Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang
-
Upload
muhammad-ichsan-mustari -
Category
Documents
-
view
140 -
download
31
Transcript of Tata Laksana Organisasi Idi - Hasil Palembang
1
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
HASIL MUKTAMAR DOKTER INDONESIA XXVII
TAHUN 2009
I. TATALAKSANA ORGANISASI
A. Penetapan Perhimpunan
Telah ditetapkan perhimpunan-perhimpunan dibawah IDI sebagai berikut ;
a. Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp)
- Perhimpunan Onkologi Radiasi Indonesia (PORI)
- Perhimpunan Dokter Spesialis Akupuntur Indonesia (PDAI)
b. Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm)
- Perhimpunan Kedokteran Wisata Indonesia (PERKEDWI)
- Himpunan Dokter Akupuntur Medik Indonesia (HIDAMI)
- Perhimpunan Rekayasa Jaringan Sel Indonesia (REJASLINDO)
c. Perhimpunan Dokter Pelayanan Kedokteran Tingkat Pertama (PDPP)
Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI)
d. Perhimpunan yang termasuk dalam Badan Kajian yang diampu oleh PB IDI
dan dikoordinir oleh MPPK beserta unsur di dalamnya.
- Perhimpunan Kedokteran Komplementer dan Alternatif Indonesia
(PKKAI)
- Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI)
- Perhimpunan Dokter Praktisi Awet Sehat Indonesia (PERPASTI)
- Perhimpunan Kedokteran Anti Penuaan Indonesia (PERKAPI)
- Perhimpunan Dokter Estetika Indonesia (PERDESTI)
- Perhimpunan Tumor Muskuloskeletal Indonesia (PERTUMSI)
- Perhimpunan Angiologi Indonesia (PANGI)
- Perkumpulan Vaskular Indonesia (ANVIN)
- Perhimpunan Aterosklerosis & Penyakit Vaskuler Indonesia (PAPVI)
- Perhimpunan Bedah Kulit Indonesia (PERBEKI)
- Perkumpulan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI)
- Himpunan Imunologi dan Genetika Reproduksi Indonesia (HIGERI)
B. AD/ART tidak dapat diselesaikan, diserahkan kepada PB IDI untuk
menyelesaikan dan sinkronisasi
2
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
C. Tata Laksana Pembentukan dan Pengukuhan Perhimpunan
1. Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp)
Pendirian PDSp harus memperhatikan percabangan ilmu dan telah mendapat
persetujuan dari KKI dan Dirjen Dikti.
Alur pembentukan PDSp baru :
a. Ketentuan
a) PDSp adalah unsur dalam PB IDI yang dikoordinir oleh MPPK yang
terdiri dari anggota-anggota IDI yang memiliki profesi yang sama dalam
bidang/disiplin spesialisasi kedokteran tertentu.
b) Kolegium dari perhimpunan ini duduk dalam MKKI
c) Program pendidikan dokter spesialis adalah program pendidikan profesi
dalam salah satu percabangan ilmu kedokteran yang telah memiliki
kurikulum pendidikan, tenaga didik dan fasilitas pendidikan khusus serta
mendapat pengakuan dari profesi, KKI dan departemen yang
mengurusi pendidikan nasional.
d) Pembentukan program studi tersendiri atau dalam satu lapangan
keilmuan yang merupakan percabangan ilmu kedokteran baru hanya
dilakukan bila :
• Ada kebutuhan akan pelayanan kesehatan untuk cabang ilmu
kedokteran yang baru tersebut
• Pengembangan cabang ilmu kedokteran baru tersebut sejalan dan
menunjang program pembangunan nasional dan pelaksanaan sistem
kesehatan nasional (SJSN)
Peer Group PB IDI
MKKI
MPPK
MKEK
Muktamar
3
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
• Mendapat persetujuan dari cabang ilmu kedokteran induk.
b. Tatalaksana Pembentukan
a) Keilmuan Perhimpunan dokter Spesialis tersebut harus mempunyai
body of knowledge dan Evidence Base Medicine
b) Pembentukan Perhimpunan Dokter Spesialis hanya dilakukan jika telah
memiliki calon anggota yakni lulusan program pendidikan dokter strata
dua sebanyak 15 orang.
c) Pembentukan tersebut dilaksanakan melalui musyawarah calon anggota
d) Mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga masing-
masing Perhimpunan Dokter Spesialis yang tidak bertentangan dengan
AD/ART IDI
c. Tatalaksana Pengesahan
a) Mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pengurus Besar IDI
untuk pengesahan.
b) Permohonan pengesahan tersebut diajukan oleh pengurus pusat
masing-masing perhimpunan kepada Pengurus Besar IDI, minimal 2
tahun sebelum muktamar, dengan menyertakan kelengkapan sebagai
berikut :
- Nama lengkap PDSp bersangkutan (dalam bahasa Indonesia dan
inggris serta memakai kata perhimpunan)
- Alamat lengkap kantor PDSp dan pengurus pusat serta cabang
- Melampirkan data base anggota lengkap
- AD/ART dan rencana program kerja hasil musyawarah
- Susunan lengkap pengurus pusat
- Kurikulum pendidikan spesialis yang diakui oleh Konsil Kedokteran
Indonesia.
c) Apabila persyaratan pengesahan telah dipenuhi, maka PB IDI akan
minta pendapat kepada MPPK dan MKEK untuk dimintakan
pertimbangannnya.
d) Atas pertimbangan MPPK dan MKEK, PB IDI akan mengadakan rapat
khusus yang mengikutsertakan ketua MPPK dan MKEK untuk
membahas pembentukan PDSp tersebut.
4
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
e) Berdasarkan rapat khusus tersebut, PB IDI dapat menyetujui atau
menolak usulan pengesahan PDSp tersebut. Apabila disetujui, PB IDI
akan mengeluarkan surat keputusan sementara tentang pembentukan
PDSp tersebut, apabila di tolak maka PB IDI akan memberikan surat
pemberitahuan penolakan tersebut dengan penjelasan alasan
penolakannya.
f) Berdasarkan surat keputusan pengesahan sementara tersebut, PB IDI
mengajukan usulan ke muktamar.
g) Apabila telah disahkan oleh muktamar dokter Indonesia maka
perhimpunan dokter spesialis tersebut resmi menjadi anggota PDSp di
lingkungan IDI dan tunduk pada ketentuan IDI
2. Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm)
a. Pendahuluan
Di lingkungan IDI terdapat perhimpunan dokter yang merupakan
perhimpunan dokter yang mempunyai minat yang sama dalam lapangan
ilmu kedokteran maupun bidang ilmu yang menunjang pengembangan
keilmuan dan profesi kedokteran, bergabung dalam PDSm.
b. Pengertian dan Ketentuan Umum
a) PDSm adalah organisasi yang menghimpun dokter anggota IDI
dengan minat yang sama, bersifat multidisipliner dan tidak
memberikan sertifikat kompetensi ataupun gelar.
b) Minat yang dimaksud disini adalah satu lapangan ilmu kedokteran
dan penyakit tertentu yang pengembangannya melibatkan dan
memerlukan kerjasama antar perbagai percabangan ilmu kedokteran
yang telah dikenal.
c) Tujuan pembentukan PDSm adalah untuk memperdalam dan
mengembangkan pengetahuan tentang bidang ilmu kedokteran
tersebut demi kemajuan ilmu kedokteran dan peningkatan pelayanan
kesehatan.
d) PDSm tidak dapat memberi sertifikasi/kompetensi tertentu untuk
menjalankan praktik kedokteran bagi anggotanya
5
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
c. Tatalaksana Pembentukan
a) Pembentukan PDSm hanya dilakukan jika :
- Lapangan ilmu kedokteran tertentu yang ingin ditangani memang
menyangkut bidang yang multidisipliner dalam ilmu kedokteran
- Didukung sekurang-kurangnya 3 bidang pencabangan ilmu
kedokteran yang telah dikenal, diakui dan relevan dengan
keseminatan yang didirikan serta dinyatakan secara tertulis oleh
pengurus pusatnya.
- Tidak ada keberatan/penolakan dari 3 perhimpunan cabang ilmu
kedokteran yang sudah dikenal dan diakui serta dinyatakan secara
tertulis.
- Didukung sekurang-kurangnya 50 anggota IDI sebagai calon
anggota
b) Pembentukan PDSm tersebut dilakukan melalui musyawarah para
calon anggota yang dihadiri oleh PB.IDI.
c) Pedoman pembentukan dan ketentuan-ketentuan pokok organisasi
adalah anggaran dasar IDI, sedangkan tata laksana organisasi
disusun dalam suatu anggaran rumah tangga.
d) Bila pembentukan PDSm belum memenuhi persyaratan, maka akan
dibentuk bidang kajian dibawah PB IDI yang dikoordinasi oleh MPPK
untuk mewadahi hal ini.
d. Tatalaksana Pengukuhan
a) Hasil musyawarah yang telah dilaksanakan disampaikan kepada
Pengurus Besar IDI untuk dimintakan pengukuhannya.
b) Permintaan pengukuhan tersebut harus dilengkapi dengan :
- Nama lengkap PDSm yang bersangkutan (dalam bahasa
Indonesia dan Inggris)
- Alamat lengkap pengurus pusat dan cabang jika ada
- Anggaran Rumah Tangga, prosedur kerja dan rencana program
kerja.
- Susunan lengkap pengurus pusat
- Nama dan alamat anggota perhimpunan.
6
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
c) Apabila persyaratan pengukuhan telah dipenuhi, maka oleh PB IDI
surat permohonan pengukuhan tersebut lengkap denhan lampirannya
akan dibahas dalam suatu rapat khusus.
d) Atas hasil rapat khusus tersebut, PB IDI akan mengeluarkan surat
keputusan tentang pengukuhan sementara PDSm yang
bersangkutan.
e) Keputusan sementara ini oleh PB IDI kemudian akan dibawa ke
muktamar dokter Indonesia untuk mendapatkan persetujuan dan
pengukuhan tetap.
e. Pembubaran
Pembubaran suatu PDSm dapat dilakukan melalui ;
a) PB IDI apabila:
- tidak ada aktifitas selama 1 tahun
- menjalankan aktifitas yang tidak relevan dengan ilmu yang di
dalami
- menjalankan aktivitas yang bertentangan dengan ketentuan PB IDI
- Tidak melaksanakan musyawarah anggota selama 1 periode
Kemudian PB IDI mengusulkan pembubaran PDSm tersebut lewat
muktamar.
b) Pembubaran oleh PDSm itu sendiri apabila didukung oleh lebih dari
50% anggotanya, PDSm dapat membubarkan diri kemudian
disampaikan ke PB IDI untuk diteruskan/diusulkan pembubarannya
lewat muktamar.
3. Badan Kajian
a. Badan kajian adalah lembaga dibawah PB IDI yang dikoordinir MPPK
didalamnya terdapat MKEK, dan unsur unsur MPPK serta
perhimpunan terkait. Badan kajian mengkaji bidang keilmuan yang
berkembang di masyarakat dan perlu diwadahi tetapi dirasa masih
perlu dikaji sebelum menjadi suatu perhimpunan dibawah IDI.
b. Badan kajian dapat pula mengkaji calon-calon perhimpunan yang
mempunyaikesamaan/kemiripan visi dan aktifitas, namun ketika
disarankan untuk bergabung belum mencapai kesepakatan.
7
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
D Iuran Dan Kontribusi
1. Iuran anggota ditetapkan minimal sebesar Rp. 15.000,-/orang/bulan minimal
untuk pembayaran selama satu tahun. Pembayaran iuran satu pintu melalui
IDI cabang. Periode pembayaran ke wilayah dan PB IDI setiap 6 (enam)
bulan sekali.
2. Kontribusi Perhimpunan
a. Perhimpunan Dokter Spesialis (PDSp)
• PDSp yang anggotanya lebih dari 250 anggota ;
Bedah : Rp. 7.000.000,-/tahun
Non Bedah : Rp. 5.000.000,-/tahun
• PDSp yang anggotanya kurang dari 250 anggota
Bedah : Rp. 5.000.000,-/tahun
Non Bedah : Rp. 3.000.000,-/tahun
b. Perhimpunan Dokter Seminat (PDSm)
Rp. 2.000.000,-/tahun
c. Perhimpunan Dokter Pelayanan Primer (PDPP)
Rp. 1.000.000,-/tahun
II. MANAJEMEN ORGANISASI DAN KESEKRETARIATAN
1. Struktur Organisasi
a. Terdiri dari Pengurus Besar IDI, Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia
(MKKI), Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) dan Majelis
Pengembangan Pelayanan Keprofesian (MPPK) yang masing-masing
memiliki wewenang dan tanggung jawab sesuai tugasnya.
b. Dalam menyelenggarakan tugasnya, kepemimpinan di tingkat pusat
berkoordinasi secara terintegrasi melalui Musyawarah Pimpinan Pusat
(MPP) yang terdiri dari Ketua Umum Pengurus Besar IDI, Ketua Majelis
Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI), Ketua Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran (MKEK), dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan
Keprofesian (MPPK). Musyawarah Pimpinan Pusat dipimpin oleh Ketua
Umum Pengurus Besar IDI.
8
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
c. Pengurus Besar IDI adalah pimpinan organisasi IDI di tingkat pusat,
yang melaksanakan kegiatan eksekutif organisasi dan bertanggung jawab
untuk dan atas nama organisasi.
2. Dalam perhimpunan layanan primer disepakati hanya ada satu perhimpunan
dan satu kolegium. Perhimpunan layanan primer tersebut mewadahi seluruh
dokter ditingkat layanan primer yang ada. Berada dibawah koordinasi PB IDI
3. Pelatihan dan Kepengurusan
a. Untuk menjalankan organisasi IDI, perlu penyamaan dan pola
kepemimpinan.
b. Untuk Pengurus IDI yang baru, baik ditingkat cabang sampai pusat, perlu
adanya jenjang karier, agar mengetahui karakteristik dari organisasi IDI.
c. Perlu pembekalan untuk Pengurus dan anggota tentang organisasi IDI.
d. Untuk menghindari konflik kepentingan , jabatan ketua IDI cabang/wilayah
disesuaikan dengan AD/ART yang berlaku.
e. Ketua IDI Cabang tidak merangkap Ketua IDI Wilayah. Ketua IDI Wilayah
/ketua IDI cabang harus sudah pernah menjabat sebagai salah satu
pengurus baik tingkat wilayah maupun tingkat cabang atau pengurus di
tingkat cabang.
f. Pengurus IDI harus memiliki tiga syarat ; 1) memiliki waktu, 2) komitmen dan
3) kompetensi.
g. Insentif/imbalan bagi pengurus harus disesuaikan dengan kemampuan
cabang/wilayah/PB IDI
h. Penghargaan dalam bentuk tanda penghargaan dari PB IDI sesuai dengan
AD/ART.
4. Kesekretariatan
a. Diperlukan kesekretariatan IDI yang mandiri dan representative untuk
masing-masing tingkatan (PB/Wilayah/cabang)
b. Inventarisasi badan usaha/yayasan yang ada dibawah IDI beserta
kepemilikannya.. Diusulkan adanya badan usaha yang menjadi sumber
pemasukan keuangan IDI. Kewenangan pembentukan badan usaha ini
sampai di tingkat cabang dan dilaporkan ke tingkat yang lebih tinggi.
9
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
c. Kepemilikan kantor kesekretariatan IDI cabang, IDI wilayah maupun pusat
atas nama Badan Hukum IDI (PB)
5. Penghargaan anggota IDI
Penghargaan untuk anggota tidak hanya dalam bentuk penghargaan namun
perlu dipikirkan untuk pemberian asuransi untuk dokter.
III. BP2KB
a. Setiap anggota IDI harus mengumpulkan 200 - 250 SKP setiap 5 tahun bila
akan memperpanjang Surat Tanda Registrasi (STR).
b. Aturan P2KB harus lebih disederhanakan, agar dapat diterima oleh anggota
dan tidak terlalu membebani anggota.
c. Setiap cabang mempunyai tanggung jawab untuk mengadakan kegiatan-
kegiatan.
d. Setiap cabang harus mempunyai Tim BP2KB, cabang yang berdekatan dapat
bergabung. Cabang yang tidak mampu, diambil alih oleh IDI wilayah
e. Pembayaran lewat satu pintu. Biaya Rp. 250.000,- .
f. Secara off line atau online (akses internet) belum semuanya tersedia sehingga
untuk cabang yang belum memilikinya dapat dilakukan secara off line.
g. Masih diperlukan sosialisasi P2KB (offline dan online) kepada dokter umum dan
dokter spesialis.
h. Bila diperlukan dilakukan revisi beberapa nilai SKP
.
IV. PENDIDIKAN
a. Kedokteran Dasar
- Hanya ada satu perhimpunan layanan primer dengan satu kolegiumnya.
Perhimpunan tersebut merupakan perhimpunan yang mewadahi berbagai
jenis dokter layanan primer, misalnya dokter keluarga, dokter kesehatan
kerja, dokter umum ,dokter transfusi darah dllnya . Perhimpunan dan
kolegiumnya tersebut dibentuk oleh PB IDI.
- Untuk melakukan registrasi harus memiliki sertifikat kompetensi. Untuk
mendapatkan sertifikat kompetensi harus mengikuti ujian kompetensi bagi
dokter yang baru lulus dari Fakultas Kedokteran.
10
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
- Bagi dokter yang akan memperpanjang sertifikat kompetensi harus
mengikuti Program P2KB terlebih dahulu.
b. Program Internsip
- Pelatihan keprofesian untuk mendapatkan sertifikat kompetensi sebelum
registrasi, berbasis kompetensi pelayanan primer yang terintegrasi,
komprehensif, mandiri menggunakan pendekatan kedokteran keluarga.
- Internsip dilaksanakan setelah lulus UKDI dan memperoleh sertifikat
kompetensi internsip. (kewenangan internsip)
- Menerapkan/mempraktikan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan
dalam rangka penyelarasan antara hasil pendidikan dan praktik di lapangan.
- Mempraktikan, di tempat kerjanya, prinsip-prinsip praktik kedokteran yang
telah dipelajari semasa menjadi mahasiswa.
- Setelah menyelesaikan program internsip, peserta program memperoleh
Surat Tanda Selesai Internsip yang merupakan kelengkapan persaratan
untuk mendapatkan Sertifikat Kompetensi, yang digunakan sebagai syarat
untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi dari Konsil Kedokteran Indonesia,
sebagai dokter penyelenggara pelayanan primer.
Tujuan Program Internsip
Meningkatkan kesempatan dokter baru lulus program studi dokter untuk
mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh selama
pendidikan, dalam pelayanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga
kepada pasien, dalam rangka penyelarasan antara hasil pendidikan dengan
praktik di lapangan dalam kemahiran melayani pasien secara profesional.
V. KEPROFESIAN
a. Unsur dalam Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian (MPPK)
• PDPP
• PDSp
• PDSm
• Badan Kajian
11
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
b. Tumpang Tindih Kompetensi
Tumpang tindih kompetensi tidak akan dapat dihindari. Banyak area abu-abu
sehingga harus “duduk” bersama/membahas bersama diantara kolegium-
kolegium dan perhimpunan-perhimpunan terkait. Bila tidak tercapai
kesepakatan, akan difasilitasi oleh MPPK, MKKI, MKEK dan PB IDI
Alur bila terjadi tumpang tindih kompetensi :
� OP menulis surat resmi kepada PB IDI (MPPK)
� Dibahas bersama dengan pihak-pihak terkait
Kompetensi dan cara mendapatkan kompetensi:
� Semua OP harus mempunyai standar kompetensi
� Cara mendapatkan kompetensi ada di standar kompetensi dan standar
pendidikan. Standar ini harus senantiasa dievaluasi
c. Gelar
• IDI tetap memakai singkatan Dr, untuk dokter dan ditulis didepan nama dan
DR untuk Doktor
• Mengusulkan agar pemakaian/penulisan gelar ini kepada Dikti.
• Singkatan Dokter ditulis Dr, dan singkatan Doktor ditulis DR.
• Perlu diatur lebih lanjut oleh PB IDI mengenai cara penulisan gelar fellow,
definisi konsultan untuk tiap-tiap PDSp, pemakaian gelar konsultan dan
persyaratan untuk mencapai konsultan/Sp.2
d. Pengesahan Perubahan Gelar
Perubahan gelar untuk spesialis yang telah disahkan perubahannya adalah ;
- Spesialis THT dari Sp.THT menjadi Sp.THT.KL
- Spesialis RM dari Sp.RM menjadi Sp.KFR
- Spesialis BO dari Sp.BO menjadi Sp.OT
12
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
e. Aturan- Aturan Praktik
Batas umur dalam menjalankan praktik ;
• Bedah
- 65 tahun
- Bila hendak berpraktik di atas umur 65 tahun, harus dinilai oleh dokter
spesialis THT ,MATA dan neurologi .
- Evaluasi dilakukan oleh IDI Cabang setempat
• Non Bedah
- 70 tahun
- Bila hendak berpraktik diatas umur 70 tahun, harus harus dinilai oleh
dokter spesialis THT ,MATA dan neurologi .
- Evaluasi dilakukan oleh IDI Cabang setempat
- Kondisi kesehatan ; dimensia, pasca stroke harus dievaluasi.
• Medikoetikolegal
• Kesejawatan dan kredential.
f. Imbal Jasa Medis
Imbal jasa medis telah sering dibahas secara mendalam oleh Tim PB IDI, untuk
itu disarankan untuk menggunakan hasil kajian tersebut.
g. Masalah Dokter Asing
• Saat ini hanya untuk alih teknologi di institusi pendidikan
• Untuk bakti sosial sementara dengan rekomendasi IDI dan ijin KKI.
• Perlu evaluasi lintas sektoral, saat ini banyak yang melakukan praktik illegal.
• Bila nanti telah dibuka boleh berpraktik ;
• Harus ada tes tertulis persamaan ilmu dasar/kompetensinya (seperti
ECFMG) yang dilakukan oleh PDSp/PDPP.
• Harus tes profisiensi bahasa Indonesia yang terstandar.
VI. HUKUM DAN ETIKA KEDOKTERAN
• Menugaskan kepada MKEK membentuk panitia ad hoc yang bertugas
mempersiapkan revisi KODEKI untuk dibahas pada MUKTAMAR IDI
berikutnya.
13
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
• Mengusulkan kepada sidang pleno MUKTAMAR agar dalam pengurusan
perpanjangan SIP agar dipertimbangkan memasukkan unsur etika sebagai
persyaratan disesuaikan dengan kondisi pengurus cabang masing-masing,
misalnya pelatihan etika terstruktur.
VII. KEBIJAKAN ORGANISASI
a. Kebijakan Strategis Internal
1. Menetapkan nilai-nilai yang mencerminkan Jatidiri Dokter Indonesia
yaitu:
a) Manusiawi (Humanism)
b) Etika (Ethics)
c) Kompetensi (Competence)
2. Berperan dalam Trias Peran Dokter Indonesia yaitu :
a) Agent of Change
b) Agent of Social Development
c) Agent of Treatment
3. Menetapkan Tanggal 20 Mei sebagai Hari Bakti Dokter Indonesia
sebagai bentuk apresiasi kepada founding fathers Dokter Indonesia dan
meneguhkan Komitmen Dokter Indonesia untuk membangun bangsa.
4. Penetapan Ikatan Dokter Indonesia sebagai Organisasi Kemasyarakatan
yang berbadan hukum sebagaimana diatur dalam aturan perundang –
undangan dalam rangka akuntabilitas pengelolaan aset.
5. Inventarisasi seluruh aset Ikatan Dokter Indonesia di tingkat Pusat, Wilayah
dan Cabang.
b. Kebijakan Strategis Eksternal
1. Melakukan advokasi dan peran aktif untuk memasukkan Sistem
Pelayanan Kedokteran Terpadu (Yandokdu) kedalam berbagai peraturan
perundang-undangan di tingkat pusat dan daerah. Contohnya:
• PP/Perpres SJSN
• Amandemen UU Kesehatan
• RUU Rumah Sakit
• RPJPK 2005-20025
• RPJMN 2010-2014
14
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
• SKN
• Peraturan Daerah
� Membentuk tim ad hoc untuk melakukan kajian terhadap UU Kes dan
UU Rumah Sakit
� Menerima draft rekomendasi sebagai masukan untuk PB IDI dalam
rangka judicial review amandemen terhadap UUPK.
� Demikian pula dalam rangka judicial review/amandemen terhadap UU
tentang Kesehatan dan UU tentang RS yang baru-baru ini disahkan oleh
DPR RI pada Akhir September 2009, bila diperlukan.
2. Melakukan advokasi dan peran aktif dalam penyusunan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan kesehatan dan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat seperti :
• Amandemen UU Narkoba
• RUU Kependudukan dan Kesejahteraan rakyat
• RUU Keperawatan
3. Melakukan advokasi dan peran aktif dalam penyusunan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan globalisasi pelayanan
kedokteran:
• Kebijakan satu pintu bagi dokter asing (Inisiasi kepada pihak
Departemen Kesehatan RI untuk melakukan penyusunan dan
penetapan regulasi yang mengatur tentang kebutuhan, persyaratan dan
pengawasan dokter asing)
• Menyusun kuota/formasi kebutuhan dokter/dokter spesialis sampai
tingkat kabupaten/kota sesuai dengan Economic Need Test (ENT).
• Berperan aktif dalam transformasi pemberdayaan dan pengembangan
SDM Kesehatan, khususnya tenaga dokter agar memiliki kemampuan
untuk berkompetisi secara sehat dalam era globalisasi dan pola
hubungan professional tenaga dokter dan tenaga kesehatan lain
• Mengadvokasi Pemerintah agar dalam mengimplementasi globalisasi
juga memperhatikan asas keadilan untuk mencegah kompetisi yang
tidak sehat
4. Melakukan advokasi dan peran aktif dalam meningkatkan mutu
pendidikan dokter, antara lain :
• Mewajarkan biaya pendidikan dokter dan dokter spesialis, bila
memungkinkan pembebasan biaya pendidikan.
15
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
5. Ikatan Dokter Indonesia melakukan peran aktif dalam penyusunan
kebijakan strategis Bidang Kesehatan di tingkat pusat dan daerah.
6. Mendorong penempatan wakil profesi dokter di berbagai lembaga
strategis dan institusi kesehatan dengan mengutamakan kompetensi dan
kapabilitas dengan terlebih dahulu melakukan pembinaan internal.
7. Pengaturan promosi bagi dokter asing di Indonesia sesuai kodeki.
8. Advokasi kepada Departemen Kesehatan RI agar menyusun standar
perijinan pengobat tradisional/komplementer.
c. Kebijakan Manajerial Internal
1. Mentransformasikan IDI menjadi organisasi profesi yang mampu
merespons perubahan zaman didukung oleh infrastruktur memadai,
manajemen modern, transparan dan akuntabel serta memfokuskan
kegiatan organisasi pada “core business” IDI yang diamanatkan dalam
UUPK serta menyusun format pelaporan yang disertai dengan indikator
kinerja yang terukur. Organisasi IDI perlu disesuaikan dengan fungsinya
untuk:
• Advokasi kepentingan masyarakat di bidang kesehatan.
• Pembinaan dan pelayanan anggota.
• Pengembangan kedokteran.
• Mengakomodasi perubahan yang bersifat strategis dalam situasi
ekstraordiner.
2. Mengupayakan ketersediaan anggaran dari pemerintah dalam
menjalankan peran yang dimanatkan dalam UUPK (khususnya yang
tertulis menjadi tanggung jawab IDI) dengan menjunjung tinggi kemandirian
organisasi.
3. Menyusun pedoman penerbitan atau pencabutan surat rekomendasi
praktik dokter.
d. Kebijakan Manajerial Eksternal
1. Melakukan kerjasama dan kemitraan dengan berbagai organisasi profesi
dokter di tingkat regional dan internasional dengan tujuan meningkatkan
profesionalisme dokter dan mengembangkan ilmu kedokteran
16
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009
2. Melakukan kerjasama dan kemitraan dengan berbagai institusi pendidikan
dan penelitian kedokteran di tingkat regional dan internasional dengan
tujuan alih teknologi
e. Kebijakan Tehnis Operasional Internal
1. Memperkuat infrastruktur organisasi IDI di tingkat Pusat, Wilayah
dan Cabang agar mampu menjalankan fungsinya dengan efektif dan
efisien, termasuk memberikan pelayanan yang menjadi hak setiap
anggota di seluruh tanah air
2. Menerapkan manajemen IDI yang handal berbasis teknologi
informasi dan database terpusat (integrated database) agar mampu
menyelenggarakan kegiatan organisasi yang efisien dan terdesentralisasi
ke tingkat Wilayah dan Cabang yang dilakukan secara bertahap sesuai
kemampuan, kondisi dan situasi setempat.
3. Menetapkan manfaat yang menjadi hak setiap anggota IDI selama
masa keanggotaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung.
4. Menyusun sistem penjaringan kandidat representative IDI di lembaga
resmi.
5. Membuka saluran komunikasi untuk menampung aspirasi anggota.
6. Menindaklanjuti penetapan Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan
Pengabdian Masyarakat sebagai dasar pelaksanaan rangkaian
peringatan Hari Bakti Dokter Indonesia sebagai kegiatan yang
dilaksanakan setiap tahun di seluruh tingkatan kepengurusan Ikatan
Dokter Indonesia.
7. Menindaklanjuti penetapan panduan kompensasi dokter dan jasa medik.
8. Merekomendasikan tempat penyelenggaraan Mukernas (2011) dan
Muktamar (2012) Dokter Indonesia yaitu:
� Pekanbaru (Mukernas)
� Makassar (Muktamar)
� Manado (Muktamar)
� Medan (Muktamar)
17
Hasil Muktamar Dokter Indonesia XXVII – 2009