Tampon Posterior Belloqua

download Tampon Posterior Belloqua

of 4

Transcript of Tampon Posterior Belloqua

  • 7/31/2019 Tampon Posterior Belloqua

    1/4

    PENDAHULUAN

    Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau

    nasofaring dan mencemaskan penderita serta para klinisi. Epistaksis bukan suatu penyakit,

    melainkan gejala dari suatu kelainan yang mana hampir 90 % dapat berhenti sendiri. Epistaksis

    terbanyak dijumpai pada usia 2-10 tahun dan 50-80 tahun, sering dijumpai pada musim dingin

    dan kering. Di Amerika Serikat angka kejadian epistaksis dijumpai 1 dari 7 penduduk. Tidak

    ada perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan wanita. Epistaksis bagian anterior sangat

    umum dijumpai pada anak dan dewasa muda, sementara epistaksis posterior sering pada orang

    tua dengan riwayat penyakit hipertensi atau arteriosklerosis. (2)

    Epistaksis posterior dapat berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoid posterior.

    Pendarahan biasanya hebat dan jarang berhenti dengan sendirinya. Sering ditemukan pada

    pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit kardiovaskuler. (3)

    Lima prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu memperbaiki tanda vital,

    mencari sumber perdarahan, menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah

    berulangnya epistaksis. (2)

    Pemasangan tampon bellocq (1)

    NO TINDAKAN

    1 Pemeriksa memperkenalkan diri

    2 Pasien dipersilahkan duduk di kursi yang telah disediakan

    3 Tanyakan identitas dan anamnesis singkat

    4 Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada pasien

    5 Bila pasien sudah mengerti, minta persetujuan secara lisan

    6 Persiapan alat :

    1. Head lamp

    2. Masker

    3. Handscone

    4. Tampon bellocq (kasa padat berbentuk kubus atau bulat dengan diamater

    3 cm, pada tampon terikat 3 utas benang, 2 buah di satu sisi dan 1 buah

    1

  • 7/31/2019 Tampon Posterior Belloqua

    2/4

    di sisi yang lain)

    5. Kasa

    6. Kapas

    7. Spekulum hidung hartman

    8. Kateter Nelaton ( merah )

    9. Vaselin/ lubricant gel

    10. Xylocain spray

    11. Pinset bayonet

    12. Plester ( fiksasi )

    13. Gunting

    14.Klem Hemostat

    7. Pasang head lamp, masker dan handscone

    8 Semprotkan xylocain spray 10%

    9 Olesi kateter Nelaton dengan menggunakan vaselin gel, kemudian nyalakan head

    lamp

    10 Masukkan kateter Nelaton dengan menggunakan spekulum hidung hartman ke salah

    satu rongga hidung

    11 Setelah kateter masung ke rongga hidung dan sampai ke uvula, jepit kateter dengan

    menggunakan klem hemostat untuk membantu mengeluarkan kateter dari rongga

    mulut

    12 Ikatkan tali tampon posterior pada kateter ( yang keluar dari rongga mulut )

    13 Dengan tangan kiri, tarik kateter keluar dari lubang hidung dan tangan kanan

    mendorong tampon posterior sampai ke konkha/ melewati palatum mole dan masuk

    ke nasofaring

    14 Lepaskan ikatan tali pada kateter ( yang keluar dari lubang hidung )

    15 Jika ada pendarahan dari anterior, bisa dimasukkan tampon anterior dengan

    menggunakan spekulum hidung dan pinset bayonet, masukan sampai rongga hidung

    2

  • 7/31/2019 Tampon Posterior Belloqua

    3/4

    16 Buat bantalan dan letakkan kasa tersebut di depan lubang hidung

    17 Ikatkan tali yang keluar dari hidung pada tampon posterior tadi dengan bantalan kasa

    yang di depan lubang hidung ( untuk fiksasi ). Tutup dengan plester.

    18 Tali yang keluar dari rongga mulut, di fiksasi di pipi dengan plester

    19 Pemasangan tampon bellocq sudah selesai

    20 Pasien dirawat dan dijelaskan pada pasien bahwa tampon akan dipertahankan selama

    3-5 hari

    3

  • 7/31/2019 Tampon Posterior Belloqua

    4/4

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Byron J. Bailey, Jonas T. Johnson, Shawn D. Newlands. Head & neck surgery

    otolaryngology. Philadelphia, Pa. : Lippincott Williams & Wilkins, c2006.

    2. Nuty WN, Endang M. Perdarahan hidung dan gangguan penghidu, Epistaksis. Dalam:

    Buku ajar ilmu penyakit telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi 5. Jakarta, Balai

    Penerbit FK UI, 2001: 125 9.

    3. Thornton MA, Mahest BN, Lang J. Posterior epistaxix: Identification of common

    bleeding sites. Laryngodcope, 2005. Vol. 115 (4): 588 - 90

    4