TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)...

65
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017 SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telp.: 021-5255509 Ext. 4061 Fax.: 021-5255861 Website: http://agro.kemenperin.go.id

Transcript of TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)...

Page 1: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO

TAHUN 2017

SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telp.: 021-5255509 Ext. 4061 Fax.: 021-5255861

Website: http://agro.kemenperin.go.id

Page 2: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO

TAHUN 2017

SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950

Telp.: 021-5255509 Ext. 4061 Fax.: 021-5255861

Page 3: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan
Page 4: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 ii

Ikhtisar Eksekutif

Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017 ini disusun sebagai akuntabilitas kinerja atas pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi sebagaimana Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun

1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi (Permenpan RB) No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis

Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas Laporan

Kinerja Instansi Pemerintah.

Pengukuran yang tertuang dalam laporan ini didasarkan pada Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2017. Perjanjian Kinerja

disusun berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) yang berisikan sasaran

dan Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Industri Agro pada periode tahun tertentu. Sasaran tersebut mempunyai target masing-masing,

dimana pelaksanaannya didukung oleh anggaran yang tersedia di dalam

DIPA.

Direktorat Jenderal Industri Agro secara garis besar telah berhasil

melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian sasaran strategis tahun 2017 serta berkontribusi bagi

pencapaian sasaran strategis Kementerian Perindustrian.

Keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini dapat dilihat dari pemenuhan target indikator kinerja yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja

Direktorat Jenderal industri Agro Tahun 2017 yang memiliki 4 sasaran

strategis yang terdiri dari 2 (dua) sasaran strategis perspektif pemangku kepentingan dan 2 (dua) sasaran strategis dari perspektif proses Bisnis

Internal. Sasaran strategis perspektif pemangku kepentingan memiliki 4

(empat) indikator kinerja utama dan perspekstif proses bisnis internal memiliki 3 (tiga) indikator kinerja utama. Dari total 7 (tujuh) indikator

kinerja utama yang terdapat dalam perjanjian kinerja tersebut ada 2 (dua)

indikator kinerja yang tidak tercapai antara lain :

1. Kontribusi ekspor produk industri pengolahan agro terhadap ekspor nasional dengan nilai 29,6 persen karena adanya penurunan

kontribusi sektor industri hasil hutan dan perkebunan khususnya

industri Kayu

2. Produk industri agro tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri

(TKDN) terpenuhi 13 sertifikat dari target 100 sertifikat. Pada tahun

2017 adanya keterbatasan anggaran sehingga kegiatan bussines matching antara User (perusahaan pemilik TKDN) dengan potential user (kementerian/lembaga) yang akan menggunakan produk yang

ber-TKDN tidak dapat dilaksanakan.

Untuk indikator kinerja yang belum sepenuhnya terealisasi tersebut diatas, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap proses perencanaan program

dan penganggaran serta dimungkinkan untuk merevisi indikator kinerja

tersebut dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan.

Page 5: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 iii

Capaian Kinerja Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017

Sasaran

Strategis

Indikator

Kinerja

2015 2016 2017 Satuan

T R C T R C T R C

Meningkatnya

populasi dan

persebaran

industri

Unit industri

pengolahan

non-migas

besar

sedang yang

tumbuh

Belum digunakan sebagai indikator 538 774

143,86% Unit

Nilai

investasi di

sektor

industri

pengolahan

non-migas

100 66,37 66,37 110 101,85 92,59 112,7-

119,8

121,81 101,67% Rp.

Triliun

Meningkatnya daya saing dan produktivitas

sektor industri

Kontribusi

ekspor

produk

industri

pengolahan

non-migas

terhadap

ekspor

nasional

12,75 36,76 288,31 12,75 30,97 242,90 30,9-

31,1

29,6 95,17% Persen

Produktivitas

SDM industri

260 411,8 158,38 299 374,7 125,31 347 366,97 105,76% Rp Juta

Tersedianya

kebijakan

pembangunan

industri yang

efektif

Peraturan

perundangan

yang

diselesaikan

1 0 0 1 0 0 4 2 50% PP/

Perpres/ Permen

Terselenggaranya urusan

pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya

saing dan berkelanjutan

Produk

industri yang

tersertifikasi

Tingkat

Komponen

Dalam

Negeri

(TKDN)

Belum digunakan sebagai

indikator

84 83 98,80% 3 2 66,67% Sertifikat

Infrastruktur

kompetensi

yang

terbentuk

Belum digunakan sebagai indikator 6 6 100% SKKNI

Page 6: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 iv

Sasaran Strategis Indikator Kinerja

2015 2016 2017

Satuan

T R C T R C T R C

Terwujudnya ASN

Direktorat Jenderal

Industri Agro yang

profesional dan

berkepribadian

Prestasi pegawai

Direktorat

Jenderal Industri

Agro

Belum Digunakan sebagai Indikator 80 84,20 105,25% Nilai

Produktivitas

kinerja minimum

pegawai

Direktorat

Jenderal Industri

Agro

1320 1792,5 135,80% Jam kerja

Kualifikasi

pendidikan

pegawai

Direktorat

Jenderal Industri

Agro

1 2 200% Orang

Tersedianya sistem

informasi yang

andal dan mudah

diakses

Kesesuaian data

dan informasi

industri terhadap

kebutuhan

stakeholder

Belum Digunakan sebagai Indikator 50 29,03 58,06% Persen

Ketersediaqan

Sistem (Uptime)

100 100 100% Persen

Terwujudnya

birokrasi yang

efektif, efisien, dan

berorientasi pada

layanan prima

Penilaian Sistem

Akuntabilitas

Kinerja Instansi

Pemerintah

(SAKIP)

Belum Digunakan sebagai Indikator 76 75,76 99,68% Nilai

Tingkat

Kematangan

SPIP Satker

Mencapai Tk. 3

3,00 3,224 107,46% Level

Tersusunnya

perencanaan program, pengelolaan keuangan serta

pengendalian yang berkualitas dan akuntabel

Akuntabilitas

Laporan

Keuangan dan

BMN

Belum Digunakan

sebagai Indikator

Capaian

Standar

Tertinggi

Capaian

Standar

Tertinggi

100% Capaian

Standar

Tertinggi

Capaian

Standar

Tertinggi

100% Capaian

Standar Tertinggi

Status

pengelolaan BMN

Kementerian

Perindustrian

Belum Digunakan sebagai Indikator 1 0,28 100% Persen

Anggaran

Kementerian

Perindustrian

yang diblokir

10 0,99 100% Persen

Kesesuaian

rencana program

dan kegiatan

prioritas dengan

Dokumen

Perencanaan

90 90 100% 90 90 100% 94 100 100% Persen

Page 7: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 v

Total Anggaran DIPA Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun Anggaran

2017 adalah sebesar Rp. 171.211.050.000,-, yang digunakan untuk

membiayai 4 program yaitu Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil

Hutan dan Perkebunan dwngan anggaran sebesar Rp. 20.798.081.000,-,

Penumbuhan dan Pengembangan industri Minuman, Hasil Tembakau dan

Bahan Penyegar dengan anggaran Rp. 85.658.565.000,-, Penumbuhan dan

Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan serta

Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan

industri Berbasis Agro dengan masing-masing anggaran sebesar Rp.

27.526.341.000,- dan Rp. 37.228.063.000,- yang telah terealisasi sebesar

95,69 persen atau Rp. 163.826.980.000,-.

Page 8: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perbaikan pemerintahan dan sistem manajemen merupaka agenda penting

dalam reformasi birokrasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah saat ini.

Sistem manajemen pemerintahan diharapkan berfokus pada peningkatan

akuntabilitas serta sekaligus peningkatan kinerja yang berorientasi pada hasil

(outcome). Maka pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk penerapan

sistem pertanggungjawaban yang jelas dan teratur dan efektif yang disebut

dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

Penyelenggaraan SAKIP ini dilaksanakan untuk menghasilkan sebuat laporan

kinerja yang berkualitas serta selaras dan sesuai dengan tahapan-tahapan

meliputi (1) Rencana Strategis; (2) Perjanjian Kinerja; (3) Pengukuran Kinerja; (4)

Pengelolaan Kinerja; (5) Pelaporan Kinerja dan; (6) Reviu dan Evaluasi Kinerja.

Kegiatan tersebut saling berkaitan serta memberikan dampak dan timbal balik.

Rencana yang baik adalah yang bisa dilaksanakan dengan baik dan diukur

berdasarkan uraian dan target yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja. Dalam

pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan perlu dilakukan reviu untuk

meyakinkan data dan informasi yang disajikan sebelum disampaikan kepada

pimpinan dan setelahnya dilakukan evaluasi dalam rangka implementasi dari

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

Dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi dan sesuai dengan Peraturan

Pemerintah No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah, Direktorat Jenderal Industri Agro melakukan

pemantauahan terhadap pelaksanaan rencana kerja yang meliputi pelaksanaan

program dan kegiatan, pemantauan penyerapan anggaran, pencapaian target,

identifikasi kendala yang dihadapi serta melalukan evaluasi terhadap kinerja

melalui penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2017.

Page 9: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 2

B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO

Direktorat Jenderal Industri Agro merupakan salah satu Direktorat Jenderal di

lingkungan Kementerian Perindustrian yang dibentuk berdasarkan Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kedudukan, Tugas,

dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi

Eselon I Kementerian Negara.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Nomor:105/M-IND/PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Perindustrian, maka Tugas Pokok Direktorat Jenderal Industri Agro adalah

merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang

industri agro.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Industri Agro

menyelenggarakan Fungsi yaitu:

a. Perumusan kebijakan di bidang industri agro termasuk penyusunan peta

panduan pengembangan industri agro.

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang industri agro termasuk pengembangan

industri agro.

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang industri agro.

d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang industri agro.

e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri Agro.

Dengan dukungan semua pegawai dalam pelaksanaan fungsi tersebut secara

optimal pembangunan industri agro terlaksana dengan baik sesuai dengan

sasaran dan target yang telah ditetapkan.

C. LATAR BELAKANG PROGRAM

Kebijakan prioritas industri nasional merupakan penjabaran dari Kebijakan

Industri Nasional 2015-2019 yang meliputi: (1) penguatan SDM Industri melalui

penguatan Vokasi Industri, (2) pendalaman struktur industri melalui penguatan rantai

nilai Industri, (3) industri padat karya dan orientasi ekspor, (4) pengembangan

Industri Kecil dan Menengah dengan platform digital, dan (5) pengembangan industri

Page 10: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 3

SDA, dan (6) pengembangan perwilayahan industri. Kebijakan prioritas industri agro

nasional difokuskan pada:

1. Penguatan SDM Industri melalui penguatan Vokasi Industri

Pengembangan industri tahun 2018 difokuskan pada peningkatan kapabilitas

industri yang berorientasi ekspor dan menyerap banyak tenaga kerja melalui

penguatan vokasi industri dan penguasaan teknologi dalam rangka peningkatan

daya saing.

2. Pendalaman Struktur Industri melalui penguatan rantai nilai Industri

Pendalaman struktur industri adalah melengkapi pohon industri untuk

memaksimumkan nilai tambah. Penguatan industri adalah meningkatkan

efisiensi setiap jenis industri dalam satu pohon industri untuk meningkatkan daya

saing. Rantai nilai adalah rangkaian industri dari hulu ke hilir yang

menggambarkan kaitan dalam pertambahan nilai.

Kebijakan ini difokuskan pada industri andalan dan pendukung sesuai dengan

bangun industri nasional: (1) Alat transportasi, (2) Pembangkit Energi, (3)

Elektronika dan telematika, termasuk (4) industri pendukungnya yang meliputi

industri barang modal, komponen, bahan penolong dan jasa industri dengan

memanfaatkan internet of things (Industry 4.0).

3. Industri Padat Karya dan Orientasi Ekspor

Kebijakan ini difokuskan pada industri: (1) industri tekstil dan produk tekstil, (2)

industri alas kaki, (3) industri makanan & minuman, (4) industri furnitur kayu dan

rotan/bambu, (5) industri barang jadi karet, (6) industri elektronika dan

multimedia, (7) industri kreatif, (8) industri farmasi, kosmetika dan obat

tradisional, (9) industri aneka, serta (10) industri pengolahan ikan dan rumput

laut.

4. Pengembangan Industri Berbasis Sumber Daya Alam

Pengembangan industri berbasis SDA adalah pembangunan industri dalam

rangka pendalaman dan penguatan struktur industri di sektor Agro, Logam

Dasar dan Bahan Galian Bukan logam, dan Industri Kimia Dasar berbasis Migas

dan Batubara.

Page 11: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 4

Dengan pengembangan industri berbasis SDA dipastikan pertumbuhan industri

akan tumbuh jauh lebih tinggi, yang dampaknya akan memperluas penyerapan

tenaga kerja, mengurangi tingkat kemiskinan, meningkatkan cadangan devisa

negara melalui peningkatan penerimaan devisa ekspor dan juga penghematan

devisa impor. Dalam jangka menengah dan panjang akan mengurangi defisit

perdagangan sektor industri serta mengurangi defisit neraca transaksi berjalan,

yang selanjutnya akan meningkatkan stabilitas ekonomi makro dan menjaga

nilai rupiah agar tidak terlalu berfluktuasi.

B. STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO

Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya,berdasarkan Peraturan

Menteri Perindustrian Nomor: 107/M-IND/PER/11/2015 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Industri Agro terdiri

dari 1 (satu) Sekretariat Direktorat Jenderal dan 3 (tiga) Direktorat, yaitu :

1) Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro.

2) Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan.

3) Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan.

4) Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar.

1) Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro

Mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada

seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro.Dalam

melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan

fungsi:

a. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran serta evaluasi dan

pelaporan di bidang industri agro;

b. koordinasi dan pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta

penyajian informasi di bidang industri agro;

Page 12: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 5

c. koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan

penelaahan hukum mengenai sumber daya industri, sarana prasarana

industri, dan pemberdayaan industri di bidang industri agro;

d. koordinasi dan penyusunan perjanjian kerja sama serta pelaksanaan

administrasi kerja sama dan hubungan masyarakat di bidang industri agro;

e. koordinasi dan pelaksanaan urusan keuangan direktorat jenderal; dan

f. pelaksanaan urusan kepegawaian dan manajemen kinerja pegawai,

organisasi dan tata laksana, rumah tangga, perlengkapan, dan tata usaha.

Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya Sekretariat Direktorat Jenderal

Industri Agro terdiri atas 4 (empat) bagian setingkat Eselon IV:

a) Bagian Program, Evaluasi, dan Pelaporan;

b) Bagian Hukum dan Kerja Sama;

c) Bagian Keuangan;

d) Bagian Kepegawaian dan Umum.

2) Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan

Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan mempunyai tugas

melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan

industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri,

pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana

industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan

industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis

pengembangan industri di bidang industri hasil hutan dan perkebunan.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Direktorat

Industri Hasil Hutan dan Perkebunan menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan

pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan;

b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi

industri hasil hutan dan perkebunan;

c. penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan

industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri,

Page 13: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 6

pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana

industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri,

penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis

pengembangan industri di bidang industri hasil hutan dan perkebunan;

d. penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria di

bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri hasil hutan dan

perkebunan;

e. penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang

perencanaan, perizinan, data dan informasi industri hasil hutan dan

perkebunan;

f. pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri hijau,

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri hasil hutan dan

perkebunan; dan

g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.

Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan terdiri atas:

a) Subdirektorat Program Pengembangan Industri Hasil Hutan dan

Perkebunan;

b) Subdirektorat Industri Kayu, Rotan, dan Bahan Alam Lainnya;

c) Subdirektorat Industri Selulosa dan Karet Hulu;

d) Subdirektorat Industri Hasil Perkebunan Nonpangan; dan

e) Subbagian Tata Usaha.

3) Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan

Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan mempunyai tugas

melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri

nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber

daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan,

pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan industri, penanaman modal dan

fasilitas industri, serta kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri

makanan, hasil laut, dan perikanan.

Page 14: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 7

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat lndustri

Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan

pengembangan industri makanan, hasil laut, dan perikanan;

b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi

industri makanan, hasil laut, dan perikanan;

c. penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan

industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri,

pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana

industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri,

penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis

pengembangan industri di bidang industri makanan, hasil laut, dan perikanan;

d. penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur,

kriteria di bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri

makanan, hasil laut, dan perikanan;

e. penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang

perencanaan, perizinan, data dan informasi industri makanan, hasil laut, dan

perikanan;

f. pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri

hijau, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri

makanan, hasil laut, dan perikanan; dan

g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.

Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan terdiri atas:

a) Subdirektorat Program Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut,

dan Perikanan;

b) Subdirektorat Industri Pengolahan Hasil Tanaman Pangan;

c) Subdirektorat Industri Pengolahan Hasil Perkebunan;

d) Subdirektorat Industri Pengolahan Hasil Laut, Perikanan, dan

Peternakan;

Page 15: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 8

e) Subbagian Tata Usaha.

4) Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar

Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar mempunyai

tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan Rencana Induk Pembangunan

Industri Nasional, Kebijakan Industri Nasional, penyebaran industri, pembangunan

sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri,

pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan industri,

penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis pengembangan

industri di bidang industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar.

Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Industri Minuman dan Tembakau

menyelenggarakan fungsi:

a. penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan

pengembangan industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar;

b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian

informasi industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar;

c. penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan

industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri,

pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan

prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan

industri, penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis

pengembangan industri di bidang industri minuman, hasil tembakau,

dan bahan penyegar;

d. penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur,

kriteria di bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri

minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar;

e. penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang

perencanaan, perizinan, data dan informasi industri minuman, hasil

tembakau, dan bahan penyegar;

f. pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri

hijau, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri

minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar; dan

Page 16: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 9

g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.

Direktorat Industri Minuman dan Tembakau terdiri atas:

a) Subdirektorat Program Pengembangan Industri Minuman, Hasil

Tembakau, dan Bahan Penyegar;

b) Subdirektorat Industri Minuman Ringan dan Pengolahan Hasil

Hortikultura;

c) Subdirektorat Industri Pengolahan Susu dan Minuman Lainnya;

d) Subdirektorat Industri Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar; dan

e) Subbagian Tata Usaha.

Page 17: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 10

Gambar 1.1. Struktur Organisasi

Direktorat Jenderal Industri Agro

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-IND/PER/9/2014

tentang Petunjuk Pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di

Lingkungan Kementerian Perindustrian dan sebagai tindak lanjut Instruksi Presiden

RI Nomor 7 tanggal 15 Juni 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dan

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

DIREKTORAT JENDERAL

INDUSTRI AGRO

SEKRETARIAT

DIREKTORAT JENDERAL

DIREKTORAT INDUSTRI

MINUMAN, HASIL TEMBAKAU & BAHAN PENYEGAR

DIREKTORAT INDUSTRI

MAKANAN

DIREKTORAT INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN

BAG. PROGRAM, EVALUASI&

PELAPORAN

SUB DIT PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI

INUMAN, HASIL TEMBAKAU, DAN BAHAN PENYEGAR

SUB DIT INDUSTRI MINUMAN RINGAN DAN PENGOLAHAN HASIL

HOLTIKULTURA

SUB DIT INDUSTRI HASIL TEMBAKAU DAN BAHAN

PENYEGAR

SUBDIT INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU DAN

MINUMAN LAINNYA

SUB DIT PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI

MAKANAN, HASIL LAUT DAN

PERIKANAN

SUB DIT INDUSTRI HASIL TANAMAN

PANGAN

SUB DIT INDUSTRI PENGOLAHAN

HASIL PERKEBUNAN

SUBDIT INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL LAUT, PERIKANAN, DAN

PETERNAKAN

SUB DIT PROGRAM, PENGEMBANGAN INDUSTRI

HASIIL HUTAN DAN PERKEBUNAN

SUB DIREKTORAT INDUSTRI KAYU, ROTAN DAN BAHAN

ALAM LAINNYA

SUB DIT INDUSTRI

SELULOSA DAN KARET HULU

SUBDIT INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN NON

PANGAN

BAG. HUKUM &KERJASAMA

BAG. KEUANGAN

SUBBAGIAN TATA USAHA

Page 18: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 11

53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan

Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Sekretariat

Direktorat Jenderal Industri Agro sebagai salah satu bagian dari instansi pemerintah,

wajib membuat laporan akuntabilitas kinerja. Adapun maksud dan tujuan dari

penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini adalah

untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan/ kegagalan pelaksanaan misi

Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro dalam mencapai tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan.

B. PERAN STRATEGIS

Berdasarkan Renstra Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015-2019 Perubahan,

Direktorat Jenderal Industri Agro memiliki visi “Mewujudkan Indonesia Menjadi

Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan

Sumber Daya Alam”. Dalam mewujudkan visi tersebut Direktorat Jenderal Industri

Agro didukung oleh sektor binaan yaitu Direktorat Industri Hasil Hutan dan

Perkebunan, Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar,

serta Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan serta satu Sekretariat

yang mendukung pelaksanaan administrasi penyusunan program, data dan informasi

serta evaluasi dan pelaporan, rekomendasi iklim usaha, standarisasi dan kerjasama,

keuangan, serta kepegawaian dan umum di lingkungan Direktorat Jenderal Industri

Agro.

Peran strategis Direktrorat Jenderal Industri Agro diarahkan untuk mencapai

tujuan pembangunan industri agro untuk 5 (lima) tahun ke depan yaitu Meningkatnya

Peran Industri Agro dalam Perekonomian Nasional, Indikator kinerja ketercapaian

tujuan ini adalah:

1. Laju pertumbuhan PDB industri agro;

2. Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB Nasional;

3. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro.

C. PERMASALAHAN DAN KENDALA

Sasaran-sasaran strategis Direktorat Jenderal Industri Agro yang telah

ditetapkan bersama para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam dokumen

Page 19: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 12

perencanaan belum sepenuhnya tercapai oleh karena itu dalam rangka

meningkatkan kinerja guna mendukung sasaran yang telah ditetapkan dan dalam

upaya meningkatkan pelayanan yang dibutuhkan pada unit kerja di lingkungan

Direktorat Jenderal Industri Agro dan dunia usaha sektor industri agro, perlu

dilakukan perbaikan dalam pembinaan dan pengembangan sistem informasi industri

agro ke dunia usaha industri agro dengan mengintegrasikan dengan sarana media

informasi dan komunikasi sosial yang sudah ada dan tersedia di Indonesia dan

Mancanegara.

Page 20: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 1

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019

Rencana strategis merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran

kinerja dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Perencanaan strategis

instansi pemerintah merupakan integrasi antara keahlian sumber daya manusia dan

sumber daya lainnya agar mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan

strategis nasional, global serta tetap berada dalam tatanan sistem manajemen

nasional.

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas program serta agar mampu eksis

dan unggul dalam persaingan yang semakin ketat dalam lingkungan yang berubah

sangat cepat, suatu instansi pemerintah harus selalu melakukan perubahan menuju

perbaikan. Perbaikan tersebut perlu disusun dalam suatu pola yang sistematik dalam

wujud perencanaan strategis dengan tahapan yang konsisten dan berkelanjutan

sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas dan kinerja yang berorientasi pada

pencapaian hasil.

Dalam Inpres nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah disebutkan bahwa perencanaan strategis merupakan proses yang

berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai

dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang

ada atau mungkin timbul. Perencanaan strategis mengandung visi, misi, tujuan,

sasaran, dan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran) yang meliputi kebijakan,

program, dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa

depan.

Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro

Kementerian Perindustrian merupakan suatu komitmen perencanaan yang disusun

untuk dijadikan alat bantu dan merupakan tolok ukur dalam mengemban tugas.

Dokumen Renstra Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro mengacu pada

Renstra Eselon I yang merupakan turunan dari Renstra Kementerian Perindustrian

Page 21: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 2

2015–2019 Perubahan sebagaimana telah ditetapkan pada tanggal 17 Maret 2015

melalui Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 31.1/M-

IND/PER/3/2015. Dokumen tersebut masih menggunakan nomenklatur struktur

organisasi yang lama sehingga diperlukan penyusunan perubahan dokumen

Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015 – 2019. Perubahan

Rencana Strategi Kementerian Perindustrian ini mencakup penyempurnaan arah

kebijakan baik visi, misi, tujuan dan sasaran strategis, maupun penyesuaian

target kinerja Kementerian Perindustrian. Penyempurnaan dan penyesuaian

tersebut hanya mencakup periode tahun 2017 – 2019, mengingat untuk periode

tahun 2015 – 2016 sudah terlaksana. Berdasarkan hal tersebut, Direktorat

Jenderal Industri Agro dan Unit Eselon II telah melakukan revisi Renstra seiring

dengan telah dikeluarkannya Rencana Strategis Kementerian Perindustrian

Perubahan Nomor 85.1/M-IND/PER/12/2016 yang ditetapkan tanggal 23 Desember

2016.

1) Arah kebijakan Direktorat Jenderal Industri Agro

Visi, misi, tujuan dan sasaran kebijakan Direktorat Jenderal Industri Agro

merunut pada Renstra Tahun 2015-2019 Perubahan ditetapkan sebagai berikut:

Visi Direktorat Jenderal Industri Agro: Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara

Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan

Sumber Daya Alam

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata dalam

bentuk misi sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Industri Agro yaitu:

Misi Direktorat Jenderal Industri Agro:

1. Peningkatan populasi industri agro untuk memperkuat dan memperdalam

struktur industri nasional;

2. Peningkatan daya saing dan produktivitas industri agro untuk mewujudkan

industri nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan

lingkungan.

Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi Pembangunan Industri,

Direktorat Jenderal Industri Agro menetapkan Tujuan pembangunan industri agro ke

Page 22: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 3

depan yaitu Meningkatnya Peran Industri Agro dalam Perekonomian Nasional.

Indikator kinerja ketercapaian tujuan ini adalah:

1. Laju pertumbuhan PDB industri agro;

2. Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB Nasional;

3. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro.

Tabel 2.1. Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan Direktorat Jenderal Industri

Agro

Tujuan Indikator Kinerja

Tujuan 2017 2018 2019 Satuan

Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional

Laju pertumbuhan PDB industri agro

6,43 – 6,74

6,78 – 7,18

7,11 – 7,61

Persen

Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional

8,74 – 8,89

8,91 – 9,05

8,99 – 9,14

Persen

Penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non-migas

6,74 – 6,78

6,82 – 6,92

6,90 – 7,04

Juta Orang

Manajemen Direktorat Jenderal Industri Agro yang andal dan profesional

75 78 80 Nilai

2) Peta Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro

Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran-sasaran industri yang

telah ditetapkan dalam Rencana Strategi Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun

2015-2019 Perubahan, telah dibangun Peta Strategi Direktorat Jenderal Industri

Agro yang mengacu pada visi dan misi Kementerian Perindustrian. Berikut

ini peta strategis Direktorat Jenderal Industri Agro yang menggambarkan

hubungan antara tujuan, sasaran strategis dan faktor-faktor yang

mendukung pencapaiannya.

Page 23: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 4

PERSPEKTIF PEMANGKU

KEPENTINGAN

PERSPEKTIF PROSES

INTERNAL

PERSPEKTIF PEMBELAJARAN

ORGANISASI

Tujuan.

Meningkatnya peran industri agro dalam perekonomian nasional

Meningkatnya daya saing dan

produktivitas sektor industri agro

2 Meningkatnya Populasi dan

Persebaran Industri Agro

1

PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN

SDM ORGANISASI ANGGARAN

Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang

efektif

Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang

perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

INFORMASI

Terwujudnya ASN yang profesional dan

berkepribadian

Tersedianya sistem informasi yang

handal dan mudah diakses

Terwujudnya birokrasi yang

efektif, efisien, dan berorientasi pada

layanan prima

Tersusunnya

perencanaan program, pengelolaan keuangan

serta pengendalian yang berkualitas dan

akuntabel

3 4

6 7 8 9

Gambar 2.1. Peta Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015-2019

Dalam mewujudkan tujuan Direktorat Jenderal Industri Agro diperlukan upaya-

upaya sistemik yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang

mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan, perspektif pelaksanaan

tugas pokok dan fungsi serta perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan

yang dapat dirinci dalam Indikator Kinerja Sasaran sebagai berikut:

Perspektif Pemangku Kepentingan

a. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya populasi dan persebaran industri

Penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dilakukan melalui pengembangan

perwilayahan industri dengan tujuan untuk meningkatkan kontribusi

sektor industri pengolahan non-migas di luar pulau jawa dan

menumbuhkan populasi unit usaha industri besar dan sedang di luar

pulau jawa. Adapun meningkatnya populasi industri nasional

diindikasikan dengan peningkatan jumlah unit industri pengolahan non-

migas serta penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan non-

migas baik industri sedang besar (IBS). Indikator kinerja sasaran

strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah:

Page 24: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 5

1) Unit industri agro besar sedang yang tumbuh.

2) Nilai investasi di sektor industri agro.

b. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas

Sektor Industri

Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri dimaksudkan

untuk meningkatkan penjualan produk dalam negeri dibandingkan

dengan seluruh pangsa pasar baik dalam negeri maupun luar negeri.

Peningkatan daya saing dan produktivitas dilakukan melalui

pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi industri yang

bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya

saing dan kemandirian industri nasional. Indikator kinerja sasaran

strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah:

1) Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional.

2) Produktivitas SDM industri agro.

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dalam perspektif pemangku

kepentingan merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal

Industri Agro.

Perspektif Proses Internal

a. Sasaran Strategis 1: Tersedianya kebijakan pembangunan industri

yang efektif

Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang

Perindustrian, peran pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor

industri ke depan dilakukan secara terencana serta disusun secara

sistematis dalam suatu dokumen perencanaan. Dokumen perencanaan

tersebut harus menjadi pedoman dalam menentukan arah kebijakan

pemerintah dalam mendorong pembangunan sektor industri dan menjadi

panduan bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam

pembangunan industri nasional. Indikator kinerja sasaran strategis

(IKSS) dari sasaran ini adalah:

1) Peraturan Perundangan yang diselesaikan.

Page 25: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 6

b. Sasaran Strategis 2: Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang

perindustrian yang adil, berdaya saing dan

berkelanjutan

Standardisasi industri dan peningkatan kompetensi tenaga kerja industri

bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri dan produktivitas

dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor.

Pembangunan tenaga kerja industri kompeten yang siap kerja sesuai

dengan kebutuhan perusahaan industri dan/atau perusahaan kawasan

industri berdampak meningkatkan produktivitas tenaga kerja Industri,

meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor industri serta

memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi tenaga kerja industri.

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:

1) Produk industri agro yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam

Negeri (TKDN).

2) Infrastruktur kompetensi yang terbentuk.

Perspektif Pembelajaran Organisasi

a. Sasaran Strategis 1: Terwujudnya ASN Kementerian Perindustrian

yang kompeten, profesional dan berkepribadian

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, Kementerian

Perindustrian secara internal harus didukung oleh SDM Aparatur yang

profesional dan kompeten. Dalam menjalankan fungsinya sebagai policy

maker, Kementerian Perindustrian membutuhkan SDM Aparatur yang

memiliki kecakapan dalam memformulasikan dan mengimplementasikan

kebijakan publik, sementara sebagai public service provider

membutuhkan SDM Aparatur yang berorientasi pada pelayanan prima.

Pembangunan ASN Kementerian Perindustrian yang kompeten juga

diperlukan dalam rangka membentuk tenaga pembina industri dari

aparatur Kementerian Perindustrian yang memiliki kompetensi di bidang

industri, baik pusat maupun daerah. Indikator kinerja sasaran strategis

(IKSS) dari sasaran ini adalah:

Page 26: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 7

1) Rata-rata nilai prestasi kerja pegawai Direktorat Jenderal Industri

Agro.

2) Rata-rata produktivitas kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal

Industri Agro.

3) Kualifikasi pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro.

b. Sasaran Strategis 2: Tersedianya sistem informasi yang andal dan

mudah diakses

Penerapan sistem informasi dan teknologi di lingkungan Kementerian

Perindustrian bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

satuan kerja dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dan memberikan

pelayanan kepada masyarakat. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS)

dari sasaran ini adalah:

1) Kesesuaian data dan informasi industri terhadap kebutuhan

stakeholder.

2) Ketersediaan Sistem (uptime).

c. Sasaran Strategis 3: Terwujudnya birokrasi Kementerian Perindustrian

yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan

prima

Reformasi Birokrasi merupakan upaya berkelanjutan yang setiap

tahapannya memberikan perubahan atau perbaikan birokrasi ke arah

yang lebih baik. Reformasi birokrasi berkaitan dengan penataan ulang

proses birokrasi dari tingkat (level) tertinggi hingga terendah dan

melakukan terobosan baru (innovation breakthrough) dengan langkah-

langkah bertahap, konkret, realistis, sungguh-sungguh, berfikir di luar

kebiasaan/rutinitas yang ada (out of the box thinking), perubahan

paradigma (a new paradigm shift), dan dengan upaya luar biasa

(business not as usual). Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari

sasaran ini adalah:

1) Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

2) Tingkat kematangan SPIP Satuan Kerja Mencapai Tingkat 3.

Page 27: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 8

d. Sasaran Strategis 4: Terkelolanya anggaran pembangunan secara

efisien dan akuntabel

Peningkatan kualitas penganggaran di lingkungan Kementerian

diharapkan dapat menjamin keterkaitan dan konsistensi antara

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan dengan

memperhatikan penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,

berkeadilan dan berkeadilan. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS)

dari sasaran ini adalah:

1) Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN.

2) Status pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro.

3) Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang diblokir.

4) Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan

dokumen perencanaan.

B. RENCANA KINERJA

Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran-sasaran industri yang telah

ditetapkan dalam Rencana Strategi Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015-

2019 Perubahan telah dibangun Peta Strategi Direktorat Jenderal Industri Agro yang

mengacu pada visi dan misi Kementerian Perindustrian. Visi Direktorat Jenderal

Industri Agro yaitu Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya

Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam.

Indikator Kinerja Utama

Untuk mengukur tingkat pencapaian sasaran yang telah ditetapkan pada Tahun

2017, dibutuhkan indikator kinerja utama yang merupakan ukuran kuantitatif

dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran

yang telah ditetapkan. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dalam perspektif

pemangku kepentingan merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal

Industri Agro yaitu:

(a) Unit Industri pengolahan agro besar sedang yang tumbuh dengan target 538

unit

Page 28: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 9

(b) Nilai investasi di sektor industri pengolahan agro sebesar Rp. 112,7 Triliun –

Rp. 119,8 Triliun

(c) Kontribusi ekspor produk industri pengolahan terhadap ekspor nasional

sebesar 30,9 – 31,1 persen

(d) Produktivitas SDM industri agro sebesar Rp. 347 Juta

Kegiatan

Untuk mencapai sasaran yang telah direncanakan untuk Tahun 2017,

Direktorat Jenderal Industri Agro merencanakan kegiatan-kegiatan yang menjadi

pendukung pencapaian sasaran tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:

1) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan

2) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan

Bahan Penyegar

3) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut dan

Perikanan

4) Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Indsutri

Berbasis Agro

Didasarkan pada Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN)

yang diturunkan melalui Rencana Strategis Kementerian Perindustrian untuk

pembangunan Industri nasional, selain melalui kegiatan-kegiatan tersebut diatas,

Direktorat Jenderal Industri Agro juga mengemban tugas mengembangkan

Industri Andalan yaitu industri prioritas yang berperan besar sebagai penggerak

utama (prime mover) perekonomian di masa yang akan datang. Selain

memperhatikan potensi sumber daya alam sebagai sumber keunggulan

komparatif, industri andalan tersebut memiliki keunggulan kompetitif yang

mengandalkan sumber daya manusia yang berpengetahuan dan terampil, serta

ilmu pengetahuan dan teknologi. Industri Prioritas tersebut tertuang dalam

kegiatan prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro yang tersaji dalam tabel

berikut ini :

Page 29: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 10

Tabel 2.2. Kegiatan Prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro

No. PROGRAM/KEGIATAN SASARAN KEGIATAN INDIKATOR Target Satuan

1. Penumbuhan dan

Pengembangan Industri

Hasil Hutan dan

Perkebunan

terimplementasikannya Pilot Project Aditif Aspal Berbasis Crumb Rubber sebagai upaya meningkatkan

penyerapan bahan baku karet di dalam negeri melalui pemanfaatan pada pembangunan infrastruktur

Jumlah pabrik/pilot project

1 Pabrik

Terlaksanannya Bantuan Mesin dan peralatan untuk industri pengolahan kayu, industri oleokimia, kemurgi dan minyak atsiri

jumlah unit usaha yang diberi bantuan mesin

peralatan

1 unit

tersusunnya rancangan SKKNI SDM industri hasil hutan dan perkebunan yaitu SKKNI yang disusun adalah SKKNI Percetakan, SKKNI Furniture dan

SKKNI hilir kelapa sawit

Jumlah SKKNI yang tersusun

2 RSKKNI

Tersusunnya Rancangan dan/atau revisi Standar Nasional Indonesia Produk Industri dalam rangka peningkatan daya saing Industri Hasil Hutan dan

Perkebunan

Jumlah Rancangan Standar Nasional

Indonesia

15 RSNI

2. Penumbuhan dan Pengembangan Industri

Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar

Tersedianya Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri dalam rangka Peningkatan

Mutu Susu Olahan Berbasis Susu Segar Dalam Negeri

Jumlah Mesin / Peralatan Dalam

Rangka Pengembangan Industri

4 Unit

Tersedianya Mesin / Peralatan Dalam Rangka

Pengembangan Industri dalam rangka Peningkatan Teknologi Proses Es Balok Dalam Rangka Meningkatkan Daya Simpan Produk Hasil Laut dan Mutu Es Konsumsi

Jumlah Mesin /

Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri

1 Unit

Tersusunnya Rancangan dan/atau revisi Standar Nasional Indonesia Produk Industri pada kegiatan Bantuan Sertifikasi Penerapan Standar di Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar

Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia

4 RSNI

Tersusunnya RSKKNI/SKKNI Pada Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar

Jumlah RSKKNI/SKKNI

1 RSKKNI

3. Penumbuhan dan Pengembangan Industri

Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan

Terfasilitasinya bantuan mesin dan peralatan Industri Pengolahan Rumput Laut (Alkali Treatment Gracilaria)

Jumlah Unit Usaha

1 Unit Usaha

Tersusunnya Draft SKKNI Industri Pengolahan Daging Jumlah Rancangan Standar Kompetensi Kerja

Indonesia di bidang Industri Pengolahan Daging

1 RSKKNI

Terfasilitasinya bantuan mesin dan peralatan Tepung Non Gandum

Jumlah Unit Usaha

1 Unit Usaha

Tersusunnya Draft SKKNI Industri Gula Rafinasi Jumlah Rancangan

Standar Kompetensi Kerja Indonesia di bidang Industri

Gula Rafinasi

1 RSKKNI

Tersusunnya Draft SKKNI Industri MI Instan Jumlah Rancangan

Standar Kompetensi Kerja Indonesia di bidang Industri Mi

Instan

1 RSKKNI RSKKNI

Tersusunnya Revisi SNI produk Tepung Jagung, Tepung Pelapis, Bumbu Perasa Daging, keripik Tahu, karagenan, Agar - Agar, Minyajk kedelai, Tauco

Jumlah Rancangan SNI

8 RSNI RSNI

Page 30: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 11

C. PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI

AGRO

Dalam rangka melaksanakan Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal

Industri Agro untuk mendukung keberhasilan pencapaian sasaran

pembangunan industri pada awal Tahun 2017 memperoleh pagu anggaran

sebesar Rp. 181.700.928.000 ,- namun pada 22 Juni 2017 Presiden Joko

Widodo mengeluarkan Inpres Nomor 4 Tahun 2017 tentang Efisiensi Belanja

Barang Kementerian/Lembaga Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2017. Dalam rangka efisiensi belanja

Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2017 sebagaimana dimaksud, menurut

Inpres tersebut, masing-masing Kementerian / Lembaga melakukan identifikasi

secara mandiri terhadap belanja barang dari setiap program/kegiatan di dalam

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga Tahun Anggaran 2017,

yang akan dihemat dan memastikan anggarannya tidak dicairkan (self

blocking). Kementerian Perindustrian melakukan self-blocking dengan

anggaran untuk Direktorat Jenderal Industri Agro menjadi Rp.

171.211.050.000,- dan berlaku per tanggal 15 Agustus 2017 yang dialokasikan

untuk membiayai 4 (empat) kegiatan yaitu Penumbuhan dan

Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan sebesar Rp.

20.798.081.000,- , Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman, Hasil

Tembakau dan Bahan Penyegar sebesar Rp. 85.658.565.000,- , Penumbuhan

dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan sebesar Rp.

27.526.341.000,- , dan Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan

Pengembangan Indsutri Berbasis Agro sebesar Rp. 37.228.063.000,- .

Page 31: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 12

Tabel. 2.3. Alokasi Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro

URAIAN

ANGGARAN MENJADI

(000)

Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro 171.211.050

Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan

20.798.081

1.1

Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan

525.158

1.2

Calon Investor Yang Memperoleh Informasi Potensi Investasi Di Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan

1.160.046

1.3

Produksi Aditif Aspal Karet Dalam Rangka Pengembangan Industri Aspal Karet Alam

2.571.560

1.4

Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktivitas Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan

1.282.658

1.5

Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan

1.315.300

1.6

Perusahaan Berbasis Hasil Hutan Dan Perkebunan Yang Menerapkan Standar Mutu

1.211.775

1.7

Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni) Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan

800.717

1.8 Sdm Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Yang Disertifikasi 118.629

1.9 Sdm Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Yang Mengikuti Diklat 1.007.020

1.10

Bantuan Mesin Dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan

2.833.270

1.11 Prototipe Produk Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan 710.775

1.12

Perusahaan Yang Difasilitasi Untuk Meningkatkan Citra Produk Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan

4.305.473

1.13 Layanan Internal (overhead) 2.372.150

1.14 Output Cadangan 583.550

Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman dan Tembakau

85.658.565

2.1

Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar

1.857.021

2.2

Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktifitas Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar

934.846

2.3

Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar

1.086.000

2.4

Perusahaan Berbasis Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar Yang Menerapkan Standar Mutu

247.660

Pusat pengembangan Teknologi Proses dan produk di sektor industri minuman

72.887.866

2.5

Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni) Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar

882.130

2.6

Sdm Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar Yang Mengikuti Diklat

503.447

2.7

Bantuan Mesin Dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar

3.580.824

2.8

Perusahaan Yang Difasilitasi Untuk Peningkatan Citra Produk Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar

1.265.660

2.9 Layanan Internal (overhead) 1.884.688

Page 32: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 13

URAIAN

ANGGARAN MENJADI

(000)

2.10 Output Cadangan 386.200

Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan

27.526.341

3.1

Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan

1.210.908

3.2

Bantuan Mesin Dan/atau Peralatan Dalam Rangka Penumbuhan Populasi Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan

18.197.438

3.3

Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktifitas Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan

2.814.365

3.4

Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan

1.825.961

3.5

Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan

1.416.900

3.6

Perusahaan Yang Difasilitasi Untuk Peningkatan Citra Produk Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan

648.597

3.7 Layanan Internal (Overhead) 1.175.372

3.8 Output Cadangan 241.800

4. Kegiatan Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Agro

37.228.063

4.1 Perencanaan 27.658

4.2 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 17.043.105

4.3 Layanan Internal (Overhead) 182.000

4.4 Layanan Perkantoran 19.494.400

4.5 Output Cadangan 480.900

D. PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO

Penetapan kinerja dituangkan dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal

Industri Agro Tahun 2017 yang berisikan penugasan dari pimpinan Kementerian

Perindustrian kepada Direktorat Jenderal Industri Agro untuk melaksanakan

program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Sasaran dan indikator

yang akan dicapai pada perjanjian kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro

Tahun 2017 adalah sebagai berikut:

Page 33: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 14

Tabel. 2.4. Indikator Kinerja Sasaran Strategis

Direktorat Jenderal Industri Agro

No. Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja

(IK) Target Satuan

PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN

1.

Meningkatnya Populasi dan persebaran industri

1. Unit industri pengolahan agro besar sedang yang tumbuh

538 Unit

2. Nilai investasi di sektor industri pengolahan agro

112,7 – 119,8 Rp Triliun

2. Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri

1. Kontribusi ekspor

produk industri pengolahan agro terhadap ekspor nasional

30,9 – 31,1 Persen

2. Produktivitas SDM indsutri agro

347 Rp. Juta

PERSPEKTIF PROSES BISNIS

1. Tersedianya kebijakan pembangunan industri agro yang efektif

1. Peraturan perundangan yang diselesaikan

1 PP/ Perpres/ Permen

2. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

1. Produk industri agro tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)

100 Sertifikat

2. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk

6 SKKNI

Page 34: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 1

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Tahun 2017 merupakan tahun ketiga pelaksanaan Rencana Strategis Tahun

2015 - 2019. Akuntabilitas kinerja yang diukur dalam rangka menggambarkan capaian

kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2017 mencakup analisis capaian kinerja

sasaran dan akuntabilitas keuangan. Kegiatan yang dilaksanakan Direktorat Jenderal

Industri Agro yaitu Program pengembangan Industri Berbasis Agro.

A. Analisis Capaian Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017

Pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro dalam pencapaian kinerja

sasaran seperti yang telah direncanakan dalam Rencana Strategis, Rencana Kinerja

Tahunan yang kemudian ditetapkan sebagai perjanjian kontrak seperti dalam Dokumen

Perjanjian Kinerja Tahun 2017 mencakup pengukuran kinerja sasaran dalam perspektif

stakeholder, perspektif proses bisnis dan perspektif kelembagaan. Analisis yang

disajikan meliputi capaian indikator kinerja tujuan, indikator kinerja utama dan

analisis pencapaian yang dilengkapi dengan pembandingan capaian dengan tahun

sebelumnya serta dengan kinerja lainnya. Namun terdapat beberapa sasaran

strategis maupun indikator kinerja utama yang tidak dapat diperbandingkan. Hal ini

dikarenakan pada tahun sebelumnya tidak ditetapkan sebagai sasaran strategis atau

indikator kinerja utama yang sama.

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2017

yang dijelaskan pada BAB II yaitu meningkatkan peran industri dalam perekonomian

nasional, ukuran keberhasilan tujuan ini dihitung melalui indikator tujuan laju

pertumbuhan PDB industri agro, Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional,

dan penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non-migas dengan capaian

tertera dalam tabel dibawah ini:

Page 35: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 2

Tabel 3.1. Capaian IKT Direktorat Jenderal Industri Agro

Tujuan Indikator Kinerja

Tujuan

2015 2016 2017 Satuan

R R T R C Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional

Laju pertumbuhan PDB industri agro

5,82

6,39

6,43 – 6,74

6,06 92,02 Persen

Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional

8,26

8,55

8,74 – 8,89

8,59 100 Persen

Penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non-migas

6,7 7,4 6,74 – 6,78

8,1 119,46 Juta Orang

Manajemen Direktorat Jenderal Industri Agro yang andal dan profesional

Belum menjadi indikator 75 74,73 99,64 Nilai

Pada indikator kinerja tujuan ‘laju pertumbuhan PDB industri agro’ tahun 2017

ditargetkan antara 6,43 – 6,74 persen, berdasarkan data yang dirilis BPS sampai

dengan triwulan III Tahun 2017, pertumbuhan PDB Industri agro sebesar 6,06 persen

dengan capaian sebesar 92,02 persen. Realisasi ini didukung oleh sektor-sektor

industri agro seperti salah satunya industri makanan yang menyumbang PDB agro

sebesar 8,24 persen disusul oleh sektor industri Furniture dan Pengolahan tembakau

masing-masing sebesar 3,71 persen dan 1,77 persen. Peningkatan peringkat

kemudahan berusaha Indonesia, yang dirilis oleh Bank Dunia terkait Ease of Doing

Business (EoDB) 2018 juga turut mendorong pertumbuhan investasi yang pada

akhirnya berkontribusi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara umum.

Bertambahnya jumlah kerja sama ekonomi yang dilakukan Indonesia dengan

negara -negara mitra dagang di Eropa dan wilayah Amerika, turut menyumbang

peningkatan ekspor produk industri yang juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi

nasional.Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional tahun 2017.

Pada indikator kinerja “Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional”

dengan target sebesar 8,74 – 8,89 persen, berdasarkan data yang dirilis oleh BPS

sampai dengan triwulan III tahun 2017, kontribusi PDB industri agro terhadap PDB

nasional adalah sebesar 8,59%. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan

industri agro khususnya industri makanan dan minuman yang berada di atas

tingkat pertumbuhan ekonomi nasional, turut memberikan peningkatan kontribusi

PDB sektor industri makanan dan minuman terhadap PDB nasional. Berdasarkan

data yang dirilis United Nations Statistics Division pada tahun 2016, Indonesia

Page 36: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 3

menempati peringkat keempat dunia dari 15 negara yang industri manufakturnya

memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari 10%.

Sektor industri Indonesia, mampu menyumbang PDB hingga mencapai 22%. Angka

tersebut menempati peringkat terbesar ke-4 setelah Korea Selatan (29%), China

(27%), dan Jerman (23%).

Pada indikator kinerja “Penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro”

dengan target sebesar 6,74 – 6,78 juta orang. Berdasarkan data yang dirilis oleh

BPS dan SPPISE-BKPM, sampai dengan triwulan IV tahun 2017, penyerapan

tenaga kerja di sektor industri agro adalah sebesar 8,1 juta orang, sehingga

capaian untuk indikator kinerja ini adalah sebesar 119,46%. Data ini berdasarkan

data dari Industri Besar Sedang dan Industri Menengah Kecil yang dtelah diolah oleh

Pusdatin Kementerian Perindustrian. Meningkatnya jumlah investasi pada sektor

industri agro, berkontribusi terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja. Hal-hal yang

mendorong kemudahan investasi yang dilakukan oleh pemerintah, memberikan

multiplier efect salah satunya adalah peningkatan jumlah tenaga kerja sektor industri.

Pada indikator kinerja tujuan yang terakhir “Manajemen Direktorat Jenderal

Industri Agro Yang Andal Dan Profesional” dengan target nilai sebesar 75. Untuk

indikator ini berpedoman pada penilaian PMPRB tahun 2016 Kementerian

Perindustrian yaitu sebesar 74,73 atau dengan tingkat capaian sebesar 99,64

persen. Penilaian ini mengacu pada penilaian tahun sebelumnya yang didasarkan

pada 2 komponen yaitu komponen pengungkit dan komponen hasil. Untuk

komponen pengungkit terdiri dari penilaian manajemen perubahan, penataan

peraturan perundang-undangan, penataan dan penguatan organisasi, penataan

tatalaksana, penat aan sistem manajemen SDM, penguatan akuntabilitas,

penguatan pengawasan, dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Komponenn

hasil terdiri dari penilaian nilai akuntabilitas kinerja, survei internal integritas organisasi,

opini BPK dan survei eksternal pelayanan publik.

Sasaran Strategis Perspektif Stakeholder

Pengukuran kinerja sasaran strategis perspektif stakeholders mempunyai

2 (dua) sasaran strategis dengan 4 (empat) indikator kinerja sasaran, meliputi :

Page 37: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 4

1. Meningkatnya Populasi dan persebaran industri

Sasaran strategis perspektif stakeholder meningkatnya populasi dan

persebaran industri mempunyai 2 (dua) indikator kinerja yaitu : (a) Unit industri

agro besar sedang yang tumbuh, dengan target 538 unit; (b) Nilai investasi di

sektor industri agro, dengan target antara Rp. 112,7 – Rp. 119,8 Triliun. Secara

ringkas, capaian masing-masing indikator tersebut seperti berikut ini:

Tabel 3.2. Capaian IKSS dari Meningkatnya Populasi dan persebaran industri

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

2015 2016 2017 Satuan

T R C T R C T R C meningkatnya populasi dan persebaran industri

Unit industri agro besar sedang yang tumbuh

Belum digunakan sebagai indikator

538 774

143,86% Unit

Nilai investasi di sektor industri agro

74,6 74,6 100 111,9 117,6 105,09 112,7-119,8

121,81 101,67% Rp Triliun

Realisasi indikator kinerja Unit industri agro besar sedang yang tumbuh pada

tahun 2017 adalah sebanyak 774 unit yang terdiri dari 356 unit usaha bidang

industri hasil hutan dan perkebunan, 171 unit usaha bidang industri minuman,

hasil tembakau dan bahan penyegar dan 247 unit usaha sedang besar dari

bidang industri makanan hasil laut dan perikanan. Data yang diperoleh

merupakan data penambahan jumlah IUI yang terbit sepanjang 2017 yang

dikeluarkan BKPM dan di olah oleh Pusdatin Kementerian Perindustrian. Dari

capaian indikator ini sebesar 143,86 persen dengan komposisi 87,5 persen

merupakan industri baru yang terbangun, hal ini dapat disimpulkan bahwa

pertambahan unit usaha sektor industri agro menuju ke arah yang positif akibat

dari meningkatnya pertumbuhan industri agro khususnya industri makanan dan

minuman serta industri furniture.

Untuk indikator ini pada tahun 2015 dan 2016 belum menjadi indikator pada

perjanjian kinerja sehingga tidak dapat diperbandingkan.

Page 38: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 5

Tabel. 3.3. Pertumbuhan Sektor Industri Agro

Sumber : BPS diolah Ditjen Ind. Agro

Catatan : * )Angka Sementara

Industri makanan dan minuman merupakan sektor yang berperan penting dalam

memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri

nonmigas. Selain itu, industri makanan dan minuman merupakan salah satu

sektor yang strategis dan masih mempunyai prospek cukup cerah untuk

ditumbuh kembangkan di Indonesia karena turut mendorong produksi sektor

pertanian melalui pengolahan dan penyerapan bahan baku serta mampu

membuka lapangan kerja yang cukup luas.

Indikator kinerja Nilai investasi di sektor industri agro Tahun 2017 mencapai

realisasi Rp. 121,81 Triliun dengan rincian sektor industri hasil hutan dan

perkebunan sebesar 65,61 Triliun, sektor industri minuman, hasil tembakau dan

perkebunan sebesar 10,40 Triliun, dan sektor industri makanan, hasil laut dan

perikanan sebesar Rp. 45,80 Triliun. Nilai realisasi investasi tersebut didukung

oleh adanya Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan

Pelaksanaan Perizinan Berusaha untuk mewujudkan terlaksananya percepatan

dan kemudahan berusaha, serta inovasi-inovasi yang dilakukan pemerintah

dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam menciptakan kemudahan

pelayanan perizinan melalui perizinan dengan single submission dan digital

Page 39: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 6

signature serta tetap menjalankan langkah-langkah nyata dalam

memfasilitasi penyelesaian hambatan investasi, baik dari sisi regulasi

maupun implementasi di lapangan, sehingga nilainya melampaui target

dengan capaian sebesar 101,67 persen.

Tabel 3.4 Perkembangan Investasi PMDN Sektor Industri

S.D. Triwulan III Tahun 2017 (Rp Milliar)

Sumber : BPS diolah Ditjen Ind. Agro

Page 40: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 7

Tabel 3.5. Perkembangan Investasi PMA Sektor Industri

S.D. Triwulan III Tahun 2017 (Juta USD)

Sumber : BPS diolah Ditjen Ind. Agro

Jika dilihat lagi per sektor industri agro, untuk sektor industri hasil hutan dan

perkebunan serta sektor minuman hasil laut dan perikanan mengalami

penurunan jumlah investasi walaupun dari tabel 3.3 dan tabel 3.4 terjadi

kenaikan investasi di bidang industri tembakau tetapi karena sifat industri

minuman, hasil tembakau dan bahan penyegar bukan merupakan usaha yang

padat modal sehingga walaupun secara unit usaha meningkat tetapi investasinya

menurun. Untuk sektor industri hasil hutan dan perkebunan juga terjadi

penurunan khususnya pada industri kertas dan barang dari kertas. Jika dilihat

pada tabel pada tahun 2016 investasi untuk bidang industri ini sangat tinggi

karena adanya investasi besar yaitu pembangunan pabrik PT. OKI Pulp dan

Kertas sebesar US$ 3.100.000.000 dan dengan kapasitas produksi pulp 2

juta/tahun dan produksi kertas tissue 500 ribu ton/tahun sehingga jika

dibandingkan dengan nilai investasi tahun 2017 sangatlah rendah.

Page 41: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 8

2. Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah:

1) Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional

dengan target antara 30,9 – 31,1 persen.

2) Produktivitas SDM industri agro dengan target Rp. 347 Juta.

Tabel 3.6. Capaian IKSS dari Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas

Sektor Industri

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

2015 2016 2017 Satuan

T R C T R C T R C Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri

Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional

28,67 27,69 96,58 30,93 29,59 95,66 31,1 29,6 95,17 Persen

Produktivitas SDM industri agro

318,5 357,42 129,29 330,3 354,63 113,44 347 366,97 105,76 Rp. Juta

Berdasarkan data dari Badan Statistik Nasional (BPS) per Januari - 2017 yang diolah

oleh kementerian perindustrian nilai kontribusi ekspor produk industri agro terhadap

ekspor nasional sebesar 29,6 persen dengan capaian 95,17 persen. Jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2015 dan tahun 2016, kontribusi ekspor produk

industri agro terhadap ekspor nasional berturut-turut sebesar 27,69 persen dan 29,59

persen menunjukkan tren yang meningkat namun tidak begitu signifikan setiap

tahunnya. Hal ini disebabkan adanya penurunan kontribusi sektor industri agro yaitu

industri hasil hutan dan perkebunan khususnya industri Kayu yaitu :

1) Ekspor produk hasil hutan mengalami tekanan, terutama produk furniture ke

Amerika bagian utara (Amerika Serikat, Canada, dan Mexico). Kompetitor

produk furniture Indonesia yang utama adalah dari China dan Vietnam. Ekspor

produk furniture dari Indonesia ke Amerika Bagian Utara rata-rata USD 500 ribu

– USD 600 ribu dan ke Eropa (10 negara tujuan ekspor utama) pada kisaran

USD 400 ribu, sedangkan ekspor produk furniture Vietnam ke Amerika

Serikat sebesar USD 3,5 juta – USD 4,5 juta atau setara 9,7% dari total

impor furniture Amerika. China merupakan eksportir furniture utama ke Amerika,

Page 42: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 9

yaitu menguasai 34% pasar furniture Amerika atau rata-rata USD 15 milyar –

USD 16 milyar per tahun.

2) Sejak tahun 2012 sampai 2016 pertumbuhan ekspor furniture dari china ke

Amerika meningkat rata-rata 5%, sedangkan pertumbuhan ekspor furniture

dari Vietnam ke Amerika mengalami peningkatan yang signifikan sebesar

rata-rata 20%, kondisi tersebut memberikan tekanan terhadap ekspor furniture

Indonesia.

Tabel 3.7 Perkembangan Ekspor Industri Agro

Sampai Dengan Jan-Nov Tahun 2017

Nilai US$ Juta

Sumber : BPS diolah Ditjen Ind. Agro

Catatan : * )Angka Sementara

Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa ekspor produk makanan

meningkat dari tahun 2016 ke tahun 2017. Peningkatan ekspor tersebut antara

lain disebabkan oleh membaiknya kondisi perekonomian di negara mitra

dagang utama Indonesia seperti Tiongkok dan Amerika Serikat. Berdasarkan

data dari Pusdatin, pada periode bulan Januari s/d November 2017 terjadi

peningkatan ekspor industri pengolahan ke Tiongkok sebesar 46,4% dan ke

Amerika meningkat sebesar 10,87% jika dibandingkan dengan periode yang

sama pada tahun 2016. Selain itu juga terjadi peningkatan pada komoditi

minuman dan tembakau (sektor industri minuman, hasil tembakau dan bahan

penyegar) yang didorong oleh pengembangan inovasi dan penerapan standar

Page 43: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 10

keamanan produk, meningkatnya mutu produk sehingga mampu memacu daya

saing industri minuman, hasil tembakau dan bahan penyegar serta industri

makanan dan mendorong perluasan pasar ekspor. Daya saing industri

minuman, hasil tembakau dan bahan penyegar dan industri makanan, hasil laut dan

perikanan juga diperkuat dengan langkah pemerintah mendorong pelaku usaha

untuk memenuhi aspek produk yang aman, bergizi dan bermutu melalui

penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI), Good Manufacturing Practices

(GMP), Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), Food Hygiene,

Food Safety, Food Sanitation, serta standar pangan internasional (CODEX). Hal

ini dapat terjadi sebagai akibat positif dari adanya kerja sama ekonomi

dengan negara mitra serta kegiatan promosi untuk memperkenalkan produk-

produk Indonesia melalui event pameran di dalam dan di luar negeri.

Untuk Indikator Produktivitas SDM industri agro didapat dari data Pusdatin yang di olah

sektor industri agro didapat nilai Rp. 366,97 Juta/Tenaga Kerja/Tahun. Hal ini sebagai

akibat dari tingginya nilai pertumbuhan sektor industri agro pada tahun 2017.

Pertumbuhan industri sektor agro pada triwulan IV tahun 2017 tetap tinggi karena

didukung oleh meningkatnya nilai investasi dan nilai ekspor pada tahun 2017.

Pertumbuhan yang stabil dengan rata-rata di atas pertumbuhan ekonomi nasional

serta jumlah tenaga kerja yang juga meningkat dengan stabil, menyebabkan nilai

produktivitas SDM terus meningkat.

Page 44: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 11

Gambar 3.1. Grafik Pertumbuhan Industri Agro

Dari grafik terlihat pertumbuhan industri agro terjadi hanya pada industri makanan dan

minuman serta furnitur yaitu dengan nilai 9,46 persen dan 5,47 persen sedangkan

industri yang mengalami penurunan yang sangat signifikan adalah industri kertas yang

mencapai -1,49 pada triwulan III tahun 2017, begitupun juga dengan indsutri tembakau

yang mengalami penurunan dari tahun 2015 sampai sekarang dengan nilia

pertumbuhan sebsar 1,63 persen.

Sasaran Strategis Perspektif Proses Internal

Berdasarkan Perjanjian kinerja Tahun 2017, sasaran strategis perspektif proses Bisnis

internal terdiri dari 2 (dua) dengan 3 (tiga) indikator, yaitu:

1. Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah Peraturan

Perundangan yang diselesaikan dengan target 1 PP/Perpres/Permen.

Tabel 3.8. Capaian IKSS dari Tersedianya Kebijakan Pembangunan Industri Agro yang efektif

Sasaran Strategis Indikator Kinerja 2015 2016 2017 Satuan

T R C T R C T R C Tersedianya Kebijakan Pembangunan Industri Agro yang efektif

Peraturan Perundangan yang diselesaikan

1 0 0 1 0 0 1 2 200% Permen

Untuk indikator Peraturan perundangan yang diselesaikan realisasi sebanyak 2

Permenperin yaitu Permenperin No.9/M-IND/PER/3/2017 tentang Tata Cara

Pemberian Izin Khusus Bagi Industri Karet Remah dan Permenperin No.10/M-

IND/PER/3/2017 tentang Fasilitas Memperoleh Bahan Baku Dalam Rangka

Page 45: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 12

Pembangunan Industri Gula. Untuk Status RPP tentang kewenangan pengaturan

bidang industri tertentu masih dalam Pembahasan Antar Kementerian (PAK) ke 2.

RPP tentang kewenangan pengaturan bidang industri tertentu ini mencakup

tingkat Kementerian Perindustrian tidak hanya komoditi yang ada di Direktorat

Jenderal Industri Agro tetapi juga komoditi sektor industri lain. Kementerian

perindustrian melalui Sekretariat Negara telah melakukan koordinasi dengan

Kementerian lain yang beririsan kewenangannya terkait industri dimana

kementerian lain tersebut telah memiliki Undang-Undang organik sendiri yang

mengacu pada PP No. 17 tahun 1986 tentang kewenangan pengaturan,

pembinaan, dan pengembangan industri. Koordinasi sampai saat ini masih terus

dilakukan agar apa yang diamanahkan dari Undang-Undang No. 3 Tahun 2014

dapat terwujud.

2. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang adil,

berdaya saing dan berkelanjutan

Standardisasi industri dan peningkatan kompetensi tenaga kerja industri

bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri dan produktivitas dalam

rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor. Pembangunan

tenaga kerja industri kompeten yang siap kerja sesuai dengan kebutuhan

perusahaan industri dan/atau perusahaan kawasan industri berdampak

meningkatkan produktivitas tenaga kerja Industri, meningkatkan penyerapan

tenaga kerja di sektor industri serta memberikan perlindungan dan

kesejahteraan bagi tenaga kerja industri. Indikator kinerja sasaran strategis

(IKSS) dari sasaran ini adalah:

1) Produk industri agro yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam

Negeri (TKDN) dengan target 3 sertifikat.

2) Infrastruktur kompetensi yang terbentuk sebanyak 6 SKKNI.

Page 46: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 13

Tabel 3.9. Capaian IKSS dari Terselenggaranya urusan pemerintahan dibidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

Sasaran Strategis Indikator Kinerja 2015 2016 2017 Satuan

T R C T R C T R C Terselenggaranya urusan pemerintahan dibidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

Produk Industri Agro yang tersertifikasi tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)

Belum digunakan sebagai indikator

84 71 84,52% 3 2 66,67% Sertifikat

Infrastruktur kompetensi yang terbentuk

Belum digunakan sebagai indikator

6 6 100% SKKNI

Indikator Produk Industri Agro yang tersertifikasi tingkat Komponen Dalam

Negeri (TKDN) tahun 2017 sebanyak 2 sertifikat yang terdiri dari 2 produk yang

terfasilitasi secara mandiri yaitu 2 produk furniture dari 1 perusahaan yaitu PT.

Jasuindo Arjowiggings Security yaitu produk Smart Card dan Inlay, sehingga

capaiannya sebesar 66,67 persen. Tahun 2016, realisasi untuk indikator ini

sebesar 83 sertifikat dengan capaian 98,80 persen. Rendahnya capaian untuk

indikator ini karena adanya keterbatasan anggaran sehingga tidak bisa

dilaksanakan bussines matching antara User (perusahaan pemilik TKDN)

dengan potential user (kementerian/lembaga) yang akan menggunakan produk

yang ber-TKDN yang berpotensi menurunkan realisasi.

Untuk indikator yang kedua yaitu infrastruktur kompetensi dalam negeri (TKDN)

yang terbentuk dari target 6 SKKNI, Direktorat Jenderal Indsutri Agro dapat

memenuhi semua target tersebut yaitu RSKKNI Industri Pengolahan Daging,

RSKKNI Mie Instan, RSKKNI industri gula rafinasi, RSKKNI Industri Hilir non

perkebunan, RSKKNI Industri Furniture, RSKKNI Kopi. Perlu diketahui Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah rumusan kemampuan

kerja yang mencakup as pek pengetahuan (knowledge), keterampilan

dan/atau keahlian (skills) serta sikap kerja (attitude) yang relevan dengan

pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. Penyusunan dokumen

SKKNI harus mengacu pada format yang ditetapkan oleh Kementerian

Ketenagakerjaan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Tahapan Penyusunan SKKNI terdiri dari

Penyusunan draft (oleh tim perumus) yang meliputi: a) Peta Fungsi Kompetensi

Page 47: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 14

dan b) Uraian unit-unit kompetensi; Verifikasi internal (oleh tim verifikasi); Pra

Konvensi; Verifikasi eksternal (oleh Kemenaker); Konvensi Nasional; Penetapan

(oleh Kemenaker). Kegunaan SKKNI sendiri adalah sebagai acuan

pendidikan/pelatihan berbasis kompetensi, sebagai acuan pelaksanaan uji

kompetensi (sertifikasi kompetensi), sebagai acuan untuk menstrukturkan

perusahaan dan sebagai acuan penyusunan SOP perusahaan.

Pada tahun 2015 dan 2016, Perjanjian Kinerja Direktorat jenderal Indsutri Agro

tidak memuat indikator infrastruktur kompetensi dalam negeri (TKDN) yang

terbentuk sehingga tidak dapat diperbandingkan.

B. Analisis Capaian Kinerja Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri

Agro Tahun 2015 – 2019 Perubahan

Berdasarkan dokumen perencanaan strategis (renstra) Direktorat Jenderal

Industri Agro, secara umum capaian kinerja terhadap dokumen tersebut adalah

sebagai berikut :

Page 48: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 15

Tabel 3.10. Capaian Kinerja Rencana Strategis

Direktorat Jenderal Industri Agro

pada tahun 2015 – 2019 Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019 Satuan

T R C T R C T R C T T

Perspektif Stakeholder

Meningkatnya populasi dan

persebaran industri

Unit industri pengolahan

non-migas besar sedang yang tumbuh

Belum digunakan sebagai indikator 538 774

143,86% 635 708 Unit

Nilai investasi di sektor industri

pengolahan non-migas

74,6 74,6 100% 111,9 117,6 105,09% 112,7-119,8

121,81 101,67% 128,1-136,2

148,6-154,8

Rp. Triliun

Meningkatnya daya saing dan

produktivitas sektor industri

Kontribusi ekspor

produk industri pengolahan non-migas

terhadap ekspor nasional

28,67 27,69 96,58 30,93 29,59 95,66 30,9-31,1

29,6 95,17% 31,2-31,4

31,3-31,6

Persen

Produktivitas SDM industri

318,5 357,42 129,29 330,3 354,63 113,44 347 366,97 105,76 365,8 387,4 Rp Juta

Perspektif Proses Internal

Tersedianya kebijakan

pembangunan industri yang efektif

Peraturan perundangan

yang diselesaikan

1 0 0 1 0 0 1 2 200% 1 1 PP/ Perpres/

Permen

Terselenggaranya urusan pemerintahan di

bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

Produk industri yang tersertifikasi

Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)

Belum digunakan sebagai indikator

84 71 98,80% 3 2 66,67% 4 5 Sertifikat

Infrastruktur kompetensi yang

terbentuk

Belum digunakan sebagai indikator 6 6 100% 7 7 SKKNI

Page 49: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 16

Sasaran Strategis

Indikator Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019 Satuan

T R C T R C T R C T T

Perspektif Kelembagaan

Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Agro yang

profesional dan berkepribadian

Prestasi pegawai Direktorat Jenderal Industri

Agro

Belum Digunakan sebagai Indikator 80 84,20 105,25% 81 82 Nilai

Produktivitas kinerja minimum

pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro

1320 1792,5 135,80% 1320 1320 Jam kerja

Kualifikasi pendidikan pegawai Direktorat

Jenderal Industri Agro

1 2 200% 1 1 Orang

Tersedianya sistem informasi

yang andal dan mudah diakses

Kesesuaian data dan informasi

industri terhadap kebutuhan stakeholder

Belum Digunakan sebagai Indikator 50 29,03 58,06% 60 70 Persen

Ketersediaqan Sistem (Uptime)

100 100 100% 100 100 Persen

Terwujudnya birokrasi yang

efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima

Penilaian Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

Belum Digunakan sebagai Indikator 76 75,76 99,68% 78 80 Nilai

Tingkat

Kematangan SPIP Satker Mencapai Tingkat 3

3,00 3,224 107,46% 3,20 3,25 Level

Tersusunnya perencanaan program,

pengelolaan keuangan serta pengendalian yang berkualitas

dan akuntabel

Akuntabilitas Laporan Keuangan dan

BMN

Belum Digunakan sebagai Indikator

Capaian Standar Tertinggi

Capaian Standar Tertinggi

100% Capaian Standar Tertinggi

Capaian Standar Tertinggi

100% Capaian Standar Tertinggi

Capaian Standar Tertinggi

Capaian Standar Tertinggi

Status pengelolaan BMN

Kementerian Perindustrian

Belum Digunakan sebagai Indikator 1 0,28

100% 0,9 0,8 Persen

Anggaran Kementerian

Perindustrian yang diblokir

10

0,99

100% 13 15 Persen

Kesesuaian rencana

program dan kegiatan prioritas dengan Dokumen

Perencanaan

90 90 100% 90 90 100% 94 100 100% 95 100 Persen

Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2015 – 2019,

target jangka menengah untuk setiap IK adalah sebagai berikut:

1. Unit industri pengolahan non-migas besar sedang yang tumbuh dengan target

538 unit usaha. Realisasi untuk indikator ini adalah terbentuknya 774 unit usaha

dan diharapankan terus tumbuh hingga mencapai target tahun 2019.

Page 50: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 17

2. Nilai investasi di sektor industri pengolahan non-migas dengan target 112,7-

119,8 Triliun Rupiah, tahun 2017 terealisasi sebanyak 121,81 Triliun Rupiah

sehingga capaian diharapakan dapat dipertahankan setiap tahunnya.

3. Kontribusi ekspor produk industri pengolahan non-migas terhadap ekspor

nasional dengan target 30,9 – 31,1 Triliun rupiah. Tahun 2017 terealisasi

sebesar 29,6 Triliun rupiah, sedikit dibawah target yang ditetapkan. Perlu adanya

upaya yang lebih besar lagi agar target dapat tercapai sampai tahun 2019.

4. Produktivitas SDM industri dengan target 347 Juta rupiah/orang/tahun terealisasi

sebesar 366,97 Juta rupiah/orang/tahun. Capaian ini perlu dipertahankan dan

ditingkatkan sampai tahun 2019.

5. Peraturan perundangan yang diselesaikan dengan target sebanyak 1

PP/Perpres/Permen. Realisasi sampai akhir tahun 2017 sebanyak 2 permen

Sehingga sampai dengan akhir tahun 2019, proses pencapaian target setiap

tahun ini harus terus dipertahankan.

6. Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)

dengan target sebanyak 3 sertifikat. Realisasi sampai akhir tahun 2017 sebesar

2 sertifikat. Realisasi Indikator kinerja ini lebih kecil sehingga perlu ada kegiatan

penunjang untuk mencapai target sampai tahun 2019 salah satunya Bussines

Matching.

7. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk dengan target 6 SKKNI, tercapai pada

tahun 2017 dan harus ditingkatkan agar dapat memenuhi target sampai tahun

2019.

8. Rata-rata nilai prestasi kerja pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro memiliki

target nilai 80. Sampai akhir tahun 2017, realisasi indikator kinerja ini adalah

84,20, lebih besar dari target IKU sampai tahun 2019.

9. Rata-rata produktivitas kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal Industri

Agro dengan target 1320 jam kerja. Realiasi tahun 2017 mencapai 1792,5 jam

kerja sehingga tingkat capaian ini perlu dipertahankan sampai tahun 2019.

10. Kualifikasi pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro dengan target 1

orang. Sampai akhir tahun 2017, realisasi IKU ini adalah sebanyak 2 orang.

Diharapkan akan meningkat setiap tahunnya sampai tahun 2019.

11. Kesesuaian data dan informasi industri agro terhadap kebutuhan stakeholder

industri agro dengan target 50 persen. Realisasi sampai akhir tahun 2017 adalah

Page 51: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 18

sebesar 29,03 persen. Oleh karena itu, agar bisa mencapai target dalam renstra

2015-2019 perlu adanya perbaikan pelayanan dengan cara penugasan khusus

kepada staf/pejabat terkait untuk menjawab setiap pertanyaan yang masuk.

12. Ketersediaan Sistem (uptime) dengan target 100 persen. Realisasi IKU iini

sampai akhir tahun 2017 sebesar 100 persen, sehingga perlu dipertahankan

sampai tahun 2019.

13. Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sekretariat

Direktorat Jenderal Industri Agro dengan target nilai 76. Penilaian SAKIP tahun

2017 (merujuk pada penilaian Sakip tahun 2016) Sekretariat Direktorat Jenderal

industri Agro mendapatkan nilai 75,76 sehingga untuk dapat mencapai target

sampai dengan tahun 2019 perlu diadakan pra penilaian untuk persiapan

penilaian SAKIP.

14. Tingkat Kematangan SPIP Satker Mencapai Tingkat 3 dengan level 3. Realisasi

untuk IKU ini sebesar 3,224, sehingga perlu dipertahankan sampai tahun 2019.

15. Tingkat akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN dengan target capai Standar

Tertinggi. Realisasi tahun 2017 kementerian Perindustrian mendapatkan

predikat capaian standar tertinggi sehingga perlu dipertahankan sampai tahun

2019.

16. Status pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro dengan target 1

persen. Untuk realisasi sampai akhir tahun 2017 ini sebesar 100 persen

sehingga perlu dipertahankan sampai tahun 2019.

17. Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang diblokir dengan target 10

persen. Sampai akhir tahun 2017 realiasi sebesar 100 persen sehingga perlu

dipertahankan sampai akhir tahun 2019.

18. Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan Dokumen

Perencanaan dengan target 94 persen. Realisasi sampai tahun 2017 sebesar

100 persen Sehingga tingkat capaian indikator kinerja ini perlu dipertahankan

sampai dengan akhir tahun 2019.

C. Analisis Capaian Program Prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun

2017

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Industri Agro

mengemban tugas untuk melaksanakan program prioritas yang diamanahkan

Page 52: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 19

dari Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional yang diturunkan melalui

Renstra Kementerian Perindustrian. Adapun Program prioritas tahun 2017 tertera

pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.11. Capaian Program Prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro

Tahun 2017

Program/Kegiatan Sasaran kegiatan Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

Penumbuhan dan

Pengembangan

Industri Hasil

Hutan dan

Perkebunan

Terimplementasikannya Pilot Project Aditif Aspal Berbasis Crumb Rubber sebagai upaya meningkatkan penyerapan bahan baku karet di dalam negeri melalui pemanfaatan pada pembangunan infrastruktur

Jumlah pabrik/pilot project

45 Ton 54 Ton 100

Terlaksananya Bantuan Mesin dan peralatan untuk industri pengolahan kayu, industri rotan,dan alat laboratorium industri pulp dan kertas

jumlah unit usaha yang diberi bantuan mesin peralatan

1 unit 1 100

Tersusunnya rancangan SKKNI SDM industri hasil hutan dan perkebunan yaitu SKKNI yang disusun adalah SKKNI Furniture dan SKKNI hilir non pangan

Jumlah SKKNI yang tersusun

2 RSKKNI 2 100

Tersusunnya Rancangan dan/atau revisi Standar Nasional Indonesia Produk Industri dalam rangka peningkatan daya saing Industri Hasil Hutan dan Perkebunan

Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia

15 RSNI 13 86,66

Page 53: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 20

Tabel 3.11. Capaian Program Prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro

Tahun 2017 (sambungan)

Program/Kegiatan Sasaran kegiatan Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

Penumbuhan dan

Pengembangan

Industri Minuman,

Hasil Tembakau,

dan Bahan

Penyegar

Tersedianya Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri dalam rangka Peningkatan Mutu Susu Olahan Berbasis Susu Segar Dalam Negeri

Jumlah Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri

4 Unit 4 100

Tersedianya Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri dalam rangka Peningkatan Teknologi Proses Es Balok Dalam Rangka Meningkatkan Daya Simpan Produk Hasil Laut dan Mutu Es Konsumsi

Jumlah Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri

1 Unit 1 100

Tersusunnya Rancangan dan/atau revisi Standar Nasional Indonesia Produk Industri pada kegiatan Bantuan Sertifikasi Penerapan Standar di Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar

Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia

4 RSNI 5 125

Tersusunnya RSKKNI/SKKNI Pada Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar

Jumlah RSKKNI/SKKNI

1 RSKKNI 1 100

Page 54: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 21

Tabel 3.11. Capaian Program Prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro

Tahun 2017 (sambungan)

Program/Kegiatan Sasaran kegiatan Indikator Target Realisasi Capaian

(%)

Penumbuhan dan

Pengembangan

Industri Makanan,

Hasil Laut, dan

Perikanan

Terfasilitasinya bantuan mesin dan peralatan Industri Pengolahan Rumput Laut (Alkali Treatment Gracilaria)

Jumlah Unit Usaha

1 Unit Usaha

1 100

Tersusunnya Draft SKKNI Industri Pengolahan Daging

Jumlah Rancangan Standar Kompetensi Kerja Indonesia di bidang Industri Pengolahan Daging

1 RSKKNI 1 100

Terfasilitasinya bantuan mesin dan peralatan Tepung Non Gandum

Jumlah Unit Usaha

1 Unit Usaha

1 100

Tersusunnya Draft SKKNI Industri Gula Rafinasi

Jumlah Rancangan Standar Kompetensi Kerja Indonesia di bidang Industri Gula Rafinasi

1 RSKKNI 1 100

Tersusunnya Draft SKKNI Industri MI Instan

Jumlah Rancangan Standar Kompetensi Kerja Indonesia di bidang Industri Mi Instan

1 RSKKNI 1 100

Tersusunnya Revisi SNI produk Tepung Jagung, Tepung Pelapis, Bumbu Perasa Daging, keripik Tahu, karagenan, Agar - Agar, Minyajk kedelai, Tauco

Jumlah Rancangan SNI

8 RSNI 8 100

Merunut pada target Program Prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017,

berikut ulasan berdasarkan sasaran dan indikator kinerja program prioritas sebagai

berikut:

1) Terimplementasikannya Pilot Project Aditif Aspal Berbasis Crumb Rubber

sebagai upaya meningkatkan penyerapan bahan baku karet di dalam negeri

Page 55: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 22

melalui pemanfaatan pada pembangunan infrastruktur dengan target 45 ton.

Sampai akhir tahun 2017 capaian untuk sasasran ini sebesar 100 persen,

dimana telah dilakukan beberapa kegiatan yang mendukung terwujudnya

sasaran ini seperti dirumuskan konsep payung hukum untuk penerapan skala

komersial yaitu Konsep Inpres dan Konsep MOU Menteri Perindustrian dengan

Menteri PUPR, Penyiapan konsep industrialisasi, Telah dicadangkan sepanjang

25 km untuk jalan nasional dan di daerah Musi Banyuasin untuk jalan daerah

pada tahun anggaran 2018 oleh Kementerian PUPR dan untuk penerapan aspal

karet alam baik masterbatch maupun SKAT dengan melihat kesiapan

industrinya. Selain itu juga telah dilakukan Uji Gelar aditif aspal karet di Depok

dan di Cikarang dan juga penyusunan draft payung hukum dan persyaratan

teknis aditif aspal karet.

2) Terlaksananya Bantuan Mesin dan peralatan untuk industri pengolahan kayu,

industri oleokimia, kemurgi dan minyak atsiri dengan target 1 unit. Sampai akhir

tahun 2017 telah dilaksanakan serah terima, uji coba, dan pelatihan operator di

BBPK. Mesin yang diberikan adalah alat pengujian dalam rangka mendukung

pemberlakuan SNI wajib produk kertas kemasan pangan.

3) Tersusunnya rancangan SKKNI SDM industri hasil hutan dan perkebunan yaitu

SKKNI yang disusun adalah SKKNI Furniture dan SKKNI hilir non pangan

dengan target 2 SKKNI. Pada tahun 2017 telah disusun RSKKNI SDM Industri

furniture dengan 20 unit kompetensi dan 1 peta jembatan kompetensi industri

atsiri.

4) Tersusunnya Rancangan dan/atau revisi Standar Nasional Indonesia Produk

Industri dalam rangka peningkatan daya saing Industri Hasil Hutan dan

Perkebunan dengan target 15 RSNI. Sepanjang tahun 2017 telah dilakukan

kegiatan yang mendukung tercapaianya sasaran ini sehingga pada akhir tahun

2017 Telah tersusun 10 Judul RSNI industri pulp kertas yaitu : (1) karton

dupleks,(2) cara uji daya tembus udara (3) cara uji kekakuan kertas dan karton,

(4) kertas pembentuk rokok, (5) cara uji soda dan sulfat pada lindi putih dan lindi

hijau, (6) karton salut, (7) penggilingan di laboratorium untuk pulp, (8) cara uji

ketahanan minyak kertas dan karton, (9) cara uji kekuatan anata ikatan karton,

(10) kertas tahan minyak/lemak, dan tersusunnya 3 judul RSNI industri furniture

Page 56: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 23

yaitu : (1) Furniture – Bangku (2) Furniture – Kursi belajar untuk sekolah (3)

Furniture – Meja belajar untuk sekolah. Sehingga total RSNI yang dpat tersusun

sejumlah 13 RSNI. 2 RSNI yang belum selesai diantaranya penyusunan RSNI

Non Pangan TPBBM (Tanah Pemucat Bekas Bebas Minyak) dikarenakan

Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) ingin membiayai sendiri dengan alasan

supaya proses lebih cepat dan lebih sederhana dengan bekerjasama dengan

Pusat Jalan dan Jembatan, Kementerian PUPR.

5) Tersedianya Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri dalam

rangka Peningkatan Mutu Susu Olahan Berbasis Susu Segar Dalam Negeri

dengan target 4 unit mesin. Tahun 2017 telah dilakukan pemberian 4 bantuan

mesin/peralatan dengan rincian 2 bantuan mesin/peralatan di Kuningan dan 2

bantuan mesin/peralatan di Malang. Sebagai bentuk tindak lanjut dari bantuan ini

diharapkan bantuan mesin/peralatan cooling unit berikutnya dengan kapasitas

alat yang lebih besar (3000L atau 6000L)

6) Tersedianya Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri dalam

rangka Peningkatan Teknologi Proses Es Balok Dalam Rangka Meningkatkan

Daya Simpan Produk Hasil Laut dan Mutu Es Konsumsi dengan target 1 unit

mesin. Pada tahun 2017 telah diberikan 1 bantuan mesin/peralatan es balok di

Gorontalo. Menurut kondisi dilapangan bahwa Kebutuhan es balok untuk

meningkatkan daya simpan produk hasil laut diperkirakan mencapai 950 ton per

hari, sedangkan mesin/peralatan yang telah diberikan hanya menghasilkan 10

ton/hari. Sehingga bisa menjadi harapan untuk tahun berikutny pemberian

mesin/peralatan dengan kapasitas yang lebih besar dan penambahan bantuan

mesin/peralatan di lokasi lain yang terdekat; serta pemberian cold storage untuk

meningkatkan daya tahan es balok.

7) Tersusunnya Rancangan dan/atau revisi Standar Nasional Indonesia Produk

Industri pada kegiatan Bantuan Sertifikasi Penerapan Standar di Industri

Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar dengan target 4 RSNI. Tahun

2017 telah disusun RSNI minuman koktil dalam kemasan, RSNI minuman kopi

dalam kemasan, RSNI sirup squas,RSNI susu bubuk rasa, dan RSNI susu

fermentasi. Dari realisasi didapatkan capaian sebesar 125 persen.

Page 57: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 24

8) Tersusunnya RSKKNI/SKKNI Pada Industri Minuman, Hasil Tembakau dan

Bahan Penyegar dengan target 1 RSKKNI. Hingga tahun 2017 telah tersusun

RSKKNI Industri Pengolahan Kopi sehingga perlu adanya pembentukan LSP

dan TUK industri pengolahan kopi.

9) Terfasilitasinya bantuan mesin dan peralatan Industri Pengolahan Rumput Laut

(Alkali Treatment Gracilaria). Tahun 2017 telah di laksanakan Bantuan Mesin

dan Peralatan Industri Pengolahan Rumput Laut

10) Tersusunnya Draft SKKNI Industri Pengolahan Daging dengan target 1 SKKNI.

Hingga tahun 2017 telah tersusun SKKNI Industri Daging sehingga perlu adanya

Pembentukan LSP dan TUK industri pengolahan daging

11) Terfasilitasinya bantuan mesin dan peralatan Tepung Non Gandum dengan

target 1 unit mesin. Tahun 2017 Telah dilaksanakan serah terima Bantuan mesin

peralatan industri tepung non gandum di Kab. Wonogiri - Jawa Tengah

12) Tersusunnya Draft SKKNI Industri Gula Rafinasi dengan target 1 SKKNI tercapai

dengan tersusun unit kompetensi RSKKNI bidang Industri Gula Rafinasi

13) Tersusunnya Draft SKKNI Industri MI Instan tahun 2017 sebanyak 1 SKKNI

dimana Pra Konvensi, Verifikasi Eksternal, dan Konvensi dilaksanakan pada

Tahun 2018

14) Tersusunnya Revisi SNI produk Tepung Jagung, Tepung Pelapis, Bumbu Perasa

Daging, keripik Tahu, karagenan, Agar - Agar, Minyajk kedelai, Tauco dengan

target 8 RSNI tercapai sebanyak 8 RSNI yaitu tersusunnya Revisi SNI Wajib

untuk komoditi 1) Mentega, 2) Minyak Goreng Sawit, 3) Gula Kristal Rafinasi,

4) Pati Jagung, 5) Biskuit, 6) Tepung Terigu, 7) Rolade Daging dan 8)

Burger Daging.

D. Analisis Capaian RPJMN Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017

Berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-

2025), Direktorat Jenderal Indsutri Agro mengemban tugas yang tertuang dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, sebagai

berikut:

Page 58: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 25

Tabel 3.12. Capaian RPJMN Direktorat Jenderal Industri Agro

Tahun 2017

Sasaran Indikator Target Realisasi Capaian

(%) Satuan

Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Meningkatnya Populasi Industri Sedang dan Besar Hasil Hutan dan Perkebunan (Quickwins: Hilirisasi produk-produk pertanian menjadi produk agroindustri)

Berkembangnya industri Hasil Hutan dan Perkebunan Lainnya

3 3 100 Komoditas

Tumbuh dan berkembangnya industri oleokimia dan kemurgi

2 2 100 Komoditas

Meningkatnya daya saing industri Hasil Hutan dan Perkebunan

Tersusunnya standar produk industri hasil hutan dan perkebunan

15 13 86,67 RSNI/SNI

Partisipasi Dit. IHHP dalam sidang dan pameran di dalam negeri maupun luar negeri

15 8 53,33 Partisipasi

Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Minuman dan Tembakau Meningkatnya Populasi Industri Minuman dan Tembakau (Quickwins: Hilirisasi produk-produk pertanian menjadi produk agroindustri)

Terfasilitasinya Pengembangan Industri Pangan

2

Sasaran dan Indikator Berubah

Komoditi

Terfasilitasinya Pengembangan Industri Bahan Penyegar

3 Komoditi

Terfasilitasinya Pengembangan Industri Minuman Lainnya

2 Komoditi

Meningkatnya daya saing industri minuman dan tembakau

Tersusunnya Standar Produk Industri Minuman dan Tembakau

5 5 100 RSNI/SNI

Partisipasi dalam sidang dan pameran di Dalam dan Luar Negeri

15 11 73,33 Partisipasi

Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Meningkatnya Populasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan (Quickwins: Hilirisasi produk-produk pertanian menjadi produk agroindustri)

Terfasilitasinya Pengembangan Industri Pangan

4

Sasaran dan Indikator Berubah

Komoditi

Terfasilitasinya Pengembangan Industri Pakan

1 Komoditi

Terfasilitasinya Pengembangan Industri Bahan Penyegar

1 Komoditi

Terfasilitasinya Pengembangan Industri Oleofood

1 Komoditi

Meningkatnya daya saing industri makanan, hasil laut dan perikanan

Tersusunnya Standar produk industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan

8 8 100 RSNI/SNI

Promosi dan kerjasama pada industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan

8 8 100 Pameran/Sidang

Pada tahun 2017 terjadi perubahan sasaran dan indikator pada dokumen Rencana

Strategis sehingga ada beberapa data realisasi dan capaian tidak dapat disajikan.

Berikut capaian untuk indikator RPJMN yang sampai akhir 2017 sebagai berikut:

Page 59: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 26

1) Berkembangnya industri Hasil Hutan dan Perkebunan Lainnya dengan target 3

komoditas dapat tercapai pada tahun 2017 yaitu komoditasFurnitur kayu, Rotan

dan pulp kertas.

2) Tumbuh dan berkembangnya industri oleokimia dan kemurgi dengan target 2

komoditi. Pada tahun 2017 telah terlaksana rapat-rapat koordinasi dalam rangka

penyusunan rekomendasi iklim usaha industri hilir perkebunan non pangan

(Oleokimia dan Kemurgi)

3) Tersusunnya standar produk industri hasil hutan dan perkebunan dengan target

15 RSNI. Tahun 2017 tercapai 13 RSNI yaitu 10 RSNI industri pulp & kertas, 3

RSNI industri furniture. Sedangkan untuk 2 RSNI industri hilir perkebunan non

pangan (Oleokimia dan Kemurgi) masih tahap melakukan koordinasi dengan

pihak terkait

4) Partisipasi Dit. IHHP dalam sidang dan pameran di dalam negeri maupun luar

negeri dengan target 15 partisipasi tercapai sebanyak 8 partisipasi pada tahun

2017 yaitu Ministeral Meeting between Minister of Industry of Indonesia with

Minister of Plantation and International Commodities of Malaysia, Second

Substantive Meeting (SSM) Kasus Sengketa DS491 : United States – Anti

Dumping and Countervailing Measures on Certain Coated Paper from Indonesia,

Thematic Session on Conformity Assesment Procedures and Regulatory

Practice serta First Subtantive Meeting (FSM) Kasus Sengketa DS480:

European Union - Anti-Dumping Measures on Biodiesel From Indonesia,

Pameran International Furniture Expo (IFEX), Pameran China International

Furniture Fair (CIFF) 2017, The top 100 mesin kayu olahan.

5) Tersusunnya Standar Produk Industri Minuman dan Tembakau dengan target 5

RSNI. Sampai akhir tahun 2017 telah tersusun RSNI Sirup Squas, RSNI

minuman kopi dalam kemasan, RSNI koktail dalam kemasan, RSNI susu bubuk

rasa, dan RSNI susu fermentasi.

6) Partisipasi dalam sidang dan pameran di Dalam dan Luar Negeri tahun 2017

dengan target 15 partisipasi. Tahun 2017 Direktorat Indsutri minuman, Hasil

tembakau dan Bahan penyegar telah melaksanakan partisipasi sidang dan

pameran didalam dan luar negeri sebanyak 11 partisipasi antara lain Partisipasi

pada 42nd FOODEX 2017 di Jepang, Sidang IE-CEPA di Jenewa, Kunjungan

Page 60: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 27

Kerja Pansus RUU larangan Minuman Beralkohol di Maroko, ACCSQ di

Kamboja, ACCSQ di Filipina, BSOs at European Trade Fairs Insights Into

Country Stand Organization, Company Support and Contact Management di

Jerman.

7) Tersusunnya Standar produk industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan

dengan target 8 RSNI tercpai tahun 2017 yaitu tersusunya RSNI Gula Kristal

Rafinasi, Rolade Daging, Burger Daging, Mentega, Minyak Goreng Sawit, Pati

Jagung, Biskuit dan Tepung Terigu.

8) Promosi dan kerjasama pada industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan

dengan target 8 partisipasi tercapai tahun 2017. Partisipasi yang diikuti antara

lain Partisipasi pada APEC Senior Official Meeting, Sidang Codex Committee on

Fats and Oils (CCFO) ke 25, Sidang IE-CEPA, IJEPA, IEU-CEPA, Partisipasi

pada Pameran JIFEX 2017, Japan Foodex 2017, dan Partisipasi pada Pameran

Halal Lifestyle Expo 2017.

E. Realisasi Anggaran Tahun 2017

Dari total anggaran di dalam DIPA Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017

dengan total sebesar Rp. 171.211.050.000,- telah terealisasi sebesar sebesar 95,69

persen atau Rp. 163.826.980.000,-. Realisasi DIPA sampai dengan 31 Desember 2017

berdasarkan Program/Kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.13. Penyerapan Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017

No. Uraian Pagu Anggaran

(Rp.) Realisasi

(Rp.)

1. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan

20.798.081.000 18.946.868.000

2. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar

85.658.565.000 84.130.589.000

3. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan

27.526.341.000 27.014.318.000

4. Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri berbasis Agro

37.228.063.000 33.735.204.000

Total 171.211.050.000 163.826.980.000

Page 61: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 28

Tabel 3.14. Penyerapan Anggaran Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017

Sasaran Strategis Indikator Kinerja 2017

T R C

Meningkatnya populasi dan persebaran industri

Unit industri pengolahan agro besar sedang yang tumbuh

6.974.792.000 6.447.584.417 92,44%

Nilai investasi di sektor industri pengolahan agro

101.699.405.000 94.869.050.199 93,28%

Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Agro yang profesional dan berkepribadian

Rata-rata nilai prestasi kerja pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro

359.003.000 359.003.000

100%

Rata-rata produktivitas kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro

18.494.400.000 16.275.072.000

88%

Kualifikasi pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro

303.355.000 300.321.450

99%

Terwujudnya birokrasi yang

efektif, efisien, dan berorientasi

pada layanan prima

Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro

1.727.467.000 1.727.467.000 100%

Tingkat Kematangan SPIP Satker Mencapai Tingkat 3

150.476.000 150.476.000 100%

Tersusunnya perencanaan

program, pengelolaan keuangan

serta pengendalian yang

berkualitas dan akuntabel

Tingkat akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN

729.319.000 729.319.000 100%

Status pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro

4.359.374.000 3.836.249.120 88%

Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang diblokir

6.371.137.000 4.964.489.516 77,92%

Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan Dokumen Perencanaan

734.576.000 734.576.000 100%

Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri

Kontribusi ekspor produk industri pengolahan agro terhadap ekspor nasional

7.534.658.000 6.301.000.673 83,62%

Produktivitas SDM industri agro 8.579.918.000 8.460.300.737 98,60%

Tersedianya kebijakan pembangunan industri agro yag efektif

Peraturan perundangan yang diselesaikan

6.338.613.000 6.275.226.870 99%

Tersedianya sistem informasi

yang andal dan mudah diakses

Kesesuaian data dan informasi industri agro terhadap kebutuhan stakeholder industri agro

222.415.000 222.415.000 100%

Ketersediaan Sistem (uptime) 108.925.000 108.925.000 100%

Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

Produk industri agro tersertifikasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN)

3.268.663.000 3.268.663.000 100%

Infrastruktur kompetensi yang terbentuk

3.218.376.000 2.894.365.780 89.93%

Page 62: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 IV - 1

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Direktorat Jenderal Industri Agro secara garis besar telah berhasil

melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian

sasaran strategis tahun 2017 serta berkontribusi bagi pencapaian sasaran strategis

Kementerian Perindustrian.

Pencapaian tersebut terlihat dari keberhasilan capaian sasaran strategis

perspektif stakeholders, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajran

organisasi, dimana masing-masing perspektif mendukung perspektif Direktorat

Jenderal Industri Agro sesuai dengan yang tercantum pada Perjanjian Kinerja

Direktorat Jenderal Industri Agro.

B. PERMASALAHAN DAN KENDALA

Secara rinci permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam rangka

mencapai sasaran strategis telah dijelaskan pada BAB III, sedangkan permasalah

umum yang dihadapi Direktorat Jenderal Industri Agro selama tahun 2017 antara lain

:

1. Belum ada kejelasan mengenai RPP tentang kewenangan pengaturan bidang

industri tertentu. Walaupun untuk capaian indikator kinerja telah terpenuhi

melalui penyelesaian 2 Permenperin, penyelesaian RPP diharapkan juga dapat

terselesaikan mengingat indikator ini merupakan amanah Undang-Undang No.

3 Tahun 2014 tentang Perindustrian dalam rangka mendorong kemajuan

sektor industri ke depan.

2. Rendahnya realisasi TKDN tahun 2017 dibandingkan dengan tahun

sebelumnya karena adanya keterbatasan anggaran sehingga tidak bisa

dilaksanakan bussines matching antara User (perusahaan pemilik TKDN)

Page 63: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 IV - 2

dengan potential user (kementerian/lembaga) yang akan menggunakan produk

yang ber-TKDN.

3. Belum selesainya penyusunan RSNI Non Pangan TPBBM (Tanah Pemucat

Bekas Bebas Minyak) dikarenakan DMSI (Dewan Minyak Sawit Indonesia) ingin

membiayai sendiri dengan alasan supaya proses lebih cepat dan lebih

sederhana dengan bekerjasama dengan Pusat Jalan dan Jembatan,

Kementerian PUPR. Namun aktivitas yang mendukung pelaksanaan

kegiatan dimaksud telah selesai dilaksanakan.

4. Belum selesainya penyusunan RSKKNI Non Pangan (Minyak Atsiri)

dikarenakan belum selesainya penyusunan peta jembatan kompetensinya.

Tahun ini peta jembatan kompetensi selesai disusun sehingga penyusunan

RSKKNI Minyak Atsiri ini akan dilakukan pada TA. 2018.

5. Terbitnya Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2017 tentang Efisiensi Belanja

Barang Kementerian/Lembaga Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2017 dan adanya realokasi

anggaran untuk mendukung program pendidikan vokasi sesuai dengan

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah

Menengah Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing

Sumber Daya Manusia Indonesia, menyebabkan dilakukannya revisi

anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro

C. REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT

Berdasarkan permasalahan dan kendala tersebut, rekomendasi yang dapat

diambil oleh Direktorat Jenderal Industri Agro dalam rangka peningkatan kinerja

pada tahun selanjutnya antara lain:

1. Berdasarkan rekomendasi tahun 2016 terkait dengan penyusunan RPP

tentang kewenangan pengaturan bidang industri tertentu ditindaklanjuti

tahun 2017 melalui Pembahasan Antar Kementerian (PAK). Untuk tahun

2018 untuk menunjang terwujudnya penyelesaian RPP ini melalui

pembahasan Rapat Terbatas (Ratas) Antar Menteri di Kantor Presiden.

Page 64: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 IV - 3

2. Pelaksanaan kegiatan bussines matching antara User (perusahaan

pemilik TKDN) dengan d (kementerian/lembaga) yang akan menggunakan

produk yang ber-TKDN untuk meningkatkan Produk Industri Agro yang

tersertifikasi.

3. Melaksanakan aktivitas pendukung kegiatan penyusunan RSNI

Industri Hilir Perkebunan Non Pangan (TPBBM sebagai subgrade urugan

jalan). Sedangkan penyusunan RSNI nya akan dilakukan oleh Pusat

Jalan dan Jembatan, Kementerian PUPR.

4. Menyelesaikan penyusunan RSKKNI Industri Hilir Perkebunan Non

Pangan (Minyak Atsiri), yang saat ini masih berupa draft.

Selain rekomendasi yang dituangkan untuk mendukung kegiatan Direktorat

Jenderal Industri Agro dimasa yang akan datang, adapula tindak lanjut dari

rekomendasi yang telah diberikan pada tahun 2016 telah terlaksana sebagai

berikut:

1. Dalam Meningkatkan koordinasi dan monitoring dalam pelaksanaan

kegiatan sesuai dengan perencanaan serta meningkatkan kualitas

implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)

di lingkungan Kementerian Perindustrian dalam mendukung pencapaian

kinerja Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Industri agro aktif

dalam mengikuti kegiatan-kegiatan peningkatan Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang sering diadakan oleh Biro

Perencanaan, Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian sebagai

Koordinator dalam penilaian SAKIP. Selain itu juga Ditjen Industri Agro

turut aktif melakukan rapat-rapat koordinasi dengan unit eselon 2

dibawahnya guna memantau realiasasi dan capaian kegiatan dan

perencanaan untuk meningkatkan implementasi SAKIP Ditjen Industri

Agro.

2. Mendorong tumbuhnya industri substitusi impor di dalam negeri. Salah

satu cara Ditjen Industri Agro dalam mendukung penurunan belanja impor

produk agro melalui pelaksanaan kegiatan peningkatan produk dalam

negeri (P3DN) yang mana dapat pula meningkatkan penggunaan Tingkat

Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Page 65: TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan

LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 IV - 4

3. Direktorat Jenderal Industri Agro sampai saat ini masih melakukan

koordinasi terkait restrukturisasi tata niaga energi bahan baku, salah

satunya penurunan harga gas untuk industri dalam negeri.

4. Sampai saat ini Ditjen Industri Agro telah melakukan koordinasi dengan

pelaku usaha dan melakukan kajian untuk melihat dampak pengenaan

PPN pada 13 komoditas, yaitu: jagung, kacang, kedelai, karet, tebu,

kelapa, kelapa sawit, tembakau, kopi, teh, cengkeh, biji cokelat, dan kayu

terhadap kinerja perekonomian. Dari beberapa kajian dapat disimpulkan

beberapa alternatif kebijakan yang harapannya dapat menyelesaikan

permasalahan ini.

5. Pemberlakuan regulasi pelarangan ekpor bahan mentah untuk

meningkatkan nilai tambah industri dalam negeri ditekankan pada industri

untuk menggunakan bahan baku dalam negeri lebih besar yang sejalan

dengan rencana kewajiban penggunaan Tingkat Kandungan Dalam

Negeri (TKDN) untuk seluruh industri. Pemberlakuan pelarangan ekspor

secara total belum dapat dilakukan karena untuk komoditi tertentu

contohnya industri pengolahan susu masih bergantung pada hasil impor.

6. Ditjen Industri Agro terus melakukan upaya koordinasi dengan instansi

terkait dalam memberikan kepastian hukum dan insentif fiskal.

7. LAKIP Ditjen Industri Agro digunakan sebagai bahan masukan dan

acuan dalam penyusunan dan implementasi Rencana Kerja (Operational

Plan), Rencana Kinerja (Performance Plan), Rencana Anggaran

(Financial Plan), dan Rencana Strategis (Strategic Plan).