Teknologi Pertanian

download Teknologi Pertanian

of 10

Transcript of Teknologi Pertanian

Teknologi Pertanian Tidak Menjamin Petani SejahteraMEDAN. Perkembangan penggunaan teknologi pertanian seharusnya bertujuan untuk meningkatkan hasil dan memenuhi kebutuhan pangan sehingga tidak terjadi kekurangan pangan dan petani pun sejahtera. Setidaknya hal tersebutlah yang menjadi salah satu poin utama yang diungkapkan oleh Henry Saragih, Ketua Badan Pelaksana Pusat (BPP) Serikat Petani Indonesia (SPI) pada Seminar Nasional Pertanian Presisi Menuju Kedaulatan Pangan di Medan, Sumatera Utara (25/11). Dalam seminar yang diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Dinas Pertanian Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara ini, Henry Saragih juga menekankan bahwa masih banyak pertanyaan yang belum terjawab terkait dengan penerapan inovasi teknologi. Harus dicatat, terkait dengan penerapan inovasi teknologi melalui paket revolusi hijau, pertanyaan yang sampai saat ini belum dapat dijawab diantaranya mengapa petani tetap miskin dan di sisi lain perusahaan agribisnis sukses paparnya. Sebagai informasi, pertanian presisi adalah suatu strategi manajemen yang menggunakan teknologi informasi untuk membawa data dari setiap jengkal tanah dalam rangka meningkatkan produksi tanaman, yang memiliki lima tujuan utama seperti meningkatkan efisiensi produksi, perbaikan kualitas produksi, penggunaan bahan kimiawi yang efisien, konservasi energi dan perlindungan tanah dan air tanah. Pelaksanaan pertanian presisi ini dengan penerapan teknologi pertanian, seperti penggunaan sensor, GPS (Global Positioning System), GIS (Geographic Information System), dan lain-lain. Henry Saragih juga memandang bahwa konsep pertanian presisi ini akan sulit untuk diaplikasikan ke petani. Hal ini dikarenakan konsep pertanian presisi menggunakan teknologi yang mahal dan diterapkan pada lahan yang luas. Dengan penggunaan teknologi pertanian, dapat dipastikan bahwa konsep pertanian presisi ini hanya dapat diterapkan oleh perusahaanperusahaan agribisnis, dan bukan oleh petani yang masih mengalami dengan keterbatasan modal dan akses, serta tingkat kepemilikan tanah yang masih sangat terbatas. Henry Saragih yang juga Koordinator Umum La Via Campesina (Gerakan Petani Internasional) ini memberikan tawaran konsep penerapan kedaulatan pangan. Kedaulatan pangan merupakan konsep pemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik dan sesuai dengan budaya, diproduksi dengan sistem pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan. Artinya kedaulatan pangan sangat menjunjung tinggi prinsip diversifikasi pangan sesuai dengan budaya lokal yang ada, yang juga merupakan pemenuhan hak manusia untuk menentukan sistem pertanian dan pangannya sendiri yang lebih menekankan pada pertanian berbasis keluarga, yang berdasarkan prinsip solidaritas, bukan pertanian berbasiskan agribisnis yang berdasarkan profit semata tandasnya.

PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN MELALUI PEMBERDAYAAN Oleh: Herna Puspitasari (I34090063) Dosen: Martua Sihaloho, SP. MSi. Dr. Ir. Pudji Muljono, Msi. Dosen Praktikum: Rizal Razak DEPARTEMEN KOMUNIIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ABSTRAK Pemberdayaan sebagai salah satu upaya untuk membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Khususnya pemberdayaan dilakukan kepada petani Indonesia yaitu dengan menerapkan teknologi pertanian sebagai uapaya untuk meningkatkan hasil produksi pertanian agar pendapatan petani pun dapat meningkat sehingga dapat memenuhi semua kebutuhan hidup. Hal yang perlu diperhatikan adalah peran penyuluh dalam mengkomunikasikan program yang akan disuluh kepada para petani sehingga mereka dapat menerapkan program yang berupa penggunaan teknologi pertanian secara benar sehingga tujuan dari pemberdayaan dan program penyuluhan dapat terealisasikan yaitu meningkatnya kesejahteraan petani karena hasil produksi pertanian yang meningkat. Kata kunci: pemberdayaan, teknologi pertanian dan penyuluhan pertanian. DAFTAR ISI ABSTRAK i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL 1 PENDAHULUAN 2 BAB I 4 PEMBERDAYAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI 4 BAB Ii 5 PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN 5 PENUTUP 6 DAFTAR PUSTAKA 7 DAFTAR TABEL Nomor halaman 1. Produksi dan Konsumsi Jagung, 20052009 .4 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterbatasan petani dalam teknologi baik dari segi akses untuk mendapatkannya sampai pada cara penerapan teknologi tersebut masih menjadi momok yang saat ini belum secara luas teratasi. Dengan keterbatasan saranan pelancar dan pendukung pertanian menyebabkan petani kita berada dalam taraf hidup yang dapat dikatakan masih dalam keterbatasan. Pemberdayaan adalah salah satu alternatif untuk mengurangi angka kemiskinan pada petani yaitu dengan menerapkan teknologi pertanian yang menekankan pada pemberdayaan petani Indonesia. Pemberdayaan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk membangun manusia atau masyarakat melalui pengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyarakat, dan pengorganisasian masyarakat. Hal tersebut lebih menekankan kepada petani sebagai objek dari proses pemberdayaa itu sendiri. Dalam hal ini penerapan teknologi pertanian perlu dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Menurut Rita Hanafie dalam Pengantar Ekonomi Pertanian Penerapan teknologi dibidang pertanian yang diterapkan oleh Negara-negara maju tidak selalu sama hasilnya manakala diterapkan di daerah yang berbeda. Misalnya pembuatan jaringan irigasi,pengelolaan air irigasi . Seringkali penerapan teknologi yang kurang maksimal menyebabkan hasil pertanian yang didapatkan pun tidak maksimal dan salah satu faktornya adalah proses pemberdayaan yang kurang efektif atau bahkan tidak adanya pemberdayaan yang mendampingi penerapan teknologi yaitu dalam kasus ini adalah peran penyuluhan. Apabila masyarakat dapat terberdayakan secara baik dan adanya peran aktif dari penyulu pertanian maka teknologi yang disosialisasikan untuk diterapkan kemudian pun akan menuai hasil yang baik bagi petani sehingga produksi pertanian dapat meningkat dan hasil yang diperoleh petani pun akan meningkat sehingga mereka dapat memiliki kehidupan yang lebih baik. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana peran pemberdayaan dalam meningkatkan kesejahteran petani Indonesia? 2. Bagaimana metode penyuluhan dan komunikasi yang baik agar masyarakat tani mengerti akan penerapan teknologi pertanian melalui pemberdayaan yang sedang diterapkan? 3. Mengapa perlu adanya penerapan Teknologi Pertanian dengan metode pemberdayaan kepada masyarakat tani? C. Tujuan 1. Menjelaskan peranan pemberdayaan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani di

Indonesia. 2. Menjelaskan bagaimana komunikasi yang baik atau teknik penyuluhan yang efektif kepada petani agar mereka mengerti cara menerapkan teknologi pertanian akan dilakukan. 3. Menjelaskan pentingnya menerapkan teknologi pertanian untuk meningkan hasil produksi pertanian dengan menggunakan metode penyuluhan. BAB I PEMBERDAYAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI 1.1. Peran pemberdayaan dalam meningkatkan kesejahteraan petani Pemberdayaan merupakan tindakan usaha perbaikan atau peningkatan ekonomi, social budaya, politik, dan sikologi baik secara individual maupun kolektif yang berbeda menurut kelompok etnik dan kelas sosial (Wrihatnolo dan Dwidjowijoto,2007) Proses pemberdayaan masyarakat petani difokuskan agar petani dapat terberdayakan dengan baik atau yang artinya dapat memiliki daya untuk mengembangkan apa yang mereka miliki untuk tujuan yang sama yaitu kesejahteraan. Kesejahteraan yang dimaksud adalah meningkatnya hasil produksi pertanian melalui penerapan teknologi pertanian salah satunya adalah sistem irigasi, untuk itu perlu adanya metode pemberdayaan yang disosialisasikan melalui komunikasi yang baik dari penyuluh kepada masyarakat petani sehingga program-program dari teknologi pertanian yang akan diterapkan akan dapat terlaksana secara baik dan dapat meningkatkan produksi pertanian sehingga petani memiliki penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. 1.2 Metode penyuluhan pemberdayaan Dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat petani, penyuluh menggunakan beberapa metode. Metode yang digunakan adalah penyuluhan media massa, kelompok, individu atau tatap muka pada gilirannya akan dibicarakan. Media cetak dan elektronika seperti surat kabar, radio, dan televise membantu penyuluh mencapai sejumlah besar petani secara serempak. Walaupun demikian hanya sedikit kesempatan bagi petani untuk saling berinteraksi atau memberikan umpab balik kepda penyuluh .( Van Den Ban dan Hawskin,1997) Diasumsikan apabila penyuluh dapat mengunakan metode penyuluhan dengan baik maka maksud dari materi penyuluhan akan dapat dimengerti oleh petani sehingga dalam penerapan teknologi pertanian dapat secara baik terlaksana karena adanya kesamaan makna antara penyuluh, penerapan teknologi dengan petani itu sendiri. BAB II PENERAPAN TEKNOLOGI PERTANIAN YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI PERTANIAN 2.1. Penerapan teknologi pertanian dengan metode pemberdayaan Upaya untuk meningkatkan produksi pertanian adalah tujuan dari penerapan teknologi pertanian. Usaha pemberdayaan yang dilakuakn pihak pemerintah yaitu melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian yang salah satu tugasnya melakukan penelitian dan pengembangan untuk dapat menghasilkan inovasi teknologi tanaman pangan yang dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan.. Table 1: Produksi dan Konsumsi Jagung, 2005-2009 No uraian 2005 2006 2007 2008 2009 1 Produksi (ton PK) 12.532,894 11,609,436 13,287,527 16,317,252 17,659,067 2 Konsumsi (ton PK) 12,264,385 12,504,949 13,217,244 14,659,525 15,680,495 -Benih 92,463 77,790 87,128 4,230,000 4,540,000 -Pakan 3,350,000 77,790 87,128 85,327 82,620 -Konsumsi langsung 864,018 894,435 947,696 964,367 990,261 -Tercecer susut *) 1,252,389 1,160,946 1,328,753 1,631,725 1,765,907 3 -Lainnya 6,525,515 6,731,778 7,043,667 7,748,106 8,301,671 3 Surplus/Defisit 259,509 -895,486 -895,486 1,657,727 1,657,727 Tahun 2009 = Angkatan Ramalan III BPS 2009 Sumber : Deptan 2009 Apabila tabel diatas dianalisa lebih dalam, maka akan diketahui bahwa selama 5 tahun terakhir, produksi jagung nasional meningkat 9,95 persen pertahun, dan produktivitasnya naik 4,78 persen. Bahkan dalam 3 tahun terakhir, produksi jagung nasional meningkat 15,16 persen pertahun, dan produktivitasnya naik 6,72 persen. Proyeksi Produksi dan Kebutuhan Jagung Nasional 2009 2014. Peningkatan hasil produksi jagung tersebut dapat terjadi karena teknologi pertanian yang dilakukan berupa sistem irigasi yang baik,

pemupukan, dan pengolahan pertanian yang baik secara sistem untuk diterapkan. Jika pemberdayaan yang dilakukan berjalan dengan baik maka petani pun dapat menerapkannya secara baik sehingga produksi pertanian dapat meningkat setiap tahunnya. PENUTUP Kesimpulan Pemberdayaan masyarakat petani difokuskan agar petani dapat terberdayakan dengan baik atau yang artinya dapat memiliki daya untuk mengembangkan apa yang mereka miliki untuk tujuan yang sama yaitu kesejahteraan. Kesejahteraan yang dimaksud adalah meningkatnya hasil produksi pertanian melalui penerapan teknologi pertanian salah satunya adalah sistem irigasi Untuk itu penerapan sistem teknologi pertanian secara menyeluruh dan berkala perlu dilakukan sehingga dapat mencapai tujuan pemberdayaan. Seiing berjalannya proses penerapan teknologi pertanian perlu juga pendamping khusus melalu lembaga khusus atau penyuluh yang menjadi wadah bagi aspirasi petani. Saran Diharapkan pemerintah berperan serta dalam proses pemberdayaan masyarakat petani yaitu dengan memberikan perhatian khusus berupa subsidi pupuk, menggalakan cyber extentiaon agar semua petani dapat mengaksess informasi mengenai teknologi secara menyeluruh. Footnote Penyuluhan pertanian harus ahli pertanian yang berkompeten, disamping bisa berkomunikasi secara efektif dengan petani sehingga dapat mendorong minat belajar mereka dan harus berorientasi pada masalah yang dihadapi oleh petani. Hanafie R. 2010. Pengantar ekonomi pertanian. Yogyakarta: CV Andi Offset DAFTAR PUSTAKA Hanafie R. 2010. Pengantar ekonomi pertanian. Yogyakarta: CV Andi Offset Christiawan OD. 2010. Peran penyuluhan pertanian dalam kelompok tani di kecamatan junrejo kota batu (Internet). diakses pada 4 Januari 2011. dapat diunduh di (http://ilmiahpertanian.blogspot.com/2008/04/peranan-penyuluh-pertanian-dalam.html) Wrihatmolo RR, Dwidjowijoto RN. 2007. Manajemen pemberdayaan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Van Den Ban, Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian..Yogyakarta: Kanisius Zubachtirodin, Pabbage Ms, Subandi. 2009. Wilayah produksi dan potensi pengembangan jagung(0nternet), 2009. Diakses pada 4 Januari 2010, dapat diunduh pada (http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/bjagung/lima.pdf)

Peran Teknologi Pertanian dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung Senin, 22 Maret 2010Dalam artikel terdahulu telah disinggung teori Thomas Robert Malthus yang mengatakan bahwa jumlah penduduk meningkat secara deret ukur, sedangkan jumlah makanan yang tersedia meningkat secara deret hitung. Artinya dalam periode tertentu, misalnya jumlah penduduk suatu daerah naik dari 2 juta orang (pada tahun 1800), menjadi 4 juta orang (1850), menjadi 8 juta orang (1900), menjadi 16 juta orang (1950), menjadi 32 juta orang (2000). Sedangkan persediaan makanan secara alami cukup untuk 2 juta orang (pada tahun 1800), cukup untuk 4 juta orang (1850), tetapi hanya cukup untuk 6 juta orang (1900), untuk 8 juta orang (1950), dan untuk 10 juta orang (2000). Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut.

Jika kondisi demikian dibiarkan, maka pada tahun 1800 sampai tahun 1850 tidak ada masalah karena persediaan makanan cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tinggal di daerah tersebut. Masalah mulai timbul pada tahun-tahun setelah itu. Pada tahun 1900 makanan hanya cukup untuk 6 juta orang, sedangkan jumlah penduduk telah mencapai 8 juta orang. Pada tahun 1950 makanan hanya cukup untuk 8 juta orang, sedangkan jumlah penduduk telah mencapai 16 juta orang. Bahkan pada tahun 2000 makanan hanya cukup untuk 10 juta orang, sedangkan jumlah penduduk telah mencapai 32 juta orang. Salah satu upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan, agar makanan yang tersedia juga meningkat menurut deret ukur atau sebanding dengan pertumbuhan penduduk, adalah dengan memanfaatkan berbagai teknologi yang bisa dikuasainya. Di pihak pemerintah, ada Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian yang salah satu tugasnya melakukan penelitian dan pengembangan untuk dapat menghasilkan inovasi teknologi tanaman pangan yang dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan. Teknologi tersebut dapat dalam bentuk :

1. Fisik materi (bahan) seperti varietas unggul, pupuk (formulasi pupuk/ pupuk hayati), danpestisida.

2. Rekomendasi teknologi, diantaranya pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman(hama), dan penggunaan air.

3. Teknologi proses, misalnya produksi benih, produksi pupuk hayati, dan produksi pestisida hayatiatau nabati.

4. Rancang bangun/ prototipe alat dan mesin pertanian, misalnya pompa air, alat tanam, aplikatorpupuk, pembumbun, penyiang, pemipil, dan pengering.

Data peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan yang dirilis oleh Kementerian Pertanian menyatakan bahwa dalam kurun wkatu 2005 2009, produksi tanaman pangan umumnya mengalami peningkatan yang cukup berarti dibandingkan periode sebelumnya. Produksi padi meningkat dari dari 54,09 juta ton pada tahun 2004 menjadi 60,33 juta ton pada tahun 2008 dengan laju peningkatan 2,78% pertahun. Produksi jagung bahkan meningkat dengan laju 9,52% pertahun. Produksi tanaman pangan lainnya juga mengalami peningkatan yang cukup berarti. Untuk lebih lengkapnya dapat dibaca pada tabel

berikut.

Produksi dan Konsumsi Jagung Nasional 2005 2009. Produksi jagung nasional pada tahun 2005 sebesar 12,52 juta ton pipilan kering (ton PK). Meskipun pada tahun 2006 produksinya sempat turun menjadi 11,61 juta ton PK, pada tahun 2007 mampu ditingkatkan kembali menjadi 13,28 juta ton PK. Selanjutnya terus meningkat, menjadi 16,32 juta ton PK pada tahun 2008 dan menjadi 17,66 juta ton PK pada tahun 2009. Sementara konsumsi jagung nasional pada tahun 2005 sebesar 12,26 juta ton PK. Angka tersebut terus naik dari tahun ke tahun, menjadi 12,50 juta ton PK pada tahun 2006, menjadi 13,29 ton PK pada tahun 2007, menjadi 16,32 juta ton PK pada tahun 2008, dan menjadi 17,66 juta ton PK pada tahun 2009. Perlu pula diketahui bahwa konsumsi jagung nasional terdiri dari untuk konsumsi langsung, keperluan benih tanaman jagung, untuk pakan ternak, tercecer atau susut, dan keperluan lainnya seperti diolah menjadi produk makanan olahan. Dengan demikian, terdapat surplus sebesar 0,26 juta ton PK pada tahun 2005, tetapi menjadi minus 0,89 juta ton PK pada tahun 2006. Karena produksi berhasil ditingkat kembali pada tahun 2007 sehingga terdapat surplus sebesar 0,07 juta ton PK. Selanjutnya menjadi surplus sebesar 1,66 juta ton PK pada tahun 2008 dan surplus sebesar 1,98 juta ton PK pada tahun 2009 (lihat tabel 3).

Apabila tabel diatas dianalisa lebih dalam, maka akan diketahui bahwa selama 5 tahun terakhir, produksi jagung nasional meningkat 9,95 persen pertahun, dan produktivitasnya naik 4,78 persen. Bahkan dalam 3 tahun terakhir, produksi jagung nasional meningkat 15,16 persen pertahun, dan produktivitasnya naik 6,72 persen. Proyeksi Produksi dan Kebutuhan Jagung Nasional 2009 2014. Dalam rangka mempertahankan swasembada pangan, khususnya jagung, instansi terkait telah membuat proyeksi tentang produksi dan konsumsi jagung nasional untuk tahun 2009 2014. Produksi jagung nasional pada tahun 2009 sebesar 17,66 juta ton PK (Aram III BPS), diproyeksikan akan naik menjadi 19,80 juta ton PK pada tahun 2010, menjadi 22 juta ton PK pada 2011, menjadi 24 juta ton PK pada 2012, menjadi 26 juta ton PK pada 2013, dan pada tahun 2015 diproyeksikan mencapai 29 juta ton PK.

Hasil atau produksi tersebut akan mampu dicapai apabila luas panen juga naik dan produktivitasnya ditingkatkan dari tahun ke tahun, sebagaimana digambarkan dalam tabel 4. Tabel tersebut juga menginformasikan kepada kita bahwa produksi jagung diproyeksikan naik rata-rata 10% per tahun, luas panen diproyeksikan naik rata-rata 4,07% per tahun, dan produktivitas jagung diproyeksikan naik ratarata 6,93% per tahun. Untuk dapat meningkatkan produktivitas inilah diperlukan penerapan teknologi yang mutakhir. Jika dilihat dari segi konsumsi, diproyeksikan kebutuhan jagung nasional naik sekitar 2 juta ton PK pertahun. Jika pada tahun 2009, kebutuhan jagung mencapai 19,76 juta ton PK, maka kebutuhan tersebut akan menjadi 21,95 juta ton PK pada 2011, naik menjadi 24,20 pada tahun 2012, kemudian menjadi 25,97 pada tahun 2013, dan naik menjadi 28,92 pada tahun 2014. Perlu pula dicatat bahwa jumlah kebutuhan jagung nasional tersebut telah temasuk untuk cadangan (stok) sebesar 2 juta ton PK pada tahun 2010. Jumlah stok tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun, hingga menjadi 6 juta ton PK pada tahun 2014. Cadangan jagung tersebut dapat pula dimanfaatkan untuk diekspor atau untuk keperluan lain seperti untuk diolah menjadi bahan bakar.

Upaya Kementerian Pertanian Sebagaimana telah disinggung pada halaman 1 bahwa berbagai upaya telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian dalam rangka mempertahankan swasembada pangan. Misalnya, secara terus menerus Balitbang Tanaman Pangan Kementerian Pertanian melakukan penelitian dan pengembangan tanaman jagung, termasuk inovasi teknologi pembudidayaan jagung. Selama periode 2003 2009, Balai Penelitian Seralia Maros telah menemukan sebanyak 6 varietas bibit jagung baru, yaitu : Bima 1 sampai Bima 6. Bima 1 5 sudah diperbanyak melalui kerjasama dengan pihak swasta, dan sudah dimanfaatkan oleh petani. Sementara Bima 6 juga akan dilepas kepada petani dalam waktu dekat. Disamping itu, Balai Penelitian Serealia Maros juga telah menemukan bibit jagung varietas terbaru yang usianya hanya 85 hari, jauh lebih pendek dari sebelumnya yang mencapai 110 hari. Bibit baru tersebut sudah diujicobakan di 20 lokasi di seluruh Indonesia, dan produktivitasnya antara 12 14 ton perhektar. Sebagai perbandingan, produktivitas bibit terdahulu hanya 7,0 11,7 ton perhektar. Agar hasil karya para peneliti tersebut dapat diaplikasikan oleh petani, maka perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas pada umumnya, dan masyarakat petani pada khususnya. Sosialisasi yang dilaksanakan dapat berupa Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG), Jambore Sekolah Lapangan Pengelolaan Sumberdaya Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi-Jagung-Kedelai, Pekan Serelia Nasional (PSN) dan lainlain. Khusus untuk serealia (padi, jagung, sorgum dan gandum) akan dilaksanakan Pekan Serelia Nasional

pada tanggl 26 30 Juli 2010 di Balai Penelitian Tanaman Serealia yang berlokasi di Maros Sulawesi Selatan, dengan tujuan untuk mensosialisasikan dan mendiseminasikan hasil-hasil penelitian serealia nasional, khususnya komoditas jagung. Acara tersebut juga sebagai : y y y y Wahana komunikasi hasil-hasil penelitian serealia, khususnya jagung. Memecahkan masalah teknis pertanian, sosial-budaya dan ekonomi. Mempercepat diadopsinya teknologi serealia unggul baru. Mendukung program swasembada dan kemandirian pangan dan pakan yang berkelanjutan. ( Ibnu Purna/ Hamidi )

Pentingnya Teknologi PertanianKategori: Agrobisnis - Dibaca: 863 kali | Komentar: 1 Jumat, 01 Juli 2011 - 21:56:21 WIB

PantonaNews.com - Indonesia tidak bisa begitu saja melupakan pertanian, bagaimanapun sektor agraris tetap saja menjadi sektor paling penting. Pembangunan pertanian harus berlanjut, sebagaimana ditempuh negara tetangga Thailand dan Vietnam. Usaha penelitian dan pengembangan teknologi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan petani perlu dilanjutkan dan ditingkatkan. Kemampuan petani dalam penerapan dan penguasaan teknologi pertanian harus ditumbuhkan melalui kegiatan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan. Sedangkan untuk memperlancar keanekaragaman produksi serta meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditi pertanian perlu dipacu melalui usaha agroindustri dan agrobisnis.

Untuk mewujudkan arah pembangunan sektor pertanian tersebut, komponen teknologi pertanian muncul sebagai tulang punggung. Bagaimanapun hanya melalui penggunaan teknologi yang maju sektor pertanian bisa menjadi efisien dan tangguh. Dimasyarakatkan Dalam buku Menggerakan dan Membangun Pertanian, A.T.Mosher menjelaskan, bahwa teknologi yang senatiasa berubah merupakan syarat mutlak adanya pembangunan pertanian. Kalau tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan pertanian pun akan terhenti. Produksi terhenti kenaikannya, bahan dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang makin meningkat oleh hama penyakit yang main merajalela. Dengan demikian untuk makin tumbuh dan berkembangnya sektor pertanian, maka pengembangan dan aplikasi teknologi pertanian sangat diperlukan, dengan kata lain perlu dimasyarakatkan. Untuk mengantisipasi perkembangan keadaan, masyarakat tani harus melek teknologi, paling tidak mampu mengadopsi teknologi tepat guna dan diterapkan dalam usaha taninya. Dalam sektor pertanian senantiasa terjadi perubahan teknologi (technology change) dan muncul inovasi (innovation). Dalam beberapa dekade terakhir hal itu terlihat jelas pada sub sektor tanaman pangan. Khususnya padi. Berkat perkembangan teknologi, Indonesia yang semula berstatus sebagai negara pengimpor beras terbesar di dunia, sempat berubah menjadi negara berswasembada beras, bahkan pernah mengekspor. Berbagai teknologi yang dikembangkan, mulai dari teknologi benih yang menghasilkan benih unggul berproduksi tinggi, teknologi pemupukan yang antara lain menghasilkan urea tablet, teknologi pengendalian hama dan penyakit, termasuk teknologi pengembangan mesin budidaya dan pasca panen, kontribusinya sangat nyata terhadap peningkatan produksi dan perbaikan kesejahteraan sebagian petani. Posisi swasembada beras pernah disandang. Hal itu menunjukkan adanya kemampuan masyarakat tani dalam mengadosi berbagai teknologi baru. Meskipun tingkat pendidikan sebagian besar petani rendah, namun ternyata petani Indonesia memiliki kemampuan yang tinggi dalam memahami dan mengaplikasikan teknologi pertanian. Hal itu juga berkat kepiawaian para penyuluh lapangan yang senantiasa memberikan motivasi dan bimbingan kepada peatni. Di tingkat pusat, Kementerian Pertanian melalui Badan penelitian dan Pengembangan (Balitbang) hingga ke Balai Penelitian tak henti-hentinya berupaya mencari dan menemukan teknologi terbaru, yang diharapkan mampu mendongkrak perkembangan sector pertanian. Kalau padamulanya perhatian relatif terfokus pada sub sektor tanaman pangan, maka kini sub sektor lainnya pun terus diperhatikan secara serius, baik hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan, bahkan kini telah berdiri Kementerian Kelautan dan Perikanan. Selain itu Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Hasil Pertanian (Agroindustri) pun turut berupaya meningkatkan nilai tambah hasil pertanian. Dengan adanyanya dukungan Kementerian, BPPT, Bappenas, perguruan tinggi, LSM, dan sebagainya, maka pengembangan teknologi pertanian pun makin marak.

Untuk memasyarakatkan teknologi baru memang tidak mudah, memerlukan waktu dan proses, juga tergantung pada bagaimana kondisi masyarakat tani. Menurut Prof Mubyarto, begitu petani merasa suatu hasil teknologi baru menguntungkan maka ia akan menerimanya. Tidak hanya petani Indonesia tetapi petani di mana saja, bahkan di Amerika Serikat dan Australia, memerlukan waktu berpikir yang lama. Petani Iowa (Amerika Serikat) memerlukan waktu rata-rata Sembilan tahun untuk mengadopsi jagung hibrida; petani Australia Selatan membutuhkan waktu 12 tahun untuk mengadopsi penggunaan pupuk sejak pertama kali diperkenalkan. Sedangkan petani Indonesia hanya memerlukan waktu setahun untuk mempertimbangkan untung ruginya menanam padi varietas PB 8 dan PB 5. Pengembangan teknologi pertanian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan; memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha; mengisi dan memperluas pasar dalam dan luar negeri; meningkatkan keanekaragaman hasil; meningkatkan mutu dan derajat pengolahan produksi; dan menunjang pembangunan wilayah. Hal itupun tertuang dalam program pembangunan bahkan semasa Orde Baru berkuasa masuk dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN). (Atep Afia).