Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

26
TEACHING FACTORY SEBAGAI PENDEKATAN PEBELAJARAN DI SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus terprogram dan melalui jalur yang tepat agar yang dihasilkan benar – benar bermutu dan kompeten serta bisa bersaing dalam dunia global.

Transcript of Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

Page 1: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

TEACHING FACTORY SEBAGAI PENDEKATAN

PEBELAJARAN DI SMK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan

dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin

global. Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap

dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam

pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam

meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut

harus terprogram dan melalui jalur yang tepat agar yang dihasilkan benar –

benar bermutu dan kompeten serta bisa bersaing dalam dunia global.

Demikian juga dengan Sekolah Menengah Kejuruan yang berfungsi sebagai

lembaga pencetak tenaga terampil dan kompeten dibidangnya harus bisa

selaras dengan kebutuhan dunia industri untuk bisa bersaing. Oleh karena itu

peningkatkan sumber daya manusia harus menjadi prioritas utama dalam

rangka meningkatkan kualitas lulusannya.

Rendahnya kualitas lulusan sekolah kejuruan berakibat produktifitas tenaga

kerja terampil di dunia industri semakin terpuruk. Kepercayaan dunia industri

Page 2: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

semakin berkurang sehingga lulusan yang terserap juga sedikit. Salah satu

faktor penyebab adalah kurikulum yang terus berubah menyebabkan kondisi

di lembaga pengelola pendidikan kejuruan semakin terbebani. Kondisi

tersebut secara tidak langsung berakibat lembaga pendidikan kejuruan tidak

siap dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas. Seharusnya Sebagai

lembaga pendidikan yang mendidik calon tenaga kerja, keunggulan yang

dikembangkan oleh sekolah menengah kejuruan diutamakan pada

keunggulan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mencapai hal tersebut SMK

harus memprioritaskan pengembangan sistem pendidikan yang berorientasi

pada peningkatan tamatan yang benar-benar profesional, memiliki etos kerja,

disiplin dan tetap menjunjung tinggi serta berakar pada budaya bangsa.

Pendidikan yang paling sesuai untuk meningkatkan hal tersebut adalah

pendidikan yang berorentasi pada dunia industri dengan penekanan pada

pendekatan pembelajaran dan didukung oleh kurikulum yang sesuai. Dunia

industri yang merupakan sasaran dari proses dan hasil pembelajaran sekolah

menengah kejuruan mempunyai karakter dan nuansa tersendiri. Oleh karena

itu lembaga pendidikan kejuruan dalam proses pembelajaran harus bisa

membuat pendekatan pembelajaraan yang tepat dan sesuai dengan

keinginan dunia industri.

B. Permasalahan

Bagaimanakah pendekatan pembelajaran yang tepat bagi siswa SMK yang

sesuai dengan kebutuhan dunia industri ?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :

1. Mengembangkan pendekatan pembelajaran untuk Sekolah Menengah

Kejuruan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan dunia

industri.

2. Meningkatkan kualitas lulusan Sekolah Menengah Kejuruan dalam

persaingan tenaga kerja.

Page 3: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

3. Alternatif pendekatan pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan yang

sesuai dengan perkembangan kurikulum dan tuntutan dunia industri.

D. Definisi Operasional

Penulisan karya ilmiah dengan judul Pendekatan Pembelajaran Teaching

Factory Di SMK adalah suatu konsep pendekatan pembelajaran dalam

ruangan kelas dan bengkel praktek dengan menerapkan pelatihan dalam

suasana sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan

kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan dari sekolah di SMK.

Teknologi pembelajaran yang inovatif dan praktek produktif merupakan

konsep metode pendidikan yang berorientasi pada manajemen pengelolaan

siswa dalam pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan dunia industri.

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Kerangka teoritis

1. Pengertian pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran adalah suatu cara dalam proses kegiatan

pendidikan. Bower dan Higrd dalam buku Theories of Learning (1975)

mengemukakan belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku

seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya

berulang – ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak

dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan

Page 4: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

atau keadaan sesaat seseorang. Teori lain mengemukakan bahwa belajar

adalah perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi

sebagai suatu pengalaman. ( Morgan, The Conditions of Learning ; 1977 ).

Pengertian pendekatan pembelajaran dalam karya ilmiah ini adalah suatu

cara belajar melalui proses perubahan yang relatif tetap dalam tingkah laku

yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.

2. Teaching Factory (TEFA)

Teaching Factory adalah suatu konsep pembelajaran dalam suasana

sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi

antara kebutuhan industri dan pengetahuan sekolah. Teknologi pembelajaran

yang inovatif dan praktek produktif merupakan konsep metode pendidikan

yang berorientasi pada manajemen pengelolaan siswa dalam pembelajaran

agar selaras dengan kebutuhan dunia industri. (Brosur IGI, 2007).

Dalam pengertian lain bahwa pembelajaran berbasis produksi adalah suatu

proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang dirancang dan

dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya

(real job) untuk menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan

pasar atau konsumen. Dengan kata lain barang yang diproduksi dapat berupa

hasil produksi yang dapat dijual atau yang dapat digunakan oleh masyarakat,

sekolah atau konsumen.

Pembelajaran berbasis produksi dalam paradigma lama hanya

mengutamakan kualitas produk barang atau jasa tetapi hasil dari produksi

tersebut tidak ada dipakai atau di pasarkan hanya semata – mata untuk

menghasilkan nilai dalam proses belajar mengajar.

B. Kerangka Berfikir

Penulisan karya ilmiah ini berorientasi pada peningkatan kualitas mutu

Page 5: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

pembelajaran di kalangan lembaga pendidikan khususnya di Sekolah

Menengah Kejuruan. Oleh sebab itu hasil dari penelitian ini diharapkan bisa

menjadi alternatif dalam proses kegiatan belajar di SMK. Proses pendekatan

pembelajaran dengan TEFA (Teaching Factory) adalah perpaduan

pendekatan pembelajaran yang sudah ada yaitu CBT (Competency Based

Training) dan PBT (Production Based Training). CBT adalah pelatihan yang

didasarkan atas hal – hal yang diharapkan oleh siswa ditempat kerja. CBT ini

memberikan tekanan pada apa yang dapat dilakukan oleh seseorang sebagai

hasil pelatihan (out put) bukan kuantitas dari jumlah pelatihan. PBT

(Production Based Training) adalah suatu proses pembelajaran keahlian atau

ketrampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan

standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang

atau sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen.

Dari uraian diatas maka metode pembelajaran TEFA lebih mengarah kepada

proses pengelolaan manajemen di ruang kelas dan ruang praktek berdasar

prosedur dan standar bekerja di dunia industri yang sesungguhnya.

Pengertian lain adalah proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang

dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang

sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan

tuntutan pasar atau konsumen.

C. Hipotesis

Dari hasil kajian teoritis diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

pembelajaran TEFA adalah suatu konsep pembelajaran dalam ruangan kelas

dan bengkel praktek dengan menerapkan pelatihan dalam suasana

sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi

antara kebutuhan industri dan pengetahuan dari sekolah.

BAB III

Page 6: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Siklus 1 Proses Pembentukan Manajemen TEFA

1. Peneliti mengamati siswa kelas 2 Teknik Perabot Kayu dalam proses

pembentukan struktur organisasi manajemen produksi kecil di tingkat

kelas sesuai bentuk struktur organisasi di pabrik yang bertugas selama

satu tahun ajaran yang dipandu oleh konsultan ( guru pengampu ).

2. Guru dalam konsep pendekatan pembelajaran TEFA bertindak sebagai

konsultan dan asesor serta fasilitator. Konsultan dalam posisi disini

sebagai tenaga teknis ahli, penilai (asesor) dan juga pemberi order.

Fasilitator bertugas memberikan fasilitas atau pelayanan terhadap

kebutuhan unit produksi kecil. Pada posisi ini diperankan oleh pihak

sekolah dan unit produksi.

3. Siswa yang dipercaya sebagai manajer bertanggung jawab

mengkoordinir manajemen baik bagian administrasi, bagian

pemasaran, bagian produksi perencanaan dan juga Maintenance and

Repair (MR). Posisi manajer ini bertanggung jawab dan melaporkan

hasil pekerjaan kepada konsultan, dan juga fasilitator yang diperankan

oleh guru pengampu.

4. Siswa yang menduduki jabatan bagian administrasi, bagian

pemasaran, bagian produksi perencanaan dan juga maintenance and

repair (MR) bekerja mengelola sesuai prosedur yang telah ditetapkan

oleh manajer melalui pekerjaan yang telah disetujui oleh konsultan dan

bertanggung jawab langsung pada manajer.

5. Siswa yang menduduki jabatan Bagian produksi bertugas sebagai

Quality Control atas hasil pekerjaan dan mengelola bawahannya yang

terdiri dari kepala regu.

Page 7: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

6. Kepala regu mengelola manajemen pekerja dan hasilnya yang

dilakukan oleh para karyawannya serta bertanggung jawab kepada

bagian produksi. Posisi kepala regu ini sangat penting karena

pengawasan atas hasil pekerjaan dan juga quality control tingkat

bawah yang secara langsung mengecek kondisi lapangan baik bahan

ataupun material pelengkap lainnya.

B. Siklus 2 Proses Produksi

1. Order dari konsumen yang berupa konsep gambar diadministrasikan

oleh bagian administrasi dan diserahkan kepada bagian perencana.

Hasil dari perencana yang berupa gambar jadi dan juga kalkulasi harga

diserahkan kembali ke manajer. Manajer menyetujui dan

mengesahkan hasil perencanaan setelah mendapat persetujuan dari

konsultan dan fasilitator.

2. Hasil perencanaan diserahkan kepada bagian produksi sesuai

pesanan. Tugas lain dari manajer adalah menerima hasil penilaian

pekerjaan dari bagian produksi dan juga membuat laporan hasil

pekerjaan yang akan diserahkan kepada konsultan.

3. Bagian produksi membagi tugas kepada kepala regu untuk

mengerjakan pesanan sesuai dengan jumlah karyawan dan bagian

masing – masing. Pada proses ini bagian produksi memberikan target

waktu penyelesaian pekerjaan. Bagian produksi juga menerima

laporan dan penilaian hasil dari karyawan melalui kepala regu. Data

penilaian hasil pekerjaan diserahkan kepada manajer.

4. Kepala regu menganalisa pesanan dan memberikan tugas pekerjaan

kepada para karyawan. Selama dalam proses produksi ini kepala regu

setiap saat mengecek hasil pekerjaan dan melaporkan hasil pekerjaan

kepada bagian produksi. Tugas lain dari kepala regu adalah

memberikan penilaian hasil pekerjaan yang nantinya dilaporakan

Page 8: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

kepada bagian produksi.

C. Siklus 3 Proses Pemasaran atau hasil produksi

1. Produk barang yang sudah jadi dicek ulang oleh bagian produksi dan

manajer. Kesesuaian produk barang pesanan dan standar mutu

produk harus disetujui oleh konsultan sebelum proses pemasaran.

2. Bagian administrasi mendata kuantitas produk barang sesuai dengan

standar mutu yang ada.

3. Bagian pemasaran menjual produk barang kepada konsumen sesuai

kesepakatan yang telah disetujui bersama. Apabila dalam bentuk

pesanan maka bagian pemasaran menanyakan mutu dan jumlah

barang kepada pemesan dan dibuat laporan. Produk barang yang

dibuat tanpa ada pesanan maka bagian pemasaran bertugas menjual

produk barang itu kepada konsumen.

4. Setiap hasil penjualan harus dilaporkan kepada manajer melalui

bagian administrasi.

5. Dalam konsep pendekatan pembelajaran TEFA ini setiap hasil

penjualan atas barang yang diproduksi oleh unit produksi kecil dikelola

oleh bagian administrasi setelah dikurangi atas biaya listrik dan bahan.

Apabila bahan dan perlengkapan lainnya merupakan hasil usaha dari

siswa maka hasil penjualan dikurangi biaya listrik.

6. Hasil kegiatan pendekatan pembelajaran TEFA ini mutlak menjadi milik

siswa dan dibagikan pada setiap akhir kelulusan.

D. Siklus 4 Evaluasi dan Penilaian

Page 9: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

1. Pada proses ini peneliti mengamati proses evaluasi yang dilakukan

oleh konsultan yang juga bertindak sebagai asesor atau penilai.

2. Setiap hasil pekerjaan yang telah dicek kualitasnya diserahkan oleh

manajer untuk diperiksa kualitasnya kepada konsultan.

3. Setiap pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan dinilai oleh kepala

regu dan divalidasi oleh bagian produksi.

4. Tahapan penilaian ini kepala regu juga bertindak sebagai asesor bagi

karyawan dan bagian produksi bertindak sebagai asesor bagi kepala

regu. Penilaian yang dilakukan oleh kepala regu dan bagian produksi

diserahkan kepada bagian administrasi dan dilanjutkan ke manajer.

5. Konsultan atau asesor memberikan penilaian atas hasil kerja manajer

dan bagian – bagian lainnya. Pemberian nilai oleh asesor berdasarkan

atas kriteria yang ditentukan berdasarkan kompetensi pekerjaan. Nilai

yang dihasilkan asesor adalah nilai akhir dari hasil penilaian kepala

regu, kepala bagian produksi dan juga manajer.

6. Penilaian yang diberikan kepada siswa adalah penilaian dalam bentuk

lembar penilaian kompetensi yang harus diisi setelah job pekerjaan

dan standar kompetensi atau keahlian selesai. Dalam penilaian,

lembar penilaian kompetensi dibawa oleh siswa dan diberikan kepada

asesor setiap melakukan penilaian.

7. Pengumuman nilai dilakukan setiap akhir pekerjaan sesuai dengan

batas waktu yang telah ditentukan.

Lebih jelasnya siklus dalam penelitian digambarkan dalam bagan alir

sebagai berikut :

Page 10: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

SIKLUS PENDEKATAN PEMBELAJARAN METODE TEFA

SIKLUS I

Pembentukan manajemen TEFA

SIKLUS II

Proses Produksi Dan KBM Produktif

SIKLUS III

Pemasaran Hasil Produksi

SIKLUS IV

Penilaian standar kompetensi keahlian

§ Pengelola

§ Proses produksi

§ Manajemen pabrik

§ Daftar nilai per kompetensi

§ Evaluasi hasil

§ Perencanaan

§ Alokasi Waktu

§ Anggaran biaya

§ Administrasi

§ Bagian Pemasaran

§ Hasil produk

§ Sistem pemasaran

Page 11: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil penelitian

1. Lokasi Penelitian

Secara keseluruhan lokasi penelitian ini mengambil lokasi di SMK Negeri

2 Kendal yang beralamat di Gang Mangga Utara Jalan Raya Soekarno

Hatta Kendal. Termasuk wilayah desa Purwokerto Kecamatan Patebon

Kabupaten Kendal. Peneliti mengambil lokasi ini dikarenakan lokasi

penelitian merupakan tempat tugas peneliti dan juga pada saat ini sudah

menerapkan pembelajaran Teaching Factory.

Sampling Penelitian pendekatan pembelajaran TEFA ini adalah siswa

kelas 2 dan Kelas 3 Program Keahlian Teknik Bangunan Program Diklat

Teknik Perabot Kayu SMK Negeri 2 Kendal. Pengambilan sampling ini

didasari oleh kondisi pada saat ini SMK Negeri 2 Kendal sedang

melaksanakan program Teaching Factory kerjasama dengan IGI

( Indonesian German Institute ).

Pada saat ini SMK Negeri 2 Kendal sudah termasuk Sekolah Berstandar

Internasional ( SBI ). Prestasi dibidang manajemen pada saat ini SMK

Negeri 2 Kendal sudah memiliki standar mutu manajemen ISO 9001-

2001. Status program keahlian yang ada di SMK Negeri 2 Kendal sudah

terakreditasi A. Hal lain yang mendukung adalah pada saat ini SMK

Negeri 2 Kendal menjalin kerjasama dengan IGI ( Indonesia German

Institute ) dan sebagai sisternya adalah PIKA Semarang yang program

kerjanya adalah mengembangkan SMK menjadi lembaga pendidikan yang

berorientasi pada Teaching Factory (TEFA).

Page 12: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

2. Tujuan Pendekatan Pembelajaran TEFA

Tujuan dari pendekatan pembelajaran TEFA dilandasi oleh tuntutan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 (KTSP), pendekatan

pembelajaran yang berbasis produksi dan pembelajaran di dunia kerja,

dukungan mutu pendidikan dan latihan yang berorentasi hubungan

sekolah dengan dunia industri dan dunia usaha menerapkan unit produksi

di sekolah. Landasan lain adalah semakin mahalnya biaya bahan praktik

siswa, peralatan yang harus terpelihara dalam kondisi standar, motivasi

untuk meningkatkan kesejahteraan bagi warga sekolah serta

menimbulkan kepercayaan diri dan juga kebanggaan bagi lulusannya.

Secara umum pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran TEFA ini

bertujuan untuk melatih siswa untuk mencapai ketepatan waktu, kualitas

yang dituntut oleh industri, mempersiapkan siswa sesuai dengan

kompetensi keahliannya, menanamkan mental kerja dengan beradaptasi

secara langsung dengan kondisi dan situasi industri, menguasai

kemampuan manajerial dan mampu menghasilkan produk jadi yang

mempunyai standar mutu industri.

3. Proses Pendekatan Pembelajaran TEFA

Kegiatan pendekatan pembelajaran TEFA merupakan satuan kesatuan

lingkungan sekolah dengan berbasis pada industri. Setiap kegiatan

mempunyai fungsi dan tugas serta tanggung jawab masing – masing.

Pendekatan pembelajaran TEFA mengatur ketersediaan pekerjaan dari

konsumen yang melibatkan unsur unit produksi sekolah dan industri.

Aspek kegiatan belajar mengajar mengatur pelaksanaan pembelajaran

sesuai standar kompetensi keahlian yang berbasis produksi dunia industri

dan melibatkan unsur sekolah. Penggunaan peralatan dan bahan kerja

sesuai standar mutu di dunia industri. Kualitas produk yang dihasilkan

harus laku di pasar dan sesuai standar industri. Proses pendekatan

Page 13: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

pembelajaran TEFA ini juga harus bisa menciptakan jalinan hubungan

industri yang lebih luas.

4. Mekanisme Dalam Menyusun Pendekatan Pembelajaran TEFA

Penyusunan pendekatan pembelajaran TEFA ini dapat disusun dengan

tahapan – tahapan sebagai berikut :

a. Perencanaan pembelajaran yang meliputi konsep kurikulum yang

mendukung yaitu pembuatan kompetensi keahlian yang

mendukung job pekerjaan. Pembuatan perangkat job sheet dan

modul dalam bentuk kompetensi dasar yang sesuai dengan

kompetensi dasar keahlian.

b. Konsultan mempersiapkan dan menentukan kompetensi dan sub

kompetensi dasar sesuai dengan job atau pesanan.

c. Konsultan membuat daftar ketrampilan dari setiap sub kompetensi

dari pekerjaan untuk evaluasi hasil pembelajaran.

d. Konsultan bersama fasilitator membentuk perangkat manajemen

pengelola sesuai bidang usaha yang akan dikerjakan.

e. Konsultan menentukan lokasi dan target waktu yang diperlukan

dalam pembuatan produksi yang harus diperhitungkan sesuai

dengan alokasi waktu belajar dan disesuaikan standar industri.

f. Konsultan membentuk organisasi unit produksi kecil dengan tugas

dan tanggung jawab masing- masing bagian.

g. Pengelola unit produksi kecil menerima pesanan dan memproduksi

barang sesuai standar yang telah ditetapkan oleh konsultan sesuai

tugas dan tanggung jawab masing- masing.

Secara lebih jelasnya dalam menyusun mekanisme pendekatan

pembelajaran TEFA dapat digambarkan sebagai berikut :

KOMPONEN

Page 14: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

§ Ka. Sekolah

§ Ka. Bidang

§ Ka. Bengkel

§ Guru

KONSEP PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEFA

PERENCANAAN

Aspek KBM yang mengatur pelaksanaan pembelajaran dengan

melibatkan unsur Kepala Sekolah, kepala bidang, kepala Bengkel dan

guru

KONSULTAN PENGELOLAAN

Pengelolaan Unit produksi kecil pada pencapaian kompetensi yang

standar dengan industri

KOMPONEN

§ Konsultan /guru

§ Fasilitator

KOMPONEN

Page 15: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

§ Konsultan /guru

§ Fasilitator / Guru

§ Manajemen unit produksi kecil

KOMPONEN

§ Assesor /guru

§ Fasilitator / Guru

KOMPONEN

§ Konsultan /guru

§ Fasilitator

§ Ka. Bengkel

§ Ka. Unit Produksi sekolah

PEMBUATAN PERANGKAT MANAJEMEN TEFA

Pembentukan organisasi unit produksi kecil ditingkat kelas

PERSIAPAN UNIT PRODUKSI KECIL

Mempersiapkan sarana pendukung produksi dan ketersediaan pekerjaan

dari pemesan dan pasar melibatkan unit produksi sekolah

MELAKUKAN EVALUASI

Melakukan evaluasi pembelajaran terhadap hasil pembelajaran dan

standar mutu pekerjaan

Page 16: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian Pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran

TEFA di SMK Negeri 2 Kendal sudah berjalan sesuai mekanisme dan

konsep yang ada. Peralatan yang mendukung serta sumber daya

profesional secara tidak langsung membuat siswa semakin percaya diri

dan bangga atas pendekatan pembelajaran TEFA. Kondisi sekolah yang

sangat baik dan kebijakan sekolah yang sesuai merupakan pemacu bagi

konsep TEFA ini bisa dilaksanakan.

Dalam pendekatan pembelajaran TEFA di SMK Negeri 2 Kendal guru

sebagai konsultan sangat memegang peranan penting dalam proses

kegiatan belajar mengajar. Konsultan (Guru) harus mampu

menterjemahkan kompetensi atau sub kompetensi setiap pekerjaan yang

harus diserahkan kepada manajer (pengelola).

Tugas lain dari konsultan adalah memberi evaluasi terhadap hasil

pekerjaan siswa secara transparan. Pendekatan pembelajaran sangat

meringankan tugas guru karena siswa sudah terkontrol oleh temannya,

sehingga guru hanya memberikan pengarahan sesuai job. Hasil dari

kegiatan praktek yang dulu tidak terpakai atau tidak bisa terjual dengan

pendekatan pembelajaran ini maka setiap hasil praktek akan menjadi

barang yang siap jual dan menguntungkan.

Pendekatan pembelajaran dengan metode ini, konsultan (Guru) mampu

meningkatkan kualitas kerja siswa serta ketepatan waktu dalam

pekerjaan. Kontrol yang dilakukan oleh manajer dan kepala regu membuat

karyawan (Siswa) bertanggung jawab atas hasil pekerjaan yang

dilakukannya.

Aspek kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada ketrampilan dan

kemampuan siswa ini sangat baik apabila didukung oleh komponen yang

lain seperti keterlibatan konsumen dan dunia industri dalam

Page 17: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

pengembangannya.

Siswa sebagai obyek penelitian dalam kegiatan pembelajaran dengan

pendekatan pembelajaran TEFA di SMK Negeri 2 Kendal juga merasakan

senang Karena ketrampilan serta kemampuanya bisa dilakukan secara

maksimal. Hasil dari pekerjaan selama sekolah bisa dinikmati siswa

sehingga siswa akan terpacu untuk bekerja keras dan juga mencari order

pesanan agar mereka bisa mendapatkan hasil yang lebih banyak.

Dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran TEFA di

SMK Negeri 2 Kendal juga ada Kendala dan hambatan yang ada

diantaranya:

1. Ada sebagian siswa yang belum siap terutama untuk mengerjakan

job pekerjaan dengan tepat waktu.

2. Sebagian mutu produk hasil pekerjaan siswa belum terkontrol

sesuai standar industri hal ini disebabkan oleh kemampuan siswa

yang masih kurang.

3. Siswa lebih suka pelajaran produktif di bengkel dari pada belajar

didalam ruang kelas.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian maka proses pendekatan pembelajaran TEFA

(Teaching Factory) adalah perpaduan metode yang sudah ada yaitu CBT

(Competency Based Training) dan PBT (Production Based Training). CBT

adalah pelatihan yang didasarkan atas hal – hal yang diharapkan oleh

siswa ditempat kerja. CBT ini memberikan tekanan pada apa yang dapat

Page 18: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

dilakukan oleh seseorang sebagai hasil pelatihan (out put) bukan kuantitas

dari jumlah pelatihan. PBT (Production Based Training) adalah suatu

proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang dirancang dan

dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang

sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau sesuai dengan

tuntutan pasar atau konsumen.

Pendekatan pembelajaran TEFA adalah suatu konsep pembelajaran

dalam ruangan kelas dan bengkel praktek dengan menerapkan pelatihan

dalam suasana sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani

kesenjangan kompetensi antara kebutuhan indusri dan pengetahuan dari

sekolah.

Adanya pendekatan pembelajaran TEFA maka etos kerja siswa dalam

melaksanakan praktek produktif lebih baik hal ditunjukan dengan adanya

peningkatan waktu penyelesaian dan juga kualitas pekerjaan semakin

baik.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini peneliti mempunyai saran:

1. Agar dalam pelaksanaan konsultan pendekatan pembelajaran dengan

TEFA konsultan tidak melupakan unsur pendidikan san pembelajaran

tidak semata – mata mengejar profit oriented.

2. Pengelola manajemen siswa harus lebih banyak melakukan pelatihan

dan pembelajaran secara khusus agar kemampuan dan sumber daya

meningkat.

3. Siswa harus lebih terkontrol dalam belajar agar tidak terlena dengan

pembelajaran produktif saja.

Page 19: Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pebelajaran Di Smk

4. Proses pendekatan pembelajaran TEFA ini, guru sebagai konsultan dan

siswa sebagai pengelola unit produksi kecil harus sinergi dan selaras agar

kemampuan hasil produknya lebih berkualitas.

5. Fasilitator atau pihak sekolah dengan unit produksi sekolah harus lebih

aktif dalam mencari order pesanan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Basuki Wibawa, Dr: 2003, Penelitian Tindakan Kelas, Dirjen

Dikdasmen, Jakarta

2. IGI : 2007, Brosur IGI, Jakarta

3. Panjaitan, D: 2003, Modul Production Based Training, Dirjen

Dikdasmen, PPGT Bandung

4. Arikunto Suharsimi: 1997, Prosedur Penelitian , Rineka Cipta,

Jakarta

5. Sisjono,Drs: 2002, Modul Penerapan CBT Secara Konsisten Di

SMK, Dirjen Dikdasmen, PPGT Bandung