Teknik Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit
-
Upload
boy-presley -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of Teknik Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit
-
7/22/2019 Teknik Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit
1/5
TEKNIK PENGOMPOSAN TANDAN
KOSONG KELAPA SAWIT
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack.) berasal dari Nigeria. Meskipun demikian, ada
yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebihbanyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada
kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia,
Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektaryang lebih tinggi (Fauzi et al., 2002).
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial belanda padatahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritus dan
Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dandibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di
Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit diAfrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan
kelapa sawit di Indonesia. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai timur Sumatera
(Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha. Indonesia mulai mengeksporminyak sawit pada tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara Eropa (Fauzi et al., 2002)
Pada umumnya kelapa sawit tumbuh rata-rata 20 25 tahun. Pada 3 tahun pertama disebutsebagai kelapa sawit muda, karena pada umur tersebut pohon kelapa sawit belum menghasilkan
buah. Pohon kelapa sawit akan mulai berbuah pada umur 4 sampai enam tahun, dan pada usia
tujuh tahun disebut sebagai periode matang (the mature periode) dimana pada saat itu tanamanmulai menghasilkan tandan buah segar (fresh fruit bunch). Pada usia 11 sampai 20 tahun pohonkelapa sawit akan mengalami penurunan produksi, dan biasanya pada usia 20 25 tahun
tanaman kelapa sawit akan mati (Fauzi et al., 2002).
Semua komponen buah sawit dapat dimanfaatkan. Buah sawit memiliki daging dan biji sawit
(kernel), dimana daging sawit dapat diolah menjadi CPO (crude palm oil), sedangkan buah sawitdiolah menjadi PK (palm kernel). Ekstraksi CPO rata-rata 20 % sedangkan PK 2.5%. Sementara
itu cangkang biji sawit dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar ketel uap (Fauzi et al., 2002).
Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industri setelah melalui prosespenyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (refine, bleached and Deodorized
palm oil). Disamping itu dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit padat (RBD stearin) dan
untuk produksi minyak sawit cair (RBD olein). RBD olein terutama dipergunakan untukpembuatan minyak goreng. Sedangkan RBD stearin dipergunakan untuk margarin dan
shortening, disamping untuk bahan baku industri sabun dan deterjen. Pemisahan CPO dan PK
dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri dari asam lemak dan gliserol. Secarakeseluruhan proses penyulingan minyak sawit dapat menghasilkan 73 % olein, 21 % stearin, 5
% PFAD (Palm fatty Acid Distillate) dan 0,5 % buangan (Fauzi et al., 2002).
http://akbar.blog.ugm.ac.id/2013/04/07/teknik-pengomposan-tandan-kosong-kelapa-sawit/http://akbar.blog.ugm.ac.id/2013/04/07/teknik-pengomposan-tandan-kosong-kelapa-sawit/http://akbar.blog.ugm.ac.id/2013/04/07/teknik-pengomposan-tandan-kosong-kelapa-sawit/http://akbar.blog.ugm.ac.id/2013/04/07/teknik-pengomposan-tandan-kosong-kelapa-sawit/ -
7/22/2019 Teknik Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit
2/5
Proses pengolahan kelapa sawit menghasilkan produk ikutan berupa limbah kelapa sawit.
Berdasarkan tempat pembentukannya limbah kelapa sawit dapat digolongkan menjadi dua jenis
yaitu limbah perkebunan kelapa sawit dan limbah industri kelapa sawit. Limbah industri kelapasawit adalah limbah yang dihasilkan pada proses pengolahan kelapa sawit. Limbah jenis ini
digolongkan dalam tiga jenis yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas (Fauzi et al., 2002).
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan salah satu jenis limbah padat yang dihasilkan
dalam industri minyak sawit. Jumlah TKKS ini cukup besar karena hampir sama dengan jumlah
produksi minyak sawit mentah. Limbah tersebut belum banyak dimanfaatkan secara optimal.Komponen terbesar dari TKKS adalah selulosa (40-60 %), disamping komponen lain yang
jumlahnya lebih kecil seperti hemiselulosa (20-30 %), dan lignin (15-30 %) (Dekker, 1991).
Salah satu alternatif pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai pupuk organik
dengan melakukan pengomposan (Fauzi et al., 2002).
Pengomposan adalah proses biologis dimana mikroorganisme mengkonversi material organik
menjadi kompos. Pengomposan dinominasi oleh proses aerob atau proses yang membutuhkan
oksigen. Mikroorganisme memakai O2 untuk mendapatkan energi dan nutrisi dari materialorganik. Dalam proses tersebut mereka menghasilkan karbon dioksida (CO2), air, panas, kompos
dan bermacam-macam gas sebagai produk dari dekomposisi material organik. Berbagai macamtransformasi biologis dan produk terjadi dalam proses pengomposan. Dilakukan oleh berbagai
macam mikroorganisme, yang menghuni bermacam-macam lingkungan mikro. Meskipun
mikroorganisme mendekomposisi beberapa material organik, mereka terus menciptakan senyawa
organik baru dari produk hasil dekomposisi. Unsur seperti nitogen (N) dan sulfur (S) bergabungdengan unsur lain, berubah secara cepat diantara bentuk terlarut dan tidak terlarut. Bentuk unsur
yang terlarut adalah ditujukan untuk digunakan oleh mikrobia atau kemungkinan terjadi
pencucian. Proses kimia dan fisika yang lain juga terjadi, mempengaruhi porositas, kapasitasmenahan air dan nutrisi, konduktivitas, pH, dan sifat lain yang mungkin berpengaruh baik dalam
proses pengomposan atau potensi penggunaan dari produk hasil pengomposan (Stoffella dan
Kahn, 2001).
Pengomposan adalah proses aerob, yang berarti dalam prosesnya membutuhkan udara. Bahkan
udara mungkin lebih penting dari makanan bagi mikroorganisme, pada umumnya dalamtumpukan kompos, udara lebih dahulu habis daripada makanan. Jika tidak terdapat cukup udara,
dekomposisi terjadi secara anaerob, yang merupakan hal buruk untuk dua alasan. Pertama,
perosesnya lebih lambat daripada pengomposan secara aerob, dan kedua, beberapa produknya,
seperti ammonia dan hidrogen sulfida menimbulkan bau busuk (Thompson K, 2007)
Oksigen disediakan pada material kompos melalui aerasi. Mekanisme aerasi dapat sangat efektif,
tetapi tidak sempurna. Dalam kenyataan, sebagian dari proses dekomposisi juga terjadi secaraanaerob (tanpa O2). Proses anaerob berperan pada keseluruhan dekomposisi dari material
kompos. Tetapi, dekomposisi anaerob yang berlebihan tidak diinginkan selama pengomposan
karena menghasilkan degradasi yang tidak sempurna dan bau (Miller, 1993). Menyediakan
kondisi aerasi yang baik meminimalkan bau yang berhubungan dengan proses anaerob danmenyempurnakan dekomposisi dari produk degradasi anaerobik parsial seperti asam organik,
yang dapat berperan pada fitotoksisitas ketika kompos digunakan (Stoffella dan Kahn, 2001).
-
7/22/2019 Teknik Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit
3/5
Kondisi yang dianjurkan untuk pengomposan
1Rekomendasi untuk
pengomposan cepat.
Kondisi diluar batastersebut dapat juga
memberikan hasil
yang baik
2Tergantung pada
material yangdigunakan, ukurantumpukan, dan
keadaan lingkungan
(Rynk et al., 1992).
Dalam sistem pengomposan cepat (high-rate composting) yang diteliti oleh John R. Snell di
Michigan State University, proses pengomposan dilakukan secara mekanis dalam rektor vertikal.Penelitiannya menunjukkan bahwa limbah padat pada tanah memberikan hasil pengomposan
terbaik ketika rasio C/N dalam reaktor berada dibawah kisaran 50/1, pH di dalam reaktor
dipertahankan pada kisaran 5.5
8.0, dengan kelembaban diantara 50
60%. inokulum mikrobiaterbaik yang digunakan sebagai aktivator berasal dari kompos matang, jumlahnya antara 2 10%
dari limbah padat yang dikomposkan. Kompos yang berada di dalam reaktor diaduk secara terus-menerus agar mendapat udara dengan baik. Udara ditiupkan ke dalam reaktor untuk menjaga
supply oksigen bagi mikroorganisme. Temperatur dikontrol untuk memaksimalkan pertumbuhan
mikroorganisme. Professor Snell menemukan bahwa proses pengomposan selesai ketika sudahtidak ada peningkatan temperatur yang signifikan, tidak ada lagi kandungan nitrogen yang
hilang, dan kompos tidak menghasilkan bau yang menyengat (McKinney, 2004). Sistem high-
rate composting tersebut tidak cocok jika diterapkan dalam skala intustri, karena biaya yang
dibutuhkan untuk proses pengomposan akan sangat besar.
Parameter psikokhemis untuk kompos yang sudah matang sangat bervariasi. Yang paling pentingadalah: pH (7.57.8); kelembaban (55 65%); kandungan residu kering (35 45%); kandunganabu (15 25%); total nitrogen ( 2 3%); kandungan ammonia (1.5 1.8%); kandungan nitrat (1
2%); total fosfor (2.53%); total potassium (11.2%); rasio C/N (20 30). Kandungan unsur
mikro sebagai berikut: Cu (33.6), Zn (4050), Co (0.050.1), Mn (4045), dan Fe (100)(Neklyudov, A. D. et al., 2008).
Kondisi Batas yang layak Batas yang dianjurkan
Rasio C/N
Kelembaban
Konsentrasi O2
Ukuran Partikel
pH
Temperatur
20/140/1
4065 %1
>5 %
313
5.59.0
4366
25/130/1
5060 %
auh lebih besar dari 5%
Bervariasi2
6.580
5460
-
7/22/2019 Teknik Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit
4/5
Pada proses pengomposan tandan kosong kelapa sawit yang dilakukan di sebagian besar industri
sawit, hal pertama yang dilakukan adalah pencacahan. TKKS dicacah terlebih dahulu menjadi
serpihan-serpihan dengan memakai mesin pencacah. Kemudian bahan yang telah dicacahditumpuk memanjang dengan ukuran lebar sekitar 2,5 meter dan tinggi 1 meter. Selama proses
pengomposan tumpukan tersebut disiram dengan limbah cair yang berasal dari pabrik kelapa
sawit. Pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton tandan buah segar per jam dapatmemproduksi 60 ton kompos dari 100 ton tandan kosong sawit yang dihasilkan (Fauzi et al.,2002).
Proses pengomposan akan berlangsung dalam waktu 1,5 3 bulan. Kompos yang sudah matang
dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:
Terjadi perubahan warna menjadi coklat kehitaman Suhu sudah turun dan mendekati suhu pada awal proses pengomposan Jika diremas, TKKS mudah dihancurkan atau mudah putus serat-seratnya
Pengamatan secara kimia ditunjukkan dengan rasio C/N yang sudah turun. Rasio C/N awalTKKS berkisar antara 50-60. Setelah proses pengomposan rasio C/N akan turun dibawah 25.
Apabila rasio C/N lebih tinggi dari 25 proses pengomposan belum sempurna. Pengomposanperlu dilanjutkan kembali sehingga rasio C/N di bawah 25 (Isroi, 2008).
Salah satu parameter penting dalam mempercepat proses pengomposan adalah ketersediaan O2.Pada sistem pengomposan, supply O2 dipenuhi melalui mekanisme aerasi. Aliran udara pada
sistem pengomposan perlu dipertahankan pada 10 dan 30 cf/hari/lb vs muatan awal dari limbah
padat yang dikomposkan. Terlalu sedikit aerasi menyebabkan kondisi anaerob terjadi,memperlambat proses pengomposan. Terlalu banyak aeasi akan menyebabkan kompos menjadi
kering dan menghambat/menghentikan metabolisme. Kelembaban optimal pada kompos adalah
diantara 55% dan 69% (McKinney, 2004).
Hal penting yang perlu diketahui dalam setiap proses pengomposan adalah selalu ada batas
maksimal mengenai kecepatan proses pengomposan suatu material organik. Jika batas maksimaltersebut telah dicapai, perlakuan apapun yang diberikan terhadap sistem kompos tidak akan
dapat mempercepat laju proses pengomposan.
Download
Laporan Kerja Lapangan: Teknik Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit di PerkebunanPT. Kresna Duta Agroindo SMART Grup
Referensi
Direktorat Jendral Perkebunan. 2008. Statistika Perkebunan Indonesia.http://ditjenbun.deptan.go.id/.Diakses tanggal 20 juni 2008
Fauzi, Y., Widiastuti, YE., Setyawibawa, I., dan Hartono, R. 2002. Kelapa Sawit, Budidaya,Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis dan Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.
http://upload.ugm.ac.id/937Laporan_Kerja_Lapangan.pdfhttp://upload.ugm.ac.id/937Laporan_Kerja_Lapangan.pdfhttp://ditjenbun.deptan.go.id/http://ditjenbun.deptan.go.id/http://ditjenbun.deptan.go.id/http://upload.ugm.ac.id/937Laporan_Kerja_Lapangan.pdfhttp://upload.ugm.ac.id/937Laporan_Kerja_Lapangan.pdf -
7/22/2019 Teknik Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit
5/5
McKinney, Ross E. 2004. Environmental Pollution Control Microbiology. Marcel Dekker, Inc.
New York.
Neklyudov, A. D., Fedotov, G. N., dan Ivankin, A. N. 2008. Intensification of Composting
Processes by Aerobic Microorganisms: A Review. Applied Biochemistry and Microbiology Vol.
44, No. 1.
Rynk, R.F., M. van de Kamp, Willson G.B., Singley, M.E., Richard, T.L., Kolega, J.J., Gouin,
F.R., Laliberty, L.L., Kay, D., Murphy, D.W., Hoitink, H.A.J., dan Brinton, W.F. 1992. On-FarmComposting Handbook. Natural Resource, Agriculture, and Engineering Service (NRAES).
Ithaca, New York.
Stoffella, Peter J dan Kahn, Brian A. 2001. Compost utilization in horticultural cropping
systems. CRC Press LLC. Florida.
Thompson, K. 2007. COMPOST: The Natural Way to Make Food for Your Garden. DK
Publishing. New York.