DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA...

98
DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA AROMATIK MENGGUNAKAN KATALIS Ru/TiO2 SKRIPSI NURITA SARI PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M / 1439 H

Transcript of DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA...

Page 1: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT

MENJADI SENYAWA AROMATIK

MENGGUNAKAN KATALIS Ru/TiO2

SKRIPSI

NURITA SARI

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1439 H

Page 2: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT

MENJADI SENYAWA AROMATIK

MENGGUNAKAN KATALIS Ru/TiO2

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

NURITA SARI

11140960000094

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1439 H

Page 3: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji
Page 4: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji
Page 5: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji
Page 6: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

NURITA SARI. Depolimerisasi Lignin Tandan Kosong Sawit Menjadi Senyawa

Aromatik Menggunakan Katalis Ru/TiO2. Dibimbing oleh NANDA SARIDEWI

dan ADID ADEP DWIATMOKO.

ABSTRAK

Tandan kosong sawit memiliki kandungan lignin sekitar 32,5% yang berpotensi

dikembangkan sebagai sumber energi dan bahan kimia alternatif. Lignin diisolasi

dari tandan kosong sawit dengan metode organosolve kemudian dikarakterisasi

menggunakan FTIR. Hasil analisis menunjukan kadar lignin hasil isolasi memiliki

kemurnian tinggi yaitu 98,75%. Depolimerisasi lignin direaksikan secara

hidrodeoksigenasi dengan katalis logam ruthenium berpenyangga TiO2. Reaksi

dilakukan dengan modifikasi suhu dan tekanan untuk mengetahui kondisi

optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji aktifitas katalis dilakukan

menggunakan senyawa model guaiacol dengan konversi yang didapat sebesar

60%. Hasil SAA menunjukan terjadi penurunan luas permukaan sebesar 51%

pada katalis Ru/TiO2 yang disebabkan adanya impregnasi logam sehingga

menutup sebagian pori-pori katalis. Karakterisasi XRD menghasilkan puncak

difraksi lemah dan lebar pada 2θ = 44º yang merupakan puncak khas dari logam

Ru, hasil ini diperkuat dengan mikrograf TEM yang membuktikan jika difraksi

lemah dan lebar pada logam Ru dikarenakan partikel logam Ru berkorespondensi

dan terdispersi dengan baik pada penyangga TiO2. Kondisi optimum reaksi

depolimerisasi diperoleh pada suhu 280°C dengan yield 2,8% sedangkan tekanan

optimum yaitu pada 60 bar dengan yield 1,55%.

Kata Kunci : depolimerisasi, lignin, hidrodeoksigenasi, tandan kosong sawit

Page 7: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

NURITA SARI. Lignin Depolymerization of Empty Fruit Bunch for Aromatic

Monomers over Ru/TiO2 Catalysts. Under tuition of NANDA SARIDEWI dan

ADID ADEP DWIATMOKO.

ABSTRACT

Empty Fruit Bunch contain approximately 32,5% lignin which is developed as a

source of energy and chemicals. Lignin was isolated from empty fruith bunch b

organosolven method then chacacterized using FTIR. The result of analysis shows

that lignin content has high purity that is 98,75%. Depolymerization ignin is

reacted hydrodeoxygenation with a supported ruthenium metal catalyst of TiO2.

The reaction was performed by temperature and pressure modification to

determine the optimum conditions analyzed by GCMS. The catalyst activity test

carried out using a guaiacol model compound with a convertion obtained at

60%.The SAA results show a decrease 51% in surface area on the Ru/ TiO2

catalyst due to the impregnation of the metal to close part of the pore of the

catalyst. The XRD characterization resulted in the weak and wide diffraction

peaks at 2θ = 44º which is the typical peak of Ru metal, this result is enhanced by

TEM micrographs that prove if weak and wide diffraction in Ru metal because Ru

metal particles are well-corrected and dispersed on the TiO2 support. The

depolymerization reaction optimum at a temperature of 280 °C with yield 2,8%

and presserue at 60 bar with yield 1,55%.

Keyword: depolymerization, lignin, hydrodeoxygenation, empty fruit bunch

Page 8: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT,

karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Depolimerisasi Lignin Tandan Kosong Sawit Menjadi Senyawa

Aromatik Menggunakan Katalis Ru/TiO2”. Penulis menyadari bahwa

terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari bantuan dan peranan banyak pihak. Pada

kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Nanda Saridewi, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan

banyak ilmu, pengarahan serta bimbingannya sehingga banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Adid Adep Dwiatmoko, Ph.D selaku Pembimbing II yang telah

memberikan pengarahan, pengetahuan, serta bimbingannya sehingga

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Dede Sukandar, M.Si selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas

Sains dan Teknologi.

4. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Syarif Hidayatulllah Jakarta.

5. Dr. Siti Nurbayti, M.Si selaku penguji I dan Isalmi Aziz, MT selaku

penguji II yang telah memberikan banyak masukan serta saran yang

bermanfaat.

Page 9: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

ix

6. Alm Bapak, Ummi, kakak-kakaku tercinta Achmad Hudi,S.S,

Nurakhilah, S.Pdi dan Tri Achmad Gandi atas segala doa, motivasi dan

dukungan moril maupun materil yang diberikan kepada penulis.

7. Segenap dosen Program Studi Kimia atas ilmu pengetahuan dan

pegalaman hidup yang dengan ikhlas diajarkan dan diberikan kepada

penulis.

8. Sahabat-sahabat terbaik Titik, Wiwi, Yuniar, Depe, Lusi, Bibeh dan

Lien atas segala semangat dan keceriaan yang diberikan kepada penulis.

9. Raden Ervian Hadi Kusumah, S.Pd yang selalu memberi semangat

kepada penulis selama kuliah dan dalam berjuang menyusun skripsi.

10. Teman–teman kimia 2014 yang senantiasa memberi dukungan,

motivasi dan keceriaan kepada penulis.

11. Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung dan tidak

langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan umumnya

bagi kemajuan ilmu dan teknologi.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Jakarta, Mei 2018

Nurita Sari

Page 10: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

x

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 5

1.3. Hipotesis .............................................................................................. 5

1.4. Tujuan .................................................................................................. 5

1.5. Manfaat ................................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 7

2.1 Tandan Kosong Sawit (TKS) ................................................................ 7

2.2 Lignoselulosa ........................................................................................ 7

2.3 Lignin .................................................................................................... 8

2.3.1 Sifat Lignin ............................................................................... 10

2.3.2 Manfaat Lignin ......................................................................... 11

2.3.3 Dekomposisi Termal Lignin..................................................... 12

2.4 Hidrodeoksigenasi (HDO) .................................................................... 13

2.5 Katalis ................................................................................................... 15

2.5.1 Katalis Berbasis Ruthenium (Ru/based catalyst) ..................... 16

2.5.2 Titanium dioksida (TiO2) ......................................................... 17

2.6 Instrumentasi ......................................................................................... 19

2.6.1 SAA (Surface Area Analyzer) .................................................. 19

2.6.2 FTIR (Fourier Transform Infra-Red) ....................................... 20

2.6.3 XRD (X-Ray Diffraction) ......................................................... 21

2.6.3.1 Penentuan Ukuran Kristal (crystallite Size) ................. 21

2.6.4 TEM (Tansmission Electron Microscop) ................................. 23

2.6.5 GCMS (Gas Chromatography Mass Spectrometry) ................ 24

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 26

Page 11: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

xi

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 26

3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 26

3.3 Prosedur Penelitian................................................................................ 27

3.3.1 Bagan Alir Penelitian ............................................................... 27

3.3.2 Impregnasi Katalis.................................................................... 28

3.3.3 Karakterisasi Katalis ................................................................ 28

3.3.2.1 Analisis Kristalinitas dengan XRD .............................. 28

3.3.2.2 Analisis Luas Permukaan dengan SAA ....................... 28

3.3.2.3 Analisis Morfologis dengan TEM ................................ 29

3.3.4 Reaksi Senyawa Model Guaiakol ............................................ 29

3.3.5 Depolimerisasi Lignin .............................................................. 30

3.3.5.1 Isolasi Lignin ................................................................ 30

3.3.5.2 Reaksi Depolimerisasi Lignin ...................................... 30

3.3.6 Analisis Hasil Reaksi Depolimerisasi ......................................... 31

3.3.6.1 Analisa Kadar Lignin NREL/TP-510-42618 ................... 31

3.3.6.2 Analisis Produk Monomer Aromatik ............................... 32

3.3.6.3 Analisis Produk Lignin dengan FTIR .............................. 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 34

4.1 Analisis Lignin Hasil Isolasi ................................................................. 34

4.2 Karakterisasi Katalis ............................................................................. 38

4.2.1 Analisis Luas Permukaan dengan SAA ...................................... 38

4.2.2 Analisis Kristalinitas dengan XRD ............................................. 39

4.2.3 Analisis Morfologi dengan TEM ................................................ 41

4.3 Reaksi HDO Senyawa Model Guaiakol ................................................ 42

4.4 Hasil Produksi Senyawa Aromatik dari Depolimerisasi Lignin ........... 46

4.4.1 Variasi Suhu Reaksi .................................................................... 46

4.4.2 Pengaruh Gas H2 ......................................................................... 50

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 53

5.1 Simpulan ............................................................................................... 53

5.2 Saran ...................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur lignin sebagai molekul kompleks .................................. 9

Gambar 2. Struktur aromatik profenil alkohol penyusun lignin ................... 10

Gambar 3. Struktur kristal TiO2 .................................................................... 18

Gambar 4. Surface Area Analyzer (Metode BET) ........................................ 19

Gambar 5. Skema instrumen FTIR ............................................................... 20

Gambar 6. Skema dasar XRD ....................................................................... 21

Gambar 7. Skema Instrumen TEM ............................................................... 24

Gambar 8. Instrumen GCMS ........................................................................ 25

Gambar 9. Diagram alir penelitian ................................................................ 27

Gambar 10. Lignin Hasil Isolasi dengan Metode Organosolve .................... 34

Gambar 11. Spektrum FTIR lignin hasil isolasi ............................................. 36

Gambar 12. Spektrum FTIR lignin standar .................................................... 37

Gambar 13. Pola difraksi Katalis Ru/TiO2..................................................... 39

Gambar 14. Perbesaran pola difraksi logam Ru pada 2θ = 44º ...................... 40

Gambar 15. Mikrograf katalis Ru/TiO2 .......................................................... 42

Gambar 16. Rute HDO guaiakol menjadi phenol .......................................... 43

Gambar 17. Reaksi HDO guaiakol ................................................................ 44

Gambar 18. Reaksi Depolimerisasi Lignin dengan H2 ................................... 51

Page 13: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan tandan kosong sawit ....................................................... 7

Tabel 2. Penggunaan lignin dan sifat produknya ............................................ 12

Tabel 3. Bilangan Gelombang Gugus Lignin .................................................. 37

Tabel 4. Karakterisasi SAA pada katalis ......................................................... 38

Tabel 5. Analisa GCMS Produk Konversi Guaiakol....................................... 43

Tabel 6. Analisa GCMS Produk Depolimerisasi Lignin Varasi Suhu ............ 47

Tabel 7. Analisa GCMS Produk Depolimerisasi Lignin dengan gas H2 dan He 50

Page 14: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Preparasi Katalis ........................................................................ 63

Lampiran 2. Perhitungan Kadar Lignin TKS Hasil Isolasi ............................ 64

Lampiran 3. Perhitungan Ukuran Kristal ....................................................... 65

Lampiran 4. Perhitungan Konversi dan Produk guaiacol .............................. 67

Lampiran 5. Perhitungan Produk Depolimerisasi Lignin ............................... 71

Lampiran 6. Perhitungan Yield suhu dan tekanan Optimum .......................... 78

Lampiran 7. Hasil Analisis GCMS ................................................................ 82

Page 15: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tandan kosong sawit (TKS) merupakan limbah industri Crude Palm Oil

(CPO) yang sangat melimpah. Ketersediaan TKS sangat menjanjikan bila ditinjau

dari jumlah rata-rata nisbah produksi TKS terhadap tandan buah segar. Rata-rata

produksi TKS berkisar 22- 24% dari total berat tandan buah segar (Arif, 2012).

Komposisi kimia yang terkandung dalam TKS antara lain yaitu lignin 27,6–

32,5%; selulosa 41,3–46,5%; dan hemiselulosa 25,3–33,8% yang mempunyai

potensi untuk digunakan sebagai sumber bahan kimia (Han et al., 2011).

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mulk ayat 15 :

Artinya :

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala

penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-

lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (Q.S Al Mulk : 15).

Ayat ini menafsirkan bahwa dimana-mana bumi menyediakan sumber-

sumber kehidupan dan mengeksploitasinya untuk kepentingan hidup manusia

adalah suatu hal yang mungkin dilakukan. Manusia perlu mencari sumber-sumber

alam tersebut dengan ditempuh melalui cara yang tepat sesuai hukum-hukum

alam yang dimiliki sumber-sumber alam itu, begitupula dalam mengeksploitasi

Page 16: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

2

dan memproduksinya. Betapa tergantungnya manusia pada Allah, memanfaatkan

produksi tersebut secara adil dan bertanggung jawab, agar sumber alam itu

berkembang ke segala arah dan aspek perekenomian yang semakin

mensejahterakan hidup manusia.

Ketersediaan lignin tersebut sangat mendorong perkembangan teknologi

pengolahan lignin untuk meningkatkan nilai jualnya (lignin valorization). Data

terbaru melaporkan hanya sedikit dari lignin (sekitar 5%) yang digunakan dalam

produk bernilai rendah seperti dispersan atau zat pengikat (adhesive), dan sisanya

dibakar sebagai bahan bakar rendah nilai. Struktur kimia lignin yang unik sangat

potensial untuk diolah menjadi bahan kimia, terutama aromatik dan bahan bakar

dengan teknologi katalitik yang tepat. Beberapa proses untuk mengambil lignin

dari biomassa lignoselulosa telah mulai dikembangkan, diantaranya adalah proses

organosolve (Lee et al., 2016). Organosolve adalah metode pretreatment dengan

menggunakan pelarut organik yang menjanjikan untuk pendekatan biorefinery.

Metode lain seperti kraft lignin yang diperoleh dengan menggunakan pelarut

natrium sulfida memiliki kelemahan karena mengandung sejumlah besar senyawa

belerang termasuk lignosulfat dan mempengaruhi kemurnian lignin yang

dihasilkan (Huijgen et al., 2011).

Penelitian ini melakukan proses depolimerisasi lignin menjadi senyawa

aromatik menggunakan reaksi hidrodeoksigenasi dan cracking. Hidrodeoksigenasi

(HDO) bertujuan untuk menghilangkan atom oksigen yang terikat pada senyawa-

senyawa hidrokarbon dengan menggunakan bantuan katalis dan gas hidrogen,

untuk menghasilkan senyawa produk (Nugrahaningtyas, 2015). Sedangkan reaksi

Page 17: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

3

cracking adalah proses penguraian molekul senyawa hidrokarbon yang besar

menjadi hidrokarbon yang memiliki struktur molekul yang kecil (Eriksson, 2012).

Katalis yang aktif dan selektif sangat diperlukan untuk menunjang proses

reaksi agar lebih optimal dalam depolimerisasi lignin. Katalis-katalis untuk

depolimerisasi dengan reaksi hidrodeoksigenasi dan hydrocracking umumnya

berupa katalis bifunctional (memiliki 2 fungsi). Proses sintesis katalis ini,

umumnya dilakukan dengan metode impregnasi. Imregnasi merupakan suatu

metode yang digunakan untuk meletakkan komponen metal aktif ke atas

permukaan material penyangga berpori (Hagen, 2006; Huang et al., 2015).

Komponen aktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah logam Ru

(ruthenium), sedangkan support berpori yang digunakan adalah TiO2. Katalis

heterogen seperti Ru merupakan katalis yang biasa digunakan dalam reaksi

hidrodeoksigenasi karena lebih mudah dipisahkan dengan sistem reaksinya serta

relatif stabil dalam perlakuan panas (Kleinert dan Barth 2008; Huang et al., 2015).

Hasil depolimerisasi lignin pada penelitian Kim et al., (2017)

menunjukan diantara empat logam aktif, Ru (5%) merupakan katalis dengan

aktifitas terbaik dibandingkan Pt, Cu dan Ni (20%). Katalis Ru dengan penyangga

zeolite H menunjukkan hasil terbesar produk monomer aromatik, yaitu

menghasilkan 0,62 mM guaiacol, 0,51 mM 4-methylguaiacol, 2,29 mM 4-

etilguaiacol, 18,99 mM cerulignol, dan 7,44 mM isoeugenol. Hasil ini

menunjukkan bahwa 16,5% dari reaktan lignin awal diubah menjadi monomer

fenolik. Oleh karena itu bobot katalis berbasis Ru yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 5%. TiO2 dipilih sebagai penyangga karena TiO2 mudah

diperoleh di pasaran dengan harga relatif murah, bersifat inert, memiliki stabilitas

Page 18: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

4

termal yang baik, dan tahan pada temperaturmtinggi (Arief, 2007; Tayade et al.,

2007; Qamar et al., 2009; Xikong et al., 2010; Rahmawati, 2011).

Reaksi senyawa model lignin umumnya dipergunakan untuk menguji

aktivitas katalis dalam reaksi depolimerisasi. Shah dan Cronauner (1979);

Nugrahaningtyas et al., (2015); Dwiatmoko et al.,(2017) menggunakan beberapa

senyawa karbonil sebagai senyawa umpan untuk reaksi HDO. Penelitian ini

menggunakan guaiakol sebagai senyawa umpan, senyawa ini umumnya

digunakan untuk tujuan evaluasi kinerja katalis pada reaksi HDO (Wang et al.,

2013). Ruiz et al., (2012) dalam penelitiannya menggunakan senyawa model

guaiakol sebagai senyawa model lignin dengan katalis MoS2/AC dengan konversi

yang didapat sebesar 50% dimana produk yang dihasilkan yaitu fenol, katekol dan

sikloheksen.

Depolimerisasi lignin sudah mulai dilakukan melalui berbagai rute

termasuk pirolisis, hidrogenasi katalitik, oksidasi, hidrolisis, dan hydrocracking

(Zakzeski et al., 2010; Kim et.,al 2017). Proses konversi lignin sebagian besar

dioperasikan pada suhu yang tinggi sekitar 250–600 °C. Proses pengubahan

biomassa dalam fase cair (aqueous phase reforming) untuk menghasilkan

senyawa oksigenat aromatik dan hidrogen merupakan proses yang lebih menarik

karena dapat dilakukan pada suhu rendah (265 °C) dan tekanan rendah,

dibandingkan dengan proses gasifikasi atau pirolisis yang membutuhkan suhu

tinggi (Cortright et al., 2002; Li et al., 2017).

Zakzeski dan Weckhuysen (2011); Song et al., (2013) telah melakukan

proses pengubahan lignin dalam fasa cair (Aquoeus Phase Reforming) pada

temperatur 328 °C dan tekanan 29 bar untuk konversi lignin menjadi monomer

Page 19: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

5

aromatik dan hidrogen (sebagai produk samping). Kendala utama proses ini

adalah reaksi kondensasi lanjut dari produk-produk lignin yang menyebabkan

terbentuknya padatan sisa setelah reaksi. Penggunaan katalis logam Ru dengan

penyangga TiO2 diharapkan dapat meningkatkan performa proses konversi lignin

menjadi lebih optimal dengan pengaturan kondisi reaksi yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah aktivitas katalis logam Ru berpenyangga TiO2 terhadap

reaksi depolimerisasi lignin dengan menggunakan reaksi model guaiacol ?

2. Bagaimana pengaruh suhu dan tekanan terhadap proses reaksi

depolimerisasi lignin?

1.3 Hipotesis

1. Berdasarkan nilai konversi guaiacol katalis Ru/TiO2 dapat digunakan

sebagai katalis untuk reaksi depolimerisasi lignin.

2. Suhu dan tekanan dapat mempengaruhi yield monomer aromatik yang

dihasilkan dalam proses depolimerisasi lignin.

1.4 Tujuan

1. Mengetahui aktivitas katalis Ru/TiO2 terhadap proses depolimerisasi lignin

dengan meninjau konversi senyawa guaiacol.

2. Menentukan suhu dan tekanan yang optimal untuk reaksi depolimerisasi

lignin menjadi senyawa aromatik.

Page 20: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

6

1.5 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai jual lignin (lignin

valorization) dengan proses katalitik depolimerisasi. Serta dengan dilakukannya

penelitian ini, teknologi konversi lignin dapat dikuasai dengan baik dan menjadi

opsi untuk komersialiasi peningkatan nilai jual lignin.

Page 21: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tandan Kosong Sawit (TKS)

TKS merupakan salah satu limbah padat dari hasil pengolahan pabrik

kelapa sawit yang dapat dihasilkan sebanyak 25% dari pengolahan tandan buah

segar (Arif, 2012). Limbah TKS umumnya tidak dimanfaatkan secara maksimal

oleh masyarakat. TKS hanya dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk

kompos organik (Darnoko et al., 1993) atau dibakar sehingga abunya dapat

dimanfaatkaan sebagai pupuk kalium. Pembakaran TKS sudah dilarang oleh

pemerintah karena dapat menimbulkan pencemaran udara. Kandungan

lignoselulosa dalam TKS memiliki potensi yang cukup besar untuk dikonversi

menjadi sediaan bahan kimia (chemical feedstock) seperti bahan bakar nabati dan

bahan kimia lain (Rodrıguez et al., 2007). Kandungan dari tandan kosong sawit

ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan tandan kosong sawit (Han et al. 2011)

Komponen Konsentrasi (%)

Selulosa 41,3 – 46,5%

Hemiselulosa 25,3 – 33,8 %

Lignin 27,6 – 32,5 %

2.2 Lignoselulosa

Lignoselulosa adalah bahan-bahan yang mengandung selulosa,

hemiselulosa dan lignin. Kandungan dari ketiga komponen lignoselulosa tersebut

bervariasi dalam tiap jenis bahan. Komponen utamanya adalah selulosa, yang

Page 22: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

8

berikatan sangat erat dengan lignin dan hemiselulosa. Kandungan lignin berkisar

antara 20-40%, tergantung jenis kayu (Wang et al., 2013). Struktur dan komposisi

kimia dalam bahan berlignoselulosa sangat bervariasi karena genetika, pengaruh

lingkungan dan interaksinya. Komposisi kimia umum dalam bahan

berlignoselulosa adalah 48% berat C, 6% berat H, dan 45% berat O, dengan

material anorganik sebagai komponen minor (Balat, 2010; Long et al., 2015).

Selulosa dan hemiselulosa pada lignoselulosa dapat dikonversi menjadi

gula dan selanjutnya difermentasi menjadi bioetanol, tidak demikian halnya

dengan lignin yang tidak dapat dimanfaatkan melalui proses fermentasi menjadi

bioetanol. Oleh karena itu, proses produksi bioetanol dari bahan lignoselulosa

akan menghasilkan lignin sebagai produk samping dalam jumlah yang signifikan.

(Balat, 2010; Ragauskas et al., 2014).

Lignin dari limbah proses pra-perlakuan tandan kosong sawit dalam

produksi bioetanol ini tidak dapat terdegradasi secara anaerob, karenanya akan

mencemari lingkungan (Ahring dan Westermann, 2007). Oleh karena itu, perlu

upaya pemanfaatan limbah lignin untuk mengurangi pencemaran lingkungan.

Selain itu pemanfaatan lignin menjadi bahan bernilai tambah lebih (value added

materials) diharapkan dapat menambah nilai ekonomi pada proses produksi

bioetanol dari lignoselulosa yang pada ujungnya dapat menurunkan biaya

produksi bioetanol (Balat, 2010).

2.3 Lignin

Lignin adalah molekul komplek yang tersusun dari unit fenilpropana yang

terikat di dalam struktur tiga dimensi (Rodrıguez et al., 2007). Lignin adalah

material yang paling kuat di dalam biomassa. Lignin sangat resisten terhadap

Page 23: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

9

degradasi, baik secara biologi, enzimatis maupun kimia. Karena kandungan

karbon yang relatif tinggi dibandingkan dengan selulosa dan hemiselulosa, lignin

memiliki kandungan energi yang tinggi. Molekul lignin adalah senyawa polimer

organik komplek yang terdapat pada dinding sel tumbuhan dan berfungsi

memberikan kekuatan pada tanaman (Sjostrom, 1993). Struktur lignin dapat

dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Struktur lignin sebagai molekul kompleks (Vanholme et al., 2010)

Page 24: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

10

Lignin tersusun dari 3 jenis senyawa fenilpropanoid, yaitu hidroksifenil (p-

kumaril alkohol atau 4-(3-hidroksi-1-propenil)fenol), cincin siringil (koniferil

alkohol atau 4-(3-hidroksi-1-propenil)-2-metoksifenol), dan cincin guasil (sinapil

alkohol atau 4-(3-hidroksi-1-propenil)-2,6-dimetoksifenol). Ketiganya tersusun

secara random membentuk polimer lignin yang amorfus (tidak beraturan).

Ketidakteraturan struktur lignin ini menyebabkan proses degradasi menjadi sangat

kompleks (Fengel dan Wagener, 1989). Struktur aromatik profenil alkohol

penyusun lignin dapat dilihat pada Gambar 2.

OH

OH

OH

OH

OCH3

OH

OH

OCH3

OCH3

p-kumaril alkohol koniferil alkohol sinapil alkohol

(hidroksifenil) (cincin siringil) (cincin guasil)

Gambar 2. Struktur aromatik profenil alkohol penyusun lignin

(Fengel dan Wagener, 1989)

2.3.1 Sifat Lignin

Secara fisis lignin berwujud padat yang memiliki struktur yang amorf,

berwarna kuning coklat dengan massa jenis berkisar antara 1,3-1,4 g/cm3

bergantung pada sumber ligninnya. Indeks refraksi lignin sebesar 1,6. Sifatnya

yang amorf menyebabkan lignin sulit dianalisa dengan sinar-X (XRD). Lignin

juga tidak larut dalam air, sukar larut dalam larutan asam dan larutan hidrokarbon.

Karena lignin tidak larut dalam asam sulfat 72%, maka sifat ini sering digunakan

Page 25: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

11

untuk uji kuantitatif lignin. Lignin tidak dapat mencair atau meleleh, tetapi akan

melunak dan kemudian menjadi hangus bila dipanaskan. Lignin yang

diperdagangkan larut dalam alkali encer dan dalam beberapa senyawa organik.

Lignin bersifat tahan terhadap hidrolisis karena adanya ikatan arilalkil dan ikatan

eter, serta tidak larut dalam air dan larutan asam maupun hidrokarbon (Sjostrom,

1993).

Fengel dan Wagener (1989) menyatakan, pelarut-pelarut yang cocok untuk

lignin yang diisolasi dengan pelarut-pelarut organik (organosolv lignin) adalah

dioksana, dimetilsulfoksida (DMSO), formamida, dimetilformamida (DMF),

tetrahidrofuran (THF), piridin, dikloroetana dan etilenglikol-monoetileter. Lignin

alkali teknis dan lignin sulfonat umumnya larut dalam air, alkali encer, larutan

garam dan buffer. Titik didih lignin secara pasti tidak dapat ditentukan. Namun,

dengan pemanasan secara bertahap pada temperatur tinggi dapat dilihat

penguraian termal dari komponen biomassa. Hemiselulosa terurai pada temperatur

200-260 oC, selulosa pada temperatur 240-350 oC dan lignin terurai pada rentang

temperatur yang lebih luas yaitu 200-500 oC Rentang temperatur ini bergantung

dari jenis lignin dan sumbernya (Sjostrom, 1993; Costes et al., 2016).

Mauladi (2013) menyatakan bahwa gugus-gugus fungsi sangat

mempengaruhi reaktivitas lignin. Polimer lignin mengandung gugus hidroksil

fenol (OH-fenolik), ikatan eter pada bagian alifatik, gugus-gugus metoksil, dan

beberapa gugus aldehida ujung dalam rantai samping.

2.3.2 Manfaat Lignin

Menurut Setiawan dan Ruhyat (2001), penggunaan lignin berdasarkan sifat

kimia dan fisika dari lignin itu sendiri seperti dispersitas, daya rekat, stabilitas dan

Page 26: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

12

lainnya. Beberapa penggunaan lignin dan sifat produknya dapat dilihat pada Tabel

2. Damris et al. (1999) juga menyatakan bahwa lignin dapat digunakan sebagai

bahan bakar, produk polimer dan sumber bahan-bahan kimia berberat molekul

rendah. Bahan-bahan kimia berberat molekul rendah yang dapat dihasilkan dari

lignin adalah vanilin, aldehida, asam vanilat, fenol, asam karbonat, benzena dan

senyawa aromatik lain.

Lignin juga merupakan bahan mentah yang sangat baik untuk pembuatan

serat sintetik seperti nilon, bahan farmasi dan pewarna yang baik. Kemampuan

lignin untuk meredam kekuatan mekanis yang dikenakan pada kayu,

memungkinkan usaha pemanfaatan lignin sebagai bahan perekat (adhesive) dan

bahan pengikat (binder) pada papan partikel (particle board) atau kayu lapis

(plywood). Ketahanan terhadap perlakuan biokimia (fisiologis) dan perlakuan

kimia di dalam batang tanaman melalui mekanisme enzimatik dan reaksi redoks

memungkinkan lignin untuk diolah menjadi zat antioksidan (Rudatin, 1989).

Pengunaan lignin dan sifat produknya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penggunaan lignin dan sifat produknya (Setiawan dan Ruhyat, 2001)

Bidang Penggunaan Sifat Produknya

Bahan pewarna Dispersitas

Perekat kayu Daya rekat

Bahan pengemulsi Kestabilan emulsi

Dispersan bahan kimia pertanian Dispersitas

Pengkondisi tanah Daya rekat

Pengeboran sumur minyak Dispersitas

Resin fenolformaldehida Daya rekat

Page 27: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

13

2.3.3 Dekomposisi Termal Lignin

Lignin mempunyai komposisi dan struktur yang kompleks sehingga

degradasi lignin sangat dipengaruhi oleh sifatnya, temperatur reaksi, tingkat

pemanasan, dan suasana degradasi, yang juga mempengaruhi range temperatur

hasil degradasi, konversi, dan produk. Lignin terurai lebih lambat dari selulosa

dan komponen hemiselulosa, lebih dari kisaran temperatur yang lebih luas sekitar

200-500 °C. Kehilangan hanya 40% berat dari massa awal di bawah 700 °C. Laju

degradasi sedikit menurun menjadi 0,3% berat/°C di atas 750 °C, massa yang

hilang pada temperatur 850 °C menjadi sekitar 67% berat. Degradasi termal lignin

umumnya dipengaruhi oleh panas dan proses perpindahan massa yang secara

signifikan mempengaruhi energi aktivasi proses (Brebu dan Vasile, 2010).

Dekomposisi termal lignin berada pada rentang temperatur yang luas,

karena berbagai gugus oksigen fungsional dari strukturnya memiliki kestabilan

termal yang berbeda. Temperatur atau energi yang rendah menyebabkan

pelepasan molekul kecil volatil seperti H2O, CO, dan CO2. sedangkan pada

temperatur yang lebih tinggi menyebabkan pemutusan gugus fungsional sehingga

menghasilkan produk dengan berat molekul rendah atau monomernya dan

mengasilkan 30- 50% berat arang (Brebu dan Vasile, 2010).

2.4 Hidrodeoksigenasi (HDO)

Hidrodeoksigenasi (HDO) adalah suatu proses hidrogenolisis yang

bertujuan menghilangkan oksigen dari suatu bahan dengan cara memotong ikatan

karbon-oksigen dengan menggunakan gas hidrogen. Proses hidrodeoksigenasi

biasa diikuti dengan reaksi hidrogenasi, dekarboksilasi (DCO), dan dekarbonilasi

(DCN), ataupun gabungan ketiganya. Dalam hidrodeoksigenasi terjadi

Page 28: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

14

peningkatan nilai energi pada minyak dengan melepaskan gugus oksi dalam

bentuk H2O atau dalam bentuk CO2 melalui proses dekarboksilasi. Tujuan utama

dari proses ini adalah untuk mereduksi rasio O/C dan secara simultan

meningkatkan rasio H/C (Mohammad et al, 2012).

Jenis katalis dan kondisi operasi (tekanan dan temperatur) dapat

mempengaruhi jalur dari proses ini. Hidrodeoksigenasi dilangsungkan pada

tekanan tinggi (sekitar 75-300 bar) karena pada tekanan tinggi, kelarutan gas H2

dalam minyak nabati akan meningkat. Konsentrasi hidrogen dapat mempengaruhi

selektivitas katalis terhadap reaksi HDO dan juga akan meningkatkan laju reaksi.

Kelebihan HDO adalah menghasilkan produk samping berupa air yang ramah

lingkungan. Kekurangannya adalah membutuhkan gas H2 bertekanan tinggi dalam

jumlah besar, sekitar 600-1000 L/kg minyak nabati (Dickerson & Soria, 2012).

HDO dibedakan berdasarkan tekanan dan temperatur operasinya, yaitu

mild HDO dan deep HDO. Mild HDO adalah proses hidrodeoksigenasi dengan

menggunakan temperatur dan tekanan yang rendah dari kondisi yang umumnya

digunakan pada reaksi hidrodeoksigenasi (Wildschut et al, 2009). Kondisi operasi

pada mild HDO (temperatur dan tekanan) relatif rendah, dimana temperatur yang

digunakan tidak lebih dari 400 °C (Venderbosch et al, 2009). Deep HDO adalah

proses hidrodeoksigenasi yang dilangsungkan pada kondisi temperatur dan

tekanan operasi yang relatif tinggi. Mild HDO merupakan kondisi operasi pada

hidrogenasi parsial, sedangkan deep HDO merupakan kondisi operasi pada

hidrogenasi total (Mohammad et al, 2012).

Page 29: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

15

2.5 Katalis

Katalis adalah senyawa yang dapat meningkatkan laju suatu reaksi. Tanpa

senyawa tersebut ikut terpakai dan setelah reaksi berakhir, senyawa tersebut akan

kembali kebentuk awal tanpa terjadi perubahan kimia. Suatu katalis berperan

dalam reaksi tetapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis berperan

dengan menurunkan energi aktivasi. Dengan menurunnya energi aktivasi maka

pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat. Sehingga untuk

membuat reaksi terjadi, tidak diperlukan energi yang lebih tinggi. Selain itu juga

katalis dapat berperan meningkatkan selektivitas suatu reaktan agar menghasilkan

produk sesuai dengan yang diinginkan (Agitia, 2012).

Katalis yang baik harus dapat mempunyai sifat-sifat sebagai

berikut :

1. Aktivitas yang tinggi, yaitu dalam jumlah kecil dapat mengubah bahan

baku menjadi aneka produk yang diinginkan.

2. Selektivitas yang baik, yaitu mempunyai daya menghasilkan produk

diinginkan (dalam jumlah tinggi) dari sekian banyak produk yang

dihasilkan.

3. Stabil, aktivitasnya tidak akan turun dengan cepat karena pengaruh

kondisi fisik dan mekanis (Haerudin, 2005).

Katalis dapat dibedakan sebagai katalis homogen, katalis heterogen dan

katalis enzim. Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai fasa yang sama

dengan reaktan, interaksi yang biasanya terjadi adalah interaksi cair-cair,

sedangkan katalis heterogen adalah katalis yang bekerja pada fasa yang berbeda

dengan reaktan, interaksi yang biasanya terjadi adalah interaksi padat-gas atau

Page 30: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

16

padat cair (berasa dalam fasa yang berbeda). Keuntungan katalis heterogen adalah

kemudahan dalam pemisahan antara katalis dan produk yang terbentuk,

sedangkan katalis enzim merupakan molekul protein dengan ukuran koloid,

memiliki fasa yang berada diantara katalis homogen dan heterogen (Ulyani,

2008).

Stuktur katalis menurut Istadi (2010), terdiri dari 3 komponen yaitu :

1. Komponen Aktif

Komponen aktif merupakan bagian dari katalis yang paling bertanggung

jawab terhadap reaksi kimia yang terjadi

2. Komponen Penyangga

Sedangkan komponen penyangga memiliki fungsi untuk menjaga agar luas

permukaan komponen aktif tetap besar. Komponen peyangga ini harus

mempunyai titik cair yang tinggi, minimal sekurang-kurangnya lebih besar

dari komponen aktif

3. Komponen promotor

Komponen promotor ditambahkan pada katalis untuk meningkatkan

aktivitas, selektivitas dan stabilitas dari katalis.

2.5.1 Katalis berbasis ruthenium (Ru-based catalyst)

Ruthenium merupakan golongan logam transisi yang sering digunakan

sebagai katalis logam. Beberapa kajian sudah memperlihatkan bahwa katalis

dengan basis logam ruthenium (Ru) dapat memberikan selektivitas yang baik serta

sering dimanfaatkan sebagai katalis inert untuk proses kimia pada kondisi suhu

reaksi tertentu ataupun lingkungan yang bersifat korosif (Mcketta, 1993).

Selektivitas yang tinggi ini disebabkan oleh karena lemahnya kemampuan logam

Page 31: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

17

Ru dalam memotong ikatan C-C dibandingkan memotong ikatan C-O (Balaraju,

2008). Katalis ruthenium memiliki aktivitas yang tinggi dalam hidrogenasi

senyawa karbonilalifatik dan cincin aromatik pada kondisi medium tanpa reaksi

sampingan. Jika terdapat air dalam sistem reaksi, katalis ini akan memberikan

aktivitas yang lebih tinggi lagi. Katalis ini tahan senyawa sulfurik bagi katalis

logam mulia. Selain itu katalis ini stabil dalam pelarut asam dan basa, dan dapat

digunakan untuk reaksi dalam asam kuat (Trimm, 1980).

2.5.2. Titanium dioksida (TiO2)

TiO2 murni merupakan padatan berwarna putih dengan titik lebur 1855

°C. Kristal ini bersifat asam yang tidak larut dalam air, asam klorida, asam sulfat

encer dan alkohol, tetapi larut dalam asam sulfat pekat dan asam fluorida (Cotton

et al., 1999). Titanium dioksida merupakan semikonduktor fotokatalis yang dapat

diaplikasikan dalam penanganan masalah lingkungan, bersifat foto aktif, dapat

digunakan pada daerah sinar tampak dan UV dekat, bersifat inert, stabil, serta

murah untuk diproduksi. Di antara sekian banyak partikel semikonduktor yang

digunakan sebagai fotokatalis, TiO2 paling banyak digunakan sebab TiO2 sifatnya

inert baik secara biologi maupun secara kimia, stabil terhadap fotokorosi maupun

korosi oleh bahan kimia (Hoffmann et al., 1995).

Titanium dioksida memiliki tiga fase kristal yaitu anatase, rutile dan

brookite. Akan tetapi hanya anatase dan rutile yang memiliki peran penting dalam

aktivitas fotokatalitik. Kemampuan fotokatalitik semikonduktor titanium dioksida

dipengaruhi oleh morfologi, luas permukaan, kristalinitas dan ukuran partikel.

Anatase dikenal sebagai fase kristal titanium dioksida yang memiliki aktivitas

fotokatalitik paling besar. Secara termodinamik anatase kurang stabil bila

Page 32: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

18

dibandingkan dengan rutile, akan tetapi pembentukannya lebih disukai pada

temperatur rendah (<600 °C). Anatase mempunyai struktur kristal tetragonal

dimana Ti-O oktahedral sharing 4 sudut sedangkan rutile mempunyai struktur

kristal mirip dengan anatase, dengan pengecualian bahwa Ti-O oktahedral

sharing 4 sisi bukan 4 sudut. Brookite mempunyai struktur orthorombik yang sulit

dibuat dan jarang ditemukan. Struktur kristal anatase dan rutile ditampilkan

dalam Gambar 3.

Gambar 3. Bentuk Kisi Kristal TiO2 Fasa Rutile (a),

Fasa Anatase (b) (Rahmawati, 2011).

Struktur rutile setiap oktahedral dikelilingi oleh 10 oktahedral, sedangkan

pada struktur anatase setiap oktahedral dikelilingi oleh 8 oktahedral lainnya. Jarak

antara atom Ti-Ti pada anatase lebih besar dari rutile (3,79 Å pada anatase dan

2,96 Å pada rutile). Jarak Ti-O pada anatase lebih kecil dari rutile (1,934 dan

1,98 Å pada anatase serta 1,949 dan 1,98 Å pada rutile) Perbedaan struktur ini

menyebabkan perbedaan densitas massa dan struktur pita elektronik (Linsebigler,

et al., 1995).

(a) (b)

Page 33: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

19

2.6 Instrumentasi

2.6.1 SAA (Surface Area Analyzer)

Salah satu metode yang dipakai pada SAA adalah BET. BET (Brunauer-

Emmet-Teller) ini merupakan salah satu metode yang umumnya banyak

digunakan untuk mengukur luas permukaan zat padat. Pengujian karakteristik

BET pada prinsipnya adalah mengukur luas permukaan padatan yang dilakukan

dengan cara adsorpsi fisik (physisorption) gas yaitu menentukan jumlah molekul

gas yang dibutuhkan untuk menutupi permukaan padatan dengan satu lapisan zat

(monolayer) yang diserap. Pengukuran isotherm adsorpsi gas banyak digunakan

untuk menentukan luas permukaan dan distribusi ukuran pori dari padatan.

Penggunaan nitrogen sebagai gas adsorptif dianjurkan jika area permukaan lebih

tinggi dari 5 m2/g. Jika luas permukaan yang ditempati oleh satu molekul adsorbat

diketahui maka luas permukaan padatan dapat dihitung dari jumlah molekul

adsorbat. Penyerapan gas ini biasanya dilakukan pada kondisi isotermis (Agitia,

2012).

Gambar 4. Instrumen Surface Area Analyzer (Dok : pribadi)

Page 34: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

20

2.6.2 FT-IR (Fourier Transform Infra-Red)

Spektrofotometri infra red atau infra merah merupakan suatu metode yang

mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada

daerah panjang gelombang 0,75–1.000 μm atau pada bilangan gelombang 13.000-

10 cm-1. Spektrometri infra merah menyangkut interaksi antara radiasi cahaya

didaerah infra merah dengan materi. Spektra infra merah dari suatu senyawa

memberikan gambaran keadaan dan struktur molekul. Yang dimaksud dengan

sinar di daerah infra merah adalah spektra sinar dari 0,78-1000 µm atau jika

dinyatakan dengan satuan bilangan gelombang 12.900–10 cm-1. Identifikasi

molekul dengan menggunakan infra merah dibagi menjadi dua bagian; bagian

pertama penentuan gugus fungsi ditunjukkan di daerah 3600–1200 cm-1, dan

bagian kedua adalah membandingkan secara mendetail dari spektra zat yang tidak

diketahui dengan spektra zat murni yang mengandung semua gugus fungsi yang

ditemukan pada tahap pertama (Harbone, 1987).

Gambar 5. Skema instrumen FTIR (Giwangkara, 2006)

Page 35: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

21

2.6.3 XRD (X-Ray Diffraction)

XRD adalah metode karakterisasi yang digunakan untuk mengetahui ciri

utama kristal, seperti parameter kisi dan tipe struktur. Selain itu, juga

dimanfaatkan untuk mengetahui rincian lain seperti susunan berbagai jenis atom

dalam kristal, kehadiran cacat, orientasi, dan cacat kristal (Smallman, 2000).

Teknik difraksi sinar-X dapat digunakan untuk analisis struktur kristal,

karena setiap unsur atau senyawa mempunyai pola yang sudah tertentu. Apabila

dalam analisis ini pola difraksi unsur diketahui maka unsur tersebut dapat

ditentukan (Smallman, 2000). Rancangan skematik spektrometer sinar-X yang

didasarkan atas analisis Bragg diperlihatkan pada Gambar 6. Seberkas sinar-X

terarah jatuh pada kristal dengan sudut θ dan sebuah detektor diletakkan untuk

mencatat sinar yang sudut hamburannya sebesar θ. Ketika θ diubah, detektor akan

mencatat puncak intensitas yang bersesuaian dengan orde yang divisualisasikan

dalam difraktogram.

Gambar 6. Skema dasar XRD (Smallman, 2000)

2.6.3.1 Penentuan Ukuran Kristal (Crystallite Size)

Pada penurunan hukum Bragg, dapat diasumsikan bahwa kondisi ideal

terjadi selama peristiwa difraksi berlangsung. Kondisi ideal ini maksudnya

adalah kristal yang digunakan dianggap sempurna dan berkas sinar X yang

Page 36: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

22

datang (incident beam) itu sejajar dan berasal dari sumber yang benar-benar

monokromatik (satu panjang gelombang). Kondisi ideal demikian tidak pernah

benar-benar terjadi. Faktanya kristal dengan ukuran tertentu memiliki sesuatu

yang disebut imperfection (ketidaksempurnaan atau cacat). Ukuran yang “ideal”

untuk suatu difraksi bubuk (powder diffraction) bergantung pada tingkat

kesempurnaan dari material polikrisatalin, biasanya ukuran kristalnya 0,5 µm

hingga 10 µm. Jika ukuran kristalnya itu lebih kecil dari itu maka jumlah bidang

yang sejajar yang tersedia saat sinar x datang itu terlalu kecil untuk

menghasilkan grafik intensitas diffraksi maksimum yang tajam. Puncak difraksi

yang dihasilkanpun akan mengalami broadening atau pelebaran.

Broadening atau pelebaran puncak pola difraksi sinar X terlihat dengan

jelas pada pola diffraksi yang diperoleh dari alat difraktometer. Broadening atau

pelebaran puncak pola difraksi terjadi disebabkan 3 faktor utama, yaitu:

1. Efek instrumental, efek ini meliputi ketidaksempuranaan fokus alat,

kurang baiknya dalam memfilter puncak α1 dan α2.

2. Crystallite size atau ukuran kristal, puncak difraksi akan melebar juga

disebabkan oleh ukuran kristal yang kecil, dan analisa pelebaran puncak

difraksi dapat digunakan untuk menentukan ukuran kristal dari 100nm

sampai 500nm.

3. Lattice strain. Terjadi jika semua efek yang menyebabkan broadening

atau pelebaran puncak terjadi secara bersamaan dan menghasilkan pola

puncak diffraksi yang lebih lebar (diikuti penurunan nilai intensitas).

Tinggi puncak dan FWHM (full width half maksimum) diindikasikan pada

suatu puncak difraksi sinar x. Broadening atau pelebaran puncak difraksi

Page 37: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

23

dievaluasi dengan mengukur lebar B dalam satuan radian pada suatu intensitas

yang sebanding dengan FWHM. Scherrer mendapatkan persamaan untuk

pelebaran atau broadening puncak difraksi sinar x yang disebabkan oleh ukuran

kristal yang kecil yaitu :

D = 𝑲 λ

ß 𝑪𝒐𝒔 𝜽 ............................................... (1)

Dimana :

D = Ukuran kristal

λ = Panjang gelombang radiasi (1,5496)

ß = Full Width at Half Maximum (rad)

θ = Sudut Bragg (ᶿ)

2.6.4 TEM (Tansmission Electron Microscop)

Untuk mempelajari morfologi permukaan katalis dapat menggunakan

instrumentasi TEM. TEM adalah alat untuk mengamati bentuk, struktur serta

distribusi pori padatan. Prinsip kerja TEM sama seperti proyektor slide dimana

elektron ditransmisikan ke dalam objek pengamatan dan hasilnya diamati melalui

layar. Mekanisme kerja TEM yaitu pistol elektron berupa lampu tungsten

dihubungkan dengan sumber tegangan tinggi (100-300 kv) ditransmisikan pada

sampel yang tipis, pistol akan memancarkan elektron secara termionik maupun

emisis medan magnet ke sistem vakum. Interaksi antara electron dengan medan

magnet menyebabkan elektron bergerak sesuai aturan tangan kanan, sehingga

memungkinkan elektromagnet untuk memanipulasi berkas elektron. Penggunaan

medan magnet akan membentuk sebuah lensa magnetik dengan kekuatan fokus

variabel yang baik. Selain itu, medan elektrostatik dapat menyebabkan elektron

Page 38: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

24

didefleksikan melalui sudut yang konstan. Dua pasang defleksi yang berlawanan

arah dengan intermediate gapakan membentuk arah elektron yang menuju lensa

yang selanjutnya dapat diamati melalui layar (Liu et al., 2009).

Gambar 7. Skema Instrumen TEM (Lin et al., 2009).

2.6.5 GCMS (Gas Chromatography Mass Spectrometry)

GCMS adalah teknik analisis yang menggabungkan dua metode analisis,

yaitu Kromatografi Gas dan Spektroskopi Massa. GC berfungsi uuntuk

memisahkan komponen dan MS mendeteksi suatu komponen (Kashyap et al.,

2005). Silverstein et al (1991) menyatakan bahwa konsep dari spektrometri massa

yaitu suatu senyawa akan diionisasi, ion akan dipisahkan berdasarkan massa/rasio

muatan dan beberapa ion akan menunjukkan masing-masing unit

massa/muatan yang terekam sebagai spektrum massa.

Pemisahan komponen senyawa dalam GCMS terjadi di dalam kolom

(kapiler) GC dengan melibatkan dua fasa, yaitu fasa diam dan fasa gerak. Dalam

kromatografi gas yang bertindak sebagai fasa gerak adalah gas yang merupakan

gas inert seperti N2, H2, Ar dan He. Gas yang digunakan harus memenuhi syarat

dan dasar pemilihan diantaranya yaitu sesuai dengan detektor, inert atau tidak

Page 39: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

25

bereaksi dengan sampel maupun pelarut yang digunakan dalam kolom, murni

serta murah (Sastrohamidjojo, 2005). Fasa diam dalam kromatografi gas, selain

berupa partikel-partikel padat adsorben (kromatografi gas-padat), dikenal pula

fasa diam cair (liquid phase) yang terikat pada pendukung padat (kromatografi

gas-cair) (Widiarti, 2011).

Cuplikan pada GCMS diinjeksikan ke dalam injector. Aliran gas dari

pengangkut akan membawa cuplikan yang telah teruapkan masuk ke dalam

kolom, di dalam kolom proses pemisahan dapat terjadi karena terdapat perbedaan

kecepatan alir dari tiap molekul. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh

perbedaan afinitas antar molekul dengan fasa diam yang terdapat di dalam kolom.

Komponen-komponen yang telah terpisah kemudian akan ditembak dengan

elektron sehingga akan terfragmentasi menjadi ion-ion positif dengan

perbandingan massa dan muatan (m/z) tertentu yang akan keluar melalui detector

(Sastrohamidjojo, 2005). Adapun skema instrumen GCMS dapat dilihat pada

Gambar 8.

Gambar 8. Instrumen GCMS (Dok : Pribadi)

Page 40: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Proses Kimia dan

Laboratorium Kimia Material & Katalisis, Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) Puspiptek Serpong-Tangerang, Banten. Penelitian

ini dilaksanakan dari bulan November 2017 sampai dengan Januari 2018.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu timbangan analitik,

peralatan gelas, magnetic stirrer, alu, lumpang, spatula, pH-indicator, vacuum

filter, hotplate, autoklaf batch, fixed-bed reactor, XRD (MAC Science MXP3 V),

GCMS (Agilent 7890B, column HP-5MS (30 m x 250 μm, 0,25 μm), TEM, SAA

(Micromeritics Tristar II 3020), FTIR (Shimadzu Prestige-21), Muffle furnace,

furnace 6000 (Thermolyne).

Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu TKS dari limbah

perkebunan kelapa sawit Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Kota Medan, bubuk TiO2

nanopartikel (Degussa P25), garam RuCl3 (Merck), aquadest, gas hidrogen,

etanol, etil asetat, toluen, guaiakol dan eugenol.

Page 41: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

27

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Bagan Alir Penelitian

Gambar 9. Diagram alir penelitian

Reaksi senyawa

model guaiakol Reaksi

Depolimerisasi

Analisis dengan

GCMS and GC-

FID

1.Preparasi katalis

Preparasi katalis

Ru/TiO2

Kalsinasi

dan

Reduksi

Karakterisasi

dengan

Adsorpsi N2,

XRD dan TEM

2. Isolasi Lignin

Serbuk Tandan Kosong Sawit

Isolasi dengan metode

organosolv (Ethanol: air )

50%: 50%, pada suhu180 °C

Lignin

Analisis dengan

GCMS

Analisis

kemurnian

FTIR

Page 42: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

28

3.3.2 Impregnasi Katalis

Garam RuCl3 sebanyak 0,20 gram ditimbang dan dimasukan kedalam

Erlenmeyer 100 mL. Selanjutnya ditambahkan dengan bubuk TiO2 sebanyak 1,90

gram dan dilarutkan dalam 40 mL aquadest. Kemudian diaduk dengan magnetic

strrier selama 12 jam. Dikeringkan dalam oven selama 12 jam dengan suhu 80 °C

untuk menghilangkan kadar air. Setelah itu dilakukan proses kalsinasi pada suhu

350 C selama 2 jam dan dilanjutkan proses reduksi pada suhu 350 °C selama 4

jam menggunakan gas H2 kemudian dikarakterisasi menggunakan SAA, XRD dan

TEM (Kim et al., 2017).

3.3.3 Karakterisasi Katalis

3.3.3.1 Analisis Kristalinitas dengan XRD (ASTM D4824-03)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui senyawa dan kristalinitas dari sampel

katalis. Masing-masing sampel katalis, Ru/TiO dihaluskan dengan grinding lalu

dimasukan sampel ke dalam plat sampel hingga permukaan plat dengan sampel

sama rata dan datar. Setelah itu alat XRD dinyalakan. Dalam pengujian ini

menggunakan tegangan listrik dan kuat arus listrik sebesar 40 mV dan 25 mA.

Sudut yang digunakan yaitu 5-90°. Lalu diuji menggunakan XRD.

3.3.3.2 Analisis Luas Permukaan dengan SAA (ASTM D4824-03)

Tabung sampel ditimbang sebagai bobot kosong, kemudian masing-

masing sampel katalis Ru/TiO2 dimasukkan ke dalam tabung dan ditimbang

sebanyak 0,5 gram. Tabung tersebut kemudian ditempelkan pada port degasser.

Lalu dilakukan proses degassing dengan gas nitrogen pada suhu 200 °C selama 2

jam. Setelah selesai degassing, tabung tersebut kemudian ditimbang kembali

Page 43: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

29

sebagai massa setelah degassing. Kemudian dimasukkan pada port micromeritics

dan dilakukan analisis dalam kondisi suhu nitrogen cair serta dialirkan gas N2 dan

H2.

3.3.3.3 Analisis Morfologis dengan TEM (ASTM D4824-03)

Analisis morfologi permukaan nanokatalis dilakukan menggunakan

instrumentasi Transmission Electron Microscop (TEM). Sampel katalis (± 5 mg)

yang akan dianalisis ditempatkan pada wadah sampel dengan dengan ukuran 3

mm dan ketebalan 300 μm. Sampel diteteskan methanol untuk mencegah

aglomerasi. Kemudian sampel tersebut ditembakkan dengan ion argon sampai

berlubang. Pada bagian yang tipis ini ditembakkan berkas elektron sehingga

menembus sampel kemudian hasil dari tembusan electron tersebut yang ditangkap

detektor dan diolah menjadi gambar.

3.3.4 Reaksi Senyawa Model Guaiakol

Katalis Ru/TiO2 sebanyak 0,02 gram dimasukan kedalam autoklaf lalu

ditambahkan 0,5 mL senyawa model guaiakol dan 19,5 ml aquadest. Autoklaf

ditutup rapat dan di purging untuk menghilangkan pengotor sisa reaksi pada

reaktor sebanyak 2 kali menggunakan gas H2 ditahan. Kemudian autoklaf diisi

dengan gas H2 sampai dengan tekanan 30 bar. Reaksi dijalankan pada suhu 250

°C selama 1 jam. Setelah itu autoklaf didinginkan sampai suhu < 50 °C,

ditambahkan 10 µl eugenol dan 15 ml etil asetat. Campuran didekantasi dan

disaring untuk memisahkan fase etil asetat dan fase air. Produk cair yang didapat

dianalisis dengan GC-FID dan GC-MS. (Dwiatmoko et al., 2107).

Page 44: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

30

3.3.5 Depolimerisasi Lignin

3.3.5.1 Isolasi Lignin

Serbuk TKS sebanyak 0,5 kg dimasukan kedalam atuoklaf dan

ditambahkan dengan 2,5 L campuran (air:etanol) dengan rasio 1:1. Autoklaf

ditutup rapat dan dipanaskan dengan suhu 180 °C pada tekanan 5 bar ditahan

selama 1 jam lalu didinginkan pada temperatur ruang. Setelah itu disaring hingga

endapan dan filtratnya terpisah. Filtrat yang dihasilkan kemudian ditambah

aquadest dengan jumlah berlebih agar ligninnya mengendap lalu di sentrifuge dan

dikeringkan dengan oven pada suhu 80 °C selama 6 jam (Kim et al., 2017).

3.3.5.2 Reaksi Deplomerisasi Lignin

Reaksi deplomerisasi katalitik lignin dilakukan pada reaktor autoklaf

batch 100 mL. Lignin hasil isolasi sebelum digunakan dikeringkan dalam suhu 35

°C selama 16 jam untuk menghilangkan kadar air dalam lignin tersebut. Sebanyak

0,3 gram lignin dan 0,1 g katalis dilarutkan dalam 30 ml campuran etanol dan air

dengan rasio (6:4). Autoklaf ditutup rapat dan di purging sebanyak 2 kali

menggunakan gas H2 ditahan dalam variasi suhu (200, 240, 280 dan 310 °C)

selama 1 jam. Setelah itu autoklaf didinginkan sampai suhu < 50 °C, ditambahkan

10 µl eugenol dan 15 ml toluene. Campuran didekantasi dan disaring untuk

memisahkan fase toluene yang mengandung monomer lignin dan fase air-metanol.

Fase toluene yang mengandung monomer lignin kemudian dianalisis

menggunakan GC-MS dan GC-FID.

Page 45: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

31

3.3.6 Analisis Hasil Reaksi Depolimerisasi

3.3.6.1 Analisis Kadar Lignin NREL/TP-510-42618

Analisis komponen TKS dilakukan dengan metode NREL (National

Renewable Energy Laboratory). Sebanyak 0.3 gram biomassa (< 1mm)

dihidrolisis dengan penambahan 3 mL H2SO4 72 % dalam tabung reaksi.

Selanjutnya campuran biomass diinkubasi pada suhu 30 ºC selama ± 1 jam dan

dihomogenkan setiap 10 menit sehingga diperoleh campuran berwarna hitam.

Pada botol schoot disiapkan 42 mL destilat water, endapan hitam pada tabung

reaksi di tuang kedalam botol schoot dan dibilas dengan air suling beberapa kali

dan dituang hingga volume 84 mL. Untuk hidrolisis yang kedua, sampel

dimasukkan ke dalam autoklaf pada suhu 121 ºC selama ± 1 jam. Kemudian

sampel didiamkan pada suhu ruang ± 24 ºC, diperoleh cairan bening dan endapan

hitam. Setelah itu disaring hingga endapan dan filtratnya terpisah menggunakan

penyaring vakum dan kertas saring dengan ukuran pori 0,45 µm (Wk). Kertas

saring yang telah berisi endapan kemudian dikeringkan dalam oven pada

temperatur 100 0C, didinginkan dan ditimbang (Wks). Kertas saring tersebut

dimasukkan dalam cawan porselen dan ditanur pada temperatur 657 0C selama 3

jam, didinginkan dan ditimbang kembali (bobot abu). Kemudian data dihitung

untuk menetukan kadar lignin yang tidak larut dalam asam (AIL).

Cara menentukan kadar lignin yang terlarut dalam asam (ASL), filtrat hasil

penyaringan diencerkan didalam tabung reaksi dengan pengenceran 51 kali

menggunakan asam sulfat 4%. Campuran diaduk dengan Vortex kemudian

dianalisis dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS pada panjang

gelombang 250 nm menggunakan blanko berupa asam sulfat 4% kemudian data

Page 46: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

32

absorbansi dicatat dan dihitung. Perhitungan kadar lignin yang terlarut dan tidak

terlarut dalam asam adalah sebagai berikut:

% AIL =𝑊KS − 𝑊𝐾−𝐴

𝑊𝑠 x 100.............................................(2)

% ASL =𝐴𝑏𝑠 𝑥 𝑑𝑓

110⁄ 𝑥 871000⁄

𝑊𝑠 x 100%..................................,.........(3)

kadar lignin total = % AIL + % ASL.......................................,.(4)

Keterangan:

% AIL : acid insoluble lignin ( lignin yang tak larut asam)

% ASL : acid soluble lignin ( lignin yang larut asam)

𝑊KS : berat kertas saring dan sampel yang telah dikeringkan

WK : berat kertas saring

A : berat abu

Abs : absorbansi

df : faktor pengenceran

𝑊𝑠 : berat sampel kering

3.3.6.2 Analisis Produk Monomer Aromatik dengan GC/MS dan GC-FID

Produk monomer aromatik yang dilarutkan dalam etil asetat diidentifikasi

menggunakan GC/MS (MSB XLP inert 60,80 inert dengan tripleaxis detektor)

yang dilengkapi dengan kolom kapiler HP-5MS (60 m x 0,25 mm x 0,25 lm) dan

dianalisis dengan GC jenis FID (Flame Ionization Detector).

3.3.6.3 Analisis Produk Lignin dengan FTIR (ASTM D4824-03)

Karakterisasi lignin sebelum dan sesudah reaksi dengan spektroskopi

inframerah bertujuan untuk mengamati gugus fungsi pada spekrum inframerah.

Spektroskopi infra merah yang digunakan ialah spektrofotometer SHIMADZU

FTIR 8400S. Pengukuran dilakukan dengan pembuatan pelet, 1 mg cuplikan

Page 47: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

33

dicampur dengan 100 mg KBr, kemudian dimasukkan ke dalam press holder,

ditekan beberapa saat hingga ketebalan 0,05 mm. Pelet tersebut selanjutnya diukur

spektranya pada bilangan gelombang 4000-400 cm-1

.

Page 48: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Lignin Hasil Isolasi

Lignin diisolasi dari limbah Tandan Kosong Sawit menggunakan

metode organosolve dengan campuran pelarut etanol:air (1:1). Etanol digunakan

sebagai pelarut disebabkan oleh kemudahan dalam pemisahan selulosa TKS

dengan senyawa lain. Penggunaan etanol dapat memberikan dampak lingkungan

yang rendah serta tidak mengubah struktur zat terlarut (Susanto, 1999).

.

Gambar 10. Lignin hasil isolasi dengan metode organosolve

Hasil analisis komponen lignin dengan menggunakan metode NREL

(National Renewable Energy Laboratory) menghasilkan kemurnian lignin sebesar

98,75%. Bobot abu yang dihasilkan cukup rendah yaitu sekitar 0,125%,

sedangkan senyawa lain yang masih terkandung dalam lignin dapat berupa

pengotor yang berasal dari selulosa maupun hemiselulosa. Nilai kemurnian ini

cukup tinggi bahkan dari penelitian yang dilakukan oleh Kim et al., (2017) yang

melakukan isolasi lignin secara organosolve pada suhu 170 °C dengan kemurnian

34

Page 49: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

35

lignin yang didapatkan sebesar 92-94%. Proses organosolve menggunakan pelarut

organik seperti etanol akan menghasilkan lignin bebas sulfur sehingga dapat

menghasilkan lignin dengan kualitas tinggi dan kemurnian yang tinggi dimana

lignin ini dapat digunakan lebih lanjut dalam bidang komposit atau bahkan

polimer yang dapat terurai. Keuntungan lain dari organosolve lignin adalah

memiliki kandungan abu yang lebih rendah, kemurnian yang lebih tinggi (karena

kandungan karbohidrat yang lebih rendah) yang memiliki efek penting terhadap

peningkatan bahan kimia bernilai tinggi, berat molekul rendah dan lebih

hidrofobik (Wildscut et al., 2013).

Nilai kemurnian yang tinggi hasil analisis disebabkan karena penambahan

asam kuat dengan konsentrasi tinggi seperti H2SO4 72% akan menghidrolisis

selulosa disamping melarutkan hemiselulosa. Kehilangan selulosa karena

hidrolisis akan menurunkan kadar selulosa dan meningkatkan kadar lignin dalam

produk larut serta meninggalkan lignin murni yang mengendap pada kondisi asam

(Jimmy et al., 2015, Suhartati et al., 2016).

Proses ekstraksi sangat berdampak pada struktur lignin akhir, sehingga

dengan cara identifikasi gugus fungsi lignin hasil isolasi dan membandingkan

dengan gugus fungsi yang terdapat dalam lignin standar dapat dijadikan parameter

dalam keberhasilan proses isolasi lignin. Analisis ini dilakukan menggunakan

spektrometer FT-IR yang mampu mengidentifikasi serapan-serapan khas yang

terkandung dalam struktur lignin. Spektrum FTIR lignin hasil isolasi dapat dilihat

pada Gambar 11.

Page 50: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

36

.

Gambar 11. Spektrum FTIR lignin hasil isolasi

Spektrum FTIR pada Gambar 11 senyawa lignin secara umum

diidentifikasi memiliki serapan pita yang lebar pada kisaran gelombang 3.400-

3.450 cm-1 yang diindikasikan sebagai getaran peregangan OH. Ikatan ini

disebabkan oleh adanya gugus hidroksil alkoholik dan fenolik yang terlibat dalam

ikatan hidrogen. Penyerapan pita yang berada di sekitar 2.820-2.940 cm-1

diindikasikan sebagai peregangan CH metil, untuk kisaran bilangan gelombang

1.595-1.605cm-1 dan 1.505-1.515 cm-1 berhubungan dengan getaran cincin

aromatik yang ada pada lignin. Kisaran bilangan gelombang 1.030-1.085 cm-1

mengindikasikan adanya eter tersubstitusi alkil (C-O-C). Kehadiran pita absorpsi

pada 850 – 875cm-1, yang disebabkan oleh getaran ikatan C-H pada cincin

aromatik. Pita-pita tersebut dalam spektrum lignin yang diendapkan menunjukkan

adanya cincin aromatik utuh di dalamnya ( ElMansouri et al., 2011). Selain itu

serapan khas yang menandakan molekul lignin yaitu adanya getaran cincin

O-H

C-H3

C=C

Aromatic

-OCH3

C-O-C

C-H

Aromatic

Wavenumber (cm-1)

No

rm.

Abso

rpti

on

Page 51: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

37

siringil dan cincin guasil (-OCH3) ditemukan pada kisaran bilangan gelombang

masing-masing 1.315-1.330 cm-1dan 1.270-1.280 cm-1. Bilangan gelombang dan

gugus fungsi lignin hasil isolasi dibandingkan dengan gugus fungsi lignin standar

yang dimiliki oleh Minu et al., (2012) dapat dilihat pada Gambar 12 dan Tabel 3.

Gambar 12. Spektrum FTIR lignin standar (Minu et al.,2012).

Tabel 3. Bilangan gelombang gugus lignin.

Bilangan Gelombang

Hasil Penelitian (cm-1)

Standar Kisaran

Pita Serapan (cm-1)

Gugus Fungsi

3.438,26 3.400-3.450 Uluran O-H

2.922,28 dan 2.937,71 2.820-2.940 Uluran C-H metil

1.594,23 dan 1.512,26 1.595-1.605 C=C Aromatik

1.461,14 1.460-1.470 C-H Asimetri

1.328,05 dan 1.274,04 1.270-1.330 -OCH3

1.034,85 1.030-1.085 Uluran Eter C-O-C

836,18 850-875 C-H Aromatik

Sumber : Minu et al., (2012).

Wavenumber (cm-1)

No

rm.

Abso

rpti

on

Page 52: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

38

Hasil spektrum FTIR pada rentang bilangan gelombang antara 400-4.000

cm-1 dari penelitian pada Tabel 3 menghasilkan serapan serapan khas pada

bilangan gelombang 1.315-1.330 cm-1dan 1.270-1.280 cm-1 yang merupakan

serapan khas cincin siringil dan guasil (-OCH3) dimana serapan tersebut selalu

terdapat pada senyawa lignin meskipun intensitasnya berbeda. Gugus-gugus

fungsi yang terdapat pada lignin hasil isolasi memiliki kemiripan dan sangat

relevan dengan gugus umum yang terdapat pada senyawa lignin standar.

4.2 Karakterisasi Katalis

4.2.1 Analisis Luas Permukaan dengan SAA

Katalis dikarakterisasi dengan SAA menggunakan metode BET bertujuan

untuk megetahui luas permukaan berdasarkan data adsorpsi-desorpsi isoterm gas

N2. Hasil karakterisasi SAA dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakterisasi SAA pada katalis

No Nama Senyawa Luas Permukaan (m2/g)

1 TiO2 46,2

2 Ru/TiO2 24,0

Tabel 5 memperlihatkan luas permukaan pada penyangga TiO2 sebelum

impregnasi memiliki luas permukaan sebesar 46,2 m2/g, sedangkan setelah

diimpregnasi dengan logam Ru terjadi penurunan luas permukaan pada katalis

sehingga luas permukaan untuk katalis Ru/TiO2 menjadi 24,0 m2/g. Penurunan

luas permukaan pada katalis disebabkan karena adanya impregnasi logam

sehingga menutup sebagian pori-pori katalis yang akibatnya dapat mengurangi

luas permukaaan katalis (Putera, 2008).

Page 53: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

39

Perlakuan terhadap katalis seperti pengeringan, kalsinasi dan reduksi

berpengaruh terhadap luas permukaan katalis yang telah dibuat. Akan tetapi pada

penelitian ini tidak dilakukan pengukuran terhadap luas permukaan katalis

disetiap tahap perlakuan tersebut, sehingga hasil karakterisasi katalis akibat

perlakuan tersebut tidak dapat dipelajari. Namun luas permukaan katalis bukan

satu-satunya parameter yang menentukan baik atau tidaknya sebuah katalis

(Satterfield, 1991).

4.2.2 Analisis Kristalinitas dengan XRD

Pola XRD dari katalis Ru dengan penyangga titania ditunjukkan pada

Gambar 13. Katalis Ru/TiO2 terlihat ada beberapa puncak yang tajam yang

menunjukan adanya fase kristal pada matriks.

Gambar 13. Pola difraksi katalis Ru/TiO2

Pola difraksi katalis Ru/TiO2 menghasilkan puncak pada nilai 2θ = 24.9

37,6, 47,8, 53.7, 54.9, 62.5, 68.5, 70.1 dan 74.88. Menurut Kumar et al.,(2014)

2θ = 44º

Page 54: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

40

puncak-puncak tersebut mengindikasikan bahwa TiO2 memiliki struktur anatase

dengan membandingkan data literatur dan memastikan bahwa partikelnya adalah

polikristalin dengan struktur anatase yang sesuai dengan difraksi (101), (004),

(200), (105), (211), (204), (116), (220) dan (215) pada JCPDS (Joint Committee

on Powder Diffraction Standars) No. 71-1167.

Puncak difraksi katalis Ru/TiO2 diatas hanya menghasilkan puncak

difraksi yang sesuai dengan penyangganya tetapi tidak terlihat adanya puncak

yang dianggap sebagai puncak khas spesies ruthenium yang terpusat pada 2θ =

44º (JCPDS No. 06-0663) (Qiang et al.,2012). Pola difrkasi khas dari logam

ruthenium pada 2θ = 44º Ru/TiO2 menunjukan puncak difraksi yang lemah dan

lebar, akan tetapi pola difrkasi logam Ru terlihat cukup jelas ketika dilakukan

perbesaran pola difraksi pada 2θ = 44º seperti yang terlihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Perbesaran pola difraksi logam Ru pada 2θ = 44º

(a) TiO2 (b) Ru/TiO2

Pola difraksi yang lemah pada puncak khas dari kristal logam Ru hasil

karakterisasi XRD pada penyangga TiO2 menunjukkan bahwa ukuran kristal rata-

rata Ru didalam penyangga TiO2 berada di bawah tingkat deteksi XRD. Puncak

Page 55: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

41

kristal Ru masih tidak dapat terdeteksi bahkan ketika jumlah logam Ru yang

terkandung sampai 10% berat katalis (Shen et al., 2012).

Ukuran kristal rata-rata dari TiO2 dapat dihitung untuk memastikan

terdispersinya logam rutehnium didalam penyangga tersebut ditandai dengan

naiknya ukuran kristal TiO2 sebelum dan sesudah diimpregnasi menggunakan

logam ruthenium. Ukuran kristal TiO2 dan Ru/TiO2 dihitung dengan nilai FWHM

(Full Widht of Half Maximum) dari puncak bidang fraksi menggunakan

persamaan Scherrer (Lampiran 4). Perhitungan FWHM diambil pada masing-

masing puncak yang memiliki intensitas paling tinggi, berdasarkan hasil

perhitungan ukuran kristal TiO2 sebelum diimpergnasi dengan logam Ru adalah

sebesar 17,9 nm sedangkan ukuran kristal setelah imperganasi dengan logam Ru

adalah sebesar 38 nm. Data tersebut didukung dengan difraksi yang dihasikan

oleh Ru/TiO2 lebih sempit dan tinggi dibandingkan dengan difraksi TiO2.

Intensitas relatif menjadi parameter yang menunjukan jumlah atau banyaknya

bidang kristal yang terukur, katalis yang memiliki difraksi dengan intensitas tinggi

memiliki jumlah kristal yang lebih banyak. Perubahan ukuran kristal dari 17,9 nm

menjadi 38 nm ini disebabkan karena logam telah terdispersi dengan baik kedalam

penyangga (Tsani, 2011).

4.2.3 Analisis Morfologi dengan TEM

Analisis morofologi katalis dengan TEM bertujuan untuk mendapatkan

gambar atau image struktur katalis pada tingkatan mikro dengan resolusi yang

tinggi. Gambar yang didapatkan menunjukan interaksi antara elektron dengan

Page 56: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

42

sampel yang kemudian ditransmisikan dan ditangkap oleh sebuah layar.

Mikrograf katalis Ru/TiO2 dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Mikrograf katalis Ru/TiO2

Gambar TEM katalis Ru/TiO2 menunjukan adanya bintik-bintik gelap

kecil dan diindikasikan sebagai logam Ru yang terdispersi secara merata di antara

penyangga TiO2. Bintik-bintik hitam tersebut membuktikan jika partikel logam

Ru berkorespondensi dan terdispersi pada titania dengan ukuran partikel rata-rata

logam Ru adalah sekitar 0,203 nm. Distribusi logam Ru kedalam penyangga TiO2

memiliki korelasi dengan hasil analisis SAA, dimana penurunan luas permukaan

pada katalis dikarenakan logam Ru terdispersi dengan baik pada permukaan TiO2

(Sui et al., 2016).

4.3 Hasil Reaksi HDO Senyawa Model Guaiakol

Reaksi hidrodeoksigenasi pada senyawa model guaiakol dilakukan dalam

reaktor batch dengan suhu 240° C dibawah tekanan 30 bar menggunakan katalis

Ru/TiO2 hasil sintesis. Hasil reaksi tersebut dianalisis dengan GC-MS dan GC-

FID pada fraksi cairnya (Lampiran 4). Hasil distribusi produk konversi dari

senyawa model guaiakol dapat dilihat pada Tabel 5.

Page 57: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

43

Tabel 5. Analisis GCMS produk konversi guaiakol

Produk Konsentrasi produk hasil konversi (mM)

Cyclohexanol 2,17

Cyclohexanone 0,58

Phenol 7,29

Toluene 0,18

Anisole 0,07

2-methyl-phenol 0,31

2,3-dimethyl-phenol 0,07

Total 10,67

Tabel 5 memperlihatkan distribusi produk HDO guaiakol yang dihasilkan

oleh katalis Ru/TiO2 dengan produk yang terbentuk yaitu cyclohexanol,

cyclohexanone, phenol, toluene, anisole, 2-methyl-phenol dan 2,3-dimethyl-

phenol. Terbentuknya produk phenol yang merupakan produk utama pada reaksi

HDO guaiakol dengan konsentrasi yang tinggi menunjukkan bahwa logam Ru

menunjukkan selektifitas tinggi untuk langsung melakukan deoksigenasi langsung

(DDO) pada guaiakol. Mekanisme reaksi yang terjadi pada HDO guaiakol

menjadi produk phenol ditunjukan pada Gambar 16.

Gambar 16. Rute HDO guaiakol menjadi phenol (Newman et al., 2014)

Page 58: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

44

Gambar 16 memperlihatkan reaksi yang terjadi dalam reaksi HDO guaikol

menjadi phenol. Jalur yang dapat dipertimbangkan untuk proses konversi guiaikol

menjadi phenol terdapat dua jalur. Pertama, jalur deoksigenasi langsung (DDO) di

mana phenol terbentuk melalui hilangnya fungsi metoksi. Jalur kedua dimetilasi

dari kelompok metoksi membentuk katekol diikuti dengan reaksi HDO

membentuk phenol. Namun, jalur kedua tidak signifikan karena senyawa katekol

tidak terdeteksi dalam hasil produk dan menegaskan jika phenol terbentuk melalui

jalur DDO (Newman et al., 2014).

Mekanisme reaksi HDO guaiakol menjadi produk-produk lainnya dapat

ditunjukan pada Gambar 17.

Gambar 17. Reaksi HDO guaiakol (Ghampson et al.,2012)

Gambar 17 memperlihatkan kemungkinan reaksi yang terjadi dalam HDO

guaikol. Phenol yang terbentuk melalui rekasi DDO mengalami hidrogenasi

berurutan pada cincin aromatik membentuk sikloheksanon dan siklohekasanol.

Produk 2-methyl-phenol yang mengalami deoksigenasi dari guaiakol kemudian

Page 59: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

45

mengalami metilasi menjadi 2,3-dimethyl-phenol. Metilasi kemungkinan terjadi

karena kondisi asam pada support katalis. Produk 2,3-dimethylphenol terbentuk

karena terjadinya transfer metylgroup yang disebabkan oleh keasaman pada

katalis. Reaksi alkilasi menunjukan jika situs asam pada katalis berinteraksi

dengan guaiakol melalui gugus metoksi atau hidroksi untuk membentuk

metoksifenat dan hidroksifenat, masing-masing senyawa tersebut dapat

memfaisilitasi metilasi produk 2-methylphenol mengarah pada pembentukan 2,3-

dimethylphenol (Nimmanwudipong et al.,2011). Terbentuknya produk anisole

yang kemudian mengalami reaksi deoksigenasi membentuk toluene merupakan

jalur yang jarang ditemukan dalam proses HDO guaiakol (Nimmanwudipong et

al., 2012). Hal tersebut membuktikan jika katalis logam Ru dengan penyangga

TiO2 merupakan katalis yang aktif terhadap pemutusan ikatan C-OH ataupun C-

OCH3. Keberhasilan suatu katalis dalam reaksi HDO guaiakol ditentukan dengan

terbentuknya produk-produk kelompok metoksi, kelompok hidroksil dan

kelompok cinin aromatik. Sehingga dengan terbentuknya produk-produk HDO

antara lain seperti phenol, anisole, toluene menunjukan jika produk yang

dihasilkan sesuai dengan liteatur (Ghampson et al.,2012).

Nilai konversi yang dihasilkan oleh katalis Ru/TiO2 dalam reaksi HDO

guaiakol adalah sebesar 60% (Lampiran 4), nilai tersebut menunjukan aktifitas

yang besar dalam proses hidrodeoksigenasi guaiakol. Nilai konversi yang

dihasilkan dalam penelitian ini lebih tinggi dari yang dilakukan Ruiz et al., (2012)

yang melakukan reaksi HDO guaiakol menggunakan katalis MoS2/AC dengan

konversi yang didapat sebesar 50% dimana produk yang didapatkan yaitu phenol,

katekol dan sikloheksen. Dwiatmoko et al., (2017) juga telah melakukan HDO

Page 60: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

46

guaiakol menggunakan katalis Ru/WO3 dengan nilai konversi sebesar 26,8%.

Konversi guaiakol sangat dipengaruhi oleh dispersi Ru, partikel Ru yang sangat

tersebar bisa memfasilitasi adsorpsi atom hidrogen dan meningkatkan hidrogenasi

guaiakol dan turunannya.

Reaksi senyawa model lignin seperti guaiakol sangat penting dilakukan

sebelum proses depolimerisasi lignin, dengan tujuan mengetahui selektifitas suatu

katalis dalam memotong ikatan C-O dalam senyawa model. Katalis Ru/TiO2 telah

memberikan hasil yang baik dalam HDO guaiakol dengan nilai konversi sebesar

60%. Nilai konversi tersebut dapat dijadikan sebagai landasan katalis Ru/TiO2

dapat digunakan untuk mendepolimerisasi dengan baik makromolekul lignin

menjadi monomer-monomer aromatik.

4.4 Hasil Produksi Senyawa Aromatik dari Depolimerisasi Lignin

4.4.1 Variasi Suhu Reaksi

Produk hidrokarbon aromatik hasil depolimerisasi lignin dianalisis

menggunakan GC-MS untuk mengetahui distribusi produk berdasarkan variasi

kondisi reaksi. Reaksi tersebut dilakukan pada tekanan 30 bar dengan massa

katalis Ru/TiO2 0,3 gram pada suhu 200, 240, 280 dan 310 °C selama 1 jam.

Variasi suhu dilakukan untuk mendapatkan kondisi suhu optimum untuk

depolimerisasi lignin dengan menghasilkan produk monomer aromatik yang

paling banyak.

Distribusi produk aromatik hasil depolimerisasi lignin berdasarkan variasi

suhu dapat dilihat pada Tabel 6.

Page 61: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

47

Tabel 6. Analisis GCMS produk depolimerisasi lignin variasi suhu reaksi

Produk Konsentrasi Produk Aromatik (mM)

200°C 240°C 280°C 310°C

Phenol - 0,12 0,30 0,32

2-methoxy-phenol (Guaiakol) 0,23 0,07 2,62 0,39

Creosol - - - 0,10

4-ethyl-2-methoxy-phenol - 0,05 0,23 0,34

2,6-dimethoxy-phenol (Syringol) - - 0,22 0,41

2-methoxy-4-propyl-phenol 0,18 0,17 0,12 0,31

Isoeugenol - 0,05 0,19 0,13

Homosyringaldehyde 0,11 0,14 0,40 1,07

2,6-dimethoxy-4-(2-propenyl)-

phenol - - 0,13 0,13

Total 0,52 0,60 4,21 3,20

Hasil analisis GCMS pada Tabel 6 menunjukan terbentuknya produk

phenol, guaiakol, syringol dan turununnya merupakan produk dominan yang

menunjukan tiga unit struktual utama penyusun lignin (hidroksil, guasil dan

siringil) terdepolimerisasi secara efisien dengan katalis Ru/TiO2 dengan

konsentrasi yang berbeda. Pada penelitian ini produk phenol terbentuk ketika suhu

reaksi dinaikan menjadi 240 °C, hal tersebut menunjukan suhu reaksi yang

digunakan lebih baik dengan yang dilakukan oleh Kim et al., (2017) ketika

melakukan depolimersisai lignin pada suhu 225 °C pada tekanan 40 bar selama 1

jam menggunakan katalis Ru/Hß. Produk yang dihasilkan yaitu 2-methoxy-phenol

(guaiakol), 2-methoxy-4-propyl-phenol dan isouegenol. Hasil ini jelas

menunjukan bahwa katalis logam Ru dengan penyangga TiO2 selektif terhadap

produk Phenol. Tingginya selektivitas katalis terhadap produk phenol disebabkan

oleh situs Ti3+ dalam katalis Ru/TiO2 yang dibuat oleh hidrogen spillover yaitu

perpindahan atom hidrogen dari katalis logam kedalam adsorbat (lignin)

Page 62: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

48

berinteraksi kuat dengan logam Ru untuk membantu memutus ikatan C-O

(Newman et al., 2014).

Produk guaiakol yang merupakan produk utama turnanan cincin siringil

pada lignin memiliki distribusi yang merata disetiap suhu reaksi dengan

konsentrasi terbesar yaitu ada pada suhu reaksi 280 °C sebesar 2,62 mM, hasil

tersebut jauh lebih besar dari yang dilakukan Kim et al., (2017) yang

mendapatkan guaiakol sebesar 0,62 mM dengan menggunakan katalis Ru/Hß dan

pada penelitian Kristisanto et al., (2017) yang melakukan depolimerisasi lignin

dengan menghasilkan guaiakol pada kondisi optimum sebesar 0,27 mM

menggunakan katalis Ru/C. Senyawa syringol (2,6-dimethoxy-phenol) mulai

terbentuk pada suhu reaksi 280 dan 310 °C. Suhu reaksi 310° C terbentuk produk

yang tidak dihasilkan oleh suhu reaksi lainnya, yaitu senyawa cresol,

terbentuknya creosol pada suhu 310 °C menunjukan bahwa semakin tinggi suhu

HDO maka derajat deoksigenasi akan semakin besar ditunjukan dengan

kandungan oksigen dalam produk hasil HDO berkurang (Huang, 2014).

Kondisi operasi saat reaksi 310 °C memiliki distribusi produk yang lebih

banyak namun total konsentrasi monomer aromatik yang didapatkan lebih rendah

dari suhu 280 °C. Semakin tinggi suhu reaksi HDO yiled yang dihasilkan akan

semakin berkurang karena semakin banyak terbentuknya gas (Mortensen, 2011).

Kondisi reaksi yang dilakukan pada suhu tinggi tidak hanya bisa memberikan

efektivitas yang tinggi dalam proses menghasilkan produk HDO, namun suhu

tinggi dapat menyebabkan repolimerisasi senyawa atau produk yang telah

terfragmentasi (Huang, 2014). Mahmood et al., (2013) dalam penelitiannya telah

mempelajari kondisi proses untuk depolimerisasi hidrolitik kraft lignin, hasil

Page 63: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

49

depolimerisasi menghasilkan produk monomer aromatik sangat tinggi (pada

kisaran 85-92 wt.%) diperoleh pada suhu 250-300 °C.

Kondisi reaksi dari keempat kondisi suhu yang dilakukan, suhu 280 °C

menunjukan aktivitas lebih baik dari suhu 200, 240 dan 310 °C, dimana suhu

reaksi 280°C menunjukkan hasil terbesar dengan total konsentrasi monomer

aromatik sebesar 4,21 mM dengan menghasilkan 0,30 mM phenol, 2,62 mM

guaiacol, 0,23 mM 4-ethyl-2-methoxy-phenol, 0,22 mM 2,6-dimethoxy-phenol

(Syringol), 0,12 mM 2-methoxy-4-propyl-phenol, 0,19 mM isoeugenol, 0,40 mM

homosyringaldehyde dan 0,13 mM 2,6-dimethoxy-4-(2-propenyl)-phenol. Seluruh

produk yang terbentuk menunjukan jika 2,8% (Lampiran 6) lignin berhasil di

konversi menjadi produk aromatik. Selain senyawa-senyawa tersebut analisis pada

GCMS didapatkan peak senyawa yang memiliki persen quality kemiripan dengan

standar dibawah 90%. Analisis GCMS dengan menggunakan teknik MIM

(Multiple Ion Monitoring) memerlukan senyawa yang memiliki kadar kemiripan

dengan data standar SRM (Standar Reference Material) relatif besar. Suatu

senyawa dinyatakan identik apabila memiliki persen kemiripan diatas 90%.

Sehingga senyawa yang terbentuk dan terdapat dalam spektrum GCMS hasil

analisis pada penelitian ini yang memikili persen quality kurang dari 90% tidak

dapat diidentifikasi sebagai senyawa atau produk dari sampel yang diuji (Kashyap

et al., 2005).

Page 64: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

50

4.4.2 Pengaruh Gas H2

Pengaruh gas hidrogen dalam reaksi depolimerisasi dilakukan untuk

mengetahui peranan gas hidrogen dalam proses depolimerisasi lignin dengan

membandingkan hasil produk yang dihasilkan dengan produk yang dihasilkan

menggunakan gas He. Kondisi reaksi dilakukan pada suhu 240 °C pada tekanan

60 bar selama 1 jam. Hasil depolimerisasi lignin dengan gas H2 dan He dapat

dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Analisa GCMS produk depolimerisasi lignin dengan gas H2 dan He

Produk Konsentrasi Produk Aromatik (mM)

H2 He

Phenol 0,26 0,24

2-methoxy-phenol (Guaiakol) 1,24 1,28

4-ethyl-2-methoxy-phenol 0,13 -

2,6-dimethoxy-phenol (Syringol) 0,09 -

2-methoxy-4-propyl-phenol 0,15 -

Isoeugenol 0,10 0,19

1,2,3-trimethoxy-5-methylbenzene 0,26 -

2,6-dimethoxy-4-(2-propenyl)-

phenol 0,08 0,23

Total 2,31 1,94

Hasil analisis GCMS produk depolimerisasi lignin menunjukan bahwa gas

hidrogen memiliki peranan penting dalam mengkonversi senyawa lignin selama

proses reaksi. Hal ini terlihat dari distribusi produk aromatik yang dihasilkan lebih

banyak apabila dibandingkan dengan produk aromatik yang dihasilkan

menggunakan gas helium. Produk yang tidak terbentuk ketika reaksi

menggunakan gas helium yaitu syringol, 4-ethyl-2-methoxy-phenol, 2-methoxy-4-

propyl-phenol, 1,2,3-trimethoxy-5-methylbenzene dan 2,6-dimethoxy-4-(2-

propenyl)-phenol.

Page 65: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

51

Reaksi depolimerisasi lignin dengan gas hidrogen dapat diilustrasikan

pada Gambar 18.

Gambar 18. Reaksi depolimerisasi lignin dengan H2 (Huang, 2014)

Depolimerisasi lignin sebagian besar dilakukan pada tekanan atmosfer gas

hidrogen dengan kombinasi katalis logam. Suhu tinggi akan menyebabkan H2

berdifusi kedalam pelarut dan teradsopsi oleh logam yang diikuti dengan disosiasi

menjadi atom hidrogen atau radikal (H atau H•) pada permukaan partikel logam.

Radikal H tersebut akan pindah kedalam struktur lignin dan memutus ikatan eter

pada lignin sehingga mendepolimerisasi makromolekul menjadi monomer

aromatik (Huang, 2014). Total monomer aromatik yang dihasilkan gas hidrogen

ketika tekanan reaksi dinaikan menjadi 60 bar jauh lebih tinggi apabila

dibandingkan dengan hasil reaksi sebelumnya (Tabel 6), ketika tekanan 30 bar

pada suhu yang sama yaitu 240 °C dimana total monomer aromatik yang dihsilkan

sebanyak 0,60 mM, hasil tersebut jauh lebih rendah dari hasil yang dilakukan

pada tekanan 60 bar yaitu sebanyak 2,31 mM. Penelitian ini menunjukan tekanan

Page 66: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

52

gas hidrogen digunakan untuk memastikan kelarutan hidrogen yang lebih tinggi

sehingga ketersediaan hidrogen pada katalis juga tinggi (Choundhary et al., 2011).

Page 67: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

53

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Kesimpulan dari penelitian ini diantaranya adalah :

1. Berdasarkan reaksi HDO senyawa model guaikol katalis Ru/TiO2

memiliki nilai konversi sebesar 60% sehingga katalis tersebut memiliki

aktifitas yang baik untuk depolimerisasi lignin

2. Temperatur optimum untuk reaksi depolimerisasi lignin dengan katalis

Ru/TiO2 yaitu pada suhu 280°C (P = 30 bar, t = 1 jam) dengan yield

yang dihasilkan sebesar 2,8%. Sedangkan tekanan optimumnya adalah

60 bar ( T = 240 °C, t = 1 jam) dengan yield monomer aromatik 1,55%.

5.2 Saran

Peningkatkan situs asam pada katalis Ru/TiO2 perlu dilakukan dengan

penambahan asam seperti H2SO4 ketika proses impregnasi, sehingga dapat

meningkatkan aktivitas katalis dalam proses HDO lignin.

Page 68: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

54

DAFTAR PUSTAKA

Agitia GF. 2012. Sintesis Renewable Diesel dengan Metode Deoksigneasi

Menggunakan Katalis Pd/C dan NiMo/C. [Skripsi]. Depok : Universitas

Indonesia.

Ahring BK, dan Westermann, P. 2007. Coproduction of Bioethanol with Other

Biofuels. Advance Biochemical Engineering/Biotechnology, 108, 289–302.

Arief S, Safni, Roza, PP.2007. Degradasi Senyawa Rhodamin B secara Sonolisis

dengan Penambahan TiO2, hasil Sintesa melalui Proses Sol-gel. Jurnal

Riset Kimia, 1(1): 64-70. ISSN 1978-628x.

Arif Z. 2012. Respon Parking Bumper Bahan Komposit Polymeric Foam

Diperkuat Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit (Tkks) Akibat Beban Tekan

Statik Dan Dinamik (Simulasi Numerik). [Tesis]. Medan : Universitas

Sumatera Utara.

Arifianto B. 2006. Reaksi Perengkahan Katalitik Minyak Sawit dengan Katalis

B2O3/Al2O3. [Skripsi]. Depok: UI: 37-40

ASTM D4824-03. 2005. Test Method for Determination of Catalyst Acidity by

Ammonia Chemisortption. Manual Book of ASTM. Pp. 1-3.

Balat M. 2010. Production of Bioethanol from Lignocellulosic Materials via

Biochemical Pathway: A Review. Energy Conversion and Management, 52

(2), 858-875.

Balaraju M., Rekha V, Prasad PSS, Devi BL. 2009. Influence of solid acids as co-

catalysts on glycerol hydrogenolysis to propylene glycol over Ru/C

catalysts .Appl. Catal. A: Gen. 354 : 82–87.

Brebu M. dan Vasile C. 2010. Thermal Degradation Of Lignin – A Review.

Cellulose Chemistry and Technology, 44 (9), 353-363

Chakar FS and AJ Ragauskas. 2004. Review of current and future softwood kraft

lignin process chemistry. Industrial Crops and Products. 20(2):131-141.

Chen, X.; Delgado, J.J.; Gatica, J.M.; Zerrad, S.; Cies, J.M.; Bernal, S. 2013.

Preferential oxidation of CO in the presence of excess of hydrogen on

Ru/Al2O3 catalyst: Promoting effect of ceria-terbia mixed oxide. J. Catal.

299 : 272–283.

Choundhary, T.V dan Philips, C.B. 2011. Renewable Fuels via Catalytic

Hydrodeixigenation. Applied Catalysis A : General. 39 : 1-2.

Chuah SB, Ibrahim MNM. 2004. Characterization of lignin precipitated from the

soda black liquor of oil palm empty fruit bunch fibers by various mineral

acids. AJSTD. 21:57-67.

Page 69: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

55

Cortright RD, Davda RR, Dumesic JA.2002. Hydrogen from catalytic reforming

of biomass derived hydrocarbons in liquid water. Nature. 418, 964-967.

Costes L, Laoutid F, Aguedo M., Richel A, Brohez S, Delvosalle C, dan Dubois

P. (2016): Phosphorus and Nitrogen Derivatization as Efficient Route for

Improvement of Lignin Flame Retardant Action in PLA. European Polymer

Journal, 84, 652–667.

Cotton FA, Wilkinson G, Murillo CA, dan Bochmann M.1990. Advanced

Inorganic Chemistry, 6th edition, John Wiley and Sons Inc., Van Couver.

Damris M, Haryanto, dan Bakar A. 1999. Studi Pemanfaatan Lignin dari Limbah

Pembuatan Pulp sebagai Pengkompleks untuk Analisis Logam Cu (II), Zn

(II) dan Pb (II). Laporan penelitian Starter Grant. Jambi : Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi.

Darnoko Z, Poeloengan dan Anas I. 1992. Pembuatan pupuk organik dari tandan

kosong kelapa sawit. Buletin Penelitian Kelapa Sawit, 2 , 89-99

Dickerson T, Soria J. 2012. Catalytic Fast Pyrolysis: A Review. Energies ISSN

1996-1073.

ElMansouri, N., Yuan Q., dan Farong, H. 2011.Characterization of Alkaline

Lignins For Use In Phenol-Formaldehyde And Epoxy Resins. BioResources

6(3), 2647-2662.

Eriksson, N. 2012. Production of four selected renewable aromatic chemicals.

Department of Chemical Engineering. Sweden : Chalmers University of

Technology. Gothenburg.

Dwiatmoko AA, Kim I, Zhou L, Choi JW, Suh DJ, Jae J, Ha JM.2017.

Hydrodeoxigenation of Guaiacol on Tungstated Zirconia Support Ru

Catalysts. Aplied Catalysts, General. 543 : 10-16.

Fengel DG, Wegener. 1995. Kayu : Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-reaksi.

Diterjemahkan oleh Hardjono Sastrohamidjoyo. Cetakan I, Yogyakarta :

Gajah Mada University Press.124-154.

Fengel D, dan Wegener G. 1989. Wood : Chemistry, Ultrastructure, Reactions.

Berlin : De Gruyter.132-174.

Fessenden RJ, dan Fessenden JS. 1995. Kimia Organik Jilid 2, 3th ed.

Pudjaatmaka A. H., penerjemah. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Giwangkara SEG. 2006. Aplikasi Logika Syaraf Fuzzy Pada Analisis Sidik Jari

Minyak Bumi Menggunakan Spetrofotometer Infra Merah – Transformasi

Fourier (FT-IR). Cepu,Jawa Tengah : Sekolah Tinggi Energi dan Mineral.

Ghampson, I. T, Sepulvedac, C, Garciac, R, Radovic, L. R., Fierro, J. L. G,

DeSisto, W. J, Escalona, N. 2012. Hydrodeoxygenation of guaiacol over

Page 70: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

56

carbon-supported molybdenum nitride catalysts: Effects of nitriding

methods and support properties. Appl. Catal. 439–440 : 111–124.

Gosselink RJA. 2012. Lignin depolymerisation in supercritical carbon

dioxide/acetone/water fluid for the production of aromatic chemicals.

Bioresource Technology. 106:173-177.

Hagen J. 2006. Industrial Catalysis: A Practical Apporach, 2nd edition.

Weinheim: WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA.

Han M, Kim Y, Kim SW, Choi GW. 2011. High Efficiency Bioethanol

Production from OPEFB Using Pilot Pretreatment Reactor. Journal of

Chemical and Technology Biotechnology, 86, 1527-1534.

Handoko T dan Mulajana H. 2009. Pengaruh Laju Alir Gas Karbondioksida dan

Lama Pembakaran dalalm Pemurnian Alumina dari Spent Catalyst.

Bandung : Universitas Katolik Parahyangan.

Harborne J B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Padmawinata K., dan Soediro I., penerjemah. Bandung:

Institut Teknologi Bandung.

Hart H, Craine LE, dan Hat DJ. 2003. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.

He, Z dan Wang, X. 2014. Highly Selective Catalytic Hydrodeoxigenation of

Guaiacol to Cyclohexene over Pt/TiO2 and NiMo/Al2O3 Catalysts. Chem.

Sci. Eng. 8(3): 369–377.

Heitner CD. Dimmel, and J. Schmidt. 2016. Lignin and lignans: advances in

chemistry : CRC press.

Herawati W, Nugrahaningtyas,DK. 2016. Kajian Reaksi HDO Anisol

Menggunakan Reaktor Alir dan Batch dengan Katalis CoMo/USY.

Seminar Kimia dan Pendidikan Kimia; 14 Mei 2016; Surakarta, Indonesia.

Semarang : UNS.

Hoffmann MR., Martin SM., Choi W, dan Bahnemann DW. 1995. Environmental

application of semiconductor photocatalysis, Chem. Rev., 95,69-96.

Huang, X., Korányi, T.I., Boot, M.D., Hensen, E.J., 2015. Ethanol as capping

agent andformaldehyde scavenger for efficient depolymerization of lignin

to aromatics. Green Chem. 17 (11), 4941–4950.

Huang, S. 2014. Reductive Depolymerization of Kraft Lignin for Chemicals and

Fuels Using Formic Acid as a In-Situ Hydrogen Source. Electronic Thesis

and Dissertation Repository. University of Western Ontario.

Huijgen, W.J.J., Smit, A.T., Reith, J.H., Uil, H.d. 2011. Catalytic organosolv

fractionation of willow wood and wheat straw as pretreatment for

Page 71: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

57

enzymatic cellulose hydrolysis. J. Chem. Technol. Biotechnol. 86 : 1428–

1438.

Isa, M. 2014. Preparasi dan Karakterisasi Katalis NiMo/γ-Al2O3 dengan Metode

Impregnasi [skripsi]. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Iskandar. 2014. Analisis Unsur Karbon Aktif Tempurung Kelapa dengan Metode

Analisis Ultimate (Ultimate Analysis). Bandung : ITB.

Istady. 2011. Fundamental dan Aplikasi : Teknologi Katalis untuk Konversi

Energi. Badan Penerbit Undip, 1-13.

Kumar, PV., Harikrishna,Y.,Nagaraju,N.,Chary,KVR. 2014.Characterization and

reactivity of TiO2 support nano ruthenium catalysts fot vapour phase

hydrogenolysis of glycerol.Indian Journal of Chemistry. 53 : 516-523.

Jimmy., Poespowati,T., dan Noertjahjono,S. 2015. Delignification of Sugarcane

Leaf Using Dilute Sulfuric Acid in Solid/Acid Ratio and Time.Prosiding

Seminar Nasional Kimia; 3-5 Oktober 2015. Surabaya, Indonesia. Malang

: ITN Malang.

J.J.Mcketta. 1993. Chemical Processing Handbook. New Y ork:Marcel

Dekker.230.

J. Zakzeski, P. C. A. Bruijnincx, A. L. Jongerius, and B. M. Weckhuysen. 2010

Chem. Rev. 110, 3552.

Kim M, Son D, Choi JW, Jae J, Suh DJ, Ha JM, Lee KW. 2107. Production of

Phenolic Hydrocarbon Using Catalytuc Depolimerization of Empty Fruit

Bunch (EFB)-Derived Organosolv Lignin on Hβ-Support Ru. Chemical

Engineering Journal. 309 : 187-196.

Kleinert M., Barth T. 2008. Towards a Lignincellulosic Biorefinery: Direct One-

Step Conversion of Lignin to Hydrogen- Enriched Biofuel, Energy Fuels

22, 1371-1379.

Lee, H. Lee, J.M. Ha, J. Kim, D.J. Suh. 2015. Production of aromatic compounds

from oil palm empty fruit bunches by hydro- and solvothermolysis. Ind.

Crops Prod. 76 :104–111

Lin Y, and G. W. Huber. 2009. The critical role of heterogeneous catalysis in

lignocellulosic biomass conversion. Energy and Environmental Science. 2.

68–80.

Linsebigler AL, Lu G, dan Yates JT. 1995. Photocatalysis on TiO2 Surface:

Principles, Mechanism and Selected Results, Chem. Rev., 95, 735-758.

Long, Y. Xu, T. Wang, Z. Yuan, R. Shu, Q. Zhang, L. 2015. Efficient base-

catalyzed decomposition and in situ hydrogenolysis process for lignin

depolymerization and char elimination. Appl. Energy. 141:70–79.

Page 72: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

58

Mahmood, N., Yuan, Z., Schmidt, J., Xu, C., 2013. Production of polyols via

directhydrolysis of kraft lignin: Effect of process parameters. Bioresource

technology. 139 : 13-20.

Martak, Cahyani NW D, Nugraheni ZV, Utomo WP. 2014. Property and Toxicity

of Cobalt(II) Complex With 2,4,5 trifenil-1H-imidazol Ligand. Surabaya :

Current Research in Chemistry.

Mauladi, S. 2013. Teknologi Kimia Lanjutan. Samarinda : Universitas

Mulawarman. 35-36.

Minu, K., Jiby, K., dan Kishore, V.V.N. (2012): Isolation and Purification of

Lignin and Silica From the Black Liquor Generated During the Production

of Bioethanol from Rice Straw.Biomass and Bioenergy. 39 :210-217.

Mohammad. 2012. Overview on the Production of Paraffin Based-Biofuels.

Renewable and Sustainable Energy Reviews.

Mortensen,PM. 2011. Catalytic Upgrading of Bio-Oil to Engine Fuels. Applied

Catalysis A. 407 : 1-9.

Naibaho, PM. 1990. Diversifikasi Minyak Kelapa Sawit dan Inti Sawit dalam

Upaya Meningkatkan daya Saing dengan Minyak Nabati lainnya dan

Hewani. Buletin erkebunan. 21(2) : 107-124.

Nagy, M.. 2010. Characterization of CO2 precipitated Kraft lignin to promote its

utilization. Green Chemistry. 12(1): 31-34.

Nasikin M.,Susanto HB. 2010. Katalis Heterogen. Jakarta : UI-Press.

New Reneweble Energy Laboratory. Laboratory Analytical Procedure (LAP):

NREL/TP-510-42618-2018. Determination of structural carbohydrates and

lignin in biomass.

Newman, C.; Zhou, X.; Goundie, B.; Ghampson, I. T.; Pollock, R. A.; Ross, Z.;

Wheeler, M. C.; Meulenberg, R.; Austin, R. N.; Frederick, B. G. 2014.

Effects of support identity and metal dispersion in supported ruthenium

hydrodeoxygenation catalysts. Appl. Catal. 477 : 64−74.

Nimmanwudipong, T., Runnebaum, R.C., Block, D.E.,Gates, B.C. 2012. Catalytic

conversion of guaiacol catalyzed by platinum supported on alumina:

Reaction network including hydrodeoxygenation reactions. Energy

Fuels.25 : 3417–3427

Nimmanwudipong,T., Ron,C.,David,E.,Bruce,C.,Gates. 2011. Catalytic Reactions

of Guaiacol: Reaction Network and Evidence of Oxygen Removal in

Reactions with Hydrogen. Catal Lett. 141:779–783.

Page 73: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

59

Nugrahaningtyas, KD., Hidayat Y,Prayekti,PS. 2015. Aktivitas dan Selektivitas

Mo-Co/USY Pada Reaksi Hidrodeoksigenasi Anisol. Jurnal Penelitian

Saintek, Vol. 20, Nomor 1. UNS.fakultas MIPA

Nur, Muhammad.2017. Sintesis dan Uji Toksisitas Kompleks Nikel(II) dengan

Ligan 2(4-Klorofenil)-4,5 difenil-1H-Imidazol. [Skripsi]. Surabaya : ITS

Putera,D.D. 2008. Sintesis Fotokatalisis CuO/ZnO untuk Konversi Metanol

Menjadi Hidrogen. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Qamar, M. & M. Muneer. 2009. A Comparative Photocatalytic Activity of

Titanium Dioxide and Zinc Oxide by Investigating the Degradation of

Vanillin. Desalination 249: 535–540.

Qiang, DU.,Ze-ming,R.,Xin-yi,LU.,Yi-fan,W.,Lian-hai,LU.,Jing-ping,QU. 2012.

Ruthenium Nanoparticles Loaded on Carbon as Effective Catalyst for

Highly Selective Hydrogenation of 4,4’-Methylenedianiline.

Chem.Res.Chinese Universities. 28:882-885

Rahmawati, Ayu. S. 2011. Pembuatan dan Karakterisasi Sel Surya Titanium

Dioksida Sensitisasi Dye Antosianin dari Ekstrak Buah

Strawberry.[Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Ragauskas, G.T. Beckham, M.J. Biddy, R. Chandra, F. Chen, M.F. Davis, B.H.

Davison, R.A. Dixon, P. Gilna, M. Keller. 2014. Lignin valorization:

improving lignin processing in the biorefinery. Science. 344:1246843.

Rodrıguez A, Serrano L, Moral A., Pe´rez A, dan Jime´nez L. 2007. Use of High-

Boiling Point Organic Solvents for Pulping Oil Palm Empty Fruit

Bunches. Bioresource Technology. 98(3) : 554-559.

Robert RW, Soegijono B, and Rinaldi,N. 2012. Charaterization of Cr/Bentonite

and HZSM-5 Zeolit as Catalysts for Ethanol Conversion to Biogasolin.

Research Centre for Chemistry, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Tangerang, Indonesia.

Rosjidi,M. 2010. Potensi Zeolit untuk Penggunaan Pupuk Lepas Lambat (Slow

Release Fertilizer) dan Membran Anorganik. Jakarta : Badan Pengkajian

dan Penerapan Teknologi.

Rudatin, S. 1989. Potensi dan Prospek Pemanfaatan Lignin dari Limbah Industri

Pulp dan Kertas di Indonesia. Berita Selulosa, 25 (1) : 14-17.

Ruiz, P.,Frederick, B., De Sisto,W.,Austin, R.,Radovic, L.,Leiva, K.,García,

R.,Escalona, N.,Wheeler, M.2012. Guaiacol hydrodeoxygenation on MoS2

catalysts: Influence of activated carbon supports. Catal Commun. 27 : 44–

48.

Sastrohamidjojo, H. 2006. Produk Turunan Minyak Atsiri dan Potensi Pasar.

Konferensi Nasional Minyak Atsiri. Solo.

Page 74: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

60

Satterfield, C.N.1991. Heteregenous Catalysis in Industrial Practice. MC. Graw-

Hill. Inc : New York.

Setiawan Y.dan E. Ruhyat C.C. 2001. Pemanfaatan Lindi Hitam (Black Liquor)

Industri Kertas Sembahyang (Joss Paper) Untuk Pembuatan Dispersan.

Berita Selulosa, (37) 3 & 4. Departemen Perindustrian RI. Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Industri Selulosa. Bandung.

Shah YT, and Cronauner DC. 1979. Oxygen, Nitrogen, and Sulfur

RemovalReaction in Donor Solvent Coal Liquifaction. Catalyst Review,

Vol 2. 209-301.

Shen, L.,Zhang, C., Liu, Y. 2012. Meso-macroporous Al2O3 support Ru catalysts

for CO preferential oxidation in hydrogen-rich gases. Journal of Natural

Gas Chemistry. 21 : 653-660.

Silverstein R M, Bassler GC, Morril TC.1991. Spectrometric Identification of

Organic Compunds. John Wiley and Sons. New York.

Sjostrom E. 1993. Wood Chemistry: Fundamental and Applications, 2nd ed. San

Diego: Academic Press.

Smallman RE, dan Bishop RJ. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa

Material. Jakarta : Erlangga

Song, F.Wang, J. Cai. 2013.Lignin depolymerization (LDP) in alcohol over

nickel-based catalysts via a fragmentationhydrogenolysis process. Energy

and Environmental Science, vol.6 : 994–1007.

Suhartati,S., Puspito,R., Rizali,F., Anggraini,D.2016. Analisis Sifat Fisika dan

Kimia Lignin Tandan Kosong Kelapa Sawit asal Desa Sape, Kabupaten

Sanggau, Kalimantan Barat. Jurnal Kimia Valensi. 2(1) : 24-29

Sui, C., Yuan, F., Zhang,Z.,Niu Zhu Y.2016. Effect of Ru Species on N2O

Decomposition over Ru/Al2O3 Catalysts. Catalysts. 6: 173.

Susanto H. 1999. Simultaneous Hydrolisis of Hemicellolose and Delignification

of Oil Palm Empty Bunch. [Tesis]. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Tanabe, K. 1981. Solid Acid and Base Catalyst in Catalysis Science and

Technology. Book, J.R. Anderson and M. Boudart. Vol. 2. Berlin :

Springer-Link.

Tayade R.J, RG Kulkarni, dan RV.Jasra. 2007. Enhanced Photocatalytic Activity

of TiO2-Coated NaY and HY Zeolites for the Degradation of Methylene

Blue in Water. Ind. Eng. Chem. Res. 46: 369-376.

Tsani, F. 2011. Preparasi dan Karakterisasi Katalis NiMo/γ-Al2O3 untuk Sintesis

Bahan Bakar Bio dari Minyak Jarak Melalui Pirolisis Berkatalis.[Skripsi].

Depok : Universitas Indonesia.

Page 75: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

61

Ulyani, V. 2008. Reaksi Katalisis Oksidasi Vanili Menjadi Asam Vanilat

Menggunakan Katalis TiO2/Al2O3 (1:1) Yang Dibuat Dengan PEG 6000.

[skripsi]. Jakarta : Universitas Indonesia.

Vanholme R., Demedts B, Morreel K, Ralph J, dan Boerjan W .2010. Lignin

Biosynthesis and Structure. American Society of Plant Biologists, 153, 895-

905.

Venderbosch R H. 2009. Stabilization of Biomass-Derived Pyrolysis Oils. Wiley

Intercsience.

Wang HM, Male J, Wang Y.2013. Recent Advances in Hydrotreating of Pyrolysis

Bio-Oil and Its Oxygen-Containing Model Compounds. ACS Catal. 3,

1047–1070.

Widihati IAG, Ratnayani O, dan Angelina Y. 2010. Karakterisasi Keasaman Dan

Luas Permukaan Tempurung Kelapa Hijau (Cocos Nucifera) Dan

Pemanfaatannya Sebagai Biosorben Ion Cd2+. Jurnal Kimia. 4(1):7-14.

Wildschut, J., Smit, A.T., Reith, J.H., Huijgen, W.J.J. 2013. Ethanol-based

organosolv fractionation of wheat straw for the production of lignin and

enzymatically digestible cellulose. Bioresour. Technol. 135 : 58–66.

Wildschut .2009. Hydrotreatment of Fast Pyrolysis Oil Using Heterogeneous

Noble-Metal Catalysts. Ind. Eng. Chem. Res.

Willems PA.2009. The Biofuels Landscape Through the Lens of Industrial

Chemistry. Science. 325(5941):707.

Xikong LB, Kongreong D, Kantachote, dan W. Sutthisripok. 2010.

Photocatalytic Activity and Antibacterial Behavior of Fe3+-Doped

TiO2/SnO2 Nanoparticles. Energy Research Journal, (1): 120-125.

Yusri, S. 2012. Sintesis dan Karakterisasi Zeolit ZSM-5 Mesopori dengan

Secondary Template dan Studi Awal Katalisis Oksidasi Metana [skripsi].

Depok: Universitas Indonesia.

Zakzeski J, Bruijnincx PC, Jongerius AL dan Weckhuysen BM. 2010. The

catalytic valorization of lignin for the production of renewable chemicals.

Chemical reviews 110, 3552.

Zakzeski J. and B.M. Weckhuysen. 2011. Lignin Solubilization and Aqueous

Phase Reforming for the Production of Aromatic Chemicals and

Hydrogen. ChemSusChem. 4(3): 369-378.

Page 76: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

62

LAMPIRAN

Page 77: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

63

Lampiran 1. Preparasi katalis

1. Perhitungan

Ru/TiO2 5%

Katalis Ru/TiO2 dibuat dalam 2 gram

5% Ru = 0,05 gram

Bobot RuCl3 = Mr RuCl3

Ar Ru 𝑥 0,05

= 207,5

101 𝑥 0,05

= 2,05 x 0,05

= 0,1 gram x 2 gram

= 0,2 gram

Sehingga bobot penyangga TiO2 = 2-0,05 = 1,95 gram

2. Katalis 5% Ru/TiO2 Kalsinasi/Reduksi T = 350 °C

Page 78: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

64

Lampiran 2. Perhitungan Kadar Lignin TKS Hasil Isolasi

Contoh perhitungan kadar lignin :

% AIL = (𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑑𝑟𝑦)−Ash

𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 (𝑒𝑥𝑐𝑒𝑝𝑡 𝑚𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒) X 100% % 𝐀𝐒𝐋 =

𝐴𝑏𝑠 𝑥 𝑑𝑓110⁄ 𝑥 87

1000⁄

𝐵𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 (𝑒𝑥𝑐𝑒𝑝𝑡 𝑚𝑜𝑖𝑠𝑡𝑢𝑟𝑒) x 100%

= 0.2719−0.0002

0.2856 𝑋 100% =

0.2673𝑥 52110⁄ 𝑥 87

1000⁄

0,2856 x 100%

= 95,12% = 3,85%

Total Kadar Lignin = % AIL + % ASL

= 95,12% + 3,85% = 98,97%

No Name Biomassa

Weight

Filter

paper

[g]

Filter

paper

+biomass

after dry

biomass

after

dry

crucible

[g]

crucible+

biomass

after dry

[g]

Ash

[g]

Ash

[%]

Acid

insoluble

lignin

[%]

Abs Dilution

rate ASL(g/L)

ASL

[%]

Total

lignin

Total

lignin

rata-rata

1 LIGNIN 0.2856 0.0796 0.3463 0.2719 71.8710 71.8712 0.0002 0.07 95.12 0.2673 52 0.13 3.85 98.97

98.75

2 LIGNIN 0.2856 0.0791 0.3455 0.2716 60.2371 60.2376 0.0005 0.18 94.91 0.2513 52 0.12 3.62 98.53

Page 79: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

65

Lampiran 3. Perhitungan ukuran kristal

Ukuran kristal TiO2 dan Ru/ TiO2 dihitung menggunakan persamaan Scherrer

sebagai berikut :

D = 𝑲 λ

ß 𝑪𝒐𝒔 𝜽

Dimana :

D = Ukuran kristal

λ = Panjang gelombang radiasi (1,5496)

ß = Full Width at Half Maximum (rad)

θ = Sudut Bragg (ᶿ)

Diketahui besar nilai k yaitu konstanta 0,9 dan 𝜆 sebesar 1,5406

Sedangkan untuk FWHM dan Xc didapatkan dengan menggunakan origin.

Page 80: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

66

Ukuran Kristal TiO2

D = 𝐾 λ

ß 𝐶𝑜𝑠 𝜃

= 0,9 𝑥 1,5496

0,0079185566 𝑥 𝑐𝑜𝑠 (12,658755)

= 1,38674

0.00772607668

= 179,462365885 Å

= 17,9 nm

Ukuran Kristal Ru/ TiO2

D = 𝐾 λ

ß 𝐶𝑜𝑠 𝜃

= 0,9 𝑥 1,5496

0,0037322388 𝑥 𝑐𝑜𝑠 (12,722115)

= 1,38654

0.00364061097

= 380,85365655 Å

= 38 nm

Page 81: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

67

Lampiran 4. Perhitungan % Konversi dan konsentrasi produk guaiacol

Pembuatan Larutan Standar

No GUA (mL) EUG (mL) EA (mL) [GUA] (M) (X)

Ratio Luas Area

𝐺𝑢𝑎𝑖𝑎𝑐𝑜𝑙

𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 (Y)

1 0,5 0,01 15 0,2904 45,26

2 0,4 0,01 15 0,2339 41,16

3 0,3 0,01 15 0,1765 31,09

4 0,2 0,01 15 0,1185 26,17

5 0,1 0,01 15 0,0596 8,63

Persamaan Larutan Standar GC-FID :

Y (Ratio Luas Area) =161,9615 ∙X(Konsentrasi Guaiacol)

y = 161,9615xR² = 0,9667

0

10

20

30

40

50

60

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35

Luas

Are

a G

uai

ako

l/Eu

gen

ol

Konsentrasi Guaiakol (M)

Page 82: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

68

`Hasil Analisis GC-FID Reaksi Senyawa Model Guaiakol dengan Ru/TiO2

Guaiakol 16 menit

l

Eugenol 19 menit

l

Page 83: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

69

Konsentrasi Guaiakol Awal =

ƿ 𝑥 𝑉 𝐺𝑢𝑎𝑖𝑎𝑘𝑜𝑙𝑀𝑟 𝐺𝑢𝑎𝑖𝑎𝑘𝑜𝑙 𝑥 0,99 ⁄

𝑉 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖

=

1,1290 𝑔

𝑚𝑙 𝑥 0.5 𝑚𝑙

124,14 𝑥 0,99⁄

20 𝑚𝑙

= 0,2904 M

Konsentrasi Guaiakol Akhir dalam Ru/TiO2 =

Luas Area (Guaiakol

Eugenol)

𝑌

=

42623

2217

161,9615

= 19,2255

161,9615

= 0,1187 M

Konversi guaiacol

= 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐺𝑢𝑎𝑖𝑎𝑘𝑜𝑙 𝐴𝑤𝑎𝑙−𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐺𝑢𝑎𝑖𝑎𝑘𝑜𝑙 𝐴𝑘ℎ𝑖𝑟

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐺𝑢𝑎𝑖𝑎𝑘𝑜𝑙 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑥 100%

= 0,2904−0,1187

0,2904 𝑥 100%

= 60%

Perhitungan Konsentrasi Produk reaksi guaiacol

[Produk] = % 𝑨𝒓𝒆𝒂 𝑿

% 𝑨𝒓𝒆𝒂 𝑰𝑺 𝒙 [𝑰𝑺]

Dimana : X = Produk

IS = Interanl Standar (Eugenol)

%Area = % Area yang dihasilkan dari GCMS

Sumber : Dwiatmoko et.,al (2017)

Page 84: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

70

Konsentrasi Intrenal Standar =

ƿ 𝑥 𝑉 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙𝑀𝑟 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 ⁄

𝑉 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖

=

1.067𝑔

𝑚𝑙 𝑥 0.01 𝑚𝑙

164,20 𝑔/𝑚𝑜𝑙⁄

15,01 𝑚𝑙

= 0,0043 M

Hasil HDO guaiakol dengan katalis Ru/TiO2

Toluene = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑇𝑜𝑙𝑢𝑒𝑛𝑒

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 0,34

7,70 𝑥 0,0043

= 0,00018 M

Cyclohexanol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑜ℎ𝑒𝑥𝑎𝑛𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 3,89

7,70 𝑥 0,0043

= 0,00217 M

Cyclohexanon = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑜ℎ𝑒𝑥𝑎𝑛𝑜𝑛

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 1,05

7,70 𝑥 0,0043

= 0,00058 M

Anisole = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐴𝑛𝑖𝑠𝑜𝑙𝑒

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 0,14

7,70 𝑥 0,0043

= 0,00007 M

Phenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑝ℎ𝑒𝑛𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

Page 85: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

71

= 13,06

7,70 𝑥 0,0043

= 0,00729 M

2-methyl-phenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 2−𝑚𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙−𝑝ℎ𝑒𝑛𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 0,56

7,70 𝑥 0,0043

= 0,00031 M

2,3-dimethyl-phenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 2,3−𝑑𝑖𝑚𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙𝑝ℎ𝑒𝑛𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 0,14

7,70 𝑥 0,0043

= 0,00007 M

Lampiran 5. Perhitungan Produk Depolimerisasi Lignin

1. Reaksi Depolimerisasi Lignin Suhu 200°C

Guaiakol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑔𝑢𝑎𝑖𝑎𝑘𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 4,25

78,90 𝑥 0,0043

= 0,00023 M

2-Methoxy-4-propylphenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 3,45

78,90 𝑥 0,0043

= 0,00018 M

Homosyringaldehyde = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 2,18

78,90 𝑥 0,0043

Page 86: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

72

= 0,00011 M

2. Reaksi Depolimerisasi Lignin Suhu 240°C

Phenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑝ℎ𝑒𝑛𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 2,04

72,29 𝑥 0,0043

= 0,00012 M

Guiakol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑔𝑢𝑎𝑖𝑎𝑘𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 1,31

72,29 𝑥 0,0043

= 0,00007 M

4-ethyl-2-methoxyphenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 0,92

72,29 𝑥 0,0043

= 0,00005 mM

2-methoxy-4-prophylphenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 2,89

72,29 𝑥 0,0043

= 0,00017 mM

Isoeugenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑖𝑠𝑜𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 0,85

72,29 𝑥 0,0043

= 0,00005 mM

Homosyringaldehyde = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

Page 87: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

73

= 2,39

72,29 𝑥 0,0043

= 0,00014 M

3. Reaksi Depolimerisasi Lignin Suhu 280°C

Phenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑝ℎ𝑒𝑛𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 2,57

36,23 𝑥 0,0043

= 0,00030 M

Guaiakol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑔𝑢𝑎𝑖𝑎𝑘𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 22,15

36,23 𝑥 0,0043

= 0,00262M

4-ethyl-2-methoxyphenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 1,99

36,23 𝑥 0,0043

= 0,00023 M

2,6-dimethoxyphenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 1,90

36,23 𝑥 0,0043

= 0,00022 M

2-methoxy-4-prophylphenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 1,08

36,23 𝑥 0,0043

= 0,00012 M

Isoeugenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑖𝑠𝑜𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 1,61

36,23 𝑥 0,0043

Page 88: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

74

= 0,00019 M

Homosyringaldehyde = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 3,39

36,23 𝑥 0,0043

= 0,00040 M

2,6-dimethoxy-4- = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

(2-propenyl)-phenol = 1,16

36,23 𝑥 0,0043

= 0,00013 M

4. Reaksi Depolimerisasi Lignin Suhu 310°C

Phenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑝ℎ𝑒𝑛𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 2,82

37,55 𝑥 0,0043

= 0,00032 M

Guaiakol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑔𝑢𝑎𝑖𝑎𝑘𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 3,46

37,55 𝑥 0,0043

= 0,00039 M

Creosol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐶𝑟𝑒𝑜𝑠𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 0,96

37,55 𝑥 0,043

= 0,00010 M

4-ethyl-2-methoxyphenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 3,01

37,55 𝑥 0,0043

Page 89: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

75

= 0,00034 M

2,6-dimethoxyphenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 3,66

37,55 𝑥 0,0043

= 0,00041 M

2-methoxy-4-prophylphenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 2,75

37,55 𝑥 0,0043

= 0,00031 M

Isoeugenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑖𝑠𝑜𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 1,20

37,55 𝑥 0,0043

= 0,00013 M

Homosyringaldehyde = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 8,97

37,55 𝑥 0,0043

= 0,00107 M

2,6-dimethoxy-4- = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

(2-propenyl)-phenol = 1,18

37,55 𝑥 0,0043

= 0,00013 M

5. Reaksi Depolimerisasi Lignin dengan Gas He

Page 90: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

76

Phenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑝ℎ𝑒𝑛𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 2,13

37,57 𝑥 0,0043

= 0,00024 M

Guaiakol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑔𝑢𝑎𝑖𝑎𝑘𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 11,24

37,57 𝑥 0,0043

= 0,00128 M

Isoeugenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑖𝑠𝑜𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 1,74

37,57 𝑥 0,0043

= 0,00019 M

2,6-dimethoxy-4- = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

(2-propenyl)-phenol = 2,02

37,57 𝑥 0,0043

= 0,00023M

6. Reaksi Depolimerisasi Lignin dengan Gas H2

Phenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑝ℎ𝑒𝑛𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 3,08

50,83 𝑥 0,0043

= 0,00026 M

Guaiakol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑔𝑢𝑎𝑖𝑎𝑘𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 14,77

50,83 𝑥 0,0043

Page 91: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

77

= 0,00124 M

4-ethyl-2-methoxyphenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 1,62

50,83 𝑥 0,043

= 0,00013 M

2,6-dimethoxyphenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 1,09

50,83 𝑥 0,0043

= 0,00009M

2-methoxy-4-prophylphenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 1,78

50,83 𝑥 0,0043

= 0,00015 M

Isoeugenol = % 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑖𝑠𝑜𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

= 1,28

50,83 𝑥 0,0043

= 0,00010 M

1,2,3-trimethoxy-5- = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

Methylbenzene = 3,13

50,83 𝑥 0,0043

= 0,00026 M

2,6-dimethoxy-4- = % 𝐴𝑟𝑒𝑎

% 𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐸𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙 𝑥 [𝑒𝑢𝑔𝑒𝑛𝑜𝑙]

(2-propenyl)-phenol = 1,04

50,83 𝑥 0,0403

= 0,00008 M

Lampiran 6. % Yield suhu dan tekanan optimum

1. Suhu Optimum ( T = 280 , P = 30 bar, menggunakan H2)

Page 92: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

78

Molaritas = 𝑛 (𝑚𝑜𝑙)

𝑉 𝑅𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖

Phenol = 0,00030 M

Mol = M x V

= 0,00030 x 0,01501 L

= 0,0000045 mol

Massa = 0,0000045 x 94

= 0,00042 gram

Guaiakol = 0,00262 M

Mol = M x V

= 0,00262 x 0,01501 L

= 0,0000393 mol

Massa = 0,0000393 x 124

= 0,00487 gram

4-ethyl-2-methoxyphenol = 0,00023 M

Mol = M x V

= 0,00023 x 0,01501 L

= 0,0000034 mol

Massa = 0,0000034 x 152

= 0,00051 gram

2,6-dimethoxyphenol = 0,00022 M

Mol = M x V

= 0,00022 x 0,01501 L

= 0,0000033 mol

Massa = 0,0000033 x 154

= 0,00050 gram

2-methoxy-4-prophylphenol = 0,00012 M

Mol = M x V

= 0,00012 x 0,01501 L

= 0,0000018 mol

Massa = 0,0000018 x 166

= 0,00029 gram

Isoeugenol = 0,00019 M

Mol = M x V

= 0,00019 x 0,01501 L

Page 93: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

79

= 0,0000028 mol

Massa = 0,0000018 x 164

= 0,00029 gram

Homosyringaldehyde = 0,00040 M

Mol = M x V

= 0,00040 x 0,01501 L

= 0,0000060 mol

Massa = 0,0000060 x 196

= 0,00117 gram

2,6-dimethoxy-4-(2-propenyl)-phenol = 0,00013 M

Mol = M x V

= 0,00013 x 0,01501 L

= 0,0000019 mol

Massa = 0,0000019 x 194

= 0,00036 gram

%Yield suhu 280°C = Ʃ 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

𝐿𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

= 0,0084

0,3 𝑥 100%

= 2,8 %

2. Tekanan Optimum ( P = 60 bar, T = 240 menggunakan H2)

Phenol = 0,00026 M

Mol = M x V

= 0,00026 x 0,01501 L

= 0,0000039

Massa = 0,0000039 x 94

= 0,00036 gram

Guaiakol = 0,00124 M

Mol = M xV

Page 94: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

80

= 0,00124 x 0,01501 L

= 0,0000186

Massa = 0,0000186 x 124

= 0,00230 gram

4-ethyl-2-methoxyphenol = 0,00013

Mol = 0,00013 x 0,01501 L

= 0,0000019

Massa = 0,0000019 x 152

= 0,00028 gram

2,6-dimethoxyphenol = 0,00009

Mol = 0,00009 x 0,01501 L

= 0,0000013

Massa = 0,0000013 x 154

= 0,00020 gram

2-methoxy-4-prophylphenol = 0,00015 M

Mol = 0,00015 x 0,01501 L

= 0,0000022 mol

Massa = 0,0000022 x 166

= 0,00036 gram

Isoeugenol = 0,00010 M

Mol = 0,00010 x 0,01501 L

= 0,0000015 mol

Massa = 0,0000015 x 164

= 0,00024 gram

2,6-dimethoxy-4-(2-propenyl)-phenol = 0,00008 M

Mol = 0,00008 x 0,01501 L

= 0,0000012 mol

Massa = 0,0000012 x 194

= 0,00023 gram

1,2,3-trimethoxy-5- = 0,00026 Methylbenzene

Page 95: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

81

Mol = 0,00026 x 0,01501 L

= 0,0000039

Massa = 0,0000039 x 182

= 0,00070 gram

%Yield Tekanan 60 bar = Ʃ 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

𝐿𝑖𝑔𝑛𝑖𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)

= 0,00467

0,3 𝑥 100%

= 1,55 %

Page 96: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

82

Lampiran 7. Hasil Analisis GCMS

1. GCMS Senyawa Model Guaiakol

Page 97: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

83

BIODATA MAHASISWA

IDENTITAS PRIBADI

Nama Lengkap : Nurita Sari

Tempat Tanggal Lahir : Pandeglang, 08 Agustus 1995

NIM : 11140960000094

Anak ke : 4 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Kp. Wangun RT/RW 011/003 Desa Citalahab,

Kec.Banjar Kab.Pandeglang - BANTEN

Telp/HP. : 085218840393

Email : [email protected]

Hobby/ Keahlian (softskill) : Mengoperasikan instrumen

PENDIDIKAN FORMAL

Sekolah Dasar : SD Negeri Citalahab 03 Lulus tahun 2007

Sekolah Menengah Pertama : MTsN Model Pandeglang 1 Lulus tahun 2010

SLTA/SMK : SMA Negeri 1 Pandeglang Lulus tahun 2013

Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidyatullah Jakarta Masuk tahun

2014

PENDIDIKAN NON

FORMAL

Kursus/Pelatihan

1. Keselamatan Kerja di Lab : No. Sertifikat -

2. Pelatihan Kalibrasi dan

Perawatan pH Meter dan

Analytical Balance

: No. Sertifikat -

3. Training and workshop of

Perfect Weighing

Technology

: No. Sertifikat -

Page 98: DEPOLIMERISASI LIGNIN TANDAN KOSONG SAWIT MENJADI SENYAWA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47847/1/NURITA SARI... · optimumnya yang dianalisis dengan GCMS. Uji

84

PENGALAMAN

ORGANISASI

1. Himpunan Mahasiswa

Kimia (HIMKA)

: Staff Ahli Departemen Olahraga 2015 sd 2016

Ketua divisi Departemen Olahraga 2016 sd

2017

PENGALAMAN KERJA :

1. Praktek Kerja Lapangan

(PKL)

: Pusat Teknologi Radioisotop dan

Radiofarmaka (PTRR) BATAN PUSPIPTEK

/ 2017

Judul PKL “Identifikasi Hormon

Menggunakan Metode Kromatografi”

2. Tutor Private : Lembaga Private “Jagoan Private” / 2017-

2018

SEMINAR/LOKAKARYA

1. Workshop of Chemical

Analyses and Material

Characterization

(PT Magna Sardo)

: Oktober/2017 No. Sertifikat :

CF-086/MKT/MS/X/17

2. IntroductionTo

LC/MS/MS

(PT.LABORINDO

SARANA)

: Oktober / 2017

3. Workshop of Perfect

Weighing Technology

(PT. Alfascale Indonesia)

: April / 2015

4. Berantas Korupsi Tuntut

Transparansi

: April / 2017

5. Sosialisasi Empat Pilar

MPR RI

: April / 2018