TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)...
Transcript of TAHUN 2017 - agro.kemenperin.go.id...1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)...
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO
TAHUN 2017
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telp.: 021-5255509 Ext. 4061 Fax.: 021-5255861
Website: http://agro.kemenperin.go.id
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO
TAHUN 2017
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950
Telp.: 021-5255509 Ext. 4061 Fax.: 021-5255861
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 ii
Ikhtisar Eksekutif
Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017 ini disusun sebagai akuntabilitas kinerja atas pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi sebagaimana Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun
1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Permenpan RB) No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah.
Pengukuran yang tertuang dalam laporan ini didasarkan pada Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2017. Perjanjian Kinerja
disusun berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) yang berisikan sasaran
dan Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Industri Agro pada periode tahun tertentu. Sasaran tersebut mempunyai target masing-masing,
dimana pelaksanaannya didukung oleh anggaran yang tersedia di dalam
DIPA.
Direktorat Jenderal Industri Agro secara garis besar telah berhasil
melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian sasaran strategis tahun 2017 serta berkontribusi bagi
pencapaian sasaran strategis Kementerian Perindustrian.
Keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini dapat dilihat dari pemenuhan target indikator kinerja yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja
Direktorat Jenderal industri Agro Tahun 2017 yang memiliki 4 sasaran
strategis yang terdiri dari 2 (dua) sasaran strategis perspektif pemangku kepentingan dan 2 (dua) sasaran strategis dari perspektif proses Bisnis
Internal. Sasaran strategis perspektif pemangku kepentingan memiliki 4
(empat) indikator kinerja utama dan perspekstif proses bisnis internal memiliki 3 (tiga) indikator kinerja utama. Dari total 7 (tujuh) indikator
kinerja utama yang terdapat dalam perjanjian kinerja tersebut ada 2 (dua)
indikator kinerja yang tidak tercapai antara lain :
1. Kontribusi ekspor produk industri pengolahan agro terhadap ekspor nasional dengan nilai 29,6 persen karena adanya penurunan
kontribusi sektor industri hasil hutan dan perkebunan khususnya
industri Kayu
2. Produk industri agro tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN) terpenuhi 13 sertifikat dari target 100 sertifikat. Pada tahun
2017 adanya keterbatasan anggaran sehingga kegiatan bussines matching antara User (perusahaan pemilik TKDN) dengan potential user (kementerian/lembaga) yang akan menggunakan produk yang
ber-TKDN tidak dapat dilaksanakan.
Untuk indikator kinerja yang belum sepenuhnya terealisasi tersebut diatas, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap proses perencanaan program
dan penganggaran serta dimungkinkan untuk merevisi indikator kinerja
tersebut dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 iii
Capaian Kinerja Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017
Sasaran
Strategis
Indikator
Kinerja
2015 2016 2017 Satuan
T R C T R C T R C
Meningkatnya
populasi dan
persebaran
industri
Unit industri
pengolahan
non-migas
besar
sedang yang
tumbuh
Belum digunakan sebagai indikator 538 774
143,86% Unit
Nilai
investasi di
sektor
industri
pengolahan
non-migas
100 66,37 66,37 110 101,85 92,59 112,7-
119,8
121,81 101,67% Rp.
Triliun
Meningkatnya daya saing dan produktivitas
sektor industri
Kontribusi
ekspor
produk
industri
pengolahan
non-migas
terhadap
ekspor
nasional
12,75 36,76 288,31 12,75 30,97 242,90 30,9-
31,1
29,6 95,17% Persen
Produktivitas
SDM industri
260 411,8 158,38 299 374,7 125,31 347 366,97 105,76% Rp Juta
Tersedianya
kebijakan
pembangunan
industri yang
efektif
Peraturan
perundangan
yang
diselesaikan
1 0 0 1 0 0 4 2 50% PP/
Perpres/ Permen
Terselenggaranya urusan
pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya
saing dan berkelanjutan
Produk
industri yang
tersertifikasi
Tingkat
Komponen
Dalam
Negeri
(TKDN)
Belum digunakan sebagai
indikator
84 83 98,80% 3 2 66,67% Sertifikat
Infrastruktur
kompetensi
yang
terbentuk
Belum digunakan sebagai indikator 6 6 100% SKKNI
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 iv
Sasaran Strategis Indikator Kinerja
2015 2016 2017
Satuan
T R C T R C T R C
Terwujudnya ASN
Direktorat Jenderal
Industri Agro yang
profesional dan
berkepribadian
Prestasi pegawai
Direktorat
Jenderal Industri
Agro
Belum Digunakan sebagai Indikator 80 84,20 105,25% Nilai
Produktivitas
kinerja minimum
pegawai
Direktorat
Jenderal Industri
Agro
1320 1792,5 135,80% Jam kerja
Kualifikasi
pendidikan
pegawai
Direktorat
Jenderal Industri
Agro
1 2 200% Orang
Tersedianya sistem
informasi yang
andal dan mudah
diakses
Kesesuaian data
dan informasi
industri terhadap
kebutuhan
stakeholder
Belum Digunakan sebagai Indikator 50 29,03 58,06% Persen
Ketersediaqan
Sistem (Uptime)
100 100 100% Persen
Terwujudnya
birokrasi yang
efektif, efisien, dan
berorientasi pada
layanan prima
Penilaian Sistem
Akuntabilitas
Kinerja Instansi
Pemerintah
(SAKIP)
Belum Digunakan sebagai Indikator 76 75,76 99,68% Nilai
Tingkat
Kematangan
SPIP Satker
Mencapai Tk. 3
3,00 3,224 107,46% Level
Tersusunnya
perencanaan program, pengelolaan keuangan serta
pengendalian yang berkualitas dan akuntabel
Akuntabilitas
Laporan
Keuangan dan
BMN
Belum Digunakan
sebagai Indikator
Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
100% Capaian
Standar
Tertinggi
Capaian
Standar
Tertinggi
100% Capaian
Standar Tertinggi
Status
pengelolaan BMN
Kementerian
Perindustrian
Belum Digunakan sebagai Indikator 1 0,28 100% Persen
Anggaran
Kementerian
Perindustrian
yang diblokir
10 0,99 100% Persen
Kesesuaian
rencana program
dan kegiatan
prioritas dengan
Dokumen
Perencanaan
90 90 100% 90 90 100% 94 100 100% Persen
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 v
Total Anggaran DIPA Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun Anggaran
2017 adalah sebesar Rp. 171.211.050.000,-, yang digunakan untuk
membiayai 4 program yaitu Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil
Hutan dan Perkebunan dwngan anggaran sebesar Rp. 20.798.081.000,-,
Penumbuhan dan Pengembangan industri Minuman, Hasil Tembakau dan
Bahan Penyegar dengan anggaran Rp. 85.658.565.000,-, Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan serta
Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan
industri Berbasis Agro dengan masing-masing anggaran sebesar Rp.
27.526.341.000,- dan Rp. 37.228.063.000,- yang telah terealisasi sebesar
95,69 persen atau Rp. 163.826.980.000,-.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perbaikan pemerintahan dan sistem manajemen merupaka agenda penting
dalam reformasi birokrasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah saat ini.
Sistem manajemen pemerintahan diharapkan berfokus pada peningkatan
akuntabilitas serta sekaligus peningkatan kinerja yang berorientasi pada hasil
(outcome). Maka pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk penerapan
sistem pertanggungjawaban yang jelas dan teratur dan efektif yang disebut
dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Penyelenggaraan SAKIP ini dilaksanakan untuk menghasilkan sebuat laporan
kinerja yang berkualitas serta selaras dan sesuai dengan tahapan-tahapan
meliputi (1) Rencana Strategis; (2) Perjanjian Kinerja; (3) Pengukuran Kinerja; (4)
Pengelolaan Kinerja; (5) Pelaporan Kinerja dan; (6) Reviu dan Evaluasi Kinerja.
Kegiatan tersebut saling berkaitan serta memberikan dampak dan timbal balik.
Rencana yang baik adalah yang bisa dilaksanakan dengan baik dan diukur
berdasarkan uraian dan target yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja. Dalam
pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan perlu dilakukan reviu untuk
meyakinkan data dan informasi yang disajikan sebelum disampaikan kepada
pimpinan dan setelahnya dilakukan evaluasi dalam rangka implementasi dari
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi dan sesuai dengan Peraturan
Pemerintah No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah, Direktorat Jenderal Industri Agro melakukan
pemantauahan terhadap pelaksanaan rencana kerja yang meliputi pelaksanaan
program dan kegiatan, pemantauan penyerapan anggaran, pencapaian target,
identifikasi kendala yang dihadapi serta melalukan evaluasi terhadap kinerja
melalui penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun 2017.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 2
B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO
Direktorat Jenderal Industri Agro merupakan salah satu Direktorat Jenderal di
lingkungan Kementerian Perindustrian yang dibentuk berdasarkan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kedudukan, Tugas,
dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia
Nomor:105/M-IND/PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perindustrian, maka Tugas Pokok Direktorat Jenderal Industri Agro adalah
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
industri agro.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Industri Agro
menyelenggarakan Fungsi yaitu:
a. Perumusan kebijakan di bidang industri agro termasuk penyusunan peta
panduan pengembangan industri agro.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang industri agro termasuk pengembangan
industri agro.
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang industri agro.
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang industri agro.
e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri Agro.
Dengan dukungan semua pegawai dalam pelaksanaan fungsi tersebut secara
optimal pembangunan industri agro terlaksana dengan baik sesuai dengan
sasaran dan target yang telah ditetapkan.
C. LATAR BELAKANG PROGRAM
Kebijakan prioritas industri nasional merupakan penjabaran dari Kebijakan
Industri Nasional 2015-2019 yang meliputi: (1) penguatan SDM Industri melalui
penguatan Vokasi Industri, (2) pendalaman struktur industri melalui penguatan rantai
nilai Industri, (3) industri padat karya dan orientasi ekspor, (4) pengembangan
Industri Kecil dan Menengah dengan platform digital, dan (5) pengembangan industri
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 3
SDA, dan (6) pengembangan perwilayahan industri. Kebijakan prioritas industri agro
nasional difokuskan pada:
1. Penguatan SDM Industri melalui penguatan Vokasi Industri
Pengembangan industri tahun 2018 difokuskan pada peningkatan kapabilitas
industri yang berorientasi ekspor dan menyerap banyak tenaga kerja melalui
penguatan vokasi industri dan penguasaan teknologi dalam rangka peningkatan
daya saing.
2. Pendalaman Struktur Industri melalui penguatan rantai nilai Industri
Pendalaman struktur industri adalah melengkapi pohon industri untuk
memaksimumkan nilai tambah. Penguatan industri adalah meningkatkan
efisiensi setiap jenis industri dalam satu pohon industri untuk meningkatkan daya
saing. Rantai nilai adalah rangkaian industri dari hulu ke hilir yang
menggambarkan kaitan dalam pertambahan nilai.
Kebijakan ini difokuskan pada industri andalan dan pendukung sesuai dengan
bangun industri nasional: (1) Alat transportasi, (2) Pembangkit Energi, (3)
Elektronika dan telematika, termasuk (4) industri pendukungnya yang meliputi
industri barang modal, komponen, bahan penolong dan jasa industri dengan
memanfaatkan internet of things (Industry 4.0).
3. Industri Padat Karya dan Orientasi Ekspor
Kebijakan ini difokuskan pada industri: (1) industri tekstil dan produk tekstil, (2)
industri alas kaki, (3) industri makanan & minuman, (4) industri furnitur kayu dan
rotan/bambu, (5) industri barang jadi karet, (6) industri elektronika dan
multimedia, (7) industri kreatif, (8) industri farmasi, kosmetika dan obat
tradisional, (9) industri aneka, serta (10) industri pengolahan ikan dan rumput
laut.
4. Pengembangan Industri Berbasis Sumber Daya Alam
Pengembangan industri berbasis SDA adalah pembangunan industri dalam
rangka pendalaman dan penguatan struktur industri di sektor Agro, Logam
Dasar dan Bahan Galian Bukan logam, dan Industri Kimia Dasar berbasis Migas
dan Batubara.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 4
Dengan pengembangan industri berbasis SDA dipastikan pertumbuhan industri
akan tumbuh jauh lebih tinggi, yang dampaknya akan memperluas penyerapan
tenaga kerja, mengurangi tingkat kemiskinan, meningkatkan cadangan devisa
negara melalui peningkatan penerimaan devisa ekspor dan juga penghematan
devisa impor. Dalam jangka menengah dan panjang akan mengurangi defisit
perdagangan sektor industri serta mengurangi defisit neraca transaksi berjalan,
yang selanjutnya akan meningkatkan stabilitas ekonomi makro dan menjaga
nilai rupiah agar tidak terlalu berfluktuasi.
B. STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya,berdasarkan Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor: 107/M-IND/PER/11/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Industri Agro terdiri
dari 1 (satu) Sekretariat Direktorat Jenderal dan 3 (tiga) Direktorat, yaitu :
1) Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro.
2) Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan.
3) Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan.
4) Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar.
1) Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro
Mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada
seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro.Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan
fungsi:
a. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran serta evaluasi dan
pelaporan di bidang industri agro;
b. koordinasi dan pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta
penyajian informasi di bidang industri agro;
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 5
c. koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan
penelaahan hukum mengenai sumber daya industri, sarana prasarana
industri, dan pemberdayaan industri di bidang industri agro;
d. koordinasi dan penyusunan perjanjian kerja sama serta pelaksanaan
administrasi kerja sama dan hubungan masyarakat di bidang industri agro;
e. koordinasi dan pelaksanaan urusan keuangan direktorat jenderal; dan
f. pelaksanaan urusan kepegawaian dan manajemen kinerja pegawai,
organisasi dan tata laksana, rumah tangga, perlengkapan, dan tata usaha.
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya Sekretariat Direktorat Jenderal
Industri Agro terdiri atas 4 (empat) bagian setingkat Eselon IV:
a) Bagian Program, Evaluasi, dan Pelaporan;
b) Bagian Hukum dan Kerja Sama;
c) Bagian Keuangan;
d) Bagian Kepegawaian dan Umum.
2) Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan
industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri,
pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana
industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan
industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang industri hasil hutan dan perkebunan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Direktorat
Industri Hasil Hutan dan Perkebunan menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan
pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan;
b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi
industri hasil hutan dan perkebunan;
c. penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan
industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri,
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 6
pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana
industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri,
penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang industri hasil hutan dan perkebunan;
d. penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria di
bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri hasil hutan dan
perkebunan;
e. penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
perencanaan, perizinan, data dan informasi industri hasil hutan dan
perkebunan;
f. pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri hijau,
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri hasil hutan dan
perkebunan; dan
g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan terdiri atas:
a) Subdirektorat Program Pengembangan Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan;
b) Subdirektorat Industri Kayu, Rotan, dan Bahan Alam Lainnya;
c) Subdirektorat Industri Selulosa dan Karet Hulu;
d) Subdirektorat Industri Hasil Perkebunan Nonpangan; dan
e) Subbagian Tata Usaha.
3) Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan mempunyai tugas
melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri
nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber
daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan,
pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan industri, penanaman modal dan
fasilitas industri, serta kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri
makanan, hasil laut, dan perikanan.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 7
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat lndustri
Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan
pengembangan industri makanan, hasil laut, dan perikanan;
b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi
industri makanan, hasil laut, dan perikanan;
c. penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan
industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri,
pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana
industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri,
penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang industri makanan, hasil laut, dan perikanan;
d. penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur,
kriteria di bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri
makanan, hasil laut, dan perikanan;
e. penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
perencanaan, perizinan, data dan informasi industri makanan, hasil laut, dan
perikanan;
f. pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri
hijau, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri
makanan, hasil laut, dan perikanan; dan
g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan terdiri atas:
a) Subdirektorat Program Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut,
dan Perikanan;
b) Subdirektorat Industri Pengolahan Hasil Tanaman Pangan;
c) Subdirektorat Industri Pengolahan Hasil Perkebunan;
d) Subdirektorat Industri Pengolahan Hasil Laut, Perikanan, dan
Peternakan;
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 8
e) Subbagian Tata Usaha.
4) Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar mempunyai
tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan Rencana Induk Pembangunan
Industri Nasional, Kebijakan Industri Nasional, penyebaran industri, pembangunan
sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri,
pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan industri,
penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis pengembangan
industri di bidang industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar.
Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Industri Minuman dan Tembakau
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan
pengembangan industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar;
b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian
informasi industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar;
c. penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan
industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri,
pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan
prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan
industri, penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis
pengembangan industri di bidang industri minuman, hasil tembakau,
dan bahan penyegar;
d. penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur,
kriteria di bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri
minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar;
e. penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
perencanaan, perizinan, data dan informasi industri minuman, hasil
tembakau, dan bahan penyegar;
f. pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri
hijau, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri
minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar; dan
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 9
g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat.
Direktorat Industri Minuman dan Tembakau terdiri atas:
a) Subdirektorat Program Pengembangan Industri Minuman, Hasil
Tembakau, dan Bahan Penyegar;
b) Subdirektorat Industri Minuman Ringan dan Pengolahan Hasil
Hortikultura;
c) Subdirektorat Industri Pengolahan Susu dan Minuman Lainnya;
d) Subdirektorat Industri Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar; dan
e) Subbagian Tata Usaha.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 10
Gambar 1.1. Struktur Organisasi
Direktorat Jenderal Industri Agro
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-IND/PER/9/2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di
Lingkungan Kementerian Perindustrian dan sebagai tindak lanjut Instruksi Presiden
RI Nomor 7 tanggal 15 Juni 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor
DIREKTORAT JENDERAL
INDUSTRI AGRO
SEKRETARIAT
DIREKTORAT JENDERAL
DIREKTORAT INDUSTRI
MINUMAN, HASIL TEMBAKAU & BAHAN PENYEGAR
DIREKTORAT INDUSTRI
MAKANAN
DIREKTORAT INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN
BAG. PROGRAM, EVALUASI&
PELAPORAN
SUB DIT PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI
INUMAN, HASIL TEMBAKAU, DAN BAHAN PENYEGAR
SUB DIT INDUSTRI MINUMAN RINGAN DAN PENGOLAHAN HASIL
HOLTIKULTURA
SUB DIT INDUSTRI HASIL TEMBAKAU DAN BAHAN
PENYEGAR
SUBDIT INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU DAN
MINUMAN LAINNYA
SUB DIT PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI
MAKANAN, HASIL LAUT DAN
PERIKANAN
SUB DIT INDUSTRI HASIL TANAMAN
PANGAN
SUB DIT INDUSTRI PENGOLAHAN
HASIL PERKEBUNAN
SUBDIT INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL LAUT, PERIKANAN, DAN
PETERNAKAN
SUB DIT PROGRAM, PENGEMBANGAN INDUSTRI
HASIIL HUTAN DAN PERKEBUNAN
SUB DIREKTORAT INDUSTRI KAYU, ROTAN DAN BAHAN
ALAM LAINNYA
SUB DIT INDUSTRI
SELULOSA DAN KARET HULU
SUBDIT INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN NON
PANGAN
BAG. HUKUM &KERJASAMA
BAG. KEUANGAN
SUBBAGIAN TATA USAHA
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 11
53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan
Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Sekretariat
Direktorat Jenderal Industri Agro sebagai salah satu bagian dari instansi pemerintah,
wajib membuat laporan akuntabilitas kinerja. Adapun maksud dan tujuan dari
penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini adalah
untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan/ kegagalan pelaksanaan misi
Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro dalam mencapai tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan.
B. PERAN STRATEGIS
Berdasarkan Renstra Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015-2019 Perubahan,
Direktorat Jenderal Industri Agro memiliki visi “Mewujudkan Indonesia Menjadi
Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan
Sumber Daya Alam”. Dalam mewujudkan visi tersebut Direktorat Jenderal Industri
Agro didukung oleh sektor binaan yaitu Direktorat Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan, Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar,
serta Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan serta satu Sekretariat
yang mendukung pelaksanaan administrasi penyusunan program, data dan informasi
serta evaluasi dan pelaporan, rekomendasi iklim usaha, standarisasi dan kerjasama,
keuangan, serta kepegawaian dan umum di lingkungan Direktorat Jenderal Industri
Agro.
Peran strategis Direktrorat Jenderal Industri Agro diarahkan untuk mencapai
tujuan pembangunan industri agro untuk 5 (lima) tahun ke depan yaitu Meningkatnya
Peran Industri Agro dalam Perekonomian Nasional, Indikator kinerja ketercapaian
tujuan ini adalah:
1. Laju pertumbuhan PDB industri agro;
2. Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB Nasional;
3. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro.
C. PERMASALAHAN DAN KENDALA
Sasaran-sasaran strategis Direktorat Jenderal Industri Agro yang telah
ditetapkan bersama para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam dokumen
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 12
perencanaan belum sepenuhnya tercapai oleh karena itu dalam rangka
meningkatkan kinerja guna mendukung sasaran yang telah ditetapkan dan dalam
upaya meningkatkan pelayanan yang dibutuhkan pada unit kerja di lingkungan
Direktorat Jenderal Industri Agro dan dunia usaha sektor industri agro, perlu
dilakukan perbaikan dalam pembinaan dan pengembangan sistem informasi industri
agro ke dunia usaha industri agro dengan mengintegrasikan dengan sarana media
informasi dan komunikasi sosial yang sudah ada dan tersedia di Indonesia dan
Mancanegara.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 1
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019
Rencana strategis merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran
kinerja dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Perencanaan strategis
instansi pemerintah merupakan integrasi antara keahlian sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya agar mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan
strategis nasional, global serta tetap berada dalam tatanan sistem manajemen
nasional.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas program serta agar mampu eksis
dan unggul dalam persaingan yang semakin ketat dalam lingkungan yang berubah
sangat cepat, suatu instansi pemerintah harus selalu melakukan perubahan menuju
perbaikan. Perbaikan tersebut perlu disusun dalam suatu pola yang sistematik dalam
wujud perencanaan strategis dengan tahapan yang konsisten dan berkelanjutan
sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas dan kinerja yang berorientasi pada
pencapaian hasil.
Dalam Inpres nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah disebutkan bahwa perencanaan strategis merupakan proses yang
berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai
dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang
ada atau mungkin timbul. Perencanaan strategis mengandung visi, misi, tujuan,
sasaran, dan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran) yang meliputi kebijakan,
program, dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa
depan.
Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro
Kementerian Perindustrian merupakan suatu komitmen perencanaan yang disusun
untuk dijadikan alat bantu dan merupakan tolok ukur dalam mengemban tugas.
Dokumen Renstra Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro mengacu pada
Renstra Eselon I yang merupakan turunan dari Renstra Kementerian Perindustrian
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 2
2015–2019 Perubahan sebagaimana telah ditetapkan pada tanggal 17 Maret 2015
melalui Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 31.1/M-
IND/PER/3/2015. Dokumen tersebut masih menggunakan nomenklatur struktur
organisasi yang lama sehingga diperlukan penyusunan perubahan dokumen
Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2015 – 2019. Perubahan
Rencana Strategi Kementerian Perindustrian ini mencakup penyempurnaan arah
kebijakan baik visi, misi, tujuan dan sasaran strategis, maupun penyesuaian
target kinerja Kementerian Perindustrian. Penyempurnaan dan penyesuaian
tersebut hanya mencakup periode tahun 2017 – 2019, mengingat untuk periode
tahun 2015 – 2016 sudah terlaksana. Berdasarkan hal tersebut, Direktorat
Jenderal Industri Agro dan Unit Eselon II telah melakukan revisi Renstra seiring
dengan telah dikeluarkannya Rencana Strategis Kementerian Perindustrian
Perubahan Nomor 85.1/M-IND/PER/12/2016 yang ditetapkan tanggal 23 Desember
2016.
1) Arah kebijakan Direktorat Jenderal Industri Agro
Visi, misi, tujuan dan sasaran kebijakan Direktorat Jenderal Industri Agro
merunut pada Renstra Tahun 2015-2019 Perubahan ditetapkan sebagai berikut:
Visi Direktorat Jenderal Industri Agro: Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara
Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan
Sumber Daya Alam
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata dalam
bentuk misi sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Industri Agro yaitu:
Misi Direktorat Jenderal Industri Agro:
1. Peningkatan populasi industri agro untuk memperkuat dan memperdalam
struktur industri nasional;
2. Peningkatan daya saing dan produktivitas industri agro untuk mewujudkan
industri nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan
lingkungan.
Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi Pembangunan Industri,
Direktorat Jenderal Industri Agro menetapkan Tujuan pembangunan industri agro ke
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 3
depan yaitu Meningkatnya Peran Industri Agro dalam Perekonomian Nasional.
Indikator kinerja ketercapaian tujuan ini adalah:
1. Laju pertumbuhan PDB industri agro;
2. Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB Nasional;
3. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro.
Tabel 2.1. Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan Direktorat Jenderal Industri
Agro
Tujuan Indikator Kinerja
Tujuan 2017 2018 2019 Satuan
Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional
Laju pertumbuhan PDB industri agro
6,43 – 6,74
6,78 – 7,18
7,11 – 7,61
Persen
Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional
8,74 – 8,89
8,91 – 9,05
8,99 – 9,14
Persen
Penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non-migas
6,74 – 6,78
6,82 – 6,92
6,90 – 7,04
Juta Orang
Manajemen Direktorat Jenderal Industri Agro yang andal dan profesional
75 78 80 Nilai
2) Peta Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro
Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran-sasaran industri yang
telah ditetapkan dalam Rencana Strategi Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun
2015-2019 Perubahan, telah dibangun Peta Strategi Direktorat Jenderal Industri
Agro yang mengacu pada visi dan misi Kementerian Perindustrian. Berikut
ini peta strategis Direktorat Jenderal Industri Agro yang menggambarkan
hubungan antara tujuan, sasaran strategis dan faktor-faktor yang
mendukung pencapaiannya.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 4
PERSPEKTIF PEMANGKU
KEPENTINGAN
PERSPEKTIF PROSES
INTERNAL
PERSPEKTIF PEMBELAJARAN
ORGANISASI
Tujuan.
Meningkatnya peran industri agro dalam perekonomian nasional
Meningkatnya daya saing dan
produktivitas sektor industri agro
2 Meningkatnya Populasi dan
Persebaran Industri Agro
1
PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN
SDM ORGANISASI ANGGARAN
Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang
efektif
Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang
perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
INFORMASI
Terwujudnya ASN yang profesional dan
berkepribadian
Tersedianya sistem informasi yang
handal dan mudah diakses
Terwujudnya birokrasi yang
efektif, efisien, dan berorientasi pada
layanan prima
Tersusunnya
perencanaan program, pengelolaan keuangan
serta pengendalian yang berkualitas dan
akuntabel
3 4
6 7 8 9
Gambar 2.1. Peta Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015-2019
Dalam mewujudkan tujuan Direktorat Jenderal Industri Agro diperlukan upaya-
upaya sistemik yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang
mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan, perspektif pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi serta perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan
yang dapat dirinci dalam Indikator Kinerja Sasaran sebagai berikut:
Perspektif Pemangku Kepentingan
a. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya populasi dan persebaran industri
Penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dilakukan melalui pengembangan
perwilayahan industri dengan tujuan untuk meningkatkan kontribusi
sektor industri pengolahan non-migas di luar pulau jawa dan
menumbuhkan populasi unit usaha industri besar dan sedang di luar
pulau jawa. Adapun meningkatnya populasi industri nasional
diindikasikan dengan peningkatan jumlah unit industri pengolahan non-
migas serta penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan non-
migas baik industri sedang besar (IBS). Indikator kinerja sasaran
strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah:
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 5
1) Unit industri agro besar sedang yang tumbuh.
2) Nilai investasi di sektor industri agro.
b. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas
Sektor Industri
Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri dimaksudkan
untuk meningkatkan penjualan produk dalam negeri dibandingkan
dengan seluruh pangsa pasar baik dalam negeri maupun luar negeri.
Peningkatan daya saing dan produktivitas dilakukan melalui
pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi industri yang
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya
saing dan kemandirian industri nasional. Indikator kinerja sasaran
strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah:
1) Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional.
2) Produktivitas SDM industri agro.
Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dalam perspektif pemangku
kepentingan merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal
Industri Agro.
Perspektif Proses Internal
a. Sasaran Strategis 1: Tersedianya kebijakan pembangunan industri
yang efektif
Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian, peran pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor
industri ke depan dilakukan secara terencana serta disusun secara
sistematis dalam suatu dokumen perencanaan. Dokumen perencanaan
tersebut harus menjadi pedoman dalam menentukan arah kebijakan
pemerintah dalam mendorong pembangunan sektor industri dan menjadi
panduan bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam
pembangunan industri nasional. Indikator kinerja sasaran strategis
(IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Peraturan Perundangan yang diselesaikan.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 6
b. Sasaran Strategis 2: Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang
perindustrian yang adil, berdaya saing dan
berkelanjutan
Standardisasi industri dan peningkatan kompetensi tenaga kerja industri
bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri dan produktivitas
dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor.
Pembangunan tenaga kerja industri kompeten yang siap kerja sesuai
dengan kebutuhan perusahaan industri dan/atau perusahaan kawasan
industri berdampak meningkatkan produktivitas tenaga kerja Industri,
meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor industri serta
memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi tenaga kerja industri.
Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Produk industri agro yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam
Negeri (TKDN).
2) Infrastruktur kompetensi yang terbentuk.
Perspektif Pembelajaran Organisasi
a. Sasaran Strategis 1: Terwujudnya ASN Kementerian Perindustrian
yang kompeten, profesional dan berkepribadian
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, Kementerian
Perindustrian secara internal harus didukung oleh SDM Aparatur yang
profesional dan kompeten. Dalam menjalankan fungsinya sebagai policy
maker, Kementerian Perindustrian membutuhkan SDM Aparatur yang
memiliki kecakapan dalam memformulasikan dan mengimplementasikan
kebijakan publik, sementara sebagai public service provider
membutuhkan SDM Aparatur yang berorientasi pada pelayanan prima.
Pembangunan ASN Kementerian Perindustrian yang kompeten juga
diperlukan dalam rangka membentuk tenaga pembina industri dari
aparatur Kementerian Perindustrian yang memiliki kompetensi di bidang
industri, baik pusat maupun daerah. Indikator kinerja sasaran strategis
(IKSS) dari sasaran ini adalah:
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 7
1) Rata-rata nilai prestasi kerja pegawai Direktorat Jenderal Industri
Agro.
2) Rata-rata produktivitas kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal
Industri Agro.
3) Kualifikasi pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro.
b. Sasaran Strategis 2: Tersedianya sistem informasi yang andal dan
mudah diakses
Penerapan sistem informasi dan teknologi di lingkungan Kementerian
Perindustrian bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
satuan kerja dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dan memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS)
dari sasaran ini adalah:
1) Kesesuaian data dan informasi industri terhadap kebutuhan
stakeholder.
2) Ketersediaan Sistem (uptime).
c. Sasaran Strategis 3: Terwujudnya birokrasi Kementerian Perindustrian
yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan
prima
Reformasi Birokrasi merupakan upaya berkelanjutan yang setiap
tahapannya memberikan perubahan atau perbaikan birokrasi ke arah
yang lebih baik. Reformasi birokrasi berkaitan dengan penataan ulang
proses birokrasi dari tingkat (level) tertinggi hingga terendah dan
melakukan terobosan baru (innovation breakthrough) dengan langkah-
langkah bertahap, konkret, realistis, sungguh-sungguh, berfikir di luar
kebiasaan/rutinitas yang ada (out of the box thinking), perubahan
paradigma (a new paradigm shift), dan dengan upaya luar biasa
(business not as usual). Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari
sasaran ini adalah:
1) Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
2) Tingkat kematangan SPIP Satuan Kerja Mencapai Tingkat 3.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 8
d. Sasaran Strategis 4: Terkelolanya anggaran pembangunan secara
efisien dan akuntabel
Peningkatan kualitas penganggaran di lingkungan Kementerian
diharapkan dapat menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan dengan
memperhatikan penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkeadilan. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS)
dari sasaran ini adalah:
1) Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN.
2) Status pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro.
3) Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang diblokir.
4) Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan
dokumen perencanaan.
B. RENCANA KINERJA
Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran-sasaran industri yang telah
ditetapkan dalam Rencana Strategi Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2015-
2019 Perubahan telah dibangun Peta Strategi Direktorat Jenderal Industri Agro yang
mengacu pada visi dan misi Kementerian Perindustrian. Visi Direktorat Jenderal
Industri Agro yaitu Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya
Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam.
Indikator Kinerja Utama
Untuk mengukur tingkat pencapaian sasaran yang telah ditetapkan pada Tahun
2017, dibutuhkan indikator kinerja utama yang merupakan ukuran kuantitatif
dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran
yang telah ditetapkan. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dalam perspektif
pemangku kepentingan merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal
Industri Agro yaitu:
(a) Unit Industri pengolahan agro besar sedang yang tumbuh dengan target 538
unit
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 9
(b) Nilai investasi di sektor industri pengolahan agro sebesar Rp. 112,7 Triliun –
Rp. 119,8 Triliun
(c) Kontribusi ekspor produk industri pengolahan terhadap ekspor nasional
sebesar 30,9 – 31,1 persen
(d) Produktivitas SDM industri agro sebesar Rp. 347 Juta
Kegiatan
Untuk mencapai sasaran yang telah direncanakan untuk Tahun 2017,
Direktorat Jenderal Industri Agro merencanakan kegiatan-kegiatan yang menjadi
pendukung pencapaian sasaran tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:
1) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
2) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan
Bahan Penyegar
3) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut dan
Perikanan
4) Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Indsutri
Berbasis Agro
Didasarkan pada Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN)
yang diturunkan melalui Rencana Strategis Kementerian Perindustrian untuk
pembangunan Industri nasional, selain melalui kegiatan-kegiatan tersebut diatas,
Direktorat Jenderal Industri Agro juga mengemban tugas mengembangkan
Industri Andalan yaitu industri prioritas yang berperan besar sebagai penggerak
utama (prime mover) perekonomian di masa yang akan datang. Selain
memperhatikan potensi sumber daya alam sebagai sumber keunggulan
komparatif, industri andalan tersebut memiliki keunggulan kompetitif yang
mengandalkan sumber daya manusia yang berpengetahuan dan terampil, serta
ilmu pengetahuan dan teknologi. Industri Prioritas tersebut tertuang dalam
kegiatan prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro yang tersaji dalam tabel
berikut ini :
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 10
Tabel 2.2. Kegiatan Prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro
No. PROGRAM/KEGIATAN SASARAN KEGIATAN INDIKATOR Target Satuan
1. Penumbuhan dan
Pengembangan Industri
Hasil Hutan dan
Perkebunan
terimplementasikannya Pilot Project Aditif Aspal Berbasis Crumb Rubber sebagai upaya meningkatkan
penyerapan bahan baku karet di dalam negeri melalui pemanfaatan pada pembangunan infrastruktur
Jumlah pabrik/pilot project
1 Pabrik
Terlaksanannya Bantuan Mesin dan peralatan untuk industri pengolahan kayu, industri oleokimia, kemurgi dan minyak atsiri
jumlah unit usaha yang diberi bantuan mesin
peralatan
1 unit
tersusunnya rancangan SKKNI SDM industri hasil hutan dan perkebunan yaitu SKKNI yang disusun adalah SKKNI Percetakan, SKKNI Furniture dan
SKKNI hilir kelapa sawit
Jumlah SKKNI yang tersusun
2 RSKKNI
Tersusunnya Rancangan dan/atau revisi Standar Nasional Indonesia Produk Industri dalam rangka peningkatan daya saing Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan
Jumlah Rancangan Standar Nasional
Indonesia
15 RSNI
2. Penumbuhan dan Pengembangan Industri
Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar
Tersedianya Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri dalam rangka Peningkatan
Mutu Susu Olahan Berbasis Susu Segar Dalam Negeri
Jumlah Mesin / Peralatan Dalam
Rangka Pengembangan Industri
4 Unit
Tersedianya Mesin / Peralatan Dalam Rangka
Pengembangan Industri dalam rangka Peningkatan Teknologi Proses Es Balok Dalam Rangka Meningkatkan Daya Simpan Produk Hasil Laut dan Mutu Es Konsumsi
Jumlah Mesin /
Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri
1 Unit
Tersusunnya Rancangan dan/atau revisi Standar Nasional Indonesia Produk Industri pada kegiatan Bantuan Sertifikasi Penerapan Standar di Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia
4 RSNI
Tersusunnya RSKKNI/SKKNI Pada Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Jumlah RSKKNI/SKKNI
1 RSKKNI
3. Penumbuhan dan Pengembangan Industri
Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
Terfasilitasinya bantuan mesin dan peralatan Industri Pengolahan Rumput Laut (Alkali Treatment Gracilaria)
Jumlah Unit Usaha
1 Unit Usaha
Tersusunnya Draft SKKNI Industri Pengolahan Daging Jumlah Rancangan Standar Kompetensi Kerja
Indonesia di bidang Industri Pengolahan Daging
1 RSKKNI
Terfasilitasinya bantuan mesin dan peralatan Tepung Non Gandum
Jumlah Unit Usaha
1 Unit Usaha
Tersusunnya Draft SKKNI Industri Gula Rafinasi Jumlah Rancangan
Standar Kompetensi Kerja Indonesia di bidang Industri
Gula Rafinasi
1 RSKKNI
Tersusunnya Draft SKKNI Industri MI Instan Jumlah Rancangan
Standar Kompetensi Kerja Indonesia di bidang Industri Mi
Instan
1 RSKKNI RSKKNI
Tersusunnya Revisi SNI produk Tepung Jagung, Tepung Pelapis, Bumbu Perasa Daging, keripik Tahu, karagenan, Agar - Agar, Minyajk kedelai, Tauco
Jumlah Rancangan SNI
8 RSNI RSNI
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 11
C. PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI
AGRO
Dalam rangka melaksanakan Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal
Industri Agro untuk mendukung keberhasilan pencapaian sasaran
pembangunan industri pada awal Tahun 2017 memperoleh pagu anggaran
sebesar Rp. 181.700.928.000 ,- namun pada 22 Juni 2017 Presiden Joko
Widodo mengeluarkan Inpres Nomor 4 Tahun 2017 tentang Efisiensi Belanja
Barang Kementerian/Lembaga Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2017. Dalam rangka efisiensi belanja
Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2017 sebagaimana dimaksud, menurut
Inpres tersebut, masing-masing Kementerian / Lembaga melakukan identifikasi
secara mandiri terhadap belanja barang dari setiap program/kegiatan di dalam
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga Tahun Anggaran 2017,
yang akan dihemat dan memastikan anggarannya tidak dicairkan (self
blocking). Kementerian Perindustrian melakukan self-blocking dengan
anggaran untuk Direktorat Jenderal Industri Agro menjadi Rp.
171.211.050.000,- dan berlaku per tanggal 15 Agustus 2017 yang dialokasikan
untuk membiayai 4 (empat) kegiatan yaitu Penumbuhan dan
Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan sebesar Rp.
20.798.081.000,- , Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman, Hasil
Tembakau dan Bahan Penyegar sebesar Rp. 85.658.565.000,- , Penumbuhan
dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan sebesar Rp.
27.526.341.000,- , dan Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan
Pengembangan Indsutri Berbasis Agro sebesar Rp. 37.228.063.000,- .
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 12
Tabel. 2.3. Alokasi Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro
URAIAN
ANGGARAN MENJADI
(000)
Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro 171.211.050
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
20.798.081
1.1
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan
525.158
1.2
Calon Investor Yang Memperoleh Informasi Potensi Investasi Di Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan
1.160.046
1.3
Produksi Aditif Aspal Karet Dalam Rangka Pengembangan Industri Aspal Karet Alam
2.571.560
1.4
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktivitas Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan
1.282.658
1.5
Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan
1.315.300
1.6
Perusahaan Berbasis Hasil Hutan Dan Perkebunan Yang Menerapkan Standar Mutu
1.211.775
1.7
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni) Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan
800.717
1.8 Sdm Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Yang Disertifikasi 118.629
1.9 Sdm Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Yang Mengikuti Diklat 1.007.020
1.10
Bantuan Mesin Dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan
2.833.270
1.11 Prototipe Produk Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan 710.775
1.12
Perusahaan Yang Difasilitasi Untuk Meningkatkan Citra Produk Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan
4.305.473
1.13 Layanan Internal (overhead) 2.372.150
1.14 Output Cadangan 583.550
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman dan Tembakau
85.658.565
2.1
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar
1.857.021
2.2
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktifitas Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar
934.846
2.3
Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar
1.086.000
2.4
Perusahaan Berbasis Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar Yang Menerapkan Standar Mutu
247.660
Pusat pengembangan Teknologi Proses dan produk di sektor industri minuman
72.887.866
2.5
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni) Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar
882.130
2.6
Sdm Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar Yang Mengikuti Diklat
503.447
2.7
Bantuan Mesin Dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar
3.580.824
2.8
Perusahaan Yang Difasilitasi Untuk Peningkatan Citra Produk Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar
1.265.660
2.9 Layanan Internal (overhead) 1.884.688
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 13
URAIAN
ANGGARAN MENJADI
(000)
2.10 Output Cadangan 386.200
Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan
27.526.341
3.1
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan
1.210.908
3.2
Bantuan Mesin Dan/atau Peralatan Dalam Rangka Penumbuhan Populasi Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan
18.197.438
3.3
Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktifitas Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan
2.814.365
3.4
Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan
1.825.961
3.5
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan
1.416.900
3.6
Perusahaan Yang Difasilitasi Untuk Peningkatan Citra Produk Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan
648.597
3.7 Layanan Internal (Overhead) 1.175.372
3.8 Output Cadangan 241.800
4. Kegiatan Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Agro
37.228.063
4.1 Perencanaan 27.658
4.2 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 17.043.105
4.3 Layanan Internal (Overhead) 182.000
4.4 Layanan Perkantoran 19.494.400
4.5 Output Cadangan 480.900
D. PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO
Penetapan kinerja dituangkan dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal
Industri Agro Tahun 2017 yang berisikan penugasan dari pimpinan Kementerian
Perindustrian kepada Direktorat Jenderal Industri Agro untuk melaksanakan
program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Sasaran dan indikator
yang akan dicapai pada perjanjian kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro
Tahun 2017 adalah sebagai berikut:
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 14
Tabel. 2.4. Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Direktorat Jenderal Industri Agro
No. Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja
(IK) Target Satuan
PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN
1.
Meningkatnya Populasi dan persebaran industri
1. Unit industri pengolahan agro besar sedang yang tumbuh
538 Unit
2. Nilai investasi di sektor industri pengolahan agro
112,7 – 119,8 Rp Triliun
2. Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
1. Kontribusi ekspor
produk industri pengolahan agro terhadap ekspor nasional
30,9 – 31,1 Persen
2. Produktivitas SDM indsutri agro
347 Rp. Juta
PERSPEKTIF PROSES BISNIS
1. Tersedianya kebijakan pembangunan industri agro yang efektif
1. Peraturan perundangan yang diselesaikan
1 PP/ Perpres/ Permen
2. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
1. Produk industri agro tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
100 Sertifikat
2. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
6 SKKNI
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 1
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Tahun 2017 merupakan tahun ketiga pelaksanaan Rencana Strategis Tahun
2015 - 2019. Akuntabilitas kinerja yang diukur dalam rangka menggambarkan capaian
kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2017 mencakup analisis capaian kinerja
sasaran dan akuntabilitas keuangan. Kegiatan yang dilaksanakan Direktorat Jenderal
Industri Agro yaitu Program pengembangan Industri Berbasis Agro.
A. Analisis Capaian Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017
Pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro dalam pencapaian kinerja
sasaran seperti yang telah direncanakan dalam Rencana Strategis, Rencana Kinerja
Tahunan yang kemudian ditetapkan sebagai perjanjian kontrak seperti dalam Dokumen
Perjanjian Kinerja Tahun 2017 mencakup pengukuran kinerja sasaran dalam perspektif
stakeholder, perspektif proses bisnis dan perspektif kelembagaan. Analisis yang
disajikan meliputi capaian indikator kinerja tujuan, indikator kinerja utama dan
analisis pencapaian yang dilengkapi dengan pembandingan capaian dengan tahun
sebelumnya serta dengan kinerja lainnya. Namun terdapat beberapa sasaran
strategis maupun indikator kinerja utama yang tidak dapat diperbandingkan. Hal ini
dikarenakan pada tahun sebelumnya tidak ditetapkan sebagai sasaran strategis atau
indikator kinerja utama yang sama.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2017
yang dijelaskan pada BAB II yaitu meningkatkan peran industri dalam perekonomian
nasional, ukuran keberhasilan tujuan ini dihitung melalui indikator tujuan laju
pertumbuhan PDB industri agro, Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional,
dan penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non-migas dengan capaian
tertera dalam tabel dibawah ini:
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 2
Tabel 3.1. Capaian IKT Direktorat Jenderal Industri Agro
Tujuan Indikator Kinerja
Tujuan
2015 2016 2017 Satuan
R R T R C Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional
Laju pertumbuhan PDB industri agro
5,82
6,39
6,43 – 6,74
6,06 92,02 Persen
Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional
8,26
8,55
8,74 – 8,89
8,59 100 Persen
Penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non-migas
6,7 7,4 6,74 – 6,78
8,1 119,46 Juta Orang
Manajemen Direktorat Jenderal Industri Agro yang andal dan profesional
Belum menjadi indikator 75 74,73 99,64 Nilai
Pada indikator kinerja tujuan ‘laju pertumbuhan PDB industri agro’ tahun 2017
ditargetkan antara 6,43 – 6,74 persen, berdasarkan data yang dirilis BPS sampai
dengan triwulan III Tahun 2017, pertumbuhan PDB Industri agro sebesar 6,06 persen
dengan capaian sebesar 92,02 persen. Realisasi ini didukung oleh sektor-sektor
industri agro seperti salah satunya industri makanan yang menyumbang PDB agro
sebesar 8,24 persen disusul oleh sektor industri Furniture dan Pengolahan tembakau
masing-masing sebesar 3,71 persen dan 1,77 persen. Peningkatan peringkat
kemudahan berusaha Indonesia, yang dirilis oleh Bank Dunia terkait Ease of Doing
Business (EoDB) 2018 juga turut mendorong pertumbuhan investasi yang pada
akhirnya berkontribusi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara umum.
Bertambahnya jumlah kerja sama ekonomi yang dilakukan Indonesia dengan
negara -negara mitra dagang di Eropa dan wilayah Amerika, turut menyumbang
peningkatan ekspor produk industri yang juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional.Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional tahun 2017.
Pada indikator kinerja “Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional”
dengan target sebesar 8,74 – 8,89 persen, berdasarkan data yang dirilis oleh BPS
sampai dengan triwulan III tahun 2017, kontribusi PDB industri agro terhadap PDB
nasional adalah sebesar 8,59%. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan
industri agro khususnya industri makanan dan minuman yang berada di atas
tingkat pertumbuhan ekonomi nasional, turut memberikan peningkatan kontribusi
PDB sektor industri makanan dan minuman terhadap PDB nasional. Berdasarkan
data yang dirilis United Nations Statistics Division pada tahun 2016, Indonesia
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 3
menempati peringkat keempat dunia dari 15 negara yang industri manufakturnya
memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari 10%.
Sektor industri Indonesia, mampu menyumbang PDB hingga mencapai 22%. Angka
tersebut menempati peringkat terbesar ke-4 setelah Korea Selatan (29%), China
(27%), dan Jerman (23%).
Pada indikator kinerja “Penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro”
dengan target sebesar 6,74 – 6,78 juta orang. Berdasarkan data yang dirilis oleh
BPS dan SPPISE-BKPM, sampai dengan triwulan IV tahun 2017, penyerapan
tenaga kerja di sektor industri agro adalah sebesar 8,1 juta orang, sehingga
capaian untuk indikator kinerja ini adalah sebesar 119,46%. Data ini berdasarkan
data dari Industri Besar Sedang dan Industri Menengah Kecil yang dtelah diolah oleh
Pusdatin Kementerian Perindustrian. Meningkatnya jumlah investasi pada sektor
industri agro, berkontribusi terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja. Hal-hal yang
mendorong kemudahan investasi yang dilakukan oleh pemerintah, memberikan
multiplier efect salah satunya adalah peningkatan jumlah tenaga kerja sektor industri.
Pada indikator kinerja tujuan yang terakhir “Manajemen Direktorat Jenderal
Industri Agro Yang Andal Dan Profesional” dengan target nilai sebesar 75. Untuk
indikator ini berpedoman pada penilaian PMPRB tahun 2016 Kementerian
Perindustrian yaitu sebesar 74,73 atau dengan tingkat capaian sebesar 99,64
persen. Penilaian ini mengacu pada penilaian tahun sebelumnya yang didasarkan
pada 2 komponen yaitu komponen pengungkit dan komponen hasil. Untuk
komponen pengungkit terdiri dari penilaian manajemen perubahan, penataan
peraturan perundang-undangan, penataan dan penguatan organisasi, penataan
tatalaksana, penat aan sistem manajemen SDM, penguatan akuntabilitas,
penguatan pengawasan, dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Komponenn
hasil terdiri dari penilaian nilai akuntabilitas kinerja, survei internal integritas organisasi,
opini BPK dan survei eksternal pelayanan publik.
Sasaran Strategis Perspektif Stakeholder
Pengukuran kinerja sasaran strategis perspektif stakeholders mempunyai
2 (dua) sasaran strategis dengan 4 (empat) indikator kinerja sasaran, meliputi :
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 4
1. Meningkatnya Populasi dan persebaran industri
Sasaran strategis perspektif stakeholder meningkatnya populasi dan
persebaran industri mempunyai 2 (dua) indikator kinerja yaitu : (a) Unit industri
agro besar sedang yang tumbuh, dengan target 538 unit; (b) Nilai investasi di
sektor industri agro, dengan target antara Rp. 112,7 – Rp. 119,8 Triliun. Secara
ringkas, capaian masing-masing indikator tersebut seperti berikut ini:
Tabel 3.2. Capaian IKSS dari Meningkatnya Populasi dan persebaran industri
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
2015 2016 2017 Satuan
T R C T R C T R C meningkatnya populasi dan persebaran industri
Unit industri agro besar sedang yang tumbuh
Belum digunakan sebagai indikator
538 774
143,86% Unit
Nilai investasi di sektor industri agro
74,6 74,6 100 111,9 117,6 105,09 112,7-119,8
121,81 101,67% Rp Triliun
Realisasi indikator kinerja Unit industri agro besar sedang yang tumbuh pada
tahun 2017 adalah sebanyak 774 unit yang terdiri dari 356 unit usaha bidang
industri hasil hutan dan perkebunan, 171 unit usaha bidang industri minuman,
hasil tembakau dan bahan penyegar dan 247 unit usaha sedang besar dari
bidang industri makanan hasil laut dan perikanan. Data yang diperoleh
merupakan data penambahan jumlah IUI yang terbit sepanjang 2017 yang
dikeluarkan BKPM dan di olah oleh Pusdatin Kementerian Perindustrian. Dari
capaian indikator ini sebesar 143,86 persen dengan komposisi 87,5 persen
merupakan industri baru yang terbangun, hal ini dapat disimpulkan bahwa
pertambahan unit usaha sektor industri agro menuju ke arah yang positif akibat
dari meningkatnya pertumbuhan industri agro khususnya industri makanan dan
minuman serta industri furniture.
Untuk indikator ini pada tahun 2015 dan 2016 belum menjadi indikator pada
perjanjian kinerja sehingga tidak dapat diperbandingkan.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 5
Tabel. 3.3. Pertumbuhan Sektor Industri Agro
Sumber : BPS diolah Ditjen Ind. Agro
Catatan : * )Angka Sementara
Industri makanan dan minuman merupakan sektor yang berperan penting dalam
memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri
nonmigas. Selain itu, industri makanan dan minuman merupakan salah satu
sektor yang strategis dan masih mempunyai prospek cukup cerah untuk
ditumbuh kembangkan di Indonesia karena turut mendorong produksi sektor
pertanian melalui pengolahan dan penyerapan bahan baku serta mampu
membuka lapangan kerja yang cukup luas.
Indikator kinerja Nilai investasi di sektor industri agro Tahun 2017 mencapai
realisasi Rp. 121,81 Triliun dengan rincian sektor industri hasil hutan dan
perkebunan sebesar 65,61 Triliun, sektor industri minuman, hasil tembakau dan
perkebunan sebesar 10,40 Triliun, dan sektor industri makanan, hasil laut dan
perikanan sebesar Rp. 45,80 Triliun. Nilai realisasi investasi tersebut didukung
oleh adanya Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan
Pelaksanaan Perizinan Berusaha untuk mewujudkan terlaksananya percepatan
dan kemudahan berusaha, serta inovasi-inovasi yang dilakukan pemerintah
dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam menciptakan kemudahan
pelayanan perizinan melalui perizinan dengan single submission dan digital
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 6
signature serta tetap menjalankan langkah-langkah nyata dalam
memfasilitasi penyelesaian hambatan investasi, baik dari sisi regulasi
maupun implementasi di lapangan, sehingga nilainya melampaui target
dengan capaian sebesar 101,67 persen.
Tabel 3.4 Perkembangan Investasi PMDN Sektor Industri
S.D. Triwulan III Tahun 2017 (Rp Milliar)
Sumber : BPS diolah Ditjen Ind. Agro
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 7
Tabel 3.5. Perkembangan Investasi PMA Sektor Industri
S.D. Triwulan III Tahun 2017 (Juta USD)
Sumber : BPS diolah Ditjen Ind. Agro
Jika dilihat lagi per sektor industri agro, untuk sektor industri hasil hutan dan
perkebunan serta sektor minuman hasil laut dan perikanan mengalami
penurunan jumlah investasi walaupun dari tabel 3.3 dan tabel 3.4 terjadi
kenaikan investasi di bidang industri tembakau tetapi karena sifat industri
minuman, hasil tembakau dan bahan penyegar bukan merupakan usaha yang
padat modal sehingga walaupun secara unit usaha meningkat tetapi investasinya
menurun. Untuk sektor industri hasil hutan dan perkebunan juga terjadi
penurunan khususnya pada industri kertas dan barang dari kertas. Jika dilihat
pada tabel pada tahun 2016 investasi untuk bidang industri ini sangat tinggi
karena adanya investasi besar yaitu pembangunan pabrik PT. OKI Pulp dan
Kertas sebesar US$ 3.100.000.000 dan dengan kapasitas produksi pulp 2
juta/tahun dan produksi kertas tissue 500 ribu ton/tahun sehingga jika
dibandingkan dengan nilai investasi tahun 2017 sangatlah rendah.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 8
2. Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri
Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah:
1) Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional
dengan target antara 30,9 – 31,1 persen.
2) Produktivitas SDM industri agro dengan target Rp. 347 Juta.
Tabel 3.6. Capaian IKSS dari Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas
Sektor Industri
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
2015 2016 2017 Satuan
T R C T R C T R C Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri
Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional
28,67 27,69 96,58 30,93 29,59 95,66 31,1 29,6 95,17 Persen
Produktivitas SDM industri agro
318,5 357,42 129,29 330,3 354,63 113,44 347 366,97 105,76 Rp. Juta
Berdasarkan data dari Badan Statistik Nasional (BPS) per Januari - 2017 yang diolah
oleh kementerian perindustrian nilai kontribusi ekspor produk industri agro terhadap
ekspor nasional sebesar 29,6 persen dengan capaian 95,17 persen. Jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2015 dan tahun 2016, kontribusi ekspor produk
industri agro terhadap ekspor nasional berturut-turut sebesar 27,69 persen dan 29,59
persen menunjukkan tren yang meningkat namun tidak begitu signifikan setiap
tahunnya. Hal ini disebabkan adanya penurunan kontribusi sektor industri agro yaitu
industri hasil hutan dan perkebunan khususnya industri Kayu yaitu :
1) Ekspor produk hasil hutan mengalami tekanan, terutama produk furniture ke
Amerika bagian utara (Amerika Serikat, Canada, dan Mexico). Kompetitor
produk furniture Indonesia yang utama adalah dari China dan Vietnam. Ekspor
produk furniture dari Indonesia ke Amerika Bagian Utara rata-rata USD 500 ribu
– USD 600 ribu dan ke Eropa (10 negara tujuan ekspor utama) pada kisaran
USD 400 ribu, sedangkan ekspor produk furniture Vietnam ke Amerika
Serikat sebesar USD 3,5 juta – USD 4,5 juta atau setara 9,7% dari total
impor furniture Amerika. China merupakan eksportir furniture utama ke Amerika,
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 9
yaitu menguasai 34% pasar furniture Amerika atau rata-rata USD 15 milyar –
USD 16 milyar per tahun.
2) Sejak tahun 2012 sampai 2016 pertumbuhan ekspor furniture dari china ke
Amerika meningkat rata-rata 5%, sedangkan pertumbuhan ekspor furniture
dari Vietnam ke Amerika mengalami peningkatan yang signifikan sebesar
rata-rata 20%, kondisi tersebut memberikan tekanan terhadap ekspor furniture
Indonesia.
Tabel 3.7 Perkembangan Ekspor Industri Agro
Sampai Dengan Jan-Nov Tahun 2017
Nilai US$ Juta
Sumber : BPS diolah Ditjen Ind. Agro
Catatan : * )Angka Sementara
Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa ekspor produk makanan
meningkat dari tahun 2016 ke tahun 2017. Peningkatan ekspor tersebut antara
lain disebabkan oleh membaiknya kondisi perekonomian di negara mitra
dagang utama Indonesia seperti Tiongkok dan Amerika Serikat. Berdasarkan
data dari Pusdatin, pada periode bulan Januari s/d November 2017 terjadi
peningkatan ekspor industri pengolahan ke Tiongkok sebesar 46,4% dan ke
Amerika meningkat sebesar 10,87% jika dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun 2016. Selain itu juga terjadi peningkatan pada komoditi
minuman dan tembakau (sektor industri minuman, hasil tembakau dan bahan
penyegar) yang didorong oleh pengembangan inovasi dan penerapan standar
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 10
keamanan produk, meningkatnya mutu produk sehingga mampu memacu daya
saing industri minuman, hasil tembakau dan bahan penyegar serta industri
makanan dan mendorong perluasan pasar ekspor. Daya saing industri
minuman, hasil tembakau dan bahan penyegar dan industri makanan, hasil laut dan
perikanan juga diperkuat dengan langkah pemerintah mendorong pelaku usaha
untuk memenuhi aspek produk yang aman, bergizi dan bermutu melalui
penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI), Good Manufacturing Practices
(GMP), Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), Food Hygiene,
Food Safety, Food Sanitation, serta standar pangan internasional (CODEX). Hal
ini dapat terjadi sebagai akibat positif dari adanya kerja sama ekonomi
dengan negara mitra serta kegiatan promosi untuk memperkenalkan produk-
produk Indonesia melalui event pameran di dalam dan di luar negeri.
Untuk Indikator Produktivitas SDM industri agro didapat dari data Pusdatin yang di olah
sektor industri agro didapat nilai Rp. 366,97 Juta/Tenaga Kerja/Tahun. Hal ini sebagai
akibat dari tingginya nilai pertumbuhan sektor industri agro pada tahun 2017.
Pertumbuhan industri sektor agro pada triwulan IV tahun 2017 tetap tinggi karena
didukung oleh meningkatnya nilai investasi dan nilai ekspor pada tahun 2017.
Pertumbuhan yang stabil dengan rata-rata di atas pertumbuhan ekonomi nasional
serta jumlah tenaga kerja yang juga meningkat dengan stabil, menyebabkan nilai
produktivitas SDM terus meningkat.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 11
Gambar 3.1. Grafik Pertumbuhan Industri Agro
Dari grafik terlihat pertumbuhan industri agro terjadi hanya pada industri makanan dan
minuman serta furnitur yaitu dengan nilai 9,46 persen dan 5,47 persen sedangkan
industri yang mengalami penurunan yang sangat signifikan adalah industri kertas yang
mencapai -1,49 pada triwulan III tahun 2017, begitupun juga dengan indsutri tembakau
yang mengalami penurunan dari tahun 2015 sampai sekarang dengan nilia
pertumbuhan sebsar 1,63 persen.
Sasaran Strategis Perspektif Proses Internal
Berdasarkan Perjanjian kinerja Tahun 2017, sasaran strategis perspektif proses Bisnis
internal terdiri dari 2 (dua) dengan 3 (tiga) indikator, yaitu:
1. Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif
Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah Peraturan
Perundangan yang diselesaikan dengan target 1 PP/Perpres/Permen.
Tabel 3.8. Capaian IKSS dari Tersedianya Kebijakan Pembangunan Industri Agro yang efektif
Sasaran Strategis Indikator Kinerja 2015 2016 2017 Satuan
T R C T R C T R C Tersedianya Kebijakan Pembangunan Industri Agro yang efektif
Peraturan Perundangan yang diselesaikan
1 0 0 1 0 0 1 2 200% Permen
Untuk indikator Peraturan perundangan yang diselesaikan realisasi sebanyak 2
Permenperin yaitu Permenperin No.9/M-IND/PER/3/2017 tentang Tata Cara
Pemberian Izin Khusus Bagi Industri Karet Remah dan Permenperin No.10/M-
IND/PER/3/2017 tentang Fasilitas Memperoleh Bahan Baku Dalam Rangka
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 12
Pembangunan Industri Gula. Untuk Status RPP tentang kewenangan pengaturan
bidang industri tertentu masih dalam Pembahasan Antar Kementerian (PAK) ke 2.
RPP tentang kewenangan pengaturan bidang industri tertentu ini mencakup
tingkat Kementerian Perindustrian tidak hanya komoditi yang ada di Direktorat
Jenderal Industri Agro tetapi juga komoditi sektor industri lain. Kementerian
perindustrian melalui Sekretariat Negara telah melakukan koordinasi dengan
Kementerian lain yang beririsan kewenangannya terkait industri dimana
kementerian lain tersebut telah memiliki Undang-Undang organik sendiri yang
mengacu pada PP No. 17 tahun 1986 tentang kewenangan pengaturan,
pembinaan, dan pengembangan industri. Koordinasi sampai saat ini masih terus
dilakukan agar apa yang diamanahkan dari Undang-Undang No. 3 Tahun 2014
dapat terwujud.
2. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang adil,
berdaya saing dan berkelanjutan
Standardisasi industri dan peningkatan kompetensi tenaga kerja industri
bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri dan produktivitas dalam
rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor. Pembangunan
tenaga kerja industri kompeten yang siap kerja sesuai dengan kebutuhan
perusahaan industri dan/atau perusahaan kawasan industri berdampak
meningkatkan produktivitas tenaga kerja Industri, meningkatkan penyerapan
tenaga kerja di sektor industri serta memberikan perlindungan dan
kesejahteraan bagi tenaga kerja industri. Indikator kinerja sasaran strategis
(IKSS) dari sasaran ini adalah:
1) Produk industri agro yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam
Negeri (TKDN) dengan target 3 sertifikat.
2) Infrastruktur kompetensi yang terbentuk sebanyak 6 SKKNI.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 13
Tabel 3.9. Capaian IKSS dari Terselenggaranya urusan pemerintahan dibidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
Sasaran Strategis Indikator Kinerja 2015 2016 2017 Satuan
T R C T R C T R C Terselenggaranya urusan pemerintahan dibidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
Produk Industri Agro yang tersertifikasi tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Belum digunakan sebagai indikator
84 71 84,52% 3 2 66,67% Sertifikat
Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
Belum digunakan sebagai indikator
6 6 100% SKKNI
Indikator Produk Industri Agro yang tersertifikasi tingkat Komponen Dalam
Negeri (TKDN) tahun 2017 sebanyak 2 sertifikat yang terdiri dari 2 produk yang
terfasilitasi secara mandiri yaitu 2 produk furniture dari 1 perusahaan yaitu PT.
Jasuindo Arjowiggings Security yaitu produk Smart Card dan Inlay, sehingga
capaiannya sebesar 66,67 persen. Tahun 2016, realisasi untuk indikator ini
sebesar 83 sertifikat dengan capaian 98,80 persen. Rendahnya capaian untuk
indikator ini karena adanya keterbatasan anggaran sehingga tidak bisa
dilaksanakan bussines matching antara User (perusahaan pemilik TKDN)
dengan potential user (kementerian/lembaga) yang akan menggunakan produk
yang ber-TKDN yang berpotensi menurunkan realisasi.
Untuk indikator yang kedua yaitu infrastruktur kompetensi dalam negeri (TKDN)
yang terbentuk dari target 6 SKKNI, Direktorat Jenderal Indsutri Agro dapat
memenuhi semua target tersebut yaitu RSKKNI Industri Pengolahan Daging,
RSKKNI Mie Instan, RSKKNI industri gula rafinasi, RSKKNI Industri Hilir non
perkebunan, RSKKNI Industri Furniture, RSKKNI Kopi. Perlu diketahui Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah rumusan kemampuan
kerja yang mencakup as pek pengetahuan (knowledge), keterampilan
dan/atau keahlian (skills) serta sikap kerja (attitude) yang relevan dengan
pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. Penyusunan dokumen
SKKNI harus mengacu pada format yang ditetapkan oleh Kementerian
Ketenagakerjaan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Tahapan Penyusunan SKKNI terdiri dari
Penyusunan draft (oleh tim perumus) yang meliputi: a) Peta Fungsi Kompetensi
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 14
dan b) Uraian unit-unit kompetensi; Verifikasi internal (oleh tim verifikasi); Pra
Konvensi; Verifikasi eksternal (oleh Kemenaker); Konvensi Nasional; Penetapan
(oleh Kemenaker). Kegunaan SKKNI sendiri adalah sebagai acuan
pendidikan/pelatihan berbasis kompetensi, sebagai acuan pelaksanaan uji
kompetensi (sertifikasi kompetensi), sebagai acuan untuk menstrukturkan
perusahaan dan sebagai acuan penyusunan SOP perusahaan.
Pada tahun 2015 dan 2016, Perjanjian Kinerja Direktorat jenderal Indsutri Agro
tidak memuat indikator infrastruktur kompetensi dalam negeri (TKDN) yang
terbentuk sehingga tidak dapat diperbandingkan.
B. Analisis Capaian Kinerja Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri
Agro Tahun 2015 – 2019 Perubahan
Berdasarkan dokumen perencanaan strategis (renstra) Direktorat Jenderal
Industri Agro, secara umum capaian kinerja terhadap dokumen tersebut adalah
sebagai berikut :
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 15
Tabel 3.10. Capaian Kinerja Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Industri Agro
pada tahun 2015 – 2019 Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019 Satuan
T R C T R C T R C T T
Perspektif Stakeholder
Meningkatnya populasi dan
persebaran industri
Unit industri pengolahan
non-migas besar sedang yang tumbuh
Belum digunakan sebagai indikator 538 774
143,86% 635 708 Unit
Nilai investasi di sektor industri
pengolahan non-migas
74,6 74,6 100% 111,9 117,6 105,09% 112,7-119,8
121,81 101,67% 128,1-136,2
148,6-154,8
Rp. Triliun
Meningkatnya daya saing dan
produktivitas sektor industri
Kontribusi ekspor
produk industri pengolahan non-migas
terhadap ekspor nasional
28,67 27,69 96,58 30,93 29,59 95,66 30,9-31,1
29,6 95,17% 31,2-31,4
31,3-31,6
Persen
Produktivitas SDM industri
318,5 357,42 129,29 330,3 354,63 113,44 347 366,97 105,76 365,8 387,4 Rp Juta
Perspektif Proses Internal
Tersedianya kebijakan
pembangunan industri yang efektif
Peraturan perundangan
yang diselesaikan
1 0 0 1 0 0 1 2 200% 1 1 PP/ Perpres/
Permen
Terselenggaranya urusan pemerintahan di
bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
Produk industri yang tersertifikasi
Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
Belum digunakan sebagai indikator
84 71 98,80% 3 2 66,67% 4 5 Sertifikat
Infrastruktur kompetensi yang
terbentuk
Belum digunakan sebagai indikator 6 6 100% 7 7 SKKNI
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 16
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019 Satuan
T R C T R C T R C T T
Perspektif Kelembagaan
Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Agro yang
profesional dan berkepribadian
Prestasi pegawai Direktorat Jenderal Industri
Agro
Belum Digunakan sebagai Indikator 80 84,20 105,25% 81 82 Nilai
Produktivitas kinerja minimum
pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
1320 1792,5 135,80% 1320 1320 Jam kerja
Kualifikasi pendidikan pegawai Direktorat
Jenderal Industri Agro
1 2 200% 1 1 Orang
Tersedianya sistem informasi
yang andal dan mudah diakses
Kesesuaian data dan informasi
industri terhadap kebutuhan stakeholder
Belum Digunakan sebagai Indikator 50 29,03 58,06% 60 70 Persen
Ketersediaqan Sistem (Uptime)
100 100 100% 100 100 Persen
Terwujudnya birokrasi yang
efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima
Penilaian Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Belum Digunakan sebagai Indikator 76 75,76 99,68% 78 80 Nilai
Tingkat
Kematangan SPIP Satker Mencapai Tingkat 3
3,00 3,224 107,46% 3,20 3,25 Level
Tersusunnya perencanaan program,
pengelolaan keuangan serta pengendalian yang berkualitas
dan akuntabel
Akuntabilitas Laporan Keuangan dan
BMN
Belum Digunakan sebagai Indikator
Capaian Standar Tertinggi
Capaian Standar Tertinggi
100% Capaian Standar Tertinggi
Capaian Standar Tertinggi
100% Capaian Standar Tertinggi
Capaian Standar Tertinggi
Capaian Standar Tertinggi
Status pengelolaan BMN
Kementerian Perindustrian
Belum Digunakan sebagai Indikator 1 0,28
100% 0,9 0,8 Persen
Anggaran Kementerian
Perindustrian yang diblokir
10
0,99
100% 13 15 Persen
Kesesuaian rencana
program dan kegiatan prioritas dengan Dokumen
Perencanaan
90 90 100% 90 90 100% 94 100 100% 95 100 Persen
Berdasarkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2015 – 2019,
target jangka menengah untuk setiap IK adalah sebagai berikut:
1. Unit industri pengolahan non-migas besar sedang yang tumbuh dengan target
538 unit usaha. Realisasi untuk indikator ini adalah terbentuknya 774 unit usaha
dan diharapankan terus tumbuh hingga mencapai target tahun 2019.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 17
2. Nilai investasi di sektor industri pengolahan non-migas dengan target 112,7-
119,8 Triliun Rupiah, tahun 2017 terealisasi sebanyak 121,81 Triliun Rupiah
sehingga capaian diharapakan dapat dipertahankan setiap tahunnya.
3. Kontribusi ekspor produk industri pengolahan non-migas terhadap ekspor
nasional dengan target 30,9 – 31,1 Triliun rupiah. Tahun 2017 terealisasi
sebesar 29,6 Triliun rupiah, sedikit dibawah target yang ditetapkan. Perlu adanya
upaya yang lebih besar lagi agar target dapat tercapai sampai tahun 2019.
4. Produktivitas SDM industri dengan target 347 Juta rupiah/orang/tahun terealisasi
sebesar 366,97 Juta rupiah/orang/tahun. Capaian ini perlu dipertahankan dan
ditingkatkan sampai tahun 2019.
5. Peraturan perundangan yang diselesaikan dengan target sebanyak 1
PP/Perpres/Permen. Realisasi sampai akhir tahun 2017 sebanyak 2 permen
Sehingga sampai dengan akhir tahun 2019, proses pencapaian target setiap
tahun ini harus terus dipertahankan.
6. Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)
dengan target sebanyak 3 sertifikat. Realisasi sampai akhir tahun 2017 sebesar
2 sertifikat. Realisasi Indikator kinerja ini lebih kecil sehingga perlu ada kegiatan
penunjang untuk mencapai target sampai tahun 2019 salah satunya Bussines
Matching.
7. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk dengan target 6 SKKNI, tercapai pada
tahun 2017 dan harus ditingkatkan agar dapat memenuhi target sampai tahun
2019.
8. Rata-rata nilai prestasi kerja pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro memiliki
target nilai 80. Sampai akhir tahun 2017, realisasi indikator kinerja ini adalah
84,20, lebih besar dari target IKU sampai tahun 2019.
9. Rata-rata produktivitas kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal Industri
Agro dengan target 1320 jam kerja. Realiasi tahun 2017 mencapai 1792,5 jam
kerja sehingga tingkat capaian ini perlu dipertahankan sampai tahun 2019.
10. Kualifikasi pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro dengan target 1
orang. Sampai akhir tahun 2017, realisasi IKU ini adalah sebanyak 2 orang.
Diharapkan akan meningkat setiap tahunnya sampai tahun 2019.
11. Kesesuaian data dan informasi industri agro terhadap kebutuhan stakeholder
industri agro dengan target 50 persen. Realisasi sampai akhir tahun 2017 adalah
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 18
sebesar 29,03 persen. Oleh karena itu, agar bisa mencapai target dalam renstra
2015-2019 perlu adanya perbaikan pelayanan dengan cara penugasan khusus
kepada staf/pejabat terkait untuk menjawab setiap pertanyaan yang masuk.
12. Ketersediaan Sistem (uptime) dengan target 100 persen. Realisasi IKU iini
sampai akhir tahun 2017 sebesar 100 persen, sehingga perlu dipertahankan
sampai tahun 2019.
13. Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sekretariat
Direktorat Jenderal Industri Agro dengan target nilai 76. Penilaian SAKIP tahun
2017 (merujuk pada penilaian Sakip tahun 2016) Sekretariat Direktorat Jenderal
industri Agro mendapatkan nilai 75,76 sehingga untuk dapat mencapai target
sampai dengan tahun 2019 perlu diadakan pra penilaian untuk persiapan
penilaian SAKIP.
14. Tingkat Kematangan SPIP Satker Mencapai Tingkat 3 dengan level 3. Realisasi
untuk IKU ini sebesar 3,224, sehingga perlu dipertahankan sampai tahun 2019.
15. Tingkat akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN dengan target capai Standar
Tertinggi. Realisasi tahun 2017 kementerian Perindustrian mendapatkan
predikat capaian standar tertinggi sehingga perlu dipertahankan sampai tahun
2019.
16. Status pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro dengan target 1
persen. Untuk realisasi sampai akhir tahun 2017 ini sebesar 100 persen
sehingga perlu dipertahankan sampai tahun 2019.
17. Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang diblokir dengan target 10
persen. Sampai akhir tahun 2017 realiasi sebesar 100 persen sehingga perlu
dipertahankan sampai akhir tahun 2019.
18. Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan Dokumen
Perencanaan dengan target 94 persen. Realisasi sampai tahun 2017 sebesar
100 persen Sehingga tingkat capaian indikator kinerja ini perlu dipertahankan
sampai dengan akhir tahun 2019.
C. Analisis Capaian Program Prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun
2017
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Industri Agro
mengemban tugas untuk melaksanakan program prioritas yang diamanahkan
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 19
dari Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional yang diturunkan melalui
Renstra Kementerian Perindustrian. Adapun Program prioritas tahun 2017 tertera
pada tabel dibawah ini :
Tabel 3.11. Capaian Program Prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro
Tahun 2017
Program/Kegiatan Sasaran kegiatan Indikator Target Realisasi Capaian
(%)
Penumbuhan dan
Pengembangan
Industri Hasil
Hutan dan
Perkebunan
Terimplementasikannya Pilot Project Aditif Aspal Berbasis Crumb Rubber sebagai upaya meningkatkan penyerapan bahan baku karet di dalam negeri melalui pemanfaatan pada pembangunan infrastruktur
Jumlah pabrik/pilot project
45 Ton 54 Ton 100
Terlaksananya Bantuan Mesin dan peralatan untuk industri pengolahan kayu, industri rotan,dan alat laboratorium industri pulp dan kertas
jumlah unit usaha yang diberi bantuan mesin peralatan
1 unit 1 100
Tersusunnya rancangan SKKNI SDM industri hasil hutan dan perkebunan yaitu SKKNI yang disusun adalah SKKNI Furniture dan SKKNI hilir non pangan
Jumlah SKKNI yang tersusun
2 RSKKNI 2 100
Tersusunnya Rancangan dan/atau revisi Standar Nasional Indonesia Produk Industri dalam rangka peningkatan daya saing Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia
15 RSNI 13 86,66
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 20
Tabel 3.11. Capaian Program Prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro
Tahun 2017 (sambungan)
Program/Kegiatan Sasaran kegiatan Indikator Target Realisasi Capaian
(%)
Penumbuhan dan
Pengembangan
Industri Minuman,
Hasil Tembakau,
dan Bahan
Penyegar
Tersedianya Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri dalam rangka Peningkatan Mutu Susu Olahan Berbasis Susu Segar Dalam Negeri
Jumlah Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri
4 Unit 4 100
Tersedianya Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri dalam rangka Peningkatan Teknologi Proses Es Balok Dalam Rangka Meningkatkan Daya Simpan Produk Hasil Laut dan Mutu Es Konsumsi
Jumlah Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri
1 Unit 1 100
Tersusunnya Rancangan dan/atau revisi Standar Nasional Indonesia Produk Industri pada kegiatan Bantuan Sertifikasi Penerapan Standar di Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia
4 RSNI 5 125
Tersusunnya RSKKNI/SKKNI Pada Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
Jumlah RSKKNI/SKKNI
1 RSKKNI 1 100
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 21
Tabel 3.11. Capaian Program Prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro
Tahun 2017 (sambungan)
Program/Kegiatan Sasaran kegiatan Indikator Target Realisasi Capaian
(%)
Penumbuhan dan
Pengembangan
Industri Makanan,
Hasil Laut, dan
Perikanan
Terfasilitasinya bantuan mesin dan peralatan Industri Pengolahan Rumput Laut (Alkali Treatment Gracilaria)
Jumlah Unit Usaha
1 Unit Usaha
1 100
Tersusunnya Draft SKKNI Industri Pengolahan Daging
Jumlah Rancangan Standar Kompetensi Kerja Indonesia di bidang Industri Pengolahan Daging
1 RSKKNI 1 100
Terfasilitasinya bantuan mesin dan peralatan Tepung Non Gandum
Jumlah Unit Usaha
1 Unit Usaha
1 100
Tersusunnya Draft SKKNI Industri Gula Rafinasi
Jumlah Rancangan Standar Kompetensi Kerja Indonesia di bidang Industri Gula Rafinasi
1 RSKKNI 1 100
Tersusunnya Draft SKKNI Industri MI Instan
Jumlah Rancangan Standar Kompetensi Kerja Indonesia di bidang Industri Mi Instan
1 RSKKNI 1 100
Tersusunnya Revisi SNI produk Tepung Jagung, Tepung Pelapis, Bumbu Perasa Daging, keripik Tahu, karagenan, Agar - Agar, Minyajk kedelai, Tauco
Jumlah Rancangan SNI
8 RSNI 8 100
Merunut pada target Program Prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017,
berikut ulasan berdasarkan sasaran dan indikator kinerja program prioritas sebagai
berikut:
1) Terimplementasikannya Pilot Project Aditif Aspal Berbasis Crumb Rubber
sebagai upaya meningkatkan penyerapan bahan baku karet di dalam negeri
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 22
melalui pemanfaatan pada pembangunan infrastruktur dengan target 45 ton.
Sampai akhir tahun 2017 capaian untuk sasasran ini sebesar 100 persen,
dimana telah dilakukan beberapa kegiatan yang mendukung terwujudnya
sasaran ini seperti dirumuskan konsep payung hukum untuk penerapan skala
komersial yaitu Konsep Inpres dan Konsep MOU Menteri Perindustrian dengan
Menteri PUPR, Penyiapan konsep industrialisasi, Telah dicadangkan sepanjang
25 km untuk jalan nasional dan di daerah Musi Banyuasin untuk jalan daerah
pada tahun anggaran 2018 oleh Kementerian PUPR dan untuk penerapan aspal
karet alam baik masterbatch maupun SKAT dengan melihat kesiapan
industrinya. Selain itu juga telah dilakukan Uji Gelar aditif aspal karet di Depok
dan di Cikarang dan juga penyusunan draft payung hukum dan persyaratan
teknis aditif aspal karet.
2) Terlaksananya Bantuan Mesin dan peralatan untuk industri pengolahan kayu,
industri oleokimia, kemurgi dan minyak atsiri dengan target 1 unit. Sampai akhir
tahun 2017 telah dilaksanakan serah terima, uji coba, dan pelatihan operator di
BBPK. Mesin yang diberikan adalah alat pengujian dalam rangka mendukung
pemberlakuan SNI wajib produk kertas kemasan pangan.
3) Tersusunnya rancangan SKKNI SDM industri hasil hutan dan perkebunan yaitu
SKKNI yang disusun adalah SKKNI Furniture dan SKKNI hilir non pangan
dengan target 2 SKKNI. Pada tahun 2017 telah disusun RSKKNI SDM Industri
furniture dengan 20 unit kompetensi dan 1 peta jembatan kompetensi industri
atsiri.
4) Tersusunnya Rancangan dan/atau revisi Standar Nasional Indonesia Produk
Industri dalam rangka peningkatan daya saing Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan dengan target 15 RSNI. Sepanjang tahun 2017 telah dilakukan
kegiatan yang mendukung tercapaianya sasaran ini sehingga pada akhir tahun
2017 Telah tersusun 10 Judul RSNI industri pulp kertas yaitu : (1) karton
dupleks,(2) cara uji daya tembus udara (3) cara uji kekakuan kertas dan karton,
(4) kertas pembentuk rokok, (5) cara uji soda dan sulfat pada lindi putih dan lindi
hijau, (6) karton salut, (7) penggilingan di laboratorium untuk pulp, (8) cara uji
ketahanan minyak kertas dan karton, (9) cara uji kekuatan anata ikatan karton,
(10) kertas tahan minyak/lemak, dan tersusunnya 3 judul RSNI industri furniture
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 23
yaitu : (1) Furniture – Bangku (2) Furniture – Kursi belajar untuk sekolah (3)
Furniture – Meja belajar untuk sekolah. Sehingga total RSNI yang dpat tersusun
sejumlah 13 RSNI. 2 RSNI yang belum selesai diantaranya penyusunan RSNI
Non Pangan TPBBM (Tanah Pemucat Bekas Bebas Minyak) dikarenakan
Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) ingin membiayai sendiri dengan alasan
supaya proses lebih cepat dan lebih sederhana dengan bekerjasama dengan
Pusat Jalan dan Jembatan, Kementerian PUPR.
5) Tersedianya Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri dalam
rangka Peningkatan Mutu Susu Olahan Berbasis Susu Segar Dalam Negeri
dengan target 4 unit mesin. Tahun 2017 telah dilakukan pemberian 4 bantuan
mesin/peralatan dengan rincian 2 bantuan mesin/peralatan di Kuningan dan 2
bantuan mesin/peralatan di Malang. Sebagai bentuk tindak lanjut dari bantuan ini
diharapkan bantuan mesin/peralatan cooling unit berikutnya dengan kapasitas
alat yang lebih besar (3000L atau 6000L)
6) Tersedianya Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri dalam
rangka Peningkatan Teknologi Proses Es Balok Dalam Rangka Meningkatkan
Daya Simpan Produk Hasil Laut dan Mutu Es Konsumsi dengan target 1 unit
mesin. Pada tahun 2017 telah diberikan 1 bantuan mesin/peralatan es balok di
Gorontalo. Menurut kondisi dilapangan bahwa Kebutuhan es balok untuk
meningkatkan daya simpan produk hasil laut diperkirakan mencapai 950 ton per
hari, sedangkan mesin/peralatan yang telah diberikan hanya menghasilkan 10
ton/hari. Sehingga bisa menjadi harapan untuk tahun berikutny pemberian
mesin/peralatan dengan kapasitas yang lebih besar dan penambahan bantuan
mesin/peralatan di lokasi lain yang terdekat; serta pemberian cold storage untuk
meningkatkan daya tahan es balok.
7) Tersusunnya Rancangan dan/atau revisi Standar Nasional Indonesia Produk
Industri pada kegiatan Bantuan Sertifikasi Penerapan Standar di Industri
Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar dengan target 4 RSNI. Tahun
2017 telah disusun RSNI minuman koktil dalam kemasan, RSNI minuman kopi
dalam kemasan, RSNI sirup squas,RSNI susu bubuk rasa, dan RSNI susu
fermentasi. Dari realisasi didapatkan capaian sebesar 125 persen.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 24
8) Tersusunnya RSKKNI/SKKNI Pada Industri Minuman, Hasil Tembakau dan
Bahan Penyegar dengan target 1 RSKKNI. Hingga tahun 2017 telah tersusun
RSKKNI Industri Pengolahan Kopi sehingga perlu adanya pembentukan LSP
dan TUK industri pengolahan kopi.
9) Terfasilitasinya bantuan mesin dan peralatan Industri Pengolahan Rumput Laut
(Alkali Treatment Gracilaria). Tahun 2017 telah di laksanakan Bantuan Mesin
dan Peralatan Industri Pengolahan Rumput Laut
10) Tersusunnya Draft SKKNI Industri Pengolahan Daging dengan target 1 SKKNI.
Hingga tahun 2017 telah tersusun SKKNI Industri Daging sehingga perlu adanya
Pembentukan LSP dan TUK industri pengolahan daging
11) Terfasilitasinya bantuan mesin dan peralatan Tepung Non Gandum dengan
target 1 unit mesin. Tahun 2017 Telah dilaksanakan serah terima Bantuan mesin
peralatan industri tepung non gandum di Kab. Wonogiri - Jawa Tengah
12) Tersusunnya Draft SKKNI Industri Gula Rafinasi dengan target 1 SKKNI tercapai
dengan tersusun unit kompetensi RSKKNI bidang Industri Gula Rafinasi
13) Tersusunnya Draft SKKNI Industri MI Instan tahun 2017 sebanyak 1 SKKNI
dimana Pra Konvensi, Verifikasi Eksternal, dan Konvensi dilaksanakan pada
Tahun 2018
14) Tersusunnya Revisi SNI produk Tepung Jagung, Tepung Pelapis, Bumbu Perasa
Daging, keripik Tahu, karagenan, Agar - Agar, Minyajk kedelai, Tauco dengan
target 8 RSNI tercapai sebanyak 8 RSNI yaitu tersusunnya Revisi SNI Wajib
untuk komoditi 1) Mentega, 2) Minyak Goreng Sawit, 3) Gula Kristal Rafinasi,
4) Pati Jagung, 5) Biskuit, 6) Tepung Terigu, 7) Rolade Daging dan 8)
Burger Daging.
D. Analisis Capaian RPJMN Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017
Berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-
2025), Direktorat Jenderal Indsutri Agro mengemban tugas yang tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, sebagai
berikut:
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 25
Tabel 3.12. Capaian RPJMN Direktorat Jenderal Industri Agro
Tahun 2017
Sasaran Indikator Target Realisasi Capaian
(%) Satuan
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Meningkatnya Populasi Industri Sedang dan Besar Hasil Hutan dan Perkebunan (Quickwins: Hilirisasi produk-produk pertanian menjadi produk agroindustri)
Berkembangnya industri Hasil Hutan dan Perkebunan Lainnya
3 3 100 Komoditas
Tumbuh dan berkembangnya industri oleokimia dan kemurgi
2 2 100 Komoditas
Meningkatnya daya saing industri Hasil Hutan dan Perkebunan
Tersusunnya standar produk industri hasil hutan dan perkebunan
15 13 86,67 RSNI/SNI
Partisipasi Dit. IHHP dalam sidang dan pameran di dalam negeri maupun luar negeri
15 8 53,33 Partisipasi
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Minuman dan Tembakau Meningkatnya Populasi Industri Minuman dan Tembakau (Quickwins: Hilirisasi produk-produk pertanian menjadi produk agroindustri)
Terfasilitasinya Pengembangan Industri Pangan
2
Sasaran dan Indikator Berubah
Komoditi
Terfasilitasinya Pengembangan Industri Bahan Penyegar
3 Komoditi
Terfasilitasinya Pengembangan Industri Minuman Lainnya
2 Komoditi
Meningkatnya daya saing industri minuman dan tembakau
Tersusunnya Standar Produk Industri Minuman dan Tembakau
5 5 100 RSNI/SNI
Partisipasi dalam sidang dan pameran di Dalam dan Luar Negeri
15 11 73,33 Partisipasi
Revitalisasi dan Penumbuhan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Meningkatnya Populasi Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan (Quickwins: Hilirisasi produk-produk pertanian menjadi produk agroindustri)
Terfasilitasinya Pengembangan Industri Pangan
4
Sasaran dan Indikator Berubah
Komoditi
Terfasilitasinya Pengembangan Industri Pakan
1 Komoditi
Terfasilitasinya Pengembangan Industri Bahan Penyegar
1 Komoditi
Terfasilitasinya Pengembangan Industri Oleofood
1 Komoditi
Meningkatnya daya saing industri makanan, hasil laut dan perikanan
Tersusunnya Standar produk industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
8 8 100 RSNI/SNI
Promosi dan kerjasama pada industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
8 8 100 Pameran/Sidang
Pada tahun 2017 terjadi perubahan sasaran dan indikator pada dokumen Rencana
Strategis sehingga ada beberapa data realisasi dan capaian tidak dapat disajikan.
Berikut capaian untuk indikator RPJMN yang sampai akhir 2017 sebagai berikut:
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 26
1) Berkembangnya industri Hasil Hutan dan Perkebunan Lainnya dengan target 3
komoditas dapat tercapai pada tahun 2017 yaitu komoditasFurnitur kayu, Rotan
dan pulp kertas.
2) Tumbuh dan berkembangnya industri oleokimia dan kemurgi dengan target 2
komoditi. Pada tahun 2017 telah terlaksana rapat-rapat koordinasi dalam rangka
penyusunan rekomendasi iklim usaha industri hilir perkebunan non pangan
(Oleokimia dan Kemurgi)
3) Tersusunnya standar produk industri hasil hutan dan perkebunan dengan target
15 RSNI. Tahun 2017 tercapai 13 RSNI yaitu 10 RSNI industri pulp & kertas, 3
RSNI industri furniture. Sedangkan untuk 2 RSNI industri hilir perkebunan non
pangan (Oleokimia dan Kemurgi) masih tahap melakukan koordinasi dengan
pihak terkait
4) Partisipasi Dit. IHHP dalam sidang dan pameran di dalam negeri maupun luar
negeri dengan target 15 partisipasi tercapai sebanyak 8 partisipasi pada tahun
2017 yaitu Ministeral Meeting between Minister of Industry of Indonesia with
Minister of Plantation and International Commodities of Malaysia, Second
Substantive Meeting (SSM) Kasus Sengketa DS491 : United States – Anti
Dumping and Countervailing Measures on Certain Coated Paper from Indonesia,
Thematic Session on Conformity Assesment Procedures and Regulatory
Practice serta First Subtantive Meeting (FSM) Kasus Sengketa DS480:
European Union - Anti-Dumping Measures on Biodiesel From Indonesia,
Pameran International Furniture Expo (IFEX), Pameran China International
Furniture Fair (CIFF) 2017, The top 100 mesin kayu olahan.
5) Tersusunnya Standar Produk Industri Minuman dan Tembakau dengan target 5
RSNI. Sampai akhir tahun 2017 telah tersusun RSNI Sirup Squas, RSNI
minuman kopi dalam kemasan, RSNI koktail dalam kemasan, RSNI susu bubuk
rasa, dan RSNI susu fermentasi.
6) Partisipasi dalam sidang dan pameran di Dalam dan Luar Negeri tahun 2017
dengan target 15 partisipasi. Tahun 2017 Direktorat Indsutri minuman, Hasil
tembakau dan Bahan penyegar telah melaksanakan partisipasi sidang dan
pameran didalam dan luar negeri sebanyak 11 partisipasi antara lain Partisipasi
pada 42nd FOODEX 2017 di Jepang, Sidang IE-CEPA di Jenewa, Kunjungan
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 27
Kerja Pansus RUU larangan Minuman Beralkohol di Maroko, ACCSQ di
Kamboja, ACCSQ di Filipina, BSOs at European Trade Fairs Insights Into
Country Stand Organization, Company Support and Contact Management di
Jerman.
7) Tersusunnya Standar produk industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
dengan target 8 RSNI tercpai tahun 2017 yaitu tersusunya RSNI Gula Kristal
Rafinasi, Rolade Daging, Burger Daging, Mentega, Minyak Goreng Sawit, Pati
Jagung, Biskuit dan Tepung Terigu.
8) Promosi dan kerjasama pada industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
dengan target 8 partisipasi tercapai tahun 2017. Partisipasi yang diikuti antara
lain Partisipasi pada APEC Senior Official Meeting, Sidang Codex Committee on
Fats and Oils (CCFO) ke 25, Sidang IE-CEPA, IJEPA, IEU-CEPA, Partisipasi
pada Pameran JIFEX 2017, Japan Foodex 2017, dan Partisipasi pada Pameran
Halal Lifestyle Expo 2017.
E. Realisasi Anggaran Tahun 2017
Dari total anggaran di dalam DIPA Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017
dengan total sebesar Rp. 171.211.050.000,- telah terealisasi sebesar sebesar 95,69
persen atau Rp. 163.826.980.000,-. Realisasi DIPA sampai dengan 31 Desember 2017
berdasarkan Program/Kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.13. Penyerapan Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017
No. Uraian Pagu Anggaran
(Rp.) Realisasi
(Rp.)
1. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan
20.798.081.000 18.946.868.000
2. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar
85.658.565.000 84.130.589.000
3. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan
27.526.341.000 27.014.318.000
4. Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri berbasis Agro
37.228.063.000 33.735.204.000
Total 171.211.050.000 163.826.980.000
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 28
Tabel 3.14. Penyerapan Anggaran Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017
Sasaran Strategis Indikator Kinerja 2017
T R C
Meningkatnya populasi dan persebaran industri
Unit industri pengolahan agro besar sedang yang tumbuh
6.974.792.000 6.447.584.417 92,44%
Nilai investasi di sektor industri pengolahan agro
101.699.405.000 94.869.050.199 93,28%
Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Agro yang profesional dan berkepribadian
Rata-rata nilai prestasi kerja pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
359.003.000 359.003.000
100%
Rata-rata produktivitas kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
18.494.400.000 16.275.072.000
88%
Kualifikasi pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro
303.355.000 300.321.450
99%
Terwujudnya birokrasi yang
efektif, efisien, dan berorientasi
pada layanan prima
Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro
1.727.467.000 1.727.467.000 100%
Tingkat Kematangan SPIP Satker Mencapai Tingkat 3
150.476.000 150.476.000 100%
Tersusunnya perencanaan
program, pengelolaan keuangan
serta pengendalian yang
berkualitas dan akuntabel
Tingkat akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN
729.319.000 729.319.000 100%
Status pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro
4.359.374.000 3.836.249.120 88%
Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang diblokir
6.371.137.000 4.964.489.516 77,92%
Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan Dokumen Perencanaan
734.576.000 734.576.000 100%
Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri
Kontribusi ekspor produk industri pengolahan agro terhadap ekspor nasional
7.534.658.000 6.301.000.673 83,62%
Produktivitas SDM industri agro 8.579.918.000 8.460.300.737 98,60%
Tersedianya kebijakan pembangunan industri agro yag efektif
Peraturan perundangan yang diselesaikan
6.338.613.000 6.275.226.870 99%
Tersedianya sistem informasi
yang andal dan mudah diakses
Kesesuaian data dan informasi industri agro terhadap kebutuhan stakeholder industri agro
222.415.000 222.415.000 100%
Ketersediaan Sistem (uptime) 108.925.000 108.925.000 100%
Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan
Produk industri agro tersertifikasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN)
3.268.663.000 3.268.663.000 100%
Infrastruktur kompetensi yang terbentuk
3.218.376.000 2.894.365.780 89.93%
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 IV - 1
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Direktorat Jenderal Industri Agro secara garis besar telah berhasil
melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian
sasaran strategis tahun 2017 serta berkontribusi bagi pencapaian sasaran strategis
Kementerian Perindustrian.
Pencapaian tersebut terlihat dari keberhasilan capaian sasaran strategis
perspektif stakeholders, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajran
organisasi, dimana masing-masing perspektif mendukung perspektif Direktorat
Jenderal Industri Agro sesuai dengan yang tercantum pada Perjanjian Kinerja
Direktorat Jenderal Industri Agro.
B. PERMASALAHAN DAN KENDALA
Secara rinci permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam rangka
mencapai sasaran strategis telah dijelaskan pada BAB III, sedangkan permasalah
umum yang dihadapi Direktorat Jenderal Industri Agro selama tahun 2017 antara lain
:
1. Belum ada kejelasan mengenai RPP tentang kewenangan pengaturan bidang
industri tertentu. Walaupun untuk capaian indikator kinerja telah terpenuhi
melalui penyelesaian 2 Permenperin, penyelesaian RPP diharapkan juga dapat
terselesaikan mengingat indikator ini merupakan amanah Undang-Undang No.
3 Tahun 2014 tentang Perindustrian dalam rangka mendorong kemajuan
sektor industri ke depan.
2. Rendahnya realisasi TKDN tahun 2017 dibandingkan dengan tahun
sebelumnya karena adanya keterbatasan anggaran sehingga tidak bisa
dilaksanakan bussines matching antara User (perusahaan pemilik TKDN)
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 IV - 2
dengan potential user (kementerian/lembaga) yang akan menggunakan produk
yang ber-TKDN.
3. Belum selesainya penyusunan RSNI Non Pangan TPBBM (Tanah Pemucat
Bekas Bebas Minyak) dikarenakan DMSI (Dewan Minyak Sawit Indonesia) ingin
membiayai sendiri dengan alasan supaya proses lebih cepat dan lebih
sederhana dengan bekerjasama dengan Pusat Jalan dan Jembatan,
Kementerian PUPR. Namun aktivitas yang mendukung pelaksanaan
kegiatan dimaksud telah selesai dilaksanakan.
4. Belum selesainya penyusunan RSKKNI Non Pangan (Minyak Atsiri)
dikarenakan belum selesainya penyusunan peta jembatan kompetensinya.
Tahun ini peta jembatan kompetensi selesai disusun sehingga penyusunan
RSKKNI Minyak Atsiri ini akan dilakukan pada TA. 2018.
5. Terbitnya Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2017 tentang Efisiensi Belanja
Barang Kementerian/Lembaga Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2017 dan adanya realokasi
anggaran untuk mendukung program pendidikan vokasi sesuai dengan
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah
Menengah Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing
Sumber Daya Manusia Indonesia, menyebabkan dilakukannya revisi
anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro
C. REKOMENDASI DAN TINDAK LANJUT
Berdasarkan permasalahan dan kendala tersebut, rekomendasi yang dapat
diambil oleh Direktorat Jenderal Industri Agro dalam rangka peningkatan kinerja
pada tahun selanjutnya antara lain:
1. Berdasarkan rekomendasi tahun 2016 terkait dengan penyusunan RPP
tentang kewenangan pengaturan bidang industri tertentu ditindaklanjuti
tahun 2017 melalui Pembahasan Antar Kementerian (PAK). Untuk tahun
2018 untuk menunjang terwujudnya penyelesaian RPP ini melalui
pembahasan Rapat Terbatas (Ratas) Antar Menteri di Kantor Presiden.
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 IV - 3
2. Pelaksanaan kegiatan bussines matching antara User (perusahaan
pemilik TKDN) dengan d (kementerian/lembaga) yang akan menggunakan
produk yang ber-TKDN untuk meningkatkan Produk Industri Agro yang
tersertifikasi.
3. Melaksanakan aktivitas pendukung kegiatan penyusunan RSNI
Industri Hilir Perkebunan Non Pangan (TPBBM sebagai subgrade urugan
jalan). Sedangkan penyusunan RSNI nya akan dilakukan oleh Pusat
Jalan dan Jembatan, Kementerian PUPR.
4. Menyelesaikan penyusunan RSKKNI Industri Hilir Perkebunan Non
Pangan (Minyak Atsiri), yang saat ini masih berupa draft.
Selain rekomendasi yang dituangkan untuk mendukung kegiatan Direktorat
Jenderal Industri Agro dimasa yang akan datang, adapula tindak lanjut dari
rekomendasi yang telah diberikan pada tahun 2016 telah terlaksana sebagai
berikut:
1. Dalam Meningkatkan koordinasi dan monitoring dalam pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan perencanaan serta meningkatkan kualitas
implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
di lingkungan Kementerian Perindustrian dalam mendukung pencapaian
kinerja Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Industri agro aktif
dalam mengikuti kegiatan-kegiatan peningkatan Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang sering diadakan oleh Biro
Perencanaan, Sekretariat Jenderal Kementerian Perindustrian sebagai
Koordinator dalam penilaian SAKIP. Selain itu juga Ditjen Industri Agro
turut aktif melakukan rapat-rapat koordinasi dengan unit eselon 2
dibawahnya guna memantau realiasasi dan capaian kegiatan dan
perencanaan untuk meningkatkan implementasi SAKIP Ditjen Industri
Agro.
2. Mendorong tumbuhnya industri substitusi impor di dalam negeri. Salah
satu cara Ditjen Industri Agro dalam mendukung penurunan belanja impor
produk agro melalui pelaksanaan kegiatan peningkatan produk dalam
negeri (P3DN) yang mana dapat pula meningkatkan penggunaan Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN).
LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 IV - 4
3. Direktorat Jenderal Industri Agro sampai saat ini masih melakukan
koordinasi terkait restrukturisasi tata niaga energi bahan baku, salah
satunya penurunan harga gas untuk industri dalam negeri.
4. Sampai saat ini Ditjen Industri Agro telah melakukan koordinasi dengan
pelaku usaha dan melakukan kajian untuk melihat dampak pengenaan
PPN pada 13 komoditas, yaitu: jagung, kacang, kedelai, karet, tebu,
kelapa, kelapa sawit, tembakau, kopi, teh, cengkeh, biji cokelat, dan kayu
terhadap kinerja perekonomian. Dari beberapa kajian dapat disimpulkan
beberapa alternatif kebijakan yang harapannya dapat menyelesaikan
permasalahan ini.
5. Pemberlakuan regulasi pelarangan ekpor bahan mentah untuk
meningkatkan nilai tambah industri dalam negeri ditekankan pada industri
untuk menggunakan bahan baku dalam negeri lebih besar yang sejalan
dengan rencana kewajiban penggunaan Tingkat Kandungan Dalam
Negeri (TKDN) untuk seluruh industri. Pemberlakuan pelarangan ekspor
secara total belum dapat dilakukan karena untuk komoditi tertentu
contohnya industri pengolahan susu masih bergantung pada hasil impor.
6. Ditjen Industri Agro terus melakukan upaya koordinasi dengan instansi
terkait dalam memberikan kepastian hukum dan insentif fiskal.
7. LAKIP Ditjen Industri Agro digunakan sebagai bahan masukan dan
acuan dalam penyusunan dan implementasi Rencana Kerja (Operational
Plan), Rencana Kinerja (Performance Plan), Rencana Anggaran
(Financial Plan), dan Rencana Strategis (Strategic Plan).