TEK Maret

download TEK Maret

of 36

Transcript of TEK Maret

  • Pembina : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Pengarah : Sekretaris Kementerian

    Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan Koordinator : Bobby

    Hamzar Rafinus Editor : Edi Prio Pambudi, M Edy Yusuf Analis : Windy Pradipta, Masyitha Mutiara

    Ramadhan, Fitria Faradila, Insani Sukandar, Alexcius Winang, Dara Ayu Prastiwi, Oktya Setya

    Pratidina, Riski Raisa Putra, Al isa Fatimah Distribusi : Chandra Mercury Kontributor : Ratih

    Purbasari Kania, Arief Firmansyah, Ahmad Rifa' i Sapta,Erns Saptenno, M. Syarief Hidayatul lah,

    Dede Ida Suhendra, Benny Kusbini, Muh. Yunus Zain, Tim Pemantauan dan Pengendal ian Inflasi ,

    Komite Kebijakan KUR, Tim Koordinasi Kebijakan Stabil isasi Harga Pangan Pokok.

    MENDORONG PENINGKATAN NILAI

    TAMBAH EKSPOR INDONESIA 9

    Dinamika Neraca Pembayaran Indonesia 2012|

    Mampukah Penerapan Kontrak CIF Mendorong

    Nilai Tambah Ekspor Indonesia? |

    Sinergitas Infrastruktur dan Sistem Perdagangan

    Nasional : Optimisme Perdagangan Indonesia

    Masa Depan|

    Membangun Pelabuhan yang Kompetitif Guna

    Mendorong Daya Saing Perdagangan Nasional|

    Peluang dan Tantangan Hortikultura Indonesia|

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap perkembangan

    indikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010

    KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI 2

    Kebijakan Impor Hortikultura dan Daging :

    "Niat Baik Yang Digugat"

    EKONOMI INTERNASIONAL 4

    Pertumbuhan Positif Ekspor Amerika Serikat

    EKONOMI DOMESTIK 5

    Perkembangan Ekonomi Domestik Indonesia

    Suku Bunga Bank Indonesia :

    Sebagai Instrumen Kebijakan Moneter

    EKONOMI DAERAH 8

    Peranan Pemerintah Kota dalam Pengembangan

    Ekonomi Kreatif yang Mendukung Perekonomian

    Daerah (Study of Bandung as a Creative City)

    KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) & UKM 29

    Penyaluran KUR Februari 2013

    OPINI PAKAR 20

    Penurunan Surplus Neraca Pembayaran

    Indonesia -Professor Muh. Yunus Zain, MA |

    KEUANGAN 22

    Mengamati Lembaga Keuangan Mikro di Provinsi

    Jogjakarta dan Bali

    BUMN 24

    Holding Company dan Badan Usaha Milik NegaraFISKAL & REGULASI EKONOMI 25

    Memacu Investasi Sumatera Utara Melalui

    Investment AllowanceMP3EI 26

    Membangun Infrastruktur Pariwisata Indonesia

    KETENAGAKERJAAN 28

    Rencana Perubahan UU 39 Tahun 2004 Tentang

    Penempatan dan Perlindungan

    Tenaga Kerja Indonesia

    Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi - Republik Indonesia

    LAPORAN KEGIATAN 31Peningkatan Hubungan Kerjasama Bilateral

    Indonesia dan Irak

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian - Republik Indonesia

  • Editorial

    Defisit neraca perdagangan 2012 bukanlah peristiwa

    yang biasa. Menurut catatan kondisi yang sama terjadi

    pada tahun 1961. Perkembangan ekspor yang lambat

    diperkirakan masih akan berlanjut di tahun 2013

    dengan memperhatikan proyeksi pertumbuhan dan

    perdagangan global yang pesimis. Sementara itu gejala

    kenaikan impor semakin kuat dengan volati l itas harga

    pangan yang cenderung tinggi akhir-akhir ini dan

    berlanjutnya subsidi BBM. Untuk kembal i mencatat

    surplus neraca perdagangan perlu kerja keras dan kerja

    cerdas serta keberuntungan.

    Perkembangan neraca perdagangan tersebut

    mengindikasikan terjalnya perjalanan upaya

    peningkatan nilai tambah komoditas sumber daya alam

    yang menjadi salah satu tantangan yang ingin diraih

    melalui pelaksanaan Masterplan Percepatan dan

    Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025

    (MP3EI). Strategi tersebut memil iki impl ikasi yang luas

    yaitu mendorong peral ihan struktur ekonomi dari

    consumption economy kepada production economy.

    Peral ihan tersebut menyangkut proses perubahan

    struktur dunia usaha yang berjangka panjang.

    Peral ihan ekonomi yang berorientasi konsumsi kepada

    produksi juga menjadi perhatian masyarakat Amerika

    Serikat akhir-akhir ini . Dalam salah satu pidato

    kampanye Presiden Obama tahun lalu disampaikan

    sebagai berikut : over the last decade, we became a

    country that relied too much on what we bought and

    consumed. We racked up a lot of debt, but we didnt

    create many jobs at all. Ifwe want an economy thats

    built to last and built to compete, we have to change

    that. (Progressive Policy Institute, 2012). Dari pidato ini

    tercermin bahwa masalah perluasan lapangan kerja

    menjadi pemicu perlunya transformasi tersebut.

    Corak perekonomian AS yang berorientasi konsumsi

    ditandai mulai tahun 2001 dengan lebih tingginya

    pembangunan gedung untuk kegiatan perdagangan

    (retail, wholesale, warehouse) ketimbang industri

    pengolahan. Selain itu masalah perolehan barang

    dengan harga yang murah dan bervariasi menjadi

    perhatian masyarakat ketimbang lapangan kerja dan

    tingkat upah. Hal ini lah yang menjadikan barang impor

    menjadi pil ihan. Salah satu penel itian Progressive Policy

    Institute menunjukkan peningkatan impor AS selama

    periode 2007-2011 telah menyebabkan sekitar 1,3 juta

    orang kehilangan pekerjaan.

    Struktur perekonomian Indonesia didominasi oleh

    konsumsi, saat ini sekitar 63% dan investasi sebesar

    25%. Untuk menjadi perekonomian berorientasi

    produksi maka investasi perlu ditingkatkan. Sebagai

    referensi ekonomi China terdiri dari konsumsi dan

    investasi yang berimbang yaitu sekitar 48%. Perjalanan

    kita masih panjang untuk menjadi ekonomi berorientasi

    produksi. Semoga.

    Bobby Hamzar Rafinus

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    1

    Indikator Ekonomi

  • Dalam rangka pengaturan

    proses importasi produk

    hortikultura, Pemerintah telah

    menerbitkan Peraturan Menteri

    Pertanian (Permentan) Nomor 60

    Tahun 2012 tentang Rekomendasi

    Impor Produk Hortikultura (RPIH)

    dan Peraturan Menteri

    Perdagangan (Permendag) Nomor

    60 Tahun 2012 tentang Perubahan

    Ketentuan Impor Produk

    Hortikultura, dan mulai resmi

    diberlakukan sejak tanggal 28

    September 2012. Kedua peraturan

    ini diterbitkan dengan semangat

    pengamanan pangan dan bahan

    baku industri sekal igus dalam

    rangka pembenahan standar

    produk pertanian, khususnya

    produk hortikultura dengan tujuan

    untuk meningkatkan daya saing

    Indonesia dalam perdagangan

    internasional .

    Permentan tersebut mensyaratkan

    bahwa impor produk hortikultura

    baik dalam bentuk produk

    hortikultura segar untuk tujuan

    konsumsi, produk hortikultura

    untuk bahan baku industri maupun

    produk hortikultura olahan, hanya

    dapat dilaksanakan setelah

    memperoleh surat Rekomendasi

    Impor Produk Hortikultura (RIPH)

    yang diterbitkan oleh Kementerian

    Pertanian. Selain persyaratan RIPH,

    Permendag Nomor 60 Tahun 2012

    juga mengatur bahwa importir

    yang dii j inkan untuk melakukan

    pemasukan produk hortikultura ke

    dalam wilayah Indonesia adalah

    importir yang telah mengantongi

    i j in baik sebagai Importir Produsen

    Produk Hortikultura (IP) maupun

    Importir Terdaftar Produk

    Hortikultura (IT). Impor hanya dapat

    dilaksanakan setelah memperoleh

    persetujuan impor dari

    Kementerian Perdagangan.

    Setal i tiga uang dengan produk

    hortikultura, Pemerintah sejak

    tahun 2011 telah mengatur proses

    impor sapi dan daging sapi dengan

    menerbitkan Permentan Nomor 50

    Tahun 2011 tentang Rekomendasi

    Persetujuan Impor Daging dan

    Jeroan dan Permendag Nomor 24

    Tahun 2011 tentang Ketentuan

    Impor dan Ekspor Hewan dan

    Produk Hewan. Berdasarkan kedua

    peraturan ini , impor sapi dan

    daging sapi dapat dilakukan oleh

    importir setelah memperoleh

    Rekomendasi Persetujuan

    Pemasukan (RPP) yang diterbitkan

    oleh Kementerian Pertanian dan

    Surat Persetujuan Impor (SPI) yang

    diterbitkan oleh Kementerian

    Perdagangan. Sejalan dengan

    Permentan 60 dan Permendag 60

    tersebut, Permentan 50 dan

    Permendag 24 diterbitkan dengan

    tujuan untuk memastikan bahwa

    impor hanya ditujukan untuk

    memenuhi kebutuhan domestik

    yang belum mampu dipenuhi dari

    hasi l produksi dalam negeri.

    Namun pada tahun 2012, tepatnya

    setelah penerbitan Permentan dan

    Permendag 60, Pemerintah

    Amerika Serikat memprotes

    Pemerintah Republ ik Indonesia atas

    kebijakan impor produk hortikulura

    dan daging sapi yang dianggap

    membatasi impor dan berdampak

    negatif bagi sektor pertanian dan

    peternakan negara-negara

    eksportir, khususnya Amerika

    Serikat. Kebijakan Pemerintah

    Indonesia dianggap bertentangan

    atau tidak konsisten dengan

    peraturan yang telah disepakati

    bersama di tingkatWorld Trade

    Organization (WTO).

    Amerika Serikat berpendapat

    bahwa kebijakan impor produk

    Koordinasi Kebijakan Ekonomi

    Erns Saptenno

    KEBIJAKAN IMPOR HORTIKULTURA DAN DAGING:"NIAT BAIK YANG DIGUGAT"

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    2

  • hortikultura dan daging yang dijalankan

    oleh Pemerintah Indonesia belum

    memenuhi prinsip transparansi

    sebagaimana diatur dalam General

    Agreement on Tariffs and Trade yang

    ditandatangani pada tahun 1994 (GATT

    1994). Berdasarkan GATT 1994, Amerika

    Serikat juga berpandangan bahwa

    peraturan-peraturan tersebut merupakan

    bentuk hambatan perdagangan non tarif

    (non tarif barrier) karena berpotensi

    membatasi importir dalam melakukan

    impor sekal igus membatasi akses ekspor

    bagi negara eksportir. Amerika Serikat

    pun menyatakan bahwa kebijakan

    perdagangan pemerintah Indonesia

    tersebut telah melanggar Import

    Licensing Agreement karena proses

    pengajuan ij in yang dianggap terlalu

    rumit sehingga berpotensi mendistorsi

    perdagangan.

    Pemerintah Indonesia khususnya melalui

    Kementerian Pertanian dan Kementerian

    Perdagangan dalam menyikapi protes

    Amerika Serikat tersebut, berpendapat

    bahwa peraturan impor produk

    hortikultura dan daging bukan

    merupakan bagian dari upaya

    pemerintah untuk melakukan

    pembatasan impor. Permendag dan

    Permentan 60 tidak dapat diartikan

    sebagai pembatasan jumlah impor,

    karena tidak menyebutkan secara spesifik

    mengenai jumlah yang akan diimpor.

    Rekomendasi juga diberikan secara adil

    tanpa membedakan setiap permohonan.

    RIPH tidak bertujuan untuk membatasi

    Impor, namun untuk kepentingan

    keamanan pangan (food safety) , d imana

    penetapan jumlah yang diperbolehkan

    impor didasarkan pada kapasitas gudang

    penyimpanan yang ada (cold storage) ,

    dengan pertimbangan produk

    hortikultura yang mudah rusak.

    Permentan 50 dan Permendag 24 tidak

    dapat diartikan sebagai pembatasan

    impor, karena penerbitan peraturan

    tersebut bertujuan untuk mel indungi

    kepentingan nasional dari faktor

    kesehatan, keselamatan, keamanan,

    l ingkungan hidup dan moral bangsa

    (K3LM) yang berujung pada kemandirian

    sektor pertanian. Terkait dengan masalah

    transparansi, Pemerintah Indonesia

    menjamin bahwa proses impor

    hortikultura dan daging telah

    dilaksanakan dalam kerangka prosedur

    yang transparan. Selain itu, prosedur

    impor hortikultura dan daging telah

    diatur secara cermat sehingga

    kekhawatiran pemerintah Amerika

    Serikat akan terdistorsinya perdagangan

    dipastikan tidak akan terjadi.

    Pandangan dan tanggapan Pemerintah

    Indonesia secara lengkap telah

    disampaikan dalam Pertemuan

    Konsultasi antara Indonesia dan Amerika

    Serikat pada tanggal 21-22 Februari 2013

    di Genewa, Swiss. Namun demikian,

    pertemuan tersebut belum menghasilkan

    kesepakatan bagi kedua belah pihak.

    Hasil pertemuan tersebut direncanakan

    akan kembal i dibahas dalam pertemuan

    berikutnya yang diagendakan

    dilaksanakan pada akhir Maret 2013.

    J ika pertemuan konsultasi selanjutnya

    tidak dapat menghasilkan kata sepakat,

    maka protes Amerika Serikat tersebut

    dapat berlanjut menjadi Sengketa

    Perdagangan (Dispute Settlement) di

    tingkat WTO. Pemerintah Indonesia

    tentunya akan menghindari hal ini ,

    mengingat pengalaman sebelumnya

    menunjukan bahwa penyelesaian

    sengketa perdagangan akan

    menghabiskan banyak waktu dan biaya.

    "Pemerintah

    Indonesia menjamin

    bahwa proses impor

    hortikultura dan

    daging telah

    dilaksanakan dalam

    kerangka prosedur

    yang transparan.

    Selain itu, prosedur

    impor hortikultura

    dan daging telah

    diatur secara cermat

    sehingga

    kekhawatiran

    pemerintah Amerika

    Serikat akan

    terdistorsinya

    perdagangan

    dipastikan tidak akan

    terjadi"

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    3

  • Tahun 2010, Presiden Amerika

    Serikat, Barack Hussein Obama II

    mengeluarkan kebijakan National

    Export Initiative (NEI) dalam rangka

    memperbaiki dan mempromosikan

    ekspor Amerika Serikat keluar

    negeri dari dampak krisis tahun

    2009.

    NEI merupakan sebuah bentuk

    kebijakan guna memperbaiki

    kondisi-kondisi yang mempunyai

    dampak langsung terhadap

    kemampuan sektor swasta untuk

    ekspor, membantu perusahaan dan

    petani mengatasi hambatan untuk

    memasuki pasar baru serta

    memberikan bantuan pembiayaan.

    Terdapat l ima komponen didalam

    NEI, yaitu (i) meningkatkan upaya-

    upaya advokasi atas nama eksportir

    Amerika Serikat, (i i ) meningkatkan

    akses pembiayaan untuk ekspor, (i i i )

    upaya kekuatan untuk

    menghilangkan hambatan

    perdagangan, (iv) menegakkan

    aturan perdagangan dan (v)

    pertumbuhan ekonomi yang

    berkelanjutan dan seimbang.

    Program kebijakan ini merupakan

    salah satu strategi pemerintah atau

    upaya pemerintah untuk

    memperkuat perekonomian

    Amerika Serikat, mendukung

    penciptaan lapangan kerja di

    Amerika dan memastikan

    pertumbuhan jangka panjang.

    Tujuan utama adalah untuk

    menggandakan ekspor Amerika

    Serikat di akhir tahun 2014 dan saat

    ini perkembangan menunjukan

    kemajuan besar.

    Tahun 2012, ekspor Amerika Serikat

    tercatat sebesar USD 2,2 tri l iun

    meningkat USD 0,1 tri l iun dari

    tahun sebelumnya khususnya pada

    barang dan jasa. Peningkatan ini

    dibantu dengan produksi barang

    dengan mencantumkan Made in

    USA di seluruh negara. Hal

    tersebut, memberikan kontribusi

    sebesar 13,9% terhadap PDB

    ditahun 2012, meningkat dari 12,9%

    yang tercatat pada tahun 2008. Di

    tahun ini , banyaknya bisnis yang

    telah merebut peluang besar di

    pasar global dan membantu

    perjalanan Amerika Serikat untuk

    pemul ihan ekonomi. Walaupun,

    neraca pembayaran barang dan jasa

    Amerika Serikat masing mengalami

    desifit sebesar USD 540,4 mil l iar di

    tahun 2012, namun nilai tersebut

    merupakan perbaikan dari defisit

    tahun sebelumnya sebesar USD

    559,9 mil l iar. Dengan kata lain,

    terdapat 3,5% perbaikan defisit

    neraca pembayaran untuk barang

    dan jasa. Selain itu, minyak mewakil i

    lebih dari setengah defisit

    perdagangan Amerika Serikat

    dalam barang dan jasa pada tahun

    2012 sebesar 53,9 %.

    Meskipun defisit dalam

    perdagangan secara keseluruhan,

    AS memil iki surplus dalam

    perdagangan jasa rekor di 2012

    sebesar USD 1,95 tri l iun, meningkat

    9,4% dari surplus di tahun 2011

    sebesar USD 1,75 tri l iun. Amerika

    Serikat memperl ihatkan surplus

    yang besar untuk jasa swasta

    sebersar USD 89,1 mil iar, royalti dan

    biaya l isensi USD 79,9 mil iar dan

    perjalan wisata USD 44,7 mil iar.

    Sejak diterapkannya program

    tersebut, Amerika Serikat

    mengalami pertumbuhan signifikan

    di sisi perdagangan dengan 20

    negara yang berbagi kemitraan.

    Tingkat ekspor ke-20 tujuan negara

    tersebut telah meningkat dua kal i

    l ipat. Untuk tahun 2012, tercatat

    pasar terbesar Amerika Serikat

    adalah Canada (USD 2,92 tri l iun,

    meningkat 4,1%), Mexico (USD 2,16

    tri lun, meningkat 9,1%), Cina (USD

    1,11 tri lun, meningkat 6,4%) dan

    Jepang (USD 7,0 tri lun, meningkat

    6,6 %). Tercatat bahwa pasar tujuan

    utama dari ekspor barang Amerika

    Serikat, dengan program NEI,

    adalah Brazil , India, Kolombia, Arab

    Saudi, Indonesia, Afrika Selatan dan

    Vietnam.

    Ekspor Amerika Serikat sejak tahun

    2009 memil iki tren yang terus

    meningkat. Perkembangan tersebut

    telah mengkontribusi dalam

    menciptakan 6,1 juta pekerjaan di

    sektor swasta Amerika selama 35

    bulan terakhir. Secara keseluruhan

    hingga saat ini telah berhasil

    menciptakan 9,8 juta pekerjaan

    untuk warga Amerika Serikat.

    Pertumbuhan Positif Ekspor

    Amerika Serikat

    Insani Sukandar

    EKONOMI INTERNASIONAL

    Semenjak diterapkan program National Export Initiative, Amerika Serikat mengalami

    pertumbuhan signifikan di sisi perdagangan dengan 20 negara yang berbagi kemitraan.

    Tingkat ekspor dengan ke-20 negara tersebut telah meningkat dua kali lipat.

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    4

  • Inflasi

    Tingkat inflasi pada bulan Februari 2013

    tercatat 0,75% (mtm) dan 5,31% (yoy).

    Tingginya tingkat inflasi umum terutama

    bersumber dari lonjakan pada inflasi

    volati le food, khususnya pada jenis

    komoditas aneka bumbu. Inflasi volatile

    food tercatat 2,32% (mtm) dan 11,02%

    (yoy). Melonjaknya harga bahan

    makanan, khususnya sayuran dan aneka

    bumbu, seperti bawang merah, bawang

    putih, dan cabai disebabkan oleh

    berkurangnya pasokan baik dari domestik

    maupun impor. Kekurangan pasokan

    terjadi akibat dari cuaca buruk yang

    melanda Indonesia dan kebijakan

    pembatasan impor, khususnya komoditas

    hortikultura. Sementara itu inflasi inti dan

    administered prices relatif stabil . Pada

    bulan Februari 2013, inflasi inti tercatat

    0,30% (mtm) dan 4,29% (yoy), sedangkan

    inflasi administered price tercatat 0,72%

    (mtm) dan 2,91% (yoy).

    Berdasarkan wilayah, dari 66 kota IHK, 60

    kota mengalami inflasi sedangkan 6 kota

    lainnya mengalami deflasi . Inflasi tertinggi

    terjadi di Jayapura sebesar 3,15% (mtm)

    dan terendah di Sibolga sebesar 0,12%

    (mtm). Sementara itu, deflasi tertinggi

    terjadi di Ambon sebesar 2,29% (mtm)

    dan terendah di Sampit sebesar 0,01%

    (mtm).

    Kedepan inflasi diperkirakan masih cukup

    tinggi, walaupun dalam jangka pendek

    tekanan inflasi berpotensi mereda karena

    masuknya masa panen raya. Resiko

    meningkatnya tekanan inflasi terutama

    bersumber dari rencana kebijakan

    administered price, seperti lanjutan

    kenaikan TTL, penyesuaian harga LPG 12

    kg dan langkah mengintensifikasikan

    pengendal ian konsumsi BBM bersubsidi.

    Selain itu, perubahan siklus musim

    kemarau yang lebih cepat diperkirakan

    akan mengganggu siklus produksi

    tanaman pangan dan perkiraan

    pemul ihan ekonomi dunia yang akan

    memicu kenaikan harga komoditas global

    diperkirakan meningkatkan resiko

    tekanan inflasi . Untuk mengantisipasi

    tingginya tekanan inflasi , pemerintah

    dalam forum TPI dan TPID melakukan : (i)

    pengkajian mengenai kebijakan

    pembatasan impor hortikultura; (i i )

    mengendal ikan ekspektasi inflasi ; dan (i i i )

    upaya stabil isasi harga pangan.

    Neraca Perdagangan

    Indonesia kembal i mengalami defisit

    neraca perdagangan selama empat bulan

    berturut-turut. Pada bulan Januari 2013,

    defisit neraca perdagangan Indonesia

    mencapai US$171 juta., menurun

    dibandingkan bulan Desember 2012

    sebesar US$188,10 juta. Ekspor Indonesia

    pada bulan Januari 2013 tercatat

    US$15.376,40 juta dan impor tercatat

    US$15.547,40 juta.

    Ekspor Indonesia pada bulan Januari 2013

    menurun 0,11% dibanding bulan

    sebelumnya (mtm) dan 1,24% dibanding

    tahun sebelumnya (yoy). Penurunan ini

    terutama bersumber dari ekspor migas,

    khususnya minyak mentah. Pada bulan

    Januari 2013, ekspor minyak mentah

    tercatat US$631,7 juta, menurun 43,41%

    (mtm) dan 33,92% (yoy). Sebal iknya,

    ekspor nonmigas cenderung meningkat.

    pada bulan Januari 2013, ekspor

    Perkembangan Ekonomi Domestik Indonesia

    Fitria Faradila

    Ekonomi Domestik

    Selain itu,

    perubahan siklus

    musim kemarau

    yang lebih cepat

    diperkirakan akan

    mengganggu

    siklus produksi

    tanaman pangan

    dan perkiraan

    pemulihan

    ekonomi dunia

    yang akan

    memicu kenaikan

    harga komoditas

    global

    diperkirakan akan

    meningkatkan

    resiko tekanan

    inflasi.

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    5

  • nonmigas tercatat US$12.761,7 juta, meningkat 2,69%

    dibanding bulan (mtm) dan tahun sebelumnya (yoy).

    Sementara itu, impor Indonesia pada bulan Januari

    2013 tercatat US$15.547,4 juta, menurun 0,22% (mtm)

    dan meningkat 6,82% (yoy). Berdasarkan jenis

    penggunaan barang, impor Indonesia masih

    didominasi untuk penggunaan bahan baku/penolong

    sebesar US$11.997,6 juta, meningkat 5,41% (mtm) dan

    14,68% (yoy). Hal

    ini menunjukkan

    bahwa industri di

    Indonesia masih

    bertopang pada

    bahan baku

    impor, sehingga

    ketika terjadi

    guncangan pada

    pasar

    internasional

    tentu akan

    mempengaruhi

    kinerja industri di

    Indonesia.

    Berdasarkan

    komponennya,

    peningkatan

    impor tertinggi terutama berasal dari impor migas.

    Pada bulan Januari 2013, impor migas Indonesia

    tercatat US$4.040,3 juta, meningkat 9,04% (mtm) dan

    33,82% (yoy). Sebagian besar impor migas masih

    ditopang oleh impor hasil minyak sebesar US$2.566,4

    juta. Berbeda dengan impor migas, impor nonmigas

    cenderung mengalami penurunan. Impor nonmigas

    pada bulan Januari 2013 tercatat US$11.507,1 juta,

    menurun 3,11% (mtm) dan 0,24% (yoy).

    Penurunan impor yang lebih cepat dibanding

    penurunan ekspor menyebabkan nilai defisit

    perdagangan Indonesia cenderung menurun dibanding

    bulan sebelumnya. Namun, yang patut menjadi

    perhatian adalah tingginya impor migas, terutama

    impor hasil minyak. Hal ini menunjukkan bahwa

    Indonesia belum mempunyai fasi l itas untuk

    meningkatkan nilai tambah pada komoditas minyak

    mentah. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan

    kebijakan untuk meningkatkan nilai tambah ekspor

    minyak, seperti mendorong industri penyul ingan

    minyak yang efisien.

    Transaksi Modal dan Finansial

    Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan IV

    2012 tercatat US$11.415 juta. Secara akumulasi tahun

    2012 surplus transaksi modal dan finansial mencapai

    US$24.911 juta. Nilai ini meningkat 83,6%

    dibandingkan tahun lalu yang mencapai US$13.567

    juta.

    Berdasarkan komponennya, investasi langsung tercatat

    US$14,43 juta pada tahun 2012, meningkat 25,17%

    dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini

    terutama bersumber dari meningkatnya Penanaman

    Modal Asing (PMA) yang mencatatkan pertumbuhan

    sebesar 3,18% (yoy). Pada triwulan IV 2012, PMA

    tercatat sebesar US$5,80 sehingga sepanjang tahun

    2012, nilai PMA mencapai US$19,85 juta. Peningkatan

    PMA didorong oleh optimisme pelaku usaha di tengah

    kondisi bisnis yang

    tetap kondusif,

    khususnya di sektor

    keuangan, real estate

    dan perusahaan

    serta sektor industri

    pengolahan.

    Ketidakstabilan

    ekonomi Eropa dan

    Amerika mendorong

    investor untuk

    mengal ihkan

    investasinya ke

    negara lain,

    contohnya Indonesia.

    Kondisi ini

    mendorong

    peningkatan pada

    transaksi portofio Indonesia. Selama tahun 2012,

    investasi portofol io tercatat US$9.196 juta. Investasi

    portofol io yang tinggi ditopang oleh besarnya investasi

    di surat utang. Pada tahun 2012, investasi surat utang

    tercatat US$9.251 juta, jauh meningkat dibandingkan

    tahun sebelumnya yang mencapai US$827 juta.

    Sementara itu, investasi lainnya tercatat surplus sebesar

    US$1.248 juta pada tahun 2012, setelah sebelumnya

    mengalami defisit sebesar US$2.066 juta. Berkurangnya

    piutang dagang dan penempatan simpanan sektor

    swasta Indonesia di luar negeri merupakan faktor

    utama penyebab surplus pada investasi lainnya.

    Referensi:

    Anal isis Inflasi Februari 2013 - Tim Pemantauan dan

    Pengendal ian Inflasi (TPI)

    Berita Resmi Statistik Perkembangan Inflasi Februari

    2013 dan Ekspor-Impor Januari 2013

    Laporan Neraca Pembayaran Indonesia Real isasi

    Triwulan IV-2012

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    6

  • PAlexcius Winang

    Pada tanggal 7 Maret 2013, Rapat

    Dewan Gubernur Bank Indonesia

    menetapkan untuk

    mempertahankan Suku Bunga Bank

    Indonesia (BI Rate) pada level

    5,75%. Tingkat BI Rate tersebut

    dinilai masih konsisten dengan

    sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014,

    sebesar 4,5% + 1%. Inflasi IHK

    Februari 2013 mencapai 0,75%

    dibandingkan bulan sebelumnya

    (mtm) dan 5,31% jika dibandingkan

    tahun sebelumnya (yoy).

    Inflasi inti tetap terkendal i 4,29%

    (yoy) sejalan dengan terkendal inya

    harga komoditas global

    nonmakanan dan stabil itas nilai

    tukar rupiah yang terjaga. Adapun

    tekanan inflasi berasal dari tingginay

    inflasi harga pangan sebagai

    dampak dari gangguan cuaca dan

    terbatasnya pasokan komoditas

    hortikultura. Sementara inflasi

    administered price disumbangkan

    oleh kenaikan tarif Tenaga Listrik.

    Tekanan inflasi diperkirakan akan

    mereda seiring dengan tibanya

    masa panen dan secara keseluruhan

    akan tetap terkendal i pada kisaran

    sasarannya pada tahun 2013.

    Perekonomian Indonesia

    diperkirakan akan tumbuh sebesar

    6,2% pda triwulan I tahun 2013. Hal

    ini didukung oleh konsumsi yang

    tumbuh cukup kuat sejalan dengan

    keyakinan konsumen dan daya bel i

    masyarakat yangmembaik. Kinerja

    ekspor diperkirakan akan membaik

    sejalan dengan ekspektasi

    pemul ihan perekonomian dunia. Hal

    ini disebabkan oleh membaiknya

    harga komoditas ekspor dan

    perekonomian mitra dagang utama,

    khususnya China , Amerika Serikat

    dan India. Pertumbuhan Impor

    diperkirakan sedikit melandai,

    namun masih pada level yang cukup

    tinggi. Hal ini sejalan dengan masih

    kuatnya permintaan domestik dan

    berangsur membaiknya kinerja

    ekspor.

    BI meyakini bahwa dengan

    penguatan bauran kebijakan

    moneter dan makroprudensial , serta

    langkah-langkah koordinasi yang

    sol id dengan Pemerintah, akan

    mampu mencapai sasaran inflasi

    dan mendorong tercapainya

    keseimbangan eksternal dalam

    mendukung pertumbuhan ekonomi

    yang berkelanjutan.

    BI Rate adalah suku bunga

    kebijakan yang mencerminkan sikap

    kebijakan moneter yang ditetapkan

    oleh Bank Indonesia dan

    diumumkan kepada publ ik. BI Rate

    diumumkan oleh Dewan Gubernur

    BI pada Rapat Dewan Gubernur

    yang diadakan setiap bulan.

    Respon kebijakan moneter

    ditetapkan berlaku sampai dengan

    Rapat Dewan Gubernur yang

    diadakan bulan berikutnya.

    Penetapan BI rate memperhatikan

    efek tunda kebijakan moneter

    dalam memengaruhi inflasi . Apabila

    terjadi perkembangan di luar

    prakiraan sebelumnya, penetapan

    posisi kebijakan moneter dapat

    dilakukan sebelum Rapat Dewan

    Gubernur Bulanan. Sasaran

    operasional kebijakan moneter (BI

    Rate) akan tercermin pada

    perkembangan suku bunga Pasar

    Uang Antar Bank Overnight(PUAB

    O/N). Pergerakan di suku bunga

    PUAB ini diharapkan akan diikuti

    oleh perkembangan suku bunga

    deposito, dan pada gil irannya akan

    mempengaruhi suku bunga

    perbankan.

    Dengan mempertimbangakan

    faktor-faktor lain dalam

    perekonomian, BI akan menaikkan

    BI Rate apabila inflasi diperkirakan

    akan melampaui sasaran. Kebijakan

    ini diambil untuk mengantisipasi

    banyaknya uang yang beredar yang

    mengakibatkan tingginya inflasi .

    Melalui kebijakan ini peningkatan

    suku bunga perbankan melalui

    stimulus kenaikan BI Rate akan

    meningkatkan penghimpunan

    jumlah dana masyarakat pada

    lembaga keuangan dan mengurangi

    jumlah uang yang beredar.

    Demikian juga sebal iknya, BI akan

    menurunkan BI Rate apabila inflasi

    ke depan diperkirakan berada di

    bawah sasaran yang ditetapkan.

    Sumber: Bank Indonesia

    Suku Bunga Bank Indonesia :Sebagai Instrumen Kebijakan Moneter

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    7

  • KKota Bandung sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat

    merupakan daerah yang potensial untuk dikembangkan

    dalam bidang perdagangan dan Industri pengolahan.

    Pada tahun 2011 PDRB atas dasar harga berlaku

    terbesar di Kota Bandung dicapai oleh sektor

    perdagangan, hotel dan restoran sebesar 40.64% dan

    Industri pengolahan mencapai 24,7% dari total PDRB.

    Hal ini menunujukkan peranan penting dari sektor

    ekonomi kreatif yang mengalami peningkatan cukup

    signifikan. Berkembangnya industri kreatif di Kota

    Bandung menjadi faktor yang memperkuat sektor

    perdagangan, hotel , dan restoran, serta jasa dan sektor

    industri pengolahan (tertentu) sebagai potensi

    unggulan daerah di Kota Bandung. Sampai saat ini ,

    subsektor industri kreatif yang dapat dijadikan unggulan

    kota Bandung diantaranya yaitu, fashion, seni, musik,

    desain, arsitektur, IT dan makanan (kul iner).

    Dari hasi l pemetaan yang telah dilakukan di beberapa

    Wilayah Pengembangan (WP) Kota Bandung

    terindentifikasi potensi sektor usaha kreatif yang telah

    berkembang cukup pesat. Wilayah Pengembangan

    dimaksud terdiri dari 1)WP Cibeunying dengan potensi

    Periklanan, arsitek, Pasar seni/barang antik, 2)WP

    Bojonagara dengan potensi Periklanan, arsitek, Pasar

    seni/barang antik, 3)WP Tegal lega dengan potensi Pasar

    seni/barang antik, Musik, Fi lm, Video dan Foto, 4)WP

    Karees dengan potensi Periklanan, arsitek, dan Desain,

    5)WP Ujung Berung dengan potensi Kul iner, kerjinan

    dan R&D, 6)WP Gede Bage dengan potensi TV/Radio,

    Kul iner dan kerajinan.

    Dari hasi l wawancara dengan Hadi Widianto, SP, MT,

    staff fungsional perencana muda Bidang Ekonomi

    Bappeda Kota Bandung, diperoleh informasi bahwa

    Kota Bandung memil iki banyak keunggulan dalam

    pengembangan ekonomi kreatif. Keunggulan Bandung

    bukan hanya terletak pada 14 subsektor ekonomi kreatif

    saja, namun Kota Bandung juga memil iki keunggulan

    dalam subsektor kul iner. Kondisi tersebut tentunya

    berbeda dengan daerah lainnya, yang sebagian besar

    hanya memil iki satu atau beberapa subsektor

    unggulannya saja yang merupakan subsektor dari

    ekonomi kreatif.

    Banyak hal telah dilakukan pemerintah Kota Bandung

    dalam mendukung ekonomi kreatif. Pengembangan

    Ekonomi kreatif menuju masyarakat Kota Bandung yang

    sejahtera adalah merupakan salah satu tema dari

    pembangunan Kota Bandung tahun 2011, dengan

    prioritas pembangunan bidang ekonomi berupa

    peningkatan kegiatan ekonomi kreatif berbasis sumber

    daya lokal . Program pengembangan ekonomi kreatif

    dan teknopol is pada urusan bidang perindustrian

    merupakan salah satu program yang sangat produktif

    dalam upaya maintenance kegiatan ekonomi kreatif di

    Kota Kembang ini. Pengembangan program ini

    didukung oleh kegiatan-kegiatan seperti : penyusunan

    data base potensi industri kreatif, diversifikasi produk

    industri kreatif, serta kegiatan bimbingan teknis

    terhadap UKM dan industri kreatif.

    Hal lainnya yang merupakan kegiatan rutin adalah

    fasi l itas Pemerintah daerah dalam kegiatan pameran

    terutama pada HUT Kota Bandung, Perkenalan produk-

    produk kreatif di Cihampelas Walk, pameran-pameran

    tingkat nasional dan internasional , serta fasi l itasi

    terhadap komunitas kreatif Kota Bandung yaitu dengan

    penyediaan tempat bagi Bandung Creative City Forum

    (BCCF). Triple hel ix yang mel ibatkan kerjasama antara

    Pemerintah, Akademisi dan Bisnis telah terjal in, bahkan

    ditambah dengan kerja sama yang mel ibatkan

    komunitas kreatif seperti BCCF. Adapun dalam hal

    dukungan terhadap infrastruktur lainnya yang

    mendukung ekonomi kreatif sampai saat ini belum siap

    diberikan pemda, masih dalam tahap perencanaan dan

    sedikit demi sedikit akan difasi l itasi infrastruktur yang

    mendukung bagi pengembangan ekonomi kreatif ini .

    Kaitannya dengan kegiatan ekspor, selama ini belum

    ada data base untuk produk-produk kreatif dari 14

    sektor yang ada, sedangkan untuk sub sektor fashion

    tercatat pada teksti l dan produk teksti l yang meningkat

    dari tahun ketahun, dengan daerah tujuan ekspor

    terutama ke negara Jepang serta negara Asia lainnya.

    Pengembangan kawasan Pariwisata juga merupakan

    salah satu rangkaian dari kegiatan ekonomi kreatif yang

    berkelanjutan. Kawasan pariwisata yang pal ing banyak

    dikunjungi adalah 1)Cluster wisata Ir. H . Juanda-

    Merdeka-Riau sebesar 32,6% yang merupakan wisata

    kul iner, heritage, pendidikan, hiburan, rekreasi dan

    geowisata, 2)Cluster wisata Cihampelas-Cipaganti

    sebesar 24,7% yang berupa wisata belanja kul iner dan

    wisat Heritage, 3)Cluster wisata Alun-alun-Sudirman-

    Otista-Gardujati-Pasirkal iki sebesar 15,3% yang berupa

    wisata Hiburan, Belanja dan geowisata.

    Ratih Purbasari Kania

    Ekonomi Daerah

    Peranan Pemerintah Kota dalam Pengembangan

    Ekonomi Kreatif yang mendukung Perekonomian

    Daerah (Study of Bandung as a Creative City)

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    8

  • Mendorong Peningkatkan Nilai Tambah

    Ekspor Indonesia

    Laporan Utama

    | Mampukah Penerapan Kontrak Cost, Insurance, and Freight (CIF)

    Mendorong Nilai Tambah Ekspor Indonesia

    | Sinergitas Infrasruktur Dalam Sistem Perdagangan Nasional :

    Optimisme Perdagangan Indonesia Masa Depan

    | Peluang dan Tantangan Hortikultura Indonesia

    | Menuju Peningkatan Nilai Tambah Dalam Negeri

  • Laporan Utama

    DINAMIKA NERACA PEMBAYARAN INDONESIA 2012

    S

    elama kurun waktu l ima puluh tahun terakhir

    neraca perdagangan Indonesia selalu mengalami

    surplus. Namun pada tahun 2012 lalu neraca

    perdagangan Indonesia mengalami defisit yang dipicu

    oleh melemahnya kondisi pasar dunia khususnya

    negara mitra dagang Indonesia. Defisit neraca

    perdagangan Indonesia tahun 2012 sebesar USD 24,2

    mil iar, dimana nilai tersebut jauh menurun jika

    dibandingkan dengan neraca perdagangan Indonesia

    tahun 2011 yang mengalami surplus sebesar USD1,7 M.

    Faktor faktor yang menyebabkan defisit neraca

    perdagangan Indonesia tahun 2012 yaitu meningkatnya

    defisit neraca perdagangan barang dan menurunnya

    surplus neraca

    perdagangan jasa. J ika

    dibandingkan dengan

    neraca perdagangan

    barang pada tahun 2011,

    neraca perdagangan

    barang tahun 2012

    mengalami penurunan.

    Pada tahun 2011 nilai

    neraca perdagangan

    barang Indonesia

    mengalami surplus

    sebesar USD 26,061 mil iar,

    namun pada tahun 2012

    neraca perdagangan

    Indonesia mengalami

    defisit sebesar USD 1,06 mil iar.

    Penurunan yang sangat signifikan pada ekspor sektor

    non migas menjadi pemicu utama defisit neraca

    perdagangan barang Indonesia. Penurunan

    pertumbuhan volume dagang global dan penurunan

    permintaan dari negara mitra dagang Indonesia serta

    diiringi dengan menurunnya harga komoditas dunia

    berdampak pada penurunan ekspor nonmigas hingga

    6,2%. Sebal iknya, permintaan lokal untuk sektor

    tersebut sangat kuat sehingga impor nonmigas

    Indonesia meningkat hingga 9,2%.

    Meningkatnya defisit neraca perdagangan migas juga

    memperburuk kondisi neraca perdagangan barang

    secara keseluruhan. Peningkatan tersebut terjadi akibat

    natural decl ining sumur-sumur tua di Indonesia dan

    beberapa gangguan teknis dalam produksi serta

    permasalahan perij inan dan administrasi yang cukup

    kompleks sehingga kinerja produksi minyak nasional

    gagal mencapai targetnya sesuai yang tercantum dalam

    APBN-P 2012. Terlebih lagi, peningkatan konsumsi BBM

    bersubsidi semakin meningkatkan jumlah permintaan

    impor minyak di Indonesia.

    Defisit neraca perdagangan Indonesia juga dipengaruhi

    oleh peningkatan defisit neraca perdagangan jasa,

    dimana peningkatannya bersumber dari defisit jasa

    transportasi seiring dengan naiknya kegiatan impor.

    Selain itu, diketahui pula adanya penurunan surplus jasa

    travel yang juga turut berperan dalam peningkatan

    defisit neraca perdagangan jasa. Walaupun terjadi

    peningkatan pada jumlah

    wisatawan asing yang

    masuk ke Indonesia,

    namun jumlah wisatawan

    lokal yang melancong

    keluar negeri lebih banyak

    daripada wisatawan asing

    tersebut. Adanya

    kebijakan bebas fiskal

    menjadi salah satu

    pendorong tingginya

    tingkat pariwisata

    khususnya di kawasan Asia

    Tenggara.

    Tingginya tingkat transaksi

    modal dan finansial di Indonesia masih menjadi

    penyelamat dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI)

    tahun 2012 secara keseluruhan. Berdasarkan data NPI

    dari Bank Indonesia menyatakan bahwa pada transaksi

    tersebut mengalami surplus, sehingga NPI juga tetap

    surplus sebesar USD 0,2 mil iar.

    Kestabilan kondisi ekonomi domestik serta l ikuidnya

    pasar keuangan global membuat transaksi modal dan

    finansial di Indonesia menunjukan prestasi yang sangat

    cemerlang. Pada tahun 2012, transaksi modal dan

    finansial Indonesia mengalami surplus sebesar 83,6%.

    Tingginya nilai surplus tersebut ditopang oleh kuatnya

    arus investasi asing dan al iran modal portfol io asing

    yang masuk ke Indonesia. Selain itu, diketahui pula

    adanya penurunan pada defisit investasi lainnya di

    Indonesia.

    Dara Ayu Prastiwi

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    10

  • Peningkatan investasi langsung di Indonesia ditopang

    oleh sektor manufaktur, pertambangan dan jasa lainnya.

    Namun investasi ini sempat mengalami sedikit

    penurunan yang disebabkan adanya pembayaran utang

    antar-afi l iasi ke induk perusahaannya yang berada di

    luar negeri. Namun dengan adanya optimisme dari para

    pelaku usaha akan adanya kekondusifan pada dunia

    bisnis menyebabkan peningkatan kembal i investasi jenis

    ini . Terlebih lagi, ditemukan adanya penurunan investasi

    langsung ke luar negeri dari Indonesia, sebagai akibat

    dari rendahnya net pembayaran kewajiban yang harus

    dibayarkan oleh induk perusahaan ke perusahaan

    cabangnya di luar negeri.

    Keberadaan investasi portofol io di Indonesia juga

    mempunyai peranan yang besar dalam peningkatan

    surplus transaksi modal dan finansial Indonesia tahun

    2012. Jenis investasi ini meningkat tajam dari ni lai USD 5

    mil iar pada tahun 2011 menjadi USD 14,7 mil iar pada

    tahun 2012. Peningkatan yang tajam ini didukung oleh

    adanya fundamental ekonomi domestik yang cukup baik

    dan juga imbal hasil yang menarik sehingga investor

    asing semakin tertarik untuk berinvestasi di Indonesia.

    Selain itu, obl igasi pemerintah dan swasta Indonesia ada

    yang diterbitkan dalam valuta asing. Kebijakan stimulus

    ekonomi dari Negara-negara maju juga turun berperan

    dalam peningkatan investasi ini .

    Meningkatnya peringkat Indonesia dalam sovereign

    credit rating dari BB+ mendai BBB- (stable outlook)

    semakin menambah kepercayaan investor untuk

    berinvestasi di Indonesia. Kenaikan ranking tersebut

    semakin memperkuat image Indonesia di mata ekonomi

    global , dimana Indonesia mampu menunjukan

    ketahanan ekonominya ditengah kelemahan ekonomi

    global . Selain itu Indonesia tetap bisa mempertahankan

    pengelolaan fiskalnya yang konservatif, meminimal isir

    level utang pemerintah dan memil iki sistem keuangan

    yang stabil .

    Neraca Perdagangan Indonesia tahun 2013 diperkirakan

    akan mampu meningkatkan surplusnya. Perkiraan

    tersebut berdasarkan asumsi adanya perbaikan kondisi

    perekonomian mitra dagang Indonesia seperti Cina dan

    India sehingga kinerja ekspor Indonesia khususnya

    sektor nonmigas bisa lebih meningkat dibandingkan

    tahun sebelumnya. Dengan begitu diharapkan deficit

    dari transaksi berjalanan khususnya yang bersumber dari

    defisit neraca perdagangan barang dapat berkurang.

    Selain itu, kondisi transaksi modal dan finansial

    Indonesia diprediksikan akan terus mengalami

    peningkatan. Dengan adanya penurunan defisit

    transaksi berjalan dan semakin meningkatnya surplus

    transaksi modal dan finansial akan mengakibatkan

    peningkatan surplus pula pada neraca pembayaran

    Indonesia tahun ini.

    Sumber : Laporan Neraca Pembayaran Indonesia (BI) ,

    Berita Resmi Statistik (BPS)

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    11

    www.viproperties.com

  • MM

    a

    a

    m

    m

    p

    p

    u

    u

    k

    k

    a

    a

    h

    h

    P

    P

    e

    e

    n

    n

    e

    e

    r

    r

    a

    a

    p

    p

    a

    a

    n

    n

    K

    K

    o

    o

    n

    n

    t

    t

    r

    r

    a

    a

    k

    k

    C

    C

    o

    o

    s

    s

    t

    t

    ,

    ,

    I

    I

    n

    n

    s

    s

    u

    u

    r

    r

    a

    a

    n

    n

    c

    c

    e

    e

    ,

    ,

    a

    a

    n

    n

    d

    d

    F

    F

    r

    r

    e

    e

    i

    i

    g

    g

    h

    h

    t

    t

    (

    (

    C

    C

    I

    I

    F

    F

    )

    )

    M

    M

    e

    e

    n

    n

    d

    d

    o

    o

    r

    r

    o

    o

    n

    n

    g

    g

    N

    N

    i

    i

    l

    l

    a

    a

    i

    i

    T

    T

    a

    a

    m

    m

    b

    b

    a

    a

    h

    h

    E

    E

    k

    k

    s

    s

    p

    p

    o

    o

    r

    r

    I

    I

    n

    n

    d

    d

    o

    o

    n

    n

    e

    e

    s

    s

    i

    i

    a

    a

    ?

    ?

    Alisa Fatimah

    B adan Pusat Statistik (BPS) membukukan defisit

    neraca perdagangan tahun 2012 mencapai US$ 1,63

    mil iar. Menurut Kasubid Akses Pasar Barang

    Kementerian Perdagangan, Adrian lubis dalam

    paparannya pada Forum Diagnosa Ekonomi

    Kementerian Koordinator Perekonomian tanggal 19

    Maret lalu , hal ini dipicu oleh menurunnya nilai ekspor

    Indonesia sebesar 6,6 % jika dibandingkan dengan

    tahun 2011. Sedangkan impor 2012 meningkat sebesar

    8,02% yang disumbang oleh sektor migas. Defisit juga

    terjadi pada sektor perdagangan jasa-jasa, yang

    disebabkan karena meningkatnya impor logistik,

    terutama terkait proses ekspor impor barang.

    Menurut Adrian Lubis, rendahnya nilai ekspor salah

    satunya disebabkan oleh pencatatan ekspor Indonesia

    yang menggunakan sistem Free on Board (FoB). FoB

    merupakan isti lah perdagangan di mana penjual

    bertanggung jawab mengurus izin ekspor sampai

    memuat barang di kapal . Dalam term perdagangan

    FoB, nilai freight dan asuransi yang digunakan tidak

    menjadi komponen yang dihitung dalam total ni lai

    ekspor. Sedangkan jika menggunakan Cost of Insurance

    and Freight (CIF), total ni lai ekspor sudah memasukkan

    komponen tersebut dan eksportir lokal juga memil iki

    kewenangan untuk menentukan jasa kapal angkut

    kargo (freight) dan asuransi yang akan digunakan.

    Pada sistem CIF pihak penjual menanggung biaya

    sampai kapal yang memuat barang merapat di

    pelabuhan tujuan, serta membayar jasa kapal kargo

    (freight) dan asuransi untuk barang yang dikirim. Dalam

    perhitungannya, Penel iti Muda Kementerian

    Perdagangan ini juga menyebut Indonesia berpotensi

    kehilangan nilai ekspor sebesar 8,5% yang bersumber

    dari freight (8%) dan asuransi (0,5%) serta potensi

    penerimaan lewat sektor jasa kapal kargo dan asuransi

    dalam penggunaan FoB sebagai term perdagangan

    ekspor.

    Pada kesempatan yang sama dalam diskusi tersebut,

    Kapten Witono perwakilan dari Asosiasi Perusahaan

    Pelayaran Indonesia (INSA) berpendapat terdapat

    sembilan keuntungan yang diperoleh Indonesia jika

    menggunakan sistem CIF dalam term perdagangan

    ekspor Indonesia. Adapun kesembilan keuntungan

    tersebut ialah :

    1.Kegiatan arus barang ekspor-impor melalui moda

    transportasi laut lebih terkontrol

    2.Kedaulatan negara semakin terjaga sejalan dengan

    UU No.17/2008 tentang Pelayaran dan Kesiapan SDM

    Terminal Operator

    3.Meningkatnya nilai tambah produk ekspor

    Indonesia, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

    daya saing

    4.Menyelamatkan potensi devisa negara yang berasal

    dari ongkos angkut kapal , yang diperkirakan mencapai

    Rp 120 tri l iun

    5.Mendorong investasi Indonesia di pasar domestik

    maupun luar negeri

    6.Mendorong pertumbuhan industri galangan dan

    komponennya karena permintaan akan kapal domestik

    meningkat

    7.Mendorong pertumbuhan sektor perbankan dan

    asuransi domestik

    8.Menyerap tenaga kerja secara massal sehingga dapat

    mengurangi angka pengangguran

    9.Meningkatkan kegiatan di sektor pelabuhan

    Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut,

    Kementerian Perdagangan bekerja sama dengan

    pemerintah, Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia,

    Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Asosiasi

    Perusahaan Pelayaran Indonesia (INSA), dan PT Asuransi

    Ekspor Indonesia saat ini sedang dalam tahap

    mematangkan substansi dan regulasi terkait perubahan

    penerapan kebijakan ekspor dari FoB ke CIF. Namun

    perubahan sistem perdagangan ini memerlukan

    persiapan yang matang dari berbagai pihak terkait,

    agar kebijakan CIF ini dapat mencapai target tujuannya

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    12

  • Proses pemul ihan ekonomi global

    saat ini berjalan lambat, di tengah

    permintaan domestik yang kuat, telah

    memperlebar defisit transaksi berjalan

    yang pada triwulan IV-2012 mencapai

    sebesar US$7,8 mil iar (3,6% dari PDB),

    lebih besar daripada defisit pada

    triwulan sebelumnya sebesar US$5,3

    mil iar (2,4% dari PDB). Hal ini

    dikarenakan menurunnya surplus

    neraca perdagangan non migas dan

    meningkatnya defisit neraca

    perdagangan migas.

    Surplus neraca perdagangan non

    migas memang mengalami

    penurunan, namun kondisinya masih

    surplus. Kondisi tersebut didukung

    oleh trend positif penerimaan negara

    di sektor pertambangan. Data

    penerimaan negara dari sektor

    pertambangan menunjukkan trend

    positif dari tahun ke tahun dengan

    meningkatnya pendapatan negara.

    Untuk tahun 2012, penerimaan negara

    bahkan mencapai Rp 26.4 tri l iun untuk

    sektor pertambangan mineral dan

    batubara.

    Mineral dan batubara yang

    terkandung dalam wilayah

    pertambangan Indonesia, merupakan

    kekayaan alam yang mempengaruhi

    hajat hidup orang banyak, oleh karena

    itu pengelolaannya harus dikuasai

    oleh Negara untuk memberikan nilai

    tambah pada perekonomian nasional .

    Nilai Tambah adalah proses

    pengolahan hasil tambang yang

    bertujuan untuk menghasilkan suatu

    produk atau komoditi sehingga nilai

    ekonomi dan daya gunanya

    meningkat lebih tinggi dari

    sebelumnya, serta aktivitas yang

    ditimbulkan akan memberikan

    dampak positif terhadap

    perokonomian dan sosial baik bagi

    daerah operasional , pusat, maupun

    daerah non operasional .

    Selama tahun 2012 produksi batubara

    mencapai 386 juta ton atau sebesar

    109 % dari produksi 2011 yang

    mencapai 353 juta ton. Dari produksi

    tahun 2012 tersebut sebesar 82 juta

    ton untuk kebutuhan dalam negeri

    yaitu mampu mendorong ekspor Indonesia melalui

    harga produk ekspor yang lebih bersaing dengan

    digunakannya armada kapal serta asuransi ekspor

    domestik.

    Beberapa hal teknis yang dikemukakan oleh

    Kementerian Perdagangan dan INSA yang menjadi

    tantangan Indonesia dalam implementasi perubahan

    kebijakan ekspor FoB menjadi CIF ini antara lain (i)

    ketersediaan kapal angkut, (i i ) quality, cost & delivery

    time (QCD), (i i i ) daya saing industri pelayaran domestik

    di mata internasional , (iv) kinerja asuransi ekspor

    domestik (terutama risk coverage) , (v) efisiensi birokrasi

    dan lain-lain.

    Terkait industri perkapalan domestik, kondisi yang

    terjadi saat ini (dengan sistem ekspor FoB) memang

    lebih didominasi oleh kapal-kapal asing. Data dari INSA

    menyebutkan, selama tahun 2012 volume muatan

    perdagangan (ekspor-impor) yang menggunakan kapal

    nasional hanya sebesar 9-10% dari total volume

    perdagangan. Ini artinya Indonesia kehilangan 90%

    potensi penerimaan negara dari sektor jasa, yaitu jasa

    angkut kapal kargo dan asuransi ekspor impor. Dengan

    diterapkannya kebijakan CIF untuk ekspor, diharapkan

    bisa menstimulasi industri perkapalan dan asuransi

    Indonesia yang nantinya akan mampu meningkatkan

    volume dan nilai ekspor Indonesia.

    Agar penerapan kebijakan CIF ini dapat terwujud dan

    implementasinya berjalan dengan baik, tentunya perlu

    koordinasi dan kesiapan yang matang dari berbagai

    sektor. Beberapa hal yang sangat fundamental dalam

    kaitannya dengan kebijakan ini antara lain infrastruktur

    dan kapasitas pelabuhan, ketersediaan armada kapal

    yang memadai, pembiayaan perbankan, asuransi ekspor

    impor serta terkendal inya pungutan-pungutan dan

    birokrasi pelabuhan.

    Menuju Peningkatan Nilai Tambah

    Dalam Negeri

    Insani Sukandar

    Ir. Dede Ida Suhendra, M.Sc

    Direktur Pembinaan

    Pengusahaan Mineral Mineral,

    Direktorat Jendral Mineral dan

    Batubara

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    13

  • dan sebesar 304 juta ton untuk ekspor. Pada tahun 2013

    produksi diperkirakan mencapai 391 juta ton dengan

    alokasi DMO sebesar 74,32 juta ton. Naik dibanding

    DMO 2012 sebesar 67,3 juta ton.

    Untuk produk mineral lain selama tahun 2012 real isasi

    produksi adalah konsentrat tembaga sebesar 804 ribu

    ton (naik dibanding tahun 2011: 618 ribu ton), emas 66

    ton (turun dibanding tahun 2011: 78 ton), timah 91 ribu

    ton (naik dibanding 2011: 54 ribu ton), bij ih nikel 35 juta

    ton (naik dibanding tahun 2011 sebesar 33 juta ton),

    ferro nikel 19 ribu ton (tahun 2011: 18 ribu ton), bauksit

    29 juta ton (201: 41 juta ton) dan bij ih besi 10 juta ton

    (2011 sebesar 11 juta

    Makin tingginya angka produksi dan angka ekspor bij ih

    mineral tiap tahun, pengolahan dan pemurnian dalam

    negeri perlu dilakukan untuk menambah daya guna

    serta

    meningkatkan

    kontribusi positif

    bagi kesejahteraan

    bangsa.

    Untuk menopang

    amanat undang-

    undang No. 4

    tahun 2009

    tentang

    pertambangan

    Mineral dan

    Batubara,

    didukung dengan

    Permen ESDM

    No.7/2012

    tentang

    Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan

    Pengolahan dan Pemurnian, yang kemudian

    disempurnakan dengan Permen ESDM No.11/2012,

    Pemerintah melakukan berbagai upaya mel iputi

    pengembangan industri hi l ir manufaktur, kepastian

    pasokan dalam negeri, penel itian dan pengembangan

    yang berbasiskan mineral serta penataan ekspor mineral

    dalam bentuk raw material atau bij ih. Dengan demikian

    diperlukan data yang akurat terkait dengan keadaan dari

    neraca sumber daya mineral nasional , potensi SDA yang

    ada, kebutuhan mineral dalam negeri, jenis pemasaran

    (ekspor atau impor), penyebaran fasil itas pengolahan

    dan pemurnian dalam negeri, jenis komoditas yang

    diekspor. Data-data tersebut dibutuhkan agar dapat

    membuat kebijakan yang tepat.

    Kegiatan yang dilakukan dalam menyiapkan kebijakan

    untuk mendorong peningkatan nilai tambah dalam

    negeri antara lain yang pernah dibentuk FGD (Forum

    Group Discussion) yang bekerja sama dengan Indonesia

    Mining Assosiation (IMA) dalam mengkaji kemungkinan

    untuk membuat fasi l itas olah murni komoditas nikel ,

    tembaga, aluminium, besi, mangan yang kemudian

    disimpulkan bahwa tembaga lah yang mendapatkan

    banyak dorongan dari pemerintah dalam upaya

    pembangunan fasil itas pengolahan dan pemurnian,

    dalam hal ini smelter.

    Sektor pertambangan merupakan sektorcapital

    intensive. Pada dasarnya perusahaan yang core

    bisnisnya pertambangan yang akan mampu bertahan

    dalam jangka panjang. Hal ini karena forecasting

    investasi perusahaan pertambangan dilakukan dengan

    pertimbangan kecenderungan harga komoditas untuk

    jangka panjang dan fluktuasi harga komoditas jangka

    pendek. Kondisi sekarang membuktikan bahwa sektor

    ini cukup mampu bertahan terhadap tekanan krisis

    ekonomi. Bisnis sektor ini mulai banyak dil irik oleh para

    pengusaha yang berbasis pedagang yang sangat

    dipengaruhi oleh untung rugi jangka pendek.

    Pertambangan

    merupakan suatu

    rangkaian kegiatan

    yang mengelola

    komoditas bawah

    permukaan/dalam

    bumi yang harus

    memenuhi kelayakan

    aspek keekonomian,

    aspek keteknisan

    maupun aspek

    l ingkungan hidup.

    Kelayakan yang

    dimaksud antara

    lain, mengenai

    visual isasi cadangan

    yang dapat diketahui

    melalui eksplorasi serta pengelolaan l ingkungan hidup.

    Namun, hal ini lah yang banyak diabaikan oleh saudara

    kita yang berbasis pedagang di sektor pertambangan,

    dikarenakan mahalnya investasi awal . Padahal , perlu

    dilakukan karena merupakan saringan awal untuk

    mengel iminasi kerugian yang lebih jauh bilamana

    dilakukan pengusahaan nantinya.

    Namun, tentunya sejalan dengan acuan program

    pemerintah yaitu Pro Job, Pro Growth, Pro Poor dan Pro

    Environment yang semua ini sedang kami atur dan

    sedang berjalan sampai saat ini . Hal ini di lakukan antara

    lain dengan masih dibolehkannya ekspor bij ih atau ore

    oleh perusahaan selama masih memenuhi aspek teknis,

    administrasi , ekonomi, dan l ingkungan dimana

    merupakan kewajiban setiap kegiatan usaha

    pertambangan. Bersamaan dengan itu, setiap

    perusahaan memil iki kewajiban untuk membuat

    pernyataan bahwa tidak akan menjual keluar negeri dan

    akan melakukan pengolahan dan pemurnian dalam

    negeri pada tahun 2014.

    Data Penyebaran IUP & Smelter Plan Update per November 2012

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    14

  • Sinergitas Infrastruktur dan Sistem Perdagangan Nasional:

    Optimisme Perdagangan Indonesia Masa Depan

    Riski Raisa Putra

    Defisit yang terjadi pada neraca pembayaran

    Indonesia tahun 2012 tentu menjadi perhatian besar

    karena hal ini tidak pernah terjadi sejak 50 tahun

    terakhir, tepatnya sejak tahun 1961. Tentu banyak faktor

    yang terkait hingga Indonesia kembal i mengalami

    defisit perdagangan. Struktur ekspor impor, sumber

    beban defisit dan pertumbuhan ekonomi dunia kiranya

    perlu ditelaah untuk selanjutnya menjadi landasan

    kebijakan kedepan agar neraca perdagangan Indonesia

    kembal i surplus.

    Di awal kita perlu mel ihat kondisi aktual ekspor impor

    Indonesia. Kuartal empat tahun 2012 defisit neraca

    berjalan meningkat menjadi 3,6% dari PDB, yang

    membawa defisit tahun 2012 secara keseluruhan

    menjadi USD 24,2 mil iar, atau 2,7% dari PDB. Selama

    pertengahan tahun 2012 sebagian besar penurunan

    datang dari cepatnya penyusutan surplus neraca

    perdagangan non migas, yang diikuti dengan

    membengkaknya defisit minyak dalam beberapa bulan

    terakhir, hingga mencapai nilai tertinggi sebesar USD 23

    mil iar untuk tahun 2012.

    Kinerja ekspor Indonesia tahun 2012 relatif lemah,

    tercatat hingga akhir kuartal ke IV ekspor Indonesia

    turun 6%. Penurunan pada harga komoditas menjadi

    faktor utama pelemahan kinerja ekpor Indonesia. Hal

    sebal iknya justru terjadi pada produk impor yang

    mengalami kenaikan harga sehingga mendorong defisit

    membesar.

    Lebih lanjut, berdasarkan data dari OECD dan WTO

    tentang perdagangan berdasarkan nilai tambah (trade

    value-added terms) yaitu barang-barang dan jasa-jasa

    suatu ekonomi yang terkandung di dalam ekspornya.

    Pengukuran perdagangan Indonesia menurut nilai

    tambahnya menunjukkan bahwa porsi bahan baku

    impor dalam produk ekpor Indonesia sangat tinggi.

    Sekitar sepertiga dari barang baku setengah jadi yang

    Adapun mengenai upaya terlaksananya peningkatan

    nilai tambah mineral melalui proses pengolahan dan

    pemurnian di dalam negeri bisa dilaksanakan oleh

    perusahaan secara terpadu maupun tidak terpadu.

    Proses pengolahan dan pemurnian terpadu dilakukan

    oleh perusahaan yang layak dari segi proses

    penambangan, pengolahan pemurnian sampai dengan

    pemasaran. Perusahaan yang tidak layak melakukannya

    dapat berkolaborasi dengan pemegang IUP Operasi

    Produksi lain yang terpadu atau bekerja sama dengan

    perusahaan pemegang IUP Operasi Produksi Khusus

    Pengolahan dan Pemurnian. Sampai saat ini terdapat 11

    fasil itas pengolahan pemurnian yang akan dibangun

    dan sedang dalam tahap konstruksi. Terdiri dari , 4

    untuk komoditas nikel , 4 untuk komoditas besi, 1 untuk

    komoditas tembaga, dan 2 bauksit yang tersebar

    seluruh Indonesia. Mengenai rencana pembangunan

    plan smelter kedepannya, total akan dibangun sebanyak

    89 smelter. Yang terdiri dari 10 smelter bauksit, 16

    smelter besi, 4 smelter tembaga, 6 smelter mangan, dan

    53 smelter nikel yang tersebar di seluruh Indonesia

    (Gambar 1).

    Pemerintah juga memberikan dukungan penuh dalam

    mewujudkan peningkatan nilai tambah didalam negeri

    antara lain juga didorong dengan Inpres no.3 tahun

    2013 tentang percepatan peningkatan nilai tambah

    dalam negeri yang menginstruksikan kepada seluruh

    instansi terkait antara lain Menteri Kordinator Bidang

    Perekonomian, Menteri ESDM, Menteri Peirndustrian,

    Menteri Perdagangan, Menteri Keuangan, Menteri

    Dalam Negeri, Menteri Badan Usaha Mil ik Negara,

    Menteri Lingkungan Hidup, Gubernur dan

    Wal ikota/Bupati.

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    15

  • diimpor ternyata diekspor kembal i , sehingga

    memperl ihatkan kuatnya keterkaitan antara

    ketersediaan impor dan kinerja ekspor manufaktur.

    Selain itu, tambahan nilai dari jasa dalam ekspor

    Indonesia sangat rendah. Hal ini dapat mencerminkan

    terbatasnya perkembangan jasa domestik untuk

    mendukung ekspor.

    Perlu kebijakan yang komprehensif

    Sebelum masuk dalam kebijakan apa yang perlu

    dilakukan kita tengok sejenak bagaimana prospek

    pertumbuhan ekonomi dunia. Bank Dunia

    memperkirakan pertumbuhan dunia akan mulai kembal i

    meningkat pada tahun 2013, naik sekitar 2,4% sebelum

    bergerak naik menjadi 3,1% pada tahun 2014. China

    merupakan titik terang utama di anatara ekonomi-

    ekonomi terbesar dunia tetapi terjadi penigkatan yang

    cepat dalam kredit. Indonesia harus bisa mengambil

    peluang dalam pertumbuhan ekonomi dunia ini .

    Ada beberapa kebijakan yang sedang dan perlu untuk

    dilakukan agar beban defisit pada neraca perdagangan

    teratasi khususnya peningkatan ekspor Indonesia.

    Pertama penyediaan infrastruktur. Berdasarkan data dari

    Log Asia biaya angkut antar pelabuhan di Indonesia

    masih relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan

    biaya angkut Indonesia ke Singapura, Hongkong,

    Bangkok dan beberapa negara mitra dagang lainnya.

    Kemudian, sistem logistik nasional harusnya sudah

    mampu mengatasi ini , sehingga sistem angkutan laut di

    Indonesia lebih efisien.

    Infrastruktur yang lebih baik juga sangat penting jika

    Indonesia hendak meningkatkan kinerja ekpor dan

    mereal isasikan potensi ekonominya. Namun investasi

    infrastruktur telah tertinggal dari pembangunan

    ekonomi, dan ada kekhawatiran bahwa kecual i

    pembangunan infrastruktur dapat mengejar

    ketinggalannya, maka masalah hambatan dan biaya

    transportasi dan logistik akan menurunkan laju

    pertumbuhan yang berkelanjutan di Indonesia.

    Berdasarkan ketersediaan kapal sebenarnya Inonesia

    sudah memil iki armada yang cukup. Berdasarkan data

    tahun 2012 Indonesia memil iki 112 unit bulk carrier,

    3.275 barge, 194 kapal kontainer, dan 535 tanker.

    Indonesia juga sudah meimil iki 2 unit very large crude

    carrier (VLCC) dan tiga unit very large gas carrier (VLGC).

    Optimal isasi pemanfaatan kapal ini sangat tergantung

    pada sistem dan ketersediaan pelabuhan yang baik.

    Kedua, dukungan penuh kepada pelaku ekspor. Sejauh

    ini kementerian perdagangan sudah banyak melakukan

    program yang menstimulus eksportir untuk

    mempermudah akses dan operasi ekspor. Lebih lanjut,

    pelaku ekspor harus di dorong untuk mampu

    memproduksi produk yang memil iki ni lai tambah tinggi

    khususnya untuk produk yang bahan bakunya berasal

    dari dalam negeri. Ketergantugan akan bahan baku

    impor membuat tekanan impor selalu mengiringi

    ekspansi ekpor.

    Dalam hal ini , UMKM menjadi faktor penting yang perlu

    dikembangkan agar menghasilkan produk yang mampu

    bersaing di pasar internasional . Orientasi

    pengembangan UMKM kedepan hendaknya lebih dari

    sekedar pengembangan usaha pada skala kecil namun

    bergerak pada level yang lebih tinggi dengan kriteria

    dan mutu yang terstandarisasi . Ragam produk lokal

    didorong oleh kerja sama perdagangan internasional

    hendaknya menjadi peluang yang harus dioptimalkan

    oleh pelaku usaha di Indonesia.

    Ketiga, untuk mendorong nilai perdagangan jasa,

    perbankan dan jasa asuransi nasional perlu mengambil

    peran lebih besar dalam praktek ekspor impor. Selama

    ini mayoritas kredit asuransi ekpor kita masih banyak

    tergantung pada bank dan jasa asuransi asing.

    Walaupun pemerintah tidak bisa memaksakan

    penggunaan jasa bank dan asuransi domestik dalam

    transaksi ekspor impor, namun semestinya Indonesia

    siap untuk bersaing di sektor ini dalam rangka

    menambah surplus perdagangan jasa.

    Keempat, mel ihat dari sumber defisit neraca

    perdagangan tahun 2012, beban dari impor minyak

    sangat tinggi. Untuk tahun 2011 total impor minyak

    Indonesia mencapai USD 37.102 juta kemudian naik lagi

    di tahun 2012 hingga USD 38.208 juta. Tingginya

    konsumsi minyak ini di dorong oleh rendahnya harga

    eceran premiun serta meningkatnya kebutuhan

    preminum PLN dalam penyediaan l istrik nasional .

    Menanggapi hal ini perlu ada penyesuaian harga bahan

    bakar serta mendorong peningkatan l ifting minyak

    nasional yang dalam APBN 2013 ditargetkan mampu

    memproduksi 900 ribu barel/hari .

    Sinergi dari infrastruktur fisik dan sistem terpadu dalam

    perdagangan di Indonesia menjadi poin penting

    peningkatan daya saing Indonesia dalam perdagangan

    internasional . Kita harus optimis menatap ke depan

    mengingat Inonesia satu-satunya negara yang mampu

    mempertahankan pertumbuhan ekonomi secara stabil

    di atas 6% dalam tiga tahun terakhir.

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    16

  • Membangun Pelabuhan yang KompetitifGuna Mendorong Daya Saing Perdagangan NasionalRiski Raisa Putra

    if he had just one hour to find a solution on which his life depended, he would spend the first 55

    minutes defining the problem. Once he knew the right question to ask, he could solve the problem

    in less than five minutes.

    - Albert Einstein

    Rasanya ungkapan di atas tepat dalam konteks

    perencanaan pembangunan dari infrastruktur

    Indonesia, khususnya kesiapan infrastruktur pelabuhan.

    Pembenahan pelabuhan adalah hal yang tidak bisa

    dielakkan dalam menyongsong masa depan

    perdagangan Indonesia. Di awal kita perlu tahu dulu

    poin hambatannya baru dari sana menyusun rencana

    kebijakan.

    Keberadaan kita di posisi strategis menuntut

    ketersediaan infratruktur yang baik untuk bisa

    mengoptimalkannya. Sebagai negara kepulauan

    terbesar di dunia, Indonesia memerlukan sektor

    pelabuhan yang berkembang dan dikelola secara

    efisien.

    Terdapat beberapa faktor yang bersama-sama

    menghambat kinerja sistem pelabuhan komersial

    Indonesia. Pertama, kondisi geografis. Kedalaman

    pelabuhan tampaknya menjadi masalah besar di

    hampir setiap pelabuhan di Indonesia, termasuk di

    Tanjung Perak. Indonesia memil iki sedikit pelabuhan-

    pelabuhan perairan-dalam alami dan sistem sungai

    yang rentan terhadap pendangkalan parah yang

    membatasi kedalaman pelabuhan. Apabila pengerukan

    tidak dapat dilakukan, kapal seringkal i harus menunggu

    sampai air pasang sebelum memasuki pelabuhan,

    sehingga menyebabkan lebih banyak waktu non-aktif

    bagi kapal .

    Kedua, masalah tenaga kerja. Di banyak pelabuhan,

    hanya tersedia satu gil iran tenaga kerja dan peluang

    untuk lembur dibatasi. Untuk pelabuhan-pelabuhan

    yang dimaksudkan untuk beroperasi selama 24 jam,

    enam jam dari setiap 24 jam terbuang karena waktu-

    waktu istirahat yang kaku dan tidak digil ir untuk

    memastikan pelayanan kapal secara

    berkesinambungan.

    Ketiga, korupsi. Sebab lain waktu non-aktif adalah

    penundaan karena ketidakadilan dan korupsi dalam

    alokasi tambatan/berth. LPEM-FEUI mencatat bahwa

    penggunaan pungutan l iar untuk mengurangi waktu

    antri yang disebabkan kurangnya sarana infrastruktur

    utama seperti derek jembatan dan ruang penyimpanan

    juga merupakan hal yang umum. Biaya-biaya semacam

    itu masih ditambah lagi dengan banyak sekal i

    pungutan l iar yang diminta di pelabuhan untuk

    prosedur ekspor dan impor yang terus disorot di

    laporan-laporan media.

    Keempat, kurangnya prasarana pelabuhan. Banyak

    pelabuhan regional kekurangan sarana peti kemas,

    yang mengharuskan perusahaan-perusahaan pelayaran

    untuk menggunakan peralatan sendiri , baik yang

    berada di kapal maupun yang disimpan di pelabuhan.

    Hanya 16 dari 111 pelabuhan komersial yang

    mempunyai penanganan peti kemas jenis tertentu.

    Akhir-akhir ini terdapat keterlambatan pelayaran yang

    lama di pelabuhan-pelabuhan tertentu, terutama

    Panjang di Lampung dan Belawan di Sumatra Utara,

    yang disebabkan oleh rusaknya peralatan sisi-

    pelabuhan utama (seperti derek jembatan) dan

    keterlambatan dalam mendapatkan suku cadang

    pengganti.

    Kekurangan tempat untuk penyimpanan dan pengisian

    peti kemas adalah masalah lain yang dihadapi sebagian

    besar pelabuhan Indonesia. Hal ini seringkal i

    mengharuskan pemakaian armada truk putar untuk

    mengantar kargo langsung kepada pelanggan atau pos

    pengangkutan peti kemas (CFS) langsung dari kapal

    yang menyebabkan lebih banyak keterlambatan,

    kemacetan pelabuhan yang lebih parah (baik di sisi

    darat maupun laut) dan biaya penanganan yang lebih

    meningkat.

    Kemudian, hampir semua pelabuhan besar Indonesia

    berlokasi dekat dengan daerah-daerah perkotaan besar

    yang aksesnya melalui jalan-jalan raya kota yang padat.

    Masalah kemacetan demikian seringkal i diperparah

    oleh kedatangan kapal penumpang, karena hanya

    beberapa pelabuhan regional yang memil iki sarana

    terpisah untuk kapal barang dan penumpang. Di

    pelabuhan-pelabuhan dengan tingkat okupansi

    tambatan kapal yang tinggi, kehadiran kapal

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    17

  • penumpang dan barang yang bersamaan menyebabkan

    lebih banyak keterlambatan, dan memperlama waktu

    persiapan perjalanan pulang kapal barang.

    Berdasarkan sederatan tantangan di atas, Pemerintah

    dan segenap stake holder terkait perlu merencanakan

    sejumlah kebijakan. Secara garis besar ada dua program

    pengembangan infrastruktur pelabuhan. Pertama terkait

    keterlebitan swasta dalam pengembangan dengan

    tujuan peningkatan daya saing. Kedua program

    pengembangan pelabuhan yang berada di bawah

    kewenangan pemerintah (Pel indo).

    Pertama, mencakup pemisahan aset pelabuhan yang

    ada sehingga terpecah menjadi perusahaan-

    perusahaan berbeda dan sal ing bersaing. Pendekatan

    tersebut, yang secara umum dikenal dengan

    pemisahan (unbundl ing) merupakan pil ihan yang

    disukai dalam literatur privatisasi untuk penerapan

    persai ngan langsung ke sektor-sektor infrastruktur

    yang hingga kini didominasi oleh monopol i negara.

    Namun, dalam hal ini , pi l ihan tersebut mungkin

    merupakan pil ihan yang secara pol itik sangat sul it untuk

    diambil .

    Kedua, adalah investasi di terminal yang baru. Hal ini

    memberikan mekanisme penting untuk peningkatan

    kapasitas dan persaingan dalam jangka menengah-

    panjang. Namun demikian, hal ini akan memerlukan

    peningkatan (atau setidaknya pelunakan) batas atas

    investasi asing pada operasi pelabuhan dan

    pengembangan infrastruktur dasar oleh pemerintah,

    serta pemberi persetujuan pengaturan, yang semuanya

    membutuhkan waktu. Dan yang pal ing penting adalah

    hal tersebut akan membutuhkan pembangunan dan

    pengembangan kapasitas berkelanjutan sejumlah

    otoritas pelabuhan yang merupakan pegawai negeri

    yang akan mengawasi perencanaan dan operasi

    pelabuhan dan mengatur akses ke layanan dan fasil itas

    utama pelabuhan.

    Selain solusi membuka pintu bagi swasta dan

    meningkatkan daya saing, pelabuhan yang berada di

    bawah kewenangan pemerintah harus meningkatkan

    produktifitas dan kual itasnya. Peningkatan kual itas SDM

    salah satu yang penting mengiringi pesatnya

    perkembangan teknologi pelabuhan. Pembangunan

    pelabuhan yang terstandarisasi akan sangat mendorong

    kelancara arus barang perdagangan Indonesia.

    Terakhir, sejalan dengan pembangunan fisik penerapan

    sistem pelabuhan wajib untuk segera direal isasikan.

    Integrasi dua aspek pembangunan ini ditambah praktek

    pelabuhan yang kompetitif akan sangat menunjang

    kelancaran arus barang perdagangan Indonesia dengan

    negara mitra. Sehingga menjadi tidak berlebihan untuk

    mengatakan pelabuhan menjadi akar kokoh

    progresifitas perdagangan Indonesia.

    Referensi:Indonesia Infrastructure Initiative 201 2National Logistics System Development 201 2

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    18

    blog.boschsecurity.us

  • Ril is data BPS menunjukkan bahwa

    inflasi bulan Februari 2013 sebesar

    0,75% (mtm) dengan kontribusi

    terbesar disumbang oleh kelompok

    bahan makanan sebesar 0,49%.

    Adapun komoditas yang

    menyumbang inflasi terbesar yaitu

    bawang putih sebesar 0,12%,

    diikuti oleh bawang merah dan

    tomat sayur yang memil iki

    kontribusi sebesar 0,07%. Selain itu,

    cabai merah juga mempunyai andil

    yang cukup besar terhadap inflasi

    yaitu sebesar 0,04%.

    Menurut Ketua Harian Dewan

    Hortikultura Nasional , Ir. Benny

    Kusbini, pasokan hortikultura di

    pasar domestik diibaratkan seperti

    air bah, saat panen raya pasokan

    cenderung mel impah, namun saat

    pacekl ik, pasokan di pasar

    domestik cenderung rendah

    bahkan tidak tersedia. Menurut

    Benny, hal ini lah yang seharusnya

    diatasi oleh pemerintah. Selain itu,

    lambatnya intervensi dari

    pemerintah juga mendorong

    ketidakstabilan harga pada produk

    hortikultura, seperti yang terjadi

    beberapa waktu lalu pada

    komoditas bawang putih dan

    bawang merah.

    Sekitar 95% dari total kebutuhan

    bawang putih domestik dipasok

    dari impor. Oleh karena itu, proses

    impor harus dilakukan dengan

    cepat agar harga bawang putih

    dapat terkendal i , Menurut Benny,

    gejolak harga bawang putih yang

    terjadi pada bulan Februari dan

    Maret 2013 disebabkan oleh

    keterlambatan pengeluaran RIPH

    (Rekomendasi Impor Produk

    Hortikultura). Secara teori , interval

    waktu yang dibutuhkan sejak

    dikeluarkannya RIPH hingga

    bawang putih berada di pasar

    domestik sekitar 40 hari.

    Melonjaknya harga bawang putih

    disebabkan oleh RIPH baru

    dikeluarkan pada awal Maret 2013,

    sedangkan para importir telah

    meminta RIPH sejak Januari 2013.

    Hal ini memicu spekulasi

    dikarenakan pasokan bawang putih

    rendah sedangkan permintaan

    terus meningkat. Berbeda dengan

    bawang putih, permasalahan pada

    bawang merah lebih dikarenakan

    faktor musiman. Produksi bawang

    merah bulan Januari hingga Juni

    cenderung rendah, sehingga

    dibutuhkan impor untuk memenuhi

    kebutuhan. Sementara itu, pada

    bulan Jul i hingga Desember

    pasokan cenderung mel impah

    karena masuknya masa panen.

    Pasokan yang mel impah ini kerap

    menekan harga.

    Menurut Benny, untuk mengatasi

    ketidakstabilan pasokan tersebut,

    pemerintah perlu menyiapkan

    fasil itas gudang berpendingin.

    Seperti di China, ketika masa panen

    pada bulan Juni sampai Agustus,

    tidak semua hasil panen

    digelontorkan ke pasar. Hasil

    panen yang belum masuk pasar,

    disimpan di ruang berpendingin.

    Ketika masa tidak panen pada

    bulan Oktober hingga Mei, pasokan

    yang berasal dari gudang tersebut

    disalurkan ke pasar. Hal ini

    merupakan salah satu sistem

    pertanian yang dapat menjaga

    kestabilan harga & kontinuitas

    supply.

    Berdasarkan Peraturan Menteri

    Perdagangan Nomor 60 Tahun

    2012 tentang Ketentuan Impor

    Produk Hortikultura dan Peraturan

    Menteri Pertanian Nomor 60 Tahun

    2012 tentang ketentuan

    Rekomendasi Impor Produk

    Hortikultura (RIPH), diharapkan

    dapat memberikan insentif bagi

    para petani untuk lebih

    meningkatkan produksinya,

    sehingga pasar domestik akan lebih

    didominasi oleh produk

    hortikultura dalam negeri. Menurut

    Benny, adanya kebijakan RIPH ini

    memil iki tujuan yang baik dan perlu

    memperhatikan kondisi pasokan

    yang sebenarnya. Selain itu,

    kebijakan RIPH ini dirasakan cocok

    untuk jangka pendek.

    Dalam jangka panjang kita perlu

    memperkuat sistem pertanian

    hortikultura. Berikut adalah hal-hal

    yang perlu diperbaiki dari sistem

    pertanian Indonesia:

    1. Pembangunan Infrastruktur, baik

    on farm maupun off farm2. Perbaikan kual itas bibit

    3. Peningkatan produktivitas lahan

    pertanian

    4. Tersedia lahan yang khusus

    kawasan hortikultura

    5. Sistem distribusi barang dan

    transportasi

    6. Sistem informasi tentang kapan

    waktu tanam.

    Fitria Faradila dan Oktya Setya Pratidina

    Peluang dan Tantangan Hortikultura Indonesia

    Ir. Benny A Kusbini

    Ketua Harian

    Dewan Hortikultura Nasional

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    19

  • Berdasarkan data yang telahdipubl ikasikan oleh Bank Indonesia,

    neraca pembayaran Indonesia pada

    Tw-IV 2012 tercatat surplus sebesar

    US$ 165 juta. Besaran angka tersebut

    mengalami penurunan dibandingkan

    tahun 2011. Penurunan tersebut

    dikarenakan defisit transaksi berjalan

    yang diakibatkan oleh menurunnya

    ekspor dan meningkatnya impor pada

    neraca perdagangan.

    Guru Besar Fakultas Ekonomi

    Universitas Hasanudin Prof. Dr. Muh.

    Yunus Zain, MA mengatakan bahwa

    penurunan neraca pembayaran

    Indonesia masih berada pada batas

    yang normal . Kondisi makro ekonomi

    Indonesia yang membaik

    menyebabkan kecenderungan

    peningkatan konsumsi impor karena

    adanya peningkatan pendapatan

    masyarakat. Sebagai akibatnya

    terdapat kesul itan untuk menekan

    defisit dari sisi impor. Disisi lain,

    ekspor domestik Indonesia diakui

    cukup stabil , akan tetapi perlu adanya

    perhatian khusus dengan pelemahan

    nilai tukar Rupiah yang mungkin akan

    mengakibatkan Rupiah mengalami

    undervalue. Pemerintah perlu

    menjaga nilai tukar Rupiah pada level

    yang efektif (effective exchange rate)

    sehingga ekspor dan impor berada

    dalam posisi yang optimal .

    Untuk memulihkan neraca

    pembayaran ada beberapa hal yang

    perlu menjadi perhatian. Dalam

    kesempatan wawancara dengan Prof.

    Yunus, bel iau memaparkan beberapa

    hal . Pertama, semua sektor potensial

    untuk dikembangkan di pasar ekspor.

    Akan tetapi perlu diingat bahwa

    produk ekspor tersebut harus diolah

    terlebih dahulu dan memenuhi

    Standar Nasional Indonesia (SNI).

    Kedua, perlu adanya peran

    pemerintah untuk menjelaskan

    informasi mengenai standardisasi

    produk secara lebih luas, sehingga

    produk yang diekspor akan sesuai

    dengan standar dan mampu bersaing

    di pasar internasional . Hal ini penting

    untuk dilakukan oleh Pemerintah

    mengingat Indonesia telah

    menyepakati beberapa ketentuan

    terkait perdagangan internasional ,

    termasuk standardisasi produk.

    Namun, standardisasi ini jangan

    sampai menghambat peningkatan

    ekspor domestik kita.

    Selanjutnya, Prof. Yunus mengatakan

    bahwa pembatasan impor bukan

    merupakan alasan untuk memperbaiki

    penurunan surplus pada neraca

    pembayaran. Pembatasan impor,

    khususnya produk hortikultura, dapat

    mengakibatkan lonjakan harga

    (inflasi) , akibat terganggunya

    distribusi dan produksi dalam negeri.

    Selain itu perlu adanya perhatian

    khusus terhadap penyediaan

    peralatan pertanian terutama di

    daerah yang menunjang ketersediaan

    pasokan produk. Peralatan yang

    diberikan dapat berupa alat

    penyimpanan hasil pertanian atau

    peralatan paska panen. Mengingat

    umur produk pertanian yang tidak

    tahan lama, pemberian alat sederhana

    seperti cool storage di setiap desa

    akan sangat membantu.

    Windy Pradipta dan Masyitha Mutiara R

    Opini Pakar

    Prof. Muh. Yunus Zain, MA

    Guru Besar Fakutas

    Ekonomi Universitas

    Hasanuddin, Makassar

    Penurunan Surplus

    Neraca Pembayaran Indonesia

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    20

  • Infrastruktur memang menjadi

    faktor penting dalam menunjang

    pemerataan perdagangan

    domestik. Akan tetapi,

    interkonektivitas antar daerah

    juga perlu diperhatikan. Sebagai

    contoh, cokelat dari Sulawesi

    Selatan merupakan cokelat hasil

    produksi kota Makassar dan

    daerah sekitarnya seperti Kendari

    dan Palopo. Konetivitas antarkota

    tersebut akan sangat

    mempengaruhi biaya

    transportasinya.

    Selain itu, butuh peran serta

    pemerintah daerah untuk

    mendorong pembukaan entry

    gate yang selama ini masih

    terpusat di Surabaya, Medan,

    Jakarta, Makassar dan Batam.

    Secara sistematis ekspor Indonesia

    yang saat ini masih menggunakan

    sistem Free on Board (FOB), yang

    mana eksportir hanya

    bertanggung jawab hingga

    loading barang. Perubahan sistem

    FOB menjadi Sistem Cost

    Insurance and Freight (CIF) akan

    memberikan keuntungan bagi

    eksportir j ika mengirim barang

    dalam jumlah sedikit. Namun, j ika

    mengirimkan barang dengan

    jumlah yang banyak maka

    eksportir akan rugi karena harus

    membayar asuransi untuk

    mengcover barang yang dikirim.

    Hal tersebut juga harus ditunjang

    dengan kapal domestik yang lebih

    baik. Untuk ekspor yang

    menggunakan sistem CIF maka

    eksportir tersebut harus lebih

    berpengalaman karena eksportir

    lebih leluasa memil ih kapal dan

    asuransi yang dianggap

    kompetitif. Menurut Yunus,

    eksportir diharapkan dapat

    menggunakan sistem CIF dan

    importer dapat menggunakan

    sistem FOB sehingga importir

    dapat menentukan asuransi dan

    kapal yang sesuai. Namun harus

    ada kesiapan pihak Indonesia dari

    segi kapal dan asuransi serta

    peranan yang terpenting dari

    lawyer dan commerce.

    H ingga saat ini eksportir masih

    cenderung menggunakan kapal

    asing karena kual itas jasa logistik

    pihak asing yang lebih baik. Jasa

    logistik asing unggul dalam biaya

    pengiriman yang lebih kompetitif

    dan jaminan ketepatan waktu

    pengiriman sampai ditempat

    tujuan. J ika KADIN dan

    pemerintah ingin menekan biaya

    total transportasi , hal yang perlu

    dilakukan adalah membangun

    infrastruktur secara merata

    dengan menyediakan kapal-kapal

    kecil yang dapat menjangkau

    hingga kepelosok daerah

    Indonesia serta meningkatkan

    kapasitas gudang yang sesuai

    dengan pengiriman barang.

    Diharapkan kedepan peningkatan

    daya saing logistik dapat

    membuka kesempatan investasi

    secara adil dan mendorong

    keikutsertaan pengusaha lokal

    serta berdampak positif terhadap

    pengembangan tekonologi serta

    sumber daya manusia.

    "Pemerintah

    perlu menjaga

    nilai tukar Rupiah

    pada level yang

    efektif sehingga

    ekspor dan

    impor berada

    pada posisi yang

    optimal ."

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    21

  • Keuangan

    L

    embaga Keuangan Mikro (LKM) atau

    lebih populer disebut microfinance

    didefinisikan sebagai Penyedia Jasa

    Keuangan untuk pengusaha kecil dan

    masyarakat berpenghasilan rendah.

    Terdapat berbagai macam bentuk LKM,

    diantaranya (i) formal , (i i ) semi-formal

    dan (ii i ) informal . Keberadaan LKM

    ditujukan untuk mencapai masyarakat

    yang tidak terlayani oleh lembaga

    keuangan formal atau perbankan dan

    telah berorientasi pasar untuk tujuan

    bisnis.

    LKM diatur dalam Undang-Undang

    Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga

    Keuangan Mikro. Dengan demikian,

    sebagaimana isi dari undang-undang

    tersebut, LKM yang melayani warga,

    terutama masyarakat miskin dan/ atau

    berpenghasilan rendah, bisa didirikan di

    tingkat desa, kecamatan atau

    kabupaten/kota.

    Berdasarkan hasil val idasi yang

    dilakukan di Daerah Istimewa

    Yogyakarta, ditemukan banyak LKM dan

    lembaga sejenis yang tidak/ belum

    berbadan hukum maupun

    mendapatkan izin dari Otoritas Jasa

    Keuangan. Menurut Enik Hambanari ,

    Lurah Pringgokusuman Kecamatan

    Gedong Tengen, hanya ada satu LKM

    yang memil iki badan hukum di

    kelurahannya, yaitu Koperasi Wanita

    Pertiwi. Hal ini dikarenakan, lokasi

    kelurahan ini dekat dengan Mal ioboro

    sehingga akses ke perbankan maupun

    lembaga keuangan formal lainnya

    cukup mudah.

    Meskipun dekat dengan pusat kota,

    kelurahan ini masih dihadapi dengan

    tingkat permasalahan sosial pal ing

    kompleks di Yogyakarta, terutama

    kemiskinan dan tingkat pendidikan

    masyarakatnya. Maka dari itu , LKM

    masih sangat dibutuhkan oleh

    masyarakat setempat.

    Secara umum, LKM yang berbadan

    hukum maupun yang tidak berbadan

    hukum pada dasarnya memil iki

    karakteristik yang mirip. Kegiatannya

    adalah menyalurkan dana kepada

    masyarakat dalam bentuk simpan

    pinjam, ada bunga jasa pinjaman,

    memil iki anggota aktif berupa

    kelompok swadaya masyarakat (KSM).

    Walaupun demikian, ditemukan

    beberapa keunikan dari masing-masing

    lembaga.

    Salah satu lembaga yang dilakukan

    val idasi adalah Badan Keuangan Mikro

    (BKM) Pringgomukti dan Baitul Mal wat

    Tamwil (BMT) Ihsan Mul ia. BKM Pringgo

    Mukti termasuk LKM yang tidak

    memil iki badan hukum, padahal sumber

    dananya berasal dari PNPM.

    Berdasarkan data neraca Februari 2013

    aset yang tercatat adalah sebesar Rp

    Mengamati Lembaga Keuangan Mikro (LKM)

    di Provinsi Jogjakarta dan Bali

    Alisa Fatimah dan Alexcius Winang

    "Jadi setiap individu

    yang ingin

    mendapatkan

    pinjaman harus

    menjadi anggota

    suatu kelompok dan

    menggunakan sistem

    tanggung renteng.

    Dengan sistem ini,

    beban angsuran

    individu suatu

    kelompok akan

    dipikul bersama

    dengan anggota

    kelompok lainnya.

    Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Maret 2013

    22

  • 916 juta. Sedangkan BMT Ihsan mul ia murni merupakan

    usaha perseorangan, memil iki dana sebesar Rp 400 juta

    per Februari 2013. Rata-rata beban bunga pinjaman

    yang diberlakukan di BKM Pringgo Mukti dan BMT

    Ihsan Mul ia adalah sebesar 1% - 2% untuk setiap

    bulannya.

    Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan

    pengurus LKM, secara keseluruhan LKM di Kelurahan

    Pringgokusuman Yogyakarta memil iki beberapa

    kendala utama, yaitu (i) angsuran macet, (i i ) kurangnya

    dana usaha dan (ii i ) manajemen LKM yang sebagian

    besar pengurusnya bekerja atas dasar non-profit.

    Angsuran yang macet

    biasanya adalah pinjaman

    individu. Untuk mengatasi

    atau meminimal isir resiko

    tersebut, pihak LKM

    mewajibkan syarat

    peminjam adalah

    berbentuk suatu

    kelompok swadaya

    masyarakat (KSM). Jadi

    setiap individu yang ingin

    mendapatkan pinjaman

    harus menjadi anggota

    suatu kelompok dan

    menggunakan sistem

    tanggung renteng.

    Dengan sistem ini, beban

    angsuran individu suatu kelompok akan dipikul

    bersama dengan anggota kelompok lainnya.

    Dalam mengatasi permasalahan dana usaha i