Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

download Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

of 20

Transcript of Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    1/20

    1

    TELAAH KRITIS APLIKASI HERMENEUTIKADALAM TAFSIR AL-QURAN

    Oleh: Angga Prilakusuma

    A. PendahuluanDewasa ini, muncul upaya-upaya untuk mengaplikasikan hermeneutika sebagaimetode tafsir al-Quran menggantikan metode yang telah dirumuskan oleh paraulama. Namun tentu saja, ide tersebut harus ditelaah dan dikritisi. Para filosofmuslim tidak menelan mentah-mentah filsafat Aristoteles atau Plato, akan tetapimengkritisi bahkan memodifikasinya. Mereka menerima selama itu sesuaidengan akidah dan syariat Islam.

    Sebagai awal makalah, penulis paparkan pengertian masing-masing istilah.Kemudian beranjak masuk ke pembahasan Hermeneutika dan perbandingannyadengan tradisi tafsir Islam dengan fokus pada dua titik pokok; sejarah, konsepdan masing-masing.

    B. PengertianMembincang hermeneutika dan tafsir tentunya tidak bisa lepas dari al-Qurandan Bibel, mengapa? Karena hermeneutika dan tafsir keduanya dipakai untukmenyibak arti risalah Tuhan untuk manusia. Selain itu, konsep beserta karakteryang berbeda antara satu kitab suci dengan lainnya berimplikasi pada perbedaanmetode dan pendekatan dalam proses memahaminya. Sebagaimana pendekatanyang digunakan dalam mengamati fenomena sosial berbeda dengan pendekatandalam ilmu pasti. Yang tak lain berangkat dari perbedaan objek bahasan. Karenaitu, kita akan pertama kali membahas definisi Bibel dan al-Quran, laluhermeneutika dan tafsir.

    Kata Bibel berasal dari bahasa latin Biblia, biasa digunakan dalam fraseBibliasacra (kitab suci). Jika ditelusuri lagi, kata ini merupakan peralihan dari bahasaYunani Biblion yang berarti kertas atau gulungan. Sedang secara istilah, Bibel

    diartikan secara sederhana sebagai kitab suci utama agama Yahudi dan Kristen.Sedang kata al-Quran merupakan serapan dari bahasa Arab al-Qurn yangberakar kataqaraa, (menurut pendapat terkuat) yang berarti membaca (tal).

    Ada beberapa pendapat ulama mengenai arti terminologi al-Quran. Mann al-Qaththn mendefinisikannya sebagai kalamullah yang diturunkan kepadaRasulullah Saw. yang dibaca ketika beribadah. Imam al-Zurqn dalam

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    2/20

    2

    pengertian yang lebih panjang memasukkan tiga unsur lain; mukjizat, yangtertulis dalam mushaf dan teriwayatkan secara mutawatir.

    Kata Hermeneutika berasal dari bahasa Yunani Hermeneuo yang berartimenafsirkan. Dalam terminologi, hermeneutika adalah aliran filsafat yang bisadidefinisikan sebagai teori interpretasi dan penafsiran sebuah naskah melaluipercobaan.

    Istilah berikutnya yang akan kita singgung adalah Tafsir. Kata tersebut berasaldari bahasa Arab al-tafsr yang artinya menerangkan dan memperjelas (al-dhhwa al-tabyn). Sedang dalam istilah, ada beberapa pendapat. Imam al-Zarkasy mendefinisikan tafsir sebagai sebuah ilmu untuk memahami, menerangkan arti-arti serta mengambil hukum dan hikmah dari kitabullah yang diturunkankepada Nabi Muhammad Saw.

    Sedang Imam al-Zurqn mengistilahkan tafsir sebagai ilmu yang membahastentang al-Quran dari interpretasi (al-dallah) maksud Allah Swt. sebataskemampuan manusia.

    C. Sejarah Hermeneutika Sebagaimana metode-metode lain, hermeneutika tidak lahir dari ruang kosong.Ada lingkungan yang turut mempengaruhi kelahiran hermeneutika sertamembentuk konsepnya. Dalam analisis Werner, setidaknya ada tiga lingkunganyang mendominasi pengaruh terhadap pembentukan hermeneutika hinggasekarang:

    1. Masyarakat yang terpengaruh mitologi Yunani2. Masyarakat Yahudi dan Kristen yang mengalami masalah dengan teks kitab

    suci agama mereka3. Masyarakat Eropa zaman pencerahan (Enlightenment ) yang berusaha lepas

    dari otoritas keagamaan dan membawa hermeneutika keluar kontekskeagamaan.

    Ketiga miliu ini tidak terjadi secara bersamaan, akan tetapi merupakan tahapan-tahapan. Berdasarkan analisis tersebut, Hamid Fahmi Zarkasyi membagi sejarahhermeneutika menjadi tiga fase, yaitu:

    1. Dari mitologi Yunani ke teologi Yahudi dan Kristen2. Dari teologi Kristen yang problematik ke gerakan rasionalisasi dan filsafat3. Dari hermeneutika filosofis menjadi filsafat hermeneutika

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    3/20

    3

    Dari filsafat hermeneutika inilah akhirnya hermeneutika dikembangkan dandiujicoba untuk dimasukkan dalam kajian-kajian al-Quran oleh Fazlur Rahman

    (1919-1998), Aminah Wadud, Mohammed Arkoun , Nasr Hamid Abu Zayd,Muhammad Syahrur, yang kemudian diadapsi oleh pemikir-pemikir yangtergabung dalam Jaringan Islam Liberal (JIL) seperti Ulil Abshar Abdalla, LutfhieAssyaukanie dan Taufik Adnan Amal.

    1. Dari Mitologi Yunani ke Teologi Yahudi dan Kristen

    Dalam mitologi Yunani, dewa-dewa dipimpin oleh Zeus bersama Maia.Pasangan ini mempunyai anak bernama Hermes. Hermes inilah yangbertugas untuk menjadi perantara dewa dalam menyampaikan pesan-pesanmereka kepada manusia.

    Metode hermeneutika secara sederhana merupakan perpindahan fokuspenafsiran dari makna literal atau makna bawaan sebuah teks kepada maknalain yang lebih dalam. Dalam artian ini, para pengikut aliran filsafatAntisthenes yang didirikan sekitar pertengahan abad ke-4 sebelum masehitelah menerapkan hermeneutika pada epik-epik karya Homer (abad IX SM).Mereka mengartikan Zeus sebagai Logos (akal), luka Aphrodite-dewikecantikan-sebagai kekalahan pasukan Barbar dan sebagainya.

    Dasar mereka adalah kepercayaan bahwa dibalik perkataan manusia punsebenarnya ada inspirasi Tuhan. Kepercayaan tersebut sejatinya refleksipandangan hidup orang-orang Yunani saat itu.Walaupun hermeneutika sudah diterapkan terlebih dahulu, namun istilahhermeneutika pertama kali ditemui dalam karya Plato (429-347 SM). DalamDefinitione Plato dengan jelas menyatakan hermeneutika artinyamenunjukkan sesuatu dan dalamTimeus Plato mengaitkan hermeneutikadengan otoritas kebenaran. Stoicisme (300 SM) kemudian mengembangkanhermeneutika sebagai ilmu interpretasi alegoris.

    Metode alegoris ini dikembangkan lebih lanjut oleh Philo of Alexandria (20SM-50M), seorang Yahudi yang disebut sebagai Bapak metode alegoris. Iamengajukan metode bernamatypology yang menyatakan bahwa pemahamanmakna spiritual teks tidak berasal dari teks itu sendiri, akan tetapi kembalipada sesuatu yang berada di luar teks. Philo menerapkan metode ini atasKitab Perjanjian Lama, ia menginterpretasikan pohon kehidupan sebagaitakut kepada Tuhan, pohon pengetahuan sebagai hikmah, empatsungai yang mengalir di surga sebagai empat kebajikan pokok, Habilsebagai takwa yang bersumber dari akal, Qabil sebagai egoisme dansebagainya.

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    4/20

    4

    Hermeneutika alegoris ini kemudian diadapsi dalam Kristen oleh Origen(185-254 M). Ia membagi tingkatan pembaca Bibel menjadi tiga:

    a. Mereka yang hanya membaca makna luar teks.b. Mereka yang mampu mencapai ruh Bibel.c. Mereka yang mampu membaca secara sempurna dengan kekuatan

    spiritual.

    Origen juga membagi makna menjadi tiga lapis, yang kemudiandikembangkan oleh Johannes Cassianus (360-430 M) menjadi empat: maknaliteral atau historis, alegoris, moral dan anagogis atau spiritual.

    Namun metode ini ditentang oleh gereja yang berpusat di Antioch. Hingga

    munculnya St. Augustine of Hippo (354-430 M) yang mengenalkan semiotika.Di antara pemikir Kristen lain yang ikut menyumbangkan pemikirannyadalam asimilasi teori hermeneutika dalam teologi Kristen adalah ThomasAquinas (1225-1274).

    Sementara itu, Kristen Protestan membentuk sistem interpretasihermeneutika yang bersesuaian dengan semangat reformasi mereka. Prinsiphermeneutika Protestan berdekatan dengan teori yang digulirkan Aquinas.Di antaranya keyakinan bahwa kehadiran Tuhan pada setiap kata tergantungpada pengamalan yang diwujudkan melalui pemahaman yang disertaikeimanan (self interpreting). Protestan juga berpandangan bahwa Bibel sajacukup untuk memahami Tuhan (sola scriptura), di sisi lain, Kristen Katolikdalam Konsili Trent (1545) menolak pandangan ini dan menegaskan duasumber keimanan dan teologi Kristen, yaitu Bibel dan tradisi Kristen.

    2. Dari Teologi Kristen ke Gerakan Rasionalisasi dan FilsafatDalam perkembangan selanjutnya, makna hermeneutika bergeser menjadibagaimana memahami realitas yang terkandung dalam teks kuno sepertiBibel dan bagaimana memahami realitas tersebut untuk diterjemahkan dalamkehidupan sekarang. Satu masalah yang selalu dimunculkan adalahperbedaan antara bahasa teks serta cara berpikir masyarakat kuno dan

    modernDalam hal ini, fungsi hermeneutika berubah dari alat interpretasi Bibelmenjadi metode pemahaman teks secara umum. Pencetus gagasan ini adalahseorang pakar filologi Friederich Ast (1778-1841). Ast membagi pemahamanteks menjadi tiga tingkatan:

    a. Pemahaman historis, yaitu pemahaman berdasarkan perbandingansatu teks dengan yang lain.

    b. Pemahaman ketata-bahasaan, dengan mengacu pada makna kata teks.

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    5/20

    5

    c. Pemahaman spiritual, yakni pemahaman yang merujuk padasemangat, mentalitas dan pandangan hidup sang pengarang terlepas

    dari segala konotasi teologis ataupun psikologis.Dari pembagian di atas, dapat dicermati bahwa obyek penafsiran tidakdikhususkan pada Bibel saja, akan tetapi semua teks yang dikarang manusia.

    3. Dari Hermeneutika Filosofis ke Filsafat HermeneutikaPergeseran fundamental lain yang perlu dicatat dalam perkembanganhermeneutika adalah ketika hermeneutika sebagai metodologi pemahamanberubah menjadi filsafat.

    Perubahan ini dipengaruhi oleh corak berpikir masyarakat modern yang

    berpangkal pada semangat rasionalisasi. Dalam periode ini, akal menjadipatokan bagi kebenaran yang berakibat pada penolakan hal-hal yang takdapat dijangkau oleh akal atau metafisika.

    Babak baru ini dimulai oleh Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher (1768-1834) yang dianggap sebagai bapak hermeneutika modern dan pendiriProtestan Liberal. Salah satu idenya dalam hermeneutika adalahuniversalhermeneutic. Dalam gagasannya, teks agama sepatutnya diperlakukansebagaimana teks-teks lain yang dikarang manusia.

    Pemikiran Schleiermacher dikembangkan lebih lanjut oleh Wilhelm Dilthey(1833-1911), seorang filosof yang juga pakar ilmu-ilmu sosial. Setelahnya,kajian hermeneutika berbelok dari perkara metode menjadi ontologi ditangan Martin Heidegger (1889-1976) yang kemudian diteruskan oleh Hans-Georg Gadamer (1900-1998) dan Jurgen Habermas (1929- ).

    D. Teori-teori Hermeneutika1. Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher

    Model hermeneutika sebelum Schleiermacher masih terbagi menjadi duakelompok besar, hermeneutika filologis yang diterapkan atas teks-teksRomawi dan Yunani kuno serta hermeneutika teologis yang dipakaidalam interpretasi kitab suci (Bibel). Namun Schleiermacher menyatakanbahwa seorang interpret harus berada di atas objek interpretasinya, baikteks klasik maupun Bibel.

    Poin penting lain dalam pemikiranuniversal hermeneutics Schleiermacheradalah persamaan sikap atau perlakuan antara Bibel dengan teks karyamanusia. Karena permasalahan tidak terletak pada materi akan tetapi caramemahaminya. Sebagai konsekuensinya, kajian filologi teks dan teologidalam Bibel disubordinasikan kepada problem penafsiran yang umum.

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    6/20

    6

    Schleiermacher juga berpendapat bahwa kesalahpahaman dalam

    interpretasi berakar pada perbedaan pandangan hidup dan sebagainyayang disebabkan oleh perbedaan zaman dan rentang waktu antarapengarang dan penafsir. Makna sebenarnya sebuah teks didapatkandengan rekonstruksi historis saat teks tersebut ditulis. Jadi apa yangdimaksud oleh sebuah teks bukanlah apa yang kelihatannya dikatakankepada sang pembaca.

    Dalam pembacaan teks, Schleiermacher berpendapat bahwa interpretasidapat dicapai dengan dua cara, yaitu ketata-bahasaan dan psikologis( grammatical and psychological interpretation). Interpretasi tata-bahasaberfungsi untuk menyingkap arti sebuah kata dan interpretasi psikologisberfungsi untuk mengetahui motif pengarang ketika menulis tekstersebut.

    Schleiermacher juga menegaskan bahwa makna setiap kata harusdipahami sebagai bagian dari keseluruhan mental pengarang. Ketikatahapan ini dicapai, maka seorang penafsir dapat memahami teks sebaikpengarang atau bahkan lebih baik darinya dan memahami diri sangpengarang lebih baik dari pengarang memahami dirinya sendiri.

    2. Wilhelm Dilthey

    Teori hermeneutika Dilthey banyak dipengaruhi oleh Schleiermacher,Dilthey sepakat bahwa dengan hermeneutika, seorang penafsir dapatmemahami teks sebaik atau lebih baik dari pengarang teks itu sendiri.Untuk itu Dilthey membagi pemahaman menjadi tiga tingkat:

    a. Pemahaman sebagai menangkap sebuah makna dengan melaluitanda yang menunjukkan atau mewakili apa yang dimaksud

    b. Nacherleben, mengimbas kembali perasaan dan pengalaman yangdipercayai telah dialami oleh pengarang dengan berdasarkanpengalaman yang terwujudkan dalam ungkapan yang dapat

    diaksesc. Besserverstehen. Di tingkatan inilah seorang penafsir dapatmemahami maksud sebenarnya seorang pengarang. Makna dalamtingkatan ini adalah asumsi bahwa makna dalam konteks,signifikansi dan implikasi sebuah pernyataan, tindakan atauperistiwa tidak pernah bisa tetap dan sempurna.

    Ide yang mendasari teori tingkatan terakhir Dilthey adalah pertimbanganunsur historis teks. Menurutnya unsur historis memegang peran penting

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    7/20

    7

    karena yang dikaji adalah teks dengan segala keterkaitannya dengankomponen sejarah yang lain. Karena itu Dilthey mengkritik

    Schleiermacher yang telah mengabaikan sisi sejarah dalam interpretasiteks.

    3. Mohammed ArkounArkoun berpandangan bahwa banyak hal yang terdapat dalam Islamyang unthinkable (tak terpikirkan) karena kekuatan dan pemaksaanpenguasa resmi. Sebagai contohnya adalah mushaf Utsmani yang iaanggap sebagai representasiunthinkable. Arkoun menganjurkan free thinking (berpikir liberal) untuk mengubahunthinkable menjadi thinkable.Ia beralasan bahwa free thinking merupakan respon terhadap duakebutuhan utama, pertama, umat Islam perlu memikirkan masalah-masalah yang tak terpikirkan sebelumnya dan kedua, umat Islam Islamperlu membuka wawasan baru melalui pendekatan sistematis lintasbudaya terhadap masalah-masalah fundamental.

    Dalam konteks al-Quran, Arkoun melihat bahwa penolakan umat Islamterhadap biblical criticism karena alasan politis dan psikologis. Alasanpolitis karena mekanisme demokratis belum berlaku dan psikologiskarena pandangan khalq al-Qurn Mutazilah tertolak.

    Arkoun juga membagi wahyu menjadi dua tingkatan:a. Umm al-kitb. Wahyu jenis ini berada dilauh al-mahfzh, bersifat abadi,

    tak terikat waktu dan mengandung kebenaran tertinggib. Apa yang disebut Arkoun sebagai wahyu edisi dunia (terrestres

    edition). Termasuk dalam wahyu ini adalah al-Quran dan Bibel.Menurutnya wahyu edisi dunia ini telah mengalami modifikasi, revisidan substitusi.

    Selain itu Arkoun juga membagi sejarah al-Quran dalam tiga periode:

    a.

    Masa Prophetic Discourse (610-632 M). Al-Quran periode ini lebih sucidan otentik dibanding periode-periode lain. Sebabnya al-Quranperiode ini berbentuk lisan yang terbuka untuk semua arti yangmungkin.

    b. Masa Official Closed Corpus (12-324 H/632-936 M). Arkounberpendapat bahwa al-Quran di masa ini telah tereduksi darial-kitb al-mh menjadi tak lebih dari buku biasa. Karena itu mushafmenurutnya tak patut untuk disucikan.

    c. Masa ortodoks (324 H/936 M)

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    8/20

    8

    4. Nasr Hamid Abu Zayd

    Jika Arkoun menggunakan pendekatan historis terhadap al-Quran, NasrHamid Abu Zayd memilih untuk mengaplikasikan metode analisis teksbahasa-sastra. Abu Zayd berpijak pada pendapat bahwa al-Quranwalaupun ia merupakan kalam ilahi, namun al-Quran menggunakanbahasa manusia. Karena itu ia tak lebih dari teks-teks karangan manusiabiasa.Menurut Abu Zayd, al-Quran telah terbentuk oleh realitas dan budayaArab selama kurang lebih 20 tahun. Oleh sebab itu, ia mengatakan bahwaal-Quran merupakan produk budaya (muntaj tsaqf ).

    Al-Quran yang terbentuk melalui realitas, budaya dan terungkapkandalam bahasa menjadikan al-Quran sebagai teks bahasa. Sedang realitas,budaya dan bahasa itu sendiri tak lepas dari sisi historis yangmelingkupinya, karena itu al-Quran juga merupakan teks historis.

    Ia juga mengkritik paradigma penafsiran yang dipakai oleh para ulama,menurutnya muatan metafisis yang selalu tercamkan dalam benakmereka tidak mendorong pada sikap ilmiah.

    E. Prinsip Dasar HermeneutikaDari penjabaran mengenai teori-teori yang diajukan olh para hermeneut, bisakita ambil benang merah yang menghubungkan teori-teori hermeneutika sejakzaman Yunani, Yahudi, Kristen, filsafat, hingga masa penggunaannya dalammemandang al-Quran:

    1. Hermeneutika muncul atas desakan rasionalisasi atas teks-teks yangdianggap penuh dengan mitos atau jauh dari kenyataan atau bahkanbertentangan dengan akal sehat. Sifat defensif hermeneutika ini bertujuanagar teks-teks ilahi tersebut dapat diimani dan diaplikasikan sepanjangwaktu.

    Syair Homer dianggap para filosof Yunani tak lebih dari sekedar mitos,sedang pertentangan-pertentangan yang terjadi dalam Bibel mendesak parafilosof Yahudi dan Kristen untuk berjuang mendamaikan pertentangantersebut dan menemukan persamaannya. Ketika mereka tidak mendapatkanpersamaan dalam teks, mereka beranjak pada sesuatu yang lain yang bersifatlebih umum, mencakup dan menjadi titik temu perbedaan-perbedaantersebut.

    2. Pembagian teks pada dua dimensi, makna literal dan spirit teks.

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    9/20

    9

    3. Dekonstruksi otoritas yang terdapat dalam teks, baik otoritas bermaknapengaruhnya dalam masyarakat, atau nilai keilahian teks tersebut.

    Dalam hal ini, para penganut Cynicism membongkar kepercayaan nilaiilahiah yang bersemayam dalam syair epik Homer dan memaknainya denganspirit. Sementara Schleiermacher dengan menggabungkan hermeneutikafilologis dan teologis dalamuniversal hermeneutics -nya berarti telahmenyatukan problematika penafsiran bibel dan teks kuno pada masalahpenafsiran umum. Penyatuan ini berpangkal dari gagasannya untukmengabaikan nilai-nilai metafisis dalam Bibel yang menghalangi bentukpenafsiran yang rasional.

    Tak ketinggalan juga Arkoun dan Nasr Hamid berupaya untuk mereduksinilai keilahian dalam al-Quran melalui dua pintu, dekonstruksi maknawahyu dan sejarah al-Quran. Dengan kesimpulan bahwa al-Quran tak lebihdari teks-teks manusia biasa dan karena itu hermeneutika dapatdiaplikasikan.

    4. Dalam mekanismenya, hermeneutika menuntut penafsir untuk kembalimerujuk pada masa awal teks tersebut tertulis demi mengetahui ruanglingkup yang mengitari pembentukan teks, berikut sisi psikologis sangpengarang untuk mengetahui inti maksud teks tersebut. Penafsir kemudianberusaha untuk mengartikan teks tersebut sesuai dengan konteks sekarang,dengan arti yang barangkali sangat berbeda dengan makna teks secara literal.

    F. Perbandingan dengan Konsep Tafsir1. Sejarah Ilmu Tafsir

    a. Masa Nabi Saw. dan SahabatYang dimaksud dengan masa ini adalah saat Rasulullah Saw. masihhidup bersama para sahabat. Walaupun para sahabat termasuk golonganyang paling paham bahasa Arab, dan al-Quran juga turun dalam bahasaArab, namun pada kenyataannya banyak para sahabat yang barumengetahui arti sebuah kalimat dari Rasulullah Saw. atau dari sahabat

    lain yang lebih tahu dan paham.Di antara mufassir yang terkenal pada periode ini adalah Ab Bakr ra.,Umar ibn Khatthb ra., Al ibn Ab Thlib ra., Utsmn ibn Affn ra., IbnAbbs ra., Ibn Masd ra., Ubay ibn Kab ra., Zayd ibn Tsbit ra., AbMs al-Asyar ra. dan Abdullah ibn Zubayr ra..

    Tafsir pada masa ini mempunyai empat sumber pokok:1) Al-Quran.

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    10/20

    10

    Para sahabat memanfaatkan variasi cara al-Quran menyampaikanpesannya, yaitu dengan jz, ithnb, ithlq, taqyd, umm dan

    khushsh. Selain itu, perbedaan antar kiraat juga dapat digunakanuntuk menjelaskan maksud al-Quran.

    Yang perlu digarisbawahi, meskipun dalam cara ini al-Quranditafsirkan dengan al-Quran, namun bukan berarti mengabaikanfungsi akal dalam penafsirannya. Bagaimana mencari ayat yangberhubungan melalui mekanisme darijz ke ithnb , ithlq ketaqyd dan umm ke khushsh merupakan proses yang rumit yangtidak semua orang dapat melakukannya.

    2) Rasulullah Saw.Allah Swt. telah memberikan otoritas kepada Rasulullah Saw.untuk menjelaskan arti dan kandungan al-Quran kepadaumatnya. Meskipun demikian Rasulullah Saw. tidak menguraiarti al-Quran secara keseluruhan, melainkan apa yang susahdipahami oleh para sahabat saja. Penjelasan beliau Saw. terhadapayat-ayat al-Quran terdokumentasikan dalam bentuk hadits atausunnah yang diriwayatkan dari generasi ke generasi.

    Menurut Husain al-Dzahab, penjelasan sunnah terhadap al-Quran terbagi dalam lima sisi:

    a) Menjelaskan yang tertulis dalam al-Quran secara global,seperti waktu shalat, juga kalimat yang sukar dipahami olehsahabat, seperti maksud dan . Pengkhususan lafaz umum, semisal pengkhususan dengan Dan menjelaskantaqyd . lafazmuthlaq, seperti dengan .

    b) Menerangkan makna lafaz atau yang berkenaan dengannya.Seperti penafsiran sebagai orang-orang Yahudidan .sebagai kaum Nasrani

    c) Menetapkan sebuah perkara yang belum terdapat dalam al-Quran, semisal zakat fitri.d) Menjelaskannaskh ayat.e) Sebagai penegasan atas sebuah hukum.

    3) Ijtihad Jika para sahabat tidak menemukan keterangan dalam al-Qurandan sunnah mengenai tafsiran sebuah ayat, mereka berijtihad.Adapun alat yang mereka gunakan dalam ijtihad mereka adalah:

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    11/20

    11

    a) Pengetahuan tata-bahasa Arab.

    b)

    Pengetahuan adat dan kebiasaan bangsa Arab.c) Pengetahuan tentang keadaan kaum Yahudi dan Nasraniyang tinggal di jazirah Arab waktu turunnya al-Quran.

    d) Kekuatan pemahaman dan luasnya wawasan.

    4) Ahlul Kitab Jika tidak didapatkan keterangan tafsir dari ketiga sumber diatas, para sahabat terkadang mengambil penafsiran ahlul kitabdengan catatan apa yang diriwayatkan oleh mereka tidakbertentangan dengan akidah dan ajaran Islam. Adapun dasarmereka adalah sabda Rasulullah Saw. untuk tidak membenarkanahlul kitab dan tidak juga mendustakannya.

    Sikap ini tak berlebihan karena dalam beberapa perkara adapersamaan antara ajaran Islam, Yahudi dan Kristen, namun di sisilain apa yang mereka sampaikan mengandung keraguan karenakitab suci mereka tidak otentik lagi.

    Penafsiran yang diriwayatkan dari sahabat berhukummarf jikaberkenaan denganasbb al-nuzl dan perkara yang tak memungkinkanintervensi akal. Karena terdapat unsur probabilitas sahabatmendapatkannya dari Rasulullah Saw. tapi tidak mengemukakannya.Penafsiran jenis ini dipakai dalam tafsir. Sedang yang dihukumimawqf ,terdapat ikhtilaf. Namun Husain al-Dzahab menguatkan pendapatbahwa yangmawqf pun dapat diterima dalam tafsir.

    Husain al-Dzahab menyebutkan karakteristik tafsir di periode ini:

    1) Al-Quran belum tertafsirkan secara keseluruhan.2) Sedikitnya perbedaan penafsiran.3) Mayoritas penafsiran para sahabat hanya sebatas arti global sebuah

    ayat dan arti kata.4) Sedikit penafsiran yang menyimpulkan hukum fikih dan tidak adanyatendensi untuk menguatkan sebuah mazhab. Tak lain karenaperbedaan mazhab baru terjadi setelah periode sahabat.

    5) Tafsir di masa ini belum terkodifikasikan dan masih dalam bentukacak.

    b. Masa Tabiin

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    12/20

    12

    Usai masa sahabat, Islam telah menyebar ke berbagai penjuru. Parasahabat pun tidak lagi berkumpul di satu tempat melainkan berpencar

    demi memberikan keterangan tafsir kepada masyarakat setempat dalammajelis-majelis ilmu. Di antara madrasah tafsir yang terkenal adalah:

    1) Madrasah tafsir di Makkah.Madrasah ini didirikan dan dipimpin oleh Ibn Abbs ra. Termasukdalam murid-muridnya adalah Sad ibn Jubayr, Mujhid ibn Jabr,Ikrimah, Thwus ibn Ksn al-Yamn dan Ath ibn Ab Rabbh.

    2) Madrasah tafsir di Madinah.Dipimpin oleh Ubay ibn Kab. Di antara muridnya: Ab al-liyah,Muhammad ibn Kab al-Qurzh dan Zayd ibn Aslam.

    3) Madrasah tafsir di Irak.Dipimpin oleh Ibn Masd. Di antara tabiin yang tergabung dalammadrasah ini adalah Alqamah ibn Qays, Masrq, al-Aswab ibn Yazd,Murrah al-Hamdn, mir al-Syab, al-Hasan al-Bashr dan Qatdah.

    Penafsiran di masa ini mengambil sumbernya dari al-Quran, sunnah,riwayat dan penafsiran sahabat, ahlul kitab dan apabila tidakmendapatkan dari sumber-sumber pokok tersebut, mereka berijtihad.

    Mayoritas ahli tafsir menerima riwayat dari tabiin sebagai pijakan.Karena Tabiin memperoleh kebanyakan tafsir mereka dari sahabat. Akantetapi disyaratkan bahwa riwayat tersebut tidak mengandung keraguandan pertentangan serta berkenaan dengan perkara yang takmemungkinkan campur tangan akal di dalamnya.

    Karakter tafsir di zaman ini adalah sebagai berikut:

    1) Masuknya Israiliyat sebab banyaknya ahlul kitab dari kaum Yahudidan Kristen yang masuk Islam.

    2) Ditransmisikan melalui jalur riwayat.3) Munculnya corak mazhab tertentu dalam tafsir.

    4) Banyaknya perbedaan antar tabiin mengenai tafsir yang diriwayatkandari sahabat, namun perbedaan tersebut masih dalam koridortanawwu dan bukan tadld. Walaupun demikian, jumlah perbedaantafsir di periode tabiin lebih sedikit dibanding perbedaan yang terjadiakhir-akhir ini.

    Faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut antara lain:

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    13/20

    13

    1) Setiap mufassir mengartikan maksud sebuah ayat dengan redaksiyang berbeda akan tetapi merujuk pada satu person.

    2)

    Para mufassir menyebutkan sebagian contoh yang terkandung dalamkata umum untuk permisalan.3) Kata yang punya beberapa artian, baik karena bersinonim atau

    memang mempunyai dua kemungkinan artian, sepertidlamr .4) Penafsiran dengan kata yang berdekatan maknanya, akan tetapi tidak

    bersinonim.5) Terdapat dua kiraat dalam satu ayat.

    c. Masa PembukuanSetelahnya tafsir melalui beberapa periode sebelum akhirnya terbukukanseperti sekarang.

    Hingga pada masa tabiin, tafsir ditransmisikan melalui riwayat generasike generasi. Ketika hadits mulai dibukukan, tafsir masuk menjadi salahsatu babnya. Tafsir di masa ini bersumber dari Rasulullah Saw., sahabatdan tabiin. Yang membukukan tafsir di zaman ini antara lain Yazd ibnHrn al-Sulam (w. 117 H), Syubah ibn al-Hajjj (w. 160 H), Wak ibn al- Jarrh (w. 197), dam ibn Ab Iys (w. 220 H) dan Abd ibn Hamd ( w.249 H).

    Kemudian tafsir terus berkembang dan muncullah ide untuk memisahkanpembahasan tafsir dari buku hadits dan mengkhususkannya dalam bukutersendiri. Mulailah tafsir ditulis per ayat secara runtut sesuai dengantartb al-tilwah . Muncullah para mufassir terkemuka seperti Ibn Jarr al-Thabar (w. 310 H), Ibn Ab Htim (w. 327 H), Ab al-Syaikh ibn Hibbn(w. 369 H), al-Hkim (w. 405 H).

    Umumnya penafsiran masa ini mengambil bentukal-tafsr bi al-matsr ,sekedar menafsirkan ayat berdasarkan riwayat yang diterima. Akan tetapiIbn Jarr al-Thabar dalam tafsirnya mencantumkan rujukan arti bahasadari syair jahiliyah, perbedaan yang timbul karena perbedaan kiraat, serta

    permasalahan-permasalahan fikih dan kalam. Kelebihan-kelebihan inimenjadikan tafsir Jmi al-Bayn f Tafsr al-Qurn salah satu buku tafsirbial-matsr yang istimewa.

    Pada masa setelahnya, sesuai dengan perkembangan ilmu-ilmu dalamIslam semisal ilmu kalam, tasawuf dan fikih, muncullah corak tafsir baruyang ditulis oleh para ulama di bidangnya. Di samping itu, unsur akal juga mulai dipakai dalam penafsiran al-Quran (al-Tafsr bi al-Rayi).

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    14/20

    14

    2. Metode Tafsira. Al-Tafsir bi al-Matsur

    Cara yang digunakan dalam al-tafsr bi al-matsr adalah riwayat tafsiryang bersumber dari al-Quran, Rasulullah Saw., para sahabat, atau tabiin. Jalur riwayat tersebut mulanya berbentuk hafalan yang didapat langsungdengan bertatap muka. Pada periode setelahnya, riwayat tersebut ditulisdalam bentuk buku. Cara ini merupakan jalan terbaik untuk mengetahuitafsir al-Quran.

    Walaupun demikian, metode ini bukannya lantas selamat dari kritik. Adabeberapa celah yang dapat mengurangi nilaial-tafsr bi al-matsr , yaitu:

    1) Pemalsuan riwayat2) Masuknya Israiliyat3) Penghapusan isnadNamun para ulama tidak tinggal diam. Sebagai solusi untuk mengatasipermasalahan tersebut, mereka menerapkan metodeal-jarh wa al-tadl yang ketat hingga tafsir yang ditulis dapat dipertanggungjawabkankebenarannya.

    b. Al-Tafsir bi al-Rayi Yang dimaksud dengan al-rayu di sini bukan murni rasional ataubersandar pada akal secara mutlak, namun Husain al-Dzahab mengartikannya sebagai ijtihad. Dalam definisinya beliau menyebutkanbahwa al-tafsr bi al-rayi adalah penafsiran al-Quran dengan ijtihad setelahsang mufassir mempunyai pengetahuan yang cukup tentang perkataanArab beserta sisi-sisinya, kosakata Arab beserta segi maknanya, syairzaman jahiliyah,asbb al-nuzl, naskh dan sebagainya.

    Mengenai keabsahan metode ini, ulama berbeda pendapat. Sebagianulama melarangal-tafsr bi al-rayi, di antara alasan mereka adalah bahwatafsir dengan akal merupakan bentukzhann. Dan zhann belum mencapaiderajat yaqn. Karena itu al-tafsr bi al-rayi sama dengan mengatakan

    sesuatu yang tak diyakini secara mutlak kebenarannya danmenisbahkannya kepada Allah Swt..

    Namun ulama yang mendukung penafsiran dengan cara ini membantahalasan tersebut. Zhann adalah bagian dari ilmu, walaupun belumsemutlak yaqn. Dan zhann dilarang jikayaqn memungkinkan denganadanya nash yang jelas. Allah Swt. sendiri tidak membebani seoranghamba di luar batas kemampuannya, Rasulullah Saw. sendiri menyetujui

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    15/20

    15

    perkataan Mudz ibn Jabal ketika diutus ke Yaman bahwa jika ia tidakmendapatkan dalil dari al-Quran dan sunnah, maka ia akan berijtihad.

    Karena al-tafsr bi al-rayi merupakan bentuk ijtihad, maka para ulamamenetapkan sederet ilmu yang harus dikuasai oleh seorang mufassirsekaligus kaidahnya. Kaidah-kaidah tersebut adalah:1) Mengetahui pertentangan antara tafsirbi al-matsr dan bi al-rayi serta

    metode tarjh .2) Mengetahui pertentangan antar ayat.3) Mengetahui pertentangan antara ayat dan hadits.4) Mengetahui perbedaan dan pertentangan.5) Mengetahui apa yang menyerupai ikhtilaf.6) Mengetahui apa yang menyebabkan dugaan ikhtilaf.7) Menguasai ilmumubhamt. 8) Mengetahui sisi-sisi tersembunyi dalam kalimat al-Quran.

    c. Al-Tafsir al-Isyr Al-Isyr berasal dari kataal-isyrah yang berarti isyarat atau penunjukan(al-m). Sedang yang dimaksud denganal-tafsr al-isyr adalah takwilayat al-Quran berdasar isyarat tersembunyi yang diketahui oleh ahli ilmudan amal yang berpijak atas persamaan antara isyarat dan zahir ayat padasalah satu sisinya.

    Secara umum, terdapat dua bentuk isyarat:1) Isyarat yang jelas. Seperti isyarat ayat-ayat kauniyyah al-Quran

    terhadap fenomena alam.2) Isyarat yang tersembunyi dan diperoleh seorang ahli ilmu serta ibadah

    ketika merenungi bacaan al-Quran.

    Berdasarkan dua isyarat tersebut, terbangun dua modelal-tafsr al-isyr :1) Al-tafsr al-isyr al-ilm.

    Tafsir jenis ini mencoba untuk mengurai isyarat-isyarat dalam al-

    Quran yang berhubungan dengan gejala alam. Biasanya sang mufassirberusaha untuk menunjukkan persesuaian antara al-Quran dan sainskontemporer.

    2) Al-tafsr al-isyr al-shf. Dalam tafsir yang dipakai sufi ini, makna sebuah ayat didapatkansetelah melalui proses pensucian diri dan tadabbur terhadap ayat-ayatal-Quran. Namun terkadang takwil yang mereka peroleh sangat jauh

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    16/20

    16

    dari segi semantik, bahkan terkadang arti kata yang sesungguhnyaterabaikan. Karena itu para ulama menolak tafsir ini.

    3. Karakteristik TafsirSetelah mengurai sejarah tafsir dan beberapa metode yang digunakan, dapatdisimpulkan bahwa:

    a. Dalam tradisi tafsir Islam, dikenal adanya otoritas. Otoritas untukmenafsirkan telah diberikan oleh Allah Swt. kepada Rasulullah Saw.dengan turunnya ayat:

    Dengan kata lain, Rasulullah Saw. yang menerima wahyu telah diberi

    amanat oleh Allah Swt. untuk menjelaskan kandungannya kepadaumatnya.

    Setelah Rasulullah Saw. wafat, otoritas selanjutnya berada di tangansahabat. Rasulullah Saw. telah bersabda bahwa masa yang terbaik adalahmasa beliau Saw., selanjutnya masa sahabat. Rasulullah Saw. juga telahmenegaskanadalah para sahabatnya.

    Pada masa selanjutnya para sahabat mendirikan madrasah tafsir yangmenjadi pusat kaderisasi sekaligus pelestarian tafsir. Para tabiin yang

    tergabung dalam madrasah-madrasah ini kemudian meneruskan riwayatkepada generasi selanjutnya yang kemudian mengkodifikasikannya.

    b. Tafsir-tafsir dari Rasulullah Saw. dan sahabat kemudian ditransmisikandalam bentuk riwayat dengan sanad yang jelas. Berikut penerapan ilmu jarh wa tadl menjadi filter dari riwayat-riwayat yang diragukan atauterputus.

    c. Penafsiran al-Quran berangkat dari arti kosakata.d. Tafsir al-Quran tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang. Para ulama

    telah menggariskan persyaratan yang amat ketat untuk menjadi seorangmufassir. Persyaratan tersebut tidak hanya mencakup segi ilmu danintelektualitas, tapi juga mempertimbangkan dimensi spiritual. Hal inidapat dipahami karena tafsir seb

    G. Analisa dan KritikSetelah uraian mengenai hermeneutika dan tafsir dari segi sejarah dan metodeyang digunakan, kita akan beranjak pada perbandingan antara keduanya.

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    17/20

    17

    1. Jika dilihat dari faktor munculnya hermeneutika, ide untuk menerapkanhermeneutika muncul karena desakan rasionalisasi yang dipelopori oleh

    filsafat Yunani waktu itu. Syair Homer yang dianggap mengandung pesanIlahi, di mata para filosof lebih dekat pada mitos dari pada kenyataan. Halyang sama terjadi pada kitab suci umat Yahudi dan Kristen, Bibel. Problemyang mereka hadapi tak kalah kompleksnya. Hingga kini, tak seorangpunyang dapat memastikan siapa penulis Bibel yang sebenarnya. Pun naskahBibel yang otentik belum ditemukan hingga hari ini. Belum lagi perbedaanantara versi Injil kanonik yang terkadang cenderung bertentangan. Di sisilain, pengaruh filsafat yang semakin menguat menjadikan teks bibel takubahnya cerita fiktif.

    Akal sehat pastilah berkata bahwa Tuhan tidak akan menurunkan kitab suciyang penuh pertentangan. Dan Bibel yang mereka yakini dari Tuhanmengandung banyak hal yang bertentangan. Harus ada cara untukmendamaikan pertentangan tersebut. Oleh karena itu, dikembangkanlahteori bahwa Bibel adalah hasil karya para penulisnya dan Tuhanmenurunkan wahyunya kepada para penulis wahyu dalam bentuk inspirasi.Akan tetapi apakah itu inspirasi, belum ada jawaban pasti.

    Konsekuensi dari keyakinan ini adalah bahwa dalam penulisan Bibel, unsurkemanusiaan para penulis masih terlibat. Bibel bukan seratus persen dariTuhan. Maka wajar apabila terdapat kesalahan antara satu versi Bibel denganlainnya. Di sisi lain, seorang manusia pun tak lepas dari lingkungan yangmengitarinya. Dan lingkungan tersebut memberikan pengaruh dalam diriseorang penulis yang kemudian tertuang dalam teks Bibel.

    Dengan kata lain, segala perbedaan yang terjadi antara satu versi Bibel danlainnya berpangkal dari sang penulis. Maka sangat tepat apabilaSchleiermacher menyamakan antara teks Bibel dan teks Yunani atau Romawikuno lalu menerapkan teori hermeneutika untuk menginterpretasi Bibel.

    Kelebihan Hermeneutika dibanding penafsiran yang berangkat dari makna

    literal teks adalah kemampuannya untuk mendamaikan pertentangan yangtajam antar teks. Karena ia beralih menuju artian lain yang lebih dalam.

    Kondisi yang berbeda kita dapati dalam al-Quran. Al-Quran tidakmengalami permasalahan dari segi sejarah. Jika perjanjian lama sebelumditulis hanya bersandar pada transmisi oral yang tak jelas riwayat jugasanadnya, al-Quran telah dihafal oleh puluhan sahabat di bawah bimbinganRasulullah Saw. Selain itu al-Quran telah ditulis sejak turunnya danterkodifikasikan dengan baik di masa khalifah Utsmn ra.

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    18/20

    18

    Dari segi pewahyuan, al-Quran sendiri telah menjelaskan bahwa peran Nabi

    Saw. dalam proses pewahyuan adalah pasif. Nabi Saw. hanya menerimawahyu tanpa merubah redaksinya sedikit pun. Bahkan Allah Swt. sendiritelah menyampaikan ancamannya terhadap Rasulullah Saw. jika beliau Saw.lancang mengutak-atik wahyu yang diturunkan padanya.

    2. Hermeneutika dalam hal ini adalah teori interpretasi yang hanya dapatdigunakan terhadap teks-teks yang manusiawi. Sebab tak mungkin kitamenyelidiki sisi psikologis Tuhan sesuai konsep Schleiermacher misalkan.Atau menelusuri komponen sejarah yang mempengaruhi Tuhan, seperti teoriDilthey. Sedang konsep al-Quran, wahyu dan sejarahnya membuktikanotentisitas bahwa al-Quran lafzhan wa manan dari Allah Swt.Konsekuensinya, konsep Hermeneutika tidak dapat diterapkan atas al-Quran.

    Karena itu para pengusung hermeneutika mau tak mau harusmendekonstruksi konsep yang sudah matang tersebut. Dekonstruksi konsepini bertujuan untuk mengurangi nilai ilahiah dalam al-Quran danmenegaskan bahwa unsur-unsur manusiawi telah tercampur di dalamnya. Jika proyek dekonstruksi ini berhasil, maka jalan bagi penerapanhermeneutika atas al-Quran akan terbuka lebar.

    Nasr Hamid Abu Zayd, misalkan, ia menyatakan bahwa al-Quran adalahproduk budaya (muntaj tsaqf ). Al-Quran karena menggunakan bahasa Arabyang notabene digunakan manusia, maka ia telah menjadi teks bahasa. Teksini telah melalui proses panjang berdialog dengan budaya dan masyarakat.Hubungan antara teks dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik(al-tasyakkul wa al-tasykl, istilah Nasr Hamid), dimana kenyataan membentukteks dan teks kembali pada masyarakat dengan pandangan baru.

    Ada beberapa hal yang perlu dicermati dalam ide Nasr Hamid tersebut.a. Al-Quran bukanlah teks Arab biasa dan tidak dilahirkan oleh budaya. Hal

    ini sejalan dengan kesulitan para sahabat sendiri untuk memahamibeberapa kosakata al-Quran. Selain itu, gaya bahasa al-Quran benar-benarkhas, tidak dikenali bangsa Arab sebelumnya. Yang terjadi justrusebaliknya, al-Quran merubah konsep-konsep jahiliyah seperti kemuliaan,dan memaknai kosakata Arab dengan arti yang baru, sepertishalh dansebagainya.

    b. Pandangan Nasr Hamid bahwa al-Quran produk budaya sekaligusprodusen melalui proses al-tasyakkul wa al-tasykl adalah rancu. Ia

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    19/20

    19

    menggabungkan dua hal yang saling bertentangan (istihlah jam al-naqdlain).

    c.

    Muhammad Imarah menyatakan bahwa ide Nasr Hamid berdasar atasteori dialektik materialisa la Marxisme. Hal ini sejalan denganungkapannya bahwa peradaban Islam terbangun berporos pada teks.Namun bukan teks itu sendiri yang membuat peradaban, budaya danilmu, akan tetapi proses dialog antara manusia, realita dan teks.

    Pencangkokan teori dialektik materialis ini mengandung permasalahanyang sangat mendasar. Marxisme menafikan metafisika dan meyakinibahwa apa yang ada di dunia ini merupakan hasil hubungan antara satumateri dengan materi lain. Sedang salah satu esensi Islam adalah unsurrabbaniyah. Menerapkan dialektik materialis sama saja denganmengabaikan unsur dasar tersebut dan menjadikan Islam tak ubahnyaagama buatan manusia.

    3. Tafsir al-Quran yang diterima oleh jumhur selalu bertolak dari arti kosakatabahasa Arab. Al-Quran dan sunnah berbahasa Arab. Tafsirbi al-rayi dan al-isyr pun disyaratkan untuk tidak menafikan dan menyimpang jauh dari artikata yang sebenarnya. Takwil yang dilakukan para ulama pun harus denganalasan yang menyebabkan sebuah kata tidak dapat diartikan dengan maknaaslinya. Dengan nash sebagai titik tolak, al-Quran terhindar dari penafsiran-penafsiran yang liar.

    Sedang dalam hermeneutika, interpretasi sebuah teks dapat saja berbedamenimbang unsur yang terlibat dalam penafsiran jauh lebih banyak.Perbedaan tempat, waktu dapat menyebabkan perbedaan arti. Belum lagiperbedaan pengetahuan antara penafsir satu dengan lainnya mengenai sisisejarah teks, psikologis sang pengarang dan sejauh mana kedua faktortersebut mempengaruhi pemikiran pengarang dalam teks. Sekian faktortersebut menjadikan hermeneutika lebih bernilai relatif.

    4. Jika dibandingkan antara tafsir dan hermeneutika, tafsir lebih mempunyai

    pondasi tradisi yang kuat. Sumber primer tafsir dalam Islam adalah al-Quran, Rasulullah Saw. dan sahabat. Tafsir yang berasal dari ketiga sumbertersebut ditransmisikan melalui jalur riwayat yang jelas. Rasulullah Saw.menjelaskan arti ayat dengan otoritas yang diberikan oleh Allah Swt. kepadapara sahabat. Selanjutnya para sahabat mendirikan madrasah-madrasahtafsir sebagai wadah untuk meneruskan rantai riwayat kepada tabiin. Usaimasa tabiin, muncul upaya untuk mengkodifikasikan tafsir diikuti denganpenetapan syarat-syarat mufassir.

  • 8/14/2019 Telaah Kritis Hermeneutika ( Alqudwah )

    20/20

    20

    Akibat masalah otentisitas Bibel, agama Yahudi dan Kristen tidak mengenalarti Bibel langsung dari sumbernya atau yang berotoritas. Karena itu mereka

    mengadopsi hermeneutika dari tradisi Yunani untuk mempertahankan statusBibel sebagai kitab suci. Ironisnya, ketika hermeneutika mulai diterapkan,kesucian Bibel justru dibongkar karena dianggap merintangi upayapenafsiran yang ilmiah. Puncaknya terjadi ketika Schleiermachermenyamakan antara teks bibel dan teks Yunani atau Romawi kuno.

    H. KesimpulanSetelah perbandingan-perbandingan tersebut, di penghujung makalah ini,penulis menyimpulkan bahwa hermeneutika mempunyai latar belakang danmetode yang berbeda bahkan cenderung bertentangan dengan karakter al-Quran, tafsir, serta pandangan hidup Islam. Karena itu hermeneutika tidakdapat diterapkan sebagai metode tafsir al-Quran.