Islam Disiplin Ilmu (Idi)
-
Upload
muhammad-asry -
Category
Documents
-
view
76 -
download
3
Transcript of Islam Disiplin Ilmu (Idi)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang kaya. Khazanahnya mencakup segenap aspek
kehidupan manusia, termasuk di antaranya masalah kesehatan dan pengobatan.
Ilmu pengobatan islam sebenarnya tidak kalah dengan ilmu pengobatan barat.
Contohnya, Ibnu sina seorang muslim yang menjadi pionir ilmu kedokteran
modern. Ilmu pengobatan islam bertumpu pada cara-cara alami dan metode
ilahiah. Yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi seorang muslim dalam menjaga
kesehatan dan mengobati penyakitnya.
Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dibekali akal oleh Allah SWT,
disamping sebagai fitrah manusia yang mendorong manusia itu untuk mencari
segala sesuatu yang di butuhkan untuk melestarikan hidupnya seperti makan,
minum dan tempat berlindung (penjagaan eksistensi). Dalam mencari hal-hal
tersebut, manusia akan mendapat pengalaman yang baik dan yang kurang baik
maupun yang membahayakan. Maka akal lah yang mengolah, meningkatkan serta
mengembangkan informasi-informasi dari berbagai pengalaman tersebut untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Karena itu, manusia selalu dalam proses
mencari dan menyempurnakan hingga selalu progresif.
Berbeda dengan binatang yang hanya dibekali dengan instink saja, hingga
hidup mereka sudah terarah dan dan bersifat statis. Akal lah yang membentuk
serta membina kebudayaan manusia dalam bebragai aspek kehidupannya
termasuk dalam bidang pengobatan.
I.2 RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana peraturan tentang makanan berdasarkan Q.S. 7:32, Q.S. 2:168, dan
Q.S. 2:172?
- Bagaimana pola makan yang seimbang berdasarkan Q.S. 2:69, dan Q.S 5:24-
27
- Bagaimana manfaat susu segara berdasarkan Q.S 16:66, dan Q.S 23:21?
- Bagaimana kebiasaan makan berdasrkan Q.S 7:31
I.3 TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
- Untuk mengetahui peraturan-peraturan tentang makanan yang halal
berdasarkan Al-Quran
- Untuk mengetahui pola makan yang seimbang dan baik berdasarkan Al-Quran
- Untuk mengetahui manfaat susu segar dan halalberdasarkan Al-Quran
- Untuk mengetahui kebiasaan makan yang baik berdasarkan AL-Quran
BAB II
PEMBAHASAN
Pengobatan adalah suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari penyakit
yang mengganggu hidup. Kebudayaan tidak saja dipengaruhi oleh lingkungan, tetapi
juga oleh kepercayaan dan keyakinan, karena manusia telah merasa di alam ini ada
sesuatu yang lebih kuat dari dia, baik yang dapat dirasakan oleh pancaindera
maupaun yang tidak dapat dirasakan dan bersifat ghaib. Pengobatan ini pun tidak
lepas dari pengaruh kepercayaan atau agama yang di anut manusia. Secara umum di
dalam dunia pengobatan dikenal istilah medis dan non medis.
Para ahli berbeda pendapat tentang penjelasan batasan istilah medis dan
definisinya secara terminologis menjadi 3 pendapat, yaitu :
Pendapat pertama
Medis atau kedokteran adalah ilmu untuk mengetahui berbagai kondisi tubuh
manusia dari segi kesehatan dan penyakit yang menimpanya. Pendapat ini di nisbat
kan oleh para dokter klasik dan Ibnu Rusyd Al-hafidz.
Pendapat kedua
Medis atau kedokteran adalah ilmu tentang berbagai kondisi tubuh manusia
untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya dari kondisi sakit.
Pendapat ketiga
Ilmu pengetahuan tentang kondisi-kondisi tubuh manusia, dari segi kondisi
sehat dan kondisi menurunnya kesehatan untuk menjaga kesehatan yang telah ada dan
mengembalikannya kepada kondisi sehat ketika kondisi nya tidak sehat. Ini adalah
pendapat Ibnu sina.
Definisi-definisi tersebut walaupun kata-kata dan ungkapannya berbeda tetapi
memiliki arti dan kandungan yang berdekatan, meskipun definisi ketiga lah yang
memiliki keistimewaan karena bersifat komprehensif mencakup makna yang
ditujukan oleh definisi pertama dan kedua. Sehingga istilah pengobatan medis dapat
disimpulkan sebagai suatu kebudayaan untuk menyelamatkan diri dari penyakit yang
menggaggu hidup manusia di dasar kan kepada ilmu yang di ketahui dengan kondisi
tubuh manusia, dari segi kondisi sehat dan kondisi menurunnya kesehatan, untuk
menjaga kesehatan yang telah ada dan mengembalikannya ketika kondisi tidak sehat.
Pengobatan medis sendiri dalam sejarah manusia merupakan hasil proses panjang
yang di awali secara tradisional hingga menjadi modern seperti sekarang.
A. Peraturan tentang Makanan
Surah Al A’raaf 32
ف�ي �وا آم�ن �ذ�ين� �ل ل ه�ي� ق�ل� ق� ز� الر� م�ن� �ات� �ب و�الط�ي �اد�ه� �ع�ب ل ج� خ�ر�� أ �ي �ت ال �ه� الل �ة� ز�ين م� ح�ر� م�ن� ق�ل�
�م�ون� ( �ع�ل ي , �ق�و�م ل �ات� ي اآل� �ف�ص�ل� ن �ك� �ذ�ل ك �ام�ة� �ق�ي ال �و�م� ي ال�ص�ة4 خ� �ا �ي الد5ن �اة� ي �ح� )32ال
Katakanlah:` Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezki yang baik? `Katakanlah:` Semuanya itu (disediakan) bagi
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja)
di hari kiamat. Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang
yang mengetahui.(QS. 7:32)
Orang-orang Arab pada masa Jahiliah telah mengharamkan memakai
pakaian ketika tawaf sekeliling Kakbah, telah mengharamkan sebagian makanan
ketika mengerjakan haji seperti memakan daging, memakan yang berlemak dan
lain-lain. Orang-orang Nasrani dan ahli kitab pun, sebagian mereka juga
mengharamkan memakan yang baik-baik seperti halnya perbuatan orang pada
masa Jahiliah itu. Maka ayat ini dengan tegas memerintahkan kepada Nabi
Muhammad saw. untuk menanyakan kepada mereka, siapa yang mengharamkan
semuanya itu? Jelaslah bahwa yang mengharamkan itu mereka sendiri dan setan
bukan merupakan wahyu Allah yang disampaikan-Nya kepada Rasul Allah.
Pakaian dan perhiasan yang memang sudah disediakan Allah untuk mereka dan
Allah tidak mengharamkan makanan yang baik-baik, yang lezat-lezat seperti
rezeki yang halal dari Allah. Memakai pakaian yang indah, berdandan dan
berhias, serta memakan makanan yang lezat-lezat yang dihalalkan Allah adalah
merupakan kesenangan dan kegemaran manusia. Agama Islam membolehkannya
selama tidak bertentangan dengan hukum Allah, seperti berlebih-lebihan dan lain-
lain.
Tidaklah meninggalkan kesenangan dan kegemaran seperti itu termasuk
ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, seperti yang dilakukan oleh penganut
agama lain, umpama agama Hindu. Kegemaran berpakaian yang bagus dan
kegemaran memakan makanan yang baik lagi halal akan mendorong manusia
untuk berpikir meningkatkan pertanian, membuat irigasi serta meningkatkan
kemajuan dalam bidang industri, seperti pabrik benang, pabrik kain,
meningkatkan pemeliharaan binatang-binatang, seperti biri-biri, ulat sutera,
binatang-binatang ternak dan lain-lain.
Selanjutnya dalam ayat ini Allah swt. memerintahkan kepada Rasulullah
agar menyampaikan kepada umatnya, bahwa berhias dan berdandan dengan
pakaian yang bagus dan indah begitu juga memakan makanan yang baik-baik dan
lezat-lezat adalah diperbolehkan menikmatinya bagi orang-orang yang beriman
dalam hidup mereka di dunia juga dibolehkan untuk orang-orang yang bukan
mukmin. Tetapi pada hari kiamat, kenikmatan yang seperti itu hanyalah khusus
bagi orang-orang yang beriman saja. Orang-orang kafir tidak berhak untuk
menikmatinya. Orang-orang mukmin berhak untuk mendapatkan hidup bahagia,
menikmati segala macam pemberian yang baik dan halal selama hidup di dunia
ini. Bukanlah kebahagiaan hidup itu untuk orang-orang kafir saja.
Dalam ayat ini jelaslah, bahwa Allah menganjurkan kepada orang-orang yang
beriman agar dapat mencapai bahagia dan sentosa di dunia dan di akhirat. Di
akhirat orang-orang mukminlah yang lebih berhak menikmati segala macam
nikmat Allah supaya lebih bertambah syukurnya kepada-Nya dan lebih
mendorongnya untuk mencapai kebahagiaan yang sebenarnya. Mereka di dunia
tentu akan bersyukur kepada Allah, baik dalam hatinya dengan mengakui
kekayaan Allah, atau dengan lidahnya mengucapkan “alhamdulillah”, maupun
dengan anggotanya, yaitu dengan dengan memakai dan memakan karunia Allah
itu dengan sebaik-baiknya dan mempergunakannya kepada jalan yang diridai
Allah. Orang mukmin tentu akan bertambah ilmunya dan kemajuannya bila
hidupnya di dunia telah bahagia dan tentu akan bertambah kuat pula imannya
kepada Allah bila dia telah dapat merasakan betapa besarnya karunia yang
diberikan Allah kepadanya.
Surah Al Baqarah 168
�9 �م� �ك ل �ه� �ن إ �ط�ان� ي الش� خ�ط�و�ات� �ع�وا �ب �ت ت و�ال� 4ا �ب ط�ي ال4 ح�ال� ر�ض�� األ� ف�ي م�م�ا �وا �ل ك �اس� الن 5ه�ا ي
) Gين� م�ب H168ع�د�و(
“ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. 2:168)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa ayat ini turun mengenai suatu kaum yang
terdiri dari Bani Saqif, Bani Amir bin Sa’sa’ah, Khuza’ah dan Bani Mudli.
Mereka mengharamkan menurut kemauan mereka sendiri, memakan beberapa
jenis binatang seperti bahirah yaitu unta betina yang telah beranak lima kali dan
anak kelima itu jantan, lalu dibelah telinganya; dan wasilah yaitu domba yang
beranak dua ekor, satu jantan dan satu betina lalu anak yang jantan tidak boleh
dimakan dan harus diserahkan kepada berhala. Padahal Allah tidak
mengharamkan memakan jenis binatang itu, bahkan telah menjelaskan apa-apa
yang diharamkan memakannya dalam firman-Nya:
�م�و�ق�وذ�ة� و�ال �ق�ة� ن �خ� �م�ن و�ال �ه� ب �ه� الل �ر� �غ�ي ل �ه�ل� أ و�م�ا �ز�ير� ن �خ� ال �ح�م� و�ل و�الد�م� �ة� �ت �م�ي ال �م� �ك �ي ع�ل م�ت� ح�ر�
م�وا �ق�س� ت �س� ت �ن� و�أ 5ص�ب� الن ع�ل�ى �ح� ذ�ب و�م�ا �م� �ت �ي ذ�ك م�ا �ال� إ �ع� ب الس� �ل� �ك أ و�م�ا �ط�يح�ة� و�الن �ة� د�ي �ر� �م�ت و�ال
Gق ف�س� �م� �ك ذ�ل � م ال� �ز� �األ� ب
Artinya:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)
yang disembelih, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas
kecuali yang sempat kamu sembelih dan (diharamkan juga bagimu) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak
panah; itu adalah suatu kefasikan.” (Q.S Al Ma’idah: 3)
Karena itu selain dari yang tersebut dalam ayat ini boleh dimakan,
sedangkan bahirah dan wasilah itu tidak tersebut di dalam ayat itu. Memang ada
beberapa ulama berpendapat bahwa di samping yang tersebut dalam ayat itu,
adalagi yang diharamkan memakannya berdasarkan hadis Rasulullah saw. seperti
memakan binatang yang bertaring tajam atau bercakar kuat, tetapi sebagian ulama
berpendapat bahwa memakan binatang-binatang tersebut hanya makruh saja
hukumnya.
Allah menyuruh manusia memakan yang baik sedang makanan yang
diharamkan oleh beberapa kabilah yang ditetapkan menurut kemauan dan
peraturan yang mereka buat sendiri halal dimakan, karena Allah tidak
mengharamkan makanan itu. Allah hanya mengharamkan beberapa macam
makanan tertentu sebagaimana tersebut dalam ayat 3 surat Al-Maidah dan dalam
ayat 173 surat kedua ini.
Adapun selain dari yang diharamkan Allah itu dan selain yang tersebut
dalam hadis sesuai dengan pendapat sebagian ulama adalah halal, boleh dimakan.
Kabilah-kabilah itu hanya mengharamkan beberapa jenis tanaman dan binatang
berdasarkan hukum yang mereka tetapkan dengan mengikuti tradisi yang mereka
pusakai dari nenek moyang mereka dan karena memperturutkan hawa nafsu dan
kemauan setan belaka. Janganlah kaum muslimin mengikuti langkah-langkah
setan itu, karena setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.
Surah Al Baqarah 168:
Hع�د�و �م� �ك ل �ه� �ن إ �ط�ان� ي الش� خ�ط�و�ات� �ع�وا �ب �ت ت و�ال� 4ا �ب ط�ي ال4 ح�ال� ر�ض�� األ� ف�ي م�م�ا �وا �ل ك �اس� الن 5ه�ا ي
� أ �ا ي
) Gين� )168م�ب
Ayat berikut ini turun tentang orang-orang yang mengharamkan sebagian
jenis unta/sawaib yang dihalalkan, (Hai sekalian manusia, makanlah yang halal
dari apa-apa yang terdapat di muka bumi) halal menjadi ‘hal’ (lagi baik) sifat
yang memperkuat, yang berarti enak atau lezat, (dan janganlah kamu ikuti
langkah-langkah) atau jalan-jalan (setan) dan rayuannya (sesungguhnya ia
menjadi musuh yang nyata bagimu) artinya jelas dan terang permusuhannya itu.
Surah Al Baqarah 172:
) �د�ون� �ع�ب ت �اه� �ي إ �م� �ت �ن ك �ن� إ �ه� �ل ل وا �ر� ك و�اش� �م� �اك ق�ن ز� ر� م�ا �ات� �ب ط�ي م�ن� �وا �ل ك �وا آم�ن �ذ�ين� ال 5ه�ا ي� أ �ا ي
172(
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang
Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar
kepada-Nya saja kamu menyembah.” (QS. 2:172)
Di dalam ayat ini ditegaskan pula supaya seorang mukmin memakan
makanan yang baik-baik yang diberikan Allah, dan rezeki yang diberikan-Nya itu
haruslah disyukuri. Dalam ayat 168 perintah memakan makanan yang baik-baik
ditujukan kepada manusia umumnya. Karenanya perintah itu diiringi dengan
larangan mengikuti ajaran setan. Sedangkan dalam ayat ini perintah ditujukan
kepada orang mukmin saja supaya mereka memakan rezeki Allah yang baik-baik.
Sebab itu perintah ini diiringi dengan perintah mensyukurinya.
B. Pola Makanan yang Seimbang
Mereka berkata: `Hai Musa, kami sekali-sekali tidak akan memasukinya selama-
lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama
Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk
menanti di sini saja`.(QS. 5:24)
Surah Al Maa-idah 24:
�ا ه�ن ه�ا �ا �ن إ �ال� ف�ق�ات 5ك� ب و�ر� �ت� �ن أ ف�اذ�ه�ب� ف�يه�ا د�ام�وا م�ا �د4ا �ب أ �ه�ا ل �د�خ� ن �ن� ل �ا �ن إ م�وس�ى �ا ي �وا ق�ال
)24ق�اع�د�ون� (
Anjuran dua orang utusan itu tidak dapat mempengaruhi kaumnya dan
tidak merubah semangat mereka. Oleh karena itu setelah anjuran itu, mereka
mengulangi ucapan mereka kepada Nabi Musa a.s. bahwa mereka selamanya
tidak akan masuk Palestina selama kaum yang perkasa dan angkuh penduduk
negeri itu masih berada di sana. Mereka menandaskan bahwa jika Nabi Musa a.s.
tetap berkehendak akan memasuki tanah Palestina, maka biar Nabi Musa a.s. saja
bersama bantuan Tuhan yang akan memerangi kaum itu, sedangkan mereka tetap
membangkang tidak mengikuti Musa memasuki Palestina. Jawaban mereka ini
menunjukkan kedangkalan pikiran dan kekurangan adab kesopanan mereka.
Memang mula-mula mereka telah menyembah Allan swt. mengikuti Nabi Musa
a.s. kemudian mereka berusaha menyembah anak sapi mengikuti ajakan Samiri.
Memang kaum Yahudi itu biasa membangkang terhadap Nabinya, malah kadang-
kadang membunuhnya.
Surah Al Maa-idah 25
ق�ين� ( �ف�اس� ال � �ق�و�م ال �ن� �ي و�ب �ا �ن �ن �ي ب ق� ف�اف�ر� �خ�ي و�أ �ف�س�ي ن �ال� إ م�ل�ك�� أ ال� �ي �ن إ ب� ر� )25ق�ال�
Berkata Musa: `Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan
saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik
itu`.(QS. 5:25)
Setelah ajakan Nabi Musa a.s. tidak ditaati oleh kaumnya, bahkan mereka
menolaknya maka Nabi Musa a.s. menyatakan keluhannya kepada Allah swt.
bahwa ia tidak dapat menguasai kaumnya. Karenanya Musa a.s. mohon kepada
Allah swt. agar Musa dan suadaranya di satu pihak dan kaumnya di pihak yang
lain dipisahkan dan mohon kepada Allah swt. agar memberikan keputusan yang
adil. Maka apabila kaumnya yang fasik itu akan disiksa, hendaklah Nabi Musa
a.s. dan saudara-saudaranya di selamatkan dari siksaan itu. Allah berfirman: `
(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama
empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi
(padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-
orang yang fasik itu.`(QS. 5:26)
Surah Al Maa-idah 26
� �ق�و�م ال ع�ل�ى س�� �أ ت ف�ال� ر�ض�
� األ� ف�ي �يه�ون� �ت ي �ة4 ن س� �ع�ين� ب ر�� أ �ه�م� �ي ع�ل Gم�ة م�ح�ر� �ه�ا �ن ف�إ ق�ال�
ق�ين� ( �ف�اس� )26ال
Doa Nabi Musa a.s. itu dikabulkan oleh Allah swt. dan Allah swt.
menyatakan bahwa sesungguhnya tanah suci itu diharamkan bagi mereka selama
empat puluh tahun.
Karena kedurhakaan itu, mereka tidak dapat memasuki tanah suci dan
tidak dapat mendiaminya selama empat puluh tahun. Selama masa empat puluh
tahun itu mereka selalu berada dalam keadaan kebingungan tidak mengetahui
arah dan tujuan. Sesudah itu Allah swt. menganjurkan kepada Nabi Musa a.s. agar
tidak merasa susah atas musibah siksa yang menimpa kaumnya yang fasik itu
karena itu bagi mereka akan merupakan pelajaran dan pengalaman.
Menurut pendapat kebanyakan ahli tafsir, bahwa Nabi Musa dan Nabi Harun a.s.
berada di padang Tih bersama-sama kaum Bani Israel, akan tetapi padang Tih itu
bagi Nabi Musa dan Nabi Harun a.s. merupakan tempat istirahat dan menambah
ketinggian derajat mereka. Sedangkan bagi kaum Yahudi yang ingkar itu
merupakan siksaan yang sangat berat. Setelah selesai peristiwa di padang Tih itu
Nabi Musa dan Nabi Harun a.s. wafat. Kemudian fitrah orang-orang Bani Israel
itu telah dirusak oleh kesesatan, perbudakan, penindasan dan paksaan raja-raja
Mesir, hingga mereka sesat, pengecut, penakut dan hal itu telah mendarah daging
pada diri mereka. Karenanya di waktu Musa a.s. membawa mereka ke arah
kebenaran, keberanian dan kebahagiaan mereka tetap bersifat pengecut.
Surah Al Maa-idah 27
ر� خ� اآل� م�ن� �ل� �ق�ب �ت ي �م� و�ل ح�د�ه�م�ا� أ م�ن� �ل� �ق�ب ف�ت 4ا �ان ب ق�ر� �ا ب ق�ر� �ذ� إ �ح�ق� �ال ب آد�م� �ي� �ن اب
� �أ �ب ن �ه�م� �ي ع�ل �ل� و�ات
�ق�ين� ( �هم�نالم�ت الل �ل� �ق�ب �ت ي �م�ا �ن إ ق�ال� �ك� �ن �ل �ق�ت أل� )27ق�ال�
“Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil)
menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka
diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari
yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): `Aku pasti membunuhmu!`. Berkata Habil:
`Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang
bertakwa`.”(QS. 5:27)
Nabi Muhammad saw. diperintahkan untuk membacakan kisah kedua
putra Adam a.s. itu di waktu mereka berkurban, kemudian kurban yang seorang
diterima sedang kurban yang lain tidak. Orang yang tidak diterima kurbannya
bertekad untuk membunuh saudaranya, sedang yang diancam menjawab bahwa ia
menyerah kepada Allah, karena Allah hanya akan menerima kurban dari orang-
orang yang takwa.
Menurut riwayat dari Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan lain-lain, bahwa putra
Adam yang bernama Qabil mempunyai ladang pertanian dan putranya yang
bernama Habil mempunyai peternakan kambing. Kedua putra Adam itu
mempunyai saudara kembar wanita. Pada waktu itu Allah swt. mewahyukan
kepada Nabi Adam agar Qabil dikawinkan dengan saudara kembar Habil. Dengan
perkawinan itu Qabil tidak senang dan marah, saudara kembarnya lebih cantik.
Kedua-duanya sama-sama menghendaki saudara yang cantik itu. Akhirnya Nabi
Adam a.s. menyuruh Qabil dan Habil agar keduanya berkurban guna mengetahui
siapa, di antara mereka yang akan diterima kurbannya. Qabil berkurban dengan
hasil pertaniannya dan yang diberikan yang bermutu rendah. sedang Habil
berkurban dengan kambing pilihannya yang baik. Maka Allah swt. menerima
kurban Habil, berarti bahwa Habillah yang dibenarkan mengawini saudara
kembar Qabil. Dengan demikian bertambah keraslah kemarahan dan kedengkian
Qabil sehingga ia bertekad untuk membunuh saudaranya. Tanda-tanda kurban
yang diterima itu ialah kurban itu dimakan api sampai habis. (Al Manar VI: 342)
Dari peristiwa yang terjadi ini dapat diambil pelajaran bahwa apa yang
dinafkahkan seharusnya tidak sekadar untuk mengharapkan pujian dan sanjungan
akan tetapi hendaklah dilakukan dengan ikhlas agar diterima oleh Allah swt.
Surah Huud 69
اء� ج� �ن� أ �ث� �ب ل ف�م�ا Gم ال� س� ق�ال� م4ا ال� س� �وا ق�ال ى ر� �ش� �ب �ال ب اه�يم� �ر� �ب إ �ا �ن ل س� ر� ج�اء�ت� �ق�د� و�ل
) �يذ, ن ح� �ع�ج�ل, )69ب
“Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang
kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan:
`Selamat.` Ibrahim menjawab: `Selamatlah,` maka tidak lama kemudian Ibrahim
menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang.” (QS. 11:69)
Beberapa malaikat datang mengunjungi Nabi Ibrahim a.s. di rumahnya
untuk menyampaikan suatu berita gembira kepadanya. Diriwayatkan dari Ata’
bahwa malaikat-malaikat itu terdiri dari Jibril, Mikail dan Israel a.s. Ada pula
riwayat yang mengatakan mereka terdiri dari Jibril bersama tujuh malaikat
lainnya. Mereka disambut oleh Nabi Ibrahim a.s. dengan sambutan yang baik
sekali karena dia yakin bahwa tamunya yang penuh sopan santun mengucapkan
salam sebelum memasuki rumahnya adalah tamu-tamu terhormat dari kalangan
orang-orang yang baik. Sudah menjadi kebiasaan bagi orang-orang Arab Badui
bila kedatangan tamu, mereka harus disuguhi hidangan yang istimewa sesuai
dengan kesanggupan tuan rumah. Nabi Ibrahim a.s. pun menghidangkan untuk
tamu-tamunya itu makanan yang lezat yaitu seekor domba yang dibakar di atas
batu yang dipanaskan dan mempersilakan mereka menikmati makanan yang
istimewa itu. Tetapi tamu-tamu itu tidak mau menyentuh makanan itu, karena
mereka adalah malaikat yang menyamar seperti manusia, sedang malaikat tidak
membutuhkan makanan dan minuman.
C. Manfaat Susu Segar
Surah An Nahl 66
ال�ص4ا خ� 4ا �ن �ب ل , و�د�م ث, ف�ر� �ن� �ي ب م�ن� �ه� �ط�ون ب ف�ي م�م�ا �م� ق�يك �س� ن ة4 �ر� �ع�ب ل � �ع�ام ن� األ� ف�ي �م� �ك ل �ن� و�إ
�ين� ( ار�ب �لش� ل �غ4ا ائ )66س�
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya
(berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-
orang yang meminumnya.” (QS. 16:66)
Sesudah itu Allah SWT meminta perhatian para hamba-Nya agar
memperhatikan binatang ternak karena sesungguhnya pada binatang ternak itu
terdapat pelajaran yang berharga bagi para hamba-Nya yang dapat menunjukkan
kekuasaan Nya, menciptakan ciptaan yang indah. Maha Luas Rahmat Nya
terhadap para hamba Nya; dan air susu binatang ternak itulah manusia mendapat
minuman yang lezat rasanya, mudah dicerna dan berguna bagi kesehatan.
Seseorang yang suka memperhatikan, dapat mengambil pelajaran betapa Maha
Kuasanya Allah memisahkan susu yang bersih itu dari darah dan kotoran
binatang. Binatang itu makan rerumputan. Dari rumput itulah sari-sari makanan
diserap oleh butiran-butiran darah merah di perut besar sapi itu, sedang bagian-
bagian yang tidak berguna dikeluarkan sebagai kotoran.
Kemudian dari tanah itulah dipisahkan air susu sebagai minuman yang
sangat lezat mudah ditelan bagi orang yang hendak meminumnya.
Surah Al Mu’minuun 21
�ه�ا و�م�ن Gة �ير� �ث ك �اف�ع� م�ن ف�يه�ا �م� �ك و�ل �ه�ا �ط�ون ب ف�ي م�م�ا �م� ق�يك �س� ن ة4 �ر� �ع�ب ل � �ع�ام ن� األ� ف�ي �م� �ك ل �ن� و�إ
) �ون� �ل �ك �أ )21ت
“Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat
pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu
yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat
faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan,”(QS.
23:21)
Dan sesungguhnya pada penciptaan binatang ternak itu benar-benar
terdapat pelajaran yang sangat penting bagi kamu di samping kemanfaatannya
sendiri sebagai nikmat pemberian Allah SWT. Sebagai pelajaran dan bahan riset,
rumput yang di makan oleh binatang ternak seperti sapi itu, setelah dikunyah dan
masuk dalam perutnya, kemudian bercampur dengan darah, maka Allah berkuasa
untuk memisahkan air susu dari percampuran dua benda yang kotor itu
sebagaimana tersebut dalam firman Allah:
لبنا ودم فرث بين من بطونه في مما نسقيكم لعبرة األنعام في لكم وإن
للشاربين سائغا خالصا
Artinya:
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran
bagi kamu. Kami memberimu minum dari apa yang berada dalam perutnya
(berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi
orang-orang yang meminumnya”. (Q.S. An Nahl: 66)
Dan jika diperinci, maka terdapat ada empat macam kemanfaatan yang
diperoleh manusia dari binatang ternak itu:
1. Air susu yang sangat lezat untuk di minum dan mengandung unsur kesehatan,
yang juga dapat dijadikan mentega dan keju dan lain-lain.
2. Bulu atau rambutnya dapat dijadikan bahan pakaian yang sangat berguna
terutama di musim dingin.
3. Dagingnya dapat dimakan segera atau diawetkan dalam kaleng.
4. Dapat dijadikan kendaraan, terutama ke tempat yang jauh yang sulit dicapai
dengan kendaraan lain seperti tersebut dalam ayat (21).
األنفس بشق إال بالغيه تكونوا لم بلد إلى أثقالكم وتحمل
Artinya:
“Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup
sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang
memayahkan diri)”. (Q.S. An Nahl: 7)
D. Kebiasaan Makan
Surah Al A’raaf 31
�ح�ب5 ي ال� �ه� �ن إ ر�ف�وا �س� ت و�ال� �وا ب ر� و�اش� �وا �ل و�ك ج�د, م�س� �ل� ك �د� ن ع� �م� �ك �ت ز�ين خ�ذ�وا آد�م� �ي �ن ب �ا ي
) ر�ف�ين� �م�س� )31ال
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”(QS. 7:31)
Sebab ayat ini turun diterangkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Abdun bin Hamid dari Said bin Jubair, katanya bahwa orang-orang di zaman
Jahiliah tawaf sekeliling Kakbah dalam keadaan telanjang bulat. Mereka berkata:
“Kami tidak akan tawaf dengan memakai pakaian yang telah kami pakai untuk
berbuat dosa.” Lalu datanglah seorang perempuan untuk mengerjakan tawaf dan
pakaiannya dilepaskannya sama sekali sedang ia dalam keadaan bertelanjang
hanya tangannya saja yang menutup kemaluannya. Karena itu turunlah ayat ini.
Dan diriwayatkan pula bahwa Bani Amir di musim haji tidak memakan daging
dan lemak, kecuali makanan biasa saja. Dengan demikian mereka memuliakan
dan menghormati haji, maka orang Islam berkata: “Kamilah yang lebih berhak
melaksanakan itu.” Maka turunlah ayat ini. Dalam ayat ini Allah swt.
memerintahkan supaya manusia memakai “zinah” (pakaian yang indah) dalam
mengerjakan ibadat, seperti salat, tawaf dan lain-lainnya. Yang dimaksud dengan
memakai “zinah” ialah memakai pakaian yang dapat menutupi auratnya. Lebih
sopan lagi kalau pakaian itt selain bersih dan baik juga indah yang dapat
menambah keindahan seseorang dalam beribadat menyembah Allah sebagaimana
kebiasaan seseorang berdandan dengan memakai pakaian yang indah di kala akan
pergi ke tempat-tempat undangan dan lain-lain, maka untuk pergi ke tempat-
tempat beribadat untuk menyembah Allah tentu lebih pantas lagi, bahkan lebih
utama. Hal ini bergantung pada kemauan dan kesanggupan seseorang, juga
bergantung pada kesadaran. Kalau seseorang hanya mempunyai pakaian selembar
saja, cukup untuk menutupi aurat dalam beribadat itu pun memadailah. Tetapi
kalau seseorang mempunyai pakaian yang agak banyak, maka lebih utamalah
kalau dia memakai yang bagus. Rasulullah saw. telah bersabda:
له يكن لم فإن له تزين من أحق عزوجل الله فإن ثوبيه فليلبس أحدكم صلى إذا
اليهود إشتمال صالته فى احدكم يشتمل وال صلى إذا فليتزر ثوبان
Artinya:
Apabila salah seorang di antaramu mengerjakan salat hendaklah memakai dua
kain, karena untuk Allahlah yang lebih pantas seseorang berdandan. Jika tidak ada
dua helai kain, maka cukuplah sehelai saja untuk dipakai salat. Janganlah
berkemul dalam salat, seperti berkemulnya orang-orang Yahudi. (H.R At Tabrani
dan Al Baihaqy dari Ibnu Umar)
Diriwayatkan dari Hasan, cucu Rasulullah, bahwa dia apabila akan
mendirikan salat memakai pakaian yang sebagus-bagusnya. Maka dia ditanya
orang dalam hal itu. Dia menjawab: “Allah indah suka kepada keindahan, maka
saya memakai pakaian yang bagus.” Dan Allah berfirman:
د, ج� م�س� �ل� ك �د� ن ع� �م� �ك �ت ز�ين خ�ذ�وا
Artinya:
Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.
(Q.S Al A’raf: 31)
Jelaslah dari ayat ini, bahwa agama Islamlah yang menyebabkan umat
manusia di dunia ini berkemajuan dan beradab. Perintah memakai pakaian yang
baik ini sebelum Islam datang belum ada. Manusia masih banyak yang belum
tahu pakaian, masih bertelanjang, baik di dunia barat atau dunia timur. Setelah
turun perintah berpakaian dan cara berpakaian, banyak di antara umat-umat yang
masih terbelakang itu setelah masuk Islam menjadi umat yang beradab dan
sampai kepada kemajuan yang tinggi. Tumbuh pulalah kemajuan dalam bidang
pertanian, menanam kapas dan lain-lainnya yang menjadi bahan baku buat
pakaian manusia.
Kemudian dalam ayat ini, Allah swt. mengatur pula perkara makan dan
minum manusia. Kalau pada masa Jahiliah manusia yang mengerjakan haji hanya
memakan makanan yang mengenyangkan saja, tidak memakan makanan yang
sedap-sedap yang dapat menambah gizi dan vitamin yang diperlukan oleh badan,
maka dengan turunnya ayat ini, makanan dan minuman manusia itu harus
disempurnakan dan diatur untuk dapat dipelihara kesehatannya. Dengan begitu
manusia lebih kuat mengerjakan ibadat. Maka dalam ayat ini diterangkan Allah
memakai pakaian yang bagus dengan memakan makanan yang baik dan minum
minuman yang bermanfaat dalam rangka mengatur kesempurnaan dan kesehatan
untuk dapat beribadat kepada Allah dengan baik. Kesehatan badan banyak
hubungannya dengan makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang
berlebih-lebihan membawa kepada kerusakan kesehatan. Karena itu, Allah
melarang berlebih-lebihan dalam makan dan minum.
Larangan berlebih-lebihan itu mengandung beberapa arti, di antaranya:
1. Jangan berlebih-lebihan dalam makan dan minum itu sendiri. Sebab makan
dan minum berlebih-lebihan dan melampaui batas akan mendatangkan
penyakit. Makanlah kalau sudah merasa lapar, dan kalau sudah makan,
janganlah sampai terlalu kenyang. Begitu juga minumlah, kalau merasa haus
dan bila haus terasa hilang, berhentilah minum, walaupun nafsu makan atau
minum masih ada.
2. Jangan berlebih-lebihan dalam berbelanja untuk membeli makan atau
minuman karena akan mendatangkan kerugian dan akhirnya akan menghadapi
kerugian kalau pengeluaran lebih besar dari pendapatan, akan menimbulkan
utang yang banyak. Oleh sebab itu manusia harus berusaha supaya jangan
besar pasak dari tiang.
3. Termasuk berlebih-lebihan juga kalau sudah berani memakan dan meminum
yang diharamkan Allah. Dalam hal ini Rasulullah saw. telah bersabda:
أن يحب الله فإن سرف وال مخيلة غير في والبسوا وتصدقوا واشربوا كلوا
عبده على نعمه أثر يرى
Artinya:
Makanlah, minumlah, bersedekahlah dan berpakaianlah dengan cara yang
tidak sombong dan tidak berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah suka melihat
penggunaan nikmat-Nya pada hamba-Nya. (H.R Ahmad, Turmuzi dan Hakim
dari Abi Hurairah).
Perbuatan berlebih-lebihan yang melampaui batas itu selain merusak
dan merugikan juga Allah tidak menyukainya. Setiap pekerjaan yang tidak
disukai Allah kalau dikerjakan juga tentu akan mendatangkan bahaya.
Surah Al A’raaf 31
ال� �ه� �ن إ ر�ف�وا �س� ت و�ال� �وا ب ر� و�اش� �وا �ل و�ك ج�د, م�س� �ل� ك �د� ن ع� �م� �ك �ت ز�ين خ�ذ�وا آد�م� �ي �ن ب �ا ي
) ر�ف�ين� �م�س� ال �ح�ب5 )31ي
(Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah) yaitu buat menutupi
auratmu (di setiap memasuki mesjid) yaitu di kala hendak melakukan salat
dan tawaf (makan dan minumlah) sesukamu (dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan).
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BIN MUHSIN HABBATUSSAUDA.BLOG., http://www.binmuhsingroup.com
Muhammad Ihsan.Tafsir Surah. [[email protected]] [[email protected]]