TEK Maret
Transcript of TEK Maret
-
Pembina : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Pengarah : Sekretaris Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan Koordinator : Bobby
Hamzar Rafinus Editor : Edi Prio Pambudi, M Edy Yusuf Analis : Windy Pradipta, Masyitha Mutiara
Ramadhan, Fitria Faradila, Insani Sukandar, Alexcius Winang, Dara Ayu Prastiwi, Oktya Setya
Pratidina, Riski Raisa Putra, Al isa Fatimah Distribusi : Chandra Mercury Kontributor : Ratih
Purbasari Kania, Arief Firmansyah, Ahmad Rifa' i Sapta,Erns Saptenno, M. Syarief Hidayatul lah,
Dede Ida Suhendra, Benny Kusbini, Muh. Yunus Zain, Tim Pemantauan dan Pengendal ian Inflasi ,
Komite Kebijakan KUR, Tim Koordinasi Kebijakan Stabil isasi Harga Pangan Pokok.
MENDORONG PENINGKATAN NILAI
TAMBAH EKSPOR INDONESIA 9
Dinamika Neraca Pembayaran Indonesia 2012|
Mampukah Penerapan Kontrak CIF Mendorong
Nilai Tambah Ekspor Indonesia? |
Sinergitas Infrastruktur dan Sistem Perdagangan
Nasional : Optimisme Perdagangan Indonesia
Masa Depan|
Membangun Pelabuhan yang Kompetitif Guna
Mendorong Daya Saing Perdagangan Nasional|
Peluang dan Tantangan Hortikultura Indonesia|
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap perkembangan
indikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010
KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI 2
Kebijakan Impor Hortikultura dan Daging :
"Niat Baik Yang Digugat"
EKONOMI INTERNASIONAL 4
Pertumbuhan Positif Ekspor Amerika Serikat
EKONOMI DOMESTIK 5
Perkembangan Ekonomi Domestik Indonesia
Suku Bunga Bank Indonesia :
Sebagai Instrumen Kebijakan Moneter
EKONOMI DAERAH 8
Peranan Pemerintah Kota dalam Pengembangan
Ekonomi Kreatif yang Mendukung Perekonomian
Daerah (Study of Bandung as a Creative City)
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) & UKM 29
Penyaluran KUR Februari 2013
OPINI PAKAR 20
Penurunan Surplus Neraca Pembayaran
Indonesia -Professor Muh. Yunus Zain, MA |
KEUANGAN 22
Mengamati Lembaga Keuangan Mikro di Provinsi
Jogjakarta dan Bali
BUMN 24
Holding Company dan Badan Usaha Milik NegaraFISKAL & REGULASI EKONOMI 25
Memacu Investasi Sumatera Utara Melalui
Investment AllowanceMP3EI 26
Membangun Infrastruktur Pariwisata Indonesia
KETENAGAKERJAAN 28
Rencana Perubahan UU 39 Tahun 2004 Tentang
Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia
Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi - Republik Indonesia
LAPORAN KEGIATAN 31Peningkatan Hubungan Kerjasama Bilateral
Indonesia dan Irak
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian - Republik Indonesia
-
Editorial
Defisit neraca perdagangan 2012 bukanlah peristiwa
yang biasa. Menurut catatan kondisi yang sama terjadi
pada tahun 1961. Perkembangan ekspor yang lambat
diperkirakan masih akan berlanjut di tahun 2013
dengan memperhatikan proyeksi pertumbuhan dan
perdagangan global yang pesimis. Sementara itu gejala
kenaikan impor semakin kuat dengan volati l itas harga
pangan yang cenderung tinggi akhir-akhir ini dan
berlanjutnya subsidi BBM. Untuk kembal i mencatat
surplus neraca perdagangan perlu kerja keras dan kerja
cerdas serta keberuntungan.
Perkembangan neraca perdagangan tersebut
mengindikasikan terjalnya perjalanan upaya
peningkatan nilai tambah komoditas sumber daya alam
yang menjadi salah satu tantangan yang ingin diraih
melalui pelaksanaan Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025
(MP3EI). Strategi tersebut memil iki impl ikasi yang luas
yaitu mendorong peral ihan struktur ekonomi dari
consumption economy kepada production economy.
Peral ihan tersebut menyangkut proses perubahan
struktur dunia usaha yang berjangka panjang.
Peral ihan ekonomi yang berorientasi konsumsi kepada
produksi juga menjadi perhatian masyarakat Amerika
Serikat akhir-akhir ini . Dalam salah satu pidato
kampanye Presiden Obama tahun lalu disampaikan
sebagai berikut : over the last decade, we became a
country that relied too much on what we bought and
consumed. We racked up a lot of debt, but we didnt
create many jobs at all. Ifwe want an economy thats
built to last and built to compete, we have to change
that. (Progressive Policy Institute, 2012). Dari pidato ini
tercermin bahwa masalah perluasan lapangan kerja
menjadi pemicu perlunya transformasi tersebut.
Corak perekonomian AS yang berorientasi konsumsi
ditandai mulai tahun 2001 dengan lebih tingginya
pembangunan gedung untuk kegiatan perdagangan
(retail, wholesale, warehouse) ketimbang industri
pengolahan. Selain itu masalah perolehan barang
dengan harga yang murah dan bervariasi menjadi
perhatian masyarakat ketimbang lapangan kerja dan
tingkat upah. Hal ini lah yang menjadikan barang impor
menjadi pil ihan. Salah satu penel itian Progressive Policy
Institute menunjukkan peningkatan impor AS selama
periode 2007-2011 telah menyebabkan sekitar 1,3 juta
orang kehilangan pekerjaan.
Struktur perekonomian Indonesia didominasi oleh
konsumsi, saat ini sekitar 63% dan investasi sebesar
25%. Untuk menjadi perekonomian berorientasi
produksi maka investasi perlu ditingkatkan. Sebagai
referensi ekonomi China terdiri dari konsumsi dan
investasi yang berimbang yaitu sekitar 48%. Perjalanan
kita masih panjang untuk menjadi ekonomi berorientasi
produksi. Semoga.
Bobby Hamzar Rafinus
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
1
Indikator Ekonomi
-
Dalam rangka pengaturan
proses importasi produk
hortikultura, Pemerintah telah
menerbitkan Peraturan Menteri
Pertanian (Permentan) Nomor 60
Tahun 2012 tentang Rekomendasi
Impor Produk Hortikultura (RPIH)
dan Peraturan Menteri
Perdagangan (Permendag) Nomor
60 Tahun 2012 tentang Perubahan
Ketentuan Impor Produk
Hortikultura, dan mulai resmi
diberlakukan sejak tanggal 28
September 2012. Kedua peraturan
ini diterbitkan dengan semangat
pengamanan pangan dan bahan
baku industri sekal igus dalam
rangka pembenahan standar
produk pertanian, khususnya
produk hortikultura dengan tujuan
untuk meningkatkan daya saing
Indonesia dalam perdagangan
internasional .
Permentan tersebut mensyaratkan
bahwa impor produk hortikultura
baik dalam bentuk produk
hortikultura segar untuk tujuan
konsumsi, produk hortikultura
untuk bahan baku industri maupun
produk hortikultura olahan, hanya
dapat dilaksanakan setelah
memperoleh surat Rekomendasi
Impor Produk Hortikultura (RIPH)
yang diterbitkan oleh Kementerian
Pertanian. Selain persyaratan RIPH,
Permendag Nomor 60 Tahun 2012
juga mengatur bahwa importir
yang dii j inkan untuk melakukan
pemasukan produk hortikultura ke
dalam wilayah Indonesia adalah
importir yang telah mengantongi
i j in baik sebagai Importir Produsen
Produk Hortikultura (IP) maupun
Importir Terdaftar Produk
Hortikultura (IT). Impor hanya dapat
dilaksanakan setelah memperoleh
persetujuan impor dari
Kementerian Perdagangan.
Setal i tiga uang dengan produk
hortikultura, Pemerintah sejak
tahun 2011 telah mengatur proses
impor sapi dan daging sapi dengan
menerbitkan Permentan Nomor 50
Tahun 2011 tentang Rekomendasi
Persetujuan Impor Daging dan
Jeroan dan Permendag Nomor 24
Tahun 2011 tentang Ketentuan
Impor dan Ekspor Hewan dan
Produk Hewan. Berdasarkan kedua
peraturan ini , impor sapi dan
daging sapi dapat dilakukan oleh
importir setelah memperoleh
Rekomendasi Persetujuan
Pemasukan (RPP) yang diterbitkan
oleh Kementerian Pertanian dan
Surat Persetujuan Impor (SPI) yang
diterbitkan oleh Kementerian
Perdagangan. Sejalan dengan
Permentan 60 dan Permendag 60
tersebut, Permentan 50 dan
Permendag 24 diterbitkan dengan
tujuan untuk memastikan bahwa
impor hanya ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan domestik
yang belum mampu dipenuhi dari
hasi l produksi dalam negeri.
Namun pada tahun 2012, tepatnya
setelah penerbitan Permentan dan
Permendag 60, Pemerintah
Amerika Serikat memprotes
Pemerintah Republ ik Indonesia atas
kebijakan impor produk hortikulura
dan daging sapi yang dianggap
membatasi impor dan berdampak
negatif bagi sektor pertanian dan
peternakan negara-negara
eksportir, khususnya Amerika
Serikat. Kebijakan Pemerintah
Indonesia dianggap bertentangan
atau tidak konsisten dengan
peraturan yang telah disepakati
bersama di tingkatWorld Trade
Organization (WTO).
Amerika Serikat berpendapat
bahwa kebijakan impor produk
Koordinasi Kebijakan Ekonomi
Erns Saptenno
KEBIJAKAN IMPOR HORTIKULTURA DAN DAGING:"NIAT BAIK YANG DIGUGAT"
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
2
-
hortikultura dan daging yang dijalankan
oleh Pemerintah Indonesia belum
memenuhi prinsip transparansi
sebagaimana diatur dalam General
Agreement on Tariffs and Trade yang
ditandatangani pada tahun 1994 (GATT
1994). Berdasarkan GATT 1994, Amerika
Serikat juga berpandangan bahwa
peraturan-peraturan tersebut merupakan
bentuk hambatan perdagangan non tarif
(non tarif barrier) karena berpotensi
membatasi importir dalam melakukan
impor sekal igus membatasi akses ekspor
bagi negara eksportir. Amerika Serikat
pun menyatakan bahwa kebijakan
perdagangan pemerintah Indonesia
tersebut telah melanggar Import
Licensing Agreement karena proses
pengajuan ij in yang dianggap terlalu
rumit sehingga berpotensi mendistorsi
perdagangan.
Pemerintah Indonesia khususnya melalui
Kementerian Pertanian dan Kementerian
Perdagangan dalam menyikapi protes
Amerika Serikat tersebut, berpendapat
bahwa peraturan impor produk
hortikultura dan daging bukan
merupakan bagian dari upaya
pemerintah untuk melakukan
pembatasan impor. Permendag dan
Permentan 60 tidak dapat diartikan
sebagai pembatasan jumlah impor,
karena tidak menyebutkan secara spesifik
mengenai jumlah yang akan diimpor.
Rekomendasi juga diberikan secara adil
tanpa membedakan setiap permohonan.
RIPH tidak bertujuan untuk membatasi
Impor, namun untuk kepentingan
keamanan pangan (food safety) , d imana
penetapan jumlah yang diperbolehkan
impor didasarkan pada kapasitas gudang
penyimpanan yang ada (cold storage) ,
dengan pertimbangan produk
hortikultura yang mudah rusak.
Permentan 50 dan Permendag 24 tidak
dapat diartikan sebagai pembatasan
impor, karena penerbitan peraturan
tersebut bertujuan untuk mel indungi
kepentingan nasional dari faktor
kesehatan, keselamatan, keamanan,
l ingkungan hidup dan moral bangsa
(K3LM) yang berujung pada kemandirian
sektor pertanian. Terkait dengan masalah
transparansi, Pemerintah Indonesia
menjamin bahwa proses impor
hortikultura dan daging telah
dilaksanakan dalam kerangka prosedur
yang transparan. Selain itu, prosedur
impor hortikultura dan daging telah
diatur secara cermat sehingga
kekhawatiran pemerintah Amerika
Serikat akan terdistorsinya perdagangan
dipastikan tidak akan terjadi.
Pandangan dan tanggapan Pemerintah
Indonesia secara lengkap telah
disampaikan dalam Pertemuan
Konsultasi antara Indonesia dan Amerika
Serikat pada tanggal 21-22 Februari 2013
di Genewa, Swiss. Namun demikian,
pertemuan tersebut belum menghasilkan
kesepakatan bagi kedua belah pihak.
Hasil pertemuan tersebut direncanakan
akan kembal i dibahas dalam pertemuan
berikutnya yang diagendakan
dilaksanakan pada akhir Maret 2013.
J ika pertemuan konsultasi selanjutnya
tidak dapat menghasilkan kata sepakat,
maka protes Amerika Serikat tersebut
dapat berlanjut menjadi Sengketa
Perdagangan (Dispute Settlement) di
tingkat WTO. Pemerintah Indonesia
tentunya akan menghindari hal ini ,
mengingat pengalaman sebelumnya
menunjukan bahwa penyelesaian
sengketa perdagangan akan
menghabiskan banyak waktu dan biaya.
"Pemerintah
Indonesia menjamin
bahwa proses impor
hortikultura dan
daging telah
dilaksanakan dalam
kerangka prosedur
yang transparan.
Selain itu, prosedur
impor hortikultura
dan daging telah
diatur secara cermat
sehingga
kekhawatiran
pemerintah Amerika
Serikat akan
terdistorsinya
perdagangan
dipastikan tidak akan
terjadi"
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
3
-
Tahun 2010, Presiden Amerika
Serikat, Barack Hussein Obama II
mengeluarkan kebijakan National
Export Initiative (NEI) dalam rangka
memperbaiki dan mempromosikan
ekspor Amerika Serikat keluar
negeri dari dampak krisis tahun
2009.
NEI merupakan sebuah bentuk
kebijakan guna memperbaiki
kondisi-kondisi yang mempunyai
dampak langsung terhadap
kemampuan sektor swasta untuk
ekspor, membantu perusahaan dan
petani mengatasi hambatan untuk
memasuki pasar baru serta
memberikan bantuan pembiayaan.
Terdapat l ima komponen didalam
NEI, yaitu (i) meningkatkan upaya-
upaya advokasi atas nama eksportir
Amerika Serikat, (i i ) meningkatkan
akses pembiayaan untuk ekspor, (i i i )
upaya kekuatan untuk
menghilangkan hambatan
perdagangan, (iv) menegakkan
aturan perdagangan dan (v)
pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dan seimbang.
Program kebijakan ini merupakan
salah satu strategi pemerintah atau
upaya pemerintah untuk
memperkuat perekonomian
Amerika Serikat, mendukung
penciptaan lapangan kerja di
Amerika dan memastikan
pertumbuhan jangka panjang.
Tujuan utama adalah untuk
menggandakan ekspor Amerika
Serikat di akhir tahun 2014 dan saat
ini perkembangan menunjukan
kemajuan besar.
Tahun 2012, ekspor Amerika Serikat
tercatat sebesar USD 2,2 tri l iun
meningkat USD 0,1 tri l iun dari
tahun sebelumnya khususnya pada
barang dan jasa. Peningkatan ini
dibantu dengan produksi barang
dengan mencantumkan Made in
USA di seluruh negara. Hal
tersebut, memberikan kontribusi
sebesar 13,9% terhadap PDB
ditahun 2012, meningkat dari 12,9%
yang tercatat pada tahun 2008. Di
tahun ini , banyaknya bisnis yang
telah merebut peluang besar di
pasar global dan membantu
perjalanan Amerika Serikat untuk
pemul ihan ekonomi. Walaupun,
neraca pembayaran barang dan jasa
Amerika Serikat masing mengalami
desifit sebesar USD 540,4 mil l iar di
tahun 2012, namun nilai tersebut
merupakan perbaikan dari defisit
tahun sebelumnya sebesar USD
559,9 mil l iar. Dengan kata lain,
terdapat 3,5% perbaikan defisit
neraca pembayaran untuk barang
dan jasa. Selain itu, minyak mewakil i
lebih dari setengah defisit
perdagangan Amerika Serikat
dalam barang dan jasa pada tahun
2012 sebesar 53,9 %.
Meskipun defisit dalam
perdagangan secara keseluruhan,
AS memil iki surplus dalam
perdagangan jasa rekor di 2012
sebesar USD 1,95 tri l iun, meningkat
9,4% dari surplus di tahun 2011
sebesar USD 1,75 tri l iun. Amerika
Serikat memperl ihatkan surplus
yang besar untuk jasa swasta
sebersar USD 89,1 mil iar, royalti dan
biaya l isensi USD 79,9 mil iar dan
perjalan wisata USD 44,7 mil iar.
Sejak diterapkannya program
tersebut, Amerika Serikat
mengalami pertumbuhan signifikan
di sisi perdagangan dengan 20
negara yang berbagi kemitraan.
Tingkat ekspor ke-20 tujuan negara
tersebut telah meningkat dua kal i
l ipat. Untuk tahun 2012, tercatat
pasar terbesar Amerika Serikat
adalah Canada (USD 2,92 tri l iun,
meningkat 4,1%), Mexico (USD 2,16
tri lun, meningkat 9,1%), Cina (USD
1,11 tri lun, meningkat 6,4%) dan
Jepang (USD 7,0 tri lun, meningkat
6,6 %). Tercatat bahwa pasar tujuan
utama dari ekspor barang Amerika
Serikat, dengan program NEI,
adalah Brazil , India, Kolombia, Arab
Saudi, Indonesia, Afrika Selatan dan
Vietnam.
Ekspor Amerika Serikat sejak tahun
2009 memil iki tren yang terus
meningkat. Perkembangan tersebut
telah mengkontribusi dalam
menciptakan 6,1 juta pekerjaan di
sektor swasta Amerika selama 35
bulan terakhir. Secara keseluruhan
hingga saat ini telah berhasil
menciptakan 9,8 juta pekerjaan
untuk warga Amerika Serikat.
Pertumbuhan Positif Ekspor
Amerika Serikat
Insani Sukandar
EKONOMI INTERNASIONAL
Semenjak diterapkan program National Export Initiative, Amerika Serikat mengalami
pertumbuhan signifikan di sisi perdagangan dengan 20 negara yang berbagi kemitraan.
Tingkat ekspor dengan ke-20 negara tersebut telah meningkat dua kali lipat.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
4
-
Inflasi
Tingkat inflasi pada bulan Februari 2013
tercatat 0,75% (mtm) dan 5,31% (yoy).
Tingginya tingkat inflasi umum terutama
bersumber dari lonjakan pada inflasi
volati le food, khususnya pada jenis
komoditas aneka bumbu. Inflasi volatile
food tercatat 2,32% (mtm) dan 11,02%
(yoy). Melonjaknya harga bahan
makanan, khususnya sayuran dan aneka
bumbu, seperti bawang merah, bawang
putih, dan cabai disebabkan oleh
berkurangnya pasokan baik dari domestik
maupun impor. Kekurangan pasokan
terjadi akibat dari cuaca buruk yang
melanda Indonesia dan kebijakan
pembatasan impor, khususnya komoditas
hortikultura. Sementara itu inflasi inti dan
administered prices relatif stabil . Pada
bulan Februari 2013, inflasi inti tercatat
0,30% (mtm) dan 4,29% (yoy), sedangkan
inflasi administered price tercatat 0,72%
(mtm) dan 2,91% (yoy).
Berdasarkan wilayah, dari 66 kota IHK, 60
kota mengalami inflasi sedangkan 6 kota
lainnya mengalami deflasi . Inflasi tertinggi
terjadi di Jayapura sebesar 3,15% (mtm)
dan terendah di Sibolga sebesar 0,12%
(mtm). Sementara itu, deflasi tertinggi
terjadi di Ambon sebesar 2,29% (mtm)
dan terendah di Sampit sebesar 0,01%
(mtm).
Kedepan inflasi diperkirakan masih cukup
tinggi, walaupun dalam jangka pendek
tekanan inflasi berpotensi mereda karena
masuknya masa panen raya. Resiko
meningkatnya tekanan inflasi terutama
bersumber dari rencana kebijakan
administered price, seperti lanjutan
kenaikan TTL, penyesuaian harga LPG 12
kg dan langkah mengintensifikasikan
pengendal ian konsumsi BBM bersubsidi.
Selain itu, perubahan siklus musim
kemarau yang lebih cepat diperkirakan
akan mengganggu siklus produksi
tanaman pangan dan perkiraan
pemul ihan ekonomi dunia yang akan
memicu kenaikan harga komoditas global
diperkirakan meningkatkan resiko
tekanan inflasi . Untuk mengantisipasi
tingginya tekanan inflasi , pemerintah
dalam forum TPI dan TPID melakukan : (i)
pengkajian mengenai kebijakan
pembatasan impor hortikultura; (i i )
mengendal ikan ekspektasi inflasi ; dan (i i i )
upaya stabil isasi harga pangan.
Neraca Perdagangan
Indonesia kembal i mengalami defisit
neraca perdagangan selama empat bulan
berturut-turut. Pada bulan Januari 2013,
defisit neraca perdagangan Indonesia
mencapai US$171 juta., menurun
dibandingkan bulan Desember 2012
sebesar US$188,10 juta. Ekspor Indonesia
pada bulan Januari 2013 tercatat
US$15.376,40 juta dan impor tercatat
US$15.547,40 juta.
Ekspor Indonesia pada bulan Januari 2013
menurun 0,11% dibanding bulan
sebelumnya (mtm) dan 1,24% dibanding
tahun sebelumnya (yoy). Penurunan ini
terutama bersumber dari ekspor migas,
khususnya minyak mentah. Pada bulan
Januari 2013, ekspor minyak mentah
tercatat US$631,7 juta, menurun 43,41%
(mtm) dan 33,92% (yoy). Sebal iknya,
ekspor nonmigas cenderung meningkat.
pada bulan Januari 2013, ekspor
Perkembangan Ekonomi Domestik Indonesia
Fitria Faradila
Ekonomi Domestik
Selain itu,
perubahan siklus
musim kemarau
yang lebih cepat
diperkirakan akan
mengganggu
siklus produksi
tanaman pangan
dan perkiraan
pemulihan
ekonomi dunia
yang akan
memicu kenaikan
harga komoditas
global
diperkirakan akan
meningkatkan
resiko tekanan
inflasi.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
5
-
nonmigas tercatat US$12.761,7 juta, meningkat 2,69%
dibanding bulan (mtm) dan tahun sebelumnya (yoy).
Sementara itu, impor Indonesia pada bulan Januari
2013 tercatat US$15.547,4 juta, menurun 0,22% (mtm)
dan meningkat 6,82% (yoy). Berdasarkan jenis
penggunaan barang, impor Indonesia masih
didominasi untuk penggunaan bahan baku/penolong
sebesar US$11.997,6 juta, meningkat 5,41% (mtm) dan
14,68% (yoy). Hal
ini menunjukkan
bahwa industri di
Indonesia masih
bertopang pada
bahan baku
impor, sehingga
ketika terjadi
guncangan pada
pasar
internasional
tentu akan
mempengaruhi
kinerja industri di
Indonesia.
Berdasarkan
komponennya,
peningkatan
impor tertinggi terutama berasal dari impor migas.
Pada bulan Januari 2013, impor migas Indonesia
tercatat US$4.040,3 juta, meningkat 9,04% (mtm) dan
33,82% (yoy). Sebagian besar impor migas masih
ditopang oleh impor hasil minyak sebesar US$2.566,4
juta. Berbeda dengan impor migas, impor nonmigas
cenderung mengalami penurunan. Impor nonmigas
pada bulan Januari 2013 tercatat US$11.507,1 juta,
menurun 3,11% (mtm) dan 0,24% (yoy).
Penurunan impor yang lebih cepat dibanding
penurunan ekspor menyebabkan nilai defisit
perdagangan Indonesia cenderung menurun dibanding
bulan sebelumnya. Namun, yang patut menjadi
perhatian adalah tingginya impor migas, terutama
impor hasil minyak. Hal ini menunjukkan bahwa
Indonesia belum mempunyai fasi l itas untuk
meningkatkan nilai tambah pada komoditas minyak
mentah. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan
kebijakan untuk meningkatkan nilai tambah ekspor
minyak, seperti mendorong industri penyul ingan
minyak yang efisien.
Transaksi Modal dan Finansial
Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan IV
2012 tercatat US$11.415 juta. Secara akumulasi tahun
2012 surplus transaksi modal dan finansial mencapai
US$24.911 juta. Nilai ini meningkat 83,6%
dibandingkan tahun lalu yang mencapai US$13.567
juta.
Berdasarkan komponennya, investasi langsung tercatat
US$14,43 juta pada tahun 2012, meningkat 25,17%
dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini
terutama bersumber dari meningkatnya Penanaman
Modal Asing (PMA) yang mencatatkan pertumbuhan
sebesar 3,18% (yoy). Pada triwulan IV 2012, PMA
tercatat sebesar US$5,80 sehingga sepanjang tahun
2012, nilai PMA mencapai US$19,85 juta. Peningkatan
PMA didorong oleh optimisme pelaku usaha di tengah
kondisi bisnis yang
tetap kondusif,
khususnya di sektor
keuangan, real estate
dan perusahaan
serta sektor industri
pengolahan.
Ketidakstabilan
ekonomi Eropa dan
Amerika mendorong
investor untuk
mengal ihkan
investasinya ke
negara lain,
contohnya Indonesia.
Kondisi ini
mendorong
peningkatan pada
transaksi portofio Indonesia. Selama tahun 2012,
investasi portofol io tercatat US$9.196 juta. Investasi
portofol io yang tinggi ditopang oleh besarnya investasi
di surat utang. Pada tahun 2012, investasi surat utang
tercatat US$9.251 juta, jauh meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya yang mencapai US$827 juta.
Sementara itu, investasi lainnya tercatat surplus sebesar
US$1.248 juta pada tahun 2012, setelah sebelumnya
mengalami defisit sebesar US$2.066 juta. Berkurangnya
piutang dagang dan penempatan simpanan sektor
swasta Indonesia di luar negeri merupakan faktor
utama penyebab surplus pada investasi lainnya.
Referensi:
Anal isis Inflasi Februari 2013 - Tim Pemantauan dan
Pengendal ian Inflasi (TPI)
Berita Resmi Statistik Perkembangan Inflasi Februari
2013 dan Ekspor-Impor Januari 2013
Laporan Neraca Pembayaran Indonesia Real isasi
Triwulan IV-2012
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
6
-
PAlexcius Winang
Pada tanggal 7 Maret 2013, Rapat
Dewan Gubernur Bank Indonesia
menetapkan untuk
mempertahankan Suku Bunga Bank
Indonesia (BI Rate) pada level
5,75%. Tingkat BI Rate tersebut
dinilai masih konsisten dengan
sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014,
sebesar 4,5% + 1%. Inflasi IHK
Februari 2013 mencapai 0,75%
dibandingkan bulan sebelumnya
(mtm) dan 5,31% jika dibandingkan
tahun sebelumnya (yoy).
Inflasi inti tetap terkendal i 4,29%
(yoy) sejalan dengan terkendal inya
harga komoditas global
nonmakanan dan stabil itas nilai
tukar rupiah yang terjaga. Adapun
tekanan inflasi berasal dari tingginay
inflasi harga pangan sebagai
dampak dari gangguan cuaca dan
terbatasnya pasokan komoditas
hortikultura. Sementara inflasi
administered price disumbangkan
oleh kenaikan tarif Tenaga Listrik.
Tekanan inflasi diperkirakan akan
mereda seiring dengan tibanya
masa panen dan secara keseluruhan
akan tetap terkendal i pada kisaran
sasarannya pada tahun 2013.
Perekonomian Indonesia
diperkirakan akan tumbuh sebesar
6,2% pda triwulan I tahun 2013. Hal
ini didukung oleh konsumsi yang
tumbuh cukup kuat sejalan dengan
keyakinan konsumen dan daya bel i
masyarakat yangmembaik. Kinerja
ekspor diperkirakan akan membaik
sejalan dengan ekspektasi
pemul ihan perekonomian dunia. Hal
ini disebabkan oleh membaiknya
harga komoditas ekspor dan
perekonomian mitra dagang utama,
khususnya China , Amerika Serikat
dan India. Pertumbuhan Impor
diperkirakan sedikit melandai,
namun masih pada level yang cukup
tinggi. Hal ini sejalan dengan masih
kuatnya permintaan domestik dan
berangsur membaiknya kinerja
ekspor.
BI meyakini bahwa dengan
penguatan bauran kebijakan
moneter dan makroprudensial , serta
langkah-langkah koordinasi yang
sol id dengan Pemerintah, akan
mampu mencapai sasaran inflasi
dan mendorong tercapainya
keseimbangan eksternal dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan.
BI Rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap
kebijakan moneter yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia dan
diumumkan kepada publ ik. BI Rate
diumumkan oleh Dewan Gubernur
BI pada Rapat Dewan Gubernur
yang diadakan setiap bulan.
Respon kebijakan moneter
ditetapkan berlaku sampai dengan
Rapat Dewan Gubernur yang
diadakan bulan berikutnya.
Penetapan BI rate memperhatikan
efek tunda kebijakan moneter
dalam memengaruhi inflasi . Apabila
terjadi perkembangan di luar
prakiraan sebelumnya, penetapan
posisi kebijakan moneter dapat
dilakukan sebelum Rapat Dewan
Gubernur Bulanan. Sasaran
operasional kebijakan moneter (BI
Rate) akan tercermin pada
perkembangan suku bunga Pasar
Uang Antar Bank Overnight(PUAB
O/N). Pergerakan di suku bunga
PUAB ini diharapkan akan diikuti
oleh perkembangan suku bunga
deposito, dan pada gil irannya akan
mempengaruhi suku bunga
perbankan.
Dengan mempertimbangakan
faktor-faktor lain dalam
perekonomian, BI akan menaikkan
BI Rate apabila inflasi diperkirakan
akan melampaui sasaran. Kebijakan
ini diambil untuk mengantisipasi
banyaknya uang yang beredar yang
mengakibatkan tingginya inflasi .
Melalui kebijakan ini peningkatan
suku bunga perbankan melalui
stimulus kenaikan BI Rate akan
meningkatkan penghimpunan
jumlah dana masyarakat pada
lembaga keuangan dan mengurangi
jumlah uang yang beredar.
Demikian juga sebal iknya, BI akan
menurunkan BI Rate apabila inflasi
ke depan diperkirakan berada di
bawah sasaran yang ditetapkan.
Sumber: Bank Indonesia
Suku Bunga Bank Indonesia :Sebagai Instrumen Kebijakan Moneter
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
7
-
KKota Bandung sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat
merupakan daerah yang potensial untuk dikembangkan
dalam bidang perdagangan dan Industri pengolahan.
Pada tahun 2011 PDRB atas dasar harga berlaku
terbesar di Kota Bandung dicapai oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 40.64% dan
Industri pengolahan mencapai 24,7% dari total PDRB.
Hal ini menunujukkan peranan penting dari sektor
ekonomi kreatif yang mengalami peningkatan cukup
signifikan. Berkembangnya industri kreatif di Kota
Bandung menjadi faktor yang memperkuat sektor
perdagangan, hotel , dan restoran, serta jasa dan sektor
industri pengolahan (tertentu) sebagai potensi
unggulan daerah di Kota Bandung. Sampai saat ini ,
subsektor industri kreatif yang dapat dijadikan unggulan
kota Bandung diantaranya yaitu, fashion, seni, musik,
desain, arsitektur, IT dan makanan (kul iner).
Dari hasi l pemetaan yang telah dilakukan di beberapa
Wilayah Pengembangan (WP) Kota Bandung
terindentifikasi potensi sektor usaha kreatif yang telah
berkembang cukup pesat. Wilayah Pengembangan
dimaksud terdiri dari 1)WP Cibeunying dengan potensi
Periklanan, arsitek, Pasar seni/barang antik, 2)WP
Bojonagara dengan potensi Periklanan, arsitek, Pasar
seni/barang antik, 3)WP Tegal lega dengan potensi Pasar
seni/barang antik, Musik, Fi lm, Video dan Foto, 4)WP
Karees dengan potensi Periklanan, arsitek, dan Desain,
5)WP Ujung Berung dengan potensi Kul iner, kerjinan
dan R&D, 6)WP Gede Bage dengan potensi TV/Radio,
Kul iner dan kerajinan.
Dari hasi l wawancara dengan Hadi Widianto, SP, MT,
staff fungsional perencana muda Bidang Ekonomi
Bappeda Kota Bandung, diperoleh informasi bahwa
Kota Bandung memil iki banyak keunggulan dalam
pengembangan ekonomi kreatif. Keunggulan Bandung
bukan hanya terletak pada 14 subsektor ekonomi kreatif
saja, namun Kota Bandung juga memil iki keunggulan
dalam subsektor kul iner. Kondisi tersebut tentunya
berbeda dengan daerah lainnya, yang sebagian besar
hanya memil iki satu atau beberapa subsektor
unggulannya saja yang merupakan subsektor dari
ekonomi kreatif.
Banyak hal telah dilakukan pemerintah Kota Bandung
dalam mendukung ekonomi kreatif. Pengembangan
Ekonomi kreatif menuju masyarakat Kota Bandung yang
sejahtera adalah merupakan salah satu tema dari
pembangunan Kota Bandung tahun 2011, dengan
prioritas pembangunan bidang ekonomi berupa
peningkatan kegiatan ekonomi kreatif berbasis sumber
daya lokal . Program pengembangan ekonomi kreatif
dan teknopol is pada urusan bidang perindustrian
merupakan salah satu program yang sangat produktif
dalam upaya maintenance kegiatan ekonomi kreatif di
Kota Kembang ini. Pengembangan program ini
didukung oleh kegiatan-kegiatan seperti : penyusunan
data base potensi industri kreatif, diversifikasi produk
industri kreatif, serta kegiatan bimbingan teknis
terhadap UKM dan industri kreatif.
Hal lainnya yang merupakan kegiatan rutin adalah
fasi l itas Pemerintah daerah dalam kegiatan pameran
terutama pada HUT Kota Bandung, Perkenalan produk-
produk kreatif di Cihampelas Walk, pameran-pameran
tingkat nasional dan internasional , serta fasi l itasi
terhadap komunitas kreatif Kota Bandung yaitu dengan
penyediaan tempat bagi Bandung Creative City Forum
(BCCF). Triple hel ix yang mel ibatkan kerjasama antara
Pemerintah, Akademisi dan Bisnis telah terjal in, bahkan
ditambah dengan kerja sama yang mel ibatkan
komunitas kreatif seperti BCCF. Adapun dalam hal
dukungan terhadap infrastruktur lainnya yang
mendukung ekonomi kreatif sampai saat ini belum siap
diberikan pemda, masih dalam tahap perencanaan dan
sedikit demi sedikit akan difasi l itasi infrastruktur yang
mendukung bagi pengembangan ekonomi kreatif ini .
Kaitannya dengan kegiatan ekspor, selama ini belum
ada data base untuk produk-produk kreatif dari 14
sektor yang ada, sedangkan untuk sub sektor fashion
tercatat pada teksti l dan produk teksti l yang meningkat
dari tahun ketahun, dengan daerah tujuan ekspor
terutama ke negara Jepang serta negara Asia lainnya.
Pengembangan kawasan Pariwisata juga merupakan
salah satu rangkaian dari kegiatan ekonomi kreatif yang
berkelanjutan. Kawasan pariwisata yang pal ing banyak
dikunjungi adalah 1)Cluster wisata Ir. H . Juanda-
Merdeka-Riau sebesar 32,6% yang merupakan wisata
kul iner, heritage, pendidikan, hiburan, rekreasi dan
geowisata, 2)Cluster wisata Cihampelas-Cipaganti
sebesar 24,7% yang berupa wisata belanja kul iner dan
wisat Heritage, 3)Cluster wisata Alun-alun-Sudirman-
Otista-Gardujati-Pasirkal iki sebesar 15,3% yang berupa
wisata Hiburan, Belanja dan geowisata.
Ratih Purbasari Kania
Ekonomi Daerah
Peranan Pemerintah Kota dalam Pengembangan
Ekonomi Kreatif yang mendukung Perekonomian
Daerah (Study of Bandung as a Creative City)
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
8
-
Mendorong Peningkatkan Nilai Tambah
Ekspor Indonesia
Laporan Utama
| Mampukah Penerapan Kontrak Cost, Insurance, and Freight (CIF)
Mendorong Nilai Tambah Ekspor Indonesia
| Sinergitas Infrasruktur Dalam Sistem Perdagangan Nasional :
Optimisme Perdagangan Indonesia Masa Depan
| Peluang dan Tantangan Hortikultura Indonesia
| Menuju Peningkatan Nilai Tambah Dalam Negeri
-
Laporan Utama
DINAMIKA NERACA PEMBAYARAN INDONESIA 2012
S
elama kurun waktu l ima puluh tahun terakhir
neraca perdagangan Indonesia selalu mengalami
surplus. Namun pada tahun 2012 lalu neraca
perdagangan Indonesia mengalami defisit yang dipicu
oleh melemahnya kondisi pasar dunia khususnya
negara mitra dagang Indonesia. Defisit neraca
perdagangan Indonesia tahun 2012 sebesar USD 24,2
mil iar, dimana nilai tersebut jauh menurun jika
dibandingkan dengan neraca perdagangan Indonesia
tahun 2011 yang mengalami surplus sebesar USD1,7 M.
Faktor faktor yang menyebabkan defisit neraca
perdagangan Indonesia tahun 2012 yaitu meningkatnya
defisit neraca perdagangan barang dan menurunnya
surplus neraca
perdagangan jasa. J ika
dibandingkan dengan
neraca perdagangan
barang pada tahun 2011,
neraca perdagangan
barang tahun 2012
mengalami penurunan.
Pada tahun 2011 nilai
neraca perdagangan
barang Indonesia
mengalami surplus
sebesar USD 26,061 mil iar,
namun pada tahun 2012
neraca perdagangan
Indonesia mengalami
defisit sebesar USD 1,06 mil iar.
Penurunan yang sangat signifikan pada ekspor sektor
non migas menjadi pemicu utama defisit neraca
perdagangan barang Indonesia. Penurunan
pertumbuhan volume dagang global dan penurunan
permintaan dari negara mitra dagang Indonesia serta
diiringi dengan menurunnya harga komoditas dunia
berdampak pada penurunan ekspor nonmigas hingga
6,2%. Sebal iknya, permintaan lokal untuk sektor
tersebut sangat kuat sehingga impor nonmigas
Indonesia meningkat hingga 9,2%.
Meningkatnya defisit neraca perdagangan migas juga
memperburuk kondisi neraca perdagangan barang
secara keseluruhan. Peningkatan tersebut terjadi akibat
natural decl ining sumur-sumur tua di Indonesia dan
beberapa gangguan teknis dalam produksi serta
permasalahan perij inan dan administrasi yang cukup
kompleks sehingga kinerja produksi minyak nasional
gagal mencapai targetnya sesuai yang tercantum dalam
APBN-P 2012. Terlebih lagi, peningkatan konsumsi BBM
bersubsidi semakin meningkatkan jumlah permintaan
impor minyak di Indonesia.
Defisit neraca perdagangan Indonesia juga dipengaruhi
oleh peningkatan defisit neraca perdagangan jasa,
dimana peningkatannya bersumber dari defisit jasa
transportasi seiring dengan naiknya kegiatan impor.
Selain itu, diketahui pula adanya penurunan surplus jasa
travel yang juga turut berperan dalam peningkatan
defisit neraca perdagangan jasa. Walaupun terjadi
peningkatan pada jumlah
wisatawan asing yang
masuk ke Indonesia,
namun jumlah wisatawan
lokal yang melancong
keluar negeri lebih banyak
daripada wisatawan asing
tersebut. Adanya
kebijakan bebas fiskal
menjadi salah satu
pendorong tingginya
tingkat pariwisata
khususnya di kawasan Asia
Tenggara.
Tingginya tingkat transaksi
modal dan finansial di Indonesia masih menjadi
penyelamat dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)
tahun 2012 secara keseluruhan. Berdasarkan data NPI
dari Bank Indonesia menyatakan bahwa pada transaksi
tersebut mengalami surplus, sehingga NPI juga tetap
surplus sebesar USD 0,2 mil iar.
Kestabilan kondisi ekonomi domestik serta l ikuidnya
pasar keuangan global membuat transaksi modal dan
finansial di Indonesia menunjukan prestasi yang sangat
cemerlang. Pada tahun 2012, transaksi modal dan
finansial Indonesia mengalami surplus sebesar 83,6%.
Tingginya nilai surplus tersebut ditopang oleh kuatnya
arus investasi asing dan al iran modal portfol io asing
yang masuk ke Indonesia. Selain itu, diketahui pula
adanya penurunan pada defisit investasi lainnya di
Indonesia.
Dara Ayu Prastiwi
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
10
-
Peningkatan investasi langsung di Indonesia ditopang
oleh sektor manufaktur, pertambangan dan jasa lainnya.
Namun investasi ini sempat mengalami sedikit
penurunan yang disebabkan adanya pembayaran utang
antar-afi l iasi ke induk perusahaannya yang berada di
luar negeri. Namun dengan adanya optimisme dari para
pelaku usaha akan adanya kekondusifan pada dunia
bisnis menyebabkan peningkatan kembal i investasi jenis
ini . Terlebih lagi, ditemukan adanya penurunan investasi
langsung ke luar negeri dari Indonesia, sebagai akibat
dari rendahnya net pembayaran kewajiban yang harus
dibayarkan oleh induk perusahaan ke perusahaan
cabangnya di luar negeri.
Keberadaan investasi portofol io di Indonesia juga
mempunyai peranan yang besar dalam peningkatan
surplus transaksi modal dan finansial Indonesia tahun
2012. Jenis investasi ini meningkat tajam dari ni lai USD 5
mil iar pada tahun 2011 menjadi USD 14,7 mil iar pada
tahun 2012. Peningkatan yang tajam ini didukung oleh
adanya fundamental ekonomi domestik yang cukup baik
dan juga imbal hasil yang menarik sehingga investor
asing semakin tertarik untuk berinvestasi di Indonesia.
Selain itu, obl igasi pemerintah dan swasta Indonesia ada
yang diterbitkan dalam valuta asing. Kebijakan stimulus
ekonomi dari Negara-negara maju juga turun berperan
dalam peningkatan investasi ini .
Meningkatnya peringkat Indonesia dalam sovereign
credit rating dari BB+ mendai BBB- (stable outlook)
semakin menambah kepercayaan investor untuk
berinvestasi di Indonesia. Kenaikan ranking tersebut
semakin memperkuat image Indonesia di mata ekonomi
global , dimana Indonesia mampu menunjukan
ketahanan ekonominya ditengah kelemahan ekonomi
global . Selain itu Indonesia tetap bisa mempertahankan
pengelolaan fiskalnya yang konservatif, meminimal isir
level utang pemerintah dan memil iki sistem keuangan
yang stabil .
Neraca Perdagangan Indonesia tahun 2013 diperkirakan
akan mampu meningkatkan surplusnya. Perkiraan
tersebut berdasarkan asumsi adanya perbaikan kondisi
perekonomian mitra dagang Indonesia seperti Cina dan
India sehingga kinerja ekspor Indonesia khususnya
sektor nonmigas bisa lebih meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya. Dengan begitu diharapkan deficit
dari transaksi berjalanan khususnya yang bersumber dari
defisit neraca perdagangan barang dapat berkurang.
Selain itu, kondisi transaksi modal dan finansial
Indonesia diprediksikan akan terus mengalami
peningkatan. Dengan adanya penurunan defisit
transaksi berjalan dan semakin meningkatnya surplus
transaksi modal dan finansial akan mengakibatkan
peningkatan surplus pula pada neraca pembayaran
Indonesia tahun ini.
Sumber : Laporan Neraca Pembayaran Indonesia (BI) ,
Berita Resmi Statistik (BPS)
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
11
www.viproperties.com
-
MM
a
a
m
m
p
p
u
u
k
k
a
a
h
h
P
P
e
e
n
n
e
e
r
r
a
a
p
p
a
a
n
n
K
K
o
o
n
n
t
t
r
r
a
a
k
k
C
C
o
o
s
s
t
t
,
,
I
I
n
n
s
s
u
u
r
r
a
a
n
n
c
c
e
e
,
,
a
a
n
n
d
d
F
F
r
r
e
e
i
i
g
g
h
h
t
t
(
(
C
C
I
I
F
F
)
)
M
M
e
e
n
n
d
d
o
o
r
r
o
o
n
n
g
g
N
N
i
i
l
l
a
a
i
i
T
T
a
a
m
m
b
b
a
a
h
h
E
E
k
k
s
s
p
p
o
o
r
r
I
I
n
n
d
d
o
o
n
n
e
e
s
s
i
i
a
a
?
?
Alisa Fatimah
B adan Pusat Statistik (BPS) membukukan defisit
neraca perdagangan tahun 2012 mencapai US$ 1,63
mil iar. Menurut Kasubid Akses Pasar Barang
Kementerian Perdagangan, Adrian lubis dalam
paparannya pada Forum Diagnosa Ekonomi
Kementerian Koordinator Perekonomian tanggal 19
Maret lalu , hal ini dipicu oleh menurunnya nilai ekspor
Indonesia sebesar 6,6 % jika dibandingkan dengan
tahun 2011. Sedangkan impor 2012 meningkat sebesar
8,02% yang disumbang oleh sektor migas. Defisit juga
terjadi pada sektor perdagangan jasa-jasa, yang
disebabkan karena meningkatnya impor logistik,
terutama terkait proses ekspor impor barang.
Menurut Adrian Lubis, rendahnya nilai ekspor salah
satunya disebabkan oleh pencatatan ekspor Indonesia
yang menggunakan sistem Free on Board (FoB). FoB
merupakan isti lah perdagangan di mana penjual
bertanggung jawab mengurus izin ekspor sampai
memuat barang di kapal . Dalam term perdagangan
FoB, nilai freight dan asuransi yang digunakan tidak
menjadi komponen yang dihitung dalam total ni lai
ekspor. Sedangkan jika menggunakan Cost of Insurance
and Freight (CIF), total ni lai ekspor sudah memasukkan
komponen tersebut dan eksportir lokal juga memil iki
kewenangan untuk menentukan jasa kapal angkut
kargo (freight) dan asuransi yang akan digunakan.
Pada sistem CIF pihak penjual menanggung biaya
sampai kapal yang memuat barang merapat di
pelabuhan tujuan, serta membayar jasa kapal kargo
(freight) dan asuransi untuk barang yang dikirim. Dalam
perhitungannya, Penel iti Muda Kementerian
Perdagangan ini juga menyebut Indonesia berpotensi
kehilangan nilai ekspor sebesar 8,5% yang bersumber
dari freight (8%) dan asuransi (0,5%) serta potensi
penerimaan lewat sektor jasa kapal kargo dan asuransi
dalam penggunaan FoB sebagai term perdagangan
ekspor.
Pada kesempatan yang sama dalam diskusi tersebut,
Kapten Witono perwakilan dari Asosiasi Perusahaan
Pelayaran Indonesia (INSA) berpendapat terdapat
sembilan keuntungan yang diperoleh Indonesia jika
menggunakan sistem CIF dalam term perdagangan
ekspor Indonesia. Adapun kesembilan keuntungan
tersebut ialah :
1.Kegiatan arus barang ekspor-impor melalui moda
transportasi laut lebih terkontrol
2.Kedaulatan negara semakin terjaga sejalan dengan
UU No.17/2008 tentang Pelayaran dan Kesiapan SDM
Terminal Operator
3.Meningkatnya nilai tambah produk ekspor
Indonesia, sehingga diharapkan dapat meningkatkan
daya saing
4.Menyelamatkan potensi devisa negara yang berasal
dari ongkos angkut kapal , yang diperkirakan mencapai
Rp 120 tri l iun
5.Mendorong investasi Indonesia di pasar domestik
maupun luar negeri
6.Mendorong pertumbuhan industri galangan dan
komponennya karena permintaan akan kapal domestik
meningkat
7.Mendorong pertumbuhan sektor perbankan dan
asuransi domestik
8.Menyerap tenaga kerja secara massal sehingga dapat
mengurangi angka pengangguran
9.Meningkatkan kegiatan di sektor pelabuhan
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut,
Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan
pemerintah, Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia,
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Asosiasi
Perusahaan Pelayaran Indonesia (INSA), dan PT Asuransi
Ekspor Indonesia saat ini sedang dalam tahap
mematangkan substansi dan regulasi terkait perubahan
penerapan kebijakan ekspor dari FoB ke CIF. Namun
perubahan sistem perdagangan ini memerlukan
persiapan yang matang dari berbagai pihak terkait,
agar kebijakan CIF ini dapat mencapai target tujuannya
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
12
-
Proses pemul ihan ekonomi global
saat ini berjalan lambat, di tengah
permintaan domestik yang kuat, telah
memperlebar defisit transaksi berjalan
yang pada triwulan IV-2012 mencapai
sebesar US$7,8 mil iar (3,6% dari PDB),
lebih besar daripada defisit pada
triwulan sebelumnya sebesar US$5,3
mil iar (2,4% dari PDB). Hal ini
dikarenakan menurunnya surplus
neraca perdagangan non migas dan
meningkatnya defisit neraca
perdagangan migas.
Surplus neraca perdagangan non
migas memang mengalami
penurunan, namun kondisinya masih
surplus. Kondisi tersebut didukung
oleh trend positif penerimaan negara
di sektor pertambangan. Data
penerimaan negara dari sektor
pertambangan menunjukkan trend
positif dari tahun ke tahun dengan
meningkatnya pendapatan negara.
Untuk tahun 2012, penerimaan negara
bahkan mencapai Rp 26.4 tri l iun untuk
sektor pertambangan mineral dan
batubara.
Mineral dan batubara yang
terkandung dalam wilayah
pertambangan Indonesia, merupakan
kekayaan alam yang mempengaruhi
hajat hidup orang banyak, oleh karena
itu pengelolaannya harus dikuasai
oleh Negara untuk memberikan nilai
tambah pada perekonomian nasional .
Nilai Tambah adalah proses
pengolahan hasil tambang yang
bertujuan untuk menghasilkan suatu
produk atau komoditi sehingga nilai
ekonomi dan daya gunanya
meningkat lebih tinggi dari
sebelumnya, serta aktivitas yang
ditimbulkan akan memberikan
dampak positif terhadap
perokonomian dan sosial baik bagi
daerah operasional , pusat, maupun
daerah non operasional .
Selama tahun 2012 produksi batubara
mencapai 386 juta ton atau sebesar
109 % dari produksi 2011 yang
mencapai 353 juta ton. Dari produksi
tahun 2012 tersebut sebesar 82 juta
ton untuk kebutuhan dalam negeri
yaitu mampu mendorong ekspor Indonesia melalui
harga produk ekspor yang lebih bersaing dengan
digunakannya armada kapal serta asuransi ekspor
domestik.
Beberapa hal teknis yang dikemukakan oleh
Kementerian Perdagangan dan INSA yang menjadi
tantangan Indonesia dalam implementasi perubahan
kebijakan ekspor FoB menjadi CIF ini antara lain (i)
ketersediaan kapal angkut, (i i ) quality, cost & delivery
time (QCD), (i i i ) daya saing industri pelayaran domestik
di mata internasional , (iv) kinerja asuransi ekspor
domestik (terutama risk coverage) , (v) efisiensi birokrasi
dan lain-lain.
Terkait industri perkapalan domestik, kondisi yang
terjadi saat ini (dengan sistem ekspor FoB) memang
lebih didominasi oleh kapal-kapal asing. Data dari INSA
menyebutkan, selama tahun 2012 volume muatan
perdagangan (ekspor-impor) yang menggunakan kapal
nasional hanya sebesar 9-10% dari total volume
perdagangan. Ini artinya Indonesia kehilangan 90%
potensi penerimaan negara dari sektor jasa, yaitu jasa
angkut kapal kargo dan asuransi ekspor impor. Dengan
diterapkannya kebijakan CIF untuk ekspor, diharapkan
bisa menstimulasi industri perkapalan dan asuransi
Indonesia yang nantinya akan mampu meningkatkan
volume dan nilai ekspor Indonesia.
Agar penerapan kebijakan CIF ini dapat terwujud dan
implementasinya berjalan dengan baik, tentunya perlu
koordinasi dan kesiapan yang matang dari berbagai
sektor. Beberapa hal yang sangat fundamental dalam
kaitannya dengan kebijakan ini antara lain infrastruktur
dan kapasitas pelabuhan, ketersediaan armada kapal
yang memadai, pembiayaan perbankan, asuransi ekspor
impor serta terkendal inya pungutan-pungutan dan
birokrasi pelabuhan.
Menuju Peningkatan Nilai Tambah
Dalam Negeri
Insani Sukandar
Ir. Dede Ida Suhendra, M.Sc
Direktur Pembinaan
Pengusahaan Mineral Mineral,
Direktorat Jendral Mineral dan
Batubara
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
13
-
dan sebesar 304 juta ton untuk ekspor. Pada tahun 2013
produksi diperkirakan mencapai 391 juta ton dengan
alokasi DMO sebesar 74,32 juta ton. Naik dibanding
DMO 2012 sebesar 67,3 juta ton.
Untuk produk mineral lain selama tahun 2012 real isasi
produksi adalah konsentrat tembaga sebesar 804 ribu
ton (naik dibanding tahun 2011: 618 ribu ton), emas 66
ton (turun dibanding tahun 2011: 78 ton), timah 91 ribu
ton (naik dibanding 2011: 54 ribu ton), bij ih nikel 35 juta
ton (naik dibanding tahun 2011 sebesar 33 juta ton),
ferro nikel 19 ribu ton (tahun 2011: 18 ribu ton), bauksit
29 juta ton (201: 41 juta ton) dan bij ih besi 10 juta ton
(2011 sebesar 11 juta
Makin tingginya angka produksi dan angka ekspor bij ih
mineral tiap tahun, pengolahan dan pemurnian dalam
negeri perlu dilakukan untuk menambah daya guna
serta
meningkatkan
kontribusi positif
bagi kesejahteraan
bangsa.
Untuk menopang
amanat undang-
undang No. 4
tahun 2009
tentang
pertambangan
Mineral dan
Batubara,
didukung dengan
Permen ESDM
No.7/2012
tentang
Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan
Pengolahan dan Pemurnian, yang kemudian
disempurnakan dengan Permen ESDM No.11/2012,
Pemerintah melakukan berbagai upaya mel iputi
pengembangan industri hi l ir manufaktur, kepastian
pasokan dalam negeri, penel itian dan pengembangan
yang berbasiskan mineral serta penataan ekspor mineral
dalam bentuk raw material atau bij ih. Dengan demikian
diperlukan data yang akurat terkait dengan keadaan dari
neraca sumber daya mineral nasional , potensi SDA yang
ada, kebutuhan mineral dalam negeri, jenis pemasaran
(ekspor atau impor), penyebaran fasil itas pengolahan
dan pemurnian dalam negeri, jenis komoditas yang
diekspor. Data-data tersebut dibutuhkan agar dapat
membuat kebijakan yang tepat.
Kegiatan yang dilakukan dalam menyiapkan kebijakan
untuk mendorong peningkatan nilai tambah dalam
negeri antara lain yang pernah dibentuk FGD (Forum
Group Discussion) yang bekerja sama dengan Indonesia
Mining Assosiation (IMA) dalam mengkaji kemungkinan
untuk membuat fasi l itas olah murni komoditas nikel ,
tembaga, aluminium, besi, mangan yang kemudian
disimpulkan bahwa tembaga lah yang mendapatkan
banyak dorongan dari pemerintah dalam upaya
pembangunan fasil itas pengolahan dan pemurnian,
dalam hal ini smelter.
Sektor pertambangan merupakan sektorcapital
intensive. Pada dasarnya perusahaan yang core
bisnisnya pertambangan yang akan mampu bertahan
dalam jangka panjang. Hal ini karena forecasting
investasi perusahaan pertambangan dilakukan dengan
pertimbangan kecenderungan harga komoditas untuk
jangka panjang dan fluktuasi harga komoditas jangka
pendek. Kondisi sekarang membuktikan bahwa sektor
ini cukup mampu bertahan terhadap tekanan krisis
ekonomi. Bisnis sektor ini mulai banyak dil irik oleh para
pengusaha yang berbasis pedagang yang sangat
dipengaruhi oleh untung rugi jangka pendek.
Pertambangan
merupakan suatu
rangkaian kegiatan
yang mengelola
komoditas bawah
permukaan/dalam
bumi yang harus
memenuhi kelayakan
aspek keekonomian,
aspek keteknisan
maupun aspek
l ingkungan hidup.
Kelayakan yang
dimaksud antara
lain, mengenai
visual isasi cadangan
yang dapat diketahui
melalui eksplorasi serta pengelolaan l ingkungan hidup.
Namun, hal ini lah yang banyak diabaikan oleh saudara
kita yang berbasis pedagang di sektor pertambangan,
dikarenakan mahalnya investasi awal . Padahal , perlu
dilakukan karena merupakan saringan awal untuk
mengel iminasi kerugian yang lebih jauh bilamana
dilakukan pengusahaan nantinya.
Namun, tentunya sejalan dengan acuan program
pemerintah yaitu Pro Job, Pro Growth, Pro Poor dan Pro
Environment yang semua ini sedang kami atur dan
sedang berjalan sampai saat ini . Hal ini di lakukan antara
lain dengan masih dibolehkannya ekspor bij ih atau ore
oleh perusahaan selama masih memenuhi aspek teknis,
administrasi , ekonomi, dan l ingkungan dimana
merupakan kewajiban setiap kegiatan usaha
pertambangan. Bersamaan dengan itu, setiap
perusahaan memil iki kewajiban untuk membuat
pernyataan bahwa tidak akan menjual keluar negeri dan
akan melakukan pengolahan dan pemurnian dalam
negeri pada tahun 2014.
Data Penyebaran IUP & Smelter Plan Update per November 2012
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
14
-
Sinergitas Infrastruktur dan Sistem Perdagangan Nasional:
Optimisme Perdagangan Indonesia Masa Depan
Riski Raisa Putra
Defisit yang terjadi pada neraca pembayaran
Indonesia tahun 2012 tentu menjadi perhatian besar
karena hal ini tidak pernah terjadi sejak 50 tahun
terakhir, tepatnya sejak tahun 1961. Tentu banyak faktor
yang terkait hingga Indonesia kembal i mengalami
defisit perdagangan. Struktur ekspor impor, sumber
beban defisit dan pertumbuhan ekonomi dunia kiranya
perlu ditelaah untuk selanjutnya menjadi landasan
kebijakan kedepan agar neraca perdagangan Indonesia
kembal i surplus.
Di awal kita perlu mel ihat kondisi aktual ekspor impor
Indonesia. Kuartal empat tahun 2012 defisit neraca
berjalan meningkat menjadi 3,6% dari PDB, yang
membawa defisit tahun 2012 secara keseluruhan
menjadi USD 24,2 mil iar, atau 2,7% dari PDB. Selama
pertengahan tahun 2012 sebagian besar penurunan
datang dari cepatnya penyusutan surplus neraca
perdagangan non migas, yang diikuti dengan
membengkaknya defisit minyak dalam beberapa bulan
terakhir, hingga mencapai nilai tertinggi sebesar USD 23
mil iar untuk tahun 2012.
Kinerja ekspor Indonesia tahun 2012 relatif lemah,
tercatat hingga akhir kuartal ke IV ekspor Indonesia
turun 6%. Penurunan pada harga komoditas menjadi
faktor utama pelemahan kinerja ekpor Indonesia. Hal
sebal iknya justru terjadi pada produk impor yang
mengalami kenaikan harga sehingga mendorong defisit
membesar.
Lebih lanjut, berdasarkan data dari OECD dan WTO
tentang perdagangan berdasarkan nilai tambah (trade
value-added terms) yaitu barang-barang dan jasa-jasa
suatu ekonomi yang terkandung di dalam ekspornya.
Pengukuran perdagangan Indonesia menurut nilai
tambahnya menunjukkan bahwa porsi bahan baku
impor dalam produk ekpor Indonesia sangat tinggi.
Sekitar sepertiga dari barang baku setengah jadi yang
Adapun mengenai upaya terlaksananya peningkatan
nilai tambah mineral melalui proses pengolahan dan
pemurnian di dalam negeri bisa dilaksanakan oleh
perusahaan secara terpadu maupun tidak terpadu.
Proses pengolahan dan pemurnian terpadu dilakukan
oleh perusahaan yang layak dari segi proses
penambangan, pengolahan pemurnian sampai dengan
pemasaran. Perusahaan yang tidak layak melakukannya
dapat berkolaborasi dengan pemegang IUP Operasi
Produksi lain yang terpadu atau bekerja sama dengan
perusahaan pemegang IUP Operasi Produksi Khusus
Pengolahan dan Pemurnian. Sampai saat ini terdapat 11
fasil itas pengolahan pemurnian yang akan dibangun
dan sedang dalam tahap konstruksi. Terdiri dari , 4
untuk komoditas nikel , 4 untuk komoditas besi, 1 untuk
komoditas tembaga, dan 2 bauksit yang tersebar
seluruh Indonesia. Mengenai rencana pembangunan
plan smelter kedepannya, total akan dibangun sebanyak
89 smelter. Yang terdiri dari 10 smelter bauksit, 16
smelter besi, 4 smelter tembaga, 6 smelter mangan, dan
53 smelter nikel yang tersebar di seluruh Indonesia
(Gambar 1).
Pemerintah juga memberikan dukungan penuh dalam
mewujudkan peningkatan nilai tambah didalam negeri
antara lain juga didorong dengan Inpres no.3 tahun
2013 tentang percepatan peningkatan nilai tambah
dalam negeri yang menginstruksikan kepada seluruh
instansi terkait antara lain Menteri Kordinator Bidang
Perekonomian, Menteri ESDM, Menteri Peirndustrian,
Menteri Perdagangan, Menteri Keuangan, Menteri
Dalam Negeri, Menteri Badan Usaha Mil ik Negara,
Menteri Lingkungan Hidup, Gubernur dan
Wal ikota/Bupati.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
15
-
diimpor ternyata diekspor kembal i , sehingga
memperl ihatkan kuatnya keterkaitan antara
ketersediaan impor dan kinerja ekspor manufaktur.
Selain itu, tambahan nilai dari jasa dalam ekspor
Indonesia sangat rendah. Hal ini dapat mencerminkan
terbatasnya perkembangan jasa domestik untuk
mendukung ekspor.
Perlu kebijakan yang komprehensif
Sebelum masuk dalam kebijakan apa yang perlu
dilakukan kita tengok sejenak bagaimana prospek
pertumbuhan ekonomi dunia. Bank Dunia
memperkirakan pertumbuhan dunia akan mulai kembal i
meningkat pada tahun 2013, naik sekitar 2,4% sebelum
bergerak naik menjadi 3,1% pada tahun 2014. China
merupakan titik terang utama di anatara ekonomi-
ekonomi terbesar dunia tetapi terjadi penigkatan yang
cepat dalam kredit. Indonesia harus bisa mengambil
peluang dalam pertumbuhan ekonomi dunia ini .
Ada beberapa kebijakan yang sedang dan perlu untuk
dilakukan agar beban defisit pada neraca perdagangan
teratasi khususnya peningkatan ekspor Indonesia.
Pertama penyediaan infrastruktur. Berdasarkan data dari
Log Asia biaya angkut antar pelabuhan di Indonesia
masih relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan
biaya angkut Indonesia ke Singapura, Hongkong,
Bangkok dan beberapa negara mitra dagang lainnya.
Kemudian, sistem logistik nasional harusnya sudah
mampu mengatasi ini , sehingga sistem angkutan laut di
Indonesia lebih efisien.
Infrastruktur yang lebih baik juga sangat penting jika
Indonesia hendak meningkatkan kinerja ekpor dan
mereal isasikan potensi ekonominya. Namun investasi
infrastruktur telah tertinggal dari pembangunan
ekonomi, dan ada kekhawatiran bahwa kecual i
pembangunan infrastruktur dapat mengejar
ketinggalannya, maka masalah hambatan dan biaya
transportasi dan logistik akan menurunkan laju
pertumbuhan yang berkelanjutan di Indonesia.
Berdasarkan ketersediaan kapal sebenarnya Inonesia
sudah memil iki armada yang cukup. Berdasarkan data
tahun 2012 Indonesia memil iki 112 unit bulk carrier,
3.275 barge, 194 kapal kontainer, dan 535 tanker.
Indonesia juga sudah meimil iki 2 unit very large crude
carrier (VLCC) dan tiga unit very large gas carrier (VLGC).
Optimal isasi pemanfaatan kapal ini sangat tergantung
pada sistem dan ketersediaan pelabuhan yang baik.
Kedua, dukungan penuh kepada pelaku ekspor. Sejauh
ini kementerian perdagangan sudah banyak melakukan
program yang menstimulus eksportir untuk
mempermudah akses dan operasi ekspor. Lebih lanjut,
pelaku ekspor harus di dorong untuk mampu
memproduksi produk yang memil iki ni lai tambah tinggi
khususnya untuk produk yang bahan bakunya berasal
dari dalam negeri. Ketergantugan akan bahan baku
impor membuat tekanan impor selalu mengiringi
ekspansi ekpor.
Dalam hal ini , UMKM menjadi faktor penting yang perlu
dikembangkan agar menghasilkan produk yang mampu
bersaing di pasar internasional . Orientasi
pengembangan UMKM kedepan hendaknya lebih dari
sekedar pengembangan usaha pada skala kecil namun
bergerak pada level yang lebih tinggi dengan kriteria
dan mutu yang terstandarisasi . Ragam produk lokal
didorong oleh kerja sama perdagangan internasional
hendaknya menjadi peluang yang harus dioptimalkan
oleh pelaku usaha di Indonesia.
Ketiga, untuk mendorong nilai perdagangan jasa,
perbankan dan jasa asuransi nasional perlu mengambil
peran lebih besar dalam praktek ekspor impor. Selama
ini mayoritas kredit asuransi ekpor kita masih banyak
tergantung pada bank dan jasa asuransi asing.
Walaupun pemerintah tidak bisa memaksakan
penggunaan jasa bank dan asuransi domestik dalam
transaksi ekspor impor, namun semestinya Indonesia
siap untuk bersaing di sektor ini dalam rangka
menambah surplus perdagangan jasa.
Keempat, mel ihat dari sumber defisit neraca
perdagangan tahun 2012, beban dari impor minyak
sangat tinggi. Untuk tahun 2011 total impor minyak
Indonesia mencapai USD 37.102 juta kemudian naik lagi
di tahun 2012 hingga USD 38.208 juta. Tingginya
konsumsi minyak ini di dorong oleh rendahnya harga
eceran premiun serta meningkatnya kebutuhan
preminum PLN dalam penyediaan l istrik nasional .
Menanggapi hal ini perlu ada penyesuaian harga bahan
bakar serta mendorong peningkatan l ifting minyak
nasional yang dalam APBN 2013 ditargetkan mampu
memproduksi 900 ribu barel/hari .
Sinergi dari infrastruktur fisik dan sistem terpadu dalam
perdagangan di Indonesia menjadi poin penting
peningkatan daya saing Indonesia dalam perdagangan
internasional . Kita harus optimis menatap ke depan
mengingat Inonesia satu-satunya negara yang mampu
mempertahankan pertumbuhan ekonomi secara stabil
di atas 6% dalam tiga tahun terakhir.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
16
-
Membangun Pelabuhan yang KompetitifGuna Mendorong Daya Saing Perdagangan NasionalRiski Raisa Putra
if he had just one hour to find a solution on which his life depended, he would spend the first 55
minutes defining the problem. Once he knew the right question to ask, he could solve the problem
in less than five minutes.
- Albert Einstein
Rasanya ungkapan di atas tepat dalam konteks
perencanaan pembangunan dari infrastruktur
Indonesia, khususnya kesiapan infrastruktur pelabuhan.
Pembenahan pelabuhan adalah hal yang tidak bisa
dielakkan dalam menyongsong masa depan
perdagangan Indonesia. Di awal kita perlu tahu dulu
poin hambatannya baru dari sana menyusun rencana
kebijakan.
Keberadaan kita di posisi strategis menuntut
ketersediaan infratruktur yang baik untuk bisa
mengoptimalkannya. Sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia, Indonesia memerlukan sektor
pelabuhan yang berkembang dan dikelola secara
efisien.
Terdapat beberapa faktor yang bersama-sama
menghambat kinerja sistem pelabuhan komersial
Indonesia. Pertama, kondisi geografis. Kedalaman
pelabuhan tampaknya menjadi masalah besar di
hampir setiap pelabuhan di Indonesia, termasuk di
Tanjung Perak. Indonesia memil iki sedikit pelabuhan-
pelabuhan perairan-dalam alami dan sistem sungai
yang rentan terhadap pendangkalan parah yang
membatasi kedalaman pelabuhan. Apabila pengerukan
tidak dapat dilakukan, kapal seringkal i harus menunggu
sampai air pasang sebelum memasuki pelabuhan,
sehingga menyebabkan lebih banyak waktu non-aktif
bagi kapal .
Kedua, masalah tenaga kerja. Di banyak pelabuhan,
hanya tersedia satu gil iran tenaga kerja dan peluang
untuk lembur dibatasi. Untuk pelabuhan-pelabuhan
yang dimaksudkan untuk beroperasi selama 24 jam,
enam jam dari setiap 24 jam terbuang karena waktu-
waktu istirahat yang kaku dan tidak digil ir untuk
memastikan pelayanan kapal secara
berkesinambungan.
Ketiga, korupsi. Sebab lain waktu non-aktif adalah
penundaan karena ketidakadilan dan korupsi dalam
alokasi tambatan/berth. LPEM-FEUI mencatat bahwa
penggunaan pungutan l iar untuk mengurangi waktu
antri yang disebabkan kurangnya sarana infrastruktur
utama seperti derek jembatan dan ruang penyimpanan
juga merupakan hal yang umum. Biaya-biaya semacam
itu masih ditambah lagi dengan banyak sekal i
pungutan l iar yang diminta di pelabuhan untuk
prosedur ekspor dan impor yang terus disorot di
laporan-laporan media.
Keempat, kurangnya prasarana pelabuhan. Banyak
pelabuhan regional kekurangan sarana peti kemas,
yang mengharuskan perusahaan-perusahaan pelayaran
untuk menggunakan peralatan sendiri , baik yang
berada di kapal maupun yang disimpan di pelabuhan.
Hanya 16 dari 111 pelabuhan komersial yang
mempunyai penanganan peti kemas jenis tertentu.
Akhir-akhir ini terdapat keterlambatan pelayaran yang
lama di pelabuhan-pelabuhan tertentu, terutama
Panjang di Lampung dan Belawan di Sumatra Utara,
yang disebabkan oleh rusaknya peralatan sisi-
pelabuhan utama (seperti derek jembatan) dan
keterlambatan dalam mendapatkan suku cadang
pengganti.
Kekurangan tempat untuk penyimpanan dan pengisian
peti kemas adalah masalah lain yang dihadapi sebagian
besar pelabuhan Indonesia. Hal ini seringkal i
mengharuskan pemakaian armada truk putar untuk
mengantar kargo langsung kepada pelanggan atau pos
pengangkutan peti kemas (CFS) langsung dari kapal
yang menyebabkan lebih banyak keterlambatan,
kemacetan pelabuhan yang lebih parah (baik di sisi
darat maupun laut) dan biaya penanganan yang lebih
meningkat.
Kemudian, hampir semua pelabuhan besar Indonesia
berlokasi dekat dengan daerah-daerah perkotaan besar
yang aksesnya melalui jalan-jalan raya kota yang padat.
Masalah kemacetan demikian seringkal i diperparah
oleh kedatangan kapal penumpang, karena hanya
beberapa pelabuhan regional yang memil iki sarana
terpisah untuk kapal barang dan penumpang. Di
pelabuhan-pelabuhan dengan tingkat okupansi
tambatan kapal yang tinggi, kehadiran kapal
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
17
-
penumpang dan barang yang bersamaan menyebabkan
lebih banyak keterlambatan, dan memperlama waktu
persiapan perjalanan pulang kapal barang.
Berdasarkan sederatan tantangan di atas, Pemerintah
dan segenap stake holder terkait perlu merencanakan
sejumlah kebijakan. Secara garis besar ada dua program
pengembangan infrastruktur pelabuhan. Pertama terkait
keterlebitan swasta dalam pengembangan dengan
tujuan peningkatan daya saing. Kedua program
pengembangan pelabuhan yang berada di bawah
kewenangan pemerintah (Pel indo).
Pertama, mencakup pemisahan aset pelabuhan yang
ada sehingga terpecah menjadi perusahaan-
perusahaan berbeda dan sal ing bersaing. Pendekatan
tersebut, yang secara umum dikenal dengan
pemisahan (unbundl ing) merupakan pil ihan yang
disukai dalam literatur privatisasi untuk penerapan
persai ngan langsung ke sektor-sektor infrastruktur
yang hingga kini didominasi oleh monopol i negara.
Namun, dalam hal ini , pi l ihan tersebut mungkin
merupakan pil ihan yang secara pol itik sangat sul it untuk
diambil .
Kedua, adalah investasi di terminal yang baru. Hal ini
memberikan mekanisme penting untuk peningkatan
kapasitas dan persaingan dalam jangka menengah-
panjang. Namun demikian, hal ini akan memerlukan
peningkatan (atau setidaknya pelunakan) batas atas
investasi asing pada operasi pelabuhan dan
pengembangan infrastruktur dasar oleh pemerintah,
serta pemberi persetujuan pengaturan, yang semuanya
membutuhkan waktu. Dan yang pal ing penting adalah
hal tersebut akan membutuhkan pembangunan dan
pengembangan kapasitas berkelanjutan sejumlah
otoritas pelabuhan yang merupakan pegawai negeri
yang akan mengawasi perencanaan dan operasi
pelabuhan dan mengatur akses ke layanan dan fasil itas
utama pelabuhan.
Selain solusi membuka pintu bagi swasta dan
meningkatkan daya saing, pelabuhan yang berada di
bawah kewenangan pemerintah harus meningkatkan
produktifitas dan kual itasnya. Peningkatan kual itas SDM
salah satu yang penting mengiringi pesatnya
perkembangan teknologi pelabuhan. Pembangunan
pelabuhan yang terstandarisasi akan sangat mendorong
kelancara arus barang perdagangan Indonesia.
Terakhir, sejalan dengan pembangunan fisik penerapan
sistem pelabuhan wajib untuk segera direal isasikan.
Integrasi dua aspek pembangunan ini ditambah praktek
pelabuhan yang kompetitif akan sangat menunjang
kelancaran arus barang perdagangan Indonesia dengan
negara mitra. Sehingga menjadi tidak berlebihan untuk
mengatakan pelabuhan menjadi akar kokoh
progresifitas perdagangan Indonesia.
Referensi:Indonesia Infrastructure Initiative 201 2National Logistics System Development 201 2
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
18
blog.boschsecurity.us
-
Ril is data BPS menunjukkan bahwa
inflasi bulan Februari 2013 sebesar
0,75% (mtm) dengan kontribusi
terbesar disumbang oleh kelompok
bahan makanan sebesar 0,49%.
Adapun komoditas yang
menyumbang inflasi terbesar yaitu
bawang putih sebesar 0,12%,
diikuti oleh bawang merah dan
tomat sayur yang memil iki
kontribusi sebesar 0,07%. Selain itu,
cabai merah juga mempunyai andil
yang cukup besar terhadap inflasi
yaitu sebesar 0,04%.
Menurut Ketua Harian Dewan
Hortikultura Nasional , Ir. Benny
Kusbini, pasokan hortikultura di
pasar domestik diibaratkan seperti
air bah, saat panen raya pasokan
cenderung mel impah, namun saat
pacekl ik, pasokan di pasar
domestik cenderung rendah
bahkan tidak tersedia. Menurut
Benny, hal ini lah yang seharusnya
diatasi oleh pemerintah. Selain itu,
lambatnya intervensi dari
pemerintah juga mendorong
ketidakstabilan harga pada produk
hortikultura, seperti yang terjadi
beberapa waktu lalu pada
komoditas bawang putih dan
bawang merah.
Sekitar 95% dari total kebutuhan
bawang putih domestik dipasok
dari impor. Oleh karena itu, proses
impor harus dilakukan dengan
cepat agar harga bawang putih
dapat terkendal i , Menurut Benny,
gejolak harga bawang putih yang
terjadi pada bulan Februari dan
Maret 2013 disebabkan oleh
keterlambatan pengeluaran RIPH
(Rekomendasi Impor Produk
Hortikultura). Secara teori , interval
waktu yang dibutuhkan sejak
dikeluarkannya RIPH hingga
bawang putih berada di pasar
domestik sekitar 40 hari.
Melonjaknya harga bawang putih
disebabkan oleh RIPH baru
dikeluarkan pada awal Maret 2013,
sedangkan para importir telah
meminta RIPH sejak Januari 2013.
Hal ini memicu spekulasi
dikarenakan pasokan bawang putih
rendah sedangkan permintaan
terus meningkat. Berbeda dengan
bawang putih, permasalahan pada
bawang merah lebih dikarenakan
faktor musiman. Produksi bawang
merah bulan Januari hingga Juni
cenderung rendah, sehingga
dibutuhkan impor untuk memenuhi
kebutuhan. Sementara itu, pada
bulan Jul i hingga Desember
pasokan cenderung mel impah
karena masuknya masa panen.
Pasokan yang mel impah ini kerap
menekan harga.
Menurut Benny, untuk mengatasi
ketidakstabilan pasokan tersebut,
pemerintah perlu menyiapkan
fasil itas gudang berpendingin.
Seperti di China, ketika masa panen
pada bulan Juni sampai Agustus,
tidak semua hasil panen
digelontorkan ke pasar. Hasil
panen yang belum masuk pasar,
disimpan di ruang berpendingin.
Ketika masa tidak panen pada
bulan Oktober hingga Mei, pasokan
yang berasal dari gudang tersebut
disalurkan ke pasar. Hal ini
merupakan salah satu sistem
pertanian yang dapat menjaga
kestabilan harga & kontinuitas
supply.
Berdasarkan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 60 Tahun
2012 tentang Ketentuan Impor
Produk Hortikultura dan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 60 Tahun
2012 tentang ketentuan
Rekomendasi Impor Produk
Hortikultura (RIPH), diharapkan
dapat memberikan insentif bagi
para petani untuk lebih
meningkatkan produksinya,
sehingga pasar domestik akan lebih
didominasi oleh produk
hortikultura dalam negeri. Menurut
Benny, adanya kebijakan RIPH ini
memil iki tujuan yang baik dan perlu
memperhatikan kondisi pasokan
yang sebenarnya. Selain itu,
kebijakan RIPH ini dirasakan cocok
untuk jangka pendek.
Dalam jangka panjang kita perlu
memperkuat sistem pertanian
hortikultura. Berikut adalah hal-hal
yang perlu diperbaiki dari sistem
pertanian Indonesia:
1. Pembangunan Infrastruktur, baik
on farm maupun off farm2. Perbaikan kual itas bibit
3. Peningkatan produktivitas lahan
pertanian
4. Tersedia lahan yang khusus
kawasan hortikultura
5. Sistem distribusi barang dan
transportasi
6. Sistem informasi tentang kapan
waktu tanam.
Fitria Faradila dan Oktya Setya Pratidina
Peluang dan Tantangan Hortikultura Indonesia
Ir. Benny A Kusbini
Ketua Harian
Dewan Hortikultura Nasional
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
19
-
Berdasarkan data yang telahdipubl ikasikan oleh Bank Indonesia,
neraca pembayaran Indonesia pada
Tw-IV 2012 tercatat surplus sebesar
US$ 165 juta. Besaran angka tersebut
mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2011. Penurunan tersebut
dikarenakan defisit transaksi berjalan
yang diakibatkan oleh menurunnya
ekspor dan meningkatnya impor pada
neraca perdagangan.
Guru Besar Fakultas Ekonomi
Universitas Hasanudin Prof. Dr. Muh.
Yunus Zain, MA mengatakan bahwa
penurunan neraca pembayaran
Indonesia masih berada pada batas
yang normal . Kondisi makro ekonomi
Indonesia yang membaik
menyebabkan kecenderungan
peningkatan konsumsi impor karena
adanya peningkatan pendapatan
masyarakat. Sebagai akibatnya
terdapat kesul itan untuk menekan
defisit dari sisi impor. Disisi lain,
ekspor domestik Indonesia diakui
cukup stabil , akan tetapi perlu adanya
perhatian khusus dengan pelemahan
nilai tukar Rupiah yang mungkin akan
mengakibatkan Rupiah mengalami
undervalue. Pemerintah perlu
menjaga nilai tukar Rupiah pada level
yang efektif (effective exchange rate)
sehingga ekspor dan impor berada
dalam posisi yang optimal .
Untuk memulihkan neraca
pembayaran ada beberapa hal yang
perlu menjadi perhatian. Dalam
kesempatan wawancara dengan Prof.
Yunus, bel iau memaparkan beberapa
hal . Pertama, semua sektor potensial
untuk dikembangkan di pasar ekspor.
Akan tetapi perlu diingat bahwa
produk ekspor tersebut harus diolah
terlebih dahulu dan memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI).
Kedua, perlu adanya peran
pemerintah untuk menjelaskan
informasi mengenai standardisasi
produk secara lebih luas, sehingga
produk yang diekspor akan sesuai
dengan standar dan mampu bersaing
di pasar internasional . Hal ini penting
untuk dilakukan oleh Pemerintah
mengingat Indonesia telah
menyepakati beberapa ketentuan
terkait perdagangan internasional ,
termasuk standardisasi produk.
Namun, standardisasi ini jangan
sampai menghambat peningkatan
ekspor domestik kita.
Selanjutnya, Prof. Yunus mengatakan
bahwa pembatasan impor bukan
merupakan alasan untuk memperbaiki
penurunan surplus pada neraca
pembayaran. Pembatasan impor,
khususnya produk hortikultura, dapat
mengakibatkan lonjakan harga
(inflasi) , akibat terganggunya
distribusi dan produksi dalam negeri.
Selain itu perlu adanya perhatian
khusus terhadap penyediaan
peralatan pertanian terutama di
daerah yang menunjang ketersediaan
pasokan produk. Peralatan yang
diberikan dapat berupa alat
penyimpanan hasil pertanian atau
peralatan paska panen. Mengingat
umur produk pertanian yang tidak
tahan lama, pemberian alat sederhana
seperti cool storage di setiap desa
akan sangat membantu.
Windy Pradipta dan Masyitha Mutiara R
Opini Pakar
Prof. Muh. Yunus Zain, MA
Guru Besar Fakutas
Ekonomi Universitas
Hasanuddin, Makassar
Penurunan Surplus
Neraca Pembayaran Indonesia
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
20
-
Infrastruktur memang menjadi
faktor penting dalam menunjang
pemerataan perdagangan
domestik. Akan tetapi,
interkonektivitas antar daerah
juga perlu diperhatikan. Sebagai
contoh, cokelat dari Sulawesi
Selatan merupakan cokelat hasil
produksi kota Makassar dan
daerah sekitarnya seperti Kendari
dan Palopo. Konetivitas antarkota
tersebut akan sangat
mempengaruhi biaya
transportasinya.
Selain itu, butuh peran serta
pemerintah daerah untuk
mendorong pembukaan entry
gate yang selama ini masih
terpusat di Surabaya, Medan,
Jakarta, Makassar dan Batam.
Secara sistematis ekspor Indonesia
yang saat ini masih menggunakan
sistem Free on Board (FOB), yang
mana eksportir hanya
bertanggung jawab hingga
loading barang. Perubahan sistem
FOB menjadi Sistem Cost
Insurance and Freight (CIF) akan
memberikan keuntungan bagi
eksportir j ika mengirim barang
dalam jumlah sedikit. Namun, j ika
mengirimkan barang dengan
jumlah yang banyak maka
eksportir akan rugi karena harus
membayar asuransi untuk
mengcover barang yang dikirim.
Hal tersebut juga harus ditunjang
dengan kapal domestik yang lebih
baik. Untuk ekspor yang
menggunakan sistem CIF maka
eksportir tersebut harus lebih
berpengalaman karena eksportir
lebih leluasa memil ih kapal dan
asuransi yang dianggap
kompetitif. Menurut Yunus,
eksportir diharapkan dapat
menggunakan sistem CIF dan
importer dapat menggunakan
sistem FOB sehingga importir
dapat menentukan asuransi dan
kapal yang sesuai. Namun harus
ada kesiapan pihak Indonesia dari
segi kapal dan asuransi serta
peranan yang terpenting dari
lawyer dan commerce.
H ingga saat ini eksportir masih
cenderung menggunakan kapal
asing karena kual itas jasa logistik
pihak asing yang lebih baik. Jasa
logistik asing unggul dalam biaya
pengiriman yang lebih kompetitif
dan jaminan ketepatan waktu
pengiriman sampai ditempat
tujuan. J ika KADIN dan
pemerintah ingin menekan biaya
total transportasi , hal yang perlu
dilakukan adalah membangun
infrastruktur secara merata
dengan menyediakan kapal-kapal
kecil yang dapat menjangkau
hingga kepelosok daerah
Indonesia serta meningkatkan
kapasitas gudang yang sesuai
dengan pengiriman barang.
Diharapkan kedepan peningkatan
daya saing logistik dapat
membuka kesempatan investasi
secara adil dan mendorong
keikutsertaan pengusaha lokal
serta berdampak positif terhadap
pengembangan tekonologi serta
sumber daya manusia.
"Pemerintah
perlu menjaga
nilai tukar Rupiah
pada level yang
efektif sehingga
ekspor dan
impor berada
pada posisi yang
optimal ."
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
21
-
Keuangan
L
embaga Keuangan Mikro (LKM) atau
lebih populer disebut microfinance
didefinisikan sebagai Penyedia Jasa
Keuangan untuk pengusaha kecil dan
masyarakat berpenghasilan rendah.
Terdapat berbagai macam bentuk LKM,
diantaranya (i) formal , (i i ) semi-formal
dan (ii i ) informal . Keberadaan LKM
ditujukan untuk mencapai masyarakat
yang tidak terlayani oleh lembaga
keuangan formal atau perbankan dan
telah berorientasi pasar untuk tujuan
bisnis.
LKM diatur dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro. Dengan demikian,
sebagaimana isi dari undang-undang
tersebut, LKM yang melayani warga,
terutama masyarakat miskin dan/ atau
berpenghasilan rendah, bisa didirikan di
tingkat desa, kecamatan atau
kabupaten/kota.
Berdasarkan hasil val idasi yang
dilakukan di Daerah Istimewa
Yogyakarta, ditemukan banyak LKM dan
lembaga sejenis yang tidak/ belum
berbadan hukum maupun
mendapatkan izin dari Otoritas Jasa
Keuangan. Menurut Enik Hambanari ,
Lurah Pringgokusuman Kecamatan
Gedong Tengen, hanya ada satu LKM
yang memil iki badan hukum di
kelurahannya, yaitu Koperasi Wanita
Pertiwi. Hal ini dikarenakan, lokasi
kelurahan ini dekat dengan Mal ioboro
sehingga akses ke perbankan maupun
lembaga keuangan formal lainnya
cukup mudah.
Meskipun dekat dengan pusat kota,
kelurahan ini masih dihadapi dengan
tingkat permasalahan sosial pal ing
kompleks di Yogyakarta, terutama
kemiskinan dan tingkat pendidikan
masyarakatnya. Maka dari itu , LKM
masih sangat dibutuhkan oleh
masyarakat setempat.
Secara umum, LKM yang berbadan
hukum maupun yang tidak berbadan
hukum pada dasarnya memil iki
karakteristik yang mirip. Kegiatannya
adalah menyalurkan dana kepada
masyarakat dalam bentuk simpan
pinjam, ada bunga jasa pinjaman,
memil iki anggota aktif berupa
kelompok swadaya masyarakat (KSM).
Walaupun demikian, ditemukan
beberapa keunikan dari masing-masing
lembaga.
Salah satu lembaga yang dilakukan
val idasi adalah Badan Keuangan Mikro
(BKM) Pringgomukti dan Baitul Mal wat
Tamwil (BMT) Ihsan Mul ia. BKM Pringgo
Mukti termasuk LKM yang tidak
memil iki badan hukum, padahal sumber
dananya berasal dari PNPM.
Berdasarkan data neraca Februari 2013
aset yang tercatat adalah sebesar Rp
Mengamati Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
di Provinsi Jogjakarta dan Bali
Alisa Fatimah dan Alexcius Winang
"Jadi setiap individu
yang ingin
mendapatkan
pinjaman harus
menjadi anggota
suatu kelompok dan
menggunakan sistem
tanggung renteng.
Dengan sistem ini,
beban angsuran
individu suatu
kelompok akan
dipikul bersama
dengan anggota
kelompok lainnya.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013
22
-
916 juta. Sedangkan BMT Ihsan mul ia murni merupakan
usaha perseorangan, memil iki dana sebesar Rp 400 juta
per Februari 2013. Rata-rata beban bunga pinjaman
yang diberlakukan di BKM Pringgo Mukti dan BMT
Ihsan Mul ia adalah sebesar 1% - 2% untuk setiap
bulannya.
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan
pengurus LKM, secara keseluruhan LKM di Kelurahan
Pringgokusuman Yogyakarta memil iki beberapa
kendala utama, yaitu (i) angsuran macet, (i i ) kurangnya
dana usaha dan (ii i ) manajemen LKM yang sebagian
besar pengurusnya bekerja atas dasar non-profit.
Angsuran yang macet
biasanya adalah pinjaman
individu. Untuk mengatasi
atau meminimal isir resiko
tersebut, pihak LKM
mewajibkan syarat
peminjam adalah
berbentuk suatu
kelompok swadaya
masyarakat (KSM). Jadi
setiap individu yang ingin
mendapatkan pinjaman
harus menjadi anggota
suatu kelompok dan
menggunakan sistem
tanggung renteng.
Dengan sistem ini, beban
angsuran individu suatu kelompok akan dipikul
bersama dengan anggota kelompok lainnya.
Dalam mengatasi permasalahan dana usaha i