PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf ·...

62
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KEAHLIAN BODY REPAIR DAN KAROSERI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif oleh Ripah Mulat Sari 5202413050 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017

Transcript of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf ·...

Page 1: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KEAHLIAN BODY REPAIR DAN KAROSERI PADA

SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

SKRIPSI

diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif

oleh Ripah Mulat Sari

5202413050

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2017

Page 2: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

ii

Page 3: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

iii

Page 4: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

iv

Page 5: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (Q.S. Al Insyirah, 94: 5).

PERSEMBAHAN

Untuk Ayah, Ibu, Kakak, Adik, dan Kekasih tercinta.

Page 6: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

vi

ABSTRAK

Sari, R.M. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Teaching Factory untuk

Meningkatkan Kompetensi Keahlian Body Repair dan Karoseri pada Siswa Sekolah

Menengah Kejuruan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif Jurusan

Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Dr. M. Burhan Rubai

Wijaya, M. dan Dr. Hadromi, S.Pd., M.T.

SMK sebagai lembaga pendidikan yang memberikan bekal keterampilan

kepada peserta didik berupaya untuk dapat menciptakan tenaga kerja yang terampil

dan siap kerja. Salah satu cara yang dilakukan oleh SMK dalam menanggulangi hal

tersebut adalah dengan membekali kompetensi peserta didik dengan menerapkan

model pembelajaran teaching factory pada pekerjaan body repair dan karoseri.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kompetensi keterampilan

dan mengetahui peningkatan kompetensi keterampilan peserta didik kelas XI Jurusan

Otomotif SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang dengan diterapkannya model

pembelajaran teaching factory.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain

penelitian experimental. Bentuk desain yang digunakan yaitu pre-experimental one group pretest posttest. Pemberian treatment pada penelitian ini yaitu pelaksanaan

pembelajaran teaching factory body repair dan karoseri. Desain pengembangan

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model 4-D.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan pada kompetensi keahlian yang dicapai oleh peserta didik yang

ditunjukkan dengan hasil uji beda (t-test) dengan nilai hasil thitung = 32.3140 lebih

besar dari ttabel = 2.0452 pada dk = 29. Selain itu terdapat peningkatan yang signifikan

pada kompetensi keahlian yang dicapai oleh peserta didik dengan hasil perhitungan

uji N-gain sebesar 0.35 yang termasuk dalam kategori peningkatan sedang.

Peningkatan kompetensi keahlian yang dicapai oleh peserta didik dipengaruhi oleh

tingginya motivasi peserta didik saat melakukan pekerjaan yang diwujudkan dengan

sikap kerja yang tinggi.

Kata Kunci: Teaching Factory, Kompetensi, Body Repair, Karoseri

Page 7: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

vii

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Teaching Factory untuk Meningkatkan

Kompetensi keahlian Body Repair dan Karoseri pada Siswa Sekolah Menengah

Kejuruan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi S1 Pendidikan Teknik Otomotif Universitas Negeri

Semarang.

Penyelesaian karya tulis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih serta

penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang atas

kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menempuh studi di Universitas

Negeri Semarang.

2. Dr. Nur Qudus, MT., Dekan Fakultas Teknik, Rusiyanto, S.Pd., M.T., Ketua

Jurusan Teknik Mesin, Dr. Dwi Widjanarko, S.Pd., S.T., M.T., Koordinator

Program Studi Pendidikan Teknik Otomotif atas fasilitas yang disediakan bagi

mahasiswa.

3. Dr. M. Burhan Rubai Wijaya, M. dan Dr. Hadromi, S.Pd., M.T., Pembimbing I

dan II yang penuh perhatian dan atas perkenaan memberi bimbingan dan dapat

dihubungi sewaktu-waktu disertai kemudahan menunjukkan sumber-sumber yang

relevan dengan penulisan karya ini.

4. Drs. Supraptono M.Pd., Penguji yang telah memberi masukan yang sangat

berharga berupa saran, ralat, perbaikan, pertanyaan, komentar, tanggapan,

menambah bobot dan kualitas karya tulis ini.

5. Semua dosen Jurusan Teknik Mesin FT. UNNES yang telah memberi bekal

pengetahuan yang berharga.

6. Berbagai pihak yang telah memberi bantuan untuk karya tulis ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat untuk pelaksanaan

pembelajaran di SMK pada masa yang akan datang.

Semarang, 11 April 2017

Page 8: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

viii

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

PRAKATA ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN ............................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 7

D. Rumusan Masalah ............................................................................. 7

E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ....................................................................................... 10

B. Kajian Penelitian Yang Relevan ....................................................... 32

C. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................. 35

D. Hipotesis atau Pertanyaan Penelitian ................................................ 39

Page 9: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

ix

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian ............................................................... 41

B. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................ 46

Page 10: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

x

C. Variabel Penelitian ............................................................................ 48

D. Teknik dan Instrumen Pengumpul Data ............................................ 49

E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................................. 53

F. Teknik Analisis Data ......................................................................... 55

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data ................................................................................... 63

B. Analisis Data ..................................................................................... 72

C. Pembahasan ....................................................................................... 75

BAB V. PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................ 79

B. Saran Pemanfaatan Hasil Penelitian .................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 81

LAMPIRAN – LAMPIRAN ................................................................................ 84

Page 11: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

x

DAFTAR SIMBOL DAN SINGKATAN

α Alpha

X2 Chi Kuadrat

Singkatan

CBP Comppetency Based Training

BNSP Badan Nasional Sertifikasi Profesi

BSNP Badan Standar nasional Pedidikan

PBT Production Based Training

Prakerin Praktik Kerja Industri

SMK Sekolah Menengah Kejuruan

TF-6M Teaching Factory 6 Langkah

WBL Work Based Learning

Page 12: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Pemetaan Kajian Penelitian yang Relevan ................................ 35

Tabel 3.1 Ukuran Sampel ..................................................................................... 47

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Teaching Factory ................................ 51

Tabel 3.3 Skor Alternatif Jawaban Lembar Observasi ........................................ 51

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penilaian Kompetensi Keterampilan .................... 51

Tabel 3.4 Skor Alternatif Jawaban Angket ........................................................... 53

Tabel 4.1. Hasil Validsi Ahli materi Instrumen Lembar Observasi ..................... 63

Tabel 4.2. Hasil Validasi Ahli Materi Instrumen Angket .................................... 64

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Data Pelaksanaan Teaching Factory ................. 66

Tabel 4.4. Konversi Kriteria ................................................................................. 66

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Hasil Pretest .............................................. 68

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Pretest ...................................... 69

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Data Hasil Posttest ............................................ 70

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Kecenderungan Posttest .................................... 71

Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest ........................................... 72

Tabel 4.10. Hasil Uji Homogenitas ...................................................................... 73

Tabel 4.11. Hasil Uji Beda (t-test paired sampling) ............................................ 74

Page 13: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Teknik Dolly dan Hammer .............................................................. 21

Gambar 2.2. Teknik Vacuum cup ......................................................................... 22

Gambar 2.3. Teknik Sliding Hammer .................................................................. 22

Gambar 2.4. Teknik Batang Pengungkit .............................................................. 22

Gambar 2.5. Teknik Hot Shrinking ...................................................................... 23

Gambar 2.6. Prosedur Pemakaian Dempul .......................................................... 24

Gambar 2.7. Bagan Kerangka Pikir Penelitian .................................................... 38

Gambar 3.1. Desain Penelitian ............................................................................. 42

Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian .................................................................. 43

Gambar 3.3. Diagram Alir Pengembangan Instrumen Penelitian ........................ 45

Gambar 4.1. Histogram Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Teaching Factory .... 66

Gambar 4.2. Histogram Distribusi Frekuensi Data Hasil Pretest ........................ 69

Gambar 4.3. Histogram Distribusi Frekuensi Data Hasil Posttest ....................... 71

Page 14: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus Mata Pelajaran Pengecatan Bodi ....................................... 85

Lampiran 2. Silabus Mata Pelajaran Perbaikan Panel-panel Bodi ..................... 90

Lampiran 3. Kisi-kisi Penilaian Keterampilan oleh BSNP ................................ 99

Lampiran 4. Kisi-kisi Penilaian Uji Kompetensi oleh BNSP ............................ 100

Lampiran 5. Uji Validasi Ahli Materi 1 ............................................................. 101

Lampiran 6. Uji Validasi Ahli Materi 2 ............................................................. 107

Lampiran 7. Uji Validasi Ahli Materi 3 ............................................................. 113

Lampiran 8. Lembar Observasi Pelaksanaan Teaching Factory ........................ 119

Lampiran 9. Angket Penilaian Keterampilan ...................................................... 122

Lampiran 10. Pedoman Penilaian Lembar Observasi ......................................... 124

Lampiran 11. Pedoman Penilaian Angket .......................................................... 135

Lampiran 12. Rekapitulasi Validator Ahli Materi Lembar Observasi ............... 142

Lampiran 13. Rekapitulasi Validator Ahli Materi Angket Penilaian .................. 144

Lampiran 14. Hasil Observasi Pelaksanaan Teaching Factory ......................... 148

Lampiran 15. Hasil Pretest dan Posttest ............................................................ 147

Lampiran 16. Uji Normalitas Data Pretest ........................................................ 148

Lampiran 17. Uji Normalitas Data Posttest ....................................................... 150

Lampiran 18. Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest ................................ 152

Lampiran 19. Uji Beda (t-test paired sampling) ................................................ 154

Lampiran 20. Uji Peningkatan Kompetensi Keahlian (Uji N-gain) ................... 156

Lampiran 21. Daftar Tabel Z ............................................................................. 157

Lampiran 22. Daftar Tabel Uji X2 ..................................................................... 158

Lampiran 23. Daftar Tabel Uji F ....................................................................... 159

Lampiran 24. Daftar Tabel Uji Beda (t-test) ...................................................... 160

Lampiran 25. Surat Tugas Dosen Pembimbing ................................................. 161

Lampiran 26. Surat Tugas Dosen Penguji .......................................................... 162

Page 15: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

xiv

Lampiran 27. Berita Acara Seminar Proposal .................................................... 163

Lampiran 28. Daftar Hadir Seminar Proposal .................................................... 164

Lampiran 29. Bukti Selesai Revisi Proposal ...................................................... 166

Lampiran 30. Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 167

Lampiran 31. Surat Selesai Penelitian ............................................................... 168

Lampiran 32. Daftar Hadir Pretest ..................................................................... 169

Lampiran 33. Daftar Hadir Teaching Factory ................................................... 171

Lampiran 34. Daftar Hadir Posttest ................................................................... 174

Lampiran 35. Dokumentasi ................................................................................ 176

Page 16: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan pendidikan menengah khususnya pendidikan kejuruan di

Indonesia telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yaitu Undang-undang

Nomor 20 Tahun 2003. Pendidikan kejuruan dilaksanakan kedalam dua bentuk

pendidikan yaitu pendidikan formal seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan

pendidikan nonformal seperti lembaga kepelatihan kejuruan. Visi SMK yaitu

bermutu, unggul merata, terampil, berkarakter dan berdaya saing dalam kebekerjaan

(Setiawan, 2013). Secara umum SMK diartikan sebagai suatu lembaga pendidikan

kejuruan di Indonesia yang bertujuan untuk mencetak lulusan menjadi tenaga kerja

yang terampil, unggul, dan kompetitif di era yang semakin global. Dalam

pelaksanaannya SMK menghubungkan dan melatih peserta didik untuk dapat

memasuki dunia usaha maupun dunia industri baik menjadi tenaga kerja maupun

menjadi wirausahawan sehingga mampu mempertahankan eksistensinya.

Usaha yang dilakukan untuk dapat mewujudkan lulusan yang berkualitas dan

bermutu tinggi, pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional menetapkan

kebijakan link and match yang bertujuan untuk meminimalisir ketidaksinambungan

pengetahuan dan pengalaman yang didapat di bangku sekolah dengan kondisi serta

Page 17: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

2

kebutuhan di industri. Ketidaksinambungan hubungan antara sekolah denga dunia

industri mengakibatkan peserta didik ataupun lulusan tidak mampu memahami

masalah ataupun kondisi di dunia industri serta kurang luwes dalam berperan di dunia

industri. Akibatnya dunia industri menilai banyak lulusan SMK tidak siap dalam

menghadapi dunia kerja.

Ketidaksiapan lulusan SMK dalam menghadapi tantangan dunia kerja

sepatutnya mampu diminimalisir oleh sekolah. Oleh karena itu lembaga pendidikan

kejuruan khususnya SMK membekali peserta didiknya dengan pengetahuan dan

keterampilan. Selain kedua hal tersebut SMK juga mengajarkan nilai-nilai sikap

dalam setiap proses pembelajarannya untuk meningkatkan soft skill yang dimiliki

oleh peserta didik. Pembelajaran yang diajarkan di SMK meliputi pengetahuan

praktik dan keterampilan praktik yang diselaraskan dengan kemajuan di dunia kerja

dan industri. Pembelajaran tersebut dinilai dapat memenuhi tuntutan link and match

yang diberlakukan oleh pemerintah.

Kebijakan link and match yang ditetapkan oleh departemen pendidikan

nasional diwujudkan diantaranya dengan menerapkan program Praktik Kerja Industri

(Prakerin) dan model pembelajaran teaching factory di SMK. Kedua pembelajaran ini

memiliki orientasi yang sama yaitu memadukan pembelajaran berbasis industri di

dalam proses belajar mengajar. Prakerin dilaksanakan dengan mengirimkan peserta

didik untuk belajar di industri, sedangkan teaching factory dilakukan dengan

mengusung iklim industri ke sekolah seperti mendirikan bengkel unit produksi di

sekolah sebagai tempat belajar bagi peserta didik.

Page 18: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

3

Penyelenggaraan teaching factory dijelaskan dalam roadmap

penyelenggaraan teaching factory tahun 2016 (Direktorat PSMK: 2016), model

pembelajaran teaching factory dirancang berbasis produksi atau jasa dengan

mengadopsi dan mengadaptasi standar mutu dan prosedur kerja industri, akan

memberi pengalaman pembelajaran kompetensi kontingensi terutama soft skill seperti

etos kerja disiplin, jujur, bertanggung jawab, kreatif-inovatif, karakter kewirausahaan,

bekerjasama, berkompetensi secara cerdas. Teaching factory merupakan bentuk

pembelajaran yang diterapkan dengan berbasis kerja atau disebut juga Work Based

Learning (WBL) yang diterapkan di sekolah tingkat menengah. Pembelajaran berbasis

kerja adalah cara modern untuk menciptakan pembelajaran tingkat universitas di

tempat kerja (Arani, M.R.S. et al., 2004: 2).

Teaching factory dianggap mampu menciptakan peserta didik dan lulusan

yang memiliki kompetensi tinggi serta mampu memahami masalah dan keadaan yang

terjadi di dunia industri secara kompleks karena kegiatan pembelajaran di sekolah

telah dipadukan dengan kegiatan di industri sehingga kesenjangan kompetensi dalam

kedua bidang dapat dijembatani. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan

oleh Wijaya et al., (2014: 54) bahwa program pendekatan teaching factory

memadukan antara Production Based Training (PBT) yang berbasis pada pekerjaan

yang sesungguhnya dengan Competency-based Training (CBT) dimana pelatihan

dilakukan di tempat belajar siswa. Salah satu SMK di Propinsi Jawa Tengah yang

telah menerapkan model pembelajaran teaching factory adalah SMK Muhammadiyah

2 Borobudur Magelang.

Page 19: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

4

Teaching factory di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang telah

dilaksanakan sejak tahun 2010 setelah mendapatkan bantuan dana dari Dinas

Pendidikan berupa pembeliaan peralatan pengerjaan plat body kendaraan yaitu cutting

machine dan bending machine. Model pembelajaran teaching factory yang diterapkan

di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang meliputi bidang pekerjaan body

repair dan karoseri. Bidang pekerjaan body repair (perbaikan bodi) dan karoseri

merupakan potensi lokal yang terdapat di Kabupaten Magelang dimana perusahaan

karoseri dan perbaikan bodi yang besar di Jawa Tengah banyak terdapat di Kabupaten

Magelang. Penyelarasan pembelajaran teaching factory dengan potensi daerah yang

dilakukan oleh sekolah diharapkan lulusan akan memiliki bekal yang cukup untuk

memasuki dunia kerja.

Diselenggarakannnya teaching factory di sekolah-sekolah menengah

kejuruan diharapkan dapat meningkatkan kompetensi lulusan agar mampu terserap ke

dunia industri secara maksimal serta mampu berwirausaha. Terserapnya lulusan SMK

untuk dapat bekerja di dunia insustri maupun berwirausaha akan ikut berperan dalam

mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Namun kenyataan dilapangan

menyebutkan dalam catatan Badaan Pusat Statistik (BPS) angka pengangguran di

Indonesia meningkat sebanyak 315.917 jiwa selama satu tahun terhitung dari Agustus

2014 sampai dengan Agustus 2015. Dari data BPS Tingkat Pengangguran Terbuka

(TPT) didominasi oleh penduduk berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)

sebesar 9,05%, lalu disusul pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 8,17%

dan jenjang diploma I, II, dan III sebesar 7,49 %. Sedangkan TPT terendah ada pada

Page 20: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

5

penduduk berpendidikan Sekolah Dasar (SD) ke bawah dengan prosentase 3, 61% di

periode Agustus 2015 (Badan Pusat Statistik, 2016). Tingginya angka pengangguran

lulusan SMK dipicu oleh beberapa hal diantaranya rendahnya kompetensi peserta

didik, kurangnya motivasi berwirausaha, dan sedikitnya lapangan pekerjaan yang

tersedia di dunia kerja.

Fakta-fakta yang ada di lapangan membuktikan bahwa terdapat

ketidaksesuaian antara tujuan penyelenggaraan kebijakan link and match di SMK

dengan kenyataan penyerapan tenaga kerja lulusan SMK yang ada di lapangan.

Penyelenggaraan link and match dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas lulusan

sekolah menengah kejuruan, namun penyerapan lulusan justru kurang maksimal dan

angka pengangguran lulusan sekolah menengah kejuruan semakin bertambah.

Keadaan ini tentu memicu timbulnya pertanyaan tentang seberapa besar pengaruh

penyelenggaraan kebijakan link and match yang diterapkan di SMK terhadap kualitas

lulusan yang dihasilkan untuk dapat terserap ke dunia usaha dan industri.

Latar belakang yang telah dikemukakan oleh penulis diatas selanjutnya

diidentifikasi. Berdasarkan identifikasi latar belakang masalah penulis berinisiatif

untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan penerapan model

pembelajaran teaching factory terhadap peningkatan kompetensi keahlian dalam

melakukan pekerjaan body repair dan karoseri pada peserta didik kelas XI Jurusan

Otomotif di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang.

Page 21: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

6

B. Identifikasi Masalah

Latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas selanjutnya dapat

diidentifikasi masalah-masalah yang timbul karena faktor internal maupun eksternal.

Faktor internal dapat berasal dari motivasi peserta didik, sarana dan prasarana, serta

penerapan model pembelajaran. Sedangkan faktor eksternal dapat berasal dari

lingkungan tempat tinggal peseta didik, keluarga, maupun peran tenaga pendidik.

Berdasarkan analisis masalah yang dilakukan oleh penulis dengan memperhatikan

faktor eksternal dan internal maka indentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Kurangnya pengetahuan peserta didik di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur

Magelang terkait pekerjaan yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran

teaching factory di bengkel unit produksi.

2. Ketidaksiapan peserta didik di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang

untuk melaksanakan teaching factory karena kegiatan yang dilakukan di bengkel

unit produksi tidak termasuk dalam kurikulum sehingga tidak diajarkan ketika

pembelajaran di kelas berlangsung.

3. SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang masih mengalami kesulitan dalam

mempersiapkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran teaching factory terutama

dalam ploting peserta didik.

4. Tenaga pendidik yang ada di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang tidak

ikut serta dalam pelaksanaan pembelajaran teaching factory di bengkel unit

produksi.

Page 22: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

7

C. Pembatasan Masalah

Identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya perlu dilakukan

pembatasan masalah. Pembatasan masalah dimaksudkan untuk dapat menentukan

fokus penelitian yang akan dilakukan. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Penelitian ini dibatasi pada SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang karena

SMK tersebut telah menerapkan teaching factory pada pekerjaan body repair dan

karoseri, dimana teaching factory dapat meningkatkan kompetensi keahlian

peserta didik meliputi kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

2. Penelitian dilakukan pada peserta didik kelas XI Jurusan Otomotif SMK

Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang yang mengikuti kegiatan teaching factory

di bengkel unit produksi.

3. Penelitian ini difokuskan dalam mengamati dan mengetahui penerapan model

pembelajaran teaching factory terhadap peningkatan kompetensi keterampilan

peserta didik pada kompetensi keahlian body repair dan karoseri.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah terbentuk berdasarkan latar belakang penelitian,

identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Rumusan masalah dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan kompetensi keterampilan peserta didik kelas XI Jurusan

Otomotif SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang sebelum dan sesudah

dilaksanakan teaching factory pekerjaan body repair dan karoseri?

Page 23: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

8

2. Adakah peningkatan kompetensi keterampilan peserta didik kelas XI Jurusan

Otomotif SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang setelah diterapkan model

pembelajaran teaching factory terhadap kompetensi keterampilan body repair dan

karoseri?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan dari masalah

yang telah dirumuskan yaitu:

1. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi keterampilan peserta didik kelas XI

Jurusan Otomotif SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang sebelum dan

sesudah dilaksanakan pembelajaran teaching factory pekerjaan body repair dan

karoseri.

2. Untuk mengetahui peningkatan kompetensi keterampilan peserta didik kelas XI

Jurusan Otomotif SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang setelah diterapkan

model pembelajaran teaching factory terhadap kompetensi keterampilan body

repair dan karoseri.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Page 24: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

9

a. Memberikan pengetahuan kepada tenaga pendidik terkait pentingnya

penyelenggaraan teaching factory untuk dapat meningkatkan kompetensi

peserta didik.

b. Memberikan wawasan pagi peneliti pada penelitian yang akan datang tentang

peyelenggaraan teaching factory di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai masukan bagi lembaga pendidikan bahwa pelaksanaan teaching factory

perlu melibatkan tenaga pendidik untuk menjamin jalannya proses

pembelajaran.

b. Sebagai masukan bagi penyelenggara pendidikan untuk dapat menentukan dan

mempertimbangkan kebijakan yang akan diambil terkait dengan pelaksanaan

model pembelajaran di sekolah.

Page 25: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Sekolah Menengah Kejuruan

a. Pengertian Sekolah Menengah Kejuruan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu lembaga

pendidikan formal yang merupakan lanjutan dari pendidikan dasar (UU No. 20

Tahun 2003). Penyelenggaraan SMK selanjutnya dijelaskan lebih lanjut dalam

peraturan pemerintah. Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008

Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disingkat SMK adalah salah satu

bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan

pada jenjang Pendidikan Menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk

lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara

SMP atau MTs. Lebih lanjut lagi dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Menengah, SMK

diselenggarakan oleh pemerintah dengan mengedepankan pendidikan keterampilan

kejuruan dalam pelaksanaan pembelajarannya. Dalam pengertian yang lebih

mendalam Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan kejuruan

pada jenjang pendidikan menengah yang bertujuan mempersiapkan peserta

didiknya untuk dapat bekerja, baik secara mandiri atau mengisi lowongan

pekerjaan yang terbuka sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan

kompetensi yang dimilikinya.

Page 26: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

11

SMK merupakan satuan pendidikan dalam lingkup pendidikan menengah

kejuruan yang program pendidikannya lebih menitikberatkan pada pengembangan

kemampuan siswa untuk dapat melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Hal ini

sejalan dengan konsep yang mendasari diselenggarakannya pendidikan kejuruan

yaitu menyiapkan tenaga teknisi tingkat menengah untuk bekerja di industri dan

mengisi berbagai kesempatan kerja baru yang terbuka seiring dengan

perkembangan dunia industri (Hasbullah, 396-397).

Tujuan SMK selain menyiapkan tenaga kerja maupun teknisi ahli yang

siap untuk mengisi berbagai kesempatan kerja yang terbuka, SMK juga

menyiapkan lulusannya untuk ikut menciptakan dan membuka peluang kerja baru

dengan berwirausaha. Wirausaha yang dimaksud disini bisa berwujud pelayanan

jasa maupun pembuatan produk yang berdaya guna dan berhasil guna.

Berdasarkan dua konsep yang telah disebutkan, maka lulusan SMK diharapkan

mampu untuk mempertahankan eksistensinya dengan hard skill dan soft skill yang

telah dipelajari selama proses pembelajaran di sekolah.

Lulusan SMK harus mampu menghadapi tuntutan dunia kerja yang

semakin hari mengalami berbagai perkembangan pesat di segala aspek. Untuk

dapat memenuhi tuntutan tersebut maka SMK wajib memberikan pengetahuan dan

keterampilan kepada peserta didik yang juga sesuai dengan perkembangan dunia

industri saat ini. Pembekalan pengetahuan, keterampilan, dan sikap diberikan

dalam proses pembelajaran baik dalam pembelajaran teori di dalam kelas maupun

pembelajran praktik yang diselenggarakan di bengkel praktikum. Ketiga

kompetensi diberikan bersama-sama sehingga dapat saling mendukung.

Page 27: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

12

b. Tujuan Penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan

Penyelanggaraan lembaga pendidikan kejuruan khususnya SMK

dirumuskan untuk dapat mewujudkan tujuan nasional Negara Republik Indonesia

yaitu untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain mencerdaskan, SMK

juga bertujuan untuk menambah kecakapan peserta didiknya untuk dapat berkiprah

di dunia industri kelak di masa depan. Lulusan SMK yang cerdas dan mempunyai

kecakapan dalam bekerja pasti akan lebih siap dan mantap dalam menghadapi

persaingan kerja yang semakin kompetitif. Selain tujuan yang telah disebutkan

sebelumnya tujuan penyelenggaraan SMK juga termaktub dalam peraturan

perundang-undangan.

Dikutip dari Depdiknas-Kurikulum SMK (2004: 7) dalam Zainudin

(2012: 10) penyelenggaraan pendidikan kejuruan di Indonesia Sekolah Menengah

Kejuruan memiliki tujuan yang akan dicapai di dalam pelaksanaannya. Tujuan-

tujuan tersebut dirumuskan ke dalam dua tujuan utama yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus.

Tujuan Umum SMK yaitu: a) Meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa; b)

Mengembangkan potensi peserta didik, agar menjadi warga negara

yang berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

demokratis, dan bertanggung jawab; c) Mengembangkan potensi

peserta didik agar memiliki wawasan kebangsaan, memahami, dan

menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia; d)

Mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki kepedulian

terhadap lingkungan hidup, serta memanfaatkan sumber daya alam

dengan efektif dan efisien.

Tujuan khusus SMK adalah: a) Menyiapkan peserta didik

agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi

Page 28: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

13

lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri

sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi

dalam program keahlian yang dipilihnya; b) Menyiapkan peserta didik

agar mampu memilih karir, ulet, dan gigih dalam berkompetensi,

beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap

profesional dalam bidang keahlian yang diminati; c) Membekali

peserta didik dengan ilmu pengetahuan,teknologi, dan seni agar

mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri

maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih baik; d) Membekali

peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan

program keahlian yang dipilihnya.

Merujuk pada tujuan keseluruhan SMK bahwa sebagai lembaga pendidikan kejuruan

SMK memiliki tujuan yaitu untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil, unggul,

peduli lingkungan, serta memiliki kecintaan terhadap Tuhan, bangsa, dan negara

sehingga mampu berkompetisi dan berperan menghadapi dunia global.

2. Teaching Factory

a. Pengertian Teaching Factory

Istilah Teaching Factory diambil dari Bahasa Inggris yang secara harfiah

dapat diartikan menjadi “Pabrik Pengajaran”. Teaching factory pada awalnya

digagas untuk dapat merubah paradigma pendidikaan kejuruan yang hanya

terfokus pada kurikulum agar menjadi lebih berwawasan industri sehingga

lulusannya nanti akan memiliki pemahaman sebagai seorang tenaga kerja dan

lebih terintegrasi dengan kebutuhan industri. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh Rentzos et al., (2014: 193) yaitu bahwa:

The Teaching Factory is a concept for changing the educational

paradigm in manufacturing into a novel scheme that supports the

needs of “knowledge workers” in the factories of the future. The

current work presents a novel approach for integrating industry with

Page 29: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

14

academia under the Teaching Factory concept, tested on real pilot

applications.

Konsep teaching factory diugkapkan dengan lebih jelas menurut pendapat Rentzos

diatas bahwa konsep teaching factory mampu merubah paradigma pendidikan

kejuruan sehingga mampu menciptakan tenaga kerja yang berpengetahuan dimana

hal tersebut sangat dibutuhkan di industri.

Menurut Lestari dkk., (hal 3) dalam artikelnya menyatakan bahwa proses

pelaksanaan program teaching factory yaitu dengan memadukan konsep bisnis

yang terdapat dunia industri dan kurikulum yang dijalankan di pendidikan

kejuruan sesuai dengan kompetensi keahlian yang relevan. Dalam pelaksanaannya

teaching factory dilakukan dalam beberapa konsep yaitu dengan mendirikan

bengkel unit produksi maupun hanya melakukan pekerjaan/ job tanpa memerlukan

tempat ataupun bengkel khusus.

b. Tujuan Penyelenggaraan Teaching Factory

Menurut pendapat Alptekin et al., (2001) menyatakan bahwa tujuan

secara keseluruhan dari hasil teaching factory atau pabrik pengajaran adalah: a)

untuk menghasilkan lulusan profesional yang lebih baik dengan menyediakan

konsep-konsep terdepan di dalam pabrikasi yang modern, membuka peluang

mereka untuk secara efektif bersaing di dalam industri hari ini; b) untuk

meningkatkan kurikulum yang ada yang berfokus pada konsep-konsep pabrikasi

modern; c) untuk menunjukkan solusi-solusi yang sehat terhadap tantangan-

tantangan teknologi yang dinamis ke seluruh perusahaan bisnis yang terintegrasi;

d) untuk memindahkan teknologi dan informasi dari/ untuk perusahaan mitra

Page 30: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

15

seperti halnya perusahaan lokal, dengan kegiatan-kegiatan mahasiswa, proyek-

proyek berkelompok dan proyek-proyek senior.

Apabila ditinjau dari pendapat yang dikemukakan oleh Alptekin et.al

diketahui bahwa tujuan dilaksanakannya teaching factory yaitu agar lulusan yang

dihasilkan akan memiliki sikap professional yang nanti akan dibutukan ketika

seseorang berperan di dunia kerja sehingga teaching factory dinilai penting untuk

dilaksanakan dan diterapkan di SMK. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

menyatakan bahwa:

There are some important reasons why the learning in school using

Teaching Factory is necessary. They are (1) it can improve the

competence of teachers and students, (2) it can encourage the creation

of quality culture in schools, (3) it can create a industrial culture in

school, (4) diversification of financial resources in school, (5) a place

for students’ and teachers’ creativity and innovation, (6) a means to

develop the entrepreneurship in schools, (7) an internship and shelter

graduates who have not got a job yet in industry or business world

(Wijaya et al., 2014: 57).

Berdasarkan kutipan diatas secara garis besar dapat disimpulkan bahwa teaching

factory sangat penting diterapkan karena dapat meningkatkan kompetensi,

menciptakan kultur industri di sekolah, tempat berinovasi guru dan peserta didik,

meningkatkan jiwa wirausaha di sekolah, dan yang tidak kalah penting adalah

dapat menjadi wadah bagi alumni yang belum mendapatkan pekerjaan untuk

bekerja ataupun melakukan magang.

3. Kompetensi Keahlian

a. Pengertian Kompetensi

Page 31: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

16

Kompetensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu). Secara lebih

mendalam kompetensi berarti kemampuan seorang individu untuk dapat

menguasai sesuatu. Kompetensi menunjukkan bahwa seorang individu dinilai

kompeten atau mampu malakukan suatu bidang kegiatan. Kompeten atau tidaknya

seseorang dalam bekerja biasanya dilihat dari sertifikat kompetensi yang

dikeluarkan oleh lembaga uji kompetensi untuk keperluan tenaga kerja

profesional. Tingkat kompetensi untuk lembaga pendidikan kejuruan dinilai

berdasarkan kinerja peserta didik saat melakukan praktik. Kompeten atau tidak

seorang peserta didik biasanya dapat dilihat dari nilai praktikum pada buku

laporan hasil belajar. Selain itu untuk menentukan kompetensi seseorang juga bisa

dengan melakukan pengujian langsung terhadap praktik yang dilakukan dengan

menentukan standar kompetensinya.

Kompetensi yang dinilai di Sekolah Menengah Kejuruan lebih dititik

beratkan pada kompetensi kejuruan sesuai dengan bidang yang ditekuni oleh

peserta didik di sekolah. Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Fransiska et

al., (2013: 3) dalam penelitiannya yang dimaksud kompetensi kejuruan adalah

kemampuan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan, dengan kecakapan dan

ketrampilan dimana keterampilan tersebut diperoleh melalui proses pembelajaran

tertentu sebagai pencerminan kecerdasan. Kompetensi kejuruan yang dimaksud

adalah hasil usaha belajar dan hasil penguasaan keahlian yang diperoleh melalui

pengalaman belajar yang dibuktikan dengan nilai uji kompetensi, yang berarti

Page 32: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

17

tidak terlepas dari teori dan praktek secara umum berhubungan dengan bidang

kejuruan (Fransiska et al., 2013: 3).

Ditinjau dari sumber lain, menurut McAshan (1981: 45) dalam Hasbullah

(397) mengemukakan bahwa kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi

bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif

dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Merujuk dari pendapat tersebut, seorang

peserta didik dianggap kompeten apabila ia memiliki pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang dimanifestasikan dalam dirinya di kehidupan sehari-hari.

Apabila hal ini diidentikkan dengan kompetensi kejuruan peserta didik di SMK

maka kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta

didik dalam melakukan pekerjaan maupun praktik.

b. Pengertian Keahlian

Keahlian mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan

sebagai kemahiran dalam suatu ilmu (kepandaian, pekerjaan). Sedangkan secara

istilah keahlian adalah kemahiran seorang individu dalam melakukan suatu jenis

pekerjaan sesuai dengan Standar Operational Procedure (SOP). Keahlian juga

sering dititikberatkan pada satu bidang pekerjaan yang paling dikuasai oleh

seseorang. Seseorang yang memiliki keahlianatau kemahiran dalam suatu bidang

pekerjaan sering disebut dengan ahli.

Berdasarkan kedua pengertian yang telah dijelaskan dapat diambil

kesimpulan bahwa secara umum kompetensi keahlian diartikan sebagai kemahiran

Page 33: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

18

seorang individu dalam menguasai suatu bidang pekerjaan sesuai dengan standar

operasionalnya dengan didasari dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

dimanifestasikan dalam dirinya ketika melakukan pekerjaan. Kompetensi keahlian

yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kompetensi keahlian dalam bidang

yang selaras dengan peserta didik Jurusan Otomotif yaitu kompetensi keahlian

body repair dan karoseri.

4. Body Repair dan Karoseri

a. Body Repair

Kendaraan atau mobil yang sering digunakan tentu tidak selamanya akan

selalu dalam keadaan baru. Kecelakaan saat berkendara maupun benturan kecil pada

saat mengemudikan kendaraan yang terjadi akan menimbulkan kerusakan pada

kendaraan. Kerusakan yang paling utama akan diterima oleh body kendaraan saat

terjadi benturan. Benturan yang terjadi pada panel kendaraan memiliki tingkat atau

skala yang berbebeda untuk dapat mengidentifikasi kerusakannya. Kerusakan pada

bodi kendaraan dapat berupa goresan, bodi melengkung, atau bahkan bodi retak

(Toyota Service Training Manual: hal. 1). Untuk memperbaiki dan membuat bentuk

serta tampilan bodi kendaraan menjadi kembali seperti bentuk semula tanpa biaya

yang tinggi diperlukan proses perbaikan bodi atau sering disebut dengan body repair.

Pekerjaan perbaikan bodi biasanya dilakukan oleh perusahaan penyedia jasa body

repair dan tidak semua bengkel dapat melakukannya.

1.) Pengertian Umum Body Repair

Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor dan tidak seimbangannya

pembangunan jalan raya, maka kini kemungkinan mobil mengalami kerusakan bodi

Page 34: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

19

akibat saling tabrak dan saling bersenggolan semakin sering terjadi. Oleh karena itu,

kompetensi siswa SMK untuk perbaikan bodi dan cat semakin dibutuhkan (Gunadi,

2008: 18). Istilah body repair juga sering disebut dengan perbaikan bodi. Body

Repair merupakan pasangan kata yang diambil dari Bahasa Inggris yaitu body yang

berarti badan atau tubuh, dan repair yang berarti perbaikan atau memperbaiki. Jadi

secara umum body repair adalah suatu pekerjaan dalam bidang otomotif yang

bertujuan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi pada bagian rumah-rumah

kendaraan. Perbaikan yang dilakukan pada body repair biasanya meliputi, pelurusan

plat body, pelapisan ulang dempul (puty), dan pengecatan ulang.

Sebuah unit mobil memiliki berbagai macam komponen yang merangkainya.

Namun bagian utamanya terdiri dari dua komponen, hal ini sesuai dengan pernyataan

dibawah ini yaitu:

Bagian mobil terbagi dalam 2 kelompok besar, yaitu bodi dan chassis.

Bodi adalah bagian dari kendaraan yang dibentuk sedemikian rupa, (pada

umumnya) terbuat dari bahan plat logam (steel plate) yang tebalnya

antara 0,6 mm – 0,9 mm sebagai tempat penumpang ataupun barang.

Chassis adalah bagian dari kendaraan yang berfungsi sebagai penopang

bodi dan terdiri dari frame (rangka), engine (mesin), power train

(pemindah tenaga), wheels (roda-roda), steering system (sistem kemudi),

suspension system (sistem suspensi), brake system (sistem rem) dan

kelengkapan lainnya (Gunadi, 2008: 4).

Disimpulkan dari kutipan diatas bahwa dalam kegiatan body repair bagian kendaraan

yang digarap atau diproses yaitu hanya bagian bodi saja meliputi bodi utama, pintu,

dan kap kendaraan.

2.) Proses Kerja Body Repair

Pekerjaan yang dilakukan didalam proses body repair melewati banyak sekali

proses atau tahapan. Teknik perbaikan bodi secara umum dibagi menjadi tiga metode

Page 35: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

20

pengerjaan yang utama yaitu: a.) Metode reparasi panel; b.) Metode aplikasi dempul;

dan c.) Metode pengelasan. Ketiga Metode tersebut dilakukan sebelum proses

pengecatan bodi kendaraan (Toyota Service Training Manual).

a.) Metode Reparasi Panel

Reparasi panel dalam pekerjaan perbaikan bodi dilakukan dengan

memperhatikan tingkat kerusakan yang dialami oleh bodi. Tingkat kerusakan pada

panel akan ikut menentukan cara atau teknik yang digunakan untuk memperbaikinya.

Metode reparasi panel dilakukan apabila kerusakan yang terjadi pada body relatif

besar atau parah (Toyota Service Training Manual hal. 1). Teknik yang dilakukan

dalam proses perbaikan bodi memiliki variasi dengan menyesuaikan peralatan yang

digunakan. Semakin canggih teknologi semakin mempengaruhi waktu pengerjaan.

Teknik yang digunakan dalam proses perbaikan bodi menurut Gunadi (2008:

394-409) diantaranya sebagai berikut: a.)Tegangan dan ragangan; b.) Teknik vacuum

cup; c.) Teknik batang penarik dengan sliding hammer; d.) Teknik perbaikan dengan

alat hidrolik; e.) Teknik batang pengungkit (pry bar); f.) Teknik on-dolly hammering;

g.) Teknik off-dolly hammering; h.) Teknik pengikiran; i.) Teknik hot shrinking; j.)

Teknik pemotongan bodi. Ditinjau dari peralatan yang digunakan dalam proses

perbaikan bodi,sepuluh teknik perbaikan tersebut memiliki relevansi dengan teori di

dalam buku Toyota Service Training Manual (hal. 1) bahwa metode reparasi panel

dapat dibagi menjadi tiga tipe yaitu: metode perbaikan dengan palu dan dolly, metode

perbaikan dengan washer welder, dan metode pengerutan (shrinking).

Page 36: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

21

Teknik perbaikan panel menggunakan dolly dan hammer tidak membuat plat

besi pada panel kendaraan memiliki perubahan struktur logam, karena pada teknik ini

tidak dilakukan pemanasan. Pengerjaan perbaikan panel dengan teknik dolly and

hammer meliputi dua teknik dasar yaitu on dolly dan off dolly. Teknik dolly and

hammer merupakan teknik perbaikan bodi yang masih tergolong dasar dan

konvensional karena masih menggunakan palu dan landasan pukul. Penggunaan

teknik dolly and hammer ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Teknik Dolly dan Hammer

(Sumber: Gunadi, 2008: 402)

Teknik perbaikan panel menggunakan vacuum cup dilakukan apabila terjadi

kerusakan plat bodi kendaraan akibat benturan yang menyebabkan mulurnya plat

bodi, namun tidak melebihi batas elastisitas (Gunadi, 2008: 399). Penggunaan

vacuum cup untuk menarik panel harus memperhatikan kebersihan dan kerataan

permukaan panel bodi untuk menjamin daya rekat yang kuat. Kerusakan yang dapat

diperbaiki dengan metode vacuum cup tergolong dalam kerusakan skala kecil dan

perbaikan ringan. Teknik perbaikan panel menggunakan vacuum cup ditunjukkan

pada Gambar 2.3.

Page 37: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

22

Gambar 2.2. Teknik Vacuum Cup

(Sumber: Gunadi, 2008: 398)

Gambar 2.3. Teknik Sliding Hammer

(Sumber: Gunadi, 2008: 401)

Menurut Gunadi (2008: 400) apabila kerusakan plat bodi kendaraan

mengalami penyok yang tidak beraturan, atau membentuk lengkungan yang

membentuk sudut tertentu, maka metode vacuum cup akan sulit diaplikasikan. Teknik

perbaikan yang mungkin bisa digunakan adalah teknik batang penarik atau teknik

sliding hammer.

Page 38: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

23

Gambar 2.4. Teknik Batang Pengungkit

(Sumber: Gunadi, 2008: 403)

Kerusakan yang terjadi pada panel kendaraan berada pada bagian yang mudah

dijangkau dan sulit dijangkau. Pengerjaan pada panel yang sulit dijangkau tidak

memungkinkan menggunakan peralatan yang besar serta proses yang rumit. Oleh

karena itu diperlukan teknik perbaikan dengan batang pengungkit dimana alat

tersebut dapat dimasukkan ke dalam bagian yang sempit untuk dapat menarik lekukan

bodi. Batang pengungkit lebih mudah dipasang pada bagian panel-panel bodi yang

memiliki celah-celah kecil.

Perbaikan panel bodi juga dilakukan dengan memanfaatkan sifat dari logam

yang dipanaskan dan didinginkan (Gunadi, 2008: 407). Teknik perbaikan panel jenis

ini biasa disebut teknik hot shrinking. Teknik hot shrinking menggunakan nyala las

busur untuk dapat memanaskan logam. Pengerjaan dengan teknik ini dilakukan

bersamaan dengan pendinginan air atau dikombinasikan dengan teknik dolly and

hammer.

Page 39: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

24

Gambar 2.5. Teknik Hot Shrinking

(Sumber: Gunadi, 2008:407)

b.) Metode Aplikasi Dempul

Pengaplikasian dempul dilakukan dengan menganalisis skala kerusakan

terlebih dahulu. Menurut Toyota Service Training (hal. 2) metode pelapisan dempul

dalam pekerjaan body repair seringkali digunakan pada kerusakan panel body

kendaraan skala kecil seperti goresan yang dalam ataupun lekukan-lekukan kecil.

Sementara untuk kerusakan besar metode dempul dilakukan setelah pengerjaan

reparasi panel selesai. Metode pelapisan dempul menjamin suatu permukaan yang

halus licin dan dapat digunakan tersendiri atau berkomunikasi dengan metoda palu

dan dolly atau metoda washer welder (Toyota Service Training Manual: hal 1).

Page 40: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

25

Gambar 2.6. Prosedur Pemakaian Dempul

(Toyota Service Training, hal 9)

Menurut teori dalam buku Toyota Service Training Manual (hal 9) tahapan

dalam proses pemakaian dempul dibagi menjadi dua langkah utama. Langkah yang

pertama yaitu perlakuan dasar yang meliputi: 1.) Menghilangkan lapisan cat dan

karat; 2.) Pelandaian tepi (featheredging); 3.) Membersihkan dan menghilangkan

minyak (cleansing and degreasing); dan 4.) Memakai cat dasar. Langkah yang kedua

yaitu pemakaian dempul yang meliputi: 1.) Pencampuran; 2.) Pemakaian; 3.)

Pengeringan; dan 4.) Pengamplasan. Kedua langkah dalam metode aplikasi dempul

tersebut harus dilakukan secara berurutan. Prosedur aplikasi atau pemakaian dempul

dijelaskan pada gambar 2.6.

c.) Metode Pengelasan

Page 41: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

26

Metode pengelasan pada pekerjaan body repair dilakukan pada proses

penyambungan dan pemotongan plat. Pemotongan plat dilakukan pada panel yang

mengalami kerusakan terlalu parah dan tidak memungkinkan untuk dilakukan

perbaikan ulang. Cara yang digunakan adalah dengan memotong bagian panel yang

mengalami kerusakan dan menyambungnya kembali dengan bagian panel yang sama

dari kendaraan yang berbeda. Metode pengelasan juga diterapkan untuk menyambung

kembali sambungan yang terlepas saat panel mengalami benturan (Gunadi,

2008:408).

b. Karoseri

Karoseri berasal dari Bahasa Belanda yaitu Carrosserie yang berarti rumah-

rumah kendaraan yang dibangun di atas rangka/chassis mobil atau chassis khusus bus

ataupun truk (https://id.wikipedia.org/wiki/Karoseri). Berdasarkan pengertian tersebut

karoseri diartikan sebagai perusahaan yang membuat rumah-rumah atau body

kendaraan. Sebuah perusahaan karoseri umumnya hanya mengerjakan bagian bagian

body kendaraan dan interiornya saja, sedangkan untuk kerangka (chassis) dan mesin

(engine) tidak dibuat oleh perusahaan karoseri itu sendiri.

Chassis dan engine biasanya telah dibuat dan dijual oleh perusahaan khusus

dan memiliki nama besar atau sering disebut dengan ATPM (Agen Tunggal

Pemegang Merk). Sebagian besar ATPM di Indonesia adalah produsen yang berasal

dari luar negeri. Termasuk dalam kelompok produsen luar negeri adalah Toyota

(Toyota Astra Motor), Honda (Honda Prospect Motor), Daihatsu (Astra Daihatsu

Motor), Mitsubishi (Krama Yudha Tiga Berlian), Suzuki (Indomobil Suzuki

International), KIA (KIA Mobil Indonesia) dan lain-lain (Dede, 2010: 27-28).

Page 42: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

27

Perusahaan karoseri yang ada di Indonesia kebanyakan merupakan perusahaan-

perusahaan lokal dan berdiri sendiri, namun tidak sedikit perusahaan karoseri di

Indonesia yang telah bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan ATPM.

Perusahaan karoseri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa.

Pada umumnya perusahaan karoseri mengerjakan pembuatan body kendaraan

maupun interior kendaraan berdasarkan pesanan pelanggan. Menurut pendapat

Francisco (http://www.karoseri-id.com/2013/05/proses-pembuatan-body-bus-di-

karoseri. html) dalam artikelnya terdapat sembilan pekerjaan utama yang dilakukan di

perusahaan karoseri. Sembilan proses tersebut tidak selurunya dilakukan pada semua

perusahaan-perusahaan karoseri. Sembilan proses dasar dalam pekerjaan karoseri

tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Preparation

Proses ini merupakan proses yang pertama kali dilakukan dari serangkaian

proses yang ada dalam pekerjaan karoseri. Proses preparation disebut juga dengan

proses persiapan dimana bagian-bagian penting dan vital pada kendaraan dipisahkan.

Menurut Francisco (2013) proses persiapan yang dilakukan meliputi pelepasan

komponen dan peasangan pelindung chasis. Melindungi komponen-komponen

penting kendaraan cukup di tutup dengan kain anti panas untuk menghindari percikan

api dari mesin las yang dapat melukai bahan karet dan bahan plastik. Cara ini

dilakukan untuk mencegah terbakar atau rusaknya komponen yang ada pada

kendaraan selama proses pembuatan bodi. Selain itu perubahan struktur logam pada

bagian-bagian chasis yang tidak diharapkan akan dapat diminimalisir.

Page 43: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

28

2. Framing / Pembuatan rangka body

Pendapat yang dikemukakan oleh Francisco (2013) proses yang dilakukan

pada tahap ini yaitu chassis wajib melalui leveling memeriksa kemiringan agar body

bus sebelum masuk ke proses pemasangan rangka body (frame). Proses

penyambungan rangka body ke chassis harus di las di atas clam chassis (bracket)

untuk menghindari berkurangnya kekuatan chassis utama akibat perubahan struktur

logam yang terjadi akibat pengaruh perlakuan panas saat proses pengelasan

(welding).

3. Plating (Pengeplatan)

Proses yang dilakukan setelah tahap framing yaitu plating. Sesuai dengan

pendapat Francisco (2013) proses pengeplatan dilakukan di semua sisi panel kanan/

kiri, bagasi samping, dan roof. Penilaian yang diutamakan adalah kerataan lambung

karena jika lambung tidak rata maka dalam proses dempul akan membutuhkan

dempul yang banyak. Peralatan yang biasa digunakan dalam proses plating yaitu

"strech machine" dan tracker yang berfungsi menarik plat yang panjang dan

menempelkannya rangka body sehingga plat bagian lambung tidak bergelombang.

4. Gosok Body

Proses gosok body ini merupakan proses pembersihan sebelum ke proses

dempul dan juga proses pelapisan anti panas dan anti karat pada rangka body bus

Page 44: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

29

(Francisco, 2013). Proses gosok body ini bertujuan untuk meningkatkan daya lekat

dempul pada body karena kotoran mapun karat sudah tidak lagi menempel.

5. Puty / Dempul

Proses yang dilakukan stelah body kendaraan terbentuk adalah proses

pendempulan. Dempul digunakan untuk mengisi kedalaman tekukan-tekukan yang

tidak dapat diisikan dengan cat dasar ataupun oleh perata (Toyota Service Training,

hal. 2). Menurut Gunadi (2008 : 477) pengaplikasian dempul dilakukan setelah

permukaan dibersihkan dari debu, gemuk minyak, air dan kotoran lain. Proses

aplikasi dempul biasanya dilakukan berulang-ulang hingga permukaan body

kendaraan halus dan merata. Setelah pendempulan awal biasanya dilakukan proses

pengamplasan untuk memperhalus permukan hasil dempulan.

6. Painting/ Pengecatan

Menurut Gunadi (2008: 19) proses pengecatan dilakukan setelah

pembentukan bodi selesai dan bertujuan untuk mempermanis kendaraan. Proses

pengecatan biasanya melalui beberapa tahapan : epoxy line, dempul lain, sander lini,

primer coating, top coating, cutting sticker line, vernis top coating, dan tahap yang

terakhir poles (Francisco, 2013). Proses pengecatan body kendaraan biasanya

menggunakan air gun untuk hasil pengecatan yang lebih merata. Setelah pengecatan

selesai, maka kendaraan dibawa ke ruang khusus untuk dipanaskan. Pemanasan ini

penting untuk mempercepat proses pengeringan cat. Sumber dari panas bisa

menggunakan lampu pemanas biasa atau sekarang sudah banyak menggunakan

Page 45: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

30

ruangan pemanas oven (Gunadi, 2008: 20). Selain itu proses pengeringan cat juga

dapat dilakukan dengan pengeringan udara luar.

7. Triming / Interior

Menurut Francisco (2013) proses triming adalah proses pemasangan interior

kendaraan yang memerlukan nilai estetika dalam membuat desain interior kendaraan

sehingga bisa memberikan kepuasan pada pelanggan. Dalam proses trimming

biasanya diperlukan bantuan tenaga ahli dari bidang lain, misalnya dalam pembuatan

jok. Nilai estetika yang tinggi di dalam desain interior kendaraan juga akan

menentukan kualitas kendaraan. Triming interior bus antara lain plafon, dinding

kanan dan kiri, bagasi penumpang, pilar-pilar, pemasangan kaca, AC, lighting,

dashboard, rel jok, karpet lantai, partisi penumpang, Audio Video, door trim (handle,

lock, karet, list alumunium), dan seat (jok).

8. Finishing

Proses finishing merupakan proses terkahir dari pembuatan body bus, proses

ini meliputi pengecekan fungsi-fungsi elektrik dan lighting serta terdapat test

kebocoran dengan Rain Test (Francisco, 2008). Proses finishing dilakukan untuk

memastikan kelayakan kendaraan pada saat digunakan pada segala kondisi.

9. PDI / Pre Delivery Inspection

Menuruf Francisco (2008) proses Pre Delivery Inspection merupakan proses

pengecekan terakhir pada kendaraan sebelum proses pengiriman ke customer. Pre

Delivery Inspection dilakukan dengan proses pengecekan yang meliputi pengecekan

Page 46: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

31

dokumen-dokumen kendaraan dan perlengkapan dari kendaraan tersebut. Proses ini

menjamin kendaraan kembali pada pelanggan dengan keadaan yang lengkap.

5. Model Pembelajaran Teaching Factory Body Repair dan Karoseri

Teaching factory dilaksanakan di SMK diterapkan dalam pembelajaran

dengan berbagai model atau sistem. Salah satunya teaching factory di SMK

Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang yang menggunkan model pembelajaran

dengan sistem magang. Teaching factory yang dilaksanakan di SMK Muhammadiyah

2 Borobudur Magelang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengikuti magang di bengkel body repair dan karoseri yang ada di sekolah. Sesuai

dengan potensi Kabupaten Magelang yaitu di bidang karoseri sekolah mencetuskan

gagasan untuk merintis pembelajaran teaching factory bidang body repair dan

karoseri. SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang menjalankan proses

pembelajaran teaching factory model magang dengan melibatkan peserta didik dalam

proses produksi body dan interior kendaraan sesuai dengan permintaan pelanggan.

Pelaksanaan teaching factory diterapkan pada peserta didik Jurusan Mesin dan

Jurusan Otomotif sehingga sebelum peserta didik diterjunkan diberikan pembekalan

teknis dan gambaran pekerjaan di bengkel unit produksi. Pembekalan peserta didik

meliputi pengenalan proses produksi, pengenalan alat, pengenalan bahan dan

peralatan, serta pembekalan teknis lainnya.

Kegiatan teaching factory yang ada di bengkel unit produksi meliputi jasa

pembuatan body kendaraan dan jasa perbaikan bodi meliputi rekonstruksi dan spot

repainting. Peserta didik dilibatkan dalam proses pengerjaan seperti perbaikan panel

Page 47: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

32

bodi, pengecatan, dan persiapan plat pada proses karoseri. Selain itu peserta didik

diberikan pengetahuan-pengetahuan dasar pada proses perbaikan bodi dan karoseri

seperti nama dan jenis alat, bahan, cara pengoperasian alat, dan teknik-teknik dasar

pada proses perbaikan bodi dan karoseri. Proses yang dilakukan di bengkel unit

produksi SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang mencakup sembilan proses

dasar karoseri. Prosedur perbaikan bodi yang dilakukan di bengkel unit produksi

memenuhi tiga proses dasar perbaikan bodi, tetapi peralatan yang digunakan masih

menggunkan peralatan konvensional. Ditinjau dari proses pembelajarannya, teaching

factory di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang tidak melibatkan tenaga

pendidik maupun guru sehingga konsep teaching yang mengacu pada kompetensi

sesuai dengan koridor kurikulum dalam pendidikan tergolong kurang. Selain itu

transfer ilmu antara guru dan murid kurang optimal.

Pelaksanaan teching factory di SMK Muhammadiyah 2 Borobudur

Magelang dilaksanakan dengan sistem magang. dimaksudkan agar peserta didik

memiliki bekal kompetensi dalam melakukan pekerjaan body repair dan karoseri. Hal

ini dikarenakan teori dan praktik body repair dan karoseri tidak didapatkan dalam

proses belajar mengajar di kelas. Sekolah bertujuan untuk memberikan bekal

kompetensi kepada peserta didik ketika sudah lulus dari sekolah agar mampu bekerja

di perusahaan-perusahaan karoseri dan perbaikan bodi yang ada di Kabupaten

Magelang maupun di luar kabupaten Magelang. Selain itu sistem magang yang

diterapkan dalam pembelajaran teaching factory digunakan untuk mempersiapkan

Page 48: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

33

peserta didik agar dapat memenuhi permintaan tenaga kerja dari industri karoseri dan

body repair yang bekerja sama dengan sekolah.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Kajian penelitian yang relevan digunakan untuk dapat membuktikan relevansi

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya. Kajian-kajian penelitian relevan yang diambil oleh peneliti diantaranya

sebagi berikut:

1. Penelitian Martawijaya (2011) yang berjudul “Model Pembelajaran Teaching

Factory untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa dalam Mata Pelajaran Produktif”

menyatakan bahwa peningkatan kemampuan kognitif siswa dengan pembelajaran

menggunakan model TF-6M lebih tinggi dari pada yang menggunakan model

pembelajaran konvensional. Nilai kompetensi yang dicapai siswa dengan

menggunakan model pembelajaran TF-6M lebih tinggi secara signifikan dari siswa

dengan pembelajaran model konvensional. Hal tersebut menunjukan bahwa

penerapan pembelajaran dengan Model TF-6M mempunyai tingkat efektivitas

yang tinggi dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran

produktif.

2. Penelitian Zainudin (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Kontribusi

Pelaksanaan Teaching Factory dalam Mempersiapkan Lulusan Memasuki Dunia

Kerja Siswa SMK Negeri 5 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012” menyatakan

Page 49: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

34

bahwa kontribusi pelaksanaan teaching facory meliputi: menambah pengetahuan

siswa secara langsung tentang pekerjaan-pekerjaan di DUDI, menambah

kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka, berkepribadian baik,

minat dan kesukaan dalam menghadapi tugas yang diberikan, menambah

pengalaman siswa mengenai lingkungan kerja, menambah disiplin siswa, dan

menumbuhkan sikap profesional dalam melaksanakan berbagai pekerjaan yang

diberikan.

3. Penelitian Fatchurrochman (2011) yang berjudul “Pengaruh Motivasi Berprestasi

terhadap Kesiapan Belajar, Pelaksanaan Prakerin, dan Pencapaian Kompetensi

Mata Pelajaran Produktif” menyatakan bahwa berdasarkan hasil pengolahan

korelasi dan koefisien determinasi diperoleh pelaksanaan prakerin berkorelasi

sebesar 0,381 terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran produktif. Kesiapan

belajar dan pelaksanaan prakerin berkorelasi sebesar 0,418. Pelaksanaan prakerin

berpengaruh secara positif terhadap pencapaian kompetensi mata pelajaran

produktif.

4. Penelitian Siswanto (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pelaksanaan

Teaching Factory untuk Meningkatkan Kompetensi dan Jiwa Kewirausahaan

Siswa Sekolah Menengah Kejuruan” menyatakan bahwa teaching factory dapat

berkontribusi dalam meningkatkan kompetensi siswa SMK dengan cara

mengusahakan agar 1 siswa dapat menggunakan 1 media pada saat pelaksanaan

praktik, mengkondisikan praktik yang dilakukan siswa supaya siswa mampu

menghasilkan produk yang berkualitas dan layak untuk dipasarkan, menerapkan

standar kerja sesuai standar di industri dalam setiap praktik yang dilakukan oleh

Page 50: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

35

siswa, memberikan kesempatan yang lebih banyak kepada siswa untuk

mempraktikkan ketrampilan yang dimilikinya dalam kegiatan teaching factory

sehingga kemampuan siswa lebih optimal. Selain itu teaching factory dinilai dapat

berkontribusi dalam meningkatkan jiwa kewirausahaan siswa dengan melibatkan

siswa secara langsung dalam keseluruhan proses usaha mulai dari perencanaan,

produksi, dan pemasaran.

5. Penelitian Rentzos et al., (2014) yang berjudul “Integrating Manufacturing

Education with Industrial Practice using Teaching Factory Paradigm: A

Construction Equipment Application. Variety Management in Manufacturing”

menyatakan bahwa teaching factory merupakan konsep pembelajaran baru yang

dapat mengubah paradigma pendidikan di bidang produksi barang mentah menjadi

barang jadi menjadi skema baru yang mendukung pemenuhan kebutuhan pekerja

yang berpengetahuan di pabrik-pabrik. Lapangan pekerjaan pada saat ini

menyajikan pendekatan baru yang berusaha untuk dapat mengintegrasikan dunia

industri dengan dunia pendidikan di bawah konsep teaching factory dengan

pengujian menggunakan aplikasi contoh nyata.

Kelima kajian penelitian relevan yang telah diambil dari berbagai sumber

penelitian-penelitian terdahulu selanjutnya dipetakan dalam tabel. Pemetaan kajian

penelitian dilakukan agar kajian penelitian yang relevan tersebut lebih mudah

dibandingkan dan dianalisis dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Pemetaan kajian penelitian relevan yang digunakan oleh peneliti disajikan dalam

Tabel 2.1 berikut.

Page 51: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

36

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu meliputi variabel yang

diteliti, jumlah variabel penelitian, jenis dan pendekatan penelitian, serta metode

penelitian yang digunakan. Penelitian ini merupakn penelitian dengan pendekatan

kuantitatif yang menggunakan dua variabel yaitu teaching factory dan kompetensi.

Metode penelitian yang digunakan bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan

kompetensi keterampilan peserta didik dengan diterapkannya model pembelajaran

teaching factory di sekolah menengah kejuruan.

Tabel 2.1. Pemetaan Kajian Penelitian yang Relevan

Elemen Penelitian Martaw

ijaya

(2011)

Zainudin

(2012)

Fatchurr

ochman

(2011)

Siswanto

(2011)

Rentzos

(2014)

Variabel

yang

Diteliti

Teaching Factory V V V V V

Kompetensi V V

Jumlah

Variabel

Dua

Variabel V V

Tiga/ Lebih

Variabel V V

Jenis

Penelitian

Kualitatif V V V

Kuantitatif V V

Tempat

Penelitian SMK V V V V

C. Kerangka Pikir Penelitian

SMK sebagai lembaga pendidikan formal yang didirikan oleh pemerintah

memiliki tujuan untuk dapat menciptakan lulusan yang siap kerja, berwirausaha, dan

mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Di antara ketiga tujuan

tersebut, tujuan yang paling disoroti adalah menciptakan lulusan menjadi tenaga

Page 52: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

37

kerja. Untuk dapat menjadi tenaga kerja yang mampu menghadapi tuntutan dunia

kerja seiring dengan perkembangan zaman SMK membekali lulusannya dengan

pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari di sekolah. Dengan sikap (soft skill),

pengetahuan, dan keterampilan (hard skill) yang dimiliki lulusan SMK diharapkan

mampu terserap secara maksimal di dunia industri agar tetap mampu

mempertahankan eksistensinya.

Keterserapan lulusan SMK untuk dapat menjadi tenaga kerja di dunia

industri salah satunya dipengaruhi oleh tingkat kompetensi lulusan. Kualitas lulusan

SMK dinilai unggul apabila lulusan memiliki kompetensi sikap, pengetahuan,

keterampilan dalam melakukan suatu pekerjaan khususnya pada jurusan atau bidang

keahlian yang ditekuni. Kualitas lulusan yang dihasilkan oleh SMK akan berbanding

lurus dengan kesiapan lulusan untuk memasuki dunia kerja serta bersaing di

dalamnya. Makin tinggi kompetensi lulusan makin siap mereka dalam bersaing di

dunia kerja.

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

dimiliki oleh peserta didik dalam melakukan suatu pekerjaan maupun praktik. Untuk

dapat menciptakan lulusan yang memiliki kompetensi keahlian yang berkualitas

pemerintah melalui lembaga pendidikan kejuruan menerapkan program link and

match. Program link and match tersebut dituangkan dalam proses Pendidikan Sistem

Ganda (PSG) dengan mengacu pada dua bidang yaitu bidang pendidikan dan industri.

Dengan melaksanakan proses pembelajaran berbasis kurikulum dan kerja di dunia

industri pemerintah khususnya SMK berharap lulusannya dapat memiliki kompetensi

yang tinggi pada bidang keahlian yang ditekuninya.

Page 53: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

38

Progam link and match yang dilaksanakan di SMK diwujudkan dalam

berbagai macam program pembelajaran dan model pembelajaran yang beragam

mengikuti perkembangan dan tuntutan industri. Program-program yang dilaksanakan

tersebut diantaranya adalah menerapkan model pembelajaran Praktik Kerja Industri

(Prakerin) dan teaching factory. Kedua model pembelajaran tersebut merupakan

model pembelajaran dimana peserta didik dapat merasakan secara langsung budaya

yang ada di industri dan menjadi pelaku yang ikut berperan di dalamnya. Prakerin

dan teaching factory diharapkan mampu mendukung peningkatan kompetensi lulusan

SMK. Melalui model pembelajaran teaching factory tersebut peserta didik diharapkan

untuk dapat memiliki pengetahuan dan kesiapan untuk dapat bekerja di dunia kerja

sehingga tidak terjadi ketimpangan antara kemampuan lulusan dengan kualifikasi

yang dibutuhkan oleh industri.

Teaching factory dilakukan dengan menciptakan suasana industri di sekolah

dimana peserta didik dapat belajar di dalamnya. Mengacu pada pendapat Wijaya et

al., (2014: 54) model pembelajaran teaching factory merupakan model pembelajaran

yang memadukan antara Production Based Training (PBT) dengan Competency-

based Training (CBT). Production Based Training (PBT) yaitu pembelajaran dimana

siswa belajar di lingkungan industri seperti di bengkel atau workshop sesuai dengan

budaya dan iklim yang ada di industri, sedangkan Competency-based Training (CBT)

adalah pembelajaran yang dilakukan di lembaga pendidikan kejuruan yang mengacu

pada kebijakan kurikulum yang telah ditetapkan.

Peserta didik menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari teaching

factory yang berperan sebagai pelaksana pekerjaan di bengkel unit produksi dengan

Page 54: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

39

didampingi oleh tenaga pendidik. Proses pelaksanaan teaching factory umumya

diselaraskan dengan bidang keahlian yang relevan dalam suatu lembaga pendidikan

kejuruan sehingga iklim industri yang sesungguhnya dapat dirasakan oleh peserta

didik. Dengan adanya iklim industri dan suasana dunia kerja yang dapat dirasakan

oleh peserta didik secara langsung maka kesiapan peserta didik untuk memasuki

dunia kerja menjadi lebih mantap.

Gambar 2.7. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

SMK

Pengujian kompetensi keahlian

peserta didik

Competency Based Training (CBT)

Menyiapkan lulusan menghadapi

dunia kerja

Production Based Training (PBT)

Lulusan siap kerja

Page 55: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

40

Penerapan model pembelajaran teaching factory di SMK akan mendukung

peningkatan kompetensi peserta didik. Peserta didik akan memiliki pengetahuan,

sikap, dan keterampilan yang lebih baik di dalam bekerja karena mereka telah

merasakan secara langsung kegiatan serta iklim yang ada di industri tempat mereka

bekerja kelak. Meningkatnya kompetensi peserta didik akan ikut mendukung

peningkatan keterserapan lulusan untuk dapat memasuki dunia industri. Selain itu

peningkatan kompetensi peserta didik juga akan ikut membantu dalam meningkatkan

kesiapan lulusan untuk bisa bersaing di dunia kerja serta mampu memenuhi tuntutan

dunia industri.

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan dapat disimpulkan bahwa

pelaksanaan model pembelajaran teaching factory dinilai dapat memberikan

pengaruh terhadap peningkatan kompetensi keahlian baik kompetensi keterampilan

maupun kompetensi sikap peserta didik dalam melakukan pekerjaan body repair dan

karoseri pada peserta didik kelas XI Jurusan Otomotif SMK Muhammadiyah 2

Borobudur Magelang. Untuk dapat memahami kerangka pikir penelitian ini dengan

lebih mudah pada Gambar 1.1 disajikan gambar bagan kerangka berpikir penelitian.

D. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian

1. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2015: 96). Hipotesis yang dirumuskan dalam

Page 56: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

41

penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran teaching factory meningkatkan

kompetensi keterampilan secara bersama-sama pada pekerjaan body repair dan

karoseri pada siswa kelas XI Otomotif SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang.

2. Pertanyaan Penelitian

a. Adakah perbedaan kompetensi keterampilan peserta didik kelas XI Jurusan

Otomotif SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang sebelum dan sesudah

dilaksanakan teaching factory pekerjaan body repair dan karoseri?

b. Adakah peningkatan kompetensi keterampilan peserta didik kelas XI Jurusan

Otomotif SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang setelah diterapkan model

pembelajaran teaching factory terhadap kompetensi keterampilan body repair dan

karoseri?

Page 57: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

79

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dipaparkan,

maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan pada kompetensi keahlian yang dicapai oleh

peserta didik SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang dalam melakukan

pekerjaan body repair dan karoseri antara sebelum pelaksanaan model

pembelajaran teaching factory dan sesudah pelaksanaan model pembelajaran

teaching factory di bengkel unit. Ditunjukkan dari hasil perhitungan uji beda (t-

test) dengan nilai hasil thitung = 32.3140 lebih besar dari ttabel = 1.70 pada dk = 29.

2. Terdapat peningkatan yang signifikan pada kompetensi keahlian yang dicapai oleh

peserta didik dalam melakukan pekerjaan body repair dan karoseri di SMK

Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang. Hasil perhitungan uji N-gain didapatkan

nilai N-gain sebesar 0.35 yang termasuk dalam kategori peningkatan sedang.

Peningkatan kompetensi keahlian yang dicapai oleh peserta didik dipengaruhi oleh

tingginya motivasi peserta didik saat melakukan pekerjaan yang diwujudkan

dengan sikap kerja yang tinggi.

Page 58: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

80

B. Saran Pemanfaatan Hasil Penelitian

1. Model pembelajaran teaching factory sangat cocok diterapkan sebagai model

pembelajaran yang umum di SMK karena dapat meningkatkan kompetensi peserta

didik terutama pada kompetensi sikap dan keterampilan pada pekerjaan body

repair dan karoseri.

2. Sinkronisasi kurikulum perlu dilakukan dengan pihak industri sehingga sekolah

dapat menyamakan peralatan maupun iklim belajar yang ada di teaching factory

dengan suasana di industri.

3. Pelaksanaan model pembelajaran teaching factory di SMK sebaiknya ikut

melibatkan guru sebagai pendamping dan pembimbing jalannya teaching factory

di bengkel unit produksi untuk menjamin pembelajaran yang lebih intensif dan

berkualitas, selain itu aktifitas peserta didik juga tetap dapat diamati dan dinilai

oleh guru.

4. Guru sebaiknya memahami betul dan memiliki pengetahuan yang tinggi terkait

dengan kegiatan atau pekerjaan yang dilaksanakan pada pembelajaran teaching

factory di sekolah sehingga transfer ilmu dari guru kepada murid menjadi semakin

optimal untuk meningkatkan kompetensi yang dicapai oleh peserta didik.

Page 59: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

81

DAFTAR PUSTAKA

Alptekin, S.E., et al. 2001. Teaching factory. Proceedings of the 2001 American Society for Engineering Education Annual Conference and Exposition, Cal Poly, San Luis Obispo.

Arani, M.R.S., et al. 2004. Work-Based Learning: A Practical Approach for Learning to Work and Working to Learn. Portugal: Portugal University

Press.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Cetakan ke-14. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik. 2016. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 1986 – 2015. Jakarta : Badan Pusat Statistik diakses

pada 24 Juni 2016.

Dede, M. 2010. Pool Bus dan Karoseri PO Mosa Persada di Tanjung Redeb

Kabupaten Berau. Tugas Akhir. Program Sarjana Universitas Atma Jaya

Yogyakarta. Yogyakarta.

Direktorat PSMK. 2016. Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK tahun 2016. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMK.

Fatchurrochman, R. 2011. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kesiapan Belajar,

Pelaksanaan Prakerin Dan Pencapaian Kompetensi Mata Pelajaran

Produktif. INVOTEC, Volume VII, No. 2, Agustus 2011: 175 –188.

Francisco, J. 2013. Proses Pembuatan Body Bus Di Karoseri. Tersedia di laman

(http://www.karoseri-id.com/2013/05/proses-pembuatan-body-bus-di-

karoseri.html) diakses tanggal 20 Oktober 2016 jam 08.00 WIB.

Fransiska, M. 2013. Kontribusi Praktek Kerja Industri, Bimbingan Karir Kejuruan,

Dan Ekspektasi Karir Terhadap Kompetensi Kejuruan (Studi Pada

Mahasiswa Jurusan Tata Boga Undhira Bali. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Administrasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2013).

Gunadi. 2008. Teknik Bodi Otomotif Jilid 1 untuk SMK. Jakarta: Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

______. 2008. Teknik Bodi Otomotif Jilid 3 untuk SMK. Jakarta: Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen

Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Hasbullah. Tanpa Tahun. Implementasi Pabrik Pengajaran (Teaching Factory) Untuk

Meningkatkan Kompetensi Siswa SMK. Seminar Internasional, ISSN

Page 60: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

82

1907-2066 Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia.

Page 61: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

83

Ilyas, M. 2014. Pengaruh Motivasi Belajar dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi

Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Ngaglik Tahun

Ajaran 2013/2014. Skripsi. Program Sarjana Universitas Negeri

Yogyakarta. Yogyakarta.

Lestari. Dkk. Tanpa Tahun. Efektifitas Pelaksanaan Teaching Factory Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Solo Technopark. Universitas Sebelas

Maret. Surakarta.

Martawijaya, D.H. 2011. Model Pembelajaran Teaching Factory untuk

Meningkatakan Kompetensi Siswa dalam Mata Pelajaran Produktif.

Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 17, Nomor 4, Februari 2011, hlm. 270-278.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990. Pendidikan Menengah.10 Juli 1990. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2005 Nomor 3390. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008. Guru.1 Desember

2008. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4586.

Jakarta.

Rentzos, L. et al., 2014. Integrating Manufacturing Education with Industrial Practice using Teaching Factory Paradigm: A Construction Equipment Application. Variety Management in Manufacturing. Proceedings of the

47th CIRP Conference on Manufacturing Systems. Science Direct.

Setiawan, Y. 2013. Visi Misi dan Tujuan. Dikutip dari laman

https://psmk.kemendikbud.go.id>konten. Diakses pada 2 Desember 2016

pukul 13.00.

Siswanto, I. 2011. Pelaksanaan Teaching Factory Untuk Meningkatkan Kompetensi Dan Jiwa Kewirausahaan Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Seminar

Nasional 2011 “Wonderful Indonesia” Jurusan PTBB FT UNY, 3

Desember 2011. ISSN: 1907-8366.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika Cetakan ke-1 (6th Ed.). Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development) Cetakan ke-1. Bandung: Alfabeta.

________. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D Cetakan ke-20 (20th Ed). Bandung: Tarsito.

Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta: Center of

Academic Publishing Service.

Sumarni, W. 2010. Penerapan Learning Cycle Sebagai Upaya Meningkatkan

Keterampilan Generik Sains inferensia logika Mahasiswa Melalui

Page 62: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY …lib.unnes.ac.id/30986/1/5202413050.pdf · penerapan model pembelajaran teaching factory untuk meningkatkan kompetensi keahlian body

84

Perkuliahan Praktikum Kimia Dasar. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia Vol. 4 No. 1. Hal 521 – 531.

Toyota Service Training. Tanpa Tahun. New Step 1 Training Manual Perbaikan Body. Jakarta: Toyota Astra Motor Training Center.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. 8 Juli 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 4301. Jakarta.

Wijaya, M.B.R. et al. 2014. Management Model Development of Teaching Factory

“Procom Cakep” In the Field of Engineering Technology. The Journal of Educational Development 2 (1) (2014). Semarang: Universitas Negeri

Semarang.

Zainudin, I. 2012. Kontribusi Pelaksanaan Teaching Factory dalam Mempersiapkan

Lulusan Memasuki Dunia Kerja Siswa SMK Negeri 5 Surakarta Tahun

Ajaran 2011/2012. Skripsi. Program Sarjana Universitas Sebelas Maret.

Surakarta.

________. Tanpa Tahun. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Tersedia di

(http://kbbi.web.id). Diakses pada 24 Juni 2016 Pukul 09.00 WIB.

_______ . Tanpa Tahun. Karoseri. Tersedia di

(https://id.wikipedia.org/wiki/Karoseri). Diakses pada 24 Juni 2016 pukul

09.15 WIB.