Tata Cara Shalat Jenazah

21
Tata Cara Shalat Jenazah Masih banyak kaum mislimin yang belum tahu atau bahkan menganggap remeh Shalat Jenazah, Namun ketahuilah wahai saudaraku tercinta, bahwa Nabi Muhamad shallallahu’alaihi wasalla pernah bersabda ,“Barangsiapa yang menghadiri jenazah hingga ikut menshalatkannya, maka dia mendapatkan satu qirath, dan barangsiapa yang menyaksikannya hingga ikut mengantar ke kubur, maka mendapatkan dua qirath”. Ditanyakan, “Apakah yang dimaksudkan dengan dua qirath itu? ” Beliau menjawab, “Seperti dua gunung yang besar.” (HR. Muttaa! "alaih# Sesudah kita tahu dengan keutamaan yang besar ini, maka selayaknya bagi kita semua untuk mengetahui tata cara shalat Jenazah, sebagaimana yang dia$arkan di dalam sunnah Nabi Muhamad shallallahu’alaihi wasallam. %ada tulisan ini, saya akan membahas secara ring seputar tata ara Shalat !enazah. Sem&ga 'ulisan ini bermanaat bagi yang membaca da khususnya bagi penulis sendiri. Tata Cara Shalat Jenazah %ada tatacara shalat $enazah masih terdapat perbedaan tentang $umlah takbir, ada yang berpendapat empat kali, lima kali takbir, dan enam kali takbir sebagaimana dalam hadits, 'api, dalam tulisan ini akan di $elaskan tata cara Shalat Jenazah dengan empat kali takbir. mam berdiri tepat di bagian kepala mayit, $ika $enazah adalah se&rang laki)laki atau di bagian tengah badan (perut# $ika $enazah se&rang wanita. *emudian makmum berdiri di belakangnya, sebagaimana dalam shalat yang lain, kemudian bertakbir sebanyak empat kali dengan rincian sebagai berikut+ 1. Takbir yang pertama , Takbiratul ihram tanpa membaca d&’a ititah, lalu mengucapkan ta’awudz dan basmalah kemudian membaca Surat Al-Fatihah . 2. Takbir ke dua , Membaca shalawat sebagaimana bacaan shalawat ketika 'ahiyat. aitu mengucapkan shalawat atas Nabi shallallahu’alaihi wasallam, ع ل ص ل ي ت ك م ا ح م د ! ع ل" ح م د ع ل# $ ص% & ' ل() ع ل*+ ا, %' ل() - د. ي/ د. م ي 0 123 % ي4 )5,3 ! ع ل" % ي4 )5,3 ! ع ل" % ي4 )5,3 ع ل ك ت+ ا, ك م ا ح م د ! ع ل" دم د. ي/ د. م ي 0 123 % ي4 )5,3

description

Pedidikan agama islam,

Transcript of Tata Cara Shalat Jenazah

Tata Cara Shalat Jenazah

Masih banyak kaum mislimin yang belum tahu atau bahkan menganggap remehShalat Jenazah, Namun ketahuilah wahai saudaraku tercinta, bahwa Nabi Muhamad shallallahualaihi wasallam pernah bersabda,Barangsiapa yang menghadiri jenazah hingga ikut menshalatkannya, maka dia mendapatkan satu qirath, dan barangsiapa yang menyaksikannya hingga ikut mengantar ke kubur, maka mendapatkan dua qirath. Ditanyakan, Apakah yang dimaksudkan dengan dua qirath itu? Beliau menjawab, Seperti dua gunung yang besar.(HR. Muttafaq alaih)

Sesudah kita tahu dengan keutamaan yang besar ini, maka selayaknya bagi kita semua untuk mengetahuitata cara shalat Jenazah, sebagaimana yang diajarkan di dalam sunnah Nabi Muhamad shallallahualaihi wasallam. Pada tulisan ini, saya akan membahas secara ringkas seputartata cara Shalat Jenazah. Semoga Tulisan ini bermanfaat bagi yang membaca dan khususnya bagi penulis sendiri.Tata Cara Shalat Jenazah

Padatata cara shalat jenazahmasih terdapat perbedaan tentang jumlah takbir, ada yang berpendapat empat kali, lima kali takbir, dan enam kali takbir sebagaimana dalam hadits, Tapi, di dalam tulisan ini akan di jelaskan tata cara Shalat Jenazah dengan empat kali takbir.

Imam berdiri tepat di bagian kepala mayit, jika jenazah adalah seorang laki-laki atau di bagian tengah badan (perut) jika jenazah seorang wanita. Kemudian makmum berdiri di belakangnya, sebagaimana dalam shalat yang lain, kemudian bertakbir sebanyak empat kali dengan rincian sebagai berikut:

1. Takbir yang pertama,Takbiratul ihramtanpa membaca doa iftitah, lalu mengucapkan taawudz dan basmalah kemudian membacaSurat Al-Fatihah.

2. Takbir ke dua,Membaca shalawat sebagaimana bacaan shalawat ketika Tahiyat. Yaitu mengucapkan shalawat atas Nabi shallallahualaihi wasallam,

Ya Allah limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan kesejahteraan kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia, dan berikanlah berkah kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan berkah kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.

3. Takbir Ketiga

Pada takbir yang ketiga ini membaca doa untuk jenazah, Diantara lafaznya yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam dalam sebuah hadits:

Alloohummaghfir lahu Warhamhu Wa Aafihi Wafu ahu, Wa Akrim Nuzulahu, Wa Wassi Madkholahu, Waghsilhu Bil Maai WatsTsalji Wal Barodi, Wa Naqqihi Minal Khothooyaa Kamaa Naqqaitats Tsaubal Abyadho Minad Danasi, Wa Abdilhu Daaron Khoiron Min Daarihi, Wa Ahlan Khoiron Min Ahlihi, Wa Zaujan Khoiron Min Zaijihi, Wa Adkhilhul Jannata, Wa Aidhu Min Adzaabil Qabri

"Ya Allah, Ampunilah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.(HR. Muslim 2/663)

Atau Boleh juga

Allahummaghfir lahu warhamhu, waaafihi wafu anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi madkhalahu, waghsilhu bil-mai watstsalji wal-baradi."Ya Allah, Ampunilah dia, maafkanlah dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es".

Atau Boleh juga

Allahummaghfir lahu warhamhu, waaafihi wafu anhu."Ya Allah, Ampunilah dia, rahmati dia dan maafkanlah dia"4. TAKBIR KEEMPAT

Setelah takbir yang ke empat, diam sejenak atau membaca doa yang berbunyi :

Allahumma Laa Tahrimna Ajrahu wa laa taftinnaa badahu waghfirlana wa lahu

5. Membaca Salam

Salam Seperti biasa dilakukan dalam Shalat Shalat yang lain dengan mengucapkan: Assalamualaikum Warahmatullah

Ada perbedaan dalam penyebutan mayit dalam doa pada shalat jenazah.Doa di atas untuk mayit lelaki satu orang.Kalau dua orang laki-laki atau perempuan, diganti dengan:HUMA.Kalau perempuan satu orang, diganti dengan:HA.Kalau banyak mayit lelaki:HUM.Kalau banyak mayit wanita:HUNNA.Kalau gabung banyak mayat lelaki dan wanita, bisa pakai:HUM.Contoh: Allahummaghfir lahumwarhamhum, waaafihi wafu anhum

Sebagian ulamaberpendapat diam tanpa membaca apapun setelah takbir ke empatsedangkan sebagian lain mengisinya dengan bacaan di atas. Yang berpendapat diam berdasarkan padahadits Abu Umamah Sahl bin Hunaif radhiallahu anhudimana beliau berkata: Yang menjadi sunnah dalam shalat jenazah adalah bertakbir (yang pertama) lalu membaca Al-Fatihah, kemudian (pada takbir kedua) bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, kemudian (pada takbir ketiga) mendoakan jenazah. Tidak boleh membaca Al-Qur`an kecuali pada takbir yang pertama.(HR. Al-Hakim: 1/360, Al-Baihaqi: 4/39, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ahkam Al-Jana`iz hal. 121)

Wallahu Alam

Ratu Inten DwataSeueur nu nganggap yn carios Ratu Inten Dwata th mung saukur dongngan legnda wungkul, margi taya buktos nu pasti atanapi data mpiris nu leres-leres tiasa dipercanten. Sanaos kitu, carios Ratu Inten Dwata masih tetep ngarupikeun dongng karuhun nu masih dipercanten ayana, utamina ku masarakat Tarogong, Garut, salaku carita sasakala karuhun karajaan Timbanganten.

Taun 50-an pribados kantos ngahaja ngadongkapan ka sababaraha situs nu dianggap patilasan karajaan Timbanganten. Di antawisna lokasi Korobokan, Cipanas, sareng Gunung Putri. Hanjakalna, maksad ngajugjug ka puncak gunung Guntur mah teu laksana, jalaran kaayaan kaamanan waktos harita pikarisieun, ku mahabuna gorombolan.

Waktos ngajugjug ka lokasi Korobokan teu tebih ti kacamatan Tarogong kiwari, taun 50-an mah masih knh aya seueur gundukan batu. Katingal pabalatakna gundukan babatuan, sapertos patilasan bangunan lami. Sabudeureunnana seueur kakaian sarupaning tatangkalan arageung, pacampur jeung eurih. Oge aya sababaraha kuburan lami nu teu kapiara, pating solengkrah. ta lokasi th aya dina pasir luhur bukit alit. Leumpang ka punclutna th asa cap da nanjak.

Cenah di ta lokasi th aya dugaan patilasan karajaan Timbanganten. Nanging upami urang kadinya waktos ayeuna tahun 2008 mah, eta situs teh tos moal katingal deui. Nu aya mah seueur bangunan enggal diantawisna bangunan sakola sareng bumi-bumi mani pasedek-sedek. Teu kapendak deui gundukan-gundukan batu nu kapungkur kungsi diduga patilasan karajaan Timbanganten.

Di puncak gunung Putri, mun urang nyawang ka palih wetan sareng kidul, plung plong pikawaaseun. Palih wetan, dihandap teu tebih, katingal atra pamandian Cipanas, rada tebihan wetaneunana muncunguk kacamatan Tarogong. Palih kidul rada tebih, nanging eces katingal bumi-bumi, bangunan, sareng masjid Agung Garut. Pantes, sareng kasawang ieu tempat teh taya sanes dalah situs patilasan kanjeng Ratu Inten Dewata nu kantos ngababakan di ieu tempat.

Karajaan Timbanganten teh sakawitna puseur dayeuhna teh di Korobokan, lajeng ngalih ka Tarogong saparantosna gunung Guntur bitu. Karajaan Timbanganten kalebet nagara madeg mandiri, hartina teu kaereh/kajajah ku nagara deungeun. Tanahna subur makmur gemah ripah lohjinawi, murah sandang murah pangan, rea ketan rea keton. Sepi paling towong rampog teh lain ukur ngan babasan. Rajana katelah Rangga Lawe, hiji raja nu adil palamarta, gede wibawa tur dipikacinta ku rahayatna.

Saleresna nu kedah nyekel kadali pamarentahan teh sanes Rangga Lawe, nanging rakana nu kasebat Ratna Inten Dewata. Hiji istri geulis camperenik, salirana jangkung alit, kulitna koneng. Rambutna hideung meles galing muntang bawana ngajadi. Tapi anjeunna teu hoyongeun nyepeng karajaan, kalah dipasrahkeun ka raina Rangga Lawe, hiji jajaka nu dedeg sampe rupa hade rancingeus, pertentang tur parigel.

Ceuk sakaol, sateucanna Rangga Lawe jeneng raja, nu nyepeng karajaan Timbanganten teh ramana suargi nu jenengan Rangga Raksa Nagara. Ti parameswari Dewi Gandani anjeunna kagungan dua putra. Nu cikal jenengannana Ratna Inten Dewata, ari raina mah Rangga Lawe.

Sawaktos raja sepuh bade ngantunkeun alias tilar dunya, kantos mantenna masihan bewara dina hiji riungan rehna mantenna bade masrahkeun karajaan Timbanganten ka putrana nu cikal nyeta Ratna Inten Dewata, margi kitu aturan buhun karuhunna. Nanging kalayan lantip, Ratna Inten Dewata ngawaler:Abdi parantos kedal ucap, seja ngalaksanakeun kereteg hate, upami diparengkeun abdi panjang umur, Ama sareng Ibu parantos teu aya, abdi hoyong nyirnakeun pikir, ngahenang-ngahening nyorangan ngababakan. Cindekna teu hoyong kadali pamarentahan. Kukituna, sanes nampik pangasih Ama, bawiraos sae pasihkeun bae ieu karajaan teh ka pun adi Rangga Lawe. Kalintang pantesna upami pun adi jadi raja, hiji jajaka pertentang, gede wawanen, perceka dina sagala rupa hal. Tah, ku kituna ka rayi Lawe, prak geura tampa amanat jeung kaasih ti Ama jeung ti lanceuk. Geura cekel ieu karajaan Timbanganten.

Heuleut sababaraha waktos, lajeng Ratna Inten Dewata angkat ka gunung Kutu nu kiwari disebat gunung Guntur, disarengan ku Ki Rambut Putih, nu bumela ngaping ngajaring sang putri. Mangtaun-taun marantenna ngababakan di hiji tempat nu katelah Babakan Putri. Tempat nu kalintang pikabetaheun. Hawana seger. Komo mun pareng kekembangan nyambuang sarareungit. Manuk-manuk recet disarada. Ngerelekna sora pancuran nu ngocor kana empang matak betah tumaninah.

Hiji mangsa karajaan Timbanganten mayunan cocobi nu kalintang ageungna. Nyeta halodo panjang, dugi ka masyarakat karajaan Timbanganten tigerat kakirangan cai. Aya usulan ti para gegeden karajaan supados ngadamel bendungan cai, sumber caina nyandak atanapi ngabedol babakan Putri nu waktos harita ngarupikeun padepokan Ratna Inten Dewata.Kalayan teu ngemutkeun kumaha mamanahan sareng pamadegan ingkang raka, Rangga Lawe nyaluyuan pikeun ngabongkar babakan Putri, nu caina engke baris dikocorkeun ka bendungan karajaan Timbanganten. Tempat anu dipikabetah ku Ratna Inten Dewata teh lajeng dibukbak, teras didamel tambak, teu tata pasini heula kanu kagunganana.Ratna Inten Dewata kalintang benduna. Dadak dumadak langit angkeub nutup buana Timbanganten jeung sabuderna. Kawitna mah rahayat Timbanganten suka bungah. Angot Rangga Lawe mah, dikintenna hujan bakal turun, katurug turug tambak cai tos bade rengse.

Tapi kasuka jeung kabungah harita keneh sirna, sabab ngadak-ngadak taneuh oyag. Gunung Guntur bangun nu ngaguruh. Lini gede mimiti karasa. Taneuh inggeung. Gelap pating burinyay. Bumi genjlong asa digunjang ganjing. Gunung Guntur ngabudalkeun batu pating saliwer. Langit asa tungkeb. Pating jelegurna sora gelap dina ponclot gunung Guntur beuki motah. Tatangkalan pating dorokdok raruntuh, pareunggas katebak angin tarik naker.

Geus kitu mah kakara rahayat Timbanganten ngarasa gimir. Bur-ber ka ditu kadieu. Pating jarerit, pating koceak. Rangga Lawe kakara sadar, yen eta kajadian kitu teh mangrupa bebendon ti dewa, dumeh geus wangkelang bedegong ka nu jadi lanceuk. Cul anak pamajikan, Rangga Lawe seja milarian Ratna Inten Dewata, rek mundut dihapunten. Mantenna moal sugema, upama teu amprok heula jeung nu jadi lanceuk.

Kersaning Hyang Widi, Rangga Lawe tepang jeung Ratna Inten Dewata. Kudupruk bae anjeunna nyuuh kana dampal sampean Ratna Inten Dewata, sabari nyarios dumareuda: Duh, Mbok, hapunten jisim kuring rumaos lepat. Ieu teh bebendon Hyang Widi ka jisim kuring, nu bedang wangkelang ka salira Mbok.

Satutasna Ratna Inten Dewata ngahampura kana kalepatan Rangga Lawe, ngadak-ngadak lini teh eureun. Gunung Guntur teu ngutahkeun deui leutak panas. Batu gede, batu leutik geus taya nu pating belewer deui. Langit ngadak-ngadak lenglang, angin leler. Ciri Dewata nyakseni kana kabersihan hate Ratna Inten Dewata.Ceuk sakaol, Ratna Inten Dewata sareng Ki Rambut Putih lajeng arangkat ka palih wetan nu dituju nyeta gunung Talagabodas ayeuna, duanana maksad neraskeun ngasakeun tatapana. Sarta didinya pisan marantenna tarilem.

Ari Rangga Lawe mah, angkat ka hiji tempat nu seueur kokocoran cai. Rangga Lawe nya ngababakan deui. Lila-lila eta babakan teh beuki rame batan Korobokan kapungkur. Nepi ka kiwari babakan enggal teh katelah Tarogong. Korobokan nu kapungkur kantos janten pusat dayeuh Timbanganten, janten leuweung da teu dipirosea deui.Tapi ari ngaranna mah masih keneh tug nepi ka ayeuna.

Mitutur catur kapungkur, Rangga Lawe nu dijenengkeun raja deui ku rahayat Tarogong, sabada bumen-bumen di dinya, tilem teu ngantunkeun tapak. Cipanas ayeuna jadi pamungpungan ti mana mendi, mangrupa wewengkon pariwisata. Boh keur sukan-sukan, atawa ngadon tatamba pangpangna caina matih pikeun nu katarajang kasakit kulit. Nya kitu deui Tarogong ayeuna leuwih rame batan kampung Korobokan. Padahal samemehna mah Korobokan teh puseur dayeuh karajaan Timbanganten. Tapi ayeuna mah ukur ngaran kampung. Tarogong mah beuki lila beuki rame. Garut katelah jadi Kota Inten.

SAKADANG KUYA JEUNGMONYETIsuk-isuk sakadang kuya moyan di sisi leuwi. Keur kitu torojol sobatna nya ta Sakadang Monyt.Sakadang Kuya! Sakadang Monyt ngageroan.Kuk! Tmbal Sakadang Kuya.Sakadang Kuya!Kuk!Sakadang Monyt nyampeurkeun ka Sakadang Kuya.Keur naon Sakadang Kuya?Ah keur kieu w, keur moyan.Ti batan cicing kitu mah mending ngala cab, yu!Di mana?Di kebon Patani, mangka cabna geus bareureum.Embung, ah. Sakadang monyt mah sok gandng.Moal, moal gandng ayeuna mah.Nyaan moal gandng?Moal, nyaan moal gandng.Hayu atuh ari moal gandng mah.Bring atuh Sakadang Monyt jeung Sakadang Kuya th indit ka kebon patani. Barang tepi ka kebon, katmbong cab pelak patani geus arasak mani bareureum euceuy. Sup duanana ka kebon. Sakadang Kuya moncor kana pager, ari Sakadang Monyt ngaluncatan pager. Terus ba ngaralaan cab, didalahar di dinya knh.Sakadang Kuya mani seuhah-seuhah ba ladaeun. Kitu deui sakadang monyt. Keur kitu, ana gorowok th Sakadang Monyt ngagorowok.Seuhah lata-lata! Maksudna mah seuhah lada-lada.Ssst, Sakadang Monyt, ulah gandng atuh!Sakadang Monyt henteu ngawaro.Seuhah lata-lata!Sakadang Monyt! Bisi kadngeun ku Bapa Tani.Tapi Sakadang Monyt api-api teu ngadng. Gorowok deui ba.Seuhah lata-lata!Kahariwang Sakadang Kuya kabuktian. Sora Sakadang Monyt anu tarik kadngeun ku Bapa Tani ti imahna, anu teu jauh ti kebonna. Bapa Tani gura-giru lumpat ka kebon. Barang nepi ka kebon, katmbong aya monyt jeung kuya keur ngaweswes bari seuhah ngadaharan cab.Beunang siah nu sok malingan cab th! Bapa Tani ngagorowok bari lumpat muru ka nu keur ngahakanan cab.Ngadng aya nu ngagebah, gajleng ba Sakadang Monyt ngejat, trkl kana tangkal kai.Sakadang Monyt, dagoan! Sakadang Kuya ngagorowok mnta tulung. Tapi Sakadang Monyt teu malir, teu ngalieuk-ngalieuk acan, terus lumpat gagalacangan dina tangkal kai. Ari Sakadang Kuya, puguh da teu bisa lumpat, leumpang ngaddod ba. Kerewek ba ditwak ku Bapa Tani.Beunang ayeuna mah nu sok malingan cab aing th. Ku aing dipeuncit! Ceuk Bapa Tani.Kuya dibawa ka imahna, tuluy dikurungan ku kurung hayam. Angkanan Pa Tani, isukan kuya rk dipeuncit.Peutingna, sakadang Monyt rerencepan ngadeukeutan Sakadang Kuya, nu keur cendekul dina jero kurung.Ssst, Sakadang Kuya, keur naon? Sakadang Monyt nanya.h, geuning Sakadang Monyt, Puguh kuring th keur ngararasakeun kabungah.Kabungah naon Sakadang Kuya?Nya ta, kuring th rk dikawinkeun ka anak Bapa Tani.Dikawinkeun ka anak Bapa Tani?Enya.Nu bener Sakadang Kuya?Piraku atuh kuring ngabohong ka sobat.Ngadng omongan Sakadang Kuya kitu, Sakadang Monyt ngahuleng sajongjongan.Kieu, Sakadang Kuya, kumaha lamun urang tukeur tempat? ceuk Sakadang Monyt.Tukeur tempat kumaha?Enya tukeur tempat. Sakadang kuya kaluar, kajeun kuring atuh cicing di jero kurung.Ah, embung.Kuring mah karunya w ka Sakadang Kuya, sapeupeuting dikurungan.Atuh meureun moal jadi dikawinkeun ka anak Bapa Tani th.Sakadang monyet keukeuh maksa, supaya tukeur tempat. Antukna sakadang kuya th lh dt.Heug ba tukeur tempat, tapi aya saratna, ceuk Sakadang Kuya.Naon saratna?Saratna mah gampang. Sammh anjeun asup kana kurung, kuring kudu di alungkeun heula ka leuwi.Enya, ntng atuh kitu mah.Heunteu talangk, Sakadang Monyt ngaluarkeun Sakadang Kuya tina kurung hayam, tuluy dibawa kasisi leuwi. Lung ba Sakadang Kuya th dialungkeun ka leuwi. Sakadang Monyt buru-buru balik deui ka imah Bapa Tani. Sup ba ngurungan manh ku kurung hayam. Ngadedemps ngadago-dago beurang, hayang geura buru-buru dikawinkeun ka anak Bapa Tani.Kocapkeun isukna.Manhna, ka mana bedog th? Urang asah, ceuk Bapa Tani ka pamajikanana.Rk naon Bapana isuk-isuk geus ngasah bedog?Itu urang meuncit kuya di pipir.Paguneman Bapa Tani jeung pamajikanana th kadngeun ku Sakadang Monyt. Manhna ngagebeg. Lakadalah, geuning aing th rk dipeuncit, lain rk dikawinkeun jeung anak Bapa Tani. Rk kabur, geus kagok. Kaburu aya anak Bapa Tani nyampeurkeun. Gancang ba atuh Sakadang Monyt th papahan, ngabugigag kawas bangk.Barang srog ka dinya, anak Bapa Tani gegeroan ka bapana.Bapa! Bapa!Aya naon, Nyai?Ieu geuning nu dina kurung th lain kuya.Naon Nyai?Monyt, jeung siga nu geus pah deuih!Bapa Tani nu keur ngasah bedog cengkat, tuluy nyampeurkeun ka anakna. Enya ba geuning dina kurung th aya monyt ngabugigag, lain kuya nu kamari. Kurung dibukakeun, monyt dialak-ilik.Naha bet jadi monyt? Jeung pah deuih.Enya, ta mani geus jeger kitu, ceuk pamajikanana mairan.Monyt th dicokot ku Bapa Tani, lung ba dialungkeun jauh pisan. Barang gubrag kana taneuh, korjat monyt th hudang, berebet lumpat, kalacat ba nak kana tangkal kai.

SAKADANG KUYA NYIEUN SULING TINA TULANGMAUNGSanggeus durukan th pareum, Sakadang Kuya kurah-korh. Manggih tulang anu panjang, jigana mah tulang pingping tukang Sakadang Maung. Tulang th dicokot, tuluy diberesihan.Alus yeuh lamun dijieun suling. Ngan kumaha molongoanana? ceuk Sakadang Kuya. Ras inget ka Sakadang Caladi. Ah, enya, sina ditroktrokan ba ku Sakadang Caladi.Sakadang Kuya ngadatangan Sakadang Caladi anu keur noktrokan tangkal kalapa.Sakadang Caladi, turun heula sakeudeung, Emang tulungan! ceuk Sakadang Kuya.Aya naon, Mang? ceuk Sakadang Caladi bari nyampeurkeun.Cing, pangnoktrokkeun tulang, keur suling!Tulang th ditroktorak ku caladi.Nuhun Lo! ceuk Sakadang Kuya.Tuluy suling th ditiup ku Sakadang Kuya.Trt-trot trt trot,suling aing tulang maung,ditoktrokan ku caladi.Alah, teu ngeunaheun. Jigana mah kudu diliangan heula, ceuk Sakadang Kuya. Ras manhna inget ka Sakadang Bangbara.Sakadang Kuya nangan Sakadang Bangbara. Kapanggih keur ngalian dina tangkal anu keur ngarangrangan.Sakadang Bangbara, ka dieu Jang, tulungan Ua sakeudeung! ceuk Sakadang Kuya.Tulungan naon, Wa? ceuk Sakadang Bangbara.Cing, pangaliangankeun suling Ua, ieu teu ngeunaheun ditiupna.Tuluy atuh suling th diliangan ku Sakadang Bangbara. Sanggeus nganuhunkeun ka Sakadang Bangbara, suling th ditiup deui ku Sakadang Kuya.Trt-trot trt trot,suling aing tulang maung,ditoktrokan ku caladi,diliangan ku bangbara.Ah, can ngeunaheun knh ba. Jigana mah kudu dipasieup heula, ceuk Sakadang Kuya.Keur kitu, geleber aya Sakadang Sireupeun ngaliwat.Tah, kabeneran aya Sakadang Sireupeun. Ka dieu heula, Jang, tulungan Aki, ceuk Sakadang Kuya.Aya naon, Ki? Meni rareuwas, ceuk Sakadang Sireupeun.Ieu Aki th boga suling, tapi masih knh silung. Cing, pangmasieupkeun sakeudeung mah.Tuluy atuh suling th dipasieup ku Sakadang Sireupeun. Rada lila, da cenah masieup suling th henteu gampang. Tapi teu burung anggeus og.Nuhun Jang.Sami-sami, Ki.Tuluy atuh suling th ditiup deui ku Sakadang Kuya.Trt-trot trt trot,suling aing tulang maung,ditoktrokan ku caladi,diliangan ku bangbara,dipasieup ku sireupeun,torotot hong, torotot hong.Tah, ngeunah ayeuna mah sora suling th. Nuhun ah, Jang, ceuk Sakadang Kuya bari indit.Sajajalan Sakadang Kuya nyuling teu eureun-eureun. Sorana matak kelar. Sato-sato og anu biasana garandng, jep ba jaremp, ngaddngkeun sora suling Sakadang Kuya. Atuda lain suling samana.

SAKADANG MAUNG JEUNG SAKADANGBAGONGKacaritakeun di hiji leuweung ganggong simagongong, aya bagong keur anakan. Eta bagong teh keur huleng jentul wae bangun ngemu kabingung. Pangna kitu lantaran poe eta manehna kudu nedunan jangji ka Sakadang Maung, nyaeta masrahkeun anakna.Hiji waktu manehna kungsi dikerekeb ku Sakadang Maung. Harita Sakadang Bagong ceurik. Sing karunya bae ka kuring, Sakadang Maung! Kuring teh geus kolot, dagingna oge tangtu nya liat nya kelang. Kieu bae, engke lamun anak kuring geus lahir, ku kuring rek dibikeun ka andika. Tangtu dagingna empuk tur pelem.Ngadenge caritaan Sakadang Bagong kitu, Sakadang maung teh teu tulus ngerekeb. Hiji waktu manehna rek datang deui, nagih jangji.Nya harita, waktu Sakadang Bagong geus anakan, manehna kudu nyumponan jangjina. Tapi piraku aing rek tega mikeun anak ka Sakadang Maung? Kumaha akalna sangkan anak aing teu tulus dihakan? Sakadang Bagong terus uleng mikir, neangan piakaleun.Keur kitu aya Sakadang Peucang nyampeurkeun.Ku naon andika bet kawas nu keur bingung kacida, Sakadang Bagong? Sakadang Peucang nanya. Gorolang Sakadang Bagong nyaritakeun ku naon pangna manehna baluweng poek pipikiran.Sakadang Peucang ngahuleng sakedapan. Teu lila pok nyarita: Euh gampang atuh ari kitu mah. Andika ulah hariwang, keun kumaha kuring bae. Urang neangan akal sangkan anak Ki Silah salamet tina panandasa Sakadang Maung. Dagoan heula di dieu, kuring rek neangan Sakadang Landak!Sakadang Peucang ngaleos. Teu lila oge geus ngurunyung deui dibarengan ku Sakadang Landak. Manehna terus ngajak indit ka hiji guha.Tepi ka guha nu dituju, sakadang Peucang metakeun akalna. Sakadang Landak kudu asup ka jero guha, ngaringkuk di nu rada poek. Buluna anu kawas cucuk teh kudu dipuridingkeun. Sakadang Bagong kudu cicing di lawang guha, ngabageakeun Sakadang Maung lamun engke ngurunyung. Ari manehna kadua anak Sakadang Bagong rek nyarumput di nu buni.Teu lila Sakadang Maung geus rentang-rentang datang. Ti kajauhan oge geus ngagerem, nyingsieunan Sakadang Bagong. Mana anak sampean teh, Sakadang Bagong? cek Sakadang Maung bari jungang-jengong.Sakadang Bagong antare nembalan: Tuh, di jero guha. Tah geuning katenjo ti dieu oge, ngaringkuk di juru. Pek ayeuna kuring masrahkeun, nedunan jangji ka andika. Didaharna ulah dilila-lila, teureuy bae sakaligus, sing ulah kadenge ceurikna. Jig geura sampeurkeun, kuring rek indit heula, teu kaduga nenjona.Sakadang Maung nenjo rarat-reret ka jero guha. Enya bae katenjoeun aya nu ngaringkuk di juru. Awahing ku atoh bari teu kuat hayang geura ngerekeb, gabrug bae nu ngaringkuk teh dirontok, disamualkeun. Puguh bae cucuk landak teh rungseb manggang sungutna. Sakadang Maung gegerungan, sungutna baloboran getih. Diutah-utah oge landak teh teu daekeun kaluar, da cucukna naranceb pageuh pisan. Antukna Sakadang Maung teh paeh. Sakadang Landak ngurumuy kaluar tina sungutna.Sakadang Bagong kacida bungaheunana. Anakna salamet. Manehna nganuhunkeun pisan ka Sakadang Peucang anu geus mere pitulung ka dirina. Kitu deui ku Sakadang Landak oge manehna kahutangan budi.Sakadang Peucang jeung Sakadang Landak tuluy arindit deui ninggalkeun Sakadang Bagong.

1. Alat dan Bahan Yang Diperlukan

Alat-alat yang dipergunakan untuk memandikan jenazahadalah sebagai berikut:

daun sidr/bidara- Kapas- Dua buah sarung tangan untuk petugas yang memandikan- Sebuah spon penggosok- Alat penggerus untuk menggerus dan menghaluskan kapur barus Spon-spon plastik- Shampo- Sidrin (daun bidara)- Kapur barus- Masker penutup hidung bagi petugas- Gunting untuk memotong pakaian jenazah sebelum dimandikan- Air- Pengusir bau busuk danMinyak wangi2. Menutup Aurat si Mayit

Dianjurkan menutup aurat si mayit ketika memandikannya. Dan melepas pakaiannya, serta menutupinya dari pandangan orang banyak. Sebab si mayit barangkali berada dalam kondisi yang tidak layak untuk dilihat. Sebaiknya papan pemandian sedikit miring ke arah kedua kakinya agar air dan apa-apa yang keluar dari jasadnya mudah mengalir darinya.3. Tata Cara Memandikan Jenazah

Seorang petugas memulai dengan melunakkan persendian jenazah tersebut. Apabila kuku-kuku jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu ketiaknya. Adapun bulu kelamin, maka jangan mendekatinya, karena itu merupakan aurat besar. Kemudian petugas mengangkat kepala jenazah hingga hampir mendekati posisi duduk. Lalu mengurut perutnya dengan perlahan untuk mengeluarkan kotoran yang masih dalam perutnya. Hendaklah memperbanyak siraman air untuk membersihkan kotoran-kotoran yang keluar.

Petugas yang memandikan jenazah hendaklah mengenakan lipatan kain pada tangannya atau sarung tangan untuk membersihkan jasad si mayit (membersihkan qubul dan dubur si mayit) tanpa harus melihat atau menyentuh langsung auratnya, jika si mayit berusia tujuh tahun ke atas.4. Mewudhukan JenazahSelanjutnya petugas berniat (dalam hati) untuk memandikan jenazah serta membaca basmalah. Lalu petugas me-wudhu-i jenazah tersebut sebagaimana wudhu untuk shalat. Namun tidak perlu memasukkan air ke dalam hidung dan mulut si mayit, tapi cukup dengan memasukkan jari yang telah dibungkus dengan kain yang dibasahi di antara bibir si mayit lalu menggosok giginya dan kedua lubang hidungnya sampai bersih.Selanjutnya, dianjurkan agar mencuci rambut dan jenggotnya dengan busa perasan daun bidara atau dengan busa sabun. Dan sisa perasan daun bidara tersebut digunakan untuk membasuh sekujur jasad si mayit.5. Membasuh Tubuh Jenazah

Setelah itu membasuh anggota badan sebelah kanan si mayit. Dimulai dari sisi kanan tengkuknya, kemudian tangan kanannya dan bahu kanannya, kemudian belahan dadanya yang sebelah kanan, kemudian sisi tubuhnya yang sebelah kanan, kemudian paha, betis dan telapak kaki yang sebelah kanan.

Selanjutnya petugas membalik sisi tubuhnya hingga miring ke sebelah kiri, kemudian membasuh belahan punggungnya yang sebelah kanan. Kemudian dengan cara yang sama petugas membasuh anggota tubuh jenazah yang sebelah kiri, lalu membalikkannya hingga miring ke sebelah kanan dan membasuh belahan punggung yang sebelah kiri. Dan setiap kali membasuh bagian perut si mayit keluar kotoran darinya, hendaklah dibersihkan.Banyaknya memandikan: Apabila sudah bersih, maka yang wajib adalah memandikannya satu kali dan mustahab (disukai/sunnah) tiga kali. Adapun jika belum bisa bersih, maka ditambah lagi memandikannya sampai bersih atau sampai tujuh kali (atau lebih jika memang dibutuhkan). Dan disukai untuk menambahkan kapur barus pada pemandian yang terakhir, karena bisa mewangikan jenazah dan menyejukkannya. Oleh karena itulah ditambahkannya kapur barus ini pada pemandian yang terakhir agar baunya tidak hilang.Dianjurkan agar air yang dipakai untuk memandikan si mayit adalah air yang sejuk, kecuali jika petugas yang memandikan membutuhkan air panas untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang masih melekat pada jasad si mayit. Dibolehkan juga menggunakan sabun untuk menghilangkan kotoran. Namun jangan mengerik atau menggosok tubuh si mayit dengan keras. Dibolehkan juga membersihkan gigi si mayit dengan siwak atau sikat gigi. Dianjurkan juga menyisir rambut si mayit, sebab rambutnya akan gugur dan berjatuhan.Setelah selesai dari memandikan jenazah ini, petugas mengelapnya (menghandukinya) dengan kain atau yang semisalnya. Kemudian memotong kumisnya dan kuku-kukunya jika panjang, serta mencabuti bulu ketiaknya (apabila semua itu belum dilakukan sebelum memandikannya) dan diletakkan semua yang dipotong itu bersamanya di dalam kain kafan. Kemudian apabila jenazah tersebut adalah wanita, maka rambut kepalanya dipilin (dipintal) menjadi tiga pilinan lalu diletakkan di belakang (punggungnya).Faedah- Apabila masih keluar kotoran (seperti: tinja, air seni atau darah) setelah dibasuh sebanyak tujuh kali, hendaklah menutup kemaluannya (tempat keluar kotoran itu) dengan kapas, kemudian mencuci kembali anggota yang terkena najis itu, lalu si mayit diwudhukan kembali. Sedangkan jika setelah dikafani masih keluar juga, tidaklah perlu diulangi memandikannya, sebab hal itu akan sangat merepotkan.- Apabila si mayit meninggal dunia dalam keadaan mengenakan kain ihram dalam rangka menunaikan haji atau umrah, maka hendaklah dimandikan dengan air ditambah perasaan daun bidara seperti yang telah dijelaskan di atas. Namun tidak perlu dibubuhi wewangian dan tidak perlu ditutup kepalanya (bagi jenazah pria). Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wassalam mengenai seseorang yang wafat dalam keadaan berihram pada saat menunaikan haji.- Orang yang mati syahid di medan perang tidak perlu dimandikan, namun hendaklah dimakamkan bersama pakaian yang melekat di tubuh mereka. Demikian pula mereka tidak perlu dishalatkan.- Janin yang gugur, bila telah mencapai usia 4 bulan dalam kandungan, jenazahnya hendaklah dimandikan, dishalatkan dan diberi nama baginya. Adapun sebelum itu ia hanyalah sekerat daging yang boleh dikuburkan di mana saja tanpa harus dimandikan dan dishalatkan.- Apabila terdapat halangan untuk memamdikan jenazah, misalnya tidak ada air atau kondisi jenazah yang sudah tercabik-cabik atau gosong, maka cukuplah ditayamumkan saja. Yaitu salah seorang di antara hadirin menepuk tanah dengan kedua tangannya lalu mengusapkannya pada wajah dan kedua punggung telapak tangan si mayit.- Hendaklah petugas yang memandikan jenazah menutup apa saja yang tidak baik untuk disaksikan pada jasad si mayit, misalnya kegelapan yang tampak pada wajah si mayit, atau cacat yang terdapat pada tubuh si mayit dll.

Kacaritakeun di hiji leuweung ganggong simagongong, aya bagong keur anakan. Eta bagong teh keur huleng jentul wae bangun ngemu kabingung. Pangna kitu lantaran poe eta manehna kudu nedunan jangji ka Sakadang Maung, nyaeta masrahkeun anakna.Hiji waktu manehna kungsi dikerekeb ku Sakadang Maung. Harita Sakadang Bagong ceurik. Sing karunya bae ka kuring, Sakadang Maung! Kuring teh geus kolot, dagingna oge tangtu nya liat nya kelang. Kieu bae, engke lamun anak kuring geus lahir, ku kuring rek dibikeun ka andika. Tangtu dagingna empuk tur pelem.Ngadenge caritaan Sakadang Bagong kitu, Sakadang maung teh teu tulus ngerekeb. Hiji waktu manehna rek datang deui, nagih jangji.Nya harita, waktu Sakadang Bagong geus anakan, manehna kudu nyumponan jangjina. Tapi piraku aing rek tega mikeun anak ka Sakadang Maung? Kumaha akalna sangkan anak aing teu tulus dihakan? Sakadang Bagong terus uleng mikir, neangan piakaleun.Keur kitu aya Sakadang Peucang nyampeurkeun.Ku naon andika bet kawas nu keur bingung kacida, Sakadang Bagong? Sakadang Peucang nanya. Gorolang Sakadang Bagong nyaritakeun ku naon pangna manehna baluweng poek pipikiran.Sakadang Peucang ngahuleng sakedapan. Teu lila pok nyarita: Euh gampang atuh ari kitu mah. Andika ulah hariwang, keun kumaha kuring bae. Urang neangan akal sangkan anak Ki Silah salamet tina panandasa Sakadang Maung. Dagoan heula di dieu, kuring rek neangan Sakadang Landak!Sakadang Peucang ngaleos. Teu lila oge geus ngurunyung deui dibarengan ku Sakadang Landak. Manehna terus ngajak indit ka hiji guha.Tepi ka guha nu dituju, sakadang Peucang metakeun akalna. Sakadang Landak kudu asup ka jero guha, ngaringkuk di nu rada poek. Buluna anu kawas cucuk teh kudu dipuridingkeun. Sakadang Bagong kudu cicing di lawang guha, ngabageakeun Sakadang Maung lamun engke ngurunyung. Ari manehna kadua anak Sakadang Bagong rek nyarumput di nu buni.Teu lila Sakadang Maung geus rentang-rentang datang. Ti kajauhan oge geus ngagerem, nyingsieunan Sakadang Bagong. Mana anak sampean teh, Sakadang Bagong? cek Sakadang Maung bari jungang-jengong.Sakadang Bagong antare nembalan: Tuh, di jero guha. Tah geuning katenjo ti dieu oge, ngaringkuk di juru. Pek ayeuna kuring masrahkeun, nedunan jangji ka andika. Didaharna ulah dilila-lila, teureuy bae sakaligus, sing ulah kadenge ceurikna. Jig geura sampeurkeun, kuring rek indit heula, teu kaduga nenjona.Sakadang Maung nenjo rarat-reret ka jero guha. Enya bae katenjoeun aya nu ngaringkuk di juru. Awahing ku atoh bari teu kuat hayang geura ngerekeb, gabrug bae nu ngaringkuk teh dirontok, disamualkeun. Puguh bae cucuk landak teh rungseb manggang sungutna. Sakadang Maung gegerungan, sungutna baloboran getih. Diutah-utah oge landak teh teu daekeun kaluar, da cucukna naranceb pageuh pisan. Antukna Sakadang Maung teh paeh. Sakadang Landak ngurumuy kaluar tina sungutna.Sakadang Bagong kacida bungaheunana. Anakna salamet. Manehna nganuhunkeun pisan ka Sakadang Peucang anu geus mere pitulung ka dirina. Kitu deui ku Sakadang Landak oge manehna kahutangan budi.Sakadang Peucang jeung Sakadang Landak tuluy arindit deui ninggalkeun Sakadang Bagong.