TARUNA BUMI MAKALAH 2

download TARUNA BUMI MAKALAH 2

of 43

Transcript of TARUNA BUMI MAKALAH 2

MAKALAH SAKA TARUNA BUMI KOTA BANDUNG

Nama

: Ahmad Nashrullah

Pangkalan : SMK Prakarya International 52

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya kepada saya sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul MAKALAH SAKA TARUNA BUMI KOTA BANDUNG

Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian SAKA TARUNA BUMI KOTA BANDUNG atau yang lebih khususnya membahas mengenai pertania, cara bercocok tanam yabg baik. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang quantum learning. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Bandung, 18 Oktober 2011

Penyusun

i

BAB IPENDAHULUAN

I.1 Definisi Saka Taruna BumiSatuan Karya Pramuka (Saka) Tarunabumi adalah wadah bagi para Pramuka untuk meningkatkan dan mengembangkan kepemimpinan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kecakapan para anggotanya, sehingga mereka dapat melaksanakan kegiatan nyata dan produktif serta bermanfaat dalam mendukung kegiatan pembangunan pertanian. Tujuan dibentuknya Saka Tarunabumi adalah untuk mewujudkan kader penerus perjuangan bangsa dan pembangunan nasional di bidang pertanian dengan menyediakan wadah pendidikan luar sekolah di bidang pertanian kepada para Pramuka terutama Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega serta kepada pemuda calon anggota Pramuka dan para peminat yang memenuhi persayaratan. Kegiatan kesakaan dilaksanakan di gugusdepan dan satuan karya Pramuka disesuaikan dengan usia dan kemampuan jasmani dan rohani peserta didik. Kegiatan pendidikan tersebut dilaksanakan sedapat-dapatnya dengan praktek berupa kegiatan nyata yang memberi kesempatan peserta didik untuk menerapkan sendiri pengetahuan dan kecakapannya dengan menggunakan perlengkapan yang sesuai dengan keperluannya. Anggota Saka Tarunabumi adalah : Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega Pamong Saka, Instruktur Saka, Pimpinan Saka dan Mabi Saka Pemuda calon anggota Gerakan Pramuka yang berusia 16-25 tahun. Syarat menjadi Anggota Saka Tarunabumi : Menyatakan keinginan untuk menjadi anggota Saka Tarunabumi secara suka rela Bagi Pemuda yang belum menjadi anggota Gerakan Pramuka harus dengan sepengetahuan orang tua/walinya, dan bersedia menjadi anggota Gugusdepan Pramuka terdekat. Bagi Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega berusia 16-25 tahun diharapkan menyerahkan izin tertulis dari Pembina Satuan dan Pembina Gugusdepan dan tetap menjadi anggota 1

Gugusdepan. Bagi Pamong Saka mendapat persetujuan dari Pembina Gugusdepan dan telah mengikuti sedikitnya Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar Bagi Instruktur Saka, memiliki pengetahuan, keterampilan dan kecakapan di bidang Pertanian serta bersedia memberikan ilmunya kepada anggota Saka. Sehat jasmani dan rohani serta dengan suka rela sanggup mentaati segala ketentuan yang berlaku di dalam Saka Tarunabumi. Pamong Saka dan Instruktur Saka tetap diangkat dan dilantik oleh Ketua Kwartir Ranting atau Ketua Kwartir cabang yang bersangkutan dengan mengucapkan Tri Satya dan menandatangani Ikrar. Bagi Pimpinan Saka dan Mabi Saka, bersedia memberikan bantuan yang bersifat moril, organisatoris, materiil dan finansiil kepada Saka serta sekurang-kurangnya telah mengikuti Kursus Orientasi Kepramukaan.Pimpinan Saka dan Mabi Saka diangkat dan dilantik oleh Ketua Kwartir yang bersangkutan dengan mengucapkan Tri Satya dan menandatangani Ikrar.

Saka Tarunabumi meliputi 5 (lima) krida, yaitu : 1. Krida Pertanian dan Tanaman Pangan 2. Krida Pertanian Tanaman Perkebunan 3. Krida PerikananKrida Peternakan 5. Krida Pertanian Tanaman Holtikultura. Krida Pertanian Tanaman Pangan, terdiri atas 6 (enam) SKK : 1. SKK Petani Padi 2. SKK Petani Jagung 3. SKK Petani Kacang Kedelai 4. SKK Petani kacang Tanah 5. SKK Petani Ubi Kayu 6. SKK Petani Ubi Jalar.

Krida Pertanian Tanaman Perkebunan, terdiri atas 11 (sebelas) SKK : 2

1. SKK Petani Cengkeh 2. SKK Petani Kelapa 3. SKK Petani Karet 4. SKK Petani Obat-obatan 5. SKK Petani Kopi 6. SKK Petani Panili 7. SKK Petani Coklat 8. SKK Petani Lada 9. SKK Petani Kapas 10. Petani Tembakau 11. SKK Petani Tebu. Krida Perikanan, mempunyai 9 (sembilan) SKK : 1. SKK Petani Ikan Nila 2. SKK Petani Ikan Mas 3. SKK Petani Ikan Gurami 4. SKK Petani Ikan Lele5. SKK Petani Katak 6. SKK Petani Belut 7. SKK Petani Bandeng 8. SKK Petani Udang 9. SKK Petani Ikan Hias. Krida Peternakan, mempunyai 12 (duabelas) SKK : 1. SKK Peternak Kerbau 2. SKK Peternak Sapi 3. SKK Peternak Kuda 4. SKK Peternak Sapi Perah 5. SKK Peternak Kambing 6. SKK Peternak Babi 7. SKK Peternak Puyuh 8. SKK Peternak Kelinci 3

9. SKK Peternak Ayam 10. SKK Peternak Itik 11. SKK Peternak Lebah 12. SKK Peternak Merpati. Krida Pertanian Tanaman Holtikultura, mempunyai 32 (tiga puluh dua) SKK : 1. SKK Petani Rambutan 2. SKK Petani Pisang 3. SKK Petani Mangga 4. SKK Petani Nanas 5. SKK Petani Durian 6. SKK Petani Semangka 7. SKK Petani Apel8. SKK Petani Salak 9. SKK Petani Pepaya 10. SKK Petani Jeruk 11. SKK Petani Anggur 12. SKK Petani Jambu 13. SKK Petani Duku 14. SKK Petani Alpokat 15. SKK Petani Tomat 16. SKK Petani Cabe 17. SKK Petani Bayam 18. SKK Petani Kangkung 19. SKK Petani Kacang Panjang 20. SKK Petani Kubis 21. SKK Petani Sawi 22. SKK Petani Wortel 23. SKK Petani Suplir 24. SKK Petani Palma 25. SKK Petani Cemara 26. SKK Petani Anggrek 27. SKK Petani Mawar 28. SKK Petani Melati 4

29. SKK Petani Kaktus 30. SKK Petani Seledri 31. SKK Petani Bonsai 32. SKK Petani Bawang Putih/Merah. Sasaran kegiatan Saka Tarunabumi adalah agar para Pramuka Saka tarunabumi: 1. Memiliki rasa cinta akan alam pertanian dan rasa tanggungjawab akan kelangsungan jalannya pembangunan nasional. 2. Memiliki tambahan pengetahuan, pengalaman kecakapan dan keterampilan di bidang pembangunan pertanian serta sikap yang tanggap akan perubahan-perubahan yang selalu terjadi dalam proses kegiatan pembangunan pertanian. 3. Mampu menyelenggarakan kegiatan-kegiatan Saka Tarunabumi secara positip, berdayaguna dan berhasilguna, sesuai dengan bakat dan minatnya di bidang pertanian, sehingga berguna bagi pribadinya, keluarganya, masyarakat bangsa dan negara. 4. Mampu menyebarluaskan pengetahuan, pengalaman, kecakapan dan keterampilannya, yang didapat dalam kegiatan Saka kepada anggota Gerakan Pramuka di Gugusdepan masingmasing serta kepada pemuda lainnya yang berada di sekitar tempat tinggalnya.

5

I.2 Sejarah Saka Taruna Bumi Indonesia

Satuan Karya Pramuka Taruna Bumi adalah wadah bagi para Pramuka untuk meningkatkan dan mengembangkan kepemimpinan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kecakapan para anggotanya, sehingga mereka dapat melaksanakan kegiatan nyata dan produktif serta bermanfaat dalam mendukung kegiatan pembangunan pertanian.

Pembinaan Saka Taruna Bumi bekerjasama dengan Departemen Pertanian, Dinas Pertanian, LIPI, dan Lembaga Holtikultura. Saka Tarunabumi meliputi 5 krida, yaitu : Krida Pertanian dan Tanaman Pangan Krida Pertanian Tanaman Perkebunan Krida Perikanan Krida Peternakan Krida Pertanian Tanaman Holtikultura. KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 078 TAHUN 1984 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN SATUAN KARYA PRAMUKA TARUNA BUMI Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka ; Menimbang : 1. bahwa pembangunan pertanian akan terlaksana dengan bain bila dilaksanakan oleh petani-petani dan keluarga yang memiliki pengetahuan tehnologi pertanian serta mengikut sertakan secara aktif masyarakat luas : 2. bahwa dalam rangka pertumbuhan dan pembangunan pedesaan pada umumnya dan bidang pertanian pada khususnya, perlu diikutsertakan Gerakan Pramuka di dalamnya; 6

3. bahwa pembinaan generasi muda di bidang pertanian dititik beratkan padapemberian bekal pengetahuan,kepemimpinan,kemampuan dan keterampilan di bidang pertanian dan industri yang menunjang pembangunan pertanian,karena petani-petani dimasa yang akan datang terdiri dari generasi muda pada saat ini; 4. bahwa gerakan pramuka sebagai salah satu wadah pembangunan dan pengembangan generasi muda bangsa Indonesia menjadi salah satu tumpuan harapan masyarakat; 5. bahwa berdasarkan pemikiran tersebut,dalam rangka usaha mencapai tujuan gerakan Pramuka dan tujuan pembangunan pertanian,perlu dibentuk suatu wadah atau tempat bagi para pramuka :enegak dan Pramuka Pandega untuk menyelenggarakan kegiatan nyata dan produktif dalam bidang pertanian yang bermanfaat bagi dirinya dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat; 6. bahwa berkenaan dengan itu pula perlu meninjau kembali Keputusan Kwartirnasional Gerakan Pramuka nomor 42/KN/66 Tahun tentang Petunjuk Penyelenggaraan Kompi-kompi Pramuka Taruna Bumi ; Mengingat : 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No.238 tahun 1961 juncto Keputusan Presiden Republik Indonesia No.12 tahun 1971 tentang Anggaran Dasar Gerakan Pramuka; 2. Instruksi bersama Menteri Pertanian dan ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No. Inst/17/11/Mentan/66 No. 9 Tahun 1966, tentang Pembentukan Kompi Pramuka Tarunabumi.; 3. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No.045/KN/74 tentang Anggaran Dasar Gerakan Pramuka; 4. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 42/KN/66 tahun 1966, tentang Petunjuk Penyelenggaraan Kompi-kompi Pramuka Tarunabumi; 5. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka nomor 118/KN/77 .tahun 1977 tentang Petunjuk Penyelengaraan Satuan Karya Pramuka; Memperhatikan : 1. Keputusan Musyawarah Nasional Gerakan Pramuka Nomor 02/Munas/83 tentang penilaian laporan pertanggung jawaban Kwartir Nasional Gerakan Pramuka masa bakti tahun 19781983 dan keputusan No.07/Munas/83 tentang Rencana Kerja Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Tahun 1983-1988. 2. Saran-saran Andalan Nasional.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : Pertama : Mencabut Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka No.42/KN/66 Tahun 1966 Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Kompi-kompi Pramuka Tarunabumi. 7

Kedua:Mengesyahkan Petunjuk Penyelenggaraan Satuan Karya Pramuka Tarunabumi seperti tercantum dalam lampiran keputusan ini. Ketiga :Menginstruksikan kepada semua Kwartir Gerakan Pramuka untuk menyebarluaskan dan melaksanakan petunjuk penyelenggaraan Satuian Karya Tarunabumi dengan sebaik-baiknya serta menjalin kerjasama dengan unsur Departemen Pertanian dan Dinas-dinas lingkup Pertanian. Keempat :Apabila dikemudianhari ternyata terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini, akan diubah dan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya. Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkannya.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 7 Juli 1984. Ketua Kwartir Nasional,

Letjen TNI(purn) Mashudi.

8

BAB II

II.1 BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNGI. PENDAHULUAN. Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika. Sentra Penanaman Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat, juga di Irian Jaya, Aceh Besar dsb.Tanaman kangkung darat banyak ditanam penduduk untuk konsumsi keluarga maupun untuk dijual ke pasar. II. SYARAT PERTUMBUHAN 2.1. Iklim Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun. Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kuruskurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak keras, sehingga tidak disukai konsumen. 2.2. Media Tanam Kangkung darat menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang 9

tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air. Tanaman kangkung membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik. 2.3.Ketinggian Tempat Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) 2000 meter dpl. Baik kangkung darat maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur aduk. III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA 3.1. Pembibitan 3.1.1. Persyaratan Bibit Kangkung Darat Dalam pemilihan bibit harus disesuaikan dengan lahan (air atau darat). Karena kalau kangkung darat ditanam di lahan untuk kangkung air produksinya kurang baik, warna daun menguning, bentuk kecil dan cepat membusuk. Bibit kangkung sebaiknya berasal dari kangkung muda, berukuran 20 -30 cm. Pemilihan bibit harus memperhatikan hal-hal seperti berikut, batang besar, tua, daun besar dan bagus. Penanamannya dengan cara stek batang, kemudian ditancapkan di tanah. Sedangkan biji untuk bibit harus diambil dari tanaman tua dan dipilih yang kering serta berkualitas baik. 3.1.2. Penyiapan Benih

Benih kangkung yang akan ditanam adalah stek muda, berukuran 20-30 cm, dengan jarak tanam 1,5 x 15 cm.

Untuk benih dari biji kangkung diambil dari tanaman yang tua. Benih yang diperlukan untuk seluas 10 m2 atau 2 bedengan 300 gram, jika tiap lubang diisi 2-3 butir biji.

3.1.3. Teknik Penyemaian Benih Biji dengan ukuran diameter 3 mm, disebar dalam baris-baris berjarak 15 cm dengan jarak kira-kira 5 cm antara masing-masing biji. Kultivar yang berbiji dapat tahan tanah lembab dan tumbuh baik dalam

10

musim hujan. 3.1.4. Pemeliharaan Pembenihan/Penyemaian Agar diperoleh hasil panen yang baik, dalam pemeliharaan pembenihan kangkung diperlukan penyiraman teratur dan kerap pada cuaca kering. 3.2. Pengolahan Media Tanam 3.2.1. Persiapan Kangkung air membutuhkan tempat-tempat yang ada genangan air. Bertanam kangkung memerlukan tanah yang diberi pupuk kompos, kemudian dibuatkan petak-petak/bedengan seperti tanaman sayuran lain. Tentang panjang bedengan, tergantung kondisi lahan. Kemudian siapkan tugal dan tancapkan di atas bedengan dengan jarak 20 x 20 cm. 3.2.2. Pembukaan Lahan Tiga minggu sebelum melakukan penanaman kangkung, sebaiknya tanah diolah terlebih dahulu. Kemudian tanah dicampur dengan pupuk kompos atau pupuk kandang sebanyak 10 ton per hektar, diberi air dengan ketinggian 5 cm, dibiarkan tergenang air dan diberi urea 1 kuintal per hektar 3.2.3. Pembentukan Bedengan Pembentukan bedengan untuk tanaman kangkung dapat dilakukan dengan ukuran lebar 0,8-1,2 m, panjang 3-5 m, dalam 15-20 cm dan jarak antar bedeng 50 cm dengan membuat selokan. Ukuran tersebut dapat disesuaikan, tergantung keadaan lahan yang tersedia. Bedengan dibuat untuk kelancaran pemasukan dan pembuangan air yang berlebih serta untuk memudahkan pemeliharaan dan kegiatan lain. Ada pula yang membuat bedengan dengan ukuran panjang kali lebar: 21 m dengan kedalaman drainase 3030 cm. 3.2.4. Pemupukan Pemupukan bagi tanaman kangkung terdiri dari pupuk dasar yaitu pupuk kandang, yang diberikan seminggu sebelum tanam (setelah selesai pembuatan bedengan). Selain itu juga diberikan pupuk urea, seminggu setelah tanam, kemudian 2 minggu setelah tanam. Pemberian pupuk urea dicampur dengan air kemudian disiram pada pangkal tanaman dengan ember penyiram. Pada waktu melakukan pemupukan, lahan dikeringkan terlebih dahulu selama 4 sampai 5 hari. Kemudian diairi kembali. Pupuk yang diperlukan adalah sebagai berikut: 10-20 ton/ha rabuk

11

organik dan 100-250 kg/ha urea, diberikan selama 2 minggu pertama, dengan cara disiramkan. 3.2.5. Lain-lain Agar tanaman kangkung dapat berproduksi secara memuaskan, perlu dilakukan pergiliran tanaman dengan tanaman kacang tanah, kacang hijau, kacang buncis, kecipir atau ketimun. 3.3. Teknik Penanaman 3.3.1. Penentuan Pola Tanam Penentuan pola tanam dapat disesuaikan dengan luas lahan yang akan ditanami. Apabila bedengan dibuat dengan ukuran 21 m, maka bila jarak tanamnya ditentukan 2020 cm, maka dalam satu bedengan terdapat sebanyak 50 lubang atau 50 rumpun kangkung. 3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan cara ditugal, yang berjarak 2020 cm, sedalam 5 cm. Setiap bedengan dapat ditentukan jumlah lubangnya (tergantung ukuran bedengan). 3.3.3. Cara Penanaman Penanaman kangkung darat dilakukan pada sore hari yaitu jam 16.00 sampai 18.00. Hal ini bertujuan agar benih setelah ditanam tidak langsung mendapat udara kering sehingga benih cepat berkecambah. 3.4. Pemeliharaan Tanaman 3.4.1. Penjarangan dan Penyulaman Bila tanaman kangkung terlalu lebat/sangat berdesakan dalam satu rumpun maka diperlukan penjarangan. Apabila tanaman banyak yang mati, maka segera dilakukan penyulaman (diganti dengan bibit yang baru yang telah disiapkan). 3.4.2. Penyiangan Penyiangan dilakukan bila terdapat rumput liar (tanaman pengganggu). Penyiangan dilakukan setiap 2 minggu. 3.4.3. Pembubunan 12

Pembumbunan dilakukan untuk mendekatkan unsur hara bagi tanaman kangkung sehingga dapat mempermudah akar tanaman untuk mentransfernya. Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu. 3.4.4. Perempalan Bagi tanaman kangkung sebagai penghasil daun dan batang, perempalan tidak dibutuhkan, sebab perempalan adalah penyortiran dan pengambilan tunas-tunas muda yang tidak berguna, yang akan menghambat pertumbuhan tanaman. 3.4.5. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk urea. Pupuk urea diberikan hanya sekali dengan cara dilarutkan dalam air lalu disiram pada tanaman kangkung. Perlu diperhatikan agar pada waktu menebar pupuk jangan sampai ada butir pupuk yang tersangkut atau menempel pada daun, sebab akan menyebabkan daun menjadi layu. Gunakan sapu lidi setiap selesai menabur pupuk. 3.4.6. Pengairan dan Penyiraman Selama tidak ada hujan, perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman gunanya untuk mencegah tanaman kangkung terhadap kekeringan. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi (jam 07.00) dan sore (jam 17.00). Penyiraman dilakukan dengan gembor penyiram. Tanaman kangkung membutuhkan banyak air dalam pertumbuhannya. 3.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida Tanaman kangkung darat yang terkena ulat berwarna putih yang berada pada helai daun sebelah bawah sehingga menyebabkan warna daun menjadi kuning. Untuk penanggulangannya disemprotkan Baysudin dengan dosis 2 cc per liter air, yang disemprotkan sore hari. Untuk memberantas ulat daun yang sering menyerang tanaman kangkung, digunakan Insektisida Diazinon 60 EC, dengan dosis sebesar 2 cc per liter air dan disemprotkan pada tanaman. Serangga pemakan daun dikendalikan dengan penyemprotan strategis senyawa organofosfat jauh sebelum pemanenan. 3.4.8. Pemeliharaan Lain Agar pertumbuhan subur, sebaiknya seminggu setelah atau sebelum panen, tanaman dipupuk urea kembali. 3.5. Panen 13

3.5.1. Ciri dan Umur Panen Panen pertama sudah bisa dilakukan pada hari ke 12. Saat ini kangkung sudah tumbuh dengan panjang batang kira-kira 20-25 cm. Ada pula yang mulai memangkas sesudah berumur 1,5 bulan dari saat penanaman. 3.5.2. Cara Panen Cara pemanenan kangkung air hampir sama dengan kangkung darat. Cara memanen, pangkas batangnya dengan menyisakan sekitar 2-5 cm di atas permukaan tanah atau meninggalkan 2-3 buku tua. Panen dilakukan pada sore hari. Panenan dilakukan dengan cara memotong kangkung yang siap panen dengan ciri batang besar dan berdaun lebar. Dengan menggunakan alat pemotong. Pemungutan hasil kangkung darat dapat pula dilakukan dengan cara mencabutnya sampai akar, kemudian dicuci dalam air. Panen kangkung darat dilakukan pada umur 27 hari. Selama panen, lahan penanaman harus tetap basah tapi tidak berair (lembab). 3.5.3. Periode Panen Panen dilakukan 2-3 minggu sekali. Setiap kali habis panen, biasanya akan terbentuk cabang-cabang baru. Setelah 5 kali panen atau 10-11 kali panen maka produksi kangkung akan menurun baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Jika sudah terlihat berbunga, sisakan 2 m2 untuk dikembangkan terus menjadi biji yang kira-kira memakan waktu 40 hari sampai dapat dikeringkan. 3.6.4. Prakiraan Produksi Pertanaman kangkung secara komersial menghasilkan sekitar 15 ton/ha sepanjang beberapa panenan berturut-turut atau sekitar 160 kg/tahun/10 m2.

3.6. Pascapanen 3.6.1. Pengumpulan Kangkung yang baru dipanen dikumpulkan dan kemudian disatukan sebanyak 15-20 batang kangkung dalam satu ikatan. 3.6.2 Penyimpanan

Dalam penyimpanan (sebelum dipasarkan), agar tidak cepat layu, kangkung yang telah diikat celupkan dalam air tawar bersih dan tiriskan dengan menggunakan anjang-anjang. 14

II.2 BUDIDAYA TANAMAN SAWI

JENIS SAWI A. KLASIFIKASI BOTANI. Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae. Kelas : Dicotyledonae. Ordo : Rhoeadales (Brassicales). Famili : Cruciferae (Brassicaceae). Genus : Brassica. Spesies : Brassica Juncea. B. JENIS-JENIS SAWI. Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Petani kita hanya mengenal 3 macam sawi yang biasa dibudidayakan yaitu : sawi putih (sawi jabung), sawi hijau, dan sawi huma. Sekarang ini masyarakat lebih mengenal caisim alias sawi bakso. Selain itu juga ada pula jenis sawi keriting dan sawi sawi monumen. Caisim alias sawi bakso ada juga yang menyebutnya sawi cina., merupakan jenis sawi yang paling banyak dijajakan di pasar-pasae dewasa ini. Tangkai daunnya panjang, langsing, berwarna putih kehijauan. Daunnya lebar memanjang, tipis dan berwarna hijau. Rasanya yang renyah, segar, dengan sedikit sekali rasa pahit. Selain enak ditumis atau dioseng, juga untuk pedangan mie bakso, mie ayam, atau restoran cina. SYARAT TUMBUH Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di 15

atas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bils di tanam pada akhir musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7. BUDIDAYA TANAMAN SAWI Cara bertanam sawi sesungguhnya tak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya. Budidaya konvensional di lahan meliputi proses pengolahan lahan, penyiapan benih, teknik penanaman, penyediaan pupuk dan pestisida, serta pemeliharaan tanaman. Sawi dapat ditanam secara monokultur maupun tunmpang sari. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan antara lain : bawang dau, wortel, bayam, kangkung darat. Sedangkan menanam benih sawi ada yang secara langsung tetapi ada juga melalui pembibitan terlebih dahulu. Berikut ini akan dibahas mengenai teknik budidaya sawi secara konvensional di lahan. A. BENIH. Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih sawi untuksetiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Dan penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang lain. Juga memperhatikan proses yang akan dilakukan mesilnya dengan dianginkan, tempat penyimpanan dan 16

diharapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun. B. PENGOLAHAN TANAH. Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh. Dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4 minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam melakukan penggemburan tanah yaitu 2 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (CaMg(CO3)2). C. PEMBIBITAN. Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman. Karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Sedang ukuran bedengan pembibitan yaitu lebar 80 120 cm dan panjangnya 1 3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20 30 cm. Dua minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang lalu di tambah 20 gram urea, 10 gram TSP, dan 7,5 gram Kcl. Cara melakukan pembibitan ialah sebagai berikut : benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1 2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3 5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3 4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan. D. PENANAMAN. Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20 30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan 17

pemupukan terlebih dahulu yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha, Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm , 30 x 30 dan 20 x 20 cm. Pilihlah bibit yang baik, pindahkan bibit dengan hati-hati, lalu membuat lubang dengan ukuran 4 8 x 6 10 cm. E. PEMELIHARAAN. Pemeliharaan adalah hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panaspenyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2 4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok the sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. PENANAMAN VERTIKULTUR Langkah angkah penanaman secara vertikultur adalah sebagai berikut : 1. Benih disemaikan pada kotak persemaian denagn media pasir. Bibit dirawat hingga siap ditanaman pada umur 14 hari sejak benih disemaikan. 2. Sediakan media tanam berupa tanah top soil, pupuk kandang, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1:1 yang dicampur secara merata. 3. Masukkan campuran media tanam tersebut ke dalam polibag yang berukuran 20 x 30 cm. 4. Pindahkan bibit tanaman yang sudah siap tanam ke dalam polibag yang tersedia. Tanaman yang

18

dipindahkan biasanya telah berdaun 3 5 helai. 5. Polibag yang sudah ditanami disusun pada rak-rak yang tersedia pada Lath House. PENANAMAN HIDROPONIK. Langkah-langkah penanaman secara hidroponik adalah sebagai berikut : 1. Siapkan wadah persemaian . Masukkan media berupa pasir halus yang disterilkan setebal 3 4 cm. Taburkan benih sawi di atasnya selanjutnya tutupi kembali dengan lapisan pasir setebal 0,5 cm. 2. 2.Setelah bibit tumbuh dan berdaun 3 5 helai (umur 3 4 minggu0, bibit dicabut dengan hatihati, selanjutnya bagian akarnya dicuci dengan air hingga bersih, akar yang terlalu panjang dapat digunting. . Bak penanaman diisi bagian bawahnya dengan kerikil steril setebal 7 10 cm, 3. selanjutnya di sebelah atas ditambahkan lapisan pasir kasar yang juga sudah steril setebal 20 cm. 4. Buat lubang penanaman dengan jarak sekitar 25 x 25 cm, masukkan bibit ke lubang tersebut, tutupi bagian akar bibit dengan media hingga melewati leher akar, usahakan posisi bibit tegak lurus dengan media. 5. Berikan larutan hidroponik lewat penyiraman, dapat pula pemberian dilakukan dengan sistem drip irigation atau sistem lainnya, tanaman baru selanjutnya dipelihara hingga tumbuh besar. HAMA DAN PENYAKIT A. HAMA. 1. Ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis Zell.). 2. Ulat tritip (Plutella maculipennis). 3. Siput (Agriolimas sp.). 4. Ulat Thepa javanica. 5. Cacing bulu (cut worm).

19

B. PENYAKIT. 1. Penyakit akar pekuk. 2. Bercak daun alternaria. 3. Busuk basah (soft root). 4. Penyakit embun tepung (downy mildew). 5. Penyakit rebah semai (dumping off). 6. Busuk daun. 7. busuk Rhizoctonia (bottom root). 8. Bercak daun. 9. Virus mosaik. PANEN DAN PENANGANAN PASCA PANEN. Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur panen sawi paling lama 70 hari. Paling pendek umur 40 hari. Terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun. Cara panen ada 2macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam. Pasca panen sawi yang perlu diperhatikan adalah : 1. Pencucian dan pembuangan kotoran. 2. Sortasi. 3. Pengemasan. 4. Penympanan. 5. Pengolahan.

II.3 BUDIDAYA BAWANG DAUNNama Latin: Allium fistulosum L. Nama Inggris: Welsh onion Famili : LILIACEAE20

1. Cultivar Rp (Lokal Cipanas), Fragrant, Miranda, Freda, Lorie, Linda 2. Pembibitan dengan Persemaian Benih disemaikan dalam bedengan dengan lebar 100-120 cm dan panjang lahan. Tanah diolah sedalam 30 cm campur pupuk kandang yang telah diayak sebanyak 2 kg/m. Bedengan diberi atap plastik bening setinggi 100-150 cm di sisi Timur dan 60-80 cm di sisi Barat. Benih ditaburkan di dalam larikan melintang sedalam 1 cm dengan jarak antar larikan 10 cm. Tutup dengan daun pisang/karung goni basah. Setelah berkecambah penutup dibuka. Penyiraman setiap hari. Tanaman dipupuk dengan pupuk daun sebanyak 1/3 1/2 dosis anjuran dengan cara semprot (umur 1 bulan). Bibit berumur 2 bulan dengan ketinggian 10-15 cm siap dipindah tanamkan. Pembibitan dari Anakan Rumpun yang akan dijadikan bibit berumur 2,5 bulan dan sehat. Rumpun dibongkar bersama akarnya, bersihkan tanah yang menempel dan akar/daun tua. Pisahkan rumpun sehingga didapatkan beberapa rumpun baru yang terdiri atas 1-3 anakan. Buang sebagian daun. Bibit disimpan di tempat lembab dan teduh selama 5-7 hari. 3. Pengolahan Lahan Pengolahan lahan dilakukan 15-30 hari sebelum tanam. Pembedengan untuk tanah sawah/tanah darat (lahan kering): Bersihkan areal dari gulma dan batu/kerikil. Olah tanah sedalam 30-40 cm hingga gembur. Buat parit untuk pemasukan dan pengeluaran air. Buat bedengan selebar 80-100 cm, tinggi 30 cm dengan lebar antar bedengan 25-30 cm.

21

Campur merata dengan tanah, 10-15 ton/ha pupuk kandang dan ratakan permukaan bedengan. Pengapuran dilakukan jika tanah ber-pH < 6.5 dengan 1-2 ton/ha kapur dolomit dicampur merata dengan tanah pada kedalaman 30 cm. Perkiraan dosis dan waktu aplikasi pemupukan disajikan pada Tabel

4. Penanaman Biasanya ditanaman dengan pola tanam tumpang sari. Bibit ditanam di antara tanaman utama yang berumur lebih panjang dari bawang daun. Sebelum kanopi tanaman utama saling menutup, bawang daun harus sudah dipanen. Sistem tumpang sari yang sekarang banyak ditanam adalah dengan tanaman cabe, wortel dan sayuran daun lain. Waktu tanam terbaik awal musim hujan (Oktober) atau awal kemarau (Maret). Lubang tanam dibuat pada jarak 20 x 20 cm sedalam 10 cm. Sebelum penanaman, bibit dari persemaian dicabut dengan hati-hati, sebagian akar dan daun dipotong. Sebagian akar dari bibit dari rumpun induk juga dibuang. Rendam dalam larutan fungisida konsentrasi rendah (30-50 prosen dari dosis anjuran) selama 10-15 menit. Tanam bibit dalam lubang dan padatkan tanah di sekitar pangkal bibit pelan-pelan. 5. Pemeliharaan Penyulaman paling lama 15 hari setelah tanam. Gulma disiangi dua kali, yaitu umur 3-4 minggu dan 6 minggu dengan cangkul/kored. Pembubunan bagian dasar tunas selama 4 minggu sebelum panen

22

Potong tangkai bunga dan daun tua untuk merangsang pertumbuhan anakan. Siram 2 kali sehari Tidak boleh becek/terlalu basah. Penyemprotan pestisida gunakan jika perlu /jika sudah ada tanda-tanda awal munculnya hama dan penyakit. Hama dan Penyakit Ulat bawang/ulat grayak (Spodoptera exiqua Hbn.) Pengendalian: cara pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae dan pengendalian kimia dengan Hostathion 40 EC, Orthene 75 SP, Cascade 50 EC atau dengan perangkap ngengat. Ulat tanah (Agrotis ypsilon Hufn.) Pengendalian mekanis: mengumpulkan ulat di malam hari, menjaga kebersihan kebun dan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae. Pengendalian kimia: umpan beracun yang dipasang di malam hari berupa campuran 250 gram Dipterex 95 Sl 125, 10 kg dedak dan 0,5 gram gula merah dan dilarutkan dalam 10 liter air; Insektisida berupa Dursban 20 EC atau Hostahion 40 EC. Thrips/kutu loncat/kemeri (Thrips tabbaci Lind.) Pengendalian: pergiliran tanaman bukan Liliaceae; menanam secara serempak; memasang perangkap serangga berupa kertas/dengan insektisida Mesurol 50 WP. Bercak ungu (Alternaria porri (Ell.) Cif.) Pengendalian: cara perbaikan tata air tanah, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae dan menggunakan bibit sehat. Fungisida yang digunakan adalah Antracol 70 WP, Dithane M-45, Orthocide 50 WP atau Difolatan 4F. Busuk daun/embun tepung (Peronospora destructor (Berk.) Casp) Pengendalian: menggunakan benih/bibit sehat, rotasi tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae dan fungisida Dithane M-45, Antracol 70 WP atau Daconil 75 SP. Busuk leher batang (Bortrytis allii Munn.) Gejala: leher batang menjadi lunak, berwarna kelabu, bentuknya menjadi bengkok dan busuk. Pengendalian: pergiliran tanaman bukan Liliacea, penggunaan benih/bibit sehat, meningkatkan kebersihan kebun dan tanaman dan fungisida Dithane M-45 atau Daconil 75 WP. Antraknose (Collectotrichum gleosporiodes Penz.) Gejala: daun bawah rebah, pangkal daun mengecil dan tanaman mati mendadak. Pengendalian: menggunakan bibit/benih sehat, perbaikan tata air, rotasi tanaman dengan tanaman bukan Liliaceae, mencabut tanaman yang sakit dan fungisida Antracol 70 WP dan Daconil 75 WP. 6. Panen Umur Panen 2,5 bulan setelah tanam. Jumlah anakan maksimal (7-10 anakan), beberapa daun menguning.

23

Seluruh rumpun dibongkar dengan cangkul/kored di sore hari/pagi hari. Bersihkan akar dari tanah yang berlebihan. 7. Pascapanen Bawang daun kumpulkan di tempat yang teduh, dicuci bersih dengan air mengalir/disemprot, lalu ditiriskan. Diikat dengan tali rafia di bagian batang dan daunnya. Berat tiap ikatan 25-50 kg. Daun bawang disortir berdasarkan diameter batang: kecil (1,0-1,4 cm) dan besar (1,5-2 cm) Lalu dicuci dengan air bersih yang mengalir/disemprot dan dikeringanginkan. Ujung daun dipotong sekitar 10 cm. Simpan pada temperatur 0,8-1,4o C sehari semalam untuk menekan penguapan dan kehilangan bobot . Pengemasan di dalam peti kayu 20 x 28 cm tinggi 34 cm yang diberi ventilasi dan alasnya dilapisi busa. Atau di dalam keranjang plastik kapasitas 20 kg.

II.4 BUDIDAYA BAWANG MERAHBawang merah (Allium cepa) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Agar sukses budidaya bawang merah kita dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko) di lapangan. Diantaranya cara budidaya, serangan hama dan penyakit, kekurangan unsur mikro, dll yang menyebabkan produksi menurun. Memperhatikan hal tersebut, PT. NATURAL NUSANTARA berupaya membantu penyelesaian permasalahan tersebut. Salah satunya dengan peningkatan produksi bawang merah secara kuantitas, kualitas dan kelestarian ( K - 3 ), sehingga petani dapat berkarya dan berkompetisi di era perdagangan bebas. A. PRA TANAM 1. Syarat Tumbuh Bawang merah dapat tumbuh pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat. Jenis tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH 5.6 - 6.5, ketinggian 0-400 mdpl, kelembaban 50-70 %, suhu 25320 C 24

2. Pengolahan Tanah Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2 Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu) Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm. Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm. Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu. Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan. ' 3. Pupuk Dasar Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah. Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan. Siramkan pupuk SUPER NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis 10 botol/1000 m2 dengan cara : - alternatif 1 : 1 botol Super Nasa diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan. - alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan Super Nasa untuk menyiram 5-10 meter bedengan. Biarkan selama 5 - 7 hari 4. Pemilihan Bibit - Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi. - Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya) - Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau) B. FASE TANAM 1. Jarak Tanam Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok. Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron 25

2. Cara Tanam Umbi bibit direndam dulu dalam larutan NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air ) Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam NASA Simpan selama 2 hari sebelum tanam Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit. C. AWAL PERTUMBUHAN ( 0 - 10 HST ) Pengamatan Hama Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan VIREXI atau VITURA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan VIREXI. Ulat tanah . Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisasisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA. Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan GLIO. 2. Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran 26

bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut melem).

3. Pemupukan pemeliharaan/susulan Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil. Pemupukan dilakukan 2 kali ( dosis per 1000 m2 ) : - 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl - 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya. Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur 2 minggu. 4. Pengairan Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari. Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 % Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman D. FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST ) 1. Pengamatan Hama dan Penyakit Hama Ulat bawang, S. litura dan S. exigua Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan 27

suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan BVR atau PESTONA. Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan penebaran GLIO. Penyakit Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan GLIO Penyakit oleh virus. - Gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan Busuk umbi oleh bakteri. - Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering. - Busuk umbi/ leher batang oleh jamur. - Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase). - Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan. PESTISIDA Kimia digunakan sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.

28

2. Pengelolaan Tanaman - Penyiangan kedua dilakukan pada umur 30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak. - Penyemprotan POC NASA dengan dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki (dicampurkan dengan NASA). - Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintikrintik penyiraman dilakukan siang hari. E. PEMBENTUKAN UMBI ( 36 - 50HST ) Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari. F. PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 HST ) Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari. G. PANEN DAN PACA PANEN 1. Panen > 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 - 90 hari. > Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek > Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong) 2. Pasca Panen - Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa 29

dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang. - Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-290C kelembaban 70-80%, sanitasi gudang.

II.5 BUDIDAYA SELEDRISeledri (Apium graveolens L.) sudah sejak lama dikenal masyarakat Indonesia. Tanaman Seledri dikenal sebagai sayuran bumbu (penyedap rasa), ada juga yang mengatakan sebagai obat, penyembuh demam dan darah tinggi, ada pula yang mengatakan sebagai penyubur rambut. Jenis seledri 'Cut Common' yang siap tanam Varietas Dalam klasifikasinya, Seledri tergolong dalam family Umberliflorae. Di masya-rakat Indonesia tanaman seledri yang banyak dikenal ada dua varietas yaitu : Seledri potong (Varietas Sylvester) dan Seledri daun (Varietas Secalium). Sebenarnya masih ada satu jenis lagi Seledri tetapi jarang ditemui di masyarakat yaitu Seledri berumbi (Varietas Repaceum). Diantara ketiga varietas di atas Seledri daun yang paling banyak dibudidayakan petani Ciwidey, Bandung adalah jenis Seledri daun (Cut Common). Varietas ini mempunyai ciri diantaranya tanamannya pendek , daunnya banyak, juga anakannya cukup banyak. Beberapa benih seledri yangbanyak ditemui di toko pertanian khususnya di Ciwidey antara lain Amigo (East West), produk Royal Sluis dan sebagainya. Teknik Budidaya Tanaman Seledri dapat ditanam dari dataran rendah hingga dataran tinggi, tetapi untuk mencapai hasil optimal penanamannya dilakukan pada ketinggian antara 1.000 - 1.200 m.dpl. bisa memperoleh hasil yang terbaik. Teknik Persemaian Tanaman Seledri sebelum tanam perlu disemai terlebih dahulu. Adapun caranya sebagai berikut : a. Disiapkan bedengan dengan lebar antara 80 - 100 cm. panjang sesuai kebutuhan dan tanah tersebut diolah dicampur pupuk kandang. b. Setelah tanah bedengan dirapikan benih Seledri ditabur rata tidak boleh menumpuk (bergerombol) supaya pertumbuhannya seragam.

30

c. Kemudian ditutup pakai campuran tanah + pupuk kandang + serbuk gergaji atau sekam dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Setelah itu disiram dan ditutup pakai karung biar tanahnya lembab dan merangsang perkecambahan. d. Setelah + 10 hari tanaman akan tumbuh, penutup dibuang (diambil) dan untuk mengurangi terik panas matahari dibuatkan naungan. Seperti persemaian yang lainnya perlu dilakukan penyiraman setiap pagi dan sore hari. Setelah berumur + 45 hari sampai 50 hari bibit tersebut siap ditanam. Penanaman Kebiasaan petani Ciwidey, pengolahan lahan dilakukan bersamaan dengan waktu semai. Cara pengolahan lahan seperti biasa membuat bedengan-bedengan berukuran 80 cm - 100 m. panjang sesuai kebutuhan. Jarak antar bedeng + 40 cm dan kebutuhan pupuk kandang + 20 ton per hektar dicampur rata di atas bedengan.Untuk memudahkan pemeliharaan kebiasaan petani membuat paritparit keliling untuk pengairan. Karena tanaman Seledri biasanya membutuhkan air banyak apalagi pada musim kemarau. Para petani Ciwidey biasanya menggunakan jarak tanam 25 x 25 cm2 atau 30 x 30 cm2 dengan dua atau tiga tanaman per lubang. Pemupukan Untuk pemupukan kebiasaan petani Ciwidey dalam satu musim tanam antara dua sampai tiga kali. a. Pemupukan pertama dilakukan saat tanaman berumur 10 - 15 hari setelah tanam dengan dosis ZA = 100 kg/ha., Urea = 50 kg/ha. dan KCl = 100 kg/ha. b. Pemupukan kedua dilakukan saat tanaman berumur + 30 hari setelah tanam dengan dosis ZA = 100 kg/ha. dan Urea = 50 kg/ha. c. Pemupukan ketiga dilakukan saat tanaman berumur + 45 hari setelah tanam dengan dosis ZA = 100 kg/ha. Pemupukan ini jarang dilakukan kecuali kalau tanaman dirasa kurang subur. Pemeliharaan Untuk memperoleh hasil yang optimal pengairan perlu dilakukan secara kontinyu terutama saat tanam di musim kemarau. Pada saat musim kemarau, penyiraman dilakukan setiap 10 hari sekali. Disamping pengairan, penyiangan juga perlu dilaksanakan setiap 15 hari sekali.

31

Pengendalian Hama dan Penyakit 1. Hama Pada Seledri hama utama adalah Liriomyza atau wereng atau biasa disebut petani Ciwidey adalah Aro. Hama ini berbahaya sekali kalau dibiarkan. Hama ini menghisap cairan daun sampai kering. Kebiasaan petani Ciwidey untuk mengendalikan hama tersebut adalah memakai Curacron, Trigard dan akhir-akhir ini yang sering dipakai adalah Winder 25 WP. Disamping hama di atas hama lain antara lain Aphid dan Ulat, tetapi kedua hama ini kurang merisaukan petani karena dianggap tidak terlalu merugikan. Jenis seledri 'Cut Common' yang siap tanam 2. Penyakit Penyakit utama pada tanaman Seledri adalah penyakit cacar coklat kuning (Cercospora apii) dan sejenis cendawan (Septoria apii). Kedua penyakit ini gejala yang ditimbulkan hampir sama dan kebiasaan petani untuk mengendalikannya memakai Kocide 77WP.

II.6 BUDIDAYA KAKTUS

Asal tanaman kaktus adalah Amerika terutama di kawasan Mexico, Texas, Arizona (AS), Argentina, Bolivia, Peru dan Brazil. Hal hal yang perlu dipersiapkan : Peralatan : Pisau tajam, sarung tangan, karet gelang, dan garden sprayer

Bahan : alkohol 70% untuk mensterilkan pisau. Batang bawah (understeam) dalam pot, daninduk batang atas (entres) yang beranak/tunas banyak, larutan fungisida pencegah busuk batang SYARAT TUMBUH Syarat tumbuh tanaman kaktus antara lain : berada pada ketinggian 1200 mdpl, suhu udara berkisar antara 160-340C. Untuk perkecambahan biji (benih), membutuhkan suhu antara 260-350C. Khusus untuk kaktus hibrida hasil penempelan, dapat tumbuh di daerah pegunungan bersuhu 160-240C.

32

Dapat pula hidup di dataran rendah bersuhu panas, tetapi menyebabkan warna batang cenderung kusam. Kelembaban udara (rH) berkisar antara 30%-90%. Curah hujan rendah, 60 mm/bulan. Intensitas penyinaran 50-80%. PERBANYAKAN TANAMAN Tanaman kaktus dapat diperbanyak dengan menggunakan dua cara, antara lain : 1. Perbanyakan Generatif Kaktus dapat diperbanyak dengan menggunakan biji yang telah diseleksi terlebih dahulu. 2. Perbanyakan Vegetatif Perbanyakan vegetatif kaktus dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: a. Stek batang atau cabang Perbanyakan ini bertujuan untuk memproduksi batang bawah. b. Anakan Jenis kaktus yang dapat diperbanyak dengan cara ini adalah kaktus yang berukuran bulat dan pendek. c. Penyambungan (Grafting,Enting) Prinsip penyambungan adalah menggabungkan dua jenis kaktus untuk memperoleh tanaman baru yang berkualitas baik dan memiliki harga jual yang tinggi. Adapun metode penyambungan yang dilakukan antara lain: - Metode sambung rata (Flat Grafting) - Metode sambungan celah atau belah (Split Garafting) - Metode sambungan serong (Side Grafting) MEMPERBANYAK KAKTUS DENGAN CARA GRAFTING Menyiapkan media tanam dan pot Mengisi pot dengan media tanam dan menempatkan pot

33

Memilih induk batang bawah (understeam) Menanam batang bawah

Memilih induk batang atas (entres) Memotong bahan batang atas dari induknya Menempelkan batang atas pada batang bawah TEMPAT TANAM Tempat yang digunakan untuk tanaman adalah pot. Pot yang digunakan antara lain terbuat dari : tanah liat, plastik, semen, keramik, kaca dan lain-lain. MEDIA TANAM Media tanam yang dapat digunakan untuk tanaman kaktus dapat dikombinasikan dengan bahanbahan yang tersedia tanah porous pupuk organik/kompos matang pasir kasar, pasir kali, batu kapur bubuk potongan pakis arang kayu bubuk (misal, pasir sungai bersih, humus tua, pupuk kandang/kompos matang, dengan perbandingan 2 : 1 : ). Media tanam alternatif yang dapat digunakan, antara lain : a. Pupuk kandang b. Sekam padi c. Pasir

PENANAMAN 34

Penanaman kaktus dimaksudkan untuk memindah tanamkan bibit kaktus dari persemaian atau dari pot kecil ke pot besar untuk tujuan pemeliharaan secara permanen. PEMELIHARAAN Pemeliharaan tanaman meliputi : 1. Penempatan pot tanaman 2. Penyiraman 3. Pemupukan 4. Sanitasi dan Repotting HAMA Hama yang sering yang sering menyerang tanaman kaktus adalah : 1. Kutu sisik (Pseudococcus s.) 2. Kutu batok (Aspidiotus sp.) 3.Kutu wol (Dactylopius tomentosus). Hama tersebut dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida dengan dosis yang disesuaikan dengan ketentuan Good Agribisnis Practises (GAP).

35

BAB III

III. KETERAMPILAN III.1 PUPUK BOKASI PADATBokashi Padat Bahan: - Hijauan daun 200 kg (hijauan daun, sisa sayuran, jerami, sekam, dll) - Pupuk kandang 750 kg (kotoran kambing, ayam, sapi, dll) - Dedak/bekatul 50 kg - EM-4 1 liter - Larutan gula pasir, 1 kg per 10 liter air - Air secukupnya Tahapan Pembuatan: 1. Potong sampah basah (3-5 cm), kecuali jika menggunakan sekam 2. Campurkan Sampah basah pupuk kandang dedak/bekatul, hingga rata 3. Larutkan EM-4 + Air gula ke dalam 200 liter air. 4. Siramkan larutan secara perlahan secara merata ke dalam campuran sampah basah-kotorandedak. Lakukan hingga kandungan air di adonan mencapai 30 40 %. Tandanya, bila campuran dikepal, air tidak keluar dan bila kepalan dibuka, adonan tidak buyar. 5. Hamparkan adonan di atas lantai kering dengan ketebalan 15 20 cm, lalu tutup dengan karung goni atau terpal selama 5 7 hari. 6. Agar suhu adonan tidak terlalu panas akibat fermentasi yang terjadi, adonan diaduk setiap hari hingga suhu dapat dipertahankan pada kisaran 45 50 derajad Celsius. 7. Setelah satu minggu, pupuk bokashi siap digunakan. Aplikasi: Untuk tanaman tahunan semisal karet, coklat, dan lainnya, gunakan bokashi padat sebagai pupuk dasar. Dua kilogram bokashi diaduk dengan tanah lalu dibenamkan di lubang tanam.

36

III.2 TELUR ASINBahan-bahan: Telur bebek yang bermutu baik 30 butir Abu gosok atau bubuk batu bata merah 1 liter Garam dapur kg Larutan daun teh (bila perlu) 50 gram teh / 3 liter air Air bersih secukupnya Alat yang dibutuhkan: Ember plastik Kuali tanah atau panci Kompor atau alat pemanas Alat pengaduk Stoples atau alat penyimpan telur Cara pembuatan: 1)Pilih telur yang bermutu baik (tidak retak atau busuk) 2)Bersihkan telur dengan jalan mencuci atau dilap dengan air hangat,kemudian keringkan 3)Amplas seluruh permukaan telur agar pori-porinya terbuka 4)Buat adonan pengasin yang terdiri dari campuran abu gosok dan garam,dengan perbandingan sama (1:1). Dapat pula digunakan adonan yang terdiridari campuran bubuk bata merah dengan garam 5)Tambahkan sedikit air ke dalam adonan kemudian aduk sampai adonan berbentuk pasta 6)Bungkus telur dengan adonan satu persatu secara merata sekelilingpermukaan telur, kira-kira setebal 1~2 mm 7)Simpan telur dalam kuali tanah atau ember plastik selama 15 ~ 20 hari.Usahakan agar telur tidak pecah, simpan di tempat yang bersih dan terbuka 8)Setelah selesai bersihkan telur dari adonan kemudian rendam dalam larutan teh selama 8 hari (bila perlu)

37

BAB IV

PENUTUP IV.1 KESIMPULANDemikian yang dapat saya sampaikan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya.

IV.2 SARAN

38

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

uripsantoso.wordpress.com/2009/05/18/membuat-bokashi/ scoutingmaarif.wordpress.com/sakasatuan-karya/saka-taruna-bumi/ www.kwardariau.org/sakar.php?act=full&id=6 blogs.unpad.ac.id/.../2010/05/31/ini-budidaya-kangkung-kang/ zuldesains.wordpress.com/2008/01/11/budidaya-tanaman-sawi/ teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-bawang-merah.html doyan-masak.info/budidaya/budidaya-bawang-daun/ epetani.deptan.go.id Budidaya www.wisatalembang.com/2009/12/budidaya-kaktus.html www.endonesiajaya.com/teknik-pembuatan-pupuk-bokashi.html www.kerjainsendiri.com/2008/12/cara-membuat-telur-asin.html

39

LAMPIRAN

Tanaman Sawi

Kaktus

Bawang Daun

Kangkung

Baang Merah

Seledri

40

DAFTAR ISI 1. Kata Pengantar ....................................................................................................................i 2. Daftar Isi ...............................................................................................................................ii 3. Bab 1: Pendahuluan ........................................................................................................... 1 1.1 Definisi Saka Taruna Bumi............................................................................................. 1 1.2 Sejarah Saka Taruna Bumi Indonesia ....................................................................... 6 4. Bab 2 : Isi .......................................................................................................................... 9 2.1 Budidaya Kangkung ................................................................................................ 9 2.2 Budidaya Tanaman Sawi ......................................................................................... 15 2.3 Budidaya Bawang Daun .......................................................................................... 20 2.4 Budidaya Bawang Merah ....................................................................................... 24 2.5 Budidaya Seledri .................................................................................................... 30 2.6 Budidaya Kaktus ......................................................... ............................................ 32 5. Bab 3 : Keterampilan ........................................................................................................ 36 3.1 Pupuk Bokasi Padat ................................................................................................. 36 3.2 Telur Asin ................................................................................................................. 37 6. Bab 4: Penutup ............................................................................................................. 38 4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 38 7. 4.2 Saran ...................................................................................................................... 38 8. Bab 5: Daftar Pustaka .................................................................................................. 39 9. Lampiran ....................................................................................................................... 40

ii