TANGERANG SELATAN KARIES GIGI PADA ANAK SDN 2...
Transcript of TANGERANG SELATAN KARIES GIGI PADA ANAK SDN 2...
HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK
DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN
KARIES GIGI PADA ANAK SDN 2 CIREUNDEU DI
TANGERANG SELATAN
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
INDRA FAUZI
1111103000085
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2016 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 28 Oktober 2016
Indra Fauzi
Materai
Rp 6000
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat,
dan inayah-Nya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul
“Hubungan Antara Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan Menggosok
Gigi Dengan Karies Gigi Pada Anak SDN 2 Cireundeu di Tangerang Selatan”
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam
kesempatan kali ini kami ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-
tingginya dan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M.Kes, Prof. Dr. dr. Sardjana, SpOG (K),
SH, Yardi, Ph.D, Apt, dan Fase Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D selaku
Dekan dan pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, MEpid, SpOT selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Dokter.
3. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK dan dr. Alyya Siddiqa, SpFK selaku
dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan penelitian ini.
4. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab riset PSPD 2011,
yang telah membuat kami selalu bersemangat dan menjadikan skripsi
merupakan hal yang menyenangkan.
5. Kedua orang tua Penulis, Mansyur T dan Yuhanna, Kakak Penulis,
Yuniar Kartika Sari,SKM, Adik Penulis, Amri Irzan Kholik dan
Annisa Ayu Sholeha, serta Keluarga Besar Penulis yang ada di Karang
Pendeta, Kecamatan Tiga Dihaji, Kabupaten OKU Selatan, Provinsi
Sumatera Selatan, yang selalu mencurahkan kasih sayangnya,
mendukung dalam suka dan duka, dan selalu mendoakan penulis.
vi
6. Keluarga besar MAN 2 Palembang yang telah memberikan do’a dan
dukungannya kepada penulis.
7. Semua responden yang bersedia mengikuti penelitian ini yaitu anak
SDN 2 Cireundeu di Tangerang Selatan. Semoga segala amal baik
kalian dibalas Allah dengan balasan berkalikali lipat kebaikan.
8. Teman-teman Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2011, dan
semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini masih jauh
dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
saya harapkan demi kesempurnaan penelitian ini.
Akhir kata Wallahul muwaffiq ila aqwamit thoriq
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
“...Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu
dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat...(Q.S. Al Mujadilah:11)”
Penyusun
vii
ABSTRAK
Indra Fauzi. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Konsumsi Makanan
Kariogenik dan Kebiasaan Menggosok Gigi Dengan Karies Gigi Pada Anak SDN
2 Cireundeu Tangerang Selatan.
Latar Belakang: Penyakit gigi dan mulut yang paling sering terjadi adalah karies
gigi. Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan
sementum, yang bersifat kronis progresif. Prevalensi karies pada anak usia
sekolah di Indonesia cukup tinggi yaitu 89%. Kebiasaan konsumsi makanan
kariogenik merupakan salah satu penyebab terjadinya karies gigi. Menggosok gigi
bertujuan untuk membersihkan sisa makanan dan plak untuk mencegah terjadinya
karies dan penyakit mulut yang lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok
gigi dengan karies gigi pada anak SDN 2 Cireundeu. Metode: Jenis penelitian
yang digunakan adalah analitis observasional dengan pendekatan cross sectional.
Sampel yang digunakan sebanyak 70 responden. Hasil: Hasil penelitian
menunujukkan bahwa tingkat konsumsi makanan kariogenik anak SDN 2
Cireundeu termasuk dalam kategori tinggi yaitu 57,1% dan kebiasaan menggosok
gigi yang baik sebesar 62,9% dan didapatkan prevalensi karies gigi sebesar
52,9%. Hasil uji Chi-Square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan
antara tingkat konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi
dengan karies (p=0,678, p=0,107).
Kata kunci : Makanan Kariogenik, Menggosok Gigi, Karies Gigi
ABSTRACT
Indra Fauzi. Medical Education Programme. Relatinonship Between Cariogenic
and Tooth Brushing Habit With Incidence of Dental Caries in School Age
Children at SDN 2 Cireundeu Tangerang Selatan.
Background: The most common dental and oral disease is dental caries. Caries is
a chronic progressive disease of dental hard tissue, including email, dentin and
cementum. The caries prevalence of schoool age children in Indonesia is 89%.
Cariogenic food consumption is one of the cause of dental caries. Tooth brushing
aims to remove leftovers and plaque to prevent dental caries and other oral diases.
The purpose of this study was to determine the relationship of cariogenic food
consumption and tooth brushing habit with dental caries in school age children at
SDN 2 Cireundue. Methods: the research’s method is analytical observational
with cross sectional approach. The sample size was 70 respondents. Results: The
results indicate that the level of consumption of cariogenic food in children at
SDN 2 Cireundeu considered as high category, 57.1% and a good tooth brushing
habit by 62.9% and the prevalence of dental caries 52.9%. Chi-Square test results
showed no significant relationship between the level of consumption of cariogenic
foods and tooth brushing habit with dental caries (p= 0.678, p= 0.107).
Keywords : Cariogenic Food, Tooth Brushing, Dental Caries
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ ii
LEMBARAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................... iii
LEMBARAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3. tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5
2.1. Gigi ............................................................................................................ 5
2.1.1. Bagian Gigi ........................................................................................ 5
2.1.2. Bentuk-bentuk Gigi ............................................................................ 5
2.1.3. Permukaan-permukaan Gigi ............................................................... 6
2.1.4. Jaringan Gigi ...................................................................................... 7
2.1.5. Tahapan Pertumbuhan Gigi ................................................................ 8
2.2. Perkembangan Anak Usia Sekolah ............................................................ 9
2.3. Karies Gigi ............................................................................................... 11
2.3.1. Pengertian Karies Gigi ..................................................................... 11
2.3.2. etiologi Karies Gigi .......................................................................... 11
2.3.3. Proses Terjadinya Karies Gigi .......................................................... 13
2.3.4. Manifestasi Klinis Karies ................................................................. 15
2.4. Makanan Kariogenik ................................................................................ 15
2.4.1. Pengertian Makanan Kariogenik ...................................................... 15
2.4.2. Bentuk Fisik Makanan Kariogenik .................................................. 15
2.4.3. Jenis Makanan Kariogenik ............................................................... 16
2..4.4. Frekuensi Manakanan Kariogenik .................................................. 16
2.5. Kebiasaan Menggosok Gigi ..................................................................... 16
ix
2.6. Kerangka Teori ........................................................................................ 19
2.7. Kerangka Konsep ..................................................................................... 20
2.8. Definisi Operasional ................................................................................ 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 22
3.1. Desain Penelitian ..................................................................................... 22
3.2. Tempat Penelitian .................................................................................... 22
3.3. Populasi dan Subjek Penelitian ................................................................ 22
3.3.1. Populasi target .................................................................................. 22
3.3.2. Populasi terjangkau .......................................................................... 24
3.4. Perkiraan Besar Sampel ........................................................................... 24
3.5. Tenik Penarikan Sampel .......................................................................... 24
3.6. Kriteria Inklusi dan Ekslusi ..................................................................... 24
3.6.1. Kriteria inklusi .................................................................................. 24
3.6.2. Kriteria eklusi ................................................................................... 24
3.7. Instrumen Penelitian ................................................................................ 24
3.8. Prosuder Pengumpulan Data .................................................................... 25
3.9. Analisis Data ............................................................................................ 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 27
4.1. Analisis Univariat .................................................................................... 27
4.1.1. Karakterisitik Responden ................................................................. 27
4.1.2. Tingkat Konsumsi Makanan Kariogenik ......................................... 27
4.1.3. Gambaran Kebiasaan Menggosok gigi ............................................ 28
4.1.4. Karies Gigi ....................................................................................... 29
4.1.5. Lokasi Karies Gigi ........................................................................... 31
4.1.6. Kebiasaan Menggosok Gigi Berdasarkan Umur .............................. 31
4.1.7. Kebiasaan Menggosok Gigi Berdasarkan Jenis Kelamin................. 32
4.1.8. Karies Gigi Berdasarkan Umur ........................................................ 33
4.1.9. Karies Gigi Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................... 34
4.2. Analisis Bivariat ....................................................................................... 35
4.3. Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 38
BAB V PENUTUPAN ........................................................................................... 40
5.1. Simpulan .................................................................................................. 40
x
5.2. Saran ........................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 41
Lampiran ................................................................................................................ 44
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.7. Definisi Operasional ........................................................................... 21
Tabel 4.1. Karakteristik Responden ..................................................................... 27
Tabel 4.2. Tingkat Konsumsi Makanan Kariogenik ............................................ 28
Tabel 4.3. Gambaran Kebiasaan Menggosok Gigi .............................................. 29
Tabel 4.4. Distribusi Umur Responden Berdasarkan Karies Gigi ....................... 30
Tabel 4.5. Distribusi Lokasi Karies Gigi ............................................................. 31
Tabel 4.6. Distribusi jenis kelamin responden berdasarkan kebiasaan
menggosok gigi ................................................................................... 33
Tabel 4.7. Distribusi jenis kelamin responden berdasarkan karies gigi ............... 35
Tabel 4.8. Hubungan antara tingkat konsumsi makanan kariogenik dengan
karies gigi ............................................................................................ 36
Tabel 4.9. Hubungan antara tingkat kebiasaan menggosok gigi dengan karies
gigi pada anak usia sekolah ................................................................. 37
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1. Distribusi kebiasaan menggosok gigi berdasarkan umur ................ 32
Diagram 4.2. Distribusi karies berdasarkan umur ................................................. 34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Anatomi Gigi .................................................................................... 5
Gambar 2.2. Bentuk Gigi ...................................................................................... 6
Gambar 2.3. Permukaan Gigi ................................................................................ 6
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan
prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dengan
tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Upaya
tersebut juga mencakup anak usia sekolah dasar agar tercapai derajat kesehatan
secara optimal. Kesehatan sangat penting bagi mereka, agar dapat bertumbuh
dan berkembang secara optimal dan menjadi sumber daya berkualitas yang
mampu menghadapi tantangan di masa datang.1
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh
yang sangat penting karena dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh
yang lain. Penyakit gigi dan mulut yang paling sering terjadi adalah karies
gigi. Karies gigi merupakan suatu kerusakan jaringan keras gigi email, dentin
dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan dan ditandai dengan adanya kerusakan bahan
organik dan rasa nyeri.2
Karies gigi merupakan salah satu masalah kesehatan serius pada anak
usia sekolah dalam rentang 6 sampai 12 tahun.3 Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2007 dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia
menunjukkan sebanyak 89% anak-anak di bawah usia 12 tahun mengalami
karies gigi. Selain itu 43,4% masyarakat Indonesia berusia 12 tahun ke atas
mempunyai karies aktif (karies yang belum tertangani) dan 67,2% memiliki
pengalaman karies. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit karies atau gigi
berlubang masih menjadi masalah bagi penduduk Indonesia.4
Karies ini banyak terjadi pada anak-anak karena anak-anak cenderung
lebih banyak menyukai makanan dan minuman yang manis dan jarang
membersihkanya.5 Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
karies gigi antara lain adalah bakteri Streptococcus , jenis makanan, kebiasaan
menggosok gigi dan kontrol ke dokter gigi, faktor host yaitu kekuatan dari
permukaan gigi dan adanya plak yang berisi bakteri. Faktor lainnya adalah
2
adanya substrat yang mendukung pertumbuhan bakteri seperti karbohidrat
terfermentasi pada gigi yang akan menyebabkan bakteri dapat bertahan hidup.2
Kebiasaan menggosok gigi juga berhubungan dengan karies gigi.
Perilaku benar dalam menggosok gigi adalah bila seseorang mempunyai
kebiasaan menggosok gigi setiap hari dengan cara dan pada waktu yang benar,
yang dilakukan pada saat sesudah makan dan sebelum tidur.6 Berdasarkan data
Depkes tahun 2007 menunjukkan bahwa 91,1% penduduk Indonesia sudah
menyikat gigi, namun hanya 7,3% yang berperilaku benar. Sementara data dari
Provinsi Banten dan Kota Tangerang menunjukkan sebanyak 94,8% anak
sekolah mempunyai kebiasaan menggosok gigi setiap hari dengan persentase
yang menggosok gigi setelah makan pagi sebesar 9,0% dan sebelum tidur
malam hanya 26,9 %. Sementara itu, persentase masyarakat Kota Tangerang
yang menggosok gigi setiap hari sesudah makan pagi dan sebelum tidur adalah
sebesar 6,4%. Meskipun sebagian besar penduduk Banten sudah rajin
menggosok gigi setiap hari namun ternyata persentase penduduk yang
berperilaku benar dalam menggosok gigi yaitu hanya 4,8%. Data tersebut
menunjukkan bahwa perilaku menggosok gigi penduduk Indonsia khususnya
Kota Tangerang masih buruk.4
Publikasi penelitian tentang karies dan kebiasaan menggosok gigi
terutama pada anak masih sangat sedikit, oleh karena itu peneliti tertarik untuk
meneliti “Hubungan Antara Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan
Menggosok Gigi Dengan Karies Gigi Pada Anak SDN 2 Cireundeu di
Tangerang Selatan”.
3
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan
menggosok gigi dengan kejadian penyakit karies gigi pada anak sekolah
dasar?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Umum
Mengetahui hubungan konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan
menggosok gigi dengan penyakit karies gigi pada anak usia sekolah SDN 2
Cireundeu di Tangerang Selatan
2. Khusus
a. Mengetahui kebiasaan konsumsi makanan kariogenik pada anak-anak
SDN 2 Cireundeu di Tangerag Selatan
b. Mengetahui kebiasaan menggosok gigi pada anak-anak SDN 2
Cireundeu di Tangerag Selatan
c. Mengetahui angka kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN
2 Cireundeu Tangerang Selatan
d. Mengetahui lokasi karies gigi
e. Mengetahui kebiasaan menggosok gigi berdasarkan umur
f. Mengetahui kebiasaan menggosok gigi berdasarkan jenis kelamin
g. Mengetahui angka kejadian karies gigi berdasarkan umur
h. Mengetahui angka kejadian karies gigi berdasarkan jenis kelamin
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Penelitian ini menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Memberikan wawasan, pengalaman, dan keterampilan pada peneliti.
c. Menambah pengetahuan peneliti tentang hubungan konsumsi makanan
kariogenik dan menggosok gigi dengan karies gigi pada anak usia
sekolah.
4
2. Bagi Institusi
a. Memberikan tambahan pengetahuan tentang penelitian ini ke Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Menjadi sumber referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian
yang lebih lanjut.
3. Bagi Masyarakat
a. Memberikan informasi tentang hubungan konsumsi makanan
kariogenik dengan karies gigi pada anak usia sekolah dasar.
b. Memberikan informasi tentang hubungan kebiasaan menggosok gigi
dengan karies gigi pada anak usia sekolah dasar.
c. Memberikan informasi tentang cara menggosok gigi dengan benar.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gigi
2.1.1 Bagian Gigi
Gigi mempunyai beberapa bagian, yaitu7 :
a. Bagian akar gigi, adalah bagian gigi yang tertanam di dalam tulang
rahang (dilindungi) oleh jaringan periodontal.7
b. Mahkota gigi menjulang di atas gusi dan lehernya dikelilingi gusi.7
c. Pulpa berisi sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan serabut saraf.7
Gambar 2.1 Anatomi Gigi8
2.1.2 Bentuk-bentuk Gigi
Gigi terdiri dari dua kelompok, yaitu gigi sementara dan gigi
permanen. Gigi sementara/sulung telah lengkap pada anak yang berusia di
atas dua tahun dan terdiri dari dua puluh gigi. Sementara gigi permanen mulai
muncul pada anak usia 6 tahun dan terdiri atas tiga puluh dua gigi setelah
semuanya lengkap pada orang dewasa. Gigi berturut-turut dimulai dari
tengah ke samping terdiri dari : dua gigi insisivus, satu gigi kaninus, dua gigi
6
premolar, dan tiga gigi molar.7 Bagian-bagian gigi dapat dilihat secara
lengkap pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.2. Bentuk-bentuk Gigi9
2.1.3 Permukaan-permukaan Gigi
Gambar 2.3 Permukaan gigi9
Nama-nama yang dapat dipakai untuk menunjukkan permukaaan gigi
adalah7:
7
a. Permukaan oklusal: permukaan pengunyahan gigi molar dan gigi pre-
molar.
b. Permukaan mesial: permukaan paling dekat garis tengah tubuh.
c. Permukaan lingual: permukaan paling dekat lidah di rahang bawah, di
rahang atas disebut permukaan palatal.
d. Permukaan distal: permukaan paling jauh dari garis tengah.
e. Permukaan bukal: permukaan paling dekat bibir dan pipi.
f. Tepi insisal: gigi-gigi insisvus dan gigi-gigi kaninus mempunyai tepi
potong sebagai pengganti permukaan oklusal.
g. Permukaan proksimal: permukaan-permukaan yang dekat letaknya,
misalnya: permukaan mesial gigi tertentu dapat menyentuh permukaan
distal gigi sampingnya. Kedua permukaan trsebut disebut permukaan
proksimal.
2.1.4 Jaringan Gigi
Gigi terdiri dari beberapa jaringan, yaitu:
a. Enamel
Enamel merupakan bahan yang tidak ada selnya dan juga merupakan
satu-satunya komponen dalam tubuh manusia yang tidak mempunyai
kekuatan reparatif karena itu regenerasi enamel tidak mungkin terjadi.
Susunan enamel merupakan susunan kimia kompleks, sebagian besar
terdiri dari 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, dan fluor), air 1% dan
bahan organik 2%, yang terletak dalam suatu pola kristalin. Karena
susunan enamel yang demikian maka ion-ion dalam cairan rongga mulut
dapat masuk ke enamel bagian dalam dan hal ini memungkinkan
terjadinya transport ion-ion melalui permukaan dalam enamel ke
permukaan luar sehingga akan terjadi perubahan enamel.10
b. Dentin
Seperti halnya enamel, dentin terdri dari kalsium dan fosfor tetapi dengan
proporsi protein yang lebih tinggi (terutama kolagen). Dentin adalah
suatu jaringan vital yang tubulus dentinnya bersi perpanjangan
sitoplasma odontoblas. Sel-sel odontoblas mengelilingi ruangan pulpa
dan kelangsungan hidupnya bergantung pada penyediaan darah dan
8
drainase limfatik jaringan pulpa. Oleh karena itu dentin peka terhadap
berbagai macam rangsangan, misal: rangsangan panas dan dingin dari
gigi , akan menimbulkan sensasi nyeri.10
c. Cementum
Cementum adalah penutup luar tipis pada akar yang mirip strukturnya
dengan tulang.10
d. Pulpa
Pulpa terdapat di dalam gigi dan terbentuk dari jaringan ikat yang
berisikan urat-urat syaraf dan pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai
dentin. Urat-urat syaraf ini mengirimkan rangsangan, seperti panas dan
dingn dari gigi ke otak, dimana hal ini dialami sebagai rasa sakit.
Rangsangan yang membangkitkan reaksi pertahanan adalah rangsangan
dari bakteri (pada karies), rangsangan mekanis (pada trauma, fraktu gigi,
preparasi kavitas, dan keausan gigi), serta bisa juga disebabkan oleh
rangsangan kimia misalnya asam dari makanan, bahan kedokteran gigi
yang toksik, atau dehidrasi dentin yang mungkin terjadi pada saat
preparasi kavitas atau pengeboran gigi.10
2.1.5 Tahapan Pertumbuhan Gigi
a. Masa usia bayi (0-12 bulan)
Gigi susu mulai tumbuh usia 5 bulan. Makanan yang padat dapat
diterima mulut pada usia 5-6 bulan. Mengunyah dimulai usia 6-8 bulan
dan pertumbuhan gigi pertama pada bayi muncul sekitar usia 6-8 bulan.11
b. Masa usia balita (1-3 tahun)
Pada usia ini anak telah memiliki sekitar dua puluh gigi susu, anak sudah
mulai belajar menggosok gigi dan belajar praktik hiegenis dari orang tua.
Pada usia 6 tahun gigi balita mulai tanggal dan diganti dengan gigi
permanen. Anak usia dua tahun biasanya sudah berkeinginan untuk
menggosok gigi secara mandiri, namun anak tetap memerlukan
pengawasan dari orang tua. Tujuan membersihkan gigi pada usia ini
adalah untuk mengangkat plak yang mengandung bakteri yang dapat
menyebabkan karies gigi. Salah satu metode yang paling efektif untuk
9
mengangkat plak adalah menggosok gigi dengan sikat gigi yang kecil,
berbulu pendek dan halus.11
c. Masa usia prasekolah (3-5 tahun)
Memasuki masa usia prasekolah, pertumbuhan gigi primer telah lengkap.
Perawatan gigi pada masa ini sangat penting untuk memelihara gigi
primer. Kontrol motorik halus pada masa ini sudah membaik, tetapi anak
masih membutuhkan bantuan dan pengawasan orangtua dalam
menggosok gigi.11
d. Masa usia sekolah (6-12 tahun)
Gigi susu diganti dengan gigi permanen ada pada usia 12 tahun kecuali
graham kedua dan ketiga. Karies dan ketidakteraturan gigi dalam jarak
gigi adalah masalah kesehatan yang penting.11
2.2 Perkembangan Anak Usia Sekolah
Potter & Perry mengungkapkan bahwa usia sekolah dasar sekitar usia
6 tahun dan diakhiri dengan pubertas sekitar usia 12 tahun, dimana anak
mulai masuk lingkungan sekolah.11
Edelman dan Manddle (2006) juga
mendefinisikan bahwa usia sekolah adalah usia 6 sampai 12 tahun.12
Menurut Potter dan Perry usia sekolah merupakan masa yang rawan
terjadinya kerusakan gigi, karena pada masa itulah gigi susu mulai tanggal
satu persatu dan gigi permanen pertama mulai tumbuh (usia 6-8 tahun).
Dengan adanya variasi gigi susu dan gigi permanen bersama-sama di dalam
mulut, menandai masa gigi campuran pada anak. Gigi yang baru tumbuh
belum matang sehingga rentan terhadap kerusakan.11
Low dkk
mengungkapkan bahwa usia 4 sampai 8 tahun merupakan usia yang paling
rentan menderita karies gigi primer dan 12 sampai 18 tahun untuk gigi
permanen. Oleh karena itu, karies gigi merupakan masalah yang paling utama
pada usia sekolah.13
Anak usia 6 sampai 7 tahun belum mampu menggosok gigi secara
mandiri. Keterampilan menggosok gigi berkaitan dengan perkembangan
motorik halus anak. Motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi merupakan koordinasi yang
10
cermat, seperti mengamati sesuatu, menulis, dan sebagainya.14
Keterampilan
menggosok gigi pada anak pada anak perempuan lebih baik daripada anak
laki-laki. Menurut Low dkk Anak perempuan lebih terampil dalam tugas
yang bersifat praktis, khususnya dalam tugas motorik halus dibandingkan
dengan anak laki-laki.13
Pada usia 8 sampai 10 tahun anak sudah mampu menggosok gigi
secara mandiri. Karena pada usia 8 sampai 10 tahun, anak sedang mengalami
peningkatan keterampilan motorik halus yang membuat anak mampu
melakukan perawatan gigi secara mandiri.11
Pada usia 11 sampai 12 tahun anak sudah mulai ahli dalam melakukan
perawatan gigi.11
Usia 11 sampai 12 tahun juga merupakan periode kritis
dalam pemeliharaan dan peningkatan gaya hidup seseorang. Menurut John W
Santroct pada tahap ini terjadi peningkatan proses metabolisme yang
mengakibatkan kebutuhan energi menigkat, meningkatnya kebutuhan energi
menyebabkan perilaku mengkonsumsi makanan atau mengemil pada anak itu
juga meningkat dan pola makan yang tidak teratur dibandingkan anak usia
lainnya.15
Potter & Perry mengungkapkan bahwa periode sekolah merupakan
periode yang tepat untuk penerimaan pelatihan perilaku dan kesehatan.11
Menurut Edelman & Mendle perawatan gigi yang baik penting untuk
diajarkan dan diterapkan selama usia sekolah. Hal itu dikarenakan, gigi
permanen yang muncul selama periode usia sekolah membutuhkan
kebersihan gigi yang baik dan perhatian yang rutin terhadap adanya karies
gigi.12
Hockenberry dan Wilson menyatakan bahwa merawat gigi yang baik
pada usia sekolah dapat diberikan oleh orang tua dan petugas kesehatan.
Peran orang tua adalah mempelajari teknik menggosok gigi bersama anak,
mengajarkan, mengawasi, dan memadu anak dalam menggosok gigi sampai
mereka menjadi mandiri dalam menjaga kebersihan gigi.16
Edelman dan
Mendle menganjurkan agar petugas kesehatan menggunakan metode promosi
untuk membantu anak usia sekolah dalam memahami hubungan antara
perilaku kesehatan dengan peningkatan kesehatan. Seperti metode bermain
11
peran, membaca buku, dan mendemonstrasikan perilaku seperti menggosok
gigi.12
Menurut Siti Rahayu petugas kesehatan dapat melihat status
kebersihan mulut dengan inspeksi oral sehingga petugas kesehatan mampu
mengetahui kebutuhan anak akan promosi kesehatan mulut. Apabila
ditemukan adanya karies gigi atau keadaan yang tidak sehat, petugas
kesehatan perlu memberikan promosi kesehatan tentang pentingnya
memeriksa gigi secara rutin ke pelayanan kesehatan gigi. Petugas kesehatan
juga mendorong orangtua untuk menigkatkan kebiasan menggosok gigi yang
baik bagi anak usia sekolah.3
2.3 Karies Gigi
2.3.1 Pengertian Karies Gigi
Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin
dan sementum, yang bersifat kronis progresif. Karies gigi terjadi karena
adanya interaksi antara bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm dan diet,
terutama komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak
asam, terutama asam laktat dan asetat. Yang ditandai dengan adanya
demineralisasi jaringan keras gigi dan rusaknya bahan organik akibat
terganggunya keseimbangan email dan sekelilingnya, menyebabkan
terjadinya invasi bakteri serta kematian dapat berkembang ke jaringan
periapeks sehingga dapat menimbulkan nyeri pada gigi.2
2.3.2 Etiologi Karies Gigi
Etiologi karies gigi bersifat multifaktorial, sehingga memerlukan
faktor-faktor penting seperti host, agent, mikroorganisme, substrat dan waktu.
a. Susunan gigi sulung
Gigi-gigi berjejal dan saling tumpang tindih akan mendukung timbulnya
penyakit karies karena daerah tersebut sulit dibersihkan. Susunan gigi
molar sulung rapat sedangkan gigi insisvus sulung renggang. Dari
berbagai penelitian disimpulkan bahwa anak dengan susunan gigi berjejal
lebih banyak menderita penyakit karies daripada yang mempunyai
susunan gigi yang baik.2
12
b. Morfologi gigi sulung
Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap
penyakit karies karies. Morfologi gigi sulung dapat ditinjau dari dua
permukaan2:
1. Permukaan oklusal
Permukaan oklusal gigi molar sulung mempunyai bonjol yang relatif
tinggi sehingga lekukan menunjukkan gambaran curam dan relatif
dalam. Bentuk morfologi gigi sulung pertama atas dalam bentuk dan
ukurannya. Lekukan gigi sulung yang lebih dalam akan
memudahkan terjadinya penyakit karies.2
2. Permukaan halus
Kontak antar gigi tetap adalah kontak titik tetapi kontak antar gigi
sulung merupakan kontak bidang. Bentuk permukaan proksimal gigi
sulung agak datar. Keadaan ini akan menyulitkan pembersihannya.
Sehingga penyakit karies gigi dapat terjadi.2
c. Plak
Plak terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti
mucin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dengan sisa-sisa
makanan serta bakteri. Plak in mula-mula berbentuk agar cair yang lama
kelamaan menjadi kelat, dimana tempat bertumbuhnya bakteri.2
d. Saliva
Saliva merupakan pertahanan pertama terhadap penyakit karies. Selain
itu fungsi saliva juga sebagai pelicin, pelindung, buffer, pembersih, anti
pelarut dan anti bakteri. Namun juga demikian juga memegang peranan
penting lain yaitu dalam proses terbentuknya plak gigi, saliva juga
merupakan media yang baik untuk kehidupan mikroorganisme tertentu
yang berhubungan dengan penyakit karies gigi.2
e. Mikroorganisme
Mikroorganisme di dalam mulut yang berhubungan dengan penyakit
karies antara lain Streptococcus, Lactobacillus, Actinomices.
Mikrorganisme ini menempel di gigi bersama dengan plak atau debris.
Plak gigi adalah media lunak yang menempel erat di gigi.2
13
f. Waktu
Kecepatan kerusakan gigi akan jelas terlihat dengan timbulnya penyakit
karies menyeluruh dalam waktu singkat. Selain itu keadaan yang dapat
menyebabkan substrat lama berada dalam mulut ialah kebiasaan anak
menahan makanan di dalam mulut di mana makanan tidak cepat-cepat
ditelan.2
g. Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat
dibagi menjadi 2:
1. Isi makanan menghasilkan energi, misalnya: karbohidrat, protein,
lemak, vitamin serta mineral-mineral. Unsur-unsur tersebut di atas
berpengaruh pada masa pra-erupsi serta pasca erupsi gigi geligi.2
2. Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan. Makn-makanan yang
bersifat membersihkan ini adalah: apel, jambu air, bengkuang dan
sebagainya. Sebaliknya makan-makanan yang lunak dan melekat
pada gigi seperti: bonbon, coklat, biskuit dan lain sebagainya.2
h. Unsur Kimia
Unsur-unsur kimia juga mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies
gigi. Unsur kimia yang paling berpengaruh persentase terjadinya karie
gigi adalah fluor. Keberadaan fluor ini dibutuhkan untuk proses
remineralisasi. Kadar fluor pada gigi manusia bergantung pada
ketersediaan fuor di dalam air minum atau makanan yang mengandung
fluor.2
2.3.3 Proses Terjadinya Karies Gigi
Pada hakikatnya, proses karies gigi berjalan lambat. Proses karies
umumnya juga sudah terjadi lama sebelum tanda-tanda klinis terlihat. Oleh
karena itu, karies gigi dapat disebut juga sebagai penyakit multifaktor yang
kronis.17
Salah satu faktor penyebab karies gigi adalah bakteri yang ada di
dalam mulut. Salah satu bakteri tersebut adalah Streptococus. Bakteri ini
berkumpul membentuk suatu lapisan lunak dan lengket yang disebut dengan
14
plak yang menempel pada gigi. Sebagian plak di dalam gigi ini mengubah
gula dan karbohidrat yang berasal dari makanan dan minuman yang masih
menempel di gigi menjadi asam yang bisa merusak gigi dengan cara
melarutkan mineral-mineral yang ada di dalam gigi atau terjadi
demineralisasi.17
Bila proses demineralisasi telah terjadi, maka hasil selanjutnya akan
ditentukan oleh kekuatan remineralisasi. Kemungkinan yang dapat terjadi
bisa berupa terhentinya perkembangan karies gigi jika kemampuan
remineralisasi cukup kuat untuk menanggulangi proses demineralisasi atau
terbentuk karies gigi yang kronis jika proses demineralisasi berlangsung
lambat sementara proses remineralisasi cukup aktif. Selain itu, kemungkinan
lainnya bisa berupa terbentuknya karies jika proses remineralisasi tidak cukup
kuat untuk mengimbangi proses demineralisasi yang cepat atau
berkembangnya erosi jika proses demineralisasi yang tidak diimbangi dengan
proses remineralisasi sedikitpun.17
Demineralisasi
Komponen mineral gigi tersusun atas hidroksiapatit
(Ca10(PO4)6(OH)6). Dalam keadaan lingkungan netral, mineral hidroksiapatit
ini berada dalam kondisi seimbang dengan lingkungan lokal (saliva) yang
bersupersaturasi dengan ion kalsium dan fosfat.17
Hidroksiapatit bersifat reaktif terhadap ion hidrogen ketika lingkungan
berada dalam kondisi pH di bawah 5,5 (pH kritis). Ketika hal ini terjadi, ion
PO4-3
akan berubah menjadi HPO4-2
karena penambahan ion H+. Akibatnya,
HPO4-2
yang terbentuk ini tidak mampu menjaga hidroksiapatit dalam kondisi
seimbang sehingga akhirnya kristal hidroksiapatit larut. 17
Remineralisasi
Proses demineralisasi yang disebutkan sebelumnya dapat
dikembalikan jika pH dinetralisir sehingga terdapat cukup ion kalsium (Ca2+
)
dan fosfat (HPO4-3
) di lingkungan rongga mulut. Kondisi remineralisasi ini
dapat dicapai baik melalui kemampuan dapar saliva maupun melalui ion Ca2+
dan HPO4-3
yang tersimpan di dalam saliva. Adanya ion fluoride (F-) dapat
memperkuat reaksi ini.17
15
2.3.4 Manifestasi Klinis Karies
Tanda dan gejala karies antara lain17
:
a. Terdapat lesi
b. Tampak lubang pada gigi
c. Bintik hitam pada tahap karies awal
d. Kerusakan leher gigi
e. Sering terasa ngilu bila lubang sampai ke dentin
f. Sakit berdenyut-denut di gigi
g. Timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan kemasuan makanan terutama
di malam hari
h. Jika sudah parah akan terjadi peradangan dan timbul nanah
2.4 Makanan Kariogenik
2.4.1 Pengertian Makanan Kariogenik
Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan karies
gigi. Menurut Riani (2005) makanan kariogenik berupa makanan yang manis-
manis seperti permen, coklat, kue-kue, gula dan lain-lain dimana makanan
tersebut termasuk dalam karbohidrat berbentuk tepung atau cairan yang
bersifat lengket serta hancur di dalam mulut. Makanan kariogenik tersebut
adalah makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi karena ada
kaitannya antara karbohidrat dengan pembentukan plak pada permukaan
gigi.18
2.4.2 Bentuk Fisik Makanan Kariogenik
Menurut Riani bentuk fisik makanan kariogenik yang sering di
konsumsi oleh anak terutama pada anak sekolah dasar (SD) adalah makanan
manis, lengket, dan berbentuk menarik. Coklat, permen, roti isi, kue-kue, dan
biskuit merupakan contoh makanan kariogenik yang mengandung gula tinggi
serta mempunyai korelasi tinggi dengan kejadian karies gigi. konsumsi
makanan kariogenik yang sering dan berulang-ulang akan menyebabkan pH
plak di gigi menjadi dibawah normal, kemudian pH plak dibawah normal
tersebut men.yebabkan demineralisasi enamel sehingga terjadi pembentukan
karies gigi.18
16
2.4.3 Jenis Makanan Kariogenik
Menurut Riani karbohidrat yang berhubungan dengan penyakit karies
adalah polisakarida, sukrosa, disakarida, dan monosakarida. Dari jenis
karbohidrat tersebut yang paling banyak menyebabkan karies adalah sukrosa.
Sukrosa mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan
mikroorganisme asidogenik. Sukrosa juga di metabolisme dengan cepat untuk
menghasilkan zat-zat asam.18
2.4.4 Frekuensi Makanan Kariogenik
Menurut Arisman konsumsi makanan kariogenik di antara jam makan
dan pada saat makan berhubungan dengan peningkatan panyakit karies yang
besar. Selain itu juga semakin tinggi anak mengkonsumsi makanan
kariogenik maka indeks penyakit karies gigi semakin tinggi.5 Makanan manis
akan dinetralisir oleh air ludah setelah 20 menit, maka apabila setiap 20 menit
sekali mengkonsumsi makanan manis akan mengakibatkan gigi lebih cepat
rusak. Sebaiknya makanan manis lebih baik dimakan pada saat jam makan
utama, seperti sarapan, makan siang, dan makan malam, karena pada waktu
jam makan utama biasanya air ludah yang dihasilkan cukup banyak, sehingga
membantu membersihkan gula dan bakteri yang menempel pada gigi.18
2.5 Kebiasaan Menggosok gigi
Menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa makanan, bakteri,
dan plak. Dalam membersihkan gigi harus memperhatikan pelaksanaan waktu
yang tepat dalam membersihkan gigi, penggunaan alat yang tepat untuk
membersihkan gigi. Oleh karena itu, kebiasaan menggosok gigi merupakan
tingkah laku manusia dalam membesihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang
dilakukan secara terus menerus.11
Frekuensi menggosok gigi setidaknya empat kali sehari (setelah
makan dan sebelum tidur) adalah dasar program hygiene gigi yang efektif.
Kebiasan merawat gigi minimal dua kali sehari pada waktu yang tepat pada
pagi dan malam hari sebelum tidur serta perilaku konsumsi makanan yang
manis dan lengket dapat mempengaruhi terjadinya karies gigi.11
17
Potter & Perry mengungkapkan bahwa menggosok gigi yang baik
yaitu dengan gerakan yang pendek dan lembut serta dengan tekanan yang
ringan, dengan memusakan pada daerah yang terdapat plak, yaitu di tepi gusi
(perbatasan gigi dan gusi), permukaan kunyah gigi dimana terdapat fissure
atau celah-celah yang sangat kecil dan sikat gigi yang paling belakang.
Menggosok gigi harus memiliki pegangan yang lurus, dan memliki bulu yang
cukup kecil untuk menjangkau semua bagian mulut. Cara menggosok gigi
yang baik adalah membersihkan seluruh bagian gigi dengan gerakan
lembut.11
Menurut Hayanti Destiyanti Terdapat 5 metode menggosok gigi
yaitu, Bass, S Stillman, Horizontal, Vertical, dan Roll yang paling sering
direkomendasikan. Metode yang paling umum digunakan adalah metode
horizontal, metode roll, dan metode vertical. Metode horizontal dilakukan
dengan cara menyikat gigi dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. Metode ini
sesuai dengan permukaan oklusal gigi, mudah diterapkan, dan dapat
membersihkan sulkus interdental.19
Menurut Pintauli S dan Hamada metode vertikal dilakukan untuk
menyikat gigi bagian depan gigi, kedua rahang tertutup lalu gigi disikat
dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Metode ini sederhana dan dapat
membersihkan plak tetapi tidak mampu menjangkau semua bagian gigi
seperti metode horizontal dengan sempurna.20
Metode roll adalah cara menyikat gigi dengan ujung bulu sikat
diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi sehingga sebagian bulu sikat
menekan gusi. Ujung bulu Sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala
sikat gigi bergerak membentuk lengkungan melalui permukaan gigi. Metode
roll dianggap dapat membersihkan plak dengan baik dan dapat menjaga
kesehatan gusi dengan baik, teknik ini dapat diterapkan pada anak umur 6-12
tahun.20
Tarigan mengungkapkan bahwa membersihkan mulut merupakan hal
yang penting sebagai suatu cara untuk menghindari terjadinya karies gigi,
yaitu menggosok gigi secara baik dan benar serta teratur, setelah
mengkonsumsi makanan, terutama makanan yang mengandung karbohidrat
18
yang telah diolah, yang dapat menempel di permukaan gigi, ketika
menggosok gigi sangat penting menyikat semua permukaan gigi, sehingga
kita membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 menit untuk menggosok gigi.21
19
2.6 Kerangka Teori
Keterangan :
= Meningkatkan
= Mengurangi
Kebiasaan menggosok gigi
yang kurang baik
Kebiasaan mengkonsumsi
makanan kariogenk
Akumulasi plak
Substrat
karbohidrat
Karies
Pergantian gigi susu
menjadi gigi
permanen
Kerentanan gigi
permanen baru
Mengandung bakteri
Streptoccus mutans
dan Lactobacillus
Fermentasi
Asam
Produksi saliva
Mengandung
Fluor
Remineralisasi Demineralisasi
kerusakan enamel
Anak Usia Sekolah
Waktu
Kebiasaan menggosok gigi:
- Frekuensi menggosok gigi (2-4x/hari)
- Cara menggosok gigi (horizontal, roll, vertical)
- Waktu menggosok gigi (setelah makan dan sebelum tidur)
20
2.7 Kerangka Konsep
Kebiasaan menggosok gigi:
- Frekuensi menggosok
gigi
- Waktu menggosok gigi
- Cara menggosok gigi
- Alat menggosok gigi Kebiasaan mengkonsumsi
makanan kariogenik
Karies Gigi
21
2.7 Definisi Operasional
No Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
ukur
1. Usia Usia sekolah 9-12 tahun Mengisi data
demografi
pada
kuisioner
yang
diberikan
Kuesioner Usia responden
dalam tahun
Interval
2. Jenis
Kelamin
Berjenis kelamin laki-
laki atau perempuan
Mengisi data
demografi
pada
kuisioner
yang
diberikan
Kuesioner 1 laki-laki
2 perempuan
Nominal
3. Kebiasaan
menggosok
gigi
Kegiatan membersihkan
gigi dari plak secara
mekanis untuk mencegah
penyakit mulut, menjaga
keindahan gigi dan
menghilangkan bau
mulut. Kebiasaan
menggosok gigi ini
meliputi waktu,
frekuensi, alat,dan
teknikmenggosok gigi
Wawancara Kuesioner Skala likert
0 tidak pernah
1. jarang
2. kadangkadang
3. selalu
Kemudian diukur
dengan cut of
point nilai mean
1. kurang bila skor
<28,34
2. baik bila skor
≥28,34
Ordinal
4. Tingkat
konsumsi
makanan
kariogenik
Frekuensi konsumsi
makanan yang dapat
menyebabkan karies gigi.
Makanan kariogenik
merupakan makanan
yang manis dan mudah
lengket seperti permen,
coklat, kembang gula dll.
Wawancara Kuesioner 0 tidak pernah
1. konsumsi 1-3x
/minggu
2. konsumsi
4-6x/minggu
3. konsumsi ≥
1x/hari
Kemudian dibagi
menjadi 3 kategori
1 > rendah bila
skor 0-10
2 > sedang bila
skor 11-20
3 > tinggi bila skor
21-30
Ordinal
5. Karies gigi Karies yang dapat
terlihat secara kasat mata
adalah lubang pada gigi
yang telah mengalami
perubahan warna
menjadi hitam atau
kecoklatan
Pemeriksaan
fisik
Lembar
observasi
dan
penlight
0 >tidak ada karies
gigi
1 > karies gigi
Nominal
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik
observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk
mengetahui hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan
menggosok gigi dengan karies gigi pada anak SDN 2 Cireundeu Tangerang
Selatan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Cireundeu Tangerang Selatan dan
dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juli 2016.
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian
3.2.1 Populasi target
Populasi target pada penelitian ini adalah anak sekolah dasar berusia 9
sampai 12 tahun.
3.2.2 Populasi terjangkau
Populasi terjangkau adalah anak sekolah dasar berusia 9 sampai 12
tahun di SD Negeri 2 Cireundeu Tangerang Selatan. Sampel penelitian
adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi penelitian
3.4 Perkiraan Besar Sampel
Perkiraan besar sampel minimal pada penelitian ini dihitung
menggunakan rumus
n = [ √ √
]
Peneliti menetapkan kesalahan tipe I sebesar 5% dan kesalahan tipe II
sebesar 20%. Proporsi penderita karies gigi yang telah diketahui adalah
sebesar 60% (Rahahayu Setiyawati) dan OR (odds ratio) yang dianggap
bermakna adalah 2, jadi :
23
Zα = 1,96
Zβ = 0,842
P2 = 0,6
Q2 = 0,4
OR =
2 =
=
P1 = 0,82
Q1 = 0,18
P1-P2 = 0,22
P = 0,71
Q = 0,29
[ √ √
]
= 65,34
Jadi jumlah sampel yang diambil untuk keperluan dalam peneltian ini
dibulatkan dari hasil perhitungan diatas menjadi 70 responden.
3.5 Teknik Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random
sampling. Stratified random sampling adalah cara mengambil sampel dengan
memperhatikan strata (tingkatan) di dalam populasi agar semua sifat dalam
populasi dapat terwakili. Sampel diambil proporsional menurut besarnya unit
yang ada di dalam masing-masing strata dan unit sampel diambil secara acak di
dalam masing-masing strata.
24
3.6 Kriteria Inklusi dan Eklusi
3.6.1 Kriteria Inklusi
Anak usia 9 sampai 12 tahun dari kelas 4 sampai 6 SD
Bersedia mengikuti proses penelitian dan mendapatkan persetujuan
dari orang tua
3.6.2 Kriteria Ekslusi
Tidak mengembalikan inform consent atau tidak mendapat
persetujuan dari orang tua
Sakit atau tidak hadir
Tidak kooperatif selama proses penelitian berlangsung
3.7 Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data primer dalam penelitian ini adalah
kuisioner, lembar observasi dan alat diagnosa berupa pen light. Kuesioner
adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini tersusun secara
terstruktur dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab responden. Adapun
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 bagian:
a. Kuesioner A digunakan untuk mengkaji data demografi yang terdiri atas
nama responden, umur responden, dan jenis kelamin responden.
b. Kuesioner B digunakan untuk mengkaji kebiasaan menggosok gigi berisi 11
pertanyaan tertutup. Kuesioner ini diambil dari penelitian Siti Halimah
Hafsari (2012). Masing-masing pertanyaan akan diberi skor, yaitu selalu (3),
kadang-kadang (2), jarang (1), tidak pernah (0). Skor total seluruh kuesioner
yang dijawab oleh responden akan dirata-ratakan untuk menentukan nilai
cut of point dan diperoleh hasil 28,5. Kemudian peneliti menggunakan nilai
cut of point ini untuk menentukan kategori baik atau kurang baik. Baik
apabila skor total > 28,5, kurang baik apabila skor total < 28,5.
c. Kuesioner C terdiri dari 10 pertanyaan yang digunakan untuk mengkaji pola
jajan anak (meliputi jenis jajanan dan frekuensi jajan) dengan wawacara
untuk membimbing anak dalam mengisi formulir food frequency. Kuesioner
ini diambil dari penelitian Meishi PRL (2011). Masing-masing pernyataan
25
akan diberi skor, yaitu ≥ 1x/minggu (3), 4-6x/minggu (2), 1-3x/minggu (1),
tidak pernah (0). Skor total kuesioner yang dijawab oleh responden akan
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu rendah (≤10), sedang (11-20),
dan tinggi (21-30).
d. Lembar observasi, untuk memperoleh data karies gigi diperoleh dari
pemeriksaan langsung dengan menggunakan alat diagnosa yaitu penlight
untuk observasi karies gigi. Untuk anak yang memiliki gigi yang telah
tanggal akan ditanyakan kepadanya apakah gigi tersebut sebelum tanggal
ada lubangnya atau tidak, apabila ada lubangnya maka anak akan
dimasukkan dalam kategori karies gigi. Kemudian hasilnya dicatat oleh
peneliti dalam lembar observasi.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data gambaran umum SDN 2
Cireundeu Tangerang Selatan meliputi data jumlah siswa dengan dokumen
yang ada di kantor kepala sekolah.
3.8 Prosedur Pengumpulan Data
Peneliti mengajukan permohonan pembuatan surat izin penelitian ke
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tujuan kepada Kepala Sekolah SDN
2 Cireundeu Tangerang Selatan. Kemudian peneliti mendatangi SDN 2
Cireundeu dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dengan meminta
persetujuan kepada responden apakah berkenan mengisi kuisioner.
Pengumpulan data penelitian menggunakan kuisioner kebiasaan konsumsi
makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi yang diisi oleh responden
dan mengobservasi gigi untuk melihat ada atau tidaknya karies gigi. Kuisioner
dan lembar observasi yang telah diisi lengkap kemudian dilakukan pengolahan
dan analisa data.
3.9 Analisa Data
Peneliti melakukan pengolahan data sebeleum melakukan analisis data
penelitian, yaitu :
26
a. Editing
Peneliti memeriksa kelengkapan jawaban pada setiap kuisioner yang telah
diisi
b. Coding
Peneliti memberikan kode berdasarkan jawaban responden yang kemudian
dipindahkan dalam tabel jawaban.
c. Cleansing
Peneliti memastikan data telah bersih dari kesalahan setelah dipindahkan
ke dalam tabel.
d. Scoring
Peneliti memasukkan data ke dalam program komputer untuk dianalisis.
Data penelitian ini dianalisis sesuai dengan prosedur analisis data suatu
penelitian. Adapun analisis yang dilakukan peneliti, yaitu:
a. Analisa Univariat
Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel,
baik variabel bebas (Kebiasaan Menggosok gigi dan kebiasaan konsumsi
makanan kariogenik) dan variabel terikat (karies gigi) dalam bentuk angka
dan kategori.25
b. Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel yang diduga berhubungan
satu sama lain.18
Analisis bivariat antara variabel kebiasaan menggosok
gigi dengan karies gigi dan kebiasaan mengkonsumsi makanan kariogenik
dengan karies gigi menggunakan rumus uji chi-square. Uji chi-square -
digunakan untuk menguji dua variabel kategori.25
27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Univariat
Hasil analisis univariat dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis
kelamin, frekuensi makanan kariogenik, kebiasaan menggosok gigi, karies
gigi, usia dan jenis kelamin berdasarkan kebiasaan menggosok gigi, serta usia
dan jenis kelamin berdasarkan kebiasaan menggosok gigi.
4.1.1 Karakterisitik Responden
Karakterisitik reponden dalam penelitian terdiri dari usia dan jenis
kelamin reponden. Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa responden dalam
penelitian ini berusia dalam rentang 9-12 tahun yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan, sebagian besar respoden berusia 10 tahun dan berjenis kelamin
perempuan.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia dan jenis kelamin
di SD Negeri 2 Cireundeu Tangerang Selatan 2016
Karakteristik Responden Jumlah Persentase (%)
Usia
9 7 10,0
10 25 35,7
11 18 30,9
12 20 28,6
Jenis kelamin Laki 31 44,3
Perempuan 39 55,7
4.1.2 Tingkat Konsumsi Makanan Kariogenik
Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden
dalam penelitian ini mengkonsumsi makanan kariogenik dengan kategori
yang tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Avryandari Galib
28
(2015), bahwa dari 57 responden sebagian besar responden mengkonsumsi
makanan kariogenik dengan kategori tinggi yaitu sebanyak 42 anak
(73,7%).22
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Meishi PRL (2011)
yang menyatakan bahwa hampir sebagian besar responden mengkonsumsi
makanan kariogenik.23
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat konsumsi
makanan kariogenik
Tinkat konsumsi
makanan kariogenik
Jumlah Persentase(%)
Rendah 1 1,4
Sedang 29 41,4
Tinggi 40 57,1
Total 70 100
Tingginya konsumsi makanan kariogenik, menurut Arisman (2007)
adalah karena anak-anak cenderung menggemari jajanan yang dikemas
dengan menarik dan rasa yang manis. Gula yang terkandung dalam makanan
manis akan diubah menjadi asam oleh bakteri, yang kemudian asam tersebut
akan melarutkan enamel gigi. Makanan kariogenik juga bersifat lengket
sehingga dapat melekat pada permukaan gigi dan sulit untuk dibersihkan.5
4.1.3 Gambaran Kebiasaan Menggosok Gigi
Penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdiri dari 11 pertanyaan
dengan skor tertinggi adalah tigapuluh tiga dan terendah adalah nol. Peneliti
menghitung rata-rata skor seluruh responden, yaitu sebesar 28,34 untuk
menentukan kategori baik (>28,34) dan kurang baik (<28,34). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden
menerapkan kebiasaan menggosok gigi dengan baik, yaitu 44 anak (62,9%)
dan 26 anak (37,1%) kurang baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Siti
Halimah Hafsari (2013) yang menyatakan bahwa hampir sebagian besar
(53%) responden telah menerapkan kebiasaan menggosok gigi dengan baik.23
29
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan menggosok gigi
Kebiasaan menggosok
gigi
Jumlah Presentase (%)
Kurang baik 26 37,1
Baik 44 62,9
Total 70 100
Menggosok gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk
penyingkiran plak secara mekanis. Menggosok gigi yang baik harus
memperhatikan waktu pelaksanaan yang tepat, penggunaan alat yang tepat
untuk membersihkan gigi, dan cara yang tepat. Potter & Perry berpendapat
bahwa usia anak sekolah adalah masa-masa laten yang rawan, karena pada
masa itulah gigi susu mulai tanggal satu persatu dan gigi permanen pertama
mulai tumbuh. Gigi yang baru tumbuh sangat rentan terhadap kerusakan.11
Oleh karena itu menggosok gigi adalah cara yang tepat untuk mencegah
terjadinya karies gigi. Sisa makanan yang menempel di sela-sela dan di
permukaan gigi apabila tidak dibersihkan akan mengalami pembusukan oleh
bakteri Streptococcus mutan. Hasil pembusukan akan menghasilkan asam
yang dapat melarutkan enamel sehingga akan menjadi karies gigi.2
4.1.4 Karies Gigi
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi karies
gigi pada anak kelas 4-6 SD di SDN 2 Cireundeu cukup tinggi, yaitu
sebanyak 37 anak (52,9%). Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa
penelitian yang serupa yang menunjukkan angka kejadian karies gigi pada
anak usia sekolah dasar cukup tinggi. Di Kabupaten Karangasem, prevalensi
karies gigi pada anak usia sekolah dasar mencapai 58,8%, sementara di Jawa
Barat pada tahun 2011 mencapai 85%.25
Hasil tersebut sesuai dengan teori
Potter dan Perry yang menyatakan bahwa masalah gigi yang paling utama
terjadi pada usia sekolah adalah karies.11
30
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan karies gigi
Karies gigi Jumlah Persentase (%)
Tidak ada 33 47,1
Ada 37 52,9
Total 70 100
Karies akan menimbulkan dampak negatif bagi penderitanya.
Menurut Low dkk pada umumnya anak yang menderita karies akan
mengalami keluhan sakit gigi, kesulitan untuk memakan makanan tertentu,
makan sedikit atau sulit untuk menyelesaikan makanan yang disajikan, tidak
bisa tidur nyenyak, dan sebagian anak menerima laporan negatif dari sekolah
seperti kurangnya kerja sama, dan tidak bermain dengan anak-anak lain.
Selain itu, karies gigi juga dapat menyebabkan sakit dan infeksi bahkan
terjadi abses alveolar gigi.13
31
4.1.5 Lokasi Karies Gigi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lokasi karies gigi pada anak
SDN 2 Cireundeu sebagian besar terdapat di gigi bagian samping yaitu, gigi
bagian molar dan premolar sementara gigi bagian depan meliputi gigi incissor
dan caninus. Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa permukaan
oklusal gigi molar lebih mudah terserang karies karena memiliki pit dan fisur
yang dalam, oleh karena itu banyak sisa makanan kecil yang masih tersisa di
gigi molar pertama permanen yang apabila tidak dibersihkan dengan baik
dapat berubah menjadi plak gigi dan berlanjut menjadi karies.2
Tabel 4.5 Distribusi lokasi karies gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri 2
Cireundeu Tangerang Selatan
Lokasi karies
gigi
Tidak ada Ada Jumlah
N % N % N %
Atas-depan 55 78,6 15 21,4 70 100
Bawah-depan 67 95,7 3 4,3 70 100
Atas-samping 46 65,7 24 34,3 70 100
Bawah-samping 36 51,4 34 48,6 70 100
4.1.6 Kebiasaan Menggosok Gigi Berdasarkan Umur
Dalam penelitian ini sebagian besar responden (62,9%) telah
menerapkan kebiasaan menggosok gigi dengan baik. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar anak berusia 9 tahun (71,4%) telah
menerapkan kebiasaan menggosok gigi dengan baik. Hasil ini sesuai dengan
teori Potter & Perry (2005) yang menyatakan bahwa anak sudah mampu
merawat gigi secara mandiri pada usia 8 sampai 12 tahun. Responden berusia
10 tahun pada penelitian ini yaitu sebesar 72% telah menerapkan kebiasaan
menggosok gigi dengan baik. Sementara responden berusia 11 dan 12 tahun
dalam penelitian lebih sedikit menerapkan kebiasaan menggosok gigi dengan
baik. Hal ini terjadi mungkin karena distribusi data umur pada penelitian ini
32
tidak normal sehingga data ini tidak dapat mewakili karakteristik populasi
tersebut berdasarkan umurnya.3 Tingkat pengetahuan siswa tentang cara
memelihara kesehatan gigi dan mulut juga berperan penting terhadap kejadian
karies gigi.11
Tingginya persentase menggosok gigi yang baik pada anak usia
sekolah di SDN 2 Cireundeu mungkin karena adanya penyuluhan rutin yang
dilakukan oleh Puskesmas Ciputat di sekolah ini untuk meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran siswa tentang pentingnya memelihara kesehatan
gigi dan mulut.
Diagram 4.1 Distribusi kebiasaan menggosok gigi berdasarkan umur
4.1.7 Kebiasaaan Menggosok Gigi Berdasarkan Jenis Kelamin
Pada penelitian ini responden yang berjenis kelamin perempuan lebih
banyak menerapkan kebiasaan menggosok gigi dengan baik dibandingkan
responden laki-laki. Dalam penelitian Rahayu Setiyawati dan Siti Alimah
Hafsari menyatakan bahwa anak perempuan lebih banyak menerapkan
kebiasaan menggosok gigi yang baik dibandingkan anak lak-laki. Hal ini
mungkin karena pada umumnya perempuan lebih memperhatikan penampilan
diri dan kebersihan dibandingkan laki-laki.3,23
71,40% 72%
55,60% 55%
28% 28%
44,40% 45%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun
baik
kurang baik
33
Tabel 4.6 Distribusi kebiasaan menggosok gigi berdasarkan jenis kelamin
Jenis
kelamin
Kebiasaan menggosok gigi Jumlah
Kurang Baik
N % N % N %,
Laki-laki 14 45,2 17 54,8 31 100
Perempuan 12 30,8 27 69,2 39 100
Total 26 37,1 44 62,9 70 100
4.1 Karies Gigi Berdasarkan Umur
Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah anak usia 9
sampai 12 tahun. Pada penelitian ini sebagian besar responden mengalami
karies gigi, yaitu sebanyak 52,9% anak. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Setiyawati Rahayu (2013) yang menjelaskan bahwa sebagian besar
anak usia 6 sampai 12 tahun memiliki karies gigi (60%).3 Hasil penelitian
Siti Halimah Hafsari (2014) mengungkapkan bahwa sebagian besar (66,7%)
anak usia usia 9 sampai 12 tahun mengalami karies gigi. Hal ini mungkin
terjadi karena pada anak usia sekolah telah terdapat gigi permanen yang baru
tumbuh sehingga rentan mengalami karies gigi.11
Diagram 4.2 Distribusi karies gigi berdasarkan umur
71,40%
32%
72%
55%
28,60%
68%
27,28%
45%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
9 tahun 10 tahun 11 tahun 12 tahun
Tidak
Karies
34
4.1.9 Karies Gigi Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih banyak
mengalami karies gigi (61,3%) dibandingkan dengan anak perempuan
(46,2%). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Rahayu Setiayawati dan
Siti Alimah Hafsari yang menyatakan bahwa anak laki-laki lebih banyak
mengalami karies gigi dibandingan anak perempuan. Hal ini mungkin tejadi
dikarenakan anak perempuan lebih memperhatikan kebersihan gigi dan mulut
dibandingkan anak laki-laki.3,11
Karena jenis kelamin bukan merupakan salah
satu faktor internal penyebab terjadinya karies gigi maka mungkin penelitian
yang dilakukan di tempat yang berbeda akan menunjukkan hasil yang
berbeda.
Tabel 4.7 Distribusi jenis kelamin berdasarkan karies gigi
Jenis kelamin
Karies Jumlah
Ada Tidak ada
n % n % n %
Laki-laki 19 61,3 12 38,7 31 100
Perempuan 18 46,2 21 53,8 39 100
Total 37 52,9 33 47,1 70 100
35
4.2 Analisis Bivariat
Hasil analisis bivariat dalam sifat ini meliputi hubungan antara tingkat
konsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi, hubungan antara kebiasaan
menggosok gigi dengan karies gigi, hubungan antara menggosok gigi depan
dengan cara memutar dengan karies gigi pada gigi bagian depan atas dan
bagian depan bawah, hubungan antara menggosok gigi depan dengan cara
maju mundur pada bagian depan atas dan bagian depan bawah, hubungan
antara menggosok gigi bagian samping dengan cara memutar dengan karies
gigi samping atas dan bawah, hubungan antara menggosok gigi samping
dengan cara maju mundur dengan karies gigi samping atas dan bawah.
4.2.1 Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Makanan Kariogenik dengan
Karies Gigi
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi karies
gigi pada anak kelas 4-6 SD di SDN 2 Cireundeu cukup tinggi, yaitu sebayak
37 anak (52,9%) mengalami karies gigi. Responden yang mengkonsumsi
makanan kariogenik dengan kategori tinggi sebanyak 40 orang (57,1%)
sementara responden kategori sedang sebanyak 29 responden (41,4%) dan
kategori ringan sebanyak 1 orang (1,4%).
Tabel 4.8 Hubungan antara tingkat konsumsi makanan kariogenik dengan
karies gigi
Tingkat
konsumsi
makanan
kariogenik
Karies Jumlah P
value Ada Tidak ada
N % N % N %
Rendah-
sedang
15 50 15 50 30 100
0,678
Tinggi 22 55 18 45 40 100
Total 37 52,9 33 47,1 70 100
36
Berdasarkan uji chi square didapat p Value sebesar 0,678 dengan
koefesien korelasi 0,05. Tapi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak
dengan tingkat konsumsi makanan kariogenik yang tinggi lebih berisiko
mengalami karies gigi dibandingkan responden dengan tingkat sedang dan
jarang. Oleh karena p-value = 0,678 > α (0,05), disimpulkan terdapat
hubungan yan tidak signifikan antara tingkat konsumsi makanan kariogenik
dengan kejadian karies gigi pada anak SDN 2 Cirendeu Tangerang Selatan.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Agus Rosidi dkk yang dilakukan
di SDN I Gogodalem yang mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara konsumsi makanan kariogenik dan kejadian karies pada
anak usia sekolah.26
Penelitian yang dilakukan oleh Meishi PRL (2011) juga
menunjukkan hubungan yang signifikan antara mengkonsumsi makanan
kariogenik dan angka kejadian karies gigi di SD Swasta Muhammadiyah 08
Medan dengan p Value = 0,00.23
Hal ini mungkin terjadi karena responden
sudah menerapkan perilaku pemeliharan kesehatan gigi dengan baik sehingga
mencegah terjadinya karies gigi, karena beberapa reponden dengan tingkat
konsumsi makanan kariogenik yang tinggi yang menerapkan kebiasaan
menggosok gigi dengan baik terutama setelah makan bebas dari karies gigi.
Menurut teori Mahfoedz (2005) kebiasaan makan makanan yang bersifat
kariogenik sebenarnya tidak akan menjadi masalah bila sesudah mengonsumi
makanan tersebut segera dibersihkan paling tidak dengan berkumur-kumur.27
Oleh karena itu dapat diduga beberapa anak dengan tingkat konsumsi
makanan kariogenik yang tinggi pada penelitian ini tidak mengalami karies
karies karena membersihkan mulutnya paling tidak dengan berkumur-kumur.
4.2.2 Hubungan Antara Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Karies Gigi
Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa 44 anak (62,9%) telah
menerapkan kebiasaan menggosok gigi dengan baik sementara 26 anak
(37,1%) masih kurang baik.
37
Tabel 4.9 Hubungan antara tingkat kebiasaan menggosok gigi dengan karies
gigi pada anak usia sekolah di SD Negeri 2 Cireundeu Tangerang Selatan
Kebiasaan
menggosok
gigi
Karies Jumlah P
value Ada Tidak ada
N % N % N %
Kurang 17 65,4 9 34,6 26 100
0,107 Baik 20 45,5 24 54,5 44 100
Total 37 52,9 33 47,1 70 100
Penelitian ini menunjukkan bahwa anak yang menerapkan kebiasaan
menggosok gigi kurang baik lebih berisiko terkena penyakit karies gigi.
Namun hasil uji chi square sebesar 0,107 > α (0,05) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang tidak signifikan antara kebiasaan menggosok gigi
dengan karies gigi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Siti Halimah
Hafsari (2013) yang menunjukkan bahwa anak dengan kebiasaan menggosok
gigi yang kurang baik akan lebih berisiko mengalami karies gigi, p Value
pada penelitian ini yaitu 0,346 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang tidak signifikan antara kebiasaan menggosok gigi dengan karies gigi.24
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Meishi PRL (2011) dengan nilai p =
0,00 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi.23
Siti Rahayu (2013)
juga mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan kajadian karies gigi.2
38
4.3 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional, variabel yang diteliti diamati pada waktu yang
bersamaan sehingga hasil yang didapatkan kemungkinan kurang akurat.
2. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang kurang lengkap sehingga tidak
dapat mendapatkan informasi yang lebih lengkap dari responden.
3. Responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah anak-anak usia
sekolah dasar sehingga kemampuannya untuk menjawab kuesioner masih
kurang baik.
4. Alat dan metode yang digunakan oleh peneliti masih sangat sederhana
yaitu penlight dan inspeksi mulut sederhana sehingga tidak dapat
mengindetifikasi karies gigi secara akurat.
39
BAB V
PENUTUPAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Sebagian besar responden memiliki tingkat konsumsi makanan kariogenik
yang tinggi.
2. Responden yang menerapkan kebiasaan menggosok gigi dengan baik
lebih banyak dibandingkan yang kurang baik.
3. Responden yang mengalami karies gigi lebih banyak dibandingkan
dengan responden yang bebas dari karies.
4. Sebagian besar karies gigi terdapat pada gigi bagian samping.
5. Persentase kebiasaan menggosok gigi tidak meningkat atau menurun
sesuai dengan umur responden.
6. Anak perempuan lebih banyak menerapkan kebiasaan menggosok gigi
yang baik dibandingkan anak laki-laki
7. Prevalensi karies gigi tidak meningkat ataupun menurun berdasarkan
umur responden.
8. Karies gigi lebih banyak terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan.
9. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang tidak signifikan
antara konsumsi makanan kariogenik dengan karies gigi (p>0,05).
10. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak
signifikan antara kebiasaan menggosok gigi dengan karies gigi (p>0,05).
40
5.2 Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan peneliti meneliti faktor-faktor
lain tentang karies gigi, seperti kadar fluor dalam air yang diminum oleh
reponden.
2. Peneliti yang melanjutkan penelitian ini diharapkan untuk menggunakan
metode lain, seperti metode penelitian kohort untuk mengetahui hubungan
mengkonsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi
dengan karies gigi yang lebih spesifik.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. Profil Kesehatan indonesia 2001 Menuju indonesia Sehat 2010.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2002.
2. Edwin A.M. Kidd, Sally Joyston Bechal . Dasar-dasar Penyakit Karies Gigi.
Jakarta. EGC. 2002.
3. Setiawati, Rahayu. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi Sebelum Tidur
Malam dengaan Karies Pada Anak Usia Sekolah di Madrasah Ibtidaiyah al-
Istiqamah Tangerang. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. 2012.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007.
5. Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. 2007.
6. Asadoorian, J. Tooth Brushing. CJDH. 2006; 40(5): 232-248.
7. Kumar, P. Sampath. Dental Anatomy and Tooth Morphology. New Delhi:
Medical Publisher (P) LTD. 2004.
8. Linda J. Vorvick, MD. Root Anatomy . 2015 April; 1. Available from URL:
http://medlineplus.gov/imagepages/1121.htm. Accesed April 13, 2016.
9. antoinette Metivier, CDA, Kimberly Bland, CDA, EFDA, M.Ed. Dental
Anatomy. Dentalcare.com (serial online) 2013 April; 11-12. Avalaible from
URL: http://dentalcare.com/media/en.us/education/ce421/ce421.pdf. Accesed
April 13, 2016.
10. Walton, E Richard, Mahmoud T. Prinsip dan Praktik Ilmu Endondonsia. Edisi
3. Jakarta : EGC. 2003.
11. Potter dan Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 4 volume 2. Jakarta : EGC. 2015.
12. Edelman, C.L, & Mandle, C.L. Healt Promotion Trhoughout the Life Span. 8th
Edition. St. Louis: Elsevier Health Sciences. 2006.
13. Low, W, Tan, S, dan Schwartz, S. The Effect of Severe Caries on The Quaility
of Life in young Children. Oral Health. 1999; 21: 325- 326.
14. Direktorat Bina Kesehatan Anak. Pedoman Pelaksaan Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2016.
42
15. Santrock, John W. Perkembangan Anak. Edisi 11 volume 1. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2007.
16. Hockenberry, M, & Wilson, D. Wong’s. Nursing Care Infants and Children. St.
Louis: Mosby Elsevier. 2007.
17. Mclyntyre, JM. Dental Cares The Major Cause of Dental Damage. Queensland
: Knowledge Book and Software. 2005.
18. Riani D, Sarasati. Peranan Pola Makan Terhadap Karies Gigi pada Anak.
PDGI. 2005. 1: 14-16.
19. Hayanti, Destiya D., Roshihan A., Didit A., Ike RD. Efektivitas Menyikat Gigi
Metode Horizontal, Vertical dan Roll Tehadap Penurunan Plak pada Anak Usia
9-11 Tahun. Dentino. 2014. 2(2): 150-154.
20. Pintauli S dan Hamada T. Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Medan: USU. 2008:
4-6.
21. Tarigan, Rasinta. Perawatan Pulva Gigi (Endodotil). Edisi 2. Jakarta : EGC.
2004.
22. Galib, Avryandari. Hubungan Teknik Menggosok Gigi dan Frekuensi
Konsumsi Makanan Jajanan dengan Kejadian Karies Gigi. Gorontalo :
Universitas Nageri Gorontalo. 2015.
23. Meishi, PRL. Hubungan Tingkat Konsumsi Makanan Kariogenik dengan
Karies Gigi pada Anak Sekolah Dasar Swasta Muhammadiyah 08 Medan .
Medan : Universitas Sumatera Utara. 2011.
24. Hafsari, Siti Halimah. Hubungan Kebiasan Menggosok Gigi pada Anak Usia
Sekolah Kelas 4-6 di SDN Cipuutat 6 Tangerang Selatan. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014.
25. Ningsih, Desak Made, Louise C., Luh Wayan A. Gambaran Perilaku
Menggosok Gigi pada Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidemen, Kabupaten Karangasem. Denpasar : Universitas Udayana. 2013.
26. Rosidi A, Siti Haryani, Eka Admiyanti. Hubungan antara Konsumsi Makanan
Kariogenik dengan Kejadian Karies Gigi pada Anak SDN 1 Gogodalem Kec.
Bringin Kab. Semarang. Semarang : Akper Ngudi Waluyo Ungaran. 2013.
27. Mahfoedz, I. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-anak dan Ibu Hamil.
Yogyakarta : Fitramaya. 2005.
43
28. Putri, Hiranya M, Sirait, Tiurmina. Pengaruh Pendidikan Penyikatan Gigi
dengan Menggunakan Model Rahang Dibandingkan dengan Metode
Pendampingan Terhadap Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa-Siswi
tunanetra SLB-A Bandung.MKB. 2014. 46 (3): 134-142.
44
Lampiran 1
45
Lampiran 2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Indra Fauzi
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat Tanggal Lahir: Muaradua, 11 Agustus 1993
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Desa Karang Pendeta, Kecamatan Tiga Dihaji,
Kabupaten OKU Selatan, Provinsi Sumatera Selatan.
Nomor Telepon/HP : 081377922365
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1999 – 2005 : SDN Desa Karang Pendeta
2005 – 2008 : MTs N 1 Model Palembang
2008 – 2011 : MAN 2 Palembang
2011 – Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
46
Lampiran 3
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Persetujuan Tertulis untuk Partisipasi dalam Penelitian
Hubungan Antara Konsumsi Makanan Kariogenik dan Kebiasaan
Memggosok Gigi dengan Gigi Berlubang pada Anak Usia Sekolah di SDN 2
Cireundeu Tangerang Selatan
Dengan hormat,
Saya Indra Fauzi mahasiswa semester X Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011.
Penelitian ini adalah bagian dari persyaratan kelulusan program Sarjana
Kedokteran saya di Program Studi Studi Pendidikan Doktern Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini melibatkan anak usia sekolah, yaitu anak berusia 9-12 tahun
di SDN 2 Cireundeu Tangerang Selatan. Keputusan Anda untuk mengizinkan
anak Anda untuk ikut atau tidak dalam penelitian ini tidak akan berpengaruh pada
nilai belajar anak Anda di sekolah. Apabila Anda memutuskan untuk tidak
mengizinkan anak Anda berpartisipasi dalam penelitian ini, anak Anda bebas
untuk mengundurkan diri dari penelitian ini kapan pun.
Penelitian ini akan melibatkan sekitar 70 siswa-siswi SDN 2 Cireundeu
Tangerang Selatan. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari 4 halaman , yang
berisi tentang usia, jenis kelamin, kebiasaan menggosok gigi, dan kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang manis-manis. Pengisian kuisioner akan
dilaksanakan di sekolah dan diisi dengan panduan dari saya. Selain itu, saya juga
akan melakukan pemeriksaan gigi di sekolah dengan melihat gigi menggunakan
senter kecil apakah terdapat gigi berlubang atau tidak pada anak Anda.
Saya akan menjaga kerahasian Anda dan keterlibatan anak Anda dalam
penelitian ini. Nama anak Anda tidak dicatat dimanapun. Semua kuesioner yang
47
telah terisi hanya akan diberikan nomor kode yang tidak bisa digunakan untuk
mengindentifikasi identitas anak Anda. Apabila hasil penelitian ini
dipublikasikan, tidak ada satu identifikasi yang berkaitan dengan anak Anda akan
ditampilkan dalam publikasi tersebut. Keterlibatan anak Anda dalam penelitian
ini, sejauh yang saya ketahui tidak menyebabkan risiko.
Keterlibatan dalam penelitian ini tidak memberikan keuntungan langsung
pada anak Anda, namun hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui
adakah hubungan antara kebiasaan mengkonsumsi makanan yang manis-manis
dan kebiasaan menggosok gigi dengan gigi berlubang pada anak usia sekolah di
SDN 2 Cirendeu Tangerang Selatan.
Setelah membaca informasi di atas dan memahami tentang tujuan
penelitian dan peran yang diharapkan dari saya di dalam penelitian ini, saya
menyetujui anak saya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Tangerang Selatan, Mei 2016
Orangtua Murid
( )
48
A. DATA RESNPONDEN
Petuntujuk pengisian : Isilah lembar biodata responden deengan lengkap
dan beri tanda (√) pada kolom yang tersedia
1. No. Ressponden :
2. Nama / Kelas :
3. Umur :
4. Jenis kelamin : Laki-laki / perempuan
49
B. KUESIONER KEBIASAN MENGGOSOK GIGI
Petunjuk peengisian : Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda paling
tepat berikan tanda checklist (√) pada kolom yag telah disediakan.
Keteraangan :
S : Sering apabila banyak dilakukan daripada tidak dilakukan
K : Kadag-kadang apabila seimbang antara yang dilakukan dan yang tidk
dilakukan
J : Jarang apabila lebih sering tidak dilakukan daripada dilakukan
TP: Tidak pernah apabila hal yang dtanyakan tidak pernah dilakukan
No. PERTANYAAN SELALU KADANG-
KADANG
JARANG TIDAK
PERNAH
1. Saya menggosok gigi 2-3 kali sehari
2. Saya menggosok gigi sebelum tidur
di malam hari atau setelah makan
malam
3. Saya menggosok gigi setelah makan
pagi
4. Saya menggunakan sikat gigi yang
berbulu halus
5. Saya menggosok gigi menggunakan
odol
6. Saya menggosok gigi atas bagian
dalam
GIGI ATAS
BAGIAN DALAM
50
7. Saya menggosok gigi bawah bagian
dalam
8.
Saya menggosok gigi depan dengan
cara memutar
9. Saya mengosok gigi depan dengan
gerakan maju mundur
10. Saya mengosok gigi bagian samping
dengan gerakan memutar
11. Saya mengosok gigi bagian samping
dengan gerakan maju mundur
GIGI BAWAH
BAGIAN DALAM
51
C. KUESIONER FREKUENSI MAKANAN KARIOGENIK
Petunjuk peengisian : Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda paling
tepat berikan tanda checklist (√) pada kolom yag telah disediakan.
Jenis bahan
makanan dan
minuman
Frekuensi
≥ 1x/hari 4-6x/minggu 1-3x/minggu Tidak pernah
Roti isi selai (
strawberry, nanas,
coklat, keju dll.)
Pisang molen
Donat
Biskuit (Oreo,
biskuat, top, milkuat,
roma, tango dll.)
Coklat
Es krim
Permen
Soda (cocacola, sprit,
pepsi dll.)
Sirup (nutrisari,
jasjus, teh sisri,
marimas dll.)
Susu
52
LEMBAR OBSERVASI KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DI
SDN 4 CIREUNDEU TANGERANG SELATAN
No. Nama Responden Karies Tidak karies
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8
9
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
53
Lampiran 3
ANALISIS DATA
UJI VALIDITAS
Realiability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 30 96.8
Excludeda 1 .3.2
Total 31 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.886 14
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
p1 2.2333 1.16511 30
p2 2.9000 .88474 30
p3 1.3000 .83666 30
p4 2.6000 1.06997 30
p5 2.4333 1.00630 30
p6 2.6333 .99943 30
p7 2.5333 1.00801 30
p8 3.6000 .85501 30
P9 3.5667 .72793 30
P10 2.2333 1.19434 30
P11 2.9000 1.02889 30
P12 2.7000 .98786 30
P13 2.5000 .97379 30
P14 1.9000 1.21343 30
54
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
p1 33.8000 66.993 .605 .876
p2 33.1333 73.982 .337 .888
p3 34.7333 75.720 .239 .891
p4 33.4333 71.151 .421 .885
p5 33.6000 69.490 .560 .878
p6 33.4000 65.903 .801 .867
p7 33.5000 64.879 .862 .864
p8 32.4333 74.599 .309 .888
P9 32.4667 74.189 .413 .884
P10 33.8000 67.890 .538 .880
P11 33.1333 66.189 .756 .869
P12 33.3333 67.471 .705 .872
P13 33.5333 67.637 .706 .872
P14 34.1333 66.809 .585 .878
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
36.0333 79.895 8.93842 14
55
ANALISIS UNIVARIAT
Statistics
Umur jeniskelamin Gosokgigi
makanankarioge
nik kariesgigi
N Valid 70 70 70 70 70
Missing 0 0 0 0 0
Mean 10.73 1.56 1.63 2.57 .53
Std. Deviation .992 .500 .487 .498 .503
Minimum 9 1 1 2 0
Maximum 12 2 2 3 1
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 9 7 10.0 10.0 10.0
10 25 35.7 35.7 45.7
11 18 25.7 25.7 71.4
12 20 28.6 28.6 100.0
Total 70 100.0 100.0
Jeniskelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 31 44.3 44.3 44.3
perempuan 39 55.7 55.7 100.0
Total 70 100.0 100.0
56
Gosokgigi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang 26 37.1 37.1 37.1
baik 44 62.9 62.9 100.0
Total 70 100.0 100.0
Makanankariogenik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah-sedang 30 42.9 42.9 42.9
Tinggi 40 57.1 57.1 100.0
Total 70 100.0 100.0
Kariesgigi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak ada 33 47.1 47.1 47.1
ada 37 52.9 52.9 100.0
Total 70 100.0 100.0
57
ANALISIS BIVARIAT
makanankariogenik * kariesgigi
Crosstab
Count
Kariesgigi
Total tidak ada Ada
makanankariogenik rendah-sedang 15 15 30
Tinggi 18 22 40
Total 33 37 70
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square .172a 1 .678
Continuity Correctionb .030 1 .863
Likelihood Ratio .172 1 .678
Fisher's Exact Test .810 .431
Linear-by-Linear Association .170 1 .681
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,14.
b. Computed only for a 2x2 table
Correlations
makanankarioge
nik kariesgigi
Spearman's rho makanankariogenik Correlation Coefficient 1.000 .050
Sig. (2-tailed) . .684
N 70 70
kariesgigi Correlation Coefficient .050 1.000
Sig. (2-tailed) .684 .
N 70 70
58
gosokgigi * kariesgigi
Crosstab
Count
Kariesgigi
Total tidak ada ada
Gosokgigi kurang 9 17 26
baik 24 20 44
Total 33 37 70
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 2.605a 1 .107
Continuity Correctionb 1.867 1 .172
Likelihood Ratio 2.637 1 .104
Fisher's Exact Test .139 .086
Linear-by-Linear Association 2.568 1 .109
N of Valid Casesb 70
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,26.
b. Computed only for a 2x2 table
Correlations
makanankarioge
nik kariesgigi
Spearman's rho makanankariogenik Correlation Coefficient 1.000 .050
Sig. (2-tailed) . .684
N 70 70
kariesgigi Correlation Coefficient .050 1.000
Sig. (2-tailed) .684 .
N 70 70
59
60