Tafsir AYat Hukum Perdata

26
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pensyari’atan Nikah Agama Islam adalah agama yang tidak pernah bertentangan dengan sesuatu hal yang bersifat alami. Oleh karena itu syari’at Islam akan senantiasa selaras dengan fitrah manusia normal. Dan diatara bukti keselarasan tersebut disyari’atkannya pernikahan. Yang demikian itu karena manusia diciptakan didunia ini dalam keadaan memiliki kebutuhan biologis, kebutuhan akan makan, minum, tidur, dan kebutuhan seksual dst. Berbagai kebutuhan biologis manusia normal ini tidaklah pernah dihapuskan atau dilalaikan dalam islam, akan tetapi diatur sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan tujuan utama diciptakannya manusia di dunia ini, yaitu beribadah kepada Allah. Bahkan pemenuhan terhadap berbagai kebutuhan tersebut menjadi bagian dari ketaatan kepada Allah Ta’ala dan rasul-Nya. Dan dalam kaitannya dengan permasalahan yang menjadi tema pembicaraan kita, syari’at islam mengajarkan agar umatnya menjadikan pernikahan sebagai sarana pelampiasan terhadap kebutuhan biologis seksual dengan cara-cara yang baik. Sehingga bila kebutuhan biologis ini dapat terpenuhi, maka seseorang -dengan 1

description

Ahwalus Ayakhsiah

Transcript of Tafsir AYat Hukum Perdata

Page 1: Tafsir AYat Hukum Perdata

BAB  I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pensyari’atan Nikah

Agama Islam adalah agama yang tidak pernah bertentangan dengan

sesuatu hal yang bersifat alami. Oleh karena itu syari’at Islam akan senantiasa

selaras dengan fitrah manusia normal. Dan diatara bukti keselarasan tersebut

disyari’atkannya pernikahan. Yang demikian itu karena manusia diciptakan

didunia ini dalam keadaan memiliki kebutuhan biologis, kebutuhan akan makan,

minum, tidur, dan kebutuhan seksual dst. Berbagai kebutuhan biologis manusia

normal ini tidaklah pernah dihapuskan atau dilalaikan dalam islam, akan tetapi

diatur sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan tujuan utama

diciptakannya manusia di dunia ini, yaitu beribadah kepada Allah. Bahkan

pemenuhan terhadap berbagai kebutuhan tersebut menjadi bagian dari ketaatan

kepada Allah Ta’ala dan rasul-Nya.

Dan dalam kaitannya dengan permasalahan yang menjadi tema

pembicaraan kita, syari’at islam mengajarkan agar umatnya menjadikan

pernikahan sebagai sarana pelampiasan terhadap kebutuhan biologis seksual

dengan cara-cara yang baik. Sehingga bila kebutuhan biologis ini dapat terpenuhi,

maka seseorang -dengan izin Allah- akan dapat menjaga dirinya dari perbuatan

yang melanggar syari’at.

Suatu hal yang lazim terjadi dari pernikahan adalah dilahirkannya

keturunan yang diatas punggung merekalah terletak tanggung jawab perjuangan,

dakwah, pembelaan terhadap negara dan agama. Sebab dengan jumlah ummat

yang banyak, maka kekuatan ummat islam akan bertambah, baik kekuatan militer,

ekonomi, dan lain-lain.

1

Page 2: Tafsir AYat Hukum Perdata

BAB  II

PEMBAHASAN

Tafsir Ayat-Ayat Tentang Perkawinan ( Munakahat )

A.     Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 221 ( Tentang Larangan Menikah dengan

Wanita Musyrik )

Artinya : Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih baik dari wanita

musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan

orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mu'min) sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya budak yang mu'min lebih baik dari orang musyrik,

walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah

mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka

mengambil pelajaran ( Al-baqarah 221 ).

Tafsirnya:

� و�ال � �نكح�وا Jumhur membacanya dengan fathah pada ,(Janganlah kamu nikahi) ت

Huruf “Ta, sedangkanb bacaan yang janggal dengan harakat dhammah, ada yang

mengatakan bahwa artinya seolah-olah yang menikahi itu menikahi si wanita dengan

dinikahkan oleh dirinya sendiri. Ayat ini melarang menikahi wanita-wanita musyrik.

            Para ulama berbeda pendapat mengenai ayat ini, Jumhur (mayoritas ulama) 

berpendapat  bahwa di dalam ayat ini Allah mengharamkan menikahi wanita-wanita

musyrik dan wanita-wanita ahli kitab termasuk di dalamnya, sedangkan sebagian kecil

lainnya mengatakan tidak termasuk ahli kitab.Namun kesimpulannya berdasarkan

Jumhur (mayoritas ulama)

2

Page 3: Tafsir AYat Hukum Perdata

�م�ة� و�أل �ة� )  م�ؤ�من sesungguhnya wanita budak yang mukmin )yakni budak

perempuan yang beriman,ada juga yang mengatakan yang dimaksud dengan “ammatun”

(wanita budak) disini adalah wanita merdeka, karena semua manusia hamba Allah.

Pendapat pertama lebih mengena, karena berdasarkan riwayat yang akan dikemukakan

nanti, bahwa konotasi lafadznya menunjukkan demikian, disamping pemaknaan lebih

mendalam, karena diutamakannya hamba sahaya perempuan yang beriman daripada

wanita merdeka yang musyrik.

�و� و�ل �م� ك �ت� ب �ع�ج� ) أ Walaupun dia menarik hatimu), yakni walaupun wanita

musyrik itu lebih menarik hatimu karena factor kecantikan, harta atau status sosialnya.

Kalimat ini adalah jumlah haliyah (menerangkan keadaan).

  � و�ال � �نكح�وا ت ين� رك �م�ش ,( Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik )  ال

yakni janganlah kalian menikahkan mereka dengan wanita-wanita yang beriman, � �وا �ؤ�من ي

,Al-qrthubi berkata “ Ummat islam telah sependapat.(sebelum mereka beriman ) ح�ت#ى

bahwa laki-laki musyrik tidak boleh menggauli wanita beriman dengan cara apapun,

karena hal ini berarti menodai islam.”

Para ahli qira’at sependapat men-dhammah-kan huruf ta pada kalimat � �نكح�وا ت

(kamu nikahkan).

  �د� م�ؤ�من� �ع�ب و�ل ( Sesungguhnya budak yang mukmin) pembahasannya sama dengan

pembahasan tentang firman-Nya : م�ة�� .(sesungguhnya budak wanita) و�أل

ك� ئ ـ� و�ل� adalah isyarat yang menunjukkan kepada laki-laki musyrik dan (mereka ) أ

para wanita musyrik. د�ع�ون�� ي �ى ل إ #ار ) الن mengajak ke neraka), yakni mengajak ke

perbuatan-perbuatan yang mengharuskan masuk neraka. 0ه� و�الل �د�ع�و� ي �ى ل إ #ة ن �ج� ) ال

Sedangkan Allah mengajak ke surga ) ada yang mengatakan, bahwa para wali Allah itu

adalah orang yang  beriman yang mengajak ke surga.

 ه ذ�ن إ yakni : dengan perintah-Nya. Demikian dikatakan oleh (dengan izin-Nya ) ب

Az-Zujaj, ada juga yang mengatakan, bahwa maksudnya adalah dengan dimudahkan-Nya

dan atas petunjuk-Nya. Demikian menurut penulis Al-Kasysyaf. 1

1 Al Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir,(Jakarta ; Pustaka Azzam,2008) terj  hal. 862 - 865

3

Page 4: Tafsir AYat Hukum Perdata

B. Al-qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 228 ( Tentang Iddah Wanita )

Artinya : Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali

quru' . Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam

rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-

suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para

suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang

dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami,

mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya . Dan Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( Al-Baqarah : 228 )

Tafsir :

Firman-Nya (   ات� الم�ط�ل�ق� ,”wanita-wanita yang ditalak“ ( و� keumumannya

mencakup juga isteri yang diceraikan sebelum digauli, kemudian dikhususkan oleh

firman-Nya “maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta

menyempurnakannya”(Qs.Ahzaab : 49). Maka diterapkan yang umum dengan

mengecualikan yang dikhususkan, yaitu isteri yang dicerai sebelum digauli, dan juga

isteri yang sedang hamil yang dikhususkan dengan firman-Nya   “ Dan perempuan-

perempuan yang hamil maka mereka ialah sampai melahirkan kandungannya”(At-Thalaq

:65)

Quru’  adalah jamak dari Qar’un dengan memathahkan Qaf, mengenai hal ini

ada dua pendapat ulama; ada yang mengatakan suci dan adapula yang mengatakan haid,

ini mengenai wanita yang telah dicampuri.

Sebab perbedaan pendapat adalah karena quru’ memiliki dua arti ( musytarakah ).

4

Page 5: Tafsir AYat Hukum Perdata

Sebagaimana dalam gramatika bahasa arab, apabila bilangan mu’annats maka

pembilangnya mudzakkar, sebaliknya apabila bilangannya mudzakkar maka,

pembilangnya mu’annats.

Sebagian ulama berpendapat bahwa :

Quru’ adalah Muzakkar, sedangkan artinya adalah mu’annats yaitu haid, adapun

ta dalam lafadh “Tsalasah” hanya untuk menjaga susunan lafazh (Mu’ra’at Al-lafazh).

            Ada juga yang berpendapat mengatakan” apabila lafazh mudzakkar artinya

mua’annats, maka tidak perlu ta’ dalam bilangannya, Akan tetapi boleh untuk mura’at al-

lafazh “2

            Adapun wanita yang belum dicampuri, maka tidak ada iddahnya berdasarkan

firman Allah “ Maka mereka tidak mempunyai iddah bagimu, juga bukan wanita yang

berhenti haidnya, atau anak-anak yang masih di bawah umur, karena bagi mereka

iddahnya  selama tiga bulan, mengenai wanita-wanita yang hamil, maka iddahnya sampai

mereka melahirkan kandungannya, Sebagaimana yang tercantum dalam surat At-Thalaq,

Sedangkan wanita-wanita yang Budak sebagaimana yang menurut Sunnah yaitu 2 kali

quru’.

ن� ب�ع�ول�ت�ه� و� ق� أ�ح� د�ه�ن� ب�ر� ف�ي ذ�ل�ك� إ�ن اد�وا ر�أ� ا ال�ح$ إ�ص

 “Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para

suami) menghendaki ishlah”

            Selama mereka dan bukan untuk menyusahkan isteri, ini merupakan dorongan

bagi orang yang berniat mengadakan perbaikan, bukan merupakan syarat bagi

diperbolehkannya ruju’, ini mengenai talak raji’ dan memang tidak ada yang lebih utama

daripada suami, karena sewaktu masih dalam keadaan iddah, tidak ada hak bagi orang

lain untuk mengawini isterinya.3

ة' ج� وف� د�ر� عر� ب�الم� ال� ج� ل�لر� و� ن� ال�ذ�ي ع�ل�يه� ن� ن� ع�ل�يه� ل�ه� و� ثل� م�

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara

yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada

isterinya”

2 Syaikh Asy-Syanqithi,Tafsir Adhwa’ul Bayan,( Jakarta ; Pustaka Azzam,2006)pnj.Fachrurrazi, 341 -3423 Imam Jalaluddin Al-Mahalli, dkk,Tafsir Jalalain,( Bandung ; Sinar Baru Algesindo, 2004). Hal. 112

5

Page 6: Tafsir AYat Hukum Perdata

Maksudnya ialah, bahwa hak dan kewajiban kedua belah pihak, pengaturannya

diserahkan kepada norma-norma, tata cara dan kebiasaan yang berlaku pada suatu

masyarakat dalam bermuamalah, Jika suami meminta sesuatu dari isterinya, ia pun harus

mengingat bahwa ia mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi terhadap isterinya. Oleh

karena itu ada suatu riwayat yang menceritakan bahwa sahabat Abdullah bin Abbas

pernah mengatakan “ Saya berhias demi isteri saya, sebagaimana ia berhias untuk saya

karena adanya ayat ini”

Yang dimaksud dengan persamaan hak disini adalah bahwa antara keduanya saling

member dan saling mencukupi.4

C.     Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat  232

Artinya : Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, maka

janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal

suaminya , apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara

yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di

antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik bagimu dan

lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Tafsir :

Khithab pada ayat ini dengan redaksi ; ( ت�م� �ذ�ا ط�ل�ق إ و� ) “ apabila kamu

menceraikan” dan dengan redaksi :( � ال ف� ل�وه�ن� Maka janganlah kamu( para ”(  ت�عض�

wali) menghalangi mereka”bisa ditujukan kepada para suami, sehingga makna al-adhl

(menghalangi) yang mereka lakukan adalah menghalangi mantan isteri untuk menikah de

ngan laki-laki yang mereka kehendaki setelah habisnya masa iddah, hal ini disebabkan

oleh fanatisme jahiliyah sebagaimana banyak dilakukan oleh sejumlah pemimpin dan

penguasa karena cemburu bila para wanita yang pernah menjadi isteri mereka diperisteri

4 Ahmad Mustafa Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi.,( Semarang;CV Toha Putra,1992 ) pnj. Drs Anwar Rasyidi,dkk,cet 2. Hal. 286

6

Page 7: Tafsir AYat Hukum Perdata

oleh orang lain. Demikian itu karena setelah mereka meraih tabuk kepemimpinan

duniawi, mereka dilanda dengan keangkuhan dan keseombongan, mereka mengkhayal

sekan-akan mereka telah keluar dari batas jenis manusia, kecuali orang-orang yang

dilindungi Allah dengan keshahihan dan kerendahan hati. Bila juga khitab ini ditujukan

kepada para wali, sehingga makna penyandaran talak kepada mereka adalah, kerena

mereka yang menjadi penyebabnya. Yakni karena merekalah yang telah menikahkan para

wanita yang dicerai itu.

ن� ل�ه� ج�ب�ل�غن� أ� ف�  Yang dimaksud dengan “Al-Ajal”disini adalah makna yang

sebenarnya, yaitu telah sampai pada batas akhirnya (telah habis iddahnya), tidak seperti

ayat yang lalu. Makna Al-Adhl adalah al-habs (menahan). Al-Khalil menyebutkan :

Dajjajah (ayam betina) disebut mu’dhalah, karena ia mengerami telurnya” ada juga yang

mengatakan bahwa Al-adhl adalah menyempitkan dan mencegah. Ini juga kembali

kepada makna al-habs (menahan). Dikatakan Aradu amranfa’adhaltani ‘anhu (aku

menginginkan suatu hal tetapi engkau menghalangiku darinya), yakni mencegahku

dengan mempersempitkanku. A’dhala al amr ( perkara rumit) bila menyulitkanmu untuk

memecahkannya, Al Azhari mengatakan Asal Al adhl dari ungkapan : “ Adhalat An-

naaqah, apabila unta itu menduduki anaknya sehingga tidak bersuara saat dilahirkan.

‘Adhalat Ad-dhajjaj, apabila ayam betina itu mengerami telurnya. Orag Arab menyebut

setiap hal yang rumit dengan sebutan mu’dhal.

( أ�ن ن� ( ي�نك�ح “kawin lagi”,yakni ; Min an yankihna ( untuk menikah lagi),

sehingga menurut al-khalil, kalimat ini pada posisi majrur (karena ada partikel jaar yang

tidak ditampakkan), Sedangkan menurut Sibawaih dan Al-farra’ pada posisi nashab. Ada

juga yang mengatakan, bahwa kalimat ini sebagai badl isytimal dari zhamir manshub

pada kalimat : (  � ال ف� ل�وه�ن� ت�عض� أ�ن ن� ي�نك�ح ن� ه� و�اج� ز� maka janganlah ”(    أ

kamu (para wali) menghalangi mereka).5

D.    Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat   3 – 4 ( Tentang Poligami )

5 Al Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad Asy-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir, op,cit hal. 934 -935

7

Page 8: Tafsir AYat Hukum Perdata

Artinya : 3. Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah

wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika

kamu takut tidak akan dapat berlaku adil maka (kawinilah) seorang saja , atau

budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada

tidak berbuat aniaya.( Al-Baqarah :  3 )

4. Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai

pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada

kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah

(ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.

(Al-Baqarah : 4 )

Tafsir :

Setelah Allah menjelaskan kewajiban-kewajiban yang harus ditaati sseeorang

hamba,agar terhindar dari kemurkaan dan kemarahan Allah, di dunia dan akhirat,

Selanjutnya Allah Menjelaskan jenis-jenisnya. Pertama memberikan kepada anak-anak

yatim harta benda mereka. Kedua mengenai hukum-hukum bilangan isteri yang boleh

dinikahi, dan penjelasan mengenai kapan cukup dengan seorang isteri saja, kemudian

mengenai wajib memberikan mas kawin kepada mereka.

( وا انك�ح� ف� ا م� ط�اب� ل�ك�م م�ن� اء الن�س� ثن�ى م� ث�ال�ث� و� ب�اع� ر� و�

إ�ن و� ت�م ف خ� أ�ال� ط�وا س� ت�ق ف�ي   (الي�ت�ام�ى

            Dan apabila kamu merasa takut terhadap dirimu sendiri karena khawatir memakan

harta isteri yatim, maka janganlah kamu kawin dengannya, karena sesungguhnya Allah

telah memberikan kekuasaan terhadap kamu untuk tidak menikahi isteri yatim, yaitu

8

Page 9: Tafsir AYat Hukum Perdata

dengan menghalakan kamu boleh nikah dengan wanita-wanita selain yatim, satu, dua,

tiga atau empat.

(   إ�ن ف� ت�م ف خ� أ�ال� ت�عد�ل�وا د�ة$ و�اح� (    ف�

Tetapi jika kamu merasa tidak akan  berlaku adil, diantara dua orang isteri atau

isteri-isterimu, maka kamu menikahi seorang isteri saja. Perasaan takut tidak bisa berbuat

adil bisa dirasakan dengan zan (kepastian) dan juga syak ( ragu-ragu) terhadapnya. Laki-

laki yang diperbolehkan menikah lebih dari satu hanyalah orang-orang yang merasa

yakin  dirinya bisa berbuat adil terhadap isteri-isterinya nanti. Keyakinan dalam hal ini

tidak boleh dicampuri dengan perasaan ragu-ragu.

(   ان�ك�م يم�� و أ

� أ ا م� ل�ك�ت م� )

Hendaklah kalian mencukupkan dengan seorang isteri dari wanita-wanita

merdeka, dan bersenang-senang dengan wanita yang kamu sukai dari hamba-hamba

wanita, karena tidak ada kewajiban berbuat adil di antara mereka. Tetapi mereka hanya

berhak mendapatkan kecukupan nafkah, sesuai dengan standar yang berlaku di kalangan

mereka.

ذ�ل�ك�  ) �دن�ى أ �ال� ت�ع�وأل� ( وا

Memilih seorang isteri atau mengambil gundik lebih menghindari perbuatan zina

dan aniaya.

Kesimpulannya , bahwa menjauhi perbuatan zina adalah dasar disyariatkannya hukum

perkawinan. Dalam hal ini terkandung pengertian yang menunjukkan persyaratan adil

memang sulit diwujudkan,6 Sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya :

“ Dan kamu sekali-sekali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu),

Walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian…..(An-Nisa’129).

E.     Al-Qur’an Surat An-Nuur ayat 32 ( Tentang Mengawinkan Orang yang Tidak

Beristeri atau Tidak Bersuami )

6 Ahmad Mustafa Al-Maraghi,Tafsir Al-Maraghi,op,cit, Hal. 324 - 325

9

Page 10: Tafsir AYat Hukum Perdata

Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian di antara kamu, dan orang-orang

yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-

hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan

memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-

Nya) lagi Maha Mengetahui.( An-Nuur : 32 )

Tafsir :

Ayat-ayat ini mengandung anjuran kawin dan membantu laki-laki yang belum

beristeri dan perempuan yang belum bersuami agar mereka kawin, termasuk juga budak-

budak yang layak dan cukup usia, hendaklah dibantu mereka  dikawinkan dan janganlah

sekali-sekaki kemiskinan dijadikan penghalang untuk kawin, Allah berfirman bahwa jika

sewaktu kawin berada dalam keadaan tidak mampu, orang itu akan diberikan rizki dan

kemampuan dengan karunia Allah dan rahmat-Nya.7 Sebagaimana sabda Rasul :

Dan kawinlah kamu dalam keadaan miskin, pasti Allah akan memampukan dan

memperkaya kamu.

yang pada mulanya artinya perempuan yang tidak memiliki pasangan yakni kata

ini hanya digunakan untuk para janda, kemudian meluas maknanya termasuk juga gadis-

gadis, bahkan mencakupi pria yang bujang,baik jejaka maupun duda, kata tersebut

bersifat umum, sehingga termasuk juga, bahkan lebih-lebih wanita tuna susila, apalagi

ayat ini bertujuan menciptakan  lingkungan yang sehat, religius, sehingga dengan

mengawinkan para tuna susila, maka masyarakat secara umum dapat terhindar dari

prostitusi serta dapat hidup dalam suasana bersih.

            Kata dipahami oleh banyak ulama dalam arti yang layak kawin yakni yang

mampu secara mental dan spiritual untuk membina rumah tangga bukan dalam arti

kesalehan beragama lagi bertakwa.

7 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir,(Kuala Lumpur; Victory Agencie ,1994) terj. Hal 468 – 470

10

Page 11: Tafsir AYat Hukum Perdata

            Kata wasi’ terambil dari akar kata yang memgunakan huruf waw Sin dan ain yang

maknanya berkisar pada antonim “kesempitan dan kesulitan”. Dari sini lahir makna-

makna seperti ; kaya, mampu, luas, meliputi,langkah panjang dan sebagainya.  Dalam Al-

qur’an kata ini ditemukan sebanyak 9 kali, kesemuanya menjadi sifat Allah.

            Kata pada ayat 33 adalah masdar (kata jadian) dari kata kerja   Baghi, yang

terambil kata yang artinya melampaui batas, artinya wanita pelacur  atau laki-laki

penzina.8

Kawinlah lelaki merdeka yang tidak beristeri dan wanita merdeka yang tidak

bersuami, maksudnya ialah ulurkanlah bantuan kepada mereka dengan berbagai jalan

agar mereka mudah menikah, seperti membantu dengan harta dan mempermudahkan

jalan yang dengan itu perkawinan serta kekeluargaaan dapat tercapai.

Dan para lelaki serta yang mampu untuk menikah dan menjalankan hak-hak

suami –isteri, seperti berbadan sehat, mempunyai harta dan lain sebagainya.

Ringkasan : Di dalam ayat ini terdapat perintah kepada para wali untuk mengawinkan

budak laki-laki serta budak perempuannya. Akan tetapi, Jumhur memasukkan perintah ini

ke dalam hukum istihsan (sebaiknya)  bukan wajib, karena pada masa Nabi Saw, dan

masa sesudahnya, terdapat banyak laki-laki dan wanita yang tidak kawin, dan tidak

seorangpun mengingkari kenyataan itu. Yang jelas perintah ini adalah wajib jika

dikhawatirkan terjadi fitnah dan dimungkinkan akan terjadi perzinaan oleh laki-laki atau

wanita yang tidak kawin itu.

            Kemudian , Allah menganjurkan agar kawin dengan laki-laki dan wanita yang

fakir,dan hendaklah tidak adanya harta jangan menjadi penghalang bagi

dilangsungkannya perkawinan itu :

8 M.Quraish Shihab,Tafsir Al-Mishbah,(Jakarta;Lentera Hati,2002). Hal. 335 - 339

11

Page 12: Tafsir AYat Hukum Perdata

BAB  III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

1.      Dasar disyari’atkan Perkawinan ( Nikah) adalah untuk menghindari manusia perbuatan

keji yaitu zina.

2.      Pada Surat Al-baqarah ayat 221 Allah mengharamkan menikahi

wanita-wanita musyrik dan wanita-wanita ahli kitab termasuk di

dalamnya, sedangkan sebagian kecil ulama lainnya mengatakan tidak

termasuk ahli kitab.Namun kesimpulannya berdasarkan Jumhur

(mayoritas ulama)

3.      Quru’  adalah jamak dari Qar’un dengan memathahkan Qaf, mengenai hal ini ada dua

pendapat ulama; ada yang mengatakan suci dan adapula yang mengatakan haid, ini

mengenai wanita yang telah dicampuri.

4.      Di dalam surat An-nuur ayat 32 Allah memerintahkan  kepada para wali untuk

mengawinkan budak laki-laki serta budak perempuannya. Akan tetapi, Jumhur

memasukkan perintah ini ke dalam hukum istihsan (sebaiknya)  bukan wajib, karena pada

masa Nabi Saw, dan masa sesudahnya, terdapat banyak laki-laki dan wanita yang tidak

kawin, dan tidak seorangpun mengingkari kenyataan itu. Yang jelas perintah ini adalah

wajib jika dikhawatirkan terjadi fitnah dan dimungkinkan akan

5.      terjadi perzinaan oleh laki-laki atau wanita yang tidak kawin itu.

12

Page 13: Tafsir AYat Hukum Perdata

DAFTAR PUSTAKA

Al Asy-Syaukani, Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad,Tafsir Fathul Qadir,  

Pustaka Azzam,Jakarta,2008

Syaikh Asy-Syanqithi,Tafsir Adhwa’ul Bayan, pnj.Fachrurrazi,Pustaka Azzam,Jakarta,

 2006

Al-Mahalli, Imam Jalaluddin,dkk,Tafsir Jalalain,Sinar Baru Algesindo,Bandung,2004

Al-Maraghi,Ahmad Mustafa,Tafsir Al-Maraghi, pnj. Drs Anwar Rasyidi,dkk,cet 2.

Toha Putra,Semarang,1992 

Katsir, Ibnu ,Tafsir Ibnu Katsir,Victory Agencie,Kuala Lumpur,1994

Shihab, Dr.M.Quraish,Tafsir Al-Mishbah,Lentera Hati,Jakarta, 2002

13

Page 14: Tafsir AYat Hukum Perdata

MAKALAH

TAFSIR AYAT HUKUM PERDATA

“Perkawinan”

Dosen Pengampu : Zainal Arifin, S.Ag, M.Hi

Di Susun Oleh :

NAMA : SAPARUDDIN

NIM : 1221000091

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

MA’ARIF JAMBI

2014

14

Page 15: Tafsir AYat Hukum Perdata

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat serta ridho yang

telah dianugrahkan kepada penulis, sehingga makalah ini dapat terselesaikan juga.

Shalawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad

SAW, yang telah memberikan petunjuk bagi kebenaran iman, ilmu dan amal

untuk sekalian umatnya, sehingga berbahagialah mereka yang sadar dan ikhlas

mengikutinya.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu penulis dalam upaya menyelesaikan makalah. Penulis

menyadarai bahwa penyusunan makalah ini sangat sederhana, dalam arti terlalu

jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk penulis di harapkan demi kesempurnaan selanjutnya.

15

Page 16: Tafsir AYat Hukum Perdata

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 221 ( Tentang Larangan Menikah dengan

Wanita Musyrik )........................................................................................ 2

B. Al-qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 228 ( Tentang Iddah Wanita ).............. 4

C. Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat  23......................................................... 6

D. Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat   3 – 4 ( Tentang Poligami )..................... 8

E. Al-Qur’an Surat An-Nuur ayat 32 ( Tentang Mengawinkan Orang yang

Tidak Beristeri atau Tidak Bersuami )........................................................ 10

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

16