TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN - …sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL...

of 17 /17
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XXIII MENGELOLA PRODUK HASIL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017

Embed Size (px)

Transcript of TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN - …sertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL...

  • SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

    MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

    TEKNIK PENGOLAHAN HASIL

    PERTANIAN

    BAB XXIII

    MENGELOLA PRODUK HASIL PERKEBUNAN

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

    DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

    KEPENDIDIKAN

    2017

  • 1

    BAB 23. MENGELOLA PRODUK HASIL PERKEBUNAN

    A.Kompetensi Inti

    Menguasai materi, Struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung

    mata pelajaran yang diampu.

    B.Kompetensi Dasar

    Mengelola produk hasil perkebunan

    C.Uraian Materi Pokok:

    Pengolahan teh.

    Meskipun tiap-tiap jenis teh memiliki rasa, aroma, dan wujud yang berbeda-

    beda, pengolahan teh untuk semua jenis teh memiliki sekumpulan metode yang

    serupa dengan sedikit variasi:

    1. Pemetikan: Daun teh, yakni satu kuntum dan dua pucuk, dipetik dari

    semak Camellia sinensis. Pemetikan dilakukan dengan tangan ketika

    kualitas teh menjadi prioritas, dilakukan dengan cara menggenggam

    sejajar dengan hentakan pergelangan tangan dan tanpa pemilinan atau

    penjepitan. Pemetikan juga dapat dilakukan dengan mesin, meski akan

    lebih banyak daun yang rusak dan sebagian terbuang. Sulit juga panen

    teh dengan mesin di lereng gunung tempat teh sering ditanam.

    2. Pelayuan: Dilakukan untuk menghilangkan terbuangnya air dari daun dan

    memungkinkan oksidasi sesedikit mungkin. Daun teh dapat dijemur atau

    ditiriskan di ruangan berangin lembut untuk mengurangi kelembaban.

    Daun kadang-kadang kehilangan lebih dari seperempat massanya akibat

    pelayuan.

    3. Pememaran: Untuk mempercepat oksidasi, daun boleh dimemarkan

    dengan memberinya sedikit tumbukan pada keranjang atau dengan

  • 2

    digelindingkan dengan roda berat. Ini juga menghasilkan sedikit jus, yang

    membantu oksidasi dan memperbaiki citarasa teh.

    4. Oksidasi: Untuk teh yang memerlukan oksidasi, daun dibiarkan di

    ruangan tertutup agar menjadi lebih gelap. Pada tahap ini klorofil pada

    daun dipecah secara enzimatik, dan tanninnya dikeluarkan dan berubah,

    proses ini disebut fermentasi, meski sebenarnya tidak terjadi fermentasi

    karena proses oksidatif ini tidak membangkitkan energi (langkah ini tidak

    juga dipicu oleh mikroorganisme; di dalam langkah pengolahan teh

    lainnya--misalnya penyimpanan--mikroorganisme dapat digunakan untuk

    fermentasi). Penghasil teh dapat memilih ketika oksidasi harus

    dihentikan. Untuk teh oolong oksidasi harus terjadi 5-40%, pada teh

    oolong yang lebih cerah 60-70%, dan pada teh hitam 100%.

    Fermentasi

    Berlangsung sejak pucuk mengalami giling I dan berakhir ketika masuk

    kedalam mesin pengeringan

    Proses:

    senyawa polifenol ------ theaflavin, thearubigin oksidasi

    Theaflavin:

    - warna senduhan teh kuning

    menentukan karakter brightness dan briskness

    Thearubigin:

    - warna seduhan teh merah kecoklatan - membentuk kemantapan

    seduhan body atau strength

    Tujuan : untuk memperoleh aroma, rasa dan warna air seduhan seperti

    yang dikehendaki, sebagai akibat reaksi kimia yang terjadi selama

    fermentasi

    5. Penghilangan-warna-hijau: dilakukan untuk menghentikan oksidasi daun

    teh pada tingkat warna yang diharapkan. Tahapan ini dilakukan dengan

    pemanasan sedang, enzim oksidatif dihambat, tanpa merusak rasa teh.

    Tradisionalnya, daun teh digongseng atau dikukus, tetapi seiring majunya

    https://id.wikipedia.org/wiki/Klorofilhttps://id.wikipedia.org/wiki/Tanninhttps://id.wikipedia.org/wiki/Oolonghttps://id.wikipedia.org/wiki/Teh_hitamhttps://id.wikipedia.org/wiki/Oksidasihttps://id.wikipedia.org/wiki/Enzim

  • 3

    teknologi, tahapan ini dilakukan dengan pemanggangan di dalam drum

    yang diputar. Untuk teh hitam, tahap ini dilakukan bersama pengeringan.

    6. Penguningan: Khusus untuk teh kuning, dilanjutkan dengan pemanasan

    ringan di dalam kontainer mini, warna teh berubah menguning.

    7. Pembentukan:Tahap berikutnya adalah penggulungan untuk

    mendapatkan bentuk lajur yang ergonomik. Biasanya dilakukan dengan

    menempatkannya di dalam tas pakaian yang besar, yang kemudian

    ditekan-tekan oleh tangan atau mesin untuk membentuk lajur. Tindakan

    penggulungan ini juga menyebabkan beberapa pati dan jus dari dalam

    daun ke luar, ini akan memperkaya rasa teh. Lajur teh dapat dibentuk

    menjadi bentuk lain, misalnya membentuk pola keriting, membentuk

    pelet, atau digulung serupa bola dan bentuk lain sesuai dengan yang

    diinginkan.

    8. Pengeringan: Pengeringan dilakukan sebagai "tahap akhir" menjelang

    penjualan. Ini dapat dilakukan dengan cara, misalnya dengan

    menggongseng, menjemur, menghembuskan udara panas, atau

    memanggangnya. Namun, pemanggangan adalah yang paling lazim. Perlu

    pelaksanaan yang saksama supaya pucuk daun teh tidak terlampau

    kering, atau bahkan hangus.

    9. Pemeliharaan: Meski tidak selalu dilakukan, beberapa teh memerlukan

    penyimpanan ekstra, fermentasi tahap kedua, atau pemanggangan untuk

    mencapai potensial minumannya. Juga, teh yang diberi perisa dipabrikasi

    dengan menyemprotkan aroma dan rasa atau dengan menyimpannya di

    lingkungan perisa.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Teh_kuning

  • 4

    Proses Pengolahan Karet

    Penerimaan Lateks Kebun

    Tahap awal dalam pengolahan karet lembaran asap bergaris adalah penerimaan

    lateks kebun dari pohon karet yang telah disadap. Lateks pada mangkuk sadap

    dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran

    serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi. Setelah proses

    penerimaan selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk

    proses pengenceran dengan air yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar

    Karet Kering (KKK).

    Pengenceran

    Tujuan pengenceran adalah untuk memudahkan penyaringan kotoran serta

    menyeragamkan kadar karet kering sehingga cara pengolahan dan mutunya

    dapat dijaga tetap. Pengenceran dapat dilakukan dengan penambahan air yang

    bersih dan tidak mengandung unsur logam, pH air antara 5.8-8.0, kesadahan air

    maks. 6o serta kadar bikarbonat tidak melebihi 0.03 %. Pengenceran dilakukan

    hingga KKK mencapai 12-15 %. Lateks dari tangki penerimaan dialirkan melalui

    talang dengan terlebih dahulu disaring menggunakan saringan aluminium.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Karethttps://id.wikipedia.org/wiki/Latekshttps://id.wikipedia.org/wiki/Latekshttps://id.wikipedia.org/wiki/Kadar_Karet_Keringhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kadar_Karet_Keringhttps://id.wikipedia.org/wiki/Logam

  • 5

    Lateks yang telah dibekukan dalam bentuk lembaran-lembaran

    Pembekuan

    Pembekuan lateks dilakukan di dalam bak koagulasi dengan menambahkan zat

    koagulan yang bersifat asam. Pada umunya digunakan larutan asam

    format/asam semut atau asam asetat /asam cuka dengan konsentrasi 1-2% ke

    dalam lateks dengan dosis 4 ml/kg karet kering . Jumlah tersebut dapat

    diperbesar jika di dalam lateks telah ditambahkan zat antikoagulan sebelumnya.

    Penggunaan asam semut didasarkan pada kemampuannya yang cukup baik

    dalam menurunkan pH lateks serta harga yang cukup terjangkau bagi kebun dan

    petani karet dibandingkan bahan koagulan asam lainnya. Tujuan dari

    penambahan asam adalah untuk menurunkan pH lateks pada titik isoelektriknya

    sehingga lateks akan membeku atau berkoagulasi, yaitu pada pH antara 4.5-4.7.

    Asam dalam hal ini ion H+ akan bereaksi dengan ion OH- pada protein dan

    senyawa lainnya untuk menetralkan muatan listrik sehingga terjadi koagulasi

    pada lateks. Penambahan larutan asam diikuti dengan pengadukan agar

    tercampur ke dalam lateks secara merata serta membantu mempercepat proses

    pembekuan. Pengadukan dilakukan dengan 6-10 kali maju dan mundur secara

    perlahan untuk mencegah terbentuknya gelembung udara yang dapat

    mempegaruhi mutu sheet yang dihasilkan. Kecepatan penggumpalan dapat

    diatur dengan mengubah perbandingan lateks, air dan asam sehingga diperoleh

    hasil bekuan atau disebut juga koagulum yang bersih dan kuat. Lateks akan

    membeku setelah 40 menit. Proses selanjutnya ialah pemasangan plat penyekat

    yang berfungsi untuk membentuk koagulum dalam lembaran yang seragam.

    https://id.wikipedia.org/wiki/Latekshttps://id.wikipedia.org/wiki/Latekshttps://id.wikipedia.org/wiki/Asamhttps://id.wikipedia.org/wiki/Asam_formathttps://id.wikipedia.org/wiki/Asam_formathttps://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetathttps://id.wikipedia.org/wiki/Latekshttps://id.wikipedia.org/wiki/PHhttps://id.wikipedia.org/wiki/Perkebunanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Petanihttps://id.wikipedia.org/wiki/Titik_isoelektrikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Ionhttps://id.wikipedia.org/wiki/Proteinhttps://id.wikipedia.org/wiki/Listrikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Pembekuan_Lateks.jpg

  • 6

    Proses penggilingan koagulum menjadi lembaran (sheet)

    Penggilingan

    Penggilingan dilakuan setelah proses pembekuan selesai. Hasil bekuan atau

    koagulum digiling untuk mengeluarkan kandungan air, mengeluarkan sebagian

    serum, membilas, membentuk lembaran tipis dan memberi garis batikan pada

    lembaran. Untuk memperoleh lembaran, koagulum digiling dengan beberapa

    gilingan rol licin, rol belimbing dan rol motif (batik). Setelah digiling, lembaran

    dicuci kembali dengan air bersih untuk menghindari permukaan yang berlemak

    akibat penggunaan bahan kimia, membersihkan kotoran yang masih melekat

    serta menghindari agar lembaran tidak menjadi lengket saat penirisan. Koagulum

    yang telah digiling kemudian ditiriskan diruang terbuka dan terlindung dari sinar

    matahari selama 1-2 jam. Tujuan penirisan adalah untuk mengurangi kandungan

    air di dalam lembaran sebelum proses pengasapan. Penirisan tidak boleh terlalu

    lama untuk menghindari terjadinya cacat pada lembaran yang dihasilkan,

    misalnya timbul warna yang seperti karat akibat redoks. Penirisan dilakukan pada

    tempat teduh dan terlindung dari sinar matahari.

    Proses pengasapan Karet lembaran asap bergaris dalam kamar asap

    Pengasapan

    Tujuan pengasapan adalah untuk mengeringkan lembaran, memberi warna khas

    cokelat dan menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan. asap yang

    https://id.wikipedia.org/wiki/Batikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Belimbinghttps://id.wikipedia.org/wiki/Mataharihttps://id.wikipedia.org/wiki/Karathttps://id.wikipedia.org/wiki/Oksidasihttps://id.wikipedia.org/wiki/Pengasapanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Jamurhttps://id.wikipedia.org/wiki/Asaphttps://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Proses_Penggiligan_Sit.JPGhttps://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Mesin_Penggilingan_Sit.JPGhttps://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Proses_Pengasapan.JPG

  • 7

    dihasilkan dapat menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan lembaran

    karet. Hal ini disebabkan asap mengandung zat antiseptik yang dapat mencegah

    pertumbuhan mikroorganisme ]. suhu yang digunakan di dalam kamar asap

    adalah sebagai berikut :

    1. Hari pertama, pengasapan dilakukan dengan suhu kamar asap sekitar 40-

    45 oC.

    2. Hari kedua, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 50-55 oC.

    3. Hari ketiga sampai berikutnya, pengasapan dengan suhu kamar asap

    mencapai 55-60 oC.

    Pada hari pertama dibutuhkan asap yang lebih banyak untuk pembentukan

    warna. Untuk memperbanyak asap dapat digunakan jenis kayu bakar (umumnya

    menggunakan kayu karet) yang masih basah. Pada hari kedua lembaran harus

    dibalik untuk melepaskan lembaran yang lengket terhadap gantar dan juga agar

    sisi lain lembaran bisa terkena asap sehingga pengasapan merata. Mulai hari

    ketiga dan seterusnya yang dibutuhkan adalah panas guna memperoleh tingkat

    kematangan yang tepat.

    Sortasi

    Lembaran yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang

    dan dicatat dalam arsip produksi. Proses sortasi dilakukan secara visual

    berdasrkan warna, kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan gilingan

    yang mengacu pada standard yang terdapat pada SNI 06-0001-1987. Secara

    umum lembaran diklasifikasikan dalam mutu RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, RSS 5

    dan Cutting. Cutting merupakan potongan dari lembaran yang terlihat masih

    mentah, atau terdapat gelembung udara hanya pada sebagian kecil, sehingga

    dapat digunting.

    Kelas Mutu

    RSS 1

    Kelas ini harus memenuhi persyaratan yaitu, lembaran yang dihasilkan harus

    benar-benar kering, bersih, kuat, tidak ada cacat, tidak berkarat, tidak melepuh

    serta tidak ada benda-benda pengotor. Jenis RSS 1 tidak boleh ada garis-garis

    https://id.wikipedia.org/wiki/Antiseptikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Mikroorganismehttps://id.wikipedia.org/wiki/Karet_lembaran_asap_bergaris#cite_note-Suseno-4https://id.wikipedia.org/wiki/Suhuhttps://id.wikipedia.org/wiki/Warnahttps://id.wikipedia.org/wiki/Kayuhttps://id.wikipedia.org/wiki/Panashttps://id.wikipedia.org/wiki/Warnahttps://id.wikipedia.org/wiki/Cacat

  • 8

    pengaruh dari oksidasi, lembaran lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi, belum

    benar-benar kering, pengasapan berlebihan, warna terlalu tua serta terbakar.

    Bila terdapat gelembung-gelembung berukuran kecil (seukuran jarum pentul)

    masih diperkenankan, asalkan letaknya tersebar merata. Pembungkusan harus

    baik agar tidak terkontaminasi jamur. Tetapi, bila sewaktu diterima terdapat

    jamur pada pembungkusnya, masih dapat diizinkan asalkan tidak masuk ke

    dalam karetnya.

    RSS 2

    Kelas ini tidak terlalu banyak menuntut kriteria. Standar RSS 2 hasilnya harus

    kering, bersih, kuat, bagus, tidak cacat, tidak melepuh dan tidak terdapat

    kotoran. Lembaran tidak diperkenankan terdapat noda atau garis akibat oksidasi,

    lembaran lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi, belum benar-benar kering,

    pengasapan berlebihan, warna terlalu tua serta terbakar. Lembaran kelas ini

    masih menerima gelembung udara serta noda kulit pohon yang ukurannya agak

    besar (dua kali ukuran jarum pentul). Zat-zat damar dan jamur pada

    pembungkus, kulit luar bandela atau pada lembaran di dalamnya masih dapat

    ditorerir. Tetapi bila sudah melebihi 5% dari bandela, maka lembaran akan

    ditolak.]

    RSS 3

    Standar karet RSS 3 harus kering, kuat, bagus, tidak cacat, tidak melepuh dan

    tidak terdapat kotoran. Bila terdapat cacat warna, gelembung udara besar (tiga

    kali ukuran jarum pentul), ataupun noda-noda dari kulit tanaman karet, masih

    ditorerir. Namun, tidak diterima jika terdapat noda atau garis akibat oksidasi,

    lembaran lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi, belum benar-benar kering,

    pengasapan berlebihan, warna terlalu tua serta terbakar. Jamur yang terdapat

    pada pembungkus kulit luar bandela serta menempel pada lembaran tidak

    menjadi masalah, asalkan jumlahnya tidak melebihi 10% dari bandela dimana

    contoh diambil.

    RSS 4

    https://id.wikipedia.org/wiki/Jarumhttps://id.wikipedia.org/wiki/Kulithttps://id.wikipedia.org/wiki/Pohonhttps://id.wikipedia.org/wiki/Damar

  • 9

    Standar karet RSS 4 harus kering, kuat, tidak cacat, tidak melepuh serta tidak

    terdapat pasir atau kotoran luar. Yang diperkenankan adalah bila terdapat

    gelembung udara kecil-kecil sebesar 4 kali ukuran jarum pentul, karet agak rekat

    atau terdapat kotoran kulit pohon asal tidak banyak. Mengizinkan adanya noda-

    noda asalkan jernih. Lembaran lembek, suhu pengeringan terlalu tinggi dan karet

    terbakar tidak bisa diterima. Bahan damar atau jamur kering pada pembungkus

    kulit bagian luar bandela serta pada lembaran, asalkan tidak melebihi 20% dari

    keseluruhan masih mungkin untuk kelas RSS 4.

    RSS 5

    Karet yang dihasilkan harus kokoh, tidak terdapat kotoran atau benda asing,

    kecuali yang diperkenankan. Dibanding dengan kelas RSS yang lain RSS 5 adalah

    yang terendah standarnya. Bintik-bintik, gelembung kecil, noda kulit pohon yang

    besar, karet agak rekat, kelebihan asap dan sedikit belum kering masih termasuk

    dalam batas toleransi. Bahan damar atau jamur kering pada pembungkus kulit

    bagian luar bandela serta pada lembaran, asalkan tidak melebihi 30% dari

    keseluruhan masih mungkin untuk kelas RSS 5. Pengeringan pada suhu tinggi dan

    bekas terbakar tidak diperkenankan untuk jenis kelas ini.

    Faktor yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lembaran

    Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lembaran antara

    lain :

    1. Lateks yang berasal dari tumbuhan muda, pada umumnya menghasilkan

    karet lembaran yang lekat atau lengkat, lembek serta mudah mengalami

    pemuluran saat digantung dalam kamar asap. Kemudian, lateks yang

    berasal dari tanaman yang sudah lama tidak disadap, menghasilkan karet

    lembaran yang mudah sobek/rapuh. Oleh sebab itu, manajemen

    penyadapan yang baik perlu dilakukan agar lateks kebun yang disadap

    sesuai dengan kriteria bahan baku pembuatan lembaran.

    2. Kebersihan lateks mulai dari kebun hingga pabrik pengolahan harus

    senantiasa dijaga agar diperoleh hasil produk yang sesuai dengan

    standard. Terutama untuk peralatan penyadapan termasuk pisau sadap,

    https://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman

  • 10

    talang lateks, mangkuk, ember pengumpul dan alur sadap sendiri, harus

    bebas dari kotoran serta slab sisa penyadapan sebelumnya.

    3. Untuk tangki penerima yang jauh dari pabrik hendaknya ditambahkan

    bahan anti koagulan seperti amoniak. Penambahan antikoagulan

    diusahakan tidak melebihi batas yang ditetapkan untuk mencegah

    pemakaian asam semut yang terlalu banyak pada proses pembekuan.

    Pada saat pengangkutan sebaiknya dihindari dari sinar matahari serta

    panas berlebih untuk menghindai prakoagulasi serta pembentukan

    gelembung.

    4. Pemberian bahan penggumpal (koagulan) seperti asam yang berlebih

    atau terlalu banyak akan menyebabkan koagulum menjadi keras dan sulit

    untuk digiling, sedangkan jika pemberian kurang maka koagulum akan

    menjadi lunak, membubur atau tetap encer (tidak menggumpal). Dalam

    proses penggumpalan, larutan asam dimasukkan perlahan-lahan secara

    merata, kemudian diaduk perlahan hingga homogen (seragam). Tebal

    karet lembaran yang tidak merata dapat disebabkan karena

    pencampuran lateks dan asam yang tidak seragam, pemberian asam yang

    tidak cukup, lateks terlalu encer, atau letak bak yang miring. Gelembung

    gas yang timbul dalam karet lembaran dapat disebabkan karena

    penggumpalan terjadi terlalu cepat dengan menggunakan asam yang

    berlebih, atau asam yang terlalu pekat, penyaringan yang kurang baik,

    waktu penggumpalan terlalu lama dan kurang sempurna. Apabila lateks

    telah menggumpal sempurna, maka di atas gumpalan tersebut digenangi

    air untuk mencegah terjadinya oksidasi dengan udara yang dapat

    mengakibatkan timbulnya bercak-bercak hitam pada permukaan

    koagulum.

    5. Penggilingan lembaran dilakukan untuk memisahkan sebagian besar air

    yang terkandung dalam gumpalan.] Dengan penggilingan permukaan

    lembaran akan menjadi semakin besar, sehingga akan mempercepat

    pengeringan. Kecepatan penggilingan berbeda-beda antara satu rol

    https://id.wikipedia.org/wiki/Amoniakhttps://id.wikipedia.org/wiki/Lateks

  • 11

    dengan rol lainya, semakin maju maka kecepatan rol berikutnya akan

    lebih besar kecuali pada rol terakhir yang berpola, putaran menjadi lebih

    kecil. Kecepatan giling serta jarak antar celah dapat memengaruhi hasil

    gilingan lembaran. Lembaran yang mudah sobek dapat disebabkan

    karena kecepatan maju yang tidak tepat atau perbedaan celah antara dua

    celah yang berurutan terlalu besar.

    Pada saat pengasapan dan pengeringan harus diperhatikan beberapa faktor

    seperti berikut agar kesalahan dalam pembuatan lembaran dapat dihindari serta

    diperoleh kualitas yang baik. Beberapa faktor kesalahan yang dapat terjadi

    antara lain :

    1. Karet lembaran yang lembek (tacky), dan molor (memanjang) ini dapat

    disebabkan karena suhu di dalam ruang asap terlalu tinggi. Kemudian

    bercak bercak tar pada permukaan lembaran, dapat disebabkan karena

    kayu bakar yang digunakan mengandung bahan tar yang tinggi,

    kondensasi uap air yang mengandung tar, atau dibagian atap ruang asap

    yang terbuat dari genting atau seng jatuh pada permukaan karet

    lembaran.

    2. Warna yang tidak seragam dapat disebabkan karena kecepatan

    pengeringan, penggunaan bahan kimia seperti natrium bisulfit yang tidak

    merata sehingga warna lembaran menjadi lebih muda atau pengisian

    karet lembaran dalam rumah asap yang terlalu padat.

    3. Lapisan tipis berwarna abu-abu cokelat (rustines) dapat disebabkan oleh

    adanya mikroorganisme pada lembaran karet sebagai akibat dari

    penggantungan yang terlalu lama ditempat yang lembap. Dapat juga

    disebabkan karena sistem ventilasi yang kurang baik, sehingga jamur

    dapat tumbuh dengan baik pada ruang yang suhunya rendah dibawah 40

    oC. Oleh sebab itu, suhu harus dinaikkan pada pengeringan hari pertama

    dan ventilasi diatur dengan baik.

    4. Gelembung gas juga dapat terjadi karena kesalahan pada rumah

    pengasapan. Seperti, pengeringan yang berlangsung sangat lambat

    https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tar&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Natrium

  • 12

    karena suhu rendah, kenaikan suhu yang terlalu cepat, atau suhu terlalu

    tinggi lebih dar 60 oC. selain itu pengeringan pada suhu yang terlalu tinggi

    juga dapat menyebabkan karet lembaran menjadi lengket.

    5. abu yang melekat di dalam karet lembaran dapat disebabkan olah api

    yang terlalu besar, sehingga abu terbawa oleh asap yang masuk ke ruang

    asap.

    Sedangkan faktor yang memengaruhi kualitas lembaran dalam ruang sortasi

    adalah timbulnya jamur atau kapang pada permukaan lembaran. Kapang dapat

    timbul apabila karet lembaran tidak segera disortasi dan dikemas. Ruang sortasi

    harus bersih dan kering. Gulungan-gulungan harus disusun di atas papan kayu

    dan dalam penyusunannya tidak boleh lebih dari empat susun.

    Coklat : Buah kakao merupakan asal muasal terbentuknya berbagai macam

    olahan coklat yang sering kita konsumsi sehari-hari. Ya, mulai dari susu coklat,

    bubuk coklat, hingga coklat batangan yang kerap kita makan sehari-hari itu pada

    awalnya terbuat dari bahan biji coklat yang telah diolah sedemikian rupa.

    Ada beberapa tahap yang bisa dilakukan dalam pengolahan biji kakao setelah

    dipanen, untuk menciptakan sebuah produk coklat yang berkualitas. Sekedar

    informasi bahwa saat setelah dipanen, biji kakao harus langsung diolah agar

    kualitas yang dihasilkan tidak menurun akibat terlalu lama didiamkan. Berikut

    beberapa tahap pengolahan biji kakao pasca panen.

    1. Fermentasi

    Saat setelah dipanen, biji kakao harus langsung difermentasi. Fermentasi

    dilakukan untuk menghilangkan lendir yang menempel pada kulit biji kakao. Jika

    kulit biji kakao tersebut berlendir, maka akan mengurangi aroma dan citarasa

    kakao saat disangrai. Selain itu fermentasi juga dilakukan untuk menghilangkan

    jamur yang menempel pada biji kakao.

    Cara fermentasi cukup mudah, tinggal masukkan biji kakao ke dalam kotak kayu

    yang sudah diberi lubang kecil-kecil di bagian bawahnya. Lubang kira-kira

    https://id.wikipedia.org/wiki/Abu

  • 13

    berdiameter 1 cm. Fungsinya sebagai jalan masuk oksigen, air, dan

    karbondioksida.

    2. Pencucian

    Setelah difermentasi, selanjutnya biji kakao dicuci dengan menggunakan air

    bersih. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kotoran seperti jamur yang

    menempel, serta dapat membuat biji kakao nampak lebih bagus dan mengkilap.

    Pencucian biji kakao ini dapat dilakukan dengan cara menggosok-gosok biji kakao

    atau mengaduk-aduknya dengan bantuan ayakan hingga biji nampak bersih.

    3. Pengeringan

    Fermentasi dalam kotak dapat dilakukan selama 2-6 hari, isi kotak dibalik tiap

    hari dengan memindahkannya ke kotak lain.

    Fermentasi biji kakao akan menghasilkan prekursor cita rasa, mencokelat-

    hitamkan warna biji, mengurangi rasa pahit, asam, manis dan aroma bunga,

    meningkatkan aroma kakao dan kacang (nutty), dan mengeraskan kulit biji

    menjadi seperti tempurung. Biji yang tidak difermentasi tidak akan memiliki

    senyawa prekursor tersebut sehingga cita rasa dan mutu biji sangat rendah.

    Fermentasi biji kakao terjadi dalam dua tahap yaitu anaerob dan aerob.

    Keberadaan asam sitrat membuat lingkungan di sekitar pulp menjadi asam

    sehingga akan menginisiasi pertumbuhan ragi dan terjadi fermentasi secara

    anaerob. Fermentasi aerob diinisiasi oleh bakteri asam laktat dan bakteri asam

    asetat. Produk fermentasi yang dihasilkan yaitu etanol, asam laktat, dan asam

    asetat yang akan berdifusi ke dalam biji dan membuat biji tidak berkecambah.

    Selama proses fermentasi terjadi pula aktivitas enzimatik, enzim yang terlibat

    adalah endoprotease, aminopeptidase, karboksipeptidase, invertase (kotiledon

    dan pulp), polifenol oksidase dan glikosidase. Enzim-enzim ini berperan dalam

    pembentukan prekursor cita rasa dan degradasi pigmen selama fermentasi.

    Prekursor cita rasa yang berupa asam amino, peptida dan gula pereduksi akan

    membentuk komponen cita rasa di bawah reaksi Maillard (reaksi pencoklatan

    non-enzimatis) selama penyangraian

    Pasca Fermentasi

  • 14

    Selanjutnya biji kakao dikeringkan untuk menghentikan proses fermentasi.

    Pengeringan dilakukan sampai kadar air menjadi 7 - 8 % (setimbang dengan

    udara berkelembaban 75 %). Kadar air kurang dari 6 %, biji akan rapuh sehingga

    penanganan dn pengolahan lanjutan menjadi lebih sulit. Kadar air lebih dari 9 %

    memungkinkan pelapukan biji oleh jamur. Pengeringan dapat dilakukan secara

    tradisional menggunakan sinar matahari selama 14 hari, sedangkan dengan oven

    pengeringan selama 2 - 3 hari dengan temperature 45 - 600C.

    Setelah pengeringan, biji kakao disortir dan dilanjutkan dengan penyangraian

    pada suhu 2100C selama 10 - 15 menit. Tujuan dari penyangraian adalah untuk

    mensterilisasi biji serta pembentukan cita rasa dari prekursor cita rasa (hasil

    fermentasi) melalui reaksi Maillard.

    Biji kakao merupakan bahan baku makanan dan minuman cokelat sehingga

    aspek mutu ( fisik, kimiawi dan kebersihan) harus diawasi dengan baik, karena

    dapat menyangkut citarasa dan kesehatan konsumen. Untuk mendapatkan hasil

    pengolahan yang optimal, syarat mutu bahan baku sebaiknya mengikuti nilai

    kadar air 7 %, kadar kulit 12-13 %, kadar lemak 50-51 %, ukuran biji sama rata,

    dan tidak terdapat jamur dan sebagainya. Dari nilai rasa dan aroma makanan

    atau minuman cokelat akan sangat baik jika biji kakao yang digunakan telah

    difermentasi secara penuh sekitar 5 hari.

    Penyangraian

    Proses penyaraian bertujuan untuk membentuk aroma dan citarasa khas

    cokelat dari biji kakao dengan perlakuan panas.

    Proses sangria dilakukan pada mesin sangria tipe silinder dengan bahan

    bakar minyak tanah.

    Kapasitas pada mesin antara 5-10 kg per batch dan sumber panas

    diperoleh dari pembakaaran minyak tanah dengan menggunakan alat

    pembakar.

    Gunakan suhu ruang sangria dengan pengaturan sekitar 190-225 %,

    tetapi suhu sangria yang sering digunakan untuk biji kakao adalah antara

    105-120 derajat celcius.

  • 15

    Waktu untuk penyangraian sekitar 20-35 menit dan tergantung pada

    jumlah biji kakao yang disangrai dan kadar airnya.

    Mesin sangria dilengkapi dengan tipe bak dengan system hisapan udara

    menggunakan kipas sentrifugal.

    Untuk waktu pendinginan optimum sekitar 8-10 menit dan sudah cukup

    mencegah biji kakao menjadi gosong (over roasted).

    Pemisahan kulit biji

    Komponen biji kakao yang berguna untuk bahan pangan adalah daging biji (nib),

    sedangkan kulit biji merupakan limbah yang saat ini banyak dimanfaatkan

    sebagai campuran pakan ternak. proses pemisahan nib dari kulitnya dilakukan

    secara mekanis. Mesin ini akan menghasilkan fraksi nib dan fraksi kulit dengan

    ukuran dan sifat fisik yang berbeda secara bersamaan.

    Pemastaan

    Untuk dapat digunakan sebagai bahan baku makanan dan minuman, nib yang

    semula berbentuk butiran padat kasar harus dihancurkan sampai ukuran

    tertentu < 200 m dan menjadi bentuk pasta cair kental. Proses pemastaan

    atau penghalusan nib kakao umumnya dilakukandalam dua tahap yaitu

    penghancuran untuk merubah biji kakao padat menjadi pasta dengan kehalusan

    butiran >400 m dengan menggunakan mesin silinder.

    Pengempaan

    Lemak kakao dikeluarkan dari pasta kakao dengan cara dikempa. Rendaman

    pengempaan sangat dipengaruhi oleh kondisi pasta seperti suhu, kadar air,

    ukuran partikel, dan tekanan kempa. Lemak kako akan relative mudah dikempa

    pada suhu >45 C, kadar air

  • 16

    berkisarantara 10-22% tergantung pada permintaan konsumen. Bungkil

    merupakan bahan baku utama pembuatan bubuk cokelat untuk makanan dan

    minuman. Saat ini dikenal dipasar bubuk cokelat dengan 3 tingkatan kadar

    lemaknya, yaitu kadar lemak rendah (10-12%), medium (13-17%) dan lemak

    tinggi (17-22%).