naik

    dimataku....hahahahaha, yang gelinya Kristy pikir Iid lagi

    becanda, jadi dia malah bengong liatin muka Iid. Wah, yang

    jelas Iid udah tes duluan tuh laut, gak sabaran dia pengen

    cepat-cepat nyemplung.....

    Setelah semua naik perahu (kasihan juga liat iid yang

    basah kuyup gitu, mana gak bawa salinan baju pula, aku sih

  • 30

    pendatang serta menyediakan tempat penitipan kendaraan.

    Setelah bincang-bincang sejenak menanyakan ongkos

    naik perahu untuk menyeberang kepulau kelapa dengan

    tukang sewa perahu, akhirnya kami pun sepakat. Biaya

    nyeberang Rp. 15.000/orang. Kapasitas perahu sanggup

    menampung sampai dengan sekitar 10 orang, kecuali bagi

    mereka yang dengan ukuran tubuh overweight sih.....

    Ada lucunya juga si Rendi kan minta nomor HP si

    tukang perahu, biar kami bisa nghubungi dia pas minta jemput

    dari pulau, Rendi save dengan nama Oom Kiluan,

    hahahaha....., aku langsung tanya nama si tukang perahu.

    Mas, namanya siapa ya? Masa nomornya disimpan

    ma dia dengan nama Oom Kiluan, kataku sambil nunjuk

    Rendi.

    Tukang perahunya ketawa,ROBI....

    Jiaaah, keren amat namanya, terlalu bagus.....aku pikir

    namanya Dullah, Joni atau paling bagus Beni....kataku dalam

    hati.

    Saat naik perahu, sempat terjadi insiden. Karena posisi

    perahu yang bergoyang-goyang, Iid saat naik perahu menjadi

    oleng badannya. Dia langsung berusaha meraih apa saja yang

    27

    Dari sana, kami terus melewati jalan tanah dengan

    sawah-sawah dipinggiran jalan hingga kami sampai disuatu

    pasar yang namanya Pasar Bawang. Dipersimpangan pasar

    Bawang, kami ambil jalan yang sebelah kanan sampai

    dipersimpangan terakhir, kami mengikuti berdasarkan petunjuk

    jalan yang ada. Rumah-rumah penduduk disini mulai rapat,

    dengan bentuk yang sederhana, sebagian besar rumah

    berbentuk panggung. Halamannya ditutupin dengan batu

    sungai, untuk menghindari tanah yang licin dan berlumut,

    sebab kalau musim hujan posisi tanah menjadi becek dan licin.

    Banyak anak-anak yang bermain di jalan, hewan peliharaan

    juga dengan bebasnya berkeliaran dijalan. Disini jalannya

    berkerikil.

    Akhirnya gapura Teluk Kiluan Kelumbayan, Kab.

    Tanggamus terlihat juga oleh kami. Horeeee........Legaaa....

    Setidaknya kami bisa mencapai teluk Kiluan ini walau sulitnya

    jalan yang kami tempuh. Kemudian kami turun sebentar untuk

    foto-foto, dan kalau sudah foto-foto gitu apa yang kami alami

    sepanjang jalan tadi seperti hilang gak ada bekasnya,

    hahahahaha.....

  • 28

    Dan sebenarnya ini salah satu cara kami melepaskan

    ketegangan selama dijalan tadi. Cara rileksisasi yang

    menyenangkan

    Apalagi alam sekitar dapat mengobati rasa lelah.

    Hanya satu kata yang bisa aku katakan. Indah. Karena dengan

    posisi diatas gunung seperti itu, kami bisa melihat

    pemandangan yang ada dibawah.....laut dan bukit-bukit

    karang, pengunungan disekitarnya.

    Setelah foto-foto, kami melanjutkan perjalanan.

    Melewati gapura masuk Teluk Kiluan ada jalan kecil disebelah

    kiri yang menurun tajam dengan bagian tengah yang rusak

    berat. Pinggiran jalan masih jurang yang terjal dan

    disebelahnya tebing hutan. Memang itu jalan cor semen, tetapi

    tampaknya yang mengerjakan jalan itu banyak korupsinya,

    sehingga takaran semennya kurang. Makanya jalannya udah

    pada rusak seperti itu -,-

    Setelah menuruni turunan tajam tersebut, tampak oleh

    kami perkampungan dan rumah-rumah orang Bali. Di Kiluan

    memang banyak orang Bali jadi jangan heran akan banyak

    gapura-gapura dan pura khas bali disini. Jalannya kecil tapi

    cukup untuk dua mobil bersisian. Setelah melewati

    29

    perkampungan orang Bali, akhirnya sekitar jam 15.35 wib kami

    sampai juga di Teluk Kiluan.

    Ya ampuuuuuun......kami benar-benar berada di

    TELUK KILUAN!!! Kayak MIMPI rasanya, padahal beberapa

    jam yang lalu aku masih duduk di ruang kuliah UNILA dengan

    badmood, sekarang sudah di daerah Tanggamus!! Buset

    deh.....Dan rasa lelahku langsung hilang begitu melihat wajah

    Tiwi yang kelihatan senang banget, begitu juga teman-

    temannya. Mungkin mereka gak menyangka hari ini mereka

    bisa menginjakkan kaki mereka di Teluk Kiluan juga akhirnya,

    padahal tadi kumpul-kumpul dikostnya Tiwi tanpa punya tujuan

    yang pasti mau ngapain....hahahahaha....

    Makasih Ya Allah, aku bisa memberi kebahagiaan

    untuk mereka.....rasanya letih yang kurasa raib entah kemana.

    ami parkir mobil di halaman rumahnya Pak Yon,

    salah satu penduduk disana yang juga punya

    bisnis menyewakan tempat penginapan untuk K

    IV