Teknik Anastesi 1

24
Teknik Anastesi 1. Anestesi Infiltrasi Anestesi infiltrasi merupakan teknik anestesi lokal paling sering digunakan pada maxilaris. Pada teknik ini, larutan anestesi didepositkan pada permukaan supraperiosteal yang berhubungan dengan periosteum bukal dan labial. Larutan anestesi didepositkan di dekat serabut terminal dari saraf dan akan terinfiltrasi sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan menimbulkan efek anestesi dari daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut. Teknik infiltrasi dapat dibagi menjadi : 1. Suntikan submukosa Istilah ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat dibalik membran mukosa.Walaupun tidak menimbulkan anestesi pada pulpa gigi, suntikan ini sering digunakan baik untuk menganestesi saraf bukal panjang sebelum pencabutan molar bawah atau operasi jaringan lunak.

description

teknik anastesi

Transcript of Teknik Anastesi 1

Page 1: Teknik Anastesi 1

Teknik Anastesi

1. Anestesi Infiltrasi

Anestesi infiltrasi merupakan teknik anestesi lokal paling sering digunakan

pada maxilaris. Pada teknik ini, larutan anestesi didepositkan pada permukaan

supraperiosteal yang berhubungan dengan periosteum bukal dan labial. Larutan

anestesi didepositkan di dekat serabut terminal dari saraf dan akan terinfiltrasi

sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan menimbulkan efek anestesi

dari daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf tersebut. Teknik infiltrasi dapat

dibagi menjadi :

1. Suntikan submukosa

Istilah ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat dibalik membran

mukosa.Walaupun tidak menimbulkan anestesi pada pulpa gigi, suntikan ini

sering digunakan baik untuk menganestesi saraf bukal panjang sebelum

pencabutan molar bawah atau operasi jaringan lunak.

2. Suntikan supraperiosteal

Pada beberapa daerah seperti maksila, bidang kortikal bagian luar dari

tulang alveolar biasanya tipis dan dapat terperforasi oleh saluran vaskular

yang kecil. Pada daerah-daerah ini bila larutan anestesi didepositkan di luar

periosteum, larutan akan terinfiltrasi melalui periosteum, bidang kortikal, dan

tulang medularis ke serabut saraf. Dengan cara ini, anestesi pulpa gigi dapat

diperoleh melalui penyuntikan di sepanjang apeks gigi. Suntikan

supraperiosteal merupakan teknik yang paling sering digunakan pada

kedokteran gigi dan sering disebut sebagai suntikan infiltrasi.

Page 2: Teknik Anastesi 1

3. Suntikan subperiosteal

Pada teknik ini, larutan anestesi didepositkan antara periosteum dan

bidang kortikal. Karena struktur ini terikat erat, suntikan tentu terasa sangat

sakit. Karena itu, suntikan hanya digunakan bila tidak ada alternatif lain atau

bila anestesi superfisial dapat diperoleh dari suntikan supraperiosteal. Teknik

ini biasa digunakan pada palatum dan bermanfaat bila suntikan supraperiosteal

gagal untuk memberikan efek anestesi, walaupun biasanya pada situasi ini

lebih sering digunakan suntikan intraligament.

4. Suntikan intraoseous

Seperti terlihat dari namanya, pada teknik ini larutan di depositkan pada

tulang medularis. Prosedur ini sangat efektif bila dilakukan dengan bantuan

bur tulang dan jarum yang di desain khusus untuk tujuan tersebut. Setelah

suntikan supraperiosteal diberikan dengan cara biasa, dibuat insisi kecil

melalui mukoperiosteum pada daerah suntikan yang sudah ditentukan untuk

mendapat jalan masuk bagi bur dan reamer kecil. Kemudian dapat dibuat

lubang melalui bidang kortikal bagian luar tulang dengan alat yang sudah

dipilih.Lubang harus terletak di dekat apeks gigi pada posisi sedemikian rupa

sehingga tidak mungkin merusak akar gigi geligi.

Jarum yang pendek dengan hub yang panjang diinsersikan melalui lubang

dan diteruskan ke tulang, larutan anestesi 0,25 ml didepositkan perlahan ke

ruang medularis dari tulang. Jumlah larutan tersebut biasanya cukup untuk

sebagian besar prosedur perawatan gigi. Teknik suntikan intraoseous akan

memberikan efek anestesi yang baik pada pulpa disertai dengan gangguan

sensasi jaringan lunak yang minimal. Walaupun demikian, biasanya tulang

alveolar akan terkena trauma dan cenderung terjadi rute infeksi. Prosedur

asepsis yang tepat pada tahap ini merupakan keharusan.Pada prakteknya,

dewasa ini sudah dipasarkan larutan anestesi yang efektif dan penggunaan

suntikan intraligamentum atau ligamentum periodontal sudah mengurangi

perlunya suntikan intraoseous dan karena itu, teknik suntikan intraoseous

sudah makin jarang digunakan.

Page 3: Teknik Anastesi 1

5. Suntikan intraseptal

Merupakan versi modifikasi dari teknik intraoseous yang kadang-kadang

digunakan bila anestesi yang menyeluruh sulit diperoleh atau bila akan

dipasang geligi tiruan immediet serta bila teknik supraperiosteal tidak

mungkin digunakan. Jarum 27 gauge diinsersikan pada tulang lunak di crest

alveolar. Larutan didepositkan dengan tekanan dan berjalan melalui tulang

medularis serta jaringan periodontal untuk memberi efek anestesi.Teknik ini

hanya dapat digunakan setelah diperoleh anestesi superfisial.

6. Suntikan intraligament

Teknik ini makin popular sejak 1980-an dan dewasa ini dianggap sebagai

teknik pembantu untuk teknik yang lebih canggih. Teknik ini umumnya

menggunakan syringe konvensional yang pendek dan lebarnya 27 gauge atau

syringe yang didesain khusus untuk tujuan tersebut. Teknik ini mempunyai

beberapa manfaat. Efeknya yang terbatas dimungkinkan dilakukannya

perawatan pada satu gigi dan membantu perawatan pada kuadran mulut yang

berbeda. Suntikan ini juga tidak terlalu sakit bagi pasien yang umumnya tidak

menyukai “rasa bengkak” yang sering menyertai anestesi lokal. Suntikan ini

juga mengurangi resiko trauma pada bibir dan lidah, dan tidak menimbulkan

rasa kurang enak bagi pasien sehingga ia dapat makan, minum dan berbicara

secara normal. Efeknya yang terlokalisir membuat teknik ini dapat digunakan

sebagai suntikan diagnostik untuk mengidentifikasi sumber sakit.

2 Anestesi Blok

2.1Anestesi Blok pada Maxillaris

1. Anestesi Blok Nervus Infraorbital

Nervus infraorbital merupakan salah satu cabang terminal dari divisi

maxillaris nervus trigeminus.Nervus ini mempersarafi kulit pipi, kulit dan mukosa

dari bibir atas dan bagian hidung.Nervus alveolar superior anterior (ASA)

memisahkan nervus infraorbital dalam kanal infraorbital sekitar 5 mm sebelum

foramen infraorbital.Nervus ASA menyalurkan sensasi ke gigi incisivus atas dan

gigi caninus dan kadang-kadang ke premolar dan jaringan periodontium bagian

bukal, gingival dan mukosa serta tulang yang berhubungan dengan gigi-gigi

Page 4: Teknik Anastesi 1

ini.Nervus MSA mempersafari pulpa dan jaringan yang bersebelahan dari gigi

premolar maxillaris dengan akar mesiobukal dari molar pertama. Teknik infiltrasi

maupun blok dapat menganestesi cabang terminal dari nervus ASA dan MSA.

Teknik anestesi blok nervus infraorbital bergantung pada deposisi anestesi lokal

ke dalam foramen infraorbital yang memungkinkan larutan anestesi berdifusi di

sepanjang kanal infraorbitalis dan di sekitar tulang untuk mencapai nervus ASA

dan MSA

Injeksi infraorbital diindikasikan jika peradangan dan infeksi merupakan

kontraindikasi penggunaan anestesi infiltrasi di bagian anterior maxillaris, jika

akan dilakukan pembukaan pada sinus maxillaris.

Untuk keperluan bedah mulut, injeksi ini dapat diberikan untuk

menghindari penyuntikan ke dalam jaringan inflamasi di daerah gigi incisivus dan

kaninus, tetapi dapat juga mencapai anestesi yang lebih mendalam untuk lesi yang

lebih besar seperti kista

Teknik :

1. Sebaiknya menggunakan jarum panjang (35mm) tidak kurang dari 27

gauge.

2. Mintalah pasien untuk membuka mulut sedikit.

3. Menarik bibir atas dengan ibu jari tangan kiri.

4. Gunakan jari telunjuk untuk meraba foramen infraorbital secara ektraoral.

Letakkan jari telunjuk di titik injeksi.

5. Mengarahkan jarum pada puncak sulkus bukal maxillaris di antara gigi

premolar.

6. Arahkan jarum sejajar akar gigi premolar menghadap foramen infraorbital

sampai berkontak dengan tulang, sekitar 15 sampai 20 mm.

7. Jarum ditarik sedikit, jika apsirasi negatif , suntikkan secara perlahan-

lahan 1,5 ml larutan anestesi.

2. Anestesi Blok Nervus Alveolaris Superior Medial

Anestesi blok nervus alveolar superior medial digunakan pada prosedur

dimana gigi premolar maxillaris atau akar mesiobukal dari molar pertama yang

Page 5: Teknik Anastesi 1

memerlukan anestesi. Meskipun tidak selalu digunakan, teknik ini berguna

apabila anestesi blok nervus alveolar superior posterior atau anterior atau anestesi

infiltrasi supraperiosteal mengalami kegagalan untuk mencapai anestesi yang

adekuat. Kontraindikasi anestesi ini yaitu inflamasi akut dan infeksi di daerah

suntikan atau prosedur yang hanya melibatkan satu gigi dimana anestesi yang

adekuat dapat diperoleh dengan anestesi infiltrasi. Teknik ini menggunakan jarum

25 atau 27 gauge.

Teknik :

Identifikasi puncak mukobukal fold di atas gigi premolar kedua maxillaris

yang akan menjadi titik tusukan. Operator berdiri di arah antara pukul Sembilan

dan sepuluh sedangkan operator yang kidal harus berdiri di arah antara pukul dua

dan tiga.Menarik pipi dengan alat retraksi dan menginsersi jarum sampai ujung

jarum berada di atas apeks dari gigi premolar kedua.Lakukan aspirasi dan

depositkan larutan anestesi dua pertiga cartridge secara perlahan-lahan selama

satu menit.Pelaksanaan teknik mengalami kesuksesan apabila menganestesi

daerah pulpa gigi jaringan lunak dan tulang disekitar gigi premolar pertama dan

kedua dan akar mesiobukal gigi molar pertama.

3. Anestesi Blok Nervus Alveolaris Superior Posterior

Nervus alveolar superior posterior merupakan percabangan dari divisi

maxillaris dari nervus trigeminus.Yang merupakan bagian utama fossa

pterygopalatinal, melewati inferior sepanjang dinding posterior maxillaris, dan

masuk ke tulang sekitar satu cm ke superior dan posterior gigi molar

ketiga.Nervus PSA mempersarafi gingival bagian bukal, jaringan periodontium,

dan alveolus yang berhubungan dengan gigi molar atas. Nervus ini mempersarafi

pulpa dari semua gigi molar atas dengan kemungkinan pengecualian pulpa

mesiobukal dari molar pertama, yang dipersarafi oleh nervus alveolar superior

medial (MSA) pada sebagian besar individu.

Anestesi blok ini dimaksudkan untuk menganestesi nervus alveolar

superior posterior menembus aspek posterolateral dari tuberositas maxillaris

Page 6: Teknik Anastesi 1

sebelum mencapai tulang. Dengan demikian, ada hubungan yang erat antara

daerah suntikan dengan plexus venous pterygoid di bawah dan di atas dan dapat

dengan mudah dimasuki jarum.

Injeksi blok nervus PSA dilakukan di daerah yang sangat vaskular,

sehingga pembentukan hematoma sering terjadi, terutama ketika jarum masuk

lebih dari 15 mm. Perdarahan segera dapat dikontrol oleh tekanan, tetapi setelah

injeksi, trismus dapat berlangsung selama berminggu-minggu. Terapi antibiotik

harus diresepkan jika hematoma membesar.

Teknik :

1. Gunakan jarum yang pendek atau panjang, tidak kurang dari 27 gauge.

2. Instruksikan pasien untuk sedikit membuka mulut, dan gerakkan

mandibula ke arah daerah injeksi.

3. Retraksi bibir dan pipi dengan ibu jari atau jari telunjuk dari tangan kiri.

4. Insersikan jarum pada puncak sulkus bukal maxillaris ke bagian distal dari

molar kedua.

5. Masukkan jarum ke posterior, superior, dan medial (dengan sudut 45o dari

dataran oklusal) sampai kedalaman 15 mm.

6. Lakukan aspirasi.

7. Injeksikan 1.5 ml larutan anestesi secara perlahan-lahan.

4. Anestesi Blok Nervus Palatinal

Anestesi blok nervus palatinal berguna ketika perawatan diperlukan pada

aspek palatal dari gigi premolar dan molar maxillaris. Nervus palatinal keluar dari

kanal dan menuju ke depan antara tulang dan jaringan lunak palatal.

Kontraindikasi teknik ini yaitu inflamasi akut dan infeksi di daerah suntikan.

Teknik ini menggunakan jarum panjang 25 atau 27 gauge.

Teknik :

Pasien harus dalam posisi terlentang dengan dagu miring ke atas untuk

memperlihatkan daerah yang akan dianestesi. Operator berdiri di arah jarum jam

pukul delapan sedangkan operator yang kidal berdiri di arah jarum jam pukul

Page 7: Teknik Anastesi 1

empat. Gunakan kapas, cari foramen palatinal dengan menempatkan kapas pada

jaringan palatal sekitar 1 cm di medial diantara gigi molar kedua dan ketiga.

Daerah di sekitar satu atau dua millimeter di sebelah anterior foramen

merupakan titik tusukan.Gunakan kapas, berikan tekanan ke daerah foramen

sampai percabangan jaringan.Arah jarum suntik tegak lurus terhadap daerah

suntikan hingga satu sampai dua millimeter dari anterior foramen.Sambil menjaga

tekanan pada foramen, suntikkan larutan anestesi volume kecil sehingga jarum

masuk ke jaringan sampai berkontak dengan tulang. Jaringan akan pucat di sekitar

daerah suntikan.

Kedalaman penetrasi biasanya lebih dari beberapa millimeter.Sekali

berkontak dengan tulang, lakukan aspirasi dan injeksikan larutan anestesi

sebanyak seperempat cartridge (0.45 cc).Resistensi deposisi larutan anestesi

secara normal dapat dirasakan operator.Teknik ini menganestesi mukosa palatal

dan palatum keras dari premolar pertama aspek anterior ke posterior dari palatum

keras ke garis tengah medial.

5. Anestesi Blok Nervus Nasopalatinal

Anestesi blok nervus nasopalatinal, yang juga dikenal sebagai anestesi

blok incisivum dan anestesi blok sphenopalatinal, menganestesi nervus

nasopalatinal secara bilateral. Teknik ini mendepositkan larutan di area foramen

incisivum.Teknik diindikasikan ketika perawatan memerlukan anestesi aspek

lingual dari beberapa gigi anterior. Teknik ini menggunakan jarum pendek 25 atau

27 gauge.

Teknik :

Pasien harus dalam posisi terlentang dengan dagu miring ke atas untuk

memperlihatkan daerah yang akan dianestesi. Operator harus berdiri di arah jarum

jam pukul Sembilan sedangkan operator yang kidal harus berdiri di arah jarum

jam pukul tiga. Mengidentifikasi papilla incisivum. Daerah lateral secara langsung

ke papilla incisivum merupakan daerah injeksi. Dengan kapas, tahan tekanan di

Page 8: Teknik Anastesi 1

atas papilla incisivum. Menginsersi jarum arah lateral ke papilla dengan bevel

berlawanan jaringan.

Masukkan jarum secara perlahan-lahan ke foramen incisivum sambil

mendepositkan sedikit larutan anestesi dan mempertahankan tekanan pada

papilla.Setelah berkontak dengan tulang, retraksi jarum sekitar satu millimeter,

lakukan aspirasi, dan suntikkan seperempat cartridge (0.45cc) dari larutan

anestesi selama tiga puluh detik.Keseimbangan jaringan sekitar dan pengendapan

larutan anestesi adalah normal. Anestesi akan diberikan ke jaringan lunak dan

keras dari aspek lingual gigi anterior dari distal dari gigi kaninus pada satu sisi ke

sisi distal dari gigi kaninus di sisi yang berlawanan.

6. Anestesi Blok Nervus Maxillaris

Ada Tiga teknik yang digunakan untuk memblokir nervus maxillaris, salah

satunya secara ekstraoral dan dua teknik secara intraoral. Teknik ekstraoral jarang

digunakan dalam praktik klinis kedokteran gigi.

Secara intraoral, ada dua teknik untuk memblok nervus maxillaris yaitu

pada tuberositas (mirip dengan anestesi blok nervus alveolar superior posterior)

dan kanal palatinal. Meskipun sulit diprediksi dan cenderung menimbulkan

komplikasi, prosedur pada tuberositas lebih mudah. Tujuan teknik ini secara

langsung untuk mengarahkan jarum ke superior, medial, dan posterior sepanjang

permukaan permukaan zygomatikum dan infratemporal dari maksilla masuk ke

fossa pterygopalatinal. Dengan kedalaman 24 sampai 44 mm.

Injeksi intraoral maxillaris dilakukan dengan jarum terpasang dengan hub

melengkung karena suntikan ini dapat dilakukan dengan mudah dengan jarum

bersudut daripada dengan jarum lurus, khususnya jika ingin mencapai fisur

sphenomaxillaris.Setelah pipi diretraksi, jarum diinsersi tinggi di mukobukal fold

pada permukaan posterior yang cekung dari zigomatikum yang berlawanan

dengan molar ketiga.yang merupakan lanjutan yang miring ke atas, ke dalam, dan

sedikit ke belakang sampai 3 cm, yang berkontak dengan tulang. Dua milliliter

dari larutan diinjeksikan.Selama 12 menit, daerah infraorbital dari wajah,

termasuk bagian hidung dan sebagian bibir atas, menjadi mati rasa.Jika palatum

mati rasa, ini merupakan tanda larutan anestesi telah terpenetrasi ke ganglion

Page 9: Teknik Anastesi 1

sphenopalatinal.Dengan demikian sebagian maxillaris dapat teranestesi, termasuk

sinus maxilaris. Jika palatum tidak mati rasa, dilakukan injeksi tambahan pada

palatinal anterior dan foramen incisivum jika anestesi pada seluruh bagian

maxillaris diinginkan.

Injeksi maxillaris ekstraoral lebih baik daripada secara intraoral karena

secara intraoral, bibir dan pipi diretraksi, sehingga dapat saja terpotong dan

memar.Selain itu, jarum diinsersi ke dalam permukaan yang steril.Anatomi

landmark untuk insersi jarum ditemukan dengan meraba pinggiran superior dari

lengkung zigomatikum ke tempat dimana terbentuk sudut siku-siku dengan tepi

superior dari orbit.Sudut ini disebut sudut zygomatikum. Dari titik ini garis

vertikal ditarik ke bawah 0.5 cm di bawah tepi inferior zygomatikum, yang

merupakan tempat insersi jarum.

Setelah kulit steril dan siap, jarum diinsersi dengan gigi-geligi beroklusi.

Beberapa tetes dari larutan anestesi dinjeksikan ke bawah kulit, kemudian jarum

melewati pipi secara vertikal menuju otot bucinator dengan kedalaman 2 sampai 3

cm, selanjutnya berkontak dengan tulang. Sekarang jarum diarahkan sedikit lebih

ke belakang melewati dinding posterior dari maxillaris.Setelah jarum dimasukkan

2 cm lagi, pengendapan tulang kembali terasa, permukaan anterior menjadi lebih

lebar dari sphenoid di bawah foramen rotundum.Jarum telah masuk sedalam 5 cm,

ditandai dengan karet disk. Dua millimeter larutan anestesi diinjeksikan, dan

gejala anestesi akan dirasakanseperti yang digambarkan dalam teknik intraoral.

Perlu dicatat bahwa dengan metode okular mengakibatkan gangguan seperti

diplopia, kelopak mata melemah, dan dilatasi dari pupil yang terjadi dalam jangka

waktu pendek dan beberapa pasien mengalami gangguan anestesi pada palatum

lunaknya.

2.2 Anestesi Blok pada Mandibularis

1. Anestesi Blok Nervus Alveolaris Inferior

Anestesi blok nervus alveolar inferior merupakan salah satu teknik yang

paling umum pada anestesi blok mandibula. Teknik ini sangat berguna ketika

beberapa gigi dalam satu kuadran memerlukan perawatan.Target teknik ini adalah

nervus mandibular yang berjalan ke medial ramus, yang masuk ke foramen

Page 10: Teknik Anastesi 1

mandibular.Nervus lingual, mental, dan incisivum juga teranestesi.Teknik ini

menggunakan jarum panjang 25 gauge.

Teknik direct. Ketika melakukan teknik anestesi blok nervus alveolar

mandibula pada orang dewasa, jarum panjang (35mm) tidak lebih kecil dari 27

gauge yang mesti digunakan. Jarum panjang dianjurkan karena penetrasinya

sampai 25 mm mungkin diperlukan, jarum tidak diinsersi sampai hub untuk

menghindari patah jarum. Penting untuk mengoreksi “landmarking” dan dan

melakukan tekniknya secara berurutan.

Injeksi ini akan menganestesi nervus alveolar inferior dan memblok

nervus lingual. Jika membutuhkan anestesi lingual, jarum ditarik setengah dan

aspirasi diulangi. Jika aspirasi negatif, larutan pada cartridge diinjeksi pada titik

ini, dan jarum kemudian ditarik.

Teknik direct :

1. Letakkan ibu jari pada fossa retromolar, raba coronoid notch pada batas

anterior ramus.

2. Letakkan jari telunjuk pada batas posterior ramus di tempat yang sama dengan

ibu jari.

3. Beritahu pasien untuk membuka mulut dengan lebar.

4. Insersi jarum ke dalam mulut secara menyilang terhadap gigi premolar

mandibula dari sisi yang berlawanan sejajar dengan dataran oklusal.

5. Tempatkan titik penetrasi dengan visualisasi bentuk V dari batas anterior

ramus mandibula pada aspek lateral dan raphe pterygomandibular secara

medial. Ramus diraba dan raphe muncul.

6. Penetrasi bentuk V dengan imajinasi pertengahan diantara setengah ibu jari.

Masukkan jarum sampai berkontak dengan tulang, biasanya dengan

kedalaman 20 sampai 30 mm.

7. Setelah mencapai tulang, tarik jarum sedikit (supraperiosteal) dan aspirasi.

8. Jika aspirasi negatif, injeksikan sekitar 1.5 ml larutan anestesi.

Teknik indirect. Teknik anestesi blok nervus alveolar inferior indirect

dapat digunakan pada awal atau dapat digunakan sebagai alternatif jika teknik

direct gagal. Teknik indirect mengatasi masalah kontak ridge internal oblique

Page 11: Teknik Anastesi 1

mandibula, tetapi pergerakan jarum diperlukan dalam posisi yang benar. Orientasi

pasien, membuka mulut, posisi tangan kiri operator dan peralatan sama saja

dengan teknik direct. Titik penetrasi mukosa juga sama, pertengahan antara ramus

dan raphe pterygomandibular pada titik tengah ibu jari dokter gigi.

Syringediarahkan secara intraoral sepanjang dataran oklusal dari gigi premolar

dan molar pada daerah yang akan diinjeksi. Setelah penetrasi mukosa, jarum

disuntikkan 10 mm ke dalam jaringan.Syringe kemudian berayun di atas gigi

premolar yang berlawanan sisi, kemudian metode selanjutnya seperti yang

dijelaskan pada teknik direct.

2. Anestesi Blok Nervus Incisivum

Anestesi blok nervus incisivum jarang digunakan dalam praktik klinik

meskipun sangat berguna pada perawatan yang terbatas pada gigi anterior

mandibular dan tidak membutuhkan efek anestesi pada seluruh kuadran. Teknik

ini hampir mirip dengan anestesi blok nervus mentale dengan satu langkah

tambahan. Nervus mentale dan incisivum dianestesi dengan teknik

ini.Kontraindikasi teknik ini yaitu inflamasi akut dan infeksi pada daerah injeksi.

Teknik ini menggunakan jarum pendek 25 atau 27 gauge.

Teknik :

1. Mintalah pasien membuka sebagian mulut, atau ditutup selama injeksi.

2. Lebih baik menggunakan jarum pendek 27 atau 30 gauge.

3. Jarum langsung dari belakang apeks premolar kedua.

4. Jarum berkontak dengan tulang, lalu tarik jarum sedikit.

5. Setelah aspirasi, injeksikan 1.5 ml larutan anestesi secara perlahan-lahan.

6. Jangan memasukan jarum ke foramen mentale, karena dapat melukai nervus.

3. Anestesi Blok Nervus Mentale

Anestesi blok nervus mentale diindikasikan untuk prosedur yang

berhubungan dengan jaringan lunak bukal anterior ke foramen mentale.

Kontraindikasi teknik ini yaitu inflamasi dan infeksi akut pada daerah injeksi.

Teknik ini menggunakan jarum pendek 25 atau 27 gauge.

Page 12: Teknik Anastesi 1

Injeksi ini jarang digunakan karena bagian yang teranestesi lebih efektif

dianestesi dengan injeksi pterygomandibular.Lokasi dan ukuran foramen mentale

bervariasi, kadang-kadang terdapat dua foramen mentale. Injeksi ini secara

intraoral diantara dan sedikit di bawah dua premolar.

Teknik :

Pasien harus dalam posisi setengah terlentang. Operator harus berdiri di

arah jarum jam pukul delapan sedangkan operator yang kidal harus berdiri di arah

jarum jam pukul empat. Daerah injeksi terletak di puncak mukobukal fold di atas

foramen mentale. Foramen dapat diraba secara manual dengan tekanan jari di

daerah mandibula bagian premolar. Pasien akan merasa sedikit tidak nyaman

akibat palpasi ke foramen. Gunakan instrumen retraksi untuk meretraksi jaringan

lunak. Jarum diarahkan ke foramen mentale dengan bevel menghadap tulang.

Menembus jaringan lunak dengan kedalaman lima millimeter, aspirasi dan injeksi

sekitar 0.6cc larutan anestesi. Pelaksanaan teknik ini dikatakan sukses apabila

menghasilkan anestesi jaringan lunak bukal anterior ke foramen, bibir bawah dan

dagu pada daerah injeksi.

4. Anestesi Blok Nervus Buccal

Anestesi blok nervus bukal, atau dikenal dengan anestesi blok bukal

panjang atau buccinators, merupakan tambahan yang berguna pada anestesi blok

nervus alveolar inferior ketika dilakukan manipulasi dari jaringan lunak bukal di

regio molar mandibula. Titik target teknik ini adalah nervus bukal yang melalui

ramus dibagian anterior. Kontraindikasi prosedur ini yaitu inflamasi dan infeksi

akut pada daerah injeksi. Teknik ini menggunakan jarum panjang 25 gauge.

Nervus buccinators diblok pada titik tranversal batas anterior ramus.Yang

muncul dari dalam prosessus coronoid dari mandibula dan melintasi ramus

setinggi molar atas dalam posisi mulut terbuka.Daerah injeksi terbaik pada tinggi

ini dan masuk ke dalam jaringan yang menutupi tepi anterior coronoid.Sekitar

satu ml larutan anestesi diinjeksikan. Efek anestesi dicapai setelah 5 menit.

Page 13: Teknik Anastesi 1

Teknik :

Pasien berada dalam posisi setengah terlentang. Operator harus berdiri di

arah jarum jam pukul delapan sedangkan operator kidal harus berdiri di arah

jarum jam pukul empat. Mencari sisi yang paling distal gigi molar pada sisi yang

dirawat.Jaringan di bagian distal dan bukal di gigi molar terakhir merupakan

daerah injeksi.Menggunakan instrument retraksi untuk meretraksi pipi. Bevel

jarum menghadap tulang dan syringe di arahkan sejajar bidang oklusal pada

daerah injeksi. Jarum diinsersi ke dalam jaringan lunak dan beberapa tetes larutan

anestesi disuntikkan.Jarum dimasukkan sekitar satu atau dua millimeter sampai

berkontak dengan tulang. Setelah berkontak dengan tulang dan aspirasi negatif,

0.2 cc larutan anestesi lokal didepositkan. Jarum ditarik dan ditutup

kembali.Pelaksanaan anestesi dikatakan sukses apabila menghasilkan efek

anestesi pada jaringan lunak bukal dari daerah molar mandibula.

5. Anestesi Blok Vazirani-Akinosi Closed-Mouth

Anestesi blok nervus mandibula Vazirani-Akinosi closed mouth

merupakan teknik yang berguna untuk pasien yang sulit membuka mulut seperti

trismus atau ankylosis temporomandibular joint. Kesulitan membuka mulut

merupakan kontraindikasi teknik anestesi blok nervus alveolar inferior dan teknik

Gow-Gates yang membutuhkan pasien membuka mulut secara maksimal.

Keuntungan lainnya dari teknik ini yaitu resiko trauma yang minimal dari nervus

alveolar inferior, arteri, vena dan otot pterygoid, tingkat komplikasi yang rendah

dan ketidaknyamanan yang minimal dari injeksi. Kontraindikasi teknik ini yaitu

inflamasi dan infeksi akut pada ruang pterygomandibular, cacat atau tumor pada

regio tuberositas maxillaris atau ketidakmampuan untuk memvisualisasikan

bagian medial ramus. Teknik ini menggunakan jarum panjang 25 gauge.

Teknik :

1. Injeksi ini dilakukan pada mulut tertutup. Posisi pasien meiring 45o dengan

gigi geligi beroklusi. Ibu jari yang bebas digunakan untuk merefleksi pipi

secara lateral dan mengidentifikasi presessus coronoid.

2. Syringe diletakkan sejajar bidang oklusal, dan diposisikan setinggi

mukogingiva yang dekat dengan gigi molar ketiga maxillaris.

Page 14: Teknik Anastesi 1

3. Jarum diputar searahss mukogingiva dari molar ketiga atas, dan menganestesi

mucosa di medial mandibula.

4. Menjaga syringe tetap sejajar dengan dataral oklusal, diarahkan ke posterior

dan sedikit ke lateral sampai masuk sekitar 1.5 inci (38 mm). Ujung jarum

akan masuk ke pertengahan ruang pterygomandibular dan dekat dengan

percabangan utama nervus mandibular.

5. Larutan anestesi didepositkan setelah aspirasi dan jarum kemudian ditarik.

Tanda munculnya efek anestesi akan dimulai setelah 4 sampai 5 menit.

6. Jika jarum terlalu jauh masuk ke medial, nervus tidak akan teranestesi. Perlu

diketahui bahwa dengan teknik ini, struktur posterior akan teranestesi sebelum

struktur anterior. Tanda klasik kram dari bibir bawah akan tertunda.

6. Anestesi Blok Gow-Gates

Teknik ini menggunakan landmark eksternal yang mengarahkan jarum ke

titik tusukan yang lebih tinggi, sehingga menjamin tinggi yang memadai untuk

deposit larutan di atas lingual. Berikut dua landmark ektraoral yang digunakan :

1. Pertama, dataran diidentifikasi untuk mengarahkan jarum suntik. Dataran ini

memanjang dari batas bawah ke notch telinga melalui commisura bibir.

2. Kedua adalah sebuah titik, tragus telinga, yang mengidentifikasi landmark

yang mengarahkan jarum.

Teknik :4

1. Mencari daerah anterior dengan mulut terbuka lebar.

2. Kedalaman blok pada orang dewasa sekitar 25 sampai 27 mm.

3. “Landmarking” gigi cenderung tidak penting; titik injeksi sekitar cusp dari

gigi molar kedua maxillaris.

4. Menggunakan garis dari tragal notch ke sudut mulut, membimbing jarum ke

leher condylus.

5. Dengan kepala pasien miring ke belakang dan mulut terbuka lebar, meraba

ridge internal oblique dengan jari telunjuk atau ibu jari.

6. Angulasi dari injeksi ini sejajar dengan pertemuan dua eksternal landmark.

Page 15: Teknik Anastesi 1

7. Titik tusukan berada diantara raphe pterygomandibula dan ridge internal

oblique, mendekati anterior leher condylar dari kontralateral premolar.

8. Depositkan seluruh larutan cartridge.

9. Mula kerjanya mungkin lebih lambat tetapi efek anestesinya 2 sampai 3 jam.

Dapus :

1. Dionne RA, Phero JC, Becker DE. 2002. Management of pain & anxiety in the dental office. Philadelphia: W.B. Saunders Company

2. Dubash BD, Hershkin AT, Seider PJ, Casey GM. Oral and maxillofacial regional anaethesia. Available at http://nysora.com/3062. Accessed at 3rd 2009