TA Full Version_2
-
Upload
miftakh-lutfi-a -
Category
Documents
-
view
268 -
download
2
Transcript of TA Full Version_2
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, perumusan masalah penelitian,
batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian, serta tujuan dan manfaat penelitian
dalam penyusunan tugas akhir ini.
1.1 LATAR BELAKANG
Perekonomian di Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.
Sehingga pada saat ini sudah mulai banyak masyarakat Indonesia yang taraf hidupnya
jadi meningkat. Karena taraf hidup yang meningkat, saat ini banyak orang-orang yang
memiliki uang mampu membeli dan memiliki apa saja yang mereka inginkan. Termasuk
untuk memiliki sebuah kapal boat kecil pribadi yang bisa mereka gunakan sewaktu-
waktu saat mereka ingin memakainya untuk berekreasi bersama keluarga ataupun untuk
kepentingan bisnis lainnya. Hal itu tentunya juga didukung dengan banyaknya fasilitas-
fasilitas yang mampu membuat dan menyediakan kapal jenis boat tersebut, seperti
galangan kapal contohnya. Dan pada saat ini tidak hanya orang-orang yang bertempat
tinggal di sekitar pantai dan danau saja yang ingin memiliki kapal boat kecil pribadi,
banyak juga orang-orang yang mempunyai kemampuan finansial lebih, yang tempat
tinggalnya berada di tengah kota besar juga mempunyai keinginan sama untuk memiliki
kapal boat pribadi.
Di samping itu, pada saat ini sektor pariwisata di Indonesia juga mengalami
kemajuan yang lumayan pesat. Karena Indonesia sebagai negara maritim, maka sektor
wisata baharilah yang menjadi andalan pariwisata di Indonesia. Misalnya wisata-wisata
di daerah pantai dan danau. Dengan demikian, maka banyak wisatawan baik domestik
maupun mancanegara yang memadati tempat-tempat tersebut di Indonesia. Dan banyak
juga para wisatawan yang ingin menghabiskan waktu di pantai maupun di danau dengan
menaiki kapal-kapal boat pribadinya maupun kapal boat sewaan untuk berkeliling
menikmati suasana perairan di sekitar pantai dan danau tersebut maupun melakukan
aktifitas lainnya seperti memancing. Dan biasanya setelah menggunakannya para
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 1
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
pemilik kapal boat tersebut menyandarkan boatnya di pinggir pantai dan danau tersebut
sehingga rawan untuk dicuri, disabotase atau terhempas ombak yang sangat besar saat di
pantai terjadi badai yang kencang. Mereka tidak bisa membawa pulang boatnya dan
meletakkan di halaman rumah mereka selayaknya sebuah mobil, Karena tidak ada alat
yang memadai untuk mengangkut kapal boat mereka untuk di bawa ke rumah.
Sejalan dengan hal tersebut, maka kami sebagai mahasiswa yang selama ini
belajar dalam bidang ilmu industri perkapalan di PPNS, mempunyai tujuan untuk
membuat suatu alat yang bisa digunakan untuk mengangkut kapal boat tersebut. Kami
mempunyai pemikiran untuk membuat alat tersebut agar mampu mempermudah orang-
orang terutama para pemilik kapal boat agar bisa membawa boatnya kemanapun ke
tempat-tempat yang mereka inginkan. Kami bermaksud menciptakan suatu alat angkut
yang tidak hanya berguna untuk mengangkut kapal boat saja, tetapi alat tersebut
memiliki fungsi lainnya, yaitu juga bisa digunakan untuk meluncurkan kapal boat ke air.
Alat tersebut berupa cradle pengangkut dan peluncur. Cradle tersebut kami buat dan
kami design dengan cara penggunaannya yang mudah agar orang-orang yang
memilikinya tidak merasa kesulitan dalam mengangkut dan meluncurkan kapal boat
mereka dan bisa menggunakan alat tersebut tanpa harus belajar terlalu lama.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pendahuluan di atas maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah bentuk design dari cradle tersebut?
2. Berapa dimensi dari cradle ini agar mampu untuk mengangkut kapal-kapal boat
yang berukuran panjang 5 meter?
3. Bagaimanakah cara menggunakan cradle tersebut terutama untuk mangangkut dan
meluncurkan kapal boat?
4. Berapa berat dan ukuran kapal boat maksimal yang mampu diangkut cradle
tersebut?
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 2
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
1.3 BATASAN MASALAH
Ruang lingkup penelitian berisi hal-hal yang membatasi lingkup penelitian dari
kondisi nyata dilapangan yang akan menjadi acuan dalam penelitian. Adapun batasan
dan asumsi dalam melakukan penelitian ini, antara lain :
Batasan Masalah :
1. Kajian dilakukan dalam lingkup wilayah propinsi Jawa Timur.
2. Kekuatan cradle mampu untuk mengangkut kapal boat berukuran panjang
maksimal 5 meter.
3. Tata cara menggunakan cradle dalam mengangkut dan meluncurkan kapal
boat.
Asumsi :
1. Kapal boat yang banyak digunakan di tempat-tempat wisata pantai dan danau
memiliki ukuran panjang 5 meter, lebar 2 meter dan berat maksimal 1 ton.
1.4 TUJUAN dan MANFAAT TUGAS AKHIR
Tujuan Tugas Akhir ini antara lain :
a. Membuat design cradle pengangkut dan peluncur kapal boat dengan tata cara
penggunaan yang mudah.
b. Menentukan kapasitas angkut dari cradle pengangkut dan peluncur boat.
Manfaat Tugas Akhir ini antara lain :
a. Membantu masyarakat yang bertempat tinggal di tengah kota besar yang memiliki
kapal boat pribadi untuk bisa membawa kapalnya dari rumah menuju ke perariran.
b. Memberi alternatif alat angkut lain untuk mengangkut kapal boat dengan mudah
selain menggunakan truck maupun container.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 3
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perahu Boat
Perahu boat dapat di definisikan sebagai kapal cepat. Kapal ini biasanya
menggunakan mesin tempel fleksible yang diletakkan di bagian buritan kapal. Kapal
jenis ini seringkali digunakan untuk sarana pariwisata di daerah pantai. Disamping
itu, kapal jenis ini juga memiliki berbagai macam fungsi. Seperti untuk kapal patroli
atau untuk pengagkutan barang-barang logistik yang berskala kecil.
Jenis-jenis kapal boat dilihat dari lambungnya :
1. Boat lambung tunggal berbentuk V
Kapal boat jenis ini memiliki satu lambung, dan bentuk lambung kapal boat
tersebut menjadi lancip di bagian bawahnya sehingga lambungnya berbentuk
menyerupai huruf V. Atau dalam istilah dalam perkapalan adalah kapal dengan
lambung yang memilki ”rise of floor”. Kapal boat jenis ini adalah yang paling
sering digunakan karena mudah proses pembuatannya.
2. Boat Lambung Ganda (Catamaran)
Kapal boat jenis ini memiliki dua buah lambung di bagian sisi kanan dan sisi
kiri kapal sebagai almbung utamanya. Dan untuk lambung jenis ganda ini juga
ada dua macam yaitu lambung ganda berbentuk V dan lambung ganda
berbentuk datar.
3. Boat Berlambung Tiga (Trimaran)
Kapal Boat Jenis ini memiliki lambung sebanyak tiga buah yang satu di tengah
dan yang lainnya berada di sisi kanan dan kiri kapal yang ukurannya lebih kecil
dari lambung tengahnya. Biasanya lambung yang berada di sisi kanan dan kiri
kapal jenis ini berfungsi sebagai lambung pembantu penstabilan kapal. Dan
lambung kapal yang ditengah adalah berfungsi sebagai lambung utama kapal.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 4
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Tetapi untuk Tugas Akhir ini kami memfokuskan kepada kapal boat yang
memiliki lambung tunggal berbentuk V-hull, yang karena kapal boat jenis ini yang
umum digunakan oleh masyarakat di Indonesia.
2.2 Boat Cradle
Alat ini berfungsi untuk mengangkut kapal-kapal boat berukuran kecil,
biasanya para pemilik kapal jenis tesebut menggunakan cradle khusus berbentuk
seperti trolley yang di lengkapi dengan bantalan-bantalan yang berfungsi untuk
sebagai penumpu lambung kanan dan kiri kapal yang diangkut dan ditengahnya di
beri bantalan juga yang berfungsi sebagai penumpu bagian tengah kapal, tepatnya
pada bagian lunas kapal boat. Cradle untuk kapal boat ini sudah dikenal sejak lama
di negara-negara maju seperti Amerika Serikat.
Gambar 2.1 Boat Cradle
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 5
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
2.3 Tegangan dan Regangan Normal.
Gaya luar (external) yang diberikan pada suatu benda harus diimbangi oleh
gaya penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang mempunyai gaya internal
tadi dikatakan berada dalam keadaan tegang. Untuk lebih mengerti hakekat gaya
internal ini, marilah kita perhatikan apa yang terjadi bila suatu benda diberi beban.
Mula-mula harus ditegaskan dalam praktek, semua beban bekerja sedikit demi
sedikit. Proses pembebanan ini dapat diselesaikan dalam selang waktu yang sangat
singkat, namun tak akan pernah sesaat. Bila gaya dikenakan pada suatu benda,
maka bentuk benda akan berubah dan molekul-molekulnya akan bergeser sedikit
dari posisi-posisi awalnya. Pergeseran ini mengakibatkan timbulnya gaya-gaya
antar molekul, yang bergabung untuk menentang gaya yang ditimbulkan oleh
beban tadi. Bila beban bertambah, perubahan bentuk benda makin besar dan gaya-
gaya antar molekul juga bertambah sampai pembebanan mencapai harga akhirnya.
Gaya-gaya didalam benda mengadakan reaksi yang sama dan berlawanan, sehingga
keadaan setimbang tercapai. Bahan sekarang dalam keadaan tegang dan teregang.
Dapat dilihat nanti bahwa kedua keadaan ini pasti berhubungan – tegangan dalam
bahan harus didampingi regangan dan sebaliknya. Untuk menyederhanakan
perhitungan, seringkali lebih mudah bila diperhatikan ‘benda tegar’, namun ini
hanya suatu konsep teoretis; karena tak ada bahan yang tegar semprna, dan tak ada
benda nyata yang dapat menahan beban, tanpa sebelumnya mengalami perubahan
bentuk.
Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua oleh suatu
benda bidang khayal, maka tiap bagian harus berada dalam keadaan setimbang
karena pengaruh gaya luar yang bekerja padanya dan gaya-gaya internal (yaitu
gaya antar molekul) yang bekerja pada bidang khayal ini. Intensitas tegangan
(untuk mudahnya biasanya disebut ‘tegangan’) disuatu titik pada bidang,
didefinisikan sebagai gaya internal per satuan luas. Tegangan dibedakan menjadi
dua jenis. Bila gaya internal tegak lurus pada bidang yang diamati, maka didapat
tegangan normal atau langsung, dan sesuai dengan arah gaya, dapat bersifat tarik
(tensile) atau mampat (compressive). Bila gaya internal sejajar dengan bidang yang
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 6
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
diamati, didapat tegangan tangensial atau geser. Seringkali resultane gaya pada
elemen luasan membentuk sudut dengan bidang luasannya. Dalam keadaan
semacam itu, gaya tersebut diuraikan menjadi komponen normal dan tangensial,
serta menghasilkan kombinasi tegangan-tegangan normal dan geser.
(a) (b) (c) (d)
Gambar 2.2 Bentuk Batang Dalam Keadaan Tegang Sederhana
Gambar 2.2 (a) menunjukkan bahan berbentuk batang dalam keadaan ‘tegang
sederhana’ –artinya batang hanya dipengaruhi dua gaya saja, yang sama,
berlawanan dan segaris kerja. Batang dipotong oleh dua bidang khayal; bidang
transversal XX dan bidang miring YY. Dalam gambar 2.2 (b) keadaan setimbang
bagian batang di atas bidang XX ditunjukkan. Jelas bahwa gaya internal yang
bekerja pada bidang XX akan tegak lurus bidang ini; dengan perkataan lain
tegangannya normal. Bila dimisalkan tegangan ini serba sama (uniform), maka
untuk kesetimbangan gaya vertical.
F = A
atau
= F/A (1.1)
Dengan adalah tegangan normal (taril) pada bidang XX dan A adalah luasan yang
mengalami tegangan ini (dalam hal ini A adalah luas penampang batang).
Dalam gambar 1.1 (c) diperhatikan keadaan setimbang bagian batang di atas
bidang YY. Di sini gaya internal tidak lurus bidang dan dalam gambar 1.1 (d), Fn
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 7
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
dan Ft menggambarkan resultante komponen-komponen normal dan tangensial
gaya internal tersebut. Bila luas bidang miring batang adalah A1, maka tegangan
normal (tarik) pada bidang YY adalah Fn/A1 dan tegangan geser adalah Ft/A1.
Perhitungan tegangan pada tegangan seperti YY merupakan bagian cabang
teknologi yang dikenal sebagai ‘analisis tegangan kompleks’, dan tidak akan
dibahas lanjut pada kesempatan ini. Di sini cukup dicatat bahwa pada semua
bidang, kecuali bidang transversal, akan dijumpai kombinasi tegangan normal dan
tegangan geser. Meskipun tegangan dalam batang biasanyadinyatakan dengan
‘tegangan tarik sama dengan F/A’. pernyataan ini tidak lengkap dan sebetulnya
hanya benar dalam bidang transversal. Akan tetapi, adalah jelas bahwa Fn lebih
kecil dari F bahwa luas A1 lebih besar dari A; jadi F/A adalah tegangan normal
maksimum dalam bahan. Pemikiran yang sama berlaku untuk bahan yang berada
dalam keadaan kompresi sederhana – bermacam-macam kombinasi tegangan
normal (kompresif) dan tegangan geser dijumpai pada bidang miring, tetapi
tegangan normal maksimum tentunya bekerja pada bidangtransversal, dan adalah
sama dengan beban yang diberikan dibagi luas penampang.
Perubahan bentuk benda yang terjadi pada keadaan tegang disebut regangan.
Ada dua macam regangan. Bahan dapat membesar atau mengecildan menghasilkan
regangan normal; atau lapisan-lapisan bahan dapat bergeser yang satu terhadap
yang lain dan menghasilkan regangan geser. Untuk batang dalam keadaan tarik atau
kompresi sederhana, akibat yang paling jelas terlihat adalahperubahan panjang
batang, yaitu tegangan normal (lihat gambar 2.3). intensitas regangan (biasanya
disebut ‘regangan’ saja) untuk regangan normal, didefinisikan sebagai
perbandingan perubahan ukuran semula. Bila definisi ini diterapkan pada
perubahan panjang batang, maka
= x/l (1.2)
Hubungan ini biasanya dianggap sebagai ”regangan yang dihasilkan tarikan(atau
kompresi) sederhana”, namun sebenarnya bukanlah regangan satu-satunya di dalam
bahan. Pengaruh tegangan tarik sederhana pada suatu batang adalah untuk
menambah panjangnya dan juga untuk mengurangi lebar dan tebalnya. Demikian
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 8
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
juga, kompresi sederhana menghasilkan pemendekan batang, disertai penambahan
ukuran-ukuran transversal (lihat gambar 2.3). dengan perkataan lain, pada kedua
keadaan di atas ada regangan normal transversal dan longitudinal. Regangan
longitudinal, x/l adalah regangan normal maksimum dalam bahan.
regangan tarik regangan kompresif
Gambar 2.3 Batang yang mengalami gaya tarik
Bila tegangan ada di bawah harga’batas kesebandingan’, maka tegangan
sebanding dengan regangan yang diakibatkannya. Percobaan tarik atau kompresi
yang dikerjakan pada logam membenarkan pernyataan tadi, dan dikenal sebagai
hokum hooke. Jadi, untuk tegangan tarik atau kompresi sederhana, perbandingan
antara tegangan dan regangan setiap bahan merupakan konstanta yang dikenal
sebagai modulus elastisitas, E. dari kedua alinea di atas dapat disimpulkan bahwa,
manyatakan modulus ini secara sederhana sebagai perbandingan
’tegangan/regangan’, dapat membingungkan. Di sini tidak boleh diartikan
‘tegangan pada bidang apapun /regangan dalam arah manapn’, sehingga definisi
yang lebih tepat adalah
Tegangan pada bagian transversalE = (1.3)
Regangan longitudinalatau
F/A E = (1.4)
x/l
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 9
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
(a) (b)
Gambar 2.4 Arah Gaya Pada Batang
(a) (b)
Gambar 2.5 (a),(b) Keadaan Geser pada dua Bagian Pasak
2.4 Tegangan dan Regangan Geser
Bila suatu bahan berbentuk balok empat persegi panjang mempunyai satu
permukaan yang tetap, kemudian gaya F diterapkan pada permukaan yang
berhadapan dengan permukaan tadi (seperti ditunjuk oleh Gambar 2.4a), maka
dikatakan balok mendapat beban ‘geser’. Ini berarti bahwa gaya yang diberikan
cenderung menyebabkan ‘geseran’ atau luncuran satu bagian terhadap bagian lain.
Dalam Gambar 2.4(b), keadaan setimbang bagian balok di atas bidang XX yang
sejajar dengan bidang ini, berarti, ada tegangan tangensial atau geser. Bila
tegangan serba sama, maka untuk keseimbangan gaya horizontal,
F = A
Atau
= F/ A (1.5)
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 10
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Dengan adalah tegangan geser yang bekerja pada bidang XX dan A adalah luasan
yang mengalami tegangan ini. Menyatakan luasan tersebut sebagai ‘luas
penampang balok’ dapat menyesatkan, karena itu lebih baik dinyatakan sebagai
‘luasan yang menahan geseran’. Bila balok patah karena geseran, maka hal ini
harus terjadi pada bidang seperti XX dan A adalah luas bidang yang bersangkutan.
Sebagai contoh, keadaan geser terjadi pada dua bagian dari pasak yang tampak
pada Gambar 2.5a. Dalam Gambar 2.5b, keadaan Setimbang bagian pasak
diperhatikan; untuk kesetimbangan gaya horizontal.
F = 2 A
Atau (1.6)
= F/ 2A
Dengan adalah tegangan geser rata-rata dan A adalah luas penampang pasak.
Biasanya hasil ini diperoleh dengan anggapan bahwa bila pasak patah maka pasak
tergeser pada dua tempat. Jadi ‘luasan yang menahan geseran’ adalah dua kali luas
penampang, dan pasak dikatakan berada dalam keadaan tergeser ganda.
Seperti pada tegangan sederhana, bila dalam Gambar 2.4(b) bidang-bidang di
luar XX yang diperhatikan, maka diperoleh kombinasi tegangan normal dan
tegangan geser (kecuali pada bidang yang tegak lurus XX). Tetapi tegangan pada
bidang XX misanya, yaitu F/A adalah tegangan geser maksimum dalam bahan dan
untuk sementara bidang miring tak perlu diperhatikan.
Tegangan geser pada balok dalam Gambar 2.4(a) menyebabkan balok
berubah bentuk sehingga menjadi seperti pada Gambar 2.6. Regangan geser dapat
didefinisikan sebagai perbandingan antara pergeseran relative permukaan yang
berlawanan, terhadap jarak antaranya. Jadi
Regangan geser = x/y (1.7)
Karena x sangat kecil dibandingkan y , maka x/y adalah sama dengan sudut
(diukur dalam radian).
Jadi definisi lain yang lebih sering di gunakan adalah
Regangan geser = (1.8)
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 11
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 2.6 Perubahan bentuk Balok
Sebelum batas kesebandingan, regangan geser sebanding dengan tegangan
geser sehingga untuk setiap bahan perbandingan antara tegangan geser dan
regangan geser merupakan konstanta yang dikenal sebagai modulus ketegaran, G.
jadi
G = / (1.9)
2.5 Distribusi Tegangan
Momen leturan murni akan teradi bila sebuah balok hanya dibenani oleh kopel
yang sama dan berlawanan. Contohnya adalah balok sepanjang BC yang dibebani
seperti pada Gambar 2.7. terlihat bahwa antara B dan C gaya geser
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 12
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 2.7 Diagram Gaya Geser dan Momen Lenturan Balok
Adalah nol dan momen lenturan mempunyai harga konstan – F × x. karena gaya
geser sama dengan laju perubahan momen lenturan sepanjang balok., maka tidak
adanya gaya geser pada seluruh balok balok berarti bahwa momen lenturan berarti
konstan dan diharapkan menghasilkan lengkungan serba sama – dengan perkataan
lain, balok yang dipengaruhi momen lenturan murni dapat diasumsikan ditekuk
hingga terbetuk busur lingkaran. (Dalam praktek, balok biasanya tidak dipengaruhi
lenturan murni, bila momen lenturan tidak konstan, lengkungan balok akan berbeda
sepanjang balok tersebut, namun asumsi-asumsi yang telah dibuat di atas tetap
dapat dipakai untuk balok yang panjangnya sangat kecil).
Serat-serat yang membentuk permukaan cembung balok akan diperpanjang,
sedang yang membentuk permukaan cekung dikompres, sehingga wajarlah bila
diasumsikan bahwa akan ada lapisan antara yang tidak diperpanjang maupun
dikompresi. Bagian ini disebut permukaan netral dan porpotongannya dengan
penampang tranversal disebut sumbu netral.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 13
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 2.8 Diagram Balok yang mengalami lenturan
Gambar 2.8 menunjukkan dalam diagram, bagian balok yang semula lurus dan
kemudian melentur hingga berbentuk busur lingkaran dengan jari-jari permukaan
netral sebesar R. AA dan BB adalah dua penampang transversal yang setelah
lenturan menjadi AA’ dan BB’. Lapisan tipis dari serat PQ pada jarak dari
permukaan netral akan menjadi P’Q’ setelah terjadinya lenturan. Regangan laisan
ini adalah
(P’Q’-PQ)/PQ
Karena AA dan BB semula sejajar, maka PQ = NN ; dan karena bahan pada
permukaan netral tidak teregang, maka NN=N’N’, sehingga
Regangan pada lapisan PQ = (P’Q’-N’N’)/N’N’
= (R+y) -R
R
= y/R
Jadi,
Tegangan dalam lapisan PQ = E x regangan
= Ey/R
Atau
/y = E/R
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 14
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Dengan adalah tegangan tiap lapisan serat yang berjarak y dari permukaan netral
( atau, dari sumbu netral bila ditinjau dari penampang transversal. Karena E dari R
sama di setiap titik sepanjang balok, maka /y konstan, jadi:
Tegangan berbanding lurus dengan jarak yang diukur dari sumbu netral.
Posisi Sumbu Netral
Dalam gambar 2.9(a), diperhatikan bagian balok di sebelah kiri penampang
AA. Di bagian atas balok terdapat tegangan tarik yang berubah dari nol pada
permukaan netral hingga maksimum pada pemukaan balok. Di bagian bawah
terdapat distribusi tergangan kompresif yang sama, sehingga gaya yang bekerja
Luas a
a
(a) (b)
Gambar 2.9 (a) Gaya yang bekerja pda balok
(b) Posisi Sumbu Netral Balok
pada penampang AA akan seperti tergambar. Jelas bahwa gaya ini akan memutar
penampang AA searah jarum jam. Dengan perkataan lain, gaya tersebut akan
menghasilkan momen yang seara jarum jam (‘momen tahanan’) yang untuk
keadaan setimbang, harus sama dan berlawanan dengan momen luar M; namun,
karena ujung kiri batang hanya dipengaruhi momen ini, maka resultanse gaya yang
bekerja pada AA harus merupakan kopel murni. Gaya tarik total harus sama dengan
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 15
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
gaya kompresif total, supaya gaya total pada AA harus merupakan kopel murni.
Gaya tarik total harus sama dengan gaya kompresif total, supaya gaya total AA
menjadi nol, dan ini menentukan letak sumbu netral.
Gaya yang bekerja pada suatu lapisan tipis bahan pada jarak y dari sumbu netral
adalah × a, dengan adalah tegangan dan a adalah luas pita (lihat gambar
1.8b).
Dari persamaan 2.2,
= (E/R) × y
Jadi,
× a = (E/R) × y a
Gaya total yang bekerja pada penampang AA adalah
(E/R) × y a = (E/R) y a
Bila persamaan ini harus sama dengan nol, maka y a harus nol. Karena y a
adalah momen pertama dari luas penampang AA terhadap sumbu netral, maka:
Sumbu netral harus melalui pusat (centroid) penampang.
2.6 Faktor Keamanan
Faktor keamanan adalah angka yang menjamin agar benda yang dipakai aau
direncanakan aman.
Factor keamanan = kekuatan sebenarnyakekuatan yang dibutuhkan
Faktor keamanan haruslah lebih besar dari pada 1,0. Untuk menghidari kegagala,
biasanya angka ini berkisar antara 1,0 sampai 5,0.
Faktor keamanan dapat ditentukan dengan mempertimbangkan berikut ini:
Kemungkinan pembebanan melampaui batas dari struktur.
Jenis pembebanan (statis, dinamis).
Ketidak telitian dalam struktur.
Variasi dalam sifat-sifat bahan.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 16
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Keburukan yang disebabkan kondisi atau efek-efek lingkungan yang lain.
Apabila pengambilan faktor keamanan sangat rendah, maka kemungkinan
kegagalan akan menjadi tinggi. karena itu, rancangan strukturnya mungkin tidak
diterima. Sebaliknya, bila faktor keamanan sangat besar, maka pemakaian bahan
akan boros dan struktur akan menjadi berat sehingga tidak cocok dari segi fungsi.
Dalam praktek terdapat beberapa cara dalam melaksanakan faktor keamanan.
Untuk kebanyakan struktur, perlu diperhatikan agar bahannya tetap berada dalam
jangkauan elastic untuk menghindari adanya deformasi permanen apabila bebannya
diambil. Oleh karena itu, metode perencanaan yang lazim adalah menggunakan
faktor keamanan terhadap tegangan luluh maupun tegangan batas dari bahan,
sehingga diperoleh tegangan izin (allowable stress) atau tegangan kerja (working
stress), yang tidak boleh dilampaui di setiap bagian dalam struktur.
2.7 Tegangan yang diizinkan pada suatu benda
Tegangan izin oleh pembebanan tetap :
Pembebanan tetap sebenarnya dibagi 2 macam, yaitu :
1. Pembebanan tetap dalam keadaan diam (statis)
2. Pembebanan tetap dalam keadaan bergerak (dinamis).
Kedua hal di atas mempunyai faktor keamanan yang berlainan, dan untuk
beban dinamis faktor keamanannya harus lebih besar daripada yang statis
karena pada pembebanan dinamis selain menerima beban yang berubah-
ubah.
Tegangan izin oleh pembebanan tidak tetap.
Pembebanan tidak tetap yang dimaksud adalah bebannya bergerak tetapi
bendanya sewaktu-waktu mengalam penambahan beban maupun pengurangan
beban. Oleh karena itu, faktor keamanannya lebih besar dari beban dinamis.
Tegangan izi oleh pembebanan impak (kejut).
Karena bendanya mengalami impak, maka factor keamanannya lebih besar
daripada benda yang menerima pembebanan tetap dan tidak tetap. Hal ini
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 17
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
disebabkan bendanya tidak sempat megalami gaya tegang akibat adanya beban
yang tiba-tiba.
Tegangan izin = Tegangan luluhFaktor keamanan
σ izin = σu n
Tegangan izin = Tegangan batasFaktor keamanan
σ izin = σu n
Faktor keamanan terhadap tegangan batas (Ultimate Stress) harus lebih besar
daripada terhadap tegangan luluh (yield stress). Hal ini disebabkan karena tegangan
batas lebih besar daripada tegangan luluh untuk semua bahan.
2.8 Logam untuk Konstruksi
- Baja
Baja dapat didefiisikan suatu campuran dari besi dan karbon, di mana unsur
karbon (C) menjadi dasar campurannya. Di samping itu, mengandung unsure
campuran lainnya seperti sulfur (S), fosfor (P), silicon (Si), dan mangan (Mn) yang
jumlahnya dibatasi.
Kandungan karbon di dalam baja sekitar 0,1 – 1,7%, sedangkan unsur lainnya
dibatasi persentasinya. Unsur paduan yang bercampur di dalam lapisan baja, untuk
membuat baja bereaksi terhadap pengerjaan panas atau menghasilkan sifat-sifat
yang khusus.
1. Unsure Campuran Dasar (Karbon)
Unsur karbon adalah unsur campuran yang amat penting dalam pembentukan
baja, jumlah persentase dan bentuknya membawa pengaruh yang amat besar
terhadap sifatnya. Tujuan utama penambahan unsur campuran lain ke dalam baja
adalah untuk mengubah pengaruh dari unsur karbon. Apabila dibandingkan dengan
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 18
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
kandungan unsur karbonnya maka dibutuhkan sejumlah besar unsur campuran lain
untuk menghasilkan sifat yang dikehendaki pada baja. Unsur karbon dapat
bercampur dalam besi dan baja setelah didinginkan secara perlahan-lahan pada
temperature kamar dalam bentuk sebagai berikut.
a. larut dalam besi untuk membentuk larutan padat ferit yang mengandung karbon
di atas 0,006% pada temperatur kamar. Unsur karbon akan naik lagi sampai
0,03% pada temperature sekitar 725oC. ferit bersifat lunak, tidak kuat, dan
kenyal.
b. sebgai campuran kimia dalam besi, campuran ini disebut sementit (Fe3C) yang
mengandung 6,67% karbon. Sementit bersifat keras dan rapuh.
Sementit dapat larut dalam besi berupa sementit yang bebas atau tersusun dari
lapisan-lapisan dengan ferit yang menghasilkan struktur “perlit”, dinamakan perlit
karena ketika di “etsa” atau dites dengan jalan goresan dan dilihat dengan mata
secara bebas, perlit kelihatannya seperti karang mutiara. Perlit adalah gabungan
sifat yang baik dari ferit dan sementit.
Apabila baja dipanaskan kemudian didinginkan secra cepat maka
keseimbanganya akan rusak dan unsur karbon akan larut dalam bentuk yang lain.
Itulah sifat yang dihasilkan dengan bermacam-macam pemanasan dan periode
pendinginan baja. Sifat dan mikrostruktur itu yang ada dalam baja sebelum
pengerjaan panas (heat treatment) dilakukan.
2. Unsur-unsur Campuran Lainnya
Di samping unsure karbon sebagai campura dasar dalam besi, juga terdapat
unsure-unsur campuran lainnya yang jumlah persentasenya dikontrol. Unsure-unsur
itu yaitu fosfor (P), sulfur (S), silicon (Si), dan mangan (Mn). Pengaruh unsure
tersebut pada baja adalah sebagai berikut.
a. Unsur Fosfor
Unsur fosfor membetuk larutan besi fosfida. Baja yang mempunyai titik cair
rendah juga tetap menghasilkan sifat yang keras dan rapuh. Fosfor dianggap
sebagai usur yang tidak murnidan jumlah kehadirannya di dalam baja dikontrol
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 19
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
dengan cepat sehingga persentase unsure fosfor di dalam baja sekitar 0,05%.
Kualitas bijih besi tergantung dari kandungan fosfornya.
b. Unsur Sulfur
Unsur sulfur membahayakan larutan besi sulfide (besi belerang) yang
mempunyai titik cair rendah dan rapuh. Besi sulfide terkumpul pada batas butir-
butirannya yang membuat baja hanya didinginkan secara sigkat (tidak sesuai
untuk pengerjaan dingin) karena kerapuhannya. Hal itu juga membuat baja
dipanaskan secara singkat (tidak sesuai dengan pengerjaan panas) karena
menjadi cair pada temperature pengerjaan panas dan juga menyebabkan baja
menjadi retak-retak. Kandungan sulfur harus dijaga serendah mungkin di bawah
0,05%.
c. Unsur Silikon
Silikon membuat baja tidak stabil, tetapi unsure ini tetap menghasilkan lapisan
grafit (pemecahan sementit yang menghasilkan grafit) dan menyebabkan baja
menjadi tidak kuat. Baja mengandung silicon sekitar 0,1 - 0,3%.
d. Unsur Mangan
Unsur mangan yang bercampur dengan sulfur akan membentuk mangan sulfida
dan diikuti dengan pembentukan besi sulfida. Mangan sulfide tidak
membahayakan baja dan mengimbangi sifat jelek dari sulfur. Kandungan
mangan di dalam baja harus dikontrol untuk menjaga ketidakseragaman
sifatnya dari sekumpulan sifat baja yang lain. Baja karbon mengandung mangan
lebih dari 1%.
- Aluminium
Aluminium merupakan logam yang ringan, namun mempunyai kekuatan
yang lebih besar daripada struktur baja. Aluminium mempunyai konduktivitas
listrik dan panas yang baik dan reflektivitas yang tinggi terhadap panas dan cahaya.
Aluminium mempunyai sifat tahan korosi yang tinggi dan non toksin (tak beracun).
Aluminium juga mempunyai massa jenis yang rendah (ρ = 2.71 g/cm ). Untuk
meningkatkan unjuk kerjanya, biasanya aluminium dipadukan dengan unsur lain,
seperti Si, Mg dan beberapa unsur yang lain. Pada Penelitian ini digunakan
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 20
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
aluminium tipe 6063, Hasil pengujian difraksi sinar-X secara kualitatif
menunjukkan bahwa Al 6063 mempunyai komposisi Al-Si. Untuk meningkatkan
ketahanannya baik mekanik maupun korosi paduan Al 6063 diberi proses laku
panas rekristalisasi pada temperatur 300°C dengan holding time 2 jam dan
didinginkan dengan cepat (quench) di udara dan didalam furnace. Hasilnya
menunjukkan bahwa Al 6063 mengalami peningkatan keuletan sebesar 37,1%
untuk pendinginan furnace dan 34,8% untuk pendinginan udara. Hasil pengujian
sifat mekanik diatas didukung oleh hasil pengamatan metalografi yang terkait
dengan peningkatan ukuran butir sebesar 14,9% untuk pendinginan furnace dan
8,2% untuk pendinginan udara terhadap keadaan awal. Hasil pengujian korosi
dalam larutan metanol yang terimpuritas sulfat, klorida dan air dengan kecepatan
polarisasi 5 mV/s menunjukkan korosi sumuran dan korosi batas butir. Sedangkan
tingkat keparahan (kerusakan) Al 6063 pada serangan korosi sumuran dalam
larutan metanol sebesar : 1,6 jika terimpuritas 0,5 wt% air; 1,67 jika terimpuritas 1
mM sulfat, dan 1,88 jika terimpuritas 1 mM klorida.
Sifat penting yang dimiliki aluminium sebagai material teknik :
- Berat jenisnya ringan (hanya 2,7 gr/cm³, sedangkan besi ± 8,1 gr/ cm³)
- Tahan Korosi
- Penghantar listrik dan panas yang baik
- Mudah untuk di bentuk
- Kekuatannya rendah tetapi pemaduan (alloying) kekuatannya bisa ditingkatkan
Sifat bahan korosi dari aluminium diperoleh karena terbentuknya lapisan
aluminium oksida (Al2O3) pada permukaan aluminium. Lapisan ini membuat Al
tahan korosi tetapi sekaligus sukar dilas, karena perbedaan melting point (titik
lebur).
Aluminium umumnya melebur pada temperature ± 600 derajat C dan aluminium
oksida melebur pada temperature 2000 derajat C. Kekuatan dan kekerasan
aluminium tidak begitu tinggi dengan pemaduan dan heat treatment dapat
ditingkatkan kekuatan dan kekerasannya. Aluminium komersil selalu mengandung
ketidak murnian ± 0,8% biasanya berupa besi, silicon, tembaga dan magnesium.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 21
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Sifat lain yang menguntungkan dari aluminium adalah sangat mudah
difabrikasi, dapat dituang (dicor) dengan cara penuangan apapun. Dapat deforming
dengan cara: rolling, drawing, forging, extrusi dll. Menjadi bentuk yang rumit
sekalipun.
Alumunium dan Paduannya
Walaupun alumunium merupakan unsur yang paling banyak terdapat di
Bumi,tapi ia merupakan logam yang masih relativ baru,karena teknologi untuk
memurnikannya dari oksidanya masih baru saja di temukan. Namun demkian,
sekarang penggunannya sudah sangat meluas, bahkan rasanya sulit melukiskan
bagaimana perkembangan industri penerbangan tanpa alumunium. Di alam
alumunium berupa oksida, dan oksida ini sangat stabil sehingga tidak dapt
direduksi dengan cara mereduksi logam-logam lain. Pereduksian alumunium hanya
dapat dilakukan dengan cara elektrolisis.
Sifat dan penggunaan Aluminium
Sifat-sifat penting yang menyebabkan dipilihnya alumunium adalah ringan,
tahan korosi, penghantaran listrik dan panas yang sangat baik. Berat jenisnya hanya
2,7. sehingga walaupun kekuatannya tetapi streght to weight rationya masih lebih
tinggi daripada baja, karenanya banyak digunakan pada konstruksi yang haru
sringan, seperti alat-alat transport dan pesawat terbang.
Sifat tahan korosi pada alumunium diperoleh karena terbentuknya oksida
alumunium pada permukaan alumunium. Lapisa oksida ini melekat pada
permukaan dengan kuat dan rapat serta sangat stabil (tidak bereaksi dengan
lingkungannya). Sehingga melindungi bagian yang sebelah dalam. Adanya lapisan
oksida ini di di satu pihak menyebabkan tahan lorosi tetapi di pihak lain
menyebabkan alumunium sukar di las dan di solder.
Alumunium komersial selalu mengandung beberapa impurity. Biasany besi,
silikon, tembaga, dll. Adanya impurity ini menurunkan sifat penghantaran listrik
dan sifat tahan korosi, tetapi juga dapat menaikkan kekuatannya hampir dua kali
lipat dari alumunium murni. Kekuatan dan kekerasan alumunium memang tidak
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 22
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
begitu tinggi. Keburukan yang paling serius dilihat dari segi teknik adalah
elastisitasnya yang sangat rendah.
Sifat lain yang dpat menguntungka dari alumunium adalah sangat mudah di
fabrikasi. Dapat di tuang dengan cara penuangan apapun, dapat diforming dengan
barbegai cara (rolling, slaping, drawing, forging, extruding) menjadi bentuk yang
cukup rumit sekalipun.
Proses Pelebuaran alumunium
Pada proses peleburan digunakan dapur krusibel. Material yang digunakan
adalah scrap Al hasil penelitian mahasiswa. Hal yang pertama kali dilakukan adalah
proses persiapan dapur. Dimulai dari pembersihan tungku lebur dan melapisi
dengan coating hingga penempatan briket batubara dalam tungku besar.
Selama proses peleburan, material Al yang digunakan dilakukan proses pre-
heating. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan moisture pada permukaan material
untuk menghindari pembentukan gas dan melarut dalam logam cair yang dapat
menyebabkan cacat gas. Setelah proses pre-heating maka material logam
dimasukkan kedalam tungku dan dibiarkan melebur. Selama peleburan briket
batubara terus ditambahkan untuk menjaga kestabilan suplai kalor untuk melebur
logam.
Degassing
Pada temperatur tinggi gas hidrogen akan cenderung berdifusi kedalam logam cair.
Gas-gas hidrogen ini harus dikeluarkan dari Aluminium cair karena akan
menyebabkan terjadinya cacat pada benda cor. Proses pengeluaran gas ini disebut
proses degasser. Umumnya degasser yang digunakan adalah dalam bentuk tablet
atau gas (gas argon dan gas nitrogen). Mekanisme pengeluaran gas pada logam
Aluminium cair adalah sebagai berikut :
Tablet yang dimasukkan ke dalam Aluminium cair akan menghasilkan gas dalam
bentuk gelembung yang hampir hampa udara (< 1 atm). Gas hidrogen yang terlarut
dalam Aluminium tidak dapat keluar karena tekanan didalam Aluminium cair << 1
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 23
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
atm sedangkan tekanan diluar sebesar 1 atm. Akibatnya gelembung udara yang
dihasilkan tablet masuk ke dalam gas hidrogen dan gelembung udara tersebut
terbawa keatas bersaman dengan kotoran lain yang terlarut didalam Aluminium
cair. Gas-gas atau gelembung udara tersebut sebagian akan menjadi dross dan akan
dibuang melalui proses pembuangan dross. Pada praktikum ini degasser tidak
digunakan. iii. Cover Flux Setelah proses degasser selesai dilanjutkan dengan
proses pemberian flux. Proses pemberian flux bertujuan untuk menutupi atau
covering permukaan logam Aluminium cair agar terhindar dari masuknya gas
hidrogen kedalam logam aluminium. Pemberian flux dilakukan pada saat mulai
pencairan aluiminium dengan cara menaburkan flux pada permukaan Aluminium
cair.
Covering flux berfungsi untuk covering permukaan logam cair agar terhindar dari
masuknya gas hidrogen . Pemberian flux jenis ini dilakukan tanpa pengadukan.
Pada saat praktikum digunakan flux covering.
Alloying
Pada proses pengecoran dimana selain bertujuan menghasilkan produk yang sesuai
dengan dimensi juga dibutuhkan nilai sifat mekanis material yang sesuai.
Pemberian material tambahan (alloying) bertujuan untuk meningkatkan harga sifat
mekanis dari material. Untuk material Al pemberian alloying menggunakan
material Cu, Zn, Mg, P, Si, Sr, dan Na.
Pada praktikum ini penguatan alloying tidak dilakukan. Jika dilakukan dan
kemudian sampel dilakukan pengujian (tarik, keras) maka dihasilkan nilai yang
lebih besar dibanding tanpa alloying.
Paduan Aluminium(Alumunium Alloy)
dalam keaadan murni alumunium terlalu lemah/lunak, terutama kekuatannya
sangat renddah, untuk dapat di pergunakan pada berbagai keperluan teknik. Dengan
pemaduan sifat ini dapat di perbaiki tetapi sringkali sifat tahan korosinya
berkurang, demikian juga kekuatannya. Sedikit mangan, siliko tau magnesium
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 24
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
masih tidak banyak mengurangi sifat tahn korosi, tetapi seng, besi , timah putih dan
tembaga cukup drastis menurunkan sifat tahan korosinya.
Paduan alumunium dapat di golongkan menjadi:
1. Alumunium Wroght Alloy (lembaran)
2. Alumunium Casting Alloy (batang cor)
Alumunium Wroght alloy
Adalah barang setengah jadi misalnya batang dan plat,dapat diklasifikasi
menurut komposisi kimianya. Tiap-tiap jenis paduan di beri kode dengan 4 digit
(angka). Digit pertama menunjukkan jenis paduan alumunium berkaitan dengan
kemurnian alumunium atau jenis unsur paduan utama. Digit ke dua menunjukkan
modifikasi dari paduan orisinil atau bebas impurity. Digit 0 untuk paduan orisinil
dan digit 1 sampai dengan 9 untuk modifikasi.
Sifat mekanik dari kebanyakan alumunium tidak saja di pengaruhi oleh
kompisisi kimianya, tetapi juga oleh tingkat deformasi (banyak paduan yang dapat
mengalami strain hardening) da heat treatment pada proses fabrikasinya. Untuk
memberikan gambaran tentang sifat mekanik ini, di belakang angka kode paduan
juga di bubuhkan huruf yang menandai kondisinya, F untuk as fabricated, O untuk
annealed, recrystallized, II untuk strain hardened, W untuk solution heat treated
atau T untuk termally treated.
Pengerasan dengan heat treatment
Beberapa paduan alumunium dapat dikeraskan dengna proses heat treatment.
Pengerassan degan heat treatment pada paduan alumunium ini sedikit berbeda
dengan pengerasan pada baja. Pada baja pengerasan dilakukan dengan pemanasan
ke temprature austenit lalu didinginkan dengan cepat.
Pada bagian alumunium ini juga dilakukan hingga terjadi fase tunggal, lalu juga
didinginkan dengan cepat. Dengan pendinginan cepat ini tidak sempat terjadi suatu
fase lain, fase kedua, paduan masih tetap berupa larutan padat fase tunggal.
Sifatnyapun belum mngalami perubahan. Perubahan baru akan terjadi setelah
beberapa saat, yaitu setelah mulai terjadinya presipitasi fase ke dua dalam kristal
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 25
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
larutan padat itu. Prsipitasi ini akan muai terjadi beberapa saat setelah paduan
didinginkan cepat. Karena itu pengerasan seprti ini dinamakan age hardening atau
disebut juga precipitation hardening karena pengerasan terjadi karena timbulnya
presipitasi. Proses precipitation hardening atau age hardening ini dapat di bagi
menjadi 2 tahap, yaitu:
1. Solution treatment yaitu memanaskan padua hingga di atas solvus line dan
mendinginkan kembali dengan cepat.
2. Aging yaitu menahan pada suatu temprature tertentu (temprature kamar atau
temprature di bawah solvus line) selama waktu tertentu.
Precipitaion hardening bukan hanya terjadi pada paduan alumunium saja,
tetapi juga pada paduan lain, terutama yang diagram fasenya menujukkan adanya
penurunan kelarutan dengan penurunan temperature.
Alumunium chopper alloys.
Paduan ini dapat tretment, terutama yang dengan 2,5 – 5.,0 % Cu. Dari seri ini
yang palig terkenal adalah paduan 2017, yang di kenal dengan nama duralumin,
yang mengandung 4% Ca dengan sdikit silikon, besi, da magnesium.
Paduan ini dikeraskan dengan natural aging. Kekuatan dan kekerasannya sudah
menyamai baja, tetapi sebagai fase tunggal (sesudah solution treated), sebelum
aging) ia masih lunak dan ulet. Karena paduan ini adalah jenis natural aged, maka
sesudah solution treatment harus segera dilakuka pembentukan. Atau bila disimpan
dulu maka penyimpanan harus pada temperature rendah.
Modifikasi lain adalah 2024, mngan dung 4,5% Cu dan lebig banyak Mg
sampai 1,5%. Paduan ini termasuk jenis natural aged,kekerasannya tinggi sekali.
Mg memang memperkuat paduan Al ini,tetapi membuatnya susah untuk di bentuk.
Alumunium manganese alloys.
Paduan pada seri ini tidak dapat di keraskan dengan age hardening. Paduan
3003 dengan 1,2% Mn sangat mudah di bentuk, tahan korosi, dan weldability (sifat
mampu las) cukup baik.
Alumunium silicon alloys.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 26
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Paduan seri ini juga termasuk non heat-treatable. Paduan 4032, yang
mengandung 12,5% Si, sangat mudah di tempa dan memiliki koefisien pemuaian
panas sangat rendah.
Alumunium magnesium alloys.
Paduan pada seri ini umumya non heat-treatable,kebanyakan paduan dalam seri
ini mengandung sediki Mg (<5%) danj sedikit silikon. Sebagai wroght alloy paduan
ini memiliki sifat mampu las dan tahan korosi yang baik, kekuatannya juga cukup.
Alumunium silicon-magesium alloy.
Magnesium dan silikon membentuk senyawa magnesium silida (Mg2Si) yang
akan membentuk eutektik pada sistem paduan Al-Mg2Si. Presipitasi Mg2Si inilah
yang terjadi setelah artifical aging yang memberikan kekuatan tinggi pda paduan
ini. Paduan 6053, 6061, dan 6063 memiliki sifat tahan korosi sangat baik dan
workabilitynya lebih baik daripada heat-treatable alloy yang baik.
Alumunium Casting Alloy
Alumunium-silicon casting alloy.
Paduan yang memiliki sifat castability sangat baik dan tahan korosi. Paduan 13
(12% Si) dan paduan 43 (5% Si) di gunakan untuk membuat benda tuangan yang
rumit.
Alumunium magnesium casting alloy.
Paduan Al 214 (3,8% Mg) dan 28 (8% Mg) untuk alat pengolah makan/hasil
peternakan, fiting industri kimia, brake shoes. Paduan 220 (10%) adalah satu-
satunya paduan seri ini yang age hardenable, dengan sifat mekanik yang baik di
antara paduan alumunium. Semua paduan pada seri ini sifat penuangan yang buruk.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 27
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Alumunium casting silicon-magnesium alloy.
Sebagai casting alloy paduan alumunium –silikon-magnesium ini memberikan
si fat penuangan, kekuatan dan tahan korosi yang memuaskan. Magnesium silicon
biasanya di brikan dengan perbandingan yang tepat untuk membentuk megnesium
silida itu.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Untuk memenuhi tujuan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka langkah
penyelesaian design cradle pengangkut dan peluncur boat menggunakan metodelogi
sebagai berikut :
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 28
START
Survey Lapangan di pantai-pantai dan danau yang digunakan sebagai sarana wisata
Studi Literatur :Jenis & Type cradle sesuai
ukuran yang diinginkan.Data cradle pembandingKegunaan boat cradleKondisi Perairan
Browsing Internet
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
tidak
Ya
Gambar 3.1 Flowchart Metodelogi Penelitian
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.1. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Indentifikasi, perumusan masalah dan tujuan penelitian dilakukan pertama kali agar
penelitian terarah dan selalu terfokus. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini,
seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, adalah bagaimana membuat suatu
alat angkut yang mampu membantu dalam pengangkutan perahu boat dan juga alat
tersebut juga mampu untuk meluncurkan perahu boat yang di angkut ke air, kemudian
membuat design dari alat angkut tersebut agar mudah digunakan tanpa bantuan banyak
orang.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 29
Perencanaan Dimensi dan bahan penyusun konstruksi
Cradle
Perancangan Design dan Bentuk Cradle
FINISH
Pembuatan Simulasi 3dCara kerja cradle
Perhitungan konstruksi cradle agar mampu
mengangkut boat dengan panjang 5 meter dan berat
maksimal 1 ton
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
3.2. Studi Pendahuluan dan Studi Kepustakaan
Pentingnya studi literatur adalah untuk memberikan dasar, acuan ataupun
wacana bagi peneliti dalam penyelesaian masalah sehingga tercapai tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan semua
informasi yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dengan cara pengumpulan
berbagai sumber pustaka yang berhubungan dengan penelitian yang meliputi bentuk dan
dimensi alat angkut perahu boat yang sudah, dimensi dari perahu boat, cara menghitung
kekuatan konstruksi alat angkut.
Kegiatan diskusi juga dilakukan oleh penulis dengan pihak yang kompeten di
bidangnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Diharapkan penelitian dapat dilakukan
dengan benar dan sehingga hasilnya dapat memberikan sumbangan terhadap
perkembangan bagi dunia industri dan ilmu pengetahuan.
3.3. Pengumpulan Data
Pada bab ini akan dijelaskan data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan
tugas akhir ini. Data-data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari data primer
melalui kuisioner langsung terhadap responden dan data sekunder yang diperoleh dari
studi terhadap literatur-literatur, baik dari buku maupun browsing di internet. Data
primer didapatkan dari survey-survey yang dilakukan di lapangan khususnya di tempat-
tempat wisata pantai dan danau Provinsi Jawa Timur dan Bali survey yang dilakukan
antara lain: sarana apa yang biasanya digunakan para wisatawan untuk menikmati
keindahan perairan di sekitar pantai atau di danau khususnya kendaraan yang di
gunakan untuk melintasi air (perahu boat), bagaimana cara pemilik perahu-perahu boat
tersebut untuk bisa menaikkan boatnya dari air ke darat maupun sebaliknya
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 30
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
meluncurkan perahu boat dari darat menuju ke air dan alat yang mereka gunakan, dan
dimanakah kebanyakan para pemilik boat tersebut bertempat tinggal.
Data kuantitatif yang dikumpulkan berupa data ukuran dari perahu boat yang
banyak digunakan masyarakat untuk berwisata di pantai maupun di danau, sarana atau
alat yang biasa digunakan para pemilik perahu boat untuk mengangkut boat ke darat dan
meluncurkan kembali boat mereka ke air, tempat para pemilik perahu boat untuk
menyandarkan boat setelah digunakan, dan letak tempat tinggal para pemilik boat.
Adapun teknik pengolahan data antara lain: memeriksa dan mempelajari data yang telah
terkumpul untuk mempermudah pemahaman, kemudian data tersebut di analisa dan
akhirnya bisa dilakukan tahap perancangan design alat angkut dari boat yang berupa
cradle yang bisa digunakan untuk mengangkut perahu boat dari air untuk dapat dibawa
kemana-mana dan juga dapat meluncurkan perahu boat dari alat angkut tersebut ke air.
3.3.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dengan berpedoman
pada kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pengumpulan data primer dilakukan
berdasarkan wawancara langsung dengan responden. Responden dalam pengambilan
data sekunder tersebut adalah para wisatawan dan pemilik boat.
Survey Lapangan.
Survey lapangan dilakukan di tempat-tempat wisata yang biasanya terdapat
banyak boat berukuran kecil yang digunakan sebagai sarana berekreasi.
Termasuk menganalisa bagaimana efektifitas alat yang kami rencanakan untuk
mempermudah para pemilik kapal boat.
Partisipasi langsung.
Yaitu pengamatan secara langsung dan sistematis terhadap gejala atau fenomena
yang diselidiki sekaligus ikut aktif dalam setiap tahapan proses yang dilakukan.
Wawancara
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 31
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Yaitu pengumpulan informasi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan
secara lisan kepada pihak-pihak yang terkait secara langsung dengan obyek yang
diamati.
3.3.1.1 Pengumpulan Data Primer
Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil survey dan partisipasi langsung di
lapangan. Adapun data-data tersebut antara lain:
Letak rumah tinggal dari para pemilik perahu boat tersebut.
Alat yang digunakan oleh para pemilik boat untuk menaikkan perahu boat mereka
ke darat dan meluncurkan perahu boat mereka ke air.
Adapun alat yang biasanya di pakai oleh para pemilik perahu boat antara lain:
- Dengan menggunakan kayu pohon kelapa gelondongan.
- Menggunakan crane berukuran kecil.
- Menggunakan bantuan dari banyak tenaga manusia.
- Ditarik dengan menggunakan bantuan mobil.
Tempat mereka menyandarkan kapalnya setelah selesai digunakan.
Wawancara kepada para wisatawan mengenai keinginan mereka untuk memiliki
perahu boat pribadi.
Ukuran boat yang banyak digunakan di pantai dan danau untuk pariwisata.
3.3.2. Data Sekunder
Studi Literatur
Pembuatan dan penulisan tugas akhir ini berdasar pada literatur-literatur, buku-buku,
dan lainnya yang mempunyai relevansi dengan permasalahan yang secara teoritis
bisa diperoleh agar pengerjaan tugas akhir ini bisa lancar.
Internet
Mencari data seperti design atau data lainnya yang berhubungan dengan cradle yang
telah direncanakan dan data cradle-cradle yang sudah ada baik bentuk, ukuran, dan
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 32
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
fungsinya yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan design cradle yang akan
dibuat pada tugas akhir ini.
3.3.2.1 Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang
diperoleh studi literatur dari buku-buku maupun browsing di internet. Adapun data
tersebut mengenai:
Panjang dan berat perahu boat yang banyak digunakan sebagai sarana wisata di
pantai maupun danau di provinsi Jawa Timur.
Alat angkut yang bisa digunakan untuk mengangkut perahu boat dan alat tersebut
bisa ditarik kemana-mana dengan mobil pribadi.
Alat penunjang yang bisa dipasang pada alat angkut tersebut agar mempermudah
pengoprasiannya tanpa harus menggunakan bantuan dari banyak orang.
Bentuk dan ukuran alat angkut perahu boat yang sudah ada.
3.4 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul semua, baik data primer maupun sekunder selanjutnya dilakukan
beberapa langkah :
1. Memeriksa, mengoreksi, dan melakukan pengecekan kembali terhadap data-data
yang telah terkumpul, sudah memadai atau belum.
2. Mempelajari data-data yang telah terkumpul agar mempermudah pemahaman.
3. Menganalisa data yang sudah terkumpul. Analisa data teknis dengan menyajikan
suatu keadaan kebenaran dalam mengambil tindakan untuk merencanakan suatu alat
angkut perahu boat yang bisa mudah digunakan dalam pengoperasiannya. Terutama
fungsinya untuk mengangkut sekaligus meluncurkan perahu boat ke air.
3.4.1 Perencanaan Alat Angkut yang Sesuai
Setelah data-data yang diperoleh sudah terkumpul, maka dapat direncanakan suatu
alat yang bisa benar-benar membantu untuk mengangkut boat dan juga dapat
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 33
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
meluncurkan boat di daerah pantai dan danau wisata. Alat tersebut mudah dioperasikan
dan hemat biaya karena tidak perlu menggunakan bantuan dari energi yang lain selain
energi manusia. Timbullah ide untuk membuat alat yang berupa sebuah Cradle
Pengangkut dan Peluncuran Boat, dimana boat cradle tersebut bisa dibawa kemana-
mana dengan ditarik oleh mobil keluarga.
3.4.2 Perencanaan Dimensi dan Bahan Penyusun Cradle
Sebelum merancang bentuk cradle, ada sebuah tahapan yang harus dilalui yaitu
merencanakan dimensi dari cradle agar bisa mengangkut perahu boat. Pada pembuatan
tugas akhir ini diambil data ukuran utama perahu boat yaitu adalah Berat,
Panjang(Length) dan lebar(Breadth) dari perahu boat, hal ini dilakukan untuk
merencanakan dimensi dari cradle ini agar mempunyai kapasitas mengangkut perahu
boat sesuai data dimensi perahu boat yang didapat. Dari hal tersebut, maka dalam
pembuatan design dari cradle ini, diambil asumsi dari berat, panjang(L), dan lebar(B)
perahu boat yang rata-rata banyak digunakan oleh masyarakat di perairan di sekitar
pantai-pantai dan danau-danau, yaitu sebagai berikut:
Berat Boat max : 1 Ton ~ 1000kg
L : 5 meter
B : 2 meter
Cradle ini menggunakan bahan penyusun dari baja. Baja dipilih sebagai penyusun
konstruksi cradle karena baja memiliki kekuatan yang tinggi dan memiliki keuletan
sehingga tidak mudah rusak. Bahan penyusun konstruksi cradle ini memakai jenis baja
konstruksi umum yang saat ini terdapat banyak beredar dipasaran. Yaitu baja dengan
type ST-42, dengan tegangan tarik 250 N/mm2 dan tegangan rusak (Fultimate) 420 N/mm2.
3.4.2 Pembuatan Design Cradle
Tahapan berikutnya adalah mendesign alat angkut yang fungsinya bisa sesuai
dengan yang telah direncanakan. Design disesuaikan dengan kondisi perairan di sekitar
area wisata. Pada tahap ini juga direncanakan komponen-komponen yang akan dipasang
pada cradle ini dan juga didesign letak pemasangan komponen tersebut pada cradle.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 34
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Adapun hasil identifikasi komponen-komponen yang akan dipasang pada boat cradle
antara lain :
1. Manual winch : alat tersebut bisa berfungsi untuk alat derek perahu boat
dalam proses pengangkutan boat ke atas cradle maupun
saat meluncurkan boat ke air.
2. Roll penumpu tengah : berfungsi untuk menumpu boat khususnya pada bagian
lunas dari perahu boat. Roll tersebut bisa berputar se-
hingga bisa memperlancar perahu boat saat ditarik
naik ke atas cradle maupun saat boat diluncurkan.
3. Roll penumpu samping : berfungsi untuk menumpu boat khususnya pada bagian
alas yang berbentuk V. Roll tersebut juga dapat berpu-
tar untuk memperlancar pengangkutan dan peluncuran
dan roll penumpu samping ini didesign agar bisa diatur
ketinggiannya sesuai tinggi kemiringan boat dan roll ju-
4. Roda : berfungsi sebagai kaki cradle, karena cradle ini didesign
untuk dapat dibawa kemana-mana dengan ditarik oleh
mobil keluarga.
5. Suspensi : untuk meredam goncangan saat cradle sedang berjalan
Pembuatan design cradle ini memakai bantuan dari software komputer yang
memiliki kemampuan untuk menggambar design visual baik secara dua dimensi
maupun tiga dimensi yaitu software Autocad.
3.4.3 Menghitung Konstruksi Cradle
Berdasarkan perencanaan dari daya angkut maksimal atau beban angkut maksimal
dari cradle diatas, maka dapat dilakukan perhitungan kontruksi cradle terutama pada
penumpu-penumpu yang secara langsung menumpu beban dari boat yang diangkat(roll
penumpu tengah dan roll penumpu samping). Hal ini bertujuan untuk mendapatkan
dimensi atau diameter yang tepat penumpu-penumpu tersebut agar mampu mengangkut
beban angkut maksimal dari cradle.
3.5 Penjelasan Cara Perakitan Cradle
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 35
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Setelah dimensi dari konstruksi-konstruksi cradle telah ditentukan. Tahap
selanjutnya adalah membuat panjelasan mengenai cara perakitan cradle dari awal sampai
cradle siap di pakai. Adapun langkah-langkah perakitan tersebut antara lain :
1. Perakitan rangka Cradle
2. Pemasangan roda pada rangka cradle
3. Pemasangan penyangga depan pada rangka Cradle
4. Pemasangan roll penumpu tengah Cradle
5. Pemasangan roll penumpu samping Cradle
6. Pemasangan manual winch
3.6 Penjelasan Cara Kerja Cradle
Setelah semua telah diperoleh, mulai dimensi, bentuk, dan kekuatan cradle.
Tahapan selanjutnya adalah menjelaskan cara kerja dari Cradle, khususnya untuk
mengangkut perahu dari air dan meluncurkan perahu boat ke air. Untuk memperjelas
mengenai cara kerja cradle maka dilakukan proses pembuatan simulasi cara kerja dari
boat cradle dalam bentuk gerak visual 3 dimensi. Pembuatan simulasi ini memakai
bantuan dari software komputer yang khusus untuk membuat simulasi yang ditampilkan
secara tiga dimensi yaitu software 3ds max.
3.7 Kesimpulan dan Saran
Tahapan terakhir dari kegiatan penelitian ini adalah membuat kesimpulan mengenai
apa yang didapatkan dalam penyusunan penelitian ini serta saran yang diberikan baik
yang berhubungan dengan penelitian ini maupun penelitian lanjutan.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 36
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang analisa dan pembahasan dari data yang didapatkan pada bab
metodologi penelitian.
4.1. Perencanaan Bentuk dan Dimensi Cradle
Cradle ini didesign untuk mengangkut perahu boat dan cradle ini adalah sebuah
alat angkut yang bisa ditarik oleh mobil. Maka, dalam mendesign cradle ini kita harus
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 37
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
menyesuaikan tinggi cradle dari permukaan tanah dan lebar cradle sesuai dengan tinggi
mobil dari permukaan tanah dan lebar sama denagn lebar mobil-mobil pada umumnya.
Dari penjelasan diatas akhirnya didapat dimensi dari kerangka utama cradle adalah
sebagai berikut :
Dimensi Kerangka Cradle:
Panjang Cradle = 5500 mm ~ 5,5 m
Tinggi Cradle dari permukaan tanah = 500 mm ~ 0,5 m
Lebar Rangka Cradle = 1300 mm ~ 1,3 m
Lebar Max. Cradle(dengan rodanya) = 1800 mm ~ 1,8 m
Rangka utama dari cradle berbentuk persegi yang pada bagian depannya dibuat
lancip brebentuk segitiga. Hal ini bertujuan untuk menghindari rangka cradle berbenturan
dengan bodi dari mobil saat berbelok tajam dalam keadaan menarik cradle. Berikut adalah
bentuk rangka cradle besrta dimensinya :
Gambar 4.1 Bentuk dan dimensi rangka cradle(mm)
Rangka dari cradle tersusun dari profil-profil baja yang digabungkan dengan
menggunakan las listrik. Profil tersebut ada yang dipasang sebagai penguat rangka secara
melintang dan memanjang. Profil tengah depan dimensinya dibuat lebih besar karena
profil tersebut adalah yang menerima beban tarikan mobil. Profil-profil tersebut
berpenampang huruf U. Adapun ukuran dari profil yang dipakai adalah sebagai berikut :
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 38
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
(a) (b)
Gambar 4.2 (a) Dimensi Profil Cradle (b) Dimensi Profil Tengah Depan Cradle
Pada rangka ini nantinya akan dipasang penumpu-penumpu yang nantinya akan
menumpu beban dari perahu boat. Penumpu tersebut berbentuk sebuah roll yang bisa
berputar, roll penumpu tersebut berfungsi untuk memperlancar penarikan boat ke atas
cradle dan juga bisa memudahkan untuk meluncurkan boat kemabali ke air. Karena
bentuk dari lambung boat yang berbentuk V. Maka pada boat cradle ini dipasang dua jenis
penumpu. Penumpu yang pertama adalah roll penumpu tengah dari cradle. Penumpu ini
berfungsi untuk menumpu lunas(keel) dari perahu boat. Berikut adalah gambaran bentuk
roll penumpu tengah :
Gambar 4.3 Roll Penumpu Tengah saat menumpu lunas boat
Kemudian penumpu yang kedua adalah roll penumpu samping cradle. Penumpu ini
berfungsi untuk menumpu alas dari lambung boat yang berbentuk V. Roll penumpu
samping ini didesign untuk dapat diatur ketinggiannya. Hal tersebut dilakukan agar
nantinya roll penumpu samping dapat menumpu dengan baik menyesuaikan dengan tinggi
kemiringan dari alas boat yang ditumpu. Berikut adalah gambaran bentuk roll penumpu
samping :
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 39
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 4.4 Roll Penumpu Samping saat menumpu alas boat berbentuk V
Boat Cradle ini didesign untuk dapat ditarik oleh mobil, oleh karena itu perlu didesign
juga sistem penyatuan boat cradle dengan mobil agar aman dalam pengoperasiannya.
Karena cradle ini nantinya akan ditarik di jalan umum, maka dapat dipastikan di
sepanjang perjalanan mobil yang menarik cradle tidak mungkin akan jalan secara terus
menerus. Mobil tersebut pasti akan mengalami hambatan dijalan, contohnya adalah
jalanan yang macet. Sehingga mobil akan melakukan pengereman, agar posisi cradle tetap
aman saat mobil mengerem, maka sistem penyambungan rangka cradle dengan pengait
cradle yang terpasang di mobil di beri alat pengaman dengan menggunakan Buffer. Alat
tersebut bekerja saat mobil yang menarik cradle melakukan pengereman. Alat tersebut
berbentuk seperti pegas yang dipasang pada rangka depan cradle, terutama yang
berhubungan langsung dengan mobil. Saat mobil mengerem berat cradle yang mendorong
mobil akan mampu diredam oleh buffer. Sehingga cradle tidak akan menabrak body dari
mobil saat mobil melakukan pengereman. Berikut adalah gambar design dari pemasangan
buffer pada rangka cradle :
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 40
Buffer
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 4.5 Buffer pada rangka depan cradle
4.2. Perhitungan Konstruksi Cradle
Cradle ini didesign untuk mampu mengangkut perahu boat dengan berat maksimal
1 ton. Penumpu utama perahu boat pada cradle terdapat pada roll yang memiliki poros
dan dapat berputar. Penumpu utama boat berada di roll yang terdapat di tengah cradle
karena titik berat perahu boat rata-rata berada di tengah.
Sebelum menghitung konstruksi cradle, dilakukan perhitungan tegangan yang
diijinkan pada bahan penyusun cradle (St-42). Tegangan ijin tersebut dapat dihitung
dengan cara sebagai berikut :
Tegangan ijin = Fu Dimana : Fs Fu = Fultimate St-42 (Batas kekuatan putus) = 420 N/mm2
= 420 Fs = faktor keamanan yang direncanakan = 5 5= 84 N/mm2
4.2.1 Perhitungan Diameter Roll saat Boat Mulai Naik ke Atas Cradle
Pada cradle ini terdapat delapan buah roll penumpu tengah. Karena dalam
pengoperasiannya perahu boat ditarik perlahan-lahan menuju ke atas cradle. Maka dalam
perhitungan, roll yang menerima beban awal dari berat perahu boat adalah roll yang
berada di daerah awal boat mulai naik ke atas cradle yaitu roll di bagian belakang
cradle(Roll 1, 2, dan 3). Dalam perhitungan diasumsikan bahwa beban yang diterima roll
1, 2, dan 3 adalah sama dengan setengah dari berat boat maksimal yang dapat diangkut
cradle, yaitu 0,5 ton ~ 500 kg. Sehingga perhitungan pembebanan pada roll 1 dan 2 adalah
sebagai berikut :
Berat setengah perahu boat = 0,5 ton ~ 500 Kg
Pembebanan pada roll 1, 2, dan 3 = Berat ½ perahu boat
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 41
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
= 500 Kg
Jadi, beban pada pada roll 1, 2, dan 3 (P) = 500 Kg ~ P x g = 500 Kg x 10 m/s
= 5000 N
Setelah mengetahui beban pada roll 1 dan 2 maka dapat direncanakan diameter
dari poros roll dan roll. Dengan menggunakan langkah-langkah perhitungan sebagai
berikut :
1. Perhitungan Momen yang terjadi pada roll 1, 2, dan 3
1. a. Menghitung Momen pada Poros
Karena gaya yang diterima poros roll posisinya tegak lurus sumbu poros. Maka cara
menghitung momen yang dialami pada poros roll adalah sebagai berikut :
M = P x l P = 500 Kg = 5000 N 4 l = 150 mm = 0,15 m = 5000 x 0,15
4 = 187,5 Nm
1. b. Menghitung Momen pada Roll
Sama halnya dengan momen poros roll, roll juga menerima gaya yang sama dengan
poros roll, posisinyapun tegak lurus sumbu poros. Maka cara menghitung momen yang
dialami roll adalah sebagai berikut:
M = P x l P = 500 Kg = 5000 N 4 l = 100 mm = 0,1 m = 5000 x 0,1
4 = 125 Nm
2. Menghitung Diameter Poros Roll
Berikut adalah penjelasan mengenai langkah-langkah untuk menghitung
diameter poros roll 1, 2, dan 3: S(modulus) = M
σy
I (Inersia) untuk penampang lingkaran pejal = π x d 4 64
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 42
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Untuk menghitung poros roll dapat digunakan cara sebagai berikut:
S = I y Dimana :
= = = x d3 x
Dari penjelasan di atas, nilai D(diameter) dapat di cari dengan cara sebagai berikut:
d =
Dimana:M = Momen
= 187,5 Nm ~ 187500 Nmm
σijin = 84 N/mm2
Sehingga diameter poros roll adalah sebagai berikut:
d =
=
=
= 28 mm ~ dipakai d = 30mm
Dalam aplikasinya, pada poros cradle ini dipasang suatu bantalan(bearing) yang
berguna untuk memperlancar putaran dari roll. Pemilihan bearing yang dipakai
disesuaikan dengan diameter dari poros roll. Sehingga untuk bearing dipakai yang
memiliki diameter dalam sesuai dengan diameter poros roll. Dan diameter luar dari
bearing dapat dijadikan acuan untuk merencanakan diameter dalam dari roll yang
berpenampang lingkaran cincin.
Dari Katalog Bearing didapat:
- Type Bearing : Wagner W02X-78 Rubber Shielded
- ID(Inside Diameter) : 30 mm
- OD(Outside Diameter) : 47 mm
3. Menghitung Diameter Roll
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 43
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Berikut adalah penjelasan mengenai langkah-langkah untuk menghitung
diameter roll (diameter luar dan diameter dalam) pada roll 1, 2, dan 3: S(modulus) = M
σy
I (Inersia) untuk penampang lingkaran cincin = π x ( da 4 – di 4 ) 64
Dimana:
da = diameter luar cincindi = diameter dalam cincin
Untuk merencanakan diameter luar dan diameter dalam roll dapat digunakan cara
sebagai berikut:
S = I y Dimana :
= =
=
Dari penjelasan di atas, nilai Δd(selisih diameter luar dan diameter dalam) dapat di cari dengan
cara sebagai berikut:
Δd =
Dimana:
M = Momen
= 125 Nm ~ 125000Nmm
σijin = 84 N/mm2
Sehingga ∆d roll adalah sebagai berikut:
Δd =
=
=
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 44
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
= 24,8 mm
Dari nilai Δd tersebut maka kita dapat merencanakan mengenai diameter luar dan
dalam dari roll, dapat direncanakan sebagai berikut:
Da(diameter luar) = 72 mm
Di (diameter dalam) = 47 mm, (disesuaikan dengan diameter luar bearing)
∆D dari perencanaan = Da – Di
= 72 mm – 47mm
= 25 mm (memenuhi nilai ∆d)
4.2.2 Perhitungan Diameter Roll saat Boat Mulai Berada di Tengah-tengah Cradle
Pada kondisi ini beban boat yang di tarik mulai berada di tengah-tengah cradle,
sehingga beban akan diterima oleh roll penumpu tengah yang posisinya di tengah-tengah
cradle yaitu roll 4 dan 5. Maka, dalam perhitungan diasumsikan bahwa beban yang
diterima roll 4 dan 5 adalah sama dengan seperempat dari berat boat maksimal yang dapat
diangkut cradle, yaitu 0,25 ton ~ 250 kg. Sehingga perhitungan pembebanan pada roll 4
dan 5 adalah sebagai berikut :
Berat setengah perahu boat = 0,25 ton ~ 250 Kg
Pembebanan pada roll 4 dan 5 = Berat ¼ perahu boat
= 250 Kg
Jadi, beban pada pada roll 4 dan 5 (P) = 250 Kg ~ P x g = 250 Kg x 10 m/s
= 2500 N
Setelah mengetahui beban pada roll 1 dan 2 maka dapat direncanakan diameter
dari poros roll dan roll. Dengan menggunakan langkah-langkah perhitungan sebagai
berikut :
1. Perhitungan Momen yang terjadi pada roll 4 dan 5
1. a. Menghitung Momen pada Poros
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 45
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Karena gaya yang diterima poros roll posisinya tegak lurus sumbu poros. Maka cara
menghitung momen yang dialami pada poros roll adalah sebagai berikut :
M = P x l P = 250 Kg = 2500 N 4 l = 150 mm = 0,15 m = 2500 x 0,15
4 = 93,75 Nm
1. b. Menghitung Momen pada Roll
Sama halnya dengan momen poros roll, roll juga menerima gaya yang sama dengan
poros roll, posisinyapun tegak lurus sumbu poros. Maka cara menghitung momen yang
dialami roll adalah sebagai berikut:
M = P x l P = 250 Kg = 2500 N 4 l = 100 mm = 0,1 m = 2500 x 0,1
4 = 62,5 Nm
2. Menghitung Diameter Poros Roll
Berikut adalah penjelasan mengenai langkah-langkah untuk menghitung
diameter poros roll 4 dan 5:
S(modulus) = M σy
I (Inersia) untuk penampang lingkaran pejal = π x d 4 64
Untuk menghitung poros roll dapat digunakan cara sebagai berikut:
S = I y Dimana :
= = = x d3 x π
Dari penjelasan di atas, nilai D(diameter) dapat di cari dengan cara sebagai berikut:
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 46
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
d =
Dimana:
M = Momen
= 93,75 Nm ~ 93750 Nmm
σijin = 84 N/mm2
Sehingga diameter poros roll adalah sebagai berikut:
d =
=
=
= 22,5 mm ~ dipakai d = 25 mm
Dalam aplikasinya, pada poros cradle ini dipasang suatu bantalan(bearing) yang
berguna untuk memperlancar putaran dari roll. Pemilihan bearing yang dipakai
disesuaikan dengan diameter dari poros roll. Sehingga untuk bearing dipakai yang
memiliki diameter dalam sesuai dengan diameter poros roll. Dan diameter luar dari
bearing dapat dijadikan acuan untuk merencanakan diameter dalam dari roll yang
berpenampang lingkaran cincin.
Dari Katalog Bearing didapat:
- Type Bearing : Wagner W02X-86 Rubber Shielded
- ID(Inside Diameter) : 25 mm
- OD(Outside Diameter) : 47 mm
3. Menghitung Diameter Roll
Berikut adalah penjelasan mengenai langkah-langkah untuk menghitung
diameter roll (diameter luar dan diameter dalam) pada roll 4 dan 5: S(modulus) = M
σy
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 47
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
I (Inersia) untuk penampang lingkaran cincin = π x ( da 4 – di 4 ) 64
Dimana:
da = diameter luar cincin
di = diameter dalam cincin
Untuk merencanakan diameter luar dan diameter dalam roll dapat digunakan cara
sebagai berikut:
S = I y Dimana :
= =
=
Dari penjelasan di atas, nilai Δd(selisih diameter luar dan diameter dalam) dapat di cari dengan
cara sebagai berikut:
Δd =
Dimana:M = Momen
= 62,5 Nm ~ 62500Nmm
σijin = 84 N/mm2
Sehingga ∆d roll adalah sebagai berikut:
Δd =
=
=
= 19,6 mm
Dari nilai Δd tersebut maka kita dapat merencanakan mengenai diameter luar dan
diameter dalam dari roll, dapat direncanakan sebagai berikut:
Da(diameter luar) = 67 mm
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 48
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Di (diameter dalam) = 47 mm, (disesuaikan dengan diameter luar bearing)
∆D dari perencanaan = Da – Di
= 67 mm – 47 mm
= 20 mm (memenuhi nilai ∆d)
4.2.3 Perhitungan Diameter Roll saat Boat telah Naik di Atas Cradle
Pada kondisi ini beban keseluruhan boat yang di tarik ke atas cradle mulai duduk
di atas cradle, sehingga pada kondisi tersebut, beban akan diterima oleh semua roll
penumpu tengah. Maka, dalam perhitungan diasumsikan bahwa beban yang diterima roll-
roll terakhir(roll 6, 7, dan 8) adalah sama dengan kondisi dimana berat boat maksimal
yang dapat diangkut cradle telah terbagi rata ke delapan roll penumpu tengah lainnya.
Sehingga perhitungan pembebanan pada roll 6, 7, dan 8 adalah sebagai berikut :
Berat perahu boat max. = 1ton ~ 1000 Kg
Pembagian beban ke tiap-tiap roll = Berat perahu boat 8
= 1000 Kg 8
Jadi, beban pada tiap-tiap roll (P) = 125 Kg ~ P x g = 125 Kg x 10 m/s
= 1250 N
Setelah mengetahui beban dari masing-masing roll maka dapat direncanakan
diameter dari poros roll dan roll. Dengan menggunakan langkah-langkah perhitungan
sebagai berikut:
1. Perhitungan Momen yang terjadi pada roll 6, 7, dan 8
1. a. Menghitung Momen pada Poros
Karena gaya yang diterima poros roll posisinya tegak lurus sumbu poros. Maka cara
menghitung momen yang dialami pada poros roll adalah sebagai berikut:
M = P x l P = 125 Kg = 1250 N 4 l = 150 mm = 0,15 m = 1250 x 0,15
4 = 46,875 Nm
1. b. Menghitung Momen pada Roll
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 49
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Sama halnya dengan momen poros roll, roll juga menerima gaya yang poros roll
posisinya tegak lurus sumbu poros. Maka cara menghitung momen yang dialami roll
adalah sebagai berikut:
M = P x l P = 125 Kg = 1250 N 4 l = 100 mm = 0,1 m = 1250 x 0,1
4 = 31,25 Nm
2. Menghitung Diameter Poros Roll
Berikut adalah penjelasan mengenai langkah-langkah untuk menghitung
diameter poros roll 6, 7, dan 8: S(modulus) = M
σy
I (Inersia) untuk penampang lingkaran pejal = π x d 4 64
Untuk menghitung poros roll dapat digunakan cara sebagai berikut:
S = I y Dimana :
= = = x d3 x π
Dari penjelasan di atas, nilai d(diameter) dapat di cari dengan cara sebagai berikut:
d =
Dimana:
M = Momen
= 46,875 Nm ~ 46875 Nmm
σijin = 84 N/mm2
Sehingga diameter poros roll adalah sebagai berikut:
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 50
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
d =
=
=
= 17,8 mm ~ dipakai d = 20 mm
Dalam pengoperasiannya pada poros cradle ini dipasang sebuah bearing(bantalan)
yang berguna untuk memperlancar putaran dari roll. Pemilihan bearing yang dipakai
disesuaikan dengan diameter dari poros roll. Sehingga untuk bearing dipakai yang
memiliki diameter dalam sesuai dengan diameter poros roll. Dan diameter luar dari
bearing dapat dijadikan acuan untuk merencanakan diameter dalam dari roll yang
berpenampang lingkaran cincin.
Dari Katalog Bearing didapat:
- Type Bearing : Wagner W02X-74 Rubber Shielded
- ID(Inside Diameter) : 20 mm
- OD(Outside Diameter) : 37 mm
3. Menghitung Diameter Roll
Berikut adalah penjelasan mengenai langkah-langkah untuk menghitung
diameter roll (diameter luar dan diameter dalam) pada roll 6, 7, dan 8 :
S(modulus) = M σy
I (Inersia) untuk penampang lingkaran cincin = π x ( da 4 – di 4 ) 64
Dimana:
da = diameter luar cincin
di = diameter dalam cincin
Untuk merencanakan diameter luar dan diameter dalam roll dapat digunakan cara
sebagai berikut:
S = I y Dimana :
= =
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 51
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
=
Dari penjelasan di atas, nilai Δd(selisih diameter luar dan diameter dalam) dapat di cari dengan
cara sebagai berikut:
Δd =
Dimana:M = Momen
= 31,25 Nm ~ 31250 Nmm
σijin = 84 N/mm2
Sehingga ∆d roll adalah sebagai berikut:
Δd =
=
=
= 15,6 mm
Dari nilai Δd tersebut maka kita dapat merencanakan mengenai diameter luar dan
dalam dari roll, dapat direncanakan sebagai berikut:
Da(diameter luar) = 53 mm
Di (diameter dalam) = 37 mm, (disesuaikan dengan diameter luar bearing)
∆D dari perencanaan = Da – Di
= 53 mm – 37mm
= 16 mm (memenuhi nilai ∆d)
4.2.4 Diameter Roll Penumpu Samping
Roll penumpu samping memiliki fungsi yang sama dengan roll penumpu tengah. Roll
penumpu samping letaknya berada di kanan dan di kiri tiap-tiap roll penumpu tengah.
Jadi, pada tiap-tiap roll penumpu tengah terdapat dua roll penumpu samping. Sehingga
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 52
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
untuk pembebanan, beban berat kapal pada perhitungan roll penumpu tengah dibagi rata
kedua roll penumpu samping. Sehingga untuk diameter dari roll penumpu samping sama
dengan setengah dari diameter roll penumpu tengah.
4.3. Perencanaan Kapasitas Roda, Suspensi, dan Manual Winch
1. Menghitung Kapasitas Roda
Cradle ini didesign agar mampu untuk mengangkut perahu boat dan perahu
boat akan bisa dibawa kemana-mana saat di angkut cradle ini, maka dari itu cradle ini
dilengkapi dengan dua roda yang berada di sisi kanan dan sisi kiri cradle. Karena
cradle ini kapasitas angkut maksimalnya adalah 1 Ton maka kedua roda tersebut juga
harus mampu menahan beban 1 Ton. Sehingga:
Beban dibagi rata pada kedua roda:
Proda = 1000 Kg 2 = 500 Kg ~ 0,5 ton
Dari katalog roda USA Trailers didapat:- Part Number/type : 10223/Galv. wheel
- Kapasitas : 1105 lbs = 545,7 Kg
- Tire Size : 20,5 x 8 x 10
2. Menghitung Kapasitas Suspensi
Karena cradle ini dilengkapi dengan roda dan bisa ditarik dengan mobil maka
dalam pengoprasiannya cradle ini pasti dapat bergoyang dan bergetar akibat kondisi
jalan yang dilalui oleh mobil yang menarik cradle. Maka dari itu, pada cradle ini perlu
dipasang suspensi agar mampu meredam kerasnya getaran dan goyangan akibat kondisi
jalan yang kurang baik. Suspensi pada cradle ini dibuat mirip dengan suspensi pada
mobil.
Karena dalam kerjanya suspensi juga menahan beban cradle perahu boat, maka
suspensi yang terpasang pada cradle ini juga harus mampu untuk menerima beban
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 53
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
angkut maksimal cradle (1 Ton). Suspensi terpasang pada masing-masing roda
sehingga pembagian beban juga dibuat merata pada ke dua suspensi.
Beban dibagi rata pada kedua suspensi:
Psuspensi = 1000 Kg 2 = 500 Kg ~ 0,5 Ton
Dari katalog suspensi Everything Marine USA trailers didapat:- Type : 1 ¾” Wide Double Eye spring ; Part No : 050
- Kapasitas : 1500 lbs = 741,1 Kg
3. Menentukan Kapasitas Manual Winch
Cradle ini dalam pengoprasiannya adalah mampu untuk mengangkut perahu
boat dari air ke atas cradle maupun sebaliknya. Sehingga cradle ini dilengkapi dengan
manual winch(alat derek manual) yang di pasang pada ujung depan cradle.
Manual winch tersebut berguna untuk menarik boat dari air maupun
menurunkan boat ke air secara perlahan. Oleh karena itu winch juga harus menahan
beban maksimum yang diangkut cradle (1Ton).
Dari Katalog Manual Winch USA trilaers didapat:
- Type winch : 3626DL Wich Strap dan hook:
- Kapasitas : 1134 Kg ~ 1,134 Ton - Length = 12 m
- Diameter Drum : 11/8” - Width = 2”
- Gear Ratio : 17,3:1 / 5,4:1 - Kapasitas = 4000 lbs
- Panjang Handle : 229 mm = 1975 Kg
4.4. Penjelasan cara Perakitan(Pembuatan) Cradle
1. Perakitan Rangka Cradle
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 54
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 4.6 Penyambungan Profil-profil
Tahap awal yang harus dilakukan saat membuat boat cradle ini adalah tahap
perakitan rangka dari cradle itu sendiri. Sebelum rangka dirakit sebelumnya kita telah
memiliki bahan penyusun rangka yaitu berupa profil yang terbuat dari baha baja jenis
ST-42. Profil-profil tersebut nantinya akan disambungkan menjadi satu sesuai design
rangka dan profil-profil yang telah disambung itulah yang akan menjadi rangka utama
dari cradle pengangkut dan peluncur perahu boat ini.
Adapun langkah-langkah perakitan rangka boat cradle ini adalah sebagai berikut:
- Menyediakan profil sesuai ukuran yang direncanakan.
- Memotong profil menjadi beberapa bagian, ukuran panjang profil yang dipotong
disesuaikan dengan design rangka yang telah dibuat sebelumnya.
- Setelah itu, dilakukan penyambungan profil-profil tersebut dengan menggunakan
Las Listrik dan disesuaikan dengan design.
- Setelah profil-profil selesai disambung dengan las, maka profil-profil tersebut telah
bergabung menjadi suatu bentuk rangka dari boat cradle ini.
- Melakukan pembersihan kerak dari sisa-sisa proses pengelasan dan kemudian
dilakukan pengecatan dari rangka cradle tersebut.
Berikut adalah gambar pada saat profil-profil tersebut selesai disambungkan dan telah
tersusun menjadi rangka dari cradle:
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 55
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 4.7 Profil Setelah digabungkan
2. Pemasangan roda pada Rangka Cradle
Setelah rangka selesai dibuat. Langkah selanjutnya adalah memasang roda pada
cradle. Karena cradle ini termasuk alat angkut maka cradle ini dilengkapi dengan roda,
karena dalam pengoperasiannya boat cradle ini akan ditarik oleh mobil. Agar perahu
boat bisa dibawa kemana-mana oleh pemiliknya. Cradle ini dipasang dua roda pada sisi
kiri dan kanan cradle.
Gambar 4.8 Pemasangan Roda Pada Rangka Cradle
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 56
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Adapun langkah-langkah dalam pemasangan roda pada cradle adalah sebagai berikut:
- Menyiapkan roda sesuai dengan perencanaan.
- Memasangkan dudukan sumbu poros roda pada rangka cradle dengan Las Listrik.
Posisi dudukan disesuaika dengan design.
- Setelah dudukan dipasang, langkah selanjutnya adalah memasang poros roda pada
dudukan yang telah disediakan.
- Hal pertama yang dilakukan adalah memasang suspensi rigid pada cradle. Ujung-
ujung Suspensi dipasang pada dudukan yang sebelumnya dilas ke rangka cradle.
Gambar 4.9 Pemasangan Suspensi pada dudukan di rangka Cradle
- Setelah itu, barulah memasang poros roda pada rangka, dengan mengunci poros
roda pada suspensi dengan suatu pengunci.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 57
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 4.10 Pemasangan Poros roda pada Suspensi
- Langkah berikutnya adalah memasang kedua roda yang telah dipesan sebelumnya
pada poros. Hal tersbut dilakukan pada sisi kiri dan kanan cradle.
- Setelah kedua roda telah berada pada posisinya, barulah dilkukan penguncian roda
dan porosnya dengan menggunakan baut. Dan cradle sudah dapat ditarik oleh
mobil.
3. Pemasangan Penyangga Rangka Depan
Proses berikutnya dalam merakit cradle ini adalah memasang penyangga rangka
depan. Penyangga ini berfungsi untuk menjaga posisi cradle agar pada saat cradle
berada pada kondisi mengangkut perahu boat, maka perahu cradle tidak akan
terjungkat ke bawah. Dan penyangga depan pada cradle ini dapat diatur posisi naik
turunnya.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 58
Pengunci Poros roda
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 4.11 Cradle Dengan Penyangga Depan
Adapun langkah-langkah dalam pemasangan penyangga depan pada cradle ini adalah
sebagai berikut:
- Menyiapkan penyangga depan, dimensi dari penyangga depan disesuaikan dengan
perencanaan.
- Memasangkan dudukan penyangga depan pada rangka cradle dengan di las. Posisi
dan ukuran dudukan disesuaikan dengan design.
- Setelah hal di atas telah selesai dilakukan, langkah berikutnya adalah memasang
dudukan penyangga depan
Gambar 4.12 Tiang Penyangga Depan Cradle
- Setelah itu barulah memasangkan penyangga depan pada dudukan yang telah
dipasang pada rangka cradle sebelumnya. Denga cara memasang pasak yang
berfungsi sebagai engsel. Sehingga penyangga depan tersebut dapat dilipat.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 59
Engsel
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 4.13 Sistem Engsel Penyangga Depan Cradle
- Apabila proses diatas telah selesai dilakukan semua, maka peyangga depan sudah
dapat difungsikan.
Gambar 4.14 Penyangga Depan Cradle pada kondisi dilipat
Proses yang telah dijabarkan di atas adalah termasuk proses perakitan
konstruksi utama dari boat cradle ini. Setelah langkah di atas selesai dilakukan, proses
selanjutnya adalah proses perakitan alat-alat bantu yang akan dipasang pada boat cradle
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 60
Engsel
Tiang Penyangga depan
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
ini. Alat-alat bantu tersebut berfungsi untuk mempermudah dalam pengoprasian boat
cradle ini. Baik dalam mengangkut maupun meluncurkan perahu boat. Adapaun alat bantu
yang terpasang pada cradle ini antara lain:
a. Roll penumpu tengah boat
b. Roll penumpu samping boat
c. Manual winch
4. Pemasangan Roll Penumpu Tengah Cradle
Roll penumpu tengah cradle berfungsi sebagai penumpu lunas(keel) dari perahu
boat. Dalam pengoperasinnya roll penumpu tengah dapat berputar, sehingga dapat
memperlancar jalannya perahu boat saat dinaikkan ataupun diturunkan dari atas cradle.
Gambar 4.15 Pemasangan Roll Penumpu Tengah pada Cradle
Sebelum dipasang roll penumpu tengah harus dirakit terlebih dahulu dengan
dudukannya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
- Menyiapkan roll penumpu tengah dan porosnya, dimensi dari roll dan porosnya
disesuaikan dengan design dan perencanaan.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 61
Roll Penumpu Tengah
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
- Merakit roll dan porosnya pada dudukan yang telah dibuat. Posisi dan ukuran
dudukan disesuaikan dengan design. Sebelumnya, pada roll telah dipasangi bearing
dan pada salah satu sisi poros roll telah dipasangi baut.
Gambar 4.16 Perakitan Poros dan Roll Penumpu Tengah
- Setelah poros dan roll telah terpasang pada dudukan, langkah selanjutnya adalah
memasang dudukan pada sisi lainnya untuk menyangga sisi lain dari poros.
Gambar 4.17 Perakitan Dudukan Roll Penumpu Tengah
- Setelah roll telah duduk pada posisinya, langkah berikutnya adalah mengencangkan
posisi dudukan roll, dengan cara mengencangkan kedua baut pada sisi poros.
- Baut diputar sampai benar-benar erat, dengan demikian posisi roll telah benar-
benar terkunci dan tidak bergerak.
Proses di atas dilakukan pada tiap-tiap roll penumpu tengah cradle. Setelah proses
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 62
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
di atas selesai dilakukan, maka proses selanjutnya adalah memasang roll yang telah
dirakit pada rangka cradle. Pemasangan roll dilakukan dengan cara menghubungkan
dudukan roll dengan profil yang telah posisinya telah direncanakan posisinya untuk
dudukan roll dengan cara di las.
Adapun langkah-langkah pemasangan roll penumpu tengah pada rangka boat cradle ini
adalah sebagai berikut:
- Menyiapkan roll yang telah dirakit dengan dudukannya.
- Memasang rakitan roll ke rangka cradle, tepatnya pada posisi profil yang telah
didesign sebagai tempat dudukan roll.
- Pemasangan dudukan roll pada rangka cradle ini dilakukan dengan menggunakan
Las Listrik(harus dipastikan bahwa posisi roll benar-benar di tengah-tengah rangka
cradle).
- Setelah dudukan roll penumpu tengah selesai disambung dengan las, maka roll
penumpu tengah telah berada pada posisinya.
- Proses di atas dilakukan pada tiap-tiap rakitan roll.
Gambar 4.18 Pemasangan Roll Penumpu Tengah Pada Rangka Cradle
5. Pemasangan Roll Penumpu Samping
Boat cradle ini dilengkapi dengan roll penumpu yang terletak di samping kanan
dan saping kiri roll penumpu tengah. Roll penumpu samping ini berfungsi untuk
menyangga lambung kanan dan kiri perahu boat. Posisi dari roll penumpu samping ini
bisa diatur ketinggiannya disesuaikan dengan tinggi lambung yang disangga, di
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 63
Roll Penumpu Samping
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
samping itu penyangga dari roll penumpu samping ini diberi sistem engsel di tengah-
tengah penyangga sehingga roll penumpu samping ini posisinya bisa mengikuti bentuk
kemiringan lambung perahu boat.
Gambar 4.19 Pemasangan Roll Penumpu Samping
Sebelum dipasang roll penumpu samping harus dirakit terlebih dahulu dengan
dudukannya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
- Menyiapkan roll penumpu samping dan porosnya, dimensi dari roll dan porosnya
disesuaikan dengan design dan perencanaan.
- Menyiapkan dudukan dari poros roll. Lalu memasang poros roll pada dudukan,
dengan cara di las.
Gambar 4.20 Perakitan Dudukan dan Poros Roll Penumpu Samping
- Setelah poros dan dudukan telah terpasang, langkah selanjutnya adalah memasang
roll pada sisi kanan dan kiri dari poros. Sebelumnya poros diberi pembatas agar roll
tidak bergerak-gerak.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 64
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 4.21 Poros Roll Penumpu Samping
- Setelah roll terpasang pada posisinya, kemudian dipasang baut pada masing-masing
roll.
- Langkah berikutnya adalah memasang dudukan yang telah dirakit pada tiang
penyangga roll.
Gambar 4.22 Pemasangan Roll Penumpu Samping pada Tiang Penyangga
- Dengan demikian perakitan penumpu samping telah selesai.
Proses di atas dilakukan pada tiap-tiap roll penumpu samping cradle. Saat proses
di atas selesai dilakukan, maka proses selanjutnya adalah memasang roll samping yang
telah dirakit, pada rangka cradle. Pemasangan roll samping dilakukan dengan cara
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 65
Pembatas Roll
Tiang Penyangga
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
menghubungkan dudukan roll dengan profil yang telah posisinya telah direncanakan
posisinya untuk dudukan roll dengan cara menggunakan klem. Seperti ditunjukkan
oleh gambar berikut:
Gambar 4.23 Dudukan Klem Pengunci Roll Penumpu Samping
Adapun langkah-langkah pemasangan roll penumpu samping pada rangka boat cradle
ini adalah sebagai berikut:
- Menyiapkan roll samping yang telah dirakit dengan dudukan dan tiang
penyangganya.
- Memasang rakitan roll ke rangka cradle, posisinya diatur sedemikian rupa sehingga
nantinya roll samping tersebut bisa menyangga lambung kanan dan kiri kapal.
- Pemasangan rakitan roll samping pada rangka cradle ini dilakukan dengan
menggunakan klem pengunci. Dan pemasangan klem ini dipasang tepat pada posisi
tiap-tiap profil penguat melintang rangka cradle.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 66
Klem Pengunci
Profil Penguat Melintang
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 4.24 Pemasangan Roll Penumpu Samping Pada Rangka Cradle
- Setelah dudukan roll penumpu samping selesai dipasang pada rangka, maka roll
penumpu samping telah bisa difungsikan sesuai fungsinya.
- Proses di atas dilakukan pada tiap-tiap rakitan roll penumpu samping.
6. Pemasangan Manual Winch
Manual winch merupakan alat bantu pada boat cradle ini yang memiliki fungsi
sebagai alat derek boat. Dalam pengoprasiannya manual winch ini akan menarik
perahu boat dari darat maupun air untuk diletakkan diatas cradle. Dengan cara
mengaitkan hooke pada ujung kabel. Lalu manual winch diputar perlahan-lahan agar
boat bisa naik ke atas cradle. Manual winch juga berfungsi saat meluncurkan boat ke
air, fungsinya adalah untuk menahan boat agar tidak meluncur bebas terlalu cepat.
Sehingga kecepatan peluncuran bisa dikendalikan dengan manual winch.
Adapun langkah-langkah pemasangan manual winch pada rangka boat cradle ini
adalah sebagai berikut:
- Menyiapkan manual winch yang telah dirakit dengan dudukan haluan boat(bow
stand) dan dudukan manual winch.
- Merakit manual winch dengan dudukan winch dan bow stand , posisinya diatur
sedemikian rupa sehingga nantinya manual winch tersebut bisa dioperasikan
dengan mudah walaupun cradle dalam keaadaan terjungkat.
- Hal pertama yang dilakukan adalah memasang manual winch dengan dudukan
winch.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 67
Dudukan winch
manual winch
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 4.25 Manual Winch
- Setelah manual winch telah dipasang pada dudukannya, langkah selanjutnya
adalah memasang rakitan manual winch dan dudukannya dengan dudukan
haluan(bow stand).
- Langkah selanjutnya adalah memasang roll pengarah cable winch dan
dudukannya pada dudukan depan(bow stand). Alat ini berfungsi untuk
menstabilkan cable pada saat winch diputar. Agar tali tepat berada pada posisi
lurus dengan manual winch.
Gambar 4.26 Pemasangan Manual Winch pada Bow Stand
- Hal terakhir yang dilakukan adalah memasang rakitan manual winch, bow stand,
dan roll pengarah tali pada rangka cradle.
- Rakitan tersebut dipasang tepat pada profil depan cradle yang posisinya tepat di
tengah-tengah cradle.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 68
Bow standPegarah tali
Profil tengah depan
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 4.27 Pemasangan Rakitan Manual Winch dan Bow Stand pada Rangka Cradle
7. Berikut adalah gambar cradle yang sudah selesai di rakit dan siap digunakan.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 69
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 4.28 Cradle yang sudah jadi
4.5. Penjelasan cara Kerja Cradle
Adapun langkah-langkah menaikan boat ke atas cradle ini adalah sebagai berikut:
- Langkah pertama yang harus dilakukan adalah Cradle didekatkan terhadap boat.
Posisi cradle harus lurus dengan boat, terutama kelurusan antara roll penumpu
tengah dari cradle dengan linggi haluan dari boat. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan pada saat boat akan naik ke atas cradle. Sehingga nantinya roll
penumpu tengah benar-benar tepat menumpu lunas dari boat(boat keel).
Gambar 4.29 Posisi Awal Cradle dan Boat
- Apabila posisi cradle telah berada didepan linggi haluan boat dan telah lurus dengan
boat. Hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengukur tinggi kemiringan
lambung boat dengan permukaan tanah. Pengukuran dilakukan dengan
mengansumsikan bahwa boat telah berada di atas cradle. Jadi pada lambung boat
kita beri penandaan dari posisi roll penyangga samping pada cradle yang nantinya
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 70
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
penyangga samping ini akan menumpu lambung boat tersebut. Jadi posisi
pengukuran tinggi lambung boat tersebut dilakukan tepat pada penandaan posisi
penyangga samping dari cradle. Hal tersebut dilakukan pada lambung kanan
(portside) dan lambung kiri(starboard side) dari boat.
- Setelah pengukuran tinggi kemiringan lambung boat telah selesai dilakukan,
langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah mengatur ketinggian penyangga
samping cradle disesuaikan dengan bentuk lambung boat yang akan di angkut. Hal
tersebut dilakukan dengan mengansumsikan bahwa posisi permukaan roll penumpu
tengah adalah sebagai permukaan tanah. Sehingga pengaturan tinggi dari roll
penyagga samping diukur dari permukaan roll penumpu tengah sampai dengan
permukaan roll penyangga samping.
Adapun langkah-langkah dalam mengatur roll penyangga samping adalah sebagai
berikut:
1. Memutar pengunci dari klem sampai dirasakan klem telah benar-benar telah
kendur dan posisi tiang dari roll penyangga samping tidak lagi rapat dengan profil
dari rangka cradle.
2. Pengaturan dilakukan dengan cara mengendorkan pengunci klem penyangga,
kemudian penyangga diatur dengan geser kekanan atau kekiri dan keatas atau ke
bawah. Disesuaikan dengan tinggi dari kemiringan lambung boat dari permukaan
tanah dan lebar dari boat yang diangkat.
3. Lalu setelah hal diatas selesai dilakukan, langkah terakhir yang harus dilakukan
adalah memutar pengunci klem dari cradle, sampai tiang penyangga dari roll
penumpu samping rapat pada profil rangka cradle dan tiang tersebut sudah tidak
dapat bergerak ke atas dan ke bawah maupun ke kanan dan ke kiri.
4. Semua langkah-langkah dia atas dilakukan pada masing-masing roll penumpu
samping cradle baik roll penumpu lambung kanan boat maupun lambung kiri
boat.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 71
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Gambar 4.30 Arah Pengaturan Roll Penumpu Samping
- Setelah itu, langkah selanjutnya adalah memasang atau mengaitkan hooke dari cable
winch yang terdapat pada manual winch di depan cradle dengan eye plate yang
sebelumnya telah dipasang pada haluan boat. Hal itu dilakukan agar nantinya
manual winch dapat menarik boat ke atas cradle.
- Selanjutnya adalah membuka posisi penyangga depan dari cradle yang semula
berada dalam posisi dilipat menjadi posisi tegak dan kemudian penyagga depan
dikunci dengan pengunci yang telah terpasang pada rangka depan dari cradle.
- Langkah berikutnya adalah memiringkan posisi cradle ke belakang sampai bagian
belakang cradle menyentuh tanah dengan bantuan dari tenaga manusia. Kemudian
cradle didorong menuju ke boat sampai salah satu roll penumpu tengah cradle
menyentuh haluan dari boat.
- Dorong cradle sampai posisi roll penumpu tengah pada bagian belakang cradle
menyentuh linggi haluan dari boat.
Gambar 4.31 Posisi Cradle Saat Boat akan Naik
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 72
Pengunci klem
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
- Selanjutnya tarik boat untuk naik ke boat dengan cara memutar manual winch. Tarik
boat sampai bagian haluan boat benar-benar membebani bagian belakang dari
cradle. Dengan demikian cradle dipastikan tidak kembali ke posisi semula yaitu
posisi datar atau tidak miring.
- Putar manual winch secara terus menerus secara perlahan-lahan sambil terus
menjaga keseimbangan dari boat dengan bantuan dari orang lain.
- Dan harus dipastikan bahwa roll penumpu tengah dari cradle telah menumpu bagian
lunas dari boat(keel) dan roll penumpu samping telah menumpu bagian dasar dari
boat(bottom floor).
Gambar 4.32 Arah Putaran Manual Winch Saat Boat akan naik
- Secara perlahan boat akan naik keatas cradle. Sehingga, yang sebelumnya cradle
bearada dalam posisi kemiringan sudut 150 terhadap permukaan tanah, sudutnya
akan megalami perubahan dan posisi cradle akan kembali ke posisi kemiringan
semula, jika boat perlahan-lahan ditarik.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 73
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
(a)
(b)
Gambar 4.33 (a) Posisi Boat yang dinaikkan mulai berada di Tengah-tengah Cradle
(b) Posisi Boat yang dinaikkan mencapai roll Depan Cradle
- Dan pada saat posisi boat telah menduduki cradle, maka dengan demikian posisi
kemiringan cradle akan berubah sampai penyangga depan cradle menyentuh
permukaan tanah.
Gambar 4.34 Posisi Boat telah berada di Atas Cradle
- Boat telah berada diatas cradle. Selanjutnya cradle dapat dipasangkan ke pengait
yang sebelumnya telah terpasang di tengah-tengah bagian belakang dari mobil.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 74
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
BAB V
PENUTUP
Dari pengumpulan dan pengolahan data serta analisa yang telah dilakukan dalam
penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
Dari Pembahasan penelitian diatas didapatkan data-data antara lain dimensi-dimensi dari
konstruksi boat cradle, natara lain:
Dimensi Kerangka Cradle:
Panjang Cradle = 5500 mm ~ 5,5 m
Tinggi Cradle dari tanah = 500 mm ~ 0,5 m
Lebar Rangka Cradle = 1300 mm ~ 1,3 m
Lebar Max. Cradle(dengan rodanya) = 1800 mm ~ 1,8 m
Dimensi dari profil cradle:
Sebagai penyusun kerangka cradle ini, profil yang di pakai adalah profil U yang yang
memiliki dimensi sebagai berikut:
Lebar web = 80 mm
Lebar face = 50 mm
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 75
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Tebal profil = 3 mm
Dari pembahasan diatas diketahui bahwa untuk bisa menjalankan fungsinya sebagai
alat angkut yang mampu untuk mengangkut boat dari air maupun darat, selain itu juga
bisa berfungsi untuk meluncurkan boat dari atas cradle ke air. Maka, cradle pengangkut
dan peluncuran boat ini dilengkapi dengan beberapa alat-alat bantu yang bisa
memperlancar pengoperasian cradle boat ini. Alat-alat bantu tersebut antara lain:
Roll penumpu tengah(menumpu keel)
Roll penumpu samping(menumpu lambung boat)
Manual winch
5.2 Saran
Cradle dirancang untuk mengangkut perahu boat lambung tunggal dengan kapasitas
angkut maksimal 1 ton. Untuk kepentingan penelitian dan penyempurnaan alat angkut ini
maka disarankan untuk dapat mengembangkan lagi dengan design yang bisa mengangkut
perahu boat berlambung ganda(catamaran) dan berlambung tiga (trimaran).
.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 76
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
DAFTAR PUSTAKA
1. Dawo, Nasri. 1994. Diktat Mekanika Teknik 1. Surabaya: Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya-Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
2. Lumpa, Humpa. 2009. 4 wheels jetsky and boat trolley(online) http:// www.oceantrail.
co.uk/&ei, di akses tanggal 23 Juli 2009.
3. Marine, USA. 2009. Boat trailers(online) http:// www.real-xtrailers.com, di akses tanggal 27
Oktober 2009.
4. Suyitno. 1995. Mekanika Teknik 2. Bandung: Pusat Pengembangan Pendidikan
Politeknik.
5. Amanto, Hari ; Daryanto. 1999. Ilmu Bahan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
6. Jensen, Alfred ; Chenoweth, Harry.H. 1983. Kekuatan Bahan Terapan. Sebayang,
Darwin. 1989 Jakarta: Erlangga.
7. Boat DT, Trailers. 2009. Trailers Hitch(online) http:// www.DTtrailers.com, di akses tanggal
31 Desember 2009.
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 77
Tugas Akhir
Perancangan Cradle Pengangkut dan Peluncuran Boat
Design and Construction ’07 PPNS-ITS 78