Teknologi & frekuensi Penyiaran -...

57
REGULASI PENYIARAN MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM

Transcript of Teknologi & frekuensi Penyiaran -...

REGULASI PENYIARAN

MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM

APA YANG TERJADI KETIKA FREKUENSITIDAK DIATUR?

• Harmful interference

audience

Lembaga Media

Tayangan

ACUAN PENGATURAN FREKUENSI

Internasional

• International Telecommunication Union (ITU).

• World Radiocommunication Conference (WRC)

• Radio Regulation (RR).

• Asia Pacific Telecommunity (APT).

• ASEAN Telecommunication Regulatory Council (ATRC).

• Koordinasi Bilateral antar negara. (perbatasan)

Nasional

• Perundang-undangan tingkat Nasional.

• Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi.

• Peraturan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi.

• Peraturan sektor lain yang terkait.

PENGATURAN TEKNIK SPEKTRUMFREKUENSI RADIO

• Dilakukan oleh Ditjen Postel

• Mengatur kriteria penggunaan bersama/sharing

• Mengatur batasan daya pancar/power

• Mengatur standar serta spesifikasi

PENGATURAN FREKUENSI RADIO

• FM berada pada pita frekuensi 87,5-108 MHz

mempunyai spasi antar kanal sebesar 100 kHz

• Jarak minimal antar kanal 800 kHz, kecuali kota besar

400 kHz

• 87,5-88,3 FM; 88,400-89,3 FM;dst

• Frekuensi penyiaran radio terestrial dialokasikan pada

pita frekuensi MF, HF(penyiaran radio publik), dan VHF.

PENGELOMPOKAN KELAS SIARANRADIO FM

DISTRIBUSI KANAL TV UHF ANALOG DI INDONESIA

Layanan

Wilayah

Kanal TV

Swasta

Kanal TVRI Kanal TV

Digital

Kanal TV

Lokal

Jabodetabek 10 1 2 1

Daerah Lain 5 0 1 1

KEKACAUAN PENYIARAN ANALOG

• Otonomi daerah menjadi pemicu tumpang tindih

kewenangan

• Banyak muncul siaran swasta dan banyak tidak mengikuti

master plan

• Pemberian izin yang kacau (Depkominfo, KPI, KPID,

Pemda)

PENYIARAN DIGITAL

KUALITAS SIARAN DIGITAL(SUBIAKTO, 2016)

“Kualitas siaran digital adalah relatif sama dalam suatu wilayah

jangkauan dan secara drastis menurun hingga menimbulkan suatu

cliff atau ‘jurang’ yang memisahkan antara wilayah jangkauan

dengan no-service area”

“perlunya manajemen perencanaan jaringan radio yang optimal,

dengan dukungan kebijakan SFN atau MFN”

KENAPA DIGITAL?

• Teknologi Digital memberikan peningkatan efisiensi

berlipat-lipat (pada TV s/d 18 kali lipat, dan bisa

bertambah lagi dengan teknologi kompresi)

• Kualitas suara dan gambar lebih bagus

(SUBIAKTO, 2016)

• International Telecommunication Union (ITU) pada the

Geneva 2006 Frequency Plan (GE06) Agreement

mencanangkan tanggal 17 Juni 2015 adalah batas waktu

negara-negara di seluruh dunia migrasi dari tv analog ke

digital*).

• Teknologi analog semakin mahal biaya operasinya dan

ketinggalan jaman

• Beralih ke digital adalah bentuk penghematan spektrum

frekuensi

14

(SUBIAKTO, 2016)

• Kita mulai tahun 2003 telah memulai persiapan tv digital

yang dijadwalkan Selama 10 tahun

• Kanal frekuensi sudah habis untuk pengajuan ijin baru

sehingga perlu efisiensi melalui teknologi digital mendesak

diperlukan

• Negara berpotensi kehilangan keuntungan yang besar

dan juga akan mengalami kerugian bila migrasi tidak

dilakukan

KEUNTUNGAN PENYIARAN DIGITAL(SUBIAKTO, 2016)

16

• Kualitas Audio dan visual lebih baik

• Lebih banyak pilihan program siaran

• Banyak tambahan fitur : EPG, EWS, aplikasi lainnyaKonsumen

• Efisiensi infrastruktur (75%) dan biaya operasional serta merupakan teknologi ramahlingkungan

Lembaga Penyiaran

• Membuka lebar industri konten nasional danlokalIndustri Kreatif

• Peluang industri nasional untuk memproduksi Set Top Box

Industri Perangkat

• Efisiensi spektrum frekuensi radio dan potensiPNBP dari digital deviden serta peningkatanpertumbuhan ekonomi dari broadband

Pemerintah

PENYELEGGARAAN SIARAN DIGITAL

• Akan diadakan pemisahan antara penyelenggara

infrastruktur dan lembaga penyiaran eksisting

• Diperlukan alat penerima set-top-box DVB-T atau DAB

dengan harga terjangkau

• Dibutuhkan kuantitas dan kualitas siaran yang lebih

• Dibutuhkan infrastruktur seperti tower dan jaringan

transmisi

478 MHz 806 MHz

KANAL TV DIGITAL Ch. 22 – 48 (27 kanal)

478 MHz 806 MHz694 MHz

Efisiensi 14 kanal

DIGITALDIVIDEND

(112 MHz)

EFISIENSI FREKUENSI(SUBIAKTO, 2016)

AKHIR MIGRASI

KANAL TV ANALOG Ch. 22 – 62 (41 kanal / 328 MHz)

Ch 22-27

Future use

Ch 28-45 (18 kanal)

Free-to-air

46-48

Cadangan

Free-to-air

MOBILE BROADBAND SPECTRUM DEMAND

(SUBIAKTO, 2016)

• Asumsi:

• Pertumbuhan Traffic Data 60% per tahun

• Pertumbuhan Site Tower 28.8% per tahun

50

13

-16

-53

-100

-157

-214

-297

-383

-500

-600

-500

-400

-300

-200

-100

0

100

Sp

ectr

um

(M

Hz)

Demand Spectrum Forecast in Indonesia

2011 2012

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

• Monopoli perlu dihindari dengan hanya mengizinkan

penyelenggara multipleks yang terpisah dari lembaga

penyiaran eksisting.

KRITERIA PENYELENGGARAMULTIPLEKS DIGITAL

• memiliki infrastruktur dasar sebagai penyelenggara multipleks

• memanfaatkan seoptimal mungkin infrastruktur telekomunikasi

• memberikan komitmen penggelaran jaringan infrastruktur dan

pemasangan pemancar DVB-T dan DAB di seluruh wilayah

Indonesia dalam jangka waktu secepat-cepatnya.

• memberikan komitmen untuk membuka akses kapasitas

infrastruktur kepada penyelenggara konten/lembaga

penyiaran secara non diskriminasi dan akses terbuka.

Silahkan dicari informasi selanjutnya…

• AM menggunakan aturan GE-75 Plan

• Indonesia mendapatkan jatah sekitar 307 kanal untuk 50

kota

AGENDA PERTEMUAN TENTANG FREKUENSIBILATERAL DAN MULTILATERAL

• Harmonisasi perencanaan dan penggunaan frekuensi di daerah

perbatasan.

• Koordinasi frekuensi radio di daerah perbatasan, antara lain

koordinasi frekuensi TV Siaran, Radio Siaran FM, selular GSM,

microwave link.

• Koordinasi untuk perencanaan servis komunikasi radio di masa yang

akan datang.

• Registrasi frekuensi bersama.

• Pemecahan masalah gangguan interferensi di kedua Negara

REGULASI ISI MEDIA

PASAL 1

Wartawan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berjiwa Pancasila, taat kepada Undang-

Undang Dasar negara RI, kesatria, menjunjung harkat,

martabat manusia dan lingkungannya, mengabdi kepada

kepentingan bangsa dan negara serta terpercaya dalam

mengemban profesinya

PASAL 2

Wartawan dengan penuh rasa tanggung jawab dan

bijaksana mempertimbangkan patut tidaknya menyiarkan

karya jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar)

yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan

negara, persatuan dan kesatuan bangsa, menyinggung

perasaan agama, kepercayaan atau keyakinan satu

golongan yang dilindungi oleh Undang-Undang

PASAL 3

Wartawan Indonesia pantang menyiarkan karya

jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang

menyesatkan memutar balik fakta, bersifat fitnah, cabul

serta sensional.

PASAL 4

Wartawan Indonesia menolak imbalan yang dapat

mempengaruhi obyektivitas pemberitaan.

BAB II

CARA PEMBERITAAN DAN MENYATAKAN PENDAPAT

PASAL 5

Wartawan Indonesia menyajikan berita secara

berimbang dan adil, mengutamakan kecermatan

dari kecepatan serta tidak mencampur adukkan

fakta dan opini sendiri. Karya jurnalistik berisi

interprestasi dan opini wartawan, agar disajikan

dengan menggunakan nama jelas penulisnya.

PASAL 6

Wartawan Indonesia menghormati dan menjunjung tinggi

kehidupan pribadi dengan tidak menyiarkan karya

jurnalistik (tulisan, suara, serta suara dan gambar) yang

merugikan nama baik seseorang, kecuali menyangkut

kepentingan umum.

PASAL 7

Wartawan Indonesia dalam memberitakan peristiwa yang

diduga menyangkut pelanggaran hukum atau proses

peradilan harus menghormati asas praduga tak bersalah,

prinsip adil, jujur, dan penyajian yang berimbang.

PASAL 8

wartawan Indonesia dalam memberitakan kejahatan

susila (asusila) tidak merugikan pihak korban.

BAB III

SUMBER BERITA

Wartawan Inonesia menempuh cara yang sopan dan

terhormat untuk memperoleh bahan karya jurnalistik

(tulisan, suara, serta suara dan gambar)dan selalu

menyatakan identitas kepada sumber berita.

PASAL 10

Wartawan Indonesia dengan kesadaran sendiri

secepatnya mencabut atau meralat setiap oemberitaan

yang kemudian ternyata tidak akurat, dan memberi

kesempatan hak jawab secara proporsional kepada

sumber atau obyek berita.

PASAL 11

Wartawan Indonesia meneliti kebenaran bahan berita

dan memperhatikan kredibilitas serta kompetensi sumber

berita.

PASAL 12

Wartawan Indonesia tidak melakukan tindakan plagiat,

tidak mengutip karya jurnalistik tanpa menyebut

sumbernya.

PASAL 13

Wartawan Indonesian harus menyebut sumber berita, kecuali

atas permintaan yang bersangkutan untuk tidak disebut nama

dan identitasnya sepanjang menyangkut fakta dan data bukan

opini.

Apabila nama dan identitas sumber berita tidak disebutkan,

segala tanggung jawab ada pada wartawan yang

bersangkutan.

PASAL 14

Wartawan Indonesia menghormati ketentuan embargo,

bahan latar belakang, dan tidak menyiarkan informasi

yang oleh sumber berita tidak dimaksudkan sebagai

bahan berita serta tidak menyiarkan keterangan "off the

record"

PASAL 17

Wartawan Indonesia mengakui bahwa pengawasan dan

penetapan sanksi atas pelanggaran Kode Etik Jurnalistik ini

adalah sepenuhnya hak organisasi dari Persatuan Wartawan

Indonesia (PWI) dan dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan

PWI.

Tidak satu pihakpun di luar PWI yang dapat mengambil

tindakan terhadap wartawan Indonesia dan atau medianya

berdasarkan pasal-pasal dalam Kode Etik Jurnalistik ini.

PENGADUAN WARTAWAN

• Pasal 36 ayat 3:

Pengaduan harus dilampiri pernyataan dari pengadu

bahwa ia melepaskan haknya mengajukan gugatan ke

pengadilan, jika Dewan Kehormatan berhasil menyuruh

wartawan atau media bersangkutan mematuhi kode etik

jurnalistik dan melaksanakan segala yang diputuskan oleh

Dewan Kehormatan

PENGADUAN WARTAWAN

• Pasal 38 Keputusan Dewan Kehormatan :

• Ayat 1:

• Setelah memeriksa dan mempertimbangkan pengaduan,

pembelaan dan bukti-bukti, Dewan Kehormatan dapat:

a. …

b. …

c. Mempersilahkan pengadu untuk menempuh jalur hukum

PASAL 39

• Sanksi

(1) Hukuman yang dapat dijatuhkan oleh Dewan

Kehormatan adalah:

a. peringatan biasa

b. peringatan keras

c. pemberhentian sementara dari keanggotaan

PWI untuk selama-lamanya 2 (dua) tahun

PASAL 39

2) Peringatan biasa maupun peringatan keras langsung

disampaikan oleh Dewan Kehormatan kepada

wartawan/media bersangkutan, dengan tembusan kepada

PWI Pusat dan PWI cabang

3) Keputusan pemberhentian sementara disampaikan oleh

Dewan Kehormatan kepada Pengurus Pusat PWI untuk

dilaksanakan

UNDANG-UNDANG RI NOMOR 40 TAHUN 1999

• Bab I Pasal 1:

8. Penyensoran adalah penghapusan secara paksa

sebagian atau seluruh materi Informasi yang akan

diterbitkan atau disiarkan, atau tindakan teguran atau

peringatan yang bersifat mengancam dari pihak

manapun; dan atau kewajiban melapor serta memperoleh

izin dari pihak berwajib, dalam pelaksanaan kegiatan

jurnalistik

UNDANG-UNDANG RI NOMOR 40 TAHUN 1999

9. Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah

penghentian penerbitan dan peredaran atau penyiaran

secara paksa atau melawan hokum

10. Hak tolak adalah hak wartawan, karena profesinya,

untuk menolak mengungkapkan nama dan atau identitas

lainnya dari sumber berita yang harus dirahasiakannya

UNDANG-UNDANG RI NOMOR 40 TAHUN 1999

11. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok

orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan

terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan

nama baiknya.

12. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk

mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi

yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya,

maupun tentang orang lain

13. Kewajiban koreksi…

UNDANG-UNDANG RI NOMOR 40 TAHUN 1999

Pasal 4

1…

2. Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran,

pembreidelan, atau pelarangan penyiaran

3. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional

mempunyai hak mencari, memperoleh dan

menyebarluaskan gagasan dan informasi

UNDANG-UNDANG RI NOMOR 40 TAHUN 1999

Pasal 5

1. Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa

dan opini dengan menghormati norma-norma agama

dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga

tak bersalah.

2. Pers wajib melayani hak jawab.

UNDANG-UNDANG RI NOMOR 40 TAHUN 1999

Pasal 6

Pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:

a. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui

b. ..

Pasal 8

Dalam melaksanakan profesinya, wartawan mendapat

perlindungan hukum

UNDANG-UNDANG RI NOMOR 40 TAHUN 1999

Pasal 9

1. Setiap warga negara Indonesia dan negara berhak

mendirikan perusahaan pers.

2. Setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum

Indonesia.

UNDANG-UNDANG RI NOMOR 40 TAHUN 1999

Pasal 12

Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat, dan

penanggung jawab secara terbuka melalui media yang

bersangkutan dan khusus untuk penerbitan pers ditambah

nama dan alamat percetakan

UNDANG-UNDANG RI NOMOR 40 TAHUN 1999

Pasal 13

Perusahaan iklan dilarang memuat iklan:

a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau

mengganggu kerukunan hidup antarumat beragama, serta

bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat;

b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku;

c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.

UNDANG-UNDANG RI NOMOR 40 TAHUN 1999

1. Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan

tindakan yang berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan

ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana

penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak Rp.

500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).

2. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat

(2), serta Pasal 13 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp.

500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).

3. Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan

Pasal 12 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp.

100.000.000,00 (Seratus juta rupiah).

REFERENSI

• Subiakto, Henri (2016). Digitalisasi TV, Konvergensi

Media, dan Politik. Staff Ahli Kementerian Informasi dan

Informatika. Jakarta.