TB

20
LAPORAN KASUS TB PARU IDENTITAS PASIEN Nama : Sudarmi Umur : 21 Tahun J. Kelamin : Perempuan Suku : Makassar Agama : Islam Pekerjaan : Karyawan Alfamart Alamat : Jl. BTN Tabaria Blok D2/No 2 Tgl Periksa : 2 April 2015 ANAMNESIS Keluhan utama : Batuk (Kontrol Pengobatan TB) Anamnesis Terpimpin : Dialami sejak 2 bulan yang lalu, berlendir warna kuning kehijauan, kadang lendir bercampur darah, sesak (+) kadang-kadang memberat saat aktivitas dan berkurang saat istirahat, tidak dipengaruhi oleh cuaca, nyeri dada(-). Demam (+) dialami sejak 2 bulan yang lalu, sering keringat malam (+), perasaan lemas. Nafsu makan berkurang, berat badan dirasakan menurun sejak 2 bulan terakhir. Nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah(-). 1

description

tb paru

Transcript of TB

LAPORAN KASUSTB PARUIDENTITAS PASIEN Nama: Sudarmi Umur: 21 Tahun J. Kelamin: Perempuan Suku: Makassar Agama: Islam Pekerjaan: Karyawan Alfamart Alamat : Jl. BTN Tabaria Blok D2/No 2 Tgl Periksa : 2 April 2015

ANAMNESIS Keluhan utama: Batuk (Kontrol Pengobatan TB) Anamnesis Terpimpin : Dialami sejak 2 bulan yang lalu, berlendir warna kuning kehijauan, kadang lendir bercampur darah, sesak (+) kadang-kadang memberat saat aktivitas dan berkurang saat istirahat, tidak dipengaruhi oleh cuaca, nyeri dada(-). Demam (+) dialami sejak 2 bulan yang lalu, sering keringat malam (+), perasaan lemas. Nafsu makan berkurang, berat badan dirasakan menurun sejak 2 bulan terakhir. Nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah(-).BAB : baikBAK.: merah (akibat efek samping obat OAT), lancarRiw. Penyakit Sebelumnya : Riwayat penyakit maag (+) Riwayat alergi obat (-)

Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (-) Riwayat kontak dengan penderita batuk lama disangkal Riwayat penyakit jantung (-)PEMERIKSAAN FISIS Status Present :Tinggi badan: 160 cmBerat badan : 45 kg Tanda Vital :Tekanan darah: 110/70 mmHgNadi : 76 x/menitPernapasan: 24 x/menitSuhu : 36,8 oCKepala : Anemis (-), Sianosis (-), Ikterus (-)Leher: DVS tidak ada peninggian, faring: hiperemisThoraks : Vesikuler, Rh (-), Wh (-)Cor: Suara jantung I dan II murni, regulerAbdomen : Peristaltik (+) kesan normalEkstremitas: tidak ada kelainan

PEMERIKSAAN PENUNJANGSputum BTA (SPS) kontrol

DIAGNOSISTB Paru on treatment

PENATALAKSANAAN Pengobatan farmakologi yang diberikan adalah:Regimen kategori I : 2HRZE/4HR

Pengobatan non farmakologi yang dianjurkan kepada pasien antara lain : Istirahat teratur dan tidur yang cukup Konsumsi makanan dengan gizi seimbangHASIL KUNJUNGAN RUMAH 1. Kunjungan Rumah (2 April 2015) Keluhan : Batuk (-) Tanda Vital : Tekanan darah: 110/70 mmHg Nadi : 76 x/menit Pernapasan: 24 x/menit Suhu : 36,8 oC Pemeriksaan Fisik : Kepala : Anemis (-), Sianosis (-), Ikterus (-) Leher: DVS tidak ada peninggian, faring: hiperemis Thoraks : Vesikuler, Rh (-), Wh (-) Cor: Suara jantung I dan II murni, reguler Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal Ekstremitas: Tidak ada kelainan Penatalaksanaan non farmakologi yang dianjurkan kepada pasien antara lain : Istirahat teratur dan tidur yang cukup Konsumsi makanan gizi seimbang Memberi penyuluhan singkat tentang penyakit TB dan pentingnya kepatuhan dalam berobat Edukasi tentang cara/perilaku batuk 2. Kunjungan Rumah II (April 2015)Berikut akan dibahas mengenai keluarga pasien :1. Profil Keluarga :Sudarmi adalah seorang karyawan Alfamart yang baru bekerja selama lima bulan di tempat kerjanya yang terletak tidak jauh dari rumah kontrakannya. Sebelumnya ia adalah seorang mahasiswi STIEM Bongaya Makassar. Ia adalah anak pertama dari 3 orang bersaudara. Orang tua dan saudaranya berdomisili di Soppeng. Ia tinggaldi sebuah rumah kontrakan di Jl. Daeng Tata BTN Tabaria Blok B2 No 2 bersama seorang sepupu dan teman sesama karyawan di tempat kerjanya.2. Status Sosial dan Kesejahteraan KeluargaSudarmi tinggal di sebuah rumah kontrakan dengan 1 buah kamar tidur, 1 buah kamar mandi, dapur, dan ruang tamu. Menurutnya, kebutuhan sehari-harinya dan keluarganya cukup pas-pasan karena ia menjadi tulang punggung keluarga dan ayahnya adalah pensiunan PNS sedang ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa.

Riwayat Penyakit KeluargaDari penuturan Nn. Sudarmi diketahui dia tidak memiliki riwayat penyakit paru sebelumnya. Begitupun dengan keluarganya tidak ada yang pernah menderita penyakit paru. Namun di lingkungan sekitar rumah kontrakannya ada seorang kakek yang dicurigai penderita batuk lama.3. Pola Konsumsi Makanan KeluargaDiakui Nn. Sudarmi bahwa pola makannya sehari-hari kurang teratur. Terkadang ia dan teman-teman serumah kontrakannya hanya mengkonsumsi mie instan dalam sehari atau membeli makanan jadi di warung dekat rumah. Biasanya mereka hanya memasak pada akhir pekan sabtu dan minggu. 4. Psikologi Dalam Hubungan Antar Anggota KeluargaPsikologi hubungan antar anggota keluarga secara umum baik.5. LingkunganLingkungan sekitar rumah kontrakkannya cukup bersih karena lingkungan sekitar tempat tinggal Nn. Sudarmi memiliki tempat pembuangan sampah yang tetap serta pembuangan limbah yang baik. Sumber air untuk kebutuhan mandi dan mencuci diperoleh dari air PDAM dan air galon untuk minum.

DISKUSINn. Sudarmi datang ke Puskesmas Tamalate dengan keluhan batuk dialami sejak 2 bulan yang lalu, berlendir warna kuning kehijauan, kadang lendir bercampur darah, sesak (+) kadang-kadang memberat saat aktivitas dan berkurang saat istirahat, tidak dipengaruhi oleh cuaca. Demam (+) dialami sejak 2 bulan yang lalu, sering keringat malam (+), perasaan lemas. Nafsu makan berkurang, berat badan dirasakan menurun sejak 2 bulan terakhir. Pada pemeriksaan fisis tidak didapatkan kelainan yang berarti.Pasien sekarang sementara menjalani pengobatan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) bulan ke-2. Saat ini pasien melakukan kontrol terhadap pengobatannya. Keluhan yang dirasakan mulai berkurang, hanya sesekali timbul batuk namun frekuensinya sudah berkurang dibanding saat pertama kali memulai pengobatan. Keluhan demam, rasa lemas dan kurang nafsu makan juga sudah tidak dirasakan, saat ini pasien sudah nampak lebih sehat. Pasien juga sudah mulai aktif kembali bekerja.Pengobatan yang diberikan adalah OAT kategori I berupa Isoniazid, Rifampicin, Pirazinamid dan Etambutol untuk 2 bulan pertama fase intensif dan dilanjutkan dengan Isoniazid dan Rifampicin untuk 4 bulan berikutnya fase lanjutan. Obat ini merupakan antibiotik yang bersifat bakterisid dan bakteriostatik terhadap bakteri Mycobacterium tuberculosis.

TB PARUA. DefinisiTuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru dengan penyebab yang spesifik.B. EtiologiPenyebab TB Paru adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis yang merupakan basil tahan asam (BTA).C. EpidemiologiDi Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 didapatkan bahwa penyakit pada system pernapasan merupakan penyebab kematian kedua setelah system sirkulasi. Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian kedua, sementara SKRT 2001 menyebutkan bahwa tuberkulosis adalah penyebab kematian pertama pada golongan penyakit infeksi. Sementara itu dari hasil laporan yang masuk ke subdit TB P2MPL Departemen Kesehatan tahun ,2001 terdapat 50.443 penderita BTA positif yang diobati (23% dari jumlah perkiraan penderita BTA positif ). Tiga perempat dari kasus TB ini berusia 15 49 tahun. Pada tahun 2004 WHO memperkirakan setiap tahunnya muncul 115 orang penderita tuberkulosis paru menular (BTA positif) pada setiap 100.000 penduduk. Saat ini Indonesia masih menduduki urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan China.

D. Gambaran KlinikDiagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan fisik, pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan penunjang lainnya1. Gejala klinikGejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik.a. Gejala respiratorik batuk 3 minggu batuk darah sesak napas nyeri dadaGejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada saat medical check-up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar. Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getahbening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yangrongga pleuranya terdapat cairan.b. Gejala sistemik Demam gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurunPemeriksaan FisikPada pemeriksaan fisik kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior , serta daerah apex lobusinferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum. Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantungdari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan. Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getahbening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscessPemeriksaan Bakteriologika. Bahan pemeriksasanPemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahanCara pengambilan dahak 3 kali, setiap pagi 3 hari berturut-turut atau dengan cara: Sewaktu/spot (dahak sewaktu saat kunjungan) Dahak Pagi ( keesokan harinya ) Sewaktu/spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium. Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium. Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah tertulis identitas penderita yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan laboratorium.Pemeriksaan RadiologikPemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral. Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif : Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular Bayangan bercak milier Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus atas Kalsifikasi atau fibrotik Kompleks ranke Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan pleura

Gambar 7 Alur Diagnosis TB ParuE. PenatalaksanaanPengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.Obat yang dipakai:2. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: Rifampisin INH Pirazinamid Streptomisin Etambutol2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination)Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari : Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) Kanamisin Kuinolon Obat lain masih dalam penelitian ; makrolid,amoksilin + asam klavulanat Derivat rifampisin dan INHDosis OAT Rifampisin . 10 mg/ kg BB, maksimal 600mg 2-3X/ minggu atau BB > 60 kg : 600 mg, BB 40-60 kg : 450 mg, BB < 40 kg : 300 mg, Dosis intermiten 600 mg / kali INH 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10 mg /kg BB 3 X seminggu, 15 mg/kg BB 2 X semingggu atau 300 mg/hari untuk dewasa. lntermiten : 600 mg / kali. Pirazinamid : fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 X semingggu, 50 mg /kg BB 2 X semingggu atau : BB > 60 kg : 1500 mg, BB 40-60 kg : 1 000 mg, BB < 40 kg : 750 mg Etambutol : fase intensif 20mg /kg BB, fase lanjutan 15 mg/kg BB, 30mg/kg BB 3X seminggu, 45 mg/kg BB 2 X seminggu atau : BB >60kg : 1500 mg, BB 40 -60 kg : 1000 mg. BB < 40 kg : 750 mg, Dosis intermiten 40 mg/ kgBB/ kali Streptomisin:15mg/kgBB atau BB >60kg : 1000mg, BB 40 - 60 kg : 750 mg, BB < 40 kg : sesuai BB Kombinasi dosis tetapRekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap, penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif, sedangkan fase lanjutan dapat menggunakankombinasi dosis 2 obat antituberkulosis seperti yang selama ini telah digunakan sesuai dengan pedoman pengobatan. Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek samping serius harus dirujuk ke rumah sakit / fasiliti yang mampu menanganinya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1994

2. Sudoyo, A. Bambang Setyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata, Siti Setiati (Editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta :Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006

3. Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia. Pedoman Penatalaksanaan TB Paru di Indonesia (Konsensus TB). 2010

4. Vincent, T., Mirian, Celestin,N.,Hussain,N.,Aneela. Tuberculosis. http://emedicine.medscape.com/article/230802-overview#showall

5