TBR Paralisis Periodik

download TBR Paralisis Periodik

of 19

Transcript of TBR Paralisis Periodik

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    1/19

    TEXT BOOK REVIEW

    PARALISIS PERIODIK

    Pembimbing

    dr.Tutik Ermawati, Sp. S

    Disusun oleh :

    Nur Rakhman Pratama G1A211036

    BAGIAN SMF ILMU PENYAKIT SARAFRSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    JURUSAN KEDOKTERAN

    PURWOKERTO

    2012

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    2/19

    LEMBAR PENGESAHAN

    Telah dipresentasikan dan disetujui Text Book Review yang berjudul : PARALISIS PERIODIK

    Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat kegiatan Kepaniteraan Klinik

    di Bagian Ilmu Penyakit Saraf

    RSUD Prof. dr. Margono Soekardjo Purwokerto

    Disusun oleh :

    Nur Rakhman Pratama G1A211036

    Disetujui dan disahkan:

    Tanggal:....................................

    Mengetahui,

    Pembimbing

    dr.Tutik Ermawati, Sp. S

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    3/19

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Paralisis periodik (PP) adalah sekelompok gangguan otot rangka dengan

    bermacam etiologi, episodik, berlangsung sebentar, dan hiporefleks kelemahan

    otot rangka, dengan atau tanpa myotonia tetapi tanpa defisit sensorik dan tanpa

    kehilangan kesadaran. Pada awal perjalanan penyakit ini, kelumpuhan periodik

    primer atau yang diturunkan (familial), kekuatan otot normal di antara serangan.

    Setelah bertahun-tahun serangan ini, kelemahan interiktal terjadi dan mungkin

    progresif. Gangguan ini dapat diobati dan kelemahan progresif dapat dicegah atau

    bahkan dapat sembuh 1.

    Pada paralisis periodik terdapat serangan kelemahan flaksid yang hilang

    timbul, dapat bersifat setempat maupun menyeluruh. Penderita mengalami

    kelemahan bagian proksimal ekstremitas yang cepat dan progresif tapi otot-otot

    kranial dan pernafasan biasanya terhindar dari kelemahan. Serangan dapat

    menyebabkan kelemahan yang asimetris dengan derajat kelemahan yang berbeda pada beberapa golongan otot saja sampai pada suatu kelumpuhan umum.

    Kelemahan biasanya menghilang dalam beberapa jam, namun defisit yang

    permanen bisa terjadi pada penderita yang sering mendapatkan serangan. Di luar

    serangan tidak ditemukan kelainan neurologi maupun kelainan elektromiografis 2.

    Gangguan ini secara konvensional dibagi menjadi paralisis periodik primer

    atau diturunkan (familial), dan paralisis periodik sekunder. Paralisis periodik

    primer atau familial merupakan kelompok gangguan akibat mutasi gen tunggalyang mengakibatkan kelainan saluran kalsium, kalium natrium, dan klorida pada

    sel otot - membran. Oleh karena itu, ini juga dikenal sebagai channelopathies atau

    membranopathies 1.

    Paralisis periodik sekunder mungkin karena terbukti diketahui oleh beberapa

    penyebab. Pada paralisis periodik sekunder, antar-iktal tingkat kalium dalam

    serum tidak normal. Riwayat penggunaan ACE inhibitor, angiotensin-II-reseptor-

    blocker, diuretik, atau carbenoxolone memberikan petunjuk untuk diagnosis

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    4/19

    paralisis periodik sekunder. Karakteristik klinis atau biokimia dari gagal ginjal

    kronis, tirotoksikosis, paramyotonia kongenital, atau sindrom Andersen dapat

    ditemukan kelumpuhan periodik sekunder 1.

    Kadar kalium serum pada keduanya, yakni pada paralisis periodik primer dan

    paralisis periodik sekunder biasanya abnormal selama serangan. Jika kadar berada

    di bawah normal, paralisis periodik dikenal sebagai tipe hipokalemik. Jika kadar

    lebih tinggi dari normal disebut sebagai jenis hiperkalemik. Pada tipe

    normokalemik dari paralisis periodik, kalium serum selama serangan mungkin

    normal atau dalam kisaran di bawah atau di atas dari nilai normal. Dalam paralisis

    periodik primer, antar-iktal kalium serum normal. Dalam paralisis periodik

    sekunder, kalium antar-iktal serum mungkin abnormal 1,3 .

    Hipokalemik periodik paralisis adalah kelainan yang ditandai dengan kadar

    kalium (kalium) yang rendah (kurang dari 3.5 mmol/L) pada saat serangan,

    disertai riwayat episode kelemahan sampai kelumpuhan otot skeletal. Angka

    kejadian adalah sekitar 1 diantara 100.000 orang, pria lebih sering dari wanita dan

    biasanya lebih berat. Usia terjadinya serangan pertama bervariasi dari 1 20 tahun,

    frekuensi serangan terbanyak di usia 15 35 tahun dan kemudian menurun dengan

    peningkatan usia4

    .

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    5/19

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    1. Definisi

    Paralisis periodik adalah gangguan otot rangka di mana pasien mengalami

    serangan kelemahan otot dengan durasi dan keparahan yang bervariasi. Serangan

    dapat berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa hari. Kelemahan dalam

    serangan dapat general atau fokal. Dalam perjalanan penyakitnya dari penyakit

    otot ini, kekuatan normal kembali setelah serangan, tetapi kemudian kelemahan

    otot signifikan yang menetap sering berkembang 3.

    2. KlasifikasiParalisis periodik dibagi menjadi dua golongan berdasarkan penggolongan

    secara konvensional yaitu paralisis periodik primer atau familial dan paralisis

    periodik sekunder. Paralisis periodik primer atau familial merupakan kelompok

    gangguan akibat mutasi gen tunggal yang mengakibatkan kelainan saluran

    kalsium, kalium natrium, dan klorida pada sel otot - membran. Oleh karena itu, ini

    juga dikenal sebagai channelopathies atau membranopathies 1.

    Paralisis periodik sekunder mungkin karena terbukti diketahui oleh beberapa penyebab. Pada paralisis periodik sekunder, bahkan antar-iktal tingkat kalium

    dalam serum tidak normal. Riwayat penggunaan ACE inhibitor, angiotensin-II-

    reseptor-blocker, diuretik, atau carbenoxolone memberikan petunjuk untuk

    diagnosis paralisis periodik sekunder. Karakteristik klinis atau biokimia dari gagal

    ginjal kronis, tirotoksikosis, paramyotonia kongenital, atau sindrom Andersen

    dapat ditemukan kelumpuhan periodik sekunder. Berikut di bawah ini

    penggolongan paralisis periodik secara konvensional1

    .A. Paralisis periodik primer atau familial:

    i. Paralisis periodik hipokalemik

    ii. Paralisis periodik hiperkalemik

    iii. Paralisis periodik normokalemik

    Semua di atas diturunkan secara autosomal dominan

    B. Paralisis periodik sekunder:

    i. Paralisis periodik hipokalemik.

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    6/19

    a) Tirotoksikosis

    b) Thiazide atau loop-diuretic induced

    c) Nefropati yang menyebabkan kehilangan kalium

    d) Drug-induced: gentamicin, carbenicillin,amphotericin-B, turunan

    tetrasiklin, vitamin B12 , alkohol, carbenoxolone

    e) Hiperaldosteron primer atau sekunder

    f) Keracunan akut akibat menelan barium karbonat sebagai rodentisida

    g) Gastro-intestinal potassium loss

    ii. Paralisis periodik hiperkalemik:

    a) Gagal ginjal kronis

    b) Terapi ACE-inhibitor dosis tinggi, atau nefropati diabetik lanjutc) Potassium supplements jika digunakan bersama potassium sparing

    diuretics (spironolactone, triamterene, amiloride) dan atau ACE-

    inhibitors.

    d) Andersens cardiodysrhythmic syndrome

    e) Paramyotonia congenita-periodic paralysis terjadi spontan atau dipicu

    oleh paparan suhu dingin

    A. Paralisis periodik hipokalemikParalisis periodik hipokalemik adalah kelainan yang ditandai

    kelemahan otot akut karena hipokalemia yang terjadi secara episodik.

    Sebagian besar paralisis periodik hipokalemik merupakan paralisis periodik

    hipokalemik primer atau familial. Paralisis periodik hipokalemik sekunder

    bersifat sporadik dan biasanya berhubungan dengan penyakit tertentu atau

    keracunan. Salah satu kelainan ginjal yang dapat menyebabkan paralisis

    periodik hipokalemik sekunder adalah asidosis tubulus renalis distal (ATRD)yang awitan pertama biasanya terjadi pada masa dewasa. Gejala klinis yang

    karakteristik adalah kelemahan otot akut yang bersifat intermiten, gradual,

    biasanya pada ekstremitas bawah, dapat unilateral atau bilateral, disertai nyeri

    di awal serangan. Paralisis periodik hipokalemik diterapi dengan kalium dan

    mengobati penyakit dasarnya. Analisis yang cermat diperlukan untuk

    mengetahui penyakit dasarnya karena sangat menentukan tata laksana dan

    prognosis selanjutnya 5.

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    7/19

    Paralisis periodik hipokalemik adalah kelainan yang ditandai dengan

    kadar kalium yang rendah (kurang dari 3.5 mmol/L) pada saat serangan,

    disertai riwayat episode kelemahan sampai kelumpuhan otot skeletal.

    Hipokalemia dapat terjadi karena adanya faktor pencetus tertentu, misalnya

    makanan dengan kadar karbohidrat tinggi, istirahat sesudah latihan fisik,

    perjalanan jauh, pemberian obat, operasi, menstruasi, konsumsi alkohol dan

    lain-lain. Kadar insulin juga dapat mempengaruhi kelainan ini pada banyak

    penderita, karena insulin akan meningkatkan aliran kalium ke dalam sel. Pada

    saat serangan akan terjadi pergerakan kalium dari cairan ekstra selular masuk

    ke dalam sel, sehingga pada pemeriksaan kalium darah terjadi hipokalemia.

    Kadar kalium biasanya dalam batas normal diluar serangan. Pencetus untuk

    setiap individu berbeda, juga tidak ada korelasi antara besarnya penurunan

    kadar kalium serum dengan beratnya paralisis (kelemahan) otot skeletal 4.

    Penderita dapat mengalami serangan hanya sekali, tetapi dapat juga

    serangan berkali-kali (berulang) dengan interval waktu serangan juga

    bervariasi. Kelemahan biasanya terjadi pada otot kaki dan tangan, tetapi

    kadang-kadang dapat mengenai otot mata, otot pernafasan dan otot untuk

    menelan, di mana kedua keadaan terakhir ini dapat berakibat fatal. Angkakejadian adalah sekitar 1 diantara 100.000 orang, pria lebih sering dari wanita

    dan biasanya lebih berat. Usia terjadinya serangan pertama bervariasi dari 1

    20 tahun, frekuensi serangan terbanyak di usia 15 35 tahun dan kemudian

    menurun dengan peningkatan usia. Hipokalemik periodik paralisis biasanya

    terjadi karena kelainan genetik otosomal dominan. Hal lain yang dapat

    menyebabkan terjadinya hipokalemik periodik paralisis adalah tirotoksikosis

    (thyrotoxic periodic paralysis), hiperinsulin4

    .Diagnosa kelainan hipokalemik periodik paralisis ditegakkan

    berdasarkan kadar kalium darah rendah [kurang dari 3,5 mmol/L (0,9 3,0

    mmol/L) ] pada waktu serangan, riwayat mengalami episode flaccid paralysis

    dengan pemeriksaan lain dalam batas normal. Paralisis yang terjadi pada

    penyakit ini umumnya berlokasi di bahu dan panggul meliputi juga tangan

    dan kaki, bersifat intermiten, serangan biasanya berakhir sebelum 24 jam,

    pada EMG dan biopsi otot ditemukan miotonia, refleks Babinsky positif,

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    8/19

    kekuatan otot normal diluar serangan. Terdapat 2 bentuk kelainan otot yang

    diobservasi yaitu episode paralitik dan bentuk miopati, kedua keadaan ini

    dapat terjadi secara terpisah ataupun bersama-sama. Sering terjadi bentuk

    paralitik murni, kombinasi episode paralitik dan miopati yang

    progresifitasnya lambat jarang terjadi, demikian pula bentuk miopatik murni

    jarang terjadi. Episode paralitik ditandai terutama adanya flaccid paralysis

    dengan hipokalemia sehingga dapat terjadi para paresis atau tetraparesis

    berpasangan dengan otot pernafasan. Pada pasien ini murni flaccid paralysis

    dengan hipokalemia dan akan sembuh atau remisi sendiri 5 6 jam kemudian,

    dengan pemberian kalium per oral serangan menjadi lebih ringan. Tidak

    terdapat kelainan pada otot pernafasan. Jika terdapat kelainan genetik maka

    pada analisa didapatkan kelainan antara lain adalah autosomal dominan

    inheritance yaitu mutasi pada kromososm CACNA1S (70%) disebut

    hipokalemik periodik paralisis tipe 1, mutasi lokus pada kromosom SCN4A

    (10%) disebut hipokalemik periodik paralisis tipe 2 4.

    B. Paralisis periodik hiperkalemik

    Lebih jarang dibanding paralisis periodik hipokalemik. Mulai timbulsebelum umur 10 tahun. Frekuensi dan berat serangan berkurang

    pada masa remaja dan hilang pada saat dewasa. Frekuensi laki-laki dan

    wanita sama. Berbagai faktor pencetus terjadinya paralisis periodik

    hiperkalemik diantaranya 6,7.

    1. Lapar

    2. Istirahat setelah kena dingin atau setelah latihan

    3.

    Asupan kalium yang berlebihan4. Infeksi

    5. Kehamilan

    6. Anestesi

    Pada paralisis periodik hiperkalemia, karbohidrat dan garam bukan

    merupakan faktor pencetus. Gejala lebih ringan dibandingkan paralisis

    periodik hipokalemia. Biasanya berlangsung kurang dari 1 jam. Serangan

    lebih sering terjadi pada siang hari dan biasanya terjadi waktu istirahat,

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    9/19

    misalnya sedang duduk. Keluhan berkurang bila penderita berjalan-jalan.

    Kelemahan dimulai dari tungkai lalu menjalar ke paha, punggung, tangan,

    lengan dan bahu. Sebelum timbul kelemahan biasanya terdapat rasa kaku dan

    kesemutan pada kedua tungkai. Jarang terjadi gangguan menelan dan napas.

    Sering terdapat miotonia pada otot mata, wajah, lidah dan faring. Pada saat

    serangan didapatkan tonus dan refleks fisiologis yang menurun dan tanda

    Chovstek yang positif. Diluar serangan kekuatan otot normal, pada fase lanjut

    terdapat kelemahan otot-otot proksimal 6,7.

    C. Paralisis Periodik Normokalemik

    Jenis ini paling jarang ditemui. Patofisiologinya belum diketahui.

    Serangan lebih berat dan lebih lama daripada paralisis periodik hiperkalemia.

    Serangan dapat ditimbulkan oleh pemberian KCl dan dapat dihentikan

    dengan pemberian NaCl. Serangan tidak dipicu oleh pemberian insulin,

    glukosa ataupun kalium 2.

    Karakteristik klinis perbedaan dari paralisis periodik hiperkalemik dan

    paralisis hipokalemik dapat dilihat pada tabel di bawah ini3

    .Paralisis periodikhiprekalemik

    Paralisis peiodikhipokalemik

    Onset Dekade pertama Dekade keduaPemicu Istirahat sehabis latihan,

    dingin, puasa, makanankaya kalium

    Istirahat sehabis latihan,kelebihan karbohidrat

    Waktu serangan Kapan pun Pada saat bangun tidur pagi hari

    Durasi serangan Beberapa menit sampai

    beberapa jam

    Beberapa jam sampai

    beberapa hariKeparahan serangan Ringan sampai sedang,fokal

    Sedang sampai berat

    Gejala tambahan Miotonia atau paramiotonia

    -

    Kalium serum Biasanya tinggi, bisanormal

    Rendah

    Pengobatan Acetazolamide,dichlorphenamide,thiazide, beta-agonist

    Acetazolamide,dichlorphenamide,suplemen kalium,diuretik hemat kalium

    Gen/ ion channel SCN4A: Na v1.4 (sodium CACNA1S: Ca v1.1

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    10/19

    channel subunitKCNJ2: Kir2.1 (pottasiumchannel subunit)

    (calcium channelsubunit)SCN4A: Na v1.4(sodium channel

    subunit)KCNJ2: Kir2.1(pottasium channelsubunit)

    3. Etiologi

    Sinyal listrik pada otot skeletal, jantung, dan saraf merupakan suatu alat

    untuk mentransmisikan suatu informasi secara cepat dan jarak yang jauh.

    Kontraksi otot skeletal diinisiasi dengan pelepasan ion kalsium oleh retikulum

    sarkoplasma, yang kemudian terjadi aksi potensial pada motor end-plate yang

    dicetuskan oleh depolarisasi dari transverse tubule (T tubule). Ketepatan dan

    kecepatan dari jalur sinyal ini tergantung aksi koordinasi beberapa kelas voltage-

    sensitive kanal ion. Mutasi dari gen dari kanal ion tersebut akan menyebabkan

    kelainan yang diturunkan pada manusia. Dan kelainannya disebut chanelopathies

    yang cenderung menimbulkan gejala yang paroksismal : miotonia atau periodik

    paralisis dari otot-oto skeletal. Defek pada kanal ion tersebut dapat meningkatkan

    eksitasi elektrik suatu sel, menurunkan kemampuan eksitasi, bahkan dapat

    menyebabkan kehilangan kemampuan eksitasi. Dan kehilangan dari eksitasi listrik

    pada otot skeletal merupakan kelainan dasar dari periodik paralisis 8.

    4. Patofisiologi

    A. Kalium

    Kalium memiliki fungsi mempertahankan membran potensial elektrik

    dalam tubuh dan menghantarkan aliran saraf di otot. Kalium mempunyai

    peranan yang dominan dalam hal eksitabilitas sel, terutama sel otot jantung,

    saraf, dan otot lurik. Kalium mempunyai peran vital di tingkat sel dan

    merupakan ion utama intrasel. Ion ini akan masuk ke dalam sel dengan cara

    transport aktif, yang memerlukan energi. Fungsi kalium akan nampak jelas

    bila fungsi tersebut terutama berhubungan dengan aktivitas otot jantung, otot

    lurik, dan ginjal. Eksitabilitas sel sebanding dengan rasio kadar kalium di

    dalam dan di luar sel. Berarti bahwa setiap perubahan dari rasio ini akan

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    11/19

    mempengaruhi fungsi dari sel sel yaitu tidak berfungsinya membran sel yang

    tidak eksitabel, yang akan menyebabkan timbulnya keluhan keluhan dan

    gejala gejala sehubungan dengan tidak seimbangnya kadar kalium. Kadar

    kalium normal intrasel adalah 135 150 mEq/L dan ekstrasel adalah 3,5

    5,5mEq/L. Perbedaan kadar yang sangat besar ini dapat bertahan, tergantung

    pada metabolisme sel. Dengan demikian situasi di dalam sel adalah elektro

    negatif dan terdapat membran potensial istirahat kurang lebih sebesar -90

    mvolt 8.

    B. Paralisis periodik hipokalemik

    Hipokalemia merupakan kelainan elektrolit yang sering terjadi pada praktekklinis yang didefinisikan dengan kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L, pada

    hipokalemia sedang kadar kalium serum 2,5-3 mEq/L, dan hipokalemia berat kadar

    kalium serumnya kurang dari 2,5 mEq/L. Keadaan ini dapat dicetuskan melalui

    berbagai mekanisme, termasuk asupan yang tidak adekuat, pengeluaran berlebihan

    melalui ginjal atau gastrointestinal, obat-obatan, dan perpindahan transelular

    (perpindahan kalium dari serum ke intraselular). Gejala hipokalemi ini terutama

    terjadi kelainan di otot. Konsentrasi kalium serum pada 3,0-3,5 mEq/L berhubungan

    dengan suatu keadaan klinis seperti kelemahan otot ringan, fatigue, dan mialgia.

    Pada konsentrasi serum kalium 2,5-3,0 mEq/L kelemahan otot menjadi lebih berat

    terutama pada bagian proximal dari tungkai. Ketika serum kalium turun hingga

    dibawah dari 2,5 mEq/L maka dapat terjadi kerusakan struktural dari otot, termasuk

    rhabdomiolisis dan miogobinuria. Peningkatan osmolaritas serum dapat menjadi

    suatu prediktor terjadinya rhabdomiolisis. Selain itu suatu keadaan hipokalemia

    dapat mengganggu kerja dari organ lain, terutama sekali jantung yang banyak sekali

    mengandung otot dan berpengaruh terhadap perubahan kadar kalium serum.

    Perubahan kerja jantung ini dapat kita deteksi dari pemeriksaan elektrokardiogram

    (EKG). Perubahan pada EKG ini dapat mulai terjadi pada kadar kalium serum

    dibawah 3,5 dan 3,0 mEq/L. Kelainan yang terjadi berupa inversi gelombang T,

    timbulnya gelombang U dan ST depresi, pemanjangan dari PR, QRS, dan QT

    interval 1,6.

    Periodik paralisis hipokalemi ( HypoPP ) merupakan bentuk umum dari kejadian

    periodik paralisis yang diturunkan, dimana kelainan ini diturunkan secara autosomal

    dominan. Dari kebanyakan kasus pada periodik paralisis hipokalemi terjadi karena

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    12/19

    mutasi dari gen reseptor dihidropiridin pada kromosom 1q. Reseptor ini merupakan

    calcium channel yang bersama dengan reseptor ryanodin berperan dalam proses

    coupling pada eksitasi-kontraksi otot. Fontaine et.al telah berhasil memetakan

    mengenai lokus gen dari kelainan HypoPP ini terletak tepatnya di kromosom1q2131. Dimana gen ini mengkode subunit alfa dari L-type calcium channel dari otot

    skeletal secara singkat di kode sebagai CACNL1A3. Mutasi dari CACNL1A3 ini

    dapat disubsitusi oleh 3 jenis protein arginin (Arg) yang berbeda, diantaranya Arg-

    528-His, Arg-1239-His, dan Arg-1239-Gly. Pada Arg-528-His terjadi sekitar 50 %

    kasus pada periodik paralisis hipokalemi familial dan kelainan ini kejadiannya lebih

    rendah pada wanita dibanding pria. Pada wanita yang memiliki kelainan pada Arg-

    528-His dan Arg-1239-His sekitar setengah dan sepertiganya tidak menimbulkan

    gejala klinis 9,10 .

    Sebagai gejala klinis dari periodik paralisis hipokalemi ini ditandai dengan

    kelemahan dari otot-otot skeletal episodik tanpa gangguan dari sensoris ataupun

    kognitif yang berhubungan dengan kadar kalium yang rendah di dalam darah dan

    tidak ditemukan tanda-tanda miotonia dan tidak ada penyebab sekunder lain yang

    menyebabkan hipokalemi. Gejala pada penyakit ini biasanya timbul pada usia

    pubertas atau lebih, dengan serangan kelemahan yang episodik dari derajat ringan

    atau berat yang menyebabkan quadriparesis dengan disertai penurunan kapasitas

    vital dan hipoventilasi, gejala lain seperti fatigue dapat menjadi gejala awal yang

    timbul sebelum serangan, namun hal ini tidak selalu diikuti dengan terjadinya

    serangan kelemahan. Serangan sering terjadi saat malam hari atau saat bangun dari

    tidur dan dicetuskan dengan asupan karbohidrat yang banyak serta riwayat

    melakukan aktivitas berat sebelumnya yang tidak seperti biasanya. Serangan ini

    dapat terjadi hingga beberapa jam sampai yang paling berat dapat terjadi beberapa

    hari dari kelumpuhan tersebut 3,8.

    Distribusi kelemahan otot dapat bervariasi. Kelemahan pada tungkai biasanya

    terjadi lebih dulu daripada lengan dan sering lebih berat kelemahannya dibanding

    lengan, dan bagian proksimal dari ekstremitas lebih jelas terlihat kelemahannya

    dibanding bagian distalnya. Terkecuali, kelemahan ini dapat juga terjadi sebaliknya

    dimana kelemahan lebih dulu terjadi pada lengan yang kemudian diikuti kelemahan

    pada kedua tungkai dimana terjadi pada pasien ini. Otot-otot lain yang jarang sekali

    lumpuh diantaranya otot-otot dari mata, wajah, lidah, pharing, laring, diafragma, dan

    spingter, namun pada kasus tertentu kelemahan ini dapat saja terjadi. Saat puncak

    dari serangan kelemahan otot, refleks tendon menjadi menurun dan terus berkurang

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    13/19

    menjadi hilang sama sekali dan reflek kutaneus masih tetap ada. Rasa sensoris masih

    baik. Setelah serangan berakhir, kekuatan otot secara umum pulih biasanya dimulai

    dari otot yang terakhir kali menjadi lemah. Miotonia tidak terjadi pada keadaan ini,

    dan bila terjadi dan terlihat pada klinis atau pemeriksaan EMG menunjukkanterjadinya miotonia maka diagnosis HypoPP kita dapat singkirkan 1,8.

    Selain dari anamnesa, pemeriksaan penunjang lain seperti laboratorium darah

    dalam hal ini fungsi ginjal, elektrolit darah dan urin, urinalisa urin 24 jam, kadar

    hormonal seperti T4 dan TSH sangat membantu kita untuk menyingkirkan penyebab

    sekunder dari hipokalemia. Keadaan lain atau penyakit yang dapat menyebabkan

    hipokalemi diantaranya intake kalium yang kurang, intake karbohidrat yang

    berlebihan, intoksikasi barium, kehilangan kalium karena diare, periodik paralisis

    karena tirotoksikosis, renal tubular asidosis, dan hyperaldosteronism 3.

    5. Pemeriksaan penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah 1,3

    A. Laboratorium

    1) Kadar kalium serum

    Kalium serum merupakan pemeriksaan laboratorium yang paling

    penting. Diantara serangan paralisis, kalium serum abnormal pada tipe paralisis periodik sekunder, tetapi biasanya normal pada paralisis

    periodik primer. Selama serangan kadar kalium serum dapat tinggi,

    rendah, atau di atas batas normal dan bisa di bawah batas normal.

    Pemeriksaan secara random kadar kalium serum dapat menunjukan

    fluktuasi yang periodik pada paralisis periodik normokalemik.

    Konsentrasi kalium serum pada 3,0-3,5 mEq/L berhubungan

    dengan suatu keadaan klinis seperti kelemahan otot ringan, fatigue, danmialgia. Pada konsentrasi serum kalium 2,5-3,0 mEq/L kelemahan otot

    menjadi lebih berat terutama pada bagian proximal dari tungkai. Ketika

    serum kalium turun hingga dibawah dari 2,5 mEq/L maka dapat terjadi

    kerusakan struktural dari otot, termasuk rhabdomiolisisdan miogobinuria.

    2) Fungsi ginjal

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    14/19

    3) Kadar glukosa darah pengambilan glukosa darah ke dalam sel

    menyebabkan kalim berpindah dari luar sel (darah) ke dalam sel-sel

    tubuh.

    4) pH darah

    Dibutuhkan untuk menginterpretasikan K + yang rendah. Alkalosis

    biasa menyertai hipokalemia dan menyebabkan pergeseran K + ke dalam

    sel. Asidosis menyebabkan kehilangan K + langsung dalam urin.

    5) Hormon tiroid: T3,T4 dan TSH untuk menyingkirkan penyebab sekunder

    hipokalemia.

    6) Kadar CPK (creatinin phospokinase) dan mioglobin serum

    Kadar CPK tinggi pada paralisis periodik primer selama atau baru

    saja setelah serangan. Kadar mioglobin serum juga mungkin tinggi.

    B. EKG

    Perubahan pada EKG ini dapat mulai terjadi pada kadar kalium serum

    dibawah 3,5 dan 3,0 mEq/L. Kelainan yang terjadi berupa inversi gelombang

    T, timbulnya gelombang U dan ST depresi, pemanjangan dari PR, QRS, dan

    QT interval 8.

    C. EMG

    Di antara serangan, mungkin ada fibrilasi dan pengulangan keluaran

    kompleks, meningkat dengan dingin dan menurun dengan latihan (dalam

    paralisis periodik hipokalemik). Selama serangan, EMG akan menunjukkan

    listrik diam, baik pada paralisis periodik hiperkalemik dan paralisis periodik

    hipokalemik.

    D. Biopsi otot

    Biopsi otot diperlukan pada beberapa kasus yang dengan penampilan

    klinis yang tidak spesifik. Pada paralisis periodik hipokalemik primer

    muangkin terdapat vakuola sentral yang tunggal atau mutipel. Pada paralisis

    periodik hiperkalemik sekunder, vakuala dan agregat tubular dapat

    ditemukan.

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    15/19

    6. Penatalaksanaan

    A. Paralisis periodik hipokalemik

    Seperti pada bentuk lain dari periodik paralisis dan miotonia, kebanyakan

    pasien dengan HypoPP tidak memerlukan intervensi farmakologis. Pasien

    kita edukasi dan berikan informasi untuk mencegah dan menurunkan kejadian

    serangan melalui menghindari kegiatan yang memerlukan kekuatan fisik yang

    berat, hindari kedinginan, mengkonsumsi buah-buahan atau jus yang tinggi

    akan kalium, membatasi intake karbohidrat dan garam (160 mEq/hari).

    Pemberian obat-obatan seperti penghambat carbonic anhidrase dapat

    diberikan untuk menurunkan frekuensi dan beratnya serangan kelemahan

    episodik dan memperbaiki kekuatan otot diantara serangan. Acetazolamide

    merupakan obat jenis tersebut yang banyak diresepkan, dosis dimulai dari

    125 mg/hari dan secara bertahap ditingkatkan hingga dosis yang dibutuhkan

    maksimum 1500 mg/hari. Pasien yang tidak berespon dengan pemberian

    acetazolamide dapat diberikan penghambat carbonic anhidrase yang lebih

    poten seperti, dichlorphenamide 50 hingga 150 mg/hari atau pemberian

    diuretik hemat kalium seperti spironolactone atau triamterine (keduanya

    dalam dosis 25 hingga 100 mg/hari). Pemberian rutin kalium chlorida (KCL)5 hingga 10 g per hari secara oral yang dilarutkan dengan cairan tanpa

    pemanis dapat mencegah timbulnya serangan pada kebanyakan pasien. Pada

    suatu serangan HypoPP yang akut atau berat, KCL dapat diberikan melalui

    intravena dengan dosis inisial 0,05 hingga 0,1 mEq/KgBB dalam bolus pelan,

    diikuti dengan pemberian KCL dalam 5% manitol dengan dosis 20 hingga 40

    mEq, hindari pemberian dalam larutan glukosa sebagai cairan pembawa.

    Kepustakaan lain KCL dapat diberikan dengan dosis 50 mEq/L dalam 250 cclarutan 5 % manitol 1,5 .

    B. Paralisis periodik hiperkalemik

    Penatalaksanaan dari paralisis periodik hiperkalemik diaantaranya 1:

    1. Profilaksis : acetazolamide atau diuretik thiazide dapat digunakan untuk

    mencegah serangan.

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    16/19

    2. Pengobatan saat serangan: pada kasus yang sedang tidak membutuhkan

    terapi obat-obatan yang mana hanya dengan minum minuman yang manis

    atau permen gula dapat mengurangi serangan. Pada kasus yang

    memanjang atau serangan yang lanjut diuretik thiazide dan loop diuretik

    (furosemide, bumetanide) digunakan dalam dosis yang cukup tinggi untuk

    menurunkan kadar kalium menjadi normal. Jika kadar kalium darah sangat

    tinggi dapat diberikan secara intravena 20 ml kalsium glukonas 20% atau

    drip normal saline atau secara intravena glukosa 10% ditambah insulin.

    Jika gagal atau intoleransi terhadap diuretik, salbutamol dapat diberikan

    secara intravena untuk mengatasi serangan.

    C. Pengobatan paralisis periodik normokalemik

    Pengobatan sama dengan paralisis periodik hiperkalemik, seperti 1:

    1. Diet tinggi karbohidrat, seperti permen gula

    2. Thiazide, seperti chlorthalidone 250-1000 mg/hari

    3. Pemberian secara intravena normal saline dan kalsium glukonas

    4. Pemberian secara intravena insulin dan glukosa

    D. Pengobatan paralisis periodik sekunder

    Prinsip utamanya adalah penyebeb utamanya harus diobati dahulu,

    obat-obatan yang memperburuk kondisi dihentikan. Suplemen kalium harus

    diberikan pada paralisis periodik hipokalemik. Loop diuretik, glukosa

    ditambah insulin secara intravena, atau kalsium glukonas harus diberikan

    pada paralisis periodik hiperkalemik 1.

    a)

    Paralisis periodik karena tirotoksikosis: pada kelainan ini terdapathipokalemia, pengobatan dengan memberikan kalium klorida dengan

    beta bloker dan carbimazole (Neomercazole). Acetazolamide tidak

    efektif Pada kondisi emergensi propanolol secara intravena dapat

    diberikan.

    b) Paralisis periodik karena keracunan barium akut: diberikan larutan

    magnesium sulfat 2,5 gm secara intravena bolus tunggal. Pada kasus

    yang masih awal, lavase lambung dengan magnesium sulfat (2,5%) dapat

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    17/19

    dibeikan. Bantuan ventilator dapat diberikan jika diperlukan.

    Hipokalemia diatasi dengan pemberian secara intravena kalium klorida.

    Natrium sulfat dapat digunakan menggantikan magnesium sulfat.

    c) Paralisis periodik karena paramyotonia kongenital: biasanya terdapat

    hiperkalemia dan paralisis dipicu oleh dingin. Karenanya itu, pasien

    harus di tempatkan di tempat yang hangat. Pengobatan terdiri dari

    pemberian oral atau secara intravena glukosa dan oral thiazide.

    d) Sindrom Andersen: pasien harus dimasukkan ke ICU untuk monitoring

    jantung dan pengobatan segera untuk disritmia jantung. Jika kadar

    kalium serum rendah, meningkat, atau normal pengobatan untuk

    hipokalemia atau hiperkalemia dilakukan berdasarkan kadar kalium

    serum.

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    18/19

    BAB III

    KESIMPULAN

    1. Paralisis periodik merupakan sindroma klinis yang dapat menyebabkan

    kelemahan yang akut pada anak-anak maupun dewasa muda. Pasien akan

    mengalami kelemahan progresif dari anggota gerak baik tungkai maupun lengan

    tanpa adanya gangguan sensoris.

    2. Gangguan ini secara konvensional dibagi menjadi paralisis periodik primer atau

    diturunkan (familial), dan paralisis periodik sekunder. Paralisis periodik primer

    atau familial merupakan kelompok gangguan akibat mutasi gen tunggal yang

    mengakibatkan kelainan saluran kalsium, kalium natrium, dan klorida pada sel

    otot - membran. Oleh karena itu, ini juga dikenal sebagai channelopathies atau

    membranopathies .

    3. Kalium memiliki fungsi mempertahankan membran potensial elektrik dalam

    tubuh dan menghantarkan aliran saraf di otot. Kalium mempunyai peranan yang

    dominan dalam hal eksitabilitas sel, terutama sel otot jantung, saraf, dan otot

    lurik. Kalium mempunyai peran vital di tingkat sel dan merupakan ion utamaintrasel

    4. Paralisis periodik dapat diobati dan kelemahan progresif dapat dicegah atau

    bahkan dapat sembuh.

  • 8/14/2019 TBR Paralisis Periodik

    19/19

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Arya, SN. Lecture Notes: Periodic Paralysis. Journal Indian Academy of Clinical

    Medicine. 2002. Vol 3 No 4.

    2. Graves TD. Hanna MG. Neurological Channelopathies. Postgrad. Med. J

    2005;81;20-32

    3. Fialho, D & Michael GH. Periodic Paralysis. Chapter 4. 2007;77-105

    4. Widjajanti, A & SM Agutini. Hipokalemik Periodik Paralisis. 2005; 19-22

    5. Souvriyanti, Elsye; Sudung OP.. Paralisis Periodik Hipokalemik pada Anak

    dengan Asidosis Tubulus Renalis Distal. 2008. Vol 1. 53-59

    6. Graber M. Terapi Cairan, Elektroli dan Metabolik, ed.1. Farmedia. Jakarta.20027. Kawamura S, Ikeda Y, Tomita K, et.al. A Family of Hypokalemic Periodic

    Paralysis with CACNA1S Gene Mutation Showing Incomplete Penetrance in

    Women. InternalMedicine Vol.43, No.3 March 2004. p 21-8 222

    8. Cannon SC. Myotonia and Periodic Paralysis: Disorders of Voltage-Gated Ion

    Channels in Neurological Theurapeutics Principles and Practice, vol.2 part 2.

    Mayo Foundation. United Kingdom. 2003; 225;2365-2377

    9. Sternberg, D., Masionobe, T., Jurkat-Rott, K., et al., 2001, HypokalaemicPeriodic Paralysis type 2 caused by mutasions at codon 672 in the muscle

    sodium channel gene SCN4A. Barain. 124: 1091 9.

    10. Sternberg, D., Tabt,i N., Haingue, B., Fontaine, B., 2004, Hypokalemic periodic

    Paralysis,. Gene Reviews. Funded by NIH University of Washington, Seatle 19

    May, 1 22.