TBR Paralisis Periodik
-
Upload
muhamad-ikbal -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of TBR Paralisis Periodik
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
1/19
TEXT BOOK REVIEW
PARALISIS PERIODIK
Pembimbing
dr.Tutik Ermawati, Sp. S
Disusun oleh :
Nur Rakhman Pratama G1A211036
BAGIAN SMF ILMU PENYAKIT SARAFRSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
JURUSAN KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2012
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
2/19
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipresentasikan dan disetujui Text Book Review yang berjudul : PARALISIS PERIODIK
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat kegiatan Kepaniteraan Klinik
di Bagian Ilmu Penyakit Saraf
RSUD Prof. dr. Margono Soekardjo Purwokerto
Disusun oleh :
Nur Rakhman Pratama G1A211036
Disetujui dan disahkan:
Tanggal:....................................
Mengetahui,
Pembimbing
dr.Tutik Ermawati, Sp. S
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
3/19
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Paralisis periodik (PP) adalah sekelompok gangguan otot rangka dengan
bermacam etiologi, episodik, berlangsung sebentar, dan hiporefleks kelemahan
otot rangka, dengan atau tanpa myotonia tetapi tanpa defisit sensorik dan tanpa
kehilangan kesadaran. Pada awal perjalanan penyakit ini, kelumpuhan periodik
primer atau yang diturunkan (familial), kekuatan otot normal di antara serangan.
Setelah bertahun-tahun serangan ini, kelemahan interiktal terjadi dan mungkin
progresif. Gangguan ini dapat diobati dan kelemahan progresif dapat dicegah atau
bahkan dapat sembuh 1.
Pada paralisis periodik terdapat serangan kelemahan flaksid yang hilang
timbul, dapat bersifat setempat maupun menyeluruh. Penderita mengalami
kelemahan bagian proksimal ekstremitas yang cepat dan progresif tapi otot-otot
kranial dan pernafasan biasanya terhindar dari kelemahan. Serangan dapat
menyebabkan kelemahan yang asimetris dengan derajat kelemahan yang berbeda pada beberapa golongan otot saja sampai pada suatu kelumpuhan umum.
Kelemahan biasanya menghilang dalam beberapa jam, namun defisit yang
permanen bisa terjadi pada penderita yang sering mendapatkan serangan. Di luar
serangan tidak ditemukan kelainan neurologi maupun kelainan elektromiografis 2.
Gangguan ini secara konvensional dibagi menjadi paralisis periodik primer
atau diturunkan (familial), dan paralisis periodik sekunder. Paralisis periodik
primer atau familial merupakan kelompok gangguan akibat mutasi gen tunggalyang mengakibatkan kelainan saluran kalsium, kalium natrium, dan klorida pada
sel otot - membran. Oleh karena itu, ini juga dikenal sebagai channelopathies atau
membranopathies 1.
Paralisis periodik sekunder mungkin karena terbukti diketahui oleh beberapa
penyebab. Pada paralisis periodik sekunder, antar-iktal tingkat kalium dalam
serum tidak normal. Riwayat penggunaan ACE inhibitor, angiotensin-II-reseptor-
blocker, diuretik, atau carbenoxolone memberikan petunjuk untuk diagnosis
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
4/19
paralisis periodik sekunder. Karakteristik klinis atau biokimia dari gagal ginjal
kronis, tirotoksikosis, paramyotonia kongenital, atau sindrom Andersen dapat
ditemukan kelumpuhan periodik sekunder 1.
Kadar kalium serum pada keduanya, yakni pada paralisis periodik primer dan
paralisis periodik sekunder biasanya abnormal selama serangan. Jika kadar berada
di bawah normal, paralisis periodik dikenal sebagai tipe hipokalemik. Jika kadar
lebih tinggi dari normal disebut sebagai jenis hiperkalemik. Pada tipe
normokalemik dari paralisis periodik, kalium serum selama serangan mungkin
normal atau dalam kisaran di bawah atau di atas dari nilai normal. Dalam paralisis
periodik primer, antar-iktal kalium serum normal. Dalam paralisis periodik
sekunder, kalium antar-iktal serum mungkin abnormal 1,3 .
Hipokalemik periodik paralisis adalah kelainan yang ditandai dengan kadar
kalium (kalium) yang rendah (kurang dari 3.5 mmol/L) pada saat serangan,
disertai riwayat episode kelemahan sampai kelumpuhan otot skeletal. Angka
kejadian adalah sekitar 1 diantara 100.000 orang, pria lebih sering dari wanita dan
biasanya lebih berat. Usia terjadinya serangan pertama bervariasi dari 1 20 tahun,
frekuensi serangan terbanyak di usia 15 35 tahun dan kemudian menurun dengan
peningkatan usia4
.
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
5/19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Paralisis periodik adalah gangguan otot rangka di mana pasien mengalami
serangan kelemahan otot dengan durasi dan keparahan yang bervariasi. Serangan
dapat berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa hari. Kelemahan dalam
serangan dapat general atau fokal. Dalam perjalanan penyakitnya dari penyakit
otot ini, kekuatan normal kembali setelah serangan, tetapi kemudian kelemahan
otot signifikan yang menetap sering berkembang 3.
2. KlasifikasiParalisis periodik dibagi menjadi dua golongan berdasarkan penggolongan
secara konvensional yaitu paralisis periodik primer atau familial dan paralisis
periodik sekunder. Paralisis periodik primer atau familial merupakan kelompok
gangguan akibat mutasi gen tunggal yang mengakibatkan kelainan saluran
kalsium, kalium natrium, dan klorida pada sel otot - membran. Oleh karena itu, ini
juga dikenal sebagai channelopathies atau membranopathies 1.
Paralisis periodik sekunder mungkin karena terbukti diketahui oleh beberapa penyebab. Pada paralisis periodik sekunder, bahkan antar-iktal tingkat kalium
dalam serum tidak normal. Riwayat penggunaan ACE inhibitor, angiotensin-II-
reseptor-blocker, diuretik, atau carbenoxolone memberikan petunjuk untuk
diagnosis paralisis periodik sekunder. Karakteristik klinis atau biokimia dari gagal
ginjal kronis, tirotoksikosis, paramyotonia kongenital, atau sindrom Andersen
dapat ditemukan kelumpuhan periodik sekunder. Berikut di bawah ini
penggolongan paralisis periodik secara konvensional1
.A. Paralisis periodik primer atau familial:
i. Paralisis periodik hipokalemik
ii. Paralisis periodik hiperkalemik
iii. Paralisis periodik normokalemik
Semua di atas diturunkan secara autosomal dominan
B. Paralisis periodik sekunder:
i. Paralisis periodik hipokalemik.
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
6/19
a) Tirotoksikosis
b) Thiazide atau loop-diuretic induced
c) Nefropati yang menyebabkan kehilangan kalium
d) Drug-induced: gentamicin, carbenicillin,amphotericin-B, turunan
tetrasiklin, vitamin B12 , alkohol, carbenoxolone
e) Hiperaldosteron primer atau sekunder
f) Keracunan akut akibat menelan barium karbonat sebagai rodentisida
g) Gastro-intestinal potassium loss
ii. Paralisis periodik hiperkalemik:
a) Gagal ginjal kronis
b) Terapi ACE-inhibitor dosis tinggi, atau nefropati diabetik lanjutc) Potassium supplements jika digunakan bersama potassium sparing
diuretics (spironolactone, triamterene, amiloride) dan atau ACE-
inhibitors.
d) Andersens cardiodysrhythmic syndrome
e) Paramyotonia congenita-periodic paralysis terjadi spontan atau dipicu
oleh paparan suhu dingin
A. Paralisis periodik hipokalemikParalisis periodik hipokalemik adalah kelainan yang ditandai
kelemahan otot akut karena hipokalemia yang terjadi secara episodik.
Sebagian besar paralisis periodik hipokalemik merupakan paralisis periodik
hipokalemik primer atau familial. Paralisis periodik hipokalemik sekunder
bersifat sporadik dan biasanya berhubungan dengan penyakit tertentu atau
keracunan. Salah satu kelainan ginjal yang dapat menyebabkan paralisis
periodik hipokalemik sekunder adalah asidosis tubulus renalis distal (ATRD)yang awitan pertama biasanya terjadi pada masa dewasa. Gejala klinis yang
karakteristik adalah kelemahan otot akut yang bersifat intermiten, gradual,
biasanya pada ekstremitas bawah, dapat unilateral atau bilateral, disertai nyeri
di awal serangan. Paralisis periodik hipokalemik diterapi dengan kalium dan
mengobati penyakit dasarnya. Analisis yang cermat diperlukan untuk
mengetahui penyakit dasarnya karena sangat menentukan tata laksana dan
prognosis selanjutnya 5.
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
7/19
Paralisis periodik hipokalemik adalah kelainan yang ditandai dengan
kadar kalium yang rendah (kurang dari 3.5 mmol/L) pada saat serangan,
disertai riwayat episode kelemahan sampai kelumpuhan otot skeletal.
Hipokalemia dapat terjadi karena adanya faktor pencetus tertentu, misalnya
makanan dengan kadar karbohidrat tinggi, istirahat sesudah latihan fisik,
perjalanan jauh, pemberian obat, operasi, menstruasi, konsumsi alkohol dan
lain-lain. Kadar insulin juga dapat mempengaruhi kelainan ini pada banyak
penderita, karena insulin akan meningkatkan aliran kalium ke dalam sel. Pada
saat serangan akan terjadi pergerakan kalium dari cairan ekstra selular masuk
ke dalam sel, sehingga pada pemeriksaan kalium darah terjadi hipokalemia.
Kadar kalium biasanya dalam batas normal diluar serangan. Pencetus untuk
setiap individu berbeda, juga tidak ada korelasi antara besarnya penurunan
kadar kalium serum dengan beratnya paralisis (kelemahan) otot skeletal 4.
Penderita dapat mengalami serangan hanya sekali, tetapi dapat juga
serangan berkali-kali (berulang) dengan interval waktu serangan juga
bervariasi. Kelemahan biasanya terjadi pada otot kaki dan tangan, tetapi
kadang-kadang dapat mengenai otot mata, otot pernafasan dan otot untuk
menelan, di mana kedua keadaan terakhir ini dapat berakibat fatal. Angkakejadian adalah sekitar 1 diantara 100.000 orang, pria lebih sering dari wanita
dan biasanya lebih berat. Usia terjadinya serangan pertama bervariasi dari 1
20 tahun, frekuensi serangan terbanyak di usia 15 35 tahun dan kemudian
menurun dengan peningkatan usia. Hipokalemik periodik paralisis biasanya
terjadi karena kelainan genetik otosomal dominan. Hal lain yang dapat
menyebabkan terjadinya hipokalemik periodik paralisis adalah tirotoksikosis
(thyrotoxic periodic paralysis), hiperinsulin4
.Diagnosa kelainan hipokalemik periodik paralisis ditegakkan
berdasarkan kadar kalium darah rendah [kurang dari 3,5 mmol/L (0,9 3,0
mmol/L) ] pada waktu serangan, riwayat mengalami episode flaccid paralysis
dengan pemeriksaan lain dalam batas normal. Paralisis yang terjadi pada
penyakit ini umumnya berlokasi di bahu dan panggul meliputi juga tangan
dan kaki, bersifat intermiten, serangan biasanya berakhir sebelum 24 jam,
pada EMG dan biopsi otot ditemukan miotonia, refleks Babinsky positif,
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
8/19
kekuatan otot normal diluar serangan. Terdapat 2 bentuk kelainan otot yang
diobservasi yaitu episode paralitik dan bentuk miopati, kedua keadaan ini
dapat terjadi secara terpisah ataupun bersama-sama. Sering terjadi bentuk
paralitik murni, kombinasi episode paralitik dan miopati yang
progresifitasnya lambat jarang terjadi, demikian pula bentuk miopatik murni
jarang terjadi. Episode paralitik ditandai terutama adanya flaccid paralysis
dengan hipokalemia sehingga dapat terjadi para paresis atau tetraparesis
berpasangan dengan otot pernafasan. Pada pasien ini murni flaccid paralysis
dengan hipokalemia dan akan sembuh atau remisi sendiri 5 6 jam kemudian,
dengan pemberian kalium per oral serangan menjadi lebih ringan. Tidak
terdapat kelainan pada otot pernafasan. Jika terdapat kelainan genetik maka
pada analisa didapatkan kelainan antara lain adalah autosomal dominan
inheritance yaitu mutasi pada kromososm CACNA1S (70%) disebut
hipokalemik periodik paralisis tipe 1, mutasi lokus pada kromosom SCN4A
(10%) disebut hipokalemik periodik paralisis tipe 2 4.
B. Paralisis periodik hiperkalemik
Lebih jarang dibanding paralisis periodik hipokalemik. Mulai timbulsebelum umur 10 tahun. Frekuensi dan berat serangan berkurang
pada masa remaja dan hilang pada saat dewasa. Frekuensi laki-laki dan
wanita sama. Berbagai faktor pencetus terjadinya paralisis periodik
hiperkalemik diantaranya 6,7.
1. Lapar
2. Istirahat setelah kena dingin atau setelah latihan
3.
Asupan kalium yang berlebihan4. Infeksi
5. Kehamilan
6. Anestesi
Pada paralisis periodik hiperkalemia, karbohidrat dan garam bukan
merupakan faktor pencetus. Gejala lebih ringan dibandingkan paralisis
periodik hipokalemia. Biasanya berlangsung kurang dari 1 jam. Serangan
lebih sering terjadi pada siang hari dan biasanya terjadi waktu istirahat,
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
9/19
misalnya sedang duduk. Keluhan berkurang bila penderita berjalan-jalan.
Kelemahan dimulai dari tungkai lalu menjalar ke paha, punggung, tangan,
lengan dan bahu. Sebelum timbul kelemahan biasanya terdapat rasa kaku dan
kesemutan pada kedua tungkai. Jarang terjadi gangguan menelan dan napas.
Sering terdapat miotonia pada otot mata, wajah, lidah dan faring. Pada saat
serangan didapatkan tonus dan refleks fisiologis yang menurun dan tanda
Chovstek yang positif. Diluar serangan kekuatan otot normal, pada fase lanjut
terdapat kelemahan otot-otot proksimal 6,7.
C. Paralisis Periodik Normokalemik
Jenis ini paling jarang ditemui. Patofisiologinya belum diketahui.
Serangan lebih berat dan lebih lama daripada paralisis periodik hiperkalemia.
Serangan dapat ditimbulkan oleh pemberian KCl dan dapat dihentikan
dengan pemberian NaCl. Serangan tidak dipicu oleh pemberian insulin,
glukosa ataupun kalium 2.
Karakteristik klinis perbedaan dari paralisis periodik hiperkalemik dan
paralisis hipokalemik dapat dilihat pada tabel di bawah ini3
.Paralisis periodikhiprekalemik
Paralisis peiodikhipokalemik
Onset Dekade pertama Dekade keduaPemicu Istirahat sehabis latihan,
dingin, puasa, makanankaya kalium
Istirahat sehabis latihan,kelebihan karbohidrat
Waktu serangan Kapan pun Pada saat bangun tidur pagi hari
Durasi serangan Beberapa menit sampai
beberapa jam
Beberapa jam sampai
beberapa hariKeparahan serangan Ringan sampai sedang,fokal
Sedang sampai berat
Gejala tambahan Miotonia atau paramiotonia
-
Kalium serum Biasanya tinggi, bisanormal
Rendah
Pengobatan Acetazolamide,dichlorphenamide,thiazide, beta-agonist
Acetazolamide,dichlorphenamide,suplemen kalium,diuretik hemat kalium
Gen/ ion channel SCN4A: Na v1.4 (sodium CACNA1S: Ca v1.1
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
10/19
channel subunitKCNJ2: Kir2.1 (pottasiumchannel subunit)
(calcium channelsubunit)SCN4A: Na v1.4(sodium channel
subunit)KCNJ2: Kir2.1(pottasium channelsubunit)
3. Etiologi
Sinyal listrik pada otot skeletal, jantung, dan saraf merupakan suatu alat
untuk mentransmisikan suatu informasi secara cepat dan jarak yang jauh.
Kontraksi otot skeletal diinisiasi dengan pelepasan ion kalsium oleh retikulum
sarkoplasma, yang kemudian terjadi aksi potensial pada motor end-plate yang
dicetuskan oleh depolarisasi dari transverse tubule (T tubule). Ketepatan dan
kecepatan dari jalur sinyal ini tergantung aksi koordinasi beberapa kelas voltage-
sensitive kanal ion. Mutasi dari gen dari kanal ion tersebut akan menyebabkan
kelainan yang diturunkan pada manusia. Dan kelainannya disebut chanelopathies
yang cenderung menimbulkan gejala yang paroksismal : miotonia atau periodik
paralisis dari otot-oto skeletal. Defek pada kanal ion tersebut dapat meningkatkan
eksitasi elektrik suatu sel, menurunkan kemampuan eksitasi, bahkan dapat
menyebabkan kehilangan kemampuan eksitasi. Dan kehilangan dari eksitasi listrik
pada otot skeletal merupakan kelainan dasar dari periodik paralisis 8.
4. Patofisiologi
A. Kalium
Kalium memiliki fungsi mempertahankan membran potensial elektrik
dalam tubuh dan menghantarkan aliran saraf di otot. Kalium mempunyai
peranan yang dominan dalam hal eksitabilitas sel, terutama sel otot jantung,
saraf, dan otot lurik. Kalium mempunyai peran vital di tingkat sel dan
merupakan ion utama intrasel. Ion ini akan masuk ke dalam sel dengan cara
transport aktif, yang memerlukan energi. Fungsi kalium akan nampak jelas
bila fungsi tersebut terutama berhubungan dengan aktivitas otot jantung, otot
lurik, dan ginjal. Eksitabilitas sel sebanding dengan rasio kadar kalium di
dalam dan di luar sel. Berarti bahwa setiap perubahan dari rasio ini akan
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
11/19
mempengaruhi fungsi dari sel sel yaitu tidak berfungsinya membran sel yang
tidak eksitabel, yang akan menyebabkan timbulnya keluhan keluhan dan
gejala gejala sehubungan dengan tidak seimbangnya kadar kalium. Kadar
kalium normal intrasel adalah 135 150 mEq/L dan ekstrasel adalah 3,5
5,5mEq/L. Perbedaan kadar yang sangat besar ini dapat bertahan, tergantung
pada metabolisme sel. Dengan demikian situasi di dalam sel adalah elektro
negatif dan terdapat membran potensial istirahat kurang lebih sebesar -90
mvolt 8.
B. Paralisis periodik hipokalemik
Hipokalemia merupakan kelainan elektrolit yang sering terjadi pada praktekklinis yang didefinisikan dengan kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L, pada
hipokalemia sedang kadar kalium serum 2,5-3 mEq/L, dan hipokalemia berat kadar
kalium serumnya kurang dari 2,5 mEq/L. Keadaan ini dapat dicetuskan melalui
berbagai mekanisme, termasuk asupan yang tidak adekuat, pengeluaran berlebihan
melalui ginjal atau gastrointestinal, obat-obatan, dan perpindahan transelular
(perpindahan kalium dari serum ke intraselular). Gejala hipokalemi ini terutama
terjadi kelainan di otot. Konsentrasi kalium serum pada 3,0-3,5 mEq/L berhubungan
dengan suatu keadaan klinis seperti kelemahan otot ringan, fatigue, dan mialgia.
Pada konsentrasi serum kalium 2,5-3,0 mEq/L kelemahan otot menjadi lebih berat
terutama pada bagian proximal dari tungkai. Ketika serum kalium turun hingga
dibawah dari 2,5 mEq/L maka dapat terjadi kerusakan struktural dari otot, termasuk
rhabdomiolisis dan miogobinuria. Peningkatan osmolaritas serum dapat menjadi
suatu prediktor terjadinya rhabdomiolisis. Selain itu suatu keadaan hipokalemia
dapat mengganggu kerja dari organ lain, terutama sekali jantung yang banyak sekali
mengandung otot dan berpengaruh terhadap perubahan kadar kalium serum.
Perubahan kerja jantung ini dapat kita deteksi dari pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG). Perubahan pada EKG ini dapat mulai terjadi pada kadar kalium serum
dibawah 3,5 dan 3,0 mEq/L. Kelainan yang terjadi berupa inversi gelombang T,
timbulnya gelombang U dan ST depresi, pemanjangan dari PR, QRS, dan QT
interval 1,6.
Periodik paralisis hipokalemi ( HypoPP ) merupakan bentuk umum dari kejadian
periodik paralisis yang diturunkan, dimana kelainan ini diturunkan secara autosomal
dominan. Dari kebanyakan kasus pada periodik paralisis hipokalemi terjadi karena
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
12/19
mutasi dari gen reseptor dihidropiridin pada kromosom 1q. Reseptor ini merupakan
calcium channel yang bersama dengan reseptor ryanodin berperan dalam proses
coupling pada eksitasi-kontraksi otot. Fontaine et.al telah berhasil memetakan
mengenai lokus gen dari kelainan HypoPP ini terletak tepatnya di kromosom1q2131. Dimana gen ini mengkode subunit alfa dari L-type calcium channel dari otot
skeletal secara singkat di kode sebagai CACNL1A3. Mutasi dari CACNL1A3 ini
dapat disubsitusi oleh 3 jenis protein arginin (Arg) yang berbeda, diantaranya Arg-
528-His, Arg-1239-His, dan Arg-1239-Gly. Pada Arg-528-His terjadi sekitar 50 %
kasus pada periodik paralisis hipokalemi familial dan kelainan ini kejadiannya lebih
rendah pada wanita dibanding pria. Pada wanita yang memiliki kelainan pada Arg-
528-His dan Arg-1239-His sekitar setengah dan sepertiganya tidak menimbulkan
gejala klinis 9,10 .
Sebagai gejala klinis dari periodik paralisis hipokalemi ini ditandai dengan
kelemahan dari otot-otot skeletal episodik tanpa gangguan dari sensoris ataupun
kognitif yang berhubungan dengan kadar kalium yang rendah di dalam darah dan
tidak ditemukan tanda-tanda miotonia dan tidak ada penyebab sekunder lain yang
menyebabkan hipokalemi. Gejala pada penyakit ini biasanya timbul pada usia
pubertas atau lebih, dengan serangan kelemahan yang episodik dari derajat ringan
atau berat yang menyebabkan quadriparesis dengan disertai penurunan kapasitas
vital dan hipoventilasi, gejala lain seperti fatigue dapat menjadi gejala awal yang
timbul sebelum serangan, namun hal ini tidak selalu diikuti dengan terjadinya
serangan kelemahan. Serangan sering terjadi saat malam hari atau saat bangun dari
tidur dan dicetuskan dengan asupan karbohidrat yang banyak serta riwayat
melakukan aktivitas berat sebelumnya yang tidak seperti biasanya. Serangan ini
dapat terjadi hingga beberapa jam sampai yang paling berat dapat terjadi beberapa
hari dari kelumpuhan tersebut 3,8.
Distribusi kelemahan otot dapat bervariasi. Kelemahan pada tungkai biasanya
terjadi lebih dulu daripada lengan dan sering lebih berat kelemahannya dibanding
lengan, dan bagian proksimal dari ekstremitas lebih jelas terlihat kelemahannya
dibanding bagian distalnya. Terkecuali, kelemahan ini dapat juga terjadi sebaliknya
dimana kelemahan lebih dulu terjadi pada lengan yang kemudian diikuti kelemahan
pada kedua tungkai dimana terjadi pada pasien ini. Otot-otot lain yang jarang sekali
lumpuh diantaranya otot-otot dari mata, wajah, lidah, pharing, laring, diafragma, dan
spingter, namun pada kasus tertentu kelemahan ini dapat saja terjadi. Saat puncak
dari serangan kelemahan otot, refleks tendon menjadi menurun dan terus berkurang
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
13/19
menjadi hilang sama sekali dan reflek kutaneus masih tetap ada. Rasa sensoris masih
baik. Setelah serangan berakhir, kekuatan otot secara umum pulih biasanya dimulai
dari otot yang terakhir kali menjadi lemah. Miotonia tidak terjadi pada keadaan ini,
dan bila terjadi dan terlihat pada klinis atau pemeriksaan EMG menunjukkanterjadinya miotonia maka diagnosis HypoPP kita dapat singkirkan 1,8.
Selain dari anamnesa, pemeriksaan penunjang lain seperti laboratorium darah
dalam hal ini fungsi ginjal, elektrolit darah dan urin, urinalisa urin 24 jam, kadar
hormonal seperti T4 dan TSH sangat membantu kita untuk menyingkirkan penyebab
sekunder dari hipokalemia. Keadaan lain atau penyakit yang dapat menyebabkan
hipokalemi diantaranya intake kalium yang kurang, intake karbohidrat yang
berlebihan, intoksikasi barium, kehilangan kalium karena diare, periodik paralisis
karena tirotoksikosis, renal tubular asidosis, dan hyperaldosteronism 3.
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah 1,3
A. Laboratorium
1) Kadar kalium serum
Kalium serum merupakan pemeriksaan laboratorium yang paling
penting. Diantara serangan paralisis, kalium serum abnormal pada tipe paralisis periodik sekunder, tetapi biasanya normal pada paralisis
periodik primer. Selama serangan kadar kalium serum dapat tinggi,
rendah, atau di atas batas normal dan bisa di bawah batas normal.
Pemeriksaan secara random kadar kalium serum dapat menunjukan
fluktuasi yang periodik pada paralisis periodik normokalemik.
Konsentrasi kalium serum pada 3,0-3,5 mEq/L berhubungan
dengan suatu keadaan klinis seperti kelemahan otot ringan, fatigue, danmialgia. Pada konsentrasi serum kalium 2,5-3,0 mEq/L kelemahan otot
menjadi lebih berat terutama pada bagian proximal dari tungkai. Ketika
serum kalium turun hingga dibawah dari 2,5 mEq/L maka dapat terjadi
kerusakan struktural dari otot, termasuk rhabdomiolisisdan miogobinuria.
2) Fungsi ginjal
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
14/19
3) Kadar glukosa darah pengambilan glukosa darah ke dalam sel
menyebabkan kalim berpindah dari luar sel (darah) ke dalam sel-sel
tubuh.
4) pH darah
Dibutuhkan untuk menginterpretasikan K + yang rendah. Alkalosis
biasa menyertai hipokalemia dan menyebabkan pergeseran K + ke dalam
sel. Asidosis menyebabkan kehilangan K + langsung dalam urin.
5) Hormon tiroid: T3,T4 dan TSH untuk menyingkirkan penyebab sekunder
hipokalemia.
6) Kadar CPK (creatinin phospokinase) dan mioglobin serum
Kadar CPK tinggi pada paralisis periodik primer selama atau baru
saja setelah serangan. Kadar mioglobin serum juga mungkin tinggi.
B. EKG
Perubahan pada EKG ini dapat mulai terjadi pada kadar kalium serum
dibawah 3,5 dan 3,0 mEq/L. Kelainan yang terjadi berupa inversi gelombang
T, timbulnya gelombang U dan ST depresi, pemanjangan dari PR, QRS, dan
QT interval 8.
C. EMG
Di antara serangan, mungkin ada fibrilasi dan pengulangan keluaran
kompleks, meningkat dengan dingin dan menurun dengan latihan (dalam
paralisis periodik hipokalemik). Selama serangan, EMG akan menunjukkan
listrik diam, baik pada paralisis periodik hiperkalemik dan paralisis periodik
hipokalemik.
D. Biopsi otot
Biopsi otot diperlukan pada beberapa kasus yang dengan penampilan
klinis yang tidak spesifik. Pada paralisis periodik hipokalemik primer
muangkin terdapat vakuola sentral yang tunggal atau mutipel. Pada paralisis
periodik hiperkalemik sekunder, vakuala dan agregat tubular dapat
ditemukan.
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
15/19
6. Penatalaksanaan
A. Paralisis periodik hipokalemik
Seperti pada bentuk lain dari periodik paralisis dan miotonia, kebanyakan
pasien dengan HypoPP tidak memerlukan intervensi farmakologis. Pasien
kita edukasi dan berikan informasi untuk mencegah dan menurunkan kejadian
serangan melalui menghindari kegiatan yang memerlukan kekuatan fisik yang
berat, hindari kedinginan, mengkonsumsi buah-buahan atau jus yang tinggi
akan kalium, membatasi intake karbohidrat dan garam (160 mEq/hari).
Pemberian obat-obatan seperti penghambat carbonic anhidrase dapat
diberikan untuk menurunkan frekuensi dan beratnya serangan kelemahan
episodik dan memperbaiki kekuatan otot diantara serangan. Acetazolamide
merupakan obat jenis tersebut yang banyak diresepkan, dosis dimulai dari
125 mg/hari dan secara bertahap ditingkatkan hingga dosis yang dibutuhkan
maksimum 1500 mg/hari. Pasien yang tidak berespon dengan pemberian
acetazolamide dapat diberikan penghambat carbonic anhidrase yang lebih
poten seperti, dichlorphenamide 50 hingga 150 mg/hari atau pemberian
diuretik hemat kalium seperti spironolactone atau triamterine (keduanya
dalam dosis 25 hingga 100 mg/hari). Pemberian rutin kalium chlorida (KCL)5 hingga 10 g per hari secara oral yang dilarutkan dengan cairan tanpa
pemanis dapat mencegah timbulnya serangan pada kebanyakan pasien. Pada
suatu serangan HypoPP yang akut atau berat, KCL dapat diberikan melalui
intravena dengan dosis inisial 0,05 hingga 0,1 mEq/KgBB dalam bolus pelan,
diikuti dengan pemberian KCL dalam 5% manitol dengan dosis 20 hingga 40
mEq, hindari pemberian dalam larutan glukosa sebagai cairan pembawa.
Kepustakaan lain KCL dapat diberikan dengan dosis 50 mEq/L dalam 250 cclarutan 5 % manitol 1,5 .
B. Paralisis periodik hiperkalemik
Penatalaksanaan dari paralisis periodik hiperkalemik diaantaranya 1:
1. Profilaksis : acetazolamide atau diuretik thiazide dapat digunakan untuk
mencegah serangan.
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
16/19
2. Pengobatan saat serangan: pada kasus yang sedang tidak membutuhkan
terapi obat-obatan yang mana hanya dengan minum minuman yang manis
atau permen gula dapat mengurangi serangan. Pada kasus yang
memanjang atau serangan yang lanjut diuretik thiazide dan loop diuretik
(furosemide, bumetanide) digunakan dalam dosis yang cukup tinggi untuk
menurunkan kadar kalium menjadi normal. Jika kadar kalium darah sangat
tinggi dapat diberikan secara intravena 20 ml kalsium glukonas 20% atau
drip normal saline atau secara intravena glukosa 10% ditambah insulin.
Jika gagal atau intoleransi terhadap diuretik, salbutamol dapat diberikan
secara intravena untuk mengatasi serangan.
C. Pengobatan paralisis periodik normokalemik
Pengobatan sama dengan paralisis periodik hiperkalemik, seperti 1:
1. Diet tinggi karbohidrat, seperti permen gula
2. Thiazide, seperti chlorthalidone 250-1000 mg/hari
3. Pemberian secara intravena normal saline dan kalsium glukonas
4. Pemberian secara intravena insulin dan glukosa
D. Pengobatan paralisis periodik sekunder
Prinsip utamanya adalah penyebeb utamanya harus diobati dahulu,
obat-obatan yang memperburuk kondisi dihentikan. Suplemen kalium harus
diberikan pada paralisis periodik hipokalemik. Loop diuretik, glukosa
ditambah insulin secara intravena, atau kalsium glukonas harus diberikan
pada paralisis periodik hiperkalemik 1.
a)
Paralisis periodik karena tirotoksikosis: pada kelainan ini terdapathipokalemia, pengobatan dengan memberikan kalium klorida dengan
beta bloker dan carbimazole (Neomercazole). Acetazolamide tidak
efektif Pada kondisi emergensi propanolol secara intravena dapat
diberikan.
b) Paralisis periodik karena keracunan barium akut: diberikan larutan
magnesium sulfat 2,5 gm secara intravena bolus tunggal. Pada kasus
yang masih awal, lavase lambung dengan magnesium sulfat (2,5%) dapat
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
17/19
dibeikan. Bantuan ventilator dapat diberikan jika diperlukan.
Hipokalemia diatasi dengan pemberian secara intravena kalium klorida.
Natrium sulfat dapat digunakan menggantikan magnesium sulfat.
c) Paralisis periodik karena paramyotonia kongenital: biasanya terdapat
hiperkalemia dan paralisis dipicu oleh dingin. Karenanya itu, pasien
harus di tempatkan di tempat yang hangat. Pengobatan terdiri dari
pemberian oral atau secara intravena glukosa dan oral thiazide.
d) Sindrom Andersen: pasien harus dimasukkan ke ICU untuk monitoring
jantung dan pengobatan segera untuk disritmia jantung. Jika kadar
kalium serum rendah, meningkat, atau normal pengobatan untuk
hipokalemia atau hiperkalemia dilakukan berdasarkan kadar kalium
serum.
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
18/19
BAB III
KESIMPULAN
1. Paralisis periodik merupakan sindroma klinis yang dapat menyebabkan
kelemahan yang akut pada anak-anak maupun dewasa muda. Pasien akan
mengalami kelemahan progresif dari anggota gerak baik tungkai maupun lengan
tanpa adanya gangguan sensoris.
2. Gangguan ini secara konvensional dibagi menjadi paralisis periodik primer atau
diturunkan (familial), dan paralisis periodik sekunder. Paralisis periodik primer
atau familial merupakan kelompok gangguan akibat mutasi gen tunggal yang
mengakibatkan kelainan saluran kalsium, kalium natrium, dan klorida pada sel
otot - membran. Oleh karena itu, ini juga dikenal sebagai channelopathies atau
membranopathies .
3. Kalium memiliki fungsi mempertahankan membran potensial elektrik dalam
tubuh dan menghantarkan aliran saraf di otot. Kalium mempunyai peranan yang
dominan dalam hal eksitabilitas sel, terutama sel otot jantung, saraf, dan otot
lurik. Kalium mempunyai peran vital di tingkat sel dan merupakan ion utamaintrasel
4. Paralisis periodik dapat diobati dan kelemahan progresif dapat dicegah atau
bahkan dapat sembuh.
-
8/14/2019 TBR Paralisis Periodik
19/19
DAFTAR PUSTAKA
1. Arya, SN. Lecture Notes: Periodic Paralysis. Journal Indian Academy of Clinical
Medicine. 2002. Vol 3 No 4.
2. Graves TD. Hanna MG. Neurological Channelopathies. Postgrad. Med. J
2005;81;20-32
3. Fialho, D & Michael GH. Periodic Paralysis. Chapter 4. 2007;77-105
4. Widjajanti, A & SM Agutini. Hipokalemik Periodik Paralisis. 2005; 19-22
5. Souvriyanti, Elsye; Sudung OP.. Paralisis Periodik Hipokalemik pada Anak
dengan Asidosis Tubulus Renalis Distal. 2008. Vol 1. 53-59
6. Graber M. Terapi Cairan, Elektroli dan Metabolik, ed.1. Farmedia. Jakarta.20027. Kawamura S, Ikeda Y, Tomita K, et.al. A Family of Hypokalemic Periodic
Paralysis with CACNA1S Gene Mutation Showing Incomplete Penetrance in
Women. InternalMedicine Vol.43, No.3 March 2004. p 21-8 222
8. Cannon SC. Myotonia and Periodic Paralysis: Disorders of Voltage-Gated Ion
Channels in Neurological Theurapeutics Principles and Practice, vol.2 part 2.
Mayo Foundation. United Kingdom. 2003; 225;2365-2377
9. Sternberg, D., Masionobe, T., Jurkat-Rott, K., et al., 2001, HypokalaemicPeriodic Paralysis type 2 caused by mutasions at codon 672 in the muscle
sodium channel gene SCN4A. Barain. 124: 1091 9.
10. Sternberg, D., Tabt,i N., Haingue, B., Fontaine, B., 2004, Hypokalemic periodic
Paralysis,. Gene Reviews. Funded by NIH University of Washington, Seatle 19
May, 1 22.