Tatalaksana Hepatitis a, B Dan Sirosis

4
1. Tatalaksana Hepatitis A Hingga saat ini tidak ada terapi spesifik untuk mengobati infeksi akut virus Hepatitis A. Terapi hanya bersifat suportif dengan tirah baring, menghindari aktivitas fisik berat, dan menghindari konsumsi alkohol. Upaya pencegahan hepatitis A Pencegahan dapat dilakukan mulai dari membiasakan pola hidup bersih dan sehat. Selain itu, pencegahan dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif/pasif. Imunisasi Pasif dilakukan dengan memberikan normal human immune globulin (NIHG) terutama pada individu yang rentan terhadap paparan, maupun orang yang telah terpapar infeksi virus Hepatitis A. Imunoglobulin ini diberikan dosis tunggal secara intramuskular. Bila diberikan dalam 2 minggu pasca paparan, maka efektivitas proteksi sebesar 85%. Imunisasi Aktif yang diberikan berupa vaksin yang berisi virus hepatitis inaktif (inactivated vaccine). Imunisasi hepatitis A direkomendasikan untuk individu yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis A, serta pasien yang terinfeksi hepatitis B dan C. Vaksinasi hepatitis A diberikan dalam 2 dosis secara intramuskular selang waktu 6-12 bulan, besarnya dosis tergantung produk dan usia resipien. Di Indonesia, umumnya vaksinasi Hepatitis A diberikan pada individu mulai usia 2 tahun hingga dewasa dan diperkirakan memberi kekebalan selama lebih dari 20 tahun.

description

Tatalaksana Hepatitis a, B Dan Sirosis

Transcript of Tatalaksana Hepatitis a, B Dan Sirosis

1. Tatalaksana Hepatitis A

Hingga saat ini tidak ada terapi spesifik untuk mengobati infeksi akut virus Hepatitis A. Terapi hanya bersifat suportif dengan tirah baring, menghindari aktivitas fisik berat, dan menghindari konsumsi alkohol.Upaya pencegahan hepatitis APencegahan dapat dilakukan mulai dari membiasakan pola hidup bersih dan sehat. Selain itu, pencegahan dilakukan dengan pemberian imunisasi aktif/pasif.Imunisasi Pasifdilakukan dengan memberikannormal human immune globulin(NIHG) terutama pada individu yang rentan terhadap paparan, maupun orang yang telah terpapar infeksi virus Hepatitis A. Imunoglobulin ini diberikan dosis tunggal secara intramuskular. Bila diberikan dalam 2 minggu pasca paparan, maka efektivitas proteksi sebesar 85%.Imunisasi Aktifyang diberikan berupa vaksin yang berisi virus hepatitis inaktif (inactivated vaccine). Imunisasi hepatitis A direkomendasikan untuk individu yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis A, serta pasien yang terinfeksi hepatitis B dan C. Vaksinasi hepatitis A diberikan dalam 2 dosis secara intramuskular selang waktu 6-12 bulan, besarnya dosis tergantung produk dan usia resipien. Di Indonesia, umumnya vaksinasi Hepatitis A diberikan pada individu mulai usia 2 tahun hingga dewasa dan diperkirakan memberi kekebalan selama lebih dari 20 tahun.

2. Tatalaksana Hepatitis B

Terapi untuk hepatitis B direkomendasikan pada hepatitis B aktif (yang ditandai dengan tingginya level aminotransferase, temuan HBV DNA, HbeAg). Pada umumnya, pasien dengan HbeAg positif yang disertai bukti kronik HBV, tatalaksana dapat diberikan ketika HBV DNA lebih dari 20.000 IU/mL dan ketika serum ALT meningkat selama 3-6 bulan. Untuk yang memiliki HbeAg negatif pada kronik HBV, tatalaksana dapat dimulai saat HBV DNA lebih dari 2000 IU/mL dan serum ALT meningkat lebih dari 20 U/L untuk wanita dan 30 U/L untuk pria, selama 3-6 bulan.

3. Tatalaksana Sirosis

Pengobatan/ tata laksana sirosis hati dekompensata didasarkan atas gejala/ tanda yang menonjol dan komplikasi yang dialami penderita (Setiawan, 2008).

1.Hipertensi portal dan perdarahan varises (hematemesis melena)a) Profilaksis primer-Hindari pemakaian alkohol, aspirin, danNon Steroid Antiinflammatory Drug(NSAID) lain-Propanolol 10 mg 3 x sehari atau nadolol 20 gm 2 x sehari-Endoscopic Band Ligation(EBL) untuk pasien yang kontraindikasi atau intoleransi dengan nonselektif -blokerb) Pengobatan perdarahan varises akut-Untukadequat fluid resuscitation: PRC,fresh frozen plsma, dan platelet-Untuk koreksi koagulopati dan trombositopenia :infus trombosit, vitamin K sebagai kofaktor pembentuk faktor koagulan-Untuk mengontrol perdarahan : somatostatin dan octeotridc.Profilaksis sekunder-Kombinasi antara penggunaan nonselektif -bloker dengan EBL-Ketika terapi dengan EBL gagal dapat digunakanTransjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt(TIPS) ataushunt surgery

2.Asites danSpontaneous Bacterial Peritonitis(SBP)a.Asites-Parasentesis-Pengurangan intake natrium 2000 mg/hari dan terapi diuretik (spironolakton dan furosemid)b.Spontaneous Bacterial Peritonitis(SBP)-Untuk profilaksis : norfloxacin, trimetoprim sulfametoksazol, dan golongan quinolon-Untuk terapi : cefotaxime, ofloxacin

3.Hepatik ensefalopati (HE)-Pertahankan keseimbangan kalori, cairan, dan elektrolit-Untuk menurunkan konsentrasi amonia darah : diet rendah protein (usahakan asam amino rantai cabang), lactulosa, antibiotika (neomisin atau metronidazol), L-Ornithin L-Aspartat-Untuk menghambat reseptor GABA-Benzodiazepin : flumazenil