Opini Reklamasi Teluk Benoa

27
OPINI TENTANG REKLAMASI TELUK BENOA BALI OLEH: NS. I WAYAN DIANA AMERTA,S Kep MAHASISWA PASCA SARJANA PROGRAM STUDI P2WL

description

paper ekonomi sumber daya alam

Transcript of Opini Reklamasi Teluk Benoa

Page 1: Opini Reklamasi Teluk Benoa

OPINI TENTANG REKLAMASI TELUK BENOA BALI

OLEH:

NS. I WAYAN DIANA AMERTA,S Kep

MAHASISWA PASCA SARJANA PROGRAM STUDI P2WL

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASARA

TAHUN 2015/2016

Page 2: Opini Reklamasi Teluk Benoa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata sudah menjadi nafas dan urat nadi bagi Bali. Ini terjadi karena

pariwisata dijadikan sebagai tulang punggung ekonomi, akan tetapi pariwisata

bagai pisau bermata dua. Pariwisata memang penuh paradoks dan ironi. Terlebih

dengan pemanfaatan kebudayaan sebagai modal utama dalam pengembangan

pariwisata. Seringkali dikatakan pariwisata sebagai senjata kapitalis untuk

menghancurkan budaya itu sendiri namun tidak sedikit juga dikatakan sebagai

wahana pelestari budaya.

Pariwisata di Bali adalah pariwisata budaya, yang mengekpos budaya Bali

sebagai produk utama. Interaksi panjang antara orang Bali dan wisatawan telah

menghasilkan akulturasi, membuat orang Bali hidup dalam dua dunia, dunia

tradisional dan dunia pariwisata. Namun sejajar dengan pergeseran arti Pariwisata

Budaya, kita juga menyaksikan pergeseran dalam urutan prioritas. Hal yang kini

lebih diperhatikan pemangku kebijakan adalah bagaimana memanfaatkan budaya

demi pariwisata, bukan lagi menilai dampak pariwisata terhadap kebudayaan

mereka.

Banyaknya vila dan hotel yang melanggar sempadan pantai dan jalur hijau,

menunjukkan bahwa para pemangku kebijakan belum memahami konsep

pembangunan pariwisata yang sudah dibuat sejak pertengahan tahun 1970. Bali

jika bercermin dari hasil penelitian dan pengkajian SCETO, konsultan pariwisata

Page 3: Opini Reklamasi Teluk Benoa

dari Prancis tahun 1975, di Pulau Bali maksimal dibangun 24.000 kamar hotel

berbintang untuk menjaga daya dukung Bali. Namun kenyataannya di Bali kini

telah dibangun 55.000 kamar hotel berbintang atau dua kali lipat daya dukung

Bali (antaranews.com). Tahun 2012, jumlah kunjungan wisatawan ke Bali

mencapai 2.893.074 orang (PHRI Bali, 2013). Kendati angka kunjungan cukup

besar, namun tingkat hunian kamar (THK) hotel di Bali, bisa dikatakan fluktuatif.

Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati, Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan

Restoran Indonesia (PHRI) Bali, mengatakan kunjungan wisatawan tidak diikuti

dengan meningkatnya tingkat hunian ini disebabkan menurunnya length of

stay atau lama tinggal dan  jumlah kamar yang

meningkat sehingga supply dan demand tidak seimbang.

Begitu pula halnya dengan pembangunan vila di tengah sawah yang ada di

Bali. Tentu saja hal tersebut akan berdampak pada pemotongan jalur air. Air yang

seharusnya untuk subak serta pertanian pada akhirnya habis untuk puluhan hingga

ratusan vila di satu tempat. Namun yang terlihat dewasa ini bukanlah moratorium

pembangunan vila dan hotel, melainkan eksploitasi pariwisata secara berlebihan

sehingga bermuara pada alih fungsi lahan hijau.

Filosofi Tri Hita Karana seakan tidak lagi menjadi pedoman utama dalam

pembangunan pariwisata di Bali. Wisatawan mancanegara pada dasarnya datang

berlibur ke Bali untuk melihat alam dan budaya masyarakat Bali yang tidak dapat

dijumpai di negara asal mereka. Wisatawan datang untuk melihat sistem subak,

sawah terasering, serta pemandangan alam yang begitu luar biasa. Di era otonomi

daerah ini, para pemangku kebijakan di Bali seyogyanya tidak hanya memikirkan

Page 4: Opini Reklamasi Teluk Benoa

pendapatan asli daerah (PAD) semata, yang salah satunya diperoleh dari

pemberian izin pembangunan hotel, vila dan rumah makan di lokasi-lokasi yang

seharusnya tetap dibiarkan hijau.

Berdasarkan kondisi riil diatas penulis mencoba untuk masuk dan

memberikan pandangan pribadi terhadap permasalahan yang sedang hangat

menjadi polemik di Bali yaitu “Reklamasi Teluk Benoa”.

Page 5: Opini Reklamasi Teluk Benoa

BAB II

TINJAUAN KASUS

Sebagai landasan berfikir, sebelum mengemukakan pendapat mengenai

permasalahan lingkungan yang ada, penulis mencoba menyajikan landasan teori

yang bisa dijadikan pijakan berfikir terhadap fenomena saat ini serta kesenjangan

yang terjadi dan kemungkinan-kemungkinan yang bisa ditimbulkan sebagai

dampak dari sebuah kegiatan reklamasi di suatu tempat

A. Definisi Reklamasi

Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh Orang dalam rangka

meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan

sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase (UU No

27 Thn 2007).

Pengertian reklamasi lainnya adalah suatu pekerjaan/usaha memanfaatkan

kawasan atau lahan yang relatif tidak berguna atau masih kosong dan berair

menjadi lahan berguna dengan cara dikeringkan. Misalnya di kawasan pantai,

daerah rawa-rawa, di lepas pantai/di laut, di tengah sungai yang lebar, ataupun di

danau. Pada dasaranya reklamasi merupakan kegiatan merubah wilayah perairan

pantai menjadi daratan. Reklamasi dimaksudkan upaya merubah permukaan tanah

yang rendah (biasanya terpengaruh terhadap genangan air) menjadi lebih tinggi

(biasanya tidak terpengaruh genangan air). (Wisnu Suharto dalam Maskur, 2008).

Sesuai dengan definisinya, tujuan utama reklamasi adalah menjadikan

kawasan berair yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Page 6: Opini Reklamasi Teluk Benoa

Kawasan baru tersebut, biasanya dimanfaatkan untuk kawasan pemukiman,

perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta objek wisata. Dalam

perencanaan kota, reklamasi pantai merupakan salah satu langkah pemekaran

kota. Reklamasi diamalkan oleh negara atau kotakota besar yang laju

pertumbuhan dan kebutuhan lahannya meningkat demikian pesat tetapi

mengalami kendala dengan semakin menyempitnya lahan daratan (keterbatasan

lahan). Dengan kondisi tersebut, pemekaran kota ke arah daratan sudah tidak

memungkinkan lagi, sehingga diperlukan daratan baru. (http//www.lautkita.org)

Dalam konteks pengembangan wilayah, reklamasi kawasan pantai ini

diharapkan akan dapat meningkatkan daya tampung dan daya dukungan

lingkungan (environmental carrying capacity) secara keseluruhan bagi kawasan

tersebut. Reklamasi dilakukan dalam rangka meningkatkan manfaat sumberdaya

lahan yang ditinjau dari sudut lingkungan dan social ekonomi dengan cara

pengurugan, pengeringan lahan atau drainase (UU 27, 2007). Hal ini umumnya

terjadi karena semakin tingginya tingkat populasi manusia, khususnya di kawasan

pesisir, sehingga perlu dicari solusinya. Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1990,

Tujuan reklamasi yaitu untuk  memperbaiki daerah atau areal yang tidak terpakai

atau tidak berguna menjadi daerah yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai

keperluan manusia antara lain untuk lahan pertanian, perumahan, tempat rekreasi

dan industri. 

B. Babak Baru Reklamasi Teluk Benoa

Page 7: Opini Reklamasi Teluk Benoa

Lahirnya Perpres No. 51 tahun 2014 di akhir Mei tahun ini seolah menjadi

babak baru dalam  perjuangan menjaga Bali dari reklamasi.  Bagaimana tidak,

dalam  Perpres ini wilayah Teluk Benoa yang dulunya merupakan zona L3 atau

konservasi (Perpres No. 45 tahun 2011) ,kini masuk dalam zona P atau

penyangga. Dalam zona ini terdapat kegiatan kegiatan yang di perbolehkan seperti

kegiatan kelautan, perikanan, pariwisata, pengembangan ekonomi, pemukiman

bahkan penyelenggaraan reklamasi.

Pada Intinya penerbitan Perpres No. 51 Tahun 2014 ini menghapuskan

pasal-pasal yang menyatakan Teluk Benoa sebagai kawasan konservasi

sebagaimana yang disebutkan di dalam pasal 55 ayat 5 Perpres No. 45 Tahun

2011. Serta mengubah kawasan konservasi perairan pesisir Teluk Benoa menjadi

zona penyangga, yang secara tegas di muat dalam pasal 63A ayat (2) Perpres No.

51 tahun 2014 yang berakibat pada dapat di reklamasiya teluk benoa (pasal 101A

Perpres No. 51 tahun 2014). Bahkan  luas wilayah yang dapat di reklamasipun

telah di tentukan, yakni maksimal seluas 700 hektar.

Selain klausul yang mengijinkan kegiatan revitalisasi termasuk

penyelenggaraan reklamasi, Perpres No. 51 tahun 2014 juga mengurangi luasan

kawasan konservasi perairan dengan menambahkan frasa “sebagian” pada pasal

55 Perpres No. 51 tahun 2014. Lahirnya Perpres No. 51 tahun 2014 ini seolah

menjadi jalan bebas hambatan untuk di langsungkanya reklamasi di Teluk Benoa.

C. Dampak Negatif Reklamasi Teluk Benoa

Dalam etika pembangunan dan keadilan, pembangunan tidak hanya cukup

Page 8: Opini Reklamasi Teluk Benoa

mengandalkan indikator PAD, terdapat indikator lain seperti angka kematian dan

harapan hidup. Jika azas keadilan tidak mendapat perhatian serius maka

perekonomian tetap tidak dapat tumbuh seperti yang diharapkan. Prinsip keadilan

yang mungkin sering diabaikan dapat menimbulkan permasalahan sosial yang

serius berupa perubahan beberapa norma yang ada di masyarakat. Ketimpangan

sosial semakin melebar merupakan dampak serius akibat kurangnya rasa keadilan

di masyarakat. Oleh karena itu dalam melaksanakan pembangunan, 2 (dua)

prinsip keadilan, yaitu setiap orang memiliki hak yang sama atas kebebasan dasar

yang paling luas dan pengaturan ketimpangan sosial agar setiap orang merasa

diuntungkan harus senantiasa diperhatikan.

Jika hanya melihat dari perhitungan normatif terkait dengan keuntungan di

bidang ekonomi, tindakan pemerintah untuk menyetujui reklamasi ini dirasa tidak

tepat. Daerah Teluk Benoa yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi

dalam Perpres No. 45 tahun 2011 sebelum diubah menjadi Perpres No. 51 tahun

2014 menjadi salah satu tempat mata pencaharian nelayan setempat. Daratan baru

yang akan dibuat tentunya akan mengorbankan kehidupan para nelayan tersebut,

tidak ada lagi daerah tangkapan ikan yang mudah dijangkau. Akibatnya jika terus

dibiarkan, perubahan struktur masyarakat dengan profesi nelayan pun terjadi,

dimana dengan tantangan yang begitu sulit untuk menangkap ikan, tidak menutup

kemungkinan bahwa tidak ada lagi warga sekitar yang ingin melaut. Pasar-pasar

ikan tradisional disekitar wilayah tersebut juga terancam punah. Tidak ada lagi

ikan segar yang dapat diperjualbelikan. Tingginya harga jual ikan oleh nelayan di

Page 9: Opini Reklamasi Teluk Benoa

wilayah Benoa akibat peningkatan biaya untuk melaut mendorong terjadinya

kebangkrutan nelayan setempat.

Contoh : Jika kita berpikir flashback terkait reklamasi Serangan sebagai acuan

untuk merefleksi pikiran kita terhadap dampak reklamasi, yang dirasakan saat ini

oleh warga Serangan yakni mereka tidak lagi sepenuhnya menggantungkan

sumber penghidupan dari hasil laut karena ikan-ikan konsumsi sudah menghilang

dari perairan Serangan. Begitu pula dengan predikat Pulau Serangan sebagai

Pulau Penyu akan tinggal kenangan lantaran satwa penyu sudah sangat jarang

mendarat di Serangan untuk bertelur. Pulau Serangan sudah menjadi satu daratan

dengan pulau-pulau kecil sebelumnya, sehingga tidak ada lagi pantai yang landai,

alami dan aman untuk habitat Penyu bertelur.

Selain permasalahan ekonomi, reklamasi Teluk Benoa tentu akan

menimbulkan bencana ekologis. Alasannya jika reklamasi tetap dilaksanakan,

maka akan terjadi perubahan arus air laut di sekitar perairan tersebut. Dampak

paling nyata yang dapat dirasakan adalah semakin memperparah terjadinya

abrasi di sejumlah pantai di sekitar Teluk Benoa. Indonesia Maritime Institute

(IMI) menegaskan, reklamasi di Teluk Benoa berpotensi merusak ekosistem

terumbu karang yang selain sebagai penopang kehidupan jutaan biota laut, juga

menjadi andalan wisata bahari di Pulau Bali, jika reklamasi dilakukan maka tentu

sedimentasi yang ditimbulkan akan mematikan terumbu karang dan biota lainnya.

Teluk Benoa dikelilingi oleh daratan Tanjung Benoa dan Pulau Serangan,

kemudian bila latar belakang reklamasi yang diutarakan untuk menjaga Bali dari

bahaya tsunami atau gelombang pasang, tentunya tidak beralasan karena yang

Page 10: Opini Reklamasi Teluk Benoa

akan lebih dahulu dihantam oleh tsunami (bila benar terjadi) adalah dua pulau

tersebut yaitu daratan Tanjung Benoa dan Pulau Serangan. Selain itu, kawasan

Teluk Benoa juga merupakan Green Nature Garden, yang berarti bahwa

mangrove hanya dapat tumbuh di kawasan tersebut.

Jadi, pelanggaran tata ruang Provinsi Bali yang memberikan ijin reklamasi

kepada PT. Tirta Wahani Bali Internasional (PT. TWBI) seharusnya dituntaskan

melalui penegakan hukum, bukanlah melalui revisi perpres. Pengakuan yang

menyatakan kondisi Teluk Benoa oleh pemerintah pusat yang tidak lagi sesuai

untuk kawasan konservasi seharusnya diikuti penyelamatan atau rehabilitasi

ekosistem tanpa diikuti dengan pembangunan akomodasi pariwisata secara masif

yang tentunya akan menimbulkan dampak kerusakan lingkungan yang lebih besar.

Yang terjadi saat ini membuktikan bahwa pemerintah tidak lagi berkomitmen

dalam menjaga kelestarian lingkungan. Jika Teluk Benoa tetap direklamasi, maka

dapat dipastikan bahwa Bali akan semakin mengalami penurunan kualitas

lingkungan.

Jika mereka yang terancam secara langsung akibat dampak dari reklamasi

ini memiliki modal (keahlian khusus ataupun biaya) untuk ikut ambil bagian di

bidang pariwisata, maka hal tersebut tentunya tidak akan menjadi beban bagi

pemerintah daerah. Umpan balik negatif dengan meningkatnya pengangguran

akibat nelayan berhenti melaut harus mendapat perhatian khusus dalam

pengambilan keputusan mengenai reklamasi ini. Termasuk keturunan dari

nelayan-nelayan tersebut yang belum tentu mampu mengenyam pendidikan

seperti yang diharapkan pemerintah daerah sehingga dapat diserap oleh industri

Page 11: Opini Reklamasi Teluk Benoa

pariwisata sangat mungkin meningkatkan angka kemiskinan di daerah tersebut.

Ancaman peningkatan pengganguran ini sudah tentu memicu terjadinya angka

kriminalitas yang tinggi. Mereka yang semula berpenghasilan cukup untuk

kebutuhan pangan harus bersaing keras baik oleh sesama ataupun kaum pendatang

(dari luar pulau Bali) yang mencoba mengadu nasib di Pulau Dewata ini.

Sehingga bisa jadi berwisata di Bali tidak seaman dan senyaman sebelumnya.   

Sudah menjadi sejarah dalam proses pembangunan di Bali, bahwa laju

pembangunan sarana kepariwisataan berbanding lurus dengan lajunya arus alih

fungsi lahan sawah. Pada tahun 1980an, kasus yang sama pernah terjadi. Dalam

era itu, pembangunan kepariwisataan sedang di-push. Tercatat laju alih fungsi

lahan sawah pada saat itu seketika melompat menjadi lebih dari 1.000 ha/tahun.

Sementara itu, dengan metode analisis spasial, tim Litbang Kompas (2013)

mencatat bahwa, di mana ada pembangunan kawasan wisata, maka di kawasan

itulah berkembang kawasan kumuh. Jadi, ada hubungan yang kuat antara

pembangunan pariwisata dengan kawasan kumuh di Bali. Analogi inilah yang

terjadi antara pembangunan kawasan wisata (reklamasi) dengan alih fungsi lahan

sawah (Bali Express).

Guru Besar Universitas Udayana, Prof. Dr. I Wayan Windia, MS

menegaskan bahwa setiap pembangunan kawasan wisata akan mendorong orang

untuk bekerja di sana, termasuk masuknya kaum migran. Kondisi ini akan

mendorong pembangunan fisik lainnya, seperti pembangunan warung, toko,

restoran, perumahan, hotel kecil, dan berbagai sarana prasarana lainnya.

Pembangunan fisik sebagai akibat dari multiplier-efect pembangunan (reklamasi)

Page 12: Opini Reklamasi Teluk Benoa

inilah yang mendorong alih fungsi lahan sawah. Bahwa kehadiran migran di Bali

sudah menjadi rahasia umum. Saat ini, pertumbuhan penduduk di Badung dan

Denpasar naik sekitar 3-5 persen pertahun. Kenaikan itu, 50 persen disebabkan

karena kedatangan migran. Kenapa migran datang ke Bali? Tentu saja karena di

Bali ada pembangunan pariwisata. Kalau pembangunan pariwisata di Bali tidak

dihentikan (sementara), maka migran akan semakinbanyak berdatangan. Migran

yang beranak pinak akan memangsa lahan sawah di Bali. Itulah sebabnya,

pembangunan pariwisata telah menjadi kanibal bagi sektor pertanian. Oleh

karenanya, seperti tidak masuk akal kalau dikatakan bahwa penggunaan reklamasi

yang akan dimanfaatkan sebagai sarana kepariwisataan, akan dapat

menghentikan/mengendalikan alih fungsi lahan sawah di Bali. Justru sebaliknya

yang akan terjadi.

D. Dampak Positif Reklamasi Teluk Benoa

Menurut informasi gubernur Bali Made Mangku Pastika pengelolaan

wilayah perairan Teluk Benoa seluas 838 Ha, menurut rencana yang masih harus

menunggu kajian final, sebagian besar diantaranya atau sekitar 438 Ha akan

dibangun hutan mangrove. Sementara sekitar 300 Ha dibangun fasilitas umum

seperti art centre, gedung pameran kerajinan, gelanggang olahraga, tempat

ibadah, sekolah, dsb, dan hanya sebagian kecil atau sekitar 100 Ha dibangun

akomodasi pariwisata. Kawasan tersebut sekaligus menjadi penyangga wilayah

Bali selatan, yang dikembangkan tetap berdasarkan filosofi tri hita karana. 

Page 13: Opini Reklamasi Teluk Benoa

Dalam perkembangan pembangunan ke depan, reklamasi dan kehadiran

pulau baru ini memiliki keuntungan bagi Bali sebagai berikut:

1. Secara geografis, luas pulau Bali akan bertambah. Pulau baru yang

dibangun investor di kawasan ini akan menjadi  milik Bali, milik

masyarakat Bali. Demikian pula luas hutan kita, khususnya hutan

mangrove, akan bertambah. Keberadaan hutan bakau yang sangat luas di

kawasan tersebut, akan sangat melindungi kawasan pesisir dari ancaman

abrasi akibat iklim global, termasuk melindungi Bali dari bencana tsunami

2. Dalam hal lapangan kerja, dibangunnya akomodasi pariwisata dan fasilitas

umum akan memberikan peluang lapangan kerja bagi masyarakat Bali

dalam 5 sampai 10 tahun mendatang. Diperkirakan sekitar 200.000

lapangan kerja baru akan tersedia di kawasan ini. Saat ini jumlah angkatan

kerja, khususnya lulusan perguruan tinggi, terus bertambah. Sementara

lapangan kerja mengalami stagnasi, karena sangat bergantung pada kondisi

dan perkembangan pariwisata yang sangat rentan terhadap kondisi

keamanan, dan kondisi sosial lainnya. Sebagai contoh, pada saat diskusi

digelar, berlangsung upacara wisuda lulusan Universitas Udayana. Saat itu

lebih dari 900 mahasiswa diwisuda, dari jenjang diploma hingga pasca

sarjana. Mungkin sebagian dari jumlah itu sudah bekerja, sementara

sebagian lainnya menjadi pengangguran. Belum lagi lulusan perguruan

tinggi negeri dan swasta lainnya di Bali yang berjumlah sekitar 40 buah,

yang meluluskan mahasiswanya ratusan orang setiap tahun, bahkan ada

perguruan tinggi yang melaksanakan wisuda dua sampai tiga kali dalam

Page 14: Opini Reklamasi Teluk Benoa

setahun. Dapat dihitung berapa lulusan perguruan tinggi yang berpotensi

menganggur bertambah setiap tahun. Demikian pula lulusan SMA/SMK

yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, mereka adalah angkatan kerja

potensial yang belum tentu semuanya mendapatkan pekerjaan. Angka

pengangguran kita di Bali saat ini memang terbaik di tanah air, tetapi itu

tidak menjamin dalam tahun-tahun mendatang dapat bertahan, apabila kita

tidak berupaya menyiapkan lapangan kerja baru seluas-luasnya. Terlebih

lagi tahun 2015 kita akan menjadi bagian dari Komunitas Tunggal

ASEAN, sejalan dengan diberlakukannya ASEAN Free Trade

Area(AFTA). Dalam masa tersebut, para pekerja dari luar negeri akan

datang ke Bali untuk bersaing mendapatkan pekerjaan dalam seluruh

bidang, mulai dari manager, sopir, sampai tukang sapu. Keberadaan

lapangan kerja baru akan sangat membantu persaingan kerja bagi para

tenaga kerja lokal Bali. Demikian pula para penari dan seniman lulusan

SMK Kesenian, dan juga perguruan tinggi seni, akan mendapat

kesempatan luas untuk tampil dengan dibangunnya art centre dan

akomodasi pariwisata baru.

3. Dalam mendukung pembangunan pariwisata, keberadaan pulau reklamasi

akan menjadi destinasi wisata baru. Konsep pariwisata budaya mutlak

diimplementasikan dalam membangun dan mengembangkan kawasan dan

atraksi wisata di kawasan tersebut. Kejenuhan wisatawan asing atas atraksi

dan obyek wisata yang ada saat ini, wajib diantisipasi untuk 5 sampai 10

tahun ke depan. Kita berharap pariwisata budaya kita menuju quality

Page 15: Opini Reklamasi Teluk Benoa

tourism,  dalam arti wisatawan yang datang adalah yang memang

berwisata dan berbelanja di Bali. Di sisi lain, kita tidak boleh menutup

mata terhadap kemajuan yang dialami pariwisata negara-negara tetangga,

seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura. Kita tidak boleh malu belajar

dari kemajuan yang mereka capai. Belum lagi daerah-daerah lainnya di

tanah air yang sedang gencar-gencarnya membangun pariwisatanya, mulai

dari yang terdekat  yaitu Banyuwangi dan NTB, sampai pada

pengembangan Kepulauan Raja Ampat, yang sangat berobsesi

mengalahkan kemajuan pariwisata Bali. Kawasan yang sudah ada di Bali,

sangat sulit dikembangkan mengingat sempitnya lahan. Oleh karena itu,

kawasan pulau baru akan mudah dikembangkan termasuk melalui

diversifikasi program dan atraksi wisata budaya. Para perajin kita telah

disediakan arena pameran dan promosi. Para seniman, budayawan dan

sekaa-sekaa kesenian yang ada, akan disiapkan art centre dan panggung-

panggung seni lainnya, sehingga akan mendorong kelestarian seni budaya

kita. 

Page 16: Opini Reklamasi Teluk Benoa

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam era globalisasi ini, daerah manapun di dunia ini tidak akan pernah

luput dari pembangunan, baik itu pembangunan infrastruktur negara maupun

pembangunan di berbagai sektor kehidupan, namun yang menjadi catatan penting

dalam perencanaan dan realisasi percepatan pembangunan ini hendaknya

dilakukan dengan penyesuaian-penyesuaian adat dan istiadat yang ada di Bali.

Perlu untuk dipahami kegiatan apapun yang kita lakukan akan memberi dampak

positif dan negatif, bagi mereka yang terpenuhi harapannya akan senang dengan

kegiatan tersebut sebaliknya mereka yang harapannya terabaikan tentu akan

melakukan penolakan pada program yang dibangun. Pemerataan pembangunan di

Bali adalah salah satu indikator untuk memberikan kontribusi dalam hal

penyediaan lapangan pekerjaan baru dan peningkatan pendapatan asli daerah di

daerahnya masing-masing. Jangan sampai percepatan pembangunan hanya

berfokus pada beberapa tempat khususnya Bali Selatan yang pada akhirnya akan

semakin menambah kesenjangan antar masyarakat khususnya dari aspek

ekonomi. Pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan harus dikedepankan

sebagai embrio pembangunan ekonomi berkelanjutan sesuai dengan pasal 33

UUD 1945.

Page 17: Opini Reklamasi Teluk Benoa

B. Saran 

` Proses reklamasi ini masih sangat panjang, yang memerlukan pemikiran

kita bersama untuk mewujudkannya, sehingga nantinya benar-benar memberikan

manfaat bagi kesejahteraan seluruh masyarakat Bali di masa mendatang. Bali

yang maju adalah Bali yang tidak tercerabut dari akar budayanya yang adiluhung,

dengan kemajuan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.

Saya selaku mahasiswa P2WL mengharapkan seluruh rakyat Bali, untuk

membangun Bali dengan dasar cinta, dan menyumbangkan pemikiran dan hasil

karya sesuai kompetensi dan swadharma masing-masing. Harapan saya apapun

rencananya dan siapapun pelakunya hal-hal yang wajib dipenuhi dalam

pengembangan rencana reklamasi ini oleh calon investor, yaitu:

1. Mentaati ketentuan perundang-undangan yang berlaku,

2. Memperhatikan kelestarian lingkungan,

3. Mengikutsertakan dan mempekerjakan masyarakat di sekitar tempat

usaha serta membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, dan

4. Menghormati nilai-nilai agama, budaya, kesusilaan dan/atau ketertiban

umum dalam penyelenggaraan kegiatan.

 

Page 18: Opini Reklamasi Teluk Benoa

Gambar Rencana Lokasi Reklamasi