ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN...

107
ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN PERSATUAN WARTAWAN INDONESIA (PWI) CABANG JAWA TENGAH PADA KODE ETIK JURNALISTIK SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Oleh: HANI’ MUWARISAL HAQ 061211015 FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Transcript of ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN...

Page 1: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN

PERSATUAN WARTAWAN INDONESIA (PWI) CABANG

JAWA TENGAH PADA KODE ETIK JURNALISTIK

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat

Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)

Oleh:

HANI’ MUWARISAL HAQ

061211015

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

ii

NOTA PEMBIMBING

Lamp. : 5 (lima) eksemplar

Hal : Persetujuan Naskah Skripsi

Kepada:

Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah

IAIN Walisongo Semarang

di Semarang

Assalamu’alaikum War. Wab.

Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan

sebagaimana mestinya, maka kami menyatakan bahwa naskah skripsi

Saudara/i:

Nama : Hani’ Muwarisal Haq

NIM : 061211015

Fak./Jurusan : Dakwah/ KPI

Judul Skripsi : ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN

WARTAWAN PERSATUAN WARTAWAN

INDONESIA CABANG JAWA TENGAH PADA

KODE ETIK JURNALISTIK

Dengan ini telah saya setujui dan mohon segera diujikan. Atas

perhatiannya diucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum War. Wab.

Semarang, 28 Juni 2011

Pembimbing,

Bidang Subtansi Materi Bidang Metodologi & Tatatulis

Drs. H. Najahan Musyafak, M.A. Rustini Wulandari, S.Sos., M.SI.

NIP. 19701020 199503 1 001 NIP. 19740821 200312 2 001

Page 3: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

iii

PENGESAHAN

SKRIPSI

ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN

PERSATUAN WARTAWAN INDONESIA CABANG JAWA TENGAH

PADA KODE ETIK JURNALISTIK

Disusun Oleh:

Hani’ Muwarisal Haq

NIM. 061211015

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji

Pada Tanggal 04 Juli 2011

dan Dinyatakan Telah Lulus Memenuhi Syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Sidang Penguji I

Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag. H. M. Alfandi, M.Ag NIP. 19620827 199303 1 004 NIP. 19710830 19973 1 003

Sekretaris Sidang Penguji II

Rustini Wulandari, S.Sos., M.SI. M. Chodzirin, M.Kom. NIP. 19740821 200312 2 001 NIP. 19691024 200501 1 003

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Najahan Musyafak, M.A. Rustini Wulandari, S.Sos., M.SI. NIP. 19701020 199503 1 001 NIP. 19740821 200312 2 001

Page 4: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

iv

PERNYATAAN

Dengan saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri

dan di dalamya tidak terdapat karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh

gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya.

Pengetahuan yang diperoleh dari penerbitan manapun yang belum atau tidak

diterbitkan. Pengetahuan yang diproleh dari penerbitan maupun yang belum/tidak

diterbitkan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.

Semarang, 28 Juni 2011

Hani’ Muwarisal Haq

061211015

Page 5: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

v

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrakhiim,...

Alhamdulillaahi Robbil’alamiin....

Wassholaatu wassalam ‘ala asyrofil manam,....

Skripsi dengan judul Analisis Dakwah Terhadap Ketaatan Wartawan

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Jawa Tengah Pada Kode Etik

Jurnalistik ini, tidaklah dapat penulis selesaikan tanpa adanya bantuan dari

berbagai pihak. Banyak pihak yang turut serta membantu penulis, baik bantuan

doa, semangat, maupun bantuan lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-

persatu. Untuk itu, penulis sampaikan terimakasih, semoga senantiasa dalam

lingkar rahmat Allah Swt. Amin.

Secara khusus, penulis mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak

terkait yang berperan serta dalam penyusunan skripsi ini.

1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. Selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. Dr. M. Sulthon, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo

Semarang.

3. Bapak Drs. H. Najahan Musyafak, MA. Selaku pembimbing I, dan Ibu

Rustini Wulandari, S.Sos, MS.i. Selaku pembimbing II yang selalu siap

dan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

4. H. M. Alfandi, M.Ag selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

(KPI).

Page 6: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

vi

5. Seluruh Dewan pengajar dan pegawai perpustakaan dan civitas akademik

lain di lingkungan IAIN Walisongo Khususnya Fakultas Dakwah.

6. Seluruh keluarga, kerabat, sahabat-sahabat, sederek-sederek, yang tidak

dapat disebutkan satu-persatu, Rohimakumullah. Amin.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih memiliki banyak kekurangan,

oleh karena itu, kritik serta saran penulis harapakan demi kebaikan di masa

datang. Semoga bermanfaat, Amin.

Semarang, 28 Juni 2011

Penulis

Page 7: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

vii

PERSEMBAHAN

Segala puji Robby, Alhamdulillah.....

Sholawatullah,’ alaika ya Ajmala Kholqillah,.

Karya kecil ini, penulis persembahkan Untuk-Mu,

semoga tiada bosan memberi setetes ilmu,

Izinkanku menggapai Syafaat Rasul-Mu

Ayahanda, meski tak terlihat lagi oleh mata,

namun hadirmu akan selamanya bermakna,

Allahummarhamhu, Wa’afihi Wa’fu ‘anhu, amin

Ibu, dengan curah kasih, doa dan air mata

yang mengajarkan ketegaran hati dalam naungan ilahi,

Simbah, Adik-adikku, dengan tawamu kuwarnai langkahku, Barokallah,.

Sahabat-sahabat ma’rufiyyah, Jeng Nur (suwun y wun), Daidy,Chilwah,

Echa, Ge2t, Manager HFC, Ella, nyak Risa, Tia, Ziza, Kang2’o6”, Guz2”, Pin-

pin, Zudin, dan semua yang tak tersebut pada lembar ini, terimakasih,

Ketulusan hati tak akan sirna oleh deru waktu,walau sementara,,

“Jika engkau hadir dengan ketulusan, kau akan tetap bermakna, meski engkau

batu pualam kau ‘kan menjelma menjadi permata”(siluet senja).

Page 8: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

viii

MOTTO

“Keindahan Tulisan adalah kefasihan tangan dan keluwesan pikiran”

(Ali Bin Abi Tholib)

öθ s9 uρ $ yϑ ‾Ρ r& ’ Îû ÇÚ ö‘ F{$# ÏΒ >οt�yfx© ÒΟ≈n=ø% r& ã�óst7 ø9 $#uρ … ç푉 ßϑtƒ .ÏΒ Íνω ÷è t/ èπyè ö7y™ 9�çt ø2r& $ ¨Β

ôNy‰ Ï�tΡ àM≈yϑ Î=x. «! $# 3 ¨β Î) ©! $# ̓tã ÒΟŠ Å3ym ∩⊄∠∪

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),

ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan

habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa

lagi Maha Bijaksana.”

“Luqman: 27”

Page 9: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

ix

ABSTRAK

Persatuan Wartawan Indonesia merupakan organisasi wartawan terbesar di

Indonesia, yang di dirikan di Surakarta, pada tahun 1946. Organisasi ini

digerakkan oleh para pejuang kemerdekaan yang peduli terhadap perkembangan

pers. Berawal dari dikumpulkannya wartawan senior dengan tujuan untuk

menggerakkan dan mempersatukan langkah dalam memperjuangkan kemerdekaan

Indonesia.

Perkembangan pers sejak era reformasi memberikan ruang kebebasan

wartawan dalam berkarya. Namun kebebasan pers dalam perkembangannya

cenderung “kebablasan”, sehingga citra pers memburuk di mata masyarakat.

Muncul istilah-istilah “wartawan amplop, “wartawan bodrek,” dan sebagainya.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN

PERSATUAN WARTAWAN INDONESIA (PWI) CABANG JAWA TENGAH

PADA KODE ETIK JURNALISTIK”.

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, dengan pendekatan

deskriptif. Penulis memberikan deskripsi atau penggambaran tentang objek di

lapangan, kemudian menganalisis beberapa indikator ketaatan wartawan dalam

sudut perspektif dakwah.

Dari deskripsi objek penelitian, dapat diketahui bahwa PWI Cabag Jawa

Tengah memiliki peran penting dalam pengawasan pentaatan kode etik jurnalistik.

KEJ-PWI mempunyai sisi religiusitas tersendiri yang tertuang dalam pasal-pasal

didalamnya. Wartawan muslim sebagai salah satu agen perubahan sosial

membawa misi yang sama dengan dakwah. Pemahaman Wartawan Anggota PWI

Cabang Jawa Tengah terhadap Kode Etik Jurnalistik dapat diktegorikan cukup

baik.

Page 10: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................ ii

HALAMAN NOTA PENGESAHAN ........................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii

HALAMAN MOTTO ................................................................................... viii

ABSTRAKSI ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. ............................................................................................. Latar

Belakang .................................................................................. 1

1.2. ............................................................................................. Rum

usan Masalah ............................................................................ 5

1.3. ............................................................................................. Tujua

n dan Manfaat Penelitian .......................................................... 5

1.4. ............................................................................................. Tinja

uan Pustaka .............................................................................. 5

1.5. ............................................................................................. Meto

de Penelitian ............................................................................. 8

Page 11: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

xi

1.6. ............................................................................................. Siste

matika Penulisan ...................................................................... 16

BAB II KETAATAN WARTAWAN DAN KODE ETIK JURNALISTIK

2.1. ............................................................................................. Ketaa

tan dan Kode Etik Jurnalistik .................................................... 18

2.1.1. .................................................................................. Ketaa

tan Wartawan ................................................................ 18

2.1.2. .................................................................................. Kode

Etik Jurnalistik .............................................................. 22

2.1.3. .................................................................................. Urge

nsi Kode Etik ................................................................ 25

2.1.4. .................................................................................. Etika

, Etiket dan Moral ......................................................... 32

2.2. ............................................................................................. Kom

unikasi Massa ........................................................................... 34

2.3. ............................................................................................. Etika

Komunikasi Massa ................................................................... 37

2.4. ............................................................................................. Fung

si Kode Etik Dalam Pers ........................................................... 41

2.5. ............................................................................................. Moti

vasi Al-Qur’an Tentang Pemberitaan ........................................ 47

BAB III PROFIL PERSATUAN WARTAWAN INDONESIA (PWI)

Page 12: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

xii

3.1. ............................................................................................. Sejar

ah Kode Etik Jurnalistik dan Dewan Kehormatan PWI ............... 53

3.2. .............................................................................................

Kode Etik Jurnalistik PWI .......................................................... 60

3.3. .............................................................................................

Ketaatan Wartawan Anggota PWI terhadap KEJ ......................... 65

3.4. .............................................................................................

Struktur Organisasi PWI Cabang Jawa Tengah ........................... 72

3.5. .............................................................................................

Contoh Hasil Karya Jurnalistik Anggota PWI ............................. 74

BAB IV ANALISIS KETAATAN WARTAWAN ANGGOTA PWI

4.1. ............................................................................................. Ketaa

tan Wartawan Anggota PWI Dalam Pemberitaan ........................ 76

4.2. ............................................................................................. Anali

sis Dakwah terhadap Ketaatan Wartawan PWI Cabang Jawa Tengah 92

BAB V PENUTUP

5.1. ............................................................................................. Kesi

mpulan ....................................................................................... 104

5.2. ............................................................................................. Saran

-Saran ......................................................................................... 105

5.3. ............................................................................................. Penut

up ............................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

xiii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 14: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kode Etik Jurnalistik adalah suatu sistem pengaturan norma perilaku,

nilai-nilai moral, dan prinsip-prinsip benar dan salah dalam kegiatan

menghimpun berita. Kode etik meliputi rambu-rambu berbagai perilaku

wartawan dalam penelitian berita (Atmadi, 1985: 37).

Etika jurnalistik berfungsi sebagai landasan dan pedoman bagi

perilaku para wartawan dalam melaksanakan tugas kewartawanannya, baik

dari proses peliputan maupun penelitian berita, sehingga kode etiklah yang

akan membimbing wartawan dalam tugasnya sebagai tenaga professional.

Kode Etik Jurnalistik PWI pertama kali dirumuskan pada konferensi

PWI di Malang pada bulan Februari, tahun 1947. Kode Etik Jurnalistik

tersebut dianggap masih kurang sempurna dan kemudian diperbaharui dan

dirumuskan kembali di Jakarta tahun 50-an di bawah pimpinan komisi yang

diketuai oleh Suardi Tasrif yang saat itu masih menjabat sebagai pimpinan

redaksi Harian Abadi (Suf Kasman, 2004: 36). Idealnya, dengan adanya

Kode Etik Jurnalistik seharusnya tumbuh-kembang pers berada dalam

kendali etika yang sesuai dengan pedoman yang tentunya dapat tercapai

keselarasan dengan perkembangan politik dan seluruh aspek kehidupan

masyarakat. Namun dalam realitasnya tidak demikian, Kode Etik Jurnalistik

Page 15: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

2

tetap ada sebagai seperangkat aturan, namun pelanggaran-pelanggaran tidak

secara otomatis berkurang.

Fenomena pers dewasa ini menunjukkan bahwa pers tidak segan-

segan melakukan bentuk-bentuk kekerasan simbolik karena fakta yang

dikemas dalam bahasa (berita) telah disisipi berbagai kepentingan yang

bukan merupakan pengetahuan yang sesungguhnya, tetapi pengetahuan dari

berbagai pihak yang dilebur ke dalam bentuk berita (Awaludin, 2005: 179).

Hal sejenis tidak saja terjadi satu-dua kasus saja, namun kerap kali

terjadi baik pada proses peliputan, maupun dalam penyajiannya di media

elektronik dan surat kabar. Muncul berita-berita bombastis, lahir istilah

wartawan amplop, wartawan bodrek, dan sejenisnya yang terjadi pada

proses pemberitaan-pemberitaan di media massa.

Beberapa kasus ketidaktaatan wartawan terhadap kode etik telah

beberapa kali diangkat ke permukaan, yang berakhir di meja hijau. Contoh

kasus yang berakhir di meja hijau antara lain kasus Muchtar Lubis,

wartawan terkenal dan satu-satunya wartawan Indonesia yang mendapat

kehormatan menjadi Honorary editor dalam majalah Times, karena dituduh

menulis “Haatzaai-artikelen” di surat kabar, Indonesia Raya. Muchtar lubis

baru keluar dari penjara ketika rezim Orde Lama tumbang pada tahun 1965

untuk digantikan rezim Orde Baru (Kusumaningrat, 2006: 14).

Pada era Orde Baru, tumbuh-kembang pers Indonesia berada dalam

satu kendali, di bawah Departemen Penerangan. Seiring tumbangnya rezim

Page 16: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

3

Orde Baru arus informasipun kian terbuka sejalan dengan dimulainya era

reformasi pada masa pemerintahan presiden B. J. Habibie.

Sejak terbukanya era reformasi, kebebasan pers kerap kali

didengungkan sehingga terkesan dipuja, dan dalam perkembangannya

kebebasan pers bahkan sering disalahgunakan sehingga cenderung

“kebablasan”. Seringkali sisi kemanusiaan terabaikan atau bahkan dengan

jelas dilecehkan. Salah satu contoh yang terjadi adalah pencemaran nama

baik.

Jika diamati, pencemaran nama baik oleh wartawan merupakan

bentuk pelanggaran UU No. 40/1999 tentang Pers pasal 5 ayat 1 dan 2

tentang kewajiban pers yang dikeluarkan oleh PWI (Persatuan Wartawan

Indonesia), yang berbunyi: “Pers Nasional berkewajiban memberitakan

peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama dan rasa

kesusilaan masyarakat, serta asas praduga tidak bersalah dan pers wajib

melayani hak Jawab”. (UU. No. 40/1999 Tentang Pers & Kode Etik

Jurnalistik, 2000: 6).

Profesi wartawan menuntut tanggung jawab dan kesadaran tinggi

dari pribadi-pribadi wartawan. Kesadaran tinggi hanya dapat dicapai apabila

seorang wartawan memiliki kecakapan dan keterampilan serta pengetahuan

jurnalistik yang memadai dalam menjalankan profesinya. Seorang wartawan

hendaknya mengerti fungsi dan tugas pers serta kewartawanan dalam

lingkup masyarakatnya. Pengetahuan tersebut antara lain: 1) pengetahuan

teknis dan praktis jurnalistik, 2) pemahaman substansi terhadap objek

Page 17: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

4

pemberitaan 3) wawasan mengenai perilaku masyarakat pembacanya, 4)

penguasaan Bahasa Indonesia dan bahasa lain, 5) mengetahui dan

memahami etika profesi (Kusumaningrat, 2006: 2).

Masih banyaknya penyimpangan-penyimpangan seperti pencemaran

nama baik, pemberitaan yang berlebihan, proses peliputan yang kurang etis

seperti terlalu memaksa narasumber, yang tentunya tidak sesuai dengan

Kode Etik Jurnalistik inilah yang menjadikan peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian khususnya terhadap wartawan anggota PWI. Dengan

tujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya ketaatan terhadap Kode

Etik Jurnalistik menurut para anggota wartawan PWI Jawa Tengah.

Pelanggaran etika profesi, akan memerosotkan citra sosial institusi

pers di tengah masyarakat, akibatnya bukan hanya pers sendiri yang akan

mengalami kerugian namun juga keseluruhan aspek masyarakat. Sebab tidak

ada yang lebih malang di suatu Negara, jika masyarakat tidak lagi punya

pers yang dapat dipercaya (Siregar, 2006: 57).

Penerapan Kode Etik Jurnalistik dalam tugas kewartawanan,

menurut hemat peneliti dapat dipandang sebagai acuan, sejauhmana

aktualisasi kepribadian jurnalis sebagai insan yang beriman dan bertaqwa.

Maka selayaknya diingatkan, bahwa penyampaian informasi bukanlah hak

bagi media pers, tetapi merupakan kewajibannya dalam memenuhi hak

masyarakat untuk mendapatkan informasi sosial. Itulah yang ingin dijunjung

oleh kode kehormatan profesi jurnalisme. Dengan demikian Kode Etik

Jurnalistik serta penerapannya perlu menjadi perhatian bagi seorang jurnalis.

Page 18: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

5

1.2. Rumusan Masalah

Pokok masalah yang menjadi landasan dalam penelitian ini, adalah:

1) Bagaimana pemahaman wartawan PWI cabang Jawa Tengah terhadap

Kode Etik Jurnalistik?

2) Bagaimana praktik wartawan PWI Jawa Tengah dalam menaati Kode

Etik Jurnalistik?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui pemahaman wartawan PWI cabang Jawa

tengah tentang ketaatan para wartawan terhadap Kode Etik

Jurnalistik.

2) Untuk mengetahui bagaimana praktik wartawan PWI cabang Jawa

Tengah terhadap Kode Etik Jurnalistik.

1.3.2. Manfaat Penelitian

1) Memberikan kontribusi kepada khalayak akan pentingnya penegakan

etika dalam profesi kewartawanan.

2) Memberikan wacana kepada khalayak tentang praktik Kode Etik

Jurnalistik pada PWI cabang jawa tengah.

3) Menumbuhkan kembali kritisasi khalayak terhadap perkembangan

pers.

1.4. Tinjauan Pustaka

Banyak hal didapat dengan membaca, bahkan Allah Swt.

menurunkan ayat yang pertama, adalah perintah untuk membaca, yakni

Page 19: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

6

surah Al-’Alaq ayat 1-5. Pada kajian ini peneliti tidak membahas tentang

perbedaan wartawan yang tergabung dalam beberapa wadah organisasi yang

berbeda, seperti AJI (Aliansi Jurnalis Independent), KEWI (Kesatuan

Wartawan Indonesia), PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) dan lain-lain.

Namun peneliti memfokuskan pada kajian ketaatan wartawan PWI wilayah

Jawa Tengah terhadap Kode Etik Jurnalistik. Adapun kajian yang pernah

dilakukan oleh peneliti yang lain yaitu:

Pertama: Duwi Miyanto dalam Penelitiannya “Implementasi Kode

Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia Dalam Pemberitaan Masalah-Masalah

Agama Islam (Study Kasus Harian Suara Merdeka Kolom Nasional Bulan

Januari–Maret, 2006)”. Pada penelitian tersebut pokok masalah yang dikaji

adalah penerapan Kode Etik Jurnalis pada penelitian berita tentang agama,

yang dikaji dengan metode Kualitatif. Menurutnya, dalam pemberitaan

agama Islam jurnalis berperan menyiarkan ajaran Islam di tengah-tengah

persoalan umat yaitu sebagai penyampai pesan moral. Dimana pesan moral

memuat tanggungjawab sosial yang terfokus pada norma etika jurnalis Islam

dan perubahan sosial dalam menghadapi persoalan umat (Duwi Miyanto,

2007: 11).

Kedua, Muhammad Tonis, dalam skripsinya dengan judul “Telaah

kritis terhadap urgensi pers Islam sebagai media alternatif bagi

perkembangan dakwah di era informasi” (2002). Dalam penelitian ini

dijelaskan bahwa pers Islam dapat mengekspresikan ide, gagasan, atau

Page 20: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

7

tulisannya harus berpijak pada etika profesi, di samping harus berdasar pada

orientasi wahyu atau landasan normatif.

Ketiga, Muhammad Zainuri, dalam penelitiannya dengan judul

“Konsep kebebasan pers Krisna Harahap dalam perspektif Islam di

Indonesia” (2002). Disebutkan dalam penelitian ini bahwa pers meskipun

mempunyai hak mengumpulkan dan menyebarkan informasi, mengkritik

pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya, ia juga mempunyai tanggung

jawab untuk memelihara demokrasi dengan secara layak memberitahu

publik dan merespons kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Disebutkan

juga bahwa dalam praktiknya kontrol sosial dapat dilakukan oleh para

cendekiawan, para ulama, para pemuka agama, mahasiswa, budayawan, dan

terutama insan pers.

Beberapa persamaan permasalahan dengan permasalahan yang

peneliti teliti, antara lain:

- Pokok kajian yang diteliti sama-sama pada etika profesi kewartawanan.

- Kaitan antara etika jurnalistik dengan dakwah Islam.

Perbedaan kajian yang diteliti, antara lain:

- Obyek yang diteliti, media Islam, organisasi profesi, dan media umum

yang Islami.

- Kajian jurnalistik Islam serta prinsip-prinsip jurnalistik Islam yang ada

dalam landasan teks normatif.

Page 21: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

8

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memakai jenis penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang dapat

digunakan untuk mengungkap dan memahami sesuatu di balik

fenomena yang sedikitpun belum diketahui (Anselm Straus, 2003:5).

Penelitian kualitatif juga di definisikan dengan penelitian yang tidak

menggunakan statistik dalam mengumpulkan data dan memberikan

penafsiran terhadap hasilnya (Arikunto, 2002:10). Menurut Bogdan

dan Taylor yang dikutip Moleong, dalam bukunya Metodologi

Penelitian Kualitatif, penelitian kualitatif ialah sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

(Moleong, 2006:4). Untuk melengkapi data, penulis juga

menggunakan teknik pengumpulan data berupa Dokumentasi.

Dokumentasi dalam penelitian ini berupa data wartawan anggota

PWI dan berita dalam surat kabar sebagai bahan analisis ketaatan

wartawan terhadap KEJ-PWI.

Dengan menggunakan pendekatan deskriptif, yakni peneliti

hanya memaparkan, memberikan gambaran situasi atau peristiwa,

dimana penelitian ini juga tidak menguji hipotesis atau membuat

prediksi (Rakhmat, 2005: 24). Pendekatan deskriptif ini digunakan

untuk menggambarkan (mendeskripsikan) populasi yang sedang

Page 22: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

9

diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memberikan paparan

atau memberikan gambaran, tentang ketaatan wartawan PWI Jawa

Tengah terhadap Kode Etik Jurnalistik.

1.5.2. Definisi Konseptual

a. Ketaatan wartawan

Ketaatan yakni suatu kepatuhan atau ketundukan terhadap

aturan etika yang telah berlaku, dalam hal ini maka ketaatan

wartawan terhadap rambu-rambu etika profesi, yakni Kode Etik

Jurnalistik. Suatu ketaatan bukan hanya sebagai manifestasi dari

penghargaan terhadap aturan yang berlaku, namun juga sebagai

pembentuk kepribadian yang didalamnya terdapat tuntunan dalam

bersikap untuk tujuan keselarasan dan kebaikan bersama.

Ketaatan wartawan ialah kepatuhan, ketundukan para

praktisi pers terhadap suatu aturan etika yang telah berlaku, dalam

hal ini ialah Kode Etik Jurnalistik sebagai pedoman bertindak dan

bersikap dalam profesi kewartawanan. Suatu profesi memiliki

kode etik, yaitu norma yang berasal dari suatu komunitas

professional, sebagai acuan nilai bagi pelaku profesi (Siregar,

2006: 81).

Nilai ini diperlukan dalam memelihara keberadaan profesi

ditengah masyarakat. Di satu pihak menjadikan individu pelaku

profesi tetap memiliki orientasi sosial, dan lebih jauh akan

membentuk citra sosial atas komunitas profesionalnya.

Page 23: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

10

b. Kode etik jurnalistik

Ketaatan seorang jurnalis terhadap etika profesi dapat

terlihat dari hasil liputannya serta bagaimana menyatukan

kepribadian dengan rambu-rambu atau aturan etika yang telah

berlaku dalam menjalankan profesinya (Siregar, 2006: 63).

Hal ini merupakan salah satu dimensi sosial yang paling

keras. Untuk menjaga otonomi profesi yang menyangga

keberadaan media jurnalisme. Pada intinya, penghargaan terhadap

proses kerja jurnalisme, yaitu pencarian fakta sosial untuk

dijadikan informasi jurnalisme. Seorang pelaku profesi dapat

dibedakan dari pekerja lainnya. Ciri yang terpenting adalah sifat

otonomi dari seorang professional, dan kepercayaan yang

diberikan oleh lingkungan sosialnya. Dengan otonominya,

seorang professional tidak perlu bolak-balik minta petunjuk, atau

hanya mengerjakan tugas sesuai perintah atasan (Siregar, 2006:

75).

Pengertian kode secara umum berarti suatu sistem aturan

atau dalam bahasa inggris disebut dengan “system of rules” atau

bangunan simbolik (Mahmud Yunus, 1989: 61). Sedangkan

pengertian etika berasal dari kata ethica atau ethos dalam bahasa

Yunani, yang artinya adalah moral filosofi, filsafat praktis, dan

ajaran kesusilaan. Sedangkan pengertian etika secara umum

adalah sebuah formasi nilai-nilai moral prinsip benar dan salah.

Page 24: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

11

Kode etik disebut juga norma perilaku, kode etik lebih merujuk

pada aturan-aturan, atau prinsip-prinsip yang merumuskan suatu

perilaku benar dan salah (Miyanto, 2007: 13).

Jurnalistik adalah suatu kepandaian atau ketrampilan

menuliskan hal-hal baru dengan cara menaruh perhatian pada

peristiwa-peristiwa yang baru terjadi dengan maksud untuk

diketahui khalayak ramai (Dahlan Albarry, 1994: 24). Dengan

demikian, Kode Etik Jurnalistik adalah seperangkat aturan,

norma, tata tertib yang mengatur tentang perilaku, sikap serta

tindakan, dimana didalamnya mengandung nilai-nilai moral serta

prinsip benar dan salah dalam lingkup profesi kewartawanan.

Berita berasal dari bahasa inggris, yakni kata News yang artinya

peristiwa yang baru, secara umum berita adalah segala suatu

laporan yang sedang hangat dan menarik perhatian bagi pembaca,

yang selanjutnya di publikasikan kepada masyarakat melalui

suatu media (Miyanto, 2007: 14).

Pengertian Analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

PWI pada Kode Etik Jurnalistik: suatu penelitian terhadap tingkat

kepatuhan wartawan PWI cabang Jawa Tengah pada etika profesi

kewartawanan yang mempertanyakan bagaimana kedudukan

Kode Etik Jurnalistik dalam pandangan wartawan PWI Cabang

Jawa Tengah, dan kaitannya terhadap dakwah. Hal ini berkaitan

dengan kedudukan jurnalis Islam sebagai juru tulis dakwah

Page 25: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

12

meskipun tidak berangkat dari media yang berhaluan Islam. Hal

ini penting menurut hemat peneliti, karena dalam diri wartawan

atau seorang jurnalis terdapat makna social responsibility atau

tanggungjawab sosial juga sebagai agent of social change (agen

perubahan sosial), dimana karya jurnalis akan turut serta dalam

mewarnai perubahan sosial masyarakat. Tanggungjawab sosial

untuk mendidik umat, beramar ma’ruf nahi munkar, memberikan

wacana tentunya dengan harapan mengantar pada perubahan

sosial menuju arah yang semakin baik dari sebelumnya. Hal ini

sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali Imron: 104, yang

artinya:

“Hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, memerintahkan perbuatan yang ma’ruf, dan

mencegah dari perbuatan yang mungkar; merekalah orang-orang

yang beruntung” (QS. Ali Imron: 104) (Depag RI, Al-Waah,

1989: 93).

1.5.3. Sumber dan Jenis Data

1) Sumber Data

Data menurut sumbernya, dapat dibedakan menjadi dua,

yakni data internal dan data eksternal. Data internal ialah data

yang diperoleh dari dalam suatu organisasi atau kelompok yang

diteliti, seperti dokumen-dokumen dari dalam perusahaan, cara

kerja suatu perusahaan atau kelompok yang diteliti tersebut.

Page 26: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

13

Sedang data eksternal ialah data yang diperoleh dari luar atau

hal-hal yang turut mempengaruhinya dari luar, seperti minat

masyarakat, rival dari perusahaan lain, dan sejenisnya (Rianto,

2005: 65).

Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari internal

juga eksternal. Yaitu dari wawancara pengurus PWI Jawa

Tengah, serta menganalisa tulisan hasil karya wartawan anggota

PWI. Metode wawancara dalam penelitian ini ialah jenis metode

wawancara mendalam (Depth interviews). Dalam metode ini

peneliti melakukan kegiatan wawancara tatap muka secara

mendalam dan terus menerus (lebih dari satu kali) untuk

menggali informasi dari responden (Kriyantono, 2006:65).

Sedangkan informan atau subjek penelitian dalam penelitian ini

ialah wartawan yunior dan senior yang menduduki jabatan

penting dalam struktur keorganisasian organisasi PWI. Usaha

peneliti mencari fakta dan data-data serta teori yang mendukung

sehingga menjadikannya sebagai landasan utama.

2) Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah:

a. Jenis data primer, yaitu sumber data diperoleh atau

dikumpulkan ketika melakukan penelitian. Data primer pada

penelitian ini berupa hasil wawancara kepada wartawan

anggota PWI Cabang Jawa Tengah.

Page 27: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

14

b. Data sekunder, yaitu pencarian data yang diperoleh atau

dikumpulkan dari sumber yang telah ada (Hasan, 2003: 33).

Artinya bahwa data diperoleh dari perpustakaan atau laporan

peneliti yang terdahulu. Data sekunder ini, berupa hasil studi

seseorang yang pernah melakukan penelitian sebelumnya di

mana karyanya tersedia di perpustakaan.

1.5.4. Teknik Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara

yang mendalam (Depth Interviews) dan Dokumentasi pada setiap

subjek penelitian. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah

perwakilan anggota wartawan PWI yunior dan anggota PWI senior

yang menduduki jabatan penting dalam struktur keorganisasian PWI

Cabang Jawa Tengah. Pemilihan subjek penelitian di sini,

dikarenakan keselarasan dengan tujuan penelitian, di mana hal yang

akan digali dalam penelitian ini adalah kedalaman informasi atau

kualitas informasi bukan kuantitas informasi. Wawancara dalam

penelitian ini merupakan wawancara tatap muka antara peneliti

dengan responden, dengan teknik wawancara mendalam. Dalam hal

ini, peneliti adalah instrumen utama penelitian. Adapun yang

menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah:

� Wartawan senior yang menduduki jabatan penting dalam struktur

organisasi wartawan PWI Cabang Jawa Tengah.

Page 28: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

15

� Wartawan yunior yang baru masuk sebagai anggota PWI Cabang

Jawa Tengah dengan kurun waktu minimal empat bulan sejak

resmi menjadi anggota PWI Cabang Jawa tengah.

� Hasil tulisan atau karya dari wartawan-wartawan yang menjadi

subjek penelitian tersebut.

1.5.5. Teknik Analisis Data

Setelah melalui proses wawancara mendalam, kemudian

peneliti mendeskripsikan atau memaparkan hasil wawancara tersebut

secara detail. Sedangkan data yang diperoleh dari hasil tulisan karya

wartawan PWI, kemudian dianalisis dengan menggunakan

indeksikalitas. Indeksikalitas yakni menghubungkan keterkaitan

makna, perilaku, dan kata pada konteksnya. Yaitu alat yang dipakai

untuk menganalisis data dalam penelitian kualitatif. Analisis ini

dioperasikan oleh seperangkat kategori-kategori konseptual yang

berkaitan dengan isi media. Karena fokus penelitian ini mengenai

analisis ketaatan wartawan pada Kode Etik Jurnalistik, maka untuk

mengkategorikannya dengan: a) mencari data wartawan yang

menjadi anggota PWI Jawa Tengah, b) menetapkan kerangka

kategori yang relevan dengan tujuan penelitian, c) mewawancarai

wartawan anggota PWI Jawa Tengah yang telah didata tersebut, d)

menganalisa hasil karya tulis wartawan-wartawan anggota PWI Jawa

Tengah, e) mengungkapkan hasil temuan sebagai distribusi

menyeluruh.

Page 29: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

16

Cara yang dilakukan adalah mencari data-data wartawan

anggota PWI Cabang Jawa Tengah, setelah itu kemudian

menetapkan kerangka kategori yang relevan dengan tujuan

penelitian, kemudian mewawancarai wartawan PWI Cabang Jawa

Tengah, dan menganalisa hasil karya tulis wartawan PWI Cabang

Jawa Tengah yang telah dipilih, jika semua telah terlaksana maka

langkah berikutnya yakni mengungkap hasil penelitian mengenai

analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan pada Kode Etik

Jurnalistik.

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan yang akan penulis buat, terdiri dari:

BAB I : Berisi pendahuluan

Pada bab ini peneliti memaparkan latar belakang masalah,

rumusan masalah, serta metode yang digunakan dalam

penelitian.

BAB II : Berisi pengertian ketaatan wartawan, tujuan Kode Etik

Jurnalistik serta kaitannya terhadap dakwah. Di dalamnya

peneliti berusaha memberikan penjelasan tentang pengertian

atau definisi ketaatan serta tujuan dasar Kode Etik Jurnalistik.

BAB III : Memuat serba-serbi ketaatan terhadap Kode Etik Jurnalistik.

Dalam bab ini peneliti mencoba memberikan penjelasan

tentang kaitan dakwah dengan ketaatan terhadap Kode Etik

Jurnalistik, juga isi dari Kode Etik Jurnalistik dan paparan

Page 30: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

17

tentang obyek penelitian peneliti yakni profil atau struktur

organisasi PWI Cabang Jawa Tengah. Dengan penjelasan-

penjelasan tersebut maka peneliti juga memaparkan hasil

tulisan wartawan PWI Cabang Jawa Tengah terkait

ketaatannya terhadap Kode Etik Jurnalistik.

BAB IV : Pada bab ini peneliti mengungkapkan kronologis analisis

terhadap ketaatan wartawan anggota PWI Jawa Tengah pada

Kode Etik Jurnalistik serta hasil analisis tersebut dari bab satu

sampai bab tiga.

BAB V : Pada bab ini peneliti memberikan kesimpulan dan saran-saran

serta penutup.

Page 31: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

BAB II

KETAATAN WARTAWAN DAN KODE ETIK JURNALISTIK

2.1. Ketaatan dan Kode Etik Jurnalistik

2.1.1. Ketaatan Wartawan

Wartawan Muslim dalam melaksanakan tugasnya, hendaknya

menjunjung tinggi asas kejujuran, kedisiplinan, senantiasa bertindak

dengan dilandasi etika-etika keislaman, memperkaya wawasan dan

selalu menghindarkan diri dari hal-hal yang merusak

profesionalismenya (Suf Kasman, 2004: 68). Disebutkan dalam Surat

Al-Jumu’ah: 2. (62)

uθèδ “Ï% ©!$# y] yèt/ ’ Îû z↵ Íh‹ÏiΒW{ $# Zωθ ß™u‘ öΝåκ÷] ÏiΒ (#θ è=÷Ftƒ öΝÍκö� n=tã ϵ ÏG≈tƒ# u öΝÍκ�Ïj. t“ ãƒuρ ãΝßγßϑÏk=yè ãƒuρ

|=≈tG Å3ø9 $# sπ yϑõ3Ït ø:$# uρ βÎ)uρ (#θ çΡ%x. ÏΒ ã≅ ö6s% ’ Å∀s9 9≅≈n=|Ê &Î7•Β ∩⊄∪

Artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf

seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-

Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan

mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya

mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang

nyata.” (QS: Al-Jumuah: 2) (Depag RI, Al-Waah, 1989: 932).

Ketaatan merupakan suatu sikap dan tindakan untuk

menunjukkan kepatuhan atau ketundukan terhadap suatu perintah.

Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh bukhori muslim,

bahwa suatu ketaatan merupakan tindakan dan sikap yang konsisten

dalam menjaga suatu keselarasan dan keseimbangan sikap:

18

Page 32: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

اهللا رضي جبل بن معاذ الرمحن عبد وايب جنادة بن جندب ذر اىب عن

متحها احلسنة السيئة واتبع كنت يثماح اهللا اتق صلعم اهللا رسول عن عنهما

)الترمذي رواه( حسن خبلق الناس وخالق

Artinya: “Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dari abu Abdurrahman

Muadz bin Jabbal RA, dari Rosulullah SAW, beliau bersabda

“Takutlah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada dan

iringilah keburukan dengan kebaikan. Maka keburukan itu

akan terhapus oleh kebaikan. Bergaullah kamu dengan sesama

manusia dengan budi pekerti yang baik.” (HR.Turmudzi).

(Asrori: 33).

Para jurnalis Islam, sebagaimana diungkap oleh Jalaluddin

Rakhmat yang dikutip Asep Syamsul, harus berperan sebagai mu’addib

(pendidik umat), musaddid (pelurus informasi tentang ajaran dan umat

Islam), mujaddid (pembaru pemahaman keislaman), muwahhid

(pemersatu atau sebagai lem perekat ukhuwah Islamiyah), dan sekaligus

menyimpulkan semua peran tadi yaitu sebagai mujahid (pejuang,

pembela, dan penegak agama dan ajaran-ajaran keislaman), (Suf

Kasman, 2004: 5).

Ketaatan merupakan suatu internalisasi pada diri pribadi

seseorang terhadap nilai-nilai moral pada suatu perangkat aturan-aturan

yang telah berlaku, yang mana internalisasi nilai-nilai tersebut terwujud

dalam bentuk nyata atau sikap dan tindakan yang sesuai. Esensi dari

ketaatan ialah terciptanya suatu keselarasan, tidak mengganggu

keadilan sosial dan kebenaran dalam kehidupan, terlebih pada suatu

Page 33: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

kehidupan suatu profesi, misalnya profesi dokter, wartawan, dan lain-

lain.

Dalam istilah-istilah Islam, ketaatan terhadap ajaran-ajaran

syariat Islam sering disebut dengan takwa. Takwa ialah mentaati apa

yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang (Dahlan, 1994: 45).

Takwa merupakan sifat atau gelar yang dipilih Allah untuk diberikan

kepada hamba-Nya yang terpilih, yang dilimpahi dengan berkah dan

rahmat-Nya. Telah ditegaskan Allah dalam surat Al-A’raf: 96, yang

artinya:

“Jika sekiranya penduduk kota-kota beriman dan bertakwa, pastilah

Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.”

(Mudjab Mahalli: 2002: 130).

Hal ini juga disinggung dalam Surat Al-Hujurat:13, yang

artinya:

“Sungguh yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang

yang paling bertakwa. Sungguh Allah maha mengetahui, maha teliti.”

(Depag RI, Al-Waah, 1989: 847).

Dalam menjalankan tugas-tugas kewartawanannya seorang

wartawan Muslim membawa misi-misi sosial keagamaan di mana di

dalamnya terkandung berbagai unsur-unsur pendukung perubahan

sosial. Wartawan Muslim adalah hamba Allah yang karena individu

maupun profesinya wajib menggunakan, menyampaikan dan

memperjuangkan kebenaran disetiap tempat dan saat dengan segala

Page 34: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

konsekwensinya. Hal ini dapat dilihat dalam firman Allah pada Surat

An-Nahl: 125:

äí÷Š$# 4’ n< Î) È≅‹Î6y™ y7În/ u‘ Ïπyϑõ3 Ïtø:$$ Î/ Ïπ sà Ïã öθ yϑø9 $#uρ ÏπuΖ|¡ ptø:$# ( Ο ßγø9 ω≈y_ uρ ÉL ©9 $$ Î/ }‘Ïδ ß|¡ ôm r& 4

¨βÎ) y7−/ u‘ uθèδ ÞΟ n=ôã r& yϑÎ/ ¨≅|Ê tã Ï&Î#‹Î6y™ ( uθèδuρ ÞΟ n=ôãr& tω tG ôγßϑø9 $$Î/ ∩⊇⊄∈∪

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah

dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara

yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk.” (An-Nahl:125) (Depag RI, Al-Waah, 1989, 421).

Rasulullah pernah mencontohkan suatu ketaatan dalam

menyampaikan informasi dan berbagai perintah-perintah amal

kebajikan yang tentunya terkait etika. Dimana hal ini berlandaskan

pada Al-Qur’an. Yakni terdapat pada surat Al-Baqarah: 44, Al-An’am:

108 dan An-Nur: 26, yang artinya:

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan

kamu melupakan diri (kewajibanmu) sendiri, padahal kamu membaca

Al-kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah:

44) (Depag RI, Al-Waah, 1989: 16).

“Dan janganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan yang mereka

sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan

melampaui batas tanpa pengetahuan.” (QS. Al-An’am: 108) (Depag

RI, Al-Waah, 1989: 205).

“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang

amat keji itu tersiar diantara orang beriman, bagi mereka azab yang

pedih didunia dan akhirat.Dan Allah mengetahui sedang kamu tidak

mengetahui.” (QS. An-Nur: 26) (Depag RI, Al-Waah, 1989: 547).

Dengan demikian telah jelas tuntunan Rasulullah dalam

mendidik umat agar mengutamakan etika dan kebenaran dalam

menyampaikan informasi.

Page 35: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

2.1.2. Kode Etik Jurnalistik

Kode, Menurut Pius & Dahlan dalam kamus ilmiah

populernya, kode ialah tanda, atau sandi, tulisan rahasia, kitab undang-

undang. Sedangkan kode etik ialah peraturan kesusilaan dan

kebijaksanaan yang menjadi patokan atau pedoman yang harus ditaati.

Etika secara bahasa berasal dari kata ethica atau ethos dalam bahasa

Yunani, yang artinya adalah moral filosofi, filsafat praktis dan ajaran

kesusilaan (Abede Pareno, 2002: 36). Sedangkan jurnalistik secara

bahasa berasal dari kata journal yang berarti catatan harian, mengenai

kejadian sehari-hari atau surat kabar harian. Namun pengertian

jurnalistik secara umum ialah kegiatan menghimpun berita, mencari

fakta, dan melaporkan peristiwa (Hikmat, 2004: 15).

Dengan demikian, Kode Etik Jurnalistik ialah seperangkat

aturan tentang pedoman berperilaku para praktisi wartawan dalam

bertindak dan bersikap, yang di dalamnya mengandung prinsip benar

dan salah serta mengandung nilai-nilai moral. Sebelum membahas

lebih lanjut tentang Kode Etik Jurnalistik, peneliti akan lebih dulu

memaparkan fungsi pers. Hal ini sangat terkait dengan ketaatan

wartawan terhadap Kode Etik Jurnalistik karena insan pers akan

mematuhi Kode Etik Jurnalistik jika insan tersebut dapat memahami

fungsi pers itu sendiri. Beberapa fungsi pers antara lain:

Page 36: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

1) Menyatukan informasi

Pers berfungsi melayani kebutuhan masyarakat akan

informasi tentang segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan.

Karena begitu beragamnya kebutuhan masyarakat akan informasi,

jurnalistik berusaha menyajikan aneka macam informasi dan

menyampaikan segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan.

2) Berfungsi mendidik

Dalam memerankan fungsinya mendidik, pers tidak semua

menyajikan secara langsung, misalnya dalam Surat kabar

menyajikan rubrik khusus latihan membaca, namun secara tidak

langsung dengan sajian-sajiannya mengajarkan atau memberikan

pendidikan kepada masyarakat akan suatu ilmu atau pengetahuan.

Misalnya dengan tujuan memberantas buta huruf atau buta aksara,

hal ini dapat disajikan melalui berbagai rubrik yang dihadirkan baik

secara langsung maupun tidak langsung.

3) Berfungsi menghibur

Secara umum, media Massa memang memiliki fungsi

menghibur, terlebih bagi masyarakat yang tingkat apresiasinya

terhadap informasi masih relatif rendah, bahkan ada media massa

yang memang dikhususkan sebagai media hiburan. Namun ada

juga yang menyisipkan hiburan dalam rubrik tertentu.

Page 37: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

4) Berfungsi mempengaruhi

Dengan jurnalistik masyarakat akan lebih mudah mengatur

kesan dan membentuk opini. Fungsi inilah yang memegang

peranan terpenting dalam masyarakat sehingga jurnalistik akan

turut serta mewarnai perubahan sosial (Suf Kasman, 2004: 39).

Sedangkan pengertian jurnalistik Islam dalam kaitannya dengan

perkembangan dakwah ialah: suatu proses meliput, mengolah, dan

menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai Islam

serta dengan mematuhi kaidah-kaidah jurnalistik atau norma-norma

yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw. Jurnalistik

islami diutamakan kepada dakwah islamiyah yaitu mengemban misi

amar ma’ruf nahi munkar seperti yang telah disebutkan dalam Al-

Qur’an Surat Ali Imran: 104 (Suf Kasman, 2004: 51). Seorang jurnalis

Islam meskipun tidak berangkat dari media yang berideologi Islam,

namun dia tetaplah mempunyai tugas-tugas alami yang ia emban

sebagai jurnalis muslim, bahwa mestinya apa yang ia sampaikan kepada

khalayak adalah kebenaran. Hal ini sesuai dengan apa yang telah

disebutkan dalam suatu teori pers yang mengedepankan bahwa pers

harus bertanggungjawab dalam setiap tulisannya sebagai bentuk

pengabdian kepada masyarakat, yakni teori tanggungjawab sosial.

Kode Etik Jurnalistik PWI pertama kali dirumuskan di Malang.

Kode Etik Jurnalistik tersebut dianggap masih kurang sempurna dan

kemudian diperbaharui dan dirumuskan kembali di Jakarta tahun 50-an

Page 38: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

dibawah pimpinan komisi yang diketuai oleh Suardi Tasrif yang pada

masa itu menjabat sebagai pimpinan redaksi Harian Abadi.

Kode Etik Jurnalistik tersebut memuat aturan-aturan tentang

kewartawanan yang terdiri atas 7 pasal, yaitu (Suf Kasman, 2004: 43):

1). Kepribadian wartawan Indonesia.

2). Bertanggung jawab.

3). Cara pemberitaan dan menyatakan pendapat.

4). Pelanggaran hak jawab.

5). Sumber berita.

6). Kekuatan Kode Etik.

7). Pengawasan pentaatan kode etik.

2.1.3. Urgensi Kode Etik

Tokoh perumus Kode Etik Jurnalistik, S.Tasrif, mengkritisi

kode etik yang ada di Indonesia, jika dibandingkan dengan kode etik

dibeberapa negara lainnya. Yakni bahwa dalam Kode Etik Jurnalistik

PWI tidak terdapat satu kalimatpun yang memperingatkan dengan tegas

supaya wartawan-wartawan Indonesia di dalam segala tulisannya

mengindahkan perasaan dan pribadi orang lain dan supaya tidak

bertindak serampangan di dalam melancarkan tuduhan-tuduhan

terhadap orang lain, termasuk rekan-rekannya sendiri.

Gambaran sosok wartawan yang ideal seperti dikemukakan oleh

tokoh pers S.Tasrif tersebut memang relevan dan aktual. Dikemukakan

tokoh perumus Kode Etik Jurnalistik, bahwa kemerdekaan menyatakan

Page 39: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

pendapat memang merupakan syarat mutlak bagi pers yang merdeka

akan tetapi kemerdekaan menyatakan pendapat juga hendaknya

janganlah disalah gunakan. Dengan demikian, wartawan harus dapat

membatasi diri dengan berpedoman kepada kode etik profesi. Kode etik

sebagai landasan moral profesi justru makin penting dijadikan pedoman

serta acuan dalam era kemerdekaan pers sekarang.

Pasal 2 Kode Etik Jurnalistik PWI menegaskan bahwa wartawan

Indonesia dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana

mempertimbangkan patut tidaknya menyiarkan karya jurnalistik

(tulisan, suara serta suara dan gambar) yang dapat membahayakan

keselamatan dan keamanan negara, persatuan dan kesatuan bangsa,

menyinggung perasaan agama, kepercayaan atau keyakinan suatu

golongan yang dilindungi oleh undang-undang.

Dari rumusan tersebut jelas bahwa kebebasan pers yang kita

anut bukan tanpa tanggung jawab. Ketentuan bersifat normatif dalam

Kode Etik Jurnalistik telah diangkat menjadi ketentuan hukum positif,

seperti "hak tolak", "hak jawab", dan "hak koreksi". "Hak tolak",

misalnya, diatur dalam Pasal 4 ayat (4) UU No. 40 Tahun 1999 tentang

Pers yang mengatakan, dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan

di depan hukum, wartawan mempunyai Hak Tolak. Kemudian dalam

Penjelasan disebutkan, tujuan utama Hak Tolak adalah agar wartawan

dapat melindungi sumber informasi, dengan cara menolak menyebutkan

identitas sumber informasi.

Page 40: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Hak tersebut dapat digunakan jika wartawan dimintai

keterangan oleh pejabat penyidik dan atau diminta menjadi saksi di

pengadilan. Hak Tolak dapat dibatalkan demi kepentingan dan

keselamatan negara atau ketertiban umum yang dinyatakan oleh

pengadilan. Akan tetapi, proses pembatalan Hak Tolak tidak dengan

sendirinya, dalam arti harus dibentuk majelis hakim tersendiri yang

memutuskan apakah perkara yang tengah diperiksa pengadilan itu

menyangkut keselamatan negara atau ketertiban umum. Berkenaan

dengan Hak Tolak ini, Pasal 13 KEJ-PWI disebutkan bahwa wartawan

Indonesia harus menyebut sumber berita, kecuali atas permintaan yang

bersangkutan untuk tidak disebut nama dan identitasnya sepanjang

menyangkut fakta dan data, bukan opini. Apabila nama dan identitas

sumber berita tidak disebutkan, segala tanggung jawab ada pada

wartawan yang bersangkutan.

Kode Etik Jurnalistik juga menganut prinsip bersifat otonom

seperti dikemukakan di atas. Baik prinsip personal maupun otonom

merupakan kekuatan Kode Etik Jurnalistik. Kedua prinsip yang melekat

dengan KEJ-PWI tersebut bersumber dari hakikat kode etik itu sendiri

yang dibuat oleh, dari, dan untuk para wartawan yang tergabung dalam

suatu organisasi profesi, kemudian berikrar untuk menaati dan

melaksanakannya. Demikian seharusnya, karena kode etik tersebut

disusun dan dirumuskan oleh para wartawan dan kemudian berikrar

untuk mengamalkannya.

Page 41: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Hal ini berarti, penaatan atas kode etik bukan karena ada pihak

lain di luar diri wartawan bersangkutan yang memerintahkan atau

memaksakan penaatan dan pelaksanaannya, melainkan karena

kesadaran sendiri sekaligus sebagai konsekuensi dari ikrar untuk

menaatinya.

Prinsip personal dengan sendirinya pula membawa konsekuensi.

Yaitu, sebagai akibat bahwa kode etik dibuat oleh, dari, dan untuk para

wartawan yang kemudian berikrar untuk menaatinya sehingga bersifat

otonom, maka dengan sendirinya yang memutuskan telah terjadi

pelanggaran atas kode etik serta penetapan sanksi atas pelanggaran

tersebut sepenuhnya menjadi wewenang organisasi profesi. Atas dasar

itulah dikatakan kode etik bersifat otonom. Jadi, yang mengawasi,

memonitor serta memeriksa atau mengadili ada tidaknya pelanggaran

kode etik sepenuhnya menjadi wewenang organisasi. Demikian juga

yang menetapkan sanksi atas pelanggaran tersebut adalah hak

organisasi.

Kewenangan ini diatur dengan jelas dan tegas dalam Pasal 17

KEJ-PWI yang mengatakan bahwa wartawan Indonesia mengakui

bahwa pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran Kode Etik

Jurnalistik ini adalah sepenuhnya hak organisasi dari Persatuan

Wartawan Indonesia (PWI) dan dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan

PWI. Tidak satu pihak pun di luar PWI yang dapat mengambil tindakan

Page 42: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

terhadap wartawan Indonesia dan atau medianya berdasar pasal-pasal

dalam Kode Etik Jurnalistik ini.

Berdasarkan prinsip personal dan otonom inilah sudah sejak

semula tokoh pers nasional menyatakan sikap bahwa Kode Etik

Jurnalistik tidak dapat digunakan pihak lain untuk menghukum pers.

Sebagai konsekuensi dari prinsip personal dan otonom itu, PWI

melakukan penyempurnaan dan penyesuaian dalam Peraturan Dasar

PWI (PD-PWI) mengenai keanggotaan Dewan Kehormatan PWI.

Seperti diketahui, sejak semula yang menjadi anggota Dewan

Kehormatan PWI adalah tokoh-tokoh masyarakat atau kombinasi tokoh

masyarakat dan wartawan anggota PWI. Akan tetapi dalam Kongres

XX PWI di Semarang, Jawa Tengah pada 10-11 Oktober 1998,

komposisi keanggotaan Dewan Kehormatan tersebut diubah. Dalam

Pasal 21 ayat (4) PD-PWI ditetapkan, yang menjadi anggota DK-PWI

dan DKD-PWI adalah sekurang-kurangnya sudah lima tahun menjadi

anggota PWI.

Dengan demikian, yang menjadi anggota DK-PWI seluruhnya

terdiri dari para wartawan, tidak ada lagi yang mewakili tokoh

masyarakat. Sejarah keanggotaan DK-PWI sebelumnya dan juga pada

umumnya terdiri dari tokoh masyarakat. Sebagai contoh, keanggotaan

DK-PWI untuk pertama kali tahun 1952 praktis terdiri dari tokoh-tokoh

masyarakat seperti H. Agus Salim, Mr. Moh. Natsir, Prof. Dr. Soepomo

dan Roeslan Abdulgani.

Page 43: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Dalam DK-PWI periode Soedjarwo Tjondronegoro, SH, Manai

Sophiaan, Ali Alatas SH, Prof. Padmo Wahjono, Dr. M. Alwi Dahlan,

H. Soekarno, SH, Prof. Dr. Zakiah Daradjat. H. Boediardjo, Prof. Dr.

Ihromi MA, Prof. Dr. H. Loebby Loqman, SH, Dr. A. Alatas Fahmi,

Dra. Ina Ratna Mariani MA, Dr. Din Syamsuddin. Pada Kongres XVIII

PWI di Samarinda, Kalimantan Timur tahun 1988, barulah untuk

pertama kalinya dua orang anggota PWI aktif menjadi anggota DK-

PWI secara kelembagaan yaitu Drs. Djafar H. Assegaff sebagai ketua

dan R.H. Siregar, SH sebagai sekretaris. Kombinasi antara tokoh

masyarakat dan anggota PWI dalam komposisi keanggotaan DK-PWI

berlanjut hingga Kongres XIX PWI di Lampung pada 1993. Tetapi,

dalam Kongres XX PWI di Semarang 1998, diadakan perubahan

terhadap PD-PWI dan ditetapkan bahwa yang menjadi anggota DK-

PWI semuanya terdiri dari anggota PWI.

Ringkasnya, sejak Kongres XX itu tidak ada lagi anggota DK-

PWI yang mewakili unsur masyarakat. Pasal 21 ayat (4) PD-PWI

menegaskan, anggota Dewan Kehormatan maupun anggota Dewan

Kehormatan Daerah adalah wartawan yang telah berusia 40 tahun dan

sudah menjadi anggota PWI sekurang-kurangnya lima (5) tahun.

Sedangkan ketentuan sebelumnya tidak mensyaratkan keanggotaan

PWI. Dengan demikian, setiap warga negara RI, berdomisili di

Indonesia dan berumur sekurang-kurangnya 40 tahun serta yang

mempunyai keahlian, menaruh minat dan berjasa terhadap

Page 44: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

perkembangan pers nasional serta menghormati dan mengakui Kode

Etik Jurnalistik PWI, dapat dipilih menjadi anggota Dewan.

(http://www.kodeetikjurnalistikpwi.com/articles.2005).

Ketika melaksanakan tugasnya, wartawan Muslim hendaknya

menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam gaya bahasa yang

santun dan bijaksana (Suf kasman, 2004: 71). Disebutkan dalam surat

Al-Qur’an, pada surat Al-Isra’: 17, yang artinya:

“Sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya (ibu-bapak)

perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan

ucapkanlah kepadanya perkataan yang mulia”. (Depag RI, Al-Waah,

1989: 427).

Demikian juga dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa seorang

jurnalis muslim dalam berkarya hendaknya menghindari sejauh

mungkin prasangka maupun pemikiran negatif sebelum menemukan

kenyataan objektiv berdasarkan pertimbangan yang adil dan seimbang

serta diputuskan oleh pihak yang berwenang, hal ini terkandung dalam

surat Al-Hujurat:12 (49), yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,

sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah

kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu

menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara

kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah

kamu merasa jijik kepadanya…” (QS. Al-Hujurat: 12) (Depag RI, Al-

Waah, 1989: 847).

Asas kejujuran, menjunjung tinggi kemanusiaan serta

mengutamakan kebenaran, yang terkandung dalam kode etik jurnalistik

Page 45: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

PWI selaras dan sesuai dengan apa yang Allah firmankan dalam ayat

Al-Qur’an yang terdapat dalam surat Al-Hujurat : 6, yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman,jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui

keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu

itu,..” (QS: Al-Hujurat:6) (Depag RI, Al-Waah, 1989: 846).

2.1.4. Etika, Etiket dan Moral

Etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau

tentang manusia sejauh yang berkaitan dengan moralitas. Dengan kata

lain, etika adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku moral. Secara

lebih sederhana Prof. Ir. Poedjowijatno (1986) mengatakan bahwa

sasaran etika khusus kepada tindakan-tindakan manusia yang dilakukan

dengan sengaja. Dalam praktiknya, sasarannya manusia juga karena

tindakan tersebut merupakan kesatuan dan keutuhan.

Sedang kata moral berasal dari bahasa Latin yakni Mores.

Mores berasal dari kata mos yang berarti hal mengenai kesusilaan,

tabiat, kelakuan. Moral juga berarti ajaran tentang baik-buruk perbuatan

dan kelakuan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa moral

mempunyai pengertian yang sama dengan kesusilaan, yang memuat

ajaran tentang baik-buruknya perbuatan.

Secara etimologi etika dan moral mempunyai arti yang sama,

meskipun asal katanya berbeda. Sedang etiket berarti sopan santun. Ada

beberapa perbedaan antara etika dan etiket tersebut, antara lain

(Nurudin, 2003: 229).

Page 46: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

1. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia.

Etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang diharapkan

serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu. Misalnya,

menyerahkan buku dengan tangan kiri pada orang tua. Tetapi etika

tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan, boleh

dilakukan atau tidak. Misalnya, mengambil barang milik orang lain

tanpa izin tak pernah dilakukan. “Jangan mencuri” merupakan norma

etika. Norma etis tidak terbatas pada cara perbuatan dilakukan,

melainkan menyangkut perbuatan itu sendiri.

2. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain yang

hadir atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku.

Sebaliknya etika selalu berlaku, termasuk tidak ada saksi mata

sekalipun.

3. Etiket bersifat relatif. Hal yang dianggap tidak sopan pada suatu

kebudayaan, belum tentu dapat dianggap sopan untuk yang lain.

Etika jauh lebih absolut, yang jelas etiket lebih relatif.

4. Membahas tentang etiket berarti membicarakan manusia dari segi

lahiriah saja, sedang etika menyangkut manusia dari dalam. Bukan

merupakan suatu kontradiksi, jika seseorang selalu berpegang pada

etiket dan bersifat munafik, sebab seandainya munafik, hal tersebut

berarti tidak bersikap etis.

Page 47: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

2.2. Komunikasi Massa

Menurut Black dan Frederick, komunikasi massa adalah komunikasi

yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya.

Sedangkan menurut Bittner, komunikasi massa adalah komunikasi melalui

media massa (media cetak dan elektronik), massa dalam arti sebagai penerima

pesan yang berkaitan dengan media massa (Effendy, 1984:23).

Dalam komunikasi massa diperlukan pentapis informasi atau palang

pintu (gate keeper) yakni beberapa individu atau kelompok yang bertugas

menyampaikan atau mengirimkan informasi dari individu ke individu yang

lain melalui media massa (surat kabar, majalah, televisi, radio, video tape,

buku). Dalam komunikasi massa disamping melibatkan unsur-unsur

komunikasi sebagaimana umumnya, ia membutuhkan peran media massa

sebagai alat untuk menyampaikan dan menyebarkan informasi. Menurut

Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986) komunikasi massa dapat

didefinisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup:

1) Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern

untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada

khalayak yang luas dan tersebar.

2) Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-

pesannya bermaksud mencoba berbagi informasi dengan jutaan orang yang

tidak saling mengetahui satu sama lain.

Page 48: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

3) Pesan yang disampaikan bersifat umum. Artinya pesan ini bisa diterima

oleh banyak orang. Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak

ditunjukkan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu.

Dengan kata lain, pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural.

4) Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti

jaringan, ikatan atau perkumpulan.

5) Komunikator massa dikontrol oleh pentapis infomasi (gate keeper).

Artinya, pesan-pesan yang disebarkan, dikontrol atau dikendalikan oleh

sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media

massa. Seperti kameramen, sutradara, lembaga sensor film yang semuanya

mempengaruhi bahan-bahan yang akan dikemas dalam sebuah pesan dari

media massa masing-masing.

6) Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda.

� Fungsi Komunikasi Massa

1) Informasi

Merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi

massa. Komponen terpenting untuk mengetahui fungsi informasi ini

adalah berita-berita yang disajikan.

2) Hiburan

Fungsi hiburan bagi sebuah media elektronik menduduki posisi

paling tinggi dibanding fungsi-fungsi yang lain. Pasalnya,

masyarakat memang masih menjadikan televisi sebagai media

hiburan. Berbeda dengan media cetak, yang biasanya tidak

Page 49: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

menempatkan hiburan pada posisi penting, dan posisi tersebut

diduduki oleh fungsi informasi.

3) Persuasi

Banyak bentuk tulisan yang jika diperhatikan sekilas hanya berupa

informasi, tetapi jika diperhatikan secara teliti ternyata terdapat

fungsi persuasi. Tulisan pada Tajuk Rencana, artikel dan surat

pembaca adalah contoh tulisan persuasif.

4) Transmisi Budaya

Adalah salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas.

Transmisi budaya tak dapat dielakkan selalu hadir untuk berbagai

bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan

individu.

5) Mendorong Kohesi Sosial

Kohesi yang dimaksud disini ialah penyatuan. Artinya media massa

mendorong masyarakat untuk bersatu.

6) Pengawasan

Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi

mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitar kita.

7) Korelasi

Ialah fungsi menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar

sesuai dengan lingkungannya. Erat kaitannya dengan fungsi ini

adalah peran media massa sebagai penghubung antar berbagai

komponen masyarakat. Sebuah berita yang disajikan oleh seorang

Page 50: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

reporter akan menghubungkan narasumber (salah satu unsur bagian

masyarakat) dengan pembaca surat kabar.

8) Pewarisan Sosial

Dalam hal ini, media massa berfungsi sebagai pendidik, baik yang

berkaitan dengan pendidikan formal maupun informal yang mencoba

meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma,

pranata, etika, dari satu generasi ke generasi selanjutnya (Nurudin,

2003: 73).

2.3. Etika Komunikasi Massa

Ada beberapa hal penting yang berkaitan dengan etika seperti yang

pernah dikemukakan oleh Shoemaker dan Reese (1991) yakni: 1)

tanggungjawab, 2) kebebasan pers, 3) masalah etis, 4) ketepatan dan

objektivitas, dan 5) tindakan adil untuk semua orang.

2.3.1. Tanggung Jawab

Setiap apa yang disampaikan oleh media massa harus bisa

dipertanggungjawabkan. Setiap jurnalis atau semua yang terlibat dalam

proses komunikasi massa harus mempunyai tanggungjawab terhadap

apa yang disiarkan.

2.3.2. Kebebasan Pers

Kebebasan pers akan akan lebih bermakna jika disertai dengan

tanggungjawab. Artinya, kebebasan tersebut sebisa mungkin harus

dapat dipertanggungjawabkan.

Page 51: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

2.3.3. Masalah Etis

Artinya, bahwa jurnalis harus bebas dari kepentingan, ia

mengabdi pada kepentingan umum. Ada beberapa ukuran normatif

yang dapat dijadikan pegangan, antara lain:

a. Hadiah, perlakuan istimewa, biaya perjalanan dapat mempengaruhi

kerja jurnalis. Tanpa kemampuan untuk bisa menolaknya kerja

jurnalis akan direndahkan. Maka muncullah “budaya amplop” atau

“wartawan bodrek” yakni jurnalis yang gemar dengan “amplop”.

b. Keterlibatan dalam politik, melayani organisasi masyarakat tertentu,

menjadikan profesi wartawan sebagai pekerjaan sambilan perlu

dihindari. Keterlibatan terhadap politik akan memunculkan conflict

of interest (konflik kepentingan) pada diri wartawan yang

bersangkutan.

c. Tidak menyiarkan sumber individu jika tidak mempunyai nilai

berita (news value).

d. Wartawan akan mencari berita yang memang benar-benar melayani

kepentingan publik.

e. Wartawan melaksanakan kode etik kewartawanan untuk melindungi

rahasia sumber berita.

Page 52: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

f. Plagiatisme, salah satu bentuk kecurangan yang harus dihindari

karena merupakan aib bagi dunia kewartawanan. Misalnya,

memakai foto media lain tanpa menyebutkan sumber foto tersebut.

2.3.4. Ketepatan dan objektivitas

a. Kebenaran adalah tujuan utama. Orientasi berita yang berdasarkan

kebenaran harus menjadi pegangan pokok setiap wartawan. Apa

yang ditulis berdasarkan fakta-fakta dan bukan opini atau

interpretasi wartawan sendiri.

b. Objektivitas dalam pelaporan berita merupakan tujuan lain yang

bertujuan untuk melayani publik sebagai bukti pengalaman

professional di dunia kewartawanan. Objektiv juga berarti wartawan

tidak berat sebelah dalam liputannya. Jika meliput dua perselisihan

yang berbeda, prinsip keseimbangan atau dalam istilah pers disebut

dengan cover both sides yakni meliput dua sisi yang berbeda secara

seimbang harus dilakukan.

c. Ketidakcermatan dalam penelitian akan membuka peluang

kesalahan proses pencarian data.

d. Judul-judul berita harus sesuai dengan isinya, termasuk foto yang

dimunculkan juga harus sesuai dengan isi. Sebab, tidak sedikit

media cetak yang membuat judul terlalu bombastis sehingga tidak

menggambarkan isi beritanya.

Page 53: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

e. Laporan berita harus bebas dari opini dan mempresentasikan semua

sisi peristiwa yang dilaporkan. Bagi penyiar berita atau reporter

televisi harus bisa membedakan dan menekankan dalam ucapannya

mana laporan berita dan mana opininya.

f. Editorial yang partisanship dianggap melanggar profesionalisme

atau semangat kewartawanan. Meskipun editorial atau tajuk rencana

bersifat subjektiv karena mempresentasikan kepentingan media

yang bersangkutan namun harus ditekan untuk “membela” satu

golongan dan memojokkan golongan lain.

g. Artikel khusus atau semua bentuk penyajian yang isinya berupa

pembelaan atau kesimpulan sendiri penelitinya harus menyebutkan

nama dan identitas dirinya.

2.3.5. Tindakan adil untuk semua orang

a. Campur tangan pihak-pihak tertentu yang menyebabkan media tidak

lagi bebas dan independen dalam menyiarkan beritanya, harus

ditolak.

b. Media tidak boleh menjadi “kaki tangan” pihak tertentu yang

mempengaruhi proses pemberitaannya.

c. Media mempunyai kewajiban membuat koreksi lengkap dan tepat

jika terjadi ketidaksengajaan kesalahan yang dibuat.

d. Media harus memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

mengajukan keberatan dan protesnya terhadap apa yang telah

disampaikan oleh media. Bagi media, publik adalah mitra untuk

Page 54: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

bersama-sama dijadikan alat untuk mengembangkan media

massanya.

e. Media harus memberikan kesempatan pada pihak yang dianggap

bersalah dalam suatu perkara untuk melakukan pembelaan atau

tanggapannya (Nurudin, 2003: 250).

Kode etik dibuat atas prinsip bahwa pertanggungjawaban

tentang pentaatannya berada terutama pada hati nurani setiap wartawan

Indonesia.

2.4. Fungsi Kode Etik dalam Pers

Kode etik sebagai pedoman para praktisi pers mempunyai beberapa

fungsi. Fungsi tersebut, yakni:

a. Fungsi Argumentatif

Fungsi argumentatif adalah menjadikan landasan terciptanya debat

publik mengenai kasus-kasus atas perilaku etis sebuah profesi.

b. Fungsi Kemanfaatan

Fungsi kemanfaatan meliputi mendidik masyarakat (tenaga

profesional baru) mengenal pedoman dan tanggung jawab etis dari

profesinya, mempersempit wilayah persoalan etis dalam profesi sehingga

orang tak perlu memperdebatkan etika, membantu anggota profesi

memahami tujuan profesionalnya meliputi cara-cara yang relevan untuk

mencapai tujuan, memperkecil intervensi peraturan pemerintah kedalam

persoalan profesi.

c. Fungsi Penggambaran Karakter

Page 55: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Fungsi penggambaran karakter adalah kode etik sebagai gambaran

tentang sosok profesional yang ingin dibentuk dan menjadi harapan

publik, karenanya susunan kode etik secara tidak langsung memuat

upaya perlindungan konsumen media (Masduki, 2003: 49).

Fungsi-fungsi tersebut merupakan wacana bagi wartawan dalam

melindungi hak masyarakat dalam memperoleh informasi obyektif dan

melindungi kinerja wartawan dari segala macam resiko kekerasan. Kode etik

juga dikenal dengan peraturan atau norma jurnalis yang terdiri atas (Masduki,

2003: 49):

� Pertanggungjawaban.

� Kebebasan Pers.

� Independensi mempromosikan kepentingan pribadi yang bertentangan

dengan kepentingan umum.

� Ketulusan, kesetiaan kepada kebenaran.

� Kejujuran dalam menyampaikan informasi(impartiality).

� Berlaku adil (fair play), pers harus memberikan kesempatan kepada semua

pihak untuk memberikan penjelasan dan bandingan dari apa yang sudah

disampaikan.

� Kesopanan (decency) pers menyampaikan moral dan kesusilaan

masyarakat.

Pertanggungjawaban pers yang lebih penting ialah

pertanggungjawaban dari dalam, yakni wartawan, pemilik dan pengelola pers,

serta dari pers sebagai institusi. Pertanggungjawaban dari dalam biasa disebut

Page 56: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

pertanggungjawaban etika. Jakob Oetama, seorang tokoh pers mengutip

pendapat John C. Merrill dari Misouri School of Journalism tentang etika

yang mengatakan, etika yang mempunyai dua ruang lingkup, kewajiban

terhadap diri sendiri dan kewajiban terhadap orang lain, menunjukkan posisi

setiap orang sebagai insan individual dan insan sosial. Sejalan dengan

pemikiran itu, kemudian Jakob Oetama menekankan bahwa wartawan selain

menulis untuk orang lain, untuk khalayak pembaca, untuk masyarakat,

wartawan juga sekaligus menulis untuk diri sendiri. Dalam arti, tulisan ialah

juga ekspresi diri, ekspresi diri seorang wartawan. Wartawan

mempertaruhkan diri lewat tulisannya. Menurutnya, fungsi Kode Etik

Jurnalistik sebenarnya dapat mengamankan pelaksanaan kebebasan dan

tanggung jawab sosial pers dari incaran ranjau-ranjau hukum pers jika ditaati.

Kode Etik Jurnalistik mempunyai fungsi sebagai “polisi”yang

dibentuk sendiri oleh pers untuk mencegah ancaman ranjau-ranjau pers.

Intervensi negara hanya dapat dicegah sejauh anggota-anggota profesi

kewartawanan membentuk sendiri “kepolisian” dan menciptakan sendiri

sistem kedisiplinannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wina Armada

S.A, S.H. dalam bukunya “Wajah Hukum Pidana Pers”, Penerbit Pustaka

Kartini, Februari 1989 menunjukkan, bahwa Kode Etik Jurnalistik (KEJ) PWI

hanya terdiri dari enam pasal, ternyata masih tetap saja ada wartawan yang

belum pernah membaca Kode Etik Jurnalistik itu. Perinciannya, 19% belum

pernah membaca Kode Etik Jurnalistik, selebihnya 81% sudah pembacanya.

Dengan kenyataan tersebut, ditambah kebebasan pers yang sangat liberal

Page 57: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

dewasa ini. Sudah tepat kebijakan yang diambil oleh PWI untuk melakukan

seleksi ketat dalam penerimaan anggota. Yaitu harus melampirkan dalam

surat pengangkatan menjadi wartawan dari perusahaan pers bersangkutan

serta surat pernyataan bermaterai berisikan janji untuk menaati KEJ-PWI

dalam formulir permohonan menjadi anggota. Sedangkan bagi wartawan

yang belum bernaung pada surat kabar tertentu, atau sering disebut Free

Lance harus melampirkan rekomendasi dari sekurang-kurangnya dua

Pemimpin Redaksi atau Penanggungjawab pemberitaan media.

Selain syarat-syarat dimaksud, juga dilakukan ujian sebelum

seseorang diterima menjadi anggota PWI. Ujian ini terutama mengenai KEJ-

PWI sehingga tidak ada lagi wartawan yang sama sekali tidak pernah

membaca kode etiknya. Kebijakan penerimaan anggota seperti ini, selain

akan mengangkat dan mempertahankan kredibilitas organisasi, sekaligus

menjadi kebanggaan tersendiri bagi yang bersangkutan karena secara formal

diakui menjalankan profesi kewartawanannya.

Justru dengan perkembangan perusahaan pers yang sudah menjadi

industri padat modal dewasa ini, terutama perusahaan media siaran televisi,

etos kerja seperti ditekankan oleh wartawan senior Mochtar Lubis serta

penaatan akan Kode Etik Jurnalistik menjadi sangat penting. Sebab dengan

perkembangan perusahaan pers menjadi industri padat modal, maka para

investor yang menanamkan modalnya di bidang usaha pers tentunya

mengharapkan imbalan dari modal besar yang diinvestasikan. Akibatnya

Page 58: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

terjadi pertentangan yang makin tajam antara kepentingan idiil pers disatu

pihak dan kepentingan bisnis pers dipihak lain.

Di sinilah etos kerja wartawan dituntut. Dalam arti, dedikasi dan

loyalitasnya sebagai wartawan profesional harus dipertahankan dan juga

ditingkatkan. Sekaligus dengan etos kerja itu, penaatan Kode Etik Jurnalistik

menjadi absolut. Itu berarti jangan sampai demi kepentingan bisnis pers, kode

etik profesi dikorbankan atau diabaikan. Sebab, jika demikian halnya,

ketentuan UU No. 40 Tahun 1999 tentang pers yang mengatakan pers

nasional sebagai lembaga sosial dan wahana komunikasi massa tidak

terpenuhi sekalipun di pihak lain Pasal 3 ayat (2) UU Pers itu mengatakan,

pers nasional juga berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Dengan kedua

ketentuan ini, maka harus ada keseimbangan antara kepentingan idiil pers dan

kepentingan bisnis pers. Jangan justru sebaliknya kepentingan bisnis pers

lebih diutamakan sehingga kepentingan idiil pers yang tercermin dalam Kode

Etik Jurnalistik diabaikan.

Penaatan terhadap kode etik, dihubungkan dengan perkembangan pers

dengan kebebasannya yang sangat liberal dewasa ini, ada kecenderungan

yang terlalu mengagungkan pendidikan formal dalam merekrut wartawan,

seperti ilmu komunikasi dan publisistik. Seolah-olah pendidikan tinggi

bidang komunikasi, misalnya, menjadi jaminan diperolehnya seorang

wartawan yang profesional dan bermartabat dalam arti taat pada Kode Etik

Jurnalistik . Padahal kesarjanaan seseorang belum merupakan jaminan

keberhasilan dalam dunia kewartawanan.

Page 59: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan perusahaan pers merekrut

tenaga wartawan dengan mensyaratkan kesarjanaan semua bidang. Maka

bukan hal mengherankan apabila kemudian banyak pelamar terdiri dari

berbagai disiplin ilmu. Namun, menurut keterangan yang diperoleh dalam

seleksi penerimaan untuk direkrut menjadi wartawan yang dilakukan oleh

beberapa perusahaan pers justru sarjana dari disiplin ilmu eksakta lebih

banyak lulus tes dibandingkan sarjana dari disiplin ilmu sosial seperti bidang

komunikasi dan publisistik.

Profesionalisme wartawan tidak hanya menyangkut keterampilan serta

keahlian meramu bahan informasi, melainkan juga kemampuan serta

penguasaan Kode Etik Jurnalistik disertai kesetiaan dan keikhlasan

melaksanakannya secara konsekuen dan konsisten.

Mengingat esensi kode etik merupakan ikrar para wartawan yang

tergabung dalam satu organisasi profesi, dalam hal ini organisasi wartawan,

untuk menaati dan melaksanakannya dalam kegiatan jurnalistik sehari-hari.

Dengan kata lain, kode etik inilah yang harus menjiwai dan menyemangati

setiap wartawan dalam menjalankan tugas-tugas jurnalistiknya sehingga

menjadi seorang wartawan profesional yang bermartabat. Dengan

menerapkan kode etik secara seutuhnya berarti wartawan melaksanakan

tanggung jawab yang melekat dengan kebebasan pers. Lebih-lebih di negara

demokrasi dengan pers yang tergolong liberal, fungsi kode etik menjadi amat

penting.

Page 60: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

2.5. 2.Motivasi Al-Qur’an Tentang Pemberitaan

Hadist-hadits Rasulullah Saw dan ayat-ayat Al-qur’an secara

berulang-ulang menyebutkan keutamaan pena dan tinta. Hal ini

mengandung pesan bahwa dunia keilmuan (termasuk didalamnya ilmu

komunikasi dan jurnalistik) tidak dapat dipisahkan dari kemanfaatan benda

bernama pena dan tinta ini. Sebuah Hadits yang dikeluarkan Abu Hatim dari

riwayat Abu Hurairah r.a. menyebutkan bahwa Nabi pernah bersabda:

“Setelah Allah menciptakan nun, yakni dawat dan telah menciptakan

qalam, Dia bertitah: “Tulislah!” ‘Ya Robbi, apa yang hamba tulis?’

jawab Allah: ‘Tulislah semua yang ada, sampai hari kiamat.”

Hadits tersebut memberi isyarat bahwa kata nun dalam ayat Al-

qur’an (QSAl-qalam:1) tiada lain adalah dawat atau wadah tinta walaupun

banyak ulama lain yang membuat tafsiran yang tidak sama. Dawat sangat

cocok untuk menghubungkan ingatan kepada Qalam atau pena dan tulisan

yang menjadi padanannya.

úú úúχχχχ 44 44 ÉÉ ÉÉΟΟΟΟ nn nn==== ss ss)))) øø øø9999 $$ $$#### uu uuρρρρ $$$$ tt ttΒΒΒΒ uu uuρρρρ tt ttββββρρρρ ãã ãã���� ää ääÜÜÜÜ óó óó¡¡¡¡ oo oo„„„„ ∩∩∩∩⊇⊇⊇⊇∪∪∪∪

“Nun[1489], demi kalam dan apa yang mereka tulis.”

[1489] ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian

dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa,

Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara ahli-ahli tafsir ada

yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah Karena dipandang

termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang

menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang

memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang

Page 61: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik

perhatian para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu,

dan untuk mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari

Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad.

kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah

dan Hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah

mereka buat semacam Al Quran itu.

Hal ini berarti bahwa dawat yang merupakan induk segenap alat tulis

dan peranannya dipandang perlu jika dibandingkan dengan alat-alat tulis

lainnya yang berperan hanya sebagai pembantu. Ayat diatas (yang

mengandung wawu qasam) menunjukkan “sumpah Tuhan atas nama

kemulyaan dawat, qalam, tulisan.” Penyebutan kata qalam dalam ayat ini ,

menurut Hamka, sangat berhubungan dengan penyebutan kata serupa dalam

surat Al-‘alaq. Keduanya menarik perhatian manusia tentang pentingnya

pena dalam kehidupan manusia (Suf Kasman, 2004:69).

Dengan pena-lah berbagai ilmu dicatat. Secara fungsional, perintah

tulis-menulis kemudian disebutkan lagi untuk diaplikasikan, satunya dalam

dunia perdagangan (muamalah) dalam surat Al-Baqarah:282, yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah[179] tidak

secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya.

dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan

benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah

mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang

berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia

bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun

daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya

atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,

Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah

dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada

dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan

dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang

seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi

keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis

Page 62: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya.

yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian

dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah

mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang

kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)

kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan

janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan

(yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada

dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha

mengetahui segala sesuatu.”

[179] Bermuamalah ialah seperti berjualbeli, hutang piutang, atau

sewa menyewa dan sebagainya.

Perintah ini mengedepankan signifikasi dan fungsi konkret dari tulis-

menulis. Hal ini relevan dengan apa yang terkandung dalam surat Al-

jatsiyah:29.

# x‹≈yδ $oΨ ç6≈ tFÏ. ß,ÏÜΖtƒ Νän3ø‹ n=tæ Èd, ysø9 $$ Î/ 4 $ ‾ΡÎ) $Ζä. ã‡ Å¡Ψ tGó¡ nΣ $ tΒ óΟçFΖä. tβθ è=yϑ÷è s? ∩⊄∪

(Allah berfirman): "Inilah Kitab (catatan) kami yang menuturkan

terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya kami Telah menyuruh mencatat

apa yang Telah kamu kerjakan".(QS: Al-Jastiyah :29), (Depag RI,

Darussunnah, 2007:502).

Sedangkan ayat Al-Quran yang mengandung perintah, khususnya

kepada wartawan muslim atau penyampai informasi, untuk senantiasa

berhati-hati, teliti, dan tidak gegabah dalam menyiarkan berita kepada

khalayak, terdapat dalam surat Al-Hujurat:6.

$ pκš‰ r'‾≈tƒ tÏ% ©!$# (# þθ ãΖtΒ# u βÎ) óΟ ä. u !%y` 7,Å™$ sù :*t6t⊥ Î/ (#þθ ãΨ� t6tG sù βr& (#θç7ŠÅÁ è? $ JΒöθ s% 7's#≈yγpg ¿2 (#θ ßsÎ6óÁ çG sù 4’ n?tã

$ tΒ óΟ çF ù=yè sù tÏΒω≈tΡ ∩∉∪

Page 63: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui

keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu

itu.(QS:Al-H-ujurat:6),(Depag RI, Darussunnah, 2007:517).

Al-qur’an memberikan petunjuk untuk mempertanggungjawabkan

setiap perbuatan, khususnya dalam penyampaian informasi, ilmu dan berita.

Hal ini ditekankan pada surat Al-isra’ :36. Kandungan ayat ini sesuai

dengan pikiran utama dalam teori pers tanggungjawab sosial, yang

mengedepankan pelayanan terhadap publik sebagai pertangungjawaban

utama, sehingga diharapkan pers bukanlah sebagai alat bisnis namun lebih

bertanggungjawab sebagai pers, penyampai informasi untuk masyarakat

yang memiliki kemulyaan etika dan berkredibilitas tinggi. Ajaran Al-qur’an

yang cukup relevan atau adanya keterkaitan makna, terdapat dalam surat Al-

Hujurat:12 tentang larangan berburuk sangka.

Ÿωuρ ß#ø) s? $ tΒ }§øŠ s9 y7s9 ϵ Î/ íΟ ù=Ïæ 4 ¨βÎ) yìôϑ¡¡9 $# u�|Ç t7ø9 $# uρ yŠ# xσà/ ø9$# uρ ‘≅ä. y7Í×‾≈s9 'ρ é& tβ%x. çµ ÷Ψtã

Zωθ ä↔ó¡ tΒ ∩⊂∉∪

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai

pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan

hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya.” (QS: Al-

Isra’:36), (Depag RI, 2002:282). $ pκš‰ r'‾≈tƒ tÏ% ©!$# (#θãΖtΒ# u (#θç7Ï⊥ tG ô_ $# # Z��ÏWx. zÏiΒ Çd©à9 $# āχ Î) uÙ ÷è t/ Çd ©à9$# ÒΟ øOÎ) ( Ÿω uρ (#θ Ý¡ ¡¡pg rB Ÿω uρ

=tG øó tƒ Νä3àÒ ÷è−/ $ ³Ò÷è t/ 4 �=Ïtä† r& óΟà2߉ tnr& βr& Ÿ≅ à2ù' tƒ zΝós s9 ϵŠÅzr& $\GøŠ tΒ çνθ ßϑçF÷δÌ� s3 sù 4 (#θ à) ¨?$# uρ

©! $# 4 ¨βÎ) ©! $# Ò># §θs? ×ΛÏm §‘ ∩⊇⊄∪

Page 64: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah

mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama

lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging

saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.

dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima

Taubat lagi Maha Penyayang.(Depag, Darussunnah,2002:518).

Sedangkan penekanan Al-qur’an pada larangan kebohongan,

terdapat dalam banyak ayat. Namun ayat yang kandungan perintahnya lebih

spesifik dalam larangan penyiaran berita bohong terdapat pada surat

Annur:11 sampai 16.

¨βÎ) t Ï% ©!$# ρâ !%y Å7øù M}$$ Î/ ×π t6óÁ ãã ö/ä3ΨÏiΒ 4 Ÿω çνθ ç7|¡ øtrB # u�Ÿ° Νä3 ©9 ( ö≅ t/ uθèδ ×�ö� yz ö/ä3 ©9 4 Èe≅ ä3 Ï9 <›Í÷ö∆ $#

Νåκ÷] ÏiΒ $ ¨Β |=|¡ tFø. $# zÏΒ ÉΟ øOM}$# 4 “Ï% ©!$# uρ 4† ‾<uθ s? …çν u�ö9 Ï. öΝåκ÷] ÏΒ …çµ s9 ë># x‹ tã ×ΛÏà tã ∩⊇⊇∪ Iω öθ ©9 øŒÎ)

çνθãΚçF÷è Ïÿxœ £sß tβθ ãΖÏΒ÷σ ßϑø9$# àM≈ oΨ ÏΒ÷σßϑø9 $#uρ öΝÍκŦ à/Ρr' Î/ # Z�ö� yz (#θä9$ s%uρ !#x‹≈yδ Ô7øù Î) ×Î7•Β ∩⊇⊄∪ Ÿω öθ ©9

ρâ !%y ϵ ø‹n=tã Ïπ yè t/ö‘r' Î/ u !#y‰ pκà− 4 øŒ Î*sù öΝs9 (#θ è? ù'tƒ Ï !# y‰pκ’¶9 $$Î/ š� Í×‾≈s9 'ρ é' sù y‰ΖÏã «!$# ãΝèδ tβθ ç/É‹≈s3 ø9 $# ∩⊇⊂∪

Ÿω öθ s9 uρ ã≅ ôÒ sù «! $# ö/ä3ø‹ n= tæ …çµ çGuΗ÷qu‘uρ ’Îû $ u‹÷Ρ ‘‰9 $# Íο t� ÅzFψ$# uρ ö/ä3¡¡ yϑs9 ’Îû !$ tΒ óΟçFôÒ sù r& ϵŠÏù ë># x‹ tã

îΛÏà tã ∩⊇⊆∪ øŒÎ) …çµ tΡöθ ¤)n=s? ö/ä3ÏG oΨ Å¡ ø9 r'Î/ tβθ ä9θà) s? uρ /ä3Ïδ# uθøù r' Î/ $Β }§øŠ s9 Νä3s9 ϵ Î/ ÒΟ ù=Ïæ …çµ tΡθ ç7|¡øt rB uρ

$YΨ Íh‹yδ uθèδ uρ y‰Ψ Ïã «! $# ×ΛÏà tã ∩⊇∈∪ Iωöθ s9 uρ øŒÎ) çνθßϑ çG÷è Ïϑy™ ΟçFù=è% $ ¨Β ãβθ ä3tƒ !$ uΖs9 βr& zΝ‾=x6 tG ‾Ρ # x‹≈pκÍ5

y7oΨ≈ys ö6ß™ # x‹≈yδ í≈tG öκæ5 ÒΟŠÏà tã ∩⊇∉∪

11 Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah

dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu

buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari

mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di

antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran

berita bohong itu baginya azab yang besar[1031].

12. Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohon itu orang-orang

mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri,

dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."

Page 65: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

13. Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang

saksi atas berita bohong itu? Olah Karena mereka tidak mendatangkan

saksi-saksi Maka mereka Itulah pada sisi Allah orang- orang yang dusta.

14. Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua

di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, Karena

pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.

15. (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke

mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui

sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. padahal dia

pada sisi Allah adalah besar.

16. Dan Mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong

itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci

Engkau (Ya Tuhan kami), Ini adalah dusta yang besar."

[1031] berita bohong Ini mengenai istri Rasulullah s.a.w. 'Aisyah r.a.

ummul Mu'minin, sehabis perang dengan Bani Mushtaliq bulan Sya'ban 5

H. Perperangan Ini diikuti oleh kaum munafik, dan turut pula 'Aisyah

dengan nabi berdasarkan undian yang diadakan antara istri-istri beliau.

dalam perjalanan mereka kembali dari peperangan, mereka berhenti pada

suatu tempat. 'Aisyah keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan,

Kemudian kembali. tiba-tiba dia merasa kalungnya hilang, lalu dia pergi

lagi mencarinya. sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan

bahwa 'Aisyah masih ada dalam sekedup. setelah 'Aisyah mengetahui,

sekedupnya sudah berangkat dia duduk di tempatnya dan mengaharapkan

sekedup itu akan kembali menjemputnya. Kebetulan, lewat ditempat itu

seorang sahabat nabi, Shafwan ibnu Mu'aththal, diketemukannya seseorang

sedang tidur sendirian dan dia terkejut seraya mengucapkan: "Inna lillahi

wa inna ilaihi raji'un, isteri Rasul!" 'Aisyah terbangun. lalu dia

dipersilahkan oleh Shafwan mengendarai untanya. Syafwan berjalan

menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah. orang-orang yang melihat

mereka membicarakannya menurut pendapat masing-masing. mulailah

timbul desas-desus. Kemudian kaum munafik membesar- besarkannya,

Maka fitnahan atas 'Aisyah r.a. itupun bertambah luas, sehingga

menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum muslimin. (Depag RI, Darus

sunnah, 2002: 352).

Ayat-ayat tersebut mempunyai point kesamaan dengan KEJ-PWI, terutama

yang tertuang dalam pasal 17 yang berbunyi:

“Wartawan selalu menguji informasi, menerapkan prinsip adil, jujur, dan

penyajian yang berimbang serta menghormati asas praduga tak bersalah”

Page 66: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

BAB III

PROFIL PERSATUAN WARTAWAN INDONESIA (PWI)

3.1. Sejarah Kode Etik Jurnalistik dan Dewan Kehormatan PWI

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) didirikan di Surakarta pada 9 Februari 1946,

dan tidak diikuti dengan pembentukan Dewan Kehormatan PWI (DK-PWI). Hal ini

dikarenakan yang menjadi pusat perhatian para tokoh pers yang berkumpul waktu itu adalah

bagaimana upaya menyatukan segenap potensi pers nasional untuk mempertahankan

proklamasi kemerdekaan. Untuk itu, mutlak diperlukan satu wadah yang mempersatukan pers

nasional yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara dan tidak lagi terkotak-kotak dalam

berbagai organisasi dan latar belakang yang berbeda seperti sebelumnya. Termasuk

mempersatukan para wartawan yang bertugas dan berjuang di daerah "republik" dan

wartawan yang bertugas dan berjuang di daerah pendudukan militer Belanda. Kode Etik

Jurnalistik PWI waktu itu belum dirumuskan secara formal, padahal tugas dan fungsi Dewan

Kehormatan adalah mengawasi dan kemudian memutuskan serta menetapkan sanksi atas

pelanggaran kode etik.

Keberadaan kode etik bagi profesi wartawan dan institusi untuk mengawasi

pelaksanaan penaatannya berupa Dewan Kehormatan bersifat mutlak. Sebab Dewan

Kehormatan bertugas meneliti redaksional media massa. Kemudian menangani pengaduan

masyarakat berkenaan dengan tuduhan pelanggaran kode etik. Dewan inilah yang selanjutnya

memutuskan apakah telah terjadi pelanggaran kode etik atau tidak. Jelaslah bahwa tugas dan

fungsi Dewan Kehormatan bagi satu organisasi profesi seperti PWI sangat penting dan

menentukan citra dan kredibilitas suatu organisasi. Sebab, bagi organisasi profesi mutlak

diperlukan satu lembaga atau institusi yang bertugas secara mandiri mengawasi kode etik

serta menetapkan sanksi atas pelanggarannya.

Page 67: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Para tokoh pers yang mendirikan PWI pada waktu itu menyadari betapa pentingnya

lembaga tersebut. Akan tetapi, karena pengerahan tenaga dan fokus utama pertemuan

pertama kali tersebut masih dipusatkan kepada perjuangan fisik melawan agresi militer

Belanda, kehadiran lembaga pengawas pelaksanaan kode etik tersebut dianggap masih belum

terlalu mendesak pada saat itu. Dinamika perkembangan politik serta

timbulnya berbagai masalah dalam pemberitaan pers pada awal 1950-an mendorong

para tokoh pers pasca terbentuknya PWI untuk merumuskan secara formal kode etik

jurnalistik lebih rinci, lengkap, dan komprehensif serta hasil kajian tim yang

khusus dibentuk untuk itu. Dengan demikian, akan ada acuan atau pedoman baku dalam

menilai apakah pemberitaan tertentu telah melanggar kode etik atau tidak. Di samping itu,

mengingat intensitas pelanggaran atas prinsip-prinsip kode etik serta

sensitivitas persoalan politik waktu itu, semakin mendesak untuk segera

merumuskan kembali kode etik jurnalistik PWI yang mampu menjawab perkembangan

pers.

Dengan diterapkannya sistem pers liberal berdasarkan UUDS-1950 yang menganut

sistem kabinet parlementer pada 1950-an, makin dirasakan perlunya segera membentuk

institusi yang bertugas mengawasi dan menetapkan sanksi atas pelanggaran kode etik. Karena

media massa waktu itu diwarnai oleh polemik politik antara partai yang satu dengan partai

lain. Kemudian polemik berkepanjangan antara tokoh partai yang satu dengan tokoh partai

lain bahkan memasuki hal-hal bersifat pribadi. Terlebih pada waktu itu pers nasional

diwarnai oleh kehadiran koran-koran partisan yang sudah tentu menjadi perpanjangan lidah

partai dengan mengabaikan etika jurnalistik yang seharusnya menjadi pedoman dalam

menjalankan kegiatan kewartawanan. Maka kehadiran Dewan Kehormatan pun dirasakan

semakin mendesak.

Kesadaran masyarakat akan perkembangan pers yang demikian, mendorong Kongres

VI PWI di Salatiga pada 1-3 Juni 1952 yang kemudian memutuskan untuk membentuk

Page 68: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Dewan Kehormatan PWI yang khusus bertugas mengawasi pelaksanaan penaatan kode etik

jurnalistik. Salah satu keputusan Kongres VI PWI Salatiga berkenaan dengan pembentukan

Dewan Kehormatan PWI menyatakan, “Oleh konferensi dibentuk suatu Dewan Kehormatan,

sedapat-dapatnya terdiri dari pemimpin-pemimpin redaksi, berkedudukan di tempat

sekretariatnya yang mempunyai kewajiban mempertimbangkan soal-soal sulit dalam

pelaksanaan Code Djurnalistiek, dan bersama dengan pengurus mempunyai kekuasaan

memutuskan pemecatan atau schorsing terhadap anggota yang dianggap melanggar Code”

(Pers dan Masyarakat, terbitan PP PWI). Akhirnya sesuai amanat Kongres PWI Salatiga pada

24 September 1952 dibentuklah Dewan Kehormatan PWI dengan susunan kepengurusan, H.

Agus Salim (Ketua), Mr Mohammad Natsir (Wakil Ketua), dengan anggota, Prof. Mr

Soepomo, Roeslan Abdulgani, dan Djawoto.

Dewan Kehormatan PWI yang baru dibentuk tersebut segera menghadapi tugas berat.

Antara lain berkenaan dengan timbulnya kasus yang terkenal dengan “Peristiwa 17 Oktober”

1952. Kasus itu sendiri bermula dari Markas Besar Angkatan Darat di bawah pimpinan

Kolonel Abdul Haris Nasution yang merasa tidak senang dengan perdebatan yang terjadi di

DPRS (Dewan Perwakilan Rakyat Sementara) mengenai masalah-masalah ketentaraan yang

berpuncak diterimanya Mosi Manai Sophiaan (PNI) yang bertujuan menyelidiki keadaan

dalam ABRI umumnya dan Angkatan Darat khususnya, secara lebih saksama.

Pada 17 Oktober 1952 pasukan Angkatan Darat mengobrak-abrik gedung DPRS.

Beberapa perwira menengah dan tinggi Angkatan Darat menghadap Presiden Soekarno untuk

mendesak pembubaran DPRS, sementara itu istana dikelilingi oleh pasukan dengan meriam

ditujukan ke istana. Sedangkan Presiden Soekarno telah menolak desakan pimpinan

Angkatan Darat, Abdul Haris Nasution. Akibat "Peristiwa 17 Oktober" ini, terjadi polemik

serius dan intens di kalangan pers. Bahkan menurut Soebagijo I.N. dalam buku "PWI Jaya Di

Arena Masa", polemik yang terjadi dalam pers di Jakarta tersebut telah berubah menjadi caci-

maki yang bersifat pribadi yang bisa dianggap merupakan ekses kebebasan pers di zaman

Page 69: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

demokrasi liberal waktu itu. Perkembangan pers yang kian mengesampingkan etika ini,

kemudian mendorong Dewan Kehormatan PWI untuk segera merumuskan Kode Etik

Jurnalistik secara lengkap, rinci, dan komprehensif sehingga penilaian terhadap pelaku

pelanggaran serta sanksi mempunyai acuan yang jelas.

Dalam keadaan politik negara dan pers yang demikian buruk, di mana pers dijadikan

sebagai alat perlawanan politik, pengurus PWI Pusat, yang dipelopori oleh Ketua PWI

Jakarta, Tengku Syahril, segera mengambil prakarsa mengadakan pertemuan atau semacam

konferensi di Jakarta. Pertemuan tersebut dilangsungkan pada 1-2 Mei 1954, dihadiri oleh

para pimpinan redaksi seluruh Indonesia serta para wakil PWI Cabang. Untuk memperlancar

pertemuan, penyusunan bahan masukan bagi para peserta dipercayakan kepada S, Tasrif dan

Sjarif Sulaiman.

Mereka berhasil mempersiapkan catatan tentang kode etik jurnalistik serta lembaga

yang perlu dibentuk yang bertugas mengawasi pelaksanaannya. Para peserta pertemuan-pun

memberikan apresiasi yang tinggi atas uraian yang disampaikan oleh S.Tasrif dan Sjarif

Sulaiman. Pada kesempatan tersebut diadakan pula pembahasan yang serius terhadap

pentingnya perumusan secara formal kode etik supaya ada pegangan yang baku dalam

menghadapi perkembangan pers. Peserta pertemuan juga memberikan respons yang sangat

positif mengenai keberadaan serta kedudukan berikut fungsi dan tugas Dewan Kehormatan

PWI. Akhir dari pertemuan tersebut menghasilkan disetujuinya pembentukan panitia Ad hoc

yang bertugas menyusun kode etik jurnalistik yang kemudian akan dibahas dan ditetapkan

dalam Kongres PWI berikutnya. Panitia Ad hoc tersebut terdiri dari S. Tasrif (Ketua), S.

Tahsin (Sekretaris), dan Anggota Moh. Said, Sjarif Sulaiman, dan Supeno.

Panitia Ad hoc tersebut, akhirnya berhasil menyelesaikan tugasnya menyusun naskah

kode etik junalistik. Naskah yang dihasilkan oleh Panitia Ad hoc inilah yang kemudian

dibahas dalam Kongres VIII PWI di Medan pada 31 Desember hingga 2 November 1955.

Page 70: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Akhirnya naskah kode etik jurnalistik tersebut diterima dan disahkan oleh Kongres untuk

selanjutnya dinyatakan berlaku sejak 1 Mei 1955.

Kongres VIII PWI di Medan pada tahun 1955 tersebut ternyata tidak hanya

mengesahkan naskah kode etik jurnalistik yang disusun oleh Panitia Ad hoc pimpinan S.

Tasrif, SH, tetapi juga mengeluarkan seruan agar seluruh anggota PWI menyadari

sepenuhnya akan keberadaan kode etik kemudian bertekad untuk melaksanakannya secara

bertanggungjawab. (http:kodeetikjurnalistikpwi.id/yahoo.com.html/10/5/2011). Kode Etik

Jurnalistik tersebut memuat aturan-aturan kewartawanan yang terdiri atas 7 pasal, yaitu ( Suf

Kasman, 2004: 43):

1. Kepribadian wartawan Indonesia

2. Bertanggung jawab

3. Cara pemberitaan dan menyatakan pendapat

4. Pelanggaran hak jawab

5. Sumber berita

6. Kekuatan Kode Etik

7. Pengawasan pentaatan Kode Etik

Pertemuan ini juga menghimbau seluruh insan pers untuk mematuhi Kode etik yang

telah disahkan. Kemudian Kode Etik ini digunakan sebagai alat untuk melakukan koreksi

terhadap diri para anggota PWI seluruhnya sehingga dapat mengabdikan tugasnya untuk

kepentingan masyarakat. Akan tetapi, dalam perkembangannya, Pengurus Pusat PWI tidak

konsisten akan keberadaan institusi atau lembaga pengawas pelaksanaan kode etik tersebut.

Karena sejak DK-PWI terbentuk untuk pertama kali pada 24 September 1952, beberapa tahun

lamanya keanggotaan dan kepengurusannya tidak diadakan oleh Kongres PWI berikutnya.

Menurut wartawan senior H. Rosihan Anwar dan Ketua Dewan Kehormatan PWI

periode 1983-1988, sejak tahun 1952 sampai 1968 tidak diadakan pemilihan anggota Dewan

Kehormatan PWI. Hal ini dikarenakan tidak adanya perhatian dari Pengurus Pusat PWI untuk

Page 71: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

melakukan pemilihan anggota Dewan Kehormatan PWI. Pada tahun 1968 baru diadakan

pemilihan anggota Dewan Kehormatan PWI masa bakti 1968-1970, terdiri dari Mr.

Sumanang sebagai ketua dengan anggota H. Rosihan Anwar, Prof. Oemar Seno Adji SH, Asa

Bafagih dan Sumantoro. Dengan kata lain, beberapa tahun lamanya kepengurusan PWI tidak

dilengkapi oleh Dewan Kehormatan.

Tidak adanya institusi Dewan Kehormatan pada era Demokrasi Terpimpin tidak

terlepas dari pengaruh situasi dan kondisi politik waktu itu, terutama pengaruh Partai

Komunis Indonesia (PKI). Hal ini sangat berpengaruh pada hampir semua bidang kehidupan

masyarakat Indonesia, termasuk dunia pers. Bahkan dapat dikatakan pada zaman Orde Lama,

praktis PWI telah terkooptasi oleh elite politik yang berkuasa waktu itu. Sehingga keberadaan

Dewan Kehormatan PWI tidak dianggap sebagai hal penting. Karenanya, beberapa tahun

lamanya lembaga pengawas kode etik itu tidak eksis. Berikut pasal-pasal dari Kode Etik

Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (KEJ-PWI).

3.2. Kode Etik Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (KEJ-PWI)

KODE ETIK JURNALISTIK

PEMBUKAAN

Bahwa sesunguhnya salah satu perwujudan kemerdekaan Negara

Kesatuan Republik Indonesia adalah kemerdekaan mengeluarkan pikiran

dengan lisan dan tulisan sebagaimana di amanatkan oleh pasal 28 UUD

1945. Oleh sebab itu kemerdekaan pers wajib di hormati oleh semua

pihak.

Mengingat Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara

berdasarkan atas hukum, seluruh wartawan Indonesia menjunjung tinggi

konstitusi dan menegakkan kemerdekaan pers yang bertanggung jawab,

mematuhi norma-norma profesi kewartawanan, memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta

memperjuangkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial berdasarkan pancasila.

Maka atas dasar itu,demi tegaknya harkat, martabat, integritas, dan mutu

kewartawanan Indonesia serta bertumpu pada kepercayaan masyarakat,

dengan ini Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menetapkan Kode Etik

Page 72: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Jurnalistik yang harus di taati dan dilaksanakan oleh seluruh wartawan

terutama anggota PWI.

PENAFSIRAN PEMBUKAAN

Kode Etik Jurnalistik ialah ikrar yang bersumber pada hati nurani wartawan dalam

melaksaakan kemerdekaan mengeluarkan pikiran yang dijamin sepenuhnya oleh pasal 28

UUD 1945, yang merupakan landasan konstitusional wartawan dalam menjalankan tugas

jurnalistiknya.

Kemerdekaan mengeluarkan pikiran ialah hak paling mendasar yang dimiliki setiap insan

wartawan, yang wajib dijunjung tinggi dan dihormati oleh semua pihak. Sekalipun

kemerdekaan mengeluarkan pikiran merupakan hak wartawan yang dijamin

konstitusi,mengingat Negara Kesatuan Republik Indonesia ialah Negara berdasarkan hukum,

maka setiap wartawan wajib menegakkan hukum, keadilan dan kebenaran dalam

menggunakan haknya untuk mengeluarkan pikiran.

Wartawan bersama seluruh masyarakat, maka wajib mewujudkan prinsip-prinsip

kemerdekanaan pers yang profesional dan bermartabat.

Tugas dan tanggung jawab yang luhur hanya dapat dilaksanakan, apabila wartawan selalu

berpegang teguh kepada Kode Etik Jurnalistik, dan masyarakat memberi kepercayaan penuh

serta menghargai integritas profesi tersebut.

Mengingat perjuangan wartawan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

perjuangan bangsa Indonesia, maka selain bertanggung jawab kepada hati nuraninya, setiap

wartawan wajib bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada masyarakat,

bangsa dan Negara dalam melaksanakan hak, kwajiban, dan tangung jawabnya sesuai dengan

Kode Etik Jurnalistik.

Sadar akan hak, kwajiban dan tanggung jawabnya itu, dan untuk melestarikan kemerdekaan

pers yang profesional dan bermartabat, serta kepercayaan masyarakat, maka dengan ikhlas

dan penuh kesadaran, wartawan menetapkan Kode Etik Jurnalistik yang wajib ditaati dan

ditetapakan.

BAB 1

KEPRIBADIAN DAN INTEGRITAS

PENAFSIRAN

BAB 1

KEPRIBADIAN DAN INTEGRITAS

Wartawan harus memiliki kepribadian dalam arti keutuhan dan keteguhan jati diri,

serta integritas dalam arti kata jujur, adil, arif, dan terpercaya.

Kepribadian dan integritas wartawan yang ditetapkan dalam Bab 1 Kode Etik

Jurnalistik mencerminkan tekad PWI mengembangkan dan memantapkan sosok

wartawan sebagai profesional, penegak kebenaran, nasionalis, konstitusional dan

demokratis serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Page 73: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Pasal 1

Wartawan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa pancasila taat

Undang-Undang Dasar Negara RI, kesatria, bersikap independen serta terpercaya dalam

mengemban profesinya.

Pasal 2

Wartawan dengan penuh rasa tanggung jawab dan bijaksana mempertimbangkan patut

tidaknya menyiarkan karya jurrnalistik (tulisan, gambar, suara serta suara dan gambar) yang

dapat membahayakan keselamatan dan keamanan negara, persatuan dan kesatuan bangsa,

menyinggung perasaan agama, kepercayaan atau keyakinan suatu golongan yang dilindungi

oleh Undang-Undang dan prasangka atau diskriminasi terhadap jenis kelamin, orang cacat,

sakit, miskin atau lemah.

Pasal 3

Wartawan tidak beri’tikad buruk, tidak menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, gambar, suara,

serta suara dan gambar) yang menyesatkan, memutarbalikkan fakta, bohong, bersifat fitnah,

cabul, sadis, dan sensasional.

Pasal 4

Wartawan tidak menyalahgunakan profesinya dan tidak menerima imbalan untuk menyiarkan

atau tidak menyiarkan karya jurnalistik (tulisan, gambar, suara, suara dan gambar), yang

dapat menguntungkan atau merugikan seseorang atau sesuatu pihak.

BAB II

CARA PEMBERITAAN

Pasal 5

Wartawan menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan ketepatan dari

kecepatan serta tidak mencampuradukkan fakta dan opini. Tulisan yang berisi interpretasi dan

opini disajikan dengan menggunakan nama jelas penelitinya. Penyiaran karya jurnalistik

reka-ulang dilengkapi dengan keterangan, data tentang sumber rekayasa yang di tampilkan.

Pasal 6

Pemberitaan hendaknya tidak merendahkan atau merugikan harkat-martabat, derajat, nama

baik serta perasaan susila seseorang. Kecuali perbuatan itu bisa berdampak negatif bagi

masyarakat.

Page 74: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Pasal 7

Wartawan selalu menguji informasi, menerapkan prinsip adil, jujur, dan penyajian yang

berimbang serta menghormati asas praduga tak bersalah.

Pasal 8

Wartawan tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak

menyebut identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

BAB III

SUMBER BERITA

Pasal 9

Wartawan menempuh cara yang profesional, sopan dan terhormat untuk memperoleh bahan

karya jurnalistik ( Tulisan, gambar, suara, serta suara dan gambar ) dan selalu menyatakan

identitasnya kepada sumber berita, kecuali dalam peliputan yang bersifat investigative.

Pasal 10

Wartawan dengan kesadaran sendiri secepatnya mencabut atau meralat setiap pemberitaan

yang tidak akurat dengan disertai permintaan maaf, dan memberi kesempatan hak jawab

secara proporsional kepada sumber atau obyek berita.

Pasal 11

Wartawan harus menyebut sumber berita dan memperhatikan kredibilitas serta kompetensi

sumber berita serta meneliti kebenaran bahan berita.

Pasal 12

Wartawan tidak melakukan tindakan plagiat, tidak mengutip karya jurnalistik tanpa menyebut

sumbernya.

Pasal 13

Wartawan dalam menjalankan profesinya memiliki hak tolak untuk melindungi identitas dan

keberadaan narasumber yang tidak ingin diketahui. Segala tanggung jawab akibat penerapan

hak tolak ada pada wartawan yang bersangkutan.

Pasal 14

Wartawan menghormati ketentuan embargo, bahan latar belakang, dan tidak menyiarkan

informasi yang oleh sumber berita tidak dimaksudkan sebagai bahan serta tidak menyiarkan

keterangan “ off the record “.

BAB IV

KEKUATAN KODE ETIK JURNALISTIK

Pasal 15

Page 75: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Wartawan harus dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik

Jurnalistik PWI ( KEJ – PWI ) dalam melaksanakan profesinya.

Pasal 16

Wartawan menyadari sepenuhnya bahwa penaatan Kode Etik Jurnalistik ini terutama berada

pada hati nurani masing-masing.

Pasal 17

Wartawan mengakui bahwa pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran Kode Etik

Jurnalistik ini adalah sepenuhnya hak organisasi dari Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI )

dan dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan PWI.

Tidak satu pihakpun diluar PWI yang dapat mengambil tindakan terhadap wartawan dan atau

medianya berdasar pasal-pasal dalam Kode Etik Jurnalistik ini.

3.3. Ketaatan Wartawan anggota PWI terhadap Kode Etik Jurnalistik

Ketaatan merupakan ketundukan terhadap aturan-aturan yang berlaku yang dapat

terwujud dalam sikap dan tindakan. Esensi dari ketaatan terhadap aturan-aturan, atau norma-

norma yang berlaku ialah terciptanya suatu keselarasan, tidak terganggunya tatanan sosial

dan posisi kebenaran dalam kehidupan bermasyarakat. Ketaatan atau kepatuhan, dalam istilah

keislaman sering disebut dengan takwa.

Takwa ialah mematuhi atau mentaati apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang

dilarang (Dahlan, 1994:45). Indikator dari ketakwaan atau kepatuhan ini ialah adanya

pelaksanaan perintah secara baik dan konsekuen, tidak adanya pelanggaran dalam

pelaksanaanya serta internalisasi aturan-aturan pada kepribadian diri yang termanifestasi

dalam keseluruhan tuntunan tindakan dalam kehidupan. Sebagai contoh indikator adanya

ketakwaan atau kepatuhan dalam konteks taat dalam keislaman, salah satunya pelaksanaan

pembayaran zakat, pelaksanan sholat, tidak berzina, berkata yang ma’ruf, dan lain-lain yang

terbingkai dalam tindakan keseharian.

Ketaatan wartawan terhadap Kode Etik Jurnalistik merupakan suatu kepatuhan dan

ketundukan untuk menerapkan Kode Etik Jurnalistik dalam keseluruhan pelaksanaan tugas

kewartawanannya. Indikator ketaatan wartawan terhadap Kode Etik Jurnalistik ialah

Page 76: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

profesionalitas kerja wartawan yang dapat dilihat dari hasil karya jurnalistiknya yang

meliputi keseluruhan tugas kewartawanan.

Dalam persepsi wartawan, istilah “profesional” memiliki tiga arti. Pertama,

profesional adalah kebalikan dari “amatir”. Kedua, sifat pekerjaan wartawan menuntun

pelatihan khusus. Ketiga, norma-norma yang mengatur perilakunya dititikberatkan pada

kepentingan khalayak pembaca. Norma-norma didalamnya dapat diidentifikasikan sebagi

norma teknis dan norma etis.

Norma teknis yakni keharusan menghimpun berita dengan cepat, keterampilan

menulis dan menyunting berita dan sebagainya. Norma etis yakni kewajiban kepada pembaca

serta nilai-nilai seperti tanggungjawab, sikap tidak memihak, sikap peduli, adil, objektif dan

lain-lain yang keseluruhannya harus tercermin dalam produk penulisannya (Kusumaningrat,

2006:115). Dari pasal-pasal Kode Etik Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (KEJ-

PWI) tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dalam Kode Etik Jurnalistik PWI telah tersirat

di dalamnya misi-misi dakwah serta peran jurnalis muslim sebagai pembaharu dan juga

pendidik masyarakat yang harus mengutamakan kebenaran, obyektivitas suatu informasi dan

tentunya ketaatan terhadap etika profesi. Di mana dalam penafsiran pasal 1 telah disebutkan

bahwa suatu profesi adalah pekerjaan tetap yang memiliki unsur-unsur antara lain:

� Himpunan pengetahuan dasar yang bersifat khusus.

� Terampil dalam menerapkannya.

� Tata cara pengujian yang obyektif.

� Kode etik serta lembaga pengawasan dan pelaksanaan penaatannya

(Arsip, PWI Cab. Jawa Tengah).

Dengan menaati Kode Etik Jurnalistik secara keseluruhan, secara tidak langsung

wartawan telah membuktikan tanggung jawab dirinya sebagai pembaharu, pemberi informasi,

dan pendidik umat. Disinilah letak keterkaitan dakwah dengan pentaatan wartawan terhadap

Kode Etik Jurnalistik, yakni ketika misi-misi amar ma’ruf nahi munkar (antara lain, pendidik

Page 77: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

umat, pemberi informasi, sehingga dengan informasi tersebut umat yang tidak tahu tentang

suatu pengetahuan menjadi tahu,dan dapat membedakan antara hal yang baik dan buruk) dan

dengan tujuan dasar untuk kemaslahatan umat yang tersirat dalam Kode Etik Jurnalistik

dilaksanakan oleh seorang jurnalis, secara tidak langsung telah melaksanakan visi-misi

dakwah.

Pengawasan pentaatan Kode Etik Jurnalistik pada wartawan anggota PWI Cabang

Jawa Tengah merupakan sepenuhnya hak organisasi dan dilaksanakan oleh Dewan

Kehormatan Daerah (DKD). Hal ini seperti yang tertuang pada pasal 17 KEJ-PWI. Anggota

DKD dipilih oleh kongres. Menurut Hendro Basuki, Ketua umum PWI Cabang Jawa Tengah

dan Pimpinan Redaksi Harian Suara Merdeka, wartawan merupakan profesi yang

keseluruhan kinerjanya diawasi oleh banyak orang dan dengan berbagai tahap pengawasan,

dari pengawasan redaksi sampai editor media, hingga pembaca secara keseluruhan.

“Untuk pengawasan pentaatan Kode Etik Jurnalistik secara langsung, PWI Cabang

Jawa Tengah memberikan kewenangan pada pimpinan media masing-masing, atau pimpinan

redaksi masing-masing media sebagai pelaksana lapangan dan segenap tim redaksi, di mana

didalamnya terdapat editor, korektor, dan lain-lain. Dengan tim tersebut karya dari setiap

wartawan akan melalui berbagai proses pengawasan sehingga akhirnya terbit sebagai hasil

karya jurnalistik yang merupakan produk media tersebut. Sampai saat ini ketaatan wartawan

anggota terhadap KEJ-PWI cukup baik, terbukti periode ini belum ada kasus pelanggaran

berat sehingga harus ditangani oleh DKD.” (Wawancara, Kantor Redaksi Harian Suara

Merdeka Lt.2, 30 Mei 2011).

Sedangkan apabila terdapat pelanggaran-pelanggaran dalam anggota PWI Cabang

Jawa Tengah, pihak organisasi PWI menyerahkan kepada Dewan Kehormatan Daerah

(DKD). Namun, sebelum diserahkan kepada DKD, biasanya terlebih dahulu diadakan

mediasi antar anggota organisasi setelah pihak intern media tidak dapat menyelesaikan

persoalan tersebut.

Page 78: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

“ Jika terdapat suatu pelanggaran, tindakan pertama dengan mediasi yang kemudian

akan diserahkan pada institusi yang lebih berwenang, yakni Dewan Kehormatan Daerah.

Sebelum sampai pada DKD, permasalahan diserahkan kepada masing-masing media untuk

mengatasinya terlebih dahulu, misalnya dengan menggunakan hak Jawab.”

“Dengan hak Jawab ini, media akan menyampaikan koreksi dan klarifikasi atas

kekeliruan dan kesalahan yang terjadi pada karya jurnalistik yang telah diterbitkan pada edisi

yang telah berlalu. Sedangkan standarisasi kepengawasan DKD terhadap ketaatan anggota

PWI yakni Kode Etik Jurnalistik PWI.” (Wawancara dengan Syamsul Huda, salah satu

pengurus PWI Cabang Jawa Tengah pada tanggal 18 mei 2011, di Kantor PWI Cabang Jawa

Tengah).

Untuk meningkatkan kualitas serta profesionalisme kerja wartawan anggota, PWI

Cabang Jawa Tengah lebih menekankan pada proses diterimanya calon wartawan sebagai

anggota organisasi, sehingga ketika seorang wartawan telah resmi menjadi anggota PWI, ia

telah benar-benar sebagai sosok wartawan yang profesional dan tentunya telah menguasai

Kode Etik Jurnalistik. Hal ini sangat berpengaruh pada kinerja dan profesionalisme

wartawan, sehingga sampai saat ini pelanggaran-pelanggaran wartawan anggota PWI Cabang

Jawa Tengah terhadap Kode Etik Jurnalistik dapat dikatakan rendah.

“Setiap wartawan yang akan menjadi anggota PWI harus melalui tahap Testing,

kemudian setelah lulus tahap ini, setiap wartawan harus mengikuti Diklat Jurnalistik Tingkat

Dasar, pada tahapan inilah calon wartawan mendapatkan pembekalan dan pendalaman materi

khususnya tentang Kode Etik Jurnalistik. Setelah melalui tahap ini, bagi wartawan yang

lulus,atau berhasil akan mendapatkan Surat sertifikasi atau semacam piagam dari PWI, dan

diangkat menjadi Anggota Muda.”

“Anggota Muda ini akan diangkat menjadi Anggota Biasa setelah berkarir sebagai

Anggota Muda selama 2 tahun, dan setelah dua tahun masa berkarir ini, wartawan Anggota

Muda berhak mengikuti Diklat Jurnalistik Tingkat Lanjut sebagai tahap peningkatan status.

Page 79: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Nah, setelah berhasil melalui tahap ini wartawan akan resmi diangkat menjadi Anggota

Biasa” (Wawancara dengan Syamsul Huda, 18 Mei 2011).

PWI sebagai organisasi wartawan senior (karena satu-satunya organisasi wartawan

yang berdiri di era Orde Lama), senantiasa berusaha menjalankan visi-misinya untuk

meningkatkan profesionalisme wartawan anggotanya. Hal ini diwujudkan antara lain dengan

menyelenggarakan Sekolah Jurnalistik untuk anggotanya yang telah berhasil mengikuti tahap

seleksi.

“Di samping mengadakan WorkShop-WorkShop jurnalistik, pelatihan-pelatihan

jurnalistik, PWI Cabang Jawa Tengah juga menyelenggarakan Sekolah Jurnalistik. Sekolah

ini diselenggarakan setiap 1 tahun, juga dengan masa pembelajaran 1 tahun dan pesertapun

terbatas karena dananya juga cukup mahal. Ya, karena Sekolah Jurnalistik ini memakai

kurikulum langsung standar dari UNESCO, dan tentunya ditempuh dengan nominal biaya

yang tidak murah.” (Wawancara, 18 Mei 2011).

Dalam penerapan Kode Etik Jurnalistik, yang hendak diingat oleh wartawan adalah

bahasa jurnalistik yaitu bahasa yang komunikatif dan spesifik sifatnya dalam membuat karya

jurnalistik. Mengingat pentingnya peran bahasa dalam penelitian berita, PWI merumuskan

sepuluh pedoman pemakaian bahasa untuk pers, yakni (Totok Djuroto, 2003:48):

1. Wartawan Indonesia hendaknya secara konsekuensi menaati pedoman

ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan.

2. Hendaknya membatasi pemakaian singkatan atau akronim, kalau

terpaksa dijelaskan kepanjangannya.

3. Setidaknya jangan menghilangkan imbuhan bentuk awalan atau

prefiks. Pemenggalan hanya boleh di kepala berita tetapi tidak boleh di

tubuh berita.

4. Hendaknya menulis dengan kalimat pendek; pengutaraan pikiran harus

logis teratur, lengkap dengan kata pokok, sebutan dan tujuan (subyek,

Page 80: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

predikat, obyek). Membuat kalimat dengan induk kalimat dan anak

kalimat dengan banyak kata memmbuat kalimat susah dipahami.

Ingatlah prinsip satu gagasan atau ide dalam satu kalimat.

5. Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau

stereotype yang sering dipakai dalam transisi berita, seperti kata “

sementara itu,.....”dapat ditambahkan, “perlu diketahui,.....”, ”dalam

rangka,.....”

6. Hendaknya menghilangkan kata mubazir

7. Jangan mencampuraduk bentuk aktif dan pasif

8. Menghindari penggunaan kata-kata asing. Bila terpaksa harus

dijelaskan maknanya.

9. Menaati kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia

10. Bahasa Jurnalistik adalah bahasa komunikatif dan spesifik.

3.4. Struktur Organisasi Persatuan Wartawan Indonesia Cabang Jawa Tengah

SUSUNAN PENGURUS PWI CABANG JAWA TENGAH

MASA BHAKTI 2009 - 2014

Ketua Hendro Basuki, SE, MM Harian Suara Merdeka

Wakil Ketua Bidang Organisasi Drs. Sosiawan Harian Wawasan

Wakil Ketua Bidang Pembelaan Wartawan Agus Fathuddin Yusuf, S.Ag Harian Suara Merdeka

Wakil Ketua Bidang Pendidikan Drs. Y.Eko Priyanto, MM RRI Semarang

Wakil Ketua Bidang Kesejahteraan Isdiyanto Harian Kedaulatan Rakyat

Sekretaris Drs. Jayanto Arus Adi Harian Wawasan

Wakil Sekretaris Ir. Bambang Tri Subeno Harian Suara Merdeka

Wakil Sekretaris Titik Widhayani TVRI Jawa Tengah

Bendahara Syamsul Huda,S.Sos Duta Masyarakat

Wakil Bendahara Mahmudah LKBN Antara

Page 81: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Wakil Bendahara Mustangin Ari Wibowo Harian Wawasan

Seksi-Seksi

1.Wartawan Olah Raga 1). Darjo Soyat, S.Sos Harian Suara Merdeka

2). Edi Tuhu Prasetyo Widodo Harian Wawasan

2.Organisasi 1). Achmad Ris Ediyanto, SH Harian Wawasan

2). Hernawan Wahyudono LKBN Antara

3. Wartawan Pendidikan 1). Sucito, S.Sos Harian Wawasan

2). Stefi Thenu, S.Sos Harian Suara Pembaruan

4. Wartawan Polkam 1). N. Djaka Saptana, Spd Harian Wawasan

2). Sukaryono Harian Kedaulatan Rakyat

5. Wartawan Hukum 1). Hermanto, SH, MH Harian Suara Merdeka

2). Budi Sutomo, SH Harian Wawasan

6. Wartawan Film & Budaya 1). Ari Wibowo Harian Wawasan

2). Udin Sairodji Harian Semarang

7. Wartawan Ekuin 1). Rahmat Sujianto, S.Sos Harian Bisnis Indonesia

2). Budi Surono, SE Harian Suara Merdeka

8. Wartawan Pariwisata 1). Sugayo Jawama, S.Sos Harian Semarang

2). Budi Hartono Harian Wawasan

9. Wartawan Media Elektronik & Radio 1). Triyoga Hedratmoko, ST TVRI Jawa Tengah

2). Damar Suniko U.G Trans 7

3). Drs. Harjanto Nugroho Basuki RRI Semarang

10. Wartawan Foto 1). Chandra Adi Nugroho Harian Kedaulatan Rakyat

2). Irwan Ariyanto Harian Suara Merdeka

11. Wartawan Kesejahteraan 1). Dani Tulasekat Harian Sinar Pagi

2). Sahesti Yuli Ambarwati Harian Wawasan

12. Wartawan Kerjasama Antar Lembaga 1). Imam Nuryanto, S.Sos Harian Suara Merdeka

2). Hendri Pelupessy, ST, MM Harian Koran Jakarta

(Sumber: Surat Keputusan Nomor :101-PGS/PP-PWI/2009)

3.5. Contoh Hasil Karya Jurnalistik Wartawan PWI Cabang Jawa Tengah

1. “Nelayan wadaslintang Usulkan Dermaga” (Suara Merdeka, 25/05/2011)

Page 82: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

2. “Eka Valentina Akhirnya Meningal” (Pembakaran Mobdin Kepala

Bapermas)” (Suara Merdeka, 25/05/2011)

3. “Penyandang Tunarungu dan Wicara Bentuk Paguyuban” (Suara Merdeka,

25/05/2011)

4. “Polres Pantau Gerakan NII” (Suara Merdeka, 26/05/2011)

5. “Polda Gelar Operasi Gabungan” (Suara Merdeka, 26/05/2011)

6. “Rumah Warga di Kedondong Terbakar” (Suara Merdeka, 26/05/2011)

7. “Kantor Panwas Dibobol, Rp 137 Juta Raib” (Suara Merdeka, 26/05/2011)

8. “Polisi Buat Sketsa Wajah Perampok ” (Suara Merdeka, 26/05/2011)

9. “Rp 8,7 M untuk Kegiatan Keagamaan” (Suara Merdeka, 26/05/2011)

10. “Dewan Sayangkan Ketidaksiapan Pemkab” (Suara Merdeka, 26/05/2011)

Page 83: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

BAB 1V

ANALISIS KETAATAN WARTAWAN ANGGOTA PWI

CABANG JAWA TENGAH PADA KODE ETIK JURNALISTIK

4.1. Ketaatan Wartawan Anggota PWI pada KEJ-PWI dalam Pemberitaan

Peneliti menentukan indikator-indikator ketaatan wartawan anggota PWI

Cabang Jawa Tengah, dengan memberikan deskripsi atau pemaparan di lapangan

atau objek penelitian yang telah disampaikan di bab 3, pada 3.3. tentang Ketaatan

Wartawan Anggota PWI terhadap Kode Etik Jurnalistik. Dalam pembahasan

tersebut penulis menjelaskan bahwa suatu indikator ketaatan wartawan

berdasarkan Al-qur’an ialah sesuai dengan apa yang tersebut dalam ayat-ayat

komunikasi antara lain, surat Al-hujurat :6, Al-hujurat :11, Annur :11 sampai 16,

dan lain-lain. ,.............Sedangkan untuk meneliti indikator lain pada ketaatan

wartawan anggota PWI Cabang Jawa Tengah terhadap Kode Etik Jurnalistik

(KEJ-PWI), peneliti mencoba menganalisis hasil karya jurnalistik anggota PWI

Cabang Jawa Tengah dengan menggunakan pendekatan Indeksikalitas.

Indeksikalitas yakni menghubungkan keterkaitan makna, pemilihan kata, dan

perilaku pada konteksnya. Indeksikalitas ini merupakan alat yang dipakai untuk

menganalisis data dalam penelitian kualitatif.

Fokus penelitian ini terletak pada ketaatan-ketaatan wartawan anggota

PWI Cabang Jawa Tengah pada kode etik jurnalistik sehingga peneliti melakukan

beberapa langkah dalam penelitian ini dengan, a) mencari data wartawan yang

menjadi anggota PWI Jawa Tengah, b) menetapkan kerangka kategori yang

relevan dengan tujuan penelitian, c) melakukan wawancara pada wartawan

anggota PWI Jawa Tengah yang termasuk dalam daftar wartawan-wartawan

Page 84: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

anggota PWI Jawa Tengah, d) menganalisa hasil karya tulis wartawan-wartawan

anggota PWI Jawa Tengah, e) mengungkapkan hasil temuan sebagai distribusi

menyeluruh.

Sebagian besar dan hampir seluruhnya anggota PWI Cabang Jawa Tengah

yang duduk dalam jajaran pengurus merupakan tokoh-tokoh senior pada masing-

masing medianya, sehingga produktivitas dalam menghasilkan karya jurnalistik

yang berbentuk berita pada umumnya beralih dari kesibukan menulis menjadi

kesibukan mengoreksi karya wartawan lain sebagai editor pada media masing-

masing.

Dengan demikian, dapat dibenarkan pendapat wartawan pengurus PWI

Cabang Jawa Tengah bahwa tanggung jawab serta pengawasan pentaatan kode

etik jurnalistik lebih ditekankan kepada pimpinan media masing-masing. Karena

dalam media masing-masing terdapat banyak pihak terkait yang terlibat dalam

mengoreksi hasil karya jurnalistik yang akan diterbitkan. Sehingga dengan

demikian tanggung jawab jurnalistik yang semula hanya terletak pada masing-

masing individu wartawan, kemudian pada tahap berikutnya beban tanggung

jawab akan meluas pada anggota media lain, misalnya editor, dan lain-lain.

Dikarenakan hal-hal demikian, seperti yang telah peneliti sampaikan,

maka peneliti mengambil contoh salah satu karya jurnalistik wartawan anggota,

baik anggota biasa ataupun anggota muda, karena menurut hemat peneliti, dengan

menganalisis karya dari wartawan seara acak, dalam arti tidak mempedulikan

status wartawan anggota biasa ataupun anggota muda, sama hal-nya dengan

menganalisis karya wartawan secara keseluruhan sebagai suatu kelompok

organisasi, karena anggota PWI yang bernaung dalam media yang berbeda-beda

dan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab dari media masing-masing.

Page 85: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Pada contoh hasil karya jurnalistik salah satu wartawan anggota PWI Cabang

Jawa Tengah yang peneliti lampirkan pada bab 3, dengan judul “Nelayan

Wadaslintang Usulkan Dermaga”, dan “Syihabuddin Tuding Ba’asyir Terlibat

Kerusuhan Temanggung” (Suara Merdeka, 25/05/2011).

“Nelayan Wadaslintang Usulkan Dermaga”

Wonosobo-Sebanyak 25 nelayan yang beroperasi di waduk Wadaslintang

mengusulkan ketersediaan dermaga. Disamping itu, mereka juga meminta

pemerintah menyediakan rambu-rambu danau dan pembuatan jalur perahu

hingga tepian karena pada musim kemarau kondisi air waduk terjadi

pendangkalan.

Hal itu mengemuka dalam kunjungan Dinas Perhubungan Informatika

dan Komunikasi (Dishubkominfo) Provinsi Jawa Tengah di Waduk Wadaslintang,

selasa siang (24/5). Dishubkominfo melakukan pemantauan terkait keselamatan

para nelayan Waduk Wadaslintang yang selama ini beroperasi mengangkut para

penumpang.

Dalam kesempatan tersebut Dishubkominfo Jateng diwakili Kepala

Bidang Angkutan Sungai Danau, penyeberangan dan perkeretaapian, Susetio SH

dan didampingi Kepala Dishubkominfo Wonosobo, Drs.Gatot Hermawan.

Gatot Hermawan mengemukakan sampai saat ini jalur transportasi waduk

dari Wadaslintang menuju desa Kemijing masih cukup padat. Setiap hari terdapat

25 perahu nelayan yang beroperasi dan setiap satu perahu mengangkut rata-rata

sebanyak 22 orang dengan toleransi penumpang sebesar 15 persen.

2. “Syihabuddin Tuding Ba’asyir Terlibat Kerusuhan Temanggung”

Semarang- Salah satu terdakwa kasus kerusuhan Temanggung, Syihabuddin,

menyebut banyak kelompok lain dari luar daerah yang berada di lokasi kejadian.

Diantaranya kelompok Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) pimpinan Abu Bakar

Ba’asyir.

Dalam sidang pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Negeri (PN)

Semarang, (24/5), Syihabuddin mengatakan massa yang berada di sekitar PN

Temanggung sebelum kerusuhan terjadi pada 8 februari lalu berjumlah ribuan.

Sedangkan orang-orang yang dibawanya hanya 50-an.

“Banyak sekali. Kalau dari Temanggung, saya kenal tokoh-tokohnya. Tapi

ini saya tidak tahu, hanya kenal dari bajunya,”katanya.

Syihabuddin menyebutkan beberapa organisasi yang dia kenali dari

atributnya, selain JAT, adalah Majlis Mujahidin Indonesia dan Gerakan Pemuda

Kabah (GPK). Syihabudin adalah Ketua Wilayah GPK Temanggung. Namun

dalam peristiwa itu, dia mengaku tidak menggerakkan orang-orang GPK.

Saya tahu JAT itu milik (Abu Bakar) Ba’asyir dan MMI kepunyaan Irfan

Awwas, tapi saya tidak pernah berhubungan dengan mereka,” katanya.

Massa yang ditengarai berasal dari luar Temanggung itu datang untuk

menyaksikan sidang kasus penistaan agama dengan terdakwa Antonius Richmond

Page 86: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Bawengan. Massa menjadi beringas begitu mengetahui terdakwa “hanya”

divonis lima tahun sesuai ancaman maksimal.

Menenangkan Massa

Menurut Syihabudin, pengunjung yang ada diluar gedung mulai

melempari ruang sidang dengan batu. Situasi semakin tak terkendali setelah ada

desas-desus salah satu kiai terkena peluru polisi.

“Massa sudah ricuh tapi belum sampai bakar-bakaran. Lalu saya dengar

ada kiai tertembak. Untuk memastikan, saya ke Polres Temanggung dan sempat

ditemui Kapolres sebentar. Katanya polisi akan bertanggungjawab jika ada yang

terluka,” ceritanya. Ketika Syihabuddin balik dari polres, pembakaran gereja dan

kendaraan sudah terjadi. Oleh karena itu, dia menolak dituding sebagai biang

kerusuhan.

Saya tidak pernah memerintahkan untuk rusuh, bahkan saya bersama

polisi mencoba menenangkan massa. Saya teriak-teriak dengan pengeras suara

tapi tidak didengar,” katanya dihadapan majlis hakim yang diketuai Edy

Tjahyono serta hakim anggota Dolman Sinaga dan Wiwik Suhartono.

Syihabudi juga menola disebut sebagai penyebar SMS bernada menghasut

untuk menyerbu PN Temanggung. Menurutnya SMS itu ditujukan kepada

jamaahnya untuk datang ke pengajian. Syihabudin tetap mengelak meski hakim

sudah mengingatkan bahwa pada SMS terdapat kalimat untuk datang ke PN

Temanggung.

Sidang kemarin hanya mengagendakan pemeriksaan terdakwa

Syihabudin, yang di dakwa dengan pasal 160 KUHP tentang Penghasutan.

Sementara 24 terdakwa lain baru menjalani sidang lanjutan Kamis (26/5) besok.

Sidang yang berlangsung tiga jam tersebut akan dilanjutkan Selasa (31/5) dengan

agenda pembacaan tuntutan.

Dari contoh berita pada nomer satu, dapat dianalisa bahwa wartawan

anggota PWI Cabang Jawa Tengah tersebut telah menerapkan Kode Etik

Jurnalistik, meskipun belum sepenuhnya. Penerapan KEJ-PWI yang telah sesuai

dapat terlihat pada paragraf 3 dan 4, yakni pemilihan kata dan penyusunan

kalimat telah tepat, serta menggunakan prinsip 5W 1H.

Dalam kesempatan tersebut Dishubkominfo Jateng diwakili Kepala

Bidang Angkutan Sungai Danau, penyeberangan dan perkeretaapian, Susetio SH

dan didampingi Kepala Dishubkominfo Wonosobo, Drs.Gatot Hermawan.

Gatot Hermawan mengemukakan sampai saat ini jalur transportasi waduk

dari Wadaslintang menuju desa Kemijing masih cukup padat. Setiap hari terdapat

Page 87: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

25 perahu nelayan yang beroperasi dan setiap satu perahu mengangkut rata-rata

sebanyak 22 orang dengan toleransi penumpang sebesar 15 persen.

Sedangkan pada paragraf 1 dan 2 terdapat pemilihan kata yang menurut

peneliti kurang ilmiah walaupun memberikan kesan lebih komunikatif. Hal ini

dapat diketahui dari ketepatan penggunaan bahasa seperti pemilihan kata,

penyusunan kalimat dan hubungan antar kalimat dalam suatu bentuk

penyusunannya, serta pemakaian hubungan antar kalimat dalam kategori

koherensi sebab akibat yang ditandai dengan kata penghubung “disamping itu”,

dan lain-lain.

“Nelayan Wadaslintang Usulkan Dermaga”

Wonosobo-Sebanyak 25 nelayan yang beroperasi di waduk Wadaslintang

mengusulkan ketersediaan dermaga. Disamping itu, mereka juga meminta

pemerintah menyediakan rambu-rambu danau dan pembuatan jalur perahu

hingga tepian karena pada musim kemarau kondisi air waduk terjadi

pendangkalan.

Hal itu mengemuka dalam kunjungan Dinas Perhubungan Informatika dan

Komunikasi (Dishubkominfo) Provinsi Jawa Tengah di Waduk Wadaslintang,

selasa siang (24/5). Dishubkominfo melakukan pemantauan terkait keselamatan

para nelayan Waduk Wadaslintang yang selama ini beroperasi mengangkut para

penumpang.

Dalam berita tersebut, bahasa yang dipakai cenderung kurang ilmiah

meskipun lebih komunikatif. Hal ini tampak pada penggunaan kalimat “tepian”,

juga pada kata “mengemuka”. Sedangkan susunan kalimat pada keseluruhan

tubuh berita tersebut telah tepat, yakni dengan susunan piramida terbalik yaitu

bagian penting dari berita ditampilkan terlebih dahulu atau ditampilkan di atas,

serta tidak mencampuradukkan antara opini dengan fakta. Hal ini telah sesuai,

seperti apa yang telah disebutkan dalam bab 3 pasal 5 KEJ-PWI tentang cara

pemberitaan. Pada penyusunan alinea juga telah tepat, bahwa surat kabar

mempunyai kecenderungan lebih memilih alinea pendek, agar mudah dibaca,

jelas, dan menarik secara tipografis.

Page 88: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Sedangkan pada contoh berita kedua, yang berjudul “Syihabudin Tuding

Ba’asyir Terlibat Kerusuhan Temanggung”, secara keseluruhan wartawan anggoa

PWI Jawa tengah tersebut telah menerapkan KEJ-PWI dalam karyanya. Hal ini

terlihat pada pemilihan kata pada judul, dan susunan kalimat dengan susunan

piramida terbalik serta tidak mencampuradukkan antara fakta dan opini. Meskipun

judul tidak singkat, namun cukup menarik pembaca, karena merupakan hal yang

penting tentang individu yang terlibat suatu kasus. Dalam hal ini, wartawan dalam

penulisannya harus mengedepankan asas praduga tak bersalah. Dalam tata cara

penulisan berita tentang hukum, PWI mempunyai pedoman tersendiri, yang

dituangkan dalam “Sepuluh Pedoman Penulisan Tentang Hukum”,

(Kusumaningrat, 2006: 316).

Dalam Pedoman 1 disebutkan bahwa “Pemberitaan mengenai seseorang

yang disangka/dituduh tersangkut dalam suatu perkara,hendaknya ditulis dan

disajikan dengan tetap menjunjung tinggi asas “praduga tak bersalah”

(presumption of innocence) serta Kode Etik Jurnalistik, khususnya ketentuan pasal

3 ayat (4) yang berbunyi: “Pemberitaan tentang jalannya pemeriksaan

pengadilan bersifat informasi dan yang berkenaan dengan seseorang yang

tersangkut dalam suatu perkara, dilakukan dengan penuh kebijaksanaan terutama

mengenai nama dan identitas yang bersangkutan”. Penerapan pedoman ini telah

dipraktikkan oleh wartawan anggota PWI Cabang Jawa Tengah tersebut. Hal ini

dapat dilihat dalam susunan beritanya yang lebih banyak menyebutkan hal-hal

yang dikatakan oleh terdakwa serta fakta yang ada dalam proses persidangan

tersebut. Pada pedoman 2 juga disebutkan bahwa pers boleh saja menyebut nama

tersangka, jika itu demi kepentingan umum. Tetapi dalam hal ini harus tetap

diperhatikan prinsip adil dan fairness yaitu dengan memberitakan kedua belah

Page 89: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

pihak atau cover both side. Hal ini terlihat pada judul, dan beberapa kalimat dan

keterangan dalam isi berita.

Pada contoh berita lainnya yang berjudul “Rumah Warga di Kedondong

Terbakar” dalam Harian Suara Merdeka, edisi kamis,26 mei 2011. Berikut

lampiran beritanya:

1. Rumah Warga di Kedondong Terbakar

Demak- Rumah warga di Desa Kedondong Kecamatan Kota Demak,

terbakar Selasa sekitar 18.30. Rumah yang terbakar milik Jafar (45) dan Nur

Hadi (50) warga RT 6 RW 01. Kebakaran itu, diduga berasal dari aktivitas

menambal ban yang dilakukan Jafar petang itu.

Korban yang sehari-hari merupakan tukang tambal ban, sedang

menambal ban sepeda angin. Lantaran keseharian, sudah terbiasa menambal

dirinya tak berpikir api yang dipakai untuk memanaskan ban bocor akan menjadi

penyebab musibah kebakaran. “Namun nahas, api yang dipakai memanasi ban

itu tanpa disadari merambat ke arah botol berisi bensin. Hingga kemudian

membakar rumah korban,” papar Kahar, salah seorang warga kemarin.

Diceritakan sebelum api membakar dinding, terdengar suara letupan disusul

botol bensin pecah berantakan. Setelah itu, api berkobar berkobar merambat

kemana-mana. Rumah yang terbuat dari kayu seluas sekitar 100m2 itu, ludes

terbakar. Tak ada korban dalam musibah itu, karena Jafar dan keluarga sudah

keluar rumah. Namun karena api berkobar terlalu cepat, tak ada harta benda

yang bisa diselamatkan.

Menumpang

Api tak sebatas membakar rumah Jafar, tetapi juga rumah Nur hadi, yang

berada di samping kanan. Warga, yang berupaya memadamkan api tak bisa

berbuat apapun meski berjuang keras. Mereka, bahkan sudah menyemprot api

dengan air yang diambilkan dari sumur terdekat namun tak mampu memadamkan

api. Rumah milik kedua korban akhirnya ludes.

Pemilik rumah yang masih tampak syok. Mereka juga mengaku

mengalami kerugian puluhan juta rupiah lantaran peristiwa itu. Untuk sementara

waktu, mereka akan menumpang di rumah kerabat korban terdekat.

2. Pengusaha Inginkan Iklim Kondusif

Demak- Para pengusaha maupun investor menginginkan Kabupaten Demak

dalam kondisis aman dan nyaman. Kondusifitas wilayah diperlukan untuk

memaksimalkan usaha sehingga berdampak terhadap meningkatnya

kesejahteraan warga Kota Wali.

“Jika Demak dalam kondisi kondusif, pasti banyak investor yang masuk.

Dan pengusaha yang sudah menjalankan bisnis di Demakpun akan merasa

nyaman, pengangguran kian berkurang,” kata Ketua Paguyuban Pengusaha

Demak, Ikhsan Hidayat. Dalam acara temu pengusaha dan investor Demak di

Hotel Grand Candi Semarang, Selasa (24/5).

Acara tersebut dihadiri Bupati Tafata Zani, Wabup Dachirin Said, Ketua

DPRD H Muklasin Daenuri, Kapolres AKBP Sigit Widodo, muspida serta para

Page 90: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

pemilik pabrik yang beroperasi di Demak Kota Karanganyar, Karangtengah,

Sayung, Karangawen hingga Mranggen. Ikhsan Hidayat berkesempatan

menyerahkan tokoh wayang kulit Bimasena kepada Bupati Tafta Zani. Bupati

Tafta menyampaikan, menciptakan kondusifitas wilayah dan birokrasi bersih

memang menjadi prioritasnya. Ia pun akan selalu berkoordinasi dengan muspida.

Pada contoh berita nomer satu, dapat dianalisa bahwa dalam mengemas

berita, wartawan tersebut tidak memakai susunan kalimat piramida terbalik. Hal

ini dapat terlihat dalam susunan kalimat pada judul dan juga pada keseluruhan

tubuh berita. Menurut hemat peneliti, suatu hal dapat dikatakan sebagai berita

yang baik apabila dapat mengambil sisi unik dalam suatu peristiwa yang telah

diliput tersebut. Dapat dicontohkan dalam suatu kalimat apabila ada “Seekor

Singa menggigit manusia”, belum dapat dikatakan suatu berita yang baik dan

menarik, namun jika “Manusia Menggigit Seekor Singa” itulah sisi unik berita.

Pada kalimat judul dalam berita tersebut, wartawan tidak menampilkan sisi

keunikan peristiwa sehingga berita terkesan datar, tidak ada klimaks yang dapat

menarik pembaca.

Dalam tubuh atau isi berita, disebutkan bahwa “korban adalah penambal

ban yang terbiasa dengan kegiatan memanaskan ban”, secara logis, hal yang telah

terbiasa dilakukan akan melatih seseorang menjadi pribadi yang profesional dalam

pekerjaannya dan tentunya dapat menghindarkan hal-hal yang yang tidak

diinginkan. Dengan pola pikir demikian, maka menurut peneliti, judul berita

tersebut kurang menarik dan kurang spesifik. Hal ini terlihat pada pemilihan kata

“Rumah warga kedondong”. Kata ini masih sangat umum karena secara logis,

warga kedondong tidaklah jumlah warga yang sedikit, dan tentunya dalam

masing-masing warganya mempunyai karakteristik dan ciri-ciri tertentu yang

berbeda-beda, sebagai contoh adalah ciri profesi penambal ban. Tidak semua

warga Desa Kedondong adalah penambal ban yang rumahnya juga terbakar.

Page 91: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Sedangkan dari sisi pemilihan kata, masih terdapat kata-kata yang menurut

peneliti kurang tepat dan terlalu berbelit-belit. Hal ini terlihat pada pemilihan kata

pada paragraf kedua, pada susunan kalimat lantaran keseharian, sudah terbiasa

menambal dirinya tak berpikir api yang dipakai untuk memanaskan ban bocor

akan menjadi penyebab musibah kebakaran.

Pada pemilihan kata tersebut, menurut hemat peneliti kurang tepat karena

tanda baca koma pada kata lantaran keseharian, sehingga dapat menimbulkan

kesalahpahaman pada pemabaca. Kalimat yang seharusnya dipahami sebagai hal

yang karena sudah terbiasa, korban tidak berpikir bahwa hal tersebut akan

menjadi penyebab musibah, tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan

kesalahpahaman bahwa korban terbiasa menambal dirinya, bukan menambal

Ban.

Menurut hemat peneliti, pada bagian kalimat setelah kata menambal

sebaiknya diberi tanda baca koma, dan kata dirinya diganti dengan korban, hal ini

menurut hemat peneliti akan lebih tepat, sehingga sususnan kalimat akan lebih

dipahami oleh pembaca. Kurang tepatnya wartawan tersebut dalam menyusun

kalimat yang lengkap juga terlihat pada paragraf terakhir. Pada penggalan kalimat

“Pemilik rumah yang masih tampak syok. Mereka juga mengaku mengalami

kerugian puluhan juta rupiah lantaran peristiwa itu”. Pada kalimat pertama,

penyusunan kalimat tidak sempurna sehingga tidak efektif. Kalimat tersebut

hanya terdiri dari unsur subjek, predikat, namun tiadak dilengkapi dengan objek

dan keterangan.

Secara umum kata “yang” menunjukkan fungsi kata sebelumnya dan

sebagai keterangan kata tersebut. Namun, pada kalimat tersebut tidak dilengkapi

keterangan, sehingga kalimat tidak dapat dipahami secara sempurna. “Pemilik

Page 92: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

rumah yang masih tampak syok.”, kalimat ini seharusnya masih harus

mendapatkan keterangan yang menjelaskan kelengkapan kaliamt tersebut. Dengan

kalimat tidak lengkap tesebut, pembaca masih membutuhkan jawaban sehingga

pemikirannya tidak menggantung, dengan kata lain pembaca bisa dengan mudah

berpendapat “dengan keadaan tampak syok tersebut kemudian apa yang terjadi”

Pada contoh berita kedua, dengan judul “Pengusaha Inginkan Iklim

Kondusif”, wartawan anggota PWI tersebut secara garis besar telah menerapkan

KEJ-PWI. Hal ini terlihat pada pemilihan kata, susunan kalimat yang telah

mengandung unsur 5W 1H meskipun terdapat sedikit kekurangan. Menurut

peneliti, ada hal yang kurang tepat dalam susunan kalimat pada paragraf terakhir.

Di mana dalam paragraf tersebut, disebutkan bahwa “Bupati berkesempatan untuk

menyerahkan tokoh wayang kulit,....”. Pemilihan kata pada susunan kalimat ini

kurang tepat, pemilihan kata kurang spesifik, sehingga pembaca belum

sepenuhnya dapat memahami apa yang dimaksud oleh wartawan.

Pada kata menyerahkan tokoh wayang, secara umum, pembaca tidak dapat

memahami secara langsung apa yang dimaksud dengan menyerahkan tokoh

wayang, karena kata “Tokoh Wayang” tersebut mempunyai banyak tafsiran,

apakah yang diserahkan itu berupa replika tokoh wayang, boneka tokoh wayang,

atau lukisan tokoh wayang juga belum dapat dipahami oleh pembaca. Hal ini

mungkin hanya suatu kelalaian wartawan, yang dapat menimbulkan multi tafsir.

Meskipun tidak menimbulkan fitnah karena tidak menyangkut penyebutan nama

suatu lembaga atau individu tertentu.

4.2. Analisis Ketaatan Wartawan PWI Cabang Jawa Tengah pada KEJ-PWI

Page 93: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Menurut hasil wawancara dengan ketua PWI sekaligus pimpinan redaksi

Harian Suara Merdeka, Hendro Basuki, bahwa ketaatan wartawan anggota PWI

Cabang Jawa Tengah selama ini cukup baik. Hal ini dapat terlihat pada tingkat

pelanggaran selama ini, bahwa belum ada kasus yang tergolong besar sehingga

penyelesaian dari pihak internal masing-masing media telah cukup untuk

menyelesaikannya. Meskipun tidak ada catatan atau data riil berapa kasus

pelanggaran terhadap KEJ-PWI yang pernah terjadi di PWI Cabang Jawa Tengah,

namun menurut ketua Dewan pengurus PWI, hal ini masih tergolong ringan

karena dapat diatasi oleh pihak intern media dan tidak melibatkan pihak ekstern

media atau bahkan sampai pada Dewan Kehormatan Daerah. Adapun kasus-kasus

pelanggaran yang pernah terjadi hanya sebatas pada hal-hal bersifat tata tulis, dan

dapat diselesaikan dengan mengklarifikasi berita yang telah diterbitkan pada edisi

berikutnya.

Dalam upaya meningkatkan profesionalisme wartawan anggotanya PWI

Cabang Jawa Tengah menyelenggarakan berbagai macam kegiatan berpola

pendidikan seperti Work Shop Jurnalistik, Seminar-seminar, dan juga Sekolah

Jurnalistik. Hal ini merupakan perwujudan dari kesungguhan PWI dalam

menjalankan visi-misinya. Menurut Pius M Dahlan, ketaatan dapat diartikan

dengan kepatuhan dan ketundukan. Suatu ketaatan atau kepatuhan mengandung

peran kepercayaan yang penuh dalam menjalankan isi kepatuhan tersebut. Hal ini

menurut peneliti sesuai dengan definisi iman dalam Islam. Rasulullah Saw,

menyebutkan bahwa iman ialah mempercayai dalam hati, mengamalkan dengan

perbuatan, dan berikrar dengan lisan. Hal ini sangat sesuai seperti apa yang

menjadi tuntutan dari wartawan anggota PWI Cabang Jawa Tengah.

Page 94: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Suatu kepatuhan dalam konteks patuh terhadap Kode Etik Jurnalistik

menurut peneliti juga mempunyai titik kesamaan dengan ketaatan, kepatuhan, dan

ketundukan dalam iman, hanya terdapat penambahan pada praktik jurnalisme-nya

yang harus terikat oleh tata bahasa dan ejaan yang telah disempurnakan. Letak

kesamaan tersebut dapat terlihat dalam beberapa pasal KEJ-PWI, antara lain

terdapat dalam pasal 1 Kode Etik Jurnalistik, yaitu “Wartawan beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa pancasila taat Undang-

Undang Dasar Negara RI, kesatria, bersikap independen serta terpercaya dalam

mengemban profesinya.” Senada dengan firman Allah SWT dalam surat Annisa

ayat 59:

$pκ š‰r' ‾≈tƒ tÏ% ©!$# (#þθ ãΨ tΒ#u (#θãè‹ÏÛr& ©! $# (#θ ãè‹ÏÛ r& uρ tΑθ ß™§�9 $# ’ Í< 'ρé&uρ Í÷ö∆ F{$# óΟä3Ζ ÏΒ ( β Î* sù ÷Λä ôãt“≈uΖs?

’ Îû & ó x« çνρ–Š ã�sù ’n< Î) «!$# ÉΑθß™ §�9 $#uρ βÎ) ÷Λ äΨä. tβθ ãΖÏΒ ÷σ è? «! $$Î/ ÏΘ öθ u‹ø9 $#uρ Ì�ÅzFψ $# 4 y7Ï9≡sŒ ×�ö�yz

ß|¡ ômr& uρ ¸ξƒÍρù' s? ∩∈∪

59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat

tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.

yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.( Qs: Annisa’:

59 ).

Manusia sebagai mahluk Allah yang dikaruniai akal, tidaklah menjamin

bahwa manusia akan selamanya benar dan tepat dalam segala sikap dan

tindakannya, maka tepatlah Rasulullah yang telah memberikan tuntunan kepada

umatnya bahwa kelalaian manusia adalah suatu kemakluman namun hendaklah

Page 95: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

suatu kelalaian tersebut segera diikuti dengan melakukan perbuatan-perbuatan

baik. Sabda Rasullah Saw:

T_ ذر ZNSب KNS @Tدة واZRA OT اKCV @LWXYذ QRS @T رOP اA KLMNA F@ رHIل اABCDE F@ ا

`YKaو KMbLc dNebYا dfgeYا hRcوا iNآ KLkgىW @eW `DmT سKNYي( اpVXqYا rروا Fا `cا

“ Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dari abu Abdurrahman Muadz bin

Jabbal RA, dari Rosulullah SAW, beliau bersabda “Takutlah kamu kepada Allah

dimanapun kamu berada dan iringilah keburukan dengan kebaikan. Maka

keburukan itu akan terhapus oleh kebaikan. Bergaullah kamu dengan sesama

manusia dengan budi pekerti yang baik.”

(HR.Turmudzi). (Asrori:33).

Dalam pasal 10 Kode Etik Jurnalistik PWI telah disebutkan bahwa

wartawan hendaknya ketika menyadari suatu kelalaian maka segeralah melakukan

suatu klarifikasi dengan menggunakan hak jawab, yakni “Wartawan dengan

kesadaran sendiri secepatnya mencabut atau meralat setiap pemberitaan yang

tidak akurat dengan disertai permintaan maaf, dan memberi kesempatan hak

jawab secara proporsional kepada sumber atau obyek berita”. Hal ini sesuai

dengan sabda Rasulullah tersebut di atas, bahwa hendaknya manusia dalam

kesehariannya membiasakan untuk senantiasa menjadi pribadi yang rendah hati

dan tidak segan untuk memohon maaf atas kesalahan dan kelalaian yang telah

dilakukan. Misi-misi dakwah secara global telah tersirat dalam KEJ-PWI, seperti

dakwah bilhikmah, bahwa suatu informasi hendaknya disampaikan dengan baik

dan bijaksana.

Kata “hikmah” mempunyai banyak makna, diantaranya ialah menurut

tafsir Al-Maraghi, hikmah mengandung arti perkataan yang tepat, tegas dan benar

disertai dengan dalil yang dapat menyingkap kebenaran dan melenyapkan

Page 96: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

keserupaan. Fahruddin al-Razi berpendapat bahwa hikmah adalah dalil qoth’i

yang bermanfaat untuk aqidah yang meyakinkan. Sedangkan menurut Ibnu Jarir

yang dimaksud dengan hikmah ialah AlQur’an dan Sunnah.

Menurut Sayyid Quthub, “hikmah” adalah tindakan dengan melihat situasi

dan kondisi obyek dakwah serta tingkat kecerdasan penerima dakwah,

memperhatikan kadar materi dakwah yang disampaikan kepada mereka, sehingga

mereka tidak merasa terbebani terhadap perintah agama atau materi tersebut.

Sedangkan Syaikh Muhammad Abduh merumuskan hikmah sebagai ilmu yang

shahih, yang menjadi sifat yang bijak di dalam jiwa dan yang menguasai kemauan

sekaligus mengarahkannya pada amal perbuatan. Apabila suatu amal lahir dari

ilmu yang benar, maka perbuatan itu merupakan perbuatan baik dan bermanfaat

yang membawa kepada kebahagiaan. Dengan pendapat-pendapat tersebut diatas,

dapat disimpulkan bahwa hikmah mengandung tiga unsur yang saling terkait.

Pertama, unsur ilmu, yakni ilmu yang shahih, yang dapat memisahkan

antara yang haq dan yang bathil, serta ilmu tentang rahasia, faedah, dan seluk-

beluk sesuatu. Kedua, unsur jiwa, yaitu menyatunya ilmu tersebut ke dalam jiwa

Ahlu-hikmah, sehingga ilmu tersebut mendarah-daging dengan sendirinya. Ketiga,

unsur amal perbuatan yaitu ilmu pengetahuan yang menyatu ke dalam jiwa

tersebut mampu memotivasi dirinya untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian,

dakwah Bilhikmah mempunyai arti kemampuan seorang da’i dalam melaksanakan

dakwah dengan tepat yang didukung oleh wawasan ilmu pengetahuan yang

dimiliki. Dalam bahasa Indonesia, kata hikmah lazim diterjemahkan dengan istilah

“kebijaksanaan” (Pimay, 2005: 57). Kebijaksanaan dalam bertindak

menyampaikan risalah-risalah keislaman yang merupakan hasil dari pemikiran

Page 97: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

matang yang telah disesuaikan dengan keadaan serta kondisi di mana suatu

tindakan tersebut akan dilaksanakan atau disampaikan.

PWI Cabang Jawa Tengah dalam menjaga kredibilitas wartawan

anggotanya serta mengawasi pentaatan anggota terhadap KEJ-PWI

mempercayakan pelaksanaannya pada Dewan Kehormatan Daerah (DKD).

Pemberian nama Dewan Kehormatan Daerah, hal ini bukanlah pemberian secara

sembarangan. Pemilihan nama kehormatan, menurut peneliti memberikan isyarat

bahwa PWI menjadikan etika sebagai sesuatu landasan tindakan yang harus

dipentingkan dan menjadi suatu keutamaan dalam integritas kepribadian seorang

wartawan.

Pemilihan kata kehormatan dalam nama Dewan Kehormatan Daerah,

adalah suatu hal yang mencerminkan kemulyaan, di mana kehormatan merupakan

sesuatu yang sangat penting dan sebagai suatu strata, level atau kelas dari standar

hidup yang dicari manusia dalam hidupnya yang menjadi bagian dari kehidupan

masyarakat pada umumnya. Peran Dewan Kehormatan Daerah selama ini

nampaknya cukup berarti bagi keberadaan PWI Cabang Jawa Tengah, sehingga

pengawasan pentaatan KEJ-PWI cukup baik dan tingkat pelanggaran cenderung

rendah. Berkaitan dengan fenomena yang peneliti fokuskan dalam penelitian ini,

antara lain fenomena wartawan “amplop”, wartawan “bodrek”, dan sejenisnya,

sebenarnya menurut peneliti hal ini dapat dikembalikan pada media masing-

masing.

Jika media tempat bernaung wartawan dapat memberikan gaji atau upah

yang cukup atau sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional) atau bahkan

dapat melebihi, maka menurut hemat peneliti persoalan ini akan sedikit

berkurang. Meskipun hal itu tidak menjamin sepenuhnya, karena fenomena

Page 98: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

tersebut berkaitan dengan etika kewartawanan. Sedangkan permasalahan etika

adalah permasalahan kepribadian yang telah menyatu dalam tindakan keseharian,

dan tindakan keseharian berkaitan dengan keadaan iman dan takwa seseorang

dalam mematuhi aturan yang berlaku. Berkaitan fenomena ini, Pasal 4 KEJ-PWI

dengan jelas telah menyebutkan bahwa “Wartawan Indonesia tidak menerima

imbalan untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan berita, tulisan atau gambar,

yang dapat menguntungkan atau merugikan seseorang atau sesuatu pihak”.

Pengawasan pentaatan terhadap KEJ-PWI sesungguhya adalah pada diri

sendiri seorang individu wartawan tersebut, karena pada tindakan-tindakan yang

secara terus menerus dan spontan tersebut adalah cermin dari apa yang di

namakan etika. Etika sebagai landasan dalam bertindak memiliki peran yang amat

penting dalam islam. Akhlak dalam istilah keislaman, sebenarnya merupakan

esensi dari apa yang dinamakan dengan etika dalam istilah umum. Rasullah

menempatkan akhlaq sebagai suatu kemulyaan yang sangat berkaitan dengan

keadaan iman seseorang, beliau pernah bersabda tentang hal ini:

اآE1اC;1D; اAB-@? <=>; روا8 ا5.672ى ا012ء.-,+

“Orang mukmin yang sempurna ialah orang yang senantiasa memperbaiki

akhlaknya”( HR: Atturmudziy). Dalam hadits lain juga dijelaskan:

?=A. 8اا2-;س روا H,=I J=KD ان Mرك وآ6هPQ RS ك;B ;. ?TUو ا V=W2ا +AB 6X2ا

“Suatu kebaikan adalah akhlak yang mulia, sementara yang jahat adalah

apa yang membuatmu tidak senang didalam hatimu dan kamu takut bahwa

persoalan ini diketahui oleh orang lain.”( HR:Muslim).

Akhlak merupakan nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa,

yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya

Page 99: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

benar atau buruk, untuk kemudian melakukan atau meninggalkannya (Asmaran,

1994:3). Menurut Imam Ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa

yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan (Rahmat, 1996: 27). Sesuai dengan misi dakwah

Rosulullah yang dijelaskan dalam sabdanya:

Y>Uرم ا;[. ?1\U M]^_ ;1Cقا

Artinya: “Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak.”

Hadits ini selaras dengan perkataan istri beliau yang menyebutkan bahwa

akhlaq Rasulullah adalah Alqur’an, sehingga Rasululllah saw, mendapat julukan

sebagai AlQur’an berjalan. Disebutkan pula dalam Alqur’an surat Al-Ahzab ayat

21, yang artinya “Sungguh, telah ada pada diri Rosulullah saw, suri tauladan

yang baik bagimu, yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap

(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat

Allah.”(QS: Al-Ahzab:21).

Hal ini sesuai dengan perilaku yang Rosulullah contohkan dalam

keseharian beliau, bahwa dalam bertutur kata, bertingkah laku ataupun bersikap

hendaknya berperilaku santun. Bahkan dalam mencontohkan tata tulis-pun

Rosulullah memberikan contoh yang santun. Hal ini dapat dari surat-surat yang

beliau kirimkan pada beberapa raja pada zamannnya, seperti pada kepala suku

kabilah Arab, penguasa Yamamah di Jazirah Arab, yakni surat-surat beliau selalu

diawali dengan menyebut keagungan Asma Allah, berupa kalimat Basmalah,

salam dengan isi yang jelas, tegas, dan ditutup dengan kalimat Tahmid (Suf

kasman, 2004:179).

Page 100: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Ketaatan wartawan pada Kode Etik Jurnalistik sebagai pemberi informasi

bagi masyarakat, secara ringkasnya hanya berprinsip pada kebenaran, sesuai

tuntunan Alquran bahwa informasi yang diberikan haruslah dengan Qoulan

Sadiidan yakni perkataan atau dapat diartikan sebagai berita atau informasi yang

sudah jelas kebenarannya. Namun, prinsip kebenaran saja tidaklah lengkap dalam

dunia etika, maka harus disampaikan dengan baik, santun, serta

mempertimbangkan situasi dan kondisi yang tepat, agar terhindar dari

kesalahpahaman informasi. Kode Etik Jurnalistik PWI secara tersirat telah

mengandung prisip-prinsip kebenaran dan etika tersebut, maka dengan ketaatan

wartawan anggotanya dapt diartikan bahwa PWI merupakan organisasi yang juga

telah menjalankan misi-misi keislaman bahkan tersirat misi dakwah bil-hikmah di

dalamnya.

Page 101: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan
Page 102: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Dari pemaparan serta analisis yang telah penulis sampaikan, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa:

1. Pemahaman serta penguasaan wartawan anggota PWI cabang Jawa Tengah terhadap

Kode Etik Jurnalistik dapat dikategorikan baik. Hal ini mengacu pada penilaian

Dewan Pers bahwa secara umum wartawan Indonesia sekitar 80% tidak paham

bahkan belum membaca Kode Etik Jurnalistik baik dari PWI maupun dari Dewan

Pers. Keadaan ini didukung oleh banyaknya wartawan yang tidak bernaung pada

media massa tertentu, sehingga lahir istilah ”Wartawan Tanpa Surat Kabar (WTS)”,

Wartawan Amplop, dan lain-lain, sehingga tidak ada pertanggungjawaban terhadap

kinerjanya. Tingkat pelanggaran terhadap KEJ dalam anggota PWI Cabang Jawa

Tengah selama ini dikategorikan rendah, problematika pelanggaran dapat diselesaikan

intern media, sehingga sampai diatasi oleh Dewan Kehormatan Daerah.

2. Praktik serta implementasi KEJ-PWI wartawan anggota PWI Cabang Jawa Tengah

sangat beragam ciri khas bahasa tulisannya. Hal ini dikarenakan masing-masing

media mempunyai ciri khas bahasa tulisan pada masing-masing karya jurnalistiknya.

Meskipun demikian beragam, namun titik terpenting adalah sesuai dengan apa yang

telah dituangkan dalam Kode Etik Jurnalistik. Sedangkan praktik pengawasan

langsung pada karya jurnalistik dilaksanakan oleh masing-masing pimpinan media.

Page 103: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

5.2. Saran-Saran

1. Profesionalisme wartawan tidak hanya menyangkut keterampilan serta

keahlian meramu bahan informasi, melainkan juga kemampuan serta

penguasaan Kode Etik Jurnalistik disertai kesetiaan dan keikhlasan

melaksanakannya secara konsekuen dan konsisten. Maka sudah sepantasnya

bagi setiap wartawan untuk melaksanakan etika, diterapkan dalam sikap

keseharian dan terlebih pada pelaksanaan tugas-tugas kewartawanan, sehingga

profesionalitas jurnalis menyatu dalam integritas kepribadian.

2. Meskipun PWI Cabang Jawa Tengah mempunyai lembaga tersendiri dalam

pengawasan pentaatan KEJ-PWI yakni Dewan Kehormatan Daerah, namun

sebagai organisasi wartawan yang cukup berbobot dan senior hendaknya lebih

memperhatikan aspek religiusitas anggota. Hal ini dikarenakan PWI Cabang

Jawa Tengah merupakan organisasi wartawan yang hidup dilingkungan Jawa

Tengah yang berpenduduk mayoritas muslim dan khususnya mempunyai adat

santri.

3. Dalam setiap pemberitaan sudah semestinya melalui proses koreksi pada

editor, namun terkadang masih juga pemberitaan kurang tepat. Maka, sudah

selayaknya bagi setiap media dan organisasi kewartawanan khususnya PWI

untuk senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat akan citra media dan

organisasi dengan kecermatan pemberitaan.

4. Secara keseluruhan, wartawan Indonesia tidak sedikit yang tidak terdaftar

dalam organisasi kewartawanan, maka PWI, khususnya Cabang Jawa Tengah

sebagai organisasi wartawan yang cukup tua, alangkah baiknya jika lebih

banyak menghimbau wartawan-wartawan pemula untuk ikuserta bergabung

dalam keanggotaannya, untukk dibina menjadi lebih profesional.

Page 104: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

5.3. Penutup

Demikianlah penyusunan karya kecil ini, peneliti sadar masih terdapat anyak

kekurangan dan kekeliruan didalamnya, namun peneliti hanyalah manusia biasa yang

mempunyai keterbatasan kemampuan, untuk itu kritik dan saran konstruktif peneliti harapkan

demi kebaikan dimasa datang.

Page 105: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Syamsul Munir, Ilmu Dakwah, Hamzah, Jakarta, 2009.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka

Cipta, Jakarta, 2002.

Ardianti, Fitria Annisa, “Muatan Dakwah Dalam Filim Syahadat Cinta”,Skripsi,

2009.

Baghir,Muhammad, AlGhozali Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Terjemah Ihya’

Ulumuddin, Karisma, Bandung, 2005.

Depag, RI,2002. Al-Quran Terjemah, Al-Kamil, Darus Sunnah, Jakarta, 2002.

Effendy, Onong Uchjana, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis,

Bandung, Rosda Karya,1992.

Hasan, Hafizd Mas’udy, Taysiirul Khollaq, Nubhan, Surabaya,1996.

Kasman, Suf, Jurnalisme Universal Menelusuri Prinsip-Prinsip Dakwah

Bilqalam, Teraju, Jakarta, 2004.

Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Kencana Prenada Media

Group, Jakarta, 2006.

Kusumaningrat, Hikmat & Purnama, Jurnalistik Teori Dan Praktik, Remaja

Rosda karya, Bandung, 2006.

Lembaga Studi Agama Dan Pembangunan, Di Balik Sukses Para Penulis Muslim,

Semarang,

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosda

Karya, 2004.

Miyanto, Duwi, “Implementasi Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia Dalam

Pemberitaan masalah-masalah agama Islam”, Skripsi, 2007.

Nurudin, Komunikasi Propaganda, Rosda karya, Bandung, 2001.

Partanto & Albarry, Pius dan Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya,

1994.

Prayitno, AM, Mari Berpidato, Sarana Ilmu, Surabaya, 2005.

Pius M, Dahlan, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, 2005.

Page 106: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

Pimay, Awaluddin, Paradigma Dakwah Humanis, Rasail, Semarang, 2005.

Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, Rosda Karya, Bandung,

2005.

Riyanto, Adi, Metodologi Penelitian sosial, Granit, Jakarta, 2005.

Siebert, Fred, Empat Teori Pers, PT. Intermasa, Jakarta, 2005.

Siregar, Ashadi, Etika Komunikasi, Pustaka Publisher, Yogyakarta, 2006.

Sobour, Alex, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik, Dan Analisis Framing, Rosda Karya, Bandung,

Yunus, Mahmud, Kamus Arab-Indonesia, Mahmud Yunus Wadzurriyyatih,

Jakarta, 1989.

http://www.kodeetikjurnalistikpwi.com/articles.2005.

Page 107: ANALISIS DAKWAH TERHADAP KETAATAN WARTAWAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/100/jtptiain-gdl... · iii pengesahan skripsi analisis dakwah terhadap ketaatan wartawan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : Hani’ Muwarisal Haq

NAMA AYAH : H.M. Mahmudi

NAMA IBU : Zinatul Muttaqiyah

TTL : Magelang, 6 Desember 1986

ALAMAT : Mranggen, Selomoyo, Kaliangkrik, Magelang 56153

PENDIDIKAN : 1. MI Kaliangkrik

2. MTsN Kaliangkrik

3. MA Al Muayyad Mangkuyudan Surakarta

4. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah

IAIN Walisongo Semarang (2006)

Semarang, 28 Juni 2011

Hani’ Muwarisal Haq